I. PENDAHULUAN.
1.1. Latar Belakang
DAS Sungai Citanduy merupakan salah satu DAS di Wilayah Sungai Citanduy dengan
tingkat erosi cukup tinggi. Masalah yang dihadapi adalah aliran deras atau banjir yang
dapat menggerus, sehingga mengakibatkan erosi tebing sungai serta menghantam
tanggul yang dapat mengancam permukiman penduduk, D.I. Cihaur, Sekolah, tempat
beribadah, fasilitas umum serta lahan pertanian disekitarnya. Banjir yang terjadi di
Sungai Citanduy, menyebabkan kerusakan tanggul kiri di Desa Purwasari, Kec.
Wanareja Kab. Cilacap.
Secara umum lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi antara lain:
I. Pekerjaan Persiapan
II. Pelaksanaan K3
III. Pekerjaan Pasangan Batu Kosong
1. Pasangan Batu Kosong 50kg - 100 kg Void 27,5%
2. Timbunan Tanah didatangkan
3. Pemadatan tanah
IV. Pekerjaan Dinding Penahan Tanah
1. Galian Tanah dengan alat berat excavator long arm
2. Timbunan tanah didatangkan
3. Pemadatan tanah
4. Pembongkaran beton
5. Pasangan Beton Ready Mixed K-350
6. Pembesain besi ulir
7. Pemasangan Bekisting
8. Pengadaan Tiang Pancang Beton Ø 30 cm L = 9 m
1
9. Pemancangan Tiang Pancang Beton Ø 30 cm L = 9 m
V. Pekerjaan SSP
1. Pengadaan Turap Baja (SSP)Type II 400 x 100 x 10,5 mm
2. Pemancangan Turap Baja (SSP)Type II 400 x 100 x 10,5 mm
VI. Pekerjaan CCSP
1. Pengadaan Turap Beton (CCSP) Type W 325 L=12 m
2. Pemancangan Turap Beton (CCSP)Type W 325 L=12 m
3. Ahli K3 Konstruksi
a. Tingkat Pendidikan/Ijazah
Minimal Sarjana (S1) Jurusan Teknik Sipil
b. Pengalaman Kerja Profesional
minimal 3 tahun, pernah mengerjakan 3 paket pekerjaan pelaksanaan
Pembangunan / Perbaikan / Normalisasi Sungai / Tanggul Sungai /
Tanggul Pengendalian Banjir yang dibuktikan dengan dokumen kontrak.
c. Sertifikat Kompetensi Kerja
Ahli K3 Konstruksi Muda atau dipersyaratkan Harus memiliki Sertifikat
yang diterbitkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
4. Manager Keuangan
a. Tingkat Pendidikan/Ijazah
Minimal Sarjana (S1) Ekonomi Jurusan Akutansi
b. Pengalaman
Minimal 3 tahun pada bidang keuangan / administrasi
c. Profesi / Keahlian
• Personil Non-Manajerial
1. Pelaksana Pekerjaan Sipil
a. Tingkat Pendidikan/Ijazah
Minimal Sarjana (S1) Jurusan Teknik Sipil
b. Pengalaman Kerja Profesional
minimal 3 tahun, pernah mengerjakan 3 paket pekerjaan pelaksanaan
Pembangunan / Perbaikan / Normalisasi Sungai / Tanggul Sungai /
Tanggul Pengendalian Banjir yang dibuktikan dengan dokumen kontrak.
c. Sertifikat Kompetensi Kerja
Ahli Sumber Daya Air - Muda
2. Pelaksana Pengukuran
a. Tingkat Pendidikan/Ijazah
Minimal Sarjana (S1) Jurusan Teknik Geodesi
b. Pengalaman Kerja Profesional
minimal 3 tahun, pernah mengerjakan 3 paket pekerjaan pelaksanaan
Pembangunan / Perbaikan / Normalisasi Sungai / Tanggul Sungai /
Tanggul Pengendalian Banjir yang dibuktikan dengan dokumen kontrak.
c. Sertifikat Kompetensi Kerja
Ahli Geodesi – Madya
3
3. Juru Gambar
a. Tingkat Pendidikan/Ijazah
Minimal SMK Bangunan
b. Pengalaman Kerja Profesional
minimal 5 tahun, pernah mengerjakan 5 paket pekerjaan pelaksanaan
Pembangunan / Perbaikan / Normalisasi Sungai / Tanggul Sungai /
Tanggul Pengendalian Banjir yang dibuktikan dengan dokumen kontrak.
c. Sertifikat Kompetensi Kerja
SKT Juru Gambar Draftman-Sipil
- Penyedia Jasa diwajibkan Sewa / Pengadaan Kantor Direksi keet (min. 30 m2)
berikut perlengkapannya antara lain meja tulis, kursi, papan tempel untuk
menempatkan gambar-gambar dan grafik-grafik pelaksanaan pekerjaan serta data-
data lainnya, juga buku Direksi, buku tamu, buku monitoring cuaca, material dan
tenaga kerja.
- Semua biaya penyediaan kantor lapangan / barak kerja menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.
- Penyedia Jasa diwajibkan memasang Papan Nama Proyek / Pengadaan Papan nama
proyek dalam pelaksanaan pekerjaan.
- Semua biaya pemasangan papan nama proyek / pengadaan papan nama proyek
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
3. Pembayaran pekerjaan mobilisasi dilakukan atas dasar harga lump sum untuk
setiap alat dan akan dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu :
a. 50% (limapuluh persen) pada akhir mobilisasi, dan
b. 50% (limapuluh persen) pada saat pekerjaan yang termasuk dalam item yang
lain mencapai progres 100% (seratus persen).
4
persen) apabila peralatan konstruksi yang sesuai dengan proposal teknik atau yang
disetujui untuk diganti telah berada dilapangan dan dalam kondisi dapat
dioperasikan.
1. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan fisik, terlebih dahulu Penyedia Jasa harus
melaksanakan pemeriksaan bersama (Mutual Check 0 %). Dilaksanakan bersama
antara Penyedia Jasa, Direksi, dan Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak. Maksud
Mutual Check ini adalah peninjauan dan penyempurnaan gambar rencana serta
volume pekerjaan sesuai kondisi lapangan. Hasil pemeriksaan bersama dituangkan
dalam Berita Acara Mutual Check 0 %, sedangkan hasil penyempurnaan gambar
rencana dipakai sebagai gambar pelaksanaan yang dipersiapkan oleh Penyedia
Jasa, diketahui Direksi Lapangan/Direksi Teknis. serta mendapat persetujuan
Pejabat Pembuat Komitmen.
3. Penyedia Jasa harus membuat patok-patok sementara dari kayu usuk atau bambu
sebagai titik uitzet, dipasang pada setiap jarak maksimum 25 m dan minimum 10
m pada lokasi bangunan, dengan dicat warna merah serta diberi nomor patok.
Patok-patok ini dipasang sedemikian rupa sehingga tidak mudah goyang atau
hilang.
5. Penyedia Jasa harus menjaga titik uitzet dan profil-profil tersebut sampai pekerjaan
selesai, dimana titik uitzet dan profil-profil ini sebagai titik bantu didalam
5
pelaksanaan pekerjaan baik oleh Direksi Lapangan/Direksi Teknis maupun oleh Tim
Pemeriksa Serah Terima Pekerjaan. Apabila patok titik uitzet atau profil-profil
tersebut hilang atau rusak, maka Penyedia Jasa harus segera mengganti patok
atau profil baru dengan persetujuan Direksi Lapangan/Direksi Teknis atas biaya
Penyedia Jasa.
a. Lingkup Pekerjaan
Yang dimaksud pekerjaan Pasangan Batu Kosong 50 kg – 100 kg, void maksimum
27.5% dalam spesifikasi ini adalah semua pekerjaan pengangkutan bahan dan
pemasangan timbunan batu kosong menggunakan alat berat excavator standar
dan excavator long arm diatas ponton. Untuk excavator standar dilakukan dari
bantaran ke sungai dan di hamparkan sampai jangkau maksimal, dilanjukan
dengan menggunakan excavator long arm diatas ponton untuk mencapai jarak
hamparan sesuai dengan rencana pada gambar pelaksanaan serta dilakukan
perapihan yang dibantu dengan tenaga manusia. secara umum kondisi lapangan
tergolong dalam kategori sulit (batu bongkah besar-besar dengan bentuk yang
6
tidak beraturan dengan banyak ruang diantara tumpukanya).
c. Pelaksanaan
Timbunan batu kosong harus dibuat seperti yang ditetapkan pada gambar
rencana atau seperti yang ditunjukkan oleh Direksi.
d. Pengangkutan
1. Penyedia Jasa harus mengajukan rencana pengangkutan material kepada
Direksi/Engineer untuk disetujui sebelum dilakukan pengiriman.
2. Rencana itu meliputi jadwal pengiriman, peralatan transportasi yang akan
digunakan, peralatan yang akan digunakan untuk bongkar muat,
penyimpanan sementara, kuantitas transportasi per hari, dst.
3. Dalam kasus tertentu metode transportasi dapat ditolak jika berdasarkan
penilaian Direksi/Engineer dapat mengakibatkan gangguan serius, terhadap
lalu lintas umum.
e. Penyimpanan
1. Batu harus disimpan secara terpisah berdasarkan kelas batuan sesuai dengan
cara yang telah disetujui oleh Direksi/Engineer.
2. Lapangan tempat penyimpanan batu harus dijaga kebersihan dan
kerapiannya, bebas dari material lain yang mengganggu untuk kemudahan
akses ke tiap kelas batuan dan kemudahan penggunaan sesuai keperluan.
Rencana penjagaan kebersihan harus diajukan untuk disetujui oleh
Direksi/Engineer.
g. Pemasangan Batuan
1. Rencana penyusunan batu harus dibuat dengan lengkap, dengan
menggunakan peralatan yang layak dan atas persetujuan Direksi/Engineer.
2. Penyedia Jasa tidak boleh melaksanakan penyusunan batu sampai ada
persetujuan untuk melaksanakan penyusunan batu telah diberikan oleh
Direksi/Engineer.
3. Timbunan batu harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dicapai bentuk dan
dimensi sesuai dengan gambar rencana.
4. Pekerjaan timbunan batu menggunakan alat berat yaitu Excavator standar
dan Excavator long arm diatas ponton dengan minimal reac atau jangkauan
12m, dibantu dengan tenaga manusian untuk perahan.
5. Untuk menunjang aktifitas konstruksi timbunan batu maka sebelumnya akan
dibangun terlebih dahulu perbaikan top tanggul sebagai sarana jalan yang
akan dilewati oleh berat dan alat-alat transpotasi lainya.
8
2. Bahan untuk pekerjaan timbunan adalah tanah cabluk / batu kapur ( lime
stone) diambil dari luar sesuai dengan persetujuan Direksi Lapangan/Direksi
Teknis.
3. Pemadatan tanah timbunan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal
maksimum 30 cm dan dipadatkan dengan Alat pemadat Baby Roller 2 ton
minimum sebanyak 10 (sepuluh) lintasan sehingga dicapai kepadatan yang
disyaratkan sesuai rencana.
- Bila terjadi kelebihan galian (melampaui batas) karena suatu alasan tertentu,
kecuali jika hasilnya disetujui oleh Direksi Lapangan/Direksi Teknis maka
Penyedia Jasa bertanggung jawab atas biaya dan harus memperbaiki dengan
baik sampai batas dan ketinggian galian yang dibutuhkan sesuai dengan
permukaan pasangan yang diharapkan untuk digunakan sebagai bentuk galian
yang benar.
10
6.2. Pembongkaran Beton
a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pembongkaran yang dimaksud dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan
pembongkaran dengan alat Jack Hammer sesuai dengan gambar rencana dan
petunjuk dari Direksi Lapangan/Direksi Teknis.
a. Lingkup Pekerjaan
1. Yang dimaksud dengan pekerjaan beton yaitu meliputi pekerjaan persiapan,
penyediaan peralatan yang diperlukan, penyediaan pengangkutan bahan dan
pengerjaannya, pembuatan dan pemasangan beton, penyampuran adukan dan
perawatan.
2. Pekerjaan beton harus dibuat seperti yang diterapkan pada gambar rencana.
12
2. Apabila pengecoran selanjutnya ternyata dilaksanakan pada waktu
melebihi 2 jam dari saat penghentian pengecoran, maka daerah
pengecoran yang terhenti tersebut harus diperlakukan sebagai siar
dilatasi. Permukaan beton pada daerah pengecoran yang terhenti harus
dibobok minimal 5 cm sehingga membentuk bidang yang kasar.
Permukaan beton tersebut kemudian diberi bahan bounding agent
seperti EMAGG atau yang setara dan yang dapat menjamin kontinuitas
adukan beton lama dengan beton baru.
c. Konsistensi (Slump)
1. Slump test harus dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan beton. Cara
pelaksanaan slump test harus sesuai dengan SNI 2847-2019.
2. Sebuah kerucut terpancung dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah 20
cm dan tinggi 30 cm (disebut kerucut Abrams) diletakan di atas bidang alas
yang rata tidak menyerap air.
3. Kerucut ini diisi dengan adukan beton, sambil ditekan kebawah, pada
penyokong – penyokongnya. Adukan beton diisikan dalam tiga lapis yang kira
– kira sama tebalnya dan setiap lapis ditusuk – tusuk sepuluh kali dengan
tongkat baja diameter 16 mm dan panjang 60 cm dan dengan ujung yang
dibulatkan, setelah bidang atasnya disipat rata, maka dibiarkan ½ menit.
4. Selama waktu ini adukan beton yang jatuh sekitar kerucut disingkirkan,
segera setelah kerucut diangkat vertikal dengan hati – hati, dan penurunan
tinggi puncak kerucut terhadap tinggi semula diukur.
5. Hasil pengukuran ini disebut slump dan merupakan ukuran dari kekentalan
adukan beton tersebut.
6. Untuk semua pekerjaan beton pada pekerjaan ini, konsistensi adukan (slump)
beton yang disyaratkan adalah 9 s/d 12 cm.
d. Permukaan beton jadi
1. Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus, tidak tampak
bagian – bagian yang keropos, melendut atau bagian – bagian yang
membekas pada permukaannya. Ujung – ujung atau sudut – sudut harus
berbentuk penuh dan tajam.
2. Segera setelah pembongkaran cetakan, bagian – bagian yang rapuh, kasar,
lubang – lubang dan bagian – bagian yang tidak memenuhi syarat harus
segara diperbaiki dengan cara memahatnya dan mengisinya kembali dengan
adukan semen pasir yang sesuai baik kekuatan maupun warnanya, untuk
kemudian diratakan dengan kayu perata.
3. Bila perlu, apabila diperintahkan oleh Direksi Teknis seluruh permukaan beton
tersebut dapat dihaluskan dengan amplas, atau gurinda sehingga seluruh
permukaan jadi beton tersebut rata dan halus. Pekerjaan – pekerjaan itu
sebaiknya diselesaikan secepat mungkin dan tidak lebih dari maksimum 2
(dua) hari setelah pembongkaran cetakan.
4. Pekerjaan plesteran pada permukaan beton jadi tidak diijinkan. Pada pekerjaan
beton, Direksi Lapangan/Direksi Teknis dapat menolak hasil pekerjaan beton
yang pada permukaannya menunjukan tanda – tanda rapuh, keropos atau
bagian – bagian yang diperbaiki, yang diduga akan membahayakan konstruksi.
e. Perawatan beton
1. Beton harus dilindungi selama proses pengerasan pertama dari pengaruh
panas matahari yang merusak, hujan, air yang mengalir atau angin yang
13
kering.
2. Perlindungan harus segera diberikan setelah pengerasan, dengan cara seperti
dibawah ini :
a. Permukaan beton harus ditutup dengan lapisan karung, kanvas atau bahan
sejenis, atau lapisan pasir yang harus terus menerus dibasahi selama 10
hari untuk beton dengan penggunaan portland semen biasa.
b. Setelah permukaan beton dibasahi seluruhnya, lalu ditutup dengan lapisan
kertas kedap air yang disetujui atau membran plastik yang harus tetap pada
beton selama 10 hari untuk beton dengan portland semen biasa.
f. Pengujian beton
a. Semua beton percobaan harus dilakukan sesuai SNI 2847-2019.
b. Untuk pengujian diperlukan 6 (enam) buah contoh beton yang diambil dari
setiap 1 (satu) truck mixer.
c. Setiap beton harus diberi tanda dengan tanggal pengecoran, nomor urut
dan petunjuk – petunjuk lain yang diperlukan oleh Direksi Teknis.
d. Beton percobaan harus diuji sampai hancur akibat gaya tekan dan harus
dilakukan dibawah Pengawas Pekerjaan, tiga dari setiap enam beton
percobaan harus diukur berat dan kekuatan tekannya setelah 7 (tujuh)
hari dan harus dilakukan dengan disaksikan Direksi Teknis dan sisanya
dilakukan setelah 21 hari atau sesuai dengan perintah Direksi
Lapangan/Direksi Teknis.
e. Detail lain mengenai hasil pengujian kekuatan tekan dan data lain seperti
jumlah air dan semen yang dipakai, hasil analisis ayakan agregat dan
perbandingan adukan dari bermacam – macam mutu harus disampaikan
kepada Konsultan Pengawas Pekerjaan setelah 21 hari atau sesuai dengan
perintah pengawas Konsultan Pekerjaan.
f. Setiap beton percobaan harus dibuat sample yang diambil dari salah satu
adukan beton atau dari adukan yang ditunjuk oleh Pengawas Konsultan
Pekerjaan.
g. Kekuatan benda uji yang kurang dari kekuatan rencana (design
standard/Sbk) tidak boleh lebih dari 5% dari 20 benda uji yang dibuat.
h. Kekuatan rata – rata 6 buah benda uji masing – masing tidak boleh lebih
rendah dari (Sbk+0,82 Sr). Selisih antara nilai tertinggi dan terendah
diantara hasil pemeriksaan 6 benda uji tidak boleh lebih besar dari 4,3 Sr.
c. Pelaksanaan
1. Besi tulangan hendaknya bersih, bebas dari karat, kotoran-kotoran, bahan-
bahan lepas, gemuk, minyak, cat Lumpur, bahan-bahan aduk ataupun bahan
lain yang menempel. besi tulangan hendaknya disimpan ditempat terlindung,
ditumpu agar tidak menyentuh tanah dan dijaga agar tidak berkarat ataupun
rusak karena cuaca.
2. Besi tulangan dipotong, dibengkokan atau diluruskan secara hati-hati dan tidak
diperbolehkan untuk pembengkokan yang kedua kalinya. Pemanasan besi
tulangan tidak diijinkan.
3. Penempatan besi tulangan harus cermat ditempatkan sesuai dengan gambar
rencana, dipegang teguh pada posisinya dan didudukkan pada landasan.
Tulangan tidak boleh didudukkan pada bahan metal, atau tulangan duduk
15
langsung pada acuan yang akan menyebabkan bagian baja tulangan nanti
langsung berhubungan dengan udara luar.
4. Sambungan tidak diperbolehkan pada tempat-tempat dengan tegangan
maksimum dan sedapat mungkin diselang-seling sehingga tidak
semuanya/sebagian besar terjadi disuatu tempat. Bila tidak ditentukan dalam
gambar rencana, maka sambungan overlapping diambil 40 kali diameter baja
tulangan bersangkutan.
c. Pelaksanaan
1. Bingkai bekisting harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga kalau ada
sambungan horizontal tidak menerus sampai seluruh permukaan bekisting dan
pada waktu membuka bekisting tidak terjadi kerusakan pada betonnya.
Bekisting harus benar-benar lurus dan sesuai elevasi, kedap mortar serta harus
kaku dan kuat, terutama perancahnya untuk dapat menahan kemungkinan
goyangan dann pelenturan yang terjadi bila kena tekanan beban bahan adukan
beton atau beban yang lain.
2. Penyedia Jasa tidak boleh membuka bekisting sampai beton telah mengeras
dan mempunyai cukup kekuatan untuk menahan beban sendiri maupun beban
kerja yang akan disangganya dengan aman. Bekisting dapat dibongkar setelah
beton berumur 28 (dua puluh delapan) hari dan terlebih dahulu harus
mendapat persetujuan Direksi Lapangan/Direksi Teknis.
3. Bekisting dapat digunakan maksimal dua kali.
a. Peralatan
Alat – alat yang harus disediakan Penyedia Jasa untuk melaksanakan pemancangan
Spun Pile meliputi antara lain :
- Crawler Crane 10 ton + Leader 14 m'
- Diesel Hammer 2,5 ton
- Dan alat pendukung lainnya
b. Pemancangan
1. Pemancangan harus mempertimbangan kemudahan manuver alat. Lokasi stok
material ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi pemancangannya.
2. Tentukan letak titik pancang dengan theodolit dan tandai dengan patok.
3. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as diesel hammer tepat
pada titik pancang yang telah ditentukan.
4. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap tiang.
5. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet
yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.
6. Ujung bawah tiang didudukan secara cermat diatas patok pancang yang telah
ditentukan.
7. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay sambil
diperiksa dengan alat ukur sehingga diperoleh posisi yang betul – betul vertikal.
8. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang di klem dengan center gate
pada dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan,
17
terutama untuk tiang batang pertama.
9. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara
berkesinambungan keatas helmet yang terpasang pada kepala tiang dan harus
selalu dimonitor dengan alat ukur untuk kontrol vertikal dan elevasi rencana.
b. Pemancangan
1. Pemancangan harus mempertimbangan kemudahan manuver alat. Lokasi
stok material ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi pemancangannya.
2. Tentukan letak titik pancang dengan theodolit dan tandai dengan patok
3. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as vibro hammer tepat
18
pada titik pancang yang telah ditentukan
4. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap tiang
5. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet
yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang
6. Ujung bawah tiang didudukan secara cermat diatas patok pancang yang telah
ditentukan
7. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay
sambil diperiksa dengan alat ukur sehingga diperoleh posisi yang betul –
betul vertikal
8. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang di klem dengan center
gate pada dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama
pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama
9. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan bandul pancang
secara berkesinambungan keatas helmet yang terpasang pada kepala tiang
dan harus selalu dimonitor dengan alat ukur untuk kontrol vertikal dan elevasi
rencana.
a. Lingkup Pekerjaan.
Yang dimaksud pekerjaan dalam Spesifikasi ini adalah suatu konstruksi yang
bertujuan untuk menahan tanah agar tidak longsor yang berfungsi untuk
dinding penahan tanah yang dipancang ke dalam tanah sehingga membentuk
dinding vertikal menerus dengan penampang seperti ditunjukan dalam gambar
rencana. Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan sampai lokasi
pekerjaan.
19
8.2. Pemancangan Turap Beton (CCSP) Type W 325 L = 12 m
a. Peralatan
Alat-alat yang harus disediakan Penyedia Jasa untuk melaksanakan
pemancangan Turap Beton meliputi antara lain :
- Crawler Crane 10 ton + Leader 14m'
- Diesel Hammer 1 ton
dan alat – alat lain yang diperlukan
b. Pemancangan
1. Pemancangan harus mempertimbangan kemudahan manuver alat. Lokasi
stok material ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi pemancangannya.
2. Tentukan letak titik pancang dengan theodolit dan tandai dengan patok
3. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as diesel hammer tepat
pada titik pancang yang telah ditentukan.
4. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap tiang.
5. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet
yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.
6. Ujung bawah tiang didudukan secara cermat diatas patok pancang yang telah
ditentukan.
7. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay
sambil diperiksa dengan alat ukur sehingga diperoleh posisi yang betul –
betul vertikal.
8. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang di klem dengan center
gate pada dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama
pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama.
9. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara
berkesinambungan keatas helmet yang terpasang pada kepala tiang dan
harus selalu dimonitor dengan alat ukur untuk kontrol vertikal dan elevasi
rencana.
8.3. Dewatering
a. Lingkup Pekerjaan.
Yang dimaksud pekerjaan Dewatering dalam Spesifikasi ini adalah pekerjaan
pegeringan dengan menggunakan pompa air. Pengoperasian pompa
diasumsikan akan beroperasi 24 jam dan disediakan 20% pompa cadangan
(misalkan untuk 5 buah pompa dioperasikan dan 1 cadangan), maka biaya
operasi per 1 bh pompa.
20
b. Peralatan dan bahan.
Pompa air diesel daya 15 kW dengan suction head max. 3m dan discharge head
max. 20m (kapasitas 1 m3/s pada suction head 1m dan discharge head 10m)
10.1. PELAPORAN
10.1.1. BENTUK LAPORAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
1. Dalam pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi,
seluruh aktivitas dilaporkan sesuai dengan kemajuan pekerjaan.
2. Untuk kondisi tertentu, tata cara pelaporan ini dapat disesuaikan dengan
pertimbangan peningkatan kinerja proyek secara keseluruhan dengan tetap
memastikan tercapainya pengendalian pekerjaan konstruksi.
3. Penyesuaian tata cara pelaporan harus dibahas pada Rapat Persiapan
Pelaksanaan Kontrak (PCM) dan disampaikan secara tertulis kepada PPK.
4. Jenis laporan pada pekerjaan konstruksi:
- Laporan Pelaksanaan Pekerjaan (Laporan yang disusun oleh Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi kepada PPK), terdiri dari:
1) Laporan Harian;
2) Laporan Mingguan; dan
3) Laporan Bulanan.
- Laporan Pengawasan (Laporan yang disusun oleh Direksi Teknis/Konsultan
Pengawas kepada PPK), terdiri dari laporan bulanan, dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Dalam hal tugas pengawasan pekerjaan dilakukan oleh Direksi Teknis,
maka laporan bulanan berupa laporan pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
2) Dalam hal tugas pengawasan pekerjaan dilakukan oleh Konsultan
Pengawas, maka laporan bulanan berupa:
- Laporan pelaksanaan pekerjaan konstruksi; dan
- Laporan pelaksanaan tugas pengawasan.
- Laporan Pengendalian (Laporan yang disusun oleh Kepala Satuan Kerja/PPK
kepada atasan langsung).
10.1.2. LAPORAN PELAKSANAAN
1. Laporan pelaksanaan disampaikan oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
kepada PPK setelah mendapat verifikasi dari Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.
2. Laporan pelaksanaan berisi informasi kemajuan pekerjaansebagaimana yang
ditetapkan di dalam rencana pelaksanaanpekerjaan beserta uraian kendala dan
masalah yang dihadapiPenyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi selama pelaksanaan
21
pekerjaan.
3. Laporan pelaksanaan terdiri dari 3 (tiga) laporan, yaitu:
a. Laporan Harian
b. Laporan Mingguan
c. Laporan Bulanan
10.1.2.1. LAPORAN HARIAN
1. Laporan harian disusun berdasarkan buku harian yang berisi catatan
mengenai rencana dan realisasi pekerjaan harian.
2. Buku harian disusun untuk kepentingan pengendalian
danpengawasan pelaksanaan pekerjaan.
3. Buku harian paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut :
a. Kuantitas dan jenis bahan yang ada di lapangan;
b. Penempatan tenaga kerja untuk setiap macam tugas dan
keterampilan yang diperlukan;
c. Jumlah, jenis dan kondisi peralatan yang tersedia;
d. Jumlah volume cadangan bahan bakar yang tersedia untuk
peralatan;
e. Taksiran kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;
f. Jenis dan uraian pekerjaan yang dilaksanakan;
g. Kondisi cuaca antara lain hujan, banjir dan peristiwa-peristiwa
alam lainnya yang berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan;
h. Catatan-catatan yang berkaitan dengan: pelaksanaan, perubahan
design, gambar kerja (shop drawing), spesifikasi teknis,
keterlambatan pekerjaan dan penyebabnya dan lain sebagainya.
4. Laporan harian disusun dan disampaikan setiap hari
kepadaKasatker/PPK setelah mendapat verifikasi dari Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas.
5. Laporan harian paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Capaian pekerjaan untuk setiap jenis pekerjaan dan/atau sub
pekerjaan, pemenuhan kualitas dan kuantitas bahan yang
digunakan; daftar peralatan yang meliputi jenis, jumlah dan kondisi
peralatan; serta penempatan tenaga kerja untuk setiap pekerjaan
dan/atau sub pekerjaan;
b. Kondisi cuaca, seperti hujan, banjir dan peristiwa alam lainnya yang
berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan;
c. Hambatan dan kendala yang dihadapi berkenaan dengan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan serta kondisi khusus lainnya
yang berdampak atau berpotensi berdampak pada pelaksanaan
pekerjaan;
d. Informasi Keselamatan Konstruksi, seperti kejadian kecelakaan kerja,
catatan tentang kejadian nyaris terjadi kecelakaan kerja (nearmiss
record), dan lain-lain sebagaimana yang disyaratkan di dalam
peraturan;
e. Informasi terkait Keselamatan Konstruksi harus diperiksa oleh Direksi
22
Teknis/Konsultan Pengawas. Laporan harian Keselamatan Konstruksi
dapat dapat dijadikan satu dalam format Laporan harian atau dapat
juga menggunakan format terpisah;
f. Rencana pelaksanaan pekerjaan di hari berikutnya; dan
g. Catatan-catatan yang berkaitan dengan: pelaksanaan, perubahan
desain, gambar kerja (shop drawing), spesifikasi teknis, kelambatan
pekerjaan dan penyebabnya dan lain sebagainya.
6. Dalam laporan harian harus dapat diperoleh informasi terkait sebab-
sebab terjadinya keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, apakah
disebabkan karena kerusakan peralatan, Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi personil/bahan/peralatanterlambat, atau disebabkan
keadaan cuaca buruk.
7. Dokumen asli laporan harian dipelihara oleh PPK;
8. Laporan Harian tersebut dibuat dalam rangkap 4 (empat), disusun oleh
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi, diperiksa oleh Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas dan disetujui oleh Direksi
Lapangan/Konsultan MK dengan distribusi sebagai berikut:
a. Asli untuk Kasatker/PPK;
b. Lembar ke dua untuk Direksi Lapangan/Konsultan MK;
c. Lembar ke tiga untuk Direksi Teknis/Konsultan Pengawas; dan
d. Lembar ke empat untuk Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi.
23
e. Ringkasan kegiatan pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan;
f. Ringkasan aktivitas dan hasil pengendalian Keselamatan Konstruksi,
termasuk kejadian kecelakaan kerja, catatan tentang kejadian nyaris
terjadi kecelakaan kerja (nearmiss record), dan lain-lain.
5. Dokumen asli persetujuan laporan mingguan dipelihara oleh PPK.
6. Laporan mingguan dibuat paling sedikit dalam 3 (tiga) rangkap untuk
didistribusikan kepada:
a.Asli untuk Kasatker/PPK;
b. Lembar ke dua untuk Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi; dan
c. Lembar ke tiga untuk Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.
10.1.2.3. Laporan Bulanan
1. Laporan bulanan disusun dan disampaikan di setiap bulan, pada tanggal
10 (sepuluh) bulan berikutnya kepada Kasatker/PPK setelah mendapat
verifikasi Direksi Teknis/Konsultan Pengawas;
2. Periode pelaporan adalah tanggal 26 sampai dengan tanggal 25 bulan
berikutnya;
3. Laporan Bulanan paling sedikit memuat hal – hal sebagai berikut:
a. Capaian pekerjaan fisik, ringkasan status capaian pekerjaan fisik
dengan membandingkan capaian di bulan sebelumnya, capaian pada
bulan berjalan serta target capaian di bulan berikutnya;
b. Foto dokumentasi;
c. Ringkasan status kondisi keuangan Penyedia Jasa
PekerjaanKonstruksi, status pembayaran dari Pengguna Jasa;
d. Perubahan kontrak dan perubahan pekerjaan;
e. Masalah dan kendala yang dihadapi, termasuk statusnya, tindakan
penanggulangan yang telah dilakukan dan rencana tindakan
selanjutnya;
f. Hambatan dan kendala yang berpotensi terjadi di bulan berikutnya,
beserta rencana pencegahan atau penanggulangan yang akan
dilakukan;
g. Status persetujuan atas usulan dan permohonan dokumen; dan
h. Ringkasan aktivitas dan hasil pengendalian Keselamatan Konstruksi,
termasuk kejadian kecelakaan kerja, catatan tentang kejadian nyaris
terjadi kecelakaan kerja (nearmiss record), dan lain-lain
4. Laporan bulanan dibuat paling sedikit dalam 6 (enam) rangkap untuk
didistribusikan kepada:
a. 4 (empat) dokumen untuk Kasatker/PPK;
b. 1 (satu) dokumen untuk Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi; dan
c. 1 (satu) dokumen untuk Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.
10.1.2.4. Program Kerja dan Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi ( RMPK )
Penyedia jasa harus menyerahkan Program Kerja dan Rencana Mutu
Pekerjaan Konstruksi ( RMPK ) sesuai dengan Lampiran C.5 pada Peraturan
Menteri PUPR Nomor 21/PRT/M/2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen
24
Keselamatan Konstruksi, dengan rincian:
a. RMPK disusun oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi segera setelah
penandatanganan kontrak;
b. RMPK diserahkan dan dipresentasikan pada saat Rapat Persiapan
Pelaksanaan Kegiatan (Pre Construction Meeting/PCM), kemudian
dibahas dan disetujui oleh PPK;
c. Pembahasan RMPK mencakup kecukupan terkait persyaratan penyusunan
RMPK serta kesesuaian dengan lingkup dan persyaratan dalam kontrak;
dan
d. RMPK adalah dokumen yang dinamis, dalam arti dapat dikaji
ulang/direvisi disesuaikan dengan perubahan lingkup pekerjaan dan
metode pelaksanaan dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah
penyusunan dan perubahan tersebut harus disepakati kedua belah pihak.
10.1.2.5. Laporan Kemajuan Pelaksanaan
Sebelum tanggal lima setiap bulan Penyedia Jasa menyerahkan salinan
laporan kemajuan bulanan dalam bentuk yang telah disetujui oleh Direksi
Lapangan/Direksi Teknis, dan menggambarkan secara detail kemajuan
pekerjaan selama bulan terdahulu.
Laporan sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal sebagai berikut :
1. Prosentase kemajuan pekerjaan berdasarkan kenyataan yang dicapai
pada bulan laporan maupun presentase rencana yang diprogramkan
pada bulan berikutnya.
2. Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang diselesaikan maupun
presentase rencana yang diprogramkan harus sesuai dengan kemajuan
yang dicapai pada bulan laporan.
3. Rencana kegiatan dalam waktu dua bulan berturut-turut dengan
ramalan tanggal permulaan dan penyelesaian.
4. Daftar tenaga buruh setempat.
5. Daftar perlengkapan peralatan dan bahan di lapangan yang digunakan
untuk pelaksanaan pekerjaan termasuk yang sudah datang dan
dipindahkan dari lapangan.
6. Jumlah volume dari berbagai pekerjaan yang merupakan bagian
pekerjaan tetap.
2. Hasil rapat dituangkan dalam risalah rapat yang disahkan oleh semua
pihak yang hadir. Hasilnya akan menjadi bagian dari Dokumen
Pelaksanaan.
10.2. DOKUMENTASI.
X. PENUTUP.
Demikian persyaratan atau spesifikasi ini dibuat untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.
Diluar persyaratan ini masih tetap berlaku peraturan-peraturan lain dan dengan
memperhatikan secara feeling Engineering yang perlu mendapat persetujuan Direksi
Pekerjaan.
Apabila dalam persyaratan ini ada kekurangan atau kekeliruan, Penyedia Jasa tidak boleh
mengambil keuntungan dari hal tersebut, melainkan harus diminta penjelasan dari Direksi
Lapangan/Direksi Teknis.
26