Disusun Oleh:
1. Yessi Noviasari (200521100025)
2. Nila Wardani (200521100025)
3. Nor Khofifah (200521100033)
4. Faisal Hidayatullah (200521100040)
Dosen Pengampu:
Hetty Mulyaningsih, S.Sos., M.Kes
HIV merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mana disebabkan oleh perilaku seks
bebas. HIV merupakan New Emerging Diseases dan muncul sebagai pandemi beberapa tahun
ini, sebelum covid-19 melanda. Human Immune Virus/Acquired Immune Deficiency
Syndrome sudah menjadi pandemi global. HIV adalah virus yang menurunkan sistem
kekebalan tubuh atau diferensiasi, sehingga tubuh sangat rentan terhadap infeksi oportunistik.
Sedangkan AIDS merupakan sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya
kekebalan tubuh. HIV/AIDS telah menyebar ke berbagai belahan dunia sehingga, dapat
menimbulkan dampak yang merugikan seperti kesehatan, sosial ekonomi, maupun politik.
Berdasarkan laporan data resmi yang ada di Indonesia kasus HIV/AIDS sebanyak 26.483 per
bulan Januari 2000 sampai dengan Juni 2011. Dari data tersebut faktor penyebab tertularnya
HIV/AIDS diantaranya homoseks, heteroseks, perinatal, pasangan ODHA, narkoba suntik,
dan tranfusi darah.
Tidak hanya berdampak kesehatan pada tubuh, tetapi juga dapat menimbulkan dampak
psikologis. Dalam hal ini perempuan merupakan gender yang banyak mengalami dampak
psikologis karena terinveksi HIV. Secara global wanita yang hidup dengan status HIV
mengalami berbagai macam tindakan kekerasan dari kekerasan yang berbasis gender,
pelanggaran HAM, kekerasan struktural dan kekerasan pasangan intim. Banyak wanita yang
mengelami kekerasan fisik maupun psikis berupa pemukulan dan perkataan kasar oleh
suaminya, dijauhi oleh keluarganya bahkan ditinggal oleh suaminya saat tahu istrinya
terinfeksi HIV. Beberapa penelitian di berbagai Negara menunjukkan bahwa wanita yang
didiagnosis positif HIV lebih rentan mengalami kekerasan dibandingkan dengan wanita yang
didiagnosis negatif HIV. Wanita yang mengalami kekerasan akibat terinfeksi HIV perlu
penanganan khusus karena kekerasan tersebut akan berdampak pada kesehatan fisik dan
mentalnya.
Wanita yang terinfeksi HIV rentan mengalami kekerasan psiologis seperti diselingkuhi
suami, dijauhi anggota keluarga, dikucilkan oleh masyarakat, dihina, dan rentan mengalami
stigma diskriminiasi dari orang sekitar. Adanya stigma dalam masyarakat bahwa orang yang
terinfeksi HIV adalah seseorang yang tidak bermoral yang mana penyakit tersebut
disebabkan oleh perilaku seks bebas yang bertentangan dengan norma dan nilai agama dan
merupakan penyakit yang mudah menular. Oleh karena itu, stigma tersebut memunculkan
sikap diskriminasi terhadap korban terinfeksi HIV karena ketakutan tertular.
Oleh karena itu korban terinveksi HIV tidak hanya harus mendapat perawatan yang
intensif fisiknya saja, kesehatan psikologispun harus diperhatikan. Walupun orang yang
terinfeksi HIV malu untuk mengungkapkannya. Akan tetapi, pengungkapan tersebut sangat
penting untuk mencegah penularan dan menanganinya. Perlunya support dari orang sekitar
dapat membantu dalam menangani HIV/AIDS. Selain untuk memberikan Edukasi kepada
pembaca tentang HIV/AIDS makalah ini juga menjelaskan bagaimana cara mangatasinya.
Lembaga yang dimaksud yaitu KPA yang merupakan lembaga yang mempunyai
peran sebagai penyelenggara dan fasilitator penanggulangan HIV/AIDS. Dalam
melakukan tugasnya KPA berkoordinasi secara lintas sektor. KPA bekerjasama
dengan lembaga-lembaga seperti LSM, Puskesmas, Rumah Sakit dan WPA serta
menyisipkan programnya dalam kegiatan di Dinas Pendidikan dan Pariwisata.
BAB II
PEMBAHASAN
Perkembangan HIV/AIDS pertama kali dikenal sekitar tahun 1981, namun kasus
HIV/AIDS secara retrospektif telah muncul sejak tahun 1970-an di Amerika Serikat dan
di beberapa bagian di dunia seperti Haiti, Afrika, dan Eropa. (Dinas Kesehatan, 2014).
UNAIDS (2017) menunjukkan terjadinya peningkatan dari sejumlah orang yang
menderita HIV dari 36,1 millyar di tahun 2015 menjadi 36,7 millyar di tahun 2016.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat prevalensi
HIV/AIDS yang sangat tinggi. Kasus HIV/AIDS pertama kali ditemukan di provinsi Bali
pada tahun 1987. Kasus HIV/AIDS telah menyebar di 407 dari 507 kabupaten/kota
(80%) di seluruh provinsi di Indonesia hingga saat ini (Ditjen P2P, 2016).
Jumlah kasus baru positif HIV yang dilaporkan dari tahun ke tahun cenderung
terus meningkat. Tahun 2016 jumlah kasus HIV dilaporkan sebanyak 41.250 kasus dan
jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sedikit lebih meningkat dibandingkan tahun 2015
yang jumlahnya sebanyak 7.491 kasus. Secara kumulatif, kasus AIDS sampai dengan
tahun 2016 sebanyak 86.780 kasus (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Persentase HIV
dan AIDS di Indonesia tahun 2017 tercatat dari triwulan 1 (yaitu dari bulan januari
hingga Maret) dengan jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan
Maret 2017 sebanyak 242.699 orang. Dan jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987
sampai dengan Maret 2017 sebanyak 87.453 orang (Ditjen PP dan PL Kemenkes RI,
2017).
2.2 Contoh Kasus HIV yang terjadi pada mahasiswa, contoh HIV di internasional
Salah satu cara untuk mencegah terjadinya penularan HIV yaitu dengan memberikan
edukasi maupun pengetahuan (kognitif) kepada masyarakat dengan menggunakan media poster
maupun Leafet. Dengan memberikan penngetahuan terhadap masyarakat tentang pencegahan
HIV/AIDS maka dapat menurunkan tingkat resiko terkena HIV/AIDS. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Overt Behavior). Perilaku
yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana pendidikan
dibutuhkan untuk mendapatkan informasi, dimana hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku
seseorang akan pola hidup terutama untuk terbentuknya sikap. Dengan media poster maupun
Leaflet yang dibuat oleh komisi penanggulangan AIDS yang memuat tentang pencegahan
HIV/AIDS, yang kemudian ditangkap oleh panca indera dan menjadi bentuk informasi maupun
pengetahuan baru bagi masyarakat tentang HIV/AIDS dan cara pencegahannya, dapat
membentuk perilaku masyarakat terutama dalam terbentuknya sikap. Sehingga dapat terbentuk
pola hidup sehat dan sikap yang baik yang akhirnya dapat mencegah terhadinya HIV/AIDS.
Poster merupakan media yang berisi pesan ataupun informasi kesehatan, yang ditempel di
tembok-tembok, di tempat umum, atupun di kendaraan umum dengan tujuan mempengaruhi
seseorang agar tertarik pada sesuatu, atau mempengaruhi agar sesorang bertindak akan sesuatu
hal. Poster biasanya dipasang di tempat di mana sesorang berkumpul seperti puskesmas, klinik,
departemen kesehatan, tempat kerja, dan sekolah. Dalam penelitian terdahulu media poster
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku masyarakat dalam pencegahan HIV/AIDS.
Sedangkan Leaflet merupakan media cetak yang berisi tulisan serta gambar yang dibuat
dalam bentuk selembaran dan tidak dibukukan. Media satu ini umumnya memiliki bentuk
persegi panjang yang datar dan mengandung informasi lengkap terkait produk tertentu.
Perlakuan menggunakan media promosi kesehatan berupa media cetak Leaflet dari komisi
penangulangan AIDS merupakan sarana menginformasikan tentang pencegahan HIV/AIDS.
Dengan adanya stimulus dari media Leaflet kepada organisme, yang selanjutnya membentuk
respon atau praktik baru. Dengan adanya media Leaflet dapat meningkatkan pengetahuan tentang
pencegahan HIV/AIDS. Setelah reponden tahu maka akan terjadi proses menilai atau besrsikap
terhadap stimulus yang diberikan sehingga merubah sikap responden menjadi positif (menerima)
maupun negatif tidak (menerima). Inilah yang kemudian disebut praktik perilaku pencegahan
HIV/AIDS.
Dalam uji statistik yang dilakukan oleh peneliti di Jember menunjukkan bahwa media
Leaflet lebih efektif dalam meningkatkan pengetahun tentang pencegahan HIV/AIDS
dibandingkan media poster. Dikarenakan dalam media Leaflet pemaparan tentang HIV/AIDS
lebih lengkap dan jelas, media Leaflet yang dibuat oleh komisi penanggulangan HIV/AIDS
berbentuk lembaran yang dapat dilipat, sehingga mudah dibawa dan dapat dibaca berulang kali.
Menurut notoatmodjo (2007) media Leaflet memungkinkan untuk disimpan, dibaca,
berulang kali, dan dibagikan dikarenakan bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan
melalui lembaran-lembaran yang dilipat. Media Leaflet juga memungkinkan pembaca
mendapatkan informasi tentang topik sensitif, yang mau ditanyakan secara pribadi kepada yang
lain.
► Menjalani pengobatan HIV/AISD dengan mendapatkan obat ARV (Anti Retro Viral) bagi
yang terinfeksi HIV/AIDS
Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugiharti (2014) orang secara rutin
menjalani pengobatan HIV/AISD dengan mendapatkan obat ARV. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Universitas Negeri Semarang memaparkan bahwa orang
yang terjangkit virus HIV/AIDS yang patuh terhadap pengobatan ARV dapat ditujukan
dengan mentaati meminum obat ARV, baik dari segi waktu, pengambilan obat, dan
dampak positif pengobatan HIV/AIDS yang diterimanya. Dan ini dapat dijadikan sebagai
pemutus rantai penyebaran virus HIV, karena semakin sedikit orang yang
sembuh/terinfeksi HIV/AIDS maka akan semakin sedikit juga orang yang tertular
HIV/AIDS.
BAB III
Kesimpulan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan jenis virus yang menginfeksi sel darah
putih yang dapat berakibat pada turunnya kekebakan tubuh dan juga merusak fungsinua.
Sedangkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan sekumpulan gejala
penyakit yang terjadi karena sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV.
Kelompok yang memiliki memiliki resiko besar terkena virus HIV/AIDS adalah kelompok
heteroseksual, biseksual, homoseksual, perinatal, dan penasun. Yang menjadi strategi
penanggulangan HIV/AIDS adalah pengguna napza suntik, dan juga wanita pekerja seks (WPS),
pelanggan WPS, gay, waria dan warga lapas. Dalam pengembangan virus HIV terdapat tahapan
perkembangan virus HIV yaitu: Tahapan jendela yang mana tahap ini berlangsung 1-3 bulan dan
sudah bisa menular ke orang lain. Tahapan Tanpa Gejala yang mana tahap ini HIV sudah
berkembang dalam tubuh sehinggan dapat diketahui dari tes HIV dan biasa dikenal sebagai masa
laten. Tahapan Gejala Mulai Muncul, yang mana tahapan ini kondisi kekebalan tubuh menurun
dan akan menampakkan gejala AIDS. Dan yang terakhir adalah tahapan AIDS, yang mana
muncul berbagai macam oportunitis seperti radang paru-paru, gangguan syaraf, dan lainnya.
Contoh kasus HIV/AIDS adalah seorang wanita berusia 21 tahun yang memiliki riwayat
penyakit diare yang datang sejak 4 bulan sebelum divonis. Dan juga di diagnosis penyakit
tuberkolosis sejak 10 bulan yang juga menjadi penyebab progrefilitas HIV menjadi AIDS.
Cara untuk mencegah adanya penularan HIV adalah dengan adanya medua poster atau
leafet sebagai edukasi. Dengan adanya pengetahuan melalui poster akan menurunkan resiko
adanya HIV/AIDS. Poster merupakan media yang memiliki pesan ataupun informasi kesehatan,
yang ditempelkan di tempat umum maupun di tembok-tembok. Sedangkan Leafet merupakan
media cetak yang isinya mengenai tulisan serta gambar selembaran yang tidak dibukukan. Leafet
umumnya berbentuk persegu panjang dan mengandung informasi lengkap mengenai prosuk
tertentu. Dalam uji tatistic yang dilakukan oleh peneliti di Jember menunjukkan bahwa media
Leaflet lebih efektif dalam meningkatkan pengetahun tentang pencegahan HIV/AIDS
dibandingkan media poster. Selain penggunaan poster/leafet, pencegahan kasus HIV/AIDS juga
dapat dilakukan dengan pengendalian pelaku beresiko dari orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
yang memiliki peran penting dalam memutuskan rantai penularan HIV karena pembawa dari
penyakit tersebut, kemudian menjalankan pengobatan HIV/AIDS dengan mendapatkan obat
ARV (Anti Retro Viral) bagi orang yang terinveksi HIV/AIDS, dan yang terakhir adalah
mencegah penularan HIV/AIDS dengan merubah pola hubungan seksual.
DAFTAR PUSTAKA
Azinar, M & Marlinda, Y. (2017). Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS. Jurnal Of Health
Education. Universitas Negeri Semarang. 2 (192-200)
Robert H. Remien, dkk. (2019). Mental Health And HIV/AIDS : The Need For An Integrated
Responses. AIDS. Vol 33, N0. 9.
Gani. Husni Abdul., Erdi Istiaji., Dan Atdelia Irla Kusuma. 2014. Perbedaan Efektivitas Leaflet
dan Poster Produk Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Jember Dalam Perilaku
Pencegahan HIV/AIDS. Jurnal IKESMA Vol.10, No. 1.
Yoku, Enjelina Rosa Pebrianti., Treesia Sujana., dan Theresia Pratiwi Elingsetyo Sanubari. 2020.
Studi Kasus Identifikasi dan Penanganan Kasus HIV/AIDS di Kota
Salatiga. Indonesian Academia Health Sciences Journal. Vol. 1. No. 2.
Marlinda, Yeti & Muhammad Azinar. Perilaku Pencegahan Penularan Hiv/Aids. 2017. Jurnal of
Health Education. Universitas Negeri Semarang. Vol. 2. No. 2.