Anda di halaman 1dari 6

TAKE HOME EXAM UTS DAN UAS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan HIV/ AIDS


Yang dibina oleh Ibu Sulastyawati, S.Kep., Ns., M.Kep

Oleh :
Nurul Fajriyatul Ummah
P17212235083

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2023-2024
Dosen : Sulastyawati, Ns., SKep., MKep.,

1. Apakah upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah untuk memutus mata rantai penularan HIV/ AIDS
berdasarkan pola penularan seperti gambar diatas? Jelaskan jawaban anda berdasarkan minimal 3 referensi/
jurnal ter update!
Jawaban:
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah jenis retrovirus RNA yang
menyerang sistem kekebalan tubuh. Sedangkan AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit karena penurunan imunitas tubuh akibat
serangan virus HIV (Amin, 2015).
Menurut kermenkes No 21 Tahun 2013 mengatur peran ODHA tentang
keikutsertaan dalam pencegahan penularan HIV/AIDS. Perilaku kesehatan ODHA
yang dapat membantu pemerintah dalam melaksanakan kegiatan pencegahan penularan
HIV/AIDS. perilaku kesehatan dipengaruhi bagaimana individu mengatasi masalah
kesehatan, manfaat dari pengobatan, dan cara individu mengenali kebutuhannya
untuk mengambil suatu tindakan tertentu.
Upaya pencegahan penularan HIV/AIDS yang dilakukan ODHA diawali dengan
keterbukaannya kepada keluarga mengenai status HIV. Keluarga dan orang-orang terdekat
ODHA menjadi lebih sadar dan mengetahui mengenai virus HIV dan AIDS. Manfaat
lain dari keterbukaan ODHA mengenai status HIVyaitu keluarga ikut mengingatkan
ODHA untuk rutin mengkonsumsi ART setiap hari, memotivasi ODHA untuk
meneruskan hidup dan mencapai kualitas hidup, mendapatkan dukungan psikososial dan
ekonomi dari keluarga, mengurangi kecemasan, serta kemudahan mengaksespelayanan
Kesehatan (Larasaty, 2015).
Menurut Handitya & Sacipto (2019) mengatakan bahwa pemerintah dalam upaya
mencegah dan melindungi masyarakat tertular HIV dan AIDS ada beberapa cara, antara lain:
1. Sosialisasi yang intensif Penyuluhan tentang penyakit HIV AIDS. Data menunjukkan
bahwa faktor utama penyebaran panyakit ini adalah ketidaktahuan mengenai faktor-
faktor penyebab dan penyebaran penyakit ini, hal ini terutama dialami oleh generasi
muda. Pemerintah Daerah dalam satuan unit yang terkecil dapat melakukan
penyuluhan, misalnya bidan desa, lurah, dokter, mantri melakukan penyuluhan agar Ibu
hamil rutin melakukan kunjungan antenatal untuk memperoleh informasi tentang HIV
dan konseling.
2. Pemerintah daerah dapat melakukan pencegahan terhadap hal terkecil yang bisa
disinyalir bisa menyebabkan penyakit HIV AIDS ini kemudian akan ”datang” dan
menular. Misalnya penggunaan narkoba biasanya didahului dengan penyakit
masyarakat seperti judidan miras, khususnya di kalangan pelajar dan pemuda/pemudi.
Pemerintah dapat mencegahnya dengan bersikap tegas untuk memberantas penyakit
masyarakat yang dapat ”mengundang” datangnya penyakit HIV AIDS. Misalnya
menindak pemuda yang mabuk-mabukan, kumpul kebo, pelajar yang mabuk atau
melakukan seks bebas, termasuk penyebaran VCD porno dan bahan-bahan pornografi
lainnya dan sebagainya.
3. Pemerintah dapat melakukan pengawasan terhadap pencegahan penyakit HIV AIDS
terutama terkait dengan transfusi darah dan pemakaian jarum suntik dengan melakukan
pengawasan di RSU, PMI, dan Puskesmas.
4. Pemerintah daerah mempunyai kewajban dan kekuasaan untuk melakukan kordinasi
dimasyarakat dan perangkat-perangkatnya untuk melakukan pencegahan dan
penanganan HIV AIDS, misalnya melakukan kordinasi dengan sekolah-sekolah,
pemuka-pemuka agama, orang tua, kepolisian, RSU, dan unit atau tokoh masyarakat
lainnya untuk melakukan gerakan dan aksi bersama yang rutin dilakukan untuk
melakukan pencegahan dan penanganan HIV AIDS. Misalnya pemerintah bisa
melakukan atau mengkordinir penggalangan dana untuk memberi bantuan kepada
Puskesmas atau RSU agar penderita bisa berobat gratis, atau terdapat klinik khusus
penanganan HIV AIDS dengan melibatkan tenaga medis yang tersedia.

2. Stigma Masyarakat terhadap penderita HIV/ AIDS bisa mempercepat kematian


penderita HIV/ AIDS.
a. Bagaimana pendapat anda tentang pernyataan diatas? Jelaskan jawaban anda
berdasarkan minimal 3 referensi/ jurnal terupdate!

Stigma merupakan hambatan yang signifikan yang mempengaruhi kualitas hidup pasien
HIV/AIDS. Lamanya pasien mendapat terapi HIV/ AIDS memerlukan dukungan sosial dari
masyarakat sehingga dapat memperbaiki koping pada pasien HIV/AIDS.
Menurut Handayani (2017), Stigma membuat kualitas hidup ODHA menjadi lebih buruk,
sehingga perlu adanya upaya untuk menanggulangi stigma masyarakat terhadap ODHA.
Handayani, (2017) mengemukakan bahwa salah satu upaya untu mengurangi stigma masyarakat
terhadap ODHA yaitu dengan melakukan pengembangan pada program promosi kesehatan yang
dilakukan sebagai upaya dalam menurunkan stigma masyakarat mulai dari level terkecil yaitu
keluarga hingga level terbesar yaitu institusional. Adapun upaya tersebut dapat dilakukan dengan
melakukan kampanye pada media yang mempromosikan toleransi dan kasih sayang terhadap
ODHA.
Menurut (Lubis et al., 2016) semakin tinggi stigma yang diberikan oleh amsyarkat
terhadap ODHA maka akan semakin rendah kualitas hidupnya. Maka dengan begitu ODHA
yang tidak mengalami stigma atau mengalami stigma rendah memiliki peluang yang lebih besar
untuk mempunyai kualitas hidup yang tinggi dan baik dibandingkan dengan ODHA yang
mendapatkan stigma tinggi.
Menurut (Shaluhiyah et al., 2015) stigma terhadap ODHA memiliki dampak yang besar
bagi program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS termasuk kualitas hidup ODHA.
Populasi berisiko akan merasa takut untuk melakukan tes HIV karena apabila terungkap hasilnya
reaktif akan menyebabkan mereka dikucilkan. Orang dengan HIV positif merasa takut
mengungkapkan status HIV dan memutuskan menunda untuk berobat apabila menderita sakit,
yang akan berdampak pada semakin menurunnya tingkat kesehatan mereka dan penularan HIV
tidak dapat dikontrol.
b. Jika anda setuju, Upaya apakah yang sudah dilakukan oleh pemerintah terhadap Masyarakat dan
penderita HIV/ AIDS?

Menurut Kuswanti & Rochmawati (2021) Upaya yang bisa dilakukan salah satunya
dinas kesehatan yaitu melakukan program PMTCT atau pencegahan penularan HIV dari
ibu hamil ke bayinya. PMTCT dilakukan dengan tujuannya untuk memberikan informasi
ke masyarakat dalam hal ini ibu hamil agar mengetahui bagaimana cara meminimalisir
penularan HIV dari ibu hamil ke bayinya. Adapun bentuk intervensi pencegahan tersebut
di antaranya:
Pemberian informasi PMTCT pada ibu hamil ketika datang ke layanan kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan mereka tentang kemungkinan adanya resiko
penularan HIV diantara mereka, termasuk juga risiko lanjutan berupa penularan HIV ibu
ke bayi.
Selanjutnya yaitu melakukan penyuluhan dan pemahaman tentang HIV-AIDS di
lingkungan kelompok risiko dan populasi kunci. Upaya untuk menyampaikan kepada
masyarakat tentang bahaya virus HIV-AIDS melalui layanan Komunikasi Publik. Upaya
meningkatkan publikasi baik secara kuantitas maupun kualitas melalui media massa yang
sifatnya edukatif. Pengadaan media dan sarana KIE seperti leaflet, poster, spanduk tentang
HIV-AIDS. (Ngadnan, n.d.)
DAFTAR PUSTAKA
Amin, S. (2015). Docking Amprenavir Dan Senyawa Turunannya Sebagai Anti-Hiv (Human
Immunodeficiency Virus). Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-Ilmu
Keperawatan, Analis Kesehatan Dan Farmasi, 9(1), 67.
Handayani, F. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Orang Dengan Hiv/Aids
(Odha) Di Kota Kupang Provinsi Ntt. Universitas Gadjah Mada.
Handitya, B., & Sacipto, R. (2019). Penanggulangan dan pencegahan hiv dan aids Secara
terintegrasi, tepat, kolaboratif dan berkesinambungan (tetep kober) Di kabupaten semarang.
ADIL Indonesia Journal, 1(1).
Kuswanti, I., & Rochmawati, L. (2021). Efektifitas Media Audio Visual Sebagai Upaya Promosi
Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pencegahan Penularan
HIV dari Ibu Ke Anak (PPIA). Jurnal Kebidanan Indonesia, 12(1).
Larasaty, N. D. (2015). Bentuk-Bentuk Dukungan Keluarga Kepada Ibu Dengan Hiv Positif
Dalam Menjalani Terapi Arv (Studi Kasus Pada Kelompok Dukungan Sebaya/KDS Arjuna
Plus Kota Semarang). PROSIDING SEMINAR NASIONAL \& INTERNASIONAL.
Lubis, L., Sarumpaet, S. M., Ismayadi, I., & others. (2016). Hubungan stigma, depresi dan
kelelahan dengan kualitas hidup pasien HIV/AIDS di Klinik Veteran Medan. Idea Nursing
Journal, 7(1), 1–13.
Ngadnan, N. (n.d.). Peran Pemerintah Dalam Penanggulangan Hiv Dan AIDS. Jurnal Kebijakan
Publik, 7(1).
Shaluhiyah, Z., Musthofa, S. B., & Widjanarko, B. (2015). Stigma masyarakat terhadap orang
dengan HIV/AIDS. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public
Health Journal), 9(4), 333–339.

Anda mungkin juga menyukai