Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN SALURAN DRAINASE

Oleh :

1. Aldy Ferdya Wanggai


2. Ekky Prima
3. Gery Sepanya Ginting
4. M.Fauzi Oktavian
5. Riki Andriyanto

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

2018

DAFTAR ISI
Halaman Judul ..................................................................................................................

Daftar isi............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................


1.2 Maksud dan Tujuan ...............................................................................................
1.3 Rumusan Masalah.................................................................................................
1.4 Batasan Masalah ...................................................................................................
1.5 Ruang Lingkup ......................................................................................................
1.6 Lokasi Saluran.......................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Drainase....................................................................................................


2.2 Macam-macam Drainase
2.2.1 Menurut Asalnya.................................................................................................
2.2.2 Menurut Letak Saluran .......................................................................................
2.2.3 Menurut Konstruksi .............................................................................................
2.2.4 Menurut Fungsi...................................................................................................
2.3 Jenis-jenis Drainase ....................................................................................................
2.3.1 Land and Smoothing ..........................................................................................
2.3.2 Drainase Acak ....................................................................................................
2.3.3 Drainase Paralel .................................................................................................
2.3.4 Drainase Mole ....................................................................................................
2.4 Fungsi Drainase ..........................................................................................................
2.5 Berdasarkan Fungsi Layanan......................................................................................
2.6 Pembangunan Sistem Drainase ..................................................................................

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Saluran Terbuka ( parit )


3.1.1 Diagram Alir ........................................................................................................
3.1.2 Data Curah Hujan ...............................................................................................
3.1.3 Perhitungan Penampang saluran .......................................................................
3.1.4 Perhitungan Debit Saluran dan Koefisien Manning .............................................

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan .................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kota merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan berbagai aktivitas, maka
untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduknya harus ada sanitasi yang memadai,
misalnya drainase. Dengan adanya drainase tersebut genangan air hujan dapat disalurkan
sehingga banjir dapat dihindari dan tidak akan menimbulkan dampak gangguan kesehatan pada
masyarakat serta aktivitas masyarakat tidak akan terganggu.

Drainase merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan. Sistem ini mempunyai
peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat, apalagi di daerah yang
berpenduduk padat seperti di perkotaan. Drainase juga merupakan salah satu fasilitas dasar yang
dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen
penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Secara umum, drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara
optimal.Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam
kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air
yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang
ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.

Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum
yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman,
bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan
air (sumber air permukaan dan bawah permkaantanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu
juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki
daerah becek, genangan air dan banjir.
2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari tugas drainase ini adalah agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami
sistem drainase di perkotaan dan tujuannya, serta bisa mengaplikasikannya di lapangan.
Sehingga mampu untuk merancang sistem penyaluran air dalam kota, dimana rancangan
disesuaikan dengan kriteria disain dan memenuhi kaidah-kaidah perencanaan.

Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu tugas mata kuliah Drainase Perkotaan,
program studi teknik sipil dan perencanaan. Selain itu, penulis juga bertujuan untuk meningatkan
pengetahuan mengenai pentingnya keberadaan saluran drainase pada sebuah kota atau daerah
sebagai bagian dari menanggulangi bencana banjir maupun krisis kekurangan air.

3. Rumusan Masalah
a. Menghitung penampang saluran terbuka, tinggi permukaan air dan debit aliran;
b. Bentuk saluran terbuka;
c. Dan data curah hujan:

4. Batasan Masalah
Banjir merupakan kata yang sangat popular di Indonesia, khususnya pada musim hujan,
mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami bencana banjir. Peristiwa ini hampir
setiap tahun berulang, namun sampai saat ini belum terselesaikan bahkan cenderung makin
meningkat, baik frekuensinya, luasannya, kedalamannya, maupun durasinya.

Jika dilihat, akar permasalahan banjir di perkotaan berawal dari pertambahan penduduk
yang sangat cepat akibat urbanisasi (baik migrasi musiman maupun permanen). Pertambahan
penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang
memadai mengakibatkan pemanfaatan lahan perkotaan menjadi semrawut. Pemanfaatan lahan
yang tidak tertib inilah yang menyebabkan persoalan drainase di perkotaan menjadi sangat
kompleks. Hal ini barangkali juga disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat yang masih
rendah dan tidak peduli terhadap permasalahan yang dihadapi oleh kota.
5. Ruang Lingkup
Adapaun ruang lingkup penulisan laporan “Saluran Drainase Perkotaan” Di Simpang
Pasar Baru, Kota Medan :
a. Analisa hidrologi : Analisa debit saluran, bentuk saluran penampang dan tinggi
permukaan air.
b. Macam-macam dan jenis drainase

6. Lokasi Saluran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Drainase

Drainase yang berasal dari kata kerja 'to drain' yang berarti mengeringkan atau
mengalirkan air, adalah terminologi yang digunakan untuk menyatakan sistem-sistem yang
berkaitan dengan penanganan masalah kelebihan air, baik diatas maupun dibawah permukaan
tanah.
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik
yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia.
Drainase perkotaan adalah sistem drainase dalam wilayah administrasi kota dan daerah
perkotaan (urban) yang berfungsi untuk mengendalikan atau meringankan kelebihan air
permukaan didaerah pemukiman yang berasal dari hujan lokal, sehingga tidak mengganggu
masyarakat dan dapat memberikan manfat bagi kehidupan manusia.
Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah
atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase berperan penting untuk mengatur suplai air demi
pencegahan banjir. Pengertian drainase perkotaan tidak terbatas pada teknik pembuangan air
yang berlebihan namun lebih luas lagi menyangkut keterkaitannya dengan aspek kehidupan yang
berada di dalam kawasan perkotaan.
Semua hal yang menyangkut kelebihan air yang berada di kawasan kota sudah pasti dapat
menimbulkan permasalahan drainase yang cukup komplek. Dengan semakin kompleknya
permasalahan drainase di perkotaan, maka di dalam perencanaan dan pembangunan bangunan air
untuk drainase perkotaan, keberhasilannya tergantung pada kemampuan masing-masing
perencana. Dengan demikian di dalam proses pekerjaan memerlukan kerjasama dengan beberapa
ahli di bidang lain yang terkait.
2. Macam-macam Drainase

2.1 Menurut Asalnya


Menurut asalnya drainase di bagi menjadi dua yaitu :
a. Saluran alam (natural)

b. Saluran buatan (artificial)


2.2 Menurut Letak Saluran
a. Drainase permukaan
b. Drainase bawah permukaan
c. Drainase memanjang
d. Drainase melintang

2.3 Menurut Konstruksi

a. Saluran terbuka
Saluran terbuka yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di daerah
yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak
membahayakan kesehatan/ mengganggu lingkungan.
b. Saluran Tertutup
Saluran tertutup yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran kotor
(air yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk saluran yang terletak di
kota/permukiman.

2.4 Menurut Fungsi

a. Single purpose
Single purpose yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan,
misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya seperti limbah domestik, air
limbah industri dan lain – lain.
b. Multi purpose
Multi purpose yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan
baik secara bercampur maupun bergantian.

3. Jenis-jenis Drainase

3.1 Land and Smoothing


Land grading (mengatur tahap kemiringan lahan) dan Land smoothing
(Penghalusan permukaan lahan) diperlukan pada areal lahan untuk menjamin kemiringan
yang berkelanjutan secara sistematis yang dibutuhkan untuk penerapan saluran drainase
permukaan
Studi menunjukan bahwa pada lahan dengan pengaturan saluran drainase permukaan
yang baik akan meningkatkan jarak drainase pipa sampai 50%, dibandingkan dengan
lahan yang kelebihan air dibuang dengan drainase pipa tanpa dilakukan upaya
pengaturan saluran drainase permukaan terlebih dahulu.

Untuk efektifitas yang tinggi, pekerjaan land grading harus dilakukan secara teliti.
ketidakseragaman dalam pengolahan lahan dan areal yang memiliki cekungan
merupakan tempat aliran permukaan (runoff) berkumpul, harus dihilangkan dengan
bantuan peralatan pengukuran tanah.
Pada tanah cekungan, air yang tak berguna di alirkan secara sistematis melalui:
a. Saluran parit (terbuka) yang disebut sebagai saluran acak yang dangkal (
shallow random field drains)
b. Dari shallow random field ditch air di alirkan lateral outlet ditch ( saluran
keluar )
c. Selanjutnya di lanjutkan ke saluran pembuangan utama ( Main outlet ditch )
Outlet ditch : umumnya saluran pembuangan lateral dibuat 15 – 30 cm lebih
dalam dari saluran pembuangan acak dangkal.
Overfall : jatuh air dari saluran pembuangan lateral ke saluran pembuangan
utama dibuat pada tingkat yang tidak menimbulkan erosi, bila tidak
memungkinkan harus dibuat pintu air, drop spillway atau pipa.

3.2 Drainase acak ( Random Field Drains )


Drainase ini merupakan gambaran yang menunjukan pengelolaan untuk
mengatasi masalah cekungan dan lubang – lubang tempat berkumpulnya air. Lokasi
dan arah dari saluran drainase disesuaikan dengan kondisi tofografi lahan. Kemiringan
lahan biasanya diusahakan sedatar mungkin, hal ini untuk memudahkan peralatan
traktor pengolah tanah dapat beroperasi tanpa merusak saluran yang telah dibuat.
Erosi yang terjadi pada kondisi lahan seperti diatas, biasanya tidak menjadi masalah
karena kemiringan yang relatif datar. Tanah bekas penggalian saluran, disebarkan
pada bagian cekungan atau lubang – lubang tanah, untuk mengurangi kedalaman
saluran drainase.
3.3 Drainase Pararel ( Pararelle Field Drains )
Drainase ini digunakan pada tanah yang relative datar dengan kemiringan
kurang dari 1% – 2 %, system saluran drainase paralel bisa digunakan. System
drainase ini dikenal sebagai system bedengan. Saluran drainase dibuat secara parallel,
kadang kala jarak antara saluran tidak sama. Hal ini tergantung dari panjang dari
barisan saluran drainase untuk jenis tanah pada lahan tersebut, jarak dan jumlah dari
tanah yang harus dipindahkan dalam pembuatan barisan saluran drainase, dan
panjang maksimum kemiringan lahan terhadap saluran (200 meter). Keuntungan dari
system saluran drainase paralel, pada lahan terdapat cukup banyak saluran drainase.
Tanaman dilahan dalam alur, tegak lurus terhadap saluran drainase paralel. Jumlah
populasi tanaman pada lahan akan berkurang dikarenakan adanya saluran paralel.
Sehingga bila dibandingkan dengan land grading dan smoothing, hasil produksi akan
lebih sedikit. Penambahan jarak antara saluran paralel, akan menimbulkan kerugian
pada sistem bedding, karena jarak yang lebar menimbulkan kerugian pada sistem
bedding, karena jarak yang lebar membutuhkan saluran drainase yang lebih besar dan
dalam. Bila lebar bedding 400 m, maka aliran akan dibagi dua agar lebar bedding tidak
lebih dari 200 m. Pada bedding yang lebar, harus dibarengi dengan land grading dan
smoothing. Pada tanah gambut, saluran drainase paralel dengan side slope yang
curam digunakan adalah 1 meter. Pada daerah ini biasa dilengkapi dengan bangunan
pengambilan dan pompa, bangunan pintu air berfungsi untuk mengalirkan air drainase
pada musim hujan.
Pada daerah dataran tertentu ditemukan sistem khusus dari jarak saluran
paralel, 2 saluran diletakkan secara paralel dengan jarak 5-15 meeter. Tanah galian
saluran diletakkan diantara kedua saluran tersebut, dimanfaatkan sebagai jalan yang
diperlukan pada saat pemeliharaan saluran.

3.4 Drainase Mole


Drainase mole biasa disebut dengan lubang tikus berupa saluran bulat yang
konstruksinya tanpa dilindungi sama sekali, pembuatannya tanpa harus menggali
tanah, cukup dengan menarik (dengan traktor) bantukan baja bulat yang disebut mol
yang dipasang pada alat seperti bajak dilapisan tanah subsoil pada kedalaman
dangkal. Pada bagian belakang alat mole biasanya disertakan alat expander yang
gunanya untuk memperbesar dan memperkuat bentuk lubang
Tidak semua daerah terdapat usaha-usaha pertanian atau perkebunan
memerlukan irigasi. Irigasi biasanya diperlukan pada daerah-daerah pertanian dimana
terdapat satu atau kombinasi dari keadaan-keadaan berikut :
a. Curah hujan total tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman
akan air
b. Meskipun hujan cukup, tetapi tidak terdistibusikan secara baik sepanjang
tahun.
c. Terdapat Keperluan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil
pertanian yang dapat di capai melalui irigasi secara layak dilaksanakan baik
ditinjau dari segi teknis, ekonomis maupun social.

4. Fungsi Drainase Perkotaan secara umum


a. Mengeringkan bagian wilayah kota dari genangan air sehingga tidak
menimbulkan dampak negative.
b. Mengalirkan air permukaan ke badan air penerima terdekat secepatnya.
c. Mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat di manfaatkan untuk
persediaan air dan kehidupan akuatik.
d. Meresapkan permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah (konservasi air)
e. Melindung sarana dan prasarana yang sudah terbangun

5. Berdasarkan Fungsi Layanan


5.1 Sistem drainase lokal
Yang termasuk system drainase lokal adalah saluran awal yang melayani
suatu kawan kota tertentu seperti komplek permukiman, areal oasar, perkantoran,
areal industry dan komersial. System ini melayani areal kurang dari 10 ha.
Pengelolaan system drainase lokal menjadi tanggung jawab masyarakat, pengembang
atau instansi lainnya.

5.2 Sistem Drainase Utama


Yang Termasuk dalam system drainase utama adalah saluran drainase primer,
sekunder, terser beserta banguna pelengkapnya yang melayani kepentingan sebagian
besar warga masyarakat. Pengelolaan system drainase utama merupakan tanggung
jawab pemerintah kota.
5.3 Pengendalian Banjir ( Flood Control )
Sungai yang melalui wilayah kota yang berfungsi mengendalikan air sungai,
Sehingga tidak Menggangu dan dapat member bagi kehidupan masyarakat.
Pengelolaan pengendalian menjadi tanggung jawab Direktorat Jendral SDA.

6. Pembangunan Sistem Drainase


6.1 Prinsip-prinsip Utama
 Kapasitas system harus mencukupi, baik untuk melayani pengaliran air ke
badan penerima air, maupun untuk meresapkan air ke dalam tanah. Untuk
mecapai kapasitas yang memadai dilakukan perencanaan berdasarkan prinsip
hidrologi dan hidrolika.
 Pembangunan system drainase perkotaan perlu memperhatikan fungsii
drainase sebagai prasarana kota yang didasarkan pada konsep berwawasan
lingkungan.
Konsep ini antara lain berkaitan dengan usaha konservasi sumber daya air, yang pada
prinsipnya mengendalikan air hujan agar lebih banyak yang diresapkan ke dalam
tanah sehingga mengurangi jumlah limpasan, antara lain dengan membuat bangunan
resapan buatan, kolam retensi dan penataan landscape.
 Sedapat mungkin menggunakan system gravitasi, hanya dalam hal system
gravitasi tidak memungkinkan baru digunakan system pompa.
 Meminimalisasi pembebasan lahan.
 Meminimalkan aliran permukaan dan memaksimalkan resapan.
 Letak system harus memenuhi criteria perkotaan dan memiliki kesempatan
untuk perluasan system. Dalam pelaksanaanya harus memperhatikan segi
hydraulic dan tata letak dalam kaitannya dengan prasarana lainnya ( jalan, dan
utilitas kota )
 Stabilitas system harus terjamin, baik dari segi structural, keawetan dan
kemudahan dalam operasi dan pemeliharaan.
 Pembuatan Kolam retensi dan system polder disusun dengan memperhatikan
factor social ekonomi antara lain perkembangan kokta dan rencana prasarana
dan sarana kota
 Kelayakan pelaksanaan kolam retensi dan system polder harus berdasarkan
tiga factor antara lain : biaya konstruksi, biaya operasi, dan biaya pemeliharaan
6.2 Parameter Penentuan Prioritas Penanganan
 Parameter genangan, meliputi tinggi genangan, luas genangan, dan lamanya
genangan terjadi.
 Parameter frekuensi terjadinya genangan setiap tahunnya.
6.3 Faktor Medan dan lingkungan
 Topografi : Pembangunan drainase pada daerah datar harus memperhatikan
system pengaliran dan ketersediaan air penggelontor
 Kestabilan tanah : pembangunan di daerah lereng pegunungan harus
memperhatikan masalah longsor yang disebabkan oleh kandungan air tanah

6.4 Rencana Induk


Rencana induk system drainase perkotaan adalah perencanaan menyeluruh
system drainase pada suatu wilayah perkotaan, untuk perencanaan 25 tahun.
Lingkupnya adalah system drainase utama saja yang berada dalam suatu daerah
administrasi.
6.5 Studi kelayakan
 Perencanaan system drainase perkotaan satu atau lebih daerah
pengaliran air untuk waktu 5 atau 10tahun.
 Lingkupnya diarahkan pada daerah prioritas yang tealh di tentukan dalam
rencana induk.
 Kajian meliputi kelayakan teknik, kelayakan euangan/social ekonomi.
Kelayaan kelembagan serta kelayakan lingkungan.
6.6 Perencanaan teknik
 Perencanaan teknis dibuat untuk daerah prioritas yang telah mempunyai
studi kelayakan atau rencana kerangka ( outline plane ). Jangka waktu
perencanaan untuk 2 sampai 5 tahun.
 Rencana teknis harus membuat persyaratan teknis dan gambar teknis,
criteria perencanaan dan langkah-langkah konstruksi.
6.7 Salah satu yang di dapat digunakan dalam mendisain saluran drainase adalah :
“METODE RASIONAL”
BAB III
PEMBAHASAN

1. Saluran Terbuka ( Parit )


1.1 Diagram alir
Untuk memudahkan dalam menghitung penampang dan debit saluran terbuka di
buat diagram alir sebagai berikut :

DATA-data yang diperlukan

1. Data hidrolis Saluran di dapat dari


lapangan
2. Gambar penampang saluran dan
bentuknya

Data curah hujan

Bentuk Penampang saluran

Perhitungan Debit saluran air dan


kekasaran manning
2. Data Curah Hujan

Data Curah Hujan Stasiun Sampali Medan

Tahun Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
2003 58 118 46 65 49 91 47 87 65 63 71 82 842
2004 24 21 57 59 48 46 68 236 102 119 92 96 968
2005 190 30 60 50 75 54 42 41 53 68 58 61 782
2006 57 36 52 44 40 32 43 62 60 79 72 85 662
2007 63 40 57 48 44 35 59 47 44 55 59 63 614
2008 65 39 42 66 51 46 33 69 72 63 68 71 685
2009 85 81 61 63 79 18 67 62 51 71 82 63 783
2010 38 28 85 28 52 35 52 57 36 54 67 61 593
2011 62 19 97 56 43 17 49 49 41 59 71 80 643
2012 53 29 70 54 56 27 56 46 56 61 69 75 652

Pengolahan Data Curah Hujan

Tahun Curah Hujan (mm) (Xi-X)^2


2003 842 14304.16
2004 968 60319.36
2005 782 3552.16
2006 662 3648.16
2007 614 11750.56
2008 685 1398.76
2009 783 3672.36
2010 593 16744.36
2011 643 6304.36
2012 652 4956.16
Jumlah 7224 126650.4
Rata-rata 722.4
Standar Deviasi 118.63
3. Perhitungan Penampang Saluran
1,35 m

b =0,859m

0,65m

h = 0,07m

M = √0,07² + 0,0295²
M = 0,076
0,0295m B= 0,8m 0,0295m

Panjang Saluran 100m

4. Perhitungan Debit saluran dan Kekasaran Manning

Mencari Debit (Q) saluran ?

Q = V. A

𝐵+𝑏
A= 𝑥ℎ
2

0,8+0,859
A= 𝑥 0,07𝑚
2

A = 0,058m²
𝐴
R= P=m+B+m
𝑃
= ( 0,076 + 0,8 + 0,076 ) m

P = 0,952 m

𝐴 0,058 𝑚²
R= = = 0,06m
𝑃 0,952 𝑚
Rumus Manning :

V = Kst . (R)⅔ (S)½

Kemiringan Saluran (s)

7cm 2cm

0,07𝑚−0,02𝑚
S= = 0,0005
100𝑚

Nilai koefisien kekasaran manning ( kst )

Kst = 63 (Parit Berlapis beton, lurus dan seragam, dasarnya agak berlubang di isi dan
dasarnya ada endapan)

V = Kst . (R)⅔ . (S)½

= 63 . (0,06)⅔ . (0,0005)½

V = 0,216 m/s

Maka,

Q = V.A

= 0,216m/s . 0,058m²

Q = 0,0125 m³/s
Sebelum memulai perhitungan R24 harus diketahui terlebih dahulu nilai Yt, Yn, Sn. Sedangkan nilai
standart deviasi (Sx) sudah didapat.

Untuk data 10 tahun :

Yn = 0,4952

Sn = 0,9496

Yt (10 tahun) = 2,2251

X(Rata-Rata) = 722,4

Sx = 118,63

Rumus Distribusi Gumbel :


Sx
R24 = X + Sn (Yt - Yn )

118,63
= 722,4 + 0,9496 (2,2251 – 0,4952 )

= 938,5 𝑚𝑚⁄𝑗𝑎𝑚

Intensitas Hujan rencana periode ulang 10 tahun dengan R24 = 938,5 𝑚𝑚⁄𝑗𝑎𝑚

Untuk 45 menit (0,75 jam) kita anggap 1 hari itu hujan 45 menit

Rumus mononobe :
2
R24 24 ⁄3
I= 24
x 𝑡

2
938,5 24 ⁄3
= 24
x 0,75

= 394,14 𝑚𝑚⁄𝑗𝑎𝑚

A = luas daerah tangkapan hujan (km2)

Panjang jalan yang disurvei = 0,8 km

Lebar jalan + lebar drainase = 12 m = 0,012 km

A = 0,8 km x 0,012 km = 9,6 x 10-3 km2

C = koefisien limpasan untuk badan jalan (c) = 0,9


Maka debit rencana (Q) :

Q=f.c.I.A

= 0,278 x 0,9 x 394,14 𝑚𝑚⁄𝑗𝑎𝑚 x 9,6 x 10-3 km2

= 0,9467 m3 / detik
BAB IV

PENUTUP
1. Kesimpulan

Seiring dengan pesatnya pertumbuhan perkotaan dan permasalahan banjir yang makin
meningkat pula maka pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyelutruh
dimulai dari tahap perencanaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan yang ditunjang
peningkatan kelembagaan dan partisipasi masyarakat. perkotaan

Pembangunan Sistem Drainase Perkotaan harus memperhatikan fungsi drainase


perkotaan sebagai prasarana kota yang didasarkan pada konsep berwawasan lingkungan.
Konsep ini berkaitan dengan upaya konservasi sumber daya air yang pada prinsipnya adalah
pengendalian air hujan.
Dengan memaksimalkan peresapan ke dalam tanah dan meminimalkan aliran
permukaan (limpasan).
Debit saluran yang telah kami survey : Q = 0,0125 m³/s , dan setelah di hitung debit
rencana dengan menggunakan data curah hujan 10thn terakhir : Q = 0,9467 m3 / detik .
Dapat disimpulkan bahwa saluran drainase dapat menampung debit air yang mengaliri daerah
jalan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai