Anda di halaman 1dari 54

KEJADIAN DISPEPSIA PADA MAHASISWA KESEHATAN

Literature Review

OLEH :

NI LUH INTAN DUARAWATI

16C11680

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

2020

i
KEJADIAN DISPEPSIA PADA MAHASISWA KESEHATAN

Literature Review

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali

NI LUH INTAN DUARAWATI


NIM. 16C11680

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2020

ii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Literature review dengan judul “Kejadian Dispepsia Pada Mahasiswa Kesehatan”


telah mendapat persetujuan pembimbing dan disetujui untuk diajukan ke hadapan
Tim Penguji Literature Review pada Program Studi Sarjana Keperawatan Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali.

Denpasar, 03 Juni 2020

Pembimbing I Pembimbing II

AAA. Yuliati Darmini, S.Kep,, Ns., MNS Ns. Ni Kadek Sutini, S.Kep.,M.Kes
NIDN. 0821076701 NIDN. 0825128001

iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIAN UJIAN LITERATURE REVIEW

Literature ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program Studi

Sarjana Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan Bali

pada tanggal … 2020

Panitia Penguji Literature Review Berdasarkan SK Rektor ITEKES Bali

Nomor : ……………………….

Ketua : Idah Ayu Wulandari, S.Si.T., M.Keb ………….

NIDN. 0828038201

Anggota :

1. AAA. Yuliati Darmini, S.Kep,, Ns., MNS ………….

NIDN. 0821076701

2. Ns. Ni Kadek Sutini, S.Kep.,M.Kes ………….


NIDN. 0825128001

iv
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN

Literature review dengan judul “Kejadian Dispepsia Pada Mahasiswa Kesehatan”


telah disajikan di depan dewan penguji pada tanggal …… telah diterima serta
disahkan oleh Dewan Penguji Literature Review dan Rektor Institut Teknologi Dan
Kesehatan Bali.

Denpasar, 03 Juni 2020

Disahkan Oleh :

Dewan Penguji Literature Review

1. Idah Ayu Wulandari, S.Si.T., M.Keb ………….

NIDN. 0828038201
2. AAA. Yuliati Darmini, S.Kep,, Ns., MNS ………….

NIDN. 0821076701

3. Ns. Ni Kadek Sutini, S.Kep.,M.Kes ………….

NIDN. 0825128001

Mengetahui

Institut Teknologi dan Kesehatan Bali Program Studi Sarjana Keperawatan

Rektor Ketua

I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D. AAA. Yuliati Darmini, S.Kep,, Ns., MNS
NIDN. 0823067802 NIDN. 0821076701

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis bias menyelesaikan literature review yang berjudul
“Kejadian Dispepsia Pada Mahasiswa Kesehatan”.

Dalam penyusunan literature review ini, penulis banyak mendapat bimbingan,


pengarahan, dan bantuan dari semua pihak sehingga literature review ini bisa
diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D. selaku rektor Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan kesempatan
kepada penulis menyelesaikan literature review ini.
2. Ibu Ida Ayu Lysandari, SE. MM. selaku Sekretaris Rektor yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan literature
review ini.
3. Ibu Ns. Ni Luh Putu Dina Susanti, S.Kep.,M.Kep selaku Wakil Rektor
(Warek) I yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan literature review ini tepat waktu.
4. Bapak Ns. I Ketut Alit Adinata, S.Kep., MNS selaku Wakil Rektor (Warek) II
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan
literature review ini.
5. Bapak Ns. I Kadek Nuryanto, S.Kep., MNS selaku Dekan Fakultas Kesehatan
yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
6. Ibu Ns. A.A.A. Yuliati Darmini, S.Kep., MNS selaku Ketua Program Studi
Sarjana Keperawatan sekaligus pembimbing I yang telah banyak memberikan
bimbingan, semangat, dan motivasi dalam menyelesaikan literature review
ini.

vi
7. Ibu Ns. Ni Kadek Sutini, S.Kep,. M.Kes selaku pembimbing II yang telah
memberikan banyak bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan literature
review ini.
8. Seluruh keluarga terutama Ibu, Bapak, Saudara, yang banyak memberikan
dukungan serta dorongan moral dan materiil hingga selesainya literature
review ini.
9. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan literature review ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan literature review ini masih
belum sempurna, untuk itu dengan hati terbuka, penulis menerima kritik dan
saran yang sifatnya konstruktif untuk kesempurnaan literature review ini.

Denpasar, 03 Juni 2020

Penulis

vii
Literature Review

KEJADIAN DISPEPSIA PADA MAHASISWA KESEHATAN

Ni Luh Intan Duarawati


Program Studi Sarjana Keperawatan
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
Email : niluhintanduarawati@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan. Untuk mengetahui gambaran kejadian dispepsia pada mahasiswa fakultas


kesehatan.
Metode. Literature review dilakukan dengan pencarian artikel publikasi 2010-2020,
kata kunci “Dispepsia”, “Mahasiswa Kesehan”, melalui database Google Scholar.
Kriteria inklusi adalah artikel disajikan dalam Bahasa Indonesia, fulltext, dan relevan
dengan tujuan literature review. Hasil studi literature didapatkan 167 artikel, namun
yang memenuhi kriteria inklusi dan seleksi mendalam adalah 5 artikel. Jenis studi
dari artikel adalah Cross Sectional Study maka CASP yang digunakan adalah
Summary Axis Cross sectional Study dan hasilnya disajikan pada sintesis tabel.
Hasil. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas kesehatan semester
awal maupun semester akhir. Teknik samplingnya berbeda-beda namun semuanya
termasuk teknik non probability sampling. Metode pengumpulan data adalah
wawancara dan alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, yang mana
pada variabel pengukuran keparahan kejadian dispepsia menggunakan kuesioner
Short Forn Leeds Dispepsia Questionnere (SF-LDQ), pada pengukuran kecemasan
digunakan lembar kuisioner Beck Anxiety Inventory (BAI), pengukuran tingkat stress
digunakan Stress Quitionnere (SQ) dari International Stress Management
Assosiation (ISMA) dan kuisioner berdasarkan Roma III. Teknik analisa pada semua
artikel menggunakan Uji Chi-Square dan satu artikel menggunakan Uji Saphiro-
Wilk.
Kesimpulan. Dari 5 artikel yang digunakan terdapat hubungan antara kejadian
dispepsia pada mahasiswa fakultas kesehatan dengan berbagai penyebab, yaitu
kecemasan, stress dan pola makan.
Kata Kunci : Dispepsia, Mahasiswa Kesehatan.

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN................................................................ i
HALAMAN SAMPUL DENGAN SPESIFIKASI.................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN.......................................... v
KATA PENGANTAR................................................................................ vi
ABSTRAK.................................................................................................. viii
DAFTAR ISI.............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN............................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Tujuan.......................................................................................... 3
C. Manfaat........................................................................................ 3
D. Sistematika Penulisan.................................................................. 4
BAB II METODE...................................................................................... 6
A. Teknik Pencarian Artikel............................................................. 6
B. Critical Appraisal......................................................................... 7
BAB III HASIL.......................................................................................... 11
A. Sintesis Tabel.............................................................................. 11
B. Ringkasan Sintesis Tabel............................................................. 20
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................... 21
A. Pembahasan Proses Pencarian Artikel........................................ 21
B. Perbandingan Artikel................................................................... 21
C. Kritik Artikel............................................................................... 23
D. Teori dan Konsep Ilmu Pengetahuan.......................................... 24

ix
E. Jawaban Pertanyaan Penelitian.................................................... 35
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI............................................. 36
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 38
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel. 1 (Summary Axis Cross Sectional Study).......................................... 8


Tabel. 2 Sintesis Tabel................................................................................. 11

xi
DAFTAR LAMPIRAN

xii
DAFTAR SINGKATAN

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dyspepsia berasal dari kata “dys” berarti buruk dan “pepse” yang
berarti pencernaan. Gejala atau keluhan dyspepsia terdiri dari nyeri atau rasa
tidak nyaman diulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat
kenyang, perut rasa penuh atau begah (Nurpadilla, 2018). Dispepsia
merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering ditemui pada praktek
sehari-hari. Diperkirakan hamper 30% kasus yang dijumpai pada praktek
umum dan 60% pada praktek gastroentrologi merupakan dyspepsia.
Prevalensi dari dyspepsia bervariasi antara 7-45%.
Penyakit tidak menular pada beberapa waktu terakhir menjadi
penyebab morbiditas dan mortalitas dibeberapa negara termasuk Indonesia.
WHO memprediksi pada tahun 2020, proporsi angka kematian karena
penyakit tidak menular akan meningkat menjadi (73%) dan proporsi kesakitan
menjadi (60%) di dunia, sedangkan untuk negara SEARO (South East Asian
Regional Office) pada tahun 2020 diprediksi angka kematian dan kesakitan
karena penyakit tidak menular akan meningkat menjadi (50%). Dyspepsia
merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang diprediksi akan
meningkat jumlahnya di Indonesia.
Kasus dyspepsia di dunia mencapai (13-40%) dari total populasi setiap
tahun. Menurut WHO tahun 2010 angkaa kejadian dyspepsia yang tertinggi di
New Zealand yaitu sebesar (23-45%), diikuti Amerika Serikat yaitu sebesar
(23-25%), Asia Pasifik sebesar (10-20%), Skandinavia sebesar (14,5%) dan
Asia Tenggara sebesar (7-8%). Berdasarkan data departemen kesehatan tahun
2004, dyspepsia menempati urutan ke-15 dari daftar 50 penyakit pasien rawat
inap terbanyak di Indonesia, sedangkan pada tahun 2009, dyspepsia
merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak yang terjadi pada pasien di
rumah sakit baik rawat inap maupun rawat jalan.

1
Pada penelitian di RSUP Dr. M. Djamil Padang, Sumatera Barat tahun
2011 dengan populasi sebanyak 63 data penderita sindrom dyspepsia tingkat
pendidikan akademik (50,0%). Penelitian pada 120 orang mahasiswa Institut
Pertanian Bogor telah menunjukan bahwa tingkat stress behubungan dengan
munculnya dyspepsia.
Menempuh pendidikan untuk menjadi seorang tenaga kesehatan atau
tenaga medis bagi beberapa mahasiswa fakultas kedokteran dapat menjadi
sebuah perjalanan yang berat dan penuh perjuangan dalam menyelesaikan
pendidika, mahasiswa fakultas kesehatan atau fakultas kedokteran memiliki
banyak kewajiban seperti kewajiban akademik maupun kewajiban profesi
yang mengharuskan mahasiswa sempurna agar kelak dapat memberikan
pelayanan umu yang baik. Bagi beberapa mahasiswa keshatan, kewajiban
tersebut dapat menjadi perjuangan yang berat yang dapat berdampak negative
bagi kesehatan fisik maupun mental. Seringkali pengalaman akademik selama
menempuh pendidikan sebagai mahasiswa fakultas kesehatan atau fakultas
kedokteran yang penuh dengan perjuangan membuat mahasiswa rentan
mengalami gangguan psikiatri seperti gangguan cemas (Irvinia, 2016).
Kecemasan adalah suatu kondisi kejiwaan yang dapat ditandai dengan
perasaan takut yang difus, tidak menyenangkan dan samar – samar yang dapat
pula diikuti dengan gejala otonom lain seperti sakit kepala, berkeringat,
jantung berdebar, sesak dada, diare dan gelisa. Dampak dari stress yang
dialami oleh seseorang tersebut dapat membuat seseorang mengalamin cemas,
cemas yang dialami oleh seseorang ini memiliki derajat atau tingkatan dari
tingkatan normal sampai gangguan psikiatri yang berat. Cemas yang dialami
oleh seseorang dapat merupakan respon yang fisiologis dari otak, karena
cemas merupakan respon yang dimiliki oleh setiap orang untuk menghindari
diri dari ancaman dan stimulus yang di anggap membahayakan atau
mengancam dirinya.
Penelitian tentang kejadian kecemasan yang dialami oleh mahasiswa
kedokteran telah banyak dilakukan. Berbagai penelitian menunjukan bahwa

2
gangguan psikiatri berupa cemas memberikan frekuensi yang cukup tinggi
pada mahasiswa fakultas kesehatan atau fakultas kedokteran. Pada tahun
2006, penelitian di Amerika Serikat dan Kanada menunjukan sebanyak 43%
mahasiswa fakultas kesehatan yang mengalami kecemasan.
Penelitian tentang gambaran kejadian dyspepsia pada mahasiswa
fakultas kesehatan telah banyak dilakukan. Namun belum ada literature
review yang mengkompilasi atau mengumpulkan penelitian-penelitian terkait
untuk mencari suatu kesimpulan dan dituliskan dalam artikel ilmiah. Sehingga
peneliti tertarik untuk melakukan literature review gambaran kejadian
dyspepsia pada mahasiswa fakultas kesehatan, baik program studi ilmu
keperawatan maupun program studi ilmu kedokteran.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari literature review ini adalah untuk mengetahui gambaran
kejadian dispepsia pada mahasiswa fakultas kesehatan.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu mengidentifikasi artikel terkait gambaran kejadian
dispepsia pada mahasiswa fakultas kesehatan.
b) Mampu mengidentifikasi kelebihan, kekurangan, dan
membandingkan artikel terkait gambaran kejadian dispepsia pada
mahasiswa fakultas kesehatan.
c) Mampu menyimpulkan hasil artikel terkait gambaran kejadian
dispepsia pada mahasiswa fakultas kesehatan.
C. Manfaat Penelitian
Dalam membahas mengenangi aktivitas fisik dengan fungsi kognitif
lansia maka diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis
maupun manfaat secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
a) Hasil literature review ini diharapkan berfungsi sebagai bahan
pengembangan ilmu pengetahuan serta Informasi dari penelitian ini

3
diharapkan dapat menjadi referensi gambaran kejadian dispepsia
pada mahasiswa fakultas kesehatan.
2. Manfaat praktis
Secara praktis, literature review ini diharapkan dapat memberikan
manfaat:
a. Bagi instansi pelayanan kesehatan
Literature review dapat menjadi acuan dalam melakukan pemberian
penyuluhan/konseling bagi mahasiswa fakultas kesehatan atau
mahasiswa fakultas kedokteran tentang pengaruh tingkat kecemasan
terhadap kejadian dyspepsia.
b. Bagi mahasiswa
Sebagai masukan bagi mahasiswa untuk mengetahui gambaran
kejadian dispepsia pada mahasiswa fakultas kesehatan.
c. Bagi peneliti
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam dunia
kesehatan sekaligus memberikan informasi tentang gambaran
kejadian dispepsia pada mahasiswa fakultas kesehatan.

D. Sistematika Penulisan

Literature review ini terdiri dari lima bab yang saling berkaitan. Pada
Bab I Pendahuluan, peneliti menjelaskan latar belakang masalah, tujuan,
manfaat dan sistematika penulisan pada penelitian ini. Pada Bab II Metode,
berisikan tentang teknik pencarian artikel yang terdiri dari tahap pertama yaitu
formulasi proses pencarian artikel, tahap kedua yaitu seleksi berdasarkan
kesesuaiaan judul artikel, tahap ketiga yaitu seleksi berdasarkan judul dan
abstrak serta kesesuaian dengan tujuan literature review, dan tahap keempat
adalah memaparkan judul artikel yang terpilih. Setelah teknik pencarian
artikel selanjutnya adalah melakukan critical appraisal. Pada Bab III Hasil,
peneliti membuat sintesi tabel dengan jurnal yang sudah dipilih dan setelah itu

4
meringkas hasil dari sintesis tabel yang dibuat. Pada Bab IV Pembahasan,
peneliti membuat pembahasan secara terstruktur dan mendalam terkait dengan
metode, mulai dari proses pencarian artikel sampai dengan critical appraisal.
Pada Bab V Kesimpulan dan Implikasi ke tatanan nyata atau penelitian
selanjutnya, peneliti menjelaskan menggunakan kriteria FINER C yaitu
Feasible (F), Interesting (I), Novelty (N), Ethical (E), Relevant (R), dan Cost-
effectiveness (C).

5
BAB II

METODE

A. Teknik Pencarian Artikel


1. Tahap 1 : Formulasi proses pencarian artikel yang sesuai pertanyaan
penelitian/literature review
a. Database yang digunakan dalam literature review ini adalah
google scholar.
b. Kata kunci yang digunakan untuk mencari artikel ini adalah
“Dispepsia”, “Mahasiswa kesehatan”.
c. Batasan-batasan pencarian artikel yang akan direview adalah
artikel yang dipublikasikan pada 10 tahun terakhir atau paling
akhir tahun 2010, artikel disajikan dalam Bahasa Indonesia,
adanya fulltext, dan artikel yang relevan dengan tujuan
literature review.
2. Tahap 2 : Seleksi berdasarkan kesesuaian judul artikel
Pada tahap ini peneliti mulai mencari artikel di database
google scholar dari rentang tahun 2010 sampai 2020 dan muncul
artikel sebanyak 167 artikel, kemudian peneliti mulai membaca judul
artikel satu persatu dan mulai mengecek kesesuaiannya dengan
pertanyaan peneliti dan ditemukan 9 artikel dengan judul yang
berkaitan dengan topik yang dibahas dan 158 artikel yang tidak sesuai,
kemudian peneliti mencatat judul-judul artikel yang sesuai dengan
pertanyaan penelitian.
3. Tahap 3: Seleksi berdasarkan judul dan abstact serta kesesuaian dengan
tujuan literature review.
Pada tahap ini peneliti mulai membaca artikel terpilih
kemudian melakukan seleksi lebih lanjut dnegan menggunakan batas-
batasan berupa adanya fulltext dan artikel yang relevan dengan tujuan
literature review. Dari proses seleksi tersebut dari 9 artikel dengan

6
judul terkait, ditemukan 5 artikel yang sesuai dengan tujuan literature
review.
4. Tahap 4: Daftar judul artikel yang terpilih.
1. Hubungan tingkat stress dan pola makan dengan kejadian
sindroma dyspepsia pada mahasiswa ilmu keperawatan semester
delapan Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
2. Hubungan tingkat stress dengan kejadian dyspepsia fungsional
pada mahasiswa tingkat pertama fakultas kedokteran gigi.
3. Hubungan kecemasan dengan kejadian sindrom dyspepsia pada
mahasiswa program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura
4. Hubungan kecemasan dengan derajat keparahan dyspepsia pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara
angkatan 2014.
5. Hubungan tingkat stress dengan kejadian sindrom dyspepsia
fungsional pada mahasiswa semester akhir Prodi S1 Keperawatan
di STIKES Yasri Sumbar Bukit Tinggi.
Gambar 1. Langkah-langkah pencarian artikel
6.
Step 1 Google Scholar
167 artikel Pemilihan artikel sesuai
dengan judul literature
review dan tahun terbit
Step 2 Google Scholar
9 artikel
Pemilihan artikel sesuai
dengan abstrak,
kesesuaian dengan tujuan
Step 3 Google Scholar literature review, dan
5 artikel terpilih batasan-batasan artikel
B. Critical Appraisal

7
1. Jenis studi dari artikel terpilih adalah Cross Sectional Study maka critical
apraisal yang digunakan adalah Summary Axis Cross sectional Study yang
mana suatu artikel dikatakan sangat baik atau adequate jika total skor ≥ 12.
Ceklist critical appraisal CASP (Critical Appraisal Skills Programme)
terlampir.
2. Lampiran hasil critical appraisal terhadap masing-masing artikel yang
direview adalah sebagai berikut :

Summary Axis Cross sectional Study

Petunjuk:

Berikan tanda (√) untuk jawaban Ya, dan (-) untuk jawaban Tidak

Tabel. 1 Summary Axis Cross Sectional Study


Pertanyaan Artikel Penelitian
1 2 3 4 5
Latar Belakang
1. Apakah tujuan dari penelitian sudah √ √ √ √ √
jelas?
Metodelogi
2. Apakah desain penelitian sesuai √ √ √ √ √
dengan tujuan?
3. Apakah jumlah sampel sudah benar? √ √ √ √ √
4. Apakah target populasi didefinisikan √ √ √ √ √
dengan jelas? (apakah jelas siapa
yang akan menjadi target
penelitian?)
5. Apakah kerangka sampel diambil √ √ √ √ √
dari basis populasi yang tepat
sehingga mewakili populasi target/
referensi yang sedang diselidiki?

8
6. Apakah proses seleksi cenderung - - - - -
memilih subyek / peserta yang
mewakili populasi target / referensi
yang sedang diselidiki?
7. Apakah ada tindakan yang √ √ √ √ √
dilakukan untuk menangani dan
mengkategorikan bukan-responden?
8. Apakah faktor risiko dan variabel √ √ √ √ √
yang diukur sudah sesuai dengan
tujuan penelitian?
9. Apakah faktor risiko dan variabel √ √ √ √ √
yang diukur sudah menggunakan
instrument/ alat ukur yang benar
yang sudah diuji coba, sudah
melalui study pendahuluan atau
dipublikasikan sebelumnya?
10. Apakah jelas apa yang digunakan √ √ √ √ √
untuk menentukan signifikansi
statistik dan / atau perkiraan presisi?
(mis. p-values, confidence interval)
11. Apakah metode penelitian (termasuk √ √ √ √ √
metode statistic) cukup dijelaskan
pada kemungkinan untuk dilakukan
ulang?
Hasil Penelitian Dituliskan pada form sintesis tabel
12. Apakah data dasar sudah dijelaskan √ √ √ √ √
dengan baik?
13. Apakah tingkat respons - - - - -
menimbulkan kekhawatiran tentang
bias non-respons?
14. Jika sesuai, apakah informasi - - - - -
tentang yang bukan responden

9
dijelaskan?
15. Apakah hasil penelitian konsisten √ √ √ √ √
secara internal?
16. Apakah hasil penelitian yang √ √ √ √ √
disajikan untuk semua analisis
dijelaskan dalam metode penelitian?
Pembahasan Penelitian
17. Apakah pembahasan penulis dan √ √ √ √ √
kesimpulan sudah sesuai dengan
hasil penelitian?
18. Apakah keterbatasan penelitian telah - - - - -
dibahas?
Lainnya
19. Apakah ada sumber pendanaan atau - - - - -
konflik kepentingan yang bisa
mempengaruhi interpretasi peneliti
terhadap hasil penelitian?
20. Apakah persetujuan etik dan √ √ √ √ √
persetujuan partisipan tercapai?

10
BAB III

HASIL

A. Sintesis Tabel
Jelaskan hasil critical appraisal dalam bentuk sintesis tabel berikut :
Tabel. 2 (Sintesis Tabel)

No Penulis/Tahun Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Kritik

1 Reny Chaidir, Menganalisis a. Desain penelitian : Cross Berdasarkan hasil penelitian Pada penelitian ini tidak
Herfa hubungan tingkat sectional. dan pembahasan tentang dijelaskan apa saja
Maulina/2018 stress dengan b. Tempat dan waktu hubungan tingkat stres pencetus dari
kejadian sindrom pengumpulan data : STIKES dengan kejadian sindrom kecemasan yang terjadi
dyspepsia Yasri Sumbar Bukit Tinggi dispepsia fungsional pada pada mahasiswa
fungsional pada tahun 2015 mahasiswa semester akhir semester akhir Prodi S1
mahasiswa c. Populasi : Mahasiswa Prodi S1 Prodi S1 Keperawatan di Keperawatan.
semester akhir Keeperawatan STIKES Yasri STIKes Yarsi Sumbar
prodi S1 Sumbar Bukit Tinggi Bukittinggi Tahun 2015
Keperawatan di d. Sample : Mahasiswa Semester dapat disimpulkan bahwa :
STIKES Yasri akhir Prodi S1 Keeperawatan Ada hubungan antara
Sumbar Bukit STIKES Yasri Sumbar Bukit tingkat stres dengan

11
Tinggi. Tinggi kejadian sindrom dispepsia
e. Besar sample : 67 Mahasiswa. fungsional pada mahasiswa
f. Teknik sampling : Purposive semester akhir Prodi S1
sampling method Keperawatan STIKes Yarsi
g. Kriteria inklusi dan eksklusi : Sumbar Bukittinggi tahun
Mahasiswa Semester Akhir 2015 dengan nilai p = 0,004
Prodi S1 Keperawatan (p < 0,05).
h. Metode pengumpulan data :
Pengisian Kuisioner.
i. Instrument yang digunakan :
lembar kuesioner,
j. Jenis analisa data/ metode
statistik yang digunakan : uji
statistik Chi-Square.

2 Irvinia Tujuan dari a. Desain penelitian : Cross Terdapat hubungan antara Pada penelitian ini tidak
Rahmadyah, penelitian ini untuk sectional. tingkat kecemasan dengan dijelaskan jenis
Rozalini, Mitra mengetahui b. Tempat dan waktu kejadian dyspepsia. Diketahui dyspepsia apa yang
Handini/2015 hubungan pengumpulan data : Fakultas pula dari hasil perhitungan terjadi pada mahasiswa.
kecemasan dengan Kedokteran Universitas statistic, bahwa nilai korelasi (r)
sindrom dyspepsia hubungan kecemasan dengan

12
pada mahasiswa Tannjungpura tahun 2015 kejadian sindrom dyspepsia
program studi c. Populasi : Mahasiswa Fakultas adalah sebesar 0,480 yang
pendidikan dokter Kedokteran Universitas menunjukan bahwa pada
fakultas Tanjungpura penelitian ini terdapat hubungan
kedokteran d. Sample : Mahasiswa Program yang kuat antara tingkat
Universitas Studi Pendidikan Dokter kecemasan dengan kejadian
Tanjungpura. Fakultas Kedokteran sindrom dyspepsia.
Universitas Tanjungpura
Sebanyak 44,7% mahasiswa
e. Besar sample : 150 Mahasiswa.
mengalami kecemasan normal,
f. Teknik sampling : Purposive
kecemasan ringan sebanyak
sampling method
32,7%, kecemasan sedang
g. Kriteria inklusi dan eksklusi :
sebanyak 18%, kecemasan berat
Mahasiswa Program Studi
sebanyak 4,7% dan kejadian
Pendidikan Dokter Fakultas
sindrom dispepsia dialami oleh
Kedokteran Universitas
63,3% mahasiswa. Berdasarkan
Tanjungpura
analisis statistik diperoleh nilai
h. Metode pengumpulan data :
signifikansi (p) yang didapatkan
Pengisian kuisioner kecemasan
dengan uji Tau-Kendall adalah
yaitu kuisioner BAI dan
0,000 dan nilai korelasi (r)
kuisioner kriteria sindrom

13
dyspepsia Roma III. adalah 0,480.
i. Instrument yang digunakan :
Kuisioner kecemasan yaitu
kuisioner BAI dan kuisioner
kriteria sindrom dyspepsia
Roma III.
j. Jenis analisa data/ metode
statistik yang digunakan : uji
korelasi Tau-Kendall

3 Nurul Mengetahui a. Desain penelitian : Cross Tingkat stres mahasiswa ilmu Pada penelitian ini tidak
Afifah/2018 hubungan tingkat Sectional keperawatan semester akhir di dijelaskan bagaiaman
stres dan pola b. Tempat dan waktu Universitas „Aisyiyah cara mengatasi cemas
makan dengan pengumpulan data : Universitas Yogyakarta kategori sedang dan mengurangi
kejadian sindrom „Aisyiyah Yogyakarta tahun (37,2%), pola makan kategori kejadian dyspepsia
dispepsia pada 2018 cukup (48,7%), dan angka tersebut.
mahasiswa ilmu c. Populasi : Mahasiswa semester kejadian syndrome dispepsia
keperawatan delapan Universitas „Aisyiyah sebesar 59,3%. Hasil uji chi
semester akhir di Yogyakarta. square hubungan tingkat stres
Universitas d. Sample : Mahasiswa semester dengan sindrom dyspepsia
„Aisyiyah delapan Universitas „Aisyiyah diperoleh p (0,000), sedangkan

14
Yogyakarta. Yogyakarta. hasil uji pola makan dengan
e. Besar sample : 113 Mahasiswa. sindrom dispepsia diperoleh p
f. Teknik sampling : simple (0,002).
random sampling
Terdapat hubungan tingkat stres
g. Kriteria inklusi dan eksklusi :
dan pola makan dengan
Mahasiswa semester delapan
sindrom dispepsia.
Universitas „Aisyiyah
Yogyakarta.
a. Metode pengumpulan data :
Pengisian Kuisioner DASS 21
dan Kriteria Roma IV
b. Instrument yang digunakan :
Kuisioner DASS 21 dan
Kriteria Roma IV
c. Jenis analisa data/ metode
statistik yang digunakan : uji
statistik Chi-Square.

4 Josephine Penelitian ini a. Desain penelitian : Cross Kecemasan mempengaruhi Pada penelitian ini tidak
Angelina S, Hari bertujuan untuk sectional. derajat keparahan dyspepsia, dijelaskan kriterian
Sutanto/2019 mengetahui b. Tempat dan waktu dimana semakin tinggi tingkat inklusi dan eksklusi

15
hubungan antara pengumpulan data : Universitas kecemasan makan semakin untuk sample.
kecemasan dengan Tarumanegara Tahun 2014 tinggi juga derajat keparahan
derajat keparahan c. Populasi : Mahasiswa Fakultas dyspepsia.
dyspepsia. Kedokteran Universitas
Didapatkan hubungan yang
Tarumanegara 2014
bermakna antara kecemasan
d. Sample : Mahasiswa Fakultas
dengan derajat keparahan
Kedokteran Universitas
dispepsia (p = 0.018). Kekuatan
Tarumanegara 2014
korelasi antara kedua variabel
e. Besar sample : 44 Mahasiswa.
lemah dengan arah positif (r =
f. Teknik sampling : Strafied
0.355). Kecemasan
random sampling
mempengaruhi derajat
g. Kriteria inklusi dan eksklusi :
keparahan dispepsia, dimana
Mahasiswa Fakultas
semakin tinggi tingkat
Kedokteran Universitas
kecemasan maka semakin tinggi
Tarumanegara 2014
juga derajat keparahan
h. Metode pengumpulan data :
dispepsia.
Pengisian Kuisioner Beck
Anxiety Inventory (BAI) dan
Short Forn Leeds Dispepsia

16
Questionnere (SF-LDQ).
i. Instrument yang digunakan :
Lembar Kuisioner Beck
Anxiety Inventory (BAI) dan
Short Forn Leeds Dispepsia
Questionnere (SF-LDQ).
j. Jenis analisa data/ metode
statistik yang digunakan : uji
saphiro-wilk

5 Nurpadila Penelitian ini a. Desain penelitian : Cross Penelitian ini menunjukan Pada penelitian ini tidak
Ramadanti, bertujuan untuk sectional. ditemukannya hubungan dijelaskan ciri ciri
Anggraeni mengetahui b. Tempat dan waktu signifikan antara tingkat stress kejadian dyspepsia
Adiwardhani/ hubungan antara pengumpulan data : Universitas dengan kejadian dyspepsia fungsional pada
2017 tingkat stress Trisakti, tahun 2016 fungsional pada mahasiswa mahasiswa.
dengan kejadian c. Populasi : Mahasiswa Tingkat tangka pertama Fakultas
dyspepsia Pertama Fakultas Kedokteran Kedokteran Gigi Universitas
fungsional pada Gigi Universitas Trisakti Trisakti
mahasiswa tingkat d. Sample : Mahasiswa Tingkat
pertama Fakultas Pertama Fakultas Kedokteran
Kedokteran gigi

17
Universitas Gigi Universitas Trisakti
Trisakti e. Besar sample : 128 Mahasiswa.
f. Teknik sampling : Consecutive
Sampling
g. Kriteria inklusi dan eksklusi :
Mahasiswa Tingkat Pertama
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Trisakti
h. Metode pengumpulan data :
Pengisian Kuisioner Stress
Quitionnere (SQ) dari
International Stress
Management Assosiation
(ISMA) dan kuisioner
berdasarkan Roma III.
i. Instrument yang digunakan :
Lembar Kuisioner Stress
Quitionnere (SQ) dari
International Stress
Management Assosiation

18
(ISMA) dan kuisioner
berdasarkan Roma III.
j. Jenis analisa data/ metode
statistik yang digunakan : uji
Kolmogorov - Smirnov

19
B. Ringkasan Sintesis Table
Dari hasil sintesis tabel ditemukan bahwa semua artikel memiliki design
yang sama yaitu cross sectional study. Semua populasi dalam penelitian ini adalah
Mahasiswa Fakultas Kedokteran baik degan program study ilmu keperawatan
maupun ilpmu kedokteran.Teknik sampling pada artikel berbeda-beda, yaitu pada
artikel pertama dan artikel kedua menggunaka Purposive sampling method, pada
artikel ketiga simple random sampling, pada artikel keempat Strafied random
sampling, pada artikel kelima Consecutive Sampling. Kemudian metode
pengumpulan data pada semua artikel adalah dengan alat pengumpulan data yang
digunakan adalah kuesioner, lembar kuisioner yang digunakan untuk mengukur
tingka kecemasan pada mahasiswa ialah pada artikel pertama menggunakan
lembar kuisioner Beck Anxiety Inventory (BAI) dan Short Forn Leeds Dispepsia
Questionnere (SF-LDQ). Teknik analisa pada 4 artikel menggunakan Uji Chi-
Square dan satu artikel menggunakan uji Saphiro-wilk. Dari 5 artikel yang
digunakan, dijelaskan ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan dispepsia
pada mahasiswa kesehatan yaitu kecemasan, stress dan pola makan dan semua
variabel berhubungan dengan angka kejadian dispepsia.

20
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Proses Pencarian Artikel


Artikel total yang didapatkan dari 10 tahun terakhir dari database
google scholar adalah 167 artikel, kemudian dilakukan seleksi berdasarkan
judul artikel diperoleh 9 artikel yang sesuai. Dari 9 artikel tersebut peneliti
mulai membaca artikel satu persatu dan menyeleksi lebih dalam lagi dengan
batasan-batasan artikel, maka terdapat 5 artikel yang sesuai dan 4 artikel yang
kurang sesuai. Kemudian dilakukan proses review menggunakan CASP
Summary Axis Cross Sectional Study dan diperoleh kelima artikel tersebut
memenuhi kriteria dan adekuat. Penyajian artikel yang digunakan dalam
literature review terdapat pada sintesis tabel. Artikel yang di review berasal
dari penelitian di berbagai daerah di Indonesia.

B. Perbandingan Artikel
Berikut ini adalah perbandingan antara kelima artikel :
Semua artikel memiliki design yang sama yaitu cross sectional
study. Cross sectional yaitu peneliti melakukan observasi satu kali saja
dan pengukuran variabel independen dan dependen pada saat
pemeriksaan atau pengkajian data (Nursalam, 2015). Semua artikel
menggunakan design ini mengingat bahwa semua artikel yang
digunakan merupakan artikel yang mencari hubungan antara variabel
dan dengan menggunakan kuesioner serta mengetahui bagaimana
gambaran kejadian dyspepsia dengan faktor pencetusnya seperti
kecemasan, stress, dan pola makan. Sehingga design ini merupakan
design yang paling tepat untuk digunakan.

21
Semua populasi dalam penelitian adalah mahasiswa fakultas
kedokteran baik yang dari proram studi keperawatan maupun program
studi ilmu kedokteran.
Teknik sampling pada semua artikel berbeda, yaitu pada artikel
pertama dan kedua menggunakan teknik sampling purposive sampling
method, pada artikel ketiga simple random sampling, pada artikel
keempat strafied random sampling, pada artikel kelima consecutive
sampling. Terdapat dua jenis teknik sampling menurut Sugiyono (2016)
yaitu probability sampling dan non probability sampling.
Metode pengumpulan data pada semua artikel adalah
wawancara. Menurut Esterbeg (dalam Sugiyono, 2016) wawancara
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu. Pada semua artikel peneliti memberikan
pertanyaan melalui kuesioner yang sudah ditentukan kepada responden.

Alat pengumpulan data yang paling banyak digunakan pada


beberapa artikel yang digunakan adalah kuesioner, yang mana pada
variabel kecemasan menggunakan kuisioner Beck Anxiety Inventory
(BAI) dan Short Forn Leeds Dispepsia Questionnere (SF-LDQ) untuk
variable dyspepsia .

Teknik analisa pada 4 artikel menggunakan Uji Chi-Square. dan


satu artikel menggunakan Uji Saphiro-wilk. Uji Chi-Square adalah uji
komparatif non parametris yang dilakukan pada dua variabel yang
mana skala data kedua variabel adalah nominal. Pada uji chi-square
jika ditemukan nilai p ≤ 0,05 berarti Ho ditolak atau Ha diterima, dan
jika nilai p > 0,05 berarti Ho diterima dan Ha ditolak (Sugiyono, 2019).
Dari 5 artikel yang digunakan semua artikel dijelaskan ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan dispepsia pada mahasiswa
fakultas kesehatan yaitu kecemasan, stress dan pola makan.

22
C. Kritik Artikel
Adapun beberapa hal yang perlu dikritik berdasarkan critical appraisal
Summary Axis Cross sectional Study dari masing-masing artikel, yaitu :
Artikel 1
Judul : Hubungan tingkat stress dan pola makan dengan kejadian
sindroma dyspepsia pada mahasiswa ilmu keperawatan
semester delapan Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Kritik : Pada penelitian ini tidak dijelaskan bagaiaman cara mengatasi
cemas dan mengurangi kejadian dyspepsia tersebut.

Artikel 2
Judul : Hubungan tingkat stress dengan kejadian dyspepsia
fungsional pada mahasiswa tingkat pertama fakultas
kedokteran gigi.
Kritik : Pada penelitian ini dijelaskan secara rinci kriteria eksklusi dan
inklusi sample.

Artikel 3
Judul : Hubungan kecemasan dengan kejadian sindrom dyspepsia
pada mahasiswa program studi pendidikan dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura.
Kritik : Pada penelitian ini tidak dijelaskan jenis dyspepsia apa yang
terjadi pada mahasiswa

Artikel 4
Judul : Hubungan kecemasan dengan derajat keparahan dyspepsia
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanegara angkatan 2014.
Kritik : Pada penelitian ini tidak dijelaskan kriterian inklusi dan
eksklusi untuk sample penelitian.

23
Artikel 5
Judul : Hubungan tingkat stress dengan kejadian sindrom dyspepsia
fungsional pada mahasiswa semester akhir Prodi S1
Keperawatan di STIKES Yasri Sumbar Bukit Tinggi.
Kritik : Pada penelitian ini tidak dijelaskan apa saja pencetus dari
kecemasan yang terjadi pada mahasiswa semester akhir Prodi
S1 Keperawatan.

D. Teori dan Konsep Ilmu Pengetahuan


1. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu


ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu
bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi,
institut dan universitas (Hartaji, 2012). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), mahasiswa adalah mereka yang sedang belajar di
perguruan tinggi. Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang
sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta
atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Seorang
mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18 sampai
25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa
dewasa awal dan dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada
usia mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup (Yusuf, 2012).
Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu
ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang
setingkat dengan perguruan tinggi (Siswoyo, 2007).

2. Dispepsia
a. Definisi Dispepsia

24
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (buruk) dan peptein
(pencernaan). Istilah dispepsia mulai gencar dikemukakan sejak akhir
tahun 1980-an, yang menggambar keluhan atau kumpulan gejala
(sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrum,
mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa penuh, sendawa,
regurgitasi, dan rasa panas yang menjalar di dada. Sindrom atau keluhan
ini dapat disebabkan atau didasari oleh berbagai penyakit, termasuk juga
didalamnya penyakit yang mengenai lambung atau yang dikenal sebagai
penyakit maag (Djojodiningrat, 2006).

b. Klasifikasi Dispepsia

Pengelompokan mayor dispepsia terbagi atas dua


yaitu:
1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan
organik sebagai penyebabnya. Sindroma dispepsia organik
terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya
tukak (ulkus peptikum), gastritis, stomach cancer, Gastro-
Esophageal reflux disease, hiperacidity.

2. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau


dispepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.
Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan
struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium,
radiologi, dan endoskopi (teropong saluran pencernaan)
(Mansjoer, 2000).

Jenis-jenis dispepsia organik yaitu

a. Tukak Pada Saluran Cerna Atas


Tukak dapat ditemukan pada saluran cerna bagian atas
yaitu pada mukosa, submukosa dan lapisan muskularis, pada

25
distal esophagus, lambung dan duodenum. Keluhan yang
sering terjadi adalah nyeri epigastrum. Nyeri yang dirasakan
yaitu nyeri tajam dan menyayat atau tertekan, penuh atau
terasa perih seperti orang lapar. Nyeri epigastrum terjadi 30
menit sesudah makan dan dapat menjalar ke punggung. Nyeri
dapat berkurang atau hilang sementara sesudah makan atau
setelah minum antasida. Gejala lain seperti mual, muntah,
kembung, bersendawa dan kurang nafsu makan (Hadi S,
2002).

b. Gastritis
Gastritis adalah peradangan/inflamasi pada lapisan
mukosa dan submukosa lambung. Penyebabnya oleh makanan
atau obat-obatan yang mengiritasi mukosa lambung dan
adanya pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Gejala
yang timbul seperti mual, muntah, nyeri epigastrum, nafsu
makan menurun dan kadang terjadi perdarahan (Sutanto,
2007).
c. Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD)
Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD) adalah
kelainan yang menyebabkan cairan lambung mengalami
refluks (mengalir balik) ke kerongkongan dan menimbulkan
gejala khas berupa rasa panas terbakar di dada (hearthburn),
kadang disertai rasa nyeri serta gejala lain seperti rasa panas
dan pahit di lidah, serta kesulitan menelan. Belum ada tes
standar untuk mendiagnosa GERD, kejadiannya diperkirakan
dari gejala-gejala penyakit lain atau dari ditemukannya radang
pada esofagus seperti esofagitis (Berdanier, 2008).

26
d. Karsinoma
Karsinoma pada saluran pencernaan (esofagus, lambung,
pankreas, kolon) sering menimbulkan dispepsia. Keluhan
utama yaitu rasa nyeri di perut, bertambah dengan nafsu
makan turun, timbul anoreksia yang menyebabkan berat
badan turun (Hadi S, 2002).
e. Pankreatitis
Gambaran yang khas dari pankreatitis akut ialah rasa
nyeri hebat di epigastrum. Nyeri timbul mendadak dan terus
menerus, seperti ditusuk- tusuk dan terbakar. Rasa nyeri
dimulai dari epigastrum kemudian menjalar ke punggung.
Perasaan nyeri menjalar ke seluruh perut dan terasa tegang
beberapa jam kemudian. Perut yang tegang menyebabkan
mual dan kadang-kadang muntah.
Rasa nyeri di perut bagian atas juga terjadi pada
penderita pankreatitis kronik. Nyeri yang timbul seperti
ditusuk-tusuk, menjalar ke punggung, mual dan muntah hilang
dan timbul. Pada pankreatitis kronik tidak ada keluhan rasa
pedih, melainkan disertai tanda-tanda diabetes melitus atau
keluhan steatorrrhoe (Hadi, 2002).
f. Dispepsia pada Sindrom Malabsorbs
Malabsorpsi adalah suatu keadaan terdapatnya
gangguan proses absorbsi dan digesti secara normal pada satu
atau lebih zat gizi. Penderita ini mengalami keluhan rasa
nyeri perut, nausea, anoreksia, sering flatus, kembung dan
timbulnya diare berlendir (Sudoyo, 2009).
g. Gangguan Metabolisme
Diabetes Mellitus (DM) dapat menyebabkan
gastroparesis yang hebat sehingga muncul keluhan rasa
penuh setelah makan, cepat kenyang, mual dan muntah.

27
Definisi gastroparesis yaitu ketidakmampuan lambung untuk
mengosongkan ruangan. Ini terjadi bila makanan berbentuk
padat tertahan di lambung. Gangguan metabolik lain seperti
hipertiroid yang menimbulkan nyeri perut dan vomitus (Hadi,
2002).
h. Dispepsia akibat Infeksi bakteri Helicobacter pylori

Penemuan bakteri ini dilakukan oleh dua dokter peraih Nobel


dari Australia, Barry Marshall dan Robin Warre yang
menemukan adanya bakteri yang bisa hidup dalam lambung
manusia. Penemuan ini mengubah cara pandang ahli dalam
mengobati penyakit lambung. Penemuan ini membuktikan
bahwa infeksi yang disebabkan oleh Helicobacter pylori pada
lambung dapat menyebabkan peradangan mukosa lambung yang
disebut gastritis. Proses ini berlanjut sampai terjadi ulkus atau
tukak bahkan dapat menjadi kanker (Rani, 2007).
Dispepsia fungsional adalah dispepsia yang terjadi pada
kondisi perut bagian atas seperti rasa tidak nyaman, mual, muntah,
rasa penuh setelah makan yang menunjukkan perubahan
sensitivitas syaraf di sekeliling abdomen dan kontraksi otot yang
tidak terkoordinasi di dalam perut. Penyebab ini secara umum
tidak sama walaupun beberapa kasus berhubungan dengan stress,
kecemasan, infeksi, obat-obatan dan ada beberapa berhubungan
dengan IBS (irritable bowel syndrome)(Desai, 2012).
Kriteria Rome III menetapkan dispepsia fungsional dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu
1. Postprandial distress syndrom
Gejala yang dirasakan pada tahap ini yaitu
a. Rasa penuh setelah makan yang mengganggu, terjadi setelah
makan dengan porsi biasa, sedikitnya terjadi beberapa kali

28
seminggu.
b. Perasaan cepat kenyang yang membuat tidak mampu
menghabiskan porsi makan biasa, sedikitnya terjadi beberapa
kali seminggu.

Kriteria penunjang sindrom dispepsia jenis ini adalah adanya rasa


kembung di daerah perut bagian atas atau mual setelah makan
atau bersendawa yang berlebihan dan dapat timbul bersamaan
dengan sindrom nyeri epigastrum.

2. Epigastric pain syndrome


Gejala yang dirasakan pada tahap ini yaitu
a. Nyeri atau rasa terbakar yang terlokalisasi di daerah
epigastrum dengan tingkat keparahan moderat/sedang,
paling sedikit terjadi sekali dalam seminggu
b. Nyeri timbul berulang
c. Tidak menjalar atau terlokalisai di daerah perut atau dada
selain daerah perut bagian atas/epigastrum

d. Tidak berkurang dengan BAB atau buang angin


e. Gejala-gejala yang ada tidak memenuhi kriteria diagnosis
kelainan kandung empedu dan sfinger oddi.

Kriteria penunjang sindrom dispepsia jenis ini adalah :

a. Nyeri epigastrum dapat berupa rasa terbakar, tetapi


tanpa menjalar ke daerah retrosternal
b. Nyeri umumnya ditimbulkan atau berkurang dengan
makan, tetapi mungkin timbul saat puasa
c. Dapat timbul bersamaan dengan sindrom distress
setelah makan (Abdulah dan Gunawan, 2012).

c. Patofisiologi

29
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang
tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya
kondisi kejiwaan stress, pemasukan makanan menjadi kurang
sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara
dinding-dinding lambung. Kondisi demikian dapat mengakibatkan
peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya
kondisi asam lambung, sehingga rangsangan di medula oblongata
membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan (Anonim, 2010).

Lambung mempunyai fungsi yaitu fungsi motorik dan


fungsi pencernaan dan sekresi. Fungsi motorik lambung dibagi
menjadi

a. Fungsi menampung
Menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit
demi sedikit dicerna dan bergerak pada saluran cerna.
Menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah tekanan
dengan relaksasi reseptif otot polos diperantarai oleh nervus
vagus dan dirangsang oleh gastrin.
b. Fungsi mencampur
Memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil
dan mencampurnya dengan getah lambung melalui kontraksi
otot yang mengelilingi lambung. Kontraksi peristaltik diatur
oleh suatu irama listrik intrinsik dasar.
c. Fungsi pengosongan lambung

Diatur oleh pembukaan sfinger pilorus yang dipengaruhi


oleh viskositas, volume, keasaman, aktivitas osmotik, keadaan
fisik, serta oleh emosi, obat-obatan dan olah raga.

30
Pengosongan lambung diatur oleh faktor saraf dan hormonal
seperti kolesistokinin.

Fungsi pencernaan dan sekresi antara lain :


a. Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL, pencernaan
karbohidrat dan lemak oleh amilase dan lipase dalam
lambung kecil peranannya.
b. Sintesa dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang
dimakan, peregangan antrum, alkalinisasi antrum dan
rangsangan vagus.
c. Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorpsi vitamin B12
dari usus halus bagian distal
d. Sekresi mukus membentuk selubung yang melindungi
lambung serta berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan
lebih mudah diangkut
e. Sekresi bikarbonat, bersama dengan sekresi gel mukus,
berperan sebagai barier dari asam lumen dan pepsin (Price
dan Wilson, 2006)

Asam klorida (HCL) di dalam lambung mempunyai fungsi sebagai


berikut :
a. Menggiatkan enzim-enzim pepsinogen yang dihasilkan
getah lambung menjadi pepsin yang berfungsi memecah
protein menjadi pepton
b. Sebagai desinfektan atau pembunuh kuman (bibit
penyakit) yang masuk lambung.
c. Membantu dalam membuka dan menutup klep yang terdapat
diantara pilorus dan duodenum.
d. Merangsang pengeluaran (sekresi) getah usus.

Getah lambung yang dimaksud diatas (gastric juice) sekresinya


dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor psikis dan hormonal.

31
a. Faktor psikis

Faktor ini sama dengan yang mempengaruhi kerja glandula


saliva (kelenjar ludah) yaitu reflek pikir, melihat atau mencium
makanan yang dapat merangsang keluarnya getah lambung.
b. Faktor hormonal

Ada dua tahapan yaitu :

1) Tahapan gastrium, berdasarkan pada timbulnya rangsangan


setelah makanan masuk ke lambung, hormon gastrin
terproduksi yang berfungsi merangsang keluarnya getah
lambung.
2) Tahapan intestinal berdasarkan timbulnya rangsangan chyme
memasuki mukosa duodenal akan mengeluarkan sekresi hormon
ini berfungsi merangsang keluarnya getah pankreatik dan
empedu. Bila terdapat lemak dalam makanan yang masuk ke
usus maka akan keluar hormon enterogaster yang berfungsi
menghambat keluarnya cairan lambung (HCL). Selain untuk
dapat menghambat berlangsungnya motilitas Gastro Intestinal
Tract dengan demikian makanan yang telah tercerna akan
tertahan lebih lama dalam lambung dan usus (Kartasapoetra dan
Marsetyo, 2005).

Gejala yang ditimbulkan oleh dispepsia antara lain berupa mual,


muntah, anoreksia dan diare. Mual merupakan sensasi subjektif yang tidak
menyenangkan dan sering mendahului muntah. Terjadinya muntah diawali
dengan berjalannya impuls-impuls aferen ke pusat muntah sebagai aferen
vagus dan simpatis. Impuls aferen ini berasal dari lambung atau duodenum
yang muncul sebagai respon terhadap stimulasi kimiawi oleh emetik (bahan
penyebab muntah). Apabila refleks muntah terjadi pada pusat muntah, terjadi
melalui aktifitas beberapa syaraf kranialis ke wajah dan kerongkongan serta

32
neuron motorik spinalis ke otot abdomen dan diaframa. Gejala-gejala yang
dapat terjadi sebelum muntah adalah mual, takikardi dan berkeringat (Corwin,
2009).

d. Faktor – Faktor Pencetus Dispepsia


1) Kecemasan
Faktor psikis dan emosi seperti pada kecemasan dapat
mempengaruhi fungsi saluran cerna dan mengakibatkan perubahan
sekresi asam lambung, mempengaruhi motilitas dan vaskularisasi mukosa
lambung serta menurunkan ambang rangsang nyeri. Pasien dispepsia
umumnya menderita ansietas lebih jelas dibandingkan orang normal
(Mudjaddid, 2009).
Rangsangan psikis/emosi sendiri secara fisiologi dapat mempengaruhi
lambung dengan dua cara yaitu: 1) Jalur neurogen: Rangsangan konflik
emosi pada kortek serebri mempengaruhi kerja hipotalamus anterior dan
selanjutnya ke nukleus vagus, nervus vagus dan kemudian ke lambung. 2)
Jalur neurohumoral: Rangsangan pada kortek serebri diteruskan ke
hipotalamus anterior selanjutnya ke hipofisis anterior yang mengeluarkan
kortikotropin. Hormon ini merangsang korteks adrenal dan kemudian
menghasilkan hormon adrenal yang selanjutnya merangsang produksi
asam lambung.

Faktor stres erat kaitannya dengan reaksi tubuh yang merugikan


kesehatan. Pada waktu stres akan menyebabkan otak mengaktifkan
sistem hormon untuk memicu sekresinya. Proses ini memicu terjadinya
penyakit psychosomatik dengan gejala dispepsia seperti mual, muntah,
diare, pusing, nyeri otot dan sendi (Irawan, 2007).

2) Pola makan
Di pagi hari kebutuhan kalori seseorang cukup banyak sehingga

33
bila tidak sarapan, lambung akan lebih banyak memproduksi asam.
Tuntutan pekerjaan yang tinggi, padatnya lalu lintas, jarak tempuh rumah
dan kantor yang jauh dan persaingan yang tinggi sering menjadi alasan
para profesional untuk menunda makan (Rani, 2007).

Kebutuhan gizi pada usia dewasa berubah sesuai kelompok usia


tersebut. Usia dewasa dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu 19-29 tahun,
30-
49 tahun dan 50-64 tahun. Usia 19-49 tahun disebut dewasa muda,
sedangkan usia 50-64 tahun disebut dewasa setengah tua. Memilih
makanan secara bijak selama usia dewasa, dapat menunjang kemampuan
seseorang dalam menjaga kesehatan fisik, emosional, mental dan
mencegah penyakit. Contoh gaya hidup sehat adalah mengonsumsi
makanan seimbang, minum air putih, berolahraga secara teratur, tidak
merokok, cukup tidur, bersosialisasi, selalu optimis dan belajar seumur
hidup(life long learning) (Soetardjo S., 2011).

Kebiasaan hidup yang dianjurkan pada dispepsia adalah pola makan


yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan
dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengonsumsi makanan
yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol dan pantang rokok, bila minum
obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara
wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung (Anonim, 2010).

e. Gambaran Kejadian Dispepsia Pada Mahasiwa Kesehatan


Keluhan berupa sindroma dispepsia merupakan keadaan yang
sebenarnya sering ditemui dalam praktek klinis sehari-hari. Prevalensi
dispepsia di Amerika serikat sebesar 23-25,8 %, di India 30,4 %, New
Zealand 34,2%, Hongkong 18,4%, dan Inggris 38-41%. Diperkirakan bahwa
hampir 30 % kasus pada praktek umum dan 60 % pada praktek
gastroenterologist merupakan kasus dispepsia. Menurut data Profil Kesehatan
Indonesia 2007, dispepsia menempati peringkat ke-10 untuk kategori

34
penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2006 dengan
jumlah pasien 34.029 atau sekitar 1,59%.

Sindroma dispepsia dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya


yaitu sindroma dispepsia akibat kelainan organik dan sindroma dispesia
fungsional (non-organik).1,2 Berdasarkan survei epidemiologi kasus sindroma
dispepsia akibat kelainan organik sebanyak 40 % dan fungsional sebanyak
60%. Hal tersebut menandakan bahawa angka kejadian sindroma dispepsia
akibat kelainan organik lebih sedikit dibandingkan dengan fungsional.
Menurut studi berbasiskan populasi pada tahun 2007, ditemukan peningkatan
prevalensi dispepsia fungsional dari 1,9% pada tahun 1998 menjadi 3,3%
pada tahun 2003. Dispepsia fungsional di Indonesia pada tahun 2010
dilaporkan memiliki tingkat prevalensi tinggi yaitu 5 % dari seluruh
kunjungan ke sarana pelayanan primer.
Banyak faktor yang memicu timbulnya keluhan sindroma dispepsia,
diantaranya sekresi asam lambung, kebiasaan makan, Infeksi bakteri
Helicobacter pylori, tukak peptikum dan psikologis (kecemasan dan stress).
Konsumsi kebiasaan makanan beresiko seperti makanan pedas, asam,
bergaram tinggi dan minuman seperti kopi, alkohol merupakan faktor
pemicu timbulnya gejala dispepsia.
World Health Organization (WHO) menetapkan batasan usia remaja
yaitu 10-19 tahun. Kategori usia remaja ini, cendrung ditemui pada seorang
pelajar ataupun mahasiswa yang tentunya memiliki rutinitas sangat banyak,
mulai dari kegiatan akademik seperti mengikuti jadwal aktivitas perkuliahan,
mengerjakan tugas-tugas kuliah, diskusi kelompok dan kegiatan non-
akademik lainnya seperti mengikuti kegiatan organisasi yang menjadi salah
satu faktor penyebab terjadinya kejadian dispepsia meningkat.

E. Jawaban Pertanyaan Penelitian

35
Dari semua jurnal yang digunakan dan ternyata semua artikel saling
berkaitan satu sama lain yang mana ditemukan bahwa kejadian dispepsia pada
mahasiswa fakultas kesehatan baik program studi ilmu keperawatan maupun
program studi ilmu kedokteran dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
kecemasan (stress), dan pola makan mahasiswa yang kurang baik

36
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KE TATANAN NYATA

Setelah dilakukan analisis pada semua artikel yang dignunakan, maka dapat
disimpulkan terdapat beberapa faktor penyebab dispepsia pada mahasiwa fakultas
kedokteran baik program studi ilmu keperawatan maupun program studi ilmu
kedokteran. Oleh karena itu masih perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
seberapa banyakkah faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian dispepsia di
kalangan mahasiswa fakultas kedokteran atau mahasiswa fakultas kesehatan. Oleh
karena itu masih perlu dilakukan penelitian selanjutnya adalah Gambaran faktor
faktor yang mempengaruhi kejadian dispepsia pada mahasiswa fakultas kesehatan
dengan mempertimbangkan hal berikut ini :

a. Feasible (F), yaitu penelitian ini sangat memungkinkan untuk dilakukan,


karena menurut data ditemukan bahwa jumlah pasien dengan keluhan
gejala dispepsia di kalangan remaja akan semakin meningkat, oleh karena
itu penelitian tentang dispepsia sangat memungkinkan untuk dilakukan.
b. Interesting (I), yaitu penelitian ini sangat menarik, terutama untuk
penulis. Penulis menganggap hal ini menarik karena ini merupakan salah
satu upaya pencegahan dan informasi yang bisa diterapkan untuk
menghindari dari penyakit dispepsia di kalangan remaja.
c. Novelty (N), yaitu keterbaruan yang bisa dicantumkan diantaranya adalah
melakukan penelitian dengan cakupan wilayah yang luas atau
menggunakan responden dalam jumlah yang banyak, dan salah satu
wilayah yang belum pernah diteliti adalah di Provinsi Bali, padahal
Provinsi Bali sendiri terdiri dari banyak universitas baik dengan fakultas
kedokteran maupun fakultas lainnya yang kemungkinan banyak
mahasiswanya mengalami kejadian dispepsia ini tanpa disadari.

37
d. Ethical (E), yaitu apakah penelitian ini layak atau tidak melanggar etik
jika dilakukan, penelitian ini tidak akan melanggar etik, mengingat bahwa
penelitian ini tidak ada memberikan tindakan yang membahayakan bagi
responden, dan sebalikan sebelum dilakukan pengisian kuisioner ini
responden sudah ditanyakan kesediaanya terlebih dahulu (inform
consent) dan sebaliknya penelitian ini dapat memberikan informasi
mengenai faktor yang dapat menyebabkan dispepsia terutama pada
mahasiwa baru maupun tingkat akhir.
e. Relevant (R), yaitu penelitian ini sangat relevan mengingat hal ini juga
masih menjadi trend, yaitu semakin meningkatnya kejadian dispepsia
pada usia remaja.
f. Cost-effectiveness, yaitu penelitian ini diharapkan mampu memberikan
hasil yang lebih besar dan memberikan perubahan pada remaja
(mahasiswa) sehingga penelitian ini tidak menjadi sia-sia, dan ketika
penelitian ini dilakukan, peneliti tidak akan memerlukan biaya yang
banyak, mengingat alat pengumpulan data hanya berupa kuesioner dan
dilakukan wawancara kepada responden.

38
DAFTAR PUSTAKA

Chaidir, R., & Maulina, H. (2015). Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian
Sindrom Dispepsia Fungsional Pada Mahasiswa Semester Akhir Prodi S1
Keperawatan Di Stikes Yarsi Sumbar Bukittinggi. Jom, 5(2).

Husnul Ikhsan, M., Widya Murni, A., & Rustam, E. R. (2020). Hubungan Depresi,
Ansietas, dan Stres dengan Kejadian Sindrom Dispepsia pada Mahasiswa Tahun
Pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Sebelum dan Sesudah
Ujian Blok. Jurnal Kesehatan Andalas, 9(1S), 74–81.
https://doi.org/10.25077/jka.v9i1s.1158

Ramadanti, N. (n.d.). INCIDENCE IN FIRST-YEAR STUDENTS AT FACULTY OF,


(I), 1–12.

Kedokteran, F., & Tanjungpura, U. (n.d.). 1 ; 2 ; 3.

Arini, A., & Malik, R. (2019). Hubungan pendekatan belajar dengan prestasi belajar
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2014,
1(2), 254–258.

Afifah, N. (2018). Hubungan Tingkat Stres Dan Pola Makan Dengan Kejadian
Sindrom Dispepsia Pada Mahasiswa Ilmu Keperawatan Semester Delapan
Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta, 1–13.
Retrieved from http://digilib.unisayogya.ac.id/4393/1/naskah publikasi afifah-
min.pdf

Ibrahim, N. K. (2016). A systematic review of the prevalence and risk factors of


irritable bowel syndrome among medical students. Turkish Journal of
Gastroenterology, 27(1), 10–16. https://doi.org/10.5152/tjg.2015.150333

39
Correlation, T. H. E., Anxiety, O. F., Dealing, I. N., Objective, W., Of, C., Dyspepsia,
F., … Students, M. (2019). Proceedings of International Conference on Applied
Science and Health THE CORRELATION OF ANXIETY IN DEALING WITH
OBJECTIVE STUDENT ORAL CASE ANALYSIS ( OSOCA ) EXAMINATION
ON THE CASE OF FUNCTIONAL DYSPEPSIA IN THE FIRST SEMESTER
Proceedings of Internatio, (4).

Lacy, B. E., Everhart, K., & Crowell, M. D. (2019). Functional Dyspepsia: Clinical
Symptoms, Psychological Findings, and GCSI Scores. Digestive Diseases and
Sciences, 64(5), 1281–1287. https://doi.org/10.1007/s10620-018-5347-2

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta.

Swarjana, I. K. (2015). Metodelogi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Yogyakarta :


CV. Andi Offset.

World Health Organization. (2015). World Health Statistic 2015.

Ramadani, R. F., Erastus Mosha, & Ramadani, R. F. (2014). Title, 2(c), 1–43.
https://doi.org/10.16526/j.cnki.11-4762/tp.2014.11.051

40
Lampiran

41

Anda mungkin juga menyukai