Anda di halaman 1dari 12

OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

PEMETAAN INDIKATOR KINERJA SEKTOR PARIWISATA DALAM


MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SEMARANG
Artiningsih Artiningsih*, Wiwandari Handayani, Devi Rahma Jayanti
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Jurnal Riptek Abstract.


Volume 14 No. 2 (72 – 83) Pariwisata merupakan sektor strategis yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Tersedia online di: Pariwisata diharapkan mampu mengikutsertakan berbagai sektor pendukung lain.
http://riptek.semarangkota.go.id Kemampuan pariwisata tidak terbatas dalam menggerakkan laju produksi dan
konsumsi melainkan juga mendukung iklim investasi. Namun demikian, pengukuran
Info Artikel: kontribusi pariwisata sebagai sektor tersier terhadap pertumbuhan ekonomi Kota
Diterima: 16 Oktober 2020 Semarang masih memiliki kendala. Hal ini terjadi karena kinerja pariwisata
Direvisi: 19 November 2020 mencakup indikator pengukuran di sektor formal dan informal, sehingga kinerja
Disetujui: 25 November 2020 pariwisata terhadap laju pertumbuhan ekonomi (LPE) di Kota Semarang tidak
Tersedia online: 20 Desember 2020 diperoleh secara langsung. Artikel ini bertujuan untuk memetakan indikator kinerja
sektor pariwisata dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang.
Kata Kunci: Metode yang digunakan mencakup pemetaan program terkait empat sasaran bidang
Ekonomi Kreatif, Indikator Ekonomi, ekonomi yang termuat di dalam Rancangan Teknokratis RPJMD Kota Semarang
LPE, Pariwisata, PDRB. Tahun 2021-2025 dengan mempertimbangkan berbagai variabel penentu dari
literatur dan peraturan perundangan terkait bidang ekonomi. Hasil dari pemetaan
Korespondensi penulis: menunjukkan bahwa ekonomi kreatif dapat menjembatani urusan pertanian,
*artiningsih@pwk.undip.ac.id perikanan, perindustrian dan perdagangan sehingga mampu mendukung kinerja
pariwisata. Kinerja setiap urusan tidak hanya dilihat dari produktivitasnya saja
melainkan juga perannya dalam menjadi input ekonomi kreatif. Oleh karenanya
pariwisata diharapkan menjadi lokomotif pendorong pengembangan sektor lain
sebagai sektor pendukung dalam mencapai LPE di Kota Semarang.

Cara mengutip:
Artiningsih, A; Handayani, W; Jayanti, D R. 2020. Pemetaan Indikator Kinerja Sektor Pariwisata dalam Mendorong
Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang. Jurnal Riptek. Vol. 14 (2): 72-83.

PENDAHULUAN pengembangan pariwisata di Kota Semarang.


Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor Dengan demikian, Kota Semarang menjadi
strategis dalam mendorong pembangunan ekonomi. pendorong utama bagi perekonomian Jawa Tengah
Tidak hanya menjadi pemicu produksi dan konsumsi, dan perkotaan disekitarnya. Hal ini sesuai dengan
pariwisata juga mampu meningkatkan iklim investasi perannya sebagai pusat layanan. Oleh karenanya
suatu daerah. Hal tersebut didukung oleh aktivitas pengembangan pariwisata di Kota Semarang
pengembangan daya tarik wisata. Daya tarik wisata diharapkan mampu mendorong pembangunan
yang berkembang di suatu kota memiliki ekonomi kota sekaligus memberikan manfaat bagi
karakteristik dasar dari keberagaman dan dukungan daerah yang lebih luas.
infrastruktur yang memadai (Page & Connell, 2020).
Begitu pula dengan Kota Semarang dalam upayanya Dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Kota
mengembangkan sektor pariwisata. Potensi daya Semarang, pariwisata tidak dapat berdiri sendiri.
tarik wisata yang besar baik dari sejarah, budaya Dibutuhkan dukungan dari sektor lain dalam
maupun daya tarik lainnya didukung oleh menciptakan nilai tambah yang mampu mendorong
infrastruktur yang memadai. laju pertumbuhan ekonomi. Kota Semarang memiliki
angka LPE yang selalu lebih tinggi dari Jawa Tengah
Sebagai Ibu Kota Jawa Tengah Kota Semarang dalam lima tahun terakhir. Hal ini menjadikan peran
memiliki keuntungan antara lain adanya Kota Semarang sangat penting dalam mendukung
ketersediaan infrastruktur berskala regional dan perekonomian Jawa Tengah. Kemajuan ekonomi
nasional. Kondisi tersebut juga didukung letak Kota Semarang juga mendorong angka urbanisasi
geografis Kota Semarang yang berada di segitiga yang tinggi. Hal ini menjadi tantangan bagi Kota
emas Joglosemar dan dilalui jalur nasional Semarang dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
menjadikan Kota Semarang strategis untuk Aktivitas kota yang heterogen dengan dominasi
dikunjungi. Hal tersebut berpengaruh positif bagi pelayanan jasa menjadikan tantangan ekonomi kota

A Artiningsih, W Handayani, D R Jayanti/ Jurnal Riptek Vol 14 No. 2 (72 – 83) 72


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

semakin kompleks. Perkembangan setiap sektor Tantangan pembangunan ekonomi yang sering
dalam bidang ekonomi harus menyesuaikan diri dihadapkan pada kondisi rentan mendorong
dengan keberagaman kota. Hal ini dikarenakan perlunya menciptakan ekonomi yang tangguh.
dominasi sektor sekunder yang mendorong sektor Ekonomi tangguh adalah ekonomi yang memiliki
primer seperti pertanian dan perikanan harus kapasitas untuk tetap stabil dalam kondisi yang
mampu mendukung aktivitas sekunder. Oleh karena mengganggu sehingga meminimalikan dampak negatif
itu sektor primer tidak lagi berfokus pada produksi terhadap pembangunan ekonomi. Ekonomi
komoditas saja melainkan lebih kepada penyediaan perkotaan yang tangguh dalam penerapannya
jasa. terdapat dua pendekatan yaitu stabilitas dan evolusi
adaptasi. Pendekatan stabilitas pada ekonomi
Peran strategis pariwisata menjadi penting dimana tangguh adalah saat menghadapi kejutan tetap
fungsinya untuk mendorong laju pertumbuhan berusaha mengembalikan kepada kondisi semula.
ekonomi. Akan tetapi sektor pariwisata dihadapkan Pendekatan ini sulit diterapkan upaya
pada kesulitan dalam mengukur kontribusinya mengembalikan kepada kondisi semula hanya bisa
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan dicapai dengan melakukan perubahan. Pendekatan
karena pariwisata tidak hanya mencakup sektor evolusi adaptasi merupakan usaha menghadapi
langsung yang merupakan indikator kewenangan kejutan tanpa banyak berubah atau dengan
Dinas Pariwisata saja melainkan juga memerlukan menciptakan struktur baru yang lebih cepat dan
indikator tidak langsung yang merupakan indikator harapannya pertumbuhan ekonomi akan lebih baik
dari urusan diluar pariwisata, sehingga sulit untuk dari pada saat sebelum kejutan terjadi. (Adam,
melihat kontribusi pariwisata terhadap pertumbuhan 2012). Pembangunan ekonomi yang tangguh mampu
ekonomi. Maka dari itu perlu melihat keterkaitan beradaptasi pada perkembangan zaman termasuk
sektor pariwisata dengan sektor-sektor lain melalui dalam memanfaatkan teknologi informasi dan
ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif mampu komunikasi.
berkontribusi dalam peningkatan daya tarik wisata,
dimana di dalam ekonomi kreatif terdapat Pembangunan ekonomi perlu didukung dengan
keterhubungan berbagai sektor dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi. Hal ini dapat
ekonomi. diwujudkan melalui konsep smart city, dimana
teknologi informasi dan komunikasi mampu menjadi
Aktivitas sektor-sektor dalam bidang ekonomi pendukung kegiatan ekonomi. Penerapan smart city
tersebut perlu memperhatikan keberlanjutan dalam dalam bidang ekonomi diwujudkan dengan smart
pembangunan. Hal ini dikarenakan aktivitas ekonomi economy yang mengintegrasikan keberlanjutan
akan selalu berkorelasi dengan kelestarian alam. inovasi khususnya pemanfaatan teknologi produksi
Sejalan dengan hal tersebut, ekonomi hijau (Green dengan pendekatan ekonomi lingkungan (Galperina
Economy) muncul sebagai salah satu konsep et al., 2016). Smart economy dapat diwujudkan dalam
mensinergikan aktivitas ekonomi dan kebutuhan pengembangan e-commerce. E-commerce merupakan
kelestarian lingkungan (Makmun, 2016). Sumber interaksi antara sistem komunikasi, sistem
daya alam dibutuhkan sebagai input dalam proses manajemen data dan keamanan yang digunakan
produksi. Ekonomi hijau menjadi isu utama pilar untuk pertukaran informasi komersial dalam
ekonomi dalam pembangunan berkelanjutan. kaitannya dengan penjualan produk atau jasa
Penerapan ekonomi hijau memiliki 4 inti yang (Febriantoro, 2018; Nanehkaran, 2013).
objektif yaitu Green Saving terkait bagaimana Pengembangan e-commerce dipengaruhi oleh
menangani permintaan pasar terhadap produk dan infrastruktur terkait informasi dan komunikasi salah
pelayanan hijau, sedangkan Green Opportunity satunya yaitu jaringan internet. Ketersediaan
menanggapi penawaran pasar, Green Talent berfokus infrastruktur teknologi informasi (TIK) dan
kepada sumber daya manusia yang mendukung komunikasi menjadi hambatan jangka pendek bagi
ekonomi hijau, dan Green Place terkait kondisi negara maju, akan tetapi bagi negara berkembang
geografis suatu lokasi mendukung aktivitas ekonomi ketersediaan infrastruktur TIK yang memadai dapat
hijau (UNEP & Our Planet, 2010). menjadi hambatan jangka panjang (Hartley et al.,
2017).
Keberlanjutan pembangunan ekonomi masih
dihadapkan dengan permasalahan terkait Penelitian ini bertujuan untuk memetakan indikator
pemerataan dan keadilan. Hal tersebut semakin kinerja sektor pariwisata dalam mendorong
serius ketika ekonomi khususnya pada negara pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang.
berkembang dihadapkan pada kerentanan. Keterkaitan pariwisata dengan sektor lainnya seperti

73 A Artiningsih, W Handayani, D R Jayanti/ Jurnal Riptek Vol 14 No. 2 (72 – 83)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

pertanian, perikanan dan kelautan, perdagangan, dan Menelaah Indikator Alternatif. Pada tahap ini
perindustrian, kemudian dilihat melalui ekonomi dilakukan pemilahan indikator yang digunakan dalam
kreatif yang menjembatani aktivitas pariwisata rancangan teknokratik. Indikator-indikator pada
dengan sektor lainnya. Keterkaitan pariwisata Rancangan Teknokratik Kota Semarang sebelumnya
dengan sektor lainnya dapat membantu mengukur mengacu program dan kegiatan sesuai dengan
kinerja pariwisata dalam kontribusinya terhadap Permendagri No.86 Tahun 2017. Pada tahap ini
pertumbuhan ekonomi. dilakukan pemilahan untuk melihat kesesuaian
program, kegiatan dan sub kegiatan serta
METODE ANALISIS indikatornya. Selain itu dilakukan penyusunan
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini indikator alternatif yang berasal dari literatur
mencakup pemetaan indikator pembangunan maupun kebijakan terkait. Kemudian dilakukan
ekonomi, telaah indikator alternatif, inventarisasi klasifikasi sesuai level indikator tersebut.
baseline dan metode perolehan baseline. Penelitian
ini merupakan keberlanjutan dari Rancangan Melakukan Inventarisasi Baseline. Pada tahap ini
Teknokratis RPJMD Kota Semarang Tahun 2021- dilakukan inventarisasi baseline, yaitu proses
2025, sehingga dalam proses penelitian ini mengacu pengisian baseline indikator berdasarkan data lima
kepada hasil dari dokumen tersebut. Penelitian ini tahun terakhir. Sumber baseline dapat diperoleh dari
mengacu kepada empat sasaran bidang ekonomi dan data BPS, LKPJ Kota Semarang maupun dokumen
indikator-indikator yang digunakan dalam Rancangan lainnya. Beberapa data diperoleh dari data online
Teknokratis. pada website semarang satu data.

Merujuk pada Gambar 1, ada empat metode yaitu: Metode Perolehan Baseline. Pada tahap ini di-
Memetakan Indikator Pembangunan Bidang lakukan perumusan metode untuk memperoleh ba-
Ekonomi. Pada tahap ini dilakukan pemilihan seline pada indikator yang belum memiliki baseline
program beserta turunannya dari Permendagri maupun indikator alternatif. Perumusan metode
No.90 tahun 2019 yang disesuaikan dengan sasaran dilakukan berdasarkan klasifikasi indikator yang be-
pada dokumen Rancangan Teknokratik Kota lum memiliki baseline. Selain itu pada tahap ini disaji-
Semarang. Terdapat 4 sasaran pada bidang ekonomi kan contoh perhitungan metode perolehan baseline
yang menjadi acuan dalam pemilihan program. bidang ekonomi.

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Gambar 1. Metode Penyusunan Indikator Pembangunan Ekonomi di Kota Semarang

A Artiningsih, W Handayani, D R Jayanti/ Jurnal Riptek Vol 14 No. 2 (72 – 83) 74


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

HASIL DAN PEMBAHASAN kinerja pariwisata yang secara langsung berpengaruh


Indikator kinerja pariwisata mencakup indikator terhadap PDRB, melainkan perlu memperhatikan
sektor formal dan informal. Indikator sektor formal juga peran indikator pada sektor lain yang secara
adalah indikator yang dapat berkontribusi terhadap tidak langsung mempengaruhi kinerja pariwisata
perhitungan PDRB, sedangkan indikator informal dalam berkontribusi terhadap PDRB. Pemetaan
tidak termuat dalam PDRB. Kinerja pariwisata akan indikator pariwisata baik indikator langsung maupun
memberikan hasil kepada kontribusi PDRB yang tidak langsung adalah dengan melihat indikator pada
berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi dan level tertinggi yaitu impact yang diturunkan ke dalam
tingkat pengangguran terbuka yang berpengaruh indikator outcome kemudian output kegiatan dan sub
terhadap pemerataan ekonomi. Oleh karena itu, kegiatan. Pemetaan indikator akan membantu
kinerja pariwisata dalam berkontribusi terhadap pengukuran kinerja pariwisata dalam berkontribusi
PDRB tidak hanya diukur dari indikator-indikator terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang.

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Gambar 2. Indikator Langsung yang Mendukung Kinerja Pariwisata

75 A Artiningsih, W Handayani, D R Jayanti/ Jurnal Riptek Vol 14 No. 2 (72 – 83)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Kinerja sektor pariwisata dalam mendorong daya tarik wisata dari segi arsitektur sebelumnya
pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang pada tidak mampu mendatangkan wisatawan. Akan tetapi
dasarnya mengacu pada indikator yang merupakan setelah pembangunan infrastruktur yang menunjang
kewenangan Dinas Pariwisata. Indikator tersebut aktivitas pariwisata, Kota Lama menjadi salah satu
disebut juga indikator langsung (lihat Gambar 2). destinasi yang diminati oleh wisatawan.
Indikator tersebut mengukur kinerja pariwisata
dalam berkontribusi terhadap PDRB secara langsung Kota Semarang yang merupakan Ibu Kota Provinsi
seperti ketersediaan fasilitas wisata, pengembangan Jawa Tengah memiliki keuntungan dalam
potensi wisata, peingkatan kunjungan wisata, dan ketersediaan infrastruktur dengan skala nasional dan
promosi. Indikator tersebut merupakan indikator regional. Posisi Kota Semarang yang strategis
kinerja Dinas Pariwisata yang secara langsung menjadi pintu gerbang bagi pendatang yang akan
berpengaruh terhadap PDRB. Laju Pertumbuhan berkunjung ke Jawa Tengah, dimana terdapat
Ekonomi (LPE) merupakan indikator impact yang bandara, stasiun dan terminal antar kota yang
diturunkan kedalam indikator outcome yaitu memudahkan orang berkunjung. Kota Semarang juga
kontribusi PDRB dan nilai ekspor. Indikator yang menjadi tempat transit bagi pendatang. Apabila
dpat mendukung kontribusi pariwisata terhadap kondisi tersebut dimanfaatkan dapat memberikan
PDRB secara langsung merupakan indikator formal. kesempatan bagi Kota Semarang untuk menyediakan
Akan tetapi indikator pariwisata langsung juga daya tarik pariwisata, sehingga pengunjung yang
diukur dengan indikator informal. datang dapat lebih lama menghabiskan waktu di
Kota Semarang. Hal ini menunjukkan ketersediaan
Indikator informal yang merupakan kewenangan infrastruktur akan mendukung peningkatan
Dinas Pariwisata secara langsung terkait dengan pengunjung dan mendukung MICE di Kota
jumlah pekerja pariwisata dan pembinaannya. Semarang.
Indikator tersebut akan berpengaruh terhadap
indikator outcome yaitu Tingkat Pengangguran Indikator pariwisata juga memperhatikan konsep
Terbuka (TPT) di Kota Semarang yang keberlanjutan. Penerapannya dalam pariwisata
mempengaruhi Indeks Gini. Pariwisata mampu adalah melalui pengembangan potensi destinasi
menyerap tenaga kerja baik secara langsung maupun wisata, melibatkan penduduk setempat, sertifikasi
sebagai multiplayer effect dari kegiatan yang tumbuh bisnis pariwisata dan pemeriksaan fasilitas pariwisata
sebagai dampak adanya aktivitas wisata. secara teratur. Indikator tersebut menjadi tolak
ukur kinerja pariwisata yang tetap memperhatikan
Indikator pariwisata dalam berkontribusi terhadap keberlanjutan (United Nations, 2007). Tujuannya
PDRB juga perlu memperhatikan urusan penunjang adalah untuk menciptakan pariwisata yang dapat
salah satunya terkait pendapaan asli daerah (PAD). terus berlangsung lama dengan memperhatikan
Aktivitas wisata tentunya memberikan pemasukan kelestarian lingkungan. Hal ini dikarenakan nilai
terhadap pajak dan retribusi, dimana keduanya tambah yang diperoleh dari pariwisata harus
merupakan salah satu sumber PAD. Aktivitas menyesuaikan kondisi lingkungan.
pariwisata akan sejalan dengan pajak restoran, pajak
hotel dan pajak hiburan. Aktivitas wisata juga Kinerja sektor pariwisata langsung yang merupakan
berpengaruh pada retribusi terkait pariwisata kewenagan Dinas Pariwisata memiliki hambatan
seperti retribusi tempat rekreasi dan olahraga. PAD dalam mengukur kontribusinya terhadap
bukan merupakan kewenangan Dinas Pariwisata pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang. Indikator-
melainkan berpengaruh langsung terhadap indikator langsung dalam pariwisata membutuhkan
kontribusi pariwisata pada PDRB. dukungan dari indikator aspek lainnya yang secara
tidak langsung akan berpengaruh terhadap kinerja
Pariwisata juga dipengaruhi oleh daya saing daerah pariwisata. Nilai tambah dari pariwisata dapat diukur
salah satunya melalui infrastruktur. Dukungan dengan dukungan dari indikator sektor lainnya
infrastruktur memiliki pengaruh penting dalam seperti Sektor Pertanian, Perikanan, Perindustrian
peningkatan daya tarik pariwisata (Page & Connell, dan Perdaganagan dan UMKM. Indikator formal dari
2020). Ketersediaan infrastruktur akan sektor-sektor tersebut dapat mendukung kontribusi
memudahkan aktivitas wisatawan dalam pariwisata terhadap PDRB. Oleh karena itu perlu
mengunjungi obyek wisata. Integrasi obyek wisata memetakan keterkaitan indikator sektor-sektor
dengan infrastruktur akan menjadi salah satu tersebut yang dapat mendukung kinerja pariwisata
penentu tingkat kunjungan wisata. Salah satu contoh dalam pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang.
pada Kawasan Kota Lama yang memiliki potensi

A Artiningsih, W Handayani, D R Jayanti/ Jurnal Riptek Vol 14 No. 2 (72 – 83) 76


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Kinerja sektor lain harus ikut ditingkatkan untuk yang dihasilkan oleh sektor-sektor tersebut juga
mendukung pariwisata. Aktivitas pariwisata mampu semakin berkembang dengan adanya pariwisata.
mendorong peningkatan sektor lain dalam Maka dari itu indikator kinerja sektor pariwisata
menciptakan nilai tambah. Upaya peningkatan perlu didukung oleh indikator kinerja dari sektor
pariwisata maka mengharuskan sektor lainnya untuk lain. Peningkatan kinerja indikator sektor lain akan
meningkatkan aktivitas produksi, sehingga mampu berbanding lurus dengan peningkatan indikator
mendukung kebutuhan aktivitas wisata dan kinerja sektor pariwisata.
menciptakan nilai tambah yang lebih besar. Produk

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Gambar 3. Indikator Tidak Langsung yang Mendukung Pariwisata

77 A Artiningsih, W Handayani, D R Jayanti/ Jurnal Riptek Vol 14 No. 2 (72 – 83)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Pemetaan indikator dari berbagai sektor dengan pertumbuhan ekonomi. Indikator yang terkait
melihat pengaruhnya terhadap kinerja pariwisata dengan pariwisata adalah Nilai sub kategori tekstil
secara tidak langsung adalah metode untuk dan pakaian terhadap PDRB dan proporsi nilai
mengetahui indikator-indikator sektor lain yang tambah IKM terhadap nilai industri. Indikator
akan membantu mengukur kinerja pariwisata dalam tersebut dapat berpengaruh dalam kontribusi
pertumbuhan ekonomi (lihat Gambar 3). Beberapa pariwisata terhadap LPE. Produktivitas industri jika
sektor memiliki indikator terkait dengan pariwisata didudukkan sebagai pendukung kinerja pariwisata
adalah sektor Pertanian, Perikanan dan Kelautan, akan memberikan keuntungan pada peninkatan
Perdagangan, Perindustrian, UMKM. Indikator pada kinerja perindustrian termasuk dalam menciptakan
UMKM tidak berpengaruh terhadap kontribusi nilai tambah. Aktivitas pariwisata dapat mendorong
pariwisata pada PDRB melainkan memiliki pengaruh komoditas industri termasuk IKM untuk memiliki
pada tingkat pengangguran. Hal ini dikarenakan pasar yang lebih besar. Komoditas industri menjadi
indikator UMKM merupakan indikator informal yang salah satu kebutuhan dalam kegiatan wisata.
tidak terhimpun dalam perhitungan PDRB. UMKM Komoditas tekstil atau fashion misalnya, akan
memiliki keterkaitan dengan pariwisata, dimana memiliki nilai fungsi lebih jika didudukkan sebagai
komoditas UMKM juga membantu memenuhi pendukung pariwisata seperti sebagai pendukung
kebutuhan pariwisata. Akan tetapi komoditas dalam event Kota Semarang. Fashion tidak hanya
UMKM mendorong peningkatan omset dan diperjual belikan melainkan dapat mendukung seni
penyerapan tenaga kerja. Berbeda dengan empat pertunjukkan.
urusan lainnya yang memiliki indikator formal dan
berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja Aktivitas pariwisata akan mendorong tingkat
pariwisata dalam menciptakan nilai tambah. konsumsi yang lebih besar sehingga mampu
meningkatkan kebutuhan akan barang. Hal ini perlu
Indikator tidak langsung dalam mendukung kinerja dukungan dari sektor perdagangan dalam
pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi melalui menyediakan barang yang dibutuhkan oleh
penciptaan nilai tambah. Indikator tidak langsung wisatawan. Pariwisata menciptakan pangsa pasar
pada urusan pertanian dan perikanan menjadikan baru bagi sektor perdagangan, sehingga dapat
nilai tambah komoditasnya sebagai pendorong meningkatkan capaian indikator sektor perdagangan
kontribusi pariwisata terhadap pertumbuhan seperti nilai perdagangan eceran dan penggunaan
ekonomi di Kota Semarang. Indikator pertanian produk dalam negeri. Indikator perdagangan juga
dilihat dari nilai tambah tanaman pangan dan nilai terkait dengan konsep smart city yaitu dengan
tambah peternakan. Apabila indikator tersebut menerapkan e-commerce. Konsep pengembangan e-
meningkat maka akan mendorong peningkatan commerce memiliki peluang yang besar apabila
kontribusi pariwisata terhadap pertumbuhan diterapkan di Kota Semarang. Hal ini dikarenakan
ekonomi. Indikator perikanan dalah dengan Kota Semarang sudah mulai menerapkan sistem
menghitung persentase pemanfaatan sumber daya pelayanan publik berbasis elektronik sehingga
perikanan. Indikator pertanian dan perikanan menjadi indikasi bahwa penduduk Kota Semarang
khususnya di Kota Semarang akan lebih baik apabila sudah cukup melek internet. E-commerce didalam
dikaitkan dengan kinerja pariwiata dalam pariwisata juga memudahkan dalam penyediaan jasa
pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan kinerja pariwisata seperti pemesanan hotel maupun paket
pertanian dan perikanan khususnya di perkotaan wisata melalui elektronik. Indikator tersebut dapat
tidak dapat hanya mengandalkan produktivitas saja, mendorong kinerja sektor pariwisata dalam laju
dimana pertanian dan perikanan bukan menjadi pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang.
kegiatan utama bagi perkotaan. Peningkatan kinerja Kemampuan pariwisata untuk memicu pertumbuhan
pertanian dan perikanan akan lebih terlihat jika sektor perdagangan dan sektor lainnya adalah
didudukkan sebagai pendukung kinerja pariwisata. dimana pariwisata mampu mendatangkan pasar
Maka dari itu indikator NTP dalam pertanian tidak sehingga meningkatkan konsumsi terhadap produk
direkomendasikan menjadi indikator urusan yang dihasilkan oleh sektor lainnya. Termasuk
pertanian khususnya di perkotaan termasuk Kota memicu peningkatan konsumsi produk dalam negeri.
Semarang. Aktivitas pariwisata menciptakan pasar bagi produk
lokal melalui kebutuhan wisatawan akan
Kinerja pariwisata dalam pertumbuhan ekonomi juga cenderamata. Hal ini menjadikan konsumsi produk
didukung oleh indikator urusan perindustrian secara lokal dapat meningkat.
tidak langsung. Peningkatan nilai tambah industri
akan meningkatkan kinerja pariwisata dalam Penerapan indikator tidak langsung dalam

A Artiningsih, W Handayani, D R Jayanti/ Jurnal Riptek Vol 14 No. 2 (72 – 83) 78


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

mendukung kinerja pariwisata tentunya perlu perdagangan menjadi pendukung dalam kontribusi
diupayakan. Hal tersebut dikarenakan kewenangan pariwisata pada PDRB. Pariwisata mampu
indikator tersebut tidak berada pada Dinas mendorong peningkatan produktivitas sektor
Pariwisata, sehingga membutuhkan sinergitas antar lainnya dengan mendatangkan konsumen dan pangsa
stakeholder terkait. Dinas terkait sektor-sektor lain pasar bagi komoditas sektor-sektor tersebut. Hal ini
tersebut memiliki andil dalam mendorong menjadikan pariwisata sebagai lokomotif dalam
produktivitas untuk mendukung kinerja pariwisata pertumbuhan perekonomian. Kinerja pariwisata juga
dalam LPE. Hal ini dikarenakan dalam upaya perlu diukur melalui indikator pada sektor informal
peningkatan kinerja pariwisata melalui indikator seperti tingkat pengangguran, sehingga sektor
langsung harus disertai peningkatan kinerja indikator pariwisata berpengaruh terhadap angka Indeks Gini.
tidak langsung. Beberapa indikator terkait nilai
tambah pada sektor pertanian, perikanan, Indikator kinerja pariwisata yang dijabarkan dalam
perindustrian dan perdagangan memiliki tantangan Tabel 2 menunjukkan bahwa pariwisata dapat
dalam memperoleh data, dimana data tersebut tidak mendukung Indeks Gini. Indikator tersebut
di publikasi untuk umum melainkan terdata didalam merupakan indikator informal yang tidak terhimpun
BPS. Oleh karena itu memerlukan akses untuk dalam perhitungan PDRB. Akan tetapi indikator
memperoleh data nilai tambah sub kategori yang tersebut dapat mempengaruhi tingkat pengangguran
belum menjadi data agregat. terbuka maupun daya saing daerah. Kinerja
pariwisata berkontribusi dalam pengurangan angka
Indikator tidak langsung pada setiap urusan dalam pengangguran, dimana aktivitas pariwisata mampu
mendukung pariwisata juga dipengaruhi oleh menyerap tenaga kerja. Pariwisata juga mendorong
indikator informal dimana indikator tersebut tidak produktivitas sektor-sektor lain sehingga mampu
mendukung kinerja pariwisata dalam berkontribusi meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Indikator
pada LPE melainkan berkontribusi pada penyerapan informal menunjukkan kinerja pariwisata dalam
tenaga kerja dan peningkatan daya saing daerah mendukung pemerataan ekonomi.
melalui aktivitas pariwisata. Kebutuhan pariwisata
mendorong perlunya peningkatan produktivitas Hasil pemetaan indikator langsung dan tidak
pertanian, perikanan maupun industri. Hal tersebut langsung menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan
mendorong peningkatan kebutuhan tenaga kerja. antara sektor pertanian, perikanan, perindustrian
Tenaga kerja terdata melalui legalitas suatu usaha, dan perdagangan dalam mendukung kinerja
sehingga izin dan sertifikat baik usaha maupun pariwisata dalam laju pertumbuhan ekonomi di Kota
pelaku usaha menjadi penting. Semarang. Keterkaitan kinerja sektor pariwisata
dengan kinerja sektor lainnya diilustrasikan melalui
Peningkatan kinerja pariwisata juga dipengaruhi oleh Gambar 4. Daya tarik pariwisata membutuhkan
daya saing Kota Semarang khususnya dalam pilar peran sektor-sektor tersebut untuk mendukung
SDM dan infrastruktur. Dukungan SDM yang keberlangsungan aktivitas pariwisata. Keterkaitan
diwujudkan melalui kualitas SDM yang memadai pada setiap sektor tersebut dalam mendukung daya
akan berpengaruh kepada inovasi dan kreativitas tarik pariwisata adalah melalui ekonomi kreatif.
pada setiap sektor untuk mendukung daya tarik Ekonomi kreatif dapat menjadi daya tarik dan juga
pariwisata. SDM yang mendukung pariwisata dapat dapat menjadi pendukung daya tarik wisata. Kinerja
berupa Pokdarwis dan komunitas terkait pariwisata. sektor lainnya dalam mendukung kinerja pariwisata
Kualitas SDM juga menentukan produktivitas setiap dijembatani oleh ekonomi kreatif. Komoditas sektor
sektor yang berpengaruh pada kebutuhan aktivitas lain menjadi input bagi sub sektor dalam ekonomi
pariwisata. kreatif baik itu kuliner, kriya, maupun fashion.

Indikator kinerja pariwisata yang dijabarkan dalam Komoditas sektor juga dapat mendukung
Tabel 1 menunjukkan bahwa pariwisata dapat berlangsungnya sub sektor seni pertunjukkan. Oleh
mendukung LPE melalui kontribusi pariwisata karena itu sub sektor ekonomi kreatif dapat menjadi
terhadap PDRB. Indikator yang dapat jembatan bagi produktivitas sektor pertanian,
mempengaruhi PDRB hanya indikator pada sektor perikanan, perindustrian dan perdagangan dalam
formal yang menghasilkan nilai tambah. Maka dari itu mendukung kebutuhan daya tarik wisata. Ekonomi
baik indikator langsung maupun tidak langsung hanya kreatif juga menjadi daya tarik dalam pariwisata.
indikator formal saja yang dapat mempengaruhi Destinasi wisata di Kota Semarang menjadikan
kontribusi pariwisata pada PDRB. Produktivitas pada beberapa sub sektor ekonomi kreatif sebagai atraksi
sektor pertanian, perikanan, perindustrian dan seperti sub sektor arsitektur, fotografi dan seni
pertunjukkan menjadi atraksi pada destinasi wisata

79 A Artiningsih, W Handayani, D R Jayanti/ Jurnal Riptek Vol 14 No. 2 (72 – 83)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Tabel 1. Indikator Formal Kinerja Sektor Pariwisata

Outcome Output Kegiatan Output Sub Kegiatan


Jumlah tranportasi publik menuju area wisata
Jumlah fasilitas pariwisata dan penyedia layanan secara teratur
diperiksa untuk kesehatan dan keselamatan lingkungan
Jumlah destinasi wisata
Jumlah gedung kesenian
Jumlah bioskop
Jumlah sanggar kesenian
Jumlah studio rekaman
Persentase tujuan rencana yang terpenuhi
Jumlah retribusi tempat rekreasi dan olahraga
Jumlah pajak hiburan
1. Persentase wisata yang dilengkapi
Jumlah pajak hotel
fasilitas umum
2. Persentase pengembangan potensi Jumlah pelestarian bangunan cagar budaya
wisata dan varian destinasi wisata Persentase penduduk setempat yang terlibat kegiatan pariwisata
3. Persentase peningkatan kunjungan Persentase orang mengerti peraturan pariwisata
wisata Jumlah kawasan pariwisata yang dibangun
4. Persentase kualitas promosi wisata Jumlah masayarakat yang berkerja disektor pariwisata
5. Nilai jasa perusahaan kategori N (biro Persentase bisnis pariwisata bersertifikat
perjalanan, penyelenggara tur) Jumlah sumber daya pariwisata alam
6. Nilai jasa lainnya sub kategori R
Jumlah sumber daya pariwisata Budaya
Proporsi (kesenian, hiburan dan rekreasi)
Persentase pengunjung kembali
kontribusi
Jumlah kunjungan wisatawan nusantara
sektor
Jumlah wisatawan mancanegara
pariwisata
terhadap PDRB Jumlah kunjungan wisata MICE
Lama menginap MICE
Jumlah wisata memiliki media sosial
Jumlah produk pemasaran dibagi dalam jenis (brosur, pamflet,
poster, iklan, website
Jumlah media yang digunakan untuk promosi
Jumlah pajak restoran
Jumlah jasa usaha pariwisata
Jumlah industri kecil dan menengah
1. Nilai sub kategori tekstil dan pakaian Persentase penataan kawasan sentra industri potensial
terhadap PDRB Jumlah IKM pengguna sumber daya terbarukan
2. Persentase peningkatan penggunaan Jumlah merk lokal
produk dalam negeri Jumlah perusahaan menyediakan layanan e-service
Jumlah startup berbasis peluang baru per tahun
Nilai kontribusi sub kategori perdagangan Jumlah merek lokal
eceran dan bukan mobil dan sepeda Jumlah perusahaan menyediakan layanan e-service
motor Jumlah barang kebutuhan pokok dan barang penting
1. Nilai sub kategori peternakan terhadap Jumlah produksi komoditas pangan nabati
PDRB Jumlah produksi komoditas pangan hewani
2. Nilai sub kategori tanaman pangan Jumlah produksi tanaman pangan
terhadap PDRB Jumlah produk pertanian perkotaan
Jumlah riset ekonomi kreatif
Jumlah sekolah dengan ekstrakulikuler dan kurikulum terkait
ekonomi kreatif
Jumlah usaha kreatif mengakses lembaga keuangan
Jumlah ruang kreatif
1. Jumlah berkembangnya industri kreatif Persentase ketersediaan jaringan informasi dan komunikasi
terutama industri kecil/ home industry
Nilai ekspor Jumlah promosi yang dilakukan secara rutin untuk produk yang
2. Persentase peningkatan keahlian usaha
dihasilkan
kreatif
Jumlah pelaku usaha yang mendapat insentif
Jumlah pusat pelatihan
Jumlah paten baru per 100.000 orang/ tahun
Jumlah rencana aksi ekonomi kreatif
Jumlah usaha kreatif
(Sumber: Hasil Analisis, 2020)

A Artiningsih, W Handayani, D R Jayanti/ Jurnal Riptek Vol 14 No. 2 (72 – 83) 80


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Tabel 2. Indikator Informal Kinerja Sektor Pariwisata

Outcome Output Kegiatan Output Sub Kegiatan


Jumlah pusat pelatihan
Jumlah tenaga industri kreatif
Persentase orang mengerti peraturan pariwisata
Jumlah pekerja pada industri Jumlah masyarakat yang dilatih ketrampilan usaha
pariwisata dalam proporsi Jumlah program terkait kurikulum pariwisata
terhadap total pekerja. Jumlah tenaga industri pariwisata
Jumlah pusat pelatihan
Proporsi pembekalan kewirausahaan mandiri
Presentase pembinaan tenaga kerja mandiri
Jumlah pendampingan yang dilaksanakan
Persentase usaha kreatif yang
Persentase ketersediaan jaringan informasi dan komunikasi
dibina
Jumlah tenaga kerja kreatif memiliki sertifikat
Tingkat Jumlah wirausaha baru UMKM
Pengangguran Jumlah pelaku usaha UMKM yang dibina
Terbuka (TPT) Jumlah UMKM yang mengikuti pelatihan
Persentase meningkatnya kualitas
Jumlah UMKM yang memiliki IUMK
usaha mikro yang dibina
Cakupan bina kelompok pedagang/ usaha informal
Proporsi pembekalan kewirausahaan mandiri
Jumlah masyarakat yang dilatih ketrampilan usaha
Jumlah persyaratan dan prosedur terkait izin usaha perikanan yang
Persentase izin usaha perikanan ditetapkan
yang diterbitkan Jumlah sertifikat izin usaha perikanan yang terdaftar
Jumlah pendaftaran kapal penangkap ikan
Persentase izin usaha pertanian Jumlah izin usaha yang dinilai kelayakannya
yang diterbitkan Jumlah izin usaha diawasi
Proporsi data izin industri kecil Jumlah industri memiliki akun SIINas
dan menengah tersedia Jumlah IUI yang diterbitkan
Jumlah gedung kesenian
Persentase ketersediaan sarana Jumlah bioskop
ruang kreatif Jumlah sanggar kesenian
Jumlah studio rekaman
Jumlah wilayah produk unggulan daerah
Jumlah UMKM kuliner
Jumlah UMKM bidang fashion
Indeks Daya Persentase UMKM yang mengakses layanan keuangan
Saing Daerah 1. Peningkatan omset UMKM (%) Persentase legalitas pelaku usaha
2. Persentase peningkatan skala
Jumlah Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dan Bank Perkreditan Rakyat
usaha mikro menjadi usaha
(BPR)
kecil
3. Presentase akses pemasaran Proporsi kredit UMKM terhadap total kredit
Cakupan bina kelompok pengrajin
Jumlah UMKM yang menggunakan sumber daya terbarukan
Jumlah usaha lapor omset
Jumlah UMKM terdaftar
(Sumber: Hasil Analisis, 2020)

Lawang Sewu, Kota Lama dan Sam Poo Kong. Sub perlunya peran sektor perdagangan dalam
sektor kuliner menjadi atraksi dalam destinasi wisata mendukung daya tarik pariwisata. Aktivitas
kuliner Semawis. Sub sektor pertunjukkan juga pariwisata mampu meningkatkan pangsa pasar dalam
menjadi atraksi dalam berbagai event yang digelar di perdagangan. Produk lokal sangat terbantu dalam
Kota Semarang. Ekonomi kreatif juga mampu pemasarannya melalui aktivitas pariwisata. Aktivitas
menghadirkan daya tarik wisata melalui proses perdagangan dapat mendukung daya tarik pariwisata
produksi pertanian baik dalam sub sektor fotografi secara langsung tanpa melalui ekonomi kreatif.
maupun seni pertunjukkan melalui destinasi Desa
Wisata dan Kampung wisata. Sektor lain yang mendukung daya tarik pariwisata
adalah pertanian dan perikanan. Aktivitas Kota
Aktivitas pariwisata tentunya tidak terlepas dari Semarang yang didominasi oleh sektor sekunder dan
kebutuhan konsumsi. Hal tersebut mendorong tersier menjadikan sektor primer seperti pertanian

81 A Artiningsih, W Handayani, D R Jayanti/ Jurnal Riptek Vol 14 No. 2 (72 – 83)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

dan perikan bukanlah sektor utama. Hal ini indikator yang digunakan untuk sektor pertanian
menjadikan kinerja sektor pertanian dan perikanan dan perikanan adalah indikator yang
tidak dapat hanya berfokus pada hasil produksi saja. merepresentasikan aktivitas pertanian dan perikanan
Pertanian dan perikanan perlu didudukkan sebagai dalam mendukung pariwisata.
pendukung sektor lain seperti pariwisata. Hal ini
menjadikan hasil produksi pertanian dan perikanan Sektor industri berperan melalui industri kecil
tidak untuk dijual mentah, melainkan dikemas dimana komoditasnya berkontribusi melalui fashion
menjadi input pada sub sektor kuliner. Komoditas dan kriya. Aktivitas wisata yang tidak terlepas dari
yang dihasilkan baik pertanian maupun perikanan kegiatan belanja juga menjadi sarana pemasaran
dapat mendukung pengembangan daya tarik produk industri, baik itu fashion maupun kriya. Daya
pariwisata melalui sub sektor kuliner dalam tarik wisata juga dipengaruhi oleh ekonomi kreatif
ekonomi kreatif. Komoditas pertanian dan salah satunya seni pertunjukkan. Adanya event akan
perikanan menjadi input dalam sub sektor kuliner. meningkatkan kunjungan wisata dan menjadi sarana
Kuliner menjadi salah satu kebutuhan wisatawan dan promosi pariwisata Kota Semarang (United Nations,
juga dapat menjadi daya tarik. Salah satunya berupa 2007). Beberapa event Kota Semarang seperti
event kuliner Semawis. Kota Semarang memiliki Semarang Night Carnival melibatkan peran sub sektor
kuliner khas seperti bandeng presto, lumpia dan fashion dan seni pertunjukkan. Seni pertunjukkan
wingko yang menjadi daya tarik wisatawan sebagai lainnya seperti Mahakarya Legenda Goa Kreo dan
cenderamata untuk oleh-oleh. Kuliner memberikan Dugderan menjadi daya tarik yang mampu
wisatawan pengalaman untuk mencoba menikmati meningkatkan kunjungan pariwisata. Seni
makanan khas Kota Semarang. Oleh karenanya pertunjukkan juga mendukung branding pariwisata
komoditas yang dihasilkan dari sektor pertanian dan Kota Semarang. Melalui seni pertunjukkan dapat
perikanan dapat menjadi bahan baku pada ekonomi meningkatkan nilai pajak dan retribusi seperti pajak
kreatif sehingga menciptakan nilai tambah yang lebih hiburan dan retribusi rekreasi dan olahraga yang
besar. Sektor perikanan dan pertanian juga dapat mendukung peningkatan nilai jasa lainnya dalam
mendukung aktivitas desa wisata dengan menjadikan PDRB. Penyelenggaraan event juga memberikan
proses produksi sebagai atraksi yang mampu multiplayer effect terhadap perhotelan, kuliner dan
menjadi daya tarik pariwisata. Maka dari itu cenderamata seperti kriya.

(Sumber: Hasil Analisis, 2020)

Gambar 4. Keterkaitan Indikator Kinerja Pariwisata dengan Ekonomi Kreatif

A Artiningsih, W Handayani, D R Jayanti/ Jurnal Riptek Vol 14 No. 2 (72 – 83) 82


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI pemanfaatan kegiatan proses produksi sebagai


Kinerja sektor pariwisata terhadap pertumbuhan atraksi wisata. Selain itu, komoditas pertanian
ekonomi Kota Semarang memerlukan dukungan dari dan perikanan juga berpeluang menjadi input
sektor lain. Ekonomi kreatif dapat menjembatani ekonomi kreatif dalam sub sektor kuliner.
urusan pertanian, perikanan, perindustrian dan 4. Pengembangan SDM dan infrastruktur walaupun
perdagangan sehingga mampu mendukung kinerja diluar konteks bidang ekonomi tetap menjadi
pariwisata. Dukungan sektor pertanian dan sektor yang penting bagi daya saing daerah.
perikanan terhadap kinerja pariwisata dilakukan
melalui pemanfaatan komoditas dan kegiatan proses Ucapan Terimakasih
produksi. Komoditas yang dihasilkan menjadi input Artikel ini merupakan Bagian dari Kajian Penyusunan
bagi sub sektor kuliner dalam ekonomi kreatif. Indikator Pembangunan Bidang Ekonomi di Kota
Sementara kegiatan proses produksi pertanian dan Semarang. Kajian tersebut merupakan hasil kerja
perikanan dapat dikembangkan sebagai atraksi sama Fakultas Teknik Undip dengan Bappeda Kota
wisata, misalnya melalui desa wisata. Lebih lanjut hal Semarang dan merupakan penjabaran dari Dokumen
tersebut akan mendorong tumbuhnya subsektor Rancangan Teknokratik RPJMD Kota Semarang
ekonomi kreatif lain seperti fotografi, film dan video. Tahun 2021-2025. Perlu disampaikan bahwa kajian
tersebut bukan merupakan rencana tetapi
Dukungan sektor perindustrian terhadap kinerja merupakan kajian yang dapat menjadi pertimbangan
pariwisata diwujudkan melalui produk IKM yang dalam penyusunan dokumen perencanaan bidang
termasuk dalam sub sektor fashion dan seni kriya. ekonomi di Kota Semarang, sehingga bukan
Produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan merupakan keputusan yang harus dilakukan.
cenderamata dalam aktivitas wisata. Pariwisata juga
mampu mendorong pemanfaatan produk fashion Terimakasih atas kesempatan yang diberikan untuk
dalam kegiatan seni musik dan pertunjukan. menyelesaikan kajian tersebut. Semoga temuan yang
Begitupula sektor perdagangan, wisatawan menjadi dihasilkan memberikan manfaat kepada
pangsa pasar baru sebagai konsumen potensial yang pembangunan Kota Semarang.
mendorong peningkatan penyediaan barang. Sektor
perdagangan juga mendorong penyerapan produk DAFTAR PUSTAKA
lokal sebagai cenderamata guna memenuhi Adam, D. (2012). The Urban Resilience - Economic
kebutuhan konsumsi wisatawan. Perspective. Journal of Economics & Management,
10(January 2012).
Penelitian ini menunjukkan bahwa indikator kinerja Febriantoro, W. (2018). Kajian Dan Strategi
pariwisata mampu menjadi lokomotif dalam laju Pendukung Perkembangan E-Commerce Bagi
pertumbuhan ekonomi dan menjadikan sektor lain Umkm Di Indonesia. Jurnal MANAJERIAL, 17(2),
seperti pertanian, perikanan, perindustrian dan 184.
perdagangan sebagai sektor pendukung. Aktivitas Galperina, L. P., Girenko, A. T., & Mazurenko, V. P.
pariwisata yang mendatangkan wisatawan menjadi (2016). The concept of smart economy as the
basis for sustainable development of Ukraine.
faktor pendorong bagi sektor lain untuk
International Journal of Economics and Financial
meningkatkan produktivitas dan penciptaan nilai
Issues, 6(8Special Issue), 307–314.
tambah. Hartley, J., Potts, J., Cunningham, S., Flew, T., Keane,
M., & Banks, J. (2017). Information Economy. In
Berdasarkan hasil penelitian ini maka rekomendasi United Nation (Issue March).
untuk mendukung upaya Kota Semarang dalam Makmun. (2016). Green Economy: Konsep,
meningkatkan pengembangan pariwisata adalah: Implementasi, dan Peranan Kementrian
1. Mendudukkan sektor pertanian, perikanan, Keuangan. In Jurnal Ekonomi dan Pembangunan
perindustrian dan perdagangan sebagai (Vol. 19, Issue 2, pp. 1–15).
pendukung kinerja sektor pariwisata dalam Nanehkaran, Y. A. (2013). An Introduction to
mendorong pertumbuhan ekonomi. Electronic Commerce. International Journal o
2. Kinerja sektor pertanian di Kota Semarang tidak Scientiic & Technology Research, 2(4), 69–87.
direkomendasikan menggunakan indikator NTP. Page, S. J., & Connell, J. (2020). Urban tourism.
Akan lebih efektif mengembangkan indikator Tourism, January 2012, 443–465.
kinerja yang terkait dengan pemanfaatan UNEP, & Our Planet. (2010). Green Economy: Making
komoditas dan kegiatan proses produksi guna it Work. Our Planet, February.
mendukung kinerja pariwisata. United Nations. (2007). Indicators of Sustainable
3. Pengembangan kampung/ desa wisata menjadi Development : Guidelines and Methodologies.
sarana penciptaan nilai tambah melalui In New York (Issue October).

83 A Artiningsih, W Handayani, D R Jayanti/ Jurnal Riptek Vol 14 No. 2 (72 – 83)

Anda mungkin juga menyukai