Anda di halaman 1dari 12

KONSTRUKSI REALITAS SOSIAL PADA KEBIASAAN MAHASISWA DALAM

MELANGGAR TATA TERTIB BERKENDARA DI AREA UTM

Disusun oleh kelompok 7 :


Nur Hazizeh (200521100004)
Qurrota A’yuni Dwi. S (200521100008)
Fitrotus Subhaniah (200521100028)
Nor Khofifah (200521100033)
Faisal Hidayatullah (200521100040)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSISAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tata tertib berkendara merupakan keteraturan yang digunakan untuk mengatur
orang yang berkendara baik sepeda motor, mobil ataupun kendaraan lainnya. Dalam
Undang-Undang N0. 22 tahun 2009 lalu lintas diartikan sebagai gerak kendaraan dan
orang di ruang lalu lintas jalan. Ruang lalu lintas gerak yang dimaksud adalah prsarana
yang digunakan untuk berpindah kendaraan, orang atau barang yang merupakan jalan atau
fasilitas pendukung lainnya. Aturan-aturan yang tegas dan jelas yang diterapkan
pemerintah di Indonesia tentang ketentuan dan syarat berkendara diantaranya harus
memahami rambu-rambu lalu lintas, melengkapi surat-surat berkendara seperti STNK dan
SIM, memakai helm, dan lain sebagainya. Pengendara juga ditegaskan untuk tidak
melanggar tata tertib berkendara.
Faktanya pelanggaran lalu lintas sering dilakukan pengendara bermotor. Perilaku
melanggar lalu lintas ini biasanya dilakukan pengendara bermotor yaitu tidak mematuhi
UU berkendara. Hal yang paling sering kita jumpai ialah pengendara tidak memiliki
STNK dan SIM dalam berkendara. Selain itu, banyak di antara mereka yang melengkapi
surat berkendra SIM dengan melakukan kecurangan. Dimana pembuatan SIM ini
dilakukan melalui rentetan yang tidak seharusnya. Sebagian dari mereka menggunakan
uang untuk membeli SIM tanpa melakukan tes (suap).
Ada beberapa aturan yang berlaku bagi mahasiswa dalam berkendara di
lingkungan kampus Universitas Trunojoyo Madura. Hal-hal yang perlu diperhatikan
mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura yaitu, setiap pengendara melakukan
pengecekan STNK ketika ingin keluar kampus, pengendara wajib parkir kendaraan sesuai
dengan tempat parkir yang telah disediakan dengan ketentuan parkiran Mahasiswa dan
Karyawan atau Pegawai dan Dosen terpisah.
Dalam berkendara di lingkungan kampus UTM banyak kita jumpai Mahasiwa
yang melanggar tata tertib berkendara pada umumnya. Pelanggaran yang dilakukan
mayoritas mahasiswa adalah tidak menggunakan helm di lingkungan kampus, kebanyakan
dari mereka khususnya bagi pengendara bermotor yang berbonceng 3 bahkan 4 orang,
tidak memiliki SIM, dan banyak dari Mahasiswa yang parkir kendaraan pribadinya
sembarangan tidak sesuai tempat yang disediakan kampus UTM.
Realitas sosial merupakan suatu kontruksi yang sesuai dengan internalisasi,
eksternalisasi, dan objektivisasi. Realita atau kejadian yang terjadi di lapangan tidak sesuai
dengan aturan-aturan yang telah diterapkan. Banyak perilaku menyimpang atau
penyimpangan dalam berkendara yang kita temui di wilayah kampus. Penanganan dan
solusi atas mahasiswa yang melanggar aturan berkendara di lingkungan kampus UTM
harus segera ditangani supaya terwujud tertib berkendara. Oleh sebab itu, peneliti ingin
melakukan penelitian ini dengan mengaitkan teori kontruksi realitas sosial dengan
fenomena mahasiswa yang tidak tertib berkendara di lingkungan kampus UTM.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimana kontruksi realitas sosial dalam kebiasaan pada kebiasaan Mahasiswa dalam
melanggar tata tertib berkendara di lingkungan kampus Universitas Trunojoyo Madura
1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui kontruksi realitas sosial dalam kebiasaan pada kebiasaan
Mahasiswa dalam melanggar tata tertib berkendara di lingkungan kampus Universitas
Trunojoyo Madura.
BAB II

METODOLOGI
2.1 KAJIAN TEORI
Teori konstruksi sosial yang menurut Peter L. Berger dan Thomas Luckman yaitu
sebuah proses yang dilakukkan oleh setiap individu terhadap lingkungan dan aspek di
luar dirinya yang terdiri dari eksternalisasi, internalisasi dan obyektivikasi. Dalam
pengamatan yang terjadi pada kebiasaan mahasiswa dalam berkendara di area kampus.
Dalam proses eksternalisasi mahasiswa berusaha mencurahkan atau mengekspresikan
dirinya melalui kebiasaan yang sering dilakukan pada kebiasaan mahasiswa dalam
melanggar tata tertib berkendara di area Universitas Trunojoyo Madura. Dengan
peristiwa dalam satu kendara berbonceng sebanyak 3 sampai 4 orang. Tidak hanya itu,
banyak mahasiswa yang melawan arus bundaran di depan gedung cakra.
Sehingga, hal tersebut menjadi kebiasaan mahasiswa dalam melanggar tata tertib
berkendara disitulah terjadi alih fungsi area kampus untuk menguatkan eksistensi diri
dalam mahasiswa. Dari hasil ekternalisasi ini secara institusional fungsi dalam tata tertib
area kampus Universitas Trunojoyo Madura mengalami perubahan. Sebenarnya dalam
tata tertib berkendara tidak diizinkan melakukkan bonceng 3 sampai 4 orang dan juga
tidak diperbolehkan melanggar tata tertib yang sudah ditunjukkan oleh rambu rambu lalu
lintas. Namun, realitasnya banyak mahasiswa melanggar ketentuan yang sudah dibuat
dan hal tersebut sudah menjadi kebiasaan pada diri setiap individu. Berbagai macam
unsur pada dunia yang telah terobjektifikasi yang dianggap sebagai gejala realitas di luar
kesadarannya.
2.2 LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian ini dilakukan di area kampus. Sebab topik penelitian membahas
mengenai kebiasaan mahasiswa dalam melanggar tata tertib berkendara di area
Universitas Trunojoyo Madura. Alasan peneliti memilih dan melakukan penelitian di
tempat tersebut dikarenakan kawasan tersebut merupakan sebuah lingkup kebiasaan
melanggar tata tertib berkendara.
2.3 PENGUMPULAN DATA
Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu dari data primer dan
sekunder. Data primer dihasilkan dari hasil wawancara langsung dengan pelaku dan
satpam yang menjaga di area kampus Universitas Trunojoyo Madura. Wawancara yang
dilakukkan dengan cara mengajukan pertanyaan yang telah disusun sebelumnya oleh
peneliti yang berkaitan dengan topik permasalahan, pertanyaan ini ditujukan langsung
pada responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil studi literatur dari
beberapa artikel maupun jurnal.

Data dan informasi yang mendukung dalam penulisan ini dikumpulkan dengan
melakukan sebuah penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang terpercaya dan
dalam pencarian data melalui jaringan internet. Data dan informasi yang digunakan pada
penulisan yang mengenai kebiasaan mahasiswa dalam berkendara di area kampus yaitu
data yang berasal dari skripsi, media elektronik, dan beberapa sumber lainnya. Adapun
teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan paper ini yaitu, sebelum
menganalisis data dilakukan, terlebih dahulu melakukan studi pustaka yang menjadi
bahan pertimbangan dan tambahan wawasan dalam peulisan yang mengenai lingkup
kegiatan dan konsep-konsep yang berhubungan dengan pembahasan, dalam melakukan
pembahasan analisis dan sintesis data-data yang diperoleh, memerlukan data referensi
yang digunakan sebagai acuan untuk dikembangkan dalam penulisan. Sehingga,
memperoleh sebuah solusi dan kesimpulan dari penulisan paper ini.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Temuan

Mengendarai motor atau mobil merupakanhal yang sudahtakasing di matamahasiswa.


Lokasi kampus yang cukup jauh dari tempat tinggal mahasiswa membuat para mahasiswa
untuk mengendarai motor atau mobil untuk memangkas waktu ketika berangkat atau
kembalik etempattinggalmereka. Dikarenakan sebagian besar mahasiswa membawa
kendaraan bermotor atau mobil maka, pihak kampus akan mengeluarkan surat resmi
mengenai ketertiban berkendara bagi mahasiswa. Namun, terkadang banyak sekali
mahasiswa yang mengetahui aturan berkendara ketika di kampus namun, mereka tidak
mengindahkan aturan tersebut.

Hal ini juga banyak dijumpai pada mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura.
Sebagian besar mahasiswa yang menuntut ilmu di Universitas Trunojoyo Madura
mengendarai sepeda motor ketika berangkat ke kampus atau pulang ke tempat tinggal
mereka. Meskipun mereka mengetahui aturan-aturan berkendara di UniversitasTrunojoyo
Madura. Namun, masih terbilang cukup banyak mahasiswa yang melanggar dan tidak
mengindahkan aturan tersebut. Banyak dar imereka yang berani mengendarai motor tanpa
memiliki SIM. Hal ini dikarenakan di area sekitar Universitas Trunojoyo Madura sendiri
tidak pernah terjadi penilangan sehingga, mahasiswa juga tidak segan untuk berkendara tanpa
memiliki SIM.

Selain itu, banyak juga mahasiswa yang berangkat ke kampus dengan berboncengan
tiga bahkan sampai empat orang. Hal tersebut tentu membahayakan mahasiswa yang
berkendara dan juga secara tidak langsung bisa membahayakan orang lain, karena apabila
terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan belum tentu orang lain juga turut selamat. Hal ini
tentunya sangat bertolak belakang dengan gelar mahasiswanya, yang mana mahasiswa
dijadikan sebagai tolak ukur insan yang dijadikan contoh bagi semua orang dan juga disebut
sebagai calon pemimpin negara di masa mendatang.

Aturan lain yang biasa dilanggar oleh mahasiswa adalah melintasi gerbang lama
Universitas Trunojoyo Madura. Gerbang lama biasanya memang sengaja dibuka, tetapi di
sana tetap ada satpam yang menjaga. Tetapi, tidak jarang mahasiswa yang memanfaatkan
keadaan apabila gerbang tersebut tidak dijaga oleh satpam para mahasiswa tersebut akan
melintasi jalan keluar universitas tersebut. Aturan yang biasa dilanggar tidak hanya itu, di
antaranya adalah banyak mahasiswa yang melintasi bundaran depan Gedung Cakra tanpa
mengindahkan rambu-rambu yang ada di sana. Di lintasan bundaran yang ada di depan
gedung cakra terdapat aturan bahwa jika melintasi area tersebut harus belok ke kiri terlebih
dahulu. Karena kalau tidak dikhawatirkan akan terjadi kecelakaan karena adanya lawan arah.
Namun, banyak sekali mahasiswa yang melanggar aturan tersebut. Tidak hanyaitu,
merekabahkan tidak takut apabila ada satpam yang menjaga kawasan tersebut. Apalagi di
area bundaran yang berada di depan gedung cakra jarang sekali dijaga oleh satpam.
Sehingga, mahasiswa dengan sangat mudah untuk menerobos area bundaran tersebut.

Kebiasaan mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura yang melanggar aturan


berkendara di dalam kampus tentu bisa berimbas buruk terhadap mahasiswa yang sudah
menaati aturan berkendara. Berdasarkan hasil pengamatan, banyak mahasiswa yang ikut-
ikutan melakukan pelanggaran terhadap aturan berkendara yang ada di dalam kampus.
Mereka mengemukakan bahwa alasan mereka mengikuti kebiasaan buruk tersebut karena
banyak sekali mahasiswa yang melanggar namun, tidak ada tindakan tegas bagi pelaku yang
melanggar. Sehingga, hal ini menimbulkan runtuhnya ketaatan mahasiswa yang lainnya.

3.2 Analisis Teori Konstruksi Realitas Sosial

Melanggar aturan tata tertib berkendara merupakan hal yang biasa dilihat di kawasan
Universitas Trunojoyo Madura. Banyak sekali mahasiswa yang tidak mematuhi aturan
berkendara di kampus. Mulai dari tidak memiliki SIM, mengendarai sepeda motor dengan
membonceng 3-4 orang, melawan arah area bundaran, parkir motor sembarangan, dan masih
banyak lagi. Permasalahan mengenai mahasiswa yang melanggar tata tertib berkendara di
area kampus Universitas Trunojoyo Madura ini akan di analisis menggunakan teori
Konstruksi Realitas Sosial.

Konstruksi realitas sosial merupakan sebuah proses sosial yang tercipta melalui
tindakan serta interaksi yang mana antara individu atau sekumpulan individu menciptakan
sebuah realitas sosial yang dimiliki dan juga dialami bersama secara subjektif. Latar
belakang teori ini adalah adanya paradigm konstruktivis yang membaca realitas sosial
sebagai suatu konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu, yang merupakan manusia
bebas. Individu menjadi pembatas dalam lingkungan sosial yang dikonstruksi berdasarkan
kehendaknya, yang mana dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk berbuat di luar batas
control struktur dan pranata sosialnya. Dalam proses sosial, manusia dipandang sebagai
pencipta realitas sosial yang relative bebas di dalam dunia sosialnya.

Teori Konstruksi Sosial merupakan salah satu pemikiran dari Peter L. Berger dan
Thomas Luckmann. Teori konstruksi sosial adalah suatu kajian teoritis dan juga sistematis
yang membahas tentang sosiologi pengetahuan (penalaran teoritis yang sistematis), dan
bukan termasuk pada suatu tinjauan historis yang membahas mengenai perkembangan
disiplin ilmu. Pemikiran Berger dan Luckman mendapatkan pengaruh dari pemikiran
sosiologi lain, seperti Schutzian tentang fenomenologi, Weberian tentang makna-makna
subjektif, Durkhemian – Talcott Parson mengenai struktur, pemikiran Karl Marx tentang
dialektika, serta pemikiran Herbert Mead yang membahas tentang interaksi simbolik.

Berger & Lukman memiliki pandangan bahwa suatu kenyataan dibangun secara sosial,
pada pengertian individu yang ada dalam masyarakat yang juga telah membangun
masyarakat, maka pengalaman dari individu tersebut tidak bisa dipisahkan dari masyarakat.
Adapun manusia yang menciptakan kenyataan sosial yang objektif terdiri dari tiga macam
dialekntis yang serentak yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Adapun
permasalah yang terjadi pada mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura apabila dianalisis
menggunakan teori konstruksi realitas sosial adalah sebagai berikut.

1. Eksternalisasi

Adapun pengertian dari eksternalisasi adalah usaha mencurahkan ekspresi diri


manusia ke dalam dunia, baik itu pada kegiatan metal dan juga kegiatan fisik. Banyak
mahasiswa baru yang mulai ikut melanggar karena mereka mengalami adaptasi
dengan lingkungan hidup yang baru yaitu kampus UTM. Pada tahap ini terdapat dua
realitas yang muncul yaitu realitas mahasiswa yang taat akan aturan dan juga
mahasiswa yang biasa melakukan pelanggaran. Pada tahap ini perilaku mahasiswa
lama yang melangga raturan berkendara berpengaruh terhadap pola pikir mahasiswa
baru atau mahasiswa yang belum pernah datang ke kampus. Karena banyak
mahasiswa baru yang sebelumnya taat dengan aturan berkendara seperti di SMA
wajib memakai helm. Namun, di Universitas Trunojoyo Madura hampir tidak ada
yang memakai helm. Mereka mulai merasa bahwa saat itu mereka bebas melanggar
tanpa harus takut ditegur atau dihukum.

2. Objektivasi

Objektivasi adalah hasil yang berhasil dicapai yang mana hasil tersebut berupa
realitas objektif yang mungkin akan menghadap isi penghasil itu sendiri. Dalam
momen objektivasi, mahasiswa memilih untuk tinggal, memulai, dan beradaptasi
dengan kehidupan mereka di lingkungan UTM. Proses objektivasi menekankan pada
adanya kesadaran dalam diri mahasiswa. Jadi, dapat dikatakan bahwa sikap dan
perilaku yang dilakukan oleh mahasiswa adalah hasil dari objektivasi yang dilakukan
dengan memperhatikan atau dengan melakukan interaksi langsung dengan
lingkungannya.

3. Internalisasi

Internalisasi sendiri adalah suatu kegiatan menyerap kembali dunia objektif


kedalam kesadaran sedemikian rupa, sehingga subjektif individu mendapatkan
pengaruh dari struktur dunia sosial. Pada tahap internalisasi, individu sudah mulai
memiliki keterikatan dengan lingkungan mereka yang baru yaitu lingkungan kampus
Universitas Trunojoyo Madura. Penerimaan Pun terjadi dalam diri mereka dan
mereka mulai terbiasa menjalani kehidupan yang baru di lingkungan Universitas
Trunojoyo Madura. Mereka telah menganggap bahwa kehidupan di lingkungan
Universitas Trunojoyo Madura adalah kenyataan subjektif dalam diri mereka.

Konstruksi sosial yang terlihat adalah mahasiswa menganggap kebiasaan apa yang mereka
terima di lingkungan sekitar mereka yaitu Universitas Trunojoyo Madura adalah hal baru yang
memudahkan mereka dalam kehidupan, karena mereka tidak perlu melakukan hal yang ada
dalam aturan tersebut dan mereka juga tidak terikat aturan yang berlaku.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Tata tertib pengendara adalah serangkain aturan yang dibuat untuk mengatur
pengendara lalu lintas dalam berkendara. Masih sering dijumpai pengendara yang
melakukan pelanggaran lalu lintas seperti, tidak memiliki SIM, tidak memilki STNK, dan
lain sebagainya. Bahkan ada juga yang melakukan kecurangan dalam pembuatan SIM
yakni dengan melakukan suap untuk mendapatkan SIM. Di lingkungan kampus
Universitas Trunojoyo Madura sendiri salah satu pelanggaran dalam berkendara ialah
bonceng tiga bahkan sampai empat orang sekaligus. Hal ini bertantangan dengan desain
sepeda motor yang dirancang satu sepeda motor memiliki kapasitas dua orang. Tidak
hanya itu, banyak mahasiswa yang tidak tertib dalam memarkirkan kendaraan pribadi
mereka. Dengan parkir kendaraan di area kawasan parkir karyawan atau dosen UTM.
Realitas sosial di atas untuk area di luar lingkungan kampus dianggap sebagai
suatu pelanggaran tata tertib berkendara. Namun, dalam lingkungan kampus realitas
pelanggaran tata tertib berkendara dianggap sesuatu yang wajar dan diterima dengan
baik. Diterimanya suatu realitas tersebut dikarenakan adanya suatu proses konstruksi
realitas yaitu, eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Oleh karena itu, realitas
pelanggaran tata tertib berkendara yang dilakukan oleh mahasiswa merupakan hasil dari
konstruksi realitas sosial.
Dalam proses eksternalisasi mahasiswa melihat suatu pelanggaran tata tertib
berkendara memaknai hal tersebut merupakan sesuatu yang biasa terjadi, lalu hal tersebut
dipahami sesuai dengan makna subjektif dalam diri individu yang kemudian, disepakati
bersama menjadi makna kolektif yang mana memunculkan pemahaman bahwa
pelanggaran tata tertib berkendara di kampus seperti tidak membawa STNK, tidak punya
SIM, boceng tiga, parkir tidak sesuai tempat yang disediakan merupakan suatu hal yang
wajar terjadi di UTM.
Ketika realitas pelanggaran tata tertib tersebut dipahami sebagai sesuatu yang
wajar. Maka realitas tersebut lepas dari individu, keluar dari individu dan proses inilah
yang disebut sebagai proses objektivasi. Objektivasi merupakan kenyataan sosial yang
berada di luar individu tetapi, objektivasi diproduksi oleh individu menjadi realitas itu
sendiri. Kemudian, objektivasi memproduksi individu. proses yang melahirkan sebuah
realitas sosial. Individu memaknai objektivasi realitas yang ada di luar dengan cara
internalisasi yang didapatkan melalui proses sosialisasi.
Kebiasaan melanggar tatat tertib berkendara yang dilakukan oleh mahasiswa
terjadi karena adanya stok of knowledge (pemahaman) bahwa pelanggaran tatat tertib
berkendara merupakan hal yang biasa terjadi di lingkungan kampus. Konstruksi realitas
sosial merupakan sebuah proses sosial yang tercipta melalui tiga tahapan yaitu
eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Manusia merupakan individu bebas yang
memiliki kebebasan untuk berbuat di luar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya.
Manusia merupakan pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya.
4.2 Saran
Hal pertama yang perlu dilakukan untuk mengatasi pelangaran tata tertib
berkendara ialah dengan lebih memperketat aturan tentang berkendara dengan
memberikan punishment terhadap pelanggar tata tertib berkendara. Yang kedua harus
bertindak secara nyata dan progresif. Selain itu, kesadaran dari tiap individu (mahasiswa)
juga perlu demi terwujudnya tertib berkendara di lingkungan kampus UTM.
Demi menciptakan tertib lalu lintas di lingkungan kampus UTM maka perlu
penanaman stok of knowledge tentang tatat tertib berkendara supaya pemahaman
mahasiswa tentang pelanggaran tata tertib berkendara merupakan suatu tindakan yang
tidak boleh dilakukan dan berbahaya bagi keselamatan. Sehingga, dapat meminimalisir
pelanggaran tata tertib berkendara di area kampus Universitas Trunojoyo Madura.
DAFTAR PUSTAKA
Ngangi, N. (2011). Konstruksi Sosial Dalam Realitas Sosial. Visual post:Jurnal AGRI-
sosioekonomi, 7(2), 1-4
Nurfauziah, R & Krisnani, H. (2010). Perilaku Pelanggaran Lalu Lintas Oleh Remaja Ditinjau
Dari Perspektif Konstruksi Sosial. Visual post:Jurnal kolaborasi resolusi konflik, 3(1),
75-85.
Rohiman, R & Handoyono. (2019). Kesadaran Berlalu Lintas Mahasiswa Pendidikan Teknik
Mesin Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa Yogyakarta. Visual post:Jurnal
pendidikan vokasi otomotif, 1(2), 27-44
Azizah, Mutiara Hikmatul. 2016. Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Keselamatan
Berkendara (Safety Riding) Pada Mahasiswa. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri
Malang
Syarif, Dede.” Teori Konstruksi Realitas: Peter L. Berger “. Youtube. Diunggah oleh Faisal, 16
Juni. 2022, https://youtu.be/fshiABiLcP0

Anda mungkin juga menyukai