Anda di halaman 1dari 1

KELAS 4A

Nama : Nor Khofifah


NIM : 200521100033
PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PRA)

PRA adalah salah satu pendekatan yang bertujuan untuk mengajak masyarakat agar turut
dalam melakukan suatu proses pembangunan secara langsung melalui suatu program kegiatan.
Metode pendekatan PRA identik dengan partisipasi masyarakat. Partisipasi sendiri memiliki pengertian
suatu proses dimana seseorang, kelompok atau masyarakat turut terlibat secara mental dan juga
emosional dalam suatu kegiatan yang mendorong mereka untuk turut berkontribusi dan andil untuk
bertanggung jawab mencapai suatu tujuan kegiatan tersebut. Masyarakat turut berpartisipasi agar
mereka turut merencanakan program yang memiliki potensi berhasil dengan pengalaman-pengalaman
mereka sendiri.

Dalam PRA masyarakat diharuskan untuk turut berpartisipasi, karena dengan adanya
partisipasi dari masyarakat program yang dicanangkan sebagian besar bisa berhasil karena
masyarakat turut bertanggung jawab di dalamnya. Hal ini dikarenakan apabila program diputuskan oleh
perorangan saja kebanyakan permasalahan sulit dipecahkan. Dengan adanya PRA permasalahan dari
hal yang paling dasar bisa dikemukakan, sehingga solusi-solusi bisa didapatkan berdasarkan
pengalaman yang dirasakan oleh masyarakat. PRA sendiri merupakan suatu metode pendekatan yang
mana masyarakat akan diajak untuk lebih mengenal kondisi yang dialami masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan mengetahui hal-hal yang selama ini terjadi di sekitar mereka bahkan yang tidak
mereka ketahui sendiri, masyarakat akan tahu bagaimana mereka harus membuat rencana dan
melakukan suatu tindakan yang tepat.

Biasanya program-program yang dilaksanakan oleh pemerintah sifatnya adalah top down (dari
atas ke bawah/diputuskan oleh pemerintah baru di informasikan ke masyarakat). Artinya masalah yang
dialami masyarakat yang turut memutuskan adalah pihak yang berada di atas yaitu pemerintah.
Sedangkan masyarakat dijadikan sebagai objek pembangunan. Padahal jarang sekali pemerintah
mengetahui secara pasti bagaimana kondisi masyarakat secara riil. Akibatnya pembangunan tidak
akan berjalan secara merata dan kebanyakan pembangunan yang pelaksanaannya bersifat top down
akan mangkrak begitu saja. Hal ini dikarenakan masyarakat tidak mengetahui bagaimana alur dan juga
perawatan dari pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah.

Hal ini tentunya sangat berbeda dengan PRA yang pendekatan bersifat bottom up, yakni
melibatkan dari unsur terbawah terlebih dahulu yaitu dari lapisan masyarakat. Sehingga masalah yang
terjadi bisa diketahui oleh pemerintah dan pembangunan yang dilaksanakan bisa sesuai dengan
masalah yang terjadi di lapangan. PRA memiliki beberapa prinsip, antara lain keberpihakan,
penguatan, masyarakat sebagai pelaku dan orang luar sebagai fasilitator, saling belajar dan
menghargai perbedaan, santai dna informal, triangulasi, optimalisasi hasil, orientasi praktis,
keberlanjutan dan selang waktu, belajar dari kesalahan, dan terbuka. Dari beberapa prinsip tersebut
dapat diketahui bahwa PRA lebih mengutamakan masyarakat dan keadaan yang dominan terabaikan,
sehingga yang dulunya masalah tersebut tidak terjamah sama sekali bisa ditangani dengan
pendekatan PRA. PRA juga memiliki sifat yang lebih santai saat melakukan musyawarah dengan
masyarakat. Sehingga masyarakat bisa terbuka mengungkapkan masalah-masalah yang selama ini
dirasakan. Dalam pendekatan PRA ini terdapat 10 teknik, di antaranya terdapat teknik penelusuran alur
sejarah, teknik pembuatan bagan, penyusunan kalender musiman, dan masih banyak lagi. Teknik ini
akan membantu warga dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang selama ini tidak memiliki solusi
yang tepat dan cenderung.

Anda mungkin juga menyukai