Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Kota Manado adalah kota yang padat. Dengan penduduk yang berjumlah 422.355 jiwa dan kepadatan penduduk sekitar 2.122 jiwa per kilometer persegi. Luas wilayah Kota Manado adalah 157.26 km2 ditambah dengan lahan reklamasi pantai teluk Manado seluas 67 hektar. (Keadaan Umum Kota Manado. manadoinfo01.wordpress.com. 23 September 2010) Keseluruhan ruas jalan di Manado sendiri adalah 599,65 Km dan hampir tidak ada pembangunan jalan baru. Sementara itu, pertambahan kendaraan cukup signifikan. Yakni sejak 2005 hingga Juni 2010, hanya untuk kendaraan roda dua kenaikannya 87,95% dan roda empat ke atas 40,59%. (Manado Post. 2010. Macet Kian Sulit Diatasi. 13 Juli 2010.) Di sisi lain, perekonomian Kota Manado sekarang ini berkembang dengan begitu pesat. Masyarakat Manado sibuk dengan pekerjaan yang menuntut mobilitas yang tinggi. Maka itu, sangat dibutuhkan kecepatan, keefisienan, dan kegesitan dalam berkendara di jalan dan dalam hal ini keselamatan dalam berkendara menjadi terlupakan. Zaman yang serba maju dan serba cepat ini seakan malah menambah jumlah kecelakaan lalu lintas. di Indonesia sendiri, menurut data kecelakaan yang dilaporkan ke Mabes Polri, ada beberapa hal yang mencengangkan, yaitu; 1. Tiap 1 jam, terjadi 10 kecelakaan lalu lintas. 2. Tiap 30 menit, 1 orang mati karena kecelakaan lalu lintas. 3. Tiap 15 menit, 1 orang terluka parah karena kecelakaan lalu lintas. 4. Tiap 10 menit, 1 orang terluka ringan karena kecelakaan lalu intas. Di Kota Manado. Pada tahun 2010, tercatat ada 906 kasus kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan sepeda motor, dan 250 kasus akibat mobil. (Motor, Dominasi Lakalantas di Sulut. beritamanado.com. 7 Januari 2011.)

Hal ini tentu saja bisa dihindari jika konsep keselamatan berkendara yang benar tetap dijaga. Karena keselamatan dalam berkendara sangatlah penting untuk menjaga keselamatan baik untuk pengemudi, penumpang, pengguna jalan lain, maupun kendaraan itu sendiri. Hal-hal diataslah melatarbelakangi penulis untuk mengadakan penelitian. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan penjelasan diatas dapat diuraikan identifikasi masalah sebagai berikut; (1) Masalah kecelakaan lalu lintas di kota Manado menjadi hal yang harus di waspadai setiap masyarakat. (2) Perlunya pemahaman konsep yang benar dari keselamatan berkendara bagi setiap masyarakat dan faktor yang mempengaruhinya. 1.3. Rumusan Masalah Formulasi masalah dari penulisan ini adalah dalam bentuk interrogative sentence yaitu: Apa yang masyarakat ketahui tentang konsep keselamatan berkendara? Serta apa yang mempengaruhi keselamatan berkendara? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari karya tulis ini adalah untuk mendekrispsikan bagaimana pemahaman pengguna kenadaraan akan keselamatan berkendaraa dan faktor-faktor yang

mempengaruhi keselamatan berkendara. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil dari penulisan karya tulis ini diharapkan dapat menyumbangkan manfaat berupa informasi kepada berbagai pihak, seperti; 1. Pemerintah daerah untuk membenahi berbagai masalah lalu lintas yang ada dan berbagai kekurangan yang dihadapi. 2. Masyarakat agar dapat mengerti dan memahami dengan baik dan benar konsep dari keselamatan berkendara. 3. Pihak-pihak yang berwenang dalam keamanan dan ketertiban lalu lintas agar lebih tegas lagi melaksanakan tugas dan tanggung jawab. 4. Teman-teman generasi muda agar dapat terus mengembangkan kedisiplinan berlalu lintas yang berakar dari SDM yang baik. 2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1.

Hakikat Pola Pikir Masyarakat Menurut kamus besar Bahasa Indonesia; Pola memiliki arti: suatu gambaran, corak, cara kerja, bentuk (struktur). Pikir memiliki arti: akal budi, ingatan, angan-angan. Masyarakat memiliki arti: sejumlah manusia di arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Dengan demikian pola pikir masyarakat adalah suatu bentuk dan gambaran dari sebuah akal budi dan angan-angan sejumlah manusia.

2.2.

Hakikat Keselamatan Berkendara Menurut kamus besar Bahasa Indonesia; Selamat memiliki arti; terhindar dari bencana, aman sentosa, sejahtera, tidak kurang suatu apa, sehat, tidak mendapat gangguan (kerusakan), tercapai maksudnya, dsb. Keselamatan memiliki arti; proses tidak gagal (keadaan dsb), kesejahteraan, kebahagiaan, dsb. Sedangkan Kendara, Berkendara memiliki arti; duduk di atas sesuatu yang dinaiki, menaiki (menumpang) suatu alat tunggangan, menjalankan (kendaraan, mobil). Dengan demikian keselamatan berkendara memiliki arti keadaan dimana pengendara dan penumpang kendaraan aman sampai tujuan. Keselamatan berkendara sudah lebih dikenal dengan istilah safety driving (lebih khusus untuk mobil) atau safety riding (lebih khusus untuk motor.) Namun pada intinya keduanya memiliki pengertian yang sama yaitu mengacu pada perilaku berkendara yang secara ideal harus memiliki tingkat keamanan yang cukup bagi diri sendiri maupun orang lain. Belajar dari kurikulum Jepang mengenai safety riding, kita akan mendapatkan bahwasanya dalam berkendara terjadi 3 proses yang terus berulang, yaitu : 1. Perception, pengendara mengindentifikasi dan waspada terhadap lalu lintas sekelilingnya.

2. Judgement, mengambil keputusan untuk menghadapi situasi yang terjadi dan akan terjadi. 3. Operation, menjalankan keputusan yang diambil. (sumber: Proses Berkendara. www.hidupaman.com. 12 Januari 2011.) Aparat Kepolisian mensosialisasikan cara berkendara yang benar (safety riding) di setiap waktu dan tempat, seperti cara berkendara yang benar ada beberapa aturan yang sering di prioritaskan di jalan raya, misalnya : - Penggunaan sabuk keselamatan (seat belt) untuk kendaraan roda 4 atau lebih. - Menggunakan helm standart dan mengunci pengikatnya untuk kendaraan roda - Menyalakan lampu walaupun siang hari (light on) untuk kendaraan roda 2. Tidak melanggar garis marka lurus untuk semua kendaraan.

2.3.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan Berkendara Penelitian seperti yand dilakukan oleh Treat, et al (1977) dan Austroad (2002) yang bertujuan untuk mengetahui penyebab kecelakaan lalu lintas mulai diungkap kembali oleh Mulyono (2008). Kedua penelitian tersebut terfokus pada 3 (tiga) penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas, yaitu : (1) faktor manusia (human factor); (2) faktor kendaraan (vehicle factor); dan (3) faktor jalan dan lingkungan (road and environment factor). Berdasarkan unsur-unsur di atas, penyebab bahaya dalam berkendara yang paling dominan adalah faktor manusia yaitu sebesar 93,7%, kemudian factor kendaraan, serta jalan dan lingkungan.

BAB III METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penulisan karya ini adalah metode deskriptif. Pada umumnya, penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1983:10), pemahaman ini juga ditunjang oleh pendapat Sudjana dan Ibrahim (1989:64) bahwa: Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif merupakan penelitian kualitatif. Disebut penelitian deskriptif karena data-data yang dikumpulkan, dianalisis dan disajikan dalam bentuk kata-kata. Penelitian deskriptif mengumpulkan data dengan menggunakan beberapa teknik seperti interview, survey, observasi.

3.1 Teknik Pengumpulan Data Data-data untuk penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan beberapa metode seperti yang dijelaskan di atas: a. Wawancara (Interview) merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (indepth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. b. Observasi (Observation) yang dilakukan memperoleh hasil; ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan penulis melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik 5

terhadap pengukuran tersebut. Metode Penelitian Kualitatif. 2009. www.penalaranunm.org. 27 Januari 2009.) c. Survei (Survey) bertujuan menemukan deskripsi general dan universal yang berlaku pada sejumlah variasi situasi dan kondisi. Survey deskriptif disebut pula penelitian pengembangan (developmental research). Pengembangan artinya meluas, yaitu meluas pada sejumlah variasi situasi dan kondisi; oleh karena itu biasanya tidak semua fungsi fenomena diteliti dan dianalisis, melainkan hanya beberapa saja, yang masih dianggap merupakan masalah yang pemecahannya belum diketahui. Mengarah pada penggunaan sampling. (Penelitian Kualitatif. www.kebijakankesehatan.co.cc. 1 April 2011.)

3.2 Sumber Data a. Setting Dalam kurun waktu penelitian selama satu minggu, penulis melakukan observasi di beberapa ruas jalan ramai di kota Manado seperti kawasan sekitar tugu Zero Point, Taman Kesatuan Bangsa (TKB), dan sekitar IT Center (ITC). Selain itu, dilakukan dari dalam angkutan kota yaitu mikrolet dan taxi. Dalam memperoleh data, penulis mendatangi Kantor POLRESTA Manado, Kantor DISHUB Manado, dan beberapa tempat lain. b. Populasi dan Sample Populasi dari penelitian ini adalah pengguna kendaraan baik beroda dua dan beroda empat. Sampel dari penelitian ini adalah; (i) subjek: siswa SMA Kr. Eben Haezar untuk survei, objek: beberapa rambu lalu lintas, ruas jalan, dan angkutan kota. (ii) Dalam wawancara, narasumber yang diwawancarai adalah Polisi, petugas POLPP, petugas

DISHUB, Supir Mikrolet, Tukang Ojek, Supir Taxi, Penumpang Mikrolet, dan beberapa masyarakat.

3.3 Teknik Menganalisis dan Menyajikan Data Data yang dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan teori-teori yang disajikan di bab ii, dan disajikan secara berurutan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1

Konsep Keselamatan Berkendara di Masyarakat Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ada beberapa pendapat mengenai konsep keselamatan berkendara yang berkembang di masyarakat kota Manado; i. ii. iii. iv. Menjaga keamanan, kedisplinan, dan ketertiban. Keadaan berhati-hati dan sabar. Bergantung pada supir. Bagaimana seseorang bisa berkendara dengan baik dan menjaga tumpangan yang di bawa termasuk pemakai jalan lain. v. vi. vii. Berkendaraan yang baik yang ikut aturan. Merupakan faktor yang penting bagi para pengguna jalan. Keadaan yang terhindar dari segala bahaya dan tiba di tujuan. Konsep di atas menggambarkan 3 tipe pengguna kendaraan, yaitu: a. Pengguna kendaraan yang memiliki konsep yang benar dalam berkendara dimana mempersiapkan segala faktor dalam keselamatan berkendara sebelum melakukan kegiatan berkendara. Yang digolongkan dalam tipe ini ada dua pendapat, yaitu; (i) Menjaga keamanan, kedisiplinan, dan ketertiban. (v) Berkendara yang baik yang ikut aturan. b. Pengguna kendaraan yang memiliki konsep yang kurang tepat dalam berkendara dimana persepsinya mengenai keselamatan berkendara terbatas pada saat berkendara dan sesudah berkendara sehingga keselamatan dalam berkendara tidak dipersiapkan sebelum melakukan kegiatan berkendara. Yang digolongkan dalam tipe ini ada tiga pendapat, yaitu; (ii) Keadaan berhati-hati dan sabar. (iv) Bagaimana seseorang bisa berkendara dengan baik dan menjaga tumpangan yang di bawa termasuk pemakai jalan lain. 7

(vii) Keadaan yang terhindar dari segala bahaya dan tiba di tujuan. c. Pengguna kendaraan yang memiliki konsep yang belum jelas sehingga penulis tidak memakai tipe ini sebagai pembahasan selanjutnya dikarenakan pendapat ini tidak dapat di golongkan ke tipe pertama maupun kedua. Yang digolongkan dalam tipe ini adalah; (vi) Merupakan faktor yang penting bagi para pengguna jalan. (iii) Bergantung pada supir. Dari 7 poin pendapat mengenai konsep keselamatan berkendara yang telah disajikan, ada tiga pendapat yang tepat, dua pendapat yang kurang tepat, dan dua pendapat lain tidak jelas. Hal ini senada dengan survei yang penulis lakukan pada seratus (100) koresponden, enam puluh sembilan (69) orang berpendapat bahwa keselamatan berkendara dilakukan agar terhindar dari kecelakaan dan penilangan. Sedangkan tiga puluh satu (31) orang lainnya berpendapat bahwa menjaga keselamatan berkendara merupakan kewajiban. Berdasarkan data tersebut, 69% orang memiliki konsep yang kurang tepat karena menempatkan bahaya berkendara sebagai konsep keselematan berkendara. Sedangkan hanya 31% orang yang memiliki konsep yang tepat karena menjadikan keselamatan berkendara sebagai kewajiban yang merupakan hal yang wajib dilakukan dan dipersiapkan.

4.2.

Hal-hal yang Mempengaruhi Keselamatan Berkendara Penyebab-penyebab kecelakaan lalu lintas yang ada pada bab II ternyata hampir serupa dengan hasil penelitian dari observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan. Karena setelah dirangkum, ada 5 faktor penyebab bahaya dalam berkendara yang berkembang di masyarakat; (1) Manusia Sebagai pengguna jalan utama yang melakukan berbagai interaksi dengan berbagai hal dan menjadi subjek utama dari kegiatan berkendara, tentu manusia yang paling mendominasi penyebab dari bahaya dalam berkendara. Mayoritas narasumber menjadikan manusia menjadi faktor terpenting. Adapun yang harus dikembangkan di masyarakat dalam mengantisipasi bahaya dalam berkendara: yang pertama adalah 8

kesadaran diri sendiri dalam memenuhi kewajiban menjaga keselamatan berkendara karena jika kita sadar benar akan kewajiban kita, taat pada peraturan pun akan menjadi kewajiban pula; dan yang kedua adalah pemahaman konsep keselamatan berkendara yang baik dan benar yang dapat diperoleh dari berbagai informasi dan pendidikan lalu lintas. Seperti jawaban dari seorang tukang ojek yang sempat penulis wawancarai, Tidak selamat, karena tidak sadar pada aturan yang berkembang dari pribadi. Selain itu, berbagai pihak yang berwenang seperti Polisi Lalu Lintas, Petugas Dinas Perhubungan, Tukan Parkir, dan petugas lalu lintas lainnya termasuk dalam manusia. Menurut wawancara yang dilakukan, para petugas ini terkesan saling melempar tanggung jawab seperti petugas Dishub menyatakan, Polisi adalah pihak yang berkewajiban utama, kami hanya membantu. Kemudian seorang polisi mengaku. DISHUB cuma tahu membuat dan menaruh sesuatu tanpa mengembangkannya. Disisi lain, kesan buruk seorang mantan pengemudi truk pada kinerja kepolisian Di mana-mana duit. Begitulah anggapan masyarakat kita pada pihak-pihak berwenang yang seharusnya bertugas dengan penuh tanggung jawab, disiplin, tegas, berkomitmen, transparan, dan jauh dari unsur KKN. Demikian pula pemerintah sebagai stake holder, harus mengkaji segala peraturan dan membuat aturan yang efisien dan efektif. (2) Kendaraan Kendaraan adalah objek utama yang digunakan manusia secara langsung. Objek utama ini juga memegang peran terpenting dari keselamatan berkendara sesudah manusia. Kepadatan kendaraan di kota Manado merupakan penyebab utama. Ini juga disebabkan karena ada begitu banyak kendaraan tua yang sudah tidak layak digunakan, masih dipakai oleh masyarakat kota Manado. Menurut SAMSAT Manado, setiap hari rata-rata bertambah 10 mobil pribadi baru sedangkan motor bertambah 40 unit yang keluar dari dealer. Sementara itu, jelas terlihat banyak mobil dan motor tua ada di berbagai ruas jalan kota Manado. Hasilnya Manado yang sudah padat menjadi lebih padat lagi. Contoh yang nyata terlihat, sekarang ini sering terjadi kelangkaan BBM di kota Manado, antrian panjang di berbagai SPBU. (3) Kelengkapan Salah satu penyebab dari penilangan adalah tidak lengkapnya kelengkapan yang harus dipenuhi pengguna kendaraan. Kelengkapan tersebut seperti SIM, STNK, surat9

surat, penggunaan helm, jaket, dan sepatu untuk motor, penggunaan sabuk pengaman dan membawa segitiga pengaman untuk mobil, dan sebagainya. Kelengkapan tentu harus dipersiapkan sebelum melakukan kegiatan berkendara. Hal ini menjadi dasar para pengguna pengendara dapat terhindar dari bahaya dalam berkendara khususnya penilangan. (4) Sarana dan Prasarana Yang termasuk dalam sarana dan prasarana lalu lintas adalah jalan, rambu-rambu lalu lintas, informasi-informasi mengenai keselamatan berkendara, dan berbagai peringatan-peringatan dalam berlalu lintas. Walaupun menurut hasil wawancara penulis dengan para Polisi dan petugas DISHUB mengatakan sudah cukup bagus, ternyata masih banyak orang yang berpendapat sarana dan prasarana lalu lintas di kota Manado masih jauh dari keadaan bagus. Yang paling terlihat adalah informasi mengenai keselamatan berkendara. Seperti pengalaman penulis dalam mencari data, sangatlah sulit mengetahui data kecelakaan dan statistik kendaraan di kota Manado. Padahal data dari bahaya dalam berkendara dapat membuat para pengguna kendaraan lebih mawas diri lagi. Sementara itu, rambu-rambu lalu lintas banyak yang salah tempat sehingga menjadi tidak efektif lagi. Satu contoh yang penulis temukan adalah rambu kecepatan maksimal 60km/jam di ringroad yang sangat tidak masuk akal karena ringroad adalah jalur cepat yang rata-rata kendaraan melaju dengan kecepatan 80-100 km/jam bahkan lebih. Jika ada yang mengikuti rambu ini, malahan berpotensi tinggi kecelakaan karena kendaraan lain yang jauh lebih cepat. (5) Lingkungan Faktor yang menjadi penyebab bahaya dalam berkendaraan terakhir adalah lingkungan. Dalam hal ini yang termasuk dalam lingkungan adalah, cuaca, kondisi sekeliling jalan, dan jumlah pohon-pohon yang di sekitar jalan. Dari sekalian faktor lingkungan yang paling penting adalah Faktor Jalan seperti jalan yang berlubang, berbelok-belok dan memiliki tikungan tajam, jalan yang belum beraspal, dan lainlain. Faktor lingkungan ini sulit untuk diprediksikan namun bahayanya bisa dihindari melalui tindakan berhati-hati dalam berkendara dan mempersiapkan segala sesuatunya sebelum berkendara.

10

BAB V PENUTUP

5.1.

Kesimpulan Konsep mengenai keselamatan berkendara yang kurang tepat, menjadi dasar dari pola pikir yang salah di masyarakat. Dimana keselamatan berkendara diartikan sebagai sebuah tindakan yang bertujuan untuk menghindari kecelakaan dan penilangan. Kecelakaan dan penilangan bukanlah konsep dari keselamatan dalam berkendara karena keduanya merupakan bahaya dalam berkendara. Keselamatan berkendara adalah sebuah kewajiban yang penting bagi masyarakat. Kewajiban memiliki pengertian yang sama dengan tugas dan tanggung jawab. Serta keselamatan berkendara tergantung pada (i). Manusia, (ii). Kendaraan, (iii). Kelengkapan, (iv). Sarana dan Prasarana, (v). Lingkungan.

5.2.

Saran Saran dari penulis adalah sebaiknya seluruh masyarakat yang adalah pengguna jalan menjadikan keselamatan berkendara sebuah kewajiban. Pihak-pihak seperti Kepolisian, DISHUB, dan lain-lain tentunya berperan penting dalam penanaman konsep keselamatan berkendara yang benar ini. Seperti penyediaan informasi mengenai pendidikan keselamatan berkendara maupun data-data dari bahaya dalam. Selanjutnya dibutuhkan perbaikan dari kebiasaan yang buruk dari para petugas yang berkewajiban atas lalu lintas. Seperti kebiasaan korupsi, kolusi, dan nepotisme yang membuat pandangan masyarakat mengenai polisi lalu lintas menjadi buruk. Kemudian rasa tanggung jawab harus ditingkatkan oleh setiap pihak. Tanggung jawab atas ; penjagaan keselamatan berkendara oleh masyarakat, proses hukuman yang transparan dan bersih atas penyimpangan aturan oleh kepolisian, usaha untuk penertiban dan perapihan lalu lintas kota oleh DISHUB, tukang parkir, dan petugas lain, serta pembuatan aturan-aturan yang efektif dan efisien oleh pemerintah. Di sisi lain, Pemerintah juga harus memasukan pendidikan lalu lalu lintas di kurikulum pelajaran sekolah karena generasi muda sekarang harus benar-benar dipersiapkan menjadi pengguna jalan yang pandai.

11

Anda mungkin juga menyukai