Anda di halaman 1dari 87

BAB.

1
PENDAHULUAN

Pembangunan/Duplikasi Jembatan Cisokan


1 PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Dalam pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan/Duplikasi Jembatan Cisokan ini
diperlukan strategi pelaksanaan yang matang untuk menyelesaikan pekerjaan tepat
pada waktunya dan mutu yang memenuhi kepentingan Pengguna Jasa.
Adapun lingkup strategi pelaksanaan tersebut yaitu :
• Rencana jalan akses menuju lokasi pekerjaan
• Rencana penempatan basecamp dan site management
• Rencana mendatangkan material proyek dan jalur transportasinya.
Strategi urutan pelaksanaan/metode konstruksi tentang tahapan pekerjaan dari awal
pekerjaan sampai dengan akhir pekerjaan.

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud dari kegiatan ini adalah dalam rangka melakukan Rekonstruksi Jalan
melalui perbaikan dan pembangunan infrastruktur baik bangunan utama serta
bangunan pelengkapnya.
2. Tujuan dari pekerjaan konstruksi ini adalah menunjang kelancaran transportasi
dan dapat terpenuhinya kebutuhan jalan yang memadai.

C. Gambaran Umum Pekerjaan


1. Nama Kegiatan : Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas
Jalan Nosional
2. Nama Pekerjaan : Pembangunan/Duplikasi Jembatan Cisokan
2. Jenis Pekerjaaan : Jasa Kontruksi
3. Satuan Kerja : Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Direktorat Jenderal Bina Marga, Balai Besar
Pelaksanaan Jalan DKI Jakarta – Jawa Barat, Satuan
Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II
Provinsi Jawa Barat
4. Sumber Dana : APBN Tahun Anggaran 2021

PT. LIKATAMA GRAHA MANDIRI


5. Nilai Pagu : Rp. 23,570,500,000.00 (Dua Puluh Tiga Milyar
Lima Ratus Tujuh Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)
6. Nilai HPS : Rp. 23,564,045,000,00 (Dua Puluh Tiga Milyar
Lima Ratus Enam Puluh Empat Juta Empat Puluh
Lima Ribu Rupiah)
7. Lokasi Pekerjaan : Kab. Cianjur, Prov Jawa Barat
8. Waktu Pelaksanaan : 240 (Dua Ratus Empat Puluh) hari kalender

D. Pelaporan
Dalam pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan/Duplikasi Jembatan Cisokan,
terdapat laporan yang kami sediakan sebagai berikut :
1. Laporan Harian
2. Laporan Mingguan
3. Laporan Bulanan
4. Shop Drawing
5. As Build Drawing
Laporan tersebut kami sampaikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen selaku
Pengguna Anggaran dan dibukti dengan Berita Acara Pemeriksaan Pekejaan (BAPP)
dan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan (BAST).

PT. LIKATAMA GRAHA MANDIRI


BAB. 2
PEKERJAAN PERSIAPAN

Pembangunan/Duplikasi Jembatan Cisokan


2 PEKERJAAN PERSIAPAN

A. Ruang Lingkup

Mobilisasi

Pembongkaran Gedung

Galian Struktur Bronjong

Minipile Bored Pile

DPT Abutment

Timbunan Pilihan Penyediaan Rangka Baja

Pemasangan Rangka
Baja

Lantai Jembatan

Aspal & Aksesoris

Pembongkaran
Jembatan Existing
Tahapan pelaksanaan seperti di atas, didasarkan atas hubungan ketergantungan
sebagai berikut:
1. Pembongkaran Jembatan Existing dilakukan di akhir sehingga lalu lintas tetap
terjaga selama proses pekerjaan di laksanakan
2. Setelah mobilisasi, segera dilakukan pembongkaran bangunan gedung existing
sehingga ruang kerja dapat leluasa dan steril. Pekerjaan dapat berlangsung
efektif dan resiko kecelakaan dapat diminimalkan
3. Setelah pembongkaran dilakukan penggalian struktur untuk DPT dan Bor Pile /
Abutment sesuai elevasi desain dan pemasangan bronjong. Bronjong dilakukan
di awal karena elevasinya beririsan dengan bor pile. Dengan dilakukan
pemasangan bronjong terlebih dahulu, tanah di sekitar bor pile akan lebih stabil
4. Setelah diperoleh elevasi kerja, dilakukan pemancangan minipile (tiang pancang
beton) dan pekerjaan bored pile
5. Kemudian dilakukan pekerjaan DPT dan Abutment (beton bertulang)
6. Setelah itu dilakukan pekerjaan timbunan pilihan. Material timbunan pilihan
sudah tertahan oleh DPT dan Abutment.
7. Dengan elevasi oprit yang sudah tidak terlalu jauh dibanding dengan pilar, dapat
dimulai pemasangan Link Set dan Counterweight. Area kerja untuk pemasangan
rangka baja juga sudah cukup luas
8. Kemudian dilakukan pemasangan rangka baja
9. Setelah rangka baja terpasang, dilakukan pengecoran lantai jembatan
10. Kemudian dilakukan pekerjaan perkerasan aspal. Sebelumnya base jalan sudah
selesai dilaksanakan
11. Setelah perkerasan selesai, arus lalu lintas dapat dialihkan ke jembatan yang
baru dibangun, dan jembatan existing dapat dibongkar.

Dalam bagian ini akan diuraikan metode pelaksanaan yang kami tawarkan untuk pekerjaan
utama dan beberapa pekerjaan lainnya, agar dapat menggambarkan bahwa dengan metode
yang kami tawarkan akan diperoleh hasil akhir sesuai dengan spesifikasi, volume dan waktu
pekerjaan yang disyaratkan. Uraian cara kerja dari masing-masing jenis pekerjaan secara
umum dibuat berurutan mengikuti flow chart tahapan pekerjaan di atas.
B. Lokasi Pekerjaan
Lokasi Pekerjaan Pekerjaan Pembangunan/Duplikasi Jembatan Cisokan di Jalan
Jl. Raya Agrabinta, Mekarsari, Agrabinta, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat

Gambar 2-1. Lokasi Pekerjaan

Gambar 2-2. Kondisi Lokasi Pekerjaan


C. Personil
Untuk kelancaraan pelaksanaan pekerjaan, kami selaku kontraktor menyediakan
tenaga Personil sebagai berikut :
1. Manager Pelaksana / Proyek (General Superintendent)
Manager Pelaksana / Proyek (General Superintendent) adalah orang yang
dipercaya dan diberi kewenangan oleh penyedia jasa konstruksi untuk
memimpin pelaksanaan di lapangan dan sebagai wakil perusahaan.
Fungsi utama Manager Pelaksana / Proyek (General Superintendent) adalah
memimpin dan mengendalikan pekerjaan di lapangan yang meliputi semua divisi
pekerjaan dengan mengacu kepada Spesifikasi Teknis dengan memperhatikan
batasan-batasan yang ditentukan dalam Daftar Kuantitas dan Harga dan Gambar
Perencanaan. Dengan tujuan akhir untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang
paling optimal dengan tidak melanggar ketentuan waktu, mutu dan target biaya.
Tugas :
a. Menyusun program kerja mingguan dengan memperhatikan target pencapaian
Progress Lapangan,
b. Mengadakan rapat koordinasi intern dengan staff untuk mendiskusikan
rencana implementasi program mingguan.
c. Menyiapkan permohonan ijin-ijin pelaksanaan dan dokumen dukungan
untuk pelaksanaan pekerjaan (shop drawing) untuk pekerjaan kedepan.
d. Mengevaluasi hasil pekerjaan minggu sebelumnya dan membuat dan mencari
solusi atas masalah yang terjadi.
e. Mengadakan koordinasi dengan konsultant perencana, pengawas dan pihak
terkait untuk meminimasi kesalahan pelaksanaan dan keterlambatan
pelaksanaan.
f. Memberikan pengarahan dan perintah pekerjaan pada staff lapangan sesuai
dengan bidangnya masing-masing serta mengontrol hasilnya.
g. Menyusun dan merangkum laporan mingguan dan bulanan mengenai kondisi
Proyek, secara teknis dan administrative.
2. Manager Teknik (Site Manager)
Tugas pokok Pelaksana Teknis adalah membantu Manager Pelaksana / Proyek
(General Superintendent) dalam bidang teknik di lapangan terutama pada saat
awal - awal pelaksanaan pekerjaan dengan mengacu kepada aturan dengan
memperhatikan batasan-batasan yang ditentukan dalam Kuantitas, Spesifikasi
dan Gambar Perencanaan. Termasuk penyusunan rencana detail teknis
pelaksanaan di lapangan.
Tugas :
a. Memberikan pengarahan dan perintah kepada Supervisor, Drafter, dan
Surveyor untuk menyusun rencana detail pekerjaan sesua dengan bidangnya
masing – masing, terutama dalam pembuatan izin – izin pelaksanaan dan
shop drawing.
b. Menyiapkan dukungan perhitungan dan analysisi teknis atas rencana
pelaksanaan kegiatan lapangan.
c. Dibantu oleh staf di bawahnya, menyusun dukungan perhitungna detail bagi
kepentingan penyusunan field data recording, termasuk didalamnya
keperluan untuk penyusunan volume pekerjaan yang telah diselesaikan.
d. Menyusun data teknis lapangan dalam bentuk laporan harian, mingguan dan
bulanan serta menterjemahkannya daalm bentuk laporan progress untuk
digunakan dalam pembahasan dan rapat koordinasi lapangan intern maupun
dengan konsultan dan owner.
e. Melakukan pemantauan atas time schedule, item by item, serta melakukan
pencatatan atas kejadian pada tiap item pekerjaan, termasuk didalamna jika
terjadi akselerasi durasi pekerjaan ataupun delay unttu direanialisa terhadap
kecendrungan perubahan jalur kritis proyek dan melakukan forecasting
terhadap kecendrungan penyelesaian waktu pelaksanaan proyek, lebih cepat
atau agar tidak terjadi keterlambatan waktu pelaksanaan pekerjaan.
f. Mengikuti rapat mingguan untuk melaporkan kemajuan pekerjaan tiap
minggunya.
g. Melaporkan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dalam rapat yang diadakan
oleh pengguna jasa konstruksi.
3. Manager Keuangan
Tugas pokok Manager Keuangan adalah membantu Manager Pelaksana / Proyek
(General Superintendent) dalam bidang keuangan di lapangan terutama
pembuatan laporan kas yang menitik beratkan pada arus kas keluar dan masuk
keuangan baik dari kantor pusat ataupun dari pengajuan Sertifikat Bulanan (SB).
a. Membuat Laporan kebutuhan keuangan lapangan dalam bentuk administrasi
keuangan yang simple dan dapat dimengerti.
b. Memimipin tim bagian keuangan lapangan dan bagian logistic.
c. Mempersiapkan tagihan SB bulannya atas petunjuk dari Manager Pelaksana
/ Proyek (General Superintendent).
d. Memenuhi dan mempersiapkan kebutuhan keuangan lapangan terutama
untuk biaya bahan dan peralatan kerja serta upah kerja setiap minggu nya.
e. Menyiapkan dukungan kebutuhan lapangan seperti logistic, dan bahan dasar
untuk kelancaran pekerjaan.
f. Mengikuti rapat mingguan untuk melaporkan keadaan keuangan dalam
bentuk arus kas keluar masuk keuangan tiap minggunya.

4. Tenaga Ahli K3
Tugas pokok Tenaga Ahli K3 Adalah membantu Manager Pelaksana / Proyek
(General Superintendent) dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja
terutama untuk membuat pencegahan dan penanganan dini terhadap pekerja
yang mengalami kecelakaan dengan menyusun Kebijakan K3, Perencanaan K3
yang menyangkut identifikasi bahaya, sasaran K3 proyek, pengendalian resiko
K3, program K3 dan biaya K3 serta Pengendalian Operasional K3.
Tugas :
a. Menyusun dan menetapkan kebijakan K3 pada kegiatan Konstruksi yang
akan dilaksanakan
b. Membuat dan menetapkan komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.
c. Membuat pengendalian resiko berdasarkan identifikasi awal dengan
menyusun identifikasi bahaya, sasaran K3 Proyek, pengendalian Resiko K3
dan Biaya K3 dalam bentuk Tabel.
d. Menyusun data kegiatan keselamatan kerja dalam bentuk laporan harian,
mingguan dan bulanan serta menterjemahkan dalam bentuk laporan
progress.
e. Mengikuti rapat mingguan untuk melaporkan kemajuan pekerjaan tiap
minggunya dalam bidang K3.
f. Melaporkan kemajuan kegiatan K3 dalam pelaksanaan pekerjaan pada rapat
yang diadakan oleh pengguna jasa konstruksi.

D. Cara Pelaksanaan
Pekerjaan dilaksanakan dengan penuh keahlisan sesuai dengan ketentuan – ketentuan
dalam Rencana dan Syarat – Syarat (RKS), Gambar Rencana, Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan, Serta mengikuti petunjuk keputusan Konsultan
Pengawas/Direksi, dengan rincian sebagai beriktu :
1. Pra Konstruksi ( Pree Construction Meeting / PCM)
Kegiatan Pra Konstruksi ini dilakukan sebelum pekerjaan – pekerjaan konstruksi
dilakukan. Rapat pra kosntruksi (PCM) dilakukan untuk membahas tentang
pekerjaan – pekerjaan yang akan dilaksanakan serta persiapan – persiapan yang
harus dilakukan. Dalam rapat ini juga lebih dititik beratkan pada pembahasan
administrasi dan tekni, Diana kelengkapan adminsitrasi dalam pelaksanaan
pekerjaan harus terpenuhi diantaranya sebagai berikut :
a. Menyerahkan Program mobilisasi yang didalamnya berisi tentang ; Personil
inti yang akan ditempatkan berikut surat tugas, nama dan jabatan, struktur
organisasi serta jadwal penempatannya, jadwal pelaksanaan pekerjaan,
jadwal mobilisasi tenanga kerja, daftar peralatan yang akan digunakan
lengkap dengan jenis, kapasitas, jumlah kuantitas serta jadwal
mobilisasinya.
b. Menyusun Program Mutu dan K3.
c. Tata cara pengaturan pekerjaan.
d. Penyusunan rencana pemerikasaan lapangan.
e. Pembuatan Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan.
f. Dokumentasi kegiatan selama pelaksanaan pekerjaan
g. Pengatura Request dan Approval
h. Gambar Rencana Pelaksanaan (Shop Drawing) sebelum pelaksanaan
Pekerjaan.
i. Pengujian Material yang akan digunakan.
j. Pembuatan Gambar Terlaksana (As Built Drawing) pekerjaan yang
dikerjaakan.
k. Pembahasan Teknik yaitu penyedia jasa dalam melaksanakan pekerjaan
harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam Dokumen
Kontrak.

2. Sisem Manajemen K3
Untuk menunjang kelancaran pekerjaan, kami menerapkan Manajemen K3.
Adapun yang akan kami lakukan dalam hal pelaksanaan K3 sebagai berikut :
a. Menempatkan Personil Tenaga Ahli K3 secara penuh dilapangan.
b. Melakukan Penyuluhan terhadap semua unsure yang terlibat dalam
pelaksanaan pekerjaan tentang K3.
c. Menempatkan rambu – rambu peringatan pada lokasi – lokasi pekerjaan.
d. Menggunakan Peralatan K3 pada saat pelaksanaan pekerjaan (seperti Helm,
Sepatu, Sarung Tangan dan lain – lain).
e. Melakukan pertemuan dan evaluasi dalam periode tertentu dalam hal
pelaksanaan K3.

E. Manajemen Mutu
Manajemen mutu adalah salah satu hal yang sangat penting dalam pelaksanan
pekerjaan untuk menjaminya kualitas hasil pekerjaan. Manajemen mutu akan
dilakukan selama masa pelaksanaan, hal ini bertujuan untuk menjamin kualitas
bahan, kualitas pelaksanaan dan kuantitas hasil pekerjaan. Adapun hal yang akan
dilaksanakan dalam manajemen mutu diantaranya :
1. Uji Laboratorium Bahan
Semua bahan – bahan yang akan digunakan dalam penyelesaian pekerjaan akan
dilakukan pengjuan laboratorium untuk mengetahui bahan yang akan digunakan
memenuhi persyaratan pada spesifikasi.
2. Memperkerjakan pekerja sesuai dengan keahliannya.
3. Melaksanakan pekerjaan setelah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
4. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar pelaksanaan dan spesifikasi.
5. Melakukan Pelporan secara berkala kepada Direksi Pekerjaan.
6. Melaksanakan Pengujian Mutu Hasil Pekerjaan secara berkala.
BAB. 3
PEKERJAAN MOBILISASI

Pembangunan/Duplikasi Jembatan Cisokan


3 PEKERJAAN MOBILISAI

A. PEKERJAAN MOBILISASI
Pekerjaan mobilisasi dimulai secepat mungkin setelah Surat Perintah Mulai
Kerja diterbitkan, Kontraktor melaksanakan Rapat Persiapan Pelaksanaan (Pre
Construction Meeting) yang dihadiri Pengguna Jasa, Direksi Pekerjaan, Direksi
Teknis (bila ada),Konsultan Pengawas dan Kontraktor. Lingkup kegiatan pekerjaan
mobilisasi yang diperlukan dalam Kontrak ini akan berdasarkan pada jenis dan
kuantitas yang tercantum dalam dokumen kontrak
Adapun lingkup pekerjaan mobilisai meliputi :
1. Mobilisasi pertama adalah personel lapangan sesuai dengan kebutuhan lapangan
2. Penyewaan lahan sebagai rencana base camp, kantor lapangan, stockyard dan
fasilitas lain sesuai dengan dokumen kontrak.
3. Pembuatan fasilitas kantor seperti base camp, kantor lapangan, bengkel, barak
kerja, gudang, barak pekerja, casting yard, laboratorium, pagar sementara, papan
nama proyek dan fasilitas lainnya yang diperlukan di lapangan.
4. Mobilisasi peralatan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan lapangan.
5. Survey, pengukuran dan pematokan lapangan
6. Pembuatan shop drawing
7. Penyiapan alat pendukung lapangan lainnya seperti papan nama proyek dan alat
ukur dan lain – lain.

B. Mobilisasi Personel
Mobilisasi personel akan dilakukan secepatnya setelah Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK) diberikan kepada Kontraktor. Mobilisasi personil Kontraktor sesuai
dengan struktur organisasi pelaksana yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan
termasuk para pekerja yang diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian
pekerjaan dalam Kontrak dan Petugas K3 di lapangan.

PT. LIKATAMA GRAHA MANDIRI


C. Area Pekerjaan/Lahan
Kontraktor memerlukan lahan kosong untuk Kantor Proyek yang akan digunakan
selama proyek tersebut berlangsung. Lahan kosong tersebut akan digunakan sebagai
berikut :
a. Lahan untuk Kantor Proyek ditempatkan sesuai dengan lokasi umum dan denah
lapangan yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan diusahakan sedekat
mungkin dengan daerah lokasi kerja.
b. Lahan yang digunakan sedekat mungkin dengan jalan akses menuju lokasi
kerja
c. Lahan yang digunakan terbebas dengan banjir, debu dan polusi lainnya.

Gambar 3-1 : Contoh Rencana Penempatan Kantor Proyek dilapangan

D. Fasilitas Kantor Lapangan


Fasilitas kantor lapangan didesain untuk kenyamanan bekerja para pekerja selama
masa pelaksanaan pekerjaan. Dalam fasilitas kantor lapangan atau base camp
terdiri atas (sesuai dengan dokumen kontrak) :
• Kantor Direksi
• Kantor Kontraktor
• Sewa tanah untuk kantor proyek (bila ada)
• Sewa generator
• Meja kursi dan peralatan administrasi (standar perkantoran yang layak)

PT. LIKATAMA GRAHA MANDIRI


• Transportasi untuk staf proyek
• Rambu pengaman lalu lintas
• Pasang alat pendingin di setiap ruang kerja
• Pengadaan air bersih yang memadai
• Keamanan proyek
• Papan nama proyek
• Pengukuran uitzet lapangan
• Foto proyek setiap termin pembayaran minimal 2 set
• Peralatan komunikasi (telepon/radio komunikasi)
• Sewa alat penerangan untuk kerja malam
• Pagar untuk pengamanan proyek dilengkapi banner dan lampu pagar.
• Dimensi pagar sesuai petunjuk dari Konsultan Pengawas dan PPK
• Pemeliharaan jalan dan pelestarian lingkungan menuju lokasi proyek dan
lokasi buangan serta pada area lokasi buangan.
• Pengadaan dokumentasi audio visual (film/video) selama tahap
pembangunan.

Gambar 3-2: Contoh Ilustrasi Penempatan Kondisi Site Plan (Area Kerja)

PT. LIKATAMA GRAHA MANDIRI


Gambar 3-3: Contoh Ilustrasi Direksi Keet

E. Listrik dan Air Kerja


Dalam Tahap awal pelaksanaan pembangunan ini listrik dan air kerja harus tersedia
untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan pembangunan ini.

F. Fasilitas Pendukung
Fasilitas lain yang mendukung keperluan pelaksanaan pekerjaan disediakan
sesuai dengan kebutuhan lapangan.

G. Survey, Pengukuran Dan Pematokan


Pekerjaan pengukuran dilaksanakan sebelum pelaksanaan dilapangan, serta gambar
dibuat dari hasil pengukuran tersebut. S et el ah b e re s pe l a ks an a an
pe ngu ku r an di l ap a ng an di l anj ut k a n unt u k persetujuan oleh pihak
Konsultan Pengawas. Pengukuran lokasi proyek terbagi dalam beberapa tahapan
yaitu :
a. Pengukuran awal dan pematokan
Untuk pengukuran awal segera dilakukan kontraktor setelah mendapatkan
SPMK dari PPK/Pengguna Jasa. Hal-hal yang harus diperhatikan pada
pengukuran awal ini yaitu :
• Penentuan pedoman elevasi yang diambil dari titik tertentu (bench mark)
sesuai dengan petunjuk dari pengawas/direksi.

PT. LIKATAMA GRAHA MANDIRI


• Penentuan posisi bangunan dari titik tertentu sesuai dengan petunjuk dari
pengawas/direksi.
• Pemasangan titik bantu sesuai dengan petunjuk dari pengawas/direksi.
• Pengukuran untuk menentukan batas-batas proyek serta sebagai dasar
perhitungan kuantitas aktual dan ploting pekerjaan di lapangan, juga sebagai
acuan pembuatan Shop Drawing.

Gambar 3-4 : Contoh Ilustrasi pengukuran di lapangan

Gambar 3-5 : Ilustrasi pekerjaan pematokan

PT. LIKATAMA GRAHA MANDIRI


b. Pengukuran sebelum pelaksanaan.
Pengukuran sebelum pelaksanaan perlu dilakukan karena untuk
memastikan kembali terhadap pengukuran awal yang telah dilakukan.
Selain itu juga untuk mengetahui detail pekerjaan pada proyek sehingga akan
didapatkan metode kerja pelaksanaan yang efisien, aman, dan nyaman.
Kemudian membuat Shop Drawing sebagai acuan kerja untuk pelaksanaan di
lapangan, dengan mengacu pada hasil Joint Survey.

c. Pelaksanaan Mutual Check (MC-0)


Setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dan Surat Penyerahan
Lapangan diserahkan oleh Owner ke penyedia jasa, langkah pertama yang
dilakukan adalah Pelaksanaan Mutual Check (MC-0) bersama antara
penyedia jasa, konsultan supervisi dan Direksi Lapangan. Pengukuran dan
penghitungan quantity dilaksanakan di awal dimana hasil pengukuran ini akan
dijadikan bahan untuk Shop drawing dan dasar estimasi perhitungan volume
pekerjaan. Pada saat MC-0 juga dilaksanakan pengambilan foto 0% untuk
dokumentasi kondisi awal lokasi pekerjaan di lapangan sesuai petunjuk dari
Direksi/ Pengawas Pekerjaan.

H. Pembuatan Shop Drawing


Shop drawing adalah gambar kerja yang dipakai untuk acuan pelaksanaan suatu
pekerjaan. Gambar-gambar ini bersifat detail dan menjadi pedoman pelaksana
dalam melaksanakan pekerjaan. Penggambaran shop drawing ini harus
mendapatkan persetujuan dari direksi pekerjaan, konsultan pengawas terlebih
dahulu. Setelah gambar diatas telah disetujui maka pekerjaan dapat dilaksanakan,
bilamana dalam pelaksanaan ada perubahan-perubahan atau tidak sesuai dengan
rencana awal akibat kondisi lapangan, maka dibuat gambar kerja revisi dan
dimintakan kembali persetujuan oleh direksi pekerjaan, konsultan pengawas.

PT. LIKATAMA GRAHA MANDIRI


I. Mobilisasi Peralatan
Mobilisasi dan pemasangan peralatan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan
lapangan yang disepakati dalam rapat Persiapan Pelaksanaan (Pre Construction
Meeting).

Gambar 3-6 : Ilustrasi mobilisasi alat berat

Gambar 3-7 : Ilustrasi mobilisasi Beckhoe

PT. LIKATAMA GRAHA MANDIRI


Gambar 3-8: Ilustrasi mobilisasi Vibro

Gambar 3-9 : Ilustrasi mobilisasi crane

PT. LIKATAMA GRAHA MANDIRI


BAB. 4
MANAJEMEN
KESELAMATAN
KESEHATAN KERJA
KONSTRUKSI

Pembangunan/Duplikasi Jembatan Cisokan


MANAJEMEN KESELAMATAN
4 KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI
A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontruksi
Dalam menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja perlu juga menyediakan obat –
obatan menurut syarat – syarat pertolongan pertama pada kecelakaan, yang selalu
siap digunakan di lapangan untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi
semua petugas dan pekerja lapangan, Sarana air besih yang menunjang untuk,
kesehatan pera petugas dan pekerja, kamar mandi dan WC yang layak bagi semua
petugas dan pekerja, serta peralatan dan rambu – rambu keselamatan yang terdapat
dilokasi proyek.
Hal yang perlu diketahui agar pekerjaan dapat dilakukan dengan aman, antara lain :
1. Mengenal dan memahami pekerjaan yang akan dilakukan.
2. Mengetahui potensi bahaya pada setiap tahapan pekerjaan yang akan dilakukan.
3. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan ketentuan dan peraturan K3 secara
konsisten. Dengan mengetahui dan melaksanakan ketiga hal tersebut di atas akan
tercipta lingkungan kerja yang aman dan terhindar dari terjadinya kecelakaan
kerja, baik manusianya maupun peralatannya.

Dalam Undang undang tersebut dicantumkan antara lain kewajiban dan hak tenaga
kerja:
1. Memberikan keterangan apabila diminta oleh Pegawai Pengawas/ Ahli K3.
2. Memakai alat-alat pelindung diri.
3. Mentaati syarat-syarat K3 yang diwajibkan.
4. Meminta pengurus untuk melaksanakan syarat-syarat K3 yang diwajibkan.
5. Menyatakan keberatan terhadap pekerjaan dimana syarat-syarat K3 dan alat-alat
pelindung diri tidak menjamin keselamatannya.

Penyusunan kebutuhan perlengkapan K3 dibuat secara lengkap sesuai kondisi kerja,


sehingga pada saat akan mulai melaksanakan pekerjaan, perlengkapan K3 tersebut
dapat diperiksa dan dipakai atau digunakan sesuai dengan prosedur.
Buat daftar kebutuhan APD sesuai dengan kondisi kerja, antara lain :
1. Pelidung tubuh (baju kerja/ protective overall).
2. Pelindung kaki (sepatu keselamatan/safety shoes).
3. Pelindung kepala (helm keseselamatan/safety helmet).
4. Pelindung mata (kaca mata keselamatan/safety glasses).
5. Pelindung tangan (sarung tangan/safety gloves).
6. Pelindung pernafasan (masker/dust mask).
7. Pelindung telinga (tutup telinga/ear protection atau ear plug).

Gambar 4-1 Ilustrasi Peralatan Keselamatan kerja

Gambar 4-2 Ilustrasi Rambu – Rambu Keselamatan Kerja


Buat kebutuhan alat pengaman kerja (APK) sesuai dengan kondisi kerja, antara lain:
1. Alat pemadam kebakaran ringan (APAR).
2. Rambu-rambu kerja.
3. Obat P3K.

B. Keselamatan dan Kesehatan Kerja saat Pandemi COVID – 19


Terkait dengan adanya pandemic COVID 19 maka sesuai arahan kementerian
kesehatan dalam jasa konstruksi di lakukan beberapa langkah antara lain :
Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan COVID- 19 menjadi bagian dari
Unit Keselamatan Konstruksi; Satgas Pencegahan COVID-19 memiliki tugas,
tanggung jawab, dan kewenangan untuk melakukan:
1. Sosialisasi
2. Pembelajaran (edukasi),
3. Promosi teknik,
4. Metode/pelaksanaan pencegahan COVID-19 di lapangan,
5. Berkoordinasi dengan Satgas Penanggulangan COVID- 19 Dinas Bina marg
jawa Barat untuk melakukan Identifikasi Potensi Bahaya COVID19 di lapangan,
6. Pemeriksaan kesehatan terkait potensi terinfeksi COVID-19 kepada semua
pekerja dan tamu proyek,
7. Pemantauan kondisi kesehatan pekerja dan pengendalian mobilisasi/
demobilisasi pekerja,
8. Pemberian vitamin dan nutrisi tambahan guna peningkatan imunitas pekerja,
9. Pengadaan Fasilitas Kesehatan di lapangan,
10. Melaporkan kepada PPK dalam hal telah ditemukan pekerja yang positif
dan/atau berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan merekomendasikan
dilakukan penghentian kegiatan sementara.
Adapun hal – hal yang akan kami lakukan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan
tersebut untuk penangananyaitu pandemi COVID-19, sebagai berikut :
1. Sosialisasi dan Pengenalan SOP Pekerjaan selama Pandemi COVID-19
2. Melaksanakan Sosial Distancing dilakukan antara pekerja minimal 1,5 meter di
lokasi pekerjaan
3. Sebelum memasuki area kerja dilakukan pengecekan suhu dengan menggunakan
Thermometer Infrared.
4. Menyediakan Fasilitas Tempat Cuci Tangan dan Penyemprotan Disinfektan di
lingkungan Mess Pekerja.
5. Memberikan vitamin dan imuno stimulan kepada setiap pekerja.
6. Memberikan Peralatan perlindungan diri seperti, Masker, Hand Saintazer, Sabun
Cuci tangan di area sekitar pekerjaan.

Gambar 4-3 : Ilustrasi Sosialisasi dan Pengenalan SOP Pekerjaan Konstruksi selama Pandemi COVID 19
Gambar 4-4 : Ilustrasi Social Distancing dilakukan antar pekerja minimal 1,5 meter di lingkungan kerja.

Gambar 4-5 : Ilustrasi Sebelum memasuki area kerja dilakukan pengecekan suhu menggunakan Thermometer
Infrared
Gambar 4-6 : Ilustrasi Melakukan Protokol Sanitasi dan Penyemprotan di lingkungan sekitar Mess Kerja

Gambar 4-7 : Ilustrasi Memberikan vitamin dan imuno stimulan kepada setiap pekerja
Gambar 4-8 : Contoh peralatan perlindungan diri

C. Manajemen Keselamatan Lalu Lintas


Manajemen dan keselamatan lalu lintas merupakan upaya Kontraktor untuk
menjaga kelancaran lalu lintas kendaraan sekitar lokasi yang terkena dampak dari
pelaksanaan pekerjaan terutama pada saat transportasi material dan peralatan yang
menggunakan jalan umum sebagai jalan akses. Kontraktor juga akan memberikan
infromasi kepada pengguna jalan terkait adanya pelaksanaan pekerjaan dan
alternative rute untuk pengguna jalan.
Manajemen dan keselamatan lalu lintas umumnya meliputi :
1. Menyediakan dan memasang rambu lalu lintas yang diperlukan dalam
pengaturan lalu lintas seperti rambu petunjuk arah, rambu-rambu peringatan dan
sebagainya.
2. Menyediakan bendera dan petunjuk lalu lintas bagi pengguna jalan.
3. Menyediakan flagman dalam pengaturan lalu lintas.
4. Menyediakan peralatan lalu lintas yang sesuai dengan kebutuhan lapangan yaitu:
• Rambu informasi di area Proyek
• Rambu penghalang lalu-lintas
• Pagar Seng Pengaman
• Rambu Peringatan
• Rambu Petunjuk
• Peralatan komunikasi dan Lainnya
• Bendera (Traffic Flag)
5. Tenaga / personil di lapangan :
• Pekerja / flagman
• Koordinator (pengatur)
6. Bagan Alur Pekerjaan

Mobilisasi

Pembongkaran Gedung

Galian Struktur Bronjong

Minipile Bored Pile

DPT Abutment

Timbunan Pilihan Penyediaan Rangka Baja

Pemasangan Rangka
Baja

Lantai Jembatan

Aspal & Aksesoris

Pembongkaran
Jembatan Existing
BAB. 5
PEKERJAAN TIMBUNAN
(DIUKUR DIATAS BAK
TRUK)

Pembangunan/Duplikasi Jembatan Cisokan


PEKERJAAN TIMBUNAN
5 (DIUKUR DIATAS BAK TRUK)
A. Alur Pekerjaan

Persiapan Teknis

Pelaksanaan Pekerjaan

Penyiapan Lahan Kerja

Pelaksanaan Penimbunan

B. Persiapan Teknis
1. Material Approval:
• Pengajuan usulan material yang digunakan dilengkapi dengan keterangan
asal material, sehingga dapat dievaluasi terkait mutu dan kecukupan deposit
material di quarry.
• Pengujian sampel material yang akan digunakan terkait sifat bahan dan uji
proctor untuk menjadi acuan pemadatan.
• Menyerahkan data-data peralatan yang akan digunakan beserta sertifikat laik
operasinya, termasuk data dimensi truk pengangkut yang akan digunakan
sehingga mempermudah pendataan volume pekerjaan.
2. Mengajukan rencana manajemen lalu lintas terkait pelaksanaan kegiatan
B. Persiapan Teknis Lahan Kerja
1. Pematokan batas-batas area yang akan ditimbun, dilengkapi dengan acuan untuk
elevasi tanah asli, elevasi batas timbunan dll.
2. Pembuatan saluran-saluran air sementara yang diperlukan untuk menjaga
kondisi daerah yang sedang ditimbun tidak dialiri air dari tempat lain, dan air
hujan yang jatuh dapat segera terbuang.
3. Pembuatan jalan akses untuk dump truck sehingga dapat bekeja efektif.

C. Pelaksanaan Penimbunan
1. Dump Truck men-supply material tanah yang dibutuhkan.
2. Buldozer menghampar tanah dengan ketebalan lapisan yang disyaratkan dalam
spesifikasi.
3. Tanah yang sudah dihampar dipadatkan menggunakan vibratory roller sampai
mencapai kepadatan yang disyaratkan dan diuji kepadatannya. Arah pemadatan
dimulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan sehingga setiap
ruas akan menerima lintasan pemadatan yang sama.
4. Tahap awal penimbunan, dilakukan trial embankment sebagai acuan kerja di
lapangan.
5. Pemadatan timbunan tanah dilaksanakan bilamana kadar air bahan dalam
rentang yang disyaratkan. Timbunan yang dengan kadar air lebih rendah dari
syarat akan diperbaiki dengan penambahan air secukupnya.
6. Penimbunan tanah dilakukan secara berlapis sampai dengan elevasi yang
diharapkan, dimana setiap lapisan timbunan yang dihampar, dipadatkan seperti
yang disyaratkan dan diterima sebelum lapisan berikutnya dihampar.
7. Untuk mendapatkan mutu hasil pekerjaan yang diharapkan, dilakukan pengujian
kepadatan dan daya dukung terhadap timbunan yang dilakukan.

D. Personil
Pada pekerjaan ini personil yang dibutuhkan adalah :
1. Pelaksana.
2. Petugas K3L
3. Oprator Alat Berat/Kepala Tukang/Mandor
E. Aspek K3
Memberikan Sosialisasi dan Protokol Kerja Konstruksi COVID 19 Memasang
Rambu Perinagatan : “HATI-HATI ALAT BERAT SEDANG BEROPERASI”
Menggunakan Alat Pelindungan diri ( APD ) Sarung Tangan,Romi,Helm, Sepatu
Safety.

F. Peralatan
Pada Pekerjaan ini peralatan yang dibutuhkan adalah :
a. Dump Truck
b. Buldozer
d. Vibrator Roller

Gambar 5-1 : Contoh Ilustrasi Pekerjaan Galian Biasa


BAB. 6
PEKERJAAN LASTON
LAPIS AUS (AC-WC)

Pembangunan /Duplikasi Jembatan Cisokan


PEKERJAAN LASTON LAPIS AUS
6 (AC-WC)
A. Alur Pekerjaan
Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan sebagai berikut :

Persiapan Teknis

Pelaksanaan Pekerjaan

Penyiapan Lahan Kerja

Pengadaan Material

Pengaspalan

B. Persiapan Teknis
1. Material Approval:
• Material AC-WC akan diproduksi di Asphalt Mixing Plant.
• Pengajuan usulan AMP yang akan memproduksi AC-WC, contoh material
yang digunakan dilengkapi dengan keterangan asal material bersama dengan
data pengujian sifat-sifatnya.
• Dokumen JMF yang menjelaskan sifat-sifat hasil pengujian.
2. Menyerahkan data-data peralatan yang akan digunakan beserta sertifikat laik
operasinya, termasuk data dimensi truk pengangkut yang akan digunakan
sehingga mempermudah pendataan volume pekerjaan.
3. Mengajukan rencana manajemen lalu lintas terkait pelaksanaan kegiatan
Gambar 6-1 : Ilustrasi Asphalt Mixing Platn (AMP)

C. Persiapan Lahan Kerja


Material AC-WC akan dihampar dan dipadatkan di atas lapisan AC-BC atau lantai
jembatan, sebelumnya permukaan yang akan dihampar sudah dibersihkan dan
dilapisi lapisan perekat.

D. Pengadaan Material
1. Material dicampur di AMP, proses produksi diawasi dan dipastikan dilakukan
sesuai dengan spesifikasi.
2. Material yang telah diproduksi di AMP dibawa ke lokasi pekerjaan dengan
menggunakan dump truk. Untuk menjaga mutu material yang dibawa ke
lapangan maka :
• Truk untuk mengangkut campuran beraspal harus mempunyai bak terbuat
dari logam yang rapat, bersih dan rata, yang telah disemprot dengan sedikit
air sabun, atau larutan kapur untuk mencegah melekatnya campuran
beraspal pada bak. Setiap genangan minyak pada lantai bak truk hasil
penyemprotan sebelumnya harus dibuang sebelum campuran beraspal
dimasukkan dalam truk.
• Tiap muatan harus ditutup dengan kanvas/terpal atau bahan lainnya yang
cocok dengan ukuran yang sedemikian rupa agar dapat melindungi
campuran beraspal terhadap cuaca dan proses oksidasi. Bilamana dianggap
perlu, bak truk hendaknya diisolasi dan seluruh penutup harus diikat
kencang agar campuran beraspal yang tiba di lapangan pada temperatur
yang disyaratkan.
• Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan pada campuran beraspal
aki-bat sistem pegas atau faktor penunjang lainnya, atau yang menunjukkan
kebocoran oli yang nyata, atau yang menyebabkan keterlambatan yang tidak
semestinya, atas perintah Pengawas Pekerjaan harus dikeluarkan dari
pekerjaan sampai kondisinya diperbaiki.
• Dump Truk yang mempunyai badan menjulur dan bukaan ke arah belakang
harus disetel agar seluruh campuran beraspal dapat dituang ke dalam
penampung dari alat penghampar aspal tanpa mengganggu kerataan
pengoperasian alat penghampar dan truk harus tetap bersentuhan dengan
alat penghampar. Truk yang mempunyai lebar yang tidak sesuai dengan
lebar alat penghampar tidak diperkenankan untuk digunakan. Truk aspal
dengan muatan lebih tidak diperkenankan.
• Jumlah truk untuk mengangkut campuran beraspal harus cukup dan dikelola
sedemikian rupa sehingga peralatan penghampar dapat beroperasi secara
menerus dengan kecepatan yang disetujui. Penghampar yang sering berhenti
dan berjalan lagi akan menghasilkan permukaan yang tidak rata sehingga
tidak memberikan kenyamanan bagi pengendara serta mengurangi umur
rencana akibat beban dinamis. Penghamparan akan dimulai saat minimum
terdapat tiga truk di lapangan yang siap memasok campuran beraspal ke
peralatan penghampar. Kecepatan peralatan penghampar dioperasikan
sedemikian rupa sehingga jumlah truk yang digunakan untuk mengangkut
campuran beraspal setiap hari dapat menjamin berjalannya peralatan
penghampar secara menerus tanpa henti.
No. Prosedur Pelaksanaan Viskositas Aspal Perkiraan” Temperatur Aspal (°C)
(Pa.s) Tipe I
1 Pencampuran benda uji Marshall 0,17 155 +1
0,02
2 Pemadatan benda uji Marshall 0,28 145 +1
0,03
3 Pencampuran, rentang 0,2 - 0,5 145 — 155
temperatur sasaran

4 Menuangkan campuran beraspal + 0,5 135 — 150


dari alat pencampur ke dalam truk
5 Pemasokan ke Alat Penghampar 0.5 - 1.0 130 — 150
6 Pemadatan Awal (roda baja) 1-2 125 — 145
7 Pemadatan Antara (roda karet) 2 - 20 100 — 125
8 Pemadatan Akhir (roda baia) 20 > 95

E. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Penghamparan
• Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar
dipanaskan. Campuran beraspal dihampar dan diratakan sesuai dengan
kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan.
• Penghamparan harus dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur yang
lebih tinggi bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur.
• Mesin vibrasi pada screed alat penghampar harus dijalankan selama
penghamparan dan pembentukan.
• Penampung alat penghampar (hopper) tidak boleh dikosongkan, sisa
campuran beraspal harus dijaga tidak kurang dari temperatur yang
disyaratkan.
• Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang tidak
menyebabkan retak permukaan, koyakan, atau bentuk ketidakrataan lainnya
pada permukaan.
• Bilamana terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat
penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai
penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki.
• Proses perbaikan lubang-lubang yang timbul karena terlalu kasar atau bahan
yang tersegregasi karena penaburan material yang halus sedapat mungkin
harus dihindari sebelum pemadatan. Butiran yang kasar tidak boleh
ditebarkan di atas permukan yang telah padat dan bergradasi rapat.
• Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada
tepi- tepi penampung alat penghampar atau tempat lainnya.
• Bilamana jalan akan dihampar hanya setengah lebar jalan atau hanya satu
lajur untuk setiap kali pengoperasian, maka urutan penghamparan harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga perbedaan akhir antara panjang
penghamparan lajur yang satu dengan yang bersebelahan pada setiap hari
produksi dibuat seminimal mungkin.
• Selama pekerjaan penghamparan fungsi-fungsi berikut ini harus dipantau
dan dikendalikan secara elektronik atau secara manual sebagaimana yang
diperlukan untuk menjamin terpenuhinya elevasi rancangan dan toleransi
yang disyaratkan serta ketebalan dari lapisan beraspal :
i. Tebal hamparan aspal gembur sebelum dipadatkan, sebelum
dibolehkannya pemadatan (diperlukan pemeriksaan secara manual).
ii. Kelandaian sepatu (screed) alat penghampar untuk menjamin
terpenuhinya lereng melintang dan superelevasi yang diperlukan.
iii. Elevasi yang sesuai pada sambungan dengan aspal yang telah dihampar
sebelumnya, sebelum dibolehkannya pemadatan.
iv. Perbaikan penampang memanjang dari permukaan beraspal eksisting
dengan menggunakan batang perata, kawat baja atau hasil penandaan
survei.
Gambar 6-2 : Ilustrasi Penghamparan material asphalt ke finisher

2. Pemadatan
• Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan, permukaan
tersebut harus diperiksa dan setiap ketidaksempumaan yang terjadi harus
diperbaiki. Temperatur campuran beraspal yang terhampar dalam keadaan
gembur harus dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam rentang
viskositas aspal yang ditunjukkan.
• Pemadatan campuran beraspal terdiri dari tiga operasi yang terpisah berikut
ini
i. Pemadatan Awal
ii. Pemadatan Antara
iii. Pemadatan Akhir
• Pemadatan awal atau breakdown rolling dilaksanakan baik dengan alat
pemadat roda baja atau pemadat bergetar drum ganda (twin drum vibratory).
Pemadatan awal dioperasikan dengan roda penggerak berada di dekat alat
penghampar. Setiap titik perkerasan harus menerima minimum dua lintasan
pengilasan awal.
Pemadatan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda
karet sedekat mungkin di belakang penggilasan awal. Pemadatan kedua
untuk SMA menggunakan alat pemadat roda baja denagan atau tanpa
penggetar (vibrasi) sebagaimana hasil penghamparan percobaan yang
disetujui Pengawas Pekerjaan. Pemadatan akhir atau penyelesaian harus
dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa penggetar (vibrasi). Bila
hamparan aspal tidak menunjukkan bekas jejak roda pemadatan setelah
pemadatan kedua, pemadatan akhir bisa tidak dilakukan.
• Pertama-tama pemadatan dilakukan pada sambungan melintang yang telah
terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk menahan
pergerakan campuran beraspal akibat penggilasan. Bila sambungan
melintang dibuat untuk menyambung lajur yang dikeijakan sebelumnya,
maka lintasan awal harus dilakukan sepanjang sambungan memanjang
untuk suatu jarak yang pendek dengan posisi alat pemadat berada pada lajur
yang telah dipadatkan dengan tumpang tindih pada pekerjaan baru kira-kira
15 cm.
• Pemadatan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan kemudian
dari tepi luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar dengan sumbu
jalan berurutan menuju ke arah sumbu jalan, kecuali untuk superelevasi
pada tikungan harus dimulai dari tempat yang terendah dan bergerak kearah
yang lebih tinggi. Lintasan yang berurutan harus saling tumpang tindih
(overlap) minimum setengah lebar roda dan lintasan-lintasan tersebut tidak
boleh berakhir pada titik yang kurang dari satu meter dari lintasan
sebelumnya.
• Bilamana menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk pemadatan
awal terlebih dahulu memadatkan lajur yang telah dihampar sebelumnya
sehingga tidak lebih dari 15 cm dari lebar roda pemadat yang memadatkan
tepi sambungan yang belum dipadatkan. Pemadatan dengan lintasan yang
berurutan dilanjutkan dengan menggeser posisi alat pemadat sedikit demi
sedikit melewati sambungan, sampai tercapainya sambungan yang
dipadatkan dengan rapi.
• Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan
10 km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga rendah sehingga tidak
mengakibatkan bergesemya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan
arah penggilasan tidak boleh diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang
menyebabkan terdorongnya campuran beraspal.
• Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk
memperoleh pemadatan yang merata saat campuran beraspal masih dalam
kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan
ketidakrataan dapat dihilangkan.
• Roda alat pemadat harus dibasahi dengan cara pengabutan secara terus
menerus untuk mencegah pelekatan campuran beraspal pada roda alat
pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak diperkenankan. Roda karet boleh
sedikit diminyaki untuk menghindari lengketnya campuran beraspal pada
roda.
• Peralatan berat atau alat pemadat tidak diizinkan berada di atas permukaan
yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.
• Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan lereng
melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap
campuran beraspal padat yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan
kotoran, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti
dengan campuran panas yang baru serta dipadatkan secepatnya agar sama
dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari campuran
beraspal terhampar dengan luas 1000 cm° atau lebih yang menunjukkan
kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti.
Seluruh tonjolan setempat, tonjolan sambungan, cekungan akibat ambles,
dan segregasi permukaan yang keropos harus diperbaiki sebagaimana
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
• Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, tepi perkerasan
dibuat agar bergaris rapi. Setiap bahan yang berlebihan dipotong tegak lurus
setelah pemadatan akhir, dan dibuang di luar daerah milik jalan sehingga
tidak kelihatan dari jalan yang lokasinya disetujui.

G
ambar 6-3 : Ilustrasi Pekerjaan pemadatan Asphalt

F. Personil
Pada pekerjaan ini personil yang dibutuhkan adalah :
1. Pelaksana
2. Petugas K3L
3. Tenaga Kerja,Tukang,Mandor
4. Oprator Alat

G. Aspek K3
Memberikan Sosialisasi dan Protokol Kerja Konstruksi COVID 19, Memasang
Rambu peringatan Kerja Menggunakan Alat Pelindungan diri ( APD ) Sarung
Tangan, Helm, Rompi, Sepatu Safety, Masker.
H. Peralatan
Pada Pekerjaan ini Perlatan yang dibutuhkan adalah :
1. Dump Truck
2. Asphalt Finisher
3. Asphalt Sprayer
4. Tandem Roller
5. P.Tyre Roller
6. AMP

I. Bahan
Pada Pekerjaan ini Bahan yang dibutuhkan adalah :
1. Asphalt (AC-WC)
BAB. 7
PEKERJAAN LASTON
LAPIS FONDASI (AC-BASE)

Pembangunan/Duplikasi Jembatan Cisokan


PEKERJAAN LASTON LAPIS
7 FONDASI (AC-BASE)
A. Alur Pekerjaan
Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan sebagai berikut :

Persiapan Teknis

Pelaksanaan Pekerjaan

Penyiapan Lahan Kerja

Pengadaan Material

Pengaspalan

B. Persiapan Teknis
1. Material Approval:
• Material AC-Base akan diproduksi di Asphalt Mixing Plant.
• Pengajuan usulan AMP yang akan memproduksi AC-WC, contoh material
yang digunakan dilengkapi dengan keterangan asal material bersama dengan
data pengujian sifat-sifatnya.
• Dokumen JMF yang menjelaskan sifat-sifat hasil pengujian.
2. Menyerahkan data-data peralatan yang akan digunakan beserta sertifikat laik
operasinya, termasuk data dimensi truk pengangkut yang akan digunakan
sehingga mempermudah pendataan volume pekerjaan.
3. Mengajukan rencana manajemen lalu lintas terkait pelaksanaan kegiatan
Gambar 7-1 : Ilustrasi Asphalt Mixing Platn (AMP)

C. Persiapan Lahan Kerja


Material AC-Base akan dihampar dan dipadatkan di atas lapisan Base atau lantai
jembatan, sebelumnya permukaan yang akan dihampar sudah dibersihkan dan
dilapisi lapisan perekat.

D. Pengadaan Material
1. Material dicampur di AMP, proses produksi diawasi dan dipastikan dilakukan
sesuai dengan spesifikasi.
2. Material yang telah diproduksi di AMP dibawa ke lokasi pekerjaan dengan
menggunakan dump truk. Untuk menjaga mutu material yang dibawa ke
lapangan maka :
• Truk untuk mengangkut campuran beraspal harus mempunyai bak terbuat
dari logam yang rapat, bersih dan rata, yang telah disemprot dengan sedikit
air sabun, atau larutan kapur untuk mencegah melekatnya campuran
beraspal pada bak. Setiap genangan minyak pada lantai bak truk hasil
penyemprotan sebelumnya harus dibuang sebelum campuran beraspal
dimasukkan dalam truk.
• Tiap muatan harus ditutup dengan kanvas/terpal atau bahan lainnya yang
cocok dengan ukuran yang sedemikian rupa agar dapat melindungi
campuran beraspal terhadap cuaca dan proses oksidasi. Bilamana dianggap
perlu, bak truk hendaknya diisolasi dan seluruh penutup harus diikat
kencang agar campuran beraspal yang tiba di lapangan pada temperatur
yang disyaratkan.
• Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan pada campuran beraspal
aki-bat sistem pegas atau faktor penunjang lainnya, atau yang menunjukkan
kebocoran oli yang nyata, atau yang menyebabkan keterlambatan yang tidak
semestinya, atas perintah Pengawas Pekerjaan harus dikeluarkan dari
pekerjaan sampai kondisinya diperbaiki.
• Dump Truk yang mempunyai badan menjulur dan bukaan ke arah belakang
harus disetel agar seluruh campuran beraspal dapat dituang ke dalam
penampung dari alat penghampar aspal tanpa mengganggu kerataan
pengoperasian alat penghampar dan truk harus tetap bersentuhan dengan
alat penghampar. Truk yang mempunyai lebar yang tidak sesuai dengan
lebar alat penghampar tidak diperkenankan untuk digunakan. Truk aspal
dengan muatan lebih tidak diperkenankan.
• Jumlah truk untuk mengangkut campuran beraspal harus cukup dan dikelola
sedemikian rupa sehingga peralatan penghampar dapat beroperasi secara
menerus dengan kecepatan yang disetujui. Penghampar yang sering berhenti
dan berjalan lagi akan menghasilkan permukaan yang tidak rata sehingga
tidak memberikan kenyamanan bagi pengendara serta mengurangi umur
rencana akibat beban dinamis. Penghamparan akan dimulai saat minimum
terdapat tiga truk di lapangan yang siap memasok campuran beraspal ke
peralatan penghampar. Kecepatan peralatan penghampar dioperasikan
sedemikian rupa sehingga jumlah truk yang digunakan untuk mengangkut
campuran beraspal setiap hari dapat menjamin berjalannya peralatan
penghampar secara menerus tanpa henti.
No. Prosedur Pelaksanaan Viskositas Aspal Perkiraan” Temperatur Aspal (°C)
(Pa.s) Tipe I
1 Pencampuran benda uji Marshall 0,17 155 +1
0,02
2 Pemadatan benda uji Marshall 0,28 145 +1
0,03
3 Pencampuran, rentang 0,2 - 0,5 145 — 155
temperatur sasaran

4 Menuangkan campuran beraspal + 0,5 135 — 150


dari alat pencampur ke dalam truk
5 Pemasokan ke Alat Penghampar 0.5 - 1.0 130 — 150
6 Pemadatan Awal (roda baja) 1-2 125 — 145
7 Pemadatan Antara (roda karet) 2 - 20 100 — 125
8 Pemadatan Akhir (roda baia) 20 > 95

E. Pelaksanaan
1. Penghamparan
• Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar
dipanaskan. Campuran beraspal dihampar dan diratakan sesuai dengan
kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan.
• Penghamparan harus dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur yang
lebih tinggi bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur.
• Mesin vibrasi pada screed alat penghampar harus dijalankan selama
penghamparan dan pembentukan.
• Penampung alat penghampar (hopper) tidak boleh dikosongkan, sisa
campuran beraspal harus dijaga tidak kurang dari temperatur yang
disyaratkan.
• Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang tidak
menyebabkan retak permukaan, koyakan, atau bentuk ketidakrataan lainnya
pada permukaan.
• Bilamana terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat
penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai
penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki.
• Proses perbaikan lubang-lubang yang timbul karena terlalu kasar atau bahan
yang tersegregasi karena penaburan material yang halus sedapat mungkin
harus dihindari sebelum pemadatan. Butiran yang kasar tidak boleh
ditebarkan di atas permukan yang telah padat dan bergradasi rapat.
• Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada
tepi- tepi penampung alat penghampar atau tempat lainnya.
• Bilamana jalan akan dihampar hanya setengah lebar jalan atau hanya satu
lajur untuk setiap kali pengoperasian, maka urutan penghamparan harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga perbedaan akhir antara panjang
penghamparan lajur yang satu dengan yang bersebelahan pada setiap hari
produksi dibuat seminimal mungkin.
• Selama pekerjaan penghamparan fungsi-fungsi berikut ini harus dipantau
dan dikendalikan secara elektronik atau secara manual sebagaimana yang
diperlukan untuk menjamin terpenuhinya elevasi rancangan dan toleransi
yang disyaratkan serta ketebalan dari lapisan beraspal :
i. Tebal hamparan aspal gembur sebelum dipadatkan, sebelum
dibolehkannya pemadatan (diperlukan pemeriksaan secara manual).
ii. Kelandaian sepatu (screed) alat penghampar untuk menjamin
terpenuhinya lereng melintang dan superelevasi yang diperlukan.
iii. Elevasi yang sesuai pada sambungan dengan aspal yang telah dihampar
sebelumnya, sebelum dibolehkannya pemadatan.
iv. Perbaikan penampang memanjang dari permukaan beraspal eksisting
dengan menggunakan batang perata, kawat baja atau hasil penandaan
survei.
Gambar 7-2 : Ilustrasi Penghamparan material asphalt ke finisher

3. Pemadatan
• Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan, permukaan
tersebut harus diperiksa dan setiap ketidaksempumaan yang terjadi harus
diperbaiki. Temperatur campuran beraspal yang terhampar dalam keadaan
gembur harus dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam rentang
viskositas aspal yang ditunjukkan.
• Pemadatan campuran beraspal terdiri dari tiga operasi yang terpisah berikut
ini
i. Pemadatan Awal
ii. Pemadatan Antara
iii. Pemadatan Akhir
• Pemadatan awal atau breakdown rolling dilaksanakan baik dengan alat
pemadat roda baja atau pemadat bergetar drum ganda (twin drum vibratory).
Pemadatan awal dioperasikan dengan roda penggerak berada di dekat alat
penghampar. Setiap titik perkerasan harus menerima minimum dua lintasan
pengilasan awal.
Pemadatan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda
karet sedekat mungkin di belakang penggilasan awal. Pemadatan kedua
untuk SMA menggunakan alat pemadat roda baja denagan atau tanpa
penggetar (vibrasi) sebagaimana hasil penghamparan percobaan yang
disetujui Pengawas Pekerjaan. Pemadatan akhir atau penyelesaian harus
dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa penggetar (vibrasi). Bila
hamparan aspal tidak menunjukkan bekas jejak roda pemadatan setelah
pemadatan kedua, pemadatan akhir bisa tidak dilakukan.
• Pertama-tama pemadatan dilakukan pada sambungan melintang yang telah
terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk menahan
pergerakan campuran beraspal akibat penggilasan. Bila sambungan
melintang dibuat untuk menyambung lajur yang dikeijakan sebelumnya,
maka lintasan awal harus dilakukan sepanjang sambungan memanjang
untuk suatu jarak yang pendek dengan posisi alat pemadat berada pada lajur
yang telah dipadatkan dengan tumpang tindih pada pekerjaan baru kira-kira
15 cm.
• Pemadatan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan kemudian
dari tepi luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar dengan sumbu
jalan berurutan menuju ke arah sumbu jalan, kecuali untuk superelevasi
pada tikungan harus dimulai dari tempat yang terendah dan bergerak kearah
yang lebih tinggi. Lintasan yang berurutan harus saling tumpang tindih
(overlap) minimum setengah lebar roda dan lintasan-lintasan tersebut tidak
boleh berakhir pada titik yang kurang dari satu meter dari lintasan
sebelumnya.
• Bilamana menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk pemadatan
awal terlebih dahulu memadatkan lajur yang telah dihampar sebelumnya
sehingga tidak lebih dari 15 cm dari lebar roda pemadat yang memadatkan
tepi sambungan yang belum dipadatkan. Pemadatan dengan lintasan yang
berurutan dilanjutkan dengan menggeser posisi alat pemadat sedikit demi
sedikit melewati sambungan, sampai tercapainya sambungan yang
dipadatkan dengan rapi.
• Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan
10 km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga rendah sehingga tidak
mengakibatkan bergesemya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan
arah penggilasan tidak boleh diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang
menyebabkan terdorongnya campuran beraspal.
• Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk
memperoleh pemadatan yang merata saat campuran beraspal masih dalam
kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan
ketidakrataan dapat dihilangkan.
• Roda alat pemadat harus dibasahi dengan cara pengabutan secara terus
menerus untuk mencegah pelekatan campuran beraspal pada roda alat
pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak diperkenankan. Roda karet boleh
sedikit diminyaki untuk menghindari lengketnya campuran beraspal pada
roda.
• Peralatan berat atau alat pemadat tidak diizinkan berada di atas permukaan
yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.
• Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan lereng
melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap
campuran beraspal padat yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan
kotoran, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti
dengan campuran panas yang baru serta dipadatkan secepatnya agar sama
dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari campuran
beraspal terhampar dengan luas 1000 cm° atau lebih yang menunjukkan
kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti.
Seluruh tonjolan setempat, tonjolan sambungan, cekungan akibat ambles,
dan segregasi permukaan yang keropos harus diperbaiki sebagaimana
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
• Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, tepi perkerasan
dibuat agar bergaris rapi. Setiap bahan yang berlebihan dipotong tegak lurus
setelah pemadatan akhir, dan dibuang di luar daerah milik jalan sehingga
tidak kelihatan dari jalan yang lokasinya disetujui.

G
ambar 7-3 : Ilustrasi Pekerjaan pemadatan Asphalt

F. Personil
Pada pekerjaan ini personil yang dibutuhkan adalah :
1. Pelaksana
2. Petugas K3L
3. Tenaga Kerja,Tukang,Mandor
4. Oprator Alat

G. Aspek K3
Memberikan Sosialisasi dan Protokol Kerja Konstruksi COVID 19, Memasang
Rambu peringatan Kerja Menggunakan Alat Pelindungan diri ( APD ) Sarung
Tangan, Helm, Rompi, Sepatu Safety, Masker.
H. Peralatan
Pada Pekerjaan ini Perlatan yang dibutuhkan adalah :
1. Dump Truck
7. Asphalt Finisher
8. Asphalt Sprayer
9. Tandem Roller
10. P.Tyre Roller
11. AMP

I. Bahan
Pada Pekerjaan ini Bahan yang dibutuhkan adalah :
1. Asphalt (AC-Base)
BAB. 8
PEKERJAAN BETON
STRUKTUR, fc’ = 30 MPa

Pembangunan /Duplikasi Jembatan Cisokan


PEKERJAAN BETON STRUKTUR
8 fc’ = 30 MPa
A. Alur Pekerjaan
Berdasarkan dokumen lelang, secara umum item pekerjaan beton struktur, fc’ 30
MPa digunakan untuk pekerjaan abutmen, Dinding Penahan Tanah Beton dan Lantai
Jembatan. Secara spesifik terdapat beberapa perbedaan metode pelaksanaan untuk
masing-masing lokasi, namun secara garis besar metode pelaksanaan yang akan
dilaksanakan sesuai penjabaran di bawah ini.
Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan sebagai berikut :

Persiapan Teknis

Pelaksanaan Pekerjaan

Penyiapan kondisi

Pelaksanaan Pengecoran

Pengerjaan Akhir

B. Persiapan Teknis
1. Material Approval:
• Material Approval: menyerahkan contoh dari seluruh bahan yang hendak
digunakan dengan data pengujian yang menunjukkan bahwa material
memenuhi seluruh sifat bahan yang disyaratkan spesifikasi.
2. Job Mix Trial & Approval:
• menyerahkan rancangan campuran (mix design) untuk masing-masing mutu
beton yang akan digunakan, lengkap dengan hasil pengujian percobaan
campuran beton di laboratorium berdasarkan kuat tekan beton secara umum.
• membuat campuran percobaan menggunakan proporsi campuran hasil
rancangan campuran, dengan disaksikan oleh Pengawas Pekerjaan
kemudian dilakukan pengujian kelecakan dan kuat tekan.
3. Shop Drawing Approval : menyerahkan Gambar Kerja detail pelaksanaan beton
yang akan dilaksananakan.

C. Persiapan Lahan Kerja


1. Pekerjaan pemasangan tulangan dan benda lain vang akan dimasukkan ke dalam
beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat
sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
2. Penyiapan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk mendukung tercapainya mutu
yang diharapkan, seperti: membuat permukaan kasar, memberbersihkan dari
bahan-bahan yang lepas dan rapuh bidang-bidang beton lama bila akan
disambung dengan beton yang akan dicor, mengeringkan lokasi bila akan
dilaksanakan di lokasi basah / berair.
3. Pembuatan Acuan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
• Acuan dibuat sesuai dengan dimensi dan bentuk desain.
• Acuan dibuat kaku agar dapat mempertahankan posisi yang diperlukan
selama pengecoran, pemadatan dan perawatan dengan sambungan kedap.
• Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak
beton dengan memberikan lapisan oil form pada permukaan acuan sehingga
beton tidak menempel.
4. Persiapan akses dan platform kerja, bila diperlukan
5. Mempersiapkan alat bantu penuangan (seperti talang, corong dsb) bila
diperlukan agar saat penuangan beton tidak mengalami segregasi akibat jatuh
bebas lebih dari 150 cm dsb
D. Pengadaan Material
1. Setelah penyiapan kondisi selesai, dan telah dilakukan inspeksi oleh konsultan
dan direksi, dilakukan pengadaan material beton. Material beton dilakukan di
Batching Plant. Selama proses pencampuran / produksi, disaksikan penakaran
campuran dan proses pencampurannya. Agar diperoleh beton sesuai spesifikasi
Material Beton yang telah dicampur, dibawa ke lapangan menggunakan Truck
Mixer.

E. Pelaksanaan
1. Penuangan Beton
• Penuangan beton dilakukan sedemikian rupa sehingga beton terhindar dari
segregasi partikel kasar dan halus. Beton dituang ke dalam cetakan sedekat
mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk
mencegah pengaliran yang tidak boleh melampaui satu meter dari tempat
awal pengecoran, dan beton juga diatur agar tidak jatuh bebas terlalu tinggi.
Pengecoran dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran
beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan
campuran beton yang baru. Pekerjaan beton harus sudah selesai sebelum
waktu ikat awalnya (initial setting time).
2. Pemadatan Beton
• Beton dipadatkan dengan penggetar mekanis (concrete vibrator) yang
sesuai, bilamana diperlukan, dilakukan penusukan secara manual dengan
alat yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai.
Pemadatan dilakukan sampai setiap rongga udara dan gelembung udara
terisi. Pastikan kepadatan beton pada semua sudut dan di antara dan sekitar
besi tulangan. Penggetar concrete vibrator dimasukkan ke dalam beton
basah secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai
ke dasar beton yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh
kedalaman pada bagian tersebut.
Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan kembali
pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar tidak boleh
berada pada suatu titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan untuk
memindah campuran beton ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh
tulangan beton. Concrete vibrator dibatasi waktu penggunaannya, sehingga
menghasilkan pemadatan yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya
segregasi pada agregat.
3. Pengujian Beton
• Pengujian Untuk Kelecakan
Satu pengujian ”slump” atau slump flow dilaksanakan pada setiap adukan
beton yang dihasilkan dan dilakukan sesaat sebelum pengecoran dengan
disaksikan oleh Pengawas Pekerjaan atau wakilnya.
• Pengujian Kuat Tekan
Material yang digunakan untuk pengecoran akan diuji kuat tekannya,
Pembuatan sampel dengan jumlah dan prosedur yang sesuai dilakukan pada
saat pengecoran.

F. Pekerjaan Akhir
1. Perawatan
Beton dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan
gangguan mekanis. Beton dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi
seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu
yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada
semen dan pengerasan beton. Beton dirawat, sesegera mungkin setelah beton
mulai mengikat (pengikatan awal) dengan memberikan lapisan curing compound
pada permukaannya atau pembungkusan dengan bahan penyerap air dalam
waktu paling sedikit 3 hari. Untuk beton yang menggunakan acuan kayu, acuan
tersebut dipertahankan basah pada setiap saat sampai dibongkar, untuk
mencegah terbukanya sambungan- sambungan dan pengeringan beton.
2. Pembongkaran Acuan
Pembongkaran Acuan dilakukan setelah umur dan kekuatan beton cukup.
3. Finishing Permukaan
Setelah pembongkaran acuan, segera dilakukan finishing permukaan beton.
Seluruh perangkat kawat atau logam yang telah digunakan untuk memegang
acuan, dan acuan yang menembus badan beton, dibuang atau dipotong sehingga
tersisa maksimum 2,5 cm dari permukaan beton. Tonjolan mortar dan
ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan acuan dibersihkan.

G. Personil
Pada pekerjaan ini personil yang dibutuhkan adalah :
1. Pelaksana
2. Petugas K3L
3. Tenaga Kerja,Tukang,Mandor
4. Oprator Mixer

H. Aspek K3
Memberikan Sosialisasi dan Protokol Kerja Konstruksi COVID 19, Memasang
Rambu peringatan Kerja Menggunakan Alat Pelindungan diri ( APD ) Sarung
Tangan, Helm, Rompi, Sepatu Safety, Masker.

I. Peralatan
Pada Pekerjaan ini Perlatan yang dibutuhkan adalah :
1. Batching Plant dan peralatannya : 1 unit
2. Truck Mixer : 10 unit (sesuai cycle time)
3. Straight edge : 1 unit, panjang 5 meter
4. Alat survey : 1 unit
5. Alat Quality Control : 1 unit
6. Concrete vibrator electric
J. Perlengkapan
Pada Pekerjaan ini Perlengkapan yang dibutuhkan adalah :
1. Sekop, cangkul, skrap dll : 5 set
2. Balok-balok penumpang (tempat orang memperbaiki tektur beton) 2 uni

K. Bahan
Pada Pekerjaan ini Bahan yang dibutuhkan adalah :
1. Beton Ready Mix K-300
BAB. 9
PEKERJAAN BAJA
TULANGAN SIRIP BjTS
420A

Pembangunan /Duplikasi Jembatan Cisokan


PEKERJAAN BAJA TULANGAN
9 SIRIP BjTS 420A
A. Alur Pekerjaan
Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan sebagai berikut :

Persiapan Teknis

Pelaksanaan Pekerjaan

Pengadaan dan
Penyimpanan

Fabrikasi

Pemasangan

B. Persiapan Teknis
1. Material Approval:
Pengajuan usulan material yang digunakan dilengkapi dengan brosur keterangan
asal produk dan spesifikasi, mencakup baja tulangan, dan kawat pengikat.
2. Shop Drawing Approval
Menyerahkan Gambar Kerja dan daftar penulangan (bar schedule) yang akan
dilaksanakan
C. Pengadaan Material dan Penyimpanan
Material Baja Tulangan yang didatangkan, tidak akan sekaligus langsung terpasang.
Sebagian material akan melalui proses penyimpanan, sehingga gudang penyimpanan
baja tulangan diatur untuk mencegah distorsi, kontaminasi, korosi atau kerusakan.

D. Pelaksanaan
1. Fabrikasi
• Fabrikasi tulangan dilakukan di workshop yang lokasinya bersebelahan
dengan gudang penumpukan material utuh.
• Pemotongan dan pembengkokan dilaksanakan sesuai dengan gambar yang
sudah disetujui sebelumnya.
• Pembengkokan material menggunakan Bar Bender.
• Material yang sudah difabrikasi berdasarkan bar schedule-nya dikelompok,
diikat dan diberi label. Sebelum digunakan disimpan di gudang material
fabri Setelah lokasi pemasangan siap dan jumlah material yang difabrikasi
cukup, dibawa ke lokasi pekerjaan

2. Pemasangan
• Sebelum dipasang, dipastikan kondisi tulangan yang akan dipasang.
Dipastikan kebersihan dan kelayakannya.
• Tulangan ditempatkan akurat sesuai dengan gambar dan diikat kuat dengan
kawat pengikat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
• Pembuatan dan pemasangan tumpuan tulangan dari beton pracetak dengan
mutu fc’ 20 MPa.
• Ketebalan tumpuan tulangan ke acuan disesuaikan dengan ketebalan selimut
beton sesuai gambar.
G. Personil
Pada pekerjaan ini personil yang dibutuhkan adalah :
1. Pelaksana
2. Petugas K3L
3. Tenaga Kerja,Tukang,Mandor
4. Oprator Alat Berat

H. Aspek K3
Memberikan Sosialisasi dan Protokol Kerja Konstruksi COVID 19, Memasang
Rambu peringatan Kerja Menggunakan Alat Pelindungan diri ( APD ) Sarung
Tangan, Helm, Rompi, Sepatu Safety, Masker.

I. Peralatan
Pada Pekerjaan ini Perlatan yang dibutuhkan adalah :
1. Bar Bendrat

J. Bahan
Pada Pekerjaan ini Bahan yang dibutuhkan adalah :
1. Baja tulangan Strip BjTS 420A
BAB. 10
PEKERJAAN PENYEDIAAN
STRUKTUR JEMBATAN
RANGKA BAJA STANDAR
60 M.

Pembangunan /Duplikasi Jembatan Cisokan


PEKERJAAN PENYEDIAAN
10 STRUKTUR JEMBATAN RANGKA
BAJA STANDAR 60 M.
A. Alur Pekerjaan
Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan sebagai berikut :

B. Persiapan Teknis
1. Shop Drawing Approval
Penyerahan gambar shop drawing untuk material jembatan yang akan diadakan,
gambar shop drawing secara umum untuk hasil akhir. Gambar detail fabrikasi
dilakukan kemudian mengacu ke shop drawing material.
2. Fabricator Approval
Pengajuan fabricator yang akan melaksanakan fabrikasi, dilengkapi dengan
kapasitas workshop, peralatan, kemampuan teknis, pelaksana pengelasan, dsb
Pelaksanaan pengelasan wajib dilakukan oleh Personil Juru Las (welder) yang
memiliki Kualifikasi Juru Las sesuai dengan yang dipersyaratkan.
3. Material Approval
Pengajuan daftar material yang digunakan dilengkapi dengan brosur keterangan
asal produk, sertifikat produk dan spesifikasi, mencakup material baja, baut dan
kawat las. Pengujian sampel bahan yang akan digunakan

C. Pelaksanaan Fabrikasi
1. Pengadaan material yang akan difabrikasi. Setiap material yang diadakan
dilengkapi dengan sertifikat produk dari produsennya.
2. Fabrikasi bahan jembatan dilakukan sesuai dengan gambar fabrikasi yang sudah
disetujui.
3. Untuk menjamin mutu fabrikasi sambungan las dilakukan pengujian sambungan
las.
4. Dilakukan Trial Shop Assembly (Montase) untuk memastikan kesesuaian dan
ketelitian hasil fabrikasi baja, sehingga pelaksanaan di lapangan berjalan lancar.
5. Material Jembatan yang telah difabrikasi digalvanis sesuai dengan spesifikasi.
6. Sebelum diangkut dari pabrik, telah disusun diagram pemasangan / manual
pemasangan.

D. Pengangkutan Bahan Jembatan ke Lokasi Pekerjaan


Setelah Fabrikasi selesai, Material jembatan diangkut ke lokasi pekerjaan.
1. Sebelum material sampai di lokasi pekerjaan sebelumnya telah disiapkan lokasi
penyimpanan sementara yang layak dan alat bongkar di lokasi tujuan.
2. Pengaturan pengangkutan elemen bahan jembatan ke lapangan berdasarkan
diagram pemasangan sehingga nantinya dapat lebih mudah dilakukan
pengelompokan penyimpanan berdasarkan komponen yang pemasangannya
berdekatan.
3. Pengangkutan bahan jembatan dari workshop fabricator menggunakan alat
angkut darat besar yaitu trailer.
4. Di lokasi pekerjaan, material diturunkan dengan crane dan ditempatkan di lokasi
penyimpanan yang sudah disiapkan
E. Penyimpanan
1. Penyimpanan dan penumpukan sementara bahan jembatan di lapangan diatur
agar tidak bersentuhan langsung dengan tanah. Bila diperlukan untuk
penumpukan dalam beberapa lapis, diatur pengganjal antar material.
2. Penyimpanan diatur sedemikian rupa sehingga tanda pengiriman pada elemen
dapat ditemukan tanpa menggeser elemen yang bersebelahan
3. Baut dan perlengkapan kecil disimpan dalam wadah di lokasi yang tertutup.
BAB. 11
PEKERJAAN PEMASANGAN
JEMBATAN RANGKA BAJA
STANDAR PANJANG 60 M

Pembangunan /Duplikasi Jembatan Cisokan


PEKERJAAN PEMASANGAN
11 JEMBATAN RANGKA BAJA
STANDAR PANJANG 60 M
A. Alur Pekerjaan
Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan sebagai berikut :

Persiapan Teknis

Pelaksanaan Pekerjaan

Temporary Structure

Pemasangan

Tahap Akhir

Pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan metode pemasangan bertahap dengan link


set. Urutan Pekerjaan:

B. Persiapan Teknis
1. Method of Statement Approval
Menyerahkan rincian metode pelaksanaan yang akan dilaksanakan, dilengkapi
dengan perhitungan struktur, data pembebanan yang digunakan, secara rinci
sehingga dapat dievaluasi.
2. Shop Drawing Approval
Menyerahkan Gambar Kerja detail pelaksanaan yang akan dilaksanakan.
C. Temporary Structure dan alat bantu
1. Pengadaan Link Set dan counter weight sesuai dengan rencana yang sudah
disetujui sebelumnya.
2. Persiapan lahan untuk pemasangan link set & counterweight.
3. Pemasangan temporary structure.
4. Pemasangan dudukan winch

D. Pelaksanaan Pemasangan Bahan Jembatan


1. Sebelum dilakukan pemasangan, dilakukan pendataan ulang posisi penyimpanan
dan penumpukan bahan jembatan, sehingga bisa dipetakan dengan baik posisi
penyimpanan secara detail.
2. Beberapa elemen jembatan dapat dirakit dulu sebelum dipasang di posisiny.
3. Pemasangan elemen dilakukan dari ujung kedua sisi menuju tengah.
4. Pemasangan elemen ujung disambung dengan bearing, namun masih diganjal
sehingga bearing tidak menopang keseluruhan beban jembatan, kondisi bearing
juga belum diaktivasi.
5. Pengakatan elemen jembatan dengan crane, kemudian digeser dan digantung
sementara dengan winch. Setelah diposisinya, elemen baja diikat dengan baut
6. Pemasangan dilanjutkan dengan cara yang sama sampai ke ujung.
7. Jembatan didudukkan di posisinya menggunakan jack.

Gambar 11-1 : Ilustrasi Pemasangan Rangka Baja


E. Tahap Akhir
1. Pembongkaran temporary structure
2. Pengencangan baut
3. Aktivasi bearing

G. Personil
Pada pekerjaan ini personil yang dibutuhkan adalah :
1. Pelaksana
2. Petugas K3L
3. Tenaga Kerja,Tukang,Mandor
4. Oprator Alat Berat

H. Aspek K3
Memberikan Sosialisasi dan Protokol Kerja Konstruksi COVID 19 Memasang
Rambu Perinagatan : “HATI-HATI ALAT BERAT SEDANG BEROPERASI”
Menggunakan Alat Pelindungan diri ( APD ) Sarung Tangan,Romi,Helm, Sepatu
Safety.

I. Peralatan
Pada Pekerjaan ini Perlatan yang dibutuhkan adalah :
1. Crane On Track
2. Jack Hydrolic Jembatan

J. Bahan
Pada Pekerjaan ini Bahan yang dibutuhkan adalah :
1. Rangka Baja Fabrikasi Panjang 60 M
BAB. 12
PEKERJAAN TIANG BOR
BETON DIAMETER 800 MM

Pembangunan /Duplikasi Jembatan Cisokan


PEKERJAAN TIANG BOR BETON
12 DIAMETER 800 MM

A. Alur Pekerjaan
Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan sebagai berikut :

Persiapan Teknis

Pelaksanaan Pekerjaan

Fabrikasi Tulangan

Persiapan Lahan area bor

Pelaksanaan Pengeboran

Pemotongan Kepala Tiang

B. Persiapan Teknis
1. Material Approval:
Sebelum pekerjaan pengeboran dilaksanakan sudah diserahkan sampel,
dilakukan pengujian, dan disetuji material yang kan digunakan untuk pekerjaan
ini, antara lain :
• Material Baja tulangan yang akan digunakan.
• Material Beton yang akan digunakan.
• Material Bentonit yang akan digunakan
Semua komponen material yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi.
2. Shop Drawing Approval
Menyerahkan Gambar Kerja detail pelaksanaan yang akan dilaksanakan.

C. Fabrikasi tulangan bored pile


Tulangan bored pile, dipasang dengan cara pre-fabricated menjadi bar cage, setelah
terfabrikasi nantinya dimasukkan ke lubang bor dengan menggunakan crane.
Sehingga sebelumnya perlu disiapkan lahan untuk fabrikasi yang memungkinkan
kegiatan fabrikasi, penumpukan bar cage, dan manuver crane untuk pemindahan baja
tulangan yang sudah dirangkai. Lubang bor tidak bisa dibiarkan terlalu lama
menunggu pemasangan baja dan pengecoran karena rentan longsor, sehingga harus
dijaga ketersediaan bar cage terhadap jumlah titik bor yang akan dipasang Untuk
tiang bor yang akan diuji CSL, pada rangkaian tulangan juga dipasang pipa untuk
pengujian CSL.

D. Penyiapan Lahan Area Pengeboran


Sebelum pengeboran dilaksanakan, dilakukan penyiapan lahan area pengeboran
karena akan mempengaruhi mutu produk tiang bor yang akan dihasilkan, hal-hal
yang perlu dipersiapkan:
1. Berdasarkan gambar, lokasi titik bor berada di elevasi yang lebih rendah
dibanding sekitarnya, harus dipersiapkan arah aliran air permukaan jangan
sampai lokasi pengeboran menjadi tampungan air atau menjadi lintasan air
karena dapat mengurangi kualitas bor pile nantinya.
2. Jalur manuver crane untuk mensupply baja tulangan yang sudah difabrikasi.
3. Jalur logistik beton.
4. Kondisi permukaan tanah cukup rata agar bor pile machine dapat stabil.
5. Tempat penumpukan sementara untuk tanah hasil pengeboran.
6. Pengukuran dan pematokan titik-titik bor
E. Pelaksanaan Pengeboran
1. Pelaksanaan pengeboran menggunakan bor pile machine.
2. Pengeboran di titik pondasi dilaksanakan sampai mencapai elevasi sesuai desain.
3. Untuk menjaga stabilitas permukaan dinding lubang bor, digunakan bentonite.
4. Tanah dari lubang bor dipindahkan dengan alat bor keluar lubang. Secara
bertahap, tumpukan tanah hasil pengeboran dipindahkan dengan menggunakan
excavator dan dump truk agar tidak jatuh lagi ke dalam lubang dan tidak
menghalangi manuver dan pergerakan bor pile machine.
5. Setelah didapatkan elevasi yang diharapkan, dilakukan pembersihan dasar bor
dengan cara sirkulasi.
6. Baja tulangan yang sudah terangkai dimasukkan ke lubang bor menggunakan
crane.
7. Pengecoran dilakukan secepat mungkin setelah pengeboran dan pemasangan
tulangan, karena kondisi tanah kemungkinan besar tidak stabil akibat terekspos.
Pengecoran beton menggunakan pipa tremi, yaitu: menggunakan pipa diameter
minimal 150 mm dengan corong pengisian di atasnya. Agar lumpur di dasar
lubang bor bisa terangkat dan menghindari segregasi. Pipa tremie selalu
diupayakan penuh, bila corong isi beton di corong tremie sudah hampir habis
langsung diisi. Sebelum dilakukan pengecoran dipastikan volume beton untuk
memenuhi lubang bor yang akan dicor. Posisi Pipa Tremi selalu dijaga dibawah
permukaan beton yang dituang ke dalam lubang bor. Tiang terus dicor sampai
lumpur dan kotoran di dasar lubang bor terangkat ke luar. Saat baru dicor, tiang
bor lebih tinggi dari rencana sekitar 1 m. Bagian yang berlebih tersebut harus
dibuang karena dianggap mempunyai mutu yang rendah.
F. Pelaksanaan Pengeboran
Setelah beton mempunyai kuat tekan cukup, dilakukan pemotongan kepala tiang
sesuai elevasi desain.
Pengujian:
1. Semua pengujian beton harus dilaksanakan untuk beton yang digunakan pada
bor pile.
2. Semua pengujian baja tulangan juga harus dilaksanakan untuk baja tulangan
yang digunakan pada bor pile.
3. Pengujian Crosshole Sonic Logging, Pile Dynamic Load Testing dan Pile
Integrated Test dilaksanakan untuk menguji mutu bor pile yang dilaksanakan

Gambar 12-1 : Ilustrasi Pekerjaan Tiang bor dia. 800 mm


G. Personil
Pada pekerjaan ini personil yang dibutuhkan adalah :
1. Pelaksana
2. Petugas K3L
3. Tenaga Kerja,Tukang,Mandor
4. Oprator Alat Berat

H. Aspek K3
Memberikan Sosialisasi dan Protokol Kerja Konstruksi COVID 19 Memasang
Rambu Perinagatan : “HATI-HATI ALAT BERAT SEDANG BEROPERASI”
Menggunakan Alat Pelindungan diri ( APD ) Sarung Tangan,Romi,Helm, Sepatu
Safety.

I. Peralatan
Pada Pekerjaan ini Perlatan yang dibutuhkan adalah :
1. Crane On Track
2. Bore Pile Machine
3. Dump Truck
4. Excavator
5. Truck Mixer

J. Bahan
Pada Pekerjaan ini Bahan yang dibutuhkan adalah :
1. Rangka Baja Fabrikasi Panjang 60 M
BAB. 13
PEKERJAAN BRONJONG
DENGAN KAWAT
GALVANIS

Pembangunan /Duplikasi Jembatan Cisokan


PEKERJAAN BRONJONG KAWAT
13 DENGAN KAWAT GALVANIS

A. Alur Pekerjaan
Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan sebagai berikut :

Persiapan Teknis

Pelaksanaan Pekerjaan
Pengadaan dan
Penyimpanan

Penyiapan Lahan Kerja

Pelaksanaan

B. Persiapan Teknis
1. Material Approval:
• Pengajuan usulan material yang digunakan dilengkapi dengan keterangan
asal produk dan spesifikasi, mencakup batu dan bronjong yang digunakan.
• Pengujian sampel material yang akan digunakan.
2. Shop Drawing Approval
Menyerahkan Gambar Kerja detail pelaksanaan yang akan dilaksanakan.
C. Pengadaan Material dan Penyimpanan:
Material keranjang bronjong diadakan. Material tersebut tidak akan sekaligus
langsung terpasang. Sebagian material akan melalui proses penyimpanan, sehingga
gudang penyimpanan diatur untuk mencegah distorsi, kontaminasi, korosi atau
kerusakan.

D. Persiapan lahan kerja


1. Pematokan posisi bronjong yang akan dipasang, dilengkapi dengan acuan untuk
elevasi .
2. Penyiapan kondisi lahan landasan bronjong agar bronjong yang dipasang stabil.
3. Penyiapan lokasi dan kondisi jalan akses material agar penumpukan batu tidak
terlalu jauh dari lokasi pemasangan.
4. Penyiapan kondisi tanah dasar bronjong dengan menggunakan excavator.

E. Pelaksanaan
1. Sebelum diisi dengan batu, keranjang bronjong dibentangkan dengan kuat untuk
memperoleh bentuk serta posisi yang benar dengan menggunakan tali penarik.
2. Sambungan antara keranjang diikat sekuat anyaman bronjong sehingga tidak jadi
titik lemah.
3. Batu dimasukkan dan disusun agar diperoleh sesedikit mungkin rongga. Setelah
bronjong terisi setengah, dipasang kawat pengaku. Kemudian diisi lagi sedikit
berlebih.
4. Setelah terisi penuh, keranjang bronjong ditutup, dan diikat.
5. Tanah dibelakang bronjong dirapikan dan dipadatkan
Gambar 13-1 : Ilustrasi Pekerjan Bronjong
F. Personil
Pada pekerjaan ini personil yang dibutuhkan adalah :
1. Pelaksana
2. Petugas K3L
3. Tenaga Kerja,Tukang,Mandor
4. Oprator Alat Berat

G. Aspek K3
Memberikan Sosialisasi dan Protokol Kerja Konstruksi COVID 19 Memasang
Rambu Perinagatan Menggunakan Alat Pelindungan diri ( APD ) Sarung
Tangan,Romi,Helm, Sepatu Safety.

H. Peralatan
Pada Pekerjaan ini Perlatan yang dibutuhkan adalah :
1. Dump Truck
2. Excavator

I. Bahan
Pada Pekerjaan ini Bahan yang dibutuhkan adalah :
1. Kawat Bronjong
2. Batu Kali

Anda mungkin juga menyukai