Anda di halaman 1dari 141

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN DIAGNOSA MEDIS


POST SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI POST DATE
DI RUANG NIFAS RSUD BANGIL
PASURUAN

Oleh:

ANIS FARADILLAH

NIM. 1601037

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2019

i
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN DIAGNOSA MEDIS


POST SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI POST DATE
DI RUANG NIFAS RSUD BANGIL
PASURUAN

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar


Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)
Di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Oleh:

ANIS FARADILLAH

NIM. 1601037

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2019

ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Anis Faradillah

NIM : 1601037

Tempat, Tanggal Lahir : Sidoarjo, 21 Juli 1997

Institusi : Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Menyatakan bahwa Karya Tuis Ilmiah EHUMXGXO ASUHAN KEPERAWATAN PADA


IBU DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST SECTIO CAESAREA DENGAN
INDIKASI POST DATE DI RUANG NIFAS RSUD BANGIL ± PASURUAN¥DGDODK
bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam
bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan
ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.

Sidoarjo, 24 Mei 2019

Yang Menyatakan,

Anis Faradillah

NIM. 1601037

Mengetahui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Agus Sulistyowati, S.Kep.,M.Kes Ns.Riesmiyatiningdyah, M.Kes

NIDN. (0703087801) NIDN.(0725027901)

iii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Anis Faradillah

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan Diagnosa Medis Post Sectio Caesarea

Dengan Indikasi Post Date Di Ruang Nifas RSUD Bangil ± Pasuruan

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiyah pada tanggal

: 20 Juni 2019

Oleh :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes Ns.Riesmiyatiningdyah, M.Kes

NIDN. (0703087801) NIDN.(0725027901)

Mengetahui,

Direktur

Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Agus Sulistyowati, S.Kep, M.Kes


NIDN. 0703087801

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Telah di uji dan disetujui oleh Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah pada sidang di Program D3

Keperawatan di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Tanggal : 27 Juni 2019

TIM PENGUJI

Tanda Tangan

Ketua : Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep.Ns.,MNS

Anggota : 1. Ns.Riesmiyatiningdyah, M.Kes

2. Agus Sulistyowati, S.Kep, M.Kes

Mengetahui,

Direktur

Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Agus Sulistyowati, S.Kep, M.Kes


NIDN. 0703087801

v
MOTTO

6HPXD SHUHPSXDQ KDUXV SXQ\D


kecerdasan dan bisa bekerja, karena dunia
terlalu keras jika hanya mengandalkan
kecantikan. Dipuji karena cantik memang
menyenangkan, tapi dikagumi karena
prestasi dan mandiri jauh lebih
PHPEDQJJDNDQ¥ ± Dr. Triana Dewi Seroja,
S.H.,M.Hum

7he sky has never been the limit. We are


our own limits. It is then about breaking our
personal limits and outgrowing ourselves to
live our best lives. All the adversity i have
had in my life, have strengthened me. I wiil
be succes.¥± Walt Disney

vi
PERSEMBAHAN

Tiada yang maha pengasih dan maha penyayang selain engkau ya Allah. Syukur

Alhamdulillah berkat rahmat dan ridhomu ya Allah, saya bisa menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini. Karya Tulis Ilmiah ku ini akan ku persembahkan untuk :

1. Kedua orang tuaku tercinta, papa Ruslan Abdul Gani dan (Alm) mama Siti Haryani

yang telah berpulang ke Rahmatullah. Dan kakak laki laki saya satu satunya Harlan

Rizky Fauzi yang dari jauh mendoakan keberhasilan dan kesuksesan saya. Dan.

saudara saudara saya yang ada di Purworejo dan Jakarta khususnya paklik Tito

Prawoto dan bulik Yuliati yang sudah mengasuh saya seperti orang tua saya sendiri.

Terima kasih yang tak terhingga atas semua dukungan, doa, semangat dan

dukungan materil selama ini, terima kasih atas kesabaran menghadapi segala

keluhanku dan perjuangan menemaniku sampai lulus maaf belum bisa membuat

kalian bangga sampai saat ini.

2. Untuk kedua Dosen Pembimbing Ibu Agus Sulistyowati, S.Kep.,M.Kes dan Ibu

Ns.Riesmiyatiningdyah,S.Kep.,M.Kes terima kasih atas bimbingan, doa dan

motivasinya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan lancar tanpa

satu halangan apapun.

3. Terima kasih untuk para Dosen dan Staf Akademi Akper Kerta Cendekia Sidoarjo

yang telah memberi saya banyak ilmu yang bermanfaat untuk kedepannya nanti dan

memberi banyak pengalaman yang tak terlupakan selama saya menempuh

pendidikan dikampus kita tercinta ini.

4. Untuk semua sahabat-sahabatku Vanda Indhiaura, Vicky Ibrahim, Shafa Tasya

Thaeraniza, Muhammad Fathul Mustaqfirin, Reny Ayu Puspitasari, Enny Pebrianti,

dan Aisyah Dwi Anggraini dan Laptop Acer Aspire 4738G yang saya miliki dan

vii
yang lain tak bisa kusebutkan satu per satu, terima kasih atas semangat, dukungan,

GRD VHUWD PRWLYDVLQ\D VHODPD LQL XQWuk senantiasa mengingatkanku kedalam hal

kebaikan, yang selalu ada dalam suka dan duka ku tanpa melihat latar belakangku,

terima kasih banyak atas pengertian dan kesabaran kalian menghadapi segala sifat

dan sikapku selama ini semoga persahabatan kita sampai syurga. Dan tak lupa

terimakasih kepada kucing kesayangan saya Bian dan Cia yang telah menemani

saya begadang mengerjakan tugas akhir ini.

5. Untuk teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu tetap semangat

karena kehidupan yang sesungguhnya baru kita mulai. Lupakan segala permusuhan

dan jadikan sebagai pengalaman pembelajaran agar menjadi manusia yang lebih

baiak lagi dan mampu berguna untuk satu sama lain.

Almamaterku tercinta terima kasih, akan ku bawa nama baik Akper Kerta Cendekia !!!

viii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiyah dengan judul $VXKDQ Keperawatan Pada Ibu Dengan Diagnosa Medis Post
Sectio Caesarea Dengan Indikasi Post Date Di Ruang Nifas RSUD Bangil ± Pasuruan
ini dengan tepat waktu sebagai persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program D3
Keperawatan di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Penulisan Karya Tulis Ilmiyah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Orang Tua yang selalu memberi dukunngan secara moril dan materil
3. Ibu Agus Sulistyowati, S.Kep.,M.Kes selaku Direktur Akademi Keperawatan Kerta
Cendekia Sidoarjo
4. Ibu Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes selaku pembimbing satu
5. Ibu Riesmiyatiningdyah, S.Kep.Ns., M.Kes selaku pembimbing dua
6. Bapak Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep.Ns.,MNS selaku ketua penguji
7. Responden
8. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang
tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan,
sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila pembaca berkenan
memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi kesempurnaan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi
keperawatan.

Sidoarjo, 24 Mei 2019

Penulis

ix
DAFTAR ISI
Sampul Depan .................................................................................................. i
Lembar Judul.................................................................................................... ii
Surat Pernyataan............................................................................................... iii
Halaman Persetujuan ........................................................................................ iv
Halaman Pengesahan´ ................................................................................. v
0RWWR´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´YL
+DODPDQ3HUVHPEDKDQ´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´YLL
Kata Pengantar ................................................................................................. ix
Daftar Isi........................................................................................................... x
Daftar Tabel´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´xii
Daftar Gambar.................................................................................................. xiii
Daftar Lampiran ............................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
1.4.1 Akademis ....................................................................................... 5
1.4.2 Praktis ............................................................................................ 5
1.5 Metode Penulisan ....................................................................................... 6
1.5.1 Metode .......................................................................................... 6
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 6
1.5.3 Sumber Data ................................................................................. 7
1.5.4 Studi Kepustakaan ........................................................................ 7
1.6 Sistematika Penulisan Metode ................................................................... 7
1.6.1 Bagian Awal ................................................................................. 7
1.6.2 Bagian Inti .................................................................................... 8
1.6.3 Bagian Akhir................................................................................. 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 9
2.1 Konsep Sectio Caesarea
2.1.1 Pengertian .................................................................................... 9
2.1.2 Macam macam ............................................................................. 10
2.1.3 Indikasi ......................................................................................... 12
2.1.4 Kontra Indikasi ............................................................................. 18
2.1.5 Teknik Sectio Caesarea ................................................................ 18
2.1.6 Komplikasi ................................................................................... 22
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang ............................................................... 23
2.1.8 Penatalaksanaan ........................................................................... 23
2.2 Konsep Post Date ...................................................................................... 26
2.2.1 Pengertian ...................................................................................... 26
2.2.2 Etiologi ........................................................................................... 27
2.2.3 Manifestasi Klinis .......................................................................... 27
2.2.4 Patofisiologi ................................................................................... 28
2.2.5 Diagnosa Banding .......................................................................... 28
2.2.6 Komplikasi ..................................................................................... 28

x
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 29
2.2.8 Penatalaksanaan ............................................................................. 30
2.2.9 Dampak Masalah ........................................................................... 30
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................... 31
2.3.1 Pengkajian ...................................................................................... 31
3HPHULNVDDQ)LVLN´´´´´´´´´´´´´´´´´´
2.3.3 Analisa Data ................................................................................... 39
2.3.4 Diagnosa Keperawatan................................................................... 39
2.3.5 Intervensi Keperawatan .................................................................. 40
2.3.6 Implementasi Keperawatan ............................................................ 46
2.3.7 Evaluasi Keperawatan ................................................................... 49
.HUDQJND0DVDODK´´´´´´´´´´´´´´´´´´
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 53
3.1 Pengkajian´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´ 53
3.1 .1 Identitas Pasien............................................................................. 53
3.1.2 Identitas Penanggung Jawab´´´´´´´´´´´´´
3.1.3 Riwayat Keperawatan´´´´´´´´´´´´´´´´.. 54
3.1.4 Riwayat Obsetri´´´´´´´´´´´´´´´´´´´ 55
3.1.5 Riwayat Keluarga Berencana´´´´´´´´´´´´´... 58
3.1.6 Riwayat Kesehatan´´´´´´´´´´´´´´´´´
3.1.7 Riwayat Lingkungan´´´´´´´´´´´´´´´´´
3.1.8 Aspek Sosial´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´
3.1.9 Pola Kebiasaan´´´´´´´´´´´´´´´´´´´ 60
3.1.10 Pemeriksaan Fisik´´´´´´´´´´´´´´´´´´
3.2 Pemeriksaan Laboratorium´´´´´´´´´´´´´´´´´´
3.2.1 Terapi´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´66
3.3 Analisa Data´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´
3.4 Diagnosa Keperawatan´´´´´´´´´´´´´´´´´´´
3.5 Intervensi Keperawatan´´´´´´´´´´´´´´´´´´´
3.6 Implementasi Keperawatan´´´´´´´´´´´´´´´´´
3.7 Catatan Perkembangan´´´´´´´´´´´´´´´´´´´. 80
3.8 Evaluasi Keperawatan´´´´´´´´´´´´´´´´´´´ 86
BAB 4 PEMBAHASAN´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´. 89
4.1 Pengkajian´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´
4.2 Pemeriksaan Fisik´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´
4.3 Diagnosa Keperawatan´´´´´´´´´´´´´´´´´´´
4.4 Intervensi Keperawatan´´´´´´´´´´´´´´´´´´´
4.5 Implementasi Keperawatan´´´´´´´´´´´´´´´´´
4.6 Evaluasi Keperawatan´´´´´´´´´´´´´´´´´´´
BAB 5 PENUTUP´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´... 108
5.1 Kesimpulan´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´... 108
5.2 Saran´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´. 109

DAFTAR PUSTAKA´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´. 111

xi
DAFTAR TABEL

No Lampiran Judul Tabel Hal


7DEHO5LZD\DW.HKDPLODQ´´´´´´´´´´´´´´´ 55
7DEHO/DERUDWRULXP´´´´´´´´´´´´´´´´´´. 65
7DEHO$QDOLVD'DWD´´´´´´´´´´´´´´´´´´ 67
7DEHO,QWHUYHQVL1\HUL$NXW´´´´´´´´´´´´´´ 71
7DEHO,QWHUYHQVL+DPEDWDQ0RELOLWDV)LVLN´´´´´´´´´ 73
7DEHO,QWHUYHQVL'HILVLW3HQJHWDKXDQ´´´´´´´´´´´. 74
Tabel 3.7 Implementasi 7DQJJDO´´´´´´´´´... 75
7DEHO,PSOHPHQWDVL7DQJJDO´´´´´´´´´... 78
Tabel 3.9 Catatan Perkembangan
7DQJJDO´´´´´´´´´´´´´´´.. 80
Tabel 3.10 Catatan Perkembangan
7DQJJDO´´´´´´´´´´´´´´´ 83
Tabel (YDOXDVL.HSHUDZDWDQ´´´´´´´´´´´´´´ 86

xii
DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Gambar Hal

Gambar 2.1 Kerangka 0DVDODK´´´´´´´´´´´´´´´´´


*DPEDU*HQRJUDP´´´´´´´´´´´´´´´´´´´´

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Lampiran Hal


Lampiran 1 6XUDW,MLQ3HQJDPELODQ6WXG\.DVXV´´´´´´ 113
Lampiran 2 Informed Consent´´´´´´´´´´´´´
Lampiran 3 Lembar Konsul´´´´´´´´´´´´´´
Lampiran 4 SAP Defisit Pengetahuan Tentang
PerawDWDQ3D\XGDUD´´´´´´´´´´´´´
Lampiran 5 Leafet Defisit Pengetahuan Tentang
PerawDWDQ3D\XGDUD´´´´´´´´´´´´´

xiv
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sectio Caesarea adalah janin dilahirkan melalui insisi yang dibuat

pada dinding abdomen dan uterus. Prosedur ini diindikasi untuk beberapa

kondisi yang membahayakan kesehatan ibu atau bayi dan untuk penundaan

persalinan atau persalinan pervagina yang akan membahayakan keselamatan

pasien dan bertujuan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayi (Marynani,

2016). Salah satu indikasi dilakukan nya sectio caesarea adalah kehamilan

lewat waktu (post date) karena dapat menyebabkan gawat janin. Kehamilan

post date merupakan salah satu penyebab angka kematian ibu dan angka

kematian bayi yang sering ditemukan. Kehamilan post date disebut juga

kehamilan post term, kehamilan serotinus, prolonged pregnancy atau

pescamaturitas adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu atau

249 hari atau lebih, di hitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus

Neagle dengan siklus haid rata rata 28 hari (Sarwono, 2008). Anggapan orang

dahulu bahwa kehamilan lewat waktu ini sangat baik bagi bayi karena bayi

dalam kandungan sudah dianggap dewasa dan dianggap akan menjadi anak

yang cerdas, bayi yang kuat dan pertumbuhannya cepat (Tufan, 2012). Sectio

caesarea bukan hal yang baru dikalangan masyarakat hal ini dibuktikan

dengan tingginya angka kejadian dalam tindakan sectio caesarea. Pada sectio

caesarea dengan indikasi post date jika tidak dilakukan dengan cepat akan

berdampak buruk pada keadaan bayi dan ibu bahkan hingga kematiaan bayi

dengan dilakukannya section caesarea untuk meringankan angka kesakitan

11
2

dalam persalinan dan dalam perencanaannya dapat ditentukan. Selain untuk

meringkan proses persalinan juga sebagai salah satu cara menangani indikasi

yang dapat menyulitkan ibu dan janin (Marynani, 2016).

Menurut World Health Organization (WHO) angka persalinan

dengan Sectio Caesarea sekitar 10 - 15% dari semua proses persalian (WHO,

2015). Di Indonesia angka persalinan dengan sectio caesarea mencapai 9,8%.

Sedangan pada kehamilan post date di Indonesia angka kejadian mencapai

10%, apabila batas waktu 42 minggu antara 10,4% - 12% dan apabila batas

waktu 43 minggu antara 3,4 - 4 %. Di Jawa Timur sendiri angka persalinan

section caesarea mengalami peningkatan sejauh 10% sedangkan untuk

indikasi Post date mengalami peningkatan yaitu 0,5% dari jumlah penduduk di

Jawa Timur pada tahun 2016 (Rieskesdas, 2016). Berdasarkan catatan dari

rekam medik di RSIA Arafah tahun 2016 di Sukodono, Sidoarjo sebanyak 32

orang yang melahirkan post date 13,3% dengan usia ibu <35 tahun dari 218

atau 86,7% responden yang ada (Muinda,2016). Berdasarkan data yang

didapat dari RSUD Bangil, jumlah kasus kegawatan pada post sectio caesarea

sebanyak 1931 kasus yaitu dengan indikasi post date sebanyak 50 yang terjadi

dari bulan Januari sampai Desember 2017(Rekam medis RSUD Bangil, 2017)

Kehamilan post date dapat disebabkan oleh diduganya ada factor

dari hormonal yaitu hormone progesterone yang merupakan komponen

penting dalam memacu proses biomolekuler pada persalinan dan

meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin. Jika hormone ini masih

terus berlangsung, maka tanda tanda persalinan pada kehamilan belum akan

muncul. Dan diduga tidak timbulnya his karena kurangnya air ketuban,
3

insufisiensi plasenta dan kerentanan akan stress pada ibu yang juga diduga

berhubungan dengan kehamilan lewat waktu. Faktor yang lain yaitu herediter,

biasanya keluarga tertentu memang sudah mempunyai riwayat pada kehamilan

post date. Manifestasi klinik pada kehamilan post date adalah terdapat

gerakan janin yang kurang, berat bayi lebih berat dari bayi normal, tulang dan

sutura lebih keras dan rambut di kepala lebih tebal dari bayi normal

(Maryunani dan Puspitasari, 2013).

Kehamilan post date dapat ditangani dengan salah satunya sectio

caesarea. Dalam tindakan sectio caesarea diharapkan tidak terjadi komplikasi

yang dapat menyebabkan kematian janin. Pada pasien kehamilan post date

sangat disarankan agar tidak cemas pada waktu hamil, serta menjaga pola

hidup yang sehat agar bayi yang di lahirkan sehat. Kehamilan post date dapat

ditangani dengan sectio caesarea. Dengan tindakan sectio caesarea di

harapkan tidak ada komplikasi yang dapat merugikan ibu dan bayi. Pada tahap

rehabilitative yang diberikan oleh perawat berupa health education tentang

identifikasi infeksi pada luka jahitan post operasi sectio caesarea dengan baik

dan benar dan membantu memobilisasi aktivitas pada ibu, sedangkan pada

tahap promotif yang dilakukan perawat adalah memberikan health education

berupa perawatan payudara dengan baik dan benar agar produksi ASI pada ibu

dapat lancar dan meningkat.


4

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka

penulis akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan

NHSHUDZDWDQGHQJDQPHPEXDWUXPXVDQPDVDODKVHEDJDLEHULNXW%DJDLPDQDkah

asuhan keperawatan pada ibu dengan diagnose Sectio Caesarea indikasi Post

Date di ruang Nifas RSUD Bangil "¥

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada ibu dengan diagnose Sectio

Caesarea indikasi Post Date di ruang Nifas RSUD Bangil

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengkaji ibu dengan diagnose Sectio Caesar indikasi Post Date di ruang

Nifas RSUD Bangil

1.3.2.2 Merumuskan diagnose keperawatan pada ibu dengan diagnose Sectio

Caesar indikasi Post Date di ruang Nifas RSUD Bangil

1.3.2.3 Merencanakan asuhan keperawatan pada ibu dengan diagnose Sectio

Caesar indikasi Post Date di ruang Nifas RSUD Bangil

1.3.2.4 Melaksanakan asuhan keperawatan pada ibu dengan diagnose Sectio

Caesar indikasi Post Date di ruang Nifas RSUD Bangil

1.3.2.5 Mengevaluasi asuhan keperawatan pada ibu dengan diagnose Sectio

Caesar indikasi Post Date di ruang Nifas RSUD Bangil


5

1.3.2.6 Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada ibu dengan diagnose Sectio

Caesar indikasi Post Date di ruang Nifas RSUD Bangil

1.4 Manfaat

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi

manfaat :

1.4.1 Akademis, hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu

pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada ibu Dengan

Diagnosa Medis post sectio caesarea dengan indikasi post date

1.4.2 Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi :

1.4.2.1 Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di rumah

sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada ibu Dengan Diagnosa Medis

post sectio caesarea dengan indikasi post date

1.4.2.2 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti

berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pada ibu

Dengan Diagnosa Medis post sectio caesarea dengan indikasi post date

1.4.2.3 Bagi profesi kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan

pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada ibu Dengan

Diagnosa Medis post sectio caesarea dengan indikasi post date


6

1.5 Metode Penulisan

1.5.1 Metode

Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa

atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan

yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan

proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, diagnosis, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

1.5.2.1 Wawancara

Data diambil atau diperoleh melalui percakapan baik dengan klien,

keluarga maupun tim kesehatan lain

1.5.2.2 Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan kepada klien

1.5.2.3 Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menunjang

menegakkan diagnose dan penanganan selanjutnya

1.5.3 Sumber Data

1.5.3.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari klien

1.5.3.2 Data Sekunder


7

Data sekunder adalah dat ayang diperoleh dari keluarga atau orang

terdekat klien, catatan medik perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan

lain

1.5.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan

dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas

1.6 Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami

studi kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1.6.1 Bagian awal, memuat halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan,

motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi

1.6.2 Bagian inti, terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub

bab berikut ini :

1.6.2.1 Bab 1 : pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat

penelitian, sistematika penulisan studi kasus

1.6.2.2 Bab 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis

dan asuhan keperawatan klien dengan diagnose post date serta

kerangka masalah

1.6.2.3 Bab 3 : Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian,

diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi


8

1.6.2.4 Bab 4 : Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori dengan

kenyataan yang ada di lapangan

1.6.2.5 Bab 5 : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran

1.6.3 Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit

asuhan keperawatan pada ibu dengan diagnose medis post sectio caesarea dengan

indikasi post date. Konsep penyakit akan diuraikan definisi, etiologi dan

penanganan secara medis. Asuhan keperawatan akan diuraikan masalah masalah

yang muncul pada ibu dengan diagnosemedis post sectio caesarea dengan

indikasi post date. Dengan melakukan asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian,

diagnose, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.

2.1 Konsep Sectio Caesarea

2.1.1 Pengertian Sectio Caesarea

2.1.1.1 Sectio Caesarea adalah janin dilahirkan melalui insisi yang dibuat pada

dinding abdomen dan uterus (Ayuk Maryunani, 2016).

2.1.1.2 Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan atau cara melahirkan dengan

buat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut, section caesarea

juga dapat didefinisikan sebagai suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari

dalam rahim (Nurbaeti, 2012).

2.1.1.3 Sectio Caesarea adalah suatu tindakan untuk mealahirkan bayi dengan

berat 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh

(Prawirohardjo, 2009).

9
10

2.1.2 Macam ± Macam Sectio Caesarea

Menurut Anggie (2012) macam macam persalinan yaitu :

2.1.2.1 Abdomen(sectio caesarea abdominalis)

1) Sectio caesarea transperitonealis

Sectio caesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada

korpus uteri sedangkan sectio cesaria ismika atau profunda atau low

cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim. Sectio caesarea

klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri

kira-kira 10 cm.

(1) Kelebihan :

((1) Mengeluarkan janin dengan cepat

((2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik

((3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

(2) Kekurangan :

((1) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada

reperitonealis yang baik

((2) Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri

spontan
11

((3) Sectio caesarea ismika atau profundal (low servical dengan insisi

pada segmen bawah rahim)

2) Sectio caesarea ektra peritonealis

Tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak

membuka kavum abdominal. Dilakukan dengan melakukan sayatan

melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical

transversal) kira-kira 10 cm

(1) Kelebihan :

((1) Penjahitan luka lebih mudah

((2) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik

((3) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan

penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum

((4) Perdarahan tidak begitu banyak

((5) Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil

(2) Kekurangan :

((1) Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat

menyebabkan uteri pecah sehingga mengakibatkan perdarahan

banyak

((2) Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi


12

2.1.2.2 Vagina (sectio caesarea vaginalis)

Menurut Anggie (2012) sayaan pada rahim, section caesarea dapat

dilakukan sebagai berikut :

1) Sayatan memanjang ( longitudinal )

2) Sayatan melintang ( Transversal )

3) Sayatan huruf T ( T insicion )

2.1.3 Indikasi Sectio Caesarea

Menurut Anggie (2012) ada lima faktor yang dianjurkan untuk

dilakukannnya sectio caesarea yaitu :

2.1.3.1 Faktor janin.

1) Bayi terlalu besar

Berat bayi 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit

keluar dari jalan lahir. Dengan perkiraan berat yang sama tetapi pada

ibu yang berbeda maka tindakan persalinan yang dilakukan juga

berbeda. Misalnya untuk ibu yang mempunyai panggul terlalu sempit,

berat janin 3000 gram sudah dianggap besar karena bayi tidak dapat

melewati jalan lahir. Selain janin yang besar, berat janin kurang dari 2,5

kg, lahir prematur, dan dismatur, atau pertumbuhan janin terlambat ,

juga menjadi pertimbangan dilakukan sectsio caesarea.


13

2.1.3.2 Kelainan letak

1) Letak sungsang.

Resiko bayi lahir sungsang dengan presentasi bokong pada persalinan

alami diperkirakan 4x lebih besar dibandingkan keadaan normal. Pada

bayi aterm, tahapan moulage kepala sangat penting agar kepala berhasil

lewat jalan lahir. Pada keadaan ini persalinan pervaginam kurang

menguntungkan. Karena ; pertama, persalinan terlambat beberapa

menit, akibat penurunan kepala menyesuaikan dengan panggul ibu,

padahal hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kedua, persalinan yang

dipacu dapat menyebabkan trauma karena penekanan, traksi ataupun

kedua-duanya. Misalnya trauma otak, syaraf, tulang belakang, tulang

rangka dan viseral abdomen.

2) Letak lintang.

Kelainan letak ini dapat disebabkan karena adanya tumor dijalan lahir,

panggul sempit, kelainan dinding rahim, kelainan bentuk rahim,

plesenta previa, cairan ketuban pecah banyak, kehamilan kembar dan

ukuran janin. Keadaan tersebut menyebabkan keluarnya bayi terhenti

dan macet dengan presentasi tubuh janin di dalam rahim. Bila dibiarkan

terlalu lama, mengakibatkan janin kekurangan oksigen dan meyebabkan

kerusakan otak janin.


14

3) Gawat janin

Diagnosa gawat janin berdasarkan pada keadaan kekurangan oksigen

(hipoksia) yang diketahui dari DJJ yang abnormal, dan adanya

mekonium dalam air ketuban. Normalnya, air ketuban pada bayi cukup

bulan berwarna putih agak keruh, seperti air cucian beras. Jika tindakan

seksio caesarea tidak dilakukan, dikhawatirkan akan terjadi kerusakan

neurologis akibat keadaan asidosis yang progresif.

4) Janin abnormal

Misalnya pada keadaan hidrosefalus, kerusakan Rh dan kerusakan

genetik.

2.1.3.3 Plasenta

1) Plasenta previa.

Posisi plasenta terletak di bawah rahim dan menutupi sebahgian dan

atau seluruh jalan lahir. Dalam keadaan ini, plasenta mungkin lahit

lebih dahulu dari janin. Hal ni menyebabkan janin kekurangan O 2 dan

nutrisi yang biasanya diperoleh lewat plasenta. Bila tidak dilakukan

sectio caesarea, dikhawatirkan terjadi perdarahan pada tempat

implantasi plasenta sehingga serviks dan SBR menjadi tipis dan mudah

robek.
15

2) Solusio plasenta

Keadaan dimana plasenta lepas lebih cepat dari korpus uteri sebelum

janin lahir. Sectio caesarea dilakukan untuk mencegah kekurangan

oksigen atau keracunan air ketuban pada janin. Terlepasnya plasenta

ditandai dengan perdarahan yang banyak, baik pervaginam maupun

yang menumpuk di dalam rahim.

3) Plasenta accrete

Merupakan keadaan menempelnya sisa plasenta di otot rahim. Jika sisa

plasenta yang menempel sedikit, maka rahim tidak perlu diangkat, jika

banyak perlu dilakukan pengangkatan rahim.

4) Yasa previa

Keadaan dimana adanya pembuluh darah dibawah rahim yang bila

dilewati janin dapat menimbulkan perdarahan yang banyak.

2.1.3.4 Kelainan tali pusat.

1) Pelepasan tali pusat (tali pusat menumbung)

Keadaan dimana tali pusat berada di depan atau di samping bagian

terbawah janin, atau tali pusat telah berada dijalan lahir sebelum bayi,

dan keadaan bertambah buruk bila tali pusat tertekan.


16

2) Terlilit tali pusat

Lilitan tali pusat ke tubuh janin akan berbahaya jika kondisi tali pusat

terjepit atau terpelintir sehinggga aliran oksigen dan nutrisi ketubuh

janin tidak lancar. Lilitan tali pusat mengganggu turunnya kepala janin

yang sudah waktunya dilahirkan.

3) Bayi kembar

Kelahiran kembar mempunyai resiko terjadinya komplikasi yang lebih

tinggi misalnya terjadi preeklamsia pada ibu hamil yang stress, cairan

ketuban yang berlebihan.

2.1.3.5 Faktor ibu

1) Usia

Ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya diatas 35th, memiliki

resiko melahirkan dengan seksiocaesarea karena pada usia tersebut ibu

memiliki penyakit beresiko seperti hipertensi, jantung, DM, dan

preeklamsia.

2) Cephalopevic disspiroprion.

Ukuran panggul yang sempit dan tidak proporsional dengan ukuran

janin menimbulkan kesulitan dalam persalinan pervaginam. Panggul

sempit lebih sering pada wanita dengan tinggi badan kurang dari 145

cm. Kesempitan panggul dapat ditemukan pada satu bidang atau lebih,

PAP dianggap sempit bila konjunctiva vera kurang dari 10 cm atau


17

diameter transversal <12>6 minggu solusio plasenta, dan emboli air

ketuban. Retensio plasenta atau plasenta rest gangguan pelepasan

plasenta menimbulakan perdarahan dari tempat implantasi palsenta

3) Infeksi

Setiap tindakan operasi vaginal selalu diikuti oleh kontaminasi

bakteri, sehingga menimbulkan infeksi. Infeksi makin meningkat

apabila didahului oleh keadaan umum yang kurang baik, anemia saat

hamil, sudah terdapat manipulasi intra-uterin, sudah terdapat infeksi.

Perluakaan operasi yang menjadi jalan masuk bakteri.Terdapat

retensio plasenta dan pelaksanaan operasi persalinan yang kurang

legeartis.

4) Trauma tindakan operasi persalinan .

Operasi merupakan tindakan paksa pertolongan persalinan sehingga

menimbulkan trauma jalan lahir. Trauma operasi persalinan

dijabarkan sebagai berikut :

(1) Perluasan luka episiotomi

(2) Perlukaan pada vagina

(3) Perlukaan pada serviks

(4) Perlukaan pada forniks-kolfoporeksis

(5) Terjadi ruptura uteri lengkap atau tidak lengkap

(6) Terjadi fistula dan ingkontinensia


18

2.1.4 Kontra Indikasi

Kontraindikasi merupakan suatu keadaan dimana Sectio Caesarea tidak

layak atau pun tidk boleh dilakukan, pada umumnya kontraindikasi Sectio

Caesarea bilamana terdapat keadaan seperti dibawah ini :

2.1.4.1 Bila pada pemeriksaan didapatkan janin yan dikandung telah mati

2.1.4.2 Klien dalam keadaan syok

2.1.4.3 Anemi berat yang belum diatasi

2.1.4.4 Kelainan congenital berat pada janin (Anna, 2011)

2.1.5 Teknik Sectio Caesarea

2.1.5.1 Insisi Abdominal

Pada dasarnya insisi ini adalah insisi garis tengah subumbilikal dan insisi

abdominal bawah transversa.

1) Insisi garis tengah subumbilikal

Insisi ini mudah dan cepat. Akses mudah dengan

perdarahan minimal. Berguna jika akses ke segmen bawah sulit,

contohnya jika ada kifosklerosis berat atau fibroid segmen bawah

anterior. Walaupun, bekas luka tidak terlihat, terdapat banyak

ketidaknyamanan pascaoperasi dan luka jahitan lebih cenderung

muncul dibandingkan dengan insisi transversa. Jika perluasan ke

atas menuju abdomen memungkinkan, insisi pramedian kanan

dapat dilakukan.
19

2) Insisi transversa

Insisi transversa merupakan insisi pilihan saat ini. Secara kosmetik

memuaskan, lebih sedikit menimbulkan luka jahitan dan lebih

sedkit ketidaknyamanan, memungkinkan mobilitas pascaoperasi

yang lebih baik. Insisi secara teknis lebih sulit khususnya pada

operasi berulang. Insisi ini lebih vaskular dan memberikan akses

yang lebih sedikit. Variasinya meliputi insisi Joel Choen (tempat

abdomen paling atas) dan Misvag Ladach (menekankan pada

perjuangan struktur anatomis).

2.1.5.2 Insisi uterus

Jalan masuk ke dalam uterus dapat melalui insisi garis tengah atau insisi

segemen transversa

1) Sectio Caesarea segmen bawah

Ini adalah pendekatan yang lazim digunakan. Insisi transversa

ditempatkan di segmen bawah uterus gravid di belakang peritoneum

utero-vesikel.

(1) Keuntungannya meliputi :

((1) Lokasi tersebut memiliki lebih sedikit pembuluh darah sehingga

kehilangan darah yang ditimbulkan hanya sedikit.

((2) Mencegah penyebaran infeksi ke rongga abdomen


20

((3) Merupakan bagian uterus yang sedikit berkontraksi sehingga hanya

sedikit kemungkinan terjadinya ruptur pada bekas luka di kehamilan

berikutnya.

((4) Penyembuhan lebih baik dengan komplikasi pascaoperasi yang lebih

sedikit seperti pelekatan.

((5) Implantasi plasenta di atas bekas luka uterus kurang cenderung

terjadi pada kehamilan berikutnya.

(2) Kerugiannya meliputi :

((1) Akses mungkin terbatas

((2) Lokasi uterus yang berdekatan dengan kandung kemih meningkatkan

risiko kerusakan khususnya padap prosedur pengulangan.

((3) Perluasan ke sudut lateral atau dibelakang kandung kemih dapat

meningkatkan kehilangan darah.

2) Sectio caesarea klasik

Insisi ini ditempatkan secara vertikal di garis tengah uterus.

Indikasi penggunaanya meliputi :

(1) Gestasi dini dengan perkembangan buruk pada segmen bawah

(2) Jika akses ke segmen bawah terlarang oleh pelekatan fibroid

uterus.

(3) Jika janin terimpaksi pada posisi transversa.


21

(4) Pada keadaan segmen bawah vaskular karena plasenta previa

anterior.

(5) Jika ada karsinoma serviks

(6) Jika kecepatan sangat penting, contohnya setelah kematian ibu.

(2) Kerugiannya meliputi :

(1) Homestatis lebih sulit dengan insisi vaskular yang tebal

(2) Plasenta anterior dapat ditemukan selama pemasukan

(3) Penyembhan terhambat karena involusi miomtreial

(4) Terdapat lebih besar risiko ruptur uterus pada kehamilan

berikutnya

2.1.5.3 Insisi Kroning-Gellhom-Beck

Insisi ini adalah garis tengah pada segemen bawah, yang digunakan pada

pelahiran prematur apabila segmen bawah terbentuk dengan buruk atau dalam

keadaan terdapatnya perluasan ke segmen uterus bagian atas yang dilakukan

untuk memberi lebih banyak akses. Insisi ini menyebabkan lebih sedikit

komplikasi seksio sesaria klasik. Insisi ini tidak menutup kemungkianan pelahiran

pervginam. Keadaan lain insisi T terbalik atau insisi J suatu saat diperlukan jika

ditemukan akses tidak adekuat tanpa memperhatikan insisi segmen bawah. Insisi

tersebut lebih baik dihindari. Seperti halnya pada seksio sesaria klasik, kehamilan

selanjutnya akan memerlikan seksio sesaria elektif


22

2.1.6 Komplikasi Sectio Caesarea

2.1.6.1 Infeksi Puerperalis

Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa

hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis

dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada

gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan

predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah,

tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian

antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama sectio caesarea

klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada sectio caesarea transperitonealis

profunda.

2.1.6.2 Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang

arteria uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri

2.1.6.3 Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

peritonealisasi terlalu tinggi

2.1.6.4 Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan

berikutnya bisa terjadi ruptura uteri (Aspiani, 2017)


23

2.1.7 Pemeriksaan penunjang

2.1.7.1 Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari

kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.

2.1.7.2 Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi

2.1.7.3 Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah

2.1.7.4 Urinalisis / kultur urine

2.1.7.5 Pemeriksaan elektrolit (Firwan, 2014)

2.1.8 Penatalaksanaan Medis Post Sectio caesarea

2.1.8.1 Pemberian cairan

Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian

cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak

terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan

yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian

dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan

transfusi darah sesuai kebutuhan.

2.1.8.2 Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus

lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.Pemberian minuman

dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 8 jam pasca operasi,

berupa air putih dan air teh.


24

2.1.8.3 Mobilisasi

Menurut Nurman dan Gery (2010) mobilisasi dini dilakukan sehari setelah

pembedahan, pasien harus turun sebentar dari tempat tidur dengan bantuan paling

tidak dua kali sehingga mengurangi risiko terjadinya thrombosis vena dan emboli

paru.

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :

1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8 jam setelah operasi

2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang

sedini mungkin setelah sadar

3) Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit

dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.

4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah

duduk (semifowler)

5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan

belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan

sendiri, dan pada hari ke-3 pasca operasi.pasien bisa dipulangkan

2.1.8.4 Kateterisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak

pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.

Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi

dan keadaan penderita.


25

2.1.8.5 Pemberian obat-obatan

1) Antibiotik

Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap

institusi

2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan

(1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam

(2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol

(3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu

3) Obat-obatan lain

Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat

diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C.

2.1.8.6 Perawatan luka

Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan

berdarah harus dibuka dan diganti.

2.1.8.7 Perawatan rutin

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan

darah, nadi,dan pernafasan (Firwan, 2014)


26

2.2 Konsep Post Date

2.2.1 Pengertian Post Date / Post matur

2.2.1.1 Kehamilan post date disebut juga kehamilan post term, kehamilan

serotinus, prolonged pregnancy atau pescamaturitas adalah kehamilan yang

berlangsung sampai 42 minggu atau 249 hari atau lebih, di hitung dari hari

pertama haid terakhir menurut rumus Neagele dengan siklus haid rata rata 28 hari

(Sarwono, 2008).

2.2.1.2 Kehamilan lewat waktu (postterm) adalah persalinan pada umur kehamilan

>42 minggu (Maryunani dan Puspitasari, 2013)

2.2.1.3 Serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu

lengkap. Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan perhitungan usia kehamilan

dengan rumus Naegle atau dengan perhitungan tinggi fundus uteri (Padila, 2015)

2.2.2 Etiologi

Etiologi dari kehamilan lewat waktu ini biasanya dikarenakan pengaruh

hormone progesterone yang merupakan komponen penting dalam memacu proses

biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap

oksitosin. Jika hormone ini masih terus berlangsung, maka tanda tanda persalinan

belum akan muncul. Faktor herediter juga mempengaruhi pada kehamilan ini, jika

seorang ibu mengalami kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan

maka besar kemungkinan anak perempuanna akan mengalami kehamilan postterm

(Maryunani dan Puspitasari, 2013)


27

Penyebab lain dari post date yaitu diduga karena kadar kostisol yang

rendah pada janin dan tidak timbulnya his karena kurangnya air ketuban,

insufisiensi plasenta dan kerentanan akan stress, juga diduga berhubungan dengan

kehamian lewat waktu (Maryunani, 2016)

2.2.3 Manifestasi Klinis

2.2.3.1 Gerakan janin jarang (secara subjektif kurang dari 7x / 20 menit atau

secara objektif kurang dari 10x/menit.

2.2.3.2 Pada bayi ditemukan tanda lewat waktu yang terdiri dari :

(1) Stadium I : Kulit kehilangan vernix caseosa dan terjadi maserasi

sehingga kulit menjadi kering, rapuh dan mudah terkelupas

(2) Stadium II : Seperti stadium I, ditambah dengan pewarnaan

mekoneum (kehijuan dikulit)

(3) Stadium III : Seperti stadium I, ditambah dengan warna kuning pada

kuku, kulit dan tali pusat

2.2.3.3 Berat badan bayi lebih berat dari bayi normal

2.2.3.4 Tulang dan sutura lebih keras dari bayi normal

2.2.3.5 Rambut kepala lebih tebal (Padila, 2015)


28

2.2.4 Patofisiologi

Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38 minggu dan kemudian

fungsi plasenta akan menurun setelah 42 minggu. Hal ini dapat terlihat dari

menurunnya kadar esterogen dan laktogen plasenta. Selain itu dapat terjadi juga

spasme arteri spiralis plasenta. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan

suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intra uterin.

Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%. Volume air ketuban juga

berkurang karena mulai terjadi absorbs. Kondisi ini bisa mengganggu janin atau

tidak baik untuk janin, dimana resiko kematian perinetal pada bayi postmatur

cukup tinggi yaitu Prepartum (30%), Intrapartum (55%) dan Post partum (15%)

(Maryunani, 2016)

2.2.5 Diagnosa Banding

2.2.5.1 Kehamilan cukup bulan (dengan atau tanpa pecah ketuban)

2.2.5.2 Pertumbuhan janin terhambat (Chrisdiono, 2008)

2.2.6 Komplikasi

2.2.6.1 Untuk ibu

1) Rasa takut akibat terlambat lahir

2) Rasa takut menjalani operasi dengan akiatnya trias komplikasi ibu

2.2.6.2 Untuk janin

1) Anak besar, dapat menyebabkan dispoporsi sefalopelvik


29

2) Oligohidramnion, dapat menyebabkan kompresi tali pusat, gawat

janin sampai bayi meninggal

3) Keluarnya mekoneum yang dapat menyebabkan aspirasi mekoneum

(Waspodo, 2009)

2.2.6.3 Komplikasi Parinetal

Komplikasi parinetal yang dapat terjadi angka peningkatan kematian

perinatal seteah kehamilan 42 minggu atau lebih sebagian besar terjadi setelah

intrapartum, umumnya disebabkan oleh :

1) Insufensiesi plasenta akibatnya pertumbuhan janin terhambat

2) Oligrohidromnion terjadi kompresin tali pusat

3) Keluar mekonium yang kental berakibat terjadi aspirasi mekonium

pada janin

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang

2.2.7.1 USG : Untuk mengetahui usia kehamilan dan derajat maturitas plasenta

2.2.7.2 Kardiotokografi : Untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin

2.2.7.3 Amniocentesis : Pemerikasaan sitologi air ketuban

2.2.7.4 Amnioskopi : Melihat kekeruhan air ketuban

2.2.7.5 Uji oksitosin : Untuk menilai reaksi janin terhadap kontraksi uterus

2.2.7.6 Pemeriksaan kadar estriol dalam urine


30

2.2.7.7 Pemeriksaan sitologi vagina (Padila, 2015)

2.2.8 Penatalaksanaan

Setelah usia kehamilan lebih dari 40 - 42 minggu, yang terpenting adalah

monitoring janin sebaik baiknya. Apabila tidak ada tanda tanda insufisiensi

plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat. Lakukan

pemerikasaan dalam untuk menentukan kematangan servik, apabila sudah

matang, boleh dilakukan induksi persalinan. Persalinan pervagina harus

diperhatikan bahwa partus lama akan sangat merugikan bayi, janin postmatur

kadang kadang besar dan kemungkinan disproporsi cephalopelvix dan distosia

janin perlu diperhatikan . Selain itu janin post matur lebih peka terhadap sedative

dan narkosa. Tindakan operasi section caesarea dapat dipertimbangkan bila pada

keadaan onsufisiensi plasenta dengan keadaan cervix belum matang, pembukaan

belum lengkap, partus lama dan terjadi gawat janin, primigravida tua, kematian

janin dalam kandungan , preeklamsi, hipertensi menahun, dan kesalahan letak

janin (Padila, 2015)

2.2.9 Dampak Masalah

Dampak masalah yang timbul pada kehamilan post date ini pada bayi akan

mengalami asfiksia, pewarnaan kuning pada kuku, kulit dan tal pusar bayi bahkan

dapat menyebabkan kematian. Pada ibu dapat menyebabkan partus lama dan

menyebabkan perdarahan post partum akibat bayi besar jika dilakukan sectio

caesarea maka juga dapat menyebabkan perdarahan akibat luka insisi post operasi

sectio caesarea yang dapat menyebabkan perdarahan. Dukungan spiritual adalah

membantu pasien untuk merasakan keseimbangan dan hubungan dengan sebuah


31

energy yang lebih besar sehingga dapat memberikan manfaatnya dalam beberapa

aspek termasuk membantu pasien untuk mencapai tugas spiritual, untuk

mendapatkan respon relaksasi ketenangan dan kesadaran, mengaktifkan jalur

neurologis untuk proses penyembuhan diri dengan mempromosikan pemeliharaan

diri pada adaptasi psilkologis, damai dan merasakan kehadiran Tuhan YME.

Dampak yang terjadi pada fisik klien adalah aktivitas klien yang terbatas karena

mengalami kelemahan fisik dan nyeri yang dirasakan. Dampak dari segi sosial

yang diterima klien adalah klien mendapat banyak respon dan perhatian dari orang

sekitar karena klien baru saja melahirkan seorang anak yang telah dinantikan

banyak orang.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

2.3.1.1 Identitas

Anamese adalah mengetahui kondisi pasien dengan cara wawancara atau

interview. Mengetahui kondisi pasien untuk saat ini dan masa yang lalu.

Anamnesa mencakup identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan

sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat

imunisasi, riwayat kesehatan lingkungan dan tempat tinggal. Meliputi identitas

klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, agama, pendidikan yang rendah

biasanya akan mempengaruhi pengetahuan ibu tentang kehamilan, ibu dengan

pekerjaan yang beresiko lebih rentan dilakukannya sectio caesarea, status

perkawinan dengan sudah lamanya pernikahan dan ibu sudah pernah mengalami

post date maka akan berpotensi untuk mengalami post date kembali, suku/bangsa,
32

golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis,

dan alamat. Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.

2.3.1.2 Keluhan utama

Keluhan utama gangguan kenyamanan (nyeri) disebabkan oleh trauma

pembedahan atau setelah pembedahan (Retno, 2013)

2.3.1.3 Riwayat Menstruasi

Untuk mengetahui tentang pertama kali pasien mendapatkan menstruasi,

siklus, lama menstruasi, banyak menstruasi, bentuk darah apakah cair atau

menggumpal, warna darah, dismenorea, dan untuk mengetahui hari pertama

menstruasi terakhir serta tanggal kelahiran dari persalinan atau HPHT (Jofan,

2015)

2.3.1.4 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

1) Kehamilan

Untuk mengetahui berapa umur kehamilan berdasarkan HPHT karena

mempengaruhi berapa lama usia kehamilan, bagaimana letak janin

dan berapa tinggi fundus uteri, bagaimana keadaan janin, jika terjadi

kegawatan pada janin maka secepatnya akan dilakukan sectio

caesarea (Prawihardjo, 2009)

2) Persalinan
33

Untuk mengetahui proses persalinan spontan atau buatan, jika klien

pernah mengaami persalinan secara sectio caesarea maka kelahiran

selanjutnya baisanya akan secara sectio caesarea juga, lahir aterm

atau prematur, ada atau tidak perdarahan, waktu persalinan ditolong

oleh siapa, dimana tempat melahirkan, ada atau tidak riwayat

persalinan post date sebelumnya (Prawihardjo, 2009)

3) Nifas

Untuk mengetahui perdarahan yang terus berlangsung pada nifas,

jenis lochea, TFU setinggi pusat atau 2 jari dibawah pusat (Tinggi

Fundus Uteri), teraba keras atau lunak, kontraksi uterus kuat,

bagaimana keadaan klien setelah dilakukanya post sectio caesarea,

adanya nyeri tekan pada luka bekas operasi (Anna, 2013)

2.3.1.6 Riwayat penyakit sekarang

Menurut Nurbaeti (2015) riwayat penyakit sekarang meliputi :

1) Provocative : adanya indikasi sectio caesarea, menyebabkan klien

dilakukan operasi sectio caesarea akiatnya terjadi trauma

pembedahan diskontunitas jaringan menimbulkan nyeri

2) Quality : nyeri dirasakan klien setelah efek anastesi secara perlahan

hilang, nyeri akan timbul jika efek pemberian analgetika berakhir

(4jam setelah pemberian) dan akan hilang saat analgetika diberikan.

Qualitas nyeri bersifat subyektif tergantung bagaimana klien

mempersiapkan nyeri tersebut


34

3) Region : daerah yang mengalami nyeri adalah luka insisi yang

terdapat pada abdomen. Insisi pada sectio caesarea klasik di midline

abdomen antara pusat dan simpisis pubis, pada sectio caesarea

transprovunda didaerah supra simpisis pubis dengan luka insisi

melintang. Area penyebaran nyeri dirasakan sampai bokong dan

terkadang adanya after pain (nyeri alihan) yang dirasakan klien

sampai ke pinggang.

4) Severity Scale : Keparahan atau intensitas nyeri berkisar antara dari

nyeri ringan (1-3), nyeri sedang (4-6) sampai nyeri berat (7-10)

5) Timing : nyeri dirasakan setelah 6 - 12 jam post sectio caesarea, dan 1

- 3 hari setalah sectio caesarea

2.3.1.7 Riwayat penyakit dahulu

Klien pernah atau tidaknya mengalami penyakit menular seperti TBC dan

penyakit keturunan seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus,

asma dan penyakit kelamin atau abortus

2.3.1.8 Kedaan ibu post sectio caesarea yaitu

1) Integritas Ego

Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda

kegagalan atau refleksi negative pada kemampuan sebagai wanita.

Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraab, ketakutan,

menarik diri atau kecemasan (Rheldayani, 2014)


35

2) Pola sensori

Nyeri / ketidaknyamanan mungkin mengeluh nyeri dari berbagai

sember karena trauma bedah, distensi kandung kemih, efek efek

anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada (Rheldayani, 2014)

3) Pola kognitif

Pemberian ASI dapat dimuali pada hari post operasi jika ibu baru

mendapatkan anak pertama biasanya ibu kurang mengetahui

bagaimana cara menyusi dan merawat payudaranya dan jika

memutuskan tidak menysui maka dianjurkan untuk pemasangan

pembalut payudara yang mengecangkan payudara tanpa banyak

menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri (Rheldayani,

2014)

4) Keamanan

Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh, jalur

parental bila digunakan, paten dan insisi bebas eritema, bengkak dan

nyeri tekan (Arya, 2015)

5) Seksualitas

Fundus kontraksi kuat dan terletak diumbilikus. Aliran lokhea

sedang (Arifin, 2014). Setelah plasenta lahir hingga 12 jam pertama

tinggi fundus uteri 1 - 2jari dibawah pusat (Nurbaeti, 2015)


36

6) Pola hubungan dan peran

Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan

keluarga dan orang lain.

2.3.2 Pemeriksaan fisik Post sectio caesarea dengan indikasi post date

2.3.2.1 Sistem Pernafasan (B1)

1) Inspeksi : Respirasi rate normal (16 sampai 24x/m), tidak ada retraksi

otot bantu nafas, tidak terjadi sesak nafas, pola nafas teratur, tidak

menggunakan alat bantu nafas, pergerakan dinding dada sama, bentuk

dada normal chest, susunan ruas tulang belakang sama

2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada aera dada, tidak ada benjolan dan

lesi, vocal fremitus antara kanan dan kiri sama

3) Perkusi : Suara perkusi sonor

4) Auskultasi : Suara nafas normal, tidak ada suara tambahan seperti

wheezing atau ronchi (Rheldayani, 2014)

2.3.2.2 Sistem Kardiovaskuler (B2)

1) Inspeksi : Terjadi anemis dan tidak terjadi perdarahan vagina.

Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira

kira 600 - 800ml, tidak terjadi sianosis, tidak ada cubbing finger

2) Palpasi : CRT <3 detik, akral hangat, takikardi, tidak ada JVP
37

3) Auskultasi : Bunyi S1 dan S2 tunggal, suara jantung regular, tidak ada

bunyi jantung abnormal seperti murmur dan gallop (Rheldayani,

2014)

2.3.2.3 Sistem Persyarafan (B3)

1) Inspeksi : Kesadaran Composmentis (GCS 4-5-6), istirahat tidur

terganggu karena ibu merasakan nyeri pada luka operasinya, tidak ada

nyeri kepala, tidak ada kaku kuduk, tidak terjadi kejang, tidak ada

brudsky

2.3.2.4 Sistem Perkemihan (B4)

1) Inspeksi : terdapat lokhea lubra, warna merah segar, terpasang kateter

sering terjadi adanya perasaan sering atau susah kencing sealama

masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema yang

menimbulkan infeksi dari uretra

2) Palpasi : ada nyeri tekan pada kandung kemih

2.3.2.5 Sistem Pencernaan (B5)

1) Inspeksi : Mulut bersih, mukosa lembab, nafsu makan meningkat

karena dari keinginan untuk menyusui bayinya, sering terjadi

konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB

2) Palpasi : Tidak terdapat nyeri epigastrium, tidak teraba pembesaran

hepar
38

3) Perkusi : Biasanya timpani yang dominan karena adanya gas pada

saluran pencernaan

4) Auskultasi : Bising usus normalnya 5 - 35x / menit

2.3.2.6 Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)

1) Inspeksi : Dhiaporesis, terdapat oedema, adanya varises atau tidak,

terjadi kelemahan akibat efek tindakan anastesi, terbatas pada aktifitas

berat, cepat lelah, terdapat adanya pembesaran payudara, adanya

hiperpigmentasi areola mamae, dan papilla mamae, terdapat stiae atau

linea, terdapat luka post operasi sectio caesarea, tertutup kasa, luka

kurang lebih 10cm, bersih tidak ada pus

2) Palpasi : Turgor kulit elasti, oedema pada ekstremitas bawah atau kaki,

terdapat nyeri tekan pada daerah luka post op sectio caesarea(Faiz,

2013)

2.3.2.7 Sistem Pengindraan (B7)

1) Inspeksi :

((1) Mata : Pupil isokor kanan atau kiri, reflek cahaya normal kanan atau

kiri, konjungtiva normal kanan atau kiri, terdapat anemis, sclera

putih kanan atau kiri, palpebra normal kanan atau kiri, pergerakan

bola mata normal kanan atau kiri

((2) Hidung : Mukosa lembab, tidak ada secret


39

((3) Telinga : Bentuk simetris kanan atau kiri, ketajaman pendengaran

baik kanan atau kiri

3HUDVD%LVDPHUDVDNDQSDKLWDVDPDVLQGDQPDQLV

((5) Peraba : Normal dan dapat berfungsi dengan baik (Aspiani, 2017)

2.3.2.8 Sistem Endokrin (B8)

1) Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan pembesaran

kelenajar getah bening, klien tidak memiliki riwayat penyakit

keturunan.

2) Palpasi : Tidak ada benjolan pada leher, pembesaran vena jugularis

dan adanya pembesaran kelenjar tyroid

2.3.3 Analisa Data

Langkah awal dari perumusan keperawatan adalah pengolahan data dan

analisa data dengan menghubungkan data satu dengan data lainnya sehingga

tergambar fakta (Nurbaeti, 2009)

2.3.4 Diagnosa Keperawatan

2.3.4.1 Nyeri akut berhubungan dengan luka pembedahan

2.3.4.2 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut

2.3.4.3 Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak akibat

pembedahan sectio cesarea


40

2.3.4.4 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi

tentang perawatan payudara, perawatan luka

2.3.4.5 Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidak nyamanan

(NANDA Diagnosa Keperawatan, 2015)

2.3.5 Intervensi Keperawatan

2.3.5.1 Nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam

diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil :

Kriteria hasil :

1) Pasien mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda

nyeri)

2) Pasien mengatakan rasa nyaman dan melaporkaswq9an bahwa nyeri

telah berkurang

3) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri dan menggunakan

teknik non farmakologi dalam mengurangi nyeri)

4) Tanda tanda vital dalam batas normal

(1) Tekanan darah : 110 - 125/60-80 mmHg

(2) Nadi : 60 - 80x/menit

(3) RR : 16 - 24x/menit

(4) Suhu : 36,5c - 37,5oc


41

Perencanaan :

((1) Bina hubungan saling percaya

Rasional : Agar terciptakan hubungan yang baik antar perawat dan

klien

((2) Lakukan observasi nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi

Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana nyeri yang dirasakan pasien

telah berkurang atau tidak

((3) Observasi tanda tanda vital

Rasional : Untuk mengetahui kondisi peningkatan pasien

((4) Ajarkan tentang teknik non farmakologi seperti teknik relaksasi dan

distraksi

Rasional : Agar pasien dapat mengontrol nyeri secara mandiri jika

kambuh

((5) Berikan posisi yang nyaman dan tingkatkan istirahat

Rasional : Posisi yang nyaman mempengaruhi keadaan pasien dalam

teknik management nyeri

((7) Kolaborasikan pemberian analgesik dengan dokter

Rasional : Pemberian analgesik dapat mengurangi rasa nyeri yang

ada
42

2.3.5.2 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan

klien mampu beraktivitas kembali dengan kriteria hasil :

1) Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas

2) Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan

kemapuan berpindah

3) Kemampuan klien meningkat daam aktivitas fisik

4) Bantu untuk mobilisasi

Perencanaan :

(1) Bina hubungan saling percaya

Rasional : Agar terciptanya suatu hubungan saling percaya antar

perawat dan klien

(2) Observasi kemampuan pasien dalam mobilisasi

Rasional : Agar mengetahui kemampuan klien dalam melakukan

mobilisasi

(3) Jelaskan tentang latihan ROM

Rasional : Untuk menambah pengetauan klien sebelum dilakukan

mobilisasi

(4) Ajarkan kepada klien tentang latihan ROM


43

Rasional : Agar memudahkan klien dalam melatih kekuatan fisik

dalam melakukan gerakan secara bertahap

(5) Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi

kebutuhan ADL (Activity Daily Living)

Rasional : Untuk memantau klien dalam mika miki dan dapat

membantu kebutuhan ADL (Activity Daily Living)

2.3.5.3 Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak akibat

pembedahan sectio cesarean,

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan

tidak terjadi infeksi dengan Kriteria hasil :

1) Klien paham tentang perawatan luka untuk mencegah infeksi yang

diberikan oleh perawat

2) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

3) Klien mampu melakukan perawatan luka dengan baik

4) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

Perencanaan :

(1) Bina hubungan saling percaya

Rasional : Agar terciptanya hubungan saling percaya antar perawat

dan pasien

(2) Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat,

pembalut perineal dan linen terkontaminasi dengan tepat.


44

Rasional : membantu mencegah atau membatasi penyebaran infeksi.

(3) Lakukan perawatan luka post operasi sectio caesarea

Rasional : balutan steril menutupi luka pada 24 jam pertama

kelahiran sesarea membantu melindungi luka dari cedera atau

kontaminasi. Rembesan dapat menandakan hematoma.

(4) Dorong masukkan cairan oral dan diet tinggi protein

Rasional : mencegah dehidrasi dan mempercepat penyembuhan luka

(5) Bantu sesuai kebutuhan pada pengangkatan jahitan kulit, atau klips.

Rasional : insisi biasanya sudah cukup membaik untuk dilakukan

pengangkatan jahitan pada hari ke 4 / 5.

(6) Kolaborasikan untuk pemberian antibiotic

Rasional : Pemberian antibiotic dapat mencegah atau

memperlambat proses terjadinya infeksi

2.3.5.4 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi

tentang perawatan payudara, perawatan luka

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan ibu

dapat mengetahui cara merawat payudara yang benar dengan kriteria

hasil :

1) Mengetahui pentingnya perawatan payudara

2) Mengungkapkan pemahaman tentang pentingnya perawatan payudara


45

3) Mampu mendemonstrasikan teknik perawatan payudara

4) ASI dapat keluar dengan lancar

Perencanaan :

1) Bina hubungan saling percaya

Rasional : Agar terciptanya hubungan saling percaya antar perawat

dan anggota

2) Observasi pemahaman ibu tentang cara perawatan payudara

Rasional : Mengidentifikasi tingakat pengetahuan klien

3) Jelaskan pentingnya perawatan payudara

Rasional : Agar klien paham manfaat dari perawatan payudara

4) Ajarkan teknik perawatan payudara dengan benar

Rasional : Membantu ibu untuk merangsang keluarnya ASI

5) Anjurkan ibu untuk mengulangi teknik teknik dalam perawatan

payudara

Rasional : Agar ibu dapat terbiasa melakukan perawatan payudara dan

ASI dapat keluar dengan lancar

2.3.5.5 Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidak nyamanan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan

kebutuhan istrirahat tidur dapat terpenuhi dengan criteria hasil :


46

1) Mampu mengidentifikasi hal hal yang meningkatkan tidur

2) Klien melaporkan peningkatan rasa rilex saat istirahat

3) Mampu melakukan hal hal yang dapat membuat tidur lebih nyaman

4) Jumlah jam tidur dan pola tidur pasien dalam batas normal

Perencanaan :

1) Observasi tingkat kebutuhan untuk istirahat

Rasional : Rasa nyeri pada luka post operasi dapat mengakibatkan

kebutuhan akan istirahat tidur yang kurang

2) Observasi factor factor bila ada yang memperngaruhi istirahat, berikan

lingkungan yang tenang

Rasional : Membantu meningkatkan istirahat, tidur dan relaksasi

3) Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur atau istirahat setelah

kembali kerumah

Rasional : Untuk menambaa pengetahuan klien (NANDA, 2015)

2.3.6 Implementasi Keperawatan

2.3.6.1 Pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan luka pembedahan selama 2

x 24 jam dilakukan tindakan keperawatan berupa melakukan pengkajian

nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi pada nyeri, mengobservasi tanda tanda vital dengan melakukan

ttv secara langsung, mengkaji tipe dan sumber nyeri yang mempengaruhi
47

klien, mengajarkan teknik non farmakologi seperti teknik relaksasi

berupa nafas dalam dan teknik disktraksi berupa pengalihan rasa nyeri

dengan membaca atau menonton tv, memberikan posisi yang nyaman

berupa posisi semifowler dan meningkatkan istirahat dengan istirahat

yang teratur, mengkolaborasi pemberian analgesic dengan dokter

2.3.6.2 Pada diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut

selama 2 x 24 jam dilakukan tindakan keperawatan berupa melakukan

bina hubungan saling percaya berupa perawat memperkenalkan diri ke

klien dan perawat memberitau tindakan apa yang akan di lakukan,

mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi yaitu dengan

menggerakkan ekstremitas dan bawah apakah ada hambatan atau tidak,

menjelaskan tentang latihan ROM yaitu berupa perawat menjelaskan

latihan apa yang akan dilakukan, mengajarkan kepada klien tentang

latihan ROM berupa memberikan latihan agar pergerakan klien dapat

pulih secara bertahap, mendampingi dan membantu pasien saat

mobilisasi dan memantu memenuhi kebutuhan ADL

2.3.6.3 Pada diagnosa risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit

rusak akibat pembedahan sectio cesarea selama 2 x 24 jam dilakukan

tindakan keperawatan berupa melakukan BHSP berupa perawat

memperkenalkan diri ke klien dan perawat memberitau tindakan apa

yang akan di lakukan, menganjurkan teknik mencuci tangan dengan

tepat, menggunakan pembalut perineal dan linen dengan tepat agar tidak

ada kuman yang menyebabkan infeksi pada jahitan luka, melakukan

perawatan luka post operasi sectio caesarea agar luka cepat kering dan
48

kondisi luka bagus serta tidak ada pus, mendorong masukan cairan oral

dan diet tinggi protein klien, membantu sesuai kebutuhan pada

pengangkatan jahitan di kulit atau klips pasien, mengkolaborasikan untuk

pemberian antibiotik dengan dokter

2.3.6.4 Pada diagnosa defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

sumber informasi tentang perawatan payudara selama 2 x 24 jam

dilakukan tindakan keperawatan berupa melakukan bina hubungan saling

percaya berupa perawat memperkenalkan diri ke klien dan perawat

memberitau tindakan apa yang akan di lakukan, mengkaji pemahaman

tentang perawatan payudara pada klien, menjelaskan pentingnya

perawatan payudara untuk pasien, mengajarkan teknik perawatan

payudara dengan benar, menganjurkan ibu untuk mengulangi teknik

teknik dalam perawatan payudara

2.3.6.5 Pada diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau

ketidak nyamanan selama 2 x 24 jam dilakukan tindakan keperawatan

berupa melakukan bina hubungan saling percaya berupa perawat

memperkenalkan diri ke klien dan perawat memberitau tindakan apa

yang akan di lakukan, mengkaji tingkat kebutuhan klien untuk

beristirahat secara teratur, mengkaji factor factor bila ada yang

mempengaruhi istirahat dan berikan lingkungan yang aman agar pasien

dapat beristirahat secara tenang, memberikan informasi tentang

kebutuhan untuk tidur atau istirahat setelah kembali dirumah


49

2.3.7 Evaluasi

2.3.7.1 Nyeri akut berhubungan dengan luka pembedahan

Evaluasi :

1) Nyeri dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan

keperawatan

2) Menurunnya intensitas nyeri

3) Adanya respon fisiologis yang baik

4) Pasien mampu melakukan aktifitas sehari hari tanpa keluhan nyeri

5) Tanda Tanda vital dalam batas normal

2.3.7.2 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut

Evaluasi :

1) Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal

2) Pasien dapat menggerakkan semua anggota badan nya dengan baik

3) Pasien mampu beraktifitas tanpa dibantu dengan alat

4) Pasien mengikuti latihan fisioterapi dengan ketat

5) Pasien dapat melakukan ADL (activity of dialing living)

2.3.7.3 Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak akibat

pembedahan sectio cesarean


50

Evaluasi :

1) Tidak tampak adanya kemerahan pada luka jahitan post operasi

2) Balutan masih tampak rapat dan tidak basah

3) Tidak adanya puss pada luka jahitan

4) Luka jahitan post operasi tampak kering dan bersih

5) Tidak adanya rasa gatal pada daerah sekitar luka jahitan post operasi

2.3.7.4 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi

tentang perawatan payudara

Evaluasi ;

1) Pasien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh perawat

2) Pasien tahu dan paham penting nya perawatan payudara

3) Pasien dapat mempraktekkan kembali yang telah diajarkan oleh perawat

4) Pasien paham akan teknik melakukan perawatan payudara dengan benar

5) Pasien dapat mempraktekkan kembali dirumah

2.3.7.5 Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidak nyamanan

Evaluasi :

1) Pasien melaporkan keberhasilan tidur dan tetap tidur

2) Pasien melaporkan perasaan nyaman saat tidur


51

3) Pasien merasa nyaman dan segar ketika bangun tidur

4) Pasien merasa pola tidur nya kembali normal lagi


52

2.3.8 Kerangka Masalah

Infusiensi plasenta Sirkulasi uteroplasenta menurun Cemas pada janin

Tidak timbul HIS

Faktor predisposisi Tidak ada perubahan Kadarkortisol menurun


1. Ketidakseimbangan Serviks merupakan metabolism
Sepalo Pelvic karbohidrat,protein,lak
Kelahiran
2. Kehamilan kembar terlambat

3. Distress janin Post Date

4. Presentsi janin
SC
5. Preeklamsi / eklamsi

Persalinan tidak normal

Kurang Pengetahuan Nifas Estrogen meningkat

(Post pembedahan) Penurunan laktasi

1. Nyeri Akut
Pembendungan laktasi
2. Imobilisasi

3. Resti Infeksi Kurang Pengetahuan


4. Gangguan
pola tidur

Gambar 2.1 Pohon masalah pada pasien dengan post sectio caesarea indikasi post
date.
53

BAB 3

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini akan di sajikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang

dimulai dari tahap pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pada tanggal 20 Desember 2018 diruang Nifas.

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

3.1 Pengkajian

Tanggal Masuk : 20 - 12 - 2018 Jam Masuk : 05.00

Ruang / Kelas : Nifas Kamar No. : Mawar Merah 3

Pengkajian tanggal : 21 - 12 - 2018 Jam : 07.30

3.1.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. E

Umur : 19 tahun

Suku / bangsa : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jimbaran Puspo

Status perkawinan : Kawin

53
54

3.1.2 Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. S

Umur : 25 tahun

Suku / bangsa : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tukang Bangunan

Alamat : Jimbaran Puspo

Status perkawinan : Kawin

3.1.3 Riwayat Keperawatan

3.1.3.1 Keluhan Utama : Ibu mengatakan nyeri pada luka post operasi

3.1.3.2 Riwayat Masuk Rumah Sakit

Pada tanggal 20 Desember 2018, pasien periksa ke Poli Obgyn RSUD

Bangil bersama suaminya dan dilakukan pemeriksaan USG oleh dokter, kemudian

dokter menyarankan pasien untuk MRS agar dilakukan operasi sectio caesarea

dikarenakan kehamilan telah masuk ke 45 - 46 minggu dan belum terjadi

kontraksi. Pada pukul 05.00 pasien keluar dari ruang operasi dan dipindahkan

keruang Nifas. Pada saat pengkajian tanggal 21 Desember 2018 pukul 07.30,

pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi, nyeri yang dirasakan terasa panas
55

pada daerah bawah perut, skala nyeri 6, nyeri yang dirasakan hilang timbul kurang

lebih selama 5menit saat ibu sedang mobilisasi

3.1.4 Riwayat Obsetri

3.1.4.1 Riwayat Menstruasi

1) Menarche : Umur 12tahun

2) Banyaknya : 2x ganti pembalut

3) HPHT : 03-02-2018

4) Siklus : 28hari

5) Lamanya : 7hari

6) Keluhan : Disminorea

3.1.4.2 Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu :

Tabel 3.1 Riwayat kehamilan persalinan nifas yang lalu pada klien dengan
diagnosa medis post sectio caesarea dengan indikasi post date

Anak Ke Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Anak

No Usia Umur Peny Jenis Penolo Penyulit Laser Infeksi Pendara Jeni BB PJ
kehami akit ng asi han s
lan
1 - 45 - 46 - Operas Dokter Lebih - Tidak Tidak Lak 2600 48
minggu i bulan + ada ada i gram cm
section tidak laki
caesar ada
ea kontrak
si
56

3.1.4.3 Genogram

Gambar 3.1 Genogram klien dengan diagnosa medis post sectio caesarea dengan
indikasi post date
Keterangan :

: Laki laki x : Meninggal

: Perempuan : Tinggal satu rumah

: Pasien

3.1.4.4 Persalinan Sekarang

1) Kala persalinan

(1) Kala I : Tidak terkaji

(2) Kala II : Tidak terkaji

(3) Kala III : Tidak terkaji

(4) Kala IV : Terkaji

2) Jenis Lochea : Lochea ruba


57

Jumlah : ± 100cc

3) TFU : 2 jari dibawah pusat

4) Kontraksi uterus : Baik

5) Pendarahan : Tidak

Jumlah : ± 250cc

6) Perineum : (-) rupture spontan (-) episiotomy

Lain ± lain : Dalam sehari pasien mengganti pembalut 3x

7) Keadaan Bayi

((1) BB : 2600 gram

((2) TB : 48 cm

((3) Pusat : Normal

((4) Perawatan tali pusat : Menggunakan kassa steril

((5) Anus : Berlubang

((6) Suhu : 37,0oc

((7) Lingkar Kepala : 36 cm

((1)) Lingkaran Sub Occipito Bregnatica : Tidak terkaji

((2)) Lingkaran Fronto Occipitalis : Tidak terkaji

((3)) Lingkaran Mentro Occipitalis : Tidak terkaji


58

((8) Kelainan Kepala : Tidak ada kelainan kepala

Lain- lain : Tidak ada

((9) Rencana Perawatan Bayi : Dilakukan sendiri dan di bantu dengan

orang tua

((10) Kesanggupan dan pengetahuan

((1)) Merawat bayi : Ibu tahu bagaimana cara merawat bayi nya

((2)) Breast care : Ibu tidak tahu bagaimana cara merawat payudara

((3)) Perineal care : Ibu tahu bagaimana cara merawat vagina nya

((4)) Nutrisi : Ibu tahu nutrisi yang baik untuk bayi dan dirinya

((5)) Senam nifas : Ibu mengatakan tidak melakukan senam nifas

((6)) KB : Ibu mengatakan ingin menggunakan KB suntik

((7)) Menyusui : Ibu mengatakan ingin menyusui anak nya dengan

ASI

Masalah Keperawatan: Defisit pengetahuan

3.1.5 Riwayat Keluarga Berencana

Klien mengatakan tidak menggunakan KB jenis apapun karena ini merupakan

kehamilan pertamanya
59

3.1.6 Riwayat Kesehatan

3.1.6.1 Penyakit yang pernah dialami ibu : Saat hamil ibu tidak pernah sakit,

hanya mual muntah

3.1.6.2 Pengobatan yang didapat : Tidak ada pengobatan, hanya mengindari bau

yang menyengat

3.1.6.3 Riwayat penyakit keluarga :

Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit herediter pada

keluarga seperti DM, jantung, hipertensi dan penyakit lainnya

3.1.7 Riwayat Lingkungan

3.1.7.1 Kebersihan : Lingkungan bersih

3.1.7.2 Bahaya : Tidak ada bahaya yang mempengaruhi kehamilan

3.1.7.3 Lainnya :-

3.1.8 Aspek Sosial

3.1.8.1 Persepsi setelah melahirkan : Ibu mengatakan senang karena ini anak

pertama nya dan anaknya sehat

3.1.8.2 Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-

hari : Iya, karena ibu akan semakin repot dan sibuk karena mengurus bayinya

3.1.8.3 Harapan yang ibu inginkan setelah bersalin : Ibu mengatakan ingin cepat

pulih dan sembuh dan bisa segera merawat bayinya

3.1.8.4 Ibu tinggal dengan siapa : Dengan suami dan orang tua
60

3.1.8.5 Siapa anak yang terpenting bagi ibu : Anak nya yang sekarang

3.1.8.6 Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini : Keluarga sangat

mendukung dan senang ada anggota baru di keluarga

3.1.8.7 Keadaan mental menjadi ibu : Ibu mengatakan sudah siap menjadi ibu

3.1.9 Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesahatan

3.1.9.1 Merokok : Klien tidak merokok

3.1.9.2 Minuman Keras : Klien tidak mengkonsumsi minuman keras

3.1.9.3 Keterangan Obat : Klien tidak ada keterangan pemakaian obat

3.1.10 Pemeriksaan Fisik

3.1.10.1 Keadaan umum : Pada saat pengkajian didapatkan data bahwa

keadaan umum klien baik, tekanan darah 110/70 mmHg, respiraty rate 20x/menit,

berat badan 55kg, kesadaran composmentis, nadi 80x/menit, suhu 36,5oc, tinggi

badan 155cm.

3.1.10.2 Sistem Pernafasan (B1)

1) Inspeksi : Bentuk dada normal chest, susunan ruas tulang belakang

normal, pola nafas teratur, jenis nafas regular, tidak ada retraksi otot

bantu nafas, tidak terjadi sesak nafas, pola nafas teratur, respirty rate

20 x/m, tidak menggunakan alat bantu nafas, pergerakan dinding dada

sama

2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada aera dada, tidak ada benjolan dan

lesi, vocal fremitus antara kanan dan kiri sama


61

3) Perkusi : Suara perkusi sonor

4) Auskultasi : Suara nafas normal, tidak ada suara tambahan seperti

wheezing atau ronchi

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawata

3.1.10.3 Sistem Kardiovaskuler (B2)

1) Inspeksi : Tidak erjadi anemis pada konjungtiva dan tidak terjadi

perdarahan vagina, tidak ada sianosis, tidak ada cubbing finger

2) Palpasi : CRT <3 detik, akral hangat, pulsasi kuat, tidak ada JVP,

tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/m

3) Auskultasi : Bunyi S1 dan S2 tunggal, suara jantung regular, tidak ada

bunyi jantung abnormal seperti murmur dan gallop

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.1.10.4 Sistem Persyarafan (B3)

1) Inspeksi : Kesadaran Composmentis (GCS 4-5-6), orientasi baik, tidak

ada kaku kuduk, tidak ada kejang, tidak ada brudsky, tidak ada nyeri

kepala

Masalah keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan

3.1.10.5 Sistem Perkemihan (B4)

1) Inspeksi : Bentuk alat kelamin normal, libido kemauan dan kempuan

normal,kebersihan pada vagina terjaga, terdapat lokhea ruba, warna


62

merah segar jumlah ±100cc, terpasang kateter, jumlah 300cc/7 jam di

urine bag, berwarna kuning

2) Palpasi : ada nyeri tekan pada kandung kemih

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.1.10.6 Sistem Pencernaan (B5)

1) Inspeksi : Mulut bersih, mukosa lembab, nafsu makan meningkat,

bentuk bibir normal, gigi bersih, tidak ada masalah menelan, pasien

belum BAB selama di RS

2) Palpasi : tidak terdapat nyeri epigastrium, tidak teraba pembesaran

hepar

3) Perkusi : Suara timpani

4) Auskultasi : Bising usus normalnya 12 x / menit

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.1.10.7 Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)

1) Inspeksi : Terjadi kelemahan otot akibat efek tindakan anastesi dan

nyeri, terbatas pada aktifitas berat, terdapat adanya pembesaran

payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae, dan papilla mamae,

terdapat stiae atau linea, terdapat luka post operasi sectio caesarea,

tertutup kasa, luka kurang lebih 10cm, bersih tidak ada pus, kulit

bersih, tidak ada fraktur, tidak oedema pada ekstremitas bawah,

putting susu menonjol keluar, colostrums belum keluar, kekuatan otot

55,44
63

2) Palpasi : Turgor kulit elastis, oedema pada ekstremitas bawah atau

kaki, terdapat nyeri tekan pada daerah luka post operasi sectio

caesarea, payudara teraba keras karena adanya bendungan ASI, TFU

2 jari dibawah pusat, teraba lunak/

Masalah keperawatan : Nyeri akut dan Hambatan mobilitas fisik

3.1.10.8 Sistem Pengindraan (B7)

1) Inspeksi :

((1) Mata : Pupil isokor kanan atau kiri, reflek cahaya normal kanan atau

kiri, konjungtiva normal kanan atau kiri, tidak terdapat anemis,

sclera putih kanan atau kiri, palpebra normal kanan atau kiri,

pergerakan bola mata normal kanan atau kiri

((2) Hidung : Mukosa lembab, tidak ada secret

((3) Telinga : Bentuk simetris kanan atau kiri, ketajaman pendengaran

baik kanan atau kiri

((4) Perasa : Bisa merasakan pahit, asam, asin dan manis

((5) Peraba : Normal dan dapat berfungsi dengan baik

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.1.10.9 Sistem Endokrin (B8)

1) Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan pembesaran

kelenjar getah bening, klien tidak memiliki riwayat penyakit

keturunan.
64

2) Palpasi : Tidak ada benjolan pada leher, tidak ada pembesaran vena

jugularis dan tidak adanya pembesaran kelenjar tyroid

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


65

3.2 Pemeriksaan Laboratorium

Tabel 3.2 Hasil laboratorium tanggal 22 Desember 2018

NILAI
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Leukosit
H 12,59 3,70 - 10,1
(WBC)
Neutrofil 16,8
Limfosit 1,8
Monosit 0,9
Eosinofil 0,1
Basofil 0,1
Neutrofil % H 75,7 % 39,3 73,7
Limfosit % 18,0 % 18,0 - 48,3
Monosit % 4,7 % 4,40 - 12,7
Eosinofil % L 0,3 % 0,600 - 7,30
Basofil % 0,3 % 0,00 - 7,30
3
Eritrosit (RBC) 10,90 10 /mL 4,2 - 11,0
Hemoglobin
12,10 g/dL 12,0 - 16,0
(HGB)
Hematokrit
L 36,26 % 38 - 47
(HCT)
MCV 83,77 mm3 81,1 - 96,0
MCH 28,10 pg 27,0 - 31,2
MCHC 33,54 g/dL 31,8 - 35,4
RDW 13,66 % 11,5 - 14,5
3
PLT 180 10 /mL 155 - 366
MPV 10,98 fL 6,90 - 10,6
66

3.2.1 Terapi
1) Infus RL 14tpm/1000cc berfungsi sebagai sumber elektrolit dan air untuk

hidrasi

2) Injeksi Cefuroxime 2 x 250mg berfungsi sebagai antibiotic

3) Injeksi Ketorolac 3 x 10mg berfungsi sebagai mengatasi nyeri sedang

hingga nyeri berat untuk sementara

4) Injeksi Metoclopramid 3 x 10mg berfungsi sebagai meredamkan mual dan

muntah yang disebabkan oleh efek samping dari prosedur bedah.


67

3.3 Analisa Data

Tanggal : 21 - 12 - 2018

Nama Pasien : Ny. E

Umur : 19tahun

No. RM : 318xxx

Tabel 3.3 Analisa data keperawatan pada klien dengan diagnosa medis post sectio
caesarea dengan indikasi post date

No. DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. Ds : Ibu mengatakan Sectio Caesarea Nyeri akut
terdapat nyeri pada
luka post operasi
Luka pembedahan
sectio caesarea
P : Luka post operasi
sectio caesarea
Terputusnya kontinuitas
Q : Nyeri terasa panas
jaringan
R : Luka post operasi
sectio caesarea
terletak di abdomen
Nyeri akut
bagian bawah
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri akan timbul
saat ibu mobilisasi
Do :
1. Tanda tanda vital :
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- RR : 21x/menit
- Suhu : 36,7oc
2. Ibu tampak
menyeringai saat mika
68

miki
3. Adanya luka bekas
oprasi 10cm
4. Luka tertutup kassa
kering
5. Ibu terlihat
memegangi perutnya
saat mika miki
6. Terdapat nyeri
tekan pada luka bekas
oprasi

2. Ds : Ibu mengatakan Sectio caesarea Hambatan mobilitas


susah untuk fisik
beraktivitas karena Tindakan anasthesi
terbatas mobilisasi
Do : Efek anasthesi hilang
1. Aktivitas pasien
terbatas Nyeri pada luka post op
2. Aktivitas klien
hanya di tempat tidur Hambatan mobilitas fisik
3. ADL dibantu
keluarga
4. Ekstremitas bawah
terbatas
5 5
4 4
69

3. Ds : Klien Fisiologis Defisit Pengetahuan


mengatakan belum tau
cara merawat Laktasi
payudara
Do : Prolaktin meningkat
- Pasien terlihat
bingung Ejeksi ASI
-Terdapat kerak pada
putting susu Kurang pengetahuan
- Palpasi pada
payudara teraba keras ASI tidak keluar
- Putting susu
menonjol Pembendungan ASI
-ASI belum keluar
Defisit Pengetahuan
70

3.4 Daftar Masalah Keperawatan

1. Nyeri Akut
2. Hambatan Mobilitas Fisik
3. Defisit Pengetahuan

Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas :


1. Nyeri Akut b/d luka pembedahan

2. Hambatan Mobilitas Fisik b/d nyeri akut

3. Defisit Pengetahuan b/d kurangnya sumber informasi tentang perawatan


payudara
71

3.5 Rencana Tindakan Keperawatan

Tanggal : 21 - 12 - 2018

Nama Pasien : Ny. E

Dx Medis : Post Sectio Caesarea dengan indikasi Post Date

No. RM : 318xxx

Tabel 3.4 Rencana tindakan pada klien dengan diagnosa medis post sectio
caesarea dengan indikasi post date pada diagnose keperawatan nyeri
akut

TUJUAN /
No. INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
1. Setelah diberikan 1. Bina Hubungan Saling Agar tercipta
asuhan keperawatan Percaya hubungan saling
selama 2x24 jam percaya antara
diharapkan nyeri perawat dan pasien
dapat berkurang
dengan Kriteria hasil 2. Lakukan observasi Mengetahui sejauh
: nyeri secara mana nyeri yang
1. Pasien mampu komprehensif (lokasi, dirasakan pasien
mengenali nyeri karakteristik, durasi, berkurang atau tidak
(skala, intensitas, frekuensi, kualitas)
frekuensi, dan tanda
nyeri) 3. Observasi TTV Mengetahui kondisi
2. Pasien mengatakan umum peningkatan
rasa nyaman dan pasien
melaporkan bahwa
nyeri telah berkurang 4. Ajarkan teknik non Agar pasien dapat
3. Mampu mengontrol farmakologi seperti mengontrol nyeri
nyeri distraksi dan relaksasi
4. Tanda tanda vital
dalam batas rentang 5. Kolabari pemberian Pemberian analgesik
normal anallgesik dengan tim dapat mengurangi
72

- TD : 110-125 / 60-80 medis rasa nyeri yang ada


mmHg
- Nadi : 60 -
80x/menit
- RR : 16 - 24x/menit
- Suhu : 36,5 - 37,5oc
73

Tanggal : 21 - 12 - 2018

Nama Pasien : Ny. E

Dx Medis : Post Sectio Caesarea dengan indikasi Post Date

No. RM : 318xxx

Tabel 3.5 Rencana tindakan pada klien dengan diagnosa medis post sectio
caesarea dengan indikasi post date pada diagnose keperawatan
hambatan mobilitas fisik

TUJUAN /
No. INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
2. Setelah diberikan 1. Observasi kemampuan Mengetahui
asuhan keperawatan pasien dalam mobilisasi kemampuan klien
selama 2x24 jam dalam mobilisasi
diharapkan klien
mampu beraktivitas 2. Jelaskan tentang Menambah
kembali dengan latihan ROM kemampuan klien
Kriteria Hasil : sebelum dilakukan
1. Mengerti tujuan mobilisasi
dari peningkatan
mobilitas fisik 3. Ajarkan kepada klien Memudahkan klien
2. Memverbalisasikan tentang latihan ROM dalam melatih
perasaan dalam kekuatan fisik dalam
meningkatkan melakukan gerakan
kekuatan dan secara bertahap
kemampuan berpindah
3. Kemampuan klien 4. Dampingi dan bantu Membantu klien
meningkat dalam pasien saat mobilisasi dalam mika miki dan
aktivitas fisik dan bantu penuhi dapat membantu
4. Bantu untuk kebutuhan ADL kebutuhan ADL
mobilisasi
74

Tanggal : 21 - 12 - 2018

Nama Pasien : Ny. E

Dx Medis : Post Sectio Caesarea dengan indikasi Post Date

No. RM : 318xxx

Tabel 3.6 Rencana tindakan pada klien dengan diagnosa medis post sectio
caesarea dengan indikasi post date pada diagnose keperawatan defisit
pengetahuan

TUJUAN /
No. INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
3. Setelah dilakukan 1. Observasi pemahaman Mengidentifikasi
asuhan keperawatan ibu tentang cara tingkat pengetahuan
selama 1x24 jam perawatan payudara klien
diharapkan ibu dapat
mengetahui cara 2. Jelaskan pentingnya Agar klien paham
merawat payudara perawatan payudara manfaat dari
yang benar dengan perawatan payudara
Kriteria Hasil :
1. Mengetahui 3. Ajarkan teknik Membantu ibu untuk
pentingnya perawatan perawatan payudara merangsang
payudara dengan benar keluarnya ASI
2. Menjelaskan
pemahaman tentang 4. Anjurkan ibu untuk Agar ibu dapat
pentingnya perawatan mengulangi teknik dalam terbiasa melakukan
payudara perawatan payudara perawatan payudara
3. Mampu dan ASI dapat keluar
mendemonstrasikan dengan lancar
teknik perawatan
payudara
4. ASI dapat keluar
dengan lancar
75

3.6 Implementasi Keperawatan

Nama Pasien : Ny. E

No. Rm : 381xxx

Umur : 19tahun

Tabel 3.7 Implementasi keperawatan pada klien dengan diagnosa medis post
sectio caesarea dengan indikasi post date pada tanggal 21-12-2018

No. Dx TANGGAL JAM IMPLEMENTASI NAMA / TTD


1. 21/12/2018 08.00 1. Membina hubungan saling percaya
dengan cara perawat mengenalkan
nama ke pasien dan menjelaskan
maksut kedatangan
08.05 2. Menjelaskan penyebab nyeri
08.15 3. Mengobservasi tanda tanda vital
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Suhu : 36,7oc
- RR : 21 x/menit
08.25 4. Mengobservasi karakteristik nyeri
- Nyeri terasa panas, skala nyeri 6
08.30 5. - Mengajarkan teknik relaksasi
dengan cara mengambil nafas sedalam
mungkin kemudian di keluarkan
perlahan dari mulut dan ulangi hingga
3kali
- Mengajarkan teknik distraksi yaitu
dengan cara mengalihkan perhatian
kesuatu objek agar nyeri tidak
seberapa terasa
76

08.35 6. Memberikan posisi ibu senyaman


mungkin
10.00 7. Mengkolaborasikan pemberian
analgesik
- Injeksi IV Ketorolac 10mg
10.02 8. Memberikan terapi melalui IV
- Injeksi Cefuroxime 250mg
- Injeksi Metoclopramid 10mg

2. 21/12/2018 10.05 1. Menjelaskan kepada pasien tentang


pentingnya mobilisasi
- respon ibu baik dan mendengarkan
10.15 2. Mengobservasi kemampuan pasien
dalam mobilisasi
- ibu masih susah untuk mika miki
10.18 3. Mengajarkan kepada klien mobilisasi
dini
10.25 4. Membantu pasien dalam mobilisasi
(mika miki)
10.35 5. Memberikan dukungan dan bantuan
keluarga atau orang terdekat pada latuhan
gerak pasien

3. 21/12/2018 10.45 1. Mengobservasi pengetahuan pasien


tentang perawatan payudara
- ibu belum mengetahui perawatan
payudara
10.50 2. Menjelaskan pentingnya perawatan
payudara dengan memberikan ibu
penyuluhan dengan media leaflet
- ibu mendengarkan penjelasan dari
perawat
77

11.05 3. Mengajarkan teknik perawatan


payudara dengan benar
11.15 4. Menganjurkan ibu untuk meninjau
ulang teknik dalam perawatan payudara
5. Menganjurkan ibu untuk mengompres
11.25 menggunakan air hangat pada
payudaranya
13.00 6. Mengganti cairan infuse RL
78

Nama Pasien : Ny. E

Rm : 381xxx

Umur : 19tahun

Tabel 3.8 Implementasi keperawatan pada klien dengan diagnosa medis post
sectio caesarea dengan indikasi post date pada tanggal 22-12-2018

No. Dx TANGGAL JAM IMPLEMENTASI NAMA / TTD


1. 22/12/2018 08.20 1. Mengobservasi tanda tanda
vital
- TD = 120/90 mmHg
- N = 86 x/m
- S = 36.5oc
- RR = 21 x/m
08.25 2. Mengobservasi
karakteristik nyeri dan
skaa nyeri
- skala nyeri turun menjadi
4, terasa panas
08.30 3. Menganjurkan melakukan
teknik relaksasi
08.32 4. Memberikan posisi yang
nyaman
10.05 5. Mengkolaborasikan
pemberian analgesic
- injeksi iv Ketorolac 10mg
10.06 6. Memberikan terapi melalui
IV
- injeksi iv Cefuroxime
250mg
- injeksi iv Metoclopramid
10mg
79

2. 22/12/2018
08.40 1. Mengobservasi
kemampuan pasien dalam
mobilisasi
08.43 2. Membantu pasien saat
mobilisasi
08.50 3. Memberikan dukungan dan
bantuan keluarga atau orang
terdekat pada latihan gerak
pasien

3. 22/12/2018
09.00 1. Mengobservasi ulang
pengetahuan tentang
perawatan payudara
09.05 2. Menganjurkan pasien untuk
meninjau ulang teknik
perawatan payudara
09.15 3. Menganjurkan pasien agar
tetap mengompres dengan air
hangat
80

3.7 Catatan Perkembangan

Nama Pasien : Ny. E

No. Rm: 318xxx

Umur: 19tahun

Tabel 3.9 Catatan perkembangan pada klien dengan diagnosa medis post sectio
caesarea dengan indikasi post date pada tanggal 21-12-2018

DIAGNOSA CATATAN
TANGGAL PARAF
KEPERAWATAN PERKEMBANGAN
21/12/2018 Nyeri Akut b/d S : Ibu mengatakan nyeri
terputusnya kontinuitas pada luka operasinya
jaringan akibat luka O : K/U cukup
pembedahan TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
S : 36.5oc
RR : 21 x/m
P : Luka bekas operasi
Q : Nyeri terasa panas
R : Luka bekas operasi
di bagian bawah
abdomen
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri timbul saat
ibu mobilisasi
-Wajah tampak
menyeringai
-Ibu memegangi
perutnya
-Adanya nyeri tekan
pada luka bekas
81

operasi
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
(no 2,3,4,5)

21/12/2018 Hambatan Mobiltas Fisik S : Pasien mengatakan


b/d nyeri akut bisa mika miki sedikit
O : K/U cukup
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
S : 36.5oc
RR : 21 x/m
-Pasien bisa mika
miki sedikit
-ADL dibantu oleh
keluarga
-Terpasang infuse RL
pada tangan kiri
-Terpasang selang
kateter
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
(no 1,3,4)

21/12/2018 Defisit Pengetahuan b/d S : Pasien mengatakan


perawatan payudara belum tau cara merawat
payudara
O : K/U cukup
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
82

S : 36.5oc
RR : 21 x/m
-Ibu sering bertanya,
kenapa asinya belum
keluar
-Ibu terlihat bingung
-Aerola
hiperpigmentasi
-Terdapat kerak pada
putting susu ibu
- Teraba keras pada
payudara
-Puting susu vertid
atau keluar menonjol
-Ibu mengompres
payudara dengan air
hangat
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
(no 1,3,4)
83

Nama Pasien : Ny. E

No. Rm: 318xxx

Umur: 19tahun

Tabel 3.10 Catatan perkembangan pada klien dengan diagnosa medis post sectio
caesarea dengan indikasi post date pada tanggal 22-12-2018

DIAGNOSA CATATAN
TANGGAL PARAF
KEPERAWATAN PERKEMBANGAN
22/12/2018 Nyeri Akut b/d S : Pasien mengatakan
nyeri lumayan berkurang
terputusnya kontinuitas
pada luka bekas
jaringan akibat luka operasinya
O : K/U cukup
pembedahan
TD : 120/80 mmHg
N : 86 x/m
S : 36oc
RR : 20 x/m
P : Luka bekas operasi
Q : Nyeri terasa panas
R : Luka bekas operasi
di bagian bawah
abdomen
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri timbul saat
ibu mobilisasi
-Wajah tampak rilex
-Ibu jarang
memegangi perutnya
-Adanya nyeri tekan
pada luka bekas
operasi
A : Masalah teratasi
sebagian
84

P : Intervensi dilanjutkan
(no 2,3,5)

Hambatan Mobiltas Fisik S : Pasien sudah bisa


22/12/2018
b/d nyeri akut mika miki walaupun
perlahan lahan
O : K/U cukup
TD : 120/80 mmHg
N : 86 x/m
S : 36oc
RR : 20 x/m
-Pasien dapat mika
miki walapun
perlahan lahan
-ADL dibantu
kelluarga sebagian
-Terpasang infuse RL
pada tangan kiri
-Terpasang selang
kateter
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
(no 1,4)

22/12/2018 S : Pasien mengatakan


Defisit Pengetahuan b/d
sudah paham cara
Perawatan Payudara
merawat payudara
O : K/U cukup
TD : 120/80 mmHg
N : 86 x/m
S : 36oc
85

RR : 20 x/m
-Ibu sudah tidak
terlihat bingung
-ASI sudah mulai
keluar
-Aerola
hiperpigmentasi
-Terdapat sedikit
kerak pada putting
susu ibu
- Teraba keras pada
payudara
-Puting susu vertid
atau keluar menonjol
-Ibu mengompres
payudara dengan air
hangat
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
(no 4)
86

3.8 Evaluasi Keperawatan

Nama Pasien : Ny. E

No. Rm: 318xxx

Umur: 19tahun

Tabel 3.11 Evaluasi keperawatan pada klien dengan diagnosa medis post sectio
caesarea dengan indikasi post date pada tanggal 23-12-2018

DIAGNOSA
TANGGAL EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN
23/12/2018 Nyeri Akut b/d S : Pasien mengatakan
nyeri sudah sangat
terputusnya kontinuitas
berkurang
jaringan akibat luka O : K/U cukup
pembedahan TD : 120/80 mmHg
N : 90x/m
S : 36.7oc
RR : 20 x/m
P : Luka bekas operasi
Q : Nyeri terasa panas
R : Luka bekas operasi
di bagian bawah
abdomen
S : Skala nyeri 2
T : Nyeri timbul saat
ibu mobilisasi berat
-Wajah tampak rilex
-Ibu sudah tidak
memegangi perutnya
-Adanya nyeri tekan
pada luka bekas
operasi
87

A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan,
pasien pulang

23/12/2018 Hambatan Mobiltas Fisik S : Pasien sudah bisa


b/d nyeri akut mika miki dan berjalan
O : K/U cukup
TD : 120/80 mmHg
N : 90x/m
S : 36.7oc
RR : 20 x/m
-Pasien dapat mika
miki, duduk dan
berjalan
-ADL dilakukan
sendiri
-Sudah tidak terpaang
infuse RL pada
tangan kiri
-Sudah tidak
terpasang selang
kateter
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan,
pasien pulang

S : Pasien mengatakan
23/12/2018 Defisit Pengetahuan b/d
Perawatan payudara sudah paham cara
merawat payudara
O : K/U cukup
TD : 120/80 mmHg
N : 90 x/m
88

S : 36.7oc
RR : 20 x/m
-Ibu sudah paham
cara melakukan
perawatan payudara
-Ibu sudah tidak
terlihat bingung
-ASI sudah keluar
dengan lancar
-Aerola
hiperpigmentasi
-Tidak terdapat kerak
pada putting susu
ibu
- Teraba keras pada
payudara
-Puting susu vertid
atau keluar menonjol
-Ibu berhenti
mengompres
payudara dengan air
hangat
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan,
pasien pulang
89

BAB 4

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan kesenjangan antara teori dan asuhan keperawatan

secara langsung pada Ny. E dengan diagnose GI PI A0 45/46 minggu + post date

diruang Nifas RSUD Bangil Pasuruan yang meliputi pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi.

4.1 Pengkajian

Pada tahap pengumpulan data, penulis tidak mengalami kesulitan karena

penulis telah mengadakan perkenalan dan menjelaskan maksud penulis yaitu

untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga secara terbuka,

mengerti dan kooperatif.

Menurut Retno (2013) pada identitas klien menurut tinjauan pustaka yaitu

nama lengkap, tempat tanggal lahir, agama, pendidikan yang rendah biasanya

akan mempengaruhi pengetahuan ibu tentang kehamilan, ibu dengan pekerjaan

yang beresiko lebih rentan dilakukannya sectio caesarea, status perkawinan

dengan sudah lamanya pernikahan dan ibu sudah pernah mengalami post date

maka akan berpotensi untuk mengalami post date kembali, suku/bangsa, golongan

darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, dan

alamat, sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan kesenjangan data bahwa klien

baru pertama kali melahirkan, klien berumur 19tahun, klien merupakan ibu rumah

tangga dan pendidikan terakhir klien sekolah menengah pertama. Menurut opini

penulis, klien mengalami post date di akibatkan dari pengaruh hormone

progesterone yang ada pada klien yang merupakan komponen penting dalam

89
90

memacu proses biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas

uterus terhadap oksitosin.

Pada pengkajian keluhan utama dari tinjauan pustaka didapatkan keluhan

nyeri akut disebabkan oleh luka pembedahan (Retno,2013) sedangkan pada

tinjauan kasus didapatkan pasien mengeluh nyeri pada daerah luka bekas operasi

sectio caesarea tepatnya dibagian abdomen bawah karena insisi ringan. Menurut

opini penulis, tidak ada perbedaan pada tinjauan pustaka dan kasus karena

keduanya mengeluh nyeri pada luka pembedahan operasi sectio caesarea pada

daerah abdomen bawah.

Pada pengkajian riwayat menstruasi menurut Jofan (2015) dari tinjauan

pustaka didapatkan tentang pertama kali pasien mendapatkan menstruasi, siklus,

lama menstruasi, banyak menstruasi, bentuk darah apakah cair atau menggumpal,

warna darah, dismenorea, dan untuk mengetahui hari pertama menstruasi terakhir

serta tanggal kelahiran dari persalinan atau HPHT. Sedangkan pada tinjauan kasus

ditemukan data bahwa pasien mengalami menarche pada usia 12 tahun, sebanyak

2 kali dalam mengganti pembalut, siklus selama 28 hari, lamanya 7 hari, keluhan

disminorea, HPHT pada tanggal 03 Februari 2018. Terdapat kesenjangan pada

tinjauan kasus dan pustaka yaitu HPHT melebihi pada tanggal kelahiran, tanggal

kelahiran seharusnya 10 September 2018 dan mundur menjadi 21 Desember 2018,

menurut opini penulis hal ini terjadi karena pasien sewaktu hamil mendekati masa

persalinan belum merasakan terjadi kontraksi sehingga pasien santai akan

kelahirannya.
91

Pada pengkajian riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu menurut

Prawihardjo (2009) pada tinjauan pustaka yaitu mengetahui berapa umur

kehamilan berdasarkan HPHT karena mempengaruhi berapa lama usia kehamilan,

bagaimana letak janin dan berapa tinggi fundus uteri, bagaimana keadaan janin,

jika terjadi kegawatan pada janin maka secepatnya akan dilakukan sectio

caesarea. Mengetahui proses persalinan spontan atau buatan, jika klien pernah

mengalami persalinan secara sectio caesarea maka kelahiran selanjutnya biasanya

akan secara sectio caesarea juga, lahir aterm atau prematur, ada atau tidaknya

perdarahan, waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan, ada

atau tidak riwayat persalinan post date sebelumnya. Mengetahui perdarahan yang

terus berlangsung pada nifas, jenis lochea, TFU setinggi pusat atau 2 jari dibawah

pusat (Tinggi Fundus Uteri), teraba keras atau lunak, kontraksi uterus kuat,

bagaimana keadaan klien setelah dilakukanya post sectio caesarea, adanya nyeri

tekan pada luka bekas operasi. Sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan bahwa

ini merupakan kehamilan dan persalianan nya sehingga pasien tidak mempunyai

riwayat kehamilan dan persalinan nifas yang lalu.

Pada riwayat penyakit sekarang menurut Menurut Nurbaeti (2015) sesuai

dengan tinjauan pustaka meliputi Provocative : adanya indikasi sectio caesarea,

menyebabkan klien dilakukan operasi sectio caesarea akiatnya terjadi trauma

pembedahan diskontunitas jaringan menimbulkan nyeri, Quality : nyeri dirasakan

klien setelah efek anastesi secara perlahan hilang, nyeri akan timbul jika efek

pemberian analgetika berakhir (4jam setelah pemberian) dan akan hilang saat

analgetika diberikan. Qualitas nyeri bersifat subyektif tergantung bagaimana klien

mempersiapkan nyeri tersebut, Region : daerah yang mengalami nyeri adalah luka
92

insisi yang terdapat pada abdomen. Insisi pada sectio caesarea klasik di midline

abdomen antara pusat dan simpisis pubis, pada sectio caesarea transprovunda

didaerah supra simpisis pubis dengan luka insisi melintang. Area penyebaran

nyeri dirasakan sampai bokong dan terkadang adanya after pain (nyeri alihan)

yang dirasakan klien sampai ke pinggang, Severity Scale : Keparahan atau

intensitas nyeri berkisar antara dari nyeri ringan (1-3), nyeri sedang (4-6) sampai

nyeri berat (7-10), Timing : nyeri dirasakan setelah 6 - 12 jam post sectio caesarea,

dan 1 - 3 hari setalah sectio caesarea, dan pada tinjauan kasus ditemukan hal sama

pada klien yaitu pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi, nyeri yang

dirasakan terasa panas pada daerah bawah perut, skala nyeri 6, nyeri yang

dirasakan hilang timbul kurang lebih selama 5 menit saat ibu sedang mobilisasi.

Menurut opini penulis hal ini sudah benar karena klien yang setelah mengalami

post operasi sectio caesarea pasti akan mengalami nyeri dibagian abdomen

bawahnya dengan skala yang berbeda beda pada setiap orang yang merasakan dan

tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.

4.2 Pemeriksaan Fisik

Menurut teori Rheldayani (2014) pada pengkajian B1 (Breath) didapatkan

inspeksi : respirasi rate normal (16 sampai 24x/menit), tidak ada retraksi otot

bantu nafas, tidak terjadi sesak nafas, pola nafas teratur, tidak menggunakan alat

bantu nafas, pergerakan dinding dada sama, tidak ada otot bantu nafas, bentuk

dada simetris. Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada area dada, tidak ada benjolan

dan lesi, vocal freamitus kanan dan kiri sama. Perkusi : Suara perkusi sonor .

Auskultasi : Suara nafas normal, tidak ada suara tambahan seperti wheezing atau

ronchi. Pada tinjauan kasus tidak ditemukan adanya perbedaan pada landasan
93

teori yang ada. Pasien tidak mengalami sesak sebelum dan sesudah operasi sectio

caesarea, pasien juga tidak memiliki riwayat penyakit pada pernafasan, sehingga

menurut opini penulis pasien dengan post sectio caesarea dengan indikasi post

date tidak ada gangguan pada system pernafasan.

Menurut teori Rheldayani (2014) pada pengkajian B2 (Blood) didapatkan

inspeksi : terjadi anemis dan perdarahan vagina yang mungkin terjadi.

Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira kira 600 -

800ml. Palpasi : CRT <3 detik, akral hangat, takikardi. Auskultasi : Bunyi S1 dan

S2 tunggal, suara jantung regular, tidak ada bunyi jantung abnormal seperti

murmur dan gallop. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan konjungtiva tidak

anemis, tekanan darah 110/70mmHg, tidak terjadi perdarahan pada vagina, denyut

nadi normal yaitu 80x/menit, terjadi perbedaan antara tinjauan pustaka dan

tinjauan kasus karena tidak terjadi perdarahan post sectio caesarea. Menurut opini

penulis hal ini dikarenakan kontraksi uterus yang baik yang tidak menyebabkan

perdarahan post sectio caesarea.

Menurut teori Faiz (2013) pada pengkajian B3 (Brain) dari tinjauan

pustaka didapatkan inspeksi : Kesadaran Composmentis (GCS 4-5-6), istirahat

tidur terganggu karena ibu merasakan nyeri pada luka operasinya, tidak ada nyeri

kepala. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan istirahat tidur ibu tidak

terganggu. Menurut opini penulis, hal ini dikarenakan ibu diberikan obat anti

nyeri yang menyebabkan nyeri berkurang sehingga ibu dapat tidur dengan baik.

Menurut teori Faiz (2013) pada pengkajian B4 (Bladder) didapatkan

inspeksi : terdapat lokhea lubra, warna merah segar, terpasang kateter sering
94

terjadi adanya perasaan sering atau susah kencing sealama masa nifas yang

ditimbulkan karena terjadinya odema yang menimbulkan infeksi dari uretra.

Palpasi : ada nyeri tekan pada kandung kemih. Pada tinjauan kasus ditemukan

masalah yang sama karena insisi pada dinding perut dan dinding rahim

menyebabkan luka sehingga menimbulkan nyeri tekan, terdapat lokhea lubra

berwarna merah segar sebanyak ±100cc. Pemasangan kateter dilakukan untuk

mengosongkan kandung kemih saat sebelum operasi sectio caesarea jika karena

kandung kemih penuh akan menimbulkan rasa nyeri dan juga untuk

mempermudah proses operasi sectio caesarea. Menurut opini penulis pasien

dengan post sectio caesarea dengan indikasi post date tidak ada gangguan pada

sistem perkemihan.

Menurut teori Aspiani (2017) pada pengkajian B5 (Bowl) didapatkan

Inspeksi : Mulut bersih, mukosa lembab, nafsu makan meningkat karena dari

keinginan untuk menyusui bayinya, sering terjadi konstipasi karena penderita

takut untuk melakukan BAB. Palpasi : tidak terdapat nyeri epigastrium, tidak

teraba pembesaran hepar. Perkusi : Biasanya timpani yang dominan karena

adanya gas pada saluran pencernaan. Auskultasi : Bising usus normalnya 5 - 35x /

menit. Pada tinjauan kasus ditemukan yaitu klien belum BAB selama di RS

karena takut untuk melakukan BAB hal ini dikarenakan luka post operasi sectio

caesarea yang belum kering sehingga dapat mengakibatkan klien mengalami

konstipasi. Menurut opini penulis pasien dengan post sectio caesarea dengan

indikasi post date tidak ada gangguan pada sistem perkemihan.


95

Menurut teori Faiz (2013) pada pengkajian B6 (Bone) didapatkan

inspeksi : Dhiaporesis, terdapat oedema, adanya varises atau tidak, terjadi

kelemahan otot akibat efek tindakan anastesi, terbatas pada aktifitas berat, cepat

lelah, terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola

mamae, dan papilla mamae, terdapat stiae atau linea, terdapat luka post operasi

sectio caesarea, tertutup kasa, luka kurang lebih 10cm, bersih tidak ada pus.

Palpasi : Turgor kulit elastis, oedema pada ekstremitas bawah atau kaki, terdapat

nyeri tekan pada daerah luka post op sectio caesarea. Pada tinjauan kasus

didapatkan tidak terjadi oedema pada ekstremitas bawah hal ini terjadi karena

sirkulasi darah pada pasien lancar dan tidak adanya sumbatan pada pembuluh

darah. Dan di dapatkan terjadi kelemahan otot pada klien akibat dari efek tindakan

anasthesi sehingga mobilitas klien terganggu, dan didapatkan hal yang sama yaitu

adanya pembesaran payudara yang disebabkan oleh colostrum dan ASI belum

keluar yang menyebabkan terjadi bendungan ASI pada payudara sehingga

payudara teraba keras. Menurut opini penulis, hal ini disebabkan karena

sebelumnya ibu belum pernah melakukan perawatan payudara, mengakibatkan

terjadi peningkatan prolaktin dan oksitosin yang menyebabkan terjadinya

peningkatan produksi ASI sehingga pasien mengalami pembendungan payudara.

Menurut teori Aspiani (2017) pada pengkajian B7 (Pengindraan)

didapatkan Inspeksi : Mata : Pupil isokor kanan atau kiri, reflek cahaya normal

kanan atau kiri, konjungtiva normal kanan atau kiri, terdapat anemis, sclera putih

kanan atau kiri, palpebra normal kanan atau kiri, pergerakan bola mata normal

kanan atau kiri. Hidung : Mukosa lembab, tidak ada secret. Telinga : Bentuk

simetris kanan atau kiri, ketajaman pendengaran baik kanan atau kiri. Perasa :
96

Bisa merasakan pahit, asam, asin dan manis. Peraba : Normal dan dapat berfungsi

dengan baik. Pada tinjauan kasus didapatkan tidak ada perbedaan dengan kondisi

kien yang ada. Menurut opini penulis pasien dengan post sectio caesarea dengan

indikasi post date tidak ada gangguan pada sistem pengindraan.

Menurut teori Aspiani (2017) pada pengkajian B8 (Endokrin) didapatkan

inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan pembesaran kelenajar getah

bening, klien tidak memiliki riwayat penyakit keturunan. Palpasi : Tidak ada

benjolan pada leher, tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak adanya

pembesaran kelenjar tyroid. Pada tinjauan kasus didapatkan tidak perbedaan

dengan kondisi klien yang ada. Menurut opini penulis pasien dengan post sectio

caesarea dengan indikasi post date tidak ada gangguan pada sistemendokrin.

Pada pengkajian aktivitas dari tinjauan pustaka pasien post sectio

caesarea belum dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada

aktivitas berat, cepat lelah, pada klen nifas didapatkan keterbatasan aktivitas

karena mengalami kelemahan dan nyeri (Faiz, 2013). Pada tinjauan kasus

didapatkan hasil yang sama karena akibat tindakan anasthesi dan pembedahan

insisi ringan aktivitas ibu terbatas karena mengalami kelemahan otot dan nyeri

pada luka insisi abdomen. Dengan data obyektif yang mendukung yaitu aktivitas

ibu diatas tempat tidur, ADL dibantu oleh keluarga dan ibu belum bisa miring

kanan dan kiri, terpasang infuse RL pada tangan kiri, dan terpasang selang kateter.

Pada tinjauan pustaka didapatkan pemberian ASI dapat dimulai pada hari

pertama post operasi jika ibu baru mendapatkan anak pertama biasanya ibu

kurang mengetahui bagaimana cara menyusui dan merawat payudara dan jika
97

memutuskan untuk tidak menyusui maka dianjurkan untuk memasang pembalut

payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi,

biasanya mengurangi nyeri (Rheldayani, 2014). Pada tinjauan kasus, ibu

memutuskan untuk menyusui bayinya dengan ASI tetapi ibu tidak mengetahui

bagaimana cara perawatan payudara dengan benar dikarenakan ini merupakan

bayi pertama. Dengan data obyektif yang mendukung yaitu ibu sering bertanya

dan bingung jika ditanya mengenai perawatan payudara pasca operasi sectio

caesarea.

4.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ada pada tinjauan pustaka menurut Nurbaeti

(2009) ada 5 yaitu :

4.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat

luka pembedahan

4.2.2 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut

4.2.3 Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak akibat

pembedahan sectio cesarea

4.2.4 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi

tentang perawatan payudara, perawatan luka

4.2.5 Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidak nyamanan

Pada tinjauan kasus, terdapat 3 diagnosa keperawatan yang muncul yaitu :


98

1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat

luka pembedahan

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi

tentang perawatan payudara

Tidak semua diagnose muncul pada tinjauan kasus karena dagnosa

keperawatan pada tinjauan pustaka merupakan diagnose keperawatan pada pasien

dengan post sectio caesarea patologis secara umum. Sedangkan pada tinjauan

kasus disesuaikan dengan keadaan pasien secara langsung.

Pada tinjauan pustaka terdapat diagnose nyeri akut berhubungan dengan

terputusnya kontinuitas jaringan akibat luka pembedahan (Nurbaeti, 2009) karena

pasien mengeluh nyeri pada luka post operasi sectio caesarea akibat adanya insisi

pembedahan. Pada tinjauan kasus didapatkan hasil yang sama yaitu nyeri akut

berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat luka pembedahan

dengan data obyektif yang mendukung yaitu terdapat luka bekas operasi sectio

caesarea 10cm keadaan luka terbalut kassa kering, wajah tampak menyeringai

saat mika miki, ibu terlihat memegangi perutnya saat mobilisasi, skala nyeri 6,

adanya nyeri tekan pada bekas luka operasi.

Menurut Nurbaeti (2009) pada tinjauan pustaka didapatkan diagnose

hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut, hal ini disebabkan

karena terjadinya efek anastesi yang telah habis sehingga pasien mengeluh nyeri

akibat luka operasinya tersebut pada saat mobilisasi. Pada tinjauan kasus

didapatkan hasil yang sama yaitu pasien belum dapat miring kanan dan kiri,
99

aktifitas klien hanya di tempat tidur, ADL dibantu oleh keluarga dan perawat,

terpasang infuse RL pada tangan kiri,dan terpasang selang kateter.

Menurut Nurbaeti (2009) pada tinjauan pustaka di dapatkan diagnose

resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak akibat

pembedahan sectio cesarea, namun pada tinajaun kasus tidak didapatkan diagnose

tersebut. Menurut opini penulis, hal ini dikarenakan pada luka post operasi sectio

caesarea klien masih terbalut dengan kassa kering. Klien juga mendapatkan terapi

antibiotic dari pihak Rumah Sakit, klien juga diwajibkan untuk kontrol perawatan

luka post operasi sectio caesarea setelah klien pulang dan wajib konrol 1minggu

sekali, klien juga diberikan health education oleh perawat untuk dilakukan

perawatan luka dirumah dan makanan yang baik untuk membantu proses

penyembuhan luka, sehingga dengan begitu sangat kecil terjadinya resiko infeksi

pada luka post operasi sectio caesarea pada klien.

Pada tinjauan pustaka didapatkan diagnose defisit pengetahuan

berhubungan dengan kurangnya sumber informasi tentang perawatan payudara

(Nurbaeti, 2009) disebabkan karena ibu tidak mengetahui bagaimana cara

merawat payudara pasca persalinan untuk persiapan menyusui. Pada tinjauan

kasus didapatkan hasil yang sama yaitu ASI belum keluar pada hari pertama

setelah melahirkan, ibu sering bertanya bagaimana cara merawat payudara yang

benar, ibu terlihat bingung, aerola hiperpigmentasi, terdapat kerak pada putting

susu, palpasi teraba keras pada payudara karena adanya bendungan ASI, dan

putting susu vertid (keluar/menonjol). Menurut opini penulis hal ini dikarenakan

ibu baru pertama kali punya anak dan belum ada persiapan untuk menyusui, dan
100

di karenakan factor pendidikan ibu yang rendah sehingga ASI tidak dapat keluar

dengan lancar pada hari pertama.

Menurut Nurbaeti (2009) pada tinjauan pustaka didapatkan diagnose

gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidak nyamanan,

sedangkan pada tinjauan kasus tidak didapatkan diagnose tersebut. Hal ini

dikarenakan ibu mengatakan kalau tidurnya dimalam hari sudah nyaman dan tidak

sering merasakan nyeri hal ini dibuktikan juga kalau ibu mendapatkan terapi

pemberian analgesik dengan begitu rasa nyeri pada ibu dapat berkurang dan tidak

menggangu pola tidur ibu.

Menurut Nurbaeti (2009) pada tinjauan pustaka ditemukan 5 diagnosa

keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas

jaringan akibat luka pembedahan, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

nyeri akut, risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit rusak akibat

pembedahan sectio cesarea, defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

sumber informasi tentang perawatan payudara dan perawatan luka, gangguan

pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidak nyamanan. Tapi pada tinjauan

kasus tidak didapatkan diagnose risiko infeksi berhubungan dengan trauma

jaringan / kulit rusak akibat pembedahan sectio cesarea, gangguan pola tidur

berhubungan dengan nyeri atau ketidak nyamanan.

4.4 Intervensi / Perencanaan

Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus

tidak ada kesenjangan. Pada tinjauan pustaka perencanaan menggunakan criteria

hasil yang mengacu pada pencapaian tujuan, sedangkan tinjauan kasus


101

perencanaan menggunakan sasaran dalam intervensinya dengan tujuan penulis

ingin meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan melalui peningkatan pengetahuan (kogmitif), perubahan tingkah laku

pasien (afektif), keterampilan menangani masalah atau mempraktekkan kembali

yang telah dicontohkan (psikomotor) dan adanya perubahan pada kondisi tubuh

pasien menjadi lebih baik (perubahan fungsi).

Pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada diagnose nyeri akut

berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat luka pembedahan

didapatkan dari data, pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi sectio

caesarea, nyeri yang dirasakan panas pada daerah perut bagian bawah, skala nyeri

6, nyeri yang dirasakan akan timbul saat ibu sedang mobilisasi. Diagnosa ini

menjadi prioritas utama karena klien merasakan sangat kesakitan dan tidak

nyaman. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat

luka pembedahan dengan data obyektif yang mendukung yaitu terdapat luka bekas

operasi sectio caesarea sepanjang 10cm, keadaan luka terbalut kassa kering, wajah

pasien tempak menyeringai saat mika miki, pasien tempak memegangi perutnya

saat mobilisasi, skala nyeri 6, adanya nyeri tekan pada luka post operasi. Setelah

diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang

dengan Kriteria hasil pasien mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi,

dan tanda nyeri), pasien mengatakan rasa nyaman dan melaporkan bahwa nyeri

telah berkurang, mampu mengontrol nyeri, tanda tanda vital dalam batas rentang

normal (TD : 110-125 / 60-80 mmHg, Nadi : 60 - 80x/menit, RR : 16 - 24x/menit,

Suhu : 36,5 - 37,5oc). Dilakukan intervensi yang sama yaitu Bina Hubungan

Saling Percaya, lakukan observasi nyeri secara komprehensif (lokasi,


102

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas), observasi TTV, ajarkan teknik non

farmakologi seperti distraksi dan relaksasi, kolabari pemberian anallgesik dengan

tim medis. Menurut Ririnmiran (2011) ada 2 tindakan untuk mengurangi nyeri

yaitu dengan tindakan nyeri farmakologis dengan pemberian obat obatan seperti

analgesik dan tindakan non farmaakologis ada 2 yaitu dengan cara distraksi

merupakan suatu metode untuk menghilangkan rasa nyeri dengan cara

mengalihkan perhatian klien seperti menonton tv, membaca Koran, mengobrol dll.

Teknik relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan stress

memberikan individu mengontrol ketidaknyamanan nyeri dengan cara nafas

dalam. Sedangkan pada tinjauan kasus hanya melakukan teknik relaksasi dan

pemberian analgesik, sedangkan teknik distraksi hanya diberikan secara lisan

karena keterbatasan fasilitas rumah sakit yang ada. Menurut opini penulis,

pemberian analgesik sangat baik untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.

Selain itu, teknik relaksasi juga dapat membantu pasien dalam mengontrol nyeri

yang dirasakan dan teknik distraksi digunakan untuk pengalihan rasa nyeri. Pada

diagnose nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat

luka pembedahan dapat dilakukan dengan baik sesuai rencana karena pasien dapat

bekerja sama dengan baik.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut. Alasannya ibu

belum dapat mobilisasi secara bertahap seperti miring kanan dan kiri, ADL

dibantu oleh keluarga dan perawat diatas tempat tidur. Dengan data obyektif yaitu

pasien belum dapat miring kanan dan kiri, aktifitas klien hanya diatas tempat

tidur, ADL dibantu oleh keluarga dan perawat, terpasang infuse RL pada tangan

kiri dan terpasang selang kateter. Setelah diberikan asuhan keperawatan selama
103

2x24 jam diharapkan klien mampu beraktivitas kembali dengan kriteria hasil :

mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas fisik, memverbalisasikan perasaan

dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah, kemampuan klien

meningkat dalam aktivitas fisik, bantu untuk mobilisasi. Dengan dilanjutkan

intervensi Observasi kemampuan pasien dalam mobilisasi, jelaskan tentang

latihan ROM, ajarkan kepada klien tentang latihan ROM, dampingi dan bantu

pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADL. Menurut Norman &

Grey (2010) mobilisasi dini dilakukan satu hari setelah pembedahan, pasien harus

turun sebentar dari tempat tidur dengan bantuan, dilakuakan paling tidak dua kali

sehingga mengurangi resiko terjadinya thrombosis vena dan emboli paru. Menurut

opini penulis mobilisasi dini secara bertahap dapat mempercepat proses

penyembuhan luka dan dapat mencegah terjadinya thrombosis dan emboli paru.

Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi

tentang perawatan payudara. Dikarenakan ibu tidak tahu bagaimana cara merawat

payudara. Dengan data obyektif klien mengatakan belum tau cara merawat

payudara, pasien terlihat bingung, pasien sering bertanya, areola hiperpigmentasi,

terdapat kerak pada putting susu, palpasi pada payudara teraba keras, putting susu

menonjol, ASI belum keluar. Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama 1x24 jam diharapkan ibu dapat mengetahui cara merawat payudara yang

benar dengan kriteria hasil : mengetahui pentingnya perawatan payudara,

menjelaskan pemahaman tentang pentingnya perawatan payudara, mampu

mendemonstrasikan teknik perawatan payudara, ASI dapat keluar dengan lancar.

Dengan dilanjutkan intervensi, observasi pemahaman ibu tentang cara perawatan

payudara, jelaskan pentingnya perawatan payudara, ajarkan teknik perawatan


104

payudara dengan benar, anjurkan ibu untuk mengulangi teknik dalam perawatan

payudara. Menurut opini penulis, pemberian informasi mengenai perawatan

payudara juga sangat penting dilakukan agar ibu dapat merawat payudara dengan

baik unuk kesiapan ibu dalam menyusui bayinya. Perawatan payudara juga

berguna untuk memperlancar ASI agar tidak terjadi bendungan di payudara ibu.

Kemudian anjurkan pasien untuk mengompres payudara menggunakan air hangat

yang bertujuan untuk memperlancaa keluarnya ASI.

Dalam tinjauan kasus dicantumkan kriteria waktu karena pada kasus nyata

diketahui keadaan pasien secara langsung. Berdasarkan pada tinjauan kasus

tujuan diagnose pertama, kedua dan ketiga telah memenuhi kriteria hasil. Kriteria

hasil dari tinjauan pustaka merupakan acuan untuk membandingkan hasil yang

telah tercapai pada tinjauan kasus. Intervensi ketiga diagnose yang ditampilkan

diantara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak didapatkan perbedaan, hal itu

dikarenakan tidak ada perbedaan etiolgi ketiga diagnosa tersebut. Namun maisng

masing intervensi tetap mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang teah

ditetapkan.

4.5 Implementasi / Pelaksanaan

Peaksanaan merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun

dan ditujukan pada perawat lainya untuk membantu klien mencapai tujuan yang

diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk

memodifikasi factor factor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.

Pelaksanaan pada tinjauan pustaka belum dapat direalisasikan karena hanya

membuat teori asuhan keperawatan. Sedangkan pada tinjauan kasus telah disusun
105

pelaksanaan dan elah direalisasikan pada pasien dan pendokumentasian setelah

intervensi keperawatan.

Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

dilakukan tindakan seperti membina hubungan saling percaya dengan cara

perawat mengenalkan nama ke pasien dan menjelaskan maksut kedatangan,

menjelaskan penyebab nyeri, mengobservasi tanda tanda vital (TD : 110/70

mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 36,7oc, RR : 21 x/menit), mengobservasi

karakteristik nyeri (nyeri terasa panas, skala nyeri 6), mengajarkan teknik

relaksasi dengan cara mengambil nafas sedalam mungkin kemudian di keluarkan

perlahan dari mulut dan ulangi hingga 3kali dan mengajarkan teknik distraksi

yaitu dengan cara mengalihkan perhatian kesuatu objek agar nyeri tidak seberapa

terasa, memberikan posisi ibu senyaman mungkin, mengkolaborasikan pemberian

analgesic dengan injeksi IV Ketorolac 10mg, memberikan terapi melalui IV

Injeksi Cefuroxime 250mg, injeksi Metoclopramid 10mg. Pada diagnose nyeri

akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan dapat dilakukan sesuai

rencana karena pasien dapat bekerja sama dengan baik.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut, dilakukan

tindakan seperti Menjelaskan kepada pasien tentang pentingnya mobilisasi

(respon ibu baik dan mendengarkan), mengobservasi kemampuan pasien dalam

mobilisasi (ibu masih susah untuk mika miki), mengajarkan kepada klien

mobilisasi dini, membantu pasien dalam mobilisasi (mika miki), memberikan

dukungan dan bantuan keluarga atau orang terdekat pada latihan gerak pasien.

Menurut opini penulis mobilisasi dini secara bertahap dapat mempercepat proses

penyembuhan luka dan dapat mencegah terjadinya thrombosis dan emboli paru
106

dengan cara miring kanan dan kiri, duduk, berjalan, dan lain sebagainya. Pada

diagnose hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot akibat

tindakan anastesi dapat dilakukan sesuai rencana karena pasien dapat bekerja

sama dengan baik.

Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi

tentang perawatan payudara, dilakukan tindakan mengobservasi pengetahuan

pasien tentang perawatan payudara (ibu belum mengetahui perawatan payudara),

menjelaskan pentingnya perawatan payudara (ibu mendengarkan penjelasan dari

perawat), mengajarkan teknik perawatan payudara dengan benar, menganjurkan

ibu untuk meninjau ulang teknik dalam perawatan payudara, menganjurkan ibu

untuk mengompres menggunakan air hangat pada payudaranya. Menurut opini

penulis, pemberian informasi mengenai perawatan payudara juga sangat penting

dilakukan agar ibu dapat merawat payudara dengan baik unuk kesiapan ibu dalam

menyusui bayinya. Perawatan payudara juga berguna untuk memperlancar ASI

agar tidak terjadi bendungan di payudara ibu. Kemudian anjurkan pasien untuk

mengompres payudara menggunakan air hangat yang bertujuan untuk

memperlancar keluarnya ASI.

Pada tindakan keperawatan tidak ditemukan hambatan karena pasien dan

keluarga sangat kooperatif dengan perawat, sehingga dapat dilakukan secara

maksimal.
107

4.6 Evaluasi

Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilakukan karena merupakan

kasus yang semu, sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan karena

dapat diketahui keadaan pasien dan masalahnya secara langsung.

Pada waktu dilaksanakan evaluasi nyeri akut berhubungan dengan

terputusnya kontinuitas jaringan sudah dilakukan dalam waktu 2 x 24 jam karena

tindakan yang tepat, pasien juga melakukan apa yang tim medis ajarkan untuk

nyerinya dan telah berhasil dilaksanakan dan tujuan kriteria hasil telah tercapai.

Pada diagnose hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akut sudah

dilakukan dalam waktu 2 x 24 jam karena tindakan yang tepat, pasien juga

melakukan apa yang tim medis ajarkan dan telah berhasil dilaksanakan dan tujuan

kriteria hasil telah tercapai. Pada diagnose deficit pengetahuan berhubungan

dengan kurang nya informasi tentang perawatan payudara, penulis memerlukan

waktu 15menit untuk melakukan penyuluhan. Dari hasil penyuluhan dalam waktu

15menit pasien sedikit mengerti tentang perawatan payudara dengan baik dan

benar. Dalam waktu 2 x 24 jam pasien melakukan perawatan payudara. Pada akhir

evaluasi semua tujua dan kriteria hasil dapat dicapai karena adanya kerja sama

yang baik antara pasien, keluarga dan tim medis. Hasil evaluasi pada Ny. E sudah

sesuai dengan harapan masalah teratasi dan pasien KRS pada tanggal 23

Desember 2018 jam 10.00 WIB


108

BAB 5

PENUTUP

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan

keperawatan secara langsung pada pasien dengan kasus GI PI A0 45/46 minggu +

post date diruang nifas RSUD Bangill, maka penulis dapat menarik kesimpulan

sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan

keperawatan pada pasien post sectio caesarea dengan indikasi post date.

5.1 Kesimpulan

Dari hasil yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada

pasien Ny. E dengan diagnose medis GI PI A0 45/46 minggu + post date diruang

nifas RSUD Bangill, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1 Pengkajian sangat penting pada pasien post sectio caesarea dengan

indikasi post date yang perlu diperhatikan saat pengkajian adalah insisi

pada abdomen harus tetap terjaga kebersihannya supaya tidak

menimbulkan infeksi. Pada pasien dengan post sectio caesarea dengan

indikasi post date patologis hal yang perlu diperhatikan adalah pengkajian

pada pemeriksaan fisik seperti adanya insisi pada perut ibu, payudara

bertambah besar, kontraksi uterus baik / keras, terdapat loche rubra.

5.1.2 Pada pasien dengan post sectio caesarea dengan indikasi post date akan

mengalami beberapa perubahan masalah fisik, psikologis maupun social.

Masalah keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kaus adalah nyeri

108
109

akut, hambatan mobilitas fisik, dan defisit pengetahuan. Ketiga diagnose

ini muncul karena didapatkan data dari keadaan pasien itu sendiri.

5.1.3 Intervensi diagnose keperawatan yang ditampilkan antara tinjauan pustaka

dan tinjauan kasus terjadi kesamaan namun masing masing intervensi tetap

mengacu pada sasaran, kriteria hasil dan kriteria waktu.

5.1.4 Pelaksanaan rencana keperawatan dilakukan secara terkoordinasi dan

terintergasi intik pelaksanaan diagnose pada kasus tidak semua sama pada

tinjauan pustaka

5.1.5 Evaluasi dilakukan penulis dengan metode per 24 jam dengan harapan

penulis dapat mengetahui perkembangan yang terjadi pada pasien setiap

saat. Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat dicapai karena adanya

kerjasama yang baik antara pasien, keluarga dan tim kesehatan.

5.2 Saran

Berlatar belakan dari kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagai

berikut :

5.2.1 Keterlibatan pasien, keluarga dan tim kesehatan yang terjalin dengan baik

perlu ditingkatkan sehingga timbul rasa saling percaya, serta untuk

mencapai hasil keperawatan yang diharapkan.

5.2.2 Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya lebih berpotensi

dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup serta dapat

bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien post sectio caesarea dengan indikasi post date
110

5.2.3 Untuk peningkatan mutu asuhan keperawatan sebaiknya diadakan suatu

seminar atau penyuluhan yang membahas tentang masalah keperawatan

yang ada pada pasien tentang post sectio caesarea seperti penyuluan

tentang melakukan perawatan luka sectio caesarea, perawatan payudara,

cara perawatan bayi, cara menyusui dan lain sebagainya.

5.2.4 Pendidikan dan pengetahuan perawat serta berkelanjutan perlu

ditingkatkan baik secara formal maupun informal khususnya pengetahuan

tentang melakukan perawatan pasien post sectio caesarea

5.2.5 Pemahaman dan pengembangan mengenai konsep kesehatan perlu

ditingkatkan secara komprehensif sehingga mampu menerapkan asuhan

keperawatan dengan baik.


111

DAFTAR PUSTAKA

Anggie. (2012). Sectio Caesarea. Diakses melalui


http://anggiealsatreio.blogspot.co.id/2012/06/setio-caesarea.html pada
tanggal 18 desember 2018 pukul 10.00 WIB

Anna. 2011. Askep Sectio Caesarea. Diakses melalui


http://annahabayahan.blogspot.co.id/2011/04/askep-sectio-caesarea.html
pada tanggal 18 desember 2018 pukul 10.10 WIB

Aspiani, Reni Yuli. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas.


Yogyakarta : Trans info media

Chrisdiono Sp. Og. (2008). Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta : EGC

Faiz, (2015). Laporan Pendahuluan Post Sc. Diakses melalui


http://documents.tips/documents/laporan-pendahuluan-post-
sc55f5d9b588b7d.html. Pada tanggal 18 desember 2018 pukul 13.00 WIB

Firwan. (2014). Laporan Pendahuluan Sectio Caesarea. Diakses melalui.


http://firwanintianur93.blogspot.co.ic/2014/01/laporan-pendahuluan-sectio-
caesarea.html Pada tanggal 18 desember 2018 pukul 13.05 WIB
Jitowiyono, Sugeng & Kristiyanasari, Weni. (2010). Asuhan Keperawatan Post
Operasi. Yogyakarta : Nuha Medika
Jofan. (2015). Laporan Pendahuluan Kehamilan Dengan Serotinus (Kehamilan
Lewat Bulan). Diakses melalui
http://nersjofan.bogspot.co.id/2015/03/laporan/pendahuluan-kehamilan-html
pada tanggal 18 desember 2018 pukul 11.00 WIB

Lombogia, Moudy. (2017). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta :


Indomedia Pustaka
Maryunani, Anik. (2016). Buku Praktik Kehamilan dan Persalinan Patologis
(Resiko Tinggi dan Komplikasi) dalam Kebidanan. Jakarta: Trans info
media
Maryunani, Anik & Eka Puspita. (2013). Asuahan Kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Trans info media
Muinda, Rusdyati. (2016). Hubungan Usia, Parietas Ibu Bersalin. Jurnal
kesehatan
Nanda. (2015). Panduan Penyusunan Asuahan Keperawatan Profesional.
Yogyakarta : MediAction
112

Nanda. (2017). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi. Jakarta : EGC


Nugroho, Taufan. (2012). Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika
Nurbaeti. (2015). Laporan Pendahuluan Post SC 2. Diakses melalui
http://dokumen.tips/documents/laporan-pendahuluan-post-sc-2.html pada 18
desember 2018 pukul 21.00 WIB
Nurman and Gery. (2010). Dasar Dasar Ginekologi dan Obstetrik. Jakarta : EGC
Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta : Nuha Medika
Rheldayani. (2014). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Ibu
Dengan Post Op Sectio Caesarea. Diakses melalui
http://railgunn.blogspot.co.id/2014/06/laporan-pendahuluan-pada-ibu-
dengan_5973.html pada tanggal 19 desember 2018 pukul 07.00 WIB
Prawirohardjo. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka
113
114

INFORMED CONSENT

-XGXOASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN

DIAGNOSA MEDIS POST SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI

3267'$7(',58$1*%(56$/,1568'%$1*,/3$6858$1¥

Tanggal pengambilan studi kasus 20 Desember 2018

Sebelum tanda tangan dibawah, saya telah mendapatkan informasi tentang

tugas pengambilan studi kasus ini dengan jelas dari mahasiswa yang bernama

Anis Faradillah proses pengambilan studi kasus ini dan saya mengerti semua

yang telah dijelaskan tersebut.

Saya setuju untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan studi kasus ini

dan saya telah menerima salinan dari form ini.

6D\D1RQD1\RQ\D7XDQ´´´´´´´´´´´´

Dengan ini saya memberikan kesediaan setelah mengerti semua yang telah

dijelaskan oleh peneliti terkait dengan proses pengambilan studi kasus ini dengan

baik. Semua data dan informasi dari saya sebai partisipan hanya akan digunakan

untuk tujuan dari studi kasus ini.

TTD Partisipan TTD Saksi

´´´´´´´´´´ ´´´´´´´´´´

TTD Peneliti

´´´´´´´´´´
SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAWATAN PAYUDARA

Topik Bahasan : Perawatan Payudara

Hari / tanggal : Jumat, 21 Desember 2018

Tempat : Ruang Nifas Kamar Mawar Merah 3 RSUD Bangil

Waktu : 20 Menit

Sasaran : Ny. E diruang Nifas kamar Mawar Merah 3 RSUD Bangil

I. Tujuan Instruksional Umum

Diharapkan setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 1 x 20 menit

diharapkan Ny. E diruang Nifas kamar Mawar Merah 3 RSUD Bangil mengerti

tentang perawatan payudara

II. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 1 x 20 menit diharapkan Ny. E

diruang Nifas kamar Mawar Merah 3 RSUD Bangil, paham tentang :

1. Menjelaskan kembali pengertian perawatan payudara

2. Menyebutkan tujuan perawatan payudara

3. Menyebutkan manfaat perawatan payudara

4. Menyebutkan masalah yang timbul jika tidak dilakukan perawatan payudara

5. Menyebutkan peralatan perawatan payudara

6. Memperagakan cara perawatan payudara


III. Materi

1. Pengertian perawatan payudara

2. Manfaat perawatan payudara

3. Tujuan perawatan payudara

4. Masalah yang timbul jika tidak dilakukan perawatan payudara

5. Peralatan untuk perawatan payudara

6. Cara perawatan payudara yang benar

IV. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab

3. Demonstrasi
V. Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan
No. Waktu Tahap Kegiatan
Penyuluh Sasaran

1 2 menit Pembukaan 1.Memberi salam pembuka 1. Menjawab salam

2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan

3. Kontrak waktu 3. Memberi respon

2 13 menit Kegiatan inti Penjelasan : 1. Mendengarkan

1. Menjelaskan pengertian 2. Memperhatikan

perawatan payudara

2. Menjelaskan tujuan

perawatan payudara

3.Menjelaskan dampak

tidak dilakukan perawatan

payudara

4. Menjelaskan hal-hal

yang perlu diperhatikan

dalam melakukan

perawatan payudara

5. Menjelaskan langkah-

langkah perawatan

payudara
6. Menjelaskan teknik

perawatan payudara

3 5 menit Penutup 1. Tanya jawab 1. Mengajukan

2. Menyimpulkan hasil pertanyaan

penyuluhan 2. Memahami

3. Salam penutup 3. Membalas salam

VI. Evaluasi

1. Prosedur : Post Tes

2. Bentuk : Lisan

3. Jenis : Tanya Jawab


MATERI PENYULUHAN

PERAWATAN PAYUDARA (Breast Care)

A. Pengertian

Post natal breast care pada ibu nifas merupakan perawatan payudara yang

dilakukan pada ibu pasca melahirkan/nifas untuk melancarkan sirkulasi darah dan

mencegah tersumbatnya saluran payudara sehingga memperlancar pengeluaran ASI.

Pelaksanaan perawatan payudara dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi

dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari. (Saleha, 2009)

B. Tujuan perawatan payudara

Perawatan payudara hendaknya dilakukan sedini mungkin selama kehamilan

dalam upaya mempersiapkan bentuk dan fungsi payudara sebelum terjadi laktasi.Jika

persiapan kurang dapat terjadi gangguan penghisapan pada bayi akibat ukuran puting

yang kecil atau mendelep. Akibat lain bisa terjadi produksi Asi akan terlambat serta

kondisi kebersihan payudara ibu tidak terjamin sehingga dapat membahayakan

kesehatan bayi. Dipihak ibu, akibat perawatan yang kurang pada saat persalinan ibu

belum siap menyusui sehingga jika bayi disusukan ibu akan merasakan geli atau perih

pada payudaranya.

Tujuan perawatan payudara adalah :

1. Memelihara kebersihan payudara

2. Melenturkan dan menguatkan puting susu


3. Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup untuk kebutuhan bayi

4. Dengan perawatan payudara yang baik ibu tidak perlu khawatir bentuk

payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang menarik.

5. Dengan perawatan payudara yang baik puting susu tidak akan lecet sewaktu

dihisap oleh bayi.

6. Melancarkan aliran ASI

7. Mengatasi puting susu datar atau terbenam supaya dapat dikeluarkan sehingga

siap untuk disusukan kepada bayinya

C. Dampak tidak dilakukan perawatan payudara

Berbagai dampak negatif dapat timbul jika tidak dilakukan perawatan

payudara sedini mungkin. Dampak tersebut meliputi :

1. Puting susu mendelep

2. Anak susah menyusui

3. ASI lama keluar

4. Produksi ASI terbatas

5. Pembengkakan pada payudara

6. Payudara meradang

7. Payudara kotor

8. Ibu belum siap menyusui

9. Kulit payudara terutama puting akan mudah lecet.


E. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Perawatan Payudara

1. Potong kuku tangan sependek mungkin,serta kikir agar halus dan tidak

melukai payudara.

2. Cuci bersih tangan dan terutama jari tangan.

3. Lakukan pada suasana santai,misalnya pada waktu mandi sore atau sebelum

berangkat tidur.

F. Langkah-langkah perawatan payudara

1. Persiapan alat untuk perawatan payudara

a. Handuk 2 buah

b. Washlap 2 buah

c. Baskom berisi air dingin 1 buah

d. Baskom berisi air hangat 1 buah

e. Minyak kelapa/baby oil

f. Baskom kecil 1 buah berisi kapas/kasa secukupnya

g. Baki, alas dan penutup

2. Pelaksanaan

a. Memberikan prosedur yang akan dilaksanakan

b. Mengatur lingkungan yang aman dan nyaman

c. Mengatur posisi klien dan alat-alat peraga supaya mudah dijangkau

d. Cuci tangan sebelum dilaksanakan perawatan payudara

e. Pasang handuk di pinggang klien satu dan yang satu dipundak


G. Teknik Perawatan Payudara

1. Tempelkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa atau baby oil selama ± 5

menit, kemudian puting susu dibersihkan

2. Tempelkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara.

a. Pengurutan dimulai kearah atas, kesamping, lalu kearah bawah.Dalam

pengurutan posisi tangan kiri kearah sisi kiri, telapak tangan kanan kearah

sisi kanan.

b. Pengurutan diteruskan kebawah,kesamping selanjutnya melintang, lalu

telapak tangan mengurut kedepan kemudian kedua tangan dilepaskan dari

payudara,ulangi gerakan 20-30 kali

c. Gerakan-gerakan pada perawatan payudara

1) Gerakan Pertama

Kedua tangan disimpan di bagian tengah atau antara payudara,

gerakan tangan ke arah atas pusat ke samping, ke bawah kemudian

payudara diangkat sedikit dan dilepaskan, lakukan 20-30 kali.

2) Gerakan Kedua

Satu tangan menahan payudara dari bawah, tangan yang lain mengurut

payudara dengan pinggir tangan dari arah pangkal ke puting susu,

dilakukan 20-30 kali dilakukan pada kedua payudara secara

bergantian.
3) Gerakan Ketiga

Satu tangan menahan payudara di bagian bawah, tangan yang lain

mengurut dengan bahu, jari tangan mengepal, lakukan pengurutan dari

arah pangkal ke puting susu, 20-30 kali dilakukan pada kedua

payudara secara bergantian.

d. Selesai pengurutan, payudara disiram dengan air hangat dan dingin

bergantian selama ±5 menit, keringkan payudara dengan handuk bersih

kemudian gunakan BH yang bersih dan menopang.

e. Bersihkan payudara terutama bekas minyak

f. Pakailah BH yang terbuka bagian depannya (untuk Ibu menyusui) dan

yang menyangga buah dada atau langsung susui bayi. (Saryono, 2009)
PENUTUP

Post natal breast care pada ibu nifas merupakan perawatan payudara yang

dilakukan pada ibu pasca melahirkan/nifas untuk melancarkan sirkulasi darah dan

mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI.

Pelaksanaan perawatan payudara dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi

dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari. Perawatan payudara untuk ibu nifas yang

menyusui merupakan salah satu upaya dukungan terhadap pemberian ASI bagi buah

hati.

Perawatan payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan

payudara semasa hamil, yang mempunyai tujuan perwatan sebagai berikut :

1. Memelihara kebersihan payudara

2. Melenturkan dan menguatkan puting susu

3. Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup untuk kebutuhan

bayi

4. Dengan perawatan payudara yang baik ibu tidak perlu khawatir bentuk

payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang menarik.

5. Dengan perawatan payudara yang baik puting susu tidak akan lecet sewaktu

dihisap oleh bayi.

6. Melancarkan aliran ASI


7. Mengatasi puting susu datar atau terbenam supaya dapat dikeluarkan

sehingga siap untuk disusukan kepada bayinya

8. Diharapkan setelah melakukan penyuluhan ini ibu bisa menerapkan

perawatan payudara dirumah sehingga pemberian ASI akan lancar.


DAFTAR PUSTAKA

Bobak, dkk. 2008. Keperawatan Maternitas. Hal 460. Jakarta : EGC diakses pada
tanggal 20 Desember 2018 pukul 19.00 WIB
Mellyna, H. 2009. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Hal 29. Jakarta : Puspa
Swara.diakses pada tanggal 20 Desember 2018 pukul 19.10 WIB
Saleha, sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
diakses pada tanggal 20 Desember 2018 pukul 19.15 WIB
Saryono dyah pramitasari poischa. (2009). Perawatan payudara. Jogjakarta: mitra
cendikia. diakses pada tanggal 20 Desember 2018 pukul 19.20 WIB
PERAWATAN PAYUDARA adalah DAMPAK TIDAK DILAKUKAN
perawatan yang dilakukan pada ibu pasca PERAWATAN PAYUDARA
PERAWATAN PAYUDARA
melahirkan/nifas untuk melancarkan sirkulasi darah 1. Puting susu terbenam
(BREAST CARE) dan mencegah tersumbatnya saluran payudara 2. ASI lama keluar
sehingga memperlancar pengeluaran ASI. 3. Produksi ASI terbatas
Pelaksanaan perawatan payudara dimulai sedini 4. Pembengkakan pada payudara
mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan 5. Payudara meradang
dilakukan 2 kali sehari. 6. Payudara kotor
7. Kulit payudara terutama puting akan
TUJUAN PERAWATAN
mudah lecet.
PAYUDARA

1. Memelihara kebersihan payudara


2. Melenturkan dan menguatkan puting susu
3. Memproduksi ASI cukup
Disusun Oleh : 4. Puting susu tidak akan lecet sewaktu dihisap
oleh bayi.
ANIS FARADILLAH
5. Melancarkan aliran ASI
(1601037) YANG PERLU DIPERHATIKAN!!!
6. Mengatasi puting susu datar atau terbenam
dapat dikeluarkan sehingga siap untuk
1. Potong kuku tangan sependek mungkin,serta
disusukan kepada bayinya
kikir agar halus dan tidak melukai payudara.

AKADEMI KEPERAWATAN 2.Cuci bersih tangan dan terutama jari tangan.

KERTA CENDEKIA 3. Lakukan pada suasana santai,misalnya pada


TA 2019 waktu mandi sore atau sebelum berangkat tidur.
LANGKAH LANGKAH 1) Gerakan Ketiga
PERAWATAN PAYUDARA Satu tangan menahan payudara di bagian

1. Persiapan alat untuk perawatan payudara bawah, tangan yang lain mengurut

a. Handuk 2 buah, Washlap 2 buah dengan bahu, jari tangan mengepal,


b. Baskom berisi air dingin dan air hangat lakukan pengurutan dari arah pangkal ke
c. Minyak kelapa/baby oil puting susu, 20-30 kali dilakukan pada
d. Baskom kecil berisi kapas
kedua payudara secara bergantian.
a. Gerakan-gerakan pada perawatan payudara d. Selesai pengurutan, payudara disiram dengan air
2) Gerakan Pertama hangat dan dingin bergantian selama ±5 menit,
Kedua tangan disimpan di bagian tengah keringkan payudara dengan handuk bersih
atau antara payudara, gerakan tangan ke arah kemudian gunakan BH yang bersih dan
TEKNIK TEKNIK PERAWATAN
atas pusat ke samping, ke bawah kemudian menopang.
PAYUDARA
payudara diangkat sedikit dan dilepaskan,
1. Tempelkan kapas yang sudah diberi minyak lakukan 20-30 kali.
kelapa atau baby oil selama ± 5 menit, 2) Gerakan Kedua
kemudian puting susu dibersihkan
Satu tangan menahan payudara dari bawah,
2. Tempelkan kedua telapak tangan diantara kedua tangan yang lain mengurut payudara dengan
payudara. pinggir tangan dari arah pangkal ke puting susu,
e. Bersihkan payudara terutama bekas minyak
b. Pengurutan dimulai kearah atas, kesamping, dilakukan 20-30 kali dilakukan pada kedua
lalu kearah bawah.Dalam pengurutan posisi payudara secara bergantian f. Pakailah BH yang terbuka bagian depannya
tangan kiri kearah sisi kiri, telapak tangan (untuk Ibu menyusui) dan yang menyangga
kanan kearah sisi kanan. buah dada atau langsung susui bayi. (Saryono,
c. Pengurutan diteruskan kebawah,kesamping 2009)
selanjutnya melintang, lalu telapak tangan
mengurut kedepan kemudian kedua tangan
dilepaskan dari payudara,ulangi gerakan 20-30
kali

Anda mungkin juga menyukai