Anda di halaman 1dari 3

EXECUTIVE SUMMARY

Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 2000-2010 sebesar 1,48


persen pertahun. serta semakin maraknya konversi lahan pertanian
merupakan permasalahan yang harus dihadapi dalam pembangunan pangan.
Kondisi ini menurut Suryana (2002) akan mengakibatkan terjadinya kompetisi
dalam pemanfaatan lahan untuk usaha, permukiman, penyediaan sarana
dan  prasarana  publik. Kompetisi yang tidak terkendali akan mengakibatkan
terjadinya degradasi lingkungan terutama penurunan kualitas lahan pertanian.

Permasalahan ketahanan  pangan  lain  yang  dihadapi adalah masih


tingginya konsumsi pangan oleh sumber karbohidrat kelompok pangan padi-
padian. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2010 bahwa situasi konsumsi pangan
masyarakat (kota dan Desa) di Provinsi Sumatera utara memiliki tingkat konsumsi
energy sebesar 1977 Kkal/Kap/Hr dengan tingkat kecukupan energy (%AKE rata-
rata 98,9 sedangkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar 78,7. Keadaan ini
menggambarkan bahwa tingkat konsumsi energi masyarakat di Sumatera Utara
sudah mendekati standar yang telah di tetapkan yaitu 2000 Kkal/Kap/Hr, namun
konsumsi masyarakat Sumatera Utara masih belum beragam, bergizi dan
berimbang yang diindikasikan dengan nilai PPH masih 78,7 atau < 100.

Menurut data BPS 2011, jumlah penduduk Propinsi Sumatera Utara pada
tahun 2010 sebesar 12.982.204 jiwa dengan  laju  pertumbuhan  penduduk  tahun
2000  -  2010 sebesar 1,22%. Tingginya laju pertumbuhan  penduduk tersebut di
bawah rata-rata pertumbuhan nasional (1,48%) menyebabkan tekanan
terhadap   kemampuan memproduksi sendiri penyediaan  kebutuhan
pangan   penduduk   Sumatera Utara. Luas wilayah Sumatera Utara  71.680,68
Km2 yang meliputi taman nasional, suaka  alam, hutan  produksi terbatas dan
hutan lindung serta lahan budidaya pertanian termasuk pemukiman
dan infrastruktur. Luas lahan yang sangat terbatas ini merupakan faktor  penting  
yang   mempengaruhi   kemampuan propinsi Sumatera Utara 
dalam  meningkatkan   ketersediaan  pangan  melalui produksi dalam daerah
sebagai upaya terwujudnya  ketahanan  pangan  yang mandiri.

Berdasarkan hal-hal di atas, maka ada beberapa permasalahan yang ingin


diketahui melalui kajian ini yaitu, Bagaimana  kebutuhan  pangan  penduduk  
Sumatera Utara  tahun 2012 – 2017; Bagaimana kebutuhan luas lahan pertanian
pangan dalam pemenuhan kebutuhan pangan penduduk Sumatera
Utara tahun 2012 – 2017, dan Bagaimana kebutuhan luas lahan pertanian pangan
dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi penduduk  dapat  dipenuhi  dari
potensi  lahan  pertanian yang ada di Sumatera Utara ?

Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kebijakan Program Strategi dan


kegiatan untuk memenuhi kebutuhan luas lahan pertanian pangan dalam
pemenuhan kebutuhan pangan penduduk Sumatera Utara dan tujuan khusus
penelitian yaitu Menganalisis kebutuhan produksi pangan pokok
penduduk   Sumatera Utara Tahun 2012 – 2017, Menganalisis kebutuhan luas
lahan pertanian pangan dalam pemenuhan pangan dan gizi penduduk Sumatera
Utara tahun 2012 – 2017 dan Menganalisis pemenuhan kebutuhan luas lahan
pertanian pangan dari potensi lahan pertanian yang ada.

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat dan Deli Serdang Propinsi


Sumatera Utara yang ditentukan secara purposive (sengaja) untuk diteliti yang
didasarkan atas tujuan tertentu yang sesuai dengan syarat penelitian. Adapun
pertimbangannya adalah karena daerah ini merupakan daerah sentra produksi
tanaman pangan di Sumatera Utara dan mempunyai potensi pengembangan komoditi
tanaman pangan yang sangat baik untuk meningkatkan produksi pangan Sumatera
Utara. Waktu penelitian pada bulan Juni 2012 sampai dengan Oktober 2012

Berdasarkan hasil penelitian bahwa, pangan olahan. Kebutuhan produksi


padi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi ideal penduduk Sumatera Utara
pada tahun 2017 mencapai 3.932.874.59 GKG, Jagung mencapai 2.826.572,01
ton, kedelai mencapai 12.567,61 ton, dan kebutuhan produksi ubi kayu
mencapai 3.092.648,82 ton dengan jumlah penduduk 14.132.297,14 jiwa;
Kebutuhan luas lahan padi sawah Sumatera Utara tahun 2017 guna memenuhi
kebutuhan pangan ideal yaitu 745.514,09 hektar dan Pada tahun 2017
pemenuhan kebutuhan produksi padi sawah Sumatera Utara dapat terpenuhi
dari produksi dengan luas lahan padi sawah yang telah dimanfaatkan tahun
2011.

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dilakukan beberapa kebijakan


sebagai berikut

a. Melakukan peningkatan diversifikasi konsumsi pangan melalui:


1) Program fasilitasi dan pendampingan pengembangan teknologi
2) Program peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku konsumsi pangan.
3) Program peningkatan produksi dan produktifitas komoditas pangan.

b. Pengendalian laju konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian


dengan menetapkan 75.500 hektar luas potensi lahan padi sawah
merupakan kawasan/lahan pertanian pangan berkelanjutan dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Utara.

c. Mempersiapkan pendanaan, khususnya yang berhubungan dengan promosi


agar program percepatan penganekaragam konsumsi pangan dapat segera
disosialisasikan pada masyarakat.

d. Membangun Sistem Informasi Terpadu yang mengakomodir informasi


terkait ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan, keamanan pangan,
status gizi masyarakat, situasi kerawanan pangan serta informasi
ketersediaan dan penggunaan maupun pemanfaatan lahan pertanian
pangan.

e. Reformasi keagrariaan diperlukan untuk meningkatkan akses petani


terhadap lahan dan air serta meningkatkan rasio luas lahan perkapita.
Selain dengan reforms agraria, pengembangan luas lahan pertanian juga
dilakukan dengan mengendalikan konversi lahan pertanian dan
pencadangan lahan abadi untuk pertanian , fasilitasi terhadap pemanfaatan
lahan (pembukaan lahan pertanian baru), serta penciptaan suasana yang
kondusif untuk agroindustri pedesaan sebagai penyedia lapangan kerja
dan peluang peningkatan pendapatan serta kesejahteraan keluarga petani.

f. Menurunnya luas lahan untuk tanaman kedelai berdampak terhadap beberapa


sektor, maka kebijakan strategi yang di lakukan adalah:
1) memiliki daya saing yang tinggi,
2) Pengembangan kedelai diarahkan pada peningkatan produksi, perbaikan
kualitas dan dayaguna produk olahan yang mampu bersaing dengan
produk olahan dari bahan baku non kedelai.
3) Peningkatan produktivitas, dimana diprioritaskan pada wilayah-wilayah
di sentra produksi yang produktivitasnya rendah, di mana tingkat
penerapan teknologi oleh petani juga masih rendah.
4) Diperlukan dukungan kebijakan yang dapat melindungi harga kedelai
domestik dan kebijakan pemberlakuan tarif impor serta pembatasan
jumlah impor. Harga kedelai hampir tidak tersentuh oleh kebijakan
pemerintah, karena lebih banyak ditentukan oleh mekanisme pasar , yang
tentu saja terkait dengan permintaan dan persediaan (demand and
supply).

Anda mungkin juga menyukai