Anda di halaman 1dari 61

PENGGAMBARAN DAN PERHITUNGAN CURAH HUJAN

DAN DEBIT BANJIR MENGGUNAKAN ANALITIS


THIESSEN PETA MODULIO

LAPORAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah Hidrologi yang di
ampu oleh Drs. Sukadi., M.Pd., M.T.

Disusun oleh :

Rais Amin (1503704)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
“Penggambaran dan Perhitungan Curah Hujan dan Debit Banjir Menggunakan
Analitis Thiessen Peta Modulio”. Shalawat serta salam semoga dilimpahka pada
Nabi Muhammad SAW.

Dalam laporan ini membahas tentang penggambaran sertah hasil perhitungan


curah hujan dan debit banjir menggunakan analitis thiessen, serta laporan ini
disusun untuk sebagai salah satu syarat tugas mata kuliah Hidrologi.

Suka dan duka penulis dalam menyusun laporan ini yaitu kesulitan dalam
mengumpulkan sumber yang dapat dijadikan acuan dalam penyusunan laporan ini.
Namun dengan penuh kesabaran terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya
laporan ini dapat terselesaikan.

Menyadari akan kemampuan dan keterbatasan ilmu pengetahuan penulis, untuk


itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Orang tua yang telah memberikan dukungan secara moriil dan materiil,
serta do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini;
2. Drs. Sukadi, M.Pd., S.T. sebagai dosen mata kuliah Hidrologi, dan Diana
Rahayu, S.Pd., M.Si.. sebagai asisten dosen yang telah membimbing dalam
menyelesaikan laporan ini;
3. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Harapannya, semoga laporan ini dapat sedikit membantu dalam menambah


wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Namun, penulis menyadari bahwa
dalam laporan ini masih jauh dari kata sempurnya. Karena, kesempurnaan hanya
milik Allah SWT. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik serta
saran demi kemajuan bersama.

Bandung, 30 Desember 2016

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ v
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Tujuan .......................................................................................... 1
1.3 Ruang Lingkup ............................................................................ 2
1.4 Batasan Masalah .......................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan .................................................................. 2

BAB II. KAJIAN TEORI


2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) ....................................................... 4
2.2 Poligon Thiessen ......................................................................... 6
2.3 Analisis Frekuensi ....................................................................... 6
2.4 Metode-Metode Perhitungan Curah Hujan Stasiun ..................... 7
2.5 Debit Banjir Berdasarkan Hujan Stasiun ................................... 13

BAB III. PERENCANAAN PERHITUNGAN CURAH HUJAN DAN DEBIT


BANJIR MENGGUNAKAN ANALITIS THIESSEN
3.1 Penggambaran Daerah Aliran Sungai ....................................... 14
3.2 Penggambaran Poligon Thiessen .............................................. 15
3.2 Perhitungan Curah Hujan Ekstrim Menggunakan Metode Gumbel,
Haspers, Weduwen, dan Log Person III .................................. 15
3.4 Perhitungan Debit Banjir Menggunakan Metode Rasional, Haspers,
dan Weduwen ........................................................................... 17

ii
iii

BAB IV. PENGGAMBARAN DAN PERHITUNGAN CURAH HUJAN DAN


DEBIT BANJIR MENGGUNAKAN ANALITIS THIESSEN
4.1 Penggambaran Daerah Aliran Sungai (DAS) ............................ 23
4.2 Penggambaran Metode Thiessen ............................................... 25
4.3 Perhitungan Curah Hujan .......................................................... 26
4.4 Perhitungan Debit Banjir ............................................................ 42

BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 50
5.2 Saran .......................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 51


LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bentuk Daerah Aliran Sungai (a) Bulu Ayam, (b) Kipas, (c) Parallel 6

Gambar 2. Metode Poligon Thiessen .................................................................. 6

Gambar 3. Penggambaran Daerah Aliran Sungai Peta Modulio ....................... 24

Gambar 4. Poligon Thiessen Pembagian Daerah Per Stasiun .......................... 25

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai Yt Pada Metode Gumbel ........................................... 7

Tabel 2. Nilai Yn Pada Metode Gumbel ......................................... 8

Tabel 3. Nilai Sn Pada Metode Gumbel .......................................... 9

Tabel 4. Tabel Nilai μ Pada Metode Haspers ................................. 10

Tabel 5. Nilai Mn Pada Metode Bowditc ....................................... 11

Tabel 6. Nilai G atau Kt Pada Metode Log Person III .................. 12

Tabel 7. Data Hujan Tahun 1997-2015 Tiga Stasiun ..................... 23

Tabel 8. Metode Gumbel Stasiun Hukiro Lio ............................... 26

Tabel 9. Metode Gumbel Stasiun Hukiro Reamosengkar .............. 27

Tabel 10. Metode Gumbel Stasiun Hukiro Siyaya ....................... 28

Tabel 11. Rata-Rata Curah Hujan Metode Gumbel ....................... 28

Tabel 12. Metode Haspers Stasiun Hukiro Lio ............................. 29

Tabel 13. Metode Haspers Stasiun Hukiro Reamosengkar ............ 30

Tabel 14. Metode Haspers Stasiun Hukiro Siyaya ....................... 31

Tabel 15. Rata-Rata Curah Hujan Metode Haspers ...................... 31

Tabel 16. Metode Weduwen Stasiun Hukiro Lio ......................... 32

Tabel 17. Metode Weduwen Stasiun Hukiro Reamosengkar ........ 33

Tabel 18. Metode Weduwen Stasiun Hukiro Siyaya .................... 34

Tabel 19. Rata-Rata Curah Hujan Metode Weduwen ................... 34

v
vi

Tabel 20. Metode Log Person III Stasiun Hukiro Lio .................. 35

Tabel 21. Metode Log Person III Stasiun Hukiro Reamosengkar . 36

Tabel 22. Metode Log Person III Stasiun Hukiro Siyaya ............. 38

Tabel 23. Rata-Rata Curah Hujan Metode Log Person III ............ 38

Tabel 24. Rata-Rata Curah Hujan Metode Gumbel Thiessen ....... 39

Tabel 25. Rata-Rata Curah Hujan Metode Haspers Thiessen ........ 39

Tabel 26. Rata-Rata Curah Hujan Metode Weduwen Thiessen .... 40

Tabel 27. Rata-Rata Curah Hujan Metode LC III .......................... 41

Tabel 28. Rangkuman Perhitungan Curah Hujan .......................... 41

Tabel 29. Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) .................... 42

Tabel 30. Perhitungan Debit Banjir Metode Rasional Gumbel ..... 42

Tabel 31. Perhitungan Debit Banjir Metode Rasional Haspers ..... 43

Tabel 32. Perhitungan Debit Banjir Metode Rasional Weduwen .. 43

Tabel 33. Perhitungan Debit Banjir Metode Rasional LC III ........ 44

Tabel 34. Perhitungan Debit Banjir Metode Haspers-Haspers ...... 44

Tabel 35. Perhitungan Debit Banjir Metode Haspers-Gumbel ...... 45

Tabel 36. Perhitungan Debit Banjir Metode Haspers-Weduwen ... 45

Tabel 37. Perhitungan Debit Banjir Metode Haspers-LC III ......... 46

Tabel 38. Perhitungan Debit Banjir Metode Weduwen-Weduwen 46

Tabel 39. Perhitungan Debit Banjir Metode Weduwen-LC III ..... 47

Tabel 40. Perhitungan Debit Banjir Metode Weduwen-Gumbel ... 47


vii

Tabel 41. Perhitungan Debit Banjir Metode Weduwen-Haspers ... 48

Tabel 42. Perhitungan Debit Banjir Metode Haspers .................... 48

Tabel 43. Perhitungan Debit Banjir Metode Weduwen ................. 49


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laporan ini merupakan salah satu tugas terstruktur yang menjadi syarat
yang harus dipenuhi bagi mahasiswa Program Studi S-1 Pendidikan Teknik
Bangunan yang mengontrak mata kuliah Hidrologi yang di ampu oleh Drs.
Sukadi, M.Pd., M.T. serta pembimbing asistensi oleh Diana Rahayu, S.Pd.,
M.Si.
Dalam penyusunan Tugas Terstruktur ini, isi laporan yang akan di bahas
yaitu mengenai “Penggambaran Dan Perhitungan Curah Hujan Dan Debit
Banjir Peta Modulio” mulai dari penggambaran, analitis polygon thiessen,
sampai dengan perhitunganurah hujan, dan debit banjir menggunakan rata-rata
dari analitis thiessen sehingga laporan ini dijadikan sebagai pedoman dalam
perhitungan curah hujan dan debit banjir dari wilayah dan peta Modulio.
Karena, dalam laporan ini mahasiswa disuruh untuk membuat suatu
perencanaan dalam menghitung curah hujan dan debit banjir pada wilayah atau
daerah setiap stasiun.

1.2 Tujuan
Dengan disusunnya sebuah laporan ini, penulis dapat menyimpulkan tujuan
dari laporan yang telah dibuat ini, yaitu :
1. Mahasiswa dapat memenuhi tugas yang merupakan salah satu syarat
yang harus dipenuhi oleh mahasiswa yang mengontrak mata kuliah
Hidrologi;
2. Dapat mengukur kemampuan mahasiswa dalam menyerap ilmu yang
telah diperoleh dari perkuliahan;
3. Mahasiswa dapat mengasah ilmu pengetahuan yang didapat dengan
mengerjakan laporan ini;

1
2

4. Melatih mahasiswa dalam membuat suatu perencanaan perhitungan


curah hujan dan debit banjir pada daerah tertentu atau pada setiap stasiun
yang dirata-ratakan
1.3 Ruang Lingkup
Pokok permasalahan yang dibahas dalam laporan ini meliputi perencanaan
perhitungan curah hujan dan debit banjir rata-rata dari peta modulio dari tiga
stasiun yang diberikan. Yaitu, sebagai berikut :
1. Menggambar Daerah Aliran Sungai;
2. Menggambar Poligon Thiessen;
3. Perhitungan Curah Hujan;
4. Perhitungan Debit Banjir Rata-Rata.

1.4 Batasan Masalah


Penulisan laporan tugas ini meliputi suatu perencanaan penggambaran
Daerah Aliran Sungai (DAS), penggambaran polygon thiessen, perhitungan
curah hujan, dan perhitungan debit banjir rata-rata.

1.5 Sistematika Penulisan


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Ruang Lingkup
1.4 Batasan Masalah
1.5 Sistematika Penulisan

BAB II. KAJIAN TEORI


2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)
2.2 Poligon Thiessen
3

2.3 Analisis Frekuensi


2.4 Metode-Metode Perhitungan Curah Hujan Stasiun
2.5 Debit Banjir Berdasarkan Hujan Stasiun

BAB III. PERENCANAAN PERHITUNGAN CURAH HUJAN DAN


DEBIT BANJIR MENGGUNAKAN ANALITIS THIESSEN
3.1 Penggambaran Daerah Aliran Sungai
3.2 Penggambaran Poligon Thiessen
3.3 Perhitungan Curah Hujan Ekstrim Menggunakan Metode Gumbel,
Haspers, Weduwen, dan Log Person III
3.4 Perhitungan Debit Banjir Menggunakan Metode Rasional, Haspers,
dan Weduwen

BAB IV. PENGGAMBARAN DAN PERHITUNGAN CURAH HUJAN


DAN DEBIT BANJIR MENGGUNAKAN ANALITIS
THIESSEN
4.1 Penggambaran Daerah Aliran Sungai (DAS)
4.2 Penggambaran Metode Thiessen
4.3 Perhitungan Curah Hujan
4.4 Perhitungan Debit Banjir

BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)


2.1.1 Pengertian DAS
Daerah Aliran Sungai (DAS) ialah suatu kawasan yang dibatasi oleh
titik-titik tinggi di mana air yang berasal dari air hujan yang jatuh,
terkumpul dalam kawasan tersebut. Guna dari DAS adalah menerima,
menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya melalui
sungai (Wikipedia. 2016).
Suatu daerah aliran sungai atau DAS adalah sebidang lahan yang
menampung air hujuan dan mengalirkannya menuju parit, sungai,dan
akhirnya bermuara ke danau atau laut. istilah yang juga umum digunakan
untuk DAS adalah daerah tangkapan air karena air mengalir dari tempat
yang tinggi ke tempat yang lebih rendah sepanjang lereng,maka garis
batas sebuah DAS adalah punggung bukit sekeliling sebuah sungai. Garis
batas DAS tersebut merupakan garis khayal yang tidak bias dilihat, tetapi
dapat di gambarkan pada peta (Linda. 2016)
2.1.2 Masalah DAS
Dengan adanya DAS juga tidak menjanjikan untuk aman dari yang
namanya masalah air alami, masalah tersebut meliputi :
1. Banjir;
2. Produktivitas tanah menurun;
3. Pengendapan lumpur pada waduk;
4. Saluran irigasi;
5. Proyek tenaga air;
6. Penggunaan tanah yang tidak tepat (perladangan berpindah,
pertanian lahan kering dan konservasi yang tidak tepat).
2.1.3 Daerah-Daerah DAS dan Macam DAS
Daerah-daerah yang merupakan Daerah Aliran Sungai berupa :
1. Hulu sungai, berbukit-bukit dan lerengnya curam sehingga
banyak jeram;

4
5

2. Tengah sungai, relatif landai,terdapat meander. Banyak


aktivitas penduduk;
3. Hilir sungai, landai dan subur. Banyak areal pertanian.
Selain daerah yang merupakan DAS, Daerah Aliran Sungai juga
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. DAS gemuk: DAS jenis ini memiliki daya tampung yang besar,
adapun sungai yang memiliki DAS seperti ini cenderung
mengalami luapan air yang besar apabila terjadinya hujan di
daerah hulu;
2. DAS kurus: DAS jenis ini bentuknya sempit, sehingga daya
tampungnya pun kecil. Manakala hujan turun di daerah hulu,
tidak terjadi luapan air yang tidak terlalu hebat.

2.1.4 Bentuk-Bentuk DAS


Dalam bentuk suatu DAS dibagi menjadi 3 (tiga) bentuk, yaitu:
1. Bentuk Bulu Ayam: DAS bentuk bulu ayam memiliki debit banjir
sekuensial dan berurutan. Memerlukan waktu yang lebih pendek
untuk mencapai mainstream. Memiliki topografi yang lebih curam
daripada bentuk lainnya;
2. Bentuk Kipas: DAS berbentuk kipas memiliki debit banjir yang
terakumulasi dari berbagai arah sungai dan memiliki waktu yang
lebih lama daripada bentuk bulu ayam untuk mencapai
mainstream. Memiliki topografi yang relatif landai daripada bulu
ayam;
3. Bentuk parallel / Kombinasi: DAS bentuk kombinasi memiliki
debit banjir yang terakumulasi dari berbagai arah sungai di bagian
hilir. Sedangkan di bagian hulu sekuensial dan berurutan.
6

Gambar 1. Bentuk Daerah Aliran Sungai (a) Bulu Ayam, (b)


kipas, parallel
2.1.5 Penentuan DAS

2.2 Poligon Thiessen


Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang
mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap
bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat,
sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut.
Metode ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang ditinjau
tidak merata, pada metode ini stasium hujan minimal yang digunakan untuk
perhitungan adalah tiga stasiun hujan. Hitungan curah hujan rata-rata dilakukan
dengan memperhitungkan daerah pengaruh dari tiap stasiun. Metode poligon
Thiessen banyak digunakan untuk menghitung hujan rata-rata kawasan. Poligon
Thiessen adalah tetap untuk suatu jaringan stasiun hujan tertentu. Apabila
terdapat perubahan jaringan stasiun hujan seperti pemindahan atau penambahan
stasiun, maka harus dibuat lagi poligon yang baru (Triatmodjo. 2008).

Gambar 2. Metode Poligon Thiessen


2.3 Analitis Frekuensi
Dalam melakukan analisis hidrologi sering dihadapkan pada kejadian ekstrim
seperti banjir dan kekeringan. Banjir mempengaruhi bangunan-
7

bangunan air seperti bendung, tanggul, jembatan, dsb. Bangunan-bangunan


tersebut harus direncanakan untuk dapat melewatkan debit banjir maksimum
yang mungkin terjadi (Triatmodjo. 2009).
Untuk mengetahui hubungan antara besaran kejadian ekstrim dan frekuensi
kemungkinan terjadinya kejadian tersebut, maka diperlukan suatu analisis
frekuensi. Analisis frekuensi untuk curah hujan secara umum dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa jenis distribusi probabilitas kontinu antara lain:
(1) Distribusi Normal, (2) Distribusi Log Pearson III. Dalam tahap perencanaan
ini dengan hasil pengolahan data yang didapat, digunakan analisis frekuensi
Distribusi Log Pearson III.
2.4 Metode-Metode Perhitungan Curah Hujan
2.4.1 Metode Gumbel
 Tabel untuk menentukan Yt pada metode gumbel, yaitu :
Tabel 1. Nilai Yt Pada Metode Gumbel
Tr Reduced
(tahun) Variate
2 0.36651
5 1.49994
10 2.25037
20 2.97020
50 3.90194
100 4.60015
200 5.29581
500 6.21361
1000 6.90726
2000 7.60065
5000 8.51709
10000 9.21029
20000 9.90346
50000 10.81977
100000 11.51292

Catatan : Yt merupakan Reduced Variate, yang mempunyai nilai


yang berbeda pada setiap periode ulang
8

 Tabel untuk menentukan Yn pada metode gumbel, yaitu :


Tabel 2. Nilai Yn Pada Metode Gumbel

n Yn n Yn n Yn n Yn n Yn

10 0.4952 31 0.5371 52 0.5493 73 0.5555 94 0.5592


11 0.4996 32 0.5380 53 0.5497 74 0.5557 95 0.5593
12 0.5035 33 0.5388 54 0.5501 75 0.5559 96 0.5595
13 0.5070 34 0.5396 55 0.5504 76 0.5561 97 0.5596
14 0.5100 35 0.5402 56 0.5508 77 0.5563 98 0.5598
15 0.5128 36 0.5410 57 0.5511 78 0.5565 99 0.5599
16 0.5157 37 0.5418 58 0.5515 79 0.5567 100 0.5600
17 0.5181 38 0.5424 59 0.5518 80 0.5569
18 0.5202 39 0.5430 60 0.5521 81 0.5570
19 0.5220 40 0.5436 61 0.5524 82 0.5672
20 0.5236 41 0.5442 62 0.5527 83 0.5574
21 0.5252 42 0.5448 63 0.5530 84 0.5576
22 0.5268 43 0.5453 64 0.5533 85 0.5578
23 0.5283 44 0.5458 65 0.5535 86 0.5580
24 0.5296 45 0.5463 66 0.5538 87 0.5581
25 0.5309 46 0.5468 67 0.5540 88 0.5583
26 0.5320 47 0.5473 68 0.5543 89 0.5585
27 0.5332 48 0.5477 69 0.5545 90 0.5586
28 0.5343 49 0.5481 70 0.5548 91 0.5587
29 0.5353 50 0.5485 71 0.5550 92 0.5589
30 0.5362 51 0.5489 72 0.5552 93 0.5591

Catatan : Yn merupakan Reduced Mean, nilai yang tergantung


jumlah sampel
9

 Tabel untuk menentukan Sn pada metode gumbel, yaitu :


Tabel 3. Nilai Sn Pada Metode Gumbel

n Sn n Sn n Sn n Sn n Sn

10 0.9496 31 1.1159 52 1.1638 73 1.1881 94 1.2032


11 0.9676 32 1.1193 53 1.1658 74 1.1890 95 1.2038
12 0.9833 33 1.1226 54 1.1667 75 1.1898 96 1.2044
13 0.9971 34 1.1255 55 1.1681 76 1.1906 97 2.2049
14 1.0095 35 1.1286 56 1.1960 77 1.1915 98 1.2055
15 1.0206 36 1.1313 57 1.1708 78 1.1923 99 1.2060
16 1.0316 37 1.1339 58 1.1721 79 1.1930 100 1.2065
17 1.0411 38 1.1363 59 1.1734 80 1.1938
18 1.0493 39 1.1388 60 1.1747 81 1.1945
19 1.0565 40 1.1413 61 1.1759 82 1.1953
20 1.0628 41 1.1436 62 1.1770 83 1.1959
21 1.0696 42 1.1458 63 1.1782 84 1.1967
22 1.0754 43 1.1480 64 1.1793 85 1.1973
23 1.0811 44 1.1499 65 1.1803 86 1.1987
24 1.0864 45 1.1519 66 1.1814 87 1.1987
25 1.0915 46 1.1538 67 1.1824 88 1.1994
26 1.0861 47 1.1557 68 1.1834 89 1.2001
27 1.1004 48 1.1547 69 1.1844 90 1.2007
28 1.1047 49 1.1590 70 1.1854 91 1.2013
29 1.1086 50 1.1607 71 1.1864 92 1.2020
30 1.1124 51 1.1623 72 1.1873 93 1.2026

Catatan : Sn merupakan Reducet Standard Deviation yang juga


tergantung pada jumlah sampel
10

2.4.2 Metode Haspers


Tabel untuk menentukan nilai 𝜇 pada metode haspers, yaitu :
Gambar 4. Tabel Nilai 𝜇 pada metode Haspers

T m T m T m T m

1.00 -1.86 1.05 -1.15 1.20 -0.85 1.50 -0.54


1.01 -1.35 1.06 -1.12 1.25 -0.79 1.60 -0.46
1.02 -1.28 1.08 -1.07 1.30 -0.73 1.70 -0.40
1.03 -1.23 1.10 -1.02 1.35 -0.68 1.80 -0.33
1.04 -1.19 1.15 -0.93 1.40 -0.63 1.90 -0.28

2.00 -0.22 3.00 0.17 4.00 0.44 6.50 0.88


2.20 -0.13 3.20 0.24 4.50 0.55 7.00 0.95
2.40 -0.04 3.40 0.29 5.00 0.64 7.50 1.01
2.60 0.04 3.60 0.34 5.50 0.73 8.00 1.06
2.80 0.11 3.80 0.39 6.00 0.81 8.50 1.17

10.00 1.26 15.00 1.63 20.00 1.89 25.00 2.10


11.00 1.35 16.00 1.69 21.00 1.94 26.00 2.13
12.00 1.43 17.00 1.74 22.00 1.98 27.00 2.17
13.00 1.50 18.00 1.80 23.00 2.02 28.00 2.19
14.00 1.57 19.00 1.85 24.00 2.06 29.00 2.24

30.00 2.27 35.00 2.41 40.00 2.54 45.00 2.65


31.00 2.30 36.00 2.44 41.00 2.56 46.00 2.67
32.00 2.33 37.00 2.47 42.00 2.59 47.00 2.69
33.00 2.36 38.00 2.49 43.00 2.61 48.00 2.71
34.00 2.39 39.00 2.51 44.00 2.63 49.00 2.73

50.00 2.75 60.00 2.93 70.00 3.08 80.00 3.21


52.00 2.79 62.00 2.96 72.00 3.11 82.00 3.23
54.00 2.83 64.00 2.99 74.00 3.13 84.00 3.26
56.00 2.86 66.00 3.11 76.00 3.16 86.00 3.28
58.00 2.90 68.00 3.16 78.00 3.18 88.00 3.30

90.00 3.33 100.00 3.43 150.00 3.84 200.00 4.14


92.00 3.35 110.00 3.53 160.00 3.91 220.00 4.24
94.00 3.37 120.00 3.63 170.00 3.97 240.00 4.33
96.00 3.39 130.00 3.70 180.00 4.03 260.00 4.42
98.00 3.41 140.00 3.77 190.00 4.09 280.00 4.50

300.00 4.57 600.00 5.33 5000.00 7.79


350.00 4.77 700.00 5.51 10000.00 8.83
400.00 4.88 800.00 5.56 50000.00 11.08
450.00 5.01 900.00 5.80 80000.00 12.32
500.00 5.13 1000.00 5.92 500000.00 13.74
11

2.4.3 Metode Weduwen


Tabel untuk menentukan nilai Mn pada metode Weduwen, yaitu :
Tabel 5. Nilai Mn Pada Metode Weduwen

n mn
p mp
1/5 0.238

n=
1/4 0.262
1/3 0.291
1/2 0.336
1 0.410
2 0.492
3 0.541
4 0.579
5 0.602
indeks untuk Qn

10 0.705
15 0.766
20 0.811
p = periode pengamatan hujan harian

25 0.845
30 0.875
40 0.915
50 0.948
60 0.975
70 1.000
80 1.020
90 1.030
100 1.050
125 1.080

2.4.4 Metode Log Person III


Tabel untuk menentukan nilai G atau Kt pada metode Log Person III,
yaitu :
12

Tabel 6. Nilai G atau Kt Pada Metode Log Person III


Return Periode
Koefisen
2 5 10 25 50 100 200 1000
Peluang
Cx
50 20 10 4 2 1 0.5 0.1
3.00 -0.396 0.420 1.180 2.278 3.152 4.051 4.970 7.250
2.50 -0.360 0.518 1.250 2.262 3.048 3.845 4.652 6.600
2.20 -0.330 0.574 1.284 2.240 2.970 3.705 4.444 6.200
2.00 -0.307 0.609 1.302 2.219 2.912 3.605 4.298 5.910
1.80 -0.282 0.643 1.318 2.193 2.848 3.499 4.147 5.660
1.60 -0.254 0.675 1.329 2.163 2.780 3.388 3.990 5.390
1.40 -0.225 0.705 1.337 2.128 2.706 3.271 3.828 5.110
1.20 -0.195 0.732 1.340 2.087 2.626 3.149 3.661 4.820
1.00 -0.164 0.758 1.340 2.043 2.542 3.022 3.489 4.540
0.90 -0.148 0.769 1.339 2.018 2.498 2.957 3.401 4.395
0.80 -0.132 0.780 1.336 1.998 2.453 2.891 3.312 4.250
0.70 -0.116 0.790 1.333 1.967 2.407 2.824 3.223 4.105
0.60 -0.099 0.800 1.328 1.939 2.359 2.755 3.132 3.960
0.50 -0.083 0.808 1.323 1.910 2.311 2.686 3.041 3.815
0.40 -0.066 0.816 1.317 1.880 2.261 2.615 2.949 3.670
0.30 -0.050 0.824 1.309 1.849 2.211 2.544 2.856 3.525
0.20 -0.033 0.830 1.301 1.818 2.159 2.472 2.763 3.380
0.10 -0.017 0.836 1.292 1.785 2.107 2.400 2.670 3.235
0.00 0.000 0.842 1.282 1.751 2.054 2.326 2.576 3.090
-0.10 0.017 0.836 1.270 1.716 2.000 2.252 2.482 2.950
-0.20 0.033 0.850 1.258 1.680 1.945 2.178 2.388 2.810
-0.30 0.050 0.853 1.245 1.643 1.890 2.104 2.294 2.675
-0.40 0.050 0.855 1.231 1.606 1.834 2.029 2.201 2.540
-0.50 0.083 0.856 1.216 1.567 1.777 1.955 2.108 2.400
-0.60 0.099 0.857 1.200 1.528 1.720 1.880 2.016 2.275
-0.70 0.116 0.857 1.183 1.488 1.663 1.806 1.926 2.150
-0.80 0.132 0.856 1.166 1.448 1.606 1.733 1.837 2.035
-0.90 0.148 0.854 1.147 1.407 1.549 1.660 1.749 1.910
-1.00 0.164 0.852 1.128 1.366 1.492 1.588 1.664 1.800
-1.20 0.195 0.844 1.086 1.282 1.379 1.449 1.501 1.625
-1.40 0.225 0.832 1.041 1.198 1.270 1.318 1.351 1.465
-1.60 0.254 0.817 0.994 1.116 1.166 1.197 1.216 1.280
-1.80 0.282 0.799 0.945 1.035 1.069 1.087 1.097 1.130
-2.00 0.307 0.777 0.895 0.959 0.980 0.990 0.995 1.000
-2.20 0.330 0.752 0.844 0.888 0.900 0.905 0.907 0.910
-2.50 0.360 0.711 0.771 0.793 0.798 0.799 0.800 0.802
-3.00 0.396 0.636 0.660 0.666 0.666 0.667 0.667 0.668
13

2.5 Debit Banjir Berdasarkan Hujan Stasiun


Dalam laporan ini penulis merencanakan suatu perhitungan debit banjir
hujan pada setiap stasiun menggunakan rata-rata perhitungan curah hujan
thiessen dengan mendapatkan suatu luas dari setiap perhitungan Rt pada periode
ulang 2, 5, 10, 20, 25, 50, dan 100. Pada setiap jumlah luas dari setiap periode
ulang perstasiun yang telah dihitung pada materi curah hujan sehingga
mendapatkan nilai koefisien rata-rata curah hujan dengan rumus :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐿𝑢𝑎𝑠
Hasil rata-rata inilah yang akan digunakan dalam perhitungan debit banjir
dengan menggunakan metode-metode, yaitu :
 Rasional Haspers
 Rasional Weduwen
 Rasional Gumbel
 Rasional Log Person III
 Haspers-Haspers
 Haspers-Gumbel
 Haspers-Weduwen
 Haspers-Log Person III
 Weduwen-Weduwen
 Weduwen-Gumbel
 Weduwen-Haspers
 Weduwen-Log Person III
 Debit Banjir Haspers
 Debit Banjir weduwen
22

BAB III

PERENCANAAN PERHITUNGAN CURAH HUJAN DAN


DEBIT BANJIR MENGGUNAKAN ANALITIS THIESSEN

3.1 Penggambaran Daerah Aliran Sungai


Dalam laporan ini penulis mendapatkan peta yang akan direncanakan
untuk menghitung curah hujan dan debit banjir yang menggunakan analitis
Thiessen, dan penulis mendapatkan peta wilayah Modulio. Dan setelah itu
memulai dengan menggunakan metode digitasi peta pada aliran sungai baik
sungai utama, anak sungai, sungai musiman, dan sungai lainnya.
Langkah-langkah mendigitasi peta, yaitu :
1. Siapkan peta yang akan di digitasi;
2. Buka software AutoCad;
3. Setelah dibuka, masukkan peta ke dalam AutoCad dengan cara klik
Toolbar insert – attach – pilih gambar yang akan dimasukan;
4. Setelah gambar muncul, ubahlah skala pada peta menjadi skala pada
aslinya atau bisa juga dijadikan skala 1:1, dan bias menggunakan skala
batang jika skala peta yaitu 1:50.000 dapat menggunakan langkah seperti :
blok peta yang ingin diskala – ketik SC – klik ujung peta – dan tulis angka
2 sehingga dapat dikatakan peta 1:100.000, sehingga dapat memudahkan
untuk pencarian luas dan panjang sungai;
5. Setelah peta diskalakan kemudian tambahkan layer sesuai simbol yang
akan digunakan (contoh : hitam =biru, hitam = DAS, merah= sungai
utama);
6. Kemudan mulai mendigitasi;
7. Lihat sungai yang terpanjang, itulah sungai utamanya;
8. setelah sungai uatama, dan anak sungai di digitasi, maka buat Daerah
Aliran Sungai Sesuai kontur;
9. mendigitasi selesai.

14
15

3.2 Penggambaran Poligon Thiessen


Poligon Thiessen dipergunakan untuk mengetahui luas Daerah Aliran
Sungai (DAS) pada setiap stasiun yang menggunakan penggambaran segitiga
dan titik berat pada segitiga yang akan membagi menjadi tiga bagian dari
masing-masing stasiun.
Langkah pengerjaan Poligon Thiessen:
1. Bentuk jaringan segitiga dengan menghubungkan setiap stasiun dengan
menggunakan perintah Line;
2. Tarik garis sumbu (garis berat) untuk setiap sisi segitiga yang
menghubungan stasiun satu dan stasiun lainnya;
3. Luas daerah hujan dianggap diwakili oleh salah satu stasiun hujan yang
bersangkutan dengan dibatasi oleh garis-garis poligon.
Luas relatif berbanding dengan luas DAS merupakan koefisien
pengalirannya

𝑅1 𝐴1 + 𝑅2 𝐴2 + 𝑅3 𝐴3 + 𝑅4 𝐴4 +. … . . +𝑅𝑛 𝐴𝑛
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 (𝑃̅) =
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3 + 𝐴4 +. … . . +𝐴𝑛
Catatan : 𝑃̅= Hujan Rata-Rata

A = Luas Wilayah Stasiun

R = Tebal Hujan Pada Setiap Stasiun

3.3 Perhitungan Curah Hujan Ekstrim

Suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) selalu memiliki spesifikasi karakter


sesuai dengan daerahnya masing-masing. Spesifikasi karakteristik ini yang
menjadikan DAS yang satu akan berbeda dengan DAS lainnya. Karakteristik
DAS ini akan ditinjau dari segi klimatologi dan sistem sungai yang ada.
16

3.3.1 Metode Gumbel

Teori Gumbel menggunakan teori harga ekstrim untuk


menunjukkan bahwa dalam deret harga-harga ekstrim x1, x2, x3, ..., xn,
dimana sampel-sampelnya sama besar dan x merupakan variabel
berdistribusi eksponensial, maka probabilitas komulatifnya P dalam
mana sebarang harga n buah xn akan lebih kecil dari harga x tertentu
(dengan waktu balik Tr).
Dengan mencari Rt dengan satuan millimeter, dapat dicari dengan
menggunakan rumus :

𝑌𝑡 − 𝑌𝑛 ∑(𝑋𝑖 − 𝑋̅)2
̅
𝑅𝑡 = 𝑋 + 𝑆𝑥 ( ) 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑆𝑥 = √
𝑆𝑛 𝑛−1
Catatan : 𝑅𝑡= Hujan Rata-Rata

̅ = Rata-rata data
𝑋

n = Jumlah data

3.3.2 Metode Haspers

Besarnya curah hujan rencana dengan perioe ulang tertentu menurut


Haspers dirumuskan sebagai berikut
1 𝑅1−𝑅 𝑅2−𝑅
Rt = 𝑅 + SD.μT SD = 2 [𝜇1
+ 𝜇2
]

Rt = Curah hujan dengan periode ulang T


R = Curah hujan rata-rata
μT = Standar variabel untuk periode ulang T
Sn = Standar deviasi untuk pengamatan n tahun
R1 = Curah hujan pengamatan Rangking 1
R2 = Curah Hujan pengamatan Rangking 2
n = Jumlah pengamatan (data hujan)
17

3.3.3 Metode Weduwen

Perhitungan curah hujan rencana dengan periode ulang tertentu


dengan menggunakan metoda Weduwen digunakan rumus :
RT = Mn * R70
R70 = R2/Mn
Dimana:
RT = Curah hujan dengan periode ulang T
Mn = Koefisien untuk periode ulang tertentu
R70 = Curah hujan dengan periode ulang 70 tahun
R2 = Curah hujan dengan pengamatan rangking 2

3.3.4 Metode Log Person III

Curah hujan rencana dihitung menurut ketentuan Standar Perencanaan


Irigasi, dengan menggunakan Distribusi Log Pearson III, dengan rumus
sebagai berikut:
Log Xt = Log X + Gr. Log SD

Dengan mencari rumus

(∑ 𝑿𝒊)
𝑪𝒗 =
(𝒏 − 𝟏)𝒙(𝒏 − 𝟐)𝒙𝑺𝑫

Catatan :

SD = Standar Deviasi

n = Jumlah Data

3.4 Perhitungan Debit Banjir

Dari hasil yang didapat dari analisis curah hujan rencana, kemudian
menghitung debit banjirnya. Metode yang digunakan adalah metode empiris
dan hidrograf satuan. Metode empiris yang digunakan terdiri dari Metode
Rasional, Metode Melchior, Metode Haspers, Metode Weduwen.
20

3.4.1 Metode Rasional


Perhitungan dilakukan dengan memperhatikan karakteristik
hidrologi dan proses aliran, yaitu : (1) intensitas hujan, (2) durasi hujan,
(3) luas DAS, (4) kehilangan air akibat evaporasi, intersepsi, infiltrasi,
dan (5) konsentrasi aliran (Ponce, 1989).
Debit puncak dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
QP = 0,278*C*I*A
Dimana :
QP = debit puncak (m3/detik)
C = koefisien aliran
I = intensitas hujan (mm/jam)
A = luas DAS (km2)
Hasil perhitungan dengan metode Rational dengan debit hujan
dari hasil metode Gumbel, Haspers, Weduwen dan Log Pearson III
maka didapat besaran debit rencana sebagai berikut :

PERHITUNGAN DEBIT CARA RASIONAL


Q = 0,278 C . I . A

Stasiun
1
V = 10.04
t = 3.06

Utnuk mencari nilai kecepatan aliran debit (V) yaitu dengan rumus :
∆H 0.6
V = 72 x ( L )

Catatan :
V = Kecepatan aliran (m/s)
∆𝐻= ketinggian 2 – ketinggian 1 (m)
L = Panjang Sungai (km)
Sedangkan untuk mencari nilai t :
L
t=V

Sedangkan Rt adalah curah hujan ekstrim yang diambil dari rata-rata


setiap stasiun dengan menggunakan metode thiessen.
20

Intensitas Hujan dapat dicari dengan rumus :

Intensitas Hujan (I) =

Untuk yang kolom terakhir yaitu nilai debit banjir dengan menggunakan
rumus:

Q = 0,278 C . I . A

Keterangan : Q = Debit Banjir (m3/detik)


I = Intensitas Hujan (mm/jam)
C = Koefisien pengaliran
A = Luas DAS KM2

3.4.2 Metode Haspers


Dalam metode ini digunakan rumus sebagai berikut:
Qt = α . β . q . A
Dimana :
α = koefisien pengaliran
1+0,012.𝐴0,7
α= 1+0,075.𝐴0,7

β = koefisien reduksi
1
β= 𝑡+3,7. 10−0,4.𝑡 𝐴0,75
1+ 𝑥
𝑡2 +15 12

t = waktu konsentrasi t = 0,1 𝑥 𝐿0,8 𝑥 𝐼 −0,3

rt = hujan harian maksimum

𝑡 . 𝑅𝑡
rt = 𝑡+1−0,0008 (260−𝑅𝑡)(2−𝑡)2

qt = luasan curah hujan dengan periode tahunan (m3/det)

𝑟𝑡
qt = 3,6 𝑥 𝑡

Hasil perhitungan dengan metode Haspers dengan debit hujan dari


hasil metode Gumbel, Haspers, Weduwen dan Log Pearson III maka didapat
besaran debit rencana sebagai berikut
20

PERHITUNGAN DEBIT CARA HASPERS

Qt = α.β. q. A

Untuk menghitung debit banjir nilai yang dibutuhkan yaitu nilai α


(Koefisien Pengaliran) β (Koefisien Reduksi), q (luasan curah hujan dengan
periode tahunan (m3/det)) dan A (luas DAS).
 Menghitung nilai t (waktu konsenrasi)
t=
 Menghitung Koefisien Pengaliran
α=

 Menghitung Koefisien Reduksi

Setelah nilai diatas diketahui, maka langkah selanjutnya yaitu mencari


nilai rt dan qt
(sebagai contoh lihat tabel perhitungan debit banjir Haspers-gumbel)
 Menghitung nilai rt , jika t < 2 jam maka rumus yang digunakan adalah

r2 =

 Menghitung nilai luasan curah hujan dengan periode tahunan ( qt )


(m3/det)

qt =

q2 =

 Selanjutnya langkah terakhir menghitung debit banjir

Qt = α . β . q . A

3.4.3 Metode Weduwen


Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
21

Qt = α . β . qn . A
Dimana:
β = koefisien limpasan air hujan
𝑡+1
120+ . 𝐴
β= 𝑡+9
120+𝐴

qn = luasan curah hujan dengan periode tahunan


𝑅70 67,65
qn = 240 . 𝑡+1,45

α = koefisien limpasan air hujan

4,1
α = 1 – (𝛽 .𝑞𝑛+7)

Qn = besaran debit pada periode n tahun (m3/detik)

Qn = α . β . qn . A

t = lama waktu hujan

t = 0,25 . L . 𝑄 −0,125 . 𝐼 −0,25

Sebelum menghitung nilai t (waktu) terlebih dahulu menghitung nilai


Intensitas Hujan (I) dengan memasukan t1 yaitu lamanya waktu hujan
coba-coba. Diambil t1 = 2,07 jam. Maka t1 masukan kedalam rumus I =
2,4𝑡+300
.
6𝑡+7

Setelah mengihitung nilai Intensitas Hujan, yaitu menghitung nilai α dan


β dengan rumus :
4,1
α = 1 – (𝐼+7)

𝑡+1
120+ . 𝐴
β= 𝑡+9
120+𝐴

kemudian untul memastikan apakah nilai t1 (t coba-coba) dengan t2


digunakan rumus t2 :
0,476𝑥𝐴3/8
𝑡2 =
(𝛼. 𝛽. 𝐼)1/8 𝑥𝑆 1/4
Dimana : A = Luas Daerah Aliran Sungai (KM2)
S = kemiringan Sungai (lihat tabel karakteristik Sungai)
22

0,476𝑥𝐴3/8
𝑡2 =
(𝛼. 𝛽. 𝐼)1/8 𝑥𝑆 1/4

Jika t1 (t coba-coba) = t2 atau toleransi 5% perbedaan antara t1 dan t2


31

BAB IV

PENGGAMBARAN DAN PERHITUNGAN CURAH HUJAN DAN DEBIT


BANJIR MENGGUNAKAN ANALITIS THIESSEN

4.1 Penggambaran Daerah Aliran Sungai (DAS)

Penggambaran ini menggunakan metode digit peta yang menggunakan


aplikasi AutoCad 2016, dengan peta yang diberikan yaitu peta wilayah Modulio
dengan mendapatkan tiga stasiun dengan nama induk sungai Oganggu Gambata
dan tiga stasiun curah hujan dengan:

1. Stasiun Ke-1 = Hukiro Lio


2. Stasiun Ke-2 = Hukiro Reamosengkar
3. Stasiun Ke-1 = Hukiro Siyaya
Dengan data hujan tahun 1997 – 2015 yang diberikan sebagai berikut :

Tabel 7. Data Hujan Tahun 1997-2015 Tiga Stasiun


NO TAHUN ST 1 ST 2 ST 3
1 1997 134 169 75
2 1998 88 74 85
3 1999 98 106 105
4 2000 78 87 65
5 2001 134 125 156
6 2002 66 76 48
7 2003 87 40 76
8 2004 99 132 81
9 2005 143 187 156
10 2006 56 67 128
11 2007 78 78 147
12 2008 91 92 177
13 2009 87 85 56
14 2010 45 32 49
15 2011 78 61 78
16 2012 90 99 135
17 2013 69 93 110
18 2014 92 106 56
19 2015 111 132 78

23
24

Gambar 3. Penggambaran Daerah Aliran Sungai Peta Modulio


25
25

4.2 Penggambaran Poligon Thiessen

Gambar 4. Poligon Thiessen Pembagian Daerah Per Stasiun


25
26

4.3 Perhitungan Curah Hujan

4.3.1 Metode Gumbel

CURAH PERIODE Faktor Reduksi


NO TAHUN (Xi - X) (Xi - X)2 Yt RT
HUJAN (Xi) ULANG
Yn Sn
1 1997 134 43.2632 1871.7008 2 0.3665 0.5220 1.0565 86.9506
2 1998 88 -2.7368 7.4903 5 1.4999 114.5507
3 1999 98 7.2632 52.7535 10 2.2504 132.8244
4 2000 78 -12.7368 162.2271 20 2.9702 150.3529
5 2001 134 43.2632 1871.7008 25 3.1255 154.1344
6 2002 66 -24.7368 611.9114 50 3.9019 173.0418
7 2003 87 -3.7368 13.9640 100 4.6001 190.0440
8 2004 99 8.2632 68.2798 INTERPOLASI
9 2005 143 52.2632 2731.4377 20 2.970195
10 2006 56 -34.7368 1206.6482 50 3.901939
11 2007 78 -12.7368 162.2271 25 3.125486
12 2008 91 0.2632 0.0693
13 2009 87 -3.7368 13.9640
14 2010 45 -45.7368 2091.8587
15 2011 78 -12.7368 162.2271
16 2012 90 -0.7368 0.5429
17 2013 69 -21.7368 472.4903
18 2014 92 1.2632 1.5956
19 2015 111 20.2632 410.5956
Ʃ 1724 0.00 11913.6842

X 90.74

Sx 25.7269

Rmax 143
27

Tabel 9. Metode Gumbel Stasiun Hukiro Reamosengkar

CURAH PERIODE Yt Faktor Reduksi


NO TAHUN HUJAN (Xi - X) (Xi - X)2 RT
(Xi) ULANG Yn Sn
1 1997 133 30.2105 912.6759 2 0.3665 0.5220 1.0565 97.9915
2 1998 56 -46.7895 2189.2548 5 1.4999 132.9665
3 1999 180 77.2105 5961.4654 10 2.2504 156.1231
4 2000 90 -12.7895 163.5706 20 2.9702 178.3354
5 2001 77 -25.7895 665.0970 25 3.1255 183.1273
6 2002 93 -9.7895 95.8338 50 3.9019 207.0869
7 2003 56 -46.7895 2189.2548 100 4.6001 228.6322
8 2004 73 -29.7895 887.4127 INTERPOLASI
9 2005 91 -11.7895 138.9917 20 2.970195
10 2006 151 48.2105 2324.2548 50 3.901939
11 2007 88 -14.7895 218.7285 25 3.125486
12 2008 91 -11.7895 138.9917
13 2009 151 48.2105 2324.2548
14 2010 88 -14.7895 218.7285
15 2011 117 14.2105 201.9391
16 2012 94 -8.7895 77.2548
17 2013 123 20.2105 408.4654
18 2014 99 -3.7895 14.3601
19 2015 102 -0.7895 0.6233
Ʃ 1953 0.00 19131.158

X 102.789

Sx 32.601

Rmax 180
28

Tabel 10. Metode Gumbel Stasiun Hukiro Siyaya

CURAH PERIODE Yt Faktor Reduksi


NO TAHUN HUJAN (Xi - X) (Xi - X)2 RT
(Xi) ULANG Yn Sn
1 1997 123 36.4737 1330.3296 2 0.3665 0.5220 1.0565 83.5975
2 1998 45 -41.5263 1724.4349 5 1.4999 104.9473
3 1999 78 -8.5263 72.6981 10 2.2504 119.0827
4 2000 90 3.4737 12.0665 20 2.9702 132.6418
5 2001 69 -17.5263 307.1717 25 3.1255 135.5669
6 2002 84 -2.5263 6.3823 50 3.9019 150.1926
7 2003 66 -20.5263 421.3296 100 4.6001 163.3444
8 2004 123 36.4737 1330.3296 INTERPOLASI
9 2005 90 3.4737 12.0665 20 2.970195
10 2006 99 12.4737 155.5928 50 3.901939
11 2007 102 15.4737 239.4349 25 3.125486
12 2008 90 3.4737 12.0665
13 2009 77 -9.5263 90.7507
14 2010 93 6.4737 41.9086
15 2011 111 24.4737 598.9612
16 2012 67 -19.5263 381.2770
17 2013 78 -8.5263 72.6981
18 2014 90 3.4737 12.0665
19 2015 69 -17.5263 307.1717
Ʃ 1644 0.00 7128.737
X 86.5263
Sx 19.9008
Rmax 123

Tabel 11. Rata-Rata Curah Hujan Metode Gumbel

NO STASIUN 2 5 10 20 25 50 100
1 HUKIRO LIO 86.9506 114.5507 132.8244 150.3529 154.1344 173.0418 190.0440
2 HUKIRO REAMOSENGKAR 97.9915 132.9665 156.1231 178.3354 183.1273 207.0869 228.6322
3 HUKIRO SIYAYA 83.5975 104.9473 119.0827 132.6418 135.5669 150.1926 163.3444
RATA-RATA 89.5132 117.4882 136.0101 153.7767 157.6095 176.7738 194.0069
29

4.3.2 Metode Haspers

Tabel 12. Metode Haspers Stasiun Hukiro Lio

Curah PERIODE
No Tahun μ RT
Hujan (Xi) ULANG
1 1997 134 2 -0.22 83.9181
2 1998 88 5 0.64 110.5731
3 1999 98 10 1.26 129.7895
4 2000 78 20 1.89 149.3158
5 2001 134 25 2.10 155.8246
6 2002 66 50 2.75 175.9708
7 2003 87 100 3.43 197.0468
8 2004 99
9 2005 143
10 2006 56 μ T
11 2007 78 20 1.89 x1
12 2008 91 10 1.26 x2
13 2009 87
14 2010 45 Cat :
15 2011 78 x1
16 2012 90 x2
17 2013 69
18 2014 92
19 2015 111
Ʃ 1724

X 90.7368

Sx 30.9942
30

Tabel 13. Metode Haspers Stasiun Hukiro Reamosengkar

Curah PERIODE
No Tahun μ RT
Hujan (Xi) ULANG
1 1997 169 2 -0.22 85.3556
2 1998 74 5 0.64 130.4631
3 1999 106 10 1.26 162.9825
4 2000 87 20 1.89 196.0263
5 2001 125 25 2.10 207.0409
6 2002 76 50 2.75 241.1338
7 2003 40 100 3.43 276.8002
8 2004 132
9 2005 187
10 2006 67 μ T
11 2007 78 20 1.89 x1
12 2008 92 10 1.26 x2
13 2009 85
14 2010 32 Cat :
15 2011 61 x1
16 2012 99 x2
17 2013 93
18 2014 106
19 2015 132
Ʃ 1841
X 96.8947
Sx 52.4506
31

Tabel 14. Metode Haspers Stasiun Hukiro Siyaya

Curah PERIODE
No Tahun μ RT
Hujan (Xi) ULANG
1 1997 75 2 -0.22 88.2783
2 1998 85 5 0.64 126.0755
3 1999 105 10 1.26 153.3246
4 2000 65 20 1.89 181.0132
5 2001 156 25 2.10 190.2427
6 2002 48 50 2.75 218.8103
7 2003 76 100 3.43 248.6964
8 2004 81
9 2005 156
10 2006 128 μ T
11 2007 147 20 1.89 x1
12 2008 177 10 1.26 x2
13 2009 56
14 2010 49 Cat :
15 2011 78 x1
16 2012 135 x2
17 2013 110
18 2014 56
19 2015 78
Ʃ 1861
X 97.9474
Sx 43.9502

Tabel 15. Rata-Rata Curah Hujan Metode Haspers

No Stasiun 2 5 10 20 25 50 100
1 HUKIRO LIO 83.9181 110.5731 129.7895 149.3158 155.8246 175.9708 197.0468
2 HUKIRO REAMOSENGKAR 85.3556 130.4631 162.9825 196.0263 207.0409 241.1338 276.8002
3 HUKIRO SIYAYA 88.2783 126.0755 153.3246 181.0132 190.2427 218.8103 248.6964
RATA-RATA 85.8507 122.3706 148.6988 175.4518 184.3694 211.9716 240.8478
32

4.3.3 Metode Weduwen

Tabel 16. Metode Weduwen Stasiun Hukiro Lio

Curah PERIODE
No Tahun Mn R70 RT
Hujan ULANG
1 1997 134 2 0.492 167.0823 82.2045
2 1998 88 5 0.602 100.5835
3 1999 98 10 0.705 117.7930
4 2000 78 20 0.811 135.5037
5 2001 134 25 0.845 141.1845
6 2002 66 50 0.948 158.3940
7 2003 87 100 1.05 175.4364
8 2004 99
9 2005 143
10 2006 56 P Mp
11 2007 78 15 0.766
12 2008 91 20 0.811
13 2009 87 19 0.802
14 2010 45
15 2011 78
16 2012 90
17 2013 69
2014
18 92
19 2015 111
33

Tabel 17. Metode Weduwen Stasiun Hukiro Reamosengkar

Curah PERIODE
No Tahun Mn R70 RT
Hujan ULANG
1 1997 169 2 0.492 233.1671 114.7182
2 1998 74 5 0.602 140.3666
3 1999 106 10 0.705 164.3828
4 2000 87 20 0.811 189.0985
5 2001 125 25 0.845 197.0262
6 2002 76 50 0.948 221.0424
7 2003 40 100 1.05 244.8254
8 2004 132
9 2005 187
10 2006 67 P Mp
11 2007 78 15 0.766
12 2008 92 20 0.811
13 2009 85 19 0.802
14 2010 32
15 2011 61
16 2012 99
17 2013 93
2014
18 106
19 2015 132
34

Tabel 18. Metode Weduwen Stasiun Hukiro Siyaya

Curah PERIODE
No Tahun Mn R70 RT
Hujan ULANG
1 1997 75 2 0.492 194.5137 95.7007
2 1998 85 5 0.602 117.0973
3 1999 105 10 0.705 137.1322
4 2000 65 20 0.811 157.7506
5 2001 156 25 0.845 164.3641
6 2002 48 50 0.948 184.3990
7 2003 76 100 1.05 204.2394
8 2004 81
9 2005 156
10 2006 128 P Mp
11 2007 147 15 0.766
12 2008 177 20 0.811
13 2009 56 19 0.802
14 2010 49
15 2011 78
16 2012 135
17 2013 110
2014
18 56
19 2015 78

Tabel 19. Rata-Rata Curah Hujan Metode Weduwen

No Stasiun 2 5 10 20 25 50 100
1 HUKIRO LIO 82.2045 100.5835 117.7930 135.5037 141.1845 158.3940 175.4364
2 HUKIRO REAMOSENGKAR 114.7182 140.3666 164.3828 189.0985 197.0262 221.0424 244.8254
3 HUKIRO SIYAYA 95.7007 117.0973 137.1322 157.7506 164.3641 184.3990 204.2394
RATA-RATA 97.5411 119.3491 139.7693 160.7843 167.5249 187.9451 208.1671
35

4.3.4 Metode Log Person III

Tabel 20. Metode Log Person III Stasiun Hukiro Lio

CURAH
log xi - (log xi - (log xi - log
NO TAHUN HUJAN LOG xi PERIODE
log x log x)2 x)3 PROBABILITAS G LOG RT RT
(Xi) ULANG
1 1997 134 2.1271 0.1861 0.0346 0.0064
2 1998 88 1.9445 0.0035 0.0000 0.0000 2 50 0.017 1.9412 87.3449

3 1999 98 1.9912 0.0503 0.00253 0.00012694 5 20 0.836 1.9542 89.9922


-
4 2000 78 1.8921 0.0024 10 10 1.270 1.9611 91.4274
0.0489 -0.0001
5 2001 134 2.1271 0.1861 0.0346 0.006449 20 5 1.567 1.9658 92.4239
-
6 2002 66 1.8195 0.0147 25 4 1.716 1.9681 92.9262
0.1214 -0.0018
-
7 2003 87 1.9395 0.0000 50 2 2.000 1.9726 93.8933
0.0014 0.00000
8 2004 99 1.9956 0.0547 0.0030 0.0002 100 1 2.252 1.9766 94.7599

9 2005 143 2.1553 0.2144 0.0460 0.0099


-
10 2006 56 1.7482 0.0372
0.1928 -0.00716 INTERPOLASI
-
11 2007 78 1.8921 0.0024 10 1.270
0.0489 -0.0001
12 2008 91 1.9590 0.0181 0.0003 0.000006 25 1.716
-
13 2009 87 1.9395 0.0000 20 1.567
0.0014 0.0000
-
14 2010 45 1.6532 0.0828
0.2878 -0.0238
-
15 2011 78 1.8921 0.0024
0.0489 -0.0001
16 2012 90 1.9542 0.0133 0.0002 0.0000
- -
17 2013 69 1.8388 0.01043
0.1021 0.00106494

18 2014 92 1.9638 0.0228 0.0005


0.0000
19 2015 111 2.0453 0.1044 0.0109 0.0011

Ʃ 36.8784 0.0000 0.2850 -0.0100

X 1.941

SD 0.02

Cv -0.13
36

Tabel 21. Metode Log Person III Stasiun Hukiro Reamosengkar

CURAH
log xi - (log xi - (log xi -
NO TAHUN HUJAN LOG xi PERIODE
log x log x)2 log x)3 PROBABILITAS G LOG RT RT
(Xi) ULANG
1 1997 133 2.1239 0.1829 0.0334 0.0061
2 1998 56 1.7482 -0.1928 0.0372 -0.0072 2 50 -0.066 1.99 97.8683

3 1999 180 2.2553 0.3143 0.0988 0.0310 5 20 0.816 2.01 102.1260

4 2000 90 1.9542 0.0133 0.0002 0.00000 10 10 1.317 2.02 104.6264

5 2001 77 1.8865 -0.0545 0.0030 -0.0002 20 5 1.692 2.03 106.5397

6 2002 93 1.9685 0.0275 0.0008 0.000021 25 4 1.880 2.03 107.5094

7 2003 56 1.7482 -0.1928 0.0372 -0.0072 50 2 2.261 2.04 109.5054

8 2004 73 1.8633 -0.0776 0.0060 -0.0005 100 1 2.615 2.05 111.3931

9 2005 91 1.9590 0.0181 0.0003 0.00001


10 2006 151 2.1790 0.2380 0.0566 0.0135 INTERPOLASI
11 2007 88 1.9445 0.0035 0.0000 0.00000 10 1.317

12 2008 91 1.9590 0.0181 0.0003 0.00001 25 1.880

13 2009 151 2.1790 0.2380 0.0566 0.0135 20 1.692

14 2010 88 1.9445 0.0035 0.0000 0.00000


15 2011 117 2.0682 0.1272 0.0162 0.0021
16 2012 94 1.9731 0.0322 0.0010 0.0000333
17 2013 123 2.0899 0.1489 0.0222 0.0033

18 2014 99 1.9956 0.0547 0.0030


0.000163
19 2015 102 2.0086 0.0676 0.0046 0.000309
Ʃ 37.8485 0.9701 0.0551
0.3774
X 1.992

SD 0.02

Cv 0.41
37

Tabel 22. Metode Log Person III Stasiun Hukiro Siyaya

CURAH (log xi
log xi - (log xi -
NO TAHUN HUJAN LOG xi - log PERIODE
log x log x)3 PROBABILITAS G LOG RT RT
(Xi) x)2 ULANG
1 1997 123 2.0899 0.1489 0.0222 0.0033
2 1998 45 1.6532 -0.2878 0.0828 -0.0238 2 50 -0.099 1.9245 84.0376
3 1999 78 1.8921 -0.0489 0.0024 -0.0001 5 20 0.800 1.9347 86.0316
4 2000 90 1.9542 0.0133 0.0002 0.00000 10 10 1.328 1.9406 87.2246
5 2001 69 1.8388 -0.1021 0.0104 -0.0011 20 5 1.735 1.9453 88.1563
6 2002 84 1.9243 -0.0167 0.0003 0.0000 25 4 1.939 1.9476 88.6259
7 2003 66 1.8195 -0.1214 0.0147 -0.0018 50 2 2.359 1.9523 89.6021
8 2004 123 2.0899 0.1489 0.0222 0.0033 100 1 2.755 1.9568 90.5325

9 2005 90 1.9542 0.0133 0.0002 0.00000


10 2006 99 1.9956 0.0547 0.0030 0.000163 INTERPOLASI
11 2007 102 2.0086 0.0676 0.0046 0.000309 10 1.328
12 2008 90 1.9542 0.0133 0.0002 0.00000 25 1.939
13 2009 77 1.8865 -0.0545 0.0030 -0.0002 20 1.735

14 2010 93 1.9685 0.0275 0.0008 0.000021


15 2011 111 2.0453 0.1044 0.0109 0.0011
16 2012 67 1.8261 -0.1149 0.0132 -0.0015
17 2013 78 1.8921 -0.0489 0.0024 -0.0001

18 2014 90 1.9542 0.0133 0.0002


0.00000
19 2015 69 1.8388 -0.1021 0.0104 -0.0011
Ʃ 36.5863 -0.2921 -0.0214
0.2039
X 1.926

SD 0.01

Cv -0.55

Tabel 23. Rata-Rata Curah Hujan Metode Log Person III

No Stasiun 2 5 10 20 25 50 100
1 HUKIRO LIO 87.3449 89.9922 91.4274 92.4239 92.9262 93.8933 94.7599
2 HUKIRO REAMOSENGKAR 97.8683 102.1260 104.6264 106.5397 107.5094 109.5054 111.3931
3 HUKIRO SIYAYA 84.0376 86.0316 87.2246 88.1563 88.6259 89.6021 90.5325
RATA-RATA 89.7503 92.7166 94.4262 95.7066 96.3538 97.6669 98.8952
38

Rata-Rata Curah Hujan Metode Thiessen

Tabel 24. Rata-Rata Curah Hujan Metode Gumbel Thiessen

CURAH HUJAN
NO STASIUN
R2 R5 R10 R20 R25 R50 R100

1 HUKIRO LIO 86.9506 114.5507 132.8244 150.3529 154.1344 173.0418 190.0440


HUKIRO
2 97.9915 132.9665 156.1231 178.3354 183.1273 207.0869 228.6322
REAMOSENGKAR
3 HUKIRO SIYAYA 83.5975 104.9473 119.0827 132.6418 135.5669 150.1926 163.3444

RATA-RATA
LUAS
KOEF
(A)
R2 R5 R10 R20 R25 R50 R100

59.2535 0.3818 33.1966 43.7340 50.7106 57.4028 58.8465 66.0651 72.5563

44.7528 0.2884 28.2563 38.3415 45.0188 51.4238 52.8056 59.7145 65.9272

51.1941 0.3299 27.5753 34.6177 39.2804 43.7530 44.7179 49.5422 53.8805

155.2004 1.0000 89.0282 116.6932 135.0099 152.5796 156.3700 175.3219 192.3640

Tabel 25. Rata-Rata Curah Hujan Metode Haspers Thiessen

CURAH HUJAN
NO STASIUN
R2 R5 R10 R20 R25 R50 R100

1 HUKIRO LIO 83.9181 110.5731 129.7895 149.3158 155.8246 175.9708 197.0468


HUKIRO
2 85.3556 130.4631 162.9825 196.0263 207.0409 241.1338 276.8002
REAMOSENGKAR
3 HUKIRO SIYAYA 88.2783 126.0755 153.3246 181.0132 190.2427 218.8103 248.6964

Ʃ
39

RATA-RATA
LUAS
KOEF
(A)
R2 R5 R10 R20 R25 R50 R100

59.2535 0.3818 32.0389 42.2154 49.5520 57.0069 59.4918 67.1834 75.2299

44.7528 0.2884 24.6127 37.6196 46.9968 56.5251 59.7012 69.5321 79.8166

51.1941 0.3299 29.1193 41.5870 50.5754 59.7087 62.7531 72.1764 82.0345

155.2004 1.0000 85.7709 121.4221 147.1241 173.2406 181.9461 208.8918 237.0811

Tabel 26. Rata-Rata Curah Hujan Metode Weduwen Thiessen

CURAH HUJAN
NO STASIUN
R2 R5 R10 R20 R25 R50 R100

1 HUKIRO LIO 82.2045 100.5835 117.7930 135.5037 141.1845 158.3940 175.4364


HUKIRO
2 114.7182 140.3666 164.3828 189.0985 197.0262 221.0424 244.8254
REAMOSENGKAR
3 HUKIRO SIYAYA 95.7007 117.0973 137.1322 157.7506 164.3641 184.3990 204.2394

RATA-RATA
LUAS (A) KOEF
R2 R5 R10 R20 R25 R50 R100

59.2535 0.3818 31.3846 38.4015 44.9719 51.7336 53.9024 60.4728 66.9794

44.7528 0.2884 33.0795 40.4754 47.4006 54.5274 56.8134 63.7386 70.5966

51.1941 0.3299 31.5677 38.6255 45.2342 52.0353 54.2168 60.8255 67.3700

155.2004 1.0000 96.0318 117.5024 137.6066 158.2964 164.9327 185.0369 204.9460


40

Tabel 27. Rata-Rata Curah Hujan Metode Log Person III Thiessen

CURAH HUJAN
NO STASIUN
R2 R5 R10 R20 R25 R50 R100

1 HUKIRO LIO 87.3449 89.9922 91.4274 92.4239 92.9262 93.8933 94.7599


HUKIRO
2 97.8683 102.1260 104.6264 106.5397 107.5094 109.5054 111.3931
REAMOSENGKAR
3 HUKIRO SIYAYA 84.0376 86.0316 87.2246 88.1563 88.6259 89.6021 90.5325

RATA-RATA
LUAS (A) KOEF
R2 R5 R10 R20 R25 R50 R100

59.2535 0.3818 33.3472 34.3579 34.9058 35.2863 35.4780 35.8473 36.1781

44.7528 0.2884 28.2208 29.4485 30.1695 30.7212 31.0008 31.5764 32.1207

51.1941 0.3299 27.7205 28.3782 28.7718 29.0791 29.2340 29.5560 29.8629

155.2004 1.0000 89.2885 92.1846 93.8471 95.0866 95.7128 96.9797 98.1617

Tabel 28. Rangkuman Perhitungan Curah Hujan

PERIODE ULANG KETERANGAN


NO METODE
R2 R5 R10 R20 R25 R50 R100

89.0282 116.6932 135.0099 152.5796 156.3700 175.3219 192.3640 THIESSEN


1 GUMBEL
89.5132 117.4882 136.0101 153.7767 157.6095 176.7738 194.0069 ARITMATIK

85.7709 121.4221 147.1241 173.2406 181.9461 208.8918 237.0811 THIESSEN


2 HASPERS
85.8507 122.3706 148.6988 175.4518 184.3694 211.9716 240.8478 ARITMATIK

96.0318 117.5024 137.6066 158.2964 164.9327 185.0369 204.9460 THIESSEN


3 WEDUWEN
97.5411 119.3491 139.7693 160.7843 167.5249 187.9451 208.1671 ARITMATIK

LOG 89.2885 92.1846 93.8471 95.0866 95.7128 96.9797 98.1617 THIESSEN


4 PEARSON
III 89.7503 92.7166 94.4262 95.7066 96.3538 97.6669 98.8952 ARITMATIK
42

KARAKTERISTIK DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

Tabel 29. Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS)

Sungai Oganggu Gambata

Luas (A = km^2) 155.20035

Panjang Sungai (L=km) 19.2722

Elevasi Hulu (m) 800

Elevasi Hilir (m) 200

Beda Tinggi (h) (m) 600

Kemiringan sungai (S) 0.0311

Morfologi Sungai Berkelok

C 0.4

4.4 Perhitungan Debit Banjir

4.4.1 Perhitungan Debit Banjir Metode Rasional

Tabel 30. Perhitungan Debit Banjir Metode Rasional Gumbel

PERIODE
RT V t I Q
ULANG

R2 89.028227 18.550093 320.142681

R5 116.693229 24.314426 419.625150

R10 135.009867 28.130916 485.491201

R20 152.579626 8.979755 2.146183 31.791785 548.671499

R25 156.370002 32.581555 562.301568

R50 175.321877 36.530405 630.451913

R100 192.363994 40.081333 691.734825


42

Tabel 31. Perhitungan Debit Banjir Metode Rasional Haspers

PERIODE
RT V t I Q
ULANG

R2 85.770883 17.871387 308.429376

R5 121.422057 25.299734 436.629868

R10 147.124067 30.655054 529.053479

R20 173.240624 8.979755 2.146183 36.096751 622.967793

R25 181.946144 37.910650 654.272564

R50 208.891799 43.525098 751.168285

R100 237.081099 49.398675 852.536116

Tabel 32. Perhitungan Debit Banjir Metode Rasional Weduwen

PERIODE
RT V t I Q
ULANG

R2 96.0318 20.009376 345.327389

R5 117.5024 24.483017 422.534732

R10 137.6066 28.671971 494.828881

R20 158.2964 8.979755 2.146183 32.982935 569.228684

R25 164.9327 34.365696 593.092772

R50 185.0369 38.554651 665.386921

R100 204.9460 42.702936 736.979184


43

Tabel 33. Perhitungan Debit Banjir Metode Rasional Log Person III

PERIODE
RT V t I Q
ULANG

R2 89.288453 18.604314 321.078445

R5 92.184588 19.207759 331.492855

R10 93.847088 19.554160 337.471153

R20 95.086553 8.979755 2.146183 19.812418 341.928229

R25 95.712838 19.942912 344.180331

R50 96.979651 20.206867 348.735750

R100 98.161708 20.453163 352.986389

4.4.2 Perhitungan Debit Banjir Metode Haspers

Tabel 34. Perhitungan Debit Banjir Metode Haspers-Haspers

PERIODE
RT  t   rt q Q
ULANG

R2 85.7709 64.4338 5.9270 686.7502

R5 121.4221 91.2161 8.3905 972.2019

R10 147.1241 110.5243 10.1666 1177.9927

R20 173.2406 1.1151 3.0198 1.4936 0.6695 130.1439 11.9713 1387.1027

R25 181.9461 136.6837 12.5729 1456.8061

R50 208.8918 156.9262 14.4349 1672.5545

R100 237.0811 178.1029 16.3828 1898.2605


44

Tabel 35. Perhitungan Debit Banjir Metode Haspers-Gumbel

PERIODE
RT  t   rt q Q
ULANG

R2 89.0282 66.8808 6.1521 253.0065

R5 116.6932 87.6637 8.0638 331.6268

R10 135.0099 101.4237 9.3295 383.6802

R20 152.5796 0.3958 3.0198 1.4936 0.6695 114.6227 10.5436 433.6112

R25 156.3700 117.4701 10.8055 444.3829

R50 175.3219 131.7074 12.1151 498.2416

R100 192.3640 144.5099 13.2928 546.6731

Tabel 36. Perhitungan Debit Banjir Metode Haspers-Weduwen

PERIODE
RT  t   rt q Q
ULANG

R2 96.0318 72.1422 6.6360 272.9098

R5 117.5024 88.2715 8.1197 333.9262

R10 137.6066 103.3744 9.5089 391.0597

R20 158.2964 0.3958 3.0198 1.4936 0.6695 118.9173 10.9386 449.8574

R25 164.9327 123.9027 11.3972 468.7170

R50 185.0369 139.0056 12.7865 525.8505

R100 204.9460 153.9619 14.1622 582.4294


45

Tabel 37. Perhitungan Debit Banjir Metode Haspers-Log Person III

PERIODE
RT  t   rt q Q
ULANG

R2 89.2885 67.0763 6.1700 253.7460

R5 92.1846 69.2520 6.3702 261.9764

R10 93.8471 70.5009 6.4850 266.7010

R20 95.0866 0.3958 3.0198 1.4936 0.6695 71.4320 6.5707 270.2234

R25 95.7128 71.9025 6.6140 272.0033

R50 96.9797 72.8542 6.7015 275.6034

R100 98.1617 73.7422 6.7832 278.9626

4.4.3 Perhitungan Debit Banjir Metode Weduwen

Tabel 38. Perhitungan Debit Banjir Metode Weduwen-Weduwen

PERIODE
RT RT/240 β I α t Q
ULANG

R2 96.0318 0.4001 9.8330 272.4549

R5 117.5024 0.4896 12.0314 407.9035

R10 137.6066 0.5734 14.0900 559.4261

R20 158.2964 0.6596 0.5899 16.2085 0.7564 6.2300 740.2973

R25 164.9327 0.6872 16.8880 803.6702

R50 185.0369 0.7710 18.9465 1011.5355

R100 204.9460 0.8539 20.9851 1240.9179


46

Tabel 39. Perhitungan Debit Banjir Metode Weduwen-Log Person III

PERIODE
RT RT/240  I  t Q
ULANG

R2 89.2885 0.3720 9.1425 220.8132

R5 92.1846 0.3841 9.4391 235.3700

R10 93.8471 0.3910 9.6093 243.9361

R20 95.0866 0.3962 0.5899 9.7362 0.7092 6.2300 250.4221

R25 95.7128 0.3988 9.8003 253.7318

R50 96.9797 0.4041 9.9301 260.4928

R100 98.1617 0.4090 10.0511 266.8816

Tabel 40. Perhitungan Debit Banjir Metode Weduwen-Gumbel

PERIODE
RT RT/240  I  t Q
ULANG

R2 89.0282 0.3710 9.1159 219.5280

R5 116.6932 0.4862 11.9486 287.7450

R10 135.0099 0.5625 13.8241 332.9106

R20 152.5796 0.6357 0.5899 15.6231 0.7092 6.2300 376.2346

R25 156.3700 0.6515 16.0112 385.5810

R50 175.3219 0.7305 17.9518 432.3130

R100 192.3640 0.8015 19.6968 474.3359


47

Tabel 41. Perhitungan Debit Banjir Metode Weduwen-Haspers

PERIODE
RT RT/240  I  t Q
ULANG

R2 85.7709 0.3574 8.7824 203.7578

R5 121.4221 0.5059 12.4328 288.4509

R10 147.1241 0.6130 15.0645 349.5087

R20 173.2406 0.7218 0.5899 17.7387 0.7092 6.2300 411.5514

R25 181.9461 0.7581 18.6300 432.2323

R50 208.8918 0.8704 21.3891 496.2445

R100 237.0811 0.9878 24.2755 563.2112

4.4.4 Perhitungan Debit Banjir Metode Haspers dan Weduwen

Tabel 42. Perhitungan Debit Banjir Metode Haspers

PERIODE
RT  t   rt q Q
ULANG
R2 85.77088 0.39578 3.01981 1.49361 0.66952 64.43381 5.9269639 243.74953

R5 121.42206 91.21611 8.3905415 345.06546

R10 147.12407 110.52427 10.1666090 418.10718

R20 173.24062 130.14386 11.9713228 492.32699

R25 181.94614 136.68372 12.5728941 517.06692

R50 208.89180 156.92616 14.4349004 593.64292

R100 237.08110 178.10286 16.3828454 673.75319


48

Tabel 43. Perhitungan Debit Banjir Metode Weduwen

PERIODE
RT rt  q  t Q
ULANG
R2 96.031823 0.400133 0.67774 10.48837 0.765559 6.080202 337.945424

R5 117.502352 0.489593 413.502327

R10 137.606575 0.573361 484.251064

R20 158.296358 0.659568 557.060444

R25 164.932703 0.687220 580.414396

R50 185.036926 0.770987 651.163133

R100 204.945963 0.853942 721.224990


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hidrologi merupakan cabang ilmu teknik sipil yang mempelajari


pergerakan, distribusi, dan kualitas air di seluruh bumi, termasuk siklus
hidrologi dan sumber daya air. Disamping untuk pengetahuan tentang air
hidrologi dimanfaatkan pada pembuatan irigasi, pengumpulan data tentang
curah hujan.

Pada pembahasan hidrologi ada yang disebut dengan DAS (Daerah Aliran
Sungai). Secara umum DAS didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah atau
kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang
menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta
mengalirkannya melalui anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet).

Dengan terselesaikannya perhitungan curah hujan serta debit banjir


menggunakan metode thiessen, dapat ditarik kesimpulan bahwa debit banjir
rata-rata dari wilayah modulio sedikit aman dari namanya pengaliran deras yang
dialami bila terjadi hujan yang sangat besar dengan perhitungan menggunakan
semua metode sehingga sedikit kesalahan dalam sebuah perencanaan.

5.1 Saran

Untuk lebih dapat memahami apa yang telah disampaikan, sebaiknya


tugas-tugas harian yang bersifat konvensional (dihitung secara manual) pun
diadakan. Terkadang jika hanya melihat dari contoh dari angkatan sebelumnya
apalagi dalam bentuk softfile, sebetulnya itu sangat membuat sedikit pusing dan
butuh ketelitian yang lebih.

49
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Linda. 2016. Pengertian Daerah Aliran Sungai.


http://www.sridianti.com/pengertian-daerah-aliran-sungai.html.
[Diakses pada 29 Desember 2016]

Sukadi. 2016. Perhitungan Curah Hujan dan Debit Banjir (Power Point).
Bandung:Departemen Pendidikan Teknik Sipil

Wikipedia Online. 2016. https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_aliran_sungai.


[Diakses pada 30 Desember 2016]

50
LAMPIRAN
TUGAS BESAR
HIDROLOGI

Anda mungkin juga menyukai