Disusun oleh:
Mukhammad Adam Balansi
051.0016.00060
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Irigasi & Bangunan Air dapat di selesaikan tepat
waktu. Tugas ini di gunakan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh nilai mata
kuliah Rekayasa Irigasi. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimaksih atas bantuannya
dari banyak pihak diantaranya:
1. Ibu Ir. Sih Andayani, Dipl.HE selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil.
2. Ibu Dina Paramitha A. H., ST., MT. selaku dosen pengampu mata kuliah Rekaya
Irigasi.
3. Kedua orangtua penulis yang terus memberikan semangat dan doa, begitu pula dalam
hal finansial yang tulus demi kelancaran penulis menyelesaikan Tugas Irigasi &
Bangunan. Serta seluruh keluarga penulis ucapkan terimakasih.
4. Teman – teman penulis yang turut membantu untuk menyelesaikan tugas ini, penulis
ucapkan terimakasih.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari kata sempurna
karena terbatasnya pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karna itu, penulis mohon maaf
apabila terdapat kesalahan yang tidak berkenan. Akhir kata penuis berharap tugas ini akan
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR, TABEL, DAN LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Potongan Melintang Saluran......................................................................................17
Gambar 5.2 Potongan Melintang Saluran Tersier..........................................................................24
Gambar 5.3 Potongan Memanjang Saluran Tersier.......................................................................25
Gambar 5.4 Potongan Melintang Saluran Sekunder......................................................................26
Gambar 5.5 Potongan Memanjang Saluran Sekunder...................................................................27
Gambar 5.6 Potongan Melintang Saluran Primer..........................................................................28
Gambar 5.7 Potongan Memanjang Saluran Primer.......................................................................29
Gambar 6.1 Elevasi Muka Air Rencana Di Bangunan Sadap Tersier...........................................31
Gambar 6.2 Alat Ukur Romijn.......................................................................................................32
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penguappeluhan Tanaman Acuan (ETo).........................................................................1
Tabel 1.2 Curah Hujan Rencana Efektif Padi dan Palawija (Re)....................................................2
Tabel 1.3 Aliran Tahun Rencana (Qr).............................................................................................2
Tabel 1.4 Koefisien Tanaman (kc)...................................................................................................2
Tabel 2.1 Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi Rencana.................................................................10
Tabel 4.1 Perhitungan Debit Rencana Saluran..............................................................................15
Tabel 5.1 Karakteristik Saluran Tanah..........................................................................................17
Tabel 5.2 Karakteristik Saluran Pasangan.....................................................................................18
Tabel 5.3 Perhitungan Dimensi Saluran...................................................................................22-23
Tabel 6.1 Besaran Debit Yang Dianjurkan Untuk Alat Ukur Romijn...........................................32
Tabel 6.2 Perhitungan Elevasi Muka Air Rencana...................................................................40-41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lokasi Daerah Irigasi Ciujung
Lampiran 2 Jaringan Irigasi Ciujung
Lampiran 3 Skema Daerah Irigasi Ciujung
iv
BAB 1
KEADAAN DAERAH IRIGASI
1.1 LOKASI
Lokasi rencana daerah irigasi adalah di daerah Ciujung dengan batas - batas sebagai
berikut : (lampiran 1)
Utara : Elevasi +70
Timur : Sungai Cibuni
Selatan: Desa Daju - Jalan mobil - Desa Babakan
Barat : Sungai Ciujung
1.2 TOPOGRAFI
Peta yang digunakan pada perencanaan jaringan irigasi dalam tugas ini adalah peta
topografi dengan skala 1 : 20.000 yang memuat garis tinggi (kontur) dengan beda tinggi 5 meter,
sungai, desa, jalan raya, jalan kereta api dan kuburan (lampiran 2).
1.3 IKLIM
Data iklim diperoleh dari stasiun meteorologi yang paling dekat dengan daerah irigasi.
Data iklim yang tersedia adalah data suhu, kelembaban, lamanya penyinaran matahari, kecepatan
angin, serta penguapan. Dengan metoda Penman dari data-data tersebut diperoleh besaran
penguappeluhan tanaman acuan ETo (Tabel 1.1) tiap bulan seperti terlihat pada tabel berikut :
J F M A M J J A S O N D
Bulan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
ETo (mm/hari) 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3
1
Tabel 1.2 Curah Hujan Rencana Efektif (Re) Untuk Tanaman Padi dan Palawija
J F M A M J J A S O N D
Bulan
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Re(mm/hari) 8 8 6 6 4 4 5 5 3 3 3 3 2 2 2 2 1 1 2 2 3 3 4 4
1.5 HIDROLOGI
Sungai yang mengalir di rencana daerah irigasi ada 3 buah yaitu Sungai Ciujung, Sungai
Citanduk, dan Sungai Cibuni. Sungai Ciujung adalah sungai yang digunakan sebagai sumber air
irigasi yaitu memberikan suplesi tambahan air pada daerah tersebut karena curah hujan tidak
dapat mencukupi kebutuhan air untuk tanaman sepanjang tahun. Data hidrologi yang tersedia
adalah data debit harian yang diambil dari stasiun hidrometri yang terletak di hulu rencana lokasi
bendung. Berdasarkan data tersebut dicari besarnya aliran tahun rencana tiap bulan dengan
peluang terjadi /terlampaui 80 % (tabel 1.3).
1.6 TANAH
Berdasarkan hasil penyelidikan tanah, besar perkolasi tanah di daerah tersebut adalah
sekitar 2 mm/hari.
3
BAB 2
KEBUTUHAN AIR IRIGASI
Tujuan perhitungan kebutuhan air irigasi untuk mengetahui luas potensial daerah irigasi
berdasarkan ketersediaan sumber air irigasi dalam hal ini Sungai Ciujung dan untuk menghitung
debit rencana saluran irigasi.
Kebutuhan air irigasi di bangunan sadap utama ditentukan oleh kebutuhan air tanaman di
petak sawah. Air selama di perjalanan mulai dari sumber air irigasi (sungai) sampai dengan di
petak sawah mengalami pengurangan (kehilangan air) yang diakibatkan oleh faktor-faktor berikut
ini :
Penguapan
Rembesan di saluran
Bocoran di pintu-pintu
Kurang cermatnya petugas dalam pengoperasian
Semakin kecil kehilangan air semakin besar efisiensi irigasi, dan sebaliknya. Dalam tugas ini
kehilangan air di jaringan diambil (diasumsikan) sebagai berikut :
jaringan tersier 20%, sehingga efisiensi irigasi di jaringan tersier, et = (100-20)% = 80%
saluran sekunder 15%, sehingga efisiensi irigasi di saluran sekunder, es = (100-15)% = 85%
saluran primer 10%, sehingga efisiensi irigasi di saluran primer, ep = (100-10)% = 90%
sehingga :
ei = et x es x ep ..................................................................(1)
di mana :
ei = efisiensi irigasi total
et = efisiensi irigasi di jaringan tersier
es = efisiensi irigasi di saluran sekunder
ep = efisiensi irigasi di saluran primer
*Efisiensi irigasi = 0,60
4
2.1.1 Penyiapan Lahan
Rumus yang dipakai pada perhitungan kebutuhan air irigasi pada tahap penyiapan lahan
adalah rumus van de Goor dan Ziljstra :
PL = M x ek ..................................................................(2)
k
e –1
M = Eo + P = 1,1 x ETo + P................................................(3)
k =MxT ..................................................................(4)
S
NFR = PL – Re ..................................................................(5)
IR = NFR x 0,116................................................................(6)
ei
A = Qr x 1000 ..................................................................(7)
IR
dimana :
PL = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari)
M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi
di Sawah yang sudah dijenuhkan (mm/hari)
Eo = evaporasi air terbuka yang besarnya diambil 1,1 x ETo (mm/hari)
P = perkolasi (mm/hari)
T = jangka waktu penyiapan lahan 30 hari atau 45 hari
S = kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm, yakni
200+50=250 mm atau 250+50=300 mm tergantung waktu penanaman
Re = curah hujan efektif (mm/hari)
2.1.2 Pertumbuhan
Persamaan keseimbangan air (water balance) digunakan untuk menghitung kebutuhan air
di petak sawah pada tahap pertumbuhan :
NFR = ETc + P + WLR – Re....................................................( 8 )
ETc = kc x ETo ..................................................................( 9 )
IR = NFR x 0,116
ei
A = Qr x 1000
IR
5
di mana :
NFR = kebutuhan air di sawah (mm/hari)
ETc = kebutuhan air tanaman dalam hal ini tanaman padi (mm/hari)
ETo = penguappeluhan tanaman acuan / rerumputan pendek (mm/hari)
kc = koefisien tanaman dalam hal ini tanaman padi
P = perkolasi (mm/hari)
WLR = penggantian lapisan air 2 kali masing-masing 50 mm selama 0,5 bulan atau
3,33 mm/hari yaitu 1 bulan dan 2 bulan setelah transplantasi
IR = kebutuhan air irigasi di bangunan sadap utama (liter/detik/ha)
ei = efisiensi irigasi
A = luas potensial daerah irigasi (ha)
Qr = aliran tahun rencana (m3/detik)
6
7
8
Dari perhitungan kebutuhan air irigasi rencana dapat pula diperoleh besarnya luas daerah
yang berpotensi dijadikan daerah irigasi berdasarkan ketersediaan air di sumbernya dalam hal ini
Sungai Ciujung. Dari 24 angka hasil perhitungan dipilih kebutuhan air irigasi maksimum yaitu
besarnya 2,231 l/det/ha.
9
.
10
BAB 3
PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI
12
BAB 4
DEBIT SALURAN RENCANA
13
14
15
BAB 5
DIMENSI RENCANA SALURAN
Baik saluran irigasi maupun pembuang berbentuk trapesium (gambar 5.1). saluran irigasi
primer diberi perlindungan/lapisan dari pasangan batu, sedangkan saluran irigasi sekunder.
Saluran irigasi tersier dan saluran pembuang tidak diberi lapisan atau merupakan saluran tanah.
Aliran dalam saluran dianggap sebagai aliran tetap (steady flow). Rumus yang dipakai
adalah:
Kontinuitas :
Q =Axv ..................................................................(14)
Strickler :
V = k x R2/3 x S1/2.................................................................(15)
di mana :
A = (b+m.h)h ..................................................................(16)
P = b + 2h√ 1 + m2..............................................................(17)
R = A/P ..................................................................(18)
b = n.h ..................................................................(19)
S = ∆H / L ..................................................................(20)
Q = debit aliran (m3 / det)
A = luas penampang aliran (m2)
b = lebar dasar saluran (m), b minimum 0,30 m
h = tinggi air (m)
m = kemiringan talut
n = ketetapan yang besarnya sama dengan b/h
v = kecepatan aliran (m/det)
k = koefisien kekasaran Stickler (m1/3/ det)
R = jari-jari hidrolik (m)
P = keliling basah (m)
S = kemiringan energi (kemiringan dasar saluran)
∆H = beda tinggi antara 2 titik (m)
L = jarak antara 2 titik (m)
Tinggi jagaan (w) dan lebar tanggul (T) juga perlu ditentukan dalam perencanaan dimensi saluran
yang besarnya bervariasi terhadap besarnya debit. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel 5.1
bersamaan dengan karakteristik saluran tanah seperti harga m,n dan k. Sedangkan untuk
karakteristik saluran pasangan dapat dilihat pada tabel 5.2
16
Saluran Tanah Saluran Pas Batu Saluran Beton
Dikutip dari Bagian Penunjang dan KP-03 Standar Perencanaan Irigasi – Departemen PU, 1986
dan sedikit Uraian Perihal Rumus-rumus Untuk Merencanakan Saluran Irigasi, Departemen PU,
1976.
Beberapa hal yang digunakan sebagai acuan dalam perencanaan dimensi saluran agar
pembangunan dan pemeliharaannya dapat semurah mungkin:
Kemiringan dasar saluran sedapat mungkin sama dengan kemiringan tanah agar
perkerjaan tanah (galian atau timbunan) sesedikit mungkin. Selain itu perkerjaan galian
dan timbunan sedapat mungkin seimbang
Ssaluran ≈ Stanah
Kecepatan rencana saluran tidak melebihi kecepatan maksimum yang diijinkan untuk
menghindari/menekan sekecil mungkin terjadinya penggerusan dalam saluran. Sesuai
dengan jenis tanah, dalam tugas ini ditetapkan kecepatan maksimum yang diijinkan untuk
saluran tanah bervariasi terhadap besarnya debit aliran seperti terlihat pada tabel 5.1,
sedangkan untuk pasangan batu 2 m/detik dan pasangan beton 3 m/detik.
V saluran ≤ Vmaks
Kecepatan rencana saluran tidak kurang dari kecepatan minimum yang diijinkan untuk
menghindari/menekan sekecil mungkin terjadinya pengendapan dan tumbuhnya tanaman
liar dalam saluran. Kecepatan minimum yang dijinkan untuk saluran tanah ditetapkan
sama untuk semua debit yaitu 0,30 m/detik sedangkan saluran pasangan 0,50 m/detik.
Vsaluran ≥ Vmin
Mengacu pada rumus angkutan sediment Einstein Brown dan Englund-Hansen, harga
S√R saluran direncanakan konstan atau makin besar ke arah hilir untuk
menghindari/menekan sekecil mungkin terjadinya pengendapan. S adalah kemiringan
dasar saluran, dan r adalah jari-jari hidrolik.
S√R ≥ ke arah hilir
Perhitungan dimensi saluran secara lengkap disajikan pada tabel 5.3. Contoh perhitungan saluran
primer, sekunder, dan tersier beserta masing-masing potongan melintang dan memanjang adalah
seperti uraian berikut ini.
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
BAB 6
ELEVASI RENCANA MERCU BENDUNG
Air dapat mengalir dari bendung sampai dengan petak sawah karena ada beda tinggi
energi sehingga penentuan elevasi rencana mercu bendung memperhitungkan kehilangan tinggi
energi di :
1. Saluran irigasi : primer, sekunder, tersier, kuarter.
2. Bangunan irigasi : bangunan utama, bangunan bagi-sadap, bangunan pembawa, boks
bagi.
29
Gambar 6.1 Elevasi Muka Air Rencana Di Bangunan Sadap Tersier
Dikutip dari KP-01 Standar Perencanaan Irigasi - Departemen PU, 1986
Pada bangunan sadap tersier yang mengairi lebih dari 1 petak tersier, untuk perhitungan
selanjutnya dipilih elevasi muka air rencana yang tertinggi.
30
Potongan Memanjang Sketsa Isometris
Gambar 6.2 Alat Ukur Romijn
Dikutip dari KP-04 Standar Perencanaan Irigasi - Departemen PU, 1986
Tabel 6.1 Besaran Debit Yang Dianjurkan Untuk Alat Ukur Romijn
Lebar H1maks Debit
(m) (m) (m3/detik)
0,50 0,33 0-0,16
0,50 0,50 0,03-0,3
0,75 0,50 0,04-0,45
1,00 0,50 0,05-0,6
1,25 0,50 0,07-0,75
1,50 0,50 0,08-0,9
31
32
6.2 ELEVASI MUKA AIR RENCANA DI SALURAN PRIMER/SEKUNDER
33
Pada saluran irigasi primer/sekunder, debit rencana yang merupakan debit maksimum
saluran atau debit 100% (Q100% ditulis Q100) hanya terjadi selama periode tertentu yang relatif
pendek dari periode pemberian air irigasi selama tahun. Selama waktu yang panjang di luar
periode tersebut, debit saluran kurang dari Q100. Jika elevasi muka air di saluran primer/sekunder
pada Q100 diambil sama dengan elevasi muka air rencana di bangunan sadap tersier (T), nantinya
di saluran tersebut sering terjadi pengendapan. Pada waktu sisa yang lama dimana debit debit di
saluran primer/sekunder lebih kecil dari Q100, muka air di saluran primer/sekunder harus dinaikkan
(dengan menurunkan pintu pengatur muka air/pintu sorong) sampai tercapai elevasi muka air Q100
untuk mengelakkan air sebanyak debit rencana ke petak tersier. Berarti ada pembendungan yang
menyebabkan kecepatan aliran menurun dan terjadi pengendapan. Untuk mengurangi
pengendapan, sesedikit mungkin dilakukan pembendungan yaitu ditetapkan elevasi muka air
pada Q70 (Q70%) di saluran irigasi primer/sekunder bagian hilir diambil sama dengan elevasi muka
air rencana di bangunan sadap tersier. Dari pegalaman, debit yang paling sering terjadi di saluran
irigasi primer/sekunder adalah Q70. Elevasi muka air rencana pada Q100 di saluran
primer/sekunder bagian hilir (DWL = downstream water level) diperoleh dengan menambahkan
elevasi muka air pada Q70 atau elevasi muka air rencana bangunan sadap tersier (T) dengan
variasi tinggi muka air sebesar 0,18.h100. Selanjutnya Elevasi muka air rencana pada Q100 di
saluran primer/sekunder bagian hulu (UWL = upstream water level) diperoleh dari menambahkan
DWL dengan kehilangan tinggi energi di saluran irigasi primer/sekunder sebesar S x L.
DWL = T + 0,18. h100 .........................................................(24)
UWL = DWL + SxL .........................................................(25)
Dimana :
DWL = elevasi muka air rencana pada Q100 di saluran primer/sekunder bagian hilir
UWL = elevasi muka air rencana pada Q100 di saluran primer/sekunder bagian hulu
T = elevasi muka air rencana bangunan sadap tersier
= elevasi muka air pada Q70 di saluran primer/sekunderbagian hilir
h100 = tinggi muka air pada Q100 di saluran irigasi primer/sekunder (m)
S = kemiringan dasar saluran (m/m)
L = panjang saluran (m)
Kehilangan tinggi energi di bangunan pengatur muka air (pintu sorong) di saluran
primer/sekunder diambil sebesar 0,10 m.
34
35
36
6.3 ELEVASI RENCANA MERCU BENDUNG
Setelah perhitungan sampai di bangunan sadap primer ditambahkan dengan kehilangan
tinggi energi di alat ukur ambang lebar diasumsikan 0,60 m. Elevasi rencana mercu bendung
diperoleh dari perhitungan elevasi muka air rencana di bangunan sadap primer ditambah dengan
kehilangan tinggi energi di bangunan utama yaitu kantong lumpur dan bangunan sadap utama
(intake) diandaikan sebesar 0,30 m dan terakhir tinggi jagaan bendung ≈ 10 cm. Diperoleh
elevasi rencana mercu bendung 73,229 m. Lihat tabel 6.2 dan secara rinci lihat perhitungan
berikut ini.
37
38
39
40
LAMPIRAN 1