BAB 2
Proyek Pekerjaan Revetment dan Retaining Wall Dumping 2 di Pelabuhan
Benoa
2.1 Pendahuluan
2.1.1 Latar Belakang
1. Maksud
2. Tujuan
2. Lokasi Proyek
2
3. Struktur Organisasi Proyek
3
2.2.2 Tahap Perencanaan
1. Studi Kelayakan
2. Breafing
4
• Mengecek dan mempersiapkan kesehatan dan keselamatan kerja,
serta kelengkapan APD.
3. Perencanaan Teknis
A. Desain Rencana
B. Standar Acuan
Standar acuan yang digunakan pada Proyek Pekerjaan
Revetment dan Retaining Wall Dumping 2 di Pelabuhan Benoa
5
adalah:
6
• Untuk mengontrol apakah pekerjaan telah dilaksanakan tepat
waktu.
1. Pemancangan SPP
7
• Pemindahan Pipa Baja SPP dia 609 mm dengan t = 12 mm dan
dia 711 mm t = 16mm
2. Pemancangan SPSP
3. Pemancangan CSP
8
2.3 Dasar Teori
2.3.1 SPP (Steel Pipe Pile)
SPP banyak digunakan dalam pekerjaan pondasi untuk struktur laut
seperti pelabuhan dan pantai. SPP mentransfer beban vertikal bangunan
atau struktur ke lapisan tanah yang dalam atau stabil. Selain mentransfer
beban vertikal juga sebagai dinding penahan tanah .
Kelebihan utama dari SPP ini adalah banyak opsi dalam memilih
ukuran untuk menyesuaikan dengan persyaratan teknis yang berbeda-beda.
9
2.3.2 SPSP (Steel Pipe Sheet Pile)
SPSP terdiri dari pipa baja dengan sambungan yang dilas. SPSP
biasanya digunakan sebagai dinding penahan tanah dan tanggul pada tepi
sungai dan pelabuhan.
Jenis SPSP dapat dilihat pada gambar 2.4.
Concrete sheet pile biasa dikenal dengan tiang pancang beton. Tiang
pancang dengan jenis ini adalah salah satu tiang pancang yang cukup
umum dan sering dipakai. Tiang pancang beton mempunyai bahan dasar
utama dari beton yang di cor pada sebuah tempat. Umumnya tiang ini
juga umumnya dibuat langsung dari sebuah pabrik dan bisa langsung
digunakan dengan mudah. Tiang pancang jenis ini umumnya mempunyai
berbagai macam bentuk seperti silinder, kotak ataupun persegi panjang.
Dalam proyek ini yang digunakan adalah jenis spun pile atau tiang
pancang bulat. Spun pile merupakan bentuk Tiang pancang yang ada
lubang ditengahnya. Tiang pancang ini dipilih agar tekanan aksial bisa
terfokus pada selimut beton/ yang melingkari pada tiang.
10
Gambar 2.5 Detail Spun Pile
2.4 Pelaksanaan
2.4.1 Pemancangan SPP
● Flowchart
11
● Urutan Pelaksanaan
1. Pipa SPP telah di inspeksi bersama dengan Konsultan MK dan
Owner sebelum dilakukan mobilisasi ke area pemancangan;
12
Gambar 2.8 Perhitungan Load Chart Sumitomo 80 ton
13
Gambar 2.9 Perhitungan Load Chart Kobelco 80 ton
14
Gambar 2.10 Lokasi Stockyard Awal
SPP Sebelum di Mobilisasi
15
c. Flatbed truck atau multi axle menerima SPP dari crane 80 ton.
16
Gambar 2.13 Crane Menempatkan SPP ke
Tempat Pemancangan
17
6. Crane pancang menempatkan SPP pada lokasi titik yang telah di
marking oleh Surveyor, agar posisi tiang stabil untuk menjaga
kelurusan tiang SPP di monitoring oleh alat Total Station ;
18
8. Penyambungan SPP menggunakan standard pengelasan Shielded
metal Arc Welding (SMAW);
19
2.4.2 Pemancangan SPSP
● Flowchart
● Urutan Pelaksanaan
1. Approval Material Pipa Baja SPSP dia 1016 t = 14 mm yang telah
20
Gambar 2.18 Uji Tarik Material SPSP
21
5. Sebelum mobilisasi alat dilakukan ceklist alat pemancangan dan
crane service, perhitungan load chart alat yang digunakan,
perhitungan sebagai berikut:
22
Gambar 2.21 Perhitungan Load Chart Kobelco 80 ton
23
Gambar 2.22 Perhitungan Load Chart Kobelco 35 ton
24
Gambar 2.23 Perhitungan Load Chart XCMG 150 ton
25
7. Mobilisasi SPSP dari stockyard ke lokasi area pemancangan
ddapat digunakan 2 metode mobilisasi :
● Metode Boogie
a. Berikut lokasi stockyard awal SPSP sebelum di mobilisasi
26
Gambar 2.26 Mobilisasi SPSP dari stockyard menggunakan crane
27
Hal – hal yang perlu diperhatikan pada step 2 adalah sebagai
berikut:
28
Gambar 2.29 SPSP di tempatkan ke area lokasi
pemancangan
29
● Metode Estafet
a. Berikut lokasi stockyard awal SPSP sebelum di mobilisasi.
A = 303744.0260 ; 9034133.3944
B = 303780.1750 ; 9034098.8852
C = 303712.0810 ; 9034025.5670
D = 303676.7527 ; 9034133.3944
30
Gambar 2.31 Mobilisasi SPSP dari stockyard menggunakan crane
Hal – hal yang perlu diperhatikan pada step 1 adalah sebagai
berikut:
Gambar 2.32 Crane 35 ton dan 50 ton menerima SPSP dari crane 150 ton
Hal – hal yang perlu diperhatikan pada step 2 adalah sebagai
berikut :
31
● Pasang dan ikatkan sling crane 35 ton dan crane 50 ton pada
SPSP, setelah SPSP ditempatkan.
Gambar 2.33 Crane 80 ton menerima SPSP dari crane 50 ton dan 35 ton.
32
Gambar 2.34 Crane 80 ton menerima SPSP dari crane 50 ton dan 35 ton
kemudian ditempatkan ke area lokasi pemancangan.
33
Gambar 2.35 Persiapan Pemancangan SPSP
● Untuk dudukan alat surveyor yang sejajar dengan SPSP berada
pada jarak 200 m dari posisi titik pancang terakhir.
● Dibuat platform sebagai landasan alat ukur TS dan surveyor
untuk memonitoring pemancangan SPSP pada arah sejajar
SPSP.
● Sebelum pemancangan dimulai setiap pancang harus diberi
tanda setiap interval 50 cm yang dimulai dari kaki tiang agar
dapat diketahui panjang tiang yang terpancang.
34
Gambar 2.36 Hasil CBR Lapangan
11. Sebelum dilakukan pemancangan pasang guide beam pada
koordinat yang sudah di stake out oleh surveyor;
35
Gambar 2.38 Penempatan Posisi Pancang pada Guide Beam
13. SPSP di vibro sampai dengan level guide beam / pada kondisi
tiang SPSP tidak bisa masuk;
36
Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat pemancangan :
● Dipastikan sisi atas SPSP tidak terbalik, karena sisi atas SPSP
tidak terbalik karena sisi atas SPSP tidak terbalik, karena sisi
atas tebal marine coating 900 micron (2,8 m untuk splash
zone) dan posisi arah clutch (kanan dan kiri tidak terbalik).
● Pengikatan tali sling diluar area marine coating 900 micron.
● SPSP dipasang tepat pada posisinya dan dipancangkan sesuai
dengan garis – garis yang tertera dalam gambar kerja.
● Untuk membetulkan posisi atau garis tiang pancang, harus
diperbaiki dengan vibro.
● Lokasi kepala tiang pancang, pergeseran lateral tiang pancang
di posisi yang ditentukan tidak boleh melampui 75mm dalam
segala arah.
● Kemiringan tiang pancang, penyimpangan arah vertikal atau
kemiringan yang disyaratkan tidak boleh melampui 25 mm per
meter (1:50).
16. Semua titik dilakukan pencatatan sesuai form Pile Driving Record
(PDR) yang disetujui (pemancangan dengan hammer, spsp paling
rendah, sebelum top SPSP pada elevasi rencana);
17. Pengambilan data kalendering saat akan mencapai elevasi rencana
atau kondisi SPSP dipancang tidak dapat masuk elevasi rencana;
1. Mobilisasi
2. Pekerjaan Persiapan
37
3. Cek Kelurusan & Penentuan Posisi
4. Pemasangan Temporary Casing
5. .Preboring dan Pengeboran
6. Angkat/Cabut Temporary Casing
● Urutan Pelaksanaan
1. Perhitungan Load Chart
38
2. Persiapan Pemancangan
a. Pembuatan patok refrensi (x, y, z)
b. Penentuan center line titik pancang (alat TS 1)
c. Stake out titik pancang (alat TS 2)
d. Penentuan elevasi top pancang (alat WP)
39
Gambar 2.45 Marking Tiang Pancang
40
5. Positioning Tiang Pancang
Pengarahan Kelurusan
41
● Sumbu tiang pancang harus segaris dengan hammer dan
leader
● Surveyor hanya mengarahkan kelurusan tiang pancang saat
sebelum penetrasi
● Digunakan 2 alat Total Station untuk mengukur kelurusan
tiang dan kemiringan sesuai rencana
● Posisi antara Surveyor 1 dan Surveyor 2 saling tegak lurus
Permasalahan pemancangan :
● Apabila pancang tidak mencapai daya dukung, dapat
dilakukan kaledering ulang setelah 3 – 7 hari setelah
pemancangan.
● Untuk hasil kalendering ulang apabila masih tidak tercapai
daya dukungnya dilakukan penyambungan dan
pemancangan lagi sampai tercapai daya dukung rencana.
42
6. Rumus Perhitungan Nilai Tahanan Tiang Pancang
43
8. Pemotongan tiang pancang
1. Crane Pancang
2. Hammer
3. Crane Service
4. Alat Las
6. Guide Beam
8. Dolly
9. Boogie
44
11. Excavator
14. Tripodal
2.6 Bahan
Bahan atau material yang digunakan adalah:
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
45
3. Pengarahan (Actuating)
4. Pengendalian (Controlling)
46
Pengendalian mutu pada proyek Pekerjaan Revetment dan Retaining
Wall Dumping 2 di Pelabuhan Benoa dilakukan dengan beberapa cara
yaitu:
● Pengecekan Alat
● Tes CBR
● Tes Sandcone
3. Pengendalian K3
Pengendalian waktu dan biaya proyek Pekerjaan Revetment dan
Retaining Wall Dumping 2 di Pelabuhan Benoa dilakukan beberapa
cara yaitu:
● Kegiatan safety talk
● Inspeksi alat
● Pemasangan rambu-rambu
● Pemasangan ralling
47
Solusinya dengan melakukan pengeboran terlebih dahulu sebelum
pemancangan.
2.10 Kegiatan saat Kunjungan KKL
Kegiatan yang dilakukan saat kunjungan KKL adalah:
2.11.2 Saran
Saran untuk proyek Pekerjaan Revetment dan Retaining Wall
Dumping 2 di Pelabuhan Benoa adalah:
1. Lebih memperhatikan lagi tentang aspek lingkungan pada saat
pengerukan laut atau pembuangan tanah ke laut.
2. Pelaksanaan K3 pada para pekerja perlu ditingkatkan lagi pada
saat bekerja.
3. Pengawasan terhadap para pekerja perlu ditingkatkan lagi pada
saat bekerja agar mutu dan hasil tetap terjaga.
48
2.12 Lampiran
2.12.1 Dokumentasi
Gambar 2.52 Pemberiian Materi dan Quiz Gambar 2.53 Kunjungan Lapangan
49
2.12.2 Daftar Anggota Kelompok
50