Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat penyusunan proposal pada Program
Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
20170520159
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Manado yang seharusnya pesisir tersebut bisa dikelola oleh pemerintah dan
melibatkan masyarakat setempat dalam membangun pariwisata dan yang terjadi
adalah tempat tersebut dibangun menjadi tempat pusat perbelanjaan, gedung,
ruko, hotel dan aneka properti (youtube channel Watchdoc Image).
Hal ini bisa disebabkan oleh pengelolaan wisata yang masih belum baik,
belum seluruhnya destinasi wisata yang mengikutsertakan masyarakat secara
langsung dalam pengelolaannya. Seperti pengelolaan di obyek wisata yang sudah
berkembang pesat, kebanyakan yang mengelola adalah pihak lain seperti investor
asing yang banyak mengelola hunian seperti hotel, homestay atau villa.
Sebenarnya, ada salah satu wilayah yang baik dan tepat untuk dijadikan sebagai
tempat pariwasata yang bisa membangun perekonomian masyarakat setempat,
tetapi dikarenakan kurang terekspos mengenai info tersebut banyak yang belum
mengetahui wilayah itu.
Kabupaten Kulon Progo memiliki tempat tujuan objek wisata yang cukup
banyak, yang terdiri dari wisata kuliner, wisata alam maupun buatan, wisata
sejarah, dan komunal kerajinan. Dari bermacam macam objek wisata yang ada
dan memiliki daya saing yang cukup mapan, diharapkan kepada Pemerintah
Kabupaten Kulon Progo dapat memanfaatkan dan melestarikan potensi wisata
yang dimiliki karena dari bentuk dukungan tersebut dapat meningkatkan
pemerataan ekonomi wilayah tersebut (Redjeki, 2018).
Dalam sebuah kota pasti membutuhkan yang namanya brand atau merek asli
dari daerah tersebut, karena akan membuat daerah yang mempunyai potensi yang
kuat untuk bersaing dalam bidang pariwisata secara global. Agar sebuah kota
terbentuk daya saingnya, ada salah satu hal yang harus di perhatikan, antara lain
potensi SDM (sumber daya manusia) yang memadai, karena potensi ini memiliki
peran yang berpengaruh dalam membentuk daya saing dalam sebuah kota. Setiap
pemerintah kota berlomba lomba terhadap kotanya untuk melakukan branding
2
dengan harapan untuk dapat menarik wisatawan. Salah satu Kabupaten yang turut
serta dalam melakukan branding ialah kabupaten Kulon Progo (Pramuningrum,
2017). Kulon Progo yang memiliki potensi pariwisata baik dari wisata alam
ataupun buatan. Salah satu tempat wisata Kulon Progo yang banyak dikunjungi
yaitu Kalibiru (Sukardono, 2019). Keberadaan suatu daerah harus strategis dan
mudah diakses siapapun, kapanpun, dan dimanapun karena mempengaruhi angka
pengunjung yang akan datang untuk menikmati wisata yang telah difasilitasi dan
dikelola oleh pemerintah. Adapun tabel yang menunjukkan jumlah pengunjung
objek wisata di Kulon progo yang paling banyak dikunjungi sebagai berikut:
Tabel 1.1
Ide kota cerdas mulai dipopulerkan pada tahun 1980 dan tahun 1990 saat
kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi yang merata yang berkontribusi
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada abad 20, perkembangan
konsep kota yang cerdas semakin terburu buru yang dikarenakan dalam bentuk
kejadian yang luar biasa yaitu fenomena urbanisasi dan kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi (Permadi, 2015). Kota yang baik jelas yang
memikirkan konsep ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan yang merata
3
sehingga perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mudah dijangkau
dan diakses serta penerapan media elektronik merupakan suatu faktor yang
penting dalam menuju penerapan konsep dari kota cerdas atau smart city yang
nantinya diharapkan untuk dapat memperbaiki layanan semua instansi yang
menyangkut dengan masyarakat banyak yang masih mengharapkan pelayanan
yang ideal, yang mudah didapatkan dan digunakan sehingga menghasilkan proses
kerja yang lebih efisien (Supangkat, 2016).
4
kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur
tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa.
Pada hakikatnya, tempat tujuan wisata yang dikelola secara porsinya dapat
membantu perkembangan dibidang pariwisata secara merata dan diharapkan bisa
menjadi motor atau penggerak dari bentuk aktivitas keseharian masyarakat
dibidang ekonomi, kemudian memperbanyak dan meratakan peluang pekerjaan,
kesempatan dan modal untuk mulai berusaha, bisa mensejahterakan masyarakat,
dan meningkatkan penghasilan PAD serta dapat mencitrakan daerah kepada
masyarakat lokal maupunw masyarakat nasional (Hernawan, 2015).
5
Menurut Perda Kabupataen Kulon Progo No.1 (2012), beberapa tujuan wisata di
Kabupaten Kulon Progo yaitu: Pantai Glagah, Puncak Suroloyo, Goa Kiskenda,
Gunung Kuncir, Arung Jeram di Sungai Progo.
Daerah Kulon Progo yang kaya dengan wisata alam, ternyata juga memiliki
daya tarik tersendiri disentra wisata industri yang berada di Kecamatan Lendah,
Kabupaten Kulon Progo yang sudah berdiri sejak tahun 2012. Hasil yang dibuat
oleh masyarakat setempat dapat digunakan dalam kategori mengenalkan batik
kepada wisatawan dan dapat diekspos oleh orang banyak, kemudian juga sangat
membantu masyarakat lokal dalam peningkatan ekonomi yang mana pemasaran
produk batik tersebut sudah sampai dikancah internasional bahkan sudah menjadi
seragam wajib PNS dan seragam siswa-siswi di Kabupaten Kulon Progo (Dra.
Damiasih, 2016).
6
Alasan peneliti mengangkat penelitian ini adalah karena letak pantai Glagah
tersebut sangat berdekatan dengan area Bandara NYIA (New Yogyakarta
International Airport) yang mana hal tersebut berpengaruh terhadap mobilitas
untuk menuju ke pantai Glagah. Desa Glagah hingga Congot (Jangkaran) menjadi
objek wisata andalan bagi Kulon Progo. Oleh karena itu, pantai Glagah
merupakan sumber pemasukan pendapatan daerah paling tinggi melalui setoran
retribusi wisatanya. Dengan adanya pembangunan bandara tersebut, muncul lah
sebuah permasalahan yaitu bagaimana strategi Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon
Progo dalam mempertahankan branding atau merek pantai Glagah yang sering
disebut pantai Glagah Pemecah Ombak. Penelitian ini hanya berfokus pada
potensi di bidang objek wisata.
7
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Akademis
Manfaat penelitian ini dari sektor akademis adalah dapat memberikan
kontribusi ilmiah yang besar dalam kajian pengembangan konsep city
branding objek wisata daerah Kulon Progo. Kajian mengenai
pengembangan brand atau merk dari suatu daerah dari segi wisata belum
banyak ditemukan referensi yang signifikan dan relevan. Oleh karena itu,
penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baru mengenai
bagaimana strategi pengembangan konsep city branding objek wisata
suatu daerah.
Manfaat dari segi praktis adalah dapat bermanfaat melalui analisis yang
dipaparkan oleh pihak-pihak yang berkecimpung dalam dunia
Pemerintahan Daerah. Melalui teori ini, diharapkan pada masyarakat
umum untuk menjadikan bahan bacaan baru untuk diskusi ataupun untuk
diri sendiri, yang bisa menambah wawasan baru tentang bagaimana
strategi pengembangan city branding wisata suatu daerah.
1.5 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka memuat uraian tentang hasil dari beberapa penelitian yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dari hasil pencarian yang
telah dilakukan oleh peneliti, peneliti menemukan beberapa jurnal yang relevan
sebagai berikut:
8
Tabel 1.2
Studi Terdahulu
9
Lokasi Wisata Air Kembang, akibat terdapatnya
Terjun Kedung pariwisata terhadap keadaan
Pedut Di Dusun sosial penduduk sekitar Dusun
Kembang, Desa Kembang. Hasil riset ini
Jatimulyo, menujukan bahwa daampak
Kecamatan pariwisata terhadap keadaan
Girimulyo, sosial ekonomi lumayan
Kabupaten Kulon bertambah karna masyarakat
Progo disekitaran tempat wisata
melaksanakan aktivitas
berdagang dan membangun
penginapan ataupun homestay.
Relevansi dari riset ini
merupakan bersama mangulas
tentang pariwisata serta pada
posisi yang sama ialah Kulon
Progo. Sebaliknya
perbedaannya terletak pada tipe
penelitiannya serta masa riset.
3. (Muzayin Potensi Wisata Penelitian ini menemukan
Nazaruddin, dalam Pembentukan bahwa strategi branding Kota
2016) City Branding Kota Pekanbaru mengacu pada
Pekanbaru kerangka kerja branding kota
oleh Kavartiz (2004). Strategi
tersebut ialah mengkaji ulang
mengenai visi dan strategi yang
berhubungan dengan branding
kota sebagai pintu gerbang
10
budaya Melayu, dan melakukan
sinergi antar stakeholders agar
tercipta kerja sama yang baik.
Selain itu, branding juga
melibatkan warga lokal,
pengusaha, dan pebisnis dalam
mengembangkan dan
mengantarkan brand. Selain itu,
perlu pembentukan ruang
publik yang mewakili branding
Kota Pekanbaru sebagai pintu
gerbang budaya Melayu seperti
pembentukan taman terbuka
untuk aktivitas kebudayaan.
4. (Pramuningrum, Strategi City Hasil penelitian
2017) Branding Humas mengungkapkan bahwa strategi
Pemerintah Kota itu adalah melalui integrasi
Bandung Sebagai komunikasi online dan offline
Smart City Melalui melalui penerbitan media
Program Smart sosial, elektronik dan cetak,
Governance menjalin hubungan media, dan
melakukan acara khusus.
Relevansinya adalah sama-
sama membahas city branding
dan memakai metode penelitian
deskriptif kualitatif dan
perbedaannya adalah lokasi
penelitian dan objek penelitian.
11
5. (Redjeki, 2018) Framework Riset ini bertujuan buat
Pengembangan City meningkatkan model dalam
Branding Kabupaten implementasi salah satu
Bantul komponen smart city ialah
Menggunakan smart branding dengan
Pendekatan Smart memakai pendekatan smart
Tourism tourism di Kabupaten Bantul.
6. (Wandari, 2014) Pengaruh City Hasil riset menampilkan kalau
Branding “Shining variabel mempengaruhi
Batu” Terhadap City signifikan pencitraan kota citra
Image Dan kota. Variabel branding kota
Keputusan secara signifikan pengaruhi
Berkunjung kunjungan keputusan serta
Wisatawan Ke Kota variabel citra kota namun tidak
Batu Tahun 2014 mempengaruhi signifikan
terhadap keputusan berkunjung.
Bersumber pada hasil ini
dianjurkan City Branding Kota
Batu wajib terus diterbitkan ke
publik sehingga orang
menguasai arti merk Kota
Batu" Batu Brilian". Tidak
hanya itu, pemerintah wajib
tingkatkan citra kota Kota Batu
supaya citra yang lebih positif
tentang kebaikan kota Batu di
benak para turis.
12
7. (Widana, 2018) Branding Denpasar Riset ini menujukkan bahwa
Smart City Guna ada beberapa elemen yang
Meningkatkan harus diperhatikan dalam
Kunjungan menciptakan branding pada
Wisatawan suatu daerah yaitu salah
satunya memperhatikan
bagaimana membangun
identitas merek. Hal tersebut
diperlukan agar promosi dan
kampanye suatu merek yang
meliputi tiga langkah yaitu
komunikasi premier,
komunikasi sekunder dan
komunikasi tersier serta
memaksimalkan dukungan
teknologi informasi dan
komunikasi dan aplikasi seluler
untuk berbagi informasi dengan
warga, wisatawan guna
meningkatkan manajemen
destinasi pariwisata.
Relevansinya adalah sama
sama menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan
kualitatif yang bertujuan untuk
mengetahui upaya peningkatan
kunjungan wisatawan.
13
8. (Siregar, 2020) City Branding and Riset ini bertujuan untuk
The Tourist Gaze: menyajikan kerangka kerja
Pengembangan konseptual city branding yang
Wisata Kota menggabungkannya dengan
konsep pandangan wisatawan
sebagai perspektif wisata yang
menjadikannya kerangka kerja
untuk menarik wisatawan,
investor dan penduduk baru,
terutama dalam pariwisata kota.
14
Poncokusumo model city branding terstruktur
Sebagai Kawasan Kecamatan Poncokusumo
Desa Wisata Di Kabupaten Malang sebagai
Kabupaten Malang kawasan desa wisata di
Kabupaten Malang dengan
menggunakan aspek/dimensi
city branding. Perbedaannya
adalah penelitian ini lebih
memfokuskan model city
branding dengan menggunakan
aspek/dimensi city branding.
15
seiring dengan pembenahan fitur produk yang sesuai dengan citra yang
ingin dibentuk. City branding adalah strategi yang membuat suatu tempat
berbicara kepada masyarakat (Yananda, 2014).
16
tersebut. Dampak positif dapat dirasakan di semua sektor, mulai dari
pelayanan publik, kesehatan hingga ekonomi.
17
dapat tertanam dibenak khalayak melalui sebuah nama, logo, simbol,
produk layanan, dan lain sebagainya.
18
1.6.2 Objek Wisata Daerah
1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang
berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti : pemandangan alam,
panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis serta binatang
binatang langka.
2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud
museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, 12
19
pertanian (wisata agro), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi,
dan tempat hiburan lainnya.
20
1. City Branding
City branding yang dimaksud dalam penelitian ini adalah indentitas yang
dimiliki suatu kota atau daerah tertentu yang berguna untuk membangun
ekonomi serta pengembangan potensi yang ada di daerah tersebut terutama
dalam sektor wisata dan budaya. Hal ini bisa dijadikan pemerintah sebagai
promosi pariwisata.
2. Objek Wisata Daerah
Objek wisata daerah adalah segala sesuatu yang ada di daerah tersebut baik
berupa tempat, seni budaya, dan keadaan alam yang memiliki daya tarik
sehingga orang-orang tertarik untuk mengunjungi daerah atau tempat tersebut.
Kulon Progo adalah daerah objek wisata yang peneliti teliti.
21
d. Berhubungan baik dengan wisatawan, warga, investor guna
untuk mengukur daya tarik kota atau wilayah tersebut.
e. Memprioritaskan keramahan penduduk.
22
1.9 Kerangka Pikir Penelitian
MASYARAKAT
PEMERINTAH
Tuan rumah, atau
Fasilitator
pelaksana
City Branding
DalamCiCinga
pengembangan konsep
city branding objek wisata
daerah Kulon Progo
23
1.10 Metode Penelitian
24
Tabel 1.3
Subjek Penelitian
a. Data Primer
Data Primer adalah bahan atau bukti yang didapatkan secara langsung
oleh peneliti di lapangan serta di dapat dari sumber informan yang
bersangkutan baik perseorangan atau kelompok seperti hasil wawancara yang
dilakukan oleh peneliti. Adapun bentuk data primer sebagai berikut:
1. Observasi
2. Wawancara
3. Data-data mengenai informan
25
b. Data Sekunder
1. Studi Pustaka
2. Observasi
3. Wawancara
26
4. Dokumentasi
27
DAFTAR PUSTAKA
Anholt, A. d. (2020). Konsep City Branding Sebuah Pendekatan The City Brand
Hexagon Pada Pembentukan Identitas Kota. Manajemen dan Bisnis, 3-9.
28
Indriani, J. (2017). Pengaruh City Branding Pada City Image dan Keputusan
Berkunjung Wisatawan Ke Kabupaten Purwakarta. Jurnal Manajemen
Maranatha.
Rangkuti, F. (2009). Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Raubo, A. (2010). City Branding and its Impact on City’s Attractiveness for External
Audiences. Erasmus University Rotterdam, 16-17.
29
Setijawan, A. (2018). Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Dalam Perspektif
Sosial Ekonomi . Planeoearth, 1-2.
Siregar, A. M. (2020). City Branding and The Tourist Gaze: Pengembangan Wisata
Kota. Jurnal Administrasi Bisnis.
Wandari, L. A. (2014). Pengaruh City Branding “Shining Batu” Terhadap City Image
Dan Keputusan Berkunjung Wisatawan Ke Kota Batu Tahun 2014. Jurnal
Administrasi Bisnis.
30