Anda di halaman 1dari 26

SPESIFIKASI TEKNIK

Pekerjaan : Peningkatan Groundsill Sungai Cijolang di Hilir Bendung Bantarheulang


Satuan Kerja : Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy
SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air
Tahun Anggaran : 2021

I. PENDAHULUAN.
1.1. Latar Belakang

Sub DAS Sungai Cijolang merupakan salah satu Sub DAS di Wilayah Sungai Citanduy
dengan tingkat erosi cukup tinggi. Masalah yang dihadapi adalah meluasnya degradasi
lahan dan hutan pada sub DAS Sungai Cijolang yang menyebabkan tingkat erosi dan
sedimentasi bertambah. Sedimentasi yang terangkut ke daerah hilir menyebabkan
pendangkalan alur sungai Cijolang mengakibatkan kapasitas sungai menurun, sehingga
menimbulkan banjir di dataran rendah.
Upaya untuk mengurangi laju sedimentasi pada Sub DAS Sungai Cijolang maka perlu
diambil langkah-langkah konservasi secara sipil teknis salah satunya adalah dengan
membangun Groundsill secara seri dan berkelanjutan.

1.2. Maksud dan Tujuan


Peningkatan Groundsill Sungai Cijolang di Hilir Bendung Bantarheulang kabupaten
Cilacap Jawa Tengah.
berupa Pasang Beton Siklop, beton K-225 dan pasangan batu.
Tujuan pekerjaan ini adalah untuk Mengurangi terjadinya degradasi dasar sungai
sehingga kemiringan menjadi kecil, berakibat laju erosinya terkurangi,berarti
mengurangi suplay sedimen,Membuat setabilnya kemiringan sungai,Mengurangi
keterjalan lereng-lereng sungai sehingga tidak terjadi tebing longsor, Menahan Matrial
batu-batu yang tidak setabil akibat bencana alam / longsoran pegunungan.

1.3. Lokasi Pekerjaan


Pekerjaan ini terletak di wilayah Kecamatan Dayeuh Luhur Kabupaten Cilacap Jawa
Tengah.

1.4. Lingkup Pekerjaan


Secara umum lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi antara lain :
I. Pekerjaan persiapan
II. Pelaksanaan K3
III. Pekerjaan Kontruksi
1. Galian Tanah Mekanik
2. Urugan tanah kembali dan Pemadatan.
3. Pasangan Batu Mortar tipe N (1 PC:4 PP)
4. Plesteran 1.PC : 3.Ps
5. Siaran 1.PC : 2.Ps
6. Pasangan Pipa Suling-suling
7. Pekerjaan Beton Mutu f'c = 19,3 Mpa (K-225)
8. Pembesian dengan besi polos
9. Pemasang Bekisting
10. Beton Siklop
11. Pasangan batu Rip rap Ø > 0,30 m

1
1.5. Standar Mutu
Semua mutu bahan, Mutu pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari
Standar Nasional Indonesia ( SNI ). Bila ada pasal-pasal tidak ada Standar Nasional
Indonesia ( SNI ). Maka dipakai Standar sesuai dengan Spesifikasi Teknik.
1.6. Jangka Waktu
Jangka waktu untuk melaksanakan paket pekerjaan ini adalah adalah 240 hari
kalender sejak SPMK keluar.

1.7. Identifikasi bahaya dan penetapan Resiko


Penentuan Risiko Keselamatan konstruksi berdasarkan Permen Nomor 21/PRT/M/2019
tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi bahwa Peningkatan
Groundsill Sungai Cijolang di Hilir Bendung Bantarheulang termasuk kategori Risiko
Sedang. Penetapan Resiko adalah dalam tahap pekerjaan Beton Siklop.

1.8. Organisasi Pelaksanaan Proyek

1.9. Produk Dalam Negeri


Penyedia Jasa wajib memaksimalkan dalan penggunaan produk dalam negeri dalam
penyelesaiaan pekerjaan.

1.10. Tenaga Kerja


Penyedia Jasa wajib memastikan bahwa menjamin setiap proses/kegiatan pekerjaan
hanya boleh dilakukan oleh tenaga kerja atau operator yang telah terlatih dan telah
mempunyai kompetensi untuk melaksanakan jenis pekerjaan/tugasnya, termasuk
kompetensi melaksanakan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja yang sesuai
pada jenis pekerjaan/tugasnya

II. METODE PELAKSANAAN

2.1 a. Metode Pelaksanaan

1. Penyedia Jasa diwajibkan membuat dan menyampaikan metode pelaksanaan


yang rinci untuk setiap jenis pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan.

2. Walaupun metode pelaksanaan telah mendapat persetujuan dari Direksi


Pekerjaan, Penyedia Jasa bertanggung jawab penuh terhadap metode
pelaksanaan yang diusulkan. Bila akibat pelaksanaan metode tersebut timbul
kerugian, maka hal tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia
Jasa.

b. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

2
1. Penyedia Jasa harus menyiapkan jadwal pelaksanaan pekerjaan dalam bentuk
kurva-S (S-Curve) secara detail yang memperlihatkan urutan kegiatan dan
diserahkan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuan. Jadwal
pelaksaan pekerjaan yang menguraikan berbagai aktifitas pekerjaan dibuat agar
kemajuan pekerjaan dapat dievaluasi ketepatannya sesuai waktu yang
direncanakan.

2. Penyedia Jasa harus membuat diagram jaringan (Networking Planning) yang


memberikan informasi mengenai permulaan tanggal awal atau akhir dari masing
– masing aktivitas agar dimungkinkan diperoleh jadwal jalur kritis (Critical Path).
Juga dibuat sub jadwal untuk menunjukan apabila pelaksanaan dilapangan telah
menyimpang dari jadwal yang telah diserahkan, maka pelaksana pekerjaan
harus memperbaharui jadwal pelaksanaan pekerjaan tersebut untuk
menggambarkan seteliti mungkin kemajuan pekerjaan secara aktual, updating
ini terus dilakukan sampai pekerjaan selesai.

c. Kebutuhan Tenaga Inti.

Personil Inti Minimum yang wajib disediakan/diadakan oleh Penyedia Jasa :


• Personil Manajerial
1. Manager Proyek
a. Tingkat Pendidikan/Ijazah
Minilal Sarjana (S1) Jurusan Teknik Sipil
b. Pengalaman Kerja Profesional
Minimal 4 tahun, pernah mengerjakan 5 paket pekerjaan pelaksanaan
Pembangunan / Perbaikan / Normalisasi Sungai / Tanggul Sungai /
Tanggul Pengendalian Banjir yang dibuktikan dengan dokumen kontrak.
c. Sertifikat Kompetensi Kerja
Ahli Sumber Daya Air - Madya / Ahli Manajemen Proyek - Madya

2. Manager Teknik
a. Tingkat Pendidikan/Ijazah
Minimal Sarjana (S1) Jurusan Teknik Sipil
b. Pengalaman Kerja Profesional
minimal 3 tahun, pernah mengerjakan 4 paket pekerjaan pelaksanaan
Pembangunan / Perbaikan / Normalisasi Sungai / Tanggul Sungai /
Tanggul Pengendalian Banjir yang dibuktikan dengan dokumen kontrak.
c. Sertifikat Kompetensi Kerja
Ahli Sumber Daya Air - Muda

3. Ahli K3 Konstruksi
a. Tingkat Pendidikan/Ijazah
Minimal Sarjana (S1) Jurusan Teknik Sipil
b. Pengalaman Kerja Profesional
minimal 3 tahun, pernah mengerjakan 3 paket pekerjaan pelaksanaan
Pembangunan / Perbaikan / Normalisasi Sungai / Tanggul Sungai /
Tanggul Pengendalian Banjir yang dibuktikan dengan dokumen kontrak.
c. Sertifikat Kompetensi Kerja
Ahli K3 Konstruksi Muda atau dipersyaratkan Harus memiliki Sertifikat
yang diterbitkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

4. Manager Keuangan
a. Tingkat Pendidikan/Ijazah
Minimal Sarjana (S1) Ekonomi Jurusan Akutansi
3
b. Pengalaman
Minimal 3 tahun pada bidang keuangan / administrasi
c. Profesi / Keahlian

• Personil Non-Manajerial

1. Pelaksana Pekerjaan Sipil


a. Tingkat Pendidikan/Ijazah
Minimal Sarjana (S1) Jurusan Teknik Sipil
b. Pengalaman Kerja Profesional
minimal 2 tahun, pernah mengerjakan 3 paket pekerjaan pelaksanaan
Pembangunan / Perbaikan / Normalisasi Sungai / Tanggul Sungai /
Tanggul Pengendalian Banjir yang dibuktikan dengan dokumen kontrak.
c. Sertifikat Kompetensi Kerja
Ahli Sumber Daya Air - Muda

2. Pelaksana Pengukuran
a. Tingkat Pendidikan/Ijazah
Minimal Sarjana (S1) Jurusan Teknik Geodesi
b. Pengalaman Kerja Profesional
minimal 2 tahun, pernah mengerjakan 3 paket pekerjaan pelaksanaan
Pembangunan / Perbaikan / Normalisasi Sungai / Tanggul Sungai /
Tanggul Pengendalian Banjir yang dibuktikan dengan dokumen kontrak.
c. Sertifikat Kompetensi Kerja
Ahli Geodesi – Madya

3. Juru Gambar
a. Tingkat Pendidikan/Ijazah
Minimal SMK Bangunan
b. Pengalaman Kerja Profesional
minimal 4 tahun, pernah mengerjakan 5 paket pekerjaan pelaksanaan
Pembangunan / Perbaikan / Normalisasi Sungai / Tanggul Sungai /
Tanggul Pengendalian Banjir yang dibuktikan dengan dokumen kontrak.
c. Sertifikat Kompetensi Kerja
SKT Juru Gambar Draftman-Sipil

III. PEKERJAAN PERSIAPAN.


3.1. Pembuatan direksi keet, los kerja dan gudang

- Penyedia Jasa diwajibkan Sewa / Pengadaan Kantor Direksi keet (min. 30m2) berikut
perlengkapannya antara lain meja tulis, kursi, papan tempel untuk menempatkan
gambar-gambar dan grafik-grafik pelaksanaan pekerjaan serta data-data lainnya,
juga buku Direksi, buku tamu dan buku monitoring cuaca, material dan tenaga kerja.

- Penyedia Jasa diwajibkan Sewa/Pengadaan Mes/Barak kerja, Gudang serta fasilitas


penunjang lainya yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan.

- Semua biaya penyediaan kantor lapangan / barak kerja menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.

3.2. Pengadaan & Pemasangan Papan Nama Proyek

4
- Penyedia Jasa diwajibkan memasang Papan Nama Proyek / Pengadaan Papan nama
proyek dalam pelaksanaan pekerjaan.
- Semua biaya pemasangan papan nama proyek / pengadaan papan nama proyek
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

3.3. Mobilisasi / Demobilisasi Peralatan.

1. Penyedia Jasa diwajibkan mengadakan mobilisasi peralatan yang akan dipakai


dalam pelaksanaan pekerjaan.

2. Biaya mobilisasi / demobilisasi peralatan adalah biaya yang dibutuhkan untuk


mendatangkan maupun mengembalikan alat-alat ke / dari lokasi pekerjaan.

3. Pemindahan keluar segala peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan


ini dari lokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Direksi.

4. Pembayaran pekerjaan mobilisasi dilakukan atas dasar harga lumpsum untuk setiap
alat dan akan dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu :
a. 50% (limapuluh persen) pada akhir mobilisasi, dan
b. 50% (limapuluh persen) pada saat pekerjaan yang termasuk dalam item yang
lain mencapai progres 100% (seratus persen).

5. Pekerjaan mobilisasi diperhitungkan untuk dapat dibayarkan 50% (limapuluh


persen) apabila peralatan konstruksi yang sesuai dengan proposal teknik atau yang
disetujui untuk diganti telah berada dilapangan dan dalam kondisi dapat
dioperasikan.

6. Pekerjaan mobilisasi diperhitungkan untuk dapat dibayarkan 100% (seratus


persen) apabila pekerjaan telah selesai seluruhnya, semua fasilitas, instalasi dan
peralatan yang menjadi bagian yang bukan permanen dari bangunan telah
dipindahkan, dan lapangan disekitar pekerjaan telah dibersihkan dari kotoran,
material-material yang tidak dipergunakan dan alat-alat bantu sementara.

7. Peralatan minimum yang wajib disediakan/didatangkan oleh penyedia jasa :

- Exavator (> 140 Hp) :2 Unit


- Stamper (> 5 Hp) :1 Unit
- Concrete mixer kapasitas 0,3 m3 : 2 Unit
- Pompa air diesel 10 KW (96 m3/jam): 2 set
- Alat Ukur (Theodholite) :1 set
- Alat Ukur (WP) :1 set

3.4. Pengukuran, Mutual Check dan Uitzet.

1. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan fisik, terlebih dahulu Penyedia Jasa harus
melaksanakan pemeriksaan bersama (Mutual Check 0 %). Dilaksanakan bersama
antara Penyedia Jasa, Direksi pekerjaan, dan Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak.
Maksud Mutual Check ini adalah peninjauan dan penyempurnaan gambar rencana
serta volume pekerjaan sesuai kondisi lapangan. Hasil pemeriksaan bersama
dituangkan dalam Berita Acara Mutual Check 0 %, sedangkan hasil
penyempurnaan gambar rencana dipakai sebagai gambar pelaksanaan yang
5
dipersiapkan oleh Penyedia Jasa, diketahui Direksi pekerjaan serta mendapat
persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen.

2. Sebagai titik referensi pengukuran, menggunakan titik referensi seperti tercantum


pada gambar rencana. Lokasi yang tepat akan ditunjukkan kemudian oleh Direksi
Pekerjaan.

3. Penyedia Jasa harus membuat patok-patok sementara dari kayu usuk atau bambu
sebagai titik uitzet, dipasang pada setiap jarak maksimum 25 m dan minimum 10
m pada lokasi bangunan, dengan dicat warna merah serta diberi nomor patok.
Patok-patok ini dipasang sedemikian rupa sehingga tidak mudah goyang atau
hilang.

4. Penyedia Jasa harus membuat profil-profil sesuai dengan ukuran penampang


melintang dan memanjang seperti dalam gambar pelaksanaan yang telah disetujui
oleh Direksi pekerjaan. Profil-profil dipasang sesuai dengan jarak patok dan diberi
elevasi puncak rencana, sambungan-sambungan dipaku kuat-kuat dan dipancang
ke dalam tanah.

5. Penyedia Jasa harus menjaga titik uitzet dan profil-profil tersebut sampai pekerjaan
selesai, dimana titik uitzet dan profil-profil ini sebagai titik bantu didalam
pelaksanaan pekerjaan baik oleh Direksi pekerjaan maupun oleh Tim Pemeriksa
Serah Terima Pekerjaan. Apabila patok titik uitzet atau profil-profil tersebut hilang
atau rusak, maka Penyedia Jasa harus segera mengganti patok atau profil baru
dengan persetujuan Direksi pekerjaan atas biaya Penyedia Jasa.

6. Setelah pelaksanaan pekerjaan fisik selesai, maka Penyedia Jasa harus


melaksanakan pemeriksaan bersama (Mutual Check 100%). Dilaksanakan bersama
antara Penyedia Jasa, Direksi pekerjaan dan Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak.
Pemeriksaan bersama ini untuk mendapatkan pekerjaan yang sebenarnya
dilaksanakan atau Gambar Purnabangun (As-built Drawing) untuk digunakan
sebagai dasar perhitungan volume pekerjaan yang dilaksanakan, dengan ketentuan
bahwa perhitungan volume berdasarkan garis rencana yang telah ditetapkan :
▪ Bilamana dalam pelaksanaan terjadi kurang dari rencana yang telah ditetapkan,
maka Penyedia Jasa wajib menyelesaikan sampai garis rencana.
▪ Bilamana didalam pelaksanaan terjadi melebihi garis rencana yang telah
ditetapkan, maka volume dihitung berdasarkan garis rencana.

3.5. Gambar Kerja & Purnabangun

7. Penyedia Jasa harus menyediakan dan menyerahkan gambar-gambar hasil


pengukuran MC 0% (Gambar Pelaksanaan) dan hasil pengukuran MC 100%
(Gambar Purnabangun) masing-masing dibuat rangkap 4 (empat) cetakan ukuran
A1 dan 1 (satu) set gambar kalkir ukuran A1 berat 80 gram. Gambar pelaksanaan
harus sudah diserahkan kepada Pengguna jasa selambat-lambatnya 14 hari setelah
dilaksanakannya Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak (pre construction meeting).
Gambar purna bangun diserahkan kepada Pengguna Jasa selambat – lambatnya 14
hari sebelum penyerahan akhir pekerjaan/ penyerahan II (FHO).

IV. KELAMATA DAN KESEHATAN KERJA ( K3 )

Penyedia Jasa harus menyediakan K3 sebagai berikut :

6
a. Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja
b. Menjamin agar setiap peralatan kerja dapat dipakai secara aman dan efisien
c. Menjamin proses kerja berjalan aman dan lancar
d. Pasilitas penunjang K3 menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

V. PEKERJAAN KONSTRUKSI
5.1. Galian Tanah mekanik
a. Lingkup Pekerjaan

Yang dimaksud pekerjaan galian tanah mekanik dalam spesifikasi ini adalah
pekerjaan galian tanah dengan kondisi lapangan kategori sedang menggunakan
Excavator Standar meliputi pekerjaan persiapan, penyediaan peralatan, pengerjaan
dan perapihan hasil galian sesuai petunjuk Direksi Teknis.

b. Galian dan Bahan Galian

- Semua pekerjaan galian harus dikerjakan menurut profil – profil dan ukuran
seperti yang tercantum dalam gambar rencana

- Bila suatu galian sudah diselesaikan dan dirapihkan, Direksi harus diberi tahu
sehingga ia akan melakukan pemeriksaan dengan resmi. Tidak ada galian yang
sudah diisi atau ditutup dengan pasangan sebelum diperiksa oleh Direksi.

- Bila terjadi kelebihan galian (melapaui batas) karena suatu alasan tertentu,
kecuali jika hasilnya disetujui oleh Direksi maka Penyedia Jasa bertanggung
jawab atas biaya dan harus memperbaiki dengan baik sampai batas dan
ketinggian galian yang dibutuhkan sesuai dengan permukaan pasangan yang
diharapkan untuk digunakan sebagai bentuk galian yang benar.

- Apabila ditentukan oleh Direksi, bahwa pasir hasil galian memenuhi syarat untuk
digunakan sebagai bahan penimbunan pada bekas galian, maka pasir
penimbunan tersebut harus diletakan ditempat-tempat penimbunan sementara
sesuai petunjuk Direksi.

- Semua material yang tidak memenuhi syarat dan kelebihan material-material


yang berasal dari daerah penggalian, harus ditimbun ditempat-tempat yang
telah ditunjuk oleh Direksi.

c. Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran dan pembayaran pekerjaan galian terdiri dari galian tanah mekanik,
dilakukan atas volume galian tanah yang dilaksanakan dan disetujui oleh Direksi
dengan harga satuan pekerjaan per meter kubik (m3) seperti yang tercantum
dalam Daftar Kuantitas dan Harga serta harus dianggap termasuk kompensasi
untuk penyediaan seluruh tenaga kerja, material-material, peralatan, alat bantu
dan lain sebagainya.

5.2. Urugan tanah kembali dan Pemadatan


a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan urugan tanah kembali yang dimaksud dalam pekerjaan ini adalah

7
pekerjaan timbunan kembali dengan material setempat yang dipadatkan dengan
alat pemadat hingga mencapai kepadatan di sekitar bangunan sesuai dengan
gambar rencana atau gambar pelaksanaan yang telah disepakati dan petunjuk dari
Direksi.

b. Pemadatan Tanah
Pekerjaan pemadatan tanah yang dimaksud dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan
pemadatan pada timbunan kembali dengan material setempat yang dipadatkan
dengan alat pemadat hingga mencapai kepadatan di sekitar bangunan sesuai
dengan gambar rencana dan petunjuk dari Direksi.
- Apabila dalam material tanah timbunan terdapat gumpalan-gumpalan atau
bongkahan-bongkahan tanah, maka terlebih dahulu harus dipecah dengan
cakram atau penggaruk.
- Tanah timbunan harus ditimbunkan ke lokasi sesuai rencana pada pada gambar
pelaksanaan, lapis demi lapis dengan tebal maksimum 15 cm dan dipadatkan
dengan Alat pemadat minimum sebanyak 5 (lima) lintasan sehingga dicapai
kepadatan sesuai rencana.

c. Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran dan pembayaran pekerjaan urugan tanah kembali dan pemadatan,


dilakukan atas volume timbunan kembali yang telah dipadatkan dan disetujui oleh
Direksi dengan harga satuan pekerjaan per meter kubik (m3) seperti yang
tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga serta harus dianggap termasuk biaya
untuk penyediaan seluruh tenaga kerja, material-material, peralatan, alat bantu
dan lain sebagainya.

5.3. Pasangan Batu Mortar tipe N (1 PC:4 PP)

a. Lingkup Pekerjaan
Yang dimaksud pekerjaan pasangan batu Mortar tipe N (1 PC:4 PP) dalam
Spesifikasi ini adalah semua pekerjaan penyediaan, pengangkutan bahan dan
pemasangan pasangan batu.

b. Bahan dan Material


1. Batu yang dipergunakan adalah batu belah warna abu – abu kehitaman yang
keras padat dan kekar ukuran antara 15 – 20 cm dan atau dengan berat antara
7 – 15 kg yang diambil atau didatangkan dari tempat – tempat yang telah
disetujui.
2. Pasir yang dipergunakan untuk pembuatan adukan harus pasir yang baik,
tajam, keras, tidak mengandung kerikil yang keropos dan tanah liat. Pasir yang
akan dipergunakan dan tempat pengambilannya terlebih dahulu harus
mendapat persetujuan Direksi.
3. Air yang akan dipergunakan untuk mengaduk campuran harus air bersih yang
bebas dari lumpur, bahan organik, asam , kandungan garam dan kotoran –
kotoran lain.

c. Pemasangan pasangan batu

1. Pembuatan pasangan batu dalam spesifikasi ini adalah, perbandingan


8
campuran spesi yang dipakai 1:4 yaitu 1 bagian semen Portland (PC) dan 4
bagian pasir serta air secukupnya, sehingga dapat menghasilkan campuran
yang padat dan siap untuk dipergunakan.
Setiap 1 m3 pasangan batu mengandung sekurang-kurangnya : 163 kg PC
(1 zak = 50 kg) dan 0,52 m3 pasir.
2. Cara mencampur mortar dan alat yang digunakan terlebih dahulu harus
dimintakan persetujuan Direksi, jumlah masing-masing bagian semen dan pasir
harus sesuai dengan yang ditetapkan.
Mencampur dengan menggunakan concreete mixer/molen, pada waktu
penyampuran tidak boleh kurang dari 2 (dua) menit setelah air dimasukkan.
Mortar yang telah berumur lebih dari 30 (tiga puluh) menit tidak boleh dipakai
dan harus dibuang.
3. Pasangan batu harus dibuat seperti yang ditetapkan pada gambar rencana
atau seperti yang ditunjukkan oleh Direksi.
4. Pasangan batu pada permukaan yang kelihatan harus diusahakan dibuat rata
dan bersih dari ceceran adukan, harus menyatukan batu belah yang dipasang
dengan paling sedikit satu batu pengikat untuk tiap-tiap meter persegi.
Pekerjaan ini harus naik secara bersama-sama dengan pasangan bagian dalam
agar supaya batu pengikat dapat dipasang dengan sebaik-baiknya. Tinggi
pasangan batu maksimum 1.50 m perhari untuk menghindari keruntuhan.
5. Batu-batu harus dipilih dan diletakkan dengan hati-hati sehingga tebalnya
adukan tidak kurang dari rata-rata 10 mm.
6. Dalam membangun pekerjaan pasangan batu pada cuaca yang tidak
menguntungkan dan dalam melindungi serta merawat pekerjaan yang telah
selesai. Penyedia Jasa harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang sama
seperti yang ditentukan untuk beton.

e. Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran dan pembayaran pekerjaan pasangan batu dilakukan atas volume


pasangan batu hanya menurut garis-garis seperti yang ditunjukkan dalam gambar
pelaksanaan atau ditentukan oleh Direksi secara tertulis meliputi pekerjaan
penyediaan dan pengangkutan bahan, pemasangan batu kali, dengan harga satuan
pekerjaan per meter kubik (m3) seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas
dan Harga.

5.4. Plesteran 1.PC : 3.Ps

a. Lingkup Pekerjaan.
1. Yang dimaksud Pekerjaan Plesteran meliputi pekerjaan persiapan, penyediaan
dan pengangkutan bahan, pencampuran adukan mortar dan pengerjaannya,
pemasangan Plesteran serta perawatan.
2. Pekerjaan Plesteran harus dibuat seperti yang ditetapkan pada gambar rencana
atau gambar pelaksanaan yang telah disepakati.

b. Bahan dan Material

1. Pasir yang dipergunakan untuk pembuatan adukan harus pasir yang baik, tajam,
keras, tidak mengandung kerikil yang keropos dan tanah liat. Pasir yang akan
dipergunakan dan tempat pengambilannya terlebih dahulu harus mendapat
9
persetujuan Direksi.
2. Air yang akan dipergunakan untuk mengaduk campuran semen pasir, harus air
bersih yang bebas dari lumpur, bahan organik, asam, kandungan garam dan
kotoran-kotoran lain. Air yang akan dipergunakan dan tempat pengam-bilannya
terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Direksi.

c. Pekerjaan Plesteran

1. Dalam Spesifikasi ini untuk pembuatan Plesteran meliputi, perbandingan


campuran yang dipakai adalah 1:3 yaitu 1 bagian semen Portland (PC) dan 3
bagian pasir serta air secukupnya, sehingga dapat menghasilkan campuran yang
padat dan siap untuk dipergunakan.
Untuk setiap 1 m2 Plesteran harus mengandung sekurang-kurangnya : 4.45
kg PC dan 0,018 m3 pasir.
2. Cara mencampur mortar dan alat yang akan digunakan terlebih dahulu harus
dimintakan persetujuan Direksi, jumlah masing-masing bagian semen dan pasir
harus sesuai dengan yang ditetapkan.
3. Pekerjaan Plesteran dilakukan satu lapis sampai jumlah ketebalan 1,5 cm. dan
kemudian dihaluskan dengan air semen.
4. Sebelum diplester semua permukaan harus dibersihkan dulu dari segala macam
kotoran.

d. Pengukuran dan Pembayaran.

Pengukuran dan pembayaran pekerjaan plesteran dilakukan atas volume yang


terpasang dan disetujui Direksi, dengan harga satuan pekerjaan per m2 seperti
yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

5.5. Siaran 1.PC : 2.Ps

a. Lingkup Pekerjaan.
1. Yang dimaksud Pekerjaan Siaran meliputi pekerjaan persiapan, penyediaan
dan pengangkutan bahan, pencampuran adukan mortar dan pengerjaannya,
pemasangan Siaran serta perawatan.
2. Pekerjaan Siaran harus dibuat seperti yang ditetapkan pada gambar rencana
atau gambar pelaksanaan yang telah disepakati.

b. Bahan dan Material


1. Pasir yang dipergunakan untuk pembuatan adukan harus pasir yang baik,
tajam, keras, tidak mengandung kerikil yang keropos dan tanah liat. Pasir
yang akan dipergunakan dan tempat pengambilannya terlebih dahulu harus
mendapat persetujuan Direksi.
2. Air yang akan dipergunakan untuk mengaduk campuran semen pasir, harus
air bersih yang bebas dari lumpur, bahan organik, asam, kandungan garam
dan kotoran-kotoran lain. Air yang akan dipergunakan dan tempat pengam-
bilannya terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Direksi.

c. Pekerjaan Siaran

10
1. Dalam Spesifikasi ini untuk pembuatan siaran, perbandingan campuran yang
dipakai adalah 1:2 yaitu 1 bagian semen Portland (PC) dan 2 bagian pasir
serta air secukupnya, sehingga dapat menghasilkan campuran yang padat
dan siap untuk dipergunakan.
Untuk setiap 1 m2 Siaran harus mengandung sekurang-kurangnya :
6.340 kg PC (1 zak = 50 kg) dan 0,012 m3 pasir.
Khusus untuk pekerjaan siaran dapat dibagi atas :
a. Siaran Tenggelam (masuk ke dalam + 1,5 cm).
b. Siaran Rata (rata dengan muka batu).
2. Cara mencampur mortar dan alat yang akan digunakan terlebih dahulu harus
dimintakan persetujuan Direksi, jumlah masing-masing bagian semen dan
pasir harus sesuai dengan yang ditetapkan.
3. Semua bidang sambungan diantara batu muka harus dikorek sebelum ditutup
dengan adukan, permukaan harus dibersihkan dengan memakai kawat dan
dibasahi.
4. Sebelum disiar semua permukaan harus dibersihkan dulu dari segala macam
kotoran.
5. Lebar siaran antara 1- 3 cm.
d. Pengukuran dan Pembayaran.
Pengukuran dan pembayaran pekerjaan siaran dilakukan atas volume yang
terpasang dan disetujui Direksi, dengan harga satuan pekerjaan per m2 seperti
yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

5.6. Pasangan Pipa Suling-suling


a. Lingkup Pekerjaan.
Yang dimaksud Pekerjaan wheep hole yaitu meliputi pekerjaan pemasangan Pipa
PVC dia. 2", Ijuk, Batu Pecah 2/3 dan Pasir sesuai dengan petunjuk Direksi.

Persyaratan dan ketentuan ini selanjutnya harus diterapkan pada semua pekerjaan
wheep hole, kecuali bila dirubah secara khusus oleh Direksi pada bagian-bagian
pekerjaan tertentu.

b. Pengukuran dan Pembayaran.


Pengukuran dan pembayaran pekerjaan wheep hole dilakukan atas volume wheep
hole hanya menurut garis-garis seperti yang ditunjukkan dalam gambar atau
ditentukan oleh Direksi secara tertulis, dengan harga satuan pekerjaan per meter
(m’) seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

5.7. Beton Mutu f'c = 19,3 Mpa (K-225)


a. Lingkup Pekerjaan
1. Yang dimaksud dengan pekerjaan beton yaitu meliputi pekerjaan persiapan,
penyediaan peralatan yang diperlukan, penyediaan pengangkutan bahan dan
pengerjaannya, pembuatan dan pemasangan beton, penyampuran adukan dan
perawatan.
2. Pekerjaan beton harus dibuat seperti yang diterapkan pada gambar rencana
atau gambar pelaksanaan yang telah disepakati.
3. Beton mutu, f’c = 19,3 MPa (K-225) adalah Beton mutu yang memenuhi syarat
mutu f’c = 19,3 MPa (K225), slump (12±2) cm, w/c =0,58.
11
b. Bahan dan Material
1. Semua bahan bangunan dan peralatan untuk pembuatan beton harus
disediakan oleh Penyedia Jasa.
2. Semen Portland yang dipakai adalah Portland Cement yang harus memenuhi
syarat SNI 2049-90-A dengan type I. Penyedia jasa harus menyediakan sarana
penyimpanan semen dengan baik.
3. Semen harus disimpan ditempat yang terlindung dari cuaca luar, kelembaban
dan air, penyimpanan semen harus mengikuti ketentuan – ketentuan material
dalam PBI-1971.
4. Semen harus disimpan dengan teratur dan rapi sesuai dengan urutan
kedatangannya dan pemakaiannya harus diusahakan sesuai dengan urutan
kedatangannya sehingga tidak ada semen yang disimpan terlalu lama.
5. Umur semen yang akan digunakan tidak boleh lebih dari 2 bulan.
6. Semen yang telah menggumpal tidak boleh digunakan.
7. Pasir yang digunakan untuk pasangan beton adalah pasir alam, tajam, keras
harus bersih tidak mengandung kerikil yang keropos dan tanah liat, bebas
bahan – bahan organik dan lain – lain yang merusak beton.
Modulis kehalusan pasir antara 2 sampai 3, memenuhi syarat PBI 1971.
8. Batu pecah yang dipergunakan harus batu pecah yang baik, tajam, kersa tidak
mengandung batu pecah yang keropos dan tanah liat, bersih dari debu serta
memenuhi persyaratan gradasi dari ukuran normal yang dipersyaratkan kelas
beton yang dipersyaratkan dalam PBI 1971, tempat pengambilannya terlebih
dahulu harus mendapat persetujuan Direksi.
9. Air yang digunakan harus air bersih tidak mengandung minyak, asam, alkali,
garam dan bahan – bahan organik atau bahan – bahan lain yang dapat
menurunkan mutu pekerjaan.

c. Pengadukan Beton ready Mixed


1. Digunakan beton ready mixed atau sekurang-kurangnya memakai truk mixer/
mini mix/ carmix. Untuk setiap campuran beton harus mengandung PC tipe I,
pasir kategori baik dan split untuk memenuhi syarat mutu yang disyaratkan.
2. Pengadukan kembali beton-beton yang sudah mulai mengeras tidak
diperbolehkan. Beton dalam keadaan seperti itu, bila dianggap rusak harus
dibuang/disingkirkan dari tempat pekerjaan.
3. Dimana dikhawatirkan adanya keterlambatan dalam pengecoran beton,
pengadukan dapat dilanjutkan sampai 10 menit. Untuk jangka waktu yang lebih
lama yaitu 1,5 jam, batch tersebut harus diputar terus seperti yang
diperintahkan oleh Direksi lapangan.
4. Pada keadaan dimana mixer mekanis rusak, Direksi lapangan dapat
mempertimlinggan dipakainya cara mengaduk beton secara manual dengan
catatan untuk pekerjaan yang bervolume kecil yaitu untuk mencapai suatu
batas penghentian pengecoran sesuai dengan syarat konstruksi (dalam hal
keadaan darurat).
5. Agregat halus dan semen harus terlebih dahulu dicampur hingga rata, terlihat
dari warna campuran yang homogen, dan kemudian dihamparkan di atas alas
adukan rata dan tipis-tipis.

12
d. Pengerjaan Beton
1. Pengadukan beton dengan readymix
a. Campuran beton harus memenuhi mutu beton K-225 untuk Pondasi
pasangan batu. Untuk setiap campuran beton harus mengandung sekurang
– kurangnya 371 kg PC (1 zak = 50 kg), 698 kg pasir dan 1.047 kg split.
b. Pengadukan campuran beton menggunakan beton readymix / minimix/
carmix dengan waktu sedikit-dikitnya 1,5 menit setelah semua bahan ada
dalam mixer
c. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, baja tulangan
beton, pemasangan instalasi yang harus ditanam, penyekangan dan
pengikatan serta penyiapan-penyiapan permukaan yang berhubungan
dengan pengecoran yang telah disetujui Direksi.
d. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan cetakan pada tempat
pengecoran beton dan lantai kerja harus bersih dari air yang menggenang,
reruntuhan atau bahan lepas. Permukaan-permukaan dengan bahan-bahan
yang menyerap harus disiram dengan rata hingga kelembaban (air) dari
beton yang baru dicor tidak akan diserap.
e. Semua Construction Joints atau expansion joints seperti yang ditunjukka
pada gambar harus dibersihkan seluruhnya dari kelebihan-kelebihan beton
atau material dengan menggaruk atau cara lain yang disetujui Direksi.
f. Beton yang akan dituangkan/dicor harus diusahakan agar pengangkatannya
ketempat posisi terakhir sedekat mungkin, sehingga pada waktu
pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan spesinya.
g. Beton tidak diijinkan untuk dijatuhkan atau diglincirkan secara tak
terkendalikan dari ketinggian lebih dari 1.5 m tanpa harus diaduk lagi.
Pengecoran harus dilaksanakan terus menerus sampai ke tempat
sambungan cor yang disediakan sebelum permulaan pembetonan tahap
berikutnya.
h. Setiap tahap penuangan beton harus dipadatkan betul-betul dengan
vibrator atau dengan alat lain seluruhnya sebelum tahap berikutnya dimulai.
i. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras kecuali ada
usaha-usaha sehingga lokasi/tempat kerja terlindung dari hujan dan atas
persetujuan Direksi.
j. Beton yang sudah dicor harus terus-menerus dibasahi dengan air paling
sedikit selama 14 (empat belas) hari. Permukaan beton yang terbuka harus
dilindungi terhadap sinar matahari yang langsung paling sedikit 3 (tiga) hari
sesudah pengecoran.

1. Pengadukan beton dengan truck mixer


1. Apabila adukan beton diangkut dengan truck mixer, hendaknya dari tipe
yang mempunyai revolving drum, kedap air, dengan konstruksi sedemikian
rupa dicapai pengadukanhasil yang homogen.
2. Jumlah air sesuai dengan kebutuhan pengadukan yang boleh dibawa truck
itu, kecuali bila tanki air dilengkapi dengan alat takaran otomatis yang dapat
diukur pemakaiannya. Truck mixer itu harus juga dilengkapi dengan alat
penyetel untuk waktu pengadukan yang dapat dengan mudah diawasi oleh
13
Pengawas Pekerjaan. Ukuran container pengaduk harus tidak melebihi
kapasitas yang ditentukan oleh pabriknya atau kira – kira 60% dari isi drum.
3. Untuk beton yang dicampur dan pengadukan permulaan dikerjakan di
concrete mixing plant, pengangkutannya ke lokasi pengecoran di tempatnya
harus dilakukan revolving drums.
4. Pengadukan harus secara terus menerus dan tidak kurang dari 50 putaran
sesudah semua bahan termasuk air berada dalam container.
2. Pengecoran terhenti
Apabila pengecoran beton terhenti pada daerah yang tidak direncanakan
sebagai pemberhentian pengecoran, misalkan akibat terjadinya kerusakan
pada peralatan pengecoran. Maka pengecoran selanjutnya hanya dapat
dilakukan dengan memperhatikan persyaratan sebagai berikut :
1. Pengecoran selanjutnya dapat langsung dilakukan jika tidak melebihi 2 jam
dari saat penghentian pengecoran.
2. Apabila pengecoran selanjutnya ternyata dilaksanakan pada waktu
melebihi 2 jam dari saat penghentian pengecoran, maka daerah
pengecoran yang terhenti tersebut harus diperlakukan sebagai siar dilatasi.
Permukaan beton pada daerah pengecoran yang terhenti harus dibobok
minimal 5 cm sehingga membentuk bidang yang kasar. Permukaan beton
tersebut kemudian diberi bahan bounding agent seperti EMAGG atau yang
setara dan yang dapat menjamin kontinuitas adukan beton lama dengan
beton baru.

3. Konsistensi (Slump)
1. Slump test harus dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan beton. Cara
pelaksanaan slump test harus sesuai dengan PBI 1971- Bab 4.4.
2. Sebuah kerucut terpancung dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah
20 cm dan tinggi 30 cm (disebut kerucut Abrams) diletakan di atas bidang
alas yang rata tidak menyerap air.
3. Kerucut ini diisi dengan adukan beton, sambil ditekan kebawah, pada
penyokong – penyokongnya. Adukan beton diisikan dalam tiga lapis yang
kira – kira sama tebalnya dan setiap lapis ditusuk – tusuk sepuluh kali
dengan tongkat baja diameter 16 mm dan panjang 60 cm dan dengan
ujung yang dibulatkan, setelah bidang atasnya disipat rata, maka dibiarkan
½ menit.
4. Selama waktu ini adukan beton yang jatuh sekitar kerucut disingkirkan,
segera setelah kerucut diangkat vertikal dengan hati – hati, dan
penurunan tinggi puncak kerucut terhadap tinggi semula diukur.
5. Hasil pengukuran ini disebut slump dan merupakan ukuran dari kekentalan
adukan beton tersebut.
6. Untuk semua pekerjaan beton pada pekerjaan ini, konsistensi adukan
(slump) beton yang disyaratkan adalah 9 s/d 12 cm.

4. Permukaan beton jadi


1. Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus, tidak
tampak bagian – bagian yang keropos, melendut atau bagian – bagian
yang membekas pada permukaannya. Ujung – ujung atau sudut – sudut

14
harus berbentuk penuh dan tajam.
2. Segera setelah pembongkaran cetakan, bagian – bagian yang rapuh,
kasar, lubang – lubang dan bagian – bagian yang tidak memenuhi syarat
harus segara diperbaiki dengan cara memahatnya dan mengisinya kembali
dengan adukan semen pasir yang sesuai baik kekuatan maupun warnanya,
untuk kemudian diratakan dengan kayu perata.
3. Bila perlu, apabila diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan, seluruh
permukaan beton tersebut dapat dihaluskan dengan amplas, atau gurinda
sehingga seluruh permukaan jadi beton tersebut rata dan halus. Pekerjaan
– pekerjaan itu sebaiknya diselesaikan secepat mungkin dan tidak lebih
dari maksimum 2 (dua) hari setelah pembongkaran cetakan.
4. Pekerjaan plesteran pada permukaan beton jadi tidak diijinkan. Pada
pekerjaan beton, Pengawas Pekerjaan dapat menolak hasil pekerjaan
beton yang pada permukaannya menunjukan tanda – tanda rapuh,
keropos atau bagian – bagian yang diperbaiki, yang diduga akan
membahayakan konstruksi.
5. Perawatan beton
1. Beton harus dilindungi selama proses pengerasan pertama dari pengaruh
panas matahari yang merusak, hujan, air yang mengalir atau angin yang
kering.
2. Perlindungan harus segera diberikan setelah pengerasan, dengan cara
seperti dibawah ini :
a. Permukaan beton harus ditutup dengan lapisan karung, kanvas atau
bahan sejenis, atau lapisan pasir yang harus terus menerus dibasahi
selama 10 hari untuk beton dengan penggunaan portland semen biasa.
b. Setelah permukaan beton dibasahi seluruhnya, lalu ditutup dengan
lapisan kertas kedap air yang disetujui atau membran plastik yang
harus tetap pada beton selama 10 hari untuk beton dengan portland
semen biasa.

6. Pengujian beton
a. Semua beton percobaan harus dilakukan sesuai PBI 71 – NI 2 atau
berdasarkan JIS A 1108, BS 1881.
b. Untuk pengujian diperlukan 6 (enam) buah contoh beton yang diambil dari
setiap 1 (satu) truck mixer atau 6 (enam) buah contoh beton yang diambil
dari setiap 5 m3 adukan mollen dilapangan.
c. Setiap beton harus diberi tanda dengan tanggal pengecoran, nomor urut
dan petunjuk – petunjuk lain yang diperlukan oleh Pengawas Pekerjaan.
d. Beton percobaan harus diuji sampai hancur akibat gaya tekan dan harus
dilakukan dibawah Pengawas Pekerjaan, tiga dari setiap enam beton
percobaan harus diukur berat dan kekuatan tekannya setelah 7 (tujuh)
hari dan harus dilakukan dengan disaksikan Pengawas Pekerjaan dan
sisanya dilakukan setelah 21 hari atau sesuai dengan perintah Pengawas
Pekerjaan.
e. Detail lain mengenai hasil pengujian kekuatan tekan dan data lain seperti
jumlah air dan semen yang dipakai, hasil analisis ayakan agregat dan
perbandingan adukan dari bermacam – macam mutu harus disampaikan
kepada Pengawas Pekerjaan setelah 21 hari atau sesuai dengan perintah
15
pengawas Pekerjaan.
f. Setiap beton percobaan harus dibuat sample yang diambil dari salah satu
adukan beton atau dari adukan yang ditunjuk oleh Pengawas Pekerjaan.
g. Kekuatan benda uji yang kurang dari kekuatan rencana (design
standard/Sbk) tidak boleh lebih dari 5% dari 20 benda uji yang dibuat.
h. Kekuatan rata – rata 6 buah benda uji masing – masing tidak boleh lebih
rendah dari (Sbk+0,82 Sr). Selisih antara nilai tertinggi dan terendah
diantara hasil pemeriksaan 6 benda uji tidak boleh lebih besar dari 4,3 Sr.

7. Pengambilan contoh beton untuk pengujian (core drilling)


1. Dalam hal mutu beton yang telah selesai dicor dianggap meragukan dan
dalam hal – hal lain dimana beton – beton percobaan tidak memenuhi
syarat pengujian seperti yang telah diutarakan diatas, maka harus
dilakukan pengambilan contoh dari beton yang telah mengeras dengan
contoh yang berbentuk silinder yang mempunyai diameter luar 100 mm
untuk diuji.
2. Peralatan dan cara pemotongan pengambilan contoh harus disampaikan
kepada Pengawas Pekerjaan sebelum pelaksanaannya dan persiapan –
persiapan dan pengujiannya harus dilakukan sesuai dengan JIS A 1108.
3. Jika kekuatan contoh silinder yang diambil dari beton yang telah mengeras
ini lebih rendah dari persyaratan kekuatan yang diminta dan beton tidak
memenuhi persyaratan – persyaratan lain yang seharusnya dipenuhi,
maka pekerjaan beton untuk bagian ini dianggap tidak memenuhi
persyaratan dan harus diganti atas biaya Pelaksana Pekerjaan.

8. Kelas dan Mutu Beton


Kelas dan mutu beton harus sesuai dengan Standard Indonesia NI-2, PBI
1971, sesuai tabel dibawah ini.

Mutu ‘bk ‘bm Kategori Pengawasan


(Kg/cm2 (Kg/cm2) bangunan
) S = 46 (tujuan)
B0 - - Non struktur Kualitas Kuat Desak
Agregat
B1 - - Struktur Pemeriksaan Tidak diuji
dengan mata
K.125 125 200 Struktur Pengujian Diuji
dengan analisa
saringan
K.175 175 250 Struktur Pengujian Diuji
dengan analisa
saringan
K.225 225 300 Struktur Pengujian Diuji
dengan analisa
saringan
K.350 350 425 Struktur Pengujian Diuji
dengan analisa
saringan

16
9. Pengukuran dan pembayaran
Pengukuran dan pembayaran pekerjaan beton dilakukan atas volume beton
yang terpasang dan disetujui Direksi, dengan harga satuan pekerjaan per m3
seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

5.8. Pembesian dengan besi polos


a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini termasuk dari menyiapkan dan memasang baja angker yang sesuai
dengan spesifikasi ini dan mengikuti gambar rencana atau gambar pelaksanaan
yang telah disepakati atau petunjuk Direksi.

b. Bahan dan Material.


1. Baja tulangan.
Setiap jenis baja tulangan yang dihasilkan diproduksi oleh pabrik-pabrik baja
yang terkenal dan mengutamakan produksi dalam negeri.
Pada umumnya setiap pabrik baja mempunyai standard mutu dan jenis baja,
sesuai dengan spesifikasi yang berlaku. Mutu baja tulangan yang dipakai
menurut gambar rencana dengan mutu baja tulangan yang dipergunakan
memenuhi Standar Nasional Indonesia : SNI 2052 – 1990- A/B dan SII 0136 –
84/SP 166 - 84
➢ baja tulangan : U 24 = (  a = 2400 kg/cm2)
2. Kawat Pengikat.
Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1 mm
yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh.

c. Pelaksanaan
1. Baja tulangan hendaknya bersih, bebas dari karat, kotoran-kotoran, bahan-
bahan lepas, gemuk, minyak, cat Lumpur, bahan-bahan aduk ataupun bahan
lain yang menempel. baja tulangan hendaknya disimpan ditempat terlindung,
ditumpu agar tidak menyentuh tanah dan dijaga agar tidak berkarat ataupun
rusak karena cuaca.
2. Baja tulangan dipotong, dibengkokan atau diluruskan secara hati-hati dan tidak
diperbolehkan untuk pembengkokan yang kedua kalinya. Pemanasan baja
tulangan tidak diijinkan.
3. Penempatan baja tulangan harus cermat ditempatkan sesuai dengan gambar
rencana, dipegang teguh pada posisinya dan didudukkan pada landasan.
Tulangan tidak boleh didudukkan pada bahan metal, atau tulangan duduk
langsung pada acuan yang akan menyebabkan bagian baja tulangan nanti
langsung berhubungan dengan udara luar.
4. Sambungan tidak diperbolehkan pada tempat-tempat dengan tegangan
maksimum dan sedapat mungkin diselang-seling sehingga tidak
semuanya/sebagian besar terjadi disuatu tempat. Bila tidak ditentukan dalam
gambar rencana, maka sambungan overlapping diambil 40 kali diameter baja
tulangan bersangkutan.

d. Pengukuran dan Pembayaran.


Baja tulangan dihitung dalam kilogram, dimana ukuran baja tulangan ditentukan
17
didalam gambar rencana. Volume dari baja tulangan diterima dalam keadaan jadi
dan terpasang, dan tidak ada pembayaran terhadap overlap yang ditambahkan
oleh Penyedia Jasa atau terhadap overlap yang tidak ditunjukkan pada gambar
rencana dan tidak disetujui oleh Direksi.
Pengukuran dan pembayaran pekerjaan baja tulangan dilakukan atas volume baja
tulangan yang terpasang dan disetujui Direksi, dengan harga satuan pekerjaan per
kilogram seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

5.9. Pemasang Bekisting


a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini termasuk dari menyiapkan dan memasang bekisting yang sesuai
dengan spesifikasi ini dan mengikuti gambar rencana atau petunjuk Direksi.

b. Bahan dan Material.


Bekisting terbuat dari multiflek 12mm dan kayu klas II dengan kualitas baik atau
sesuai petunjuk Direksi.

c. Pelaksanaan
1. Bingkai bekisting harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga kalau ada
sambungan horizontal tidak menerus sampai seluruh permukaan bekisting dan
pada waktu membuka bekisting tidak terjadi kerusakan pada betonnya.
Bekisting harus benar-benar lurus dan sesuai elevasi, kedap mortar serta harus
kaku dan kuat, terutama perancahnya untuk dapat menahan kemungkinan
goyangan dann pelenturan yang terjadi bila kena tekanan beban bahan adukan
beton atau beban yang lain.
2. Penyedia Jasa tidak boleh membuka bekisting sampai beton telah mengeras
dan mempunyai cukup kekuatan untuk menahan beban sendiri maupun beban
kerja yang akan disangganya dengan aman. Bekisting dapat dibongkar setelah
beton berumur 28 (dua puluh delapan) hari dan terlebih dahulu harus
mendapat persetujuan Direksi.
3. Bekisting dapat digunakan maksimal dua kali.

d. Pengukuran dan Pembayaran.


Pekerjaan bekisting dihitung dalam meter persegi (m2), dimana ukuran ditentukan
didalam gambar rencana. Luas bekisting diterima dalam keadaan jadi dan
terpasang.
Pengukuran dan pembayaran pekerjaan bekisting dilakukan atas Luas bekisting
yang terpasang dan disetujui Direksi, dengan harga satuan pekerjaan per meter
persegi seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

5.10. Beton Siklop

a. Lingkup Pekerjaan

1. Yang dimaksud dengan pekerjaan beton yaitu meliputi pekerjaan persiapan,


penyediaan peralatan yang diperlukan, penyediaan pengangkutan bahan dan
pengerjaannya, pembuatan dan pemasangan beton, penyampuran adukan dan
perawatan.
2. Pekerjaan Beton Siklop yang dimaksud dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan
18
beton siklop yang terdiri dari 60% beton (1:2:3) (memenuhi syarat beton
mutu f'c= 14,5 MPa (K-175), slump (12+2) cm, w/c = 0.66 ) dan 40%
batu belah (15-20 cm) sesuai dengan profil gambar rencana atau gambar
pelaksanaan yang telah disepakati atau sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis.
Untuk memenuhi kebutuhan pasta beton digunakan beton ready mixed atau
sekurang-kurangnya memakai truk mixer / minimix /carmix dan disesuaikan
dengan kondisi dilapangan. Setiap 5m3 dilakukan pengujian sample kubus
beton.
3. Pekerjaan beton siklop harus dibuat seperti yang diterapkan pada gambar
rencana atau gambar pelaksanaan yang telah disepakati.
4. Untuk setiap campuran beton harus mengandung sekurang – kurangnya 194
kg PC (1 zak = 50 kg), 0.312 m3 pasir dan 0.480 m3 split.

b. Bahan dan Material


1. Semua bahan bangunan dan peralatan untuk pembuatan beton harus
disediakan oleh Penyedia Jasa.
3. Semen Portland yang dipakai adalah Portland Cement yang harus memenuhi
syarat SNI 2049-90-A dengan type I. Penyedia jasa harus menyediakan
sarana penyimpanan semen dengan baik.
4. Semen harus disimpan ditempat yang terlindung dari cuaca luar, kelembaban
dan air, penyimpanan semen harus mengikuti ketentuan – ketentuan material
dalam PBI-1971.
5. Semen harus disimpan dengan teratur dan rapi sesuai dengan urutan
kedatangannya dan pemakaiannya harus diusahakan sesuai dengan urutan
kedatangannya sehingga tidak ada semen yang disimpan terlalu lama.
6. Umur semen yang akan digunakan tidak boleh lebih dari 2 bulan.
7. Semen yang telah menggumpal tidak boleh digunakan.
8. Pasir yang digunakan untuk pasangan beton adalah pasir alam, tajam, keras
harus bersih tidak mengandung kerikil yang keropos dan tanah liat, bebas
bahan – bahan organik dan lain – lain yang merusak beton. Dan tempat
pengambilannya terbih dahulu harus mendapat persetujuan Direksi Teknis
atau Pejabat Pembuat Komitmen.
Modulis kehalusan pasir antara 2 sampai 3, memenuhi syarat PBI 1971.
9. Batu pecah yang dipergunakan harus batu pecah yang baik, tajam, kersa tidak
mengandung batu pecah yang keropos dan tanah liat, bersih dari debu serta
memenuhi persyaratan gradasi dari ukuran normal yang dipersyaratkan kelas
beton yang dipersyaratkan dalam PBI 1971, tempat pengambilannya terlebih
dahulu harus mendapat persetujuan Direksi.
e. Air yang digunakan harus air bersih tidak mengandung minyak, asam, alkali,
garam dan bahan – bahan organik atau bahan – bahan lain yang dapat
menurunkan mutu pekerjaan.
c. Pengerjaan Beton
1. Pekerjaan Beton Siklop harus mengandung material PC, Pasir, Split/Kerikil dan
Batu Belah sesuai dengan kebutuhan mutu beton dan sesuai petunjuk Direksi.
2. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan cetakan pada tempat
pengecoran beton, dan lantai kerja harus bersih dari air yang menggenang,
reruntuhan atau bahan lepas. Permukaan-permukaan dengan bahan-bahan
yang menyerap harus disiram dengan rata hingga kelembaban (air) dari beton
yang baru dicor tidak akan diserap.
19
3. Beton yang akan dituangkan/dicor harus diusahakan agar pengangkatannya
ketempat posisi terakhir sedekat mungkin, sehingga pada waktu pengecoran
tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan spesinya.
4. Setiap tahap penuangan beton harus dipadatkan betul-betul dengan vibrator
atau dengan alat lain seluruhnya sebelum tahap berikutnya dimulai.
5. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras kecuali ada usaha-
usaha sehingga lokasi/tempat kerja terlindung dari hujan dan atas persetujuan
Direksi Teknis.
d. Pengukuran dan Pembayaran.
Pengukuran dan pembayaran pekerjaan Beton Siklop, 60 % beton (1:2:3) 40 %
batu belah dilakukan atas volume Beton Siklop yang terpasang dan disetujui
Direksi, dengan harga satuan pekerjaan per m3 seperti yang tercantum dalam
Daftar Kuantitas dan Harga.

5.11. Pasangan batu Rip rap Ø > 0,30 m

a. Lingkup Pekerjaan.

Yang dimaksud pekerjaan dalam Spesifikasi ini adalah timbunan batu kosong,
semua pekerjaan, Pengangkutan bahan dan pemasangan mengikuti gambar
rencana atau petunjuk Direksi.
b. Pekerjaan Timbunan Batu
1. Dimensi dan spesifikasi material yang akan digunakan pekerjaan timbunan batu
(Pasangan batu Rip rap) harus sesuai dengan persyaratan dan gambar
rencana.
2. Pemilihan batu yang akan dipakai delam konstruksi Rip-rap mempunyai
beberapa ketentuan sebagai berikut:
3. Ukuran untuk batu pengisi sekitar Ø > 0,30 m dengan batu antara 50 – 100 kg.
Bentuk batu adalah tidak beraturan tidak bulat dan yang penting adalah
memiliki berat yang telah disebutkan sebelumnya
4. Kontraktor harus mengajukan rencana pengangkutan material kepada
Direksi/Engineer untuk disetujui sebelum dilakukan pengiriman.
5. Rencana itu meliputi jadwal pengiriman, peralatan transportasi yang akan
digunakan, peralatan yang akan digunakan untuk bongkar muat, penyimpanan
sementara, kuantitas transportasi per hari, dst.
6. Dalam kasus tertentu metode transportasi dapat ditolak jika berdasarkan
penilaian Direksi/Engineer dapat mengakibatkan gangguan serius, terhadap lalu
lintas umum.
7. Rencana penyusunan batu harus dibuat dengan lengkap dengan menggunakan
peralatan yang layak dan atas persetujuan Direksi/Engineer.
8. Kontraktor tidak boleh melaksanakan penyusunan batu sampai persetujuan
untuk melaksanakan penyusunan batu telah diberikan oleh Direksi/Engineer.
9. Pemasangan batuan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dicapai bentuk
dan dimensi sesuai dengan gambar rencana.

c. Penolakan Terhadap Pekerjaan

20
Jika selama proses pengerjaan oleh Kontraktor ditemukan bahwa tidak sepenuhnya
batuan dan yang disediakan atau ditempatkan sesuai dengan persyaratan pada
spesifikasi ini, Kontraktor harus memindahkan batuan-batuan dan tersebut dan
menyediakan serta menempatkan batuan dan lain dengan kualitas yang dapat
diterima oleh Direksi/Engineer.

d. Pengukuran dan Pembayaran.

Pengukuran dan pembayaran pekerjaan timbunan batu kosong dilakukan atas


volume timbunan batu kosong yang terpasang dan disetujui Direksi, dengan harga
satuan pekerjaan per m3 seperti yang diajukan dalam penawaran dalam Daftar
Kuantitas dan Harga.

5.12. Dewatering
a. Lingkup Pekerjaan.
Yang dimaksud pekerjaan Dewatering dalam Spesifikasi ini adalah pekerjaan
pegeringan dengan menggunakan pompa air. Pengoperasian pompa diasumsikan
akan beroperasi 24 jam dan disediakan 20% pompa cadangan (misalkan untuk 5
buah pompa dioperasikan dan 1 cadangan), maka biaya operasi per 1 bh pompa.
b. Peralatan dan bahan.
Pompa air diesel daya 10 kW dengan suction head max. 3m dan discharge head
max. 20m (kapasitas 1 m3/s pada suction head 1m dan discharge head 10m)
c. Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran dan Pembayaran Pekerjaan Dewatatering dilakukan atas dasar harga
Lumpsum (LS) seperti yang tercantum dalam daftar kuantitas dan Harga dari
pengoperasian pompa diesel, dimana harga dan pembayaran tersebut merupakan
kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan yang berkaitan, dan biaya yang
diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan.

5.13. Kisdam (karung pasir)


a. Lingkup Pekerjaan.
Yang dimaksud pekerjaan kisdam (karung pasir) dalam Spesifikasi ini adalah
pekerjaan pembuatan dan pemasangan kisdam serta pemompaan air pada
daerah kerja sesuai dendan kebutuhan pelaksanaan pekerjaan.
b. Bahan dan material.
Bahan yang dipakai adalah karung plastik bagor atau goni ( sebesar ukuran beras
25 kg ) ukuran 45 x 65 cm. tali plasti /rapia serta pasir sebagai bahan pengisi.
c. Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran dan Pembayaran Pekerjaan Kisdam dilakukan atas dasar harga
Lumpsum (LS) seperti yang tercantum dalam daftar kuantitas dan Harga, dimana
harga dan pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
pekerjaan yang berkaitan, dan biaya yang diperlukan dalam melaksanakan
pekerjaan.

VI. PEKERJAAN LAIN-LAIN

6.1. PELAPORAN

21
6.1.1. BENTUK LAPORAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
1. Dalam pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi, seluruh
aktivitas dilaporkan sesuai dengan kemajuan pekerjaan.
2. Untuk kondisi tertentu, tata cara pelaporan ini dapat disesuaikan dengan pertimbangan
peningkatan kinerja proyek secara keseluruhan dengan tetap memastikan tercapainya
pengendalian pekerjaan konstruksi.
3. Penyesuaian tata cara pelaporan harus dibahas pada Rapat Persiapan Pelaksanaan
Kontrak (PCM) dan disampaikan secara tertulis kepada PPK.
4. Jenis laporan pada pekerjaan konstruksi:
a. Laporan Pelaksanaan Pekerjaan (Laporan yang disusun oleh Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi kepada PPK), terdiri dari:
1) Laporan Harian;
2) Laporan Mingguan; dan
3) Laporan Bulanan.
b. Laporan Pengawasan (Laporan yang disusun oleh Direksi Teknis/Konsultan Pengawas
kepada PPK), terdiri dari laporan bulanan, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Dalam hal tugas pengawasan pekerjaan dilakukan oleh Direksi Teknis, maka
laporan bulanan berupa laporan pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
2) Dalam hal tugas pengawasan pekerjaan dilakukan oleh Konsultan Pengawas,
maka laporan bulanan berupa:
a) Laporan pelaksanaan pekerjaan konstruksi; dan
b) Laporan pelaksanaan tugas pengawasan.
c. Laporan Pengendalian (Laporan yang disusun oleh Kepala Satuan Kerja/PPK kepada
atasan langsung).
6.1.2. LAPORAN PELAKSANAAN
1. Laporan pelaksanaan disampaikan oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi kepada PPK
setelah mendapat verifikasi dari Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.
2. Laporan pelaksanaan berisi informasi kemajuan pekerjaansebagaimana yang ditetapkan
di dalam rencana pelaksanaanpekerjaan beserta uraian kendala dan masalah yang
dihadapiPenyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi selama pelaksanaan pekerjaan.
3. Laporan pelaksanaan terdiri dari 3 (tiga) laporan, yaitu:
a. Laporan Harian
b. Laporan Mingguan
c. Laporan Bulanan
6.1.2.1 Laporan Harian
1. Laporan harian disusun berdasarkan buku harian yang berisi catatan mengenai
rencana dan realisasi pekerjaan harian.
2. Buku harian disusun untuk kepentingan pengendalian danpengawasan
pelaksanaan pekerjaan.
3. Buku harian paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut :
a. Kuantitas dan jenis bahan yang ada di lapangan;
b. Penempatan tenaga kerja untuk setiap macam tugas dan keterampilan
yang diperlukan;
c. Jumlah, jenis dan kondisi peralatan yang tersedia;
d. Jumlah volume cadangan bahan bakar yang tersedia untuk peralatan;

22
e. Taksiran kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;
f. Jenis dan uraian pekerjaan yang dilaksanakan;
g. Kondisi cuaca antara lain hujan, banjir dan peristiwa-peristiwa alam lainnya
yang berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan;
h. Catatan-catatan yang berkaitan dengan: pelaksanaan, perubahan design,
gambar kerja (shop drawing), spesifikasi teknis, keterlambatan pekerjaan
dan penyebabnya dan lain sebagainya.
4. Laporan harian disusun dan disampaikan setiap hari kepadaKasatker/PPK
setelah mendapat verifikasi dari Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.
5. Laporan harian paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Capaian pekerjaan untuk setiap jenis pekerjaan dan/atau sub pekerjaan,
pemenuhan kualitas dan kuantitas bahan yang digunakan; daftar peralatan
yang meliputi jenis, jumlah dan kondisi peralatan; serta penempatan tenaga
kerja untuk setiap pekerjaan dan/atau sub pekerjaan;
b. Kondisi cuaca, seperti hujan, banjir dan peristiwa alam lainnya yang
berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan;
c. Hambatan dan kendala yang dihadapi berkenaan dengan pelaksanaan
pekerjaan di lapangan serta kondisi khusus lainnya yang berdampak atau
berpotensi berdampak pada pelaksanaan pekerjaan;
d. Informasi Keselamatan Konstruksi, seperti kejadian kecelakaan kerja,
catatan tentang kejadian nyaris terjadi kecelakaan kerja (nearmiss record),
dan lain-lain sebagaimana yang disyaratkan di dalam peraturan;
e. Informasi terkait Keselamatan Konstruksi harus diperiksa oleh Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas. Laporan harian Keselamatan Konstruksi dapat
dapat dijadikan satu dalam format Laporan harian atau dapat juga
menggunakan format terpisah;
f. Rencana pelaksanaan pekerjaan di hari berikutnya; dan
g. Catatan-catatan yang berkaitan dengan: pelaksanaan, perubahan desain,
gambar kerja (shop drawing), spesifikasi teknis, kelambatan pekerjaan dan
penyebabnya dan lain sebagainya.
6. Dalam laporan harian harus dapat diperoleh informasi terkait sebab-sebab
terjadinya keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, apakah disebabkan karena
kerusakan peralatan, Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
personil/bahan/peralatan terlambat, atau disebabkan keadaan cuaca buruk.
7. Dokumen asli laporan harian dipelihara oleh PPK;
8. Laporan Harian tersebut dibuat dalam rangkap 4 (empat), disusun oleh
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi, diperiksa oleh Direksi Teknis/Konsultan
Pengawas dan disetujui oleh Direksi Lapangan/Konsultan MK dengan distribusi
sebagai berikut:
a. Asli untuk Kasatker/PPK;
b. Lembar ke dua untuk Direksi Lapangan/Konsultan MK;
c. Lembar ke tiga untuk Direksi Teknis/Konsultan Pengawas; dan
d. Lembar ke empat untuk Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi.
6.1.2.2 Laporan Mingguan
1. Laporan mingguan disusun dan disampaikan di setiap minggu padahari Senin
di minggu berikutnya kepada Kasatker/PPK setelah mendapat verifikasi Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas.
2. Laporan mingguan paling sedikit memuat capaian pelaksanaanpekerjaan
selama 1 (satu) minggu dan rencana capaian minggu berikutnya yang
23
disampaikan setiap minggu.
3. Dalam hal Kasatker/PPK melakukan rapat mingguan, laporanmingguan yang
telah diverifikasi kepada Direksi Teknis/Konsultan. Pengawas harus
disampaikan sebelum pelaksanaan rapat mingguandan akan dibahas pada saat
rapat mingguan.
4. Laporan mingguan paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Rangkuman capaian pekerjaan berupa hasil pembandingan capaian dengan
minggu sebelumnya dan capaian pada minggu berjalan dengan rencana
kegiatan dan sasaran capaian pada minggu berikutnya
b. Hambatan dan kendala yang dihadapi pada kurun waktu 1 (satu) minggu
beserta tindakan penanggulangan yang telah dilakukan dan potensi kendala
pada minggu berikutnya;
c. Dukungan yang diperlukan dari Kasatker/PPK, Direksi Teknis/Konsultan
Pengawas, dan pihak-pihak lain yang terkait;
d. Ringkasan permohonan persetujuan atas usulan dan dokumen yang
diajukan beserta statusnya;
e. Ringkasan kegiatan pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan;
f. Ringkasan aktivitas dan hasil pengendalian Keselamatan Konstruksi,
termasuk kejadian kecelakaan kerja, catatan tentang kejadian nyaris terjadi
kecelakaan kerja (nearmiss record), dan lain-lain.
5. Dokumen asli persetujuan laporan mingguan dipelihara oleh PPK.
6. Laporan mingguan dibuat paling sedikit dalam 3 (tiga) rangk apuntuk
didistribusikan kepada:
a. Asli untuk Kasatker/PPK;
b. Lembar ke dua untuk Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi; dan
c. Lembar ke tiga untuk Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.
6.1.2.3 Laporan Bulanan
1. Laporan bulanan disusun dan disampaikan di setiap bulan, pada tanggal 10
(sepuluh) bulan berikutnya kepada Kasatker/PPK setelah mendapat verifikasi
Direksi Teknis/Konsultan Pengawas;
2. Periode pelaporan adalah tanggal 26 sampai dengan tanggal 25 bulan
berikutnya;
3. Laporan Bulanan paling sedikit memuat hal – hal sebagai berikut:
a. Capaian pekerjaan fisik, ringkasan status capaian pekerjaan fisik dengan
membandingkan capaian di bulan sebelumnya, capaian pada bulan berjalan
serta target capaian di bulan berikutnya;
b. Foto dokumentasi;
c. Ringkasan status kondisi keuangan Penyedia Jasa PekerjaanKonstruksi,
status pembayaran dari Pengguna Jasa;
d. Perubahan kontrak dan perubahan pekerjaan;
e. Masalah dan kendala yang dihadapi, termasuk statusnya, tindakan
penanggulangan yang telah dilakukan dan rencana tindakan selanjutnya;
f. Hambatan dan kendala yang berpotensi terjadi di bulan berikutnya, beserta
rencana pencegahan atau penanggulangan yang akan dilakukan;
g. Status persetujuan atas usulan dan permohonan dokumen; dan
h. Ringkasan aktivitas dan hasil pengendalian Keselamatan Konstruksi,
termasuk kejadian kecelakaan kerja, catatan tentang kejadian nyaris terjadi

24
kecelakaan kerja (nearmiss record), dan lain-lain
4. Laporan bulanan dibuat paling sedikit dalam 6 (enam) rangkap untuk
didistribusikan kepada:
a. 4 (empat) dokumen untuk Kasatker/PPK;
b. 1 (satu) dokumen untuk Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi; dan
c. 1 (satu) dokumen untuk Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.
6.1.2.4 Program Kerja dan Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi ( RMPK )
Penyedia jasa harus menyerahkan Program Kerja dan Rencana Mutu Pekerjaan
Konstruksi ( RMPK ) sesuai dengan Lampiran C.5 pada Peraturan Menteri PUPR
Nomor 21/PRT/M/2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi, dengan rincian:
a. RMPK disusun oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi segera setelah
penandatanganan kontrak;
b. RMPK diserahkan dan dipresentasikan pada saat Rapat Persiapan Pelaksanaan
Kegiatan (Pre Construction Meeting/PCM), kemudian dibahas dan disetujui oleh
PPK;
c. Pembahasan RMPK mencakup kecukupan terkait persyaratan penyusunan RMPK
serta kesesuaian dengan lingkup dan persyaratan dalam kontrak; dan
d. RMPK adalah dokumen yang dinamis, dalam arti dapat dikaji ulang/direvisi
disesuaikan dengan perubahan lingkup pekerjaan dan metode pelaksanaan dengan
tetap memperhatikan kaidah-kaidah penyusunan dan perubahan tersebut harus
disepakati kedua belah pihak.
6.1.2.5 Laporan Kemajuan Pelaksanaan
Sebelum tanggal lima setiap bulan Penyedia Jasa menyerahkan salinan laporan kemajuan
bulanan dalam bentuk yang telah disetujui oleh Direksi, dan menggambarkan secara detail
kemajuan pekerjaan selama bulan terdahulu.
Laporan sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal sebagai berikut :
1. Prosentase kemajuan pekerjaan berdasarkan kenyataan yang dicapai pada bulan
laporan maupun presentase rencana yang diprogramkan pada bulan berikutnya.
2. Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang diselesaikan maupun presentase rencana
yang diprogramkan harus sesuai dengan kemajuan yang dicapai pada bulan laporan.
3. Rencana kegiatan dalam waktu dua bulan berturut-turut dengan ramalan tanggal
permulaan dan penyelesaian.
4. Daftar tenaga buruh setempat.
5. Daftar perlengkapan peralatan dan bahan di lapangan yang digunakan untuk
pelaksanaan pekerjaan termasuk yang sudah datang dan dipindahkan dari lapangan.
6. Jumlah volume dari berbagai pekerjaan yang merupakan bagian pekerjaan tetap.

6.1.2.6 Laporan Akhir Kegiatan


Penyedia Jasa diwajibkan membuat Laporan Akhir Kegiatan setelah kegiatan dinyatakan
selesai dan dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Laporan ini berupa rekapitulasi dari
laporan bulanan yang harus memuat semua perubahan – perubahan penting selama
berlangsungnya proyek. Laporan ini dibuat dalam rangkap 5 (lima) dan diserahkan pada
saat serah terima pekerjaan.

6.1.2.7 Laporan Masa Pemeliharaan


Penyedia Jasa diwajibkan membuat Laporan Masa Pemeliharaan yang berisi kegiatan
selama Masa Pemeliharaan. Laporan ini dibuat dalam rangkap 5 (lima) dan diserahkan
selambat – lambatnya 5 (lima) hari setelah berakhirnya Masa Pemeliharaan\

6.1.2.8 Rapat Berkala


25
1. Rapat berkala untuk membahas masalah pelaksanaan pembangunan akan diadakan
secara rutin (mingguan) dengan dikoordinir dan dipimpin oleh Direksi Pekerjaan dan
dihadiri oleh para Pelaksana Pekerjaan yang langsung berkaitan dengan pekerjaan.

2. Hasil rapat dituangkan dalam risalah rapat yang disahkan oleh semua pihak yang
hadir. Hasilnya akan menjadi bagian dari Dokumen Pelaksanaan.

3. Penyedia Jasa wajib menyiapkan semua perlengkapan untuk pengadaan rapat berkala
yang akan diadakan oleh Direksi Pekerjaan.

VII. PENUTUP.
Demikian persyaratan atau spesifikasi ini dibuat untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.

Diluar persyaratan ini masih tetap berlaku peraturan-peraturan lain dan dengan
memperhatikan secara feeling Engineering yang perlu mendapat persetujuan Direksi
Pekerjaan.

Apabila dalam persyaratan ini ada kekurangan atau kekeliruan, Penyedia Jasa tidak boleh
mengambil keuntungan dari hal tersebut, melainkan harus diminta penjelasan dari Direksi
Pekerjaan.

Banjar, Desember 2020

Mengetahui,
Kepala SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber PPK Sungai dan Pantai
Air Citanduy Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy

IR. SUGENG HARIANTO, M.Si RITULAR, SE., ST., MIL.


NIP. 19680305 200812 1 001 NIP. 19780125 200604 1 001

26

Anda mungkin juga menyukai