Anda di halaman 1dari 99

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.K DENGAN NYERI

KRONIS PADA DIAGNOSA MEDIS ARTRITIS REUMATOID

DI DESA BRANANG LEKOK KABUPATEN PASURUAN

OLEH:

ROBI’ATUL ADHAWIYAH

NIM. 1801128

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA

SIDOARJO

2021
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.K DENGAN NYERI

KRONIS PADA DIAGNOSA MEDIS ARTRITIS REUMATOID

DI DESA BRANANG LEKOK KABUPATEN PASURUAN

Sebagai prasyarat untuk memperoleh Gelar

Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)

Di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

OLEH:

ROBI’ATUL ADHAWIYAH

NIM. 1801128

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA

SIDOARJO

2021

ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Robi’atul Adhawiyah
NIM : 1801128
Tempat, Tanggal Lahir : Pasuruan, 21 Maret 2000
Institusi : Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: “ASUHAN

KEPERAWATAN PADA NY.K DENGAN NYERI KRONIS PADA

DIAGNOSA MEDIS ARTRITIS REUMATOID DI DESA BRANANG

LEKOK KABUPATEN PASURUAN” adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang

lain baik sebagian atau keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah

disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan


apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.

Pasuruan, 20 Mei 2021


Yang Menyatakan,

Robi’atul Adhawiyah
NIM. 1801128

Mengetahui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ns. Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep.,MNS Ns. Nurul Huda, S.Kep.,S. Psi.,M.Si
NIDN. 0731108603 NIDN. 342097001

ii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Robi’atul Adhawiyah


Judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.K DENGAN NYERI

KRONIS PADA DIAGNOSA MEDIS ARTRITIS REUMATOID DI

DESA BRANANG LEKOK KABUPATEN PASURUAN

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada
tanggal : 27 Mei 2021

Oleh :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ns. Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep.,MNS Ns. Nurul Huda, S.Kep.,S. Psi.,M.Si
NIDN. 0731108603 NIDN. 342097001

Mengetahui,
Direktur
Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes


NIDN. 07030878

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Telah di uji dan di setujui oleh Tim Penguji pada sidang di Program DIII
Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Tanggal : 27 Mei 2021

TIM PENGUJI

Tanda Tangan

Ketua : Ns. Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes

Anggota :1. Ns. Nurul Huda, S.Kep.,S. Psi.,M.Si

2. Ns. Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep.,MNS

Mengetahui,
Direktur
Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes


NIDN. 0703087801

iv
MOTTO

ِ ‫اَ ْلعُلَ َما ُء َو َرثَةُ ْاْلَ ْن ِب َي‬


ً َ‫اء َو ِإن ْاْلَ ْن ِب َيا َء لَ ْم يُ َو ِ ِّرث ُ ْوا ِد ْين‬
‫ فَ َم ْن‬،‫ َولَ ِك ْن َورث ُ ْوا ا ْل ِع ْل َم‬،‫ارا َو َل د ِْر َها ًما‬
ِّ ‫أَ َخذَهُ أَ َخذَ بِ َح‬
‫ظ َوافِر‬

Artinya :

“Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan
dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu, barang siapa
mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang cukup.”

(HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-


lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

(QS. Al-mujadilah 11)

v
LEMBAR PERSEMBAHAN

Syukur alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat
terselesaikan.

Isi pikiran yang tersampikan dalam karya ini saya persembahkan untuk :

1. Kedua orang tua saya (ayah dan ibu), terima kasih kalian selalu memberikan
saya kekuatan dalam menjalani studi ini dan selalu mendoakan saya dalam
segala hal urusan Dunia dan Akhirat saya.
2. Terima kasih kepada bapak ibu dosen yang selalu membimbing saya dalam
penyelesaian tugas akhir dan masukan serta saran yang dapat membangun
untuk penyelesaian tugas akhir saya
3. Terima kasih kepada kakak saya Dwi dan khodijah telah mensupport dan
membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Terima kasih kepada teman saya dan sahabat saya (Ummul, Maryam, Tiara,
Amel, Rina dan Halim) kalian yang selalu memberikan semangat, kekuatan,
serta dukungan dan semoga dilancarkan semua yang kalian inginkan,
Aamiin.
5. Saudara – saudara saya seangkatan terima kasih kalian telah melalui hal
yang sama dan kita bersama – sama menjalani studi, penyelesaian tugas
akhir sehingga berada di titik ini semoga ilmu yang kita dapatkan selama
kita menjalani studi ini menjadi ilmu yang berokah dan di ridhoi Allah
SWT.

vi
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.K

DENGAN NYERI KRONIS PADA DIAGNOSA MEDIS ARTRITIS

REUMATOID DI DESA BRANANG LEKOK KABUPATEN PASURUAN”

ingin dengan tepat waktu sebagai persyaratan akademik dalam menyelesaikan

Program DIII Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini selesai dengan baik
2. Ayah, Ibu, dan saudara tercinta yang telah memberi semangat dan motivasi
dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah
3. Ibu Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes selaku Direktur Program DIII
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo
4. Bapak Ns. Nurul Huda, S.Kep,S.Psi.,M.Si selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing dan memberikan motivasi selama
pelaksanaan studi
5. Bapak Ns. Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep.,MNS selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memberikan motivasi
selama pelaksanaan studi
6. Bapak dan Ibu responden yang telah membantu saya dalam penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini
7. Teman-teman mahasiswa program studi DIII Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo dan seluruh pihak yang telah membantu
kelancaran penelitian ini
8. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
vii
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan,
sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila para pembaca
berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi
keperawatan.

Pasuruan,20 mei 2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN........................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH ....................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
MOTTO .................................................................................................................. v
LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
1.4.1 Akademis .......................................................................................... 4
1.4.2 Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi: ....................... 4
1.5 Metode Penulisan ..................................................................................... 5
1.5.1 Metode............................................................................................... 5
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 5
1.5.3 Sumber Data ...................................................................................... 5
1.5.4 Studi Kepustakaan ............................................................................. 6
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................... 6
1.6.1 Bagian Awal ...................................................................................... 6
1.6.2 Bagian Inti ......................................................................................... 6
1.6.3 Bagian Akhir ..................................................................................... 7
BAB 2 ..................................................................................................................... 8
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 8
2.1 Konsep Dasar Penyakit Artritis Reumatoid.............................................. 8
2.1.1 Definisi .............................................................................................. 8
2.1.2 Klasifikasi Rheumatoid Arthritis ...................................................... 8
2.1.3 Etiologi .............................................................................................. 9
2.1.4 Patofisiologi .................................................................................... 11
2.1.5 Tanda dan Gejala............................................................................. 12
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang .................................................................. 14
2.1.7 Penatalaksanaan .............................................................................. 15
2.2 Konsep Klien .......................................................................................... 17
2.2.1 Definisi ............................................................................................ 17
2.2.2 Tujuan Dasar Kelurga ..................................................................... 17
2.2.3 Tahap perkembangan keluarga ....................................................... 18
2.2.4 Karakteristik keluarga sebagai sistem ............................................. 20
2.2.5 Struktur Keluarga ............................................................................ 21
ix
2.2.6 Tipe – tipe Keluarga ........................................................................ 22
2.2.7 Fungsi Keluarga .............................................................................. 24
2.2.8 Tugas Keluarga ............................................................................... 25
2.2.9 Ciri – ciri Keluarga.......................................................................... 25
2.2.10 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan. ..................................... 26
2.3 Konsep Dampak Masalah ....................................................................... 26
2.3.1 Konsep Solusi ................................................................................. 26
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Artritis Reumatoid ................................. 27
2.4.1 Pengkajian ....................................................................................... 28
2.4.2 Analisa Data .................................................................................... 32
2.4.3 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul .............................. 32
2.4.4 Intervensi Keperawatan ................................................................... 35
2.4.5 Implementasi Keperawatan ............................................................. 41
2.4.6 Evaluasi Keperawatan ..................................................................... 41
2.5 Kerangka Masalah .................................................................................. 42
BAB 3 ................................................................................................................... 43
TINJAUAN KASUS ............................................................................................. 43
3.1 Pengkajian .............................................................................................. 43
3.1.1 Data Umum ..................................................................................... 43
3.1.2 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga .................................... 45
3.1.3 Data lingkungan .............................................................................. 46
3.1.4 Struktur keluarga ............................................................................. 47
3.1.5 Fungsi keluarga ............................................................................... 48
3.1.6 Stress dan koping keluarga.............................................................. 49
3.1.7 Pemeriksaan kesehatan individu ..................................................... 50
3.1.8 Harapan keluarga ............................................................................ 51
3.2 Analisa Data ........................................................................................... 52
3.3 Diagnosa keperawatan ............................................................................ 53
3.4 Skoring ................................................................................................... 53
3.5 Intervensi ................................................................................................ 55
3.6 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ................................................... 57
3.7 EVALUASI ............................................................................................ 60
BAB 4 ................................................................................................................... 62
PEMBAHASAN ................................................................................................... 62
4.1 Pengkajian .............................................................................................. 62
4.1.1 Jenis kelamin ................................................................................... 62
4.1.2 riwayat Kesehatan ........................................................................... 62
4.1.3 Perilaku yang Mempengaruhi Kesehatan........................................ 63
4.1.4 Pemeriksaan Fisik ........................................................................... 64
4.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 64
4.2.1 Nyeri kronis b.d kondisi musculoskeletal kronis ............................ 65
4.2.2 Gangguan Mobilitas Fisik b.d gangguan musculoskeletal .............. 65
4.3 Intervensi Keperawatan .......................................................................... 66
4.4 Implementasi .......................................................................................... 67
4.5 Evaluasi .................................................................................................. 68
BAB 5 ................................................................................................................... 82
PENUTUP ............................................................................................................. 82
5.1 Simpulan ................................................................................................. 82
x
5.1.1 Pengkajian ....................................................................................... 82
5.1.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................... 82
5.1.3 Intervensi Keperawatan ................................................................... 83
5.1.4 Implemetasi Keperawatan ............................................................... 83
5.1.5 Evaluasi ........................................................................................... 83
5.2 Saran ....................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 85
SATUAN ACARA PENYULUHAN ................................................................... 87
Lembar Informed Consent .................................................................................... 95
Lembar Konsultasi Bimbingan ............................................................................. 96

xi
DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Tabel Hal

tabel 2. 1 tanda dan gejala rematik menurut ARA ...................................... 13


tabel 2. 2 Intervensi Keperawatan ............................................................... 35

Tabel 3. 1 komposisi keluarga...................................................................... 43


Tabel 3. 2 pemeriksaan fisik ........................................................................ 50
Tabel 3. 3 Analisa Data ................................................................................ 52
Tabel 3. 4 Diagnosa Keperawatan................................................................ 53
Tabel 3. 5 skoring prioritas masalah ............................................................ 53
Tabel 3. 6 Intervensi keperawatan................................................................ 55
Tabel 3. 7 Implementasi Keperawatan ......................................................... 57
Tabel 3. 8 Evaluasi ....................................................................................... 60

xii
DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Gambar Hal

gambar 2. 1 kerangka masalah ........................................................................ 42

Gambar 3. 1 Genogram Keluarga .................................................................... 44

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Lampiran Hal

Lampiran 1 Surat Pengantar Studi Penelitian ................................................. 94


Lampiran 2 Lembar Informed Consent .......................................................... 95
Lampiran 3 Lembar Konsultasi Bimbingan ................................................... 96

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit dengan nama arthritis reumatoid ini banyak diderita seiring

dengan bertambahnya usia yang disebabkan oleh adanya pengapuran sendi,

sehingga orang dengan jenis penyakit ini akan mengalami nyeri sendi dan

keterbatasan gerak (Meliny, 2018). Arthritis rheumatoid adalah penyakit autoimun

yang disebabkan karena adanya peradangan atau inflamasi yang dapat

menyebabkan kerusakan sendi dan nyeri (Nugraha, 2017). Menurut American

collage Rheumatology, penanganan reumatik dapat dilakukan dengan terapi

farmakologi dan non farmakologi dan juga tindakan operasi. Teknik non

famakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri adalah yaitu dengan

pijat, kompres, stimulasi elektrik saraf kulit transkutan, teknik relaksasi dan

istirahat. Nyeri adalah sensori subjektif dan emosional yang tidak di senangi yang

dapat merusak jaringan actual maupun potensial. Salah satu teknik mengurangi

nyeri ialah dengan melakukan back massage. Teknik ini dapat kita lakukan dengan

cara meletakkan kedua tangan pada punggung dengan perlahan (Kristanto,dkk,

2012).

Angka kejadian rheumatoid arthritis yang disampaikan oleh WHO adalah

mencapai 20% dari penduduk dunia, 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun

dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun (putri & priyanto, 2019). Menurut

Riskesdas (2018) jumlah penderita rheumatoid arthritis di Indonesia mencapai

7,30%. Seiring bertambahnya jumlah penderita rheumatoid arthritis di Indonesia

justru tingkat kesadaran dan salah pengertian tentang penyakit ini cukup tinggi.
1
2

Keadaan inilah menjelaskan bahwa kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia

khususnya penderita untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai penyakit.

Prevalensi penyakit sendi di kabupaten/ kota pasuruan berdasarkan Diagnosis

Dokter pada penduduk Umur 15 Tahun ke atas menurut Riskesdas 2018 sebanyak

5,14% untuk wilayah kabupaten pasuruan dan 3,54% untuk kota pasuruan.

Sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap remeh penyakit

Rematik, karena sifatnya yang seolah-olah tidak menimbulkan kematian padahal

rasa nyeri yang ditimbulkan sangat menghambat seseorang untuk melakukan

aktivitas sehari-hari (Nurwulan, 2017). Timbulnya nyeri membuat penderita

seringkali takut untuk bergerak sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan dapat

menurunkan produktivitasnya (Padila, 2012). Disamping itu, dengan mengalami

nyeri, sudah cukup membuat pasien frustasi dalam menjalani hidupnya sehari-hari

sehingga dapat menganggu kenyamanan pasien. Karenanya terapi utama yang

diarahkan adalah untuk menangani nyeri ini (Lahemma, 2019).

Nyeri diakibatkan oleh peradangan dimulai dari membrane sendi yang

membatasi, kemudian berubah menjadi pembekakan atau efusi pada ruang sendi

dan kerusakan pada tulang (erosi). Nyeri yang diakibatkan rheumatoid arthritis akan

mengakibatkan perubahan gaya hidup, aktivitas, dan pekerjaan (Lukman dan

Nurma,2012). Dampak nyeri pada arthritis reumathoid yang dirasakan akan

memberikan pengaruh terhadap fungsi tubuh sehari-hari atau imobilisasi dan

psikologis, yang diantaranya adalah adanya nyeri yang membuat penderita merasa

tidak nyaman dan seringkali takut untuk bergerak karena takut terjadi keparahan

sehingga menurunkan produktifitas. Sedangkan dampak pada gangguan mobilitas

bisa menggangu keseimbangan tubuh yang menjadi tidak stabil yang menyebabkan
3

terbatasnya gerakan, sehingga penderita terjadi ketergantungan kepada orang lain

dan dapat menyebabkan stress. (Widayati & Hayati, 2017).

Diperlukan adanya penatalaksanaan untuk masalah arthritis rheumatoid.

Penanganan nyeri pada rematik dapat dilakukan dengan dua metode yaitu dengan

farmakologi dan nonfarmakologi (Andri DKK, 2019). Dengan farmakologi bisa

menggunakan obat-obatan analgesik (Mawarni, 2018). Untuk itu penulis tertarik

untuk membantu mengatasi masalah Rematik dengan menggunakan pendekatan

proses keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ny.K dengan Nyeri Kronis pada

Diagnosa Medis Arthritis Reumatoid di Desa Branang Lekok Kabupaten Pasuruan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tercapainya kemampuan mahasiswa dalam Asuhan Keperawatan Pada

Ny.K dengan Nyeri Kronis pada Diagnosa Medis Arthritis Reumatoid di Desa

Branang Lekok Kabupaten Pasuruan

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Melakukan pengkajian Pada Ny.K dengan Nyeri Kronis pada Diagnosa

Medis Arthritis Reumatoid di Desa Branang Lekok Kabupaten Pasuruan

1.3.2.2 Merumuskan diagnosa Pada Ny.K dengan Nyeri Kronis pada Diagnosa

Medis Arthritis Reumatoid di Desa Branang Lekok Kabupaten Pasuruan

1.3.2.3 Merencanakan Asuhan Keperawatan Pada Ny.K dengan Nyeri Kronis pada

Diagnosa Medis Arthritis Reumatoid di Desa Branang Lekok Kabupaten

Pasuruan
4

1.3.2.4 Melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Ny.K dengan Nyeri Kronis pada

Diagnosa Medis Arthritis Reumatoid di Desa Branang Lekok Kabupaten

Pasuruan

1.3.2.5 Mengidentifikasi Asuhan Keperawatan Pada Ny.K dengan Nyeri Kronis

pada Diagnosa Medis Arthritis Reumatoid di Desa Branang Lekok

Kabupaten Pasuruan

1.3.2.6 Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan Pada Ny.K dengan Nyeri Kronis

pada Diagnosa Medis Arthritis Reumatoid di Desa Branang Lekok

Kabupaten Pasuruan

1.4 Manfaat Penelitian

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi

manfaat:

1.4.1 Akademis

Hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi pengetahuan khususnya

dalam hal asuhan keperawatan dengan kasus Artritis Rheumatoid.

1.4.2 Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi:

1.4.2.1 Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan Kesehatan agar

dapat melakukan asuhan keperawatan dengan kasus artritis rheumatoid

dengan baik.

1.4.2.2 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti

berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan

pada kasus artritis rheumatoid.


5

1.4.2.3 bagi profesi Kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan

pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada kasus artritis

rheumatoid.

1.5 Metode Penulisan

1.5.1 Metode

Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa

atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang

mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan proses

keperawatan dengan Langkah-langkah pengkajian, diagnosis, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

1.5.2.1 Wawancara

Data diperoleh melalui percakapan baik dengan klien, keluarga maupun tim

Kesehatan lainnya

1.5.2.2 Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan kepada klien.

1.5.2.3 Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menunjang

menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya.

1.5.3 Sumber Data

1.5.3.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari klien.


6

1.5.3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat

klien, dan hasil-hasil pemeriksaan.

1.5.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan

dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi

kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1.6.1 Bagian Awal

Memuat halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, kata

pengantar, daftar isi.

1.6.2 Bagian Inti

Bagian ini terdiri dari dua bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab

berikut ini:

1.6.2.1 Bab 1: Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan studi kasus.

1.6.2.2 Bab 2: tinjauan Pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan

asuhan keperawatan klien dengan diagnose Artritis Reumatoid, serta

kerangka masalah.

1.6.2.3 Bab 3: Tinjauan Kasus, berisi tentang asuhan keperawatan yang dimulai dari

tahap pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1.6.2.4 Bab 4: Pembahasan, penguraian tentang kesenjangan yang terjadi antara

tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus.


7

1.6.2.5 Bab 5: Kesimpulan, berisi simpulan dan saran

1.6.3 Bagian Akhir

Terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit Artritis Reumatoid

2.1.1 Definisi

Artritis reumatoid merupakan penyakit autoimun sistemik kronik yang

menyebabkan inflamasi jaringan ikat, terutama di sendi. Rangkaian dan keparahan

beragam, dan rentang manifestasi luas. Manifestasi RA mungkin minimal, dengan

inflamasi ringan hanya beberapa sendi dan sedikit kerusakan struktural, atau sedikit

progresif, dengan sendi multiple yang mengalami inflamasi dan deformitas nyata.

Sebagian besar pasien menunjukkan pola keterlibatan simetrik sendi perifer

multiple dan periode remisi dan eksaserbasi (Priscilla, 2016).

Artritis reumatoid (AR) adalah penyakit peradangan sistemik kronis yang

tidak diketahui penyebabnya dengan manifestasi pada sendi perifer dengan pola

simetris. Konstitusi gejala, termasuk kelelahan, Malaise, dan kekakuan pada pagi

hari. Pada AR sering melibatkan organ ekstra artikular seperti kulit, jantung, paru-

paru, dan mata. AR menyebabkan kerusakan sendi dan dengan demikian sering

menyebabkan morbiditas dan kematian yang cukup besar (Zairin, 2012).

2.1.2 Klasifikasi Rheumatoid Arthritis

Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:

1) Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan

gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam

waktu 6 minggu.

8
9

2) Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan

gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam

waktu 6 minggu.

3) Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda

dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam

waktu 6 minggu.

4) Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan

gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam

waktu 3 bulan.

2.1.3 Etiologi

Menurut Zairin Nur Helmi (2012), penyebab artritis reumatoid tidak diketahui.

Faktor genetik, lingkungan, hormon, imunologi, dan faktor-faktor infeksi mungkin

memainkan peran penting. Sementara itu, faktor sosial ekonomi, psikologis, dan

gaya hidup dapat mempengaruhi progresivitas dari penyakit.

Genetik : Sekitar 60% dari pasien dengan RA membawa epitop bersama dari

kluster HLA-DR4 yang merupakan salah satu situs pengikat peptida

molekul HLA-DR tertentu yang berkaitan dengan AR.

Lingkungan : Untuk beberapa dekade, sejumlah agen infeksi seperti organisme

mycoplasma, epstein-Barr dan virus rubella menjadi presdiposisi

peningkatan AR.

Hormonal : Hormon seks mungkin memainkan peran, terbukti dengan jumlah

perempuan yang tidak proporsional dengan AR, ameliorasi selama

kehamilan, kambuh dalam periode postpartum dini, dan insiden

berkurang pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral.


10

Imunologi : Semua elemen imunologi utama memainkan peran penting dalam

propagasi, inisiasi, dan pemeliharaan dari proses autoimun AR.

Peristiwa seluler dan sitokin yang mengakibatkan konsekuensi

patologis kompleks, seperti proliferasi sinovia dan kerusakan sendi

berikutnya. Keterlibatan limfosit T dan B, antigen presenting sel

(misalnya sel B, makrofag, dan sel dendritik), serta banyak sitokin.

Penyimpangan produksi dan regulasi dari kedua sitokin proinflamasi

dan anti inflamasi jalur sitokin ditemukan di AR. Sel T CD4

Diasumsikan memainkan peran penting dalam inisiasi AR. Sel-sel

kemudian dapat mengaktifkan makrofag dan populasi sel lainnya,

termasuk fibroblas sinovia. Makrofag dan sinovia fibroblas menjadi

produsen utama dari sitokin proinflamasi TNF-alfa dan IL-1.

Hiperaktivitas dari membran sinovia membentuk jaringan pannus dan

menyerang tulang sehingga mengalami degradasi oleh aktivasi

osteoklas. Perbedaan utama antara AR dan bentuk lain dari inflamasi

arthritis, seperti radang sendi psoriasis, tidak terletak pada pola sitokin

mereka, tetapi lebih pada potensi merusak yang sangat dari membran

sinovia AR dan dan autoimun sistem lokal. Hubungan dua peristiwa

tersebut tidak jelas, namun respon autoimun dibayangkan mengarah

pada pembentukan imunitas kompleks yang yang mengaktifkan

proses inflamasi ke tingkat yang lebih tinggi yang jauh dari biasanya.
11

2.1.4 Patofisiologi

Dipercaya bahwa pajanan terhadap antigen yang tidak teridentifikasi (misal

virus) menyebabkan respon imun menyimpang pada pejamu yang rentan secara

genetik. Sebagai akibatnya, antibodi normal (imunoglobulin) menjadi autoantibodi

dan menyerang jaringan pejamu. Antibodi yang berubah ini, biasanya terdapat pada

orang yang mengalami RA, disebut faktor reumatoid (reumatoid faktor,RF).

Antibodi yang dihasilkan sendiri berikatan dengan antigen target mereka dalam

darah dan membran sinovial, membentuk kompleks imun. Komplemen diaktivasi

oleh kompleks imun, memicu respon inflamasi pada jaringan sinovial.

Leukosit tertarik ke membran sinovial dari sirkulasi, tempat neutrofil dan

makrofag mengingesti kompleks imun dan melepaskan enzim yang mendegradasi

jaringan sinovial dan kartilago artikular. Aktivitas limfosit B dan T menyebabkan

peningkatan produksi faktor reumatoid dan enzim yang meningkatkan dan

melanjutkan proses inflamasi.

Membran sinovial rusak akibat proses inflamasi dan imun. Membran

sinovial membengkak akibat infiltrasi leukosit dan menebal karena sel

berproliferasi dan membesar secara abnormal. Prostaglandin memicu vasodilatasi,

dan sel sinovial dan jaringan menjadi hiperaktif. Pembuluh darah baru tumbuh

untuk menyokong hiperplasia synovial, membentuk jaringan granulasi vaskuler

disebut pannus.

Kerusakan sendi yang terjadi pada RA merupakan hasil dari minimal 3

proses:

1. Pannus inflamasi menyebar untuk menutupi kartilago sendi dan menghasilkan

enzim seperti kolagen dan dan protease lain yang memicu kerusakan jaringan.
12

2. Sitokin, khususnya interleukin 1 (IL-1) dan faktor nekrosis tumor Alfa (TNF-

alpha), mengaktivasi kondrosit untuk menyerang kartilago sendi.

3. Sitokin ini, bersama dengan IL-6, juga mengaktivasi osteoklas, menyebabkan

resorpsi dan demineralisasi tulang yang menyertai.

Kompleks imun yang bersirkulasi dan sitokin IL-1, TNF, dan IL-6 terhitung

untuk gambaran sistemik RA, termasuk Malaise, keletihan, dan vasculitis (Pricilla,

2016).

2.1.5 Tanda dan Gejala

Pada setiap orang gejala Rematik yang dirasakan berbeda-beda, berikut

adalah beberapa tanda dan gejala umum yang dirasakan dari penyakit rematik :

1) Kekakuan pada dan seputar sendi yang berlangsung sekitar 30 – 60 menit

dipagi hari.

2) Bengkak pada beberapa sendi pada saat yang bersamaan.

3) Bengkak dari nyeri pada umumnya terjadi pada sendi-sendi tangan.

4) Bengkak dan nyeri umumnya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri pada

sedi yang sama dikedua sisi tubuh) dan umumnya menyerang sendi

pergelangan tangan.

5) Sakit atau radang dan terkadang bengkak dibagian persendian pergelangan

jari tangan, kaki, bahu, lutut, pinggung, punggung dan sekitar leher.

6) Sakit rematik dapat berpindah-pindah tempat dan bergantian bahkan

sekaligus diberbagai persendian.

7) Sakit rematik kambuh biasanya pada saat cuaca mendung saat mau hujan

setelah mengkonsumsi makanan pantangan seperti, sayur bayam,

kangkung, kelapa, santan, dan lain-lain (Haryono & Setianingsih, 2013).


13

tabel 2. 1 tanda dan gejala rematik menurut ARA

Kriteria Tanda dan gejala

1 Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (morning stiffness).

2 Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya

pada satu sendi.

3 Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh evolusi

cairan) pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-

kurangnya selama enam minggu.

4 Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.

5 Pembengkakan sendi yang bersifat simetris.

6 Nodul subkutan pada daerah tonjolan tulang di daerah ekstensor.

7 Gambaran foto rontgen yang khas pada artritis reumatoid.

8 Uji aglutinasi faktor rheumatoid.

9 Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia.

10 Gambaran histologik yang khas pada nodul.

11 Pengendapan cairan cousin yang jelek.

Hasil penilaian :

Klasik, bila terdapat tujuh kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama

enam minggu.

Definitif, bila terdapat lima kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama

enam minggu.

Kemungkinan rheumatoid, bila terdapat tiga kriteria dan berlangsung sekurang-

kurangnya selama empat Minggu.


14

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

2.1.6.1 Studi laboratorium

Tidak ada tes patognomonik tersedia untuk mengonfirmasi diagnosis AR,

melainkan diagnosis dibuat menggunakan klinis, laboratorium dan fitur

imaging.

1) Tanda peradangan, seperti LED dan CRP, berhubungan dengan aktivitas

penyakit. selain itu, nilai CRP dari waktu ke waktu berkorelasi dengan

kemajuan radiografi.

2) Parameter hematologi termasuk jumlah CBC dan analisis cairan sinovia.

(1)Profil sel darah lengkap: anemia, trombositosis, trombositopenia,

leukositosis dan leukopenia.

(2)Analisis cairan sinovia: inflamasi cairan sinovial, dan dominasi neutrofil

(60-80%).

(3)WBC count (>2000/uL) hadir dengan sejumlah WBC umumnya dari

5.000-50.000/uL

(4)Parameter imunologi: faktor rheumatoid hadir pada sekitar 60-80%

pasien dengan AR.

2.1.6.2 Studi imaging

1) Radiografi: perhatikan bahwa erosi mungkin ada pada kaki, bahkan tanpa

adanya rasa sakit dan tidak adanya erosi di tangan.

2) MRI: modalitas ini digunakan terutama pada pasien dengan kelainan

tulang belakang leher; pengenalan awal erosi berdasarkan Citra MRI

telah cukup divalidasi.


15

3) Ultrasonografi: modalitas ini memungkinkan pengakuan evolusi pada

sendi yang tidak mudah diakses (misalnya sendi pinggul dan sendi bahu

pada pasien obesitas) dan kista (kista baker).

4) Bone scanning: temuan dapat membantu membedakan inflamasi dari

perubahan yang bisa menyebabkan peradangan pada pasien dengan

minimal pembengkakan.

5) Densitometri: temuan yang berguna untuk membantu mendiagnosis

perubahan dalam kepadatan mineral tulang mengindikasikan

osteoporosis.

2.1.6.3 Pengujian lain

HLA-DR4 (shared apitop) dapat merupakan penanda yang dapat

membantu membedakan artritis di awal.

2.1.6.4 Prosedur

Bersama aspirasi, artroskopi diagnostik (histologi) dan biopsi

(misalnya, kulit, saraf, lemak, rektum, ginjal) dapat dipertimbangkan jika

vaskulitis atau amiloidosis ditemukan.

2.1.7 Penatalaksanaan

Perawatan yang optimal pasien dengan arthritis rheumatoid membutuhkan

pendekatan yang terpadu dalam terapi farmakologis dan non farmakologis.

2.1.7.1 Non farmakologis

1) Pendidikan kesehatan penting dalam membantu pasien untuk memahami

penyakit mereka dan belajar bagaimana cara mengatasi konsekuensinya.


16

2) Fisioterapi dan terapi fisik dimulai untuk membantu meningkatkan dan

mempertahankan berbagai gerakan, meningkatkan kekuatan otot, serta

mengurangi rasa sakit.

3) Terapi okupasi dimulai untuk membantu pasien untuk menggunakan

sendi dan tendon efisien tanpa menekankan struktur ini, membantu

mengurangi ketegangan pada sendi dengan splints dirancang khusus,

serta menghadapi kehidupan sehari-hari melalui adaptasi kepada pasien

dengan lingkungan dan penggunaan alat bantu yang berbeda.

4) Tindakan ortopedi meliputi tindakan bedah rekonstruksi.

2.1.7.2 Farmakologis

1) DMARD's merupakan ukuran yang paling penting dalam pengobatan

sukses AR. DMARD's dapat memperlambat atau mencegah

perkembangan kerusakan dan hilangnya fungsi sendi. Terapi DMARD

yang sukses dapat menghilangkan kebutuhan untuk obat antiinflamasi

atau analgesik lainnya. Agen Xenobiotic DMARD's, meliputi: garam

emas (misalnya, aurotiomalat, auranofit, lainnya); D-penisilamin;

klorokuin dan hidroksklorokuin; sulfasalazin (SSZ), metrotreksat

(MTX); azatioprina; dan siklosporin A.

2) Glukokortikoid adalah obat antiinflamasi manjur dan biasanya

digunakan pada pasien dengan AR untuk menjembatani waktu sampai

DMARD's efektif. Dosis prednison 10 mg per hari biasanya digunakan,

namun beberapa pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi.

pengurangan dosis tepat waktu dan penghentian obat merupakan hal

penting terkait dengan efek samping penggunaan steroid jangka panjang.


17

3) NSAID mengganggu sintesis prostaglandin melalui penghambatan

enzim siklooksigenase (COX) sehingga mengurangi pembengkakan dan

rasa nyeri namun, mereka tidak menghambat kerusakan sendi dan oleh

karena itu tidak cukup untuk mengobati AR ketika digunakan sendiri.

Serupa dengan glukokortikoid, mereka dapat dikurangi dalam dosis atau

dihentikan dengan terapi DMARD sukses.

4) Analgesik, seperti asetaminofen atau parasetamol, tramadol, kodein,

opiat, dan berbagai obat analgesik lainnya juga dapat digunakan untuk

mengurangi rasa sakit. Agen ini tidak mengobati kerusakan bengkak atau

sendi (Zairin, 2012).

2.2 Konsep Klien

2.2.1 Definisi

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi klien

dalam asuhan keperawatan. Keluarga menempati posisi diantara individu dan

masyarakat, sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga,

perawat mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah

memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan yang kedua adalah memenuhi

kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan, perawat harus

memperhatikan nilai-nilai yang dianut keluarga, budaya keluarga serta berbagai

aspek yang terkait dengan apa yang diyakini dalam keluarga tersebut (Saiful, 2012).

2.2.2 Tujuan Dasar Kelurga

2.2.2.1 Mewujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat dengan memenuhi

kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan peran masyarakat.


18

2.2.2.2 Membentuk anggota keluarga sebagai anggota masyarakat yang sehat

biopsikososial spiritual.

2.2.2.3 Memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai anggota masyarakat.

2.2.2.4 Memperhatikan secara total segi-segi kehidupan anggotanya.

2.2.2.5 Membentuk identitas dan konsep dari individu-individu yang menjadi

anggotanya.

2.2.3 Tahap perkembangan keluarga

2.2.3.1 Tahap 1(keluarga pasangan baru/ beginning family)

Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu

suami istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan

meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologis keluarga tersebut

sudah memiliki keluarga baru. (Harmoko, 2012)

2.2.3.2 Tahap ll (keluarga dengan kelahiran anak pertama/child bearing family)

Tahap ll mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai

bayi berusia 30 bulan. Transisi kemasa menjadi orang tua adalah salah satu

kunci dalam siklus kehidupan keluarga. Dengan kelahiran anak pertama,

keluarga menjadi kelompok trio, membuat sistem yang permanen pada

keluarga untuk pertama kalinya (yaitu sistem berlangsung tanpa

memperhatikan hasil dari pernikahan). (Marilyn M. Friedman, 2010).

2.2.3.3 Tahap lll (keluarga dengan anak prasekolah/families with prescholl)

Tahap lll siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama

berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini

dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-
19

ayah, istri—ibu, putra-saudara laki-laki, putri-saudara perempuan. Keluarga

menjadi lebih kompleks dan berbeda (Marilyn M. Friedman, 2010).

2.2.3.4 Tahap IV (keluarga dengan anak sekolah/families with children)

Tahap ini dimulai pada saat anak tertua memasuki sekolah pada usia

6 tahundan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga

mencapai jumlah anggota keluarga maksimal sehingga keluarga sangat

sibuk. Selain aktivitas sekolah, masing-masing anak memiliki aktivitas di

sekolah, masing-masing akan memiliki aktivitas dan minat sendiri.

Demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak.

(Harmoko, 2012).

2.2.3.5 Tahap V (keluarga dengan anak remaja/families with teenagers)

Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap V dari siklus atau

perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung

selama enam atu tuuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak

meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak tetap tinggal di

rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Anak lainnya yang tinggal

dirumah biasanya anak usia sekolah. Tujun utama keluarga pada tahap anak

remaja adalah melonggarkan kebebasan remaja yang lebih besar dalam

mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda (Marilyn M. Friedman,

2010).

2.2.3.6 Tahap VI (keluarga dengan anak dewasa/launcing center families)

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.

Lama tahap ini bergantung pada jumlah anakdalam keluarga atau jika anak

belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama tahap
20

ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam

melepaskan anaknya untuk hidup sendiri. (Harmoko, 2012).

2.2.3.7 Tahap VII (keluarga usia pertengahan/middle age families)

Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan

rumah dan berakhir saat pnsiun atau salah satu pasangan meninggal.

Beberapa pasangan pada fase ini akan dirasakan sulit karena masalah usia

lanjut, perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal sebagai orang tua. Pada

tahap ini semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus untuk

mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktiftas. (Harmoko, 2012).

2.2.3.8 Tahap VIII (keluarga usia lanjut)

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun

salah satu atau kedua pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan

lainnya. (Marilyn M. Friedman, 2010).

2.2.4 Karakteristik keluarga sebagai sistem

Berikut ini akan dijelaskan mengenai karakteristik keluarga sebagai suatu

sistem (Harmoko, 2012)

2.2.4.1 Pola komunikasi keluarga

Secara umum ada dua pola komunikasi dalam keluarga yaitu sistem

terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka pola komunikasi dilkukan

secara langsung, jelas, spesifik, tulus, jujur dan tanpa hambatan. Sedangkan

pola komunikasi sistem tertutup adalah tidak langsung, tidak jelas, tidak

spesifik, tidak selaras, saling menyalahkan, kacau dan membingungkan.


21

2.2.4.2 Aturan keluarga

1) Sistem terbuka: hasil musyawarah, tidak ketinggalan zaman, berubah

sesuai kebutuhan keluarga, dan bebas mengeluarkan pendapat.

2) Sistem tertutup: ditentukan tanpa musyawarah tidak sesuai

perkembangan zaman, mengikat, tidak sesuai kebutuhan dan pendapat

terbatas.

2.2.4.3 Perilaku anggota keluarga

1) Sistem terbuka: sesuai dengan kemampuan keluarga memiliki kesiapan,

mampu berkembang sesuai kondisi. Harga diri, mengikat, dan mampu

mengembangkan dirinya.

2) Sistem tertutup: memiliki sikap melawan, kacau, tidak siap (selalu

bergantung), tidak berkembang, harga diri: kurang percaya diri, ragu-ragu,

dan kurang dapat dukungan untuk mengembangkan.

2.2.5 Struktur Keluarga

Struktur keluarga oleh Friedman dalam (Harmoko, 2012) sebagai berikut:

2.2.5.1 Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara

jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hirarki kekuatan.

Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan secara

jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima

pesan, memberikan umpan balik, dan valid.

2.2.5.2 Struktur peran


22

Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan.

Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal. Posisi/status

adalah posisi individu dalam masyarakat misal status sebagai istri/suami.

2.2.5.3 Struktur kekuatan

Kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengruhi, atau merubah

perilaku orang lain. Hak (Legitimate power), ditiru (referent power),

keahlian (exper power), hadiah (reward power), paksa (coercive power),

dan efektif power.

2.2.5.4 Struktur nilai dan norma

1) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak dapat

mempersatukan anggota keluarga.

2) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem

nilai dalam keluarga.

3) Budaya, kumpulan dari perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan

ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

2.2.6 Tipe – tipe Keluarga

Tipe keluarga (Harmoko, 2012) sebagai berikut:

2.2.6.1 Nuclear Family

Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu

rumah di tetapkan oleh sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,

satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.

2.2.6.2 Extended Family

Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,

keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.


23

2.2.6.3 Reconstitud Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya,

baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.

Satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.

2.2.6.4 Middle age/ Aging Couple

Suami sebagai pencari uang. Istri dirumah/ kedua – duanya bekerja di

rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena

sekolah/perkawinan/meiniti karir.

2.2.6.5 Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya atau

salah satu bekerja dirumah.

2.2.6.6 Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan anak-

anaknya dapat tinggal di rumah / diluar rumah.

2.2.6.7 Dual Carier

Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.

2.2.6.8 Commuter Married

Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak

tertentu, keduanya saling mencari pada waktu – waktu tertentu.

2.2.6.9 Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan

unntuk menikah.
24

2.2.6.10 Three Generation

Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

2.2.6.11 Institutional

Anak- anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti

2.2.6.12 Comunal

Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak-

anak dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

2.2.6.13 Group Marriage

Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya didalam satu

kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan

semua adalah orang tua dari anak – anak.

2.2.6.14 Unmarried paret and child

Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi

2.2.6.15 Cohibing Cauple

Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.

2.2.7 Fungsi Keluarga

2.2.7.1 Fungsi Afektif

Memfasilitasi stabilitas kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan

psikologis anggota keluarga (Marilyn M. Friedman, 2010)

2.2.7.2 Fungsi Sosialisasi

Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak

sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada

anggota keluarga (Marilyn M. Ffriedman, 2010).

2.2.7.3 Fungsi Reproduksi


25

Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan

untuk keberlangsungan hidup masyarakat (Marilyn M. Ffriedman, 2010)

2.2.7.4 Fungsi Ekonomi

Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya (Marilyn

M.Friedman, 2010)

2.2.7.5 Fungsi perawatan kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik, makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan

kesehatan (Marilyn M.Friedman, 2010).

2.2.8 Tugas Keluarga

2.2.8.1 Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya

2.2.8.2 Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga

2.2.8.3 Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya

masing-masing

2.2.8.4 Sosialisasi antara para anggotanya

2.2.8.5 Pemeliharaan antara keterlibatan anggota keluarga

2.2.8.6 Pengaturan jumlah anggota keluarga

2.2.8.7 Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya

2.2.9 Ciri – ciri Keluarga

2.2.9.1 Keluarga merupakan hubungan perkawinan

2.2.9.2 Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan

perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara

2.2.9.3 Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama termasuk perhitungan garis

keturunan
26

2.2.9.4 Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-

anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan

membesarkannya

2.2.10 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan.

Menurut Freeman (1981) dalam Setyawan (2012) sesuai dengan fungsi

keluarga dalam pemeliharaan kesehatan, maka keluarga juga mempunyai tugas

dalam bidang kesehatan, yang antara lain adalah:

2.2.10.1 Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarga. Perubahan sekecil

apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi

perhatian dan tanggung jawab keluarga, oleh karena itu perlu mencatat dan

memperhatikan segala perubahan yang terjadi dalam keluarga.

2.2.10.2 Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga.

2.2.10.3 Memberikan perawatan kepada anggota keluaraganya yang sakit atau yang

tidak dapat membantu dirinya sendiri.

2.2.10.4 Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga.

2.2.10.5 Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga

kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

2.3 Konsep Dampak Masalah

2.3.1 Konsep Solusi

Orang lain yang mengalami RA mengendalikan hidup mereka dengan

menjadi manajer artritis sendiri. Mereka dapat membantu mencegah deformitas dan

efek artritis dengan mengikuti program untuk latihan, istirahat, manajemen berat
27

badan, postur dan posisi. Saran berikut ini dituliskan oleh Moss Rehab Resource

Net.

2.3.1.1 Jangan melakukan aktivitas yang tidak dapat dihentikan segera jika terbukti

melebihi kekuatan anda untuk menyelesaikannya.

2.3.1.2 Respons nyeri sebagai tanda waspada. Ketika anda mengalami nyeri, ubah

metode anda melakukan sesuatu, gunakan alat atau perlengkapan jika

diperlukan, dan lakukan periode istirahat intermiten.

2.3.1.3 Gunakan sendi terkuat yang ada untuk melakukan aktivitas. Sebagai contoh,

gunakan telapak tangan atau menekuk siku daripada jari untuk

menggenggam ketika membawa.

2.3.1.4 Hindari tekanan ke arah posisi deformitas, seperti ketika jari menutup ke

arah jari kelingking. Sebagai contoh, buka toples menggunakan tangan

kanan Anda dan menutup toples dengan tangan kiri Anda.

2.3.1.5 Hindari aktivitas yang perlu memegang dengan kuat, seperti menulis,

menekan, dan melepas sekrup.

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Artritis Reumatoid

Pasien yang mengalami gangguan kronik, progresif, sistemik seperti RA

memiliki kebutuhan asuhan keperawatan multiel yang melibatkan banyak pola

kesehatan fungsional. manifestasi fisik penyakit seringkali menyebabkan nyeri akut

dan kronik, keletihan, gangguan mobilitas, dan kesulitan melakukan tugas rutin.

Penyakit juga memiliki banyak efek psikososial. Pasien memiliki penyakit kronik

yang tidak dapat diobati yang dapat menyebabkan kelumpuhan berat. Nyeri dan

keletihan dapat menggangu kemampuan pasien melakukan peran yang diharapkan,

seperti pemeliharaan rumah atau tanggung jawab pekerjaan. Meskipun tangan


28

pasien dapat tampak bengkak atau deformitas, orang lain mungkin tidak memahami

sifat sistemik penyakit atau menyadari perbedaan antara RA dan OA.

Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam

mengurangi atau mengatasi masalah-masalah kesehatan. Proses keperawatan terdiri

dari lima tahapan, yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksana

dan evaluasi.

2.4.1 Pengkajian

Menurut Pricilla, 2016 Pangkajian keperawatan pada pasien Artritis Reumatoid

sebagai berikut:

2.4.1.1 Identitas Klien

Jenis kelamin: Penelitian dari Mayo Clinic yang dilakukan di

Amerika Serikat menunjukkan antara 1995-2005, wanita penderita Artritis

Reumatoid mencapai 54.000 -100.000 orang, sedangkan pria hanya 29.000

dari 100.000 orang (Situmorang, 2017).

Umur : seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah

kesehatan memiliki resiko tinggi untuk menderita RA (Depkes 2013).

2.4.1.2 Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama : pengkajian kesehatan untuk menentukan masalah

dengan struktur atau fungsi muskuloskeletal dapat dilakukan selama

skrining kesehatan, dapat fokus pada keluhan utama seperti pada nyeri sendi

atau dapat menjadi bagian pengkajian kegiatan total. Jika pasien memiliki

masalah dengan struktur atau fungsi muskuloskeletal analisa dan tanya,

karakteristik, rangkaian, keparahan, faktor yang memprediksi titrasi dan

meredakan, dan semua gejala terkait, catat waktu dan kejadian.


29

Riwayat Kesehatan Keluarga : Menurut (Mansjoer, 2011) Genetik

merupakan faktor keturunan yang terdapat (HLA) atau antigen limfosit

manusia yang tinggi. (HLA) terdapat rematik yang menunjukan adanya

hubungan aloagen sel B yang lebih dikenal anti bodi monoklonal dengan

status rematik atau rentan terkena rematik yang dapat dipengaruhi oleh

faktor keturunan atau genetik.

2.4.1.3 Pola Makan dan Minum

Pola makan yang salah menjadi salah satu pencetus terjadinya

kekambuhan. Di mana pola makan yang sehat sebaiknya dimulai dengan

mengadakan perubahan-perubahan kecil pada makanan yang kita pilih, juga

mengurangi makanan dapat mempengaruhi kekambuhan Penyakit rematik

seperti, produk kacang-kacangan seperti susu kacang, kacang buncis, organ

dalam hewan seperti; usus, hati, limpa, paru, otak, dan jantung, makanan

kaleng seperti, sarden, kornet sapi, makanan yang dimasak menggunakan

santan kelapa, beberapa jenis buah-buahan seperti durian, air kelapa muda,

minuman seperti alkohol dan sayur seperti kangkung dan bayam (Putri,

2012).

2.4.1.4 Kebersihan Diri

Penyebab salah satunya yang sering terjadi rematik inilah alasan

mengapa mandi malam dilarang tetapi semata-mata bukan karena mandi

malam. Karena air dan udara yang dingin memicu pengaruh terhadap kapsul

sendi sehingga membuat persendian semakin nyeri. Itulah alasannya

sehingga malam tidak di anjurkan mandi air dingin tetapi yang dianjurkan

adalah air hangat (Syam S, 2012).


30

2.4.1.5 Pola kegiatan/Aktivitas Sehari-hari

Rematik sering terjadi pada orang mempunyai aktivitas yang

berlebihan dan melakukan pekerjaan yang banyak dalam jangka waktu yang

lama dengan posisi jalan maupun berdiri dengan rentan yang lama karena

terjadi penekanan yang berlebihan pada sendi lutut, semakin berat aktivitas

yang dilakukan oleh seseorang dalam kegiatan sehari-hari sering dapat

mengakibatkan kekambuhan rematik pada saat lansia (Andaniar, 2010).

2.4.1.6 Pengkajian Musculoskeletal

Pengkajian keperawatan sistem muskuloskeletal dapat dilakukan

sebagai bagian pengkajian total atau sendiri untuk pasien yang diketahui

atau dicurigai mengalami makalah teknik yang digunakan untuk mengkaji

sistem muskuloskeletal adalah inspeksi palpasi dan pengukuran massa otot

dan rentang gerak sendi (ROM).

Sebelum pengkajian, kumpulkan semua peralatan dan jelaskan

teknik untuk menurunkan ansietas pasien:

Kaji sendi untuk pembengkakan, nyeri, kemerahan, hangat, crepitus, dan

ROM. Hanya kaji ROM pada setiap sendi jika pasien memiliki masalah

muskuloskeletal; akan tetapi, mengkaji satu sendi atau lebih merupakan

bagian umum asuhan keperawatan. Berikut ini pengkajian pada pasien

artritis rheumatoid:

1) Pengkajian gaya berjalan dan postur tubuh

Inspeksi postur tubuh dan gaya berjalan. Postur tubuh harus tegak; gaya

berjalan harus halus dan mantap.

2) Pengkajian sendi
31

Inspeksi sendi mengenai adanya deformitas, pembengkakan, dan

kemerahan.

3) Pengkajian rentang gerak sendi

Kaji ROM sendi dengan meminta pasien untuk melakukan aktivitas

spesifik untuk setiap sendi, seperti berikut ini:

Jari:

Fleksi: "membuat kepalan tangan".

Ekstensi: "membuka tangan anda".

Abduksi: "Buka jari Anda".

Adduksi: "Rapatkan jari Anda".

Siku:

Fleksi 160 derajat: "Sentuh tangan hingga bahu Anda".

Ekstensi 180 derajat: "luruskan siku Anda"

Supinasi 90 derajat: "tekuk siku Anda 90 derajat, dan putar telapak

tangan ke atas".

Pronasi 90 derajat: "tekuk siku Anda 90 derajat dan turunkan kepalan

tangan ke bawah".

Pergelangan kaki:

Dorsi fleksi 20 derajat: "Arahkan kaki anda ke langit-langit".

Plantar fleksi 45 derajat: "arahkan kaki anda ke lantai".

Inversi 30 derajat: "berjalan pada sisi luar kaki anda".

Evensi 20 derajat: "berjalan pada sisi dalam kaki anda".


32

2.4.2 Analisa Data

Analisa data merupakan kemampuan konitif dalam pengembangan gaya

berfikir dan penalaran yang dipergaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan,

pengalaman, dan pengertian keperawatan. Analisa data adalah kemampuan dalam

mengembangkan kemampuan berfikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu

pengetahuan. Dalam melakukan Analisa data, diperlukan kemampuan mengaitkan

data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang

relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah Kesehatan dan

keperawatan klien.

2.4.3 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

2.4.3.1 Nyeri kronis b.d Kondisi musculoskeletal kronis

Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau

lambat dan intensitas ringan hingga berat dan konsisten, yang berlangsung

lebih dari 3 bulan.

Gejala dan tanda mayor :

Subjektif

1) Mengeluh nyeri

2) Merasa depresi atau tertekan

Objektif

1) Tampak

2) Meringis

3) Gelisah tidak mampu menuntaskan aktivitas


33

Gejala dan tanda minor

Subjektif

1) Merasa takut mengalami cedera berulang

Objektif

1) bersikap protektif (misal posisi menghindari nyeri)

2) Waspada

3) pola tidur berubah

4) anoreksia

5) Fokus menyempit

6) berfokus pada diri sendiri

2.4.3.2 Gangguan Mobilitas Fisik b.d gangguan musculoskeletal

Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas

secara mandiri.

Gejala dan tanda mayor

Subjektif

1) Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas

Objektif

1) Kekuatan otot menurun

2) Rentang gerak atau ROM menurun

Gejala dan tanda minor

Subjektif

1) Nyeri saat bergerak

2) Enggan melakukan pergerakan

3) Merasa cemas saat bergerak


34

Objektif

1) Sendi kaku

2) Gerakan tidak terkoordinasi

3) Gerakan terbatas

4) Fisik lemah

2.4.3.3 Defisit Pengetahuan tentang artritis rheumatoid b.d Kurang terpapar

informasi

Definisi: Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan

dengan topik tertentu.

gejala dan tanda mayor

Subjektif

1) Menanyakan masalah yang dihadapi

objektif

1) menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran

2) Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah

gejala dan tanda minor

Subjektif

(Tidak tersedia)

objektif

1) menjalani pemeriksaan yang tidak tepat

2) menunjukkan perilaku berlebihan (misal apatis, bermusuhan, agitasi

histeria)
35

2.4.4 Intervensi Keperawatan

tabel 2. 2 Intervensi Keperawatan


NO. SDKI SLKI SIKI

DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI


KEPERAWATAN

1. Nyeri kronis b.d Kondisi Luaran Utama Intervensi utama


musculoskeletal kronis
Manajemen nyeri

1. Tingkat nyeri Observasi


Setelah dilakukan intervensi selama 24
jam, maka tingkat nyeri menurun dengan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
kriteria hasil: intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
a) Kemampuan menuntaskan 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
aktivitas meningkat 4. Identifikasi faktor yang memberatkan dan memperingan
b) keluhan nyeri menurun nyeri
c) Meringis menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
d) Sikap protektif menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
e) Gelisah menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
f) Kesulitan tidur menurun 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
g) Berfokus pada diri sendiri menurun diberikan
h) Perasaan depresi (tertekan) 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
menurun Terapeutik
i) Perasaan takut mengalami cedera
berulang menurun 1. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
j) Anoreksia menurun nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik,
k) Frekuensi nadi membaik biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
l) Pola nafas membaik terbimbing, kompres hangat atau dingin, terapi bermain)
36

m) Fokus membaik 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
n) Pola tidur membaik ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri


2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


Perawatan kenyamanan

Observasi

1. Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan (mis. Mual,


nyeri, gatal, sesak)
2. Identifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi dan
perasaannya
3. Identifikasi masalah emosional dan spiritual
Terapeutik

1. Berikan posisi yang nyaman


2. Berikan kompres dingin atau hangat
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman
4. Berikan pemijatan
5. Berikan terapi akupresur
6. Berikan terapi hypnosis
37

7. Dukungan keluarga dan pengasuh terlibat dalam terapi atau


pengobatan
8. Diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi atau
pengobatan yang diinginkan
Edukasi

1. Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi atau


pengobatan
2. Ajarkan terapi relaksasi
3. Ajarkan latihan pernafasan
4. Ajarkan teknik distraksi dan imajinasi terbimbing
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgesik, antipruritus, antihistamin,


jika perlu
Terapi relaksasi

Observasi

1. Identifikasi penurunan tingkat nyeri, ketidakmampuan


berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu
kemampuan kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik
sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah dan
suhu sebelum dan sesudah Latihan
5. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik

1. Menciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan


pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
38

2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur


teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan
berirama
5. Menggunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi

1. jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang


tersedia (,mis. Musik, meditasi, nafas dalam, relaksasi otot
progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. Napas
dalam, peregangan, atau imajinasi terbimbing)
2 Gangguan Mobilitas Luaran Utama Intervensi Utama
Fisik b.d gangguan
Mobilitas fisik
musculoskeletal
Setelah dilakukan intervensi selama 48 Dukungan ambulasi
jam, maka tingkat mobilitas fisik
meningkat dengan kriteria hasil: Observasi

1. Pergerakan ekstremitas meningkat - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
2. Kekuatan otot meningkat - monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai ambulasi
3. Rentang gerak (ROM) meningkat - Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
Terapeutik
39

4. nyeri menurun - Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis.


tongkat, kruk)
5. kecemasan menurun - Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
6. Kaku sendi menurun meningkatkan ambulasi
Edukasi
7. Gerakan tidak terkoordinasi menurun
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
8. Gerakan terbatas menurun - Anjurkan melakukan ambulasi dini
- ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis.
9. kelemahan fisik menurun berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)

Dukungan mobilisasi

Observasi

- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya


- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik

- fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (misal


pagar tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi


40

- Anjurkan melakukan mobilisasi dini


Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (misal
duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)

3 Defisit Pengetahuan Luaran Utama Intervensi utama


tentang artritis
rheumatoid b.d Kurang Tingkat pengetahuan Edukasi Kesehatan
terpapar informasi Setelah dilakukan intervensi selama 12 Observasi
jam, maka tingkat pengetahuan membaik
dengan kriteria hasil: - identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat - identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
2.Pertanyaan tentang masalah yang Terapeutik
dihadapi menurun
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
3. Persepsi yang keliru terhadap masalah - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
menurun
Edukasi
4.Menjalani perilaku yang tidak tepat
- Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi
menurun kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
5. perilaku membaik ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
41

2.4.5 Implementasi Keperawatan

Menurut Mubarak (2012), tahapan dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk

membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan kearah perilaku

hidup sehat.

Pelaksana adalah inisiatif dari rencana tindakan yang spesifik untuk membantu

klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam,2014).

2.4.6 Evaluasi Keperawatan

Sesuai dengan rencana tindakan yang diberikan, tahap penilaian yang dilakukan

untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak belum berhasil maka perlu disusun

rencana baru yang sesuai (Mubarak,2012).

Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan

Rheumatoid Arthritis adalah :

2.4.6.1 Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Rematik.

2.4.6.2 Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga

dengan penyakit Rematik.

2.4.6.3 Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga

yang menderita Rematik.

2.4.6.4 Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang

penyembuhan dan pencegah


42

2.5 Kerangka Masalah

gambar 2. 1 kerangka masalah

Reaksi factor, factor metabolik,factor Usia, infeksi oleh virus

Reaksi peradangan Adanya gesekan pada tulang

Proses menua Nyeri Kekakuan pada sendi

Perubahan daya ingat Gangguan mobilitas fisik

Kurang terpaparnya informasi Defisit pengetahuan


BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada 10 Maret 2021 pukul 09.00 WIB di rumah

keluarga Tn. K desa Branang, dengan teknik pengumpulan data wawancara,

observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi keperawatan.

3.1.1 Data Umum

1. Kepala Keluarga (KK) : Tn. K

2. Alamat dan telepon : Desa Branang, kecamatan Lekok, Kabupaten

Pasuruan.

3. Pekerjaan KK : Petani

4. Pendidikan KK : Tamat SD

5. Komposisi keluarga :

Tabel 3. 1 komposisi keluarga


N Nama Jenis Hub. Umur Pendidikan Status Imunisasi
o Kela keluarg
min a
dengan BCG Polio DPT Hepatitis Campak Ket
KK
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1. Tn. K L Kepala 55 S1
keluarg Tahu
a n
2. Ny. K P Ibu 49 SMEA
rumah Tahu
tangga n
3. Tn. A L Anak 26 SMA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tahu
n
4. Nn. R P Anak 20 SMA √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tahu
n

43
44
Ket :
: perempuan
6. Genogram
: Laki-laki

: meninggal

: tinggal serumah

:garis perkawinan

: garis keturunan

: klien

Gambar 3. 1 Genogram Keluarga

7. Tipe Keluarga :

The Nuclear Family (Keluarga Inti) terdiri dari Tn. K berusia 55 tahun, Ny.

K berusia 49 tahun, dan kedua anaknya yaitu Tn. A berusia 26 Tahun dan

Nn. R berusia 20 Tahun.

8. Suku bangsa :

Tn. K dan Ny. K beserta kedua anaknya berasal dari suku Jawa.

9. Agama :

Keluarga Tn. K beserta anggota keluarga menganut agama Islam. Tn. K dan

keluarganya rutin beribadah setiap hari. Tn. K dan keluarga juga selalu

mengikuti aturan serta anjuran dalam ajaran agama Islam.

10. Status social ekonomi keluarga

Jumlah pendapatan perbulan : Rp. 5.000.000

Sumber pendapatan perbulan : -

Jumlah pengeluaran perbulan : Rp. 3.500.000

11. Aktivitas rekreasi keluarga :


45

Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi atau menghilangkan stress

dengan menonton tv, dan olahraga.

3.1.2 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga dengan anak dewasa

dan remaja, pada anak pertama telah memasuki usia 26 tahun dan anak

kedua usia 20 tahun . Untuk tugas tahap perkembangan keluarga dengan

anak dewasa dan remaja sesuai dengan teori.

2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tahap perkembangan keluarga belum terpenuhi secara optimal oleh

keluarga Tn. K karena belum memperluas keluarga inti menjadi keluarga

besar. Saat ini kedua anak Tn. K masih tinggal satu rumah dan belum

menikah.

3. Riwayat kesehatan keluarga inti

Dalam keluarga Tn.K terutama pada Ny. K menderita Rematik yang bukan

merupakan penyakit keturunan dari keluarga. Saat menderita rematik Ny. K

belum pernah dirawat di rumah sakit. Klien mengatakan nyeri saat bangun

tidur pada sendi lutut dan jari-jari. Nyeri tersebut terasa sekitar 4 bulan yang

lalu. Nyeri tersebut mengganggu aktivitas dan membuat tidur klien tidak

nyenyak. Pola tidur klien 5 jam/Hari.

- Klien mengatakan nyeri dirasakan saat pagi hari setelah bangun tidur dan

saat melakukan aktivitas (P)

- Nyeri terasa seperti terbakar dan cekot-cekot (Q)

- Klien mengatakan nyeri di lutut dan jari-jari tangan (R)


46

- Nyeri yang dirasakan hilang timbul (T)

4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa keluarga dari Tn. K tidak pernah

mengalami penyakit Rematik. Ny. K mengeluh nyeri pada lutut dan tangan

saat bangun tidur, dan harus beristirahat sekitar 30 menit untuk dapat

beraktivitas. dulu pernah berobat ke bidan desa, namun setelah obat habis

nyeri pada lutut dan tangan pada pagi hari saat bangun tidur Kembali timbul.

3.1.3 Data lingkungan

1. Karakteristik rumah

Keluarga Tn. K tinggal di rumah milik sendiri dengan luas bangunan rumah

10m x 24m dan ada pekarangan seluas 50m2. Jenis bangunan rumah

permanen lantai keramik, terdapat 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 ruang

keluarga, 1 dapur dan 3 kamar mandi + wc. Kondisi rumah bersih, Terdapat

jendela disetiap ruangan dan rumah terdapat ventilasi dan rumah belum di

pasang flafon sehingga berdebu. Pencahayaan rumah di siang hari cukup

dan pada malam hari penerangan memakai listik dengan bola lampu didalam

rumah untuk penerangan. Mempunyai saluran pembuangan air limbah.

Keluarga menggunakan air bersih dari sumur tertutup untuk kebutuhan

sehari-hari, jamban keluarga memenuhi syarat berjenis kloset. Keluarga

tidak mempunyai tempat pembuangan sampah sehingga sampah langsung

di bakar dibelakang rumah.

2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya

Hubungan dengan tetangga baik, keluarga juga ikut aktif dalam kegiatan

rohani dan kegiatan RT dalam kelompok masyarakat.


47

3. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga Tn. K menempati rumah tersebut sejak 20 tahun yang lalu.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dalam masyarakat

Keluarga Tn. K aktif berinteraksi dengan masyarakat sekitar, aktif dalam

ibadat kelompok, dan selalu ikut dalam kegiatan yang di laksanakan di

RT/RW seperti kerja bakti.

5. Sistem pendukung keluarga

Anggota keluarga lain dalam keluarga saling mendukung bila ada masalah.

Keluarga tidak memiliki tabungan di Bank dan semua anggota keluarga

memiliki kartu BPJS untuk keperluan kesehatan.

3.1.4 Struktur keluarga

1. Struktur peran

Tn. K melakukan peran keluarga dengan sangat baik, sebagai kepala

keluarga, beliau selalu membantu dan mendukung anak dan istrinya.

2. Nilai atau norma keluarga

Dalam keluarga terdiri dari satu agama, dan tidak ada nilai-nilai tertentu dan

nilai agama yang bertentangan dengan kesehatan karena menurut keluarga

kesehatan merupakan hal yang penting.

3. Pola komunikasi keluarga

Keluarga Tn. K berkomunikasi sehari-harinya menggunakan bahasa

Indonesia diselingi dengan bahasa Jawa. Dalam keadaan emosi keluarga Tn.

K menggunakan kalimat positif, setiap masalah dalam keluarga selalu

dibicarakan dan mencari jalan keluarnya dengan cara musyawarah keluarga.

4. Struktur kekuatan keluarga


48

Semua anggota keluarga Tn. K meyakini bahwa kesehatan sangat penting

dan harus dijaga, sehingga keluarga membiasakan mencuci tangan sebelum

makan dan memperhatikan kecukupan gizi. Keluarga Tn. K juga memegang

norma-norma yang berlaku di masyarakat, jika ada anggota keluarga yang

agak menyimpang anggota keluarga lain mengingatkan.

3.1.5 Fungsi keluarga

1. Fungsi afektif

Keluarga telah menjalankan fungsi kasih sayang dengan baik, saling

memperhatikan dan membantu satu sama lain. Keluarga tidak membedakan

kasih sayang diantara anggota keluarga.

2. Fungsi pendidikan

Tn. K selalu menasehati dan mendukung anak untuk membiayai anaknya

bersekolah sampai keperguruan tinggi agar bisa mendapatkan pekerjaan

yang layak kedepannya.

3. Fungsi ekonomi

Yang mengatur keuangan dalam keluarga adalah Ny. K dengan penghasilan

yang pas-pasan istrinya mampu mengatur keuangan supaya tercukupi

kebutuhan pokok keluarga.

4. Fungsi sosialisasi

Keluarga aktif bersosilisasi dengan tetangga disekitar rumah atau jika ada

tetangga yang datang kerumah. Interaksi keluarga klien kedua Tn. K dan

Ny. K dengan anaknya terjalin sangat baik dan terlihat harmonis. Dalam

mengambil keputusan Tn. K memiliki peran yang besar namun selalu adil
49

kepada keluarganya. Tn. K dan Ny. K aktif dalam kegiatan kemasyarakatan

seperti arisan, pengajian dan siskamling.

5. Fungsi pemenuhan kesehatan

Keluarga Tn. K mengatakan tahu tentang penyakit Rematik. Keluarga

mampu mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi bila ada anggota

keluarga yang sakit. Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat jika

ada anggota keluarga yang sakit dengan membawanya ke puskesmas.

Keluarga belum dapat merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga

belum mampu memodifikasi lingkungan yang tepat untuk menunjang

kesehatan keluarga. Keluarga mampu memanfaatkan layanan fasilitas

dengan tepat.

6. Fungsi rekreasi

Tn. K menjalankan fungsi rekreasi dengan cara rileks sambil menonton TV

di rumah, sedangkan aktivitas rekreasi bersama di luar rumah jarang

dilakukan karena alasan kesibukan masing-masing anggota keluarga

biasannya hanya sesekali pergi bersilaturahmi ke rumah saudara.

7. Fungsi reproduksi

Ny. K menggunakan suntik KB 3 bulan untuk membatasi kehamilannya. Tn.

K mengatakan cukup hanya memiliki dua anak saja.

3.1.6 Stress dan koping keluarga

1. Stressor jangka pendek dan panjang

Stressor jangka pendek : Keluarga Tn. K khawatir dengan penghasilannya

yang paspasan sedangkan kebutuhan makin meningkat.


50

Jangka Panjang : Khawatir dengan biaya dan kebutuhan kuliah

anaknya, takut nanti tidak mampu memenuhinya sehingga anaknya tidak

bisa melanjutkan kuliah nantinya.

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

Jika ada masalah Tn. K diskusi dengan istrinya

3. Strategi koping yang dugunakan

Berdoa, diskusi bersama keluarga, dan meminta bantuan dari keluarga

4. Strategi adaptasi disfungsional

Tn. K mengatakan mampu menghadapi masalah yang dialami dengan sabar

3.1.7 Pemeriksaan kesehatan individu

Tabel 3. 2 pemeriksaan fisik


Komponen Ny. K

Berat badan 70 Kg

Tinggi Badan 160 cm

Tekanan Darah 120/80 mmHg

Respirasi 20 x/menit

Nadi 80 x/menit

Suhu Tubuh 36,50C

Kepala Rambut hitam, lurus, tidak ada ketombe

Mata Sklera tidak ikterus Konjungtiva tidak anemis Tidak ada


peradangan

Hidung Tidak ada sekret Tidak ada kelainan

Mulut Terdapat karang gigi Graham kiri bawah tanggal

Telinga Tidak ada serumen Tidak ada luka, fungsi pendengaran baik

Wajah Ekspresi wajah Meringis, tampak cemas dan gelisah

Leher/ Tidak ada benjolan, tidak ada bekas luka, tidak ada pelebaran
vena jugularis, tidak ada
Tenggorokan
51

Dada Pergerakan dada simetris Suara nafas vesikuler Perkusi


sonor Tidak ada ronkhi Tidak ada stridor Tidak ada
wheezing Tidak ada suara tambahan

Jantung BJ 1 dan 2: tunggal Intensitas kuat Tidak ada bunyi jantung


tambahan

Abdomen Tidak ada nyeri tekan, Tidak ada massa

Ekstremitas Pergerakan ekstremitas terganggu pada kedua sendi lutut dan


jari tangan

Skala nyeri 5 (S)

Kekuatan otot : 2 (Gerakan otot penuh melawan gravitasi,


dengan topangan)

Kulit Warna kulit sawo matang Turgor kulit baik Tidak ada lesi

Kuku Pendek dan bersih CRT < 2 detik

3.1.8 Harapan keluarga

Harapan keluarga kepada petugas atau pelayanan kesehatan yaitu tenaga kesehatan

bisa memberikan edukasi dan bimbingan kepada keluarga tentang perawatan pasien

Rematik agar tn. K dapat sembuh dan menjalankan kegiatan seperti biasanya.
52

3.2 Analisa Data

Tabel 3. 3 Analisa Data

No Data Penunjang Penyebab Masalah


1. Ds : 1. Klien mengatakan nyeri saat bangun Agen pencedera Nyeri
tidur pada sendi lutut dan jari-jari. fisiologis kronis
2. Klien mengatakan nyeri yang
dirasakan mengganggu aktivitasnya
sehingga sulit untuk menggerakkan
lutut dan tangan
3. nyeri dirasakan saat pagi hari setelah
bangun tidur dan saat melakukan
aktivitas (P)
4. Nyeri terasa seperti terbakar dan cekot-
cekot (Q)
5. Klien mengatakan nyeri di lutut dan
jari-jari tangan (R)
6. Nyeri yang dirasakan hilang timbul (T)
7. Tidur menjadi tidak nyenyak
8. Tidur malam : 5 jam
Do : 1. KU : Composmentis
2. TTV :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,5°C
RR : 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit
3. Ekspresi wajah meringis
4. Klien tampak gelisah
5. Skala nyeri 5 (S)
2. Ds : 1. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan Kontraktur Sendi Gangguan
mengganggu aktivitasnya sehingga sulit Mobilitas
untuk menggerakkan lutut dan tangan Fisik
2. klien merasa cemas saat menggerakkan
lutut
Do : K/U : Composmentis
Klien tampak lemas
TTV :
Tekanan darah : 120/80 mmHg,
Suhu : 36,5°C
RR : 20x/menit
Nadi : 80x/menit
Kekuatan otot : 2
53

3.3 Diagnosa keperawatan

Tabel 3. 4 Diagnosa Keperawatan


NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TT
MUNCUL TERATASI

1. 10 Maret 2021 Nyeri Kronis b.d Kondisi 12 Maret


musculoskeletal kronis d.d pasien 2021
mengatakan nyeri pada sendi lutut dan
jari-jari tangan, Ekspresi wajah meringis,
pasien tampak gelisah dan tidak mampu
melakukan aktivitas

2. 10 Maret 2021 Gangguan Mobilitas Fisik b.d 12 Maret


gangguan musculoskeletal d.d pasien 2021
mengeluh sulit menggerakkan lutut
dan jari tangan dan kekuatan otot 2

3.4 Skoring

Tabel 3. 5 skoring prioritas masalah


Nyeri Kronis b.d Kondisi musculoskeletal kronis
No. Kriteria Skala Bobot Skore Pembenaran
1. Sifat masalah : Ny. K sudah 4 bulan
• Aktual 3 mengalami nyeri pada
• Resiko 2 1 3/3x1=1 sendi lutut dan jari-jari
• Potensial 1 tangan.

2. Kemungkinan Dengan mengkonsumsi


masalah yang dapat obat dan Teknik relaksasi
diubah : kemungkinan nyeri dapat
• Mudah 2 2 2/2x2=2 hilang
• Sebagian 1
• Tidak dapat 0

3. Potensial masalah Rasa nyeri dapat dikurangi


untuk dicegah : dengan dengan pengobatan
• Tinggi 3 1 3/3x1=1 dan perbaikan gaya hidup
• Cukup 2 yang tepat.
• Rendah 1
54

4. Menonjolnya Ny. K sudah 4 bulan


masalah : mengeluh sering nyeri pada
• Segera 2 1 2/2x1=1 kedua lutut dan kedua jari
• Tidak perlu 1 tangan.
segera
• Tidak dirasakan 0

total 5

Gangguan Mobilitas Fisik b.d gangguan musculoskeletal

No. Kriteria Skala Bobot Skore Pembenaran


1. Sifat masalah : Ny. K sudah mengalami
• Aktual 3 gangguan pada sendi lutut
• Resiko 2 1 3/3x1=1 dan jari tangannya sejak 4
• Potensial 1 bulan yang lalu.

2. Kemungkinan Ny. K sudah berusaha


masalah yang dapat berobat namun setelah obat
diubah : habis nyeri Kembali
• Mudah 2 2 1/2x2=1 timbul.
• Sebagian 1
• Tidak dapat 0

3. Potensial masalah Masalah tersebut sudah


untuk dicegah : berlangsung sejak 4 bulan
• Tinggi 3 1 1/3x1=1/3 yang lalu dan sudah terjadi
• Cukup 2 gangguan pada Ny. K
• Rendah 1

4. Menonjolnya Ny. K sudah 4 bulan


masalah : mengalami gangguan
• Segera 2 1 2/2x1=1 tersebut dan klien sangat
• Tidak perlu 1 terganggu.
segera
• Tidak dirasakan 0

total 3 1/3
55

3.5 Intervensi

Tabel 3. 6 Intervensi keperawatan


NO Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Keperawatan
Keperawatan
1. Nyeri Kronis b.d Kondisi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 3 x Rencana Tindakan Utama
musculoskeletal kronis d.d kunjungan rumah diharapkan keluarga mampu Manajemen nyeri
pasien mengatakan nyeri merawat klien agar nyeri dapat berkurang, Observasi
pada sendi lutut dan jari- meliputi : - Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi,
jari tangan, Ekspresi wajah Tujuan utama kualitas, intensitas nyeri
meringis, pasien tampak Tingkat nyeri - Identifikasi skala nyeri
gelisah dan tidak mampu Dengan kriteria hasil: - Identifikasi respons nyeri non verbal
melakukan aktivitas 1. Kemampuan menuntaskan aktivitas - Identifikasi faktor yang memberatkan
meningkat, dari aktivitas terganggu menjadi dan memperingan nyeri
tidak terganggu - Monitor keberhasilan terapi
2. keluhan nyeri menurun, dari skala 5 menjadi komplementer yang sudah diberikan
2 Terapeutik
3. meringis menurun - Berikan teknik non farmakologis untuk
4. kesulitan tidur menurun, dari sering bangun mengurangi rasa nyeri (mis.terapi
menjadi nyenyak pijat, aromaterapi, kompres hangat
5. pola tidur membaik, dari 5 jam menjadi atau dingin)
8 jam - Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri dengan
Teknik relaksasi nafas dalam
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
56

2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 3 x Rencana Tindakan Utama
gangguan musculoskeletal d.d kunjungan rumah diharapkan keluarga mampu Dukungan mobilisasi
pasien mengeluh sulit mengenal masalah kesehatan klien agar klien Observasi
menggerakkan lutut dan jari dapat kemudahan dalam melakukan aktivitas 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
tangan dan kekuatan otot fisik sesuai dengan kemampuannya, meliputi : fisik lainnya
menurun Tujuan Utama Terapeutik
Mobilitas fisik 2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
Dengan kriteria hasil: perlu
1. Pergerakan ekstremitas meningkat 3. Libatkan keluarga untuk membantu
2. nyeri menurun, dari 5 menjadi 2 pasien dalam meningkatkan
3. kecemasan menurun, dari 1 (sedang) menjadi pergerakan
0 (tidak ada gangguan) Edukasi
4. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
5. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (berjalan dari rumah
ke warung)
57

3.6 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tabel 3. 7 Implementasi Keperawatan


No Hari, Implementasi Ttd
tgl/Jam
1 Rabu,10 1. Mengkaji nyeri secara komprehensif.
Maret 2021 P: nyeri sendi.
09.00 Q:nyeri cekot-cekot dan terbakar.
R: Di lutut dan jari tangan.
S: Skala 5
T: Saat beraktifitas berat dan bangun tidur.
Respon : klien menjawab dengan kooperatif
09.30 2. Mengukur TTV
TD : 120/80 mmhg
N : 80 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,5 ◦C
Respon : Klien mau untuk dilakukan pemeriksaan
09.45 3. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal
Respon : klien tampak meringis menahan sakit
10.00 4. Mengidentifikasi faktor yang memberatkan dan
memperingan nyeri
Respon : klien merasa Nyeri bertambah saat melakukan
aktivitas berat
10.15 5. mengajarkan kompres hangat atau dingin untuk
mengurangi rasa nyeri
Respon : klien mendemonstrasikan apa yang dilakukan
perawat
11.00 6. menganjurkan klien untuk istirahat saat nyeri timbul
respon : klien mengatakan akan istirahat setelah
implementasi selesai
11.15 7. mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
respon : klien mendemostrasikan apa yang dilakukan
perawat
11.30 8. Anjurkan minum OAINS secara tepat dan teratur
(Natrium Diclofenac 50 mg)
Kamis, 11 1. Mengkaji nyeri secara komprehensif.
Maret 2021 P: nyeri sendi.
07.00 Q:nyeri cekot-cekot dan terbakar.
R: Di lutut dan jari tangan.
S: Skala 3
T: Saat beraktifitas berat dan bangun tidur.
Respon : klien menjawab dengan kooperatif
07.30 2. Mengukur TTV
TD : 110/80 mmhg
N : 80 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6 ◦C
Respon : Klien mau untuk dilakukan pemeriksaan
07.45 3. Monitor faktor yang memberatkan dan memperingan
nyeri
58

Respon : Nyeri bertambah saat melakukan aktivitas


berat
08.00 4. Menganjurkan kompres hangat atau dingin untuk
mengurangi rasa nyeri
Respon : klien mengikuti hal yang dianjurkan perawat
08.15 5. menganjurkan klien untuk istirahat saat nyeri timbul
Respon : klien mengikuti hal yang dianjurkan perawat
09.00 6. menganjurkan teknik relaksasi napas dalam
Respon : klien mengikuti hal yang dianjurkan perawat
09.15 7. menganjurkan klien minum OAINS secara tepat dan
teratur (Natrium Diclofenac 50 mg)
Respon : klien mengikuti hal yang dianjurkan perawat
2 Rabu, 10 1. mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
Maret 2021 lainnya
09.00 P: nyeri sendi.
Q:nyeri cekot-cekot dan terbakar.
R: Di lutut dan jari tangan.
S: Skala 5
T: Saat beraktifitas berat dan bangun tidur.
Respon : klien menjawab dengan kooperatif
09.30 2. Mengukur TTV
TD : 120/80 mmhg
N : 80 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,5 ◦C
Respon : Klien mau untuk dilakukan pemeriksaan
11.45 3. Menjelaskan tujuan mobilisasi
Respon : klien mendengarkan penjelasan dari perawat
12.00 4. Menganjurkan klien untuk berolahraga di pagi hari
sebelum melakukan aktivitas
Respon : klien mengikuti anjuran yang diberikan
perawat
12.30 5. melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan (senam Bersama)
respon : keluarga mau senam Bersama klien
Kamis, 11 6. mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
Maret 2021 lainnya
07.00 P: nyeri sendi.
Q:nyeri cekot-cekot dan terbakar.
R: Di lutut dan jari tangan.
S: Skala 3
T: Saat beraktifitas berat dan bangun tidur.
Respon : klien menjawab dengan kooperatif
07.30 7. Mengukur TTV
TD : 110/80 mmhg
N : 80 x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6 ◦C
Respon : Klien mau untuk dilakukan pemeriksaan
07.40 8. Menganjurkan klien untuk berolahraga di pagi hari
sebelum melakukan aktivitas
Respon : klien mau mengikuti anjuran perawat
59

07.50 9. melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam


meningkatkan pergerakan (senam Bersama)
respon : keluarga mau senam Bersama klien
60

3.7 EVALUASI

Tabel 3. 8 Evaluasi
No Tanggal Diagnosa Evaluasi TT
Keperawatan
1 Rabu, 10 Nyeri Kronis b.d S:
Maret 2021 Kondisi P: klien mengatakan masih
musculoskeletal nyeri pada lutut dan jari
kronis d.d pasien tangannya
mengatakan nyeri Q: nyeri terasa cekot-cekot dan
terbakar
pada sendi lutut dan
R: nyeri di lutut dan jari tangan
jari-jari tangan,
T: hilang timbul
Ekspresi wajah
O:
meringis, pasien
1. TTV:
tampak gelisah dan
TD: 120/80 mmHg
tidak mampu
Nadi : 80x/menit
melakukan aktivitas
RR: 20x/menit
S :36,5°C
4. Tidur menjadi tidak nyenyak
5. S: skala nyeri 4
6. Aktivitas menjadi terganggu
7. Ekspresi wajah meringis
A: Masalah nyeri kronis belum
teratasi
P: Lanjutkan Intervensi 6,7,8,9
Gangguan Mobilitas S:
Fisik b.d gangguan P: klien mengatakan masih
musculoskeletal d.d nyeri pada lutut dan jari
pasien mengeluh tangannya
sulit menggerakkan Q: nyeri terasa cekot-cekot dan
terbakar
lutut dan jari tangan R: nyeri di lutut dan jari tangan
dan kekuatan otot T: hilang timbul
menurun O:
1. TTV:
TD: 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR: 20x/menit
S :36,5°C
6. klien merasa cemas saat
menggerakkan lutut
7. S: skala nyeri 4
8. K/U : Composmentis
9. Klien tampak lemas

A: Masalah belum teratasi


P: Lanjutkan Intervensi 3,4,5
2 Kamis, 11 Nyeri Kronis b.d S:
Maret 2021 Kondisi P: klien mengatakan masih
musculoskeletal nyeri pada lutut dan jari
tangannya berkurang
61

kronis d.d pasien Q: nyeri terasa cekot-cekot dan


mengatakan nyeri terbakar
pada sendi lutut dan R: nyeri di lutut dan jari tangan
jari-jari tangan, T: jarang
Ekspresi wajah O:
meringis, pasien 1. TTV:
tampak gelisah dan TD: 110/80 mmHg
tidak mampu Nadi : 80x/menit
melakukan aktivitas RR: 20x/menit
S :36,6°C
8. Tidur nyenyak
9. skala nyeri 3
10. tidak ada gangguan aktivitas
11. Ekspresi wajah biasa
A: Masalah nyeri kronis teratasi
sebagian
P: Hentikan Intervensi
Gangguan Mobilitas S:
Fisik b.d gangguan P: klien mengatakan masih
musculoskeletal d.d nyeri pada lutut dan jari
pasien mengeluh tangannya berkurang
Q: nyeri terasa cekot-cekot dan
sulit menggerakkan
terbakar
lutut dan jari tangan R: nyeri di lutut dan jari tangan
dan kekuatan otot T: jarang
menurun O:
1. TTV:
TD: 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR: 20x/menit
S :36,5°C
2. Tidak ada kecemasan saat
menggerakkan lutut
3. skala nyeri 2
4. K/U : Composmentis
5. Klien tampak bugar
A: Masalah teratasi sebagian
P: Hentikan Intervensi
BAB 4

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan yag

terjadi antara tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan pada

klien dengan diagnosa medis Artritis Reumatoid di Desa Branang Lekok Pasuruan

yang meliputi pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi.

4.1 Pengkajian

4.1.1 Jenis kelamin

Pada studi kasus dijabarkan bahwa, klien berjenis kelamin perempuan. Hal

tersebut sesuai dengan konsep penyakit menurut Situmorang, 2017 Penelitian dari

Mayo Clinic yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan antara 1995-2005,

wanita penderita Artritis Reumatoid mencapai 54.000 dari 100.000 orang,

sedangkan pria hanya 29.000 dari 100.000 orang.

4.1.2 riwayat Kesehatan

4.1.2.1 Keluhan Utama

Pada studi kasus klien mengeluh nyeri pada lutut dan jari tangan dengan

skala nyeri 5 yang menganggu saat melakukan aktivitas. Pada konsep

penyakit, pengkajian kesehatan untuk menentukan masalah dengan struktur

atau fungsi muskuloskeletal dapat dilakukan selama skrining kesehatan,

dapat fokus pada keluhan utama seperti pada nyeri sendi atau dapat menjadi

bagian pengkajian kegiatan total. Hal tersebut sudah sesuai antara

pengkajian dan konsep penyakit karena rasa nyeri pada pasien rematik

disebabkan oleh system imun yang menyerang sendi dan menyebabkan

respon peradangan.

62
63

4.1.2.2 Riwayat Kesehatan Keluarga

Pada studi kasus, klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang

menderita penyakit rematik. namun menurut Mansjoer 2011, Genetik

merupakan faktor keturunan yang terdapat (HLA) atau antigen limfosit

manusia yang tinggi. (HLA) terdapat rematik yang menunjukan adanya

hubungan aloagen sel B yang lebih dikenal anti bodi monoklonal dengan

status rematik atau rentan terkena rematik yang dapat dipengaruhi oleh

faktor keturunan atau genetik. Hal tersebut menimbulkan kesenjangan

karena tidak adanya pengaruh genetik pada klien, kesenjengan tersebut

terjadi karena klien tidak mengetahui ibunya meninggal karena sakit apa dan

saat itu klien masih kelas 6 SD serta ayah klien meninggal karena stroke.

4.1.3 Perilaku yang Mempengaruhi Kesehatan

klien mengatakan kebiasaan memakan jeroan dan makanan

bersantan serta sayur kangkung dan bayam. Pernyataan tersebut sesuai

dengan konsep masalah menurut Putri 2012, mengurangi makanan dapat

mempengaruhi kekambuhan Penyakit rematik seperti, produk kacang-

kacangan seperti susu kacang, kacang buncis, organ dalam hewan seperti;

usus, hati, limpa, paru, otak, dan jantung, makanan kaleng seperti, sarden,

kornet sapi, makanan yang dimasak menggunakan santan kelapa, beberapa

jenis buah-buahan seperti durian, air kelapa muda, minuman seperti alkohol

dan sayur seperti kangkung dan bayam. Hal ini tidak terdapat kesenjangan

karena Pola makan yang salah menjadi salah satu pencetus terjadinya

kekambuhan pasien rematik.


64

4.1.4 Pemeriksaan Fisik

4.1.4.1 Aktivitas Istirahat

Pada studi kasus klien melakukan aktivitas yang cukup berat seperti

mengangkat cucian basah, mencuci piring dengan berdiri, dll yang

dilakukan setiap hari. Pada konsep masalah menurut Andaniar, 2010

Rematik sering terjadi pada orang mempunyai aktivitas yang berlebihan.

Pada pengkajian ini tidak terdapat kesenjangan karena aktivitas klien

memang cukup berat.

4.1.4.2 Neurosensori

Pada studi kasus, klien mengeluh kaku pada sendi Ketika terlalu

lama duduk. Pada konsep masalah, kekakuan pada sendi sering dikeluhkan

ketika pagi hari ketika setelah duduk yang terlalu lama atau setelah bangun

pagi. Pada pengkajian ini tidak terjadi kesenjangan dikarenakan klien juga

mengalami hal serupa.

4.1.4.3 Nyeri/ketidaknyamanan

Pada studi kasus klien mengatakan nyeri saat melakukan aktivitas

berat. Pada konsep masalah, Nyeri terjadi ketika melakukan aktifitas berat.

Dari hasil tersebut maka tidak ada kesenjangan.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian perawat, penulis mengambil 2 diagnosa yaitu,

Nyeri kronis b.d kondisi musculoskeletal kronis, dan Gangguan Mobilitas Fisik b.d

gangguan musculoskeletal. Karena dari hasil pengkajian pada klien, penulis

menemukan data yang mengarah pada 2 diagnosa tersebut. Diagnosa 1 ditandai


65

dengan nyeri pada sendi lutut dan tangan yang sudah berlangsung selama 4 bulan,

dan diagnosa ke 2 ditandai dengan gangguan aktivitas saat nyeri itu muncul.

4.2.1 Nyeri kronis b.d kondisi musculoskeletal kronis

Masalah keperawatan ini ditegakkan berdasarkan data subjektif dan data

objektif dimana data subjektif, klien mengatakan nyeri pada lutut dan jari-jari

tangan, nyeri terasa terbakar dan cekot-cekot, nyeri muncul pada pagi hari saat

banun tidur, nyeri yang dirasakan hilang timbul dengan skala nyeri 5, Tidur menjadi

tidak nyenyak dengan durasi tidur 5 jam, dan aktivitas terganggu. Data objektif,

klien tampak meringis, tekanan darah : 120/ 80 mmHg, suhu : 36,5°C, nadi :

80x/menit, dan RR : 20x/menit.

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan

jaringan aktual tau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan

berintensitas ringan hingga berat dan konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.

((PPNI, T. P. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)).

Penulis memilih nyeri kronis menjadi diagnosa keperawatan dengan high

priority (prioritas pertama) yang harus diselesaikan dikarenakan pada tahap skoring

prioritas masalah nyeri kronis memiliki nilai 5 lebih tinggi daripada Gangguan

Mobilitas Fisik dengan nilai 3 1/3.

4.2.2 Gangguan Mobilitas Fisik b.d gangguan musculoskeletal

Masalah keperawatan ini ditegakkan berdasarkan data subjektif dan data

objektif. Dimana data subjektif, klien mengatakan nyerinya mengganggu

aktivitasnya, klien merasa cemas saat menggerakkan lutut. Data objektif didapat

klien tampak cemas dengan nilai 1, TD: 120/80 mmHg, suhu: 36,5 °C, RR:

20x/menit.
66

Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu

atau lebih ekstremitas secara mandiri ((PPNI, T. P. 2017. Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia (SDKI)).

Penulis memilih gangguan mobilitas fisik menjadi diagnosa keperawatan

kedua dikarenakan nilai skoring prioritas masalah gangguan mobilitas fisik 3 1/3

lebih rendah dari nilai skoring prioritas masalah nyeri kronis dengan nilai 5.

Terdapat kesenjangan yang terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan

kasus, yakni 1 diagnosa keperawatan yang tidak muncul pada tinjauan kasus yaitu

defisit pengetahuan, diagnosa tersebut tidak muncul karena penulis tidak

menemukan adanya kriteria pada pengkajian yang menuju pada diagnosa Defisit

Pengetahuan tentang artritis rheumatoid b.d Kurang terpapar informasi.

4.3 Intervensi Keperawatan

Menurut UU Keperawatan No. 38 tahun 2014 perencanaan merupakan

semua tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang

diberikan pada klien. Adapun intervensi yang rumuskan sesuai dengan SIKI PPNI,

2018 yaitu sebagai berikut :

4.3.1 Diagnosa 1 :nyeri kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal

kronis yaitu dengan dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit melalui rencana

asuhan keperawatan meliputi : 1). Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, 2). Identifikasi respons nyeri non verbal, 3).

Identifikasi skala nyeri, 4). Identifikasi factor yang memberatkan dan

memperingan nyeri, 5). Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi dan

mengontrol rasa nyeri (Aromaterapi, kompres hangat atau dingin dan relaksasi
67

nafas dalam), 6). Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi dan

mengontrol rasa nyeri (kompres hangat dan relaksasi nafas dalam) dan beri waktu

untuk mengulang kembali, 7). Kolaborasi pemberian amalgetik, jika perlu.

4.3.2 Diagnosa 2 : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

musculoskeletal yaitu dengan dilakukan tindakan asuhan keperawatan

selama 3x24 jam diharapkan keluarga mampu mengenal masalah kesehatan

klien melalui rencana asuhan keperawatan meliputi : 1). Identifikasi adanya

nyeri atau keluhan fisik lainnya, 2). Libatkan keluarga untuk membantu

pasien dalam meningkatkan pergerakan, 3).jelaskan tujuan dan prosedur

mobilisasi, 4). Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (berjalan

dari rumah ke warung). Semua intervensi tersebut telah penulis lakukan

pada saat kunjungan rumah Ny.K.

Pada intervensi tidak ada kesenjangan, karena rencana tindakan yang akan

dilakukan sesuai dengan tinjauan pustaka berdasarkan SIKI PPNI, 2018.

4.4 Implementasi

Pada pelaksanaan tindakan keperawatan telah dilaksanakan dengan rencana

yang telah di tetapkan oleh penulis. Pada diagnosa nyeri kronis berhubungan

dengan kondisi musculoskeletal kronis dan Gangguan Mobilitas Fisik b.d gangguan

musculoskeletal dibutuhkan pelaksanaan selama 2 hari.

Pada pelaksanaan tindakan keperawatan tidak ditemukan hambatan

dikarenakan klien dan keluarga kooperatif dengan perawat, sehingga rencana

tindakan dapat dilakukan.


68

4.5 Evaluasi

Pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan karena dapat diketahui

keadaan klien dan masalahnya secara langsung. Pada tinjauan kasus pada waktu

dilakukan evaluasi tentang Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi

musculoskeletal kronis 2x24 jam karena tindakan yang tepat klien juga melakukan

apa yang di ajarkan oleh penulis untuk mengatasi nyeri dan berhasil dilaksanakan

dan tujuan serta kriteria hasil telah tercapai.

Pada akhir evaluasi semua tujuan dan kriteria hasil dapat dicapai sebagian

karena adanya kerjasama yang baik antara keluarga klien dan klien. Hasil evaluasi

pada Ny.K sudah sesuai dengan harapan masalah teratasi sebagian.


BAB 5

PENUTUP

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan

keperawatan secara langsung pada Klien dengan diagnosa medis Artritis Reumatoid

di Desa Branang Lekok Kabupaten Pasuruan, maka penulis dapat menarik beberapa

kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu

asuhan keperawatan pada Klien dengan diagnosa medis Artritis Reumatoid.

5.1 Simpulan

Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada

Klien dengan diagnosa medis Artritis Reumatoid, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

5.1.1 Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan data Ny. K tampak meringis

karena terjadi nyeri pada sendi lutut dan jari tangan, nyeri cekot-cekot dan terasa

panas seperti tertusuk-tusuk dan hilang timbul dengan skala nyeri 5, klien tidur tidak

nyenyak serta aktivitas klien terganggu dan tidur malam klien selama 5 jam. Klien

mengatakan bahwa dari keluarga tidak ada yang memiliki Riwayat penyakit

rematik.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang didapat yaitu nyeri kronis berhubungan dengan kondisi

musculoskeletal kronis, dan gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan

gangguan musculoskeletal.

82
83

5.1.3 Intervensi Keperawatan

Kaji skala nyeri klien (0-10), skala nyeri dapat menentukan kualitas nyeri yang klien

rasakan, identifikasi respon nyeri non verbal seperti meringis atau melindungi

anggota yang sakit, ajarkan tenik relaksasi nafas dalam atau kompres hangat atau

dingin untuk mengurangi nyeri serta kolaborasi pemberian analgesic untuk

mengurangi nyeri.

5.1.4 Implemetasi Keperawatan

Beberapa Tindakan mandiri pada klien Artritis Reumatoid seperti menganjurkan

klien untuk beristirahat saat nyeri timbul, menganjurkan klien untuk diam sekitar

30 menit saat bangun tidur pagi hari, menganjurkan klien untuk mobilisasi

sederhana (berjalan dari warung ke rumah), dan menganjurkan keluarga untuk

berolahraga Bersama klien.

5.1.5 Evaluasi

Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat tercapai karena adanya Kerjasama yang

baik antara klien, keluarga dan tim Kesehatan. Hasil evaluasi pada Ny. K sesuai

dengan harapan karena masalah teratasi Sebagian dan intervensi dihentikan.

5.2 Saran

Penulis memberikan saran sebagai berikut:

5.2.1 Bagi Akademis :

Dapat digunakan sebagai reverensi dan pengetahuan pada pasien dengan arthritis

Reumatoid yang disertai dengan masalah gangguan nyeri kronis dan mobilitas fisik

yang lebih berkualitas dengan mengikuti perkembangan ilmu keperawatan yang

terbaru.
84

5.2.2 Bagi pelayan keperawatan :

Perawat sebagai petugas pelayanan Kesehatan hendaknya mempunyai

pengetahuan, keterampilan yang cukup serta bekerjasama dengan tim Kesehatan

lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Artritis

Reumatoid.

5.2.3 Bagi peneliti :

Sumber referensi dalam karya tulis ilmiah dapat digunakan untuk penyusunan

serupa tentang asuhan keperawatan gout arthritis pada lansia dengan masalah

keperawatan nyeri akut. Untuk menghindari plagiarisme diharapkan penyusun

selanjutnya mencantumkan penyusun dalam karya tulis ilmiah ini. Bagi penyusun

selanjutnya perlu perubahan menjadi lebih baik karena informasi yang ada selalu

ada yang terbaru.

5.2.4 Bagi tenaga Kesehatan :

Diharapkan pegawai kesehatan lebih meningkatkan sumber daya manusia tenaga

kesehatan dan mempertahankan hubungan kerja yang baik antara tim kesehatan dan

pasien. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan mutu pelayanan sarana dan prasarana

asuhan keperawatan yang optimal sehingga perawatan yang dilakukan tidak terlalu

lama.
85

DAFTAR PUSTAKA

Andri, Juli DKK. Jurnal Tingkat Pengetahuan Terhadap Penanganan Penyakit


Rheumatoid Artritis pada Lansia. https://doi.org/10.31539/jka.v2i1.1139
Diakses pada tanggal 30 Januari 2021 pada pukul 23.30 WIB.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2018. Kesehatan Dasar


(RISKESDAS).

Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC.

Haryono R dan Setianingsih S. 2013. Awas Musuh-musuh Anda Setelah Usia 40


Tahun. Yogyakarta: Goysen Publishing

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Penerbit: pustaka Pelajar.


Yogyakarta

Helmi, Zairin Noor, 2014, Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba
Medika.

Iqbal Mubarak, Wahit. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep dan Aplikasi
dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Junaidi, I, 2013, Rematik Dan Asam Urat. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.

Lahemma, A. 2019. Pengaruh Terapi Back Massage terhadap Penurunan Tingkat


Nyeri Pada Penderita Rheumatoid Arthritis, 1–7

LeMone, Pricilla DKK, 2016, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : gangguan
musculoskeletal. Jakarta : EGC.

Lukman dan Nurma.2012. asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Musculoskeletal. Jakarta : Salemba Medika.

Lutfiyah, L.D., 2019. Asuhan Keperawatan Keluarga pada Keluarga Bapak S


dengan Masalah Artritis Rheumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Gulai
Bancah Kota Bukittinggi.
http://repo.stikesperintis.ac.id/833/1/12%20LIKA%20DWI%20LUTFIYA
H.pdf. Diakses pada tanggal 22 Januari 2021 pada pukul 09.00 WIB.
86

Mawarni, T., & Despiyadi, D. 2018. Pengaruh Pemberian Stimulus Kutaneus Slow
Stroke Back Massage (SSBM) terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Rematik pada Lansia di Panti Sosial Tahun 2018. Caring Nursing Journal.

Meliny, D. 2018. Analisis Faktor Risiko Rematik Usia 45-54 Tahun di Wilayah
Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat,2(2), 1-7.
Nugraha, dedy setya. 2017. Gambaran Karakteristik Responden, Riwayat Penyakit
pada Lansia di Wilayah kerja Puskesmas Bungkal Ponorogo. Gambaran
Karakteristik Responden, Riwayat Penyakit Reumatik pada Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas bungkal ponorogo.

Nurwulan, E. 2017. Pengaruh Senam Rematik terhadap Tingkat Nyeri Sendi pada
Lansia Penderita Rheumatoid Arthritis, 1–15

Padila, P. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha


Medika

PPNI, 2016, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indicator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI, 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindikan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI, 2018, Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Putri, I. R. R., & Priyanto, S. 2019. Penerapan Terapi Back Massage terhadap
Penurunan Tingkat Nyeri pada Keluarga dengan Rheumatoid Arthritis.
Universitas Muhammadiyah Magelang.

Ridha, M. R. & Putri, M. E., 2015. Pengaruh Latihan ROM Aktif Terhadap
Kekuatan Otot Ekstremitas Bawah Pada Lansia Dengan Osteoarthritis Di
Wilayah Kerja Puskesmas Koni Kota Jambi. Jurnal Akademika
Baiturrahim, 4(2), pp. 45-52.

Rohmah, Nikmatur, Walid & Saiful. 2012. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Syam,Suir. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Rematik pada


Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Mandiangin Tahun 2012. Jurnal
Kesehatan Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi; 2012

Widayati, D., & Hayati, F. 2017. PENINGKATAN KENYAMANAN LANSIA


DENGAN NYERI RHEUMATOID ARTHRITIS MELALUI MODEL
Comfort Food For The Soul. Jurnal Ilmu Keperawatan (Journal of Nursing
Science) 5(1), 6-15.
87

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik / masalah : REUMATOID ARTRITIS / REMATIK


Tempat : Rumah Keluarga Tn. K
Hari/Tanggal : Rabu, 10 Maret 2021
Waktu : 30 menit
Sasaran : Keluarga Tn. K

A. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama ± 30 menit diharapkan klien
mampu mengetahui tentang penyakit reumatoid artritis dan perawatannya
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan Keluarga Ny.K mampu :
1. Menyebutkan pengertian reumatoid arthritis
2. Menyebutkan penyebab reumatoid artritis
3. Menyebutkan tanda dan gejala reumatoid artritis
4. Menyebutkan akibat lanjut dari reumatoid artritis
5. Mengerti cara pembuatan obat tradisional
Materi
Terlampir
B. Metode
Ceramah tanya jawab
C. Strategi
1. Kontrak dengan Klien dan keluarga Tn. A (waktu, tempat, topik)
2. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
3. Dengan tanya jawab langsung.
D. Proses Penyuluhan
NO KEGIATAN WAKTU PENYAJI SASARAN
1 Pembukaan 3 menit 1. Mengucapkan salam Membalas salam
2. Memperkenalkan
diri Memperhatikan dan
mendengarkan
2 Penyajian bahan 15 menit 1. Menjelaskan Mendengarkan dan
88

tentang: pengertian reumatoid memperhatikan


1. Menjelaskan arthritis
pengertian 2. Menjelaskan
reumatoid arthritis penyebab reumatoid
2. Menjelaskan artritis
penyebab 3. Menjelaskan tanda
reumatoid artritis dan gejala reumatoid
3. Menjelaskan tanda artritis
dan gejala 4. Menjelaskan
reumatoid artritis komplikasi reumatoid
4. Menjelaskan artritis
komplikasi 5. Menjelaskan cara
reumatoid artritis pembuatan obat Mempraktekkan
5. Menjelaskan cara tradisional
pembuatan bat
tradisional
3 Evaluasi 10 menit 1. Memberi Mengerti dan
kesempatan kepada memahami
klien dan keluarga
untuk
bertanya untuk
mengevaluasi,
apakah klien dan
keluarga dapat
menjelaskan
kembali materi
penkes dengan
bertanya
2. Menyimpulkan
kembali materi
yang disajikan
3. Diharapkan 70%
memahami materi

4 Penutup 2 menit Penyaji Menjawab salam


mengucapkan
terima kasih
Mengucapkan
salam penutup

E. EVALUASI
1. Proses : Penyuluhan berjalan lancar.
Klien dan keluarga tidak meninggalkan proses penyuluhan
2. Hasil :
- Klien dan keluarga dapat menjelaskan pengertian reumatoid artritis
89

- Klien dan keluarga dapat menjelaskan penyebab reumatoid artritis


- Klien dan keluarga dapat menjelaskan tanda dan gejala reumatoid artritis
- Klien dan keluarga dapat menjelaskan komplikasi reumatoid artritis
- Klien dan keluarga dapat menjelaskan cara pembuatan obat tradisional.
90

LAMPIRAN MATERI

REMATOID ARTRITIS

A. PENGERTIAN

Rematoid artritis didefinisikan sebagai penyakit yang menyerang sendi dan

struktur atau jaringan penunjang di sekitar sendi. Bagian tubuh yang biasa diserang

rematik adalah pada persendian jari, lutut, pinggul, dan tulang punggung.

Persendian lainnya yang lebih jarang terserang yaitu pergelangan tangan dan kaki,

siku, dan bahu.

Rematoid artritis merupakan penyakit degeneratif yang sifatnya menahun

dan dapat menghambat aktivitas penderitanya. Diketahui ada sekitar 200 jenis

penyakit rematik, namun yang umum dikenal adalah artritis reumatoid, artritis pirai

(gout), dan osteoartritis.

Penyakit rematik ada ratusan jenisnya. Rematik jenis peradangan yang

disebabkan asam urat termasuk jenis yang banyak ditemui di Indonesia. Olahraga

ringan jalan kaki, ternyata bermanfaat bagi para penderita asam urat ini.Cakupan

pengertian gejala rematik memang cukup luas. Nyeri, pembengkakan, kemerahan,

gangguan fungsi sendi dan jaringan di sekitarnya termasuk gejala rematik.

B. PENYEBAB

Penyebab utamanya belum diketahui, sejauh ini diduga infeksi, cedera

sendi, faktor usia dan faktor hormonal. dan juga faktor genetik. Beberapa ahli

berpendapat ada empat jenis rematik yang paling sering dijumpai di masyarakat kita

yaitu osteoarthritis yang disebabkan oleh pengapuran, rematik luar sendi yang

menyerang jaringan di luar tulang.


91

rawan, rematik peradangan, dan rematik yang disebabkan oleh

pengeroposan.

C. TANDA DAN GEJALA

1. Nyeri sendi

2. Kaku pada sendi

3. Bengkak pada sendi

4. Gangguan fungsi sendi

5. Otot mengecil

6. Timbul benjolan kecil pada bawah kulit

7. Gejala lain : berat badan menurun, rasa lelah dan lesu,susah tidur dan

gerakan tubuh menjadi lamban.

D. CARA PERAWATAN

1. Kompres hangat untuk mengurangi nyeri.

2. Pijat-pijatan sendi atau olah raga.

3. Latihan gerakan sendi terutama pagi hari.

4. Hindari aktivitas dengan hentakan mendadak.

5. Istirahat yang cukup.

6. Hindari makanan seperti jeroan, emping mlinjo, petai, dan lain – lain.

7. Gunakan alas kaki dengan tumit yang rendah.

E. PENCEGAHAN

1. Menghindari makanan yang mengandung kolesterol.

2. Mandi dimalam hari.

3. Minum-minuman beralkohol.

4. Aktifitas jangan terlalu berat.


92

F. CARA MEMBUAT OBAT TRADISIONAL

Bahan yang harus disiapkan :

- Kayu manis

- Cengkeh

- Jeruk nipis

- madu

cara membuatnya:

- rebus kayu manis dan cengkeh

- tuangkan ke dalam cangkir

- tambahkan madu dan jeruk nipis peras Ketika hangat

- minum selagi hangat


93
94

Lampiran 1 Surat Pengantar Studi Penelitian


YAYASAN KERTA CENDEKIA
POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA
Jalan Lingkar Timur, Rangkah Kidul, Sidoarjo 61232
Telepon: 031-8961496; Faximile : 031-8961497
Email : akper.kertacendekia@gmail.com

Sidoarjo, 19 Maret 2021


No. Surat : 191/BAAK/III/2021
Perihal : Surat Pengantar Studi Penelitian

Kepada Yth.
Bapak/Ibu Kepala Desa Branang,
Lekok
Di Tempat

Dengan hormat,
Sehubungan dengan kegiatan penyusunan Karya Tulis Ilmiah mahasiswa Politeknik Kesehatan Kerta
Cendekia Sidoarjo Tahun Akademik 2020/2021. Bersama surat ini kami mohon Kepala Desa Branang,
Lekok mengijinkan mahasiswa kami untuk megambil data dasar di tempat tersebut. Berikut adalah
informasi mahasiswa kami.
Nama Mahasiswa : Robi'atul Adhawiyah
NIM : 1801128
Alamat : Dsn.Pendopo Barat RT : 009 RW : 005 Desa Branang Kecamatan Lekok
Kabupaten Pasuruan
Tempat Tanggal Lahir : Pasuruan, 21 Maret 2000
No. Hp : 082335354649
Judul KTI : Asuhan Keperawatan pada Ny.K dengan Nyeri Kronis pada Diagnosa
Medis Artritis Reumatoid di Desa Branang Lekok Kabupaten Pasuruan

Demikian surat permohonan ini kami sampaikan semoga sudi kiranya memperhatikan untuk
dipertimbangkan. Atas perhatian dan kerjasamanya kami sampaikan terima kasih.
Mengetahui,
95

Lampiran 2 Lembar Informed Consent


Lembar Informed Consent

Judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.K dengan Nyeri Kronis pada


Diagnosa Medis Artritis Reumatoid di Desa Branang Lekok Kabupaten
Pasuruan”.
Tanggal pengambilan studi kasus 10 Maret 2021
Sebelum tanda tangan dibawah, saya telah mendapatkan informasi tentang
tugas pengambilan studi kasus ini dengan jelas dari mahasiswa yang bernama
Robi’atul Adhawiyah proses pengambilan studi kasus ini dan saya mengerti semua
yang telah dijelaskan tersebut.
Saya setuju untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan studi kasus ini
dan saya telah menerima Salinan dari form ini.
Saya Ny. K dengan ini saya memberikan kesediaan setelah mengerti semua
yang telah dijelaskan oleh peneliti terkait dengan proses pengambilan studi kasus
ini dengan baik. Semua data dan informasi dari saya sebagai partisipan hanya akan
digunakan untuk tujuan dari studi kasus ini.

Tanda tangan Partisipan Tanda tangan Peneliti

( Ny. K ) ( Robi’atul Adhawiyah )


96

Lampiran 3 Lembar Konsultasi Bimbingan

Lembar Konsultasi Bimbingan

Nama : Robi’atul Adhawiyah


NIM : 1801128
Pembimbing 1 : Ns. Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep.,MNS

HARI/TANGGAL KETERANGAN KONSUL PARAF

21 Januari 2021 Konsul Judul + ACC Judul

2 Februari 2021 Konsul BAB I,2,dan 3 + ACC

6 Februari 2021 Revisi BAB 2 + ACC

19 Maret 2021 Konsul BAB 3

20 Maret 2021 Konsul revisi BAB 3

31 Maret 2021 Konsul BAB 4 dan BAB 5

7 Mei 2021 Konsul BAB 4

20 Mei 2021 Konsul Revisi BAB 4


97

Lembar Konsultasi Bimbingan


Nama : Robi’atul Adhawiyah
NIM : 1801128
Pembimbing 2 : Ns. Nurul Huda, S.Kep.,S. Psi.,M.Si

HARI/TANGGAL KETERANGAN KONSUL PARAF

21 Januari 2021 Konsul Judul + ACC Judul

25 Januari 2021 Konsul BAB I

30 Januari 2021 Revisi BAB I + Konsul BAB 2

1 Februari 2021 Revisi BAB I + Revisi BAB 2

2 Februari 2021 Revisi BAB 2 (pengkajian menurut teori)

6 Februari 2021 Revisi BAB 2 + ACC

19 Maret 2021 Konsul BAB 3

20 Maret 2021 Konsul revisi BAB 3

31 Maret 2021 Konsul BAB 4 dan BAB 5

7 Mei 2021 Konsul BAB 4

Anda mungkin juga menyukai