DISUSUN OLEH :
ANANDA MAULIDA PUTRI (G1A020006)
DEANDRA ALMA THALITA (G1A020012)
GUSTI NGURAH EKA PUTRA (G1A020026)
HERILDA DINIATI (G1A020028)
MEYSYA PUTRI (G1A020038)
MUHAMMAD RIZKI PUTRA IRAWAN (G1A020040)
NURMALIANA ASMAYANI (G1A020052)
PUTRI RAHMA PRAPTIWI (G1A020054)
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Permasalahan lingkungan merupakan isu yang tidak bisa di hindarkan.
Saat ini sampah merupakan masalah lingkungan yang sangat serius yang di
hadapi masyarakat Indonesia pada umumnya. Bisa dikatakan sampah setiap hari
di hasilkan oleh ibu-ibu rumah tangga, Baik itu sampah organik maupun
anorganik. Namun yang memprihatinkan, sampah-sampah yang dihasilkan
tersebut malah dibuang sembarangan di berbagai tempat, dan efeknya akan
merusak lingkungan yang ada di sekitarnya. Jumlah produksi sampah setiap
tahun akan bertambah seiring dengan bertambah jumlah penduduk.
Indonesia dikenal sebagai negara yang tangguh dalam pelayaran, baik
nasional maupun internasional, yang diperlihatkan dengan banyaknya kota-kota
pesisir di Indonesia. Pertambahan jumlah penduduk menyebabkan bertambah
luasnya kota pesisir di Indonesia, maka pertambahan ini akan berdampak pada
perubahan pengunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan terutama
penggunaan lahan hutan, akan meningkatkan penggunaan tanah permukiman
dan pertanian, yang berdampak pada peningkatkan cemaran yang masuk ke
dalam badan air atau sungai. Pada akhirnya menyebabkan cemaran yang masuk
ke dalam laut juga meningkat, terutama berdampak pada kondisi lingkungan
pantai di sekitar kota pesisir.
Pesisir merupakan wilayah yang rentan terhadap perubahan, baik
perubahan yang terjadi karena proses alami dan perubahan karena campur
tangan manusia. Kegiatan-kegiatan di kawasan pesisir seperti perikanan
tangkap, perikanan budidaya (tambak), pelabuhan, pariwisata, permukiman dan
suaka alam dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem dan geomorfologi
kawasan pesisir. Konversi lahan dan pemanfaatan lahan di kawasan pesisir
menjadi salah satu penyebab utama terjadinya permasalahan pada kawasan
pesisir yang mempengaruhi ekosistem pada pesisir tersebut.
Menurut Undang – Undang pokok pengelolaan Lingkungan Hidup
nomor 4 Tahun 1982, polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau
dimasukkan–nya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau
oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya.
Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan
hidup mengalami perubahan sehingga keseimbangan dalam hal struktur
maupun fungsinya terganggu. Pencemaran terhadap lingkungan dapat terjadi di
mana saja dengan laju yang sangat cepat termasuk pada pesisir pantai dan
daerah estuari, dengan beban pencemaran yang semakin berat akibat limbah
industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat.
Pencemaran wilayah perairan (laut) sebagai peristiwa masuknya
partikel kimia limbah industri, limbah pertanian, perumahan, dan kebisingan,
dan atau penyebaran organisme invasif kedalam laut, yang berpotensi memberi
efek berbahaya. Kasus pencemaran kelautan banyak diakibatkan bahan kimia
yang berbahaya berbentuk partikel kecil yang kemudian diambil oleh plankton
dan binatang yang sebagian besar adalah pengurai ataupun filter feeder, dengan
cara ini racun terkonsentrasi dalam laut masuk kedalam rantai lingkungan
pemanfaatan laut yang membahayakan makhluk termasuk kerusakan dan
pencemaran laut.
Pertambahan jumlah penduduk dan aktivitas di sepanjang daerah
aliran sungai memberikan dampak dalam perubahan kualitas sungai. Semakin
banyak aktivitas di sepanjang daerah aliran sungai tersebut maka semakin besar
pula potensi pencemaran yang mungkin terjadi. Pencemaran ini mengakibatkan
menurunnya kualitas kesehatan masyarakat terutama masyarakat yang berada
di sekitar daerah aliran sungai yang kesehariannya memanfaatkan sungai
tersebut. Pencemaran tersebut juga mengakibatkan rusaknya ekosistem sungai,
dimana biota–biota sungai yang semakin berkurang. Hal ini tentunya juga akan
mempengaruhi perekonomian masyarakat daerah aliran sungai tersebut.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan
dari makalah ini yaitu:
1. Bagaimana pencemaran sampah di wilayah pesisir Pantai Loang Baloq?
2. Bagaimana kondisi abrasi di wilayah pesisir Loang Baloq?
3. Bagaimana dampak pembangunan Taman Loang Baloq terhadap
lingkungan sekitar?
4. Bagaimana Respon masyarakat sekitar terhadap pembangunan Taman
Loang Baloq?
1.3 TUJUAN
Adapun Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk:
1. Mengetahui Kondisi pencemaran sampah di wilayah pesisir Pantai Loang
Baloq.
2. Mengetahui kondisi abrasi di wilayah pesisir Loang Baloq.
3. Mengetahui dampak pembangunan Taman Loang Baloq terhadap
lingkungan sekitar.
4. Mengetahui Respon masyarakat sekitar terhadap pembangunan taman
Loang Baloq.
1.4 MANFAAT
Dengan pembuatan makalah ini, dapat diperoleh manfaat bagi
penyusun dan pembaca sebagai penambah wawasan terhadap kondisi
lingkungan di sekitar, terutama daerah wisata taman loang baloq. Bagi instansi
pemerintah atau pihak terkait lainnya makalah ini dapat digunakan sebagai
tambahan data dan informasi mengenai kebijakan yang akan diambil untuk
pengelolaan taman loang baloq kedepannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar 2.1 Kondisi sampah yang ada di pesisir Pantai Loang Baloq
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Kondisi sampah yang ada di Pantai Loang Baloq dapat dikatakan
memiliki intensitas yang cukup tinggi dengan jenis sampah yang sangat
beragam. Sampah begitu banyak tersebar di pesisir pantai dan daerah
sekitaran pantai. Sampah di sekitar pantai sebagian besar didominasi oleh
sampah organic seperti ranting pohon, dedaunan dan sampah yang
mudah terurai lainnya, namun sampah anorganik seperti plastic, sepatu
bekas, pakaian bekas dan botol minuman juga dapat ditemukan.
Timbunan sampah pada hari libur cenderung lebih banyak dibandingkan
hari kerja.
2.2.2. Asal Sampah
Sampah yang berada di Pantai Loang Baloq berasal dari berbagai
sumber. Sebagian besar adalah sampah kiriman yang berasal dari aliran
sungai dan bermuara di bibir pantai.
2.7 Kaitan antara Asas Lingkungan dengan Kondisi Sampah di Loang Baloq
Asas 12: “Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung pada
kepentingan relatifnya dalam keadaan satu lingkungan”.
Apriyanti, D., Hartadi, J., dan Putro, R. W., 2021, Dampak dan Upaya
Penanggulangan Terjadinya Abrasi Menggunakan Citra Satelit Studi Kasus
Di Wilayah Pesisir Tanjung Benoa Bali, Jurnal Ilmiah Teknik Geomatika
1(1): 39-47.
Isnaini, F.M. 2022. Masuk ADWI 2022, Desa Wisata Taman Loang Baloq Punya
Wisata Religi.
(https://travel.kompas.com/read/2022/06/29/120600727/masuk-adwi-
2022-desa-wisata-taman-loang-baloq-punya-wisata-religi?page=all.),
diunduh tanggal 29/3 2023
Megawan, M.B., dan Suryawan, I.B., 2019, Pengelolaan sampah di daya tarik
wisata Pantai Candikusuma, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya,
Kabupaten Jembrana, Jurnal Destinasi Pariwisata, 7 (2):239-244.
Munandar dan Kusumawati, I., 2017, Studi Analisis Faktor Penyebab dan
Penanganan Abrasi Pantai di Wilayah Pesisir Aceh Barat, Jurnal Perikanan
Tropis, 4(1): 47-56.
Rangkuti, A. F., dan Susilawati, S., 2022, Strategi Pengelolaan Sampah di Kawasan
Pesisir Pantai Sibolga, Nautical: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia
1(4):176-179.
Redaksi Lombok Post., 2023, Lombok Post: Cegah Abrasi Dinas PUPR Mataram
Pasang Riprap di Pesisir Loang Baloq
(https://lombokpost.jawapos.com/metropolis/14/03/2023/cegah-abrasi-
dinas-pupr-mataram-pasang-riprap-di-pesisir-loang-baloq/), diunduh
tanggal 14/3/2023.
Rukman, W. Y., Safitri, D., Thahir, R., dan Magfirah, N., 2021, Reboisasi Sebagai
Penanganan Dampak Abrasi Akibat Pembukaan Tambak Garam Di
Pallengu Kab Jeneponto, Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 2(1): 50-
56.
Sukandarrumidi., 2010, Bencana Alam dan Bencana Antropogene, Kanisius,
Yogayakarta.
Yulianti, F., Zulfan, Zalmita, N., Irawan, L. Y., dan Diah, H., 2022, Kesiapsiagaan
Masyarakat Menghadapi Bencana Abrasi Pantai di Gampong Kedai Palak
Kerambil, Jurnal Media Komunikasi Geografi, 23(2): 227-235.
Hasil Diskusi
Jawaban : Tidak ada kontribusi yang besar yang kami lakaukan, hanya mengambil
sampah yang ada di sekitar saja dan dalam jumlah sedikit. Kami
melakukan langkah kecil dengan memungut sampah dari makanan yang
kami makan saat berkunjung ke sana. Sebab, pada saat kami datang ke
lokasi, jumlah sampah di kawasan taman sudah berkurang karena ada
kegiatan pemungutan sampah oleh ICV DJP BUGAR (kPP pratama
Mataram barat) dan kebetulan juga saat itu sudah selesai. Namun sampah
yang menumpuk di wilayah pesisir di dekat muara, tidak kami pungut
karena sampah anorganik berukuran cukup besar dan bercampur dengan
sampah organik yang mulai mengalami pembusukan serta berdatangan
terus menerus dari aliran muara dan membutuhkan alat yang memadai
untuk membersihkannya.
Gina Latifa : Bagaimana solusi untuk pantai Loang Baloq terhadap Masalah
sampah dari pemerintah ?