Anda di halaman 1dari 112

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R YANG MENGALAMI


MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT PENGETAHUAN TENTANG
TEKNIK MENYUSUI DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST
SECTIO CAESAREA INDIKASI PREEKLAMSIA BERAT DI
DESA SADANG KABUPATEN SIDOARJO

Oleh :
WINDA PUSPA SARI
1801026

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2021
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R YANG MENGALAMI


MASALAH KEPERAWATANDEFISIT PENGETAHUAN TENTANG
TEKNIK MENYUSUI DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST
SECTIO CAESAREA INDIKASI PREEKLAMSIA BERAT DI
DESA SADANG KABUPATEN SIDOARJO

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar


Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)
Di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Oleh :
WINDA PUSPA SARI
1801026

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2021

i
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Winda Puspa Sari


NIM 1801026
Tempat, tanggal lahir : Sidoarjo, 26 November 1999

Institusi : Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo


Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Ny. R YANG MENGALAMI MASALAH
KEPERAWATAN DEFISIT PENGETAHUAN TENTANG TEKNIK
MENYUSUI DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST SECTIO CAESAREA
INDIKASI PREEKLAMSIA BERAT DI DESA SADANG KABUPATEN
SIDOARJO adalah bukan Karya Tulis Ilmiah milik orang lain baik sebagian
maupun keseluruhan, kecuali dalam kutipan yang telah dituliskan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila
ini tidak benar saya bersedia mendapatkan sanksi.
Sidoarjo, 19 Maret 2021
Yang menyatakan,

Winda Puspa Sari


1801026

Mengetahui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes Elok Triestuning, S.Psi., M.Si


NIDN. 0703087801 NIDN. 0728018003

ii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Winda Puspa Sari

Judul : ‘’ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R YANG


MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT PENGETAHUAN
TENTANG TEKNIK MENYUSUI DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST
SECTIO CAESAREA INDIKASI PREEKLAMSIA BERAT DI DESA
SADANG KABUPATEN SIDOARJO’’

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan dewan penguji Karya Tulis Ilmiah pada
tanggal 22 Maret 2021.

Oleh,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes Elok Triestuning, S.Psi., M.Si


NIDN. 0703087801 NIDN. 0728018003

Mengetahui,
Direktur
Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes


NIDN. 0703087801

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diuji dan disetujui oleh tim penguji pada sidang di Program D3
Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Tanggal : 22 Maret 2021

TIM PENGUJI

Ketua Penguji : Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep,Ns., MNS ( )

Anggota : 1. Elok Triestuning, S.Psi., M.Si ( )

2. Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes ( )

Mengetahui,

Direktur

Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes

NIDN. 0703087801

iv
MOTTO

Don’t put till tomorrow what you can do today

(Jangan tunggu sampai besok apa yang bisa kamu lakukan hari ini)

Winda Puspa Sari

v
PERSEMBAHAN

Puji syukur tak henti saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Alhamdullilah
berkat rahmat dan hidayah-Mu ya Allah, saya bisa menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan baik. KARYA TULIS ILMIAH INI akan saya persembahkan untuk :

1. Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga Karya
Tulis Ilmiah ini selesai dengan baik.
2. Kedua orangtua saya yang telah mendoakan saya dan mendukung saya
hingga mampu bertahan sampai detik ini.
3. Sahabat-sahabat saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima
kasih atas doa, dukungan, dan motivasi serta selalu ada untuk saya. Semoga
kita semua selalu ada dalam lindungan-Nya.
4. Ibu Agus Sulistyowati S.Kep., M.Kes selaku direktur Politeknik Kesehatan
Kerta Cendekia Sidoarjo dan juga selaku pembimbing 1 dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu Elok Triestuning S.Psi., M.Si selaku pembimbing 2 dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Hj. Muniroh Mursam, Lc selaku petugas perpustakaan yang telah
membantu dalam kelengkapan literature yang dibutuhkan dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Dosen dan Staff POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO yang telah memberikan saya banyak sekali ilmu yang
bermanfaat untuk hidup saya kedepannya. Terima kasih atas kesabaran dan
kasih sayangnya terhadap saya selama ini. Semoga Bapak dan Ibu sehat
selalu.

Almamaterku tercinta ....Terima kasih. Akan kubawa nama baik


Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

vi
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdullilah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat
menyelesaikan Karya tulis Ilmiah dengan judul ‘’Asuhan Keperawatan
pada Ny. R yang Mengalami Masalah Keperawatan Defisit Pengetahuan
Tentang Teknik Menyusui dengan Diagnosa Medis Post Sectio Caesarea
Indikasi Preeklamsia Berat di Desa Sadang Kabupaten Sidoarjo’’ ini
dengan tepat waktu sebagai persyaratan akademik dalam menyelesaikan
Program D3 Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini selesai dengan baik.
2. Orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan sehingga semua bisa
berjalan lancar.
3. Agus Sulistyowati, S.Kep.,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kerta Cendekia Sidoarjo dan selaku pembimbing 1 dalam pembuatan Karya
Tulis Ilmiah.
4. Ibu Elok Triestuning S.Psi., M.Si selaku pembimbing 2 dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah.
5. Hj. Muniroh Mursam, Lc selaku petugas perpustakaan yang telah
membantu dalam kelengkapan literature yang dibutuhkan.
6. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai
kesempurnaan, sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila
para pembaca berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan
maupun saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis berharap
Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca dan keperawatan.

Sidoarjo, Februari 2021

Penulis

vii
DAFTAR ISI
Sampul depan ......................................................................................................
Lembar judul .......................................................................................................i
Surat pernyataan ................................................................................................. ii
Lembar persetujuan .............................................................................................iii
Halaman pengesahan ...........................................................................................iv
Motto ...................................................................................................................v
Lembar persembahan ..........................................................................................vi
Kata pengantar ....................................................................................................vii
Daftar Isi..............................................................................................................viii
Daftar Gambar .....................................................................................................xi
Daftar Tabel ........................................................................................................xii
Daftar Lampiran ..................................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 6
1.5 Metode Penulisan................................................................................... 7
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................ 8

BAB II TINJUAN PUSTAKA............................................................................ 10

2.1 Konsep Dasar Sectio Caesarea.............................................................. 10


2.1.1 Definisi ........................................................................................ 10
2.1.2 Etiologi ........................................................................................ 11
2.1.3 Indikasi ........................................................................................ 12
2.1.4 Kontraindikasi ............................................................................. 12
2.1.5 Klasifikasi .................................................................................... 12
2.1.6 Komplikasi................................................................................... 13
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik .............................................................. 14
2.1.8 Penatalaksanaan ........................................................................... 14
2.2 Konsep Dasar Preeklamsia .................................................................... 16
2.2.1 Definisi ........................................................................................ 16
2.2.2 Etiologi ........................................................................................ 17
2.2.3 Manifestasi Klinis ........................................................................ 17
2.2.4 Klasifikasi .................................................................................... 18
2.2.5 Patofisiologi ................................................................................. 18
2.2.6 Diagnosa Banding........................................................................ 20
2.2.7 Komplikasi................................................................................... 21
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang ............................................................... 22
2.2.9 Penatalaksanaan ........................................................................... 23
2.3 Konsep Dasar Teknik Menyusui ........................................................... 24
2.3.1 Pengertian Defisit Pengetahuan Teknik Menyusui ..................... 24
2.3.2 Posisi Menyusui yang Benar ....................................................... 24
2.3.3 Tahap Menyusui yang Benar ....................................................... 25
viii
2.3.4 Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar ................................. 27
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Post Sectio
DAFTAR ISICaesarea............................. 28
2.4.1 Identitas ....................................................................................... 28
2.4.2 Pengkajian ................................................................................... 28
2.4.3 Diagnosa ...................................................................................... 32
2.4.4 Intervensi ..................................................................................... 33
2.4.5 Implementasi ............................................................................... 38
2.4.6 Evaluasi ....................................................................................... 38
2.5 Kerangka Masalah ................................................................................. 40

BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................. 41

3.1 Pengkajian ............................................................................................. 41


3.1.1 Identitas Pasien ............................................................................ 41
3.1.2 Identitas Keluarga ........................................................................ 42
3.1.2.1 Identitas Suami ................................................................ 42
3.1.2.2 Identitas Anak ................................................................. 42
3.1.3 Riwayat Keperawatan .................................................................. 43
3.1.3.1 Keluhan Utama................................................................ 43
3.1.3.2 Riwayat Persalinan Saat Ini ............................................ 43
3.1.4 Riwayat Obsetri ........................................................................... 43
3.1.4.1 Riwayat Kehamilan dan Persalinan Lalu ........................ 43
3.1.4.2 Riwayat Menstruasi ......................................................... 43
3.1.4.3 Genogram ........................................................................ 44
3.1.4.4 Persalinan Sekarang ........................................................ 44
3.1.5 Riwayat Keluarga Berencana ...................................................... 47
3.1.6 Riwayat Kesehatan ...................................................................... 47
3.1.7 Riwayat Lingkungan.................................................................... 47
3.1.8 Aspek Sosial ................................................................................ 48
3.1.9 Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan......................... 48
3.1.10 Pemeriksaan Fisik ...................................................................... 49
3.1.11 Terapi ......................................................................................... 53
3.2 Diagnosa Keperawatan .......................................................................... 57
3.3 Rencana Tindakan Keperawatan ........................................................... 58
3.4 Implementasi Keperawatan ................................................................... 62
3.5 Catatan Perkembangan .......................................................................... 68
3.6 Evaluasi Keperawatan ........................................................................... 70

BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 72

4.1 Pengkajian ............................................................................................. 72


4.2 Diagnosa Keperawatan .......................................................................... 77
4.3 Rencana Keperawatan ........................................................................... 78
4.4 Implementasi Keperawatan ................................................................... 80
4.5 Evaluasi Keperawatan ........................................................................... 81

ix
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 83
5.1 Kesimpulan ............................................................................................
DAFTAR ISI 83
5.2 Saran ...................................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 86

DAFTAR LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Gambar Hal

Gambar 2.1 Kerangka masalah post sectio caesarea indikasi preeklamsia


berat. .................................................................................................................... 40

Gambar 3.1 Genogram pada Ny.R dengan diagnosa medis post sectio caesarea
atas indikasi preeklamsia berat di Desa Sadang .................................................... 44

xi
DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Tabel Hal

Tabel 2.1 Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan ................................33


Tabel 2.2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ..........................35
Tabel 2.3 Defisit pengetahuan teknik menyusui berhubungan dengan kurangnya
paparan informasi tentang teknik menyusui ........................................................37
Tabel 3.1 Riwayat kehamilan Ny.R dengan diagnosa medis post sectio caesarea
indikasi preeklamsia berat di Desa Sadang ......................................................... 43
Tabel 3.2 Analisa data pada Ny.R dengan diagnosa medis post sectio caesarea
indikasi preeklamsia berat di Desa Sadang ......................................................... 54
Tabel 3.3 Rencana tindakan keperawatan pada Ny.R dengan diagnosa medis post
sectio caesarea indikasi preeklamsia berat di Desa Sadang ............................... 58
Tabel 3.4 Implementasi tindakan keperawatan pada Ny.R dengan diagnosa medis
post sectio caesarea indikasi preeklamsia berat di Desa Sadang......................... 62
Tabel 3.5 Catatan perkembangan pada Ny.R dengan diagnosa medis post sectio
caesarea indikasi preeklamsia berat di Desa Sadang........................................... 68
Tabel 3.6 Evaluasi keperawatan pada Ny.R dengan diagnosa medis post sectio
caesarea indikasi preeklamsia berat di Desa Sadang........................................... 70

xii
DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Lampiran Hal

Lampiran 1 Lembar Informed Consent ............................................................. 87


Lampiran 2 Satuan Acara Penyuluhan. ............................................................. 88
Lampiran 3 Materi Penyuluhan. ........................................................................ 94
Lampiran 4 Lembar Dokumentasi. .................................................................... 95
Lampiran 4 Lembar Konsultasi......................................................................... 96

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air susu ibu (ASI) adalah makanan pertama dan utama bagi bayi,

ASI berguna untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam segala hal karena

mengandung banyak zat gizi salah satunya adalah zat anti infeksi

(Sulistyowati, et al, 2015). Manfaat ASI bagi bayi adalah untuk

memudahkan kerja sistem pencernaan, mudah diserap oleh usus bayi serta

mengurangi munculnya gangguan pencernaan seperti diare. ASI

mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan

perkembangan bayi termasuk untuk kecerdasan bayi. Manfaat ASI bagi

kesehatan ibu adalah membantu mempercepat proses pengembalian uterus

pada bentuk semula dan juga mengurangi pendarahan post partum karena

isapan bayi pada payudara akan merangsang kelenjar hipofise agar

mengeluarkan hormon oksitosin (Marmi, 2014). Pemberian ASI umumnya

dilakukan dengan proses menyusui, namun tak jarang proses menyusui

mengalami kendala bahkan kegagalan salah satu diantaranya adalah karena

kurangnya pengetahuan dan pengalaman tentang cara menyusui yang benar

(Astutik, 2014). Menyusui merupakan hak setiap ibu pasca melahirkan atau

biasa disebut ibu nifas, baik ibu yang melahirkan secara normal maupun

buatan. Proses melahirkan melalui metode buatan adalah sectio caesarea.

Sectio caesarea adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui

sayatan di dinding perut dan dinding rahim, rahim dalam keadaan utuh dan

berat janin lebih dari 500 gram (Tetti & Cecep, 2015). Salah satu indikasi

1
2

dilakukannya metode sectio caesarea adalah kondisi preeklamsia pada ibu,

preeklamsia didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah 140 mmHg

dan proteinuria setelah 20 minggu kehamilan (Zakiyah et al., 2018).

Fenomena menyusui yang terjadi dimasyarakat adalah banyak ibu yang

takut bentuk tubuhnya berubah jika memberikan ASI secara terus-menerus

kepada anaknya, perubahan yang biasanya ditakuti adalah payudara

mengendur. Di perkotaan banyak ibu-ibu yang memberikan susu formula

bagi bayinya dan dipedesaan sering ditemui ibu memberikan pisang dan nasi

lembut kepada bayinya sebagai tambahan ASI (Lastriani, 2012).

Menurut data World Health Organization, cakupan ASI eksklusif

diseluruh dunia hanya sekitar 36% selama periode 2007-2014. Berdasarkan

hasil Riskesdas (2012), cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia

sebesar 54,3% dimana presentase tertinggi terdapat di provinsi NTB dan

terendah di provinsi Maluku. Berdasarkan data dari kabupaten atau kota

didapatkan data cakupan bayi yang mendapat ASI ekslusif di Jawa Timur

pada tahun 2018 sebesar 76,8%, cakupan tersebut mengalami peningkatan

angka dibandingkan dengan tahun 2017 yaitu sebesar 75,7%. Kenaikan

tersebut menunjukkan semakin meningkatnya pemahaman para ibu bayi

tentang pentingnya ASI ekslusif bagi bayi (Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Timur, 2018). Pada tahun 2017 cakupan ASI ekslusif di wilayah Sidoarjo

sebesar 69,1%, cakupan ASI paling tinggi berada pada puskesmas Tulangan

sedangkan cakupan ASI paling rendah berada pada puskesmas Waru (Dinas

Kesehatan Sidoarjo, 2018). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang

dilakukan oleh penulis, jumlah bayi yang diberi ASI ekslusif di Kecamatan
3

Taman pada tahun 2017 sebanyak 765 bayi dari total 1045 bayi (Profil

Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, 2017). Dan didesa Sadang pada tahun 2020

terdapat sebanyak 33 ibu yang menyusui bayinya (Ulfah, 2021).

Salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya pengetahuan ibu

tentang teknik menyusui yang benar adalah karena kurangnya kemauan ibu

untuk belajar dan memang banyak ibu yang enggan menyusui bayinya.

Kurangnya pengetahuan ibu tentang teknik menyusui yang benar

mengakibatkan banyak ibu yang takut bentuk tubuhnya akan berubah bila

ia menyusui secara terus-menerus, padahal secara medis pemberian ASI

kepada anak tidak akan berhubungan dengan bentuk badan seseorang

(Roesli, 2011). Jika bayi tidak diberikan ASI dan digantikan dengan

makanan atau cairan lain, maka bayi tidak akan mendapatkan kekebalan,

serta akan kekurangan gizi. Dan bila didalam tubuh bayi tidak ada antibodi

atau kekebalan, maka bayi akan dengan mudah terserang penyakit sehingga

meningkatkan AKB atau angka kematian bayi (Astutik, 2014).

Untuk meningkatkan keberhasilan pemberian ASI pada bayi, perlu

adanya laktasi dengan cara mengajarkan kepada ibu bagaimana cara

menyusui yang benar, langkah-langkah dalam menyusui serta pengamatan

teknik saat menyusui. Namun tidak semua ibu mengetahui bagaimana

laktasi disebabkan oleh pengetahuan dan sikap ibu. Hal ini dapat dilihat di

Indonesia presentase angka pemberian ASI ekslusif masih jauh dari

harapan, hal ini bisa mengancam upaya pemerintah untuk menurunkan AKB

atau angka kematian bayi sesuai tujuan pembangunan MDGs (Roffiudin,

2012). Konsep solusi yang ditawarkan oleh peneliti adalah dengan


4

melakukan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya

promotif berupa pemberian edukasi kesehatan tentang teknik menyusui

yang benar. Upaya preventif berupa mencegah ASI tidak keluar. Upaya

kuratif dengan melakukan promosi kesehatan serta demonstrasi teknik

menyusui yang benar. Upaya rehabilitatif berupa menganjurkan ibu untuk

mempertahankan pengetahuan tentang teknik menyusui serta menjaga

kualitas produksi ASI dengan mengkonsumsi nutrisi yang baik (Roffiudin,

2012).

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut perawatan pada penyakit ini maka

penulis akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan

keperawatan pada Ny.R yang mengalami masalah keperawatan defisit

pengetahuan tentang teknik menyusui dengan diagnosa medis post sectio

caesarea indikasi preeklamsia berat di Desa Sadang Kabupaten Sidoarjo

dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut ‘’Bagaimanakah asuhan

keperawatan pada Ny.R yang mengalami masalah keperawatan defisit

pengetahuan tentang teknik menyusui dengan diagnosa medis post sectio

caesarea indikasi preeklamsia berat di Desa Sadang Kabupaten Sidoarjo?’’

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasikan asuhan keperawatan pada Ny.R yang mengalami

masalah keperawatan defisit pengetahuan tentang teknik menyusui dengan


5

diagnosa medis post sectio caesarea indikasi preeklamsia berat di Desa

Sadang Kabupaten Sidoarjo.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengkaji Ny.R yang mengalami masalah keperawatan defisit

pengetahuan tentang teknik menyusui dengan diagnosa medis post sectio

caesarea indikasi preeklamsia berat di Desa Sadang Kabupaten Sidoarjo.

1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.R yang mengalami

masalah keperawatan defisit pengetahuan tentang teknik menyusui dengan

diagnosa medis post sectio caesarea indikasi preeklamsia berat di Desa

Sadang Kabupaten Sidoarjo.

1.3.2.3 Merencanakan tindakan keperawatan pada Ny.R yang mengalami

masalah keperawatan defisit pengetahuan tentang teknik menyusui dengan

diagnosa medis post sectio caesarea indikasi preeklamsia berat di Desa

Sadang Kabupaten Sidoarjo.

1.3.2.4 Melaksanakan tindakan keperawatan pada Ny.R yang mengalami

masalah keperawatan defisit pengetahuan tentang teknik menyusui dengan

diagnosa medis post sectio caesarea indikasi preeklamsia berat di Desa

Sadang Kabupaten Sidoarjo.

1.3.2.5 Mengevaluasi tindakan pada Ny.R yang mengalami masalah

keperawatan defisit pengetahuan tentang teknik menyusui dengan diagnosa

medis post sectio caesarea indikasi preeklamsia berat di Desa Sadang

Kabupaten Sidoarjo.
6

1.3.2.6 Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ny.R yang

mengalami masalah keperawatan defisit pengetahuan tentang teknik

menyusui dengan diagnosa medis post sectio caesarea indikasi preeklamsia

berat di Desa Sadang Kabupaten Sidoarjo.

1.4 Manfaat Penelitian

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan

manfaat:

1.4.1 Akademis, hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu

pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami masalah keperawatan defisit pengetahuan tentang teknik

menyusui dengan diagnosa medis post sectio caesarea indikasi preeklamsia

berat.

1.4.2 Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi:

1.4.2.1 Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di RS agar

dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami masalah

keperawatan defisit pengetahuan tentang teknik menyusui dengan diagnosa

medis post sectio caesarea indikasi preeklamsia berat.

1.4.2.2 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti

berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan

pada klien yang mengalami masalah keperawatan defisit pengetahuan


7

tentang teknik menyusui dengan diagnosa medis post sectio caesarea

indikasi preeklamsia berat.

1.4.2.3 Bagi Profesi Kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dam memberikan

pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami masalah keperawatan defisit pengetahuan tentang teknik

menyusui dengan diagnosa medis post sectio caesarea indikasi preeklamsia

berat.

1.5 Metode Penulisan

1.5.1 Metode

Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa

atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi

kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan

studi pendekataan proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian,

diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1.5.2 Teknik mengumpulkan data

1.5.2.1 Wawancara

Data diambil/diperoleh melalui percakapan baik dengan pasien, keluarga

maupun tim kesehatan lain.

1.5.2.2 Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan kepada pasien.


8

1.5.2.3 Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menunjang

menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya.

1.5.3 Sumber Data

1.5.3.1 Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pasien.

1.5.3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat

pasien.

1.5.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan

dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi

kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1.6.1 Bagian awal, menurut halaman judul, persetujuan pembimbing,

pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi.

1.6.2 Bagian inti, terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari

sub bab berikut ini:

Bab 1: Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat

penelitian, sistematika penulisan studi kasus.


9

Bab 2: Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep masalah keperawatan,

konsep penyakit penyakit dari sudut medis dan asuhan keperawatan pada

klien yang mengalami masalah keperawatan defisit pengetahuan tentang

teknik menyusui dengan diagnosa medis post sectio caesarea indikasi

preeklamsia berat serta kerangka masalah.

Bab 3: Tinjauan kasus, berisi tentang kasus nyata dalam asuhan keperawatan

pada klien yang mengalami masalah keperawatan defisit pengetahuan

tentang teknik menyusui dengan diagnosa medis post sectio caesarea

indikasi preeklamsia berat.

Bab 4: Pembahasan, berisi tentang penjelasan kesenjangan antara teori dan

asuhan keperawatan secara langsung kepada pasien

Bab 5: Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran dalam pembuatan

makalah ini.

1.6.3 Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep

dasar menyusui, konsep dasar sectio caesarea, dan asuhan keperawatan

pada klien post sectio caesarea atas indikasi preeklamsia berat dengan

masalah keperawatan defisit pengetahuan tentang teknik menyusui. Asuhan

keperawatan akan diuraikan masalah-masalah yang muncul pada ibu post

partum dengan melakukan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian,

diagnose, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.

2.1 Konsep Dasar Sectio Caesarea

2.1.1 Pengertian

Sectio caesarea adalah suatu tindakan melahirkan janin dengan cara

membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Atau

sectio caesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin didalam

rahim (Setyaningrum, et al, 2017).

Sectio caesarea merupakan bentuk melahirkan anak dengan

melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang

ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Sectio caesarea

biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada

komplikasi-komplikasi sehingga cara ini semakin umum digunakan sebagai

pengganti kelahiran normal (Mitayani, 2012).

10
11

2.1.2 Etiologi

Menurut (Amin, et al, 2013), operasi sectio caesarea dilakukan atas

indikasi-indikasi berikut :

2.1.2.1 Indikasi yang berasal dari ibu

Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, keracunan

kehamilan yang parah CPD atau Cefalo Pelvic Disproportion (disporsi janin

atau panggul), ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu,

sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, komplikasi kehamilan yaitu

preeklamsia dan eklamsia berat, atas permintaan, kehamilan yang disertai

penyakit (jantung, diabetes mellitus), gangguan perjalanan persalinan (kista,

ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).

2.1.2.2 Indikasi yang berasal dari janin

Fetal distress atau gawat janin, mal persentasi, dan mal posisi,

kelainan letak bayi seperti sungsang dan lintang, kedudukan janin seperti

bayi yang terlalu besar (giant baby), kelainan tali pusat dengan pembukaan

kecil seperti proplapsus tali pusat, terlilit tali pusat, adapun faktor plasenta

yaitu plasenta previa, plasenta accreta solusio plasenta, dan vasa previa,

kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi dan bayi kembar

(multiple pregnancy).
12

2.1.3 Indikasi

Indikasi sectio caesarea pada ibu hamil meliputi disproporsi kepala

panggul (CPD/FPD), partus lama (prolonged labor), partus tak maju

(obstructed labor), rupture uteri mengancam, distosia serviks, pre-eklamsi

dan hipertensi, distosia jaringan lunak, disfungsi uterus, tumor-tumor jalan

lahir yang menimbulkan obstruksi. Indikasi sectio caesarea pada janin

meliputi janin besar, gawat janin, fetal distress, kelainan letak, dan

hydrocephalus janin dalam posisi sungsang atau melintang (Tucker, 2012).

2.1.4 Kontra Indikasi

Menurut Prawihardjo (2012), pada umumnya sectio caesarea tidak

dilakukan pada :

2.1.3.1 Janin mati

2.1.3.2 Syok, anemia berat sebelum diatasi

2.1.3.3 Kelainan congenital berat

2.1.5 Klasifikasi

Klasifikasi pembedahan sectio caesarea menurut (Manuaba, 2012)

meliputi :

2.1.5.1 Sectio Caesarea Klasik

Sectio caesarea klasik dibuat vertikal pada bagian atas rahim.

Pembedahan ini dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri

kira-kira sepanjang 10 cm. Untuk kehamilan berikutnya tidak dianjurkan


13

untuk melahirkan melalui vagina apabila pernah melakukan tindakan

pembedahan ini sebelumnya.

2.1.5.2 Sectio Caesarea Transperitonel Profunda

Sectio caesarea transperitonel profunda disebut juga low cervical

yaitu sayatan vertikal pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis ini

dilakukan jika bagian bawah rahim tidak berkembang atau tidak cukup tipis

untuk memungkinkan dibuatnya sayatan transversal. Sebagian sayatan

vertikal dilakukan sampai ke otot-otot bawah rahim.

2.1.5.3 Sectio Caesarea Histerektomi

Sectio caesarea histerektomi adalah tindakan pengangkatan rahim

setelah janin dilahirkan dengan sectio caesarea.

2.1.5.4 Sectio Caesarea Ekstraperitoneal

Sectio caesarea ekstraperitoneal yaitu sectio caesarea berulang pada

seorang pasien yang sebelumnya melakukan sectio caesarea. Biasanya

dilakukan diatas bekas sayatan yang lama.

2.1.6 Komplikasi

2.1.6.1 Infeksi Peurperal

Merupakan komplikasi yang sifatnya ringan, seperti peningkatan

suhu selama beberapa hari pada masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis

sepsis dan sebagainya.


14

2.1.6.2 Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika

cabang-cabang arteri ikut terbuka. Darah yang hilang akibat persalinan

normal, tidak sebanyak darah yang hilang pada tindakan sectio caesarea.

2.1.6.3 Komplikasi-komplikasi lain seperti embolisme paru dan luka

kandung kemih

2.1.6.4 Suatu komplikasi yang baru kemudian terlihat adalah kurang

kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa

terjadi ruptur uteri. Kemungkinan peritiwa ini lebih banyak ditemukan

sesudah sectio caesarea klasik. Persalinan sectio caesarea juga dapat

menimbulkan masalah keperawatan pada ibu diantaranya nyeri bekas luka

operasi, kerusakan integritas kulit, hambatan mobilitas fisik, resiko infeksi,

kelemahan, dan gangguan pola tidur (Manuaba, 2012).

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik dapat diperoleh dengan melakukan

pemeriksaan yang meliputi : pemantauan janin terhadap kesehatan janin,

pemantauan elektrokardiogram, amniosintesis terhadap maturitas paru janin

sesuai indikasi, pemeriksaan sinar X sesuai indikasi, ultrasound, elektrolit,

hemoglobin atau hematokrit, golongan darah, urinalis, (Tucker, 2012).

2.1.8 Penatalaksanaan

Menurut Manuaba (2012), beberapa hal yang dapat dilakukan

sebagai penatalaksanaan pada ibu post sectio caesarea antara lain :


15

2.1.8.1 Pemberian Cairan

Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka

pemberian cairan perintravena harus cukup banyak dan mengandung

elektrolit untuk mencegah terjadinya hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi

pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%,

garam fisiologi, dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung

kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai

kebutuhan.

2.1.8.2 Diet

Setelah penderita mengalami flatus, pemberian cairan perinfus

biasanya dihentikan. Lalu dilanjutkan dengan pemberian makanan dan

minuman peroral. Pemberian minuman berupa air putih dan teh boleh

dilakukan dengan jumlah yang sedikit pada 6-10 jam pasca operasi.

2.1.8.3 Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi miring kanan dan kiri

yang dimulai sejak 6-10 jam pasca operasi. Latihan pernafasan dapat

dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar.

Hari kedua post operasi, penderita didudukkan selama 5 menit dan diminta

untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Kemudian

posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semi

fowler). Selanjutnya selama berturut-turut hari demi hari, pasien dianjurkan

untuk belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan

sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.


16

2.1.8.4 Kateterisasi

Kandung kemih yang penuh akan menimbulkan rasa nyeri dan tidak

enak pada penderita. Hal tersebut dapat menghalangi involusi uterus dan

menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24-48 jam atau lebih

lama lagi terantung jenis operasi dan keadaan penderita.

2.1.8.5 Pemberian Obat-obatan

1) Antibiotik

2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan

3) Obat-obatan lain

2.1.8.6 Perawatan Luka

Kondisi balutan luka harus dikontrol pada 1 hari setelah operasi, bila

basah dan berdarah harus segera dibuka dan diganti.

2.2 Konsep Dasar Preeklamsia Berat

2.2.1 Pengertian

Preeklamsia ialah timbulnya hipertensi yang disertai proteinuria dan

edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera

setelah persalinan. (Setyaningrum, et al, 2017).

Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi, proteinuria dan edema

pada seorang gravida yang tadinya normal, penyakit ini timbul sesudah

minggu ke-20 dan paling sering terjadi pada primigravida (Purwoastuti,

2015).
17

2.2.2 Etiologi

Menurut (Mitayani, 2013), penyebab preeklamsia belum diketahui

secara pasti, namun ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan

terjadinya preeklamsia, yaitu:

2.2.2.1 Primigravida dan multigravida

2.2.2.2 Diabetes mellitus

2.2.2.3 Riwayat preeklamsia atau eklamsia pada kehamilan yang lalu

2.2.2.4 Penyakit ginjal kronis dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil

2.2.2.5 Obesitas

2.2.3 Manifestasi Klinis

Menurut (Setyaningrum, 2017), seseorang dikatakan preeklamsia

berat bila ditemukan gejala sebagai berikut :

2.2.3.1 Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diasolik > 110 mmHg

2.2.3.2 Proteinuria meningkat > 5g/24 jam atau > 3 pada tes celup

2.2.3.3 Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan

2.2.3.4 Nyeri epigastrium dan ikterus

2.2.3.5 Edema paru atau sianosis

2.2.3.6 Trombositopenia

2.2.3.7 Pertumbuhan janin terhambat


18

2.2.4 Klasifikasi Preeklamsia

Menurut (Ayu, 2016), klasifikasi preeklamsia dibagi atas 2 golongan

yaitu :

2.2.4.1 Preeklamsia ringan

Preeklamsia ringan adalah preeklamsia dengan tekanan darah

sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg disertai

proteinuria ≥ 0.3 gram/liter.

2.2.4.2 Preeklamsia berat

Preeklamsia berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik

≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria

≥ 5 gram/24 jam.

2.2.5 Patofisiologi

Primigravida dan multigravida merupakan salah satu faktor

penyebab preeklamsia. Selain itu, obesitas, diabetes mellitus, penyakit

ginjal dan riwayat hipertensi juga termasuk kedalam faktor penyebab

preeklamsia. Pada preeklamsia terdapat penurunan aliran darah, perubahan

ini menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan

iskemia uterus. Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan renin

uterus. Bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan

renin uterus. Bahan tropoblastik berperan dalam proses terjadinya

endhoteliosis yang menyebabkan pelepasan tromboplastin, tromboplastin

yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan tromboksan dan aktifasi atau


19

agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan

menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan aktifasi atau agregasi

tromboksit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang

mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati.

Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor

pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan faal hemostatis.

Renin uterus yang dikeluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ

hati dan bersama-sama angiotensinogen menjadi angiotensin I dan

selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan

akan semakin menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme

menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit

menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah.

Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhan

sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi (Ayu, 2016).

Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan

menyebabkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ. Pada otak

dapat menyebabkan terjadinya edema serebri yang selanjutnya terjadi

peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat

menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri dan terjadinya

kejang dan beresiko untuk cedera. Pada darah akan terjadi endotheliosis dan

menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya

pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan, sedangkan sel

darah merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik.

Selanjutnya aliran darah ke ginjal yang kurang, filtrasi glomerolus menurun


20

dan terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi garam

dan air, hingga urine yang keluar sedikit (oliguri) dan anuri. Oliguri atau

anuri akan memunculkan masalah keperawatan gangguan eliminasi urin.

Terjadi spasmus arteriola pada mata yang selanjutnya menyebabkan

edema diskus optikus dan retina. Penurunan perfusi pada plasenta akan

menyebabkan hipoksia atau anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan

pertumbuhan plasenta sehingga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin

Growth Retardation. Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan

sistem syaraf parasimpatis akan meningkat. Peningkatan syaraf simpatis

mempengaruhi traktus gastrointestinal yang dapat menyebabkan terjadinya

hipoksia duodenal dan penumpukan ion H menyebabkan HCI meningkat

sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi

akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah.

Mual dan muntah yang berkelanjutan akan mempengaruhi kebutuhan nutrisi

seseorang (Sukarni, et al, 2014).

2.2.6 Diagnosa Banding

Diagnosis preeklamsia sebetulnya cukup jelas dan jarang

memerlukan diagnosis banding selama seluruh kriteria diagnosis sudah

terpenuhi. Namun, preeklamsia bisa didiagnosa banding dengan bentuk lain

hipertensi dalam kehamilan :

2.2.6.1 Hipertensi gestasional, hipertensi yang didapatkan pertama kali saat

kehamilan, tanpa disertai proteinuria, dan kondisi menghilang 3 bulan

pasca persalinan
21

2.2.6.2 Hipertensi kronik, adalah hipertensi yang sudah ada sebelum umur

kehamilan 20 minggu, atau kondisi hipertensi muncul setelah umur

kehamilan 20 minggu, tetapi menetap sampai 3 bulan pasca persalinan

2.2.6.3 Preeklamsia superimposed, merupakan hipertensi kronik yang

disertai dengan tanda-tanda preeklamsia

2.2.6.4 Eklamsia, merupakan komplikasi preeklamsia berat, dimana pada

pasien yang memenuhi kriteria diagnosis preeklamsia berat kemudian

mengalami kejang tonik klonik (Khairani, 2017).

2.2.7 Komplikasi

Menurut Ayu (2016), komplikasi dari preeklamsia berat antara lain:

2.2.7.1 Pada ibu

1) Eklamsia

2) Kelainan pembekuan darah (DIC)

3) Ablasio retina

4) Solusio plasenta

5) Perdarahan subkapsula hepar

6) Sindrom HELLP (hemolisis, elvated, liver, enzymes, dan low

platelet count)

7) Stroke

8) Gagal jantung hingga syok dan kematian


22

2.2.7.2 Pada janin

1) Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus

2) Prematur

3) Hipoksia janin

4) Peningkatan angka kematian dan kesaktian perinatal

5) Distress fetal

6) Asfiksia neonatrum

7) Kematian dalam uterus

2.2.8 Pemeriksaan Penunjang

2.2.8.1 Pemeriksaan Laboratorium

1) Pemeriksaan darah lengkap

(1) Ureum darah, untuk melihat kerusakan pada ginjal

(2) Penurunan hemoglobin, nilai rujukan 12-14 gr %

(3) Hematokrit meningkat, nilai rujukan 37-43 vol %

(4) Trombosit menurun, nilai rujukan 150.000-450.000/mm³

2) Pemeriksaan fungsi hati

(1) Bilirubin meningkat N = < 1 mg/dL

(2) LDH (laktat dehidrogenase) meningkat

(3) Aspartat Aminomtransferase (AST) > 60 uL


23

(4) Serum Glutamat Pirufat Transminase (SGPT) meningkat (N=15-

45 u/mL)

(5) Serum Glutamat Oxaloacetic Transaminase (SGOT) meningkat

(N= < 31 u/mL)

(6) Total protein serum menurun (N=6,7 – 8,7 g/dL)

3) Tes kimia darah

Asam urat meningkat, normalnya 2,4 – 2,7 mg/dL

4) Pemeriksaan retina untuk mendeteksi perubahan pada pembuluh

darah retina

5) Pemeriksaan kadar human laktogen plasenta (HPL) dan esteriol

didalam plasma serta urin untuk menilai faat unit fetoplasenta

2.2.8.2 Pemeriksaan Radiologi

Elektrokardiogram (EKG) dan foto dada menunjukkan pembesaran

ventrikel dan kardiomegali.

2.2.9 Penatalaksanaan

Pada pasien preeklamsia berat penatalaksanaan yang tepat diberikan

adalah pemberianobat sedative dengan tujuan mencegah terjadinya kejang,

sesudah 12-24 jam sesudah teratasi, maka tindakan selanjutnya adalah

menghentikan kehamilan juga diberikan larutan MgSO4 20% dengan dosis

4 gram secara intravena loading dose dalam 4-5 menit dan dimasukkan

perlahan-lahan. Selanjutnya diberikan MgSO4 40% sebanyak 12 gram


24

dalam 500 cc RL drip dengan 17 tetes/menit dengan tujuan untuk

menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis. Pada preeklamsia

berat dapat diberikan juga klorpromazim dengan dosis 50 mg secara

intramuscular ataupun diazepam 20 mg intramuscular (Nurarif, et al, 2016).

2.3 Konsep Dasar Teknik Menyusui

2.3.1 Pengertian Defisit Pengetahuan Teknik Menyusui

Defisit pengetahuan tentang teknik menyusui merupakan kurangnya

informasi kognitif yang berkaitan dengan tata laksana yang diperlukan

untuk menunjang pemberian ASI ibu kepada bayi dengan posisi perlekatan

antara ibu dengan bayi secara baik dan benar (Suradi, 2011). Pemberian ASI

umumnya dilakukan dengan proses menyusui, namun tak jarang proses

menyusui mengalami kendala bahkan kegagalan salah satu diantaranya

adalah karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman tentang cara

menyusui yang benar (Astutik, 2014).

2.3.2 Posisi Menyusui yang Benar

Menurut (Marmi, 2012), posisi menyusui yang benar adalah sebagai

berikut :

1) Posisi menggendong

Bayi berbaring menghadap ibu, leher dan punggung atas bayi

diletakkan pada lengan bawah lateral payudara. Jika diperlukan, ibu

menggunakan tangan yang lain untuk memegang payudara.


25

2) Posisi mengepit

Bayi dalam keadaan berbaring atau punggung melingkar antara

lengan dan samping dada ibu. Kemudian lengan bawah dan tangan ibu

menyangga bayi, jika diperlukan ibu menggunakan tangan yang lain untuk

memegang payudara.

3) Posisi berbaring miring

Ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Ini merupakan

posisi yang paling aman dan nyaman bagi ibu yang menjalani proses

penyembuhan pasca melahirkan melalui proses pembedahan.

2.3.3 Tahap Menyusui yang Benar

Menurut (Marmi, 2012), tahapan menyusui yang baik dan benar

adalah sebagai berikut :

2.3.3.1 Posisi badan ibu dan bayi

1) Ibu duduk atau berbaring

2) Pegang bayi pada belakang bahu, bukan pada dasar kepala

3) Putar badan bayi hingga menghadap ke arah ibu

4) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau dirapatkan pada bagian

bawah payudara ibu

5) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu. Posisi ini menjadikan

bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi
26

6) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu yaitu dengan menekan

pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam

2.3.3.2 Posisi mulut bayi dan puting susu ibu

1) Keluarkan sedikit ASI dan oleskan pada puting dan juga areola

2) Pegang payudara dengan pilihan dua jenis pegangan. Pertama,

dengan pegangan huruf C, yaitu payudara dipegang dengan ibu jari

berada pada bagian atas, dan jari yang lain menopang payudara

dibawah. Kedua, pegangan berbentuk gunting, yaitu puting susu dan

areola dijepit oleh jari telunjuk dan jari tengah seperti gunting

dibelakang areola

3) Rangsang reflek rooting bayi dengan cara memberikan sentuhan

pada pipi atau bibir bayi

4) Tunggu hingga mulut bayi terbuka lebar dan lidah menjulur

kebawah

5) Dekatkan bayi secara cepat ke payudara ibu dengan menekan

bahu belakang bayi, bukan menekan belakang kepala bayi

6) Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapan

dengan hidung bayi

7) Arahkan puting susu keatas menyusuri langit-langit mulut bayi.

Pastikan sebagian besar areola masuk ke mulut bayi, sehingga

puting susu berada diantara pertemuan langit-langit yang keras

(palatum durum) dan langit-langit yang lunak (palatum molle).


27

Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan

memerah, selanjutnya ASI akan keluar

8) Saat bayi menyusu dan mampu menghisap payudara dengan baik,

maka payudara tidak perlu disangga lagi. Dianjurkan tangan ibu

mengelus-elus bayi. Terdapat banyak posisi dan perlekatan saat

menyusui, yang biasa digunakan adalah posisi duduk, berdiri, dan

juga berbaring

2.3.4 Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar

Menurut (Marmi, 2012), apabila bayi telah menyusu maka

normalnya akan menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut :

2.3.4.1 Bayi terlihat nyaman dan tenang

2.3.4.2 Badan bayi menempel pada perut ibu

2.3.4.3 Mulut bayi terbuka lebar

2.3.4.4 Dagu bayi menempel pada payudara ibu

2.3.4.5 Sebagian areola masuk kemulut bayi dan areola yang paling banyak

masuk adalah areola bagian bawah

2.3.4.6 Bayi terlihat kuatmenghisap dengan irama pelan

2.3.4.7 Puting susu ibu tidak merasakan nyeri

2.3.4.8 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

2.3.4.9 Posisi kepala bayi agak menengadah


28

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea

2.4.1 Identitas pasien

Pengkajian pada identitas meliputi nama, umur, agama, jenis

kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan

(Dermawan, 2012). Umur yang dianggap paling aman menjalani kehamilan

dan persalinan adalah > 20 tahun dan < 35 tahun. Di rentang usia ini kondisi

fisik wanita dalam keadaan prima. Rahim sudah mampu memberi

perlindungan, mental pun siap untuk merawat dan menjaga kehamilannya

secara hati-hati. Kehamilan di umur kurang dari 20 tahun dari segi fisik

organ-organ reproduksi seorang wanita belum sempurna sehingga dapat

berakibat terjadinya komplikasi obstetrik (Alfiyanti, et al, 2014).

2.4.2 Pengkajian

2.4.2.1 Keluhan utama

Klien mengeluh nyeri hebat dirasakan 2-3 kali pasca operasi, nyeri

yang dirasakan ibu post partum dengan sectio caesarea berasal dari luka

yang terdapat diperut. Tingkat dan keparahan nyeri tidak menentu,

tergantung pada fisiologis dan psikologis individu dan toleransi yang

ditimbulkan nyeri (Triwahyuni, 2015).

2.4.2.2 Riwayat kesehatan

Menurut (Triwahyuni, 2015), pada umumnya, ibu post partum yang

menjalani tindakan sectio caesarea atas indikasi preeklamsia berat adalah

ibu yang sebelumnya menjalani kehamilan diatas 20 minggu yang ditandai


29

dengan hipertensi dan proteinuria dengan atau tanpa edema (bengkak).

Preeklamsia berat sangat rawan untuk dilakukan persalinan pervaginam

karena ibu dan bayinya beresiko tinggi terjadinya kejang.

2.4.2.3 Riwayat kesehatan sekarang

Menurut (Nurarif, et al, 2016), setelah post sectio caesarea, ibu akan

mengeluhkan nyeri yang dirasakan pada luka dibagian perutnya.

1) P: Provokatif atau paliatif, apa penyebab timbulnya nyeri. Yaitu luka

bekas operasi.

2) Q: Qualitas atau quantitas, seberapa berat keluhan nyeri terasa.

Umumnya nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk.

3) R: Region atau radiasi, lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan.

Apakah juga menyebar kearea lain. Nyeri biasanya hanya dirasakan diarea

luka saja.

4) S: Skala atau seviritas. Skala nyeri 0-10.

5) T: Timing atau waktu, kapan keluhan nyeri tersebut mulai dirasakan.

Umumnya merasakan nyeri saat bergerak.

2.4.2.4 Riwayat menstruasi

Menarche, siklus, teratur tidak, warna, bau, lama, banyak, flour

albus, disminorhe (Pudiastuti, 2012).


30

2.4.2.5 Riwayat keluarga berencana

Meliputi alat kontrasepsi yang digunakan, lama penggunaan,

keluhan selama penggunaan, jumlah anak yang direncanakan, pada klien

post sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi tidak ada hubungannya

dengan keluarga berencana yang digunakan oleh klien (Nursalam, 2012)

2.4.2.6 Riwayat perkawinan

Meliputi usia klien dan suami saat menikah, pernikahan yang

keberapa pada klien dan suami klien (Nursalam, 2012).

2.4.2.7 Pemeriksaan fisik head to toe

Menurut (Sulistyawati, 2013) pemeriksaan head to toe pada ibu post

sectio caesarea meliputi:

1) Kepala

(1) Kepala: bentuk kepala oval atau bulat, kulit kepala bersih,

rambut berwana hitam dan tidak rontok.

(2) Muka: oedema, tidak ada nyeri tekan.

(3) Mata: simetris kanan kiri, sklera mata berwarna putih,

konjungtiva berwana merah muda.

(4) Telinga: simetris kanan kiri, bersih tidak ada serumen,

pendengaran berfungsi baik.

(5) Hidung: bentuk normal, tidak ada polip, bersih, pertumbuhan

rambut hidung merata, penciuman normal.


31

(6) Mulut: bentuk normal, gigi bersih, tidak ada kesulitan menelan.

(7) Leher: normal tidak ada pembesaran kelenjar dan vena jugularis.

2) Dada

(1) Payudara: mammae simetris, tidak ada pembesaran kelenjar

limfe, areola mamae berwarna hitam merata, payudara terasa padat,

papilla mammae menonjol, colostrum ada, tidak ada kelainan pada

payudara

(2) Pernafasan: jalan nafas spontan, vokal fremitus sama, tidak

teraba massa, perkusi sonor, suara nafas vesikuler, ada suara nafas

tambahan atau tidak yaitu wheezing atau ronchi

(3) Sirkulasi jantung: kecepatan denyut apical reguler, irama

jantung normal, umumnya tidak ada kelainan bunyi jantung, tidak

ada nyeri tekan

3) Abdomen

Abdomen mungkin masih menonjol atau membesar, terdapat

luka operasi tertutup perban. Nyeri pada luka bekas operasi. Tinggi

fundus uterus turun 1-2 jari setiap 24 jam, konsistensi uterus keras

atau lembek. Perkusi timpani pada usus, bising usus normal atau

tidak, biasanya pada ibu setelah melahirkan post sc frekuensi bising

usus abnormal.
32

4) Genetalia

Jumlah dan jenis lochea biasanya terdapat jenis pengeluaran

lochea rubra berwarna merah yang menetap selama 3 hari, tanyakan

berapa kali berganti pembalut, biasanya pasien terpasang kateter

satu hari setelah post sc.

5) Ekstremitas

(1) Ekstremitas atas: pada pasien post sc biasanya terjadi kelemahan

sebagai dampak anestesi yang mendefresikan system syaraf pada

muskuloskeletas sehingga menurunkan tonus otot

(2) Ekstremitas bawah: ada edema atau tidak, tidak ada varises, ada

atau tidak tanda-tanda trombhoplebitis yang diakibatan kurangnya

mobilitas fisik. Tanda-tandanya meliputi kemerahan, nyeri, sensasi

hangat, dan perasaan berat pada ekstremitas

2.4.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada klien post operasi sectio caesarea

menurut (NANDA, 2018) :

2.4.3.1 Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik

2.4.3.2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

2.4.3.2 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan

informasi
33

2.4.4 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan pada klien post operasi sectio caesarea

menurut (NANDA, 2015) :

2.4.4.1 Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan

Tabel 2.1 Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan


No. Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional

Hasil

1. Setelah dilakukan 1. Jelaskan 1. Untuk

tindakan keperawatan kepada klien menambah

selama 2 kali kunjungan tentang nyeri. pengetahuan

diharapkan nyeri teratasi Meliputi klien,

atau berkurang dengan pengertian pengetahuan

kriteria hasil : nyeri, yang baik

K : Klien mampu penyebab akan

memahami tentang nyeri nyeri, faktor mempercepat

yang dialami seperti faktor yang proses

penyebab nyeri dan cara mempengaruhi keperawatan

mengatasinya nyeri, dan cara yang

A : Klien melaporkan mengatasi dilakukan

nyerinya berkurang nyeri

P : Klien mampu 2. Observasi 2. Untuk

mendemonstrasikan nyeri seperti mengetahui

pemahamannya tentang lokasi, reaksi karakteristik


34

teknik mengurangi nyeri nyeri, dan keparahan

saat nyeri dirasakan frekuensi nyeri yang

Pf : nyeri, dan dialami klien

- Klien tidak mengeluh skala nyeri

nyeri yang dirasakan

- Ekspresi wajah klien klien

tidak menyeringai 3. Anjurkan 3. Agar

- TTV dalam batas klien untuk nyeriyang

normal, TD 120/90 duduk dengan dirasakan

mmHg, suhu tubuh posisi yang klien tidak

36,5°C – 37.5°C, nadi 60- klien anggap semakin kuat

100x/menit, pernafasan nyaman dirasakan

16-20x/menit 4. Ajarkan 4. Teknik ini

- Skala nyeri 0-1 klien teknik bertujuan

non untuk

farmakologi meminimalisir

untuk rasa nyeri

mengurangi klien dengan

nyeri misalnya menarik nafas

nafas dalam dan

dan distraksi mengalihkan

perhatian saat

nyeri
35

5. Observasi 5. Sebagai

tanda-tanda parameter

vital fisiologis

tubuh klien

6. Evaluasi 6. Untuk tolak

keefektivan ukur apakah

tindakan tindakanyang

mengontrol telah

nyeri yang dilakukan

telah dapat

dilaksanakan berdampak

baik bagi

masalah nyeri

yang

dirasakan

klien

2.4.4.2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

Tabel 2.2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri


No. Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional

Hasil

1. Setelah dilakukan 1. Jelaskan pada 1. Pengetahuan

tindakan pasien tentang yang memadai


36

keperawatan selama gangguan menjadikan

2 kali kunjungan mobilitas fisik pasien kooperatif

diharapkan tidak yang dialami

terjadi gangguan 2. Anjurkan 2. Mencegah

mobilitas fisik pada pasien untuk kekakuan otot

pasien dengan menggerakan dan mencegah

kriteria hasil: tubuhnya mulai gangguan

K: Pasien memahami dari ekstremitas mobilisasi

penyebab gangguan semakin parah

mobilisasi yang 3. Bantu pasien 3.

dialami dalam Mengistirahatkan

A: Pasien melakukan pasien dan

melaporkan dapat aktifitas mencegah jatuh

bergerak bebas mandiri yang yang

P: Pasien mampu belum bisa mengakibatkan

mendemonstrasikan dilakukan oleh perdarahan pada

teknik dalam pasien pasien

meningkatkan 4. Observasi 4. Sebagai

mobilisasi TTV parameter

Pf: - Pasien mampu fisiologis pasien

bergerak untuk

meningkatkan

aktifitas fisik
37

- TTV dalam rentang

normal TD 120/90

mmHg, suhu tubuh

36,5°C – 37.5°C,

nadi 60-100x/menit,

pernafasan 16-

20x/menit

2.4.4.3 Defisit pengetahuan teknik menyusui berhubungan dengan

kurangnya paparan informasi tentang teknik menyusui

Tabel 2.3 Defisit pengetahuan teknik menyusui berhubungan dengan


kurangnya paparan informasi tentang teknik menyusui
No Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional

. Hasil

1. Setelah dilakukan 1. Jelaskan 1. Agar klien

tindakan keperawatan kepada klien memahami

selama 1 kali kunjungan pengertian ASI apa itu ASI

diharapkan 2. Jelaskan 2. Untuk

pengetahuan klien kepada pasien menambah

tentang teknik pentingnya ASI motivasi ibu

menyusui meningkat bagi ibu dan bayi agar mampu

dengan kriteria hasil : menyusui

K : Klien mampu dengan baik

memahami tentang 3. Ajarkan 3. Agar

ASI, seperti pengertian kepada pasien pasien


38

ASI, manfaat ASI, langkah-langkah mengetahui

teknik menyusui yang menyusui yang bagaimana

benar dan tanda-tanda baik dan benar teknik

keberhasilan menyusui menyusui

yang baik dan

benar

4. Anjurkan 4. Untuk

pasien untuk mengukur

mempraktekkan tingkat

teknik menyusui pemahaman

yang baik dan klien tentang

benar teknik

menyusui

2.4.5 Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah

direncanakan (Mitayani, 2012).

2.4.6 Evaluasi

Evaluasi adalah membandingkan suatu hasil atau perbuatan dengan

standar untuk tujuan pengembalian keputusan yang tepat sejauh mana

tujuan tercapai (Dermawan, 2012). Tujuan evaluasi antara lain:

2.4.6.1 Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien


39

2.4.6.2 Untuk menilai efektivitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan

keperawatan yang telah diberikan

2.4.6.3 Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan

2.4.6.4 Mendapatkan umpan balik

2.4.6.5 Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan

pelayanan kesehatan

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan post operasi atas

adalah sebagai berikut:

1) Nyeri berkurang

2) Mobilisasi pasien bebas

3) Pengetahuan pasien meningkat


40

2.5 Kerangka Masalah Sectio Caesarea Indikasi Preeklamsia Berat

Kehamilan dengan
PEB

SECTIO CAESAREA

Luka post operasi

Jaringan terputus Penurunan kekuatan Bayi lahir


otot

Merangsang area Penurunan Hidup


sensorik kemampuan
bergerak

Perubahan peran
Gangguan rasa
nyaman HAMBATAN
MOBILITAS
FISIK KURANG
PENGETAHUAN
NYERI AKUT

Gambar 2.1 Kerangka masalah pada pasien dengan diagnosa medis post sectio

caesarea atas indikasi preeklamsia berat (Nanda, 2015)


BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Keperawatan

Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan maternitas dengan diagnosa medis post sectio caesarea indikasi

preeklamsia berat dengan masalah keperawatan defisit pengetahuan tentang

teknik menyusui, maka penulis perlu menyajikan suatu kasus yang penulis

amati mulai tanggal 07 Maret 2021 sampai 09 Maret 2021 dengan data

pengkajian pada tanggal 07 Maret 2021 jam 10.30 WIB. Anamnese diperoleh

dari pasien sebagai berikut:

Tanggal persalinan : 03 Maret 2021 Jam Persalinan : 15.30 WIB

Pengkajian tanggal : 07 Maret 2021 Jam : 10.30 WIB

Diagnosa : G2P1A1H1

3.1.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.R

Umur : 31 tahun

Suku/ Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

41
42

3.1.2 IDENTITAS KELUARGA

3.1.2.1 Identitas Suami

Nama : Tn.A

Umur : 32 tahun

Suku/ Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Kuli bangunan

Alamat : Sadang, Taman

3.1.2.2 Identitas Anak

Nama : An. N

Umur : 4 hari

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan :-

Pekerjaan :-

Alamat : Sadang, Taman


43

3.1.3 RIWAYAT KEPERAWATAN

3.1.3.1 Keluhan Utama: Pasien mengeluh nyeri, nyeri karena luka operasi

diperut, seperti ditusuk-tusuk, lokasi di abdomen kuadran bawah, skala nyeri

2, nyeri datang ketika pasien bergerak, pasien juga mengatakan jarang

menyusui bayinya karena bayinya tidak betah menyusu pada nya, dan

mengatakan terkadang puttingnya terasa nyeri.

3.1.3.2 Riwayat Persalinan Saat Ini : Pasien mengatakan selama kontrol

bayinya baik-baik saja, namun saat usia kehamilan sudah hampir 9 bulan,

tekanan darahnya selalu tinggi dan sering pusing. Bidan mengatakan bahwa

Ny.R menjalani kehamilan resiko tinggi, akhirnya bidan merujuk Ny.R untuk

melakukan operasi sectio caesarea di RS. Siti Khadijah Taman.

3.1.4 RIWAYAT OBSETRI

3.1.4.1 Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu

Tabel 3.1 Riwayat kehamilan Ny.R dengan diagnosa medis post sectio
caesarea indikasi preeklamsia berat di Desa Sadang
Anak Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Anak
Ke
No Th Umu Penyaki Jenis Penolo Penyuli Laser Infeksi Perda Jen PJ/
r t ng t asi rahan is BB
keha
milan
1 2021 9 Preekla SC Dokter PEB Tida Tidak Tidak P 50c
msia k ada ada ada m/3
.8
kg

3.1.4.2 Riwayat Menstruasi

1) Menarche : 12 tahun 4) Siklus : 1 bulan


44

2) Banyaknya : 2x ganti pembalut 5) Lamanya : 5 hari

3) HPHT : 05-06-2020 6) Keluhan : Disminore

3.1.4.3 Genogram

Keterangan:

sssss : Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

: Tinggal serumah
Gambar 3.1 Genogram pada Ny.R dengan diagnoa medis post sectio caesarea
indikasi preeklamsia berat di Desa Sadang Kabupaten Sidoarjo
3.1.4.4 Persalinan Sekarang

1) Kala Persalinan

(1) Kala I : Tidak dilakukan pengkajian, pasien berada di rumah sakit

(2) Kala II : Tidak dilakukan pengkajian, pasien berada di rumah sakit

(3) Kala III : Tidak dilakukan pengkajian, pasien berada di rumah sakit

(4) Kala IV :
45

(1)) Lochea :

Jenis : ( ) lochea rubra

( √ ) lochea sanguinolenta

( ) lochea serosa

( ) lochea alba

( ) lochea parulenta

( ) lochiotosis

Jumlah : 120cc/hari

(2)) TFU : 4 jari dibawah pusat

(3)) Kontraksi Uterus : ( √ ) Baik ( ) Tidak

(4)) Pendarahan : ( ) Ya ( √ ) Tidak

Jumlah : Tidak ada pendarahan

(5)) Perineum : ( - ) Rupture Spontan ( - ) Episiotomy

Lain-lain : Terdapat luka post op diabdomen kuadran bawah

(5) Keadaan Bayi :

(1)) BB : 3.8 kg

(2)) TB : 50 centimeter

(3)) Pusat : ( √ ) Normal ( ) Abnormal

(4)) Perawatan tali pusat

( ) Alkohol 70%

( ) Betadine

( √ ) Lainnya: Kassa steril

(5)) Anus : Tidak ada kelainan

(6)) Suhu : 36,4°C


46

(7)) Lingkar Kepala :

Lingkar Sub Occipito Bregmantica : 29 cm

Lingkar Fronto Occipitalis : 32 cm

Lingkar Mentro Occipitalis : 33 cm

(8)) Kelainan Kepala :

( - ) Caput Succedanum

( - ) Hydrocephalus

( - ) Cephal Hematoma

( - ) Microcephalus

Lain-lain : Tidak ada kelainan kepala

(6) Rencana Perawatan Bayi : ( √ ) Sendiri ( ) Orang tua ( ) lain-lain

(7) Kesanggupan dan penggetahuan

(1)) Merawat bayi : Pasien mengatakan sanggup merawat

putrinya dengan baik

(2)) Breast care : Pasien mengatakan pernah belajar tentang

perawatan payudara

(3)) Perineal care: Pasien mengatakan mampu merawat alat kelamin

(4)) Nutrisi : Pasien mengatakan selama ini menjaga nutrisinya,

banyak makan sayuran, telur, mengurangi manis dan rajin meminum

vitamin dan air putih

(5)) Senam nifas : Pasien mengatakan mengetahui tentang senam nifas

tetapi tidak berniat untuk melaksanakannya

(6)) Pasien menggunakan KB jenis pil, pernah mengkonsumsi KB yg

lain namun tidak cocok


47

(7) Menyusui : Pasien mengatakan tidak tahu tentang teknik

menyusui bayi yang benar, puting terkadang terasa nyeri, bayi jarang

menyusui dan bayi diberi susu formula

Masalah Keperawatan : Defisit pengetahuan tentang teknik menyusui

3.1.5 RIWAYAT KELUARGA BERENCANA

3.1.5.1 Melaksanakan KB : ( √ ) Ya ( ) Tidak

3.1.5.2 Bila ya jenis kontrasepsinya apa yang digunakan : Pil

3.1.5.3 Sejak kapan menggunakan kontrasepsi : Pasien mengatakan lupa

3.1.5.4 Masalah yang terjadi : Pernah tidak cocok saat mengkonsumsi jenis

KB yang lainnya

3.1.6 RIWAYAT KESEHATAN

3.1.6.1 Penyakit yang pernah dialami ibu : Pasien mengatakan tidak pernah

sakit yang parah, hanya flu dan pusing biasa

3.1.6.2 Pengobatan yang didapat : Pasien meminum obat pribadi

3.1.6.3 Riwayat penyakit keluarga :

( ) Penyakit Diabetes Melitus

( ) Penyakit Jantung

( √ ) Penyakit Hipertensi

( √ ) Penyakit lainnya: Asam urat

3.1.7 RIWAYAT LINGKUNGAN

3.1.7.1 Kebersihan : Pasien mengatakan rutin membersihkan rumah


48

3.1.7.2 Bahaya : Lingkungan rumah pasien tidak berbahaya

3.1.7.3 Lainnya : Lingkungan rumah pasien bersih, tidak ada bau, air bersih

3.1.8 ASPEK SOSIAL

3.1.8.1 Persepsi setelah melahirkan : Pasien mengatakan senang dengan

kehadiran anaknya, pasien juga mengatakan ini adalah anak yang

ditunggu-tunggu dan pasien memang menginginkan anak

perempuan

3.1.8.2 Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan

sehari-hari : Iya, pasien mengatakan waktunya banyak untuk

putrinya, apalai di malam hari harus begadang, dan pagi jam 9

biasanya pasien sudah tidur karena lelah dan mengantuk

3.1.8.3 Harapan yang ibu inginkan setelah bersalin : Berharap anaknya sehat

selalu

3.1.8.4 Ibu tinggal dengan siapa : Dengan suami

3.1.8.5 Siapa anak yang terpenting bagi ibu : Putrinya

3.1.8.6 Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini : Berjalan seperti

biasa

3.1.8.7 Keadaan mental menjadi ibu : Berusaha memberikan yang terbaik

untuk anaknya

3.1.9 POLA KEBIASAAN YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

3.1.9.1 Merokok : Pasien tidak merokok tetapi suaminya yang

merokok
49

3.1.9.2 Minuman Keras : Pasien tidak mengkonsumsi minuman keras seperti

alkohol

3.1.9.3 Keterangan Obat : Pasien tidak bergantung pada obat

3.1.10 PEMERIKSAAN FISIK

3.1.10.1 Keadaan Umum : Baik Kesadaran : GCS 4 5 6

Tekanan Darah : 100/80 mmHg

Respirasi : 18x/menit Suhu : 36.9°C

Berat Badan : 61 kg Tinggi Badan : 148 cm

3.1.10.2 Kepala Leher

Kepala: Inspeksi bentuk kepala normal, rambut klien tampak bersih,

rambut sedikit rontok saat disisir, rambut tidak bau, tidak ada lesi.

Palpasi tidak ada nyeri tekan

Mata: Bentuk mata simetris kanan kiri, penglihatan berfungsi dengan

baik, konjungtiva berwarna merah muda, sklera tidak ikterus, tidak

ada perdarahan pada mata, tidak ada nyeri tekan

Hidung: Bentuk hidung normal, lubang hidung simetris kanan kiri,

kondisi hidung bersih, terdapat rambut-rambut halus pada lubang

hidung, tidak ada sekret, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada

pernafasan cuping hidung

Mulut: Tidak terkaji

Telinga: Bentuk telinga simetris kanan kiri, tidak ada nyeri tekan,

pendengaran berfungsi dengan baik

Leher: Persebaran warna merata, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan,

tidak ada pembesaran kelenjar tiroid


50

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3.1.10.3 Dada

Jantung: Inspeksi tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada

clubbing finger. Palpasi CRT kembali dalam <3 detik, tidak ada

pembesaran jantung, tidak ada nyeri tekan. Perkusi pekak. Auskultasi

irama jantung reguler, S1 S2 tunggal, tidak ada bunyi jantung

tambahan seperti murmur atau galop.

Paru: Inspeksi bentuk dada simetris kanan kiri, bentuk tulang

belakang normal, tidak ada retraksi otot bantu nafas, pergerakan

dinding dada normal, tidak terlihat adanya pembengkakan. Palpasi

tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran paru, vokal fremitus sama

kanan kiri. Perkusi sonor. Auskultasi suara nafas vesikuler, tidak ada

suara nafas tambahan seperti ronchi dan wheezing.

Payudara: Inspeksi bentuk payudara sama kanan kiri, warna areola

coklat kehitaman, puting susu menonjol, puting sedikit kotor, tidak

ada lesi, tidak ada benjolan.

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3.1.10.4 Abdomen

1) Uterus, palpasi tinggi fundus uteri 4 jari dibawah pusat, uterus

teraba keras.

2) Fungsi pencernaan, inspeksi terdapat luka post sc di abdomen

kuadran bawah, nafsu makan baik, BAB 1 hari sekali. Paplasi terdapat
51

nyeri pada luka post sc diperut. Perkusi pekak pada hepar dan tympani

pada usus. Auskultasi bising usus 8x/menit.

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3.1.10.5 Perineum dan Genital

Inspeksi: terdapat lochea berwarna merah sedikit kecoklatan,

terpasang pembalut

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3.1.10.6 Ekstremitas

Inspeksi tidak ada edema, tidak ada varises, tidak ada kesulitan

bergerak, tidak ada fraktur, warna kulit sawo matang dan persebaran

merata, tidak ada lesi. Palpasi turgor elastis dan akral hangat.

Kekuatan otot:

5 5

5 5

Perkusi tidak ada, auskultasi tidak ada.

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3.1.10.7 Eliminasi

BAK: Frekuensi 6 kali sehari, jumlah tidak terkaji, warna kuning

cerah, bau khas amoniak.


52

BAB: Frekuensi 2 atau 3 hari sekali, konsistensi lunak, jumlah tidak

terkaji.

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3.1.10.8 Istirahat dan Kenyamanan

Kebiasaan tidur: Sebelum melahirkan 9 jam. Setelah melahirkan 6

jam

Frekuensi: Tidak menentu

Pola tidur saat ini: Pasien mengatakan kurang tidur pada malam hari,

sehingga ini mencari waktu tidur di pagi hari

Keluhan ketidaknyamanan: Tidak ada

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3.1.10.9 Mobilisasi dan Latihan

Tingkat mobilisasi: Pasien mampu bermobilisasi secara mandiri

Latihan/senam: Pasien tidak menjalankan senam nifas

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3.1.10.10 Nutrisi dan Cairan

Asupan nutrisi

Nafsu makan: baik ( √ ) kurang ( ) tidak ada ( )

Asupan cairan
53

Cukup ( √ ) kurang ( )

Mual atau muntah: ya ( ) tidak (√ )

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3.1.11 TERAPI

Vit. Gestiamin 1x1, berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

mutivitamin dan lemak esensial ibu hamil dan menyusui

Asimor 2x1, berfungsi untuk melancarkan produksi ASI


54

ANALISA DATA

Tanggal: 07-03-2021

Nama Pasien: Ny.R

Dx Medis: Post Sectio Caesarea Indikasi Preeklamsia Berat

Tabel 3.2 Analisa data pada Ny.R dengan diagnosa medis post sectio
caesarea indikasi preeklamsia berat di Desa Sadang

No. Data Etiologi Problem

1. Ds: Pasien mengatakan jarang Post sectio Defisit

menyusui bayinya dan tidak caesarea pengetahuan

tahu tentang teknik menyusui

yang benar

Do: Perubahan peran

- Puting susu kotor dan

sedikit kasar

- Terlihat ada Kurangnya

pemberian susu paparan informasi

formula kepada bayi tentang teknik

pasien menyusui

- Pasien terlihat

bingung saat ditanya

apakah sudah Defisit

mengetahui teknik pengetahuan

menyusui yang benar


55

2. Ds: Pasien mengatakan nyeri Post sectio Nyeri akut

pada luka diperutnya caesarea

P: Nyeri akibat jahitan pada

perut bekas operasi


Terdapat luka
Q: Pasien mengatakan nyeri
bekas operasi
seperti ditusuk-tusuk
(Agens cedera
R: Pasien mengatakan
fisik)
nyerinya dirasakan pada perut

bagian bawah

S: Skala nyeri 2
Jaringan terputus
T: Pasien mengatakan nyeri

hilang timbul, terasa saat

bergerak
Nyeri akut
Do:

- Terdapat luka bekas

operasi di perut

- Wajah sedikit

menyeringai ketika

pasien bergerak

- Nyeri tekan pada

abdomen

TTV

TD 100/80 mmHg
56

Nadi 87x/menit

RR 18x/menit

Suhu 36,9°C
57

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

3.2.1 DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

3.2.1.1 Defisit pengetahuan tentang teknik menyusui

3.2.1.2 Nyeri akut

3.2.2 DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

BERDASARKAN PRIORITAS

3.2.2.1 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

paparan informasi tentang teknik menyusui yang benar

3.2.2.2 Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik


58

3.3 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Tanggal: 07-03-2021

Nama pasien: Ny.R

Dx Medis: Post Sectio Caesarea Indikasi Preeklamsia Berat

Tabel 3.3 Rencana tindakan keperawatan pada Ny.R dengan


diagnosa medis post sectio caesarea indikasi
preeklamsia berat di Desa Sadang
No. Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1. Setelah dilakukan 1. Jelaskan 1. Agar klien

tindakan keperawatan kepada klien memahami

selama 2 kali pengertian ASI apa itu ASI

kunjungan diharapkan

pengetahuan klien 2. Jelaskan 2. Untuk

tentang teknik kepada pasien menambah

menyusui meningkat pentingnya ASI motivasi ibu

dengan kriteria hasil : bagi ibu dan bayi agar mampu

K : Klien mampu menyusui

memahami tentang dengan baik

ASI, seperti

pengertian ASI, 3. Ajarkan 3. Agar pasien

manfaat ASI, teknik kepada pasien mengetahui

menyusui yang benar langkah-langkah bagaimana

dan tanda-tanda menyusui yang teknik

baik dan benar menyusui


59

keberhasilan yang baik dan

menyusui benar

4. Anjurkan 4. Untuk

pasien untuk mengukur

mempraktekkan tingkat

teknik menyusui pemahaman

yang baik dan klien tentang

benar teknik

menyusui

2. Setelah dilakukan 1. Jelaskan 1. Untuk

tindakan keperawatan kepada klien menambah

selama 1 kali tentang nyeri. pengetahuan

kunjungan diharapkan Meliputi klien,

nyeri teratasi atau pengertian nyeri, pengetahuan

berkurang dengan penyebab nyeri, yang baik

kriteria hasil : faktor faktor akan

K : Klien mampu yang mempercepat

memahami tentang mempengaruhi proses asuhan

nyeri yang dialami nyeri, dan cara keperawatan

seperti penyebab mengatasi nyeri yang

nyeri dan cara dilakukan

mengatasinya
60

A : Klien melaporkan 2. Observasi 2. Untuk

nyerinya berkurang nyeri seperti mengetahui

P : Klien mampu lokasi, frekuensi karakteristik

mendemonstrasikan nyeri, dan skala dan keparahan

pemahamannya nyeri yang nyeri yang

tentang teknik dirasakan klien dialami klien

mengurangi nyeri saat 3. Anjurkan 3. Agar nyeri

nyeri dirasakan klien untuk yang

Pf : duduk dengan dirasakan

- Klien tidak posisi yang klien klien tidak

mengeluh nyeri anggap nyaman semakin kuat

- Ekspresi wajah klien dirasakan

tidak menyeringai 4. Ajarkan klien 4. Teknik ini

- TTV dalam batas teknik non bertujuan

normal, TD 120/90 farmakologi untuk

mmHg, suhu tubuh untuk meminimalisir

36,5°C – 37.5°C, nadi mengurangi rasa nyeri

60-100x/menit, nyeri misalnya klien dengan

pernafasan 16- nafas dalam dan menarik nafas

20x/menit distraksi dan

- Skala nyeri 0-1 mengalihkan

perhatian saat

nyeri
61

5. Observasi 5. Sebagai

tanda-tanda vital parameter

fisiologis

tubuh klien
62

3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama pasien: Ny.R Umur: 31 Tahun

Tabel 3.4 Implementasi tindakan keperawatan pada Ny.R dengan diagnosa


medis post sectio caesarea indikasi preeklamsia berat di Desa
Sadang

No. Tanggal Jam Implementasi TTD

1. 07-03- 16.30 1. Menjelaskan kepada ibu

2021 tentang ASI, Air susu ibu (ASI)

adalah makanan pertama dan

utama bagi bayi, ASI berguna

untuk memenuhi kebutuhan bayi

dalam segala hal karena

mengandung banyak zat gizi

salah satunya adalah zat anti

infeksi.

Respon: Pasien kooperatif mau

mendengarkan penjelasan yang

disampaikan

16.35 2. Menjelaskan kepada ibu

manfaat ASI bagi bayi dan ibu,

manfaat ASI bagi bayi adalah

untuk memudahkan kerja sistem

pencernaan, dan ASI

mengandung zat-zat gizi yang

dibutuhkan bagi pertumbuhan


63

dan perkembangan bayi termasuk

untuk kecerdasan bayi. Manfaat

ASI bagi kesehatan ibu adalah

membantu mempercepat proses

pengembalian uterus pada bentuk

semula

Respon: Pasien kooperatif mau

mendengarkan penjelasan yang

disampaikan

16.48 3. Mengajarkan pada ibu teknik

menyusui yang benar. Meliputi

posisi yang dianjurkan untuk

menyusui, macam-macam cara

memegang payudara, dan

langkah-langkah menyusui

Respon: Pasien memperhatikan

saat penulis mempraktikkan

posisi yang benar saat menyusui

17.18 4. Mendorong pasien untuk

mempraktekkan cara menyusui

yang benar.

Respon: Pasien masih bingung

dengan posisi – posisi menyusui,

dan pasien belum bisa


64

mempraktikkan teknik menyusui

yang benar

2. 07-03- 11.10 1. Menjelaskan kepada pasien

2021 tentang penyebab nyeri, nyeri

yang dirasakan pasien

diakibatkan karena luka bekas

operasi diperut ibu yang

menyebabkan kerusakan atau

terputusnya jaringan

Respon: Pasien kooperatif mau

mendengarkan penjelasan, dan

menceritakan ulang timing yang

biasanya ia rasakan nyeri seperti

saat akan menggendong bayinya

11.12 2. Mengobservasi karakteristik

nyeri, seperti lokasi, frekuensi

nyeri, dan skala nyeri yang

dirasakan pasien. Pasien

mengeluh nyeri pada luka diperut

seperti tertusuk-tusuk jarum kecil

dengan skala nyeri 2


65

Respon: Pasien kooperatif dalam

menyampaikan nyeri yang

dialami

11.15 3. Menganjurkan klien untuk

memposisikan diri dengan

senyaman mungkin agar nyeri

tidak bertambah berat

Respon: Klien menggerakkan

tubuhnya dan bersandar lebih

nyaman pada tembok

11.15 4. Mengajarkan kepada pasien

teknik non farmakologis untuk

mengurangi nyeri yang

dirasakan, teknik relaksasi dan

distraksi. Teknik relaksasi

dengan melakukan tarikan nafas

dalam secara perlahan selama

tiga kali, teknik distraksi dengan

melakukan tindakan-tindakan

kecil yang disenangi

Respon: Pasien memahami

tentang dua teknik tersebut dan

melakukan nafas dalam sebanyak

tiga kali
66

11.30 5. Mengukur tanda-tanda vital

TD: 100/80 mmHg

Nadi: 87x/ menit

RR: 17x/ menit

Suhu: 37,2°C

1. 09-03- 09.15 3. Mengajarkan pada ibu teknik

2021 menyusui yang benar. Meliputi

posisi yang dianjurkan untuk

menyusui, macam-macam cara

memegang payudara, dan

langkah-langkah menyusui.

Respon: Pasien dapat

menyebutkan tiga posisi

menyusui yang dianjurkan,

menyebutkan dua macam jenis

memegang payudara, dan

langkah-langkah menyusui

secara perlahan-lahan

10.05 4. Mendorong pasien untuk

mempraktekkan cara menyusui

yang benar.
67

Respon: Pasien mempraktikkan

tahapan-tahapan menyusui meski

masih dibantu penulis sedikit-

demi sedikit jika pasien lupa


68

3.5 CATATAN PERKEMBANGAN

Nama pasien: Ny.R Umur: 31 Tahun

Tabel 3.5 Catatan perkembangan pada Ny.R dengan diagnosa medis post
sectio caesarea indikasi preeklamsia berat di Desa Sadang
Tanggal Diagnosa Catatan Perkembangan Paraf

Keperawatan

07-03- Defisit S: Pasien mengatakan

2021 pengetahuan masih belum paham

tentang teknik banyak tentang teknik

menyusui menyusui

berhubungan O: - Pasien hanya

dengan kurangnya mampu

informasi tentang menjawab

teknik menyusui tentang

pengertian ASI

dan manfaat ASI

bagi bayinya

- Pasien tampak

hanya tahu 1

posisi dari 3 posisi

menyusui

- Pasien nampak

bingung dan

tertawa kecil saat


69

ditanya langkah-

langkah menyusui

- Pasien belum bisa

mempraktekkan

langkah-langkah

menyusui yang

benar

A: Masalah teratasi

sebagian

P: Intervensi

dilanjutkan (3,4)
70

3.6 EVALUASI KEPERAWATAN

Nama pasien: Ny.R Umur: 31 Tahun

Tabel 3.6 Evaluasi keperawatan pada Ny.R dengan diagnosa medis post
sectio caesarea indikasi preeklamsia berat di Desa Sadang
Tanggal Diagnosa Evaluasi Keperawatan Paraf

Keperawatan

07-03- Nyeri akut S: Pasien mengatakan

2021 berhubungan nyerinya terasa berkurang

dengan agens dan ia merasa nyaman saat

cedera fisik melakukan teknik nafas

dalam, dan skala nyeri turun

menjadi 1

O:

- Keadaan umum pasien baik

- Kesadaran baik dengan

nilai GCS 4 5 6

- TTV

TD: 100/80 mmHg

Nadi: 80x/ menit

RR: 17x/ menit

Suhu: 36.9°C

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

tujuan tercapai
71

09-03- Defisit S: Pasien mengatakan sudah


2021
pengetahuan lebih banyak paham tentang

tentang teknik teknik menyusui

menyusui O:

berhubungan - Pasien menjawab

dengan kurangnya sedikit demi sedikit

informasi tentang pertanyaan yang

teknik menyusui meliputi 3 posisi

menyusui serta

langkah-langkah

menyusui yang benar

- Pasien

mendemonstrasikan

dengan baik teknik

menyusui yang sudah

diajarkan langsung

kepada bayinya

- Pasien mampu

menjawab ketika di

beri pertanyaan

secara acak

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

tujuan tercapai
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan kesenjangan antara teori dan asuhan

keperawatan secara langsung pada Ny.R yang mengalami masalah

keperawatan defisit pengetahuan tentang teknik menyusui dengan diagnosa

medis post sectio caesarea indikasi preeklamsia berat di Desa Sadang

Sidoarjo.

4.1 Pengkajian

Pada saat tahap pengumpulan data, penulis tidak menemukan

kesulitan karena penulis telah mengadakan perkenalan dan menjelaskan

kepada klien dan keluarga maksud penulis yaitu untuk melaksanakan

asuhan keperawatan pada klien dan keluarga secara terbuka, mengerti dan

kooperatif.

Pada bagian teori identitas pasien, umur yang dianggap paling aman

menjalani kehamilan dan persalinan adalah > 20 tahun dan < 35 tahun. Di

rentang usia ini kondisi fisik wanita dalam keadaan prima (Dermawan,

2012). Sedangkan pada kasus didapatkan data umur pasien 31 tahun.

Menurut opini penulis pada teori dan pada kasus ditemukan kesenjangan

yaitu umur pasien adalah umur yang aman dalam menjalani kehamilan dan

persalinan, keturunan hipertensi yang dimiliki pasien yang memicu pasien

hipertensi dan mengalami preeklamsia berat sehingga persalinan pasien

dilakukan dengan metode sectio caesarea.

72
73

Pada teori keluhan utama, klien mengeluh nyeri hebat dirasakan 2-3

kali pasca operasi, nyeri yang dirasakan ibu post partum dengan sectio

caesarea berasal dari luka yang terdapat diperut (Triwahyuni, 2015).

Sedangkan pada kasus pasien mengatakan nyeri pada luka operasi dengan

skala ringan yaitu 2. Menurut opini penulis pada teori dan kasus ditemukan

perbedaan pada keluhan nyeri pasien yang hanya di skala 2, hal tersebut

terjadi karena pasien sudah berada dirumah sehingga nyeri sedikit demi

sedikit berkurang.

Pada pemeriksaan fisik bagian kepala menurut (Sulistyawati, 2013)

tinjauan pustaka didapatkan data bentuk kepala oval atau bulat, kulit kepala

bersih, rambut berwana hitam dan tidak rontok. Muka oedema, tidak ada

nyeri tekan. Mata simetris kanan kiri, sklera mata berwarna putih,

konjungtiva berwana merah muda. Telinga simetris kanan kiri, bersih tidak

ada serumen, pendengaran berfungsi baik. Hidung bentuk normal, tidak ada

polip, bersih, pertumbuhan rambut hidung merata, penciuman normal.

Mulut bentuk normal, gigi bersih, tidak ada kesulitan menelan. Leher

normal tidak ada pembesaran kelenjar dan vena jugularis. Sedangkan pada

tinjauan kasus didapatkan data inspeksi bentuk kepala normal, rambut klien

tampak bersih, rambut sedikit rontok saat disisir, rambut tidak bau, tidak

ada lesi, palpasi tidak ada nyeri tekan. Bentuk mata simetris kanan kiri,

penglihatan berfungsi dengan baik, konjungtiva berwarna merah muda,

sklera tidak ikterus, tidak ada perdarahan pada mata, tidak ada nyeri tekan.

Bentuk hidung normal, lubang hidung simetris kanan kiri, kondisi hidung

bersih, terdapat rambut-rambut hal0us pada lubang hidung, tidak ada sekret,
74

tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pernafasan cuping hidung.

Mulut tidak terkaji. Bentuk telinga simetris kanan kiri, telinga tampak

bersih, tidak ada perdarahan, tidak ada nyeri tekan, pendengaran berfungsi

dengan baik. Persebaran warna merata pada leher, tidak ada lesi, tidak ada

nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Menurut opini penulis

ditemukan sedikit perbedaan yaitu tidak ada oedema pada wajah pasien.

Karena saat pasien hamil pun tidak mengalami oedema.

Pada pemeriksaan fisik bagian dada menurut (Sulistyowati, 2013)

tinjauan pustaka didapatkan data payudara simetris, tidak ada pembesaran

kelenjar limfe, areola mamae berwarna hitam merata, payudara terasa padat,

papilla mammae menonjol, colostrum ada, tidak ada kelainan pada

payudara. Pernafasan: jalan nafas spontan, vokal fremitus sama, tidak teraba

massa, perkusi sonor, suara nafas vesikuler, ada suara nafas tambahan atau

tidak yaitu wheezing atau ronchi. Sirkulasi jantung: kecepatan denyut apical

reguler, irama jantung normal, umumnya tidak ada kelainan bunyi jantung,

tidak ada nyeri tekan. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan data

jantung: inspeksi tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada clubbing

finger, palpasi CRT kembali dalam <3 detik, tidak ada pembesaran jantung,

tidak ada nyeri tekan, perkusi pekak, Auskultasi irama jantung reguler, S1

S2 tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan seperti murmur atau galop.

Paru: inspeksi bentuk dada simetris kanan kiri, bentuk tulang belakang

normal, tidak ada retraksi otot bantu nafas, pergerakan dinding dada normal,

tidak terlihat adanya pembengkakan, palpasi tidak ada nyeri tekan, tidak ada

pembesaran paru, vokal fremitus sama kanan kiri, perkusi sonor, auskultasi
75

suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan seperti ronchi dan

wheezing. Payudara: inspeksi bentuk payudara sama kanan kiri, warna

areola coklat kehitaman, puting susu menonjol, puting sedikit kotor, tidak

ada lesi, tidak ada benjolan. Menurut opini penulis tidak ditemukan

kesenjangan karena pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus ditemukan

data yang sama, yaitu kondisi payudara, paru-paru, jantung pada kondisi

normal.

Pada pemeriksaan fisik bagian abdomen menurut (Sulistyowati,

2013) tinjauan pustaka didapatkan data abdomen mungkin masih menonjol

atau membesar, terdapat luka operasi tertutup perban. Nyeri pada luka bekas

operasi. Tinggi fundus uterus turun 1-2 jari setiap 24 jam, konsistensi uterus

keras atau lembek. Perkusi timpani pada usus, bising usus normal atau tidak,

biasanya pada ibu setelah melahirkan post sc frekuensi bising usus

abnormal. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan data tinggi fundus

uterus 4 jari dibawah pusat, uterus teraba keras. Fungsi pencernaan, inspeksi

bentuk abdomen normal, terdapat luka post sc di abdomen kuadran bawah,

nafsu makan baik, BAB 2 hari sekali, palpasi terdapat nyeri pada luka post

sc diperut, perkusi pekak pada hepar dan tympani pada usus, auskultasi

bising usus 8x/menit. Menurut opini penulis ditemukan sedikit perbedaan

antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena bentuk abdomen pasien

normal tidak membesar, dan bising usus pasien normal 8x/menit dan pasien

sudah BAB, hal tersebut terjadi karena penulis melakukan pengkajian pada

hari ke-5 pasca operasi sehingga tidak terjadi konstipasi pada pasien.
76

Pada pemeriksaan fisik bagian genetalia menurut (Sulistyowati,

2013) tinjauan pustaka didapatkan data jumlah dan jenis lochea biasanya

terdapat jenis pengeluaran lochea rubra berwarna merah yang menetap

selama 3 hari, tanyakan berapa kali berganti pembalut, biasanya pasien

terpasang kateter satu hari setelah post sc. Sedangkan pada tinjauan kasus

didapatkan data inspeksi terdapat lochea berwarna merah sedikit kecoklatan

dan pasien menggunakan pembalut. Menurut opini penulis ditemukan

kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, pada data kasus

lochea pasien sudah berjenis lochea sanguilenta karena penulis melakukan

pengkajian pada hari ke-5 pasca operasi.

Pada pemeriksaan fisik bagian ekstremitas menurut (Sulistyowati,

2013) tinjauan pustaka didapatkan data ekstremitas atas: pada pasien post

sc biasanya terjadi kelemahan sebagai dampak anestesi yang mendefresikan

system syaraf pada muskuloskeleta sehingga menurunkan tonus otot.

Ekstremitas bawah: ada edema, tidak ada varises. Sedangkan pada tinjauan

kasus didapatkan data inspeksi tidak ada edema, tidak ada varises, tidak ada

kesulitan bergerak, tidak ada fraktur, warna kulit sawo matang dan

persebaran merata, tidak ada lesi. Palpasi turgor elastis dan akral hangat,

kekuatan otot 5 5 5 5. Menurut opini penulis ditemukan perbedaan antara

tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, pada tinjauan kasus tidak ditemukan

adanya edema dan tidak ditemukan adanya kelemahan ekstremitas karena

penurunan tonus otot. Hal ini dikarenakan pasien sudah berada dirumah

sehingga mobilisasi sudah berangsur membaik dan pasien tidak

mengeluhkan hal-hal lain yang menghambatnya dalam beraktifitas.


77

4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan pustaka menurut

(NANDA, 2018) yaitu:

4.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik

4.2.2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

4.2.3 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan

informasi

Pada tinjauan kasus, ditemukan hanya ada 2 diagnosa pada pasien, yaitu:

1) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi

2) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik

Tidak semua diagnosa pada tinjauan pustaka muncul pada tinjauan

kasus karena diagnosa keperawatan pada tinjauan pustaka merupakan

diagnosa keperawatan pada pasien post sectio caesarea patologis secara

umum. Sedangkan tinjauan kasus data yang ditemukan disesuaikan dengan

kondisi pasien secara langsung.

Pada tinjauan pustaka didapatkan pemberian ASI umumnya

dilakukan dengan proses menyusui, namun tak jarang proses menyusui

mengalami kendala bahkan kegagalan salah satu diantaranya adalah karena

kurangnya pengetahuan dan pengalaman ibu tentang cara menyusui yang

benar (Astutik, 2014). Pada tinjauan kasus didapatkan hasil yaitu diagnosa

keperawatan defisit pengetahuan tentang teknik menyusui berhubungan

dengan kurangnya paparan informasi tentang teknik menyusui. Pada


78

tinjauan kasus, pasien mengatakan jarang menyusui bayinya dan tidak

mengetahui teknik menyusui yang benar ketika ditanya. Menurut opini

penulis, tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus

karena pasien tidak mengetahui teknik menyusui yang benar karena

kurangnya paparan informasi tentang teknik menyusui.

Pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agens

cedera fisik, pada tinjauan kasus pasien mengeluhkan nyeri pada abdomen

kuadran bawah yang terdapat jahitan. Menurut opini penulis, hal ini tidak

menunjukan kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena

pasien mengalami nyeri pada perut yang terdapat jahitan luka.

Pada tinjauan kasus terdapat satu diagnosa pada tinjauan pustaka

yang tidak muncul yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan

nyeri pada tinjauan kasus tidak ada data yang muncul dan menunjang

ditegakkannya diagnosa ini. Tidak ada kesulitan bergerak, tidak ada

kelemahan, kekuatan otot 5 5 5 5, pasien mengatakan nyeri nya hanya

diskala ringan sehingga tidak mengganggu mobilisasinya.

4.3 Intervensi keperawatan

Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus

terdapat kesenjangan. Pada tinjauan pustaka perencanaan menggunakan

kriteria hasil yang mengacu pada pencapaian tujuan sedangkan pada

tinjauan kasus perencanaan menggunakan saran dalam intervensinya

dengantujuan meningkatkan kemandirian pasien dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan melalui tahap peningkatan pengetahuan (kognitif), perubahan


79

tingkah laku (afektif), dan keterampilan dalam menangani masalah yang

terjadi (psikomotorik).

4.3.1 Intervensi diagnosa defisit pengetahuan tentang teknik menyusui

berhubungan dengan kurangnya paparan informasi tentang teknik menyusui

Pada intervensi tinjauan pustaka dilakukan intervensi yang sama

dengan intervensi yang ada pada tinjauan kasus dengan alasan pasien

mengeluh jarang menyusui bayinya dan mengatakan tidak tau tentang

teknik menyusui ketika ditanya, dan terlihat pemberian susu formula pada

bayinya. Diagnosa keperawatan ini dijadikan prioritas karena yang paling

dipikirkan oleh pasien. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2

kali kunjungan diharapkan pengetahuan pasien tentang teknik menyusui

meningkat dengan kriteria pasien mampu memahami tentang ASI, seperti

pengertian ASI, manfaat ASI, teknik menyusui yang benar dan tanda-tanda

keberhasilan menyusui. Dilakukan tindakan keperawatan jelaskan kepada

klien pengertian ASI, pentingnya ASI bagi ibu dan bayi, ajarkan kepada

pasien langkah-langkah menyusui yang baik dan benar, dan anjurkan pasien

untuk mempraktikkan teknik menyusui yang baik dan benar.

4.3.2 Intervensi diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik

Pada intervensi tinjauan pustaka dilakukan intervensi yang sama

dengan intervensi yang ada pada tinjauan kasus dengan alasan pasien

mengeluh nyeri, nyeri seperti ditusuk-tusuk pada bagian abdomen bawah,

skala nyeri 2, nyeri dirasakan saat pasien bergerak ditambah dengan data

obyektif terdapat luka bekas operasi di perut, wajah sedikit menyeringai


80

ketika pasien bergerak, nyeri tekan pada abdomen, TTV: TD 100/80 mmHg,

nadi 87x/menit, RR 18x/menit, suhu 36,9°C. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 kali kunjungan diharapkan nyeri teratasi atau

berkurang dengan kriteria pasien mampu memahami tentang nyeri yang

dialami seperti penyebab nyeri dan cara mengatasinya, pasien melaporkan

nyerinya berkurang, pasien mampu mendemonstrasikan pemahamannya

tentang teknik mengurangi nyeri saat nyeri dirasakan, ekspresi wajah pasien

tidak menyeringai, TTV dalam batas normal, TD 120/90 mmHg, suhu tubuh

36,5°C – 37.5°C, nadi 60-100x/menit, pernafasan 16-20x/menit, skala nyeri

0-1. Dilakukan tindakan keperawatan jelaskan kepada klien tentang nyeri

meliputi pengertian nyeri, penyebab nyeri, faktor faktor yang

mempengaruhi nyeri, dan cara mengatasi nyeri, observasi nyeri seperti

lokasi, frekuensi nyeri, dan skala nyeri yang dirasakan klien, anjurkan klien

untuk duduk dengan posisi yang klien anggap nyaman, ajarkan klien teknik

non farmakologi untuk mengurangi nyeri misalnya nafas dalam dan

distraksi.

4.4 Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah perwujudan dari

perencanaan yang telah dibuat. Perencanaan pada tinjauan pustaka

diwujudkan pada pasien dan pendokumentasian setelah intervensi

keperawatan.

4.4.1 Implementasi diagnosa keperawatan defisit pengetahuan tentang

teknik menyusui berhubungan dengan kurangnya paparan informasi tentang

teknik menyusui
81

Pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dilakukan tindakan yang

sama, yaitu dilakukan tindakan menjelaskan kepada pasien tentang

pengertian ASI, manfaat ASI bagi bayi dan ibu, langkah-langkah menyusui

yang baik, dan tanda-tanda keberhasilan menyusui serta menganjurkan

pasien untuk mempraktikkan teknik menyusui.

4.4.2 Implementasi diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan

agens cedera fisik

Pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dilakukan tindakan yang

sama, yaitu dilakukan tindakan menjelaskan kepada pasien tentang nyeri

meliputi pengertian nyeri dan penyebab nyeri yang dialami pasien,

mengobservasi nyeri seperti lokasi, frekuensi nyeri, dan skala nyeri yang

dirasakan klien, menganjurkan klien untuk duduk dengan posisi yang klien

anggap nyaman, mengajarkan klien teknik non farmakologi untuk

mengurangi nyeri misalnya nafas dalam (menarik oksigen dari hidung dan

mengeluarkan karbondioksida melalui mulut secara perlahan-lahan

sebanyak tiga kali) dan distraksi seperti menyarankan pasien mendengarkan

lagu ketika nyeri atau berbicara dengan orang lain, serta mengobservasi

tanda-tanda vital TD: 100/80 mmHg, nadi: 87x/ menit, RR: 17x/ menit,

suhu: 37,2°C.

4.5 Evaluasi

Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilakukan karena

merupakan evaluasi secara teori. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan


82

data pendokumentasian evaluasi yang mengacu pada hasil atas tindakan

keperawatan yang telah dilakukan secara langsung kepada pasien.

Pada tinjauan kasus, masalah defisit pengetahuan teknik menyusui

evaluasi dilakukan dalam waktu 2 kali kunjungan karena dilaksanakannya

tindakan yang tepat, pasien juga kooperatif mau mendengarkan apa yang

dijelaskan oleh penulis tentang teknik menyusui sehingga tujuan dan kriteria

hasil telah tercapai. Pada masalah nyeri akut, evaluasi dilakukan dalam

waktu 1 kali kunjungan, tindakan dilaksanakan dengan tepat, pasien

kooperatif untuk melakukan teknik non farmakologi yaitu nafas dalam dan

distraksi sehingga tujuan dan kriteria hasil tercapai.

Pada akhir evaluasi semua tujuan dan kriteria hasil telah tercapai,

masalah keperawatan sudah teratasi. Hal tersebut terjadi karena kerjasama

yang baik antara penulis dan pasien. Hasil evaluasi pada Ny.R sudah sesuai

dengan harapan dan tujuan yang ingin dicapai penulis, masalah teratasi dan

asuhan keperawatan pada Ny.R dihentikan pada tanggal 09 Maret 2021.


BAB V

PENUTUP

Setelah penulis melakukan penelitian dan melakukan asuhan

keperawatan pada Ny.R yang mengalami masalah keperawatan defisit

pengetahuan tentang teknik menyusui dengan diagnosa medis post sectio

caesarea indikasi preeklamsia berat di Desa Sadang Kabupaten Sidoarjo,

maka penulis dapat menarik kesimpulan sekaligus saran yang dapat

bermanfaat dalam meningkatkan mutu dan pelayanan asuhan keperawatan

pada pasien post sectio caesarea indikasi preeklamsia berat dengan masalah

keperawatan terkhusus defisit pengetahuan tentang teknik menyusui.

5.1 Kesimpulan

Dari hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan kepada Ny.R

yang mengalami masalah keperawatan defisit pengetahuan teknik menyusui

dengan diagnosa medis post sectio caesarea indikasi preeklamsia berat di

Desa Sadang Kabupaten Sidoarjo penulis dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut:

5.1.1 Pengkajian sangat penting dilakukan pada pasien post sectio caesarea

indikasi preeklamsia berat dan yang perlu diperhatikan adalah nyeri yang

dirasakan ibu karena luka bekas operasinya dan bagaimanakah pemberian

ASI kepada bayinya. Pada pengkajian bagian pemeriksaan fisik ditemukan

adanya perubahan fisik yaitu nyeri akut pada luka di abdomen, dan pada

tingkat pengetahuan ditemukan data pasien tidak memahami tentang teknik

menyusui yang benar

83
84

5.1.2 Pada Ny.R mengalami beberapa diagnosa keperawatan yang muncul

pada tinjauan kasus yaitu defisit pengetahuan tentang teknik menyusui

berhubungan dengan kurangnya paparan informasi tentang teknik menyusui

dan nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik. Diagnosa tersebut

ditegakkan karena muncul data-data pada Ny.R yang menunjang

ditegakkannya diagnosa tersebut.

5.1.3 Intervensi keperawatan yang ditampilkan secara tinjauan pustaka da

tinjauan kasus terjadi kesamaan, namun masing-masing intervensi tetap

mengacu pada tujuan, sasaran, kriteria hasil, dan kriteria waktu.

5.1.4 Implementasi keperawatan telah dilakukan secara terkoordinasi dan

terintegrasi untuk pelaksanaan implementasi tidak semua saat dengan yang

ada pada tinjauan pustaka

5.1.5 Evaluasi dilakukan penulis dengan metode setiap kali kunjungan

dengan harapan penulis dapat mengetahui perkembangan perbaikan dari

masalah keperawatan yang dialami pasien. Pada akhir evaluasi semua

tujuan dicapai karena kerjasama antar penulis dan Ny.R berjalan dengan

baik.

5.2 Saran

Bertolak dari kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran

sebagai berikut:

5.2.1 Perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki pengetahuan, skill

dan keterampilan yang memadai untuk memberikan asuhan keperawatan


85

pada pasien post sectio caesarea indikasi preeklamsia berat dengan masalah

keperawatan yang muncul pada pasien.

5.2.2 Perawat harus meningkatkan pendidikan secara berkelanjutan baik

formal maupun informal.

5.2.3 Untuk meningkatkan mutu pelayanan, mengadakan penyuluhan

kepada pasien post sectio caesarea dengan indikasi preeklamisa berat

seperti menjaga luka agar tidak terjadi infeksi, diet nutrisi yang tepat untuk

menunjang proses penyembuhan luka, teknik mobilisasi untuk mencegah

kekakuan, serta memberikan penyuluhan terkait pemberian ASI kepada bayi

seperti pentingnya ASI, teknik menyusui yang benarr, perawatan payudara,

serta nutrisi untuk memperlancar ASI.


86

DAFTAR PUSTAKA

Alfiyanti & Rachmawati, I.N (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif


Dalam
Astutik, Y (2014). Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika
Ayu, Niwang (2016). Patologi dan Fisiologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika
Dermawan, D (2012). Proses Keperawatan Perencanaan Konsep dan
Kerangka Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Dinkes Provinsi Jawa Timur (2018). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Tahun 2018
Dinkes Kabupaten Sidoarjo (2018). Profil Kesehatan Kabupaten Sidoarjo
Tahun 2018
Khairani, Yelsi (2017). Diagnosis Banding Preeklamsia. Online.
www.alomedika.com. Diakses pada 28 Januari 2012 pukul 12.57.
Lastriani, (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Marmi, (2012). Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Marmi, (2014). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas ‘’Peurperium’’.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Manuaba (2012). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan. Jakarta: EGC
Mitayani (2012). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba
Medika
Nanda, (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi Klasifikasi 2018-2020.
Edisi 11. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Nanda NIC NOC. Yogyakarta: Medication
Purwoastuti, et al (2015). Konsep dan Asuhan Kebidanan Maternal dan
Neonatal. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Pudiastuti (2012). Asuhan Kebidanan pada Hamil Normal dan Patologi.
Yogyakarta: Nuha Medika
Roesli, (2011). Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta: Trubus Agriwidya
Roffifudin, (2011). Indonesia Menyusui. Jakarta: IDAI
87

Setyaningrum, Erna & Sugiarti (2017). Buku Ajar Kegawatdaruratan


Materitas pada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas. Yogyakarta: Indomedika
Pustaka
Suradi, (2011). Indonesia Menyusui. Jakarta: IDAI
Sulistyowati, dkk, (2015). Metabolisme Zat Gizi. Yogyakarta: Trans Medika
Tetti & Cecep (2015) dalam Agustina, N. D (2020). Pengaruh Terapi Musik
Instrumental Terhadap Kesiapan Ibu Menyusui Post Operasi Sectio
Caesarea di RSUDDr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun
2020. (Doctoral Dissertation, Poltekkes Tanjungkara
Triwahyuni, R. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Ny. A Dengan Post
Operasi Sectio Caesarea Dengan Indikasi Pre Eklamsi Berat
Diruang Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Achmad Mochtar
Bukittinggi Tahun 2015. Online
Http://Www.Academia.Edu/15578909/Asuhan_Keperawatan_Pada
_Ny._A_Dengan_Post_Op_Sectio_Caesarea_Dengan_Indikasi_Pre
eklamsi_Berat_Diruang_Rawat_Inap_Kebidanan_Rumah_Sakit_D
r._Achmad_Mochtar_Bukittinggi_Tahun_2015, 4-31. Diakses pada
28 Januari 2021 pukul 17.01 WIB
Zakiyah, et al (2018). Beberapa Faktor Resiko Kejadian Preeklamsia pada
Ibu. Doctoral Dissertation, School of Postgraduate.

Anda mungkin juga menyukai