Anda di halaman 1dari 26

SPESIFIKASI TEKNIK

Pekerjaan : Rehabiltasi Sungai Citanduy di Desa Purwasari Kab. Cilacap


Satuan Kerja : Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy
Bidang Pelaksanaan Jaringan Sumber Air
Tahun Anggaran : 2022

I. PENDAHULUAN.
1.1. Latar Belakang

DAS Sungai Citanduy merupakan salah satu DAS di Wilayah Sungai Citanduy dengan
tingkat erosi cukup tinggi. Masalah yang dihadapi adalah aliran deras atau banjir yang
dapat menggerus, sehingga mengakibatkan erosi tebing sungai serta menghantam
tanggul yang dapat mengancam permukiman penduduk, D.I. Cihaur, Sekolah, tempat
beribadah, fasilitas umum serta lahan pertanian disekitarnya. Banjir yang terjadi di
Sungai Citanduy, menyebabkan kerusakan tanggul kiri di Desa Purwasari, Kec.
Wanareja Kab. Cilacap.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud pekerjaan ini adalah Rehabiltasi Sungai Citanduy di Desa Purwasari Kab.
Cilacap Jawa Tengah.
Dengan tujuan untuk perlindungan tanggul sungai, yang diharapkan dapat menjaga
keamanan permukima penduduk, Saluran induk Cihaur, sekolah, tempat ibadah,
fasilitas umum serta lahan pertanian disekitarnya, mengurangi / meminimalisir
terjadinya degradasi tanggul sungai sehingga kemiringan menjadi kecil, laju erosinya
dapat terkurangi, kemiringan sungai menjadi stabil, mengurangi keterjalan lereng-
lereng sungai agar tidak terjadi longsor sehingga keamanan dan fungsi tanggul dapat
terjamin.

1.3. Lokasi Pekerjaan


Pekerjaan ini terletak di Desa Purwasari, Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Jawa
Tengah.

1.4. Lingkup Pekerjaan

Secara umum lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi antara lain:
I. Pekerjaan Persiapan
II. Pelaksanaan K3
III. Pekerjaan Pasangan Batu Kosong
1. Pasangan Batu Kosong 50kg - 100 kg Void 27,5%
2. Timbunan Tanah didatangkan
3. Pemadatan tanah
IV. Pekerjaan Dinding Penahan Tanah
1. Galian Tanah dengan alat berat excavator long arm
2. Timbunan tanah didatangkan
3. Pemadatan tanah
4. Pembongkaran beton
5. Pasangan Beton Ready Mixed K-350
6. Pembesain besi ulir
7. Pemasangan Bekisting
8. Pengadaan Tiang Pancang Beton Ø 30 cm L = 9 m
1
9. Pemancangan Tiang Pancang Beton Ø 30 cm L = 9 m
V. Pekerjaan SSP
1. Pengadaan Turap Baja (SSP)Type II 400 x 100 x 10,5 mm
2. Pemancangan Turap Baja (SSP)Type II 400 x 100 x 10,5 mm
VI. Pekerjaan CCSP
1. Pengadaan Turap Beton (CCSP) Type W 325 L=12 m
2. Pemancangan Turap Beton (CCSP)Type W 325 L=12 m

1.5. Standar Mutu


Semua mutu bahan, Mutu pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari
Standar Nasional Indonesia ( SNI ). Bila ada pasal-pasal tidak ada Standar Nasional
Indonesia ( SNI ). Maka dipakai Standar sesuai dengan Spesifikasi Teknik.

II. METODE PELAKSANAAN

2.1 a. Metode Pelaksanaan

1. Penyedia Jasa diwajibkan membuat dan menyampaikan metode pelaksanaan


yang rinci untuk setiap jenis pekerjaan untuk mendapat persetujuan dari Direksi
Lapangan/Direksi Teknis.

2. Walaupun metode pelaksanaan telah mendapat persetujuan dari Direksi


Lapangan/Direksi Teknis., Penyedia Jasa bertanggung jawab penuh terhadap
metode pelaksanaan yang diusulkan. Bila akibat pelaksanaan metode tersebut
timbul kerugian, maka hal tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.

b. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

1. Penyedia Jasa harus menyiapkan jadwal pelaksanaan pekerjaan dalam bentuk


kurva-S (S-Curve) secara detail yang memperlihatkan urutan kegiatan dan
diserahkan kepada Direksi Lapangan/Direksi Teknis. untuk mendapat
persetujuan. Jadwal pelaksaan pekerjaan yang menguraikan berbagai aktifitas
pekerjaan dibuat agar kemajuan pekerjaan dapat dievaluasi ketepatannya sesuai
waktu yang direncanakan.

c. Kebutuhan Tenaga Inti.

Personil Inti Minimum yang wajib disediakan/diadakan oleh Penyedia Jasa :


• Personil Manajerial
1. Manager Proyek
a. Tingkat Pendidikan/Ijazah
Minimal Sarjana (S1) Jurusan Teknik Sipil
b. Pengalaman Kerja Profesional
Minimal pernah mengerjakan 5 paket pekerjaan pelaksanaan
Pembangunan / Perbaikan / Normalisasi Sungai / Tanggul Sungai /
Tanggul Pengendalian Banjir yang dibuktikan dengan dokumen kontrak.
c. Sertifikat Kompetensi Kerja
Ahli Sumber Daya Air Madya / Ahli Manajemen Proyek Madya minimal 4
tahun (Boleh memasukan sertifikat lebih tinggi dari pengalaman minimal
1 (satu) tahun pernah mengerjakan paket pekerjaan pelaksanaan
Pembangunan / Perbaikan / Normalisasi Sungai / Tanggul Sungai /
Tanggul Pengendalian Banjir yang dibuktikan dengan dokumen kontrak).
2
2. Manager Teknik
a. Tingkat Pendidikan/Ijazah
Minimal Sarjana (S1) Jurusan Teknik Sipil
b. Pengalaman Kerja Profesional
Minimal pernah mengerjakan 4 paket pekerjaan pelaksanaan
Pembangunan / Perbaikan / Normalisasi Sungai / Tanggul Sungai /
Tanggul Pengendalian Banjir yang dibuktikan dengan dokumen kontrak.

c. Sertifikat Kompetensi Kerja


Ahli Sumber Daya Air Muda – minimal 3 tahun
(Boleh memasukan sertifikat lebih tinggi dari pengalaman minimal 1
tahun, pernah mengerjakan paket pekerjaan pelaksanaan Pembangunan
/ Perbaikan / Normalisasi Sungai / Tanggul Sungai / Tanggul
Pengendalian Banjir yang dibuktikan dengan dokumen kontrak).

3. Ahli K3 Konstruksi
a. Tingkat Pendidikan/Ijazah
Minimal Sarjana (S1) Jurusan Teknik Sipil
b. Pengalaman Kerja Profesional
minimal 3 tahun, pernah mengerjakan 3 paket pekerjaan pelaksanaan
Pembangunan / Perbaikan / Normalisasi Sungai / Tanggul Sungai /
Tanggul Pengendalian Banjir yang dibuktikan dengan dokumen kontrak.
c. Sertifikat Kompetensi Kerja
Ahli K3 Konstruksi Muda atau dipersyaratkan Harus memiliki Sertifikat
yang diterbitkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

4. Manager Keuangan
a. Tingkat Pendidikan/Ijazah
Minimal Sarjana (S1) Ekonomi Jurusan Akutansi
b. Pengalaman
Minimal 3 tahun pada bidang keuangan / administrasi
c. Profesi / Keahlian

• Personil Non-Manajerial
1. Pelaksana Pekerjaan Sipil
a. Tingkat Pendidikan/Ijazah
Minimal Sarjana (S1) Jurusan Teknik Sipil
b. Pengalaman Kerja Profesional
minimal 3 tahun, pernah mengerjakan 3 paket pekerjaan pelaksanaan
Pembangunan / Perbaikan / Normalisasi Sungai / Tanggul Sungai /
Tanggul Pengendalian Banjir yang dibuktikan dengan dokumen kontrak.
c. Sertifikat Kompetensi Kerja
Ahli Sumber Daya Air - Muda

2. Pelaksana Pengukuran
a. Tingkat Pendidikan/Ijazah
Minimal Sarjana (S1) Jurusan Teknik Geodesi
b. Pengalaman Kerja Profesional
minimal 3 tahun, pernah mengerjakan 3 paket pekerjaan pelaksanaan
Pembangunan / Perbaikan / Normalisasi Sungai / Tanggul Sungai /
Tanggul Pengendalian Banjir yang dibuktikan dengan dokumen kontrak.
c. Sertifikat Kompetensi Kerja
Ahli Geodesi – Madya
3
3. Juru Gambar
a. Tingkat Pendidikan/Ijazah
Minimal SMK Bangunan
b. Pengalaman Kerja Profesional
minimal 5 tahun, pernah mengerjakan 5 paket pekerjaan pelaksanaan
Pembangunan / Perbaikan / Normalisasi Sungai / Tanggul Sungai /
Tanggul Pengendalian Banjir yang dibuktikan dengan dokumen kontrak.
c. Sertifikat Kompetensi Kerja
SKT Juru Gambar Draftman-Sipil

III. PEKERJAAN PERSIAPAN.


3.1. Pembuatan direksi keet, los kerja dan gudang

- Penyedia Jasa diwajibkan Sewa / Pengadaan Kantor Direksi keet (min. 30 m2)
berikut perlengkapannya antara lain meja tulis, kursi, papan tempel untuk
menempatkan gambar-gambar dan grafik-grafik pelaksanaan pekerjaan serta data-
data lainnya, juga buku Direksi, buku tamu, buku monitoring cuaca, material dan
tenaga kerja.

- Penyedia Jasa diwajibkan Sewa/Pengadaan Mes/Barak kerja, Gudang serta fasilitas


penunjang lainya yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan.

- Semua biaya penyediaan kantor lapangan / barak kerja menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.

3.2. Pengadaan & Pemasangan Papan Nama Proyek

- Penyedia Jasa diwajibkan memasang Papan Nama Proyek / Pengadaan Papan nama
proyek dalam pelaksanaan pekerjaan.
- Semua biaya pemasangan papan nama proyek / pengadaan papan nama proyek
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

3.3. Mobilisasi / Demobilisasi Peralatan.

1. Penyedia Jasa diwajibkan mengadakan mobilisasi peralatan yang akan dipakai


dalam pelaksanaan pekerjaan.

2. Biaya mobilisasi / demobilisasi peralatan adalah biaya yang dibutuhkan untuk


mendatangkan maupun mengembalikan alat-alat ke / dari lokasi pekerjaan.

Pemindahan keluar segala peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan


ini dari lokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Direksi Lapangan/Direksi
Teknis.

3. Pembayaran pekerjaan mobilisasi dilakukan atas dasar harga lump sum untuk
setiap alat dan akan dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu :
a. 50% (limapuluh persen) pada akhir mobilisasi, dan
b. 50% (limapuluh persen) pada saat pekerjaan yang termasuk dalam item yang
lain mencapai progres 100% (seratus persen).

4. Pekerjaan mobilisasi diperhitungkan untuk dapat dibayarkan 50% (lima puluh

4
persen) apabila peralatan konstruksi yang sesuai dengan proposal teknik atau yang
disetujui untuk diganti telah berada dilapangan dan dalam kondisi dapat
dioperasikan.

5. Pekerjaan mobilisasi diperhitungkan untuk dapat dibayarkan 100% (seratus


persen) apabila pekerjaan telah selesai seluruhnya, semua fasilitas, instalasi dan
peralatan yang menjadi bagian yang bukan permanen dari bangunan telah
dipindahkan, dan lapangan disekitar pekerjaan telah dibersihkan dari kotoran,
material-material yang tidak dipergunakan dan alat-alat bantu sementara.

6. Peralatan minimum yang wajib disediakan /didatangkan oleh penyedia jasa :

- Exavator Standar min. 140 HP; bucket 0,9 m3 : 6 Unit


- Excavator Long Arm min. 140 HP ; bucket 0,4 m3 : 10 Unit
- Concrete Pump Truck 11.000 cc : 1 Unit
- Diesel Hamer min. 2,5 Ton : 3 Unit
- Crawler Cane min. 10 Ton + leader 14 m : 4 Unit
- Baby Roller min. 2 Ton : 1 Unit
- Pompa Dewatering min. 15 kW : 1 Unit
- Vibro Driver min. 80 HP : 1 Unit
- Water Tank dan Sprayer kap. min. 5000 liter : 1 Unit
- Ponton min. 30 ton : 10 Unit

3.4. Pengukuran, Mutual Check dan Uitzet.

1. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan fisik, terlebih dahulu Penyedia Jasa harus
melaksanakan pemeriksaan bersama (Mutual Check 0 %). Dilaksanakan bersama
antara Penyedia Jasa, Direksi, dan Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak. Maksud
Mutual Check ini adalah peninjauan dan penyempurnaan gambar rencana serta
volume pekerjaan sesuai kondisi lapangan. Hasil pemeriksaan bersama dituangkan
dalam Berita Acara Mutual Check 0 %, sedangkan hasil penyempurnaan gambar
rencana dipakai sebagai gambar pelaksanaan yang dipersiapkan oleh Penyedia
Jasa, diketahui Direksi Lapangan/Direksi Teknis. serta mendapat persetujuan
Pejabat Pembuat Komitmen.

2. Sebagai titik referensi pengukuran, menggunakan titik referensi seperti tercantum


pada gambar rencana. Lokasi yang tepat akan ditunjukkan kemudian oleh Direksi
Lapangan/Direksi Teknis.

3. Penyedia Jasa harus membuat patok-patok sementara dari kayu usuk atau bambu
sebagai titik uitzet, dipasang pada setiap jarak maksimum 25 m dan minimum 10
m pada lokasi bangunan, dengan dicat warna merah serta diberi nomor patok.
Patok-patok ini dipasang sedemikian rupa sehingga tidak mudah goyang atau
hilang.

4. Penyedia Jasa harus membuat profil-profil sesuai dengan ukuran penampang


melintang dan memanjang seperti dalam gambar pelaksanaan yang telah disetujui
oleh Direksi Lapangan/Direksi Teknis. Profil-profil dipasang sesuai dengan jarak
patok dan diberi elevasi puncak rencana, sambungan-sambungan dipaku kuat-kuat
dan dipancang ke dalam tanah.

5. Penyedia Jasa harus menjaga titik uitzet dan profil-profil tersebut sampai pekerjaan
selesai, dimana titik uitzet dan profil-profil ini sebagai titik bantu didalam

5
pelaksanaan pekerjaan baik oleh Direksi Lapangan/Direksi Teknis maupun oleh Tim
Pemeriksa Serah Terima Pekerjaan. Apabila patok titik uitzet atau profil-profil
tersebut hilang atau rusak, maka Penyedia Jasa harus segera mengganti patok
atau profil baru dengan persetujuan Direksi Lapangan/Direksi Teknis atas biaya
Penyedia Jasa.

6. Setelah pelaksanaan pekerjaan fisik selesai, maka Penyedia Jasa harus


melaksanakan pemeriksaan bersama (Mutual Check 100%). Dilaksanakan bersama
antara Penyedia Jasa, Direksi Lapangan/Direksi Teknis dan Panitia Peneliti
Pelaksanaan Kontrak. Pemeriksaan bersama ini untuk mendapatkan pekerjaan
yang sebenarnya dilaksanakan atau Gambar Purnabangun (As-built Drawing) untuk
digunakan sebagai dasar perhitungan volume pekerjaan yang dilaksanakan,
dengan ketentuan bahwa perhitungan volume berdasarkan garis rencana yang
telah ditetapkan :
§ Bilamana dalam pelaksanaan terjadi kurang dari rencana yang telah ditetapkan,
maka Penyedia Jasa wajib menyelesaikan sampai garis rencana.
§ Bilamana didalam pelaksanaan terjadi melebihi garis rencana yang telah
ditetapkan, maka volume dihitung berdasarkan garis rencana.
3.5. Gambar Kerja & Purnabangun

1. Penyedia Jasa harus menyediakan dan menyerahkan gambar-gambar hasil


pengukuran MC 0% (Gambar Pelaksanaan) dan hasil pengukuran MC 100%
(Gambar Purnabangun) masing-masing dibuat rangkap 4 (empat) cetakan
ukuran A1 dan 1 (satu) set gambar kalkir ukuran A1 berat 80 gram. Gambar
pelaksanaan harus sudah diserahkan kepada Pengguna jasa selambat-lambatnya
14 hari setelah dilaksanakannya Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak (pre
construction meeting). Gambar purna bangun diserahkan kepada Pengguna Jasa
selambat – lambatnya 14 hari sebelum penyerahan akhir pekerjaan/ penyerahan
II (FHO).

IV. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( K3 )

Penyedia Jasa harus menyediakan K3 sebagai berikut :


a. Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja
b. Menjamin agar setiap peralatan kerja dapat dipakai secara aman dan efisien
c. Menjamin proses kerja berjalan aman dan lancar
d. Pasilitas penunjang K3 menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

V. PEKERJAAN PASANGAN BATU KOSONG


5.1. Pasangan Batu Kosong 50 kg-100 kg, void maksimum 27,5%

a. Lingkup Pekerjaan
Yang dimaksud pekerjaan Pasangan Batu Kosong 50 kg – 100 kg, void maksimum
27.5% dalam spesifikasi ini adalah semua pekerjaan pengangkutan bahan dan
pemasangan timbunan batu kosong menggunakan alat berat excavator standar
dan excavator long arm diatas ponton. Untuk excavator standar dilakukan dari
bantaran ke sungai dan di hamparkan sampai jangkau maksimal, dilanjukan
dengan menggunakan excavator long arm diatas ponton untuk mencapai jarak
hamparan sesuai dengan rencana pada gambar pelaksanaan serta dilakukan
perapihan yang dibantu dengan tenaga manusia. secara umum kondisi lapangan
tergolong dalam kategori sulit (batu bongkah besar-besar dengan bentuk yang

6
tidak beraturan dengan banyak ruang diantara tumpukanya).

b. Pekerjaan Timbunan Batu


- Dimensi dan spesifikasi material yang akan digunakan pekerjaan timbunan batu
kosong harus sesuai dengan persyaratan dan gambar rencana.
- Pemilihan batu yang akan dipakai dalam pekerjaan ini adalah batu dengan
ukuran sekitar >Ø 0.40 m dengan berat antara 50 kg – 100 kg, void maksimum
27.5%. Bentuk batu adalah tidak beraturan, tidak bulat dan yang penting adalah
memiliki berat yang telah disebutkan sebelumnya.

c. Pelaksanaan
Timbunan batu kosong harus dibuat seperti yang ditetapkan pada gambar
rencana atau seperti yang ditunjukkan oleh Direksi.

d. Pengangkutan
1. Penyedia Jasa harus mengajukan rencana pengangkutan material kepada
Direksi/Engineer untuk disetujui sebelum dilakukan pengiriman.
2. Rencana itu meliputi jadwal pengiriman, peralatan transportasi yang akan
digunakan, peralatan yang akan digunakan untuk bongkar muat,
penyimpanan sementara, kuantitas transportasi per hari, dst.
3. Dalam kasus tertentu metode transportasi dapat ditolak jika berdasarkan
penilaian Direksi/Engineer dapat mengakibatkan gangguan serius, terhadap
lalu lintas umum.

e. Penyimpanan
1. Batu harus disimpan secara terpisah berdasarkan kelas batuan sesuai dengan
cara yang telah disetujui oleh Direksi/Engineer.
2. Lapangan tempat penyimpanan batu harus dijaga kebersihan dan
kerapiannya, bebas dari material lain yang mengganggu untuk kemudahan
akses ke tiap kelas batuan dan kemudahan penggunaan sesuai keperluan.
Rencana penjagaan kebersihan harus diajukan untuk disetujui oleh
Direksi/Engineer.

f. Pengambilan Sampel dan Pengujian Batuan


1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, sample dari tiap kelas batuan harus
diajukan untuk mendapat persetujuan dari Direksi/Engineer bersama
lampiran hasil pengujian yang diperlukan sebagai jaminan sesuai dengan
persyaratan dalam spesifikasi ini.
2. Jika kontraktor bermaksud untuk memenuhi suplai baru dari berbagai
sumber, maka sampel dan pengujian yang diperlukan juga harus berasal dari
tiap-tiap sumber tersebut untuk diajukan.
3. Sebelum pekerjaan lapangan terkait dimulai, sebagian batuan harus telah
dinyatakan diterima oleh Direksi/Engineer dan telah dikirimkan ke tempat
penyimpanan material. Persetujuan pendahuluan dari sampel yang diajukan
harus tidak ditafsirkan sebagai pelepasan hak Engineer untuk menolak tiap
batuan yang dikirimkan yang tidak memenuhi persyaratan spesifikasi.
4. Pengujian dan tiap keras batuan harus dilaksanakan dan diajukan kembali
7
untuk disetujui oleh Direksi/Engineer bilamana sumber material/suplai diganti
dan juga setiap pengiriman 1.000 m3 dari tiap kelas batuan yang dikirimkan
ke lapangan atau sesuai permintaan dari Direksi/Engineer.
5. Jika selama proses pengerjaan oleh Penyedia Jasa ditemukan bahwa tidak
sepenuhnya batuan yang disediakan atau ditempatkan sesuai dengan
persyaratan pada spesifikasi ini, Kontraktor harus memindahkan batuan-
batuan tersebut dan menyediakan serta menempatkan batuan lain dengan
kualitas yang dapat diterima oleh Direksi/Pengawas Konsultan.

g. Pemasangan Batuan
1. Rencana penyusunan batu harus dibuat dengan lengkap, dengan
menggunakan peralatan yang layak dan atas persetujuan Direksi/Engineer.
2. Penyedia Jasa tidak boleh melaksanakan penyusunan batu sampai ada
persetujuan untuk melaksanakan penyusunan batu telah diberikan oleh
Direksi/Engineer.
3. Timbunan batu harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dicapai bentuk dan
dimensi sesuai dengan gambar rencana.
4. Pekerjaan timbunan batu menggunakan alat berat yaitu Excavator standar
dan Excavator long arm diatas ponton dengan minimal reac atau jangkauan
12m, dibantu dengan tenaga manusian untuk perahan.
5. Untuk menunjang aktifitas konstruksi timbunan batu maka sebelumnya akan
dibangun terlebih dahulu perbaikan top tanggul sebagai sarana jalan yang
akan dilewati oleh berat dan alat-alat transpotasi lainya.

h. Penolakan Terhadap Pekerjaan


Jika selama proses pengerjaan oleh Penyedia Jasa ditemukan bahwa tidak
sepenuhnya batuan dan yang disediakan atau ditempatkan sesuai dengan
persyaratan pada spesifikasi ini, Penyedia Jasa harus memindahkan batuan-
batuan tersebut dan menyediakan serta menempatkan batuan yang lain
dengan kualitas yang dapat diterima oleh Direksi/Engineer.

i. Pengukuran dan Pembayaran


Pengukuran dan pembayaran pekerjaan Pasangan Batu 50kg – 100kg, void
maksimum 27.5% dilakukan atas volume timbunan batu kosong yang
terpasang dan disetujui Direksi Lapangan/Direksi Teknis, dengan harga satuan
pekerjaan per meter kubik (m3) seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas
dan Harga.

5.2. Timbunan Tanah didatangkan


a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan dan penghamparan untuk
membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis kelandaian, dan elevasi
penampang melintang yang disyaratkan sesuai dengan gambar rencana dan
petunjuk dari Direksi lapangan/Diresi Tekinis.

b. Pekerjaan Timbunan Tanah, Tanah Didatangkan


1. Yang dimaksud pekerjaan timbunan tanah yaitu meliputi pekerjaan
penyediaan dan pengangkutan bahan, penimbunan, penyebaran dan peralatan
timbunan.

8
2. Bahan untuk pekerjaan timbunan adalah tanah cabluk / batu kapur ( lime
stone) diambil dari luar sesuai dengan persetujuan Direksi Lapangan/Direksi
Teknis.

3. Apabila dalam material timbunan terdapat gumpalan-gumpalan atau


bongkahan-bongkahan, maka terlebih dahulu harus dipecah dengan cakram
atau penggaruk.

4. Material timbunan harus ditimbunkan ke lokasi sesuai rencana pada pada


gambar pelaksanaan, lapis demi lapis dengan tebal maksimum 30 cm.

c. Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran dan pembayaran pekerjaan timbunan tanah, tanah didatangkan,


dilakukan atas volume timbunan yang dilaksanakan dan disetujui oleh Direksi
Lapangan/Direksi Teknis dengan harga satuan pekerjaan per meter kubik (m3)
seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga serta harus dianggap
termasuk biaya untuk penyediaan seluruh tenaga kerja, material-material,
peralatan, alat bantu dan lain sebagainya.

5.3. Pemadatan Tanah


a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Pemadatan tanah yang dimaksud dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan
pemadatan timbunan tanah yang dipadatkan dengan alat pemadat Baby Roller
kapasitas minimal 2 ton hingga mencapai kepadatan yang disyaratkan dan sesuai
dengan gambar rencana dan petunjuk dari Direksi.

b. Pekerjaan Pemadatan Tanah.


Yang dimaksud pekerjaan Pemadatan tanah yaitu meliputi pekerjaan penyediaan
alat pemadat serta melakukan pemadatan tanah hingga mencapai kepadatan yang
disyaratkan, sesuai dengan persetujuan Direksi Lapangan/Direksi Teknis.

1. Apabila tanah timbunan terlalu basah maka pemadatan tidak boleh


dilaksanakan, harus dikeringkan terlebih dahulu sehingga dapat dilakukan
pemadatan. Penimbunan untuk lapis berikutnya dapat dilakukan apabila
lapisan dibawahnya telah dipadatkan.

2. Apabila tanah timbunan terlalu kering, maka pemadatan tidak boleh


dilaksanakan harus disiram terlebih dahulu dengan air, alat yang digunakan
Watter Tank dan Sprayer sampai tingkat kejenuhan yang diharapkan, sehingga
dapat dilakukan pemadatan. Penimbunan untuk lapis berikutnya dapat
dilakukan apabila lapisan dibawahnya telah dipadatkan.

3. Pemadatan tanah timbunan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal
maksimum 30 cm dan dipadatkan dengan Alat pemadat Baby Roller 2 ton
minimum sebanyak 10 (sepuluh) lintasan sehingga dicapai kepadatan yang
disyaratkan sesuai rencana.

c. Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran dan pembayaran pekerjaan Pemadatan tanah dilakukan atas volume


timbunan yang telah dipadatkan yang dilaksanakan dan disetujui oleh Direksi
9
Lapangan/Direksi Teknis, dengan harga satuan pekerjaan per meter kubik (m3)
seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga serta harus dianggap
termasuk biaya untuk penyediaan seluruh tenaga kerja, peralatan, alat bantu dan
lain sebagainya.

VI. PEKERJAAN DINDING PENAHAN TANAH

6.1. Galian Tanah Dengan Alat Berat


a. Lingkup Pekerjaan
Yang dimaksud pekerjaan galian tanah dengan alat berat dalam Spesifikasi adalah
pekerjaan galian tanah dengan alat berat Excavator Long Arm dengan reach
minimal 12 m, meliputi pekerjaan persiapan, penyediaan peralatan, pengerjaan dan
pembuangan hasil galian dimana pengangkutan dan pembuangan tanah hasil
galian ketempat-tempat yang telah ditentukan atau menurut petunjuk Direksi
Lapangan/Direksi Teknis. secara umum kondisi lapangan tergolong dalam kategori
sedang (tanah berpasir, tanah campru tanah liar).

c. Bahan dan Material


- Semua pekerjaan galian harus dikerjakan menurut profil – profil dan ukuran
seperti yang tercantum dalam gambar rencana

- Bila suatu pekerjaan galian sudah diselesaikan dan dirapihkan, Direksi


Lapangan/Direksi Teknis harus diberi tahu sehingga ia akan melakukan
pemeriksaan dengan resmi. Tidak ada galian yang sudah diisi atau ditutup
dengan pasangan sebelum diperiksa oleh Direksi Lapangan/Direksi Teknis.

- Bila terjadi kelebihan galian (melampaui batas) karena suatu alasan tertentu,
kecuali jika hasilnya disetujui oleh Direksi Lapangan/Direksi Teknis maka
Penyedia Jasa bertanggung jawab atas biaya dan harus memperbaiki dengan
baik sampai batas dan ketinggian galian yang dibutuhkan sesuai dengan
permukaan pasangan yang diharapkan untuk digunakan sebagai bentuk galian
yang benar.

- Apabila ditentukan oleh Direksi Lapangan/Direksi Teknis, bahwa tanah hasil


galian memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan penimbunan pada
bekas galian, maka tanah penimbunan tersebut harus diletakan ditempat-tempat
penimbunan sementara sesuai petunjuk Direksi Lapangan/Direksi Teknis.

- Semua material yang tidak memenuhi syarat dan kelebihan material-material


yang berasal dari daerah penggalian, harus ditimbun ditempat-tempat yang
telah ditunjuk oleh Direksi Lapangan/Direksi Teknis.
d. Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran dan pembayaran pekerjaan galian terdiri dari galian tanah mekanik,
dilakukan atas volume galian tanah yang dilaksanakan dan disetujui oleh Direksi
dengan harga satuan pekerjaan per meter kubik (m3) seperti yang tercantum
dalam Daftar Kuantitas dan Harga serta harus dianggap termasuk kompensasi
untuk penyediaan seluruh tenaga kerja, material-material, peralatan, alat bantu
dan lain sebagainya.

10
6.2. Pembongkaran Beton

a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pembongkaran yang dimaksud dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan
pembongkaran dengan alat Jack Hammer sesuai dengan gambar rencana dan
petunjuk dari Direksi Lapangan/Direksi Teknis.

b. Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran dan pembayaran pekerjaan pembongkaran, dilakukan atas volume


pembongkaran dilaksanakan dan disetujui oleh Direksi Lapangan/Direksi Teknis
dengan harga satuan pekerjaan per meter kubik (m3) seperti yang tercantum
dalam Daftar Kuantitas dan Harga serta harus dianggap termasuk biaya untuk
penyediaan seluruh tenaga kerja, peralatan, alat bantu dan lain sebagainya.

6.4. Pasangan Beton Ready Mixed K-350

a. Lingkup Pekerjaan
1. Yang dimaksud dengan pekerjaan beton yaitu meliputi pekerjaan persiapan,
penyediaan peralatan yang diperlukan, penyediaan pengangkutan bahan dan
pengerjaannya, pembuatan dan pemasangan beton, penyampuran adukan dan
perawatan.
2. Pekerjaan beton harus dibuat seperti yang diterapkan pada gambar rencana.

b. Bahan dan Material


1. Semua bahan bangunan dan peralatan untuk pembuatan beton harus
disediakan oleh Penyedia Jasa.
2. Semen Portland yang dipakai adalah Portland Cement yang harus memenuhi
syarat SNI 2049-2015 dengan type I. Penyedia jasa harus menyediakan
sarana penyimpanan semen dengan baik.
3. Semen harus disimpan ditempat yang terlindung dari cuaca luar, kelembaban
dan air, penyimpanan semen harus mengikuti ketentuan – ketentuan material
dalam SNI 2847-2019.
4. Semen harus disimpan dengan teratur dan rapi sesuai dengan urutan
kedatangannya dan pemakaiannya harus diusahakan sesuai dengan urutan
kedatangannya sehingga tidak ada semen yang disimpan terlalu lama.
5. Umur semen yang akan digunakan tidak boleh lebih dari 2 bulan.
6. Semen yang telah menggumpal tidak boleh digunakan.
7. Pasir yang digunakan untuk pasangan beton adalah pasir alam, tajam, keras
harus bersih tidak mengandung kerikil yang keropos dan tanah liat, bebas
bahan – bahan organik dan lain – lain yang merusak beton.
Modulis kehalusan pasir antara 2 sampai 3, memenuhi syarat SNI 2847-2019.
8. Batu pecah yang dipergunakan harus batu pecah yang baik, tajam, keras tidak
mengandung batu pecah yang keropos dan tanah liat, bersih dari debu serta
memenuhi persyaratan gradasi dari ukuran normal yang dipersyaratkan kelas
beton yang dipersyaratkan dalam SNI 2847-2019, tempat pengambilannya
terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Direksi Lapangan/Direksi Teknis.
9. Air yang digunakan harus air bersih tidak mengandung minyak, asam, alkali,
11
garam dan bahan – bahan organik atau bahan – bahan lain yang dapat
menurunkan mutu pekerjaan.

c. Pengerjaan beton Ready Mixed K-350

1. Beton Ready Mixed


a. Campuran beton harus memenuhi mutu beton K-350.
b. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, baja tulangan
beton, pemasangan instalasi yang harus ditanam, penyekangan dan
pengikatan serta penyiapan-penyiapan permukaan yang berhubungan
dengan pengecoran yang telah disetujui Direksi Lapangan/Direksi Teknis.
c. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan cetakan pada tempat
pengecoran beton dan lantai kerja harus bersih dari air yang menggenang,
reruntuhan atau bahan lepas. Permukaan-permukaan dengan bahan-bahan
yang menyerap harus disiram dengan rata hingga kelembaban (air) dari
beton yang baru dicor tidak akan diserap.
d. Semua Construction Joints atau expansion joints seperti yang ditunjuk kan
pada gambar harus dibersihkan seluruhnya dari kelebihan-kelebihan beton
atau material dengan menggaruk atau cara lain yang disetujui Direksi
Lapangan/Direksi Teknis.
e. Beton yang akan dituangkan/dicor harus diusahakan agar pengangkatannya
ketempat posisi terakhir sedekat mungkin, sehingga pada waktu
pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan spesinya.
f. Beton tidak diijinkan untuk dijatuhkan atau diglincirkan secara tak
terkendalikan dari ketinggian lebih dari 1.5 m tanpa harus diaduk lagi.
Pengecoran harus dilaksanakan terus menerus sampai ke tempat
sambungan cor yang disediakan sebelum permulaan pembetonan tahap
berikutnya.
g. Setiap tahap penuangan beton harus dipadatkan betul-betul dengan
vibrator atau dengan alat lain seluruhnya sebelum tahap berikutnya dimulai.
h. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras kecuali ada
usaha-usaha sehingga lokasi/tempat kerja terlindung dari hujan dan atas
persetujuan Direksi Lapangan/Direksi Teknis.
i. Beton yang sudah dicor harus terus-menerus dibasahi dengan air paling
sedikit selama 14 (empat belas) hari. Permukaan beton yang terbuka harus
dilindungi terhadap sinar matahari yang langsung paling sedikit 3 (tiga) hari
sesudah pengecoran.

2. Pengankutan Beton Ready Mixed


1. Pengankutan Beton Ready Mixed kelokasi pekerjaan diangkut dengan truck
mixer dan dilakukan Pengadukan secara terus menerus.
3. Pengecoran terhenti
Apabila pengecoran beton terhenti pada daerah yang tidak direncanakan
sebagai pemberhentian pengecoran, misalkan akibat terjadinya kerusakan
pada peralatan pengecoran. Maka pengecoran selanjutnya hanya dapat
dilakukan dengan memperhatikan persyaratan sebagai berikut :
1. Pengecoran selanjutnya dapat langsung dilakukan jika tidak melebihi 2
jam dari saat penghentian pengecoran.

12
2. Apabila pengecoran selanjutnya ternyata dilaksanakan pada waktu
melebihi 2 jam dari saat penghentian pengecoran, maka daerah
pengecoran yang terhenti tersebut harus diperlakukan sebagai siar
dilatasi. Permukaan beton pada daerah pengecoran yang terhenti harus
dibobok minimal 5 cm sehingga membentuk bidang yang kasar.
Permukaan beton tersebut kemudian diberi bahan bounding agent
seperti EMAGG atau yang setara dan yang dapat menjamin kontinuitas
adukan beton lama dengan beton baru.
c. Konsistensi (Slump)
1. Slump test harus dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan beton. Cara
pelaksanaan slump test harus sesuai dengan SNI 2847-2019.
2. Sebuah kerucut terpancung dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah 20
cm dan tinggi 30 cm (disebut kerucut Abrams) diletakan di atas bidang alas
yang rata tidak menyerap air.
3. Kerucut ini diisi dengan adukan beton, sambil ditekan kebawah, pada
penyokong – penyokongnya. Adukan beton diisikan dalam tiga lapis yang kira
– kira sama tebalnya dan setiap lapis ditusuk – tusuk sepuluh kali dengan
tongkat baja diameter 16 mm dan panjang 60 cm dan dengan ujung yang
dibulatkan, setelah bidang atasnya disipat rata, maka dibiarkan ½ menit.
4. Selama waktu ini adukan beton yang jatuh sekitar kerucut disingkirkan,
segera setelah kerucut diangkat vertikal dengan hati – hati, dan penurunan
tinggi puncak kerucut terhadap tinggi semula diukur.
5. Hasil pengukuran ini disebut slump dan merupakan ukuran dari kekentalan
adukan beton tersebut.
6. Untuk semua pekerjaan beton pada pekerjaan ini, konsistensi adukan (slump)
beton yang disyaratkan adalah 9 s/d 12 cm.
d. Permukaan beton jadi
1. Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus, tidak tampak
bagian – bagian yang keropos, melendut atau bagian – bagian yang
membekas pada permukaannya. Ujung – ujung atau sudut – sudut harus
berbentuk penuh dan tajam.
2. Segera setelah pembongkaran cetakan, bagian – bagian yang rapuh, kasar,
lubang – lubang dan bagian – bagian yang tidak memenuhi syarat harus
segara diperbaiki dengan cara memahatnya dan mengisinya kembali dengan
adukan semen pasir yang sesuai baik kekuatan maupun warnanya, untuk
kemudian diratakan dengan kayu perata.
3. Bila perlu, apabila diperintahkan oleh Direksi Teknis seluruh permukaan beton
tersebut dapat dihaluskan dengan amplas, atau gurinda sehingga seluruh
permukaan jadi beton tersebut rata dan halus. Pekerjaan – pekerjaan itu
sebaiknya diselesaikan secepat mungkin dan tidak lebih dari maksimum 2
(dua) hari setelah pembongkaran cetakan.
4. Pekerjaan plesteran pada permukaan beton jadi tidak diijinkan. Pada pekerjaan
beton, Direksi Lapangan/Direksi Teknis dapat menolak hasil pekerjaan beton
yang pada permukaannya menunjukan tanda – tanda rapuh, keropos atau
bagian – bagian yang diperbaiki, yang diduga akan membahayakan konstruksi.
e. Perawatan beton
1. Beton harus dilindungi selama proses pengerasan pertama dari pengaruh
panas matahari yang merusak, hujan, air yang mengalir atau angin yang
13
kering.
2. Perlindungan harus segera diberikan setelah pengerasan, dengan cara seperti
dibawah ini :
a. Permukaan beton harus ditutup dengan lapisan karung, kanvas atau bahan
sejenis, atau lapisan pasir yang harus terus menerus dibasahi selama 10
hari untuk beton dengan penggunaan portland semen biasa.
b. Setelah permukaan beton dibasahi seluruhnya, lalu ditutup dengan lapisan
kertas kedap air yang disetujui atau membran plastik yang harus tetap pada
beton selama 10 hari untuk beton dengan portland semen biasa.

f. Pengujian beton
a. Semua beton percobaan harus dilakukan sesuai SNI 2847-2019.
b. Untuk pengujian diperlukan 6 (enam) buah contoh beton yang diambil dari
setiap 1 (satu) truck mixer.
c. Setiap beton harus diberi tanda dengan tanggal pengecoran, nomor urut
dan petunjuk – petunjuk lain yang diperlukan oleh Direksi Teknis.
d. Beton percobaan harus diuji sampai hancur akibat gaya tekan dan harus
dilakukan dibawah Pengawas Pekerjaan, tiga dari setiap enam beton
percobaan harus diukur berat dan kekuatan tekannya setelah 7 (tujuh)
hari dan harus dilakukan dengan disaksikan Direksi Teknis dan sisanya
dilakukan setelah 21 hari atau sesuai dengan perintah Direksi
Lapangan/Direksi Teknis.
e. Detail lain mengenai hasil pengujian kekuatan tekan dan data lain seperti
jumlah air dan semen yang dipakai, hasil analisis ayakan agregat dan
perbandingan adukan dari bermacam – macam mutu harus disampaikan
kepada Konsultan Pengawas Pekerjaan setelah 21 hari atau sesuai dengan
perintah pengawas Konsultan Pekerjaan.
f. Setiap beton percobaan harus dibuat sample yang diambil dari salah satu
adukan beton atau dari adukan yang ditunjuk oleh Pengawas Konsultan
Pekerjaan.
g. Kekuatan benda uji yang kurang dari kekuatan rencana (design
standard/Sbk) tidak boleh lebih dari 5% dari 20 benda uji yang dibuat.
h. Kekuatan rata – rata 6 buah benda uji masing – masing tidak boleh lebih
rendah dari (Sbk+0,82 Sr). Selisih antara nilai tertinggi dan terendah
diantara hasil pemeriksaan 6 benda uji tidak boleh lebih besar dari 4,3 Sr.

g. Kelas dan Mutu Beton


Kelas dan mutu beton harus sesuai dengan Standard Indonesia SNI 2847-
2019, sesuai tabel dibawah ini.

Mutu ‘bk ‘bm Kategori Pengawasan


(Kg/cm2 (Kg/cm2) bangunan
) S = 46 (tujuan)
B0 - - Non struktur Kualitas Kuat Desak
Agregat
B1 - - Struktur Pemeriksaan Tidak diuji
dengan mata
14
K.125 125 200 Struktur Pengujian Diuji
dengan analisa
saringan
K.175 175 250 Struktur Pengujian Diuji
dengan analisa
saringan
K.225 225 300 Struktur Pengujian Diuji
dengan analisa
saringan
K.350 350 425 Struktur Pengujian Diuji
dengan analisa
saringan

h. Pengukuran dan pembayaran


Pengukuran dan pembayaran pekerjaan beton dilakukan atas volume beton
yang terpasang dan disetujui Direksi Lapangan/Direksi Teknis, dengan harga
satuan pekerjaan per m3 seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan
Harga.

6.5. Pembesian besi ulir


a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini termasuk dari menyiapkan dan memasang besi ulir yang sesuai
dengan spesifikasi ini dan mengikuti gambar rencana atau petunjuk Direksi
Lapangan/Direksi Teknis.

b. Bahan dan Material.


1. Besi tulangan.
Setiap jenis Besi tulangan yang dihasilkan diproduksi oleh pabrik-pabrik baja
yang terkenal dan mengutamakan produksi dalam negeri.
Pada umumnya setiap pabrik Besi mempunyai standard mutu dan jenis baja,
sesuai dengan spesifikasi yang berlaku. Mutu Besi tulangan yang dipakai
menurut gambar rencana dengan mutu Besi tulangan yang dipergunakan
memenuhi Standar Nasional Indonesia : SNI 07-2052-2002.
2. Kawat Pengikat.
Kawat pengikat harus terbuat dari Besi lunak dengan diameter minimum 1 mm
yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh.

c. Pelaksanaan
1. Besi tulangan hendaknya bersih, bebas dari karat, kotoran-kotoran, bahan-
bahan lepas, gemuk, minyak, cat Lumpur, bahan-bahan aduk ataupun bahan
lain yang menempel. besi tulangan hendaknya disimpan ditempat terlindung,
ditumpu agar tidak menyentuh tanah dan dijaga agar tidak berkarat ataupun
rusak karena cuaca.
2. Besi tulangan dipotong, dibengkokan atau diluruskan secara hati-hati dan tidak
diperbolehkan untuk pembengkokan yang kedua kalinya. Pemanasan besi
tulangan tidak diijinkan.
3. Penempatan besi tulangan harus cermat ditempatkan sesuai dengan gambar
rencana, dipegang teguh pada posisinya dan didudukkan pada landasan.
Tulangan tidak boleh didudukkan pada bahan metal, atau tulangan duduk

15
langsung pada acuan yang akan menyebabkan bagian baja tulangan nanti
langsung berhubungan dengan udara luar.
4. Sambungan tidak diperbolehkan pada tempat-tempat dengan tegangan
maksimum dan sedapat mungkin diselang-seling sehingga tidak
semuanya/sebagian besar terjadi disuatu tempat. Bila tidak ditentukan dalam
gambar rencana, maka sambungan overlapping diambil 40 kali diameter baja
tulangan bersangkutan.

d. Pengukuran dan Pembayaran.


Baja tulangan dihitung dalam kilogram, dimana ukuran baja tulangan ditentukan
didalam gambar rencana. Volume dari baja tulangan diterima dalam keadaan jadi
dan terpasang, dan tidak ada pembayaran terhadap overlap yang ditambahkan
oleh Penyedia Jasa atau terhadap overlap yang tidak ditunjukkan pada gambar
rencana dan tidak disetujui oleh Direksi Lapangan/Direksi Teknis.
Pengukuran dan pembayaran pekerjaan baja tulangan dilakukan atas volume baja
tulangan yang terpasang dan disetujui Direksi Lapangan/Direksi Teknis, dengan
harga satuan pekerjaan per kilogram seperti yang tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga.

6.6. Pemasangan Bekisting


a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini termasuk dari menyiapkan dan memasang bekisting yang sesuai
dengan spesifikasi ini dan mengikuti gambar rencana atau petunjuk Direksi
Lapangan/Direksi Teknis. Bahan dapat digunakan 3 (tiga) kali pemakaian

b. Bahan dan Material.


Bekisting terbuat dari multiflek 12 mm dari kayu klas II dengan kualitas baik atau
sesuai petunjuk Direksi Lapangan/Direksi Teknis.

c. Pelaksanaan
1. Bingkai bekisting harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga kalau ada
sambungan horizontal tidak menerus sampai seluruh permukaan bekisting dan
pada waktu membuka bekisting tidak terjadi kerusakan pada betonnya.
Bekisting harus benar-benar lurus dan sesuai elevasi, kedap mortar serta harus
kaku dan kuat, terutama perancahnya untuk dapat menahan kemungkinan
goyangan dann pelenturan yang terjadi bila kena tekanan beban bahan adukan
beton atau beban yang lain.
2. Penyedia Jasa tidak boleh membuka bekisting sampai beton telah mengeras
dan mempunyai cukup kekuatan untuk menahan beban sendiri maupun beban
kerja yang akan disangganya dengan aman. Bekisting dapat dibongkar setelah
beton berumur 28 (dua puluh delapan) hari dan terlebih dahulu harus
mendapat persetujuan Direksi Lapangan/Direksi Teknis.
3. Bekisting dapat digunakan maksimal dua kali.

d. Pengukuran dan Pembayaran.


Pekerjaan bekisting dihitung dalam meter persegi (m2), dimana ukuran ditentukan
didalam gambar rencana. Luas bekisting diterima dalam keadaan jadi dan
terpasang.
Pengukuran dan pembayaran pekerjaan bekisting dilakukan atas Luas bekisting
yang terpasang dan disetujui Direksi Lapangan/Direksi Teknis, dengan harga
16
satuan pekerjaan per meter persegi seperti yang tercantum dalam Daftar Kuantitas
dan Harga.

6.7. Pengadaan Tiang Pancang Beton Ø 30 cm L = 9 m


a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan tiang pancang beton adalah suatu konstruksi yang bertujuan sebagai
pondasi yang kokoh agar tidak terjadi erosi sehingga terhindar dari segala kerusakan
misalnya faktor tanah dan air, seperti yang ditunjukan dalam gambar rencana.
Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan sampai lokasi pekerjaan.

b. Bahan dan Material


1. Bahan tiang pancang adalah beton Ø 30 cm panjang adalah 9 m’ untuk setiap
batangnya, mutu beton K-600, kelas 2 Bottom
2. Penyedia Jasa harus melampirkan jadwal pengadaan tiang pancang beton,
dukungan dari pabrik pembuat dan melampirkan daftar harga (Price List),
Jadwal pengadaan turap harus disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan
pekerjaan agar tidak terjadi keterlambatan pelaksanaan dilapangan.

c. Pengukuran dan Pembayaran


Pengukuran dan pembayaran pekerjaan tiang pancang beton, dilakukan atas
volume pengadaan per meter yang telah sampai di lokasi pekerjaan dan disetujui
Direksi Lapangan/Direksi Teknis dengan harga satuan per meter seperti yang
tercantum dalam daftar kuantitas dan harga.

6.8. Pemancangan Tiang Pancang Beton Ø 30 cm L = 9 m

a. Peralatan
Alat – alat yang harus disediakan Penyedia Jasa untuk melaksanakan pemancangan
Spun Pile meliputi antara lain :
- Crawler Crane 10 ton + Leader 14 m'
- Diesel Hammer 2,5 ton
- Dan alat pendukung lainnya
b. Pemancangan
1. Pemancangan harus mempertimbangan kemudahan manuver alat. Lokasi stok
material ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi pemancangannya.
2. Tentukan letak titik pancang dengan theodolit dan tandai dengan patok.
3. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as diesel hammer tepat
pada titik pancang yang telah ditentukan.
4. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap tiang.
5. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet
yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.
6. Ujung bawah tiang didudukan secara cermat diatas patok pancang yang telah
ditentukan.
7. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay sambil
diperiksa dengan alat ukur sehingga diperoleh posisi yang betul – betul vertikal.
8. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang di klem dengan center gate
pada dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan,
17
terutama untuk tiang batang pertama.
9. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara
berkesinambungan keatas helmet yang terpasang pada kepala tiang dan harus
selalu dimonitor dengan alat ukur untuk kontrol vertikal dan elevasi rencana.

c. Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran dan pembayaran, berdasarkan kedalaman pemancangan yang


dilaksanakan dan didukung dengan data kalendering permeter panjang (m’),
seperti yang tercantum dalam daftar kuantitas dan harga serta harus sudah
dianggap termasuk kompensasi untuk penyediaan seluruh tenaga kerja, material –
material, peralatan, alat bantu dan lain sebagainya.

VII. PEKERJAAN SSP

7.1. Pengadaan Turap Baja (SSP) Type II 400 x 100 x 10,5 mm


a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Turap baja yang dimaksud disini adalah Turap Baja (SSP) Type II 400
x 100 x 10,5 mm. Pekerjaan ini mencakup pengadaan tiang pancang baja dengan
cara membeli dari pabrik pembuat yang sesuai Spesifikasi Teknis. Pekerjaan ini
mencakup pengadaan, pengangkutan sampai lokasi pekerjaan.

b. Bahan dan Material


- Bahan tiang pancang adalah baja type II 400 x 100 x 10,5 mm
- Penyedia Jasa harus melampirkan jadwal pengadaan tiang pancang baja,
dukungan dari pabrik pembuat dan melampirkan daftar harga (Price List), dan
pernyataan ketersediaan barang serta jadwal pengadaan harus disesuaikan
dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan agar tidak terjadi keterlambatan
pelaksanaan dilapangan.

c. Pengukuran dan Pembayaran


Pengukuran dan pembayaran pekerjaan tiang pancang baja, dilakukan atas
volume pengadaan per meter yang terpasang dan disetujui Direksi
Lapangan/Direksi Teknis dengan harga satuan perbatang seperti yang tercantum
dalam daftar kuantitas dan harga.

7.2. Pemancangan Turap Baja (SSP) Type II 400 x 100 x 10,5 mm


a. Peralatan
Alat–alat yang harus disediakan Penyedia Jasa untuk melaksanakan
pemancangan baja meliputi antara lain :
- Crawler Crane 10 ton + Leader 14m'
- Pile Vibratory Driver 80 HP
- Diesel Generator 40 kVA
- Las listrik 500 A diesel dan alat – alat lain yang diperlukan

b. Pemancangan
1. Pemancangan harus mempertimbangan kemudahan manuver alat. Lokasi
stok material ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi pemancangannya.
2. Tentukan letak titik pancang dengan theodolit dan tandai dengan patok
3. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as vibro hammer tepat
18
pada titik pancang yang telah ditentukan
4. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap tiang
5. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet
yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang
6. Ujung bawah tiang didudukan secara cermat diatas patok pancang yang telah
ditentukan
7. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay
sambil diperiksa dengan alat ukur sehingga diperoleh posisi yang betul –
betul vertikal
8. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang di klem dengan center
gate pada dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama
pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama
9. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan bandul pancang
secara berkesinambungan keatas helmet yang terpasang pada kepala tiang
dan harus selalu dimonitor dengan alat ukur untuk kontrol vertikal dan elevasi
rencana.

c. Pengukuran dan Pembayaran


Pengukuran dan pembayaran pemancangan berdasarkan kedalaman
pemancangan yang dilaksanakan dan didukung dengan data kalendering
permeter panjang (m’), seperti yang tercantum dalam daftar kuantitas dan
harga serta harus sudah dianggap termasuk kompensasi untuk penyediaan
seluruh tenaga kerja, material – material, peralatan, alat bantu dan lain
sebagainya.

VIII. PEKERJAAN CCSP


8.1. Pengadaan Turap Beton (CCSP) Type W 325 L = 12 m

a. Lingkup Pekerjaan.
Yang dimaksud pekerjaan dalam Spesifikasi ini adalah suatu konstruksi yang
bertujuan untuk menahan tanah agar tidak longsor yang berfungsi untuk
dinding penahan tanah yang dipancang ke dalam tanah sehingga membentuk
dinding vertikal menerus dengan penampang seperti ditunjukan dalam gambar
rencana. Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan sampai lokasi
pekerjaan.

b. Bahan dan Material


- Bahan turap beton adalah turap beton Type W.325 (996 x 325 x 110 mm)
kelas B Panjang 12 meter, untuk setiap batangnya mutu beton K-700.

- Penyedia Jasa harus melampirkan jadwal pengadaan turap, dukungan dari


pabrik pembuat dan melampirkan daftar harga (Price List), Jadwal
pengadaan turap harus disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan
agar tidak terjadi keterlambatan pelaksanaan dilapangan.

c. Pengukuran dan Pembayaran.


Pengukuran dan pembayaran pekerjaan tiang turap beton, dilakukan atas
volume pengadaan tiang per batang yang terpasang dan disetujui Direksi
dengan harga satuan per batang seperti yang tercantum dalam daftar
kuantitas dan harga.

19
8.2. Pemancangan Turap Beton (CCSP) Type W 325 L = 12 m

a. Peralatan
Alat-alat yang harus disediakan Penyedia Jasa untuk melaksanakan
pemancangan Turap Beton meliputi antara lain :
- Crawler Crane 10 ton + Leader 14m'
- Diesel Hammer 1 ton
dan alat – alat lain yang diperlukan

b. Pemancangan
1. Pemancangan harus mempertimbangan kemudahan manuver alat. Lokasi
stok material ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi pemancangannya.
2. Tentukan letak titik pancang dengan theodolit dan tandai dengan patok
3. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as diesel hammer tepat
pada titik pancang yang telah ditentukan.
4. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap tiang.
5. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet
yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.
6. Ujung bawah tiang didudukan secara cermat diatas patok pancang yang telah
ditentukan.
7. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay
sambil diperiksa dengan alat ukur sehingga diperoleh posisi yang betul –
betul vertikal.
8. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang di klem dengan center
gate pada dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama
pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama.
9. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara
berkesinambungan keatas helmet yang terpasang pada kepala tiang dan
harus selalu dimonitor dengan alat ukur untuk kontrol vertikal dan elevasi
rencana.

d. Pengukuran dan Pembayaran


Pengukuran dan pembayaran pemancangan Turap Beton berdasarkan
kedalaman pemancangan yang dilaksanakan dan didukung dengan data
kalendering permeter panjang (m’), seperti yang tercantum dalam daftar
kuantitas dan harga serta harus sudah dianggap termasuk kompensasi untuk
penyediaan seluruh tenaga kerja, material – material, peralatan, alat bantu dan
lain sebagainya.

8.3. Dewatering
a. Lingkup Pekerjaan.
Yang dimaksud pekerjaan Dewatering dalam Spesifikasi ini adalah pekerjaan
pegeringan dengan menggunakan pompa air. Pengoperasian pompa
diasumsikan akan beroperasi 24 jam dan disediakan 20% pompa cadangan
(misalkan untuk 5 buah pompa dioperasikan dan 1 cadangan), maka biaya
operasi per 1 bh pompa.

20
b. Peralatan dan bahan.
Pompa air diesel daya 15 kW dengan suction head max. 3m dan discharge head
max. 20m (kapasitas 1 m3/s pada suction head 1m dan discharge head 10m)

c. Pengukuran dan Pembayaran


Pembayaran pekerjaan Dewatering dilakukan atas dasar harga lumpsum seperti
yang tercantum dalam daftar kuantitas dan harga serta harus sudah dianggap
termasuk kompensasi untuk penyediaan seluruh tenaga kerja, peralatan, alat
bantu dan lain sebagainya.

IX. PEKERJAAN LAIN-LAIN

10.1. PELAPORAN
10.1.1. BENTUK LAPORAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
1. Dalam pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi,
seluruh aktivitas dilaporkan sesuai dengan kemajuan pekerjaan.
2. Untuk kondisi tertentu, tata cara pelaporan ini dapat disesuaikan dengan
pertimbangan peningkatan kinerja proyek secara keseluruhan dengan tetap
memastikan tercapainya pengendalian pekerjaan konstruksi.
3. Penyesuaian tata cara pelaporan harus dibahas pada Rapat Persiapan
Pelaksanaan Kontrak (PCM) dan disampaikan secara tertulis kepada PPK.
4. Jenis laporan pada pekerjaan konstruksi:
- Laporan Pelaksanaan Pekerjaan (Laporan yang disusun oleh Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi kepada PPK), terdiri dari:
1) Laporan Harian;
2) Laporan Mingguan; dan
3) Laporan Bulanan.
- Laporan Pengawasan (Laporan yang disusun oleh Direksi Teknis/Konsultan
Pengawas kepada PPK), terdiri dari laporan bulanan, dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Dalam hal tugas pengawasan pekerjaan dilakukan oleh Direksi Teknis,
maka laporan bulanan berupa laporan pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
2) Dalam hal tugas pengawasan pekerjaan dilakukan oleh Konsultan
Pengawas, maka laporan bulanan berupa:
- Laporan pelaksanaan pekerjaan konstruksi; dan
- Laporan pelaksanaan tugas pengawasan.
- Laporan Pengendalian (Laporan yang disusun oleh Kepala Satuan Kerja/PPK
kepada atasan langsung).
10.1.2. LAPORAN PELAKSANAAN
1. Laporan pelaksanaan disampaikan oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
kepada PPK setelah mendapat verifikasi dari Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.
2. Laporan pelaksanaan berisi informasi kemajuan pekerjaansebagaimana yang
ditetapkan di dalam rencana pelaksanaanpekerjaan beserta uraian kendala dan
masalah yang dihadapiPenyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi selama pelaksanaan

21
pekerjaan.
3. Laporan pelaksanaan terdiri dari 3 (tiga) laporan, yaitu:
a. Laporan Harian
b. Laporan Mingguan
c. Laporan Bulanan
10.1.2.1. LAPORAN HARIAN
1. Laporan harian disusun berdasarkan buku harian yang berisi catatan
mengenai rencana dan realisasi pekerjaan harian.
2. Buku harian disusun untuk kepentingan pengendalian
danpengawasan pelaksanaan pekerjaan.
3. Buku harian paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut :
a. Kuantitas dan jenis bahan yang ada di lapangan;
b. Penempatan tenaga kerja untuk setiap macam tugas dan
keterampilan yang diperlukan;
c. Jumlah, jenis dan kondisi peralatan yang tersedia;
d. Jumlah volume cadangan bahan bakar yang tersedia untuk
peralatan;
e. Taksiran kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;
f. Jenis dan uraian pekerjaan yang dilaksanakan;
g. Kondisi cuaca antara lain hujan, banjir dan peristiwa-peristiwa
alam lainnya yang berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan;
h. Catatan-catatan yang berkaitan dengan: pelaksanaan, perubahan
design, gambar kerja (shop drawing), spesifikasi teknis,
keterlambatan pekerjaan dan penyebabnya dan lain sebagainya.
4. Laporan harian disusun dan disampaikan setiap hari
kepadaKasatker/PPK setelah mendapat verifikasi dari Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas.
5. Laporan harian paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Capaian pekerjaan untuk setiap jenis pekerjaan dan/atau sub
pekerjaan, pemenuhan kualitas dan kuantitas bahan yang
digunakan; daftar peralatan yang meliputi jenis, jumlah dan kondisi
peralatan; serta penempatan tenaga kerja untuk setiap pekerjaan
dan/atau sub pekerjaan;
b. Kondisi cuaca, seperti hujan, banjir dan peristiwa alam lainnya yang
berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan;
c. Hambatan dan kendala yang dihadapi berkenaan dengan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan serta kondisi khusus lainnya
yang berdampak atau berpotensi berdampak pada pelaksanaan
pekerjaan;
d. Informasi Keselamatan Konstruksi, seperti kejadian kecelakaan kerja,
catatan tentang kejadian nyaris terjadi kecelakaan kerja (nearmiss
record), dan lain-lain sebagaimana yang disyaratkan di dalam
peraturan;
e. Informasi terkait Keselamatan Konstruksi harus diperiksa oleh Direksi
22
Teknis/Konsultan Pengawas. Laporan harian Keselamatan Konstruksi
dapat dapat dijadikan satu dalam format Laporan harian atau dapat
juga menggunakan format terpisah;
f. Rencana pelaksanaan pekerjaan di hari berikutnya; dan
g. Catatan-catatan yang berkaitan dengan: pelaksanaan, perubahan
desain, gambar kerja (shop drawing), spesifikasi teknis, kelambatan
pekerjaan dan penyebabnya dan lain sebagainya.
6. Dalam laporan harian harus dapat diperoleh informasi terkait sebab-
sebab terjadinya keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, apakah
disebabkan karena kerusakan peralatan, Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi personil/bahan/peralatanterlambat, atau disebabkan
keadaan cuaca buruk.
7. Dokumen asli laporan harian dipelihara oleh PPK;
8. Laporan Harian tersebut dibuat dalam rangkap 4 (empat), disusun oleh
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi, diperiksa oleh Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas dan disetujui oleh Direksi
Lapangan/Konsultan MK dengan distribusi sebagai berikut:
a. Asli untuk Kasatker/PPK;
b. Lembar ke dua untuk Direksi Lapangan/Konsultan MK;
c. Lembar ke tiga untuk Direksi Teknis/Konsultan Pengawas; dan
d. Lembar ke empat untuk Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi.

10.1.2.2. Laporan Mingguan


1. Laporan mingguan disusun dan disampaikan di setiap minggu padahari
Senin di minggu berikutnya kepada Kasatker/PPK setelah mendapat
verifikasi Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.
2. Laporan mingguan paling sedikit memuat capaian
pelaksanaanpekerjaan selama 1 (satu) minggu dan rencana capaian
minggu berikutnya yang disampaikan setiap minggu.
3. Dalam hal Kasatker/PPK melakukan rapat mingguan, laporanmingguan
yang telah diverifikasi kepada Direksi Teknis/Konsultan. Pengawas
harus disampaikan sebelum pelaksanaan rapat mingguandan akan
dibahas pada saat rapat mingguan.
4. Laporan mingguan paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Rangkuman capaian pekerjaan berupa hasil pembandingan capaian
dengan minggu sebelumnya dan capaian pada minggu berjalan
dengan rencana kegiatan dan sasaran capaian pada minggu
berikutnya
b. Hambatan dan kendala yang dihadapi pada kurun waktu 1 (satu)
minggu beserta tindakan penanggulangan yang telah dilakukan dan
potensi kendala pada minggu berikutnya;
c. Dukungan yang diperlukan dari Kasatker/PPK, Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas, dan pihak-pihak lain yang terkait;
d. Ringkasan permohonan persetujuan atas usulan dan dokumen yang
diajukan beserta statusnya;

23
e. Ringkasan kegiatan pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan;
f. Ringkasan aktivitas dan hasil pengendalian Keselamatan Konstruksi,
termasuk kejadian kecelakaan kerja, catatan tentang kejadian nyaris
terjadi kecelakaan kerja (nearmiss record), dan lain-lain.
5. Dokumen asli persetujuan laporan mingguan dipelihara oleh PPK.
6. Laporan mingguan dibuat paling sedikit dalam 3 (tiga) rangkap untuk
didistribusikan kepada:
a.Asli untuk Kasatker/PPK;
b. Lembar ke dua untuk Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi; dan
c. Lembar ke tiga untuk Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.
10.1.2.3. Laporan Bulanan
1. Laporan bulanan disusun dan disampaikan di setiap bulan, pada tanggal
10 (sepuluh) bulan berikutnya kepada Kasatker/PPK setelah mendapat
verifikasi Direksi Teknis/Konsultan Pengawas;
2. Periode pelaporan adalah tanggal 26 sampai dengan tanggal 25 bulan
berikutnya;
3. Laporan Bulanan paling sedikit memuat hal – hal sebagai berikut:
a. Capaian pekerjaan fisik, ringkasan status capaian pekerjaan fisik
dengan membandingkan capaian di bulan sebelumnya, capaian pada
bulan berjalan serta target capaian di bulan berikutnya;
b. Foto dokumentasi;
c. Ringkasan status kondisi keuangan Penyedia Jasa
PekerjaanKonstruksi, status pembayaran dari Pengguna Jasa;
d. Perubahan kontrak dan perubahan pekerjaan;
e. Masalah dan kendala yang dihadapi, termasuk statusnya, tindakan
penanggulangan yang telah dilakukan dan rencana tindakan
selanjutnya;
f. Hambatan dan kendala yang berpotensi terjadi di bulan berikutnya,
beserta rencana pencegahan atau penanggulangan yang akan
dilakukan;
g. Status persetujuan atas usulan dan permohonan dokumen; dan
h. Ringkasan aktivitas dan hasil pengendalian Keselamatan Konstruksi,
termasuk kejadian kecelakaan kerja, catatan tentang kejadian nyaris
terjadi kecelakaan kerja (nearmiss record), dan lain-lain
4. Laporan bulanan dibuat paling sedikit dalam 6 (enam) rangkap untuk
didistribusikan kepada:
a. 4 (empat) dokumen untuk Kasatker/PPK;
b. 1 (satu) dokumen untuk Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi; dan
c. 1 (satu) dokumen untuk Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.
10.1.2.4. Program Kerja dan Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi ( RMPK )
Penyedia jasa harus menyerahkan Program Kerja dan Rencana Mutu
Pekerjaan Konstruksi ( RMPK ) sesuai dengan Lampiran C.5 pada Peraturan
Menteri PUPR Nomor 21/PRT/M/2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen

24
Keselamatan Konstruksi, dengan rincian:
a. RMPK disusun oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi segera setelah
penandatanganan kontrak;
b. RMPK diserahkan dan dipresentasikan pada saat Rapat Persiapan
Pelaksanaan Kegiatan (Pre Construction Meeting/PCM), kemudian
dibahas dan disetujui oleh PPK;
c. Pembahasan RMPK mencakup kecukupan terkait persyaratan penyusunan
RMPK serta kesesuaian dengan lingkup dan persyaratan dalam kontrak;
dan
d. RMPK adalah dokumen yang dinamis, dalam arti dapat dikaji
ulang/direvisi disesuaikan dengan perubahan lingkup pekerjaan dan
metode pelaksanaan dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah
penyusunan dan perubahan tersebut harus disepakati kedua belah pihak.
10.1.2.5. Laporan Kemajuan Pelaksanaan
Sebelum tanggal lima setiap bulan Penyedia Jasa menyerahkan salinan
laporan kemajuan bulanan dalam bentuk yang telah disetujui oleh Direksi
Lapangan/Direksi Teknis, dan menggambarkan secara detail kemajuan
pekerjaan selama bulan terdahulu.
Laporan sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal sebagai berikut :
1. Prosentase kemajuan pekerjaan berdasarkan kenyataan yang dicapai
pada bulan laporan maupun presentase rencana yang diprogramkan
pada bulan berikutnya.
2. Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang diselesaikan maupun
presentase rencana yang diprogramkan harus sesuai dengan kemajuan
yang dicapai pada bulan laporan.
3. Rencana kegiatan dalam waktu dua bulan berturut-turut dengan
ramalan tanggal permulaan dan penyelesaian.
4. Daftar tenaga buruh setempat.
5. Daftar perlengkapan peralatan dan bahan di lapangan yang digunakan
untuk pelaksanaan pekerjaan termasuk yang sudah datang dan
dipindahkan dari lapangan.
6. Jumlah volume dari berbagai pekerjaan yang merupakan bagian
pekerjaan tetap.

10.1.2.6. Laporan Akhir Kegiatan


Penyedia Jasa diwajibkan membuat Laporan Akhir Kegiatan setelah kegiatan
dinyatakan selesai dan dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Laporan ini
berupa rekapitulasi dari laporan bulanan yang harus memuat semua
perubahan – perubahan penting selama berlangsungnya proyek. Laporan ini
dibuat dalam rangkap 5 (lima) dan diserahkan pada saat serah terima
pekerjaan.

10.1.2.7. Laporan Masa Pemeliharaan


Penyedia Jasa diwajibkan membuat Laporan Masa Pemeliharaan yang berisi
kegiatan selama Masa Pemeliharaan. Laporan ini dibuat dalam rangkap 5
(lima) dan diserahkan selambat – lambatnya 5 (lima) hari setelah
berakhirnya Masa Pemeliharaan.

10.1.2.8. Rapat Berkala


25
1. Rapat berkala untuk membahas masalah pelaksanaan pembangunan
akan diadakan secara rutin (mingguan) dengan dikoordinir dan dipimpin
oleh Direksi Pekerjaan dan dihadiri oleh para Pelaksana Pekerjaan yang
langsung berkaitan dengan pekerjaan.

2. Hasil rapat dituangkan dalam risalah rapat yang disahkan oleh semua
pihak yang hadir. Hasilnya akan menjadi bagian dari Dokumen
Pelaksanaan.

Penyedia Jasa wajib menyiapkan semua perlengkapan untuk pengadaan


rapat berkala yang akan diadakan oleh Direksi Lapangan/Direksi Teknis

10.2. DOKUMENTASI.

1. Membuat dan menyerahkan foto-foto dokumentasi untuk laporan progres


pekerjaan pada lokasi yang ditentukan.
2. Minimum 3 (tiga) gambar yang harus diambil pada tiap lokasi yang memper-
lihatkan keadaan sebelum mulai pelaksanaan (0 %), keadaan dalam tahap
pelaksanaan konstruksi (50 %) dan keadaan dalam penyelesaian (100 %). Foto-
foto pada tiap lokasi harus diambil dengan arah tertentu dengan latar belakang
yang mudah dipakai sebagai tanda dari lokasi tersebut.
3. Foto-foto dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan berupa foto digital,
diletakkan dalam album sebanyak 3 (tiga) set.
4. Semua file laporan dan gambar - gambar pelaksanaan maupun As built drawing
selain dalam gambar kalkir A3 dan gambar cetakan A3. disimpan dalam bentuk
CD sebanyak 3 (tiga) set.

X. PENUTUP.

Demikian persyaratan atau spesifikasi ini dibuat untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.

Diluar persyaratan ini masih tetap berlaku peraturan-peraturan lain dan dengan
memperhatikan secara feeling Engineering yang perlu mendapat persetujuan Direksi
Pekerjaan.

Apabila dalam persyaratan ini ada kekurangan atau kekeliruan, Penyedia Jasa tidak boleh
mengambil keuntungan dari hal tersebut, melainkan harus diminta penjelasan dari Direksi
Lapangan/Direksi Teknis.

Banjar, Juni 2022


PPK Sungai dan Pantai I
Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy

Agus Tri Wibowo, ST., MT.


NIP. 1983 0830 2010 12 1 003

26

Anda mungkin juga menyukai