Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MENTAL, PERILAKU, ETIKA, DAN SOPAN

SANTUN PENGENDARA DI JALAN RAYA DENGAN


PENGENDARA LAINNYA

Disusun Oleh :
Della Septa Dwi A.P. ( 03114039 )
Eva Wahyu Triliah ( 03114088 )

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS NAROTAMA
SURABAYA
2015
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
D. MANFAAT PENELITIAN
E. BATASAN MASALAH

BAB II DASAR TEORI


A. PENGERTIAN PELANGGARAN LALU LINTAS
B. FAKTOR PELANGGARAN LALU LINTAS
C. KESELAMATAN LALU LINTAS BAGI PENGGUNA JALAN
BAB III METODE PENELITIAN
A. SUMBER DATA PENELITIAN
B. TEKNIK PENGAMBILAN DATA
C. ANALISIS DATA
BAB IV PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR REFERENSI

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan
rahmat dan karuni Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas karya tulis ilmiah tepat
pada waktunya. Tugas Karya ilmiah yang berjudul Mental, Perilaku, Etika, dan Sopan
Santun Pengendara dalam Berlalu Lintas di Jalan Raya dengan Pengendara Lainnya ini
merupakan salah satu syarat untuk memenuhi kelulusan mata kuliah Rekayasa Lalu Lintas
pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Narotama Surabaya.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah tak lepas dari dukungan, dorongan, bantuan, dan kerjasama dari
berbagai pihak. Saat kesempatan inilah penulis menyampaikan banyak berterima kasih
kepada ;

1. Bapak Adhi Muhtadi ST., SE., Msi., selaku dosen Universitas Narotama yang memeriksa
karya tulis ilmiah dan memberikan pengetahuan banyak tentang penulisan karya ilmiah
ini.

2. Bapak Fredy Kurniawan ST., MT., Meng., Ph.D., selaku dosen Universitas Narotama
yang telah memberikan motivasi, dorongan, dan pengetahuan.

3. Bapak Ir. Toni Hartono Baggio, MT., MM., Selaku Dekan Fakultas Teknik Narotama
yang telah membantu dalam penulisan karya ilmiah ini.

4. Bapak dan Ibu dosen berserta seluruh staf tata usaha di lingkungan Universitas Narotama,
yang telah banyak membantu, melayani, dan memberikan pengetahuan pada materi
perkuliahan.

5. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, atas segala bantuannya.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan.
Penulis memohon kepada pembaca apabila berkenan memberikan kritikan dan saran kepada
penulis supaya karya tulis ilmiah ini lebih sempurna lagi pada tahap selanjutnya. Penulis
memohon maaf jika terjadi banyak kesalahan terhadap penulisan karya ilmiah ini. Akhir kata,
semoga penulisan karya ilmiah ini bermanfaat bagi generasi penerus bangsa.

Surabaya, September 2015

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Transportasi sangat penting peranannya dalam menghubungkan daerah yang
menjadi sumber bahan baku dengan daerah yang membutuhkan akan suatu bahan.
Bentuk perpindahan manusia atau barang secara fisik dapat dilihat dari besarnya
hubungan lalu lintas melalui suatu prasarana penghubung yang disebut dengan jalan.
Oleh sebab itu, jalan sebagai prasarana pengangkutan diharapkan dapat menampung
semua kendaraan yang melintas dan memberikan pelayanan yang baik bagi semua
pengguna jalan. Prasarana transportasi merupakan kebutuhan yang vital bagi
masyarakat, terutama masyarakat kota yang mobilitasnya tinggi. Prasarana dan sarana
transportasi yang baik dapat menunjang mobilitas orang dan barang sehingga dapat
menunjang perekonomian.
Surabaya merupakan ibukota dari Jawa Timur dan merupakan kota kedua terbesar
di Indonesia. Oleh sebab itu, Surabaya merupakan salah satu kota yang padat penduduk
dan memiliki tingkat kecelakaan yang terus meningkat setiap hari bahkan setiap
tahunnya.
Sepeda motor merupakan alat transportasi yang paling populer di kebanyakan
negara Asia dan negara berkembang (Zargar & Karbakhsh, 2006) termasuk Indonesia.
Saat ini di Indonesia populasi sepeda motor merupakan yang terbanyak dibandingkan
kendaraan bermotor lainnya dengan jumlah pada tahun 2011 sebanyak 69.204.675 unit.
Peningkatan jumlah sepeda motor sejalan dengan peningkatan tingkat kecelakaan
pengguna sepeda motor. Selama tahun 2011, tercatat terjadi 147.391 kecelakaan yang
melibatkan sepeda motor dan angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yakni 140.277
kecelakaan atau mengalami kenaikan sebanyak lima persen (Korps Lalu Lintas Polri,
2012).
Secara teoritik, penyebab kecelakaan lalu lintas jalan raya, termasuk kecelakaan
sepeda motor dapat diklasifikasikan dalam empat faktor. Keempat faktor penyebab
tersebut adalah kelalaian pengguna jalan, ketidaklayakan kendaraan, ketidaklayakan
jalan, dan lingkungan (UU RI No. 22 Tahun 2009). Dalam kenyataannya, kecelakaan
lalu-lintas dapat terjadi karena salah satu dari keempat faktor tersebut ataupun karena
kombinasi dari dua faktor atau lebih (Lum & Reagen, 1995). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Treat dkk. (dalam Lum & Reagenm 1995) menunjukkan bahwa faktor
kesalahan manusia secara mandiri menjadi faktor penyebab 57% dari kecelakaan lalu-
lintas yang terjadi. Selanjutnya, sebagian besar kecelakaan lalu-lintas yang disebabkan
manusia atau pengemudi terjadi karena pelanggaran pengemudi terhadap peraturan lalu-
lintas (Arumeswari & Bhinnety, 2009; Vafaee-Najar, dkk., 2010). Bentuk pelanggaran
atau ketidakpatuhan yang paling sering dilakukan oleh pengendara motor, terutama di
Indonesia dan pada khususnya di wilayah Jawa Timur adalah tidak menggunakan helm.
Kepatuhan (compliance) didefinisikan oleh Herbert Kelman (dalam Forsyth, 2010)
sebagai perilaku mengikuti permintaan otoritas meskipun individu secara personal
individu tidak setuju dengan permintaan tersebut. Ketidakhadiran figur otoritas akan
menyebabkan individu cenderung untuk melanggar permintaan tersebut. Individu
berperilaku patuh guna mendapatkan reaksi yang menyenangkan atau pun menghindar
hukuman sebagai konsekuensi perilaku yang dilakukannya.
Berdasarkan kasus tersebut penulis menyusun karya tulis ilmiah agar pembaca

mengerti mengenai etika dan sopan santun dalam berkendara dan berlalu lintas di jalan

raya yang nantinya akan dapat bermanfaat bagi generasi penerus bangsa, sehingga

kesalahan - kesalahan di atas dapat berkurang maka penulis menyusun makalah ini yang

berjudul ; MENTAL, PERILAKU, ETIKA, DAN SOPAN SANTUN

PENGENDARA DI JALAN RAYA DENGAN PENGENDARA LAINNYA .

B. RUMUSAN MASALAH
Dengan adanya uraian latar belakang maka penulis dapat merumuskan masalah

sebagai berikut :
1. Bagaimana beretika dan bersopan santun di jalan raya ?
2. Bagaimana cara mengurangi dan mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas di

jalan raya ?
3. Faktor faktor apa saja yang dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas ?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk :
1. Memperluas wawasan mengenai etika dan sopan santun di jalan raya.
2. Mengetahui betapa pentingnya sopan santun dan etika di jalan raya.
3. Memberikan informasi bagi pembaca makalah agar menyadari bahwa

keselamatan berlalu lintas dimulai dari sendiri.


D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pemahaman

mengenai etika dan sopan santun berlalu lintas di jalan raya.


E. BATASAN MASALAH
Makalah ini akan membahas mengenai pelanggaran di lalu lintas dan etika

pengendara di lalu lintas terhadap pengendara lainnya.

BAB II
DASAR TEORI

A. Pengertian Pelanggaran Lalu Lintas


Pelanggaran, menurut Sudarto (1990: 57) perbuatan yang oleh umum baru disadari
sebagai tindak pidana, karena undang-undang menyebutnya sebagai delik, jadi karena ada
undang-undang mengancam dengan pidana misalnya memparkir motor di sebelah kanan
jalanan. Pengertian pelanggaran tersebut berbeda dengan pernyataan (Prodjodikoron 1981:
28) yang mengartikan pelanggaran sebagai perbuatan melanggar sesuatu dan berhubungan
dengan hukum berarti lain dari pada perbuatan melanggar hukum. Pelanggaran dalam hal
ini tidak sama dengan kejahatan seperti yang dikemukakan oleh Soekanto (1990: 51)
mendeskripsikan pelanggaran lalu lintas sebagai masyarakat yang lalai.

B. Faktor Pelanggaran Lalu Lintas

Pola pikir masyarakat yang praktis dalam berkendara di jalan raya telah melahirkan
masyarakat instan baik saat berkendara maupun diluar berkendara. Masyarakat instan ini
kemudian mendorong lenturnya etika dalam berkendara di jalan raya, dan menimbulkan
berbagai macam pelanggaran lalu lintas. Pelanggaran adalah perbuatan pidana yang
tergolong tidak seberat kejahatan (Sudarsono 2005: 344). Sedangkan menurut kamus besar
bahasa Indonesia Pelanggaran adalah perbuatan atau perkara melanggar, tindak pidana yang
lebih ringan dari pada kejahatan. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya
pelanggaran lalu lintas dijalan setiap tahunnya. Faktor tersebut antara lain adanya paradigma
berpikir masyarakat instan di zaman modern, mulai lunturnya sensitivitas dalam berkendara,
dan minimnya etika berkendara untuk tertib, saling menghormati, saling menghargai,
sehingga mengakibatkan semakin tergerusnya rasa kepemilikan akan sesuatu. Faktor-faktor
diatas mempunyai hubungan kausalitas atau sebab akibat yang saling berkaitan antar satu
sama lain. Faktor tersebut dapat disederhanakan menjadi 3 faktor utama penyabab
pelanggaran lalu lintas yaitu faktor manusia, faktor kendaraan (sepeda motor), dan faktor
kondisi jalan raya.

1. Faktor Manusia
Menurut Suwardjoko (2002: 108) pencatatan data pelanggaran lalu lintas dan
kecelakaan di Indonesia belum cukup lengkap untuk bisa dianalisis guna menemukan
sebab musabab kecelakaan lalu lintas sehingga dengan tepat bisa diupayakan
penanggulangannya. Penyebab kecelakaan dapat dikelompokan dalam tiga unsur yaitu
manusia, jalan, dan kendaraan. Menurut Suwardjoko (2002: 109) tidak berlebihan bila
dikatakan bahwa hampir semua pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas penyebab
utamanya adalah pengendara. Penyebab pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas juga
dipertegas oleh pernyataan (Hobbs 1995: 344) penyebab pelanggaran dan kecelakaan lalu
lintas paling banyak disebabkan oleh manusia, yang mencakup psikologi manusia sistim
indra seperti penglihatan dan pendengaran, dan pengetahuan tentang tata cara lalu lintas.
Faktor manusia ini ditentukan oleh beberapa indikator yang membentuk sikap dan
perilakunya di jalan raya (Ikhsan, 2009:02), diantaranya:
a. Mental
Mental dan perilaku yang membudaya dari pengguna jalan merupakan salah satu
faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap situasi lalu lintas. Etika, sopan - santun,
toleransi antar pengguna jalan, kematangan dalam pengendalian emosi serta kepedulian
pengguna jalan di jalan raya akan menimbulkan sebuah iteraksi yang dapat mewarnai
situasi lalu lintas berupa hasil yang positif seperti terciptanya keamanan, keselamatan
dan kelancaran lalu lintas maupun dampak negatif yang dapat menimbulkan
kesemrawutan, kemacetan, pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas, sehingga mentalitas
pengguna Jalan merupakan suatu hal yang pondamental dalam mewujudkan situasi lalu
lintas yang baik. Mental dan perilaku pengguna jalan merupakan suatu cerminan
budaya berlalulintas, hal ini tidak dapat dibentuk secara instant oleh suatu lembaga
tertentu, baik itu lembaga pendidikan maupun lembaga lainnya, tetapi terbentuk secara
berkesinambungan mulai kehidupan sehari-hari dalam keluarga, lingkungan dan situasi
lalu lintas yang kasat mata secara keseharian selalu terlihat oleh pengguna jalan
sehingga membentuk kultur mentalitas berlalu lintas seseorang.
b. Pengetahuan
Dalam menciptakan dan memelihara Keamanan, Keselamatan, Ketertiban serta
Kelancaran Lalu lintas, telah dilakukan pengaturan yang disesuaikan dengan
perkembangan situasi lalu lintas yang ada dengan mempertimbangkan perkembangan
teknologi di bidang transportasi baik yang berhubungan dengan kendaraan, sarana dan
prasarana jalan serta dampak lingkungan lainnya dalam bentuk suatu aturan yang tegas
dan jelas serta telah melalui roses sosialisai secara bertahap sehingga dapat dijadikan
pedoman dalam berinteraksi di jalan raya. Setiap Pengguna Jalan wajib memahami
setiap aturan yang telah dibakukan secara formal baik dalam bentuk Undang-Undang,
Perpu, Peraturan Pemerintah, Perda dan aturan lainnya sehingga terdapat satu persepsi
dalam pola tindak dan pola pikir dalam berinteraksi di jalan raya. Perbedaan tingkat
pengetahuan dan atau pemahaman terhadap aturan yang berlaku mengakibatkan suatu
kesenjangan yang berpotensi memunculkan permasalahan dalam berlalu lintas, baik
antar pengguna jalan itu sendiri maupun antara pengguna jalan dengan aparat yang
bertugas untuk melaksanakan penegakkan hukum di jalan raya.
Selain pemahaman terhadap pengetahuan tentang peraturan perundang-undangan
yang berlaku, pengetahuan tentang karakteristik kendaraan merupakan suatu hal yang
tidak dapat diabaikan, setiap kendaraan memiliki karakteristik yang berbeda dalam
penanganannya, pengetahuan terhadap karakteristik kendaraan sangat berpengaruh
terhadap operasional kendaraan di jalan raya yang secara otomatis akan berpengaruh
pula terhadap situasi lalu lintas jalan raya, pengetahuan tentang karakteristik kendaraan
bisa didapat dengan mempelajari buku manual kendaraan tersebut serta dengan
mempelajari karakter kendaraan secara langsung (fisik).

c. Keterampilan
Kemampuan dalam mengendalikan ( Mengendarai / Mengemudi ) Kendaraan
baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor di jalan raya akan
berpengaruh besar terhadap situasi lalu lintas, keterampilan mengendalikan kendaraan
merupakan suatu keharusan yang mutlak demi keamanan, keselamatan, ketertiban dan
kelancaraan lalu lintas baik bagi pengemudi/- pengendara kendaraan tersebut maupun
pengguna jalan lainnya.

Keterampilan mengendalikan (Mengendarai/Mengemudi) kendaraan baik


kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor diperoleh melalui serangkaian
pelatihan sebelum mengajukan Lisensi keterampilannya (SIM), secara formal khusus
untuk kendaraan bermotor setiap pemohon SIM diwajibkan telah memiliki ketrampilan
mengemudikan kendaraan bermotor yang dapat diperoleh baik melalui lembaga
pendidikan dan pelatihan mengemudi maupun tidak melalui lembaga pendidikan dan
pelatihan mengemudi yang berarti pemohon telah melalui proses pelatihan
keterampilan sebelum dilanjutkan proses pengujian keterampilannya untuk
mendapatkan SIM.
2. Faktor kendaraan
Menurut Ikhsan (2009:05) Kendaraan adalah satu alat yang dapat bergerak di jalan,
terdiri dari kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor, Kendaraan bermotor adalah
kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu.
Kendaraan merupakan salah satu faktor utama yang secara langsung terlibat dalam
dinamika lalu lintas jalan raya dengan dikendalikan oleh manusia, interaksi antara manusia
dan kendaraan dalam satu kesatuan gerak di jalan raya memerlukan penanganan khusus baik
terhadap mental, pengetahuan dan keterampilan pengemudi maupun kesiapan (layak jalan)
kendaraan tersebut untuk dioperasionalkan di jalan raya.
3. Faktor Jalan
Faktor terakhir adalah faktor jalan, hal ini berhubungan dengan kecepatan rencana jalan,
pagar pengaman didaerah pegunungan, ada tidaknya media jalan, dan jarak pandang serta
kondisi permukaan jalan. Jalan yang rusak atau berlubang sangat membahayakan pemakai
jalan terutama pemakai sepeda motor. Hujan juga mempengaruhi kinerja kendaraan seperti
jarak pengereman menjadi lebih jauh dan jalan menjadi lebih licin. Selain itu, jarak pandang
juga terganggu dengan adanya asap dan kabut, terutama di daerah pegunungan. Hal ini
mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. Faktor jalan juga dipertegas oleh
pernyataan (Suwardjoko 2002: 144) kondisi jalan dapat menjadi salah satu sebab terjadinya
pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas seperti jalan rusak, tikungan jalan yang tajam, tetapi
faktor jalan dapat dikurangi dengan rekayasa jalan dengan sedemikian rupa sehingga dapat
mempengaruhi tingkah laku para pengguna jalan dan mengurangi atau mencegah tindakan
yang membahayakan keselamatan dalam berlalu lintas.

C. Keselamatan Lalu Lintas Bagi Pemakai Jalan


Lalu lintas adalah kegiatan lalu-lalang atau gerak kendaraan, orang atau hewan di jalanan
(Warpanidansuwardjoko, 2002:1). Masalah yang dihadapi dalam perlalu lintasan adalah
keseimbangan antara kapasitas jaringan jalan dengan banyaknya kendaraan dan orang yang
berlalu-lalang menggunakan jalan tersebut. Ketika seseorang sedang mengemudikan kendaraan
bermotor di jalan raya, mereka mengharapkan semoga tidak terjadi gangguan kendaraan atau
hal-hal yang tidak diinginkan seperti halnya macet, mogok atau kecelakaan mereka berharap
agar sampai pada tujuan dengan selamat. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan bagi
pengemudi kendaraan bermotor, para pengemudi dianjurkan terlebih dahulu untuk
mempersiapkan hal-hal yang perlu dibawa dalam dan dipersiapkan sebelum perjalanan.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. SUMBER DATA PENELITIAN
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moleong 2002: 112). Sumber data dari
penelitian ini terbagi menjadi dua hal, yaitu meliputi data yang bersifat primer dan sekunder.
Data yang diambil merupakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang di peroleh atau
yang dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.
Data ini biasanya dari perpustakaan atau dari laporan dari peneliti terdahulu (Moleong, 2002:
157). Untuk penelitian ini data sekundernya berupa buku, dokumen-dokumen, surat kabar yang
terkait pelanggaran lalu lintas.

B. TEKNIK PENGAMBILAN DATA


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Referensi Buku
Teknik pengambilan data pertama diambil dari referensi buku mengenai etika dan
moral pengendara di dalam berlalu lintas, pelanggaran yang terjadi di jalan raya..
2. Referensi Internet
Teknik pengambilan data kedua diambil dari internet mengenai etika dan moral di
dalam berlalu lintas, pelanggaran yang terjadi di jalan raya.
C. ANALISIS DATA
`Analisis data merupakan suatu proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya
ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kecil seperti yang disarankan pada data.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN
Perilaku Pengendara Kendaraan Bermotor terhadap Aturan Lalu Lintas
Berdasarkan Hasil Pengamatan :
1) Penggunaan kelengkapan pengendara kendaraan bermotor seperti helm, spion dan sabuk
pengaman dapat dikategorikan cukup baik karena seluruh kendaraan yang terpantau
menggunakan kelengkapan yang sesuai ketentuan. Namun ada pula para pengendara
kendaraan bermotor yang tidak menggunakan helm saat melintas di jalan raya.
2) Kurang tertib terhadap rambu- rambu di jalan seperti lampu lalu lintas, rambu dilarang
parkir rambu dilarang berhenti, dan rambu dilarang putar balik. Ada peraturan lalu lintas
yang mengatur lahan atau tempat parkir. Kenyataan yang ditemukan peneliti di lapangan
bahwa masih banyak para pengendara kendaraan bermotor yang memarkir kandaraannya
di sembarang tempat. Hal ini memicu kemacetan karena kendaraan tersebut
menggunakan badan jalan.
3) Para pengendara kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat tertib dalam
penggunaan lampu sen atau reting. Jika akan berbelok menyalakan lampu sen dan
mematikannya setelah melewat belokan tersebut.
4) Cara menyalip yang benar adalah menyalip kendaraan lainnya dari sebelah kanan, namun
pada kenyataannya banyak yang tidak mengetahuinya.
5) Para pengendara kendaraan bermotor harus memperhatikan kendaraan sebelumnya pada
saat memotong jalan dan berbelok. Pengendara juga harus memperhatikan jalur belokan
agar lalu lintas lancar.
6) Banyaknya para pengendara kendaraan bermotor yang mengambil jalan pintas. Ada yang
menaiki trotoar sebagai jalan pintas agar cepat sampai tujuan.
7) Kecepatan berkendara di dalam kota adalah 60 km/jam.
8) Para pengendara kendaraan bermotor menggunakan telepon seluler atau handphone dan
merokok saat mengendarai kendaraan. Penggunaan handphone dan merokok dapat
memecah konsentrasi dalam berkendara.
9) Pengendara kendaraan roda empat mengendarai mobilnya sambil menimang anaknya
dengan cara dipangku di depan kemudi (setir). Padahal ada istrinya menganggur di
sebelahnya.
10) Pengendara kendaraan bermotor yang belum mahir mengendarai kendaraannya tidak
diperkenankan melintas di jalan raya.
11) Para pengendara kendaraan bermotor di Samarinda cukup tertib membawa kelengkapan
surat-surat dalam berkendara seperti SIM dan STNK. Namun ada pula yang tidak
membawa SIM dikarenakan belum memiliki SIM.
12) Peneliti tidak menemukan kejadian tabrak lari selama melakukan penelitian. Namun ada
data dari pihak kepolisian yang berkaitan dengan tabrak lari karena tabrak lari
mencerminkan perilaku pengendara kendaraan bermotor di jalan raya.
13) Pengamatan di beberapa lokasi dapat disimpulkan bahwa polisi tidak menindak tegas
pelanggaran yang terjadi sesuai prosedur yang berlaku. Pelanggaran yang ditindaklanjuti
merupakan tindakan yang terlihat saja, bahkan ada beberapa pelanggaran yang dibiarkan
saja.
14) Pengamatan di beberapa ruas jalan raya disimpulkan bahwa keberadaan pihak kepolisian
kurang efektif dalam mengurai kemacetan.
15) Pos polisi yang berada di pinggir jalan banyak yang tidak berfungsi secara baik.
16) Lalu lintas terus berjalan tanpa mengenal hari libur namun pihak kepolisian yang
berjaga tidak tampak.
Pemahaman dan Perilaku Pengendara Kendaraan Bermotor terhadap Aturan Lalu
Lintas :
Pengendara kendaraan bermotor memahami aturan berlalu lintas, namun pada
kenyataannya masih banyak pelanggaran yang terjadi di jalan. Pelanggaran disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain kurangnya rambu lalu lintas dan banyaknya jalanan yang rusak.
Ketidakteraturan dalam berlalu lintas dilihat dari perilaku para pengendara kendaraan
bermotor di jalan raya setiap hari. Perilaku para pengendara kendaraan bermotor terlihat dari
cara berkendara dan ketaatan terhadap aturan lalu lintas. Ada banyak para pengendara
kendaraan bermotor yang melanggar aturan lalu lintas. Selain itu, jumlah rambu-rambu lalu
lintas dirasa kurang. Kurangnya rambu lalu lintas berpengaruh pada keamanan dan
kenyamanan di jalan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari penelitian di atas maka dapat diambil kesimpulan yaitu :
Kesadaran akan ketertiban berlalu lintas pada umumnya masih kurang, terbukti
dengan adanya banyak pelanggaran yang dilakukan pengguna jalan.
Pelanggaran lalu lintas umumnya dilakukan karena unsur keterpaksaan atau
terdesak.
Penyebab kecelakaan tersebar merata, baik karena kesalahan sendiri, kesalahan
pengendara lain, maupun karena sarana prasarana.

B. SARAN
Saran yang dapat diberikan kepada pembaca makalah adalah :
Tingkat kepedulian pengendara motor masih harus ditingkatkan agar pelanggaran
terhadap tata tertib berlalu lintas dapat dikurangi sehingga jumlah kecelakaan
berkurang.
Keadaan terdesak timbul karena kurangnya kepedulian terhadap hal yang sedang
dikerjakan (contoh : kurang kepedulian terhadap kuliah menyebabkan harus ngebut
di jalan agar tidak telat). Keadaan terdesak ini harus dikurangi agar pelanggaran
dapat dikurangi.
Ketika berkendara, pastikan kondisi fisik dan mental pengendara, serta kondisi fisik
kendaraan optimal.

DAFTAR REFERENSI
http://www.detik.com

http://www.kompas.com

http://www.wikipedia.com

http://www.google.co.id

Anda mungkin juga menyukai