Anda di halaman 1dari 29

RK

S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

RENCANA KERJA DAN SYARAT


MITIGASI EROSI DENGAN STRUKTUR HYBRID DI KABUPATEN
INDRAMAYU

DIREKTORAT PENDAYAGUNAAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL


DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT

-1-
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

TA 2019

-2-
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

BAB I
Syarat – syarat Umum
Pasal 1
Uraian Umum
1. Nama pekerjaan ini adalah: mitigasi erosi dengan struktur hybrid di Kabupaten
Indramayu;
2. Lokasi pekerjaan: Desa Tanjakan, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu,
Provinsi Jawa Barat;

3. Pelaksanaan kegiatan harus mengacu pada dokumen kontrak, yang meliputi:


a) Dokumen tender beserta lampirannya dan gambar–gambar,
b) Gambar detail desain dan spesifikasi teknis,
c) Rencana anggaran biaya yang dibuat berdasarkan BOQ (Bill Of Quantity) yang
dibuat oleh pemberi kerja,
d) Syarat–syarat umum kontrak (hak dan kewajiban, sanksi, dan lain–lain),
e) Syarat–syarat khusus kontrak (asuransi, keselamatan kerja K3,
pembayaran,jaminan pelaksanaan, jadwal pelaksanaan, dan kegagalan
bangunan).
4. Pelaksana berkewajiban untuk meneliti rencana Kerja dan Syarat–syarat (RKS)
yang ada, gambar–gambar rencana lengkap dengan gambar–gambar penjelasan
dan dokumen–dokumen lainnya, memeriksa kebenaran dan kondisi pekerjaan,
meninjau tempat dimana pekerjaan akan dilaksanakan, melakukan pengukuran–
pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan yang dibutuhkan
untuk penyelesaian dan kelengkapan pelaksanaan kegiatan;
5. Pelaksanaan pekerjaan harus mempergunakan metode kerja yang mengacu
pada administrasi pelaksanaan meliputi pengendalian mutu, pengendalian
pelaksanaan, pengendalian volume, tata cara pelaporan, dan serah terima
pekerjaan. Metode kerja yang dimaksud adalah yang akan diterapkan pada jenis
konstruksi bangunan pantai berupa struktur hybrid;
6. Setelah selesai melaksanakan pembangunan ditindaklanjuti dengan penyerahan
pertama pekerjaan, jika memenuhi persyaratan maka dilanjutkan dengan masa

-3-
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

pemeliharaan, dan jika tidak maka pelaksana wajib menyelesaikan pekerjaan.


Setelah berakhirnya masa pemeliharaan dan telah memenuhi persyaratan, maka
dilanjutkan dengan penyerahan kedua.

Pasal 2
Penjelasan RKS dan Gambar Desain
1. Pelaksana wajib meneliti semua gambar desain dan Rencana Kerja dan Syarat–
syarat (RKS) termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam
berita acara penjelasan pekerjaan (aanwijzing);
2. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat–syarat (RKS), maka
dokumen yang mengikat/berlaku adalah RKS. Bila gambar tidak cocok dengan
gambar lain, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku.
Begitu pula apabila dalam RKS tidak tercantumkan, sedang gambar ada, maka
gambarlah yang mengikat;
3. Bila perbedaan–perbedaan itu menimbulkan keragu–raguan dalam pelaksanaan
menimbulkan kesalahan, pelaksana wajib menanyakan kepada pemberi pekerjaan
dan pelaksana mengikuti keputusan;
4. Dalam penelitian tersebut dilakukan juga terhadap volume pekerjaan.

Pasal 3
Perijinan
Setiap pelaksana (kontraktor) yang ditunjuk untuk melaksanaan pekerjaan harus
memiliki ijin terkait dengan pelaksanaan pekerjaan, yaitu ijin usaha jasa konstruksi yang
sesuai dengan jenis pekerjaan.

Pasal 4
Personalia dan Tenaga Kerja
1. Kontraktor selaku pelaksana pekerjaan ini wajib menugaskan personalia yang
cakap dan berpengalaman sesuai bidang tugasnya untuk menyelesaikan tugas–
tugas di lapangan;

-4-
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

2. Tenaga ahli kontraktor harus mendampingi tim teknis dan/atau perwakilan KKP
pada saat pengecekan awal, pengecekan pada saat pelaksanan pekerjaan dan
pengecekan akhir pekerjaan atau saat pekerjaan sudah selesai serta pada saat
monitoring dan evaluasi dari KKP;
3. Tenaga kerja yang diperbantukan pada pelaksanaan pekerjaan ini, misalnya
operator, mekanik, driver (pengemudi) menjadi tanggungan pelaksana;
4. Tenaga kerja yang dikerahkan untuk pelaksanaan pekerjaan ini diusahakan
menggunakan tenaga kerja setempat. Dalam hal tenaga kerja setempat
kurang/tidak mencukupi tenaga, dapat mendatangkan tenaga kerja dari luar
daerah;
5. Tugas dari tenaga kerja disebutkan sebagai berikut:
a. Mandor bertugas sebagai pengawas sekaligus penanggungjawab
pelaksanaan pembangunan struktur hybrid di atas tukang dan pekerja;
b. Kepala tukang bertugas sebagai pelaksana dibawah tanggung jawab
mandor, dan memenuhi kriteria sebagai tukang yang sudah memiliki
pengalaman dibidangnya;
c. Tukang bertugas sebagai pelaksana kegiatan diatas pekerja;
d. Pekerja bertugas sebagai pelaksana kegiatan di bawah tanggung jawab
kepala tukang.

Pasal 5
Jam Kerja
1. Pelaksana menentukan sendiri jam kerja bagi petugas dan pekerja yang
dikerahkan untuk melaksanakan pekerjaan ini, dengan tetap memperhitungkan
waktu penyelesaian pekerjaan dan dengan mengingat peraturan perburuhan yang
berlaku di tiap daerah yang bersangkutan;
2. Dalam hal ini pelaksana perlu mengetahui/mempelajari data pasang surut air
laut dikaitkan dengan program kerjanya;
3. Dalam rangka mempercepat penyelesaian pekerjaan agar dapat mencapai
target pelaksanaan fisik/tepat pada waktunya ataupun karena sifat/syarat

-5-
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

pelaksanaan pekerjaan tidak boleh terputus maka pelaksana dapat melaksanakan


pekerjaan diluar jam kerja/lembur bila perlu sampai malam hari;
4. Dalam hal pelaksanaan bekerja diluar jam kerja/lembur maka pelaksana harus
memberitahukan kepada pengawas pekerjaan secara tertulis sekurang–kurangnya
24 jam sebelumnya.

Pasal 6
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lapangan menjadi tanggung jawab pelaksana
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam dokumen kontrak dan harus menerapkan
manajemen K3 sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05/Men/1996
tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerjad an UU Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan, Permen PU No.09/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Sistem Manajemen K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, yang meliputi:
1. Metode perlindungan untuk mencegah atau mengurangi kecelakaan kerja harus
diterapkan terhadap pekerjaan, manusia serta alat–alat dan material yang
digunakan. Pengaturan keselamatan kerja (safety) yang harus dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
a. Alat pemadam kebakaran dan lain–lain yang diperlukan harus dapat menjamin
keamanan manusia dan kendaraan–kendaraan serta peralatan–peralatan dalam
lingkungan kerja;
b. Para pekerja dan petugas proyek harus memakai alat pengaman bagi yang
bekerja di lingkungan luar pantai dan alat–alat tersebut harus tersedia dalam
jumlah cukup dan dalam kondisi laik pakai.
2. Pengaturan keamanan (security) yang harus dilaksanakan adalah pemberian papan
informasi pekerjaan dan pemberian pagar pembatas pada areal direksi keet.
3. Pekerja yang dapat memasuki lokasi pekerjaan adalah pekerja yang sudah terdaftar
dan tidak diijinkan memasuki daerah kerja (perairan laut) dan bekerja jika tidak
memenuhi kompetensi yang dibutuhkan.

-6-
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

Pasal 7
Lalu Lintas
Dalam melaksanakan pekerjaan dan pengangkutan bahan–bahan untuk keperluan
pekerjaan, pelaksana harus berhati–hati sedemikian sehingga tidak mengganggu
kelancaran lalu lintas atau menimbulkan kerusakan terhadap jalan yang telah ada dan
prasarana lainnya. Bilamana terjadi kerusakan, pelaksana berkewajiban untuk
memperbaiki/mengganti.

BAB II
Proses Pelaksanaan Pekerjaan
Pasal 8
Landasan Hukum
Proses pelaksanaan pekerjaan meliputi kegiatan prapersiapan, persiapan pelaksanaan,
pelaksanaan, penyerahan I, masa pemeliharaan, dan penyerahan II, sesuai dengan
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
beserta peraturan turunannya.
.

Pasal 9
Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan pra persiapan, meliputi:
a. Pre–constructionmeeting;
b. Pemeriksaan bersama;
c. Surat perintah mulai kerja.
2. Pekerjaan persiapan, meliputi:
a. Mobilisasi alat–alat kerja ke lokasi pekerjaan;
b. Pembuatan dan pemasangan papan nama pekerjaan;
c. Pembuatan direksi keet;
d. Pengukuran dan pemasangan titik tetap;
e. Pembuatan rakit bambu.

-7-
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

3. Pekerjaan struktur hybridmeliputi:


a. Mobilisasi material pemancangan dari direksi keet ke lokasi strukturhybrid;
b. Pemancangan dan perakitan struktur hybrid;
c. Mobilisasiranting dari direksi keet ke lokasi strukturhybrid;
d. Pengisian ranting pada struktur hybrid;
e. Penyelesaian pekerjaan;
f. Pembuatan dan pemasangan papan nama peringatan;
g. Penyerahan hasil pekerjaan;
h. Pemeliharaan.
4. Pekerjaan lain–lain meliputi:
a. Pembuatan gambar as built drawing dan dokumentasi kegiatan;
b. Pembuatan laporan progress pekerjaan lapangan.

-8-
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

BAB III
Pekerjaan Pra Persiapan
Pasal 10
Pre Construction Meeting
1. Pelaksanaan Pre–Construction Meeting (PCM) harus diselenggarakan segera setelah
pengumuman pemenang dan masa sanggah berakhir serta sebelum kontrak
ditandatangani yang dimaksudkan untuk :
a. Menyamakan dan menyatukan pengertian terhadap seluruh dokumen kontrak,
dan membuat kesepakatan terhadap hal–hal penting yang belum terdapat
dalam dokumen kontrak maupun kemungkinan–kemungkinan kendala yang
akan terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan,
b. Pedoman bersama di dalam menyelesaikan masalah–masalah yang
diperkirakan akan timbul di lapangan saat pelaksanaan, sebagai tahapan awal
dari tindakan pengendalian oleh PPK terhadap pelaksanaan pekerjaan
konstruksi.
2. Rapat PCM harus dihadiri oleh unsur–unsur yang terkait dengan pelaksanaan
kegiatan seperti pihak PPK sebagai unsur pengendali kegiatan, direksi pekerjaan
sebagai pengawas teknis baik dari pemberi kerja ataupun konsultan dan kontraktor
sebagai pelaksana/pelaksana pekerjaan untuk menyamakan dan menyatukan
pengertian terhadap hal–hal yang tercantum dalam dokumen kontrak serta
membuat kesepakatan terhadap hal–hal penting yang belum terdapat dalam
dokumen kontrak maupun kemungkinan–kemungkinan kendala yang akan terjadi
dalam pelaksanaan pekerjaan.
3. Hasil dan tindak lanjut rapat PCM adalah:
a. Rencana kerja pelaksanaan dan bagian–bagian pekerjaan berupa bar chart dan
S–curve bahan maupun tenaga dan mengkoordinaasikan hasilnya kepada
konsultan pengawas/direksi, sehingga pelaksanaan pekerjaan terkendali dan
tidak mengganggu kelancaran proyek secara keseluruhan dan kelancaran
kegiatan disekitar lokasi pekerjaan. Persetujuan terhadap rencana kerja
pelaksanaan tersebut berikut bagian–bagian pekerjaannya dilakukan oleh
konsultan pengawas/direksi;

-9-
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

b. Pekerjaan dapat dilaksanakan setelah pelaksana memperoleh surat ijin memulai


pekerjaan fisik/surat penunjukan dari pejabat pembuat komitmen.

Pasal 11
Surat Perintah Mulai Kerja
1. SPMK diterbitkan oleh pemberi kerja paling lambat 14 hari setelah kontrak
ditandatangani;
2. Dalam SPMK harus dicantumkan pernyataan kepada pelaksana tentang tanggal
paling lambat dimulainya pelaksanaan pekerjaan;
3. Mobilisasi peralatan, bahan dan personil harus dilaksanakan paling lambat 30 (tiga
puluh)hari sejak diterbitkannya SPMK.

Pasal 12
Pemeriksaan Bersama
1. Pemeriksaan lapangan wajib dilaksanakan oleh pemberi kerja kepada pelaksana
sebagai daerah kerja secara keseluruhan atau sebagian lapangan;
2. Hasil pemeriksaan bersama dituangkan dalam berita acara pemeriksaan
bersama dan ditandatangani oleh kedua belah pihak.

- 10 -
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

BAB IV
Pekerjaan Persiapan
Pasal 13
Mobilisasi Alat–alat Kerja ke Lokasi Pekerjaan
1. Alat kerja yang dipakai dalam pekerjaan diutamakan
produk dalam negeri;
2. Alat kerja yang dipakai dapat didatangkan dari luar
daerah jika di sekitar lokasi perkerjaan tidak terdapat alat kerja yang diperlukan;
3. Alat pekerjaan yang akan digunakan untuk pemasangan
atau konstruksi struktur hybrid harus sudah ada dan dilakukan pengecekan lebih
awal guna mengetahui kondisi alat dapat digunakan untuk pekerjaan pemasangan
struktur hybrid;
4. Alat–alat yang diperlukan minimal terdiri dari:
 GPS
 Theodolit
 Gergaji
 2 buah leveling rods, panjang 3 dan 5 m dibuat dari alumunium atau kayu
 Alat kerja bantu lainnya
5. Pelaksana harus menyediakan hal-hal yang diperlukan
untuk keperluan pelaksaan pekerjaan (survey), pelaksana bertanggung jawab atas
semua peralatan survey tersebut terhadap parawatan, kerusakan/kehilangan.
6. Theodolit diperlukan untuk memastikan segmen
terbangun sesuai dengan gambar desain dan menghindari pembangunan struktur
yang tidak lurus.

- 11 -
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

Pasal 14
Pembuatan dan Pemasangan Papan Nama Pekerjaan
1. Pelaksana harus membuat papan nama pekerjaan berukuran 0.90 m x 1.00 m,
sebanyak 1 (satu) buah di lokasi kegiatan, dengan bentuk standar dengan bahan
sesuai yang tertuang pada RAB;
2. Lokasi pemasangan adalah di tepi jalan masuk pekerjaan atau sesuai dengan
petunjuk pemberi pekerjaan;
3. Papan nama pekerjaan harus sudah dipasang sebelum fisik pekerjaan dimulai.

Gambar 1. Papan Nama Pekerjaan

- 12 -
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

Pasal 15
Pembuatan Direksi Keet
1. Pelaksana harus menyediakan direksi keet;
2. Konstruksi direksi keet bersifat non permanen;
3. Lantai ruang penyimpanan material, khususnya untuk material yang sensitif
terhadap air, diberi alas dari bahan anti air untuk mencegah kondisi lembab yang
dapat menyebabkan kerusakan pada material;
4. Direksi keet harus disediakan pasokan listrik dan air sesuai kebutuhan pekerjaan;
5. Pelaksana diwajibkan menyediakan alat komunikasi agar hubungan antara
manajemen yang bekerja di direksi keet dan lokasi pekerjaan dapat berjalan
dengan lancar;
6. Pelaksana bertanggung jawab atas perawatan direksi keetdan perlengkapan
didalamnya;
7. Pelaksana harus membongkar dan/atau memindahkan direksi keet berikut dan
peralatan didalamnya apabila pekerjaan sudah selesai.

- 13 -
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

Gambar 2. Lokasi Direksi Keet Pembangunan Struktur Hybrid Desa Tanjakan, Kecamatan
Krangkeng, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat.

Pasal 16
Pengukuran dan Pemasangan Titik Tetap
1. Umum
a. Untuk menentukan posisi dan ketinggian rencana bangunan di lapangan,
pelaksana harus melakukan pengukuran di lapangan secara teliti dan benar
sesuai dengan referensi Bench Mark (BM) atau titik tetap di lapangan seperti
ditunjukkan dalam gambar atau atas petunjuk PPK (Pejabat Pembuat
Komitmen);
b. Pengukuran untuk penentuan posisi dilakukan dengan peralatan yang
mempunyai presesi tinggi dengan metode triangulasi dan hasilnya disampaikan
ke PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) untuk mendapatkan persetujuan;
c. PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) akan menetapkan 2 (dua) bench mark
sebagai referensi yang ditetapkan di lapangan. Bila bench mark belum ada,
maka pelaksana berkewajiban membuat bench mark sesuai dengan petunjuk
PPK (Pejabat Pembuat Komitmen);
d. Semua batas ketinggian (elevasi) dinyatakan dalam satuan matrik terhadap Low
Water Spring (LWS). Sedangkan ukuran–ukuran dinyatakan dalam satuan
matrik, kecuali bila dinyatakan lain;
e. Dalam hal terdapat perbedaan rencana gambar dan hasil pengukuran yang
dilaksanakan oleh pelaksana dengan kenyataan yang ada di lapangan, maka
sebelum melanjutkan pekerjaan tersebut pelaksana harus melaporkan hal ini
kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) untuk mendapatkan keputusan dan
dinyatakan dalam berita acara;
f. Penentuan titik patok awal dan akhir struktur berdasarkan koordinat pada
gambar. Ketentuan letak bangunan harus dibawah arahan dan pengawasan
pihak direksi, pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur. Pada
tahap penentuan titik patok awal ini penyedia barang dan jasa harus
menyediakan pembantu yang ahli dalam cara–cara mengukur, alat–alat

- 14 -
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

penyipat datar (theodolit, waterpass), prisma silang pengukuran menurut kondisi


dan situasi bangunan, dan pembantu tersebut yang selalu berada di lapangan.
2. Elevasi struktur desain
Elevasi struktur rencana harus sesuai dengan dokumen gambar rencana.

Pasal 17
Pembuatan Rakit Bambu
1. Rakit dibuat untuk:
a. Pengangkutan material dari pinggir pantai ke lokasi pemasangan di perairan
laut;
b. Sebagai pijakan pekerja dalam pemasangan struktur hybrid;
2. Rakit yang dibuat memiliki panjang 6 meter dan lebar 3
meter.

4 buah drum plastik

Gambar 3. Dimensi Rakit

3. Material rakit bagian permukaan atas dan bawah adalah


bambu dan bagian tengah dipasang drum, agar rakit dapat mengapung,
sedangkan pada sisi bawah juga menggunakan bambu agar pada saat surut
permukaan bawah rata dapat menjadi alas yang mudah untuk pergerakannya.

- 15 -
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

- 16 -
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

BAB V
Pekerjaan Struktur Hybrid
Pasal 18
Mobilisasi Material dari Direksi Keet ke Lokasi Struktur Hybrid

1. Bahan yang digunakan dalam kegiatan pembangunan konstruksi hybrid


engineering, dapat dikelompokkan menjadi material yang meliputi:
 Bambu diameter 10 cm
 Tali polyethylene (PE)
 Ranting
 Jaring
2. Semua bahan-bahan yang akan dipakai dalam pekerjaan ini harus memenuhi
ketentuan-ketentuan umum yang berlaku di Indonesia, mengenai bahan bangunan
serta persyaratannya dicantumkan di bawah ini:

No. Material Ketentuan


1. Bambu  Bambu digunakan sebagai struktur utama pada struktur hybrid yang
dipancang. Bambu juga digunakan untuk rakit, struktur melintang
dan pijakan pekerja pada saat pemasangan struktur hybrid.
 Jenis bambu yang digunakan adalah bambu petung, bambu
gombong dan ampeldengan dimensi dan ukuran sesuai gambar
desain.
 Diameter bambu yang dipersyaratkan memiliki diameter minimum
10 cm pada ujung terkecilnya.
2. Tali  Tali yang digunakan yaitu tali Polyethylene (PE).
 Yang dimaksud dengan tali rami adalah tali yang terbuat dari tali
tambang rami yang terbuat dari serat abaca.
 Tali rami yang digunakan berdiameter tali lebih kurang 5 mm.
3. Ranting  Adalah ranting-ranting dari jenis kayu berserat seperti mahoni, jati
dan karet.
 Ranting dari jenis kayu berserat seperti karet, mahoni, jati dan lain–
lain, yang didapat dari lokasi pekerjaan atau dari luar daerah lokasi
pekerjaan jika dilokasi tidak terdapat penyedia bahan material.
 Diameter ranting yang dipersyaratkan memiliki diameter maksimal 5
cm, lebih kecil dari 5 cm diharapkan.
4. Jaring
 Kegunaan jaring untuk membungkus ranting kayu agar tidak terlepas

- 17 -
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

berantakan saat terhempas ombak atau gelombang pasang surut air


laut.
 Jaring yang digunakan memiliki lubang minimal 2 inch,
 Bahan jaring terbuat dari bahan polyethylen

3. Bilamana akibat satu dan lain hal bahan yang dipersyaratkan tidak dapat diperoleh,
pelaksana boleh mengajukan usul perubahan kepada Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) sepanjang mutunya paling tidak sama atau lebih tinggi dengan apa yang
dipersyaratkan; Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) akan menilai dan memberikan
persetujuannya secara tertulis sepanjang memenuhi persyaratan teknis dan
pelaksana diwajibkan untuk sejauh mungkin mempergunakan bahan–bahan
produksi dalam negeri;
4. Pengangkutan material terdiri dari dua kegiatan, meliputi:
a. Material didatangkan dari penyedia barang material
b. Material diangkut dari tempat penyimpanan ke lokasi konstruksi dengan
menggunakan rakit yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Pasal 19
Pemancangan dan Perakitan Struktur Hybrid
1. Material yang digunakan mempunyai kriteria dan syarat sebagaimana
dipersyaratkan dalam RKS ini adalah bambu;
2. Dipasang setelah pekerjaan persiapan dan pengukuran dilaksanakan sebagai alas
landasan struktur hybrid;
3. Penyedia barang dan jasa harus membuat rakit yang terbuat dari bambu dan drum
plastik untuk mengangkut material yang lokasinya tidak dapat dijangkau langsung
dekat dengan pantai;
4. Mutu material yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi yang
dipersyaratkan. Material penyusun struktur HE ditentukan berdasarkan kondisi
ketersediaan di lapangan, spesifikasi bambu harus sesuai dengan spek yang
dipersyaratkan meliputi diameter bambu dan jenis bambu.
5. Ranting yang digunakan berupa ranting kayu berserat seperti dari jenis jati, karet
atau jenis lainnya yang terdapat di sekitar atau diluar lokasi pekerjaan;

- 18 -
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

6. Melakukan perakitan dan pemancangan struktur dengan ukuran material dan jarak
serta desain menyesuaikan gambar, pengikatan struktur bawah dan atas serta
penempatan atau pengisian ranting kayu;
7. Pelaksanaan pemancangan dilakukan dibawah pengawasan konsultan pengawas;
8. Pemancangan tiang (bambu) utama struktur hybrid dilakukan dengan
menggunakan bambu pengayun. Agar tiang bambu yang dipancang dapat berdiri
tegak lurus, bambu diberikan tekanan yang dapat dibebani dengan dua pekerja
atau lebih sampai bambu terbenam sesuai dengan kedalaman yang direncanakan.
Jika pembenaman tidak dapat diselesaikan dengan beban orang, maka dilakukan
pemukulan dengan palu kayu;

Gambar 4. Teknik Pemancangan Tiang Utama Struktur Hybrid

9. Perakitan
a. Perakitan struktur hybrid dari bambu ini menggunakan tali rami sesuai dengan
gambar desain,
b. Setelah struktur utama terpancang dengan baik, kemudian dilakukan
pengisian ranting hingga padat dibungkus dengan
jaring dan dikunci dengan bambu melintang sebagai
pengunci,
c. Dua kegiatan sebelumnya (a dan b) dilakukan per
segmen (misal 10 m), baru diulang kembali hingga
selesai.
10. Pengikatan bambu pancang dengan bambu melintang
Pengikatan bambu pancang dengan bambu melintang
menggunakan tali polyethylen dengan pola ikatan silang.
Pengikatan dilakukan dengan cara menyilang dan minimal

- 19 -
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

sebanyak dua kali ikatan agar mendapatkan ikatan yang kuat dan tidak mudah
lepas. Tipikal pengikatan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

11. Pemasangan awal jaring


Pengaplikasian jaring digunakan untuk menyatukan ranting yang akan dimasukkan
kedalam struktur hybrid, jaring yang diletakkan pada sisi dalam struktur akan
diisikan ranting dan setelah ranting terisi penuh jaring dililitkan atau dilipatkan
pada permukaan ranting sehingga permukaan ranting dapat tertutup rapat, setelah
itu ditahan pada permukaan atas ranting dengan tiang bambu melintang agar
jaring tidak terbuka dan ranting tidak lepas.

Gambar 5. Letak Pemasangan Jaring

- 20 -
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

Gambar 6. Jaring

12. Urutan pekerjaan pengisian ranting, pekerjaan pengisian ranting dan pemasangan
tiang bambu melintang adalah satu pekerjaan yang tidak terpisah. Kegiatan ini
secara garis besar terdiri dari:
a) Penekanan ranting di dalam
lumpur dasar laut,
b) Pengisian ranting harus secara
merata dimana di setiap ujung ranting saling tumpang tindih sehingga akan
memadatkan pengisian ranting di dalam struktur hybrid,
c) Pengisian ranting dilakukan per
layer dalam satu segmen sehingga ranting akan tersusun lebih rapat dan daya
ikat antar ranting akan lebih kuat,
d) Panjang bambu melintang 1,2
meter.
e) Keseluruhan proses pengisian
ranting dan pemasangan tiang bambu melintang dilakukan tidak boleh
terhenti untuk satu segmen. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengurangan
kepadatan ranting dan kehilangan ranting akibat pasang surut air
laut/gelombang. Pekerjaan pemasangan tiang bambu melintang.
13. Pekerjaan pemasangan tiang bambu melintang dilakukan bersamaan dengan
pekerjaan pembangunan struktur utama hybrid dan pengisian ranting, tiang
bambu melintang tersebut di pasang pada struktur atas yang terikat pada tiang

- 21 -
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

utama bambu hybrid yang dipasang menggunakan material bambu dengan


diameter bambu yang dipersyaratkan memiliki diameter minimum 10 cm pada
ujung terkecilnya, jarak yang dipersyaratkan pemancangan antar tiang bambu
melintang ini adalah per 0,7 meter.

Pasal 20
Mobilisasi Ranting dari Direksi Keet ke Lokasi Struktur Hybrid
1. Mobilisasi ranting dari direksi keet ke pinggir pantai lokasi struktur hybrid
dilakukan menggunakan kendaraan dengan kapasitas angkut yang disesuaikan
dengan kapasitas jalan yang dilalui;
2. Mobilisasi ranting dari pinggir pantai ke lokasi pemasangan dilakukan
menggunakan rakit yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Pasal 21
Pengisian Ranting Pada Struktur Hybrid
1. Pengisian ranting dilakukan setelah tiang dan jaring pada struktur hybrid sudah
dipasang, tahapan pengisian ranting dilakukan dengan cara ranting dimasukkan
dengan arah yang sejajar dengan garis pantai, sebaiknya ranting di isi dengan
metode ujung ranting bertemu dengan pangkal ranting, sehingga pada saat
ranting terisi dengan padat tidak akan ada celah kosong lagi dan kondisi struktur
terisi dengan baik.
2. Ranting yang dimasukkan kedalam struktur hybrid harus terisi dengan padat.
Pengisian hingga padat dimaksudkan untuk menghindari struktur yang mudah
roboh atau lepas,
3. Pekerjaan pengisian ranting, kegiatan ini secara garis besar terdiri dari:
a) Pemasangan jaring terlebih dahulu pada permukaan atau dinding struktur
hybrid,
b) Pengisian ranting kedalam struktur yang sudah dipasang jaring,
c) Penekanan ranting ke dalam lumpur dasar laut,

- 22 -
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

d) Pengisian ranting harus secara merata dimana di setiap ujung ranting saling
tumpang tindih sehingga akan memadatkan pengisian ranting didalam
struktur hybrid,
e) Pengisian ranting di lakukan per layer dalam satu segmen sehingga ranting
akan tersusun lebih rapat dan ditahan dengan pemasangan bambu melintang
diatasnya yang diikat menjepit tiang utama agar daya ikat pada celah ranting
akan lebih kuat dan tidak mudah terangkat oleh arus air bagian dasar,
f) Keseluruhan proses pengisian ranting pemasangan melintang bambu
dilakukan tidak boleh terhenti untuk satu segmen. Hal ini dilakukan untuk
menghindari pengurangan kepadatan ranting dan kehilangan ranting akibat
pasang surut air laut/gelombang.
4. Merapikan struktur atas hybrid
Merapikan struktur atas hybrid dimaksudkan untuk pengecekan ulang terhadap
kesesuaian volume ranting yang telah diisikan kedalam struktur. Pengecekan ini
juga bertujuan untuk mengetahui apakah tinggi struktur sudah sesuai dengan
ketentuan yang dipersyaratkan agar pada saat kondisi pasang air laut struktur tidak
terendam air hingga tenggelam,

5. Pendokumentasian pekerjaan pada kondisi 0% sebelum pelaksanaan, 50% pada


saat pelaksanaan dan 100% setelah selesai pelaksanaan, pada tempat lokasi
pekerjaan dengan titik yang sama dan dengan sudut pandang minimal dari 3 arah
yang berbeda dan dilengkapi dengan pendokumentasian menggunakan drone.

Pasal 22
Pembuatan dan Pemasangan Papan Nama Peringatan

1. Papan nama peringatan dibuat sesuai dengan gambar rencana;

2. Papan nama peringatan dibuat dari bahan logam/metal sesuai gambar;

3. Papan nama peringatan minimal memuat informasi:

a. Instansi pemilik (kementerian kelautan dan perikanan)

b. Informasi kegiatan

c. Larangan–larangan

- 23 -
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

d. Dan hal–hal lain yang terkait

Gambar 7. Papan Nama Peringatan

Pasal 23
Penyelesaian Pekerjaan
Segera setelah kegiatan selesai, harus dilakukan pemberesan lokasi kegiatan yang
meliputi pembersihan material sisa pekerjaan dan pembongkaran direksi keet serta
bangunan penunjang lain saat proyek berlangsung.

Pasal 24
Penyerahan Hasil Pekerjaan
Penyerahan hasil kegiatan harus segera dilakukan pada waktu penyerahan pekerjaan
pertama, yaitu pada saat selesainya kontrak.

- 24 -
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

Pasal 25
Pemeliharaan
Pemeliharaan struktur harus dilaksanakan untuk menjaga bentuk struktur.
Pemeliharaan meliputi: penegakan kembali struktur yang miring atau roboh, penguatan
ikatan dengan menambah atau mengganti tali pengikat, penambalan/penggantian
struktur yang rusak, penambahan ranting apabila terjadi pengurangan volume.
Pemeliharaan harus dilakukan selama 12 (dua belas) bulan terhitung setelah masa
kontrak selesai dengan proporsi nilai jaminan pemeliharaan 10% dari nilai kontrak.

- 25 -
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

BAB VI
Pekerjaan Lain–lain
Pasal 26
Pembuatan Gambar Shop Drawing
1. Semua gambar yang disiapkan oleh pelaksana haruslah gambar–gambar yang
telah ditandatangani oleh konsultan perencana dan telah disetujui oleh Pejabat
Pembuat Komitmen, dan apabila ada perubahan harus diserahkan kepada
konsultan pengawas dan meminta persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen untuk
mendapat persetujuan sebelum program pelaksanaan dimulai;
2. Pelaksana harus menyediakan minimal 1 (satu) set gambar–gambar lengkap di
lapangan;
3. Selama masa pelaksanaan, pelaksana jasa harus menyiapkan dan menyimpan satu
set gambar yang dilaksanakan paling akhir untuk tiap–tiap pekerjaan. Pada gambar
yang memperlihatkan perubahan yang sudah dikerjakan sesuai dengan kontrak,
sejauh gambar tersebut sudah dilaksanakan dengan benar kemudian dicap
pengesahan;
4. Gambar–gambar yang dilaksanakan akan diperiksa tiap bulan di lapangan oleh
direksi dan tiap hari oleh pengawas lapangan, apabila diketemukan hal–hal yang
tidak memuaskan dan tidak dilaksanakan, diperbaiki kembali selambat–lambatnya
selama 6 (enam) hari kerja;
5. Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai, pelaksana dan jasa harus menyerahkan
gambar as built drawing 5 (lima) set cetakan yang dijilid ukuran A3 berikut 1 (satu)
set soft file ukuran A3.

Pasal 27
Pembuatan Laporan Kemajuan Pekerjaan Lapangan
1. Konsultan pengawas harus melaporkan kemajuan pekerjaan lapangan
setiap bulan;
2. Laporan kemajuan pekerjaan lapangan yang disampaikan meliputi:
a. Pelaksanaan pekerjaan sesuai proses pelaksanaan pekerjaan

- 26 -
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

b. Kemajuan fisik pekerjaan


c. Administrasi dan keuangan
d. Hambatan dan permasalahan di lapangan

BAB VII
Persyaratan Lain–Lain dan Perubahan–perubahan
Pasal 28
Persyaratan Lain–lain
1. Pelaksana diwajibkan membuat gambar–gambar revisi, bila diperlukan,
dan gambar–gambar detail dari pekerjaan yang akan dilaksanakan. Gambar–
gambar tersebut diajukan kepada konsultan pengawas untuk disetujui. Gambar
revisi atau gambar–gambar detail harus dibuat dalam rangkap 2 (dua) dan
diserahkan kepada direksi. Pelaksana wajib membuat gambar pelaksanaan (as built
drawing) yang harus diserahkan pelaksana kepada direksi pada waktu penyerahan
pekerjaan pertama;
2. Pengurusan ijin–ijin yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan
pemasangan instalasi sementara untuk air dan listrik, bila diperlukan sampai
berfungsi dengan baik serta seluruh biaya yang diperlukan adalah tanggungan
pelaksana;
3. Pelaksana dan konsultan pengawas tidak terlepas dari tanggung jawab
terhadap hal–hal yang tidak diinginkan pada pekerjaan yang dilaksanakan atau
yang diawasi akibat pelaksanaan dan gambar/design yang salah.

Pasal 29
Perubahan–perubahan
1. Semua ketentuan–ketentuan dalam RKS ini dan gambar–gambar kerja dapat
dirubah ditambah, sesuai kebutuhan yang diperlukan, akan tetapi semua hal
tersebut harus dilakukan pada waktu pemberian penjelasan dari pekerjaan ini
(aanwijzing) dan dituangkan berita acara;
2. Perubahan–perubahan pada waktu pelaksanaan apabila menurut direksi diperlukan
akan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

- 27 -
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

- 28 -
RK
S
(SP
Mitigasi Erosi dengan Struktur Hybrid di Kabupaten Indramayu
EK
TE
K)

BAB VII
Penutup
1. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini yang merupakan lingkup
pelaksanaan pekerjaan, pelaksana harus menyelesaikannya sesuai dengan petunjuk
dari direksi pekerjaan baik sesudah atau selama berjalannya pekerjaan, serta
perubahan–perubahan di dalam berita acara aanwijzing (apabila ada);
2. Hal–hal yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian di lapangan
akan diatur oleh konsultan pengawas yang dituangkan dalam berita acara yang
disahkan oleh pihak pelaksana serta dilaporkan dan disetujui oleh PPK (Pejabat
Pembuat Komitmen).

- 29 -

Anda mungkin juga menyukai