METODE PELAKSANAAN
1. PEKERJAAN PERSIAPAN
Persiapan suatu pekerjaan sebelum masuk pada pekerjaan pokok, sangat menentukan
kesuksesan suatu pekerjaan. Pekerjaan persiapan ini secara umum tidak jauh berbeda, baik
untuk proyek-proyek Jaringan Tata Air Tambak, Pengembangan Sistem Sarana Air Bersih,
pekerjaan pembangunan gedung, proyek pembangunan jalan dan jembatan, dermaga
ataupun proyek-proyek lainnya.
Pekerjaan persiapan harus sudah direncanakan sebelum masa pelaksanaan suatu proyek
konstruksi, perencanaannya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh hasil
pekerjaan yang efektif dan efisien, namun tetap memenuhi segala aspek yang diperlukan
untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan pokok / utama dari proyek yang akan
dilaksanakan.
Pekerjaan persiapan yang harus dilaksanakan dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi
antara lain meliputi :
a. Perencanaan Site Plan.
b. Penghitungan Kebutuhan Sumber Daya.
c. Pembuatan Gambar-gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing).
d. Pengadaan Material untuk Pekerjaan Persiapan.
e. Mobilisasi Peralatan dan Tenaga Kerja.
f. Pembuatan papan nama proyek
Berdasarkan hasil penjelasan / aanwijzing kantor, review gambar rencana dan BQ, maka
kami PT. ZENSYA KARYA MULIA, membuat usulan metode kerja, yang disesuaikan dengan
kondisi lahan dan situasi lokasi Lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kayu Agung
yang akan ditangani.
Kami menyimpulkan bahwa lingkup utama pekerjaan terdiri dari 3 bagian, yaitu Mobilisasi
(Peralatan maupun Personil), Pekerjaan Sipil, Arsitektur, dan Pekerjaan Mekanikal,
elektrikal, Plumbing.
Selanjutnya lahan pekerjaan dibersihkan dalam batas-batas yang ditentukan sesuai site
plan, setelah itu pekerjaan Konstruksi Pembangunan Gedung KPP Pratama Kayu Agung
Tahap II dapat dilaksanakan.
A. Perencanaan Site Plan
Perencanaan Site Plan pada prinsipnya adalah merencanakan tata letak / lay out dari
fasilitas-fasilitas yang diperlukan selama pelaksanaan proyek, sehingga dapat
mendukung mobilitas dan kelancaran pekerjaan.
Dalam menentukan tata letak / lay out, sangat tergantung pada kondisi lapangan yang
ada, dan disesuaikan dengan desain lay out dari Konstruksi Bangunan Gedung yang akan
dilaksanakan, perlu diingat dalam pertimbangan penentuan tata letak ini juga, adalah
bangunan atau fasilitas-fasilitas dalam site plan ini sifatnya adalah sementara, yang
Fasilitas pokok yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek antara lain terdiri dari :
1. Kantor Proyek / Direksi Keet
2. Gudang material dan peralatan
3. Barak kerja
4. Pos keamanan
5. Base Camp
6. Bengkel
Dengan site plan yang kami ajukan ini diharapkan aktivitas pekerjaan berjalan sesuai
dengan rencana yang berada dalam lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kayu
Agung.
finishing lainnya.
Gudang sebagai tempat penyimpanan material, harus memenuhi sebagai
persyaratan antara lain :
Kondisi harus dijaga tetap kering dan tidak lembab/tidak bocor.
Susunan dan pengaturan letak material yang disimpan terutama semen, harus
diatur sedemikian rupa sehingga material yang datang lebih dahulu dapat
diambil dan digunakan lebih awal.
Untuk material besi beton dapat ditempatkan diluar bangunan gudang dengan
persyaratan-persyaratan.
Tumpukan besi diberi alas / ganjal balok kayu, sehingga tidak langsung
bersentuh dengan tanah.
Diberikan penutup terpal diatasnya supaya terlindung dari air hujan atau
kelembaban.
Penumpukan sesuai dengan diameter yang seragam.
Sementara untuk gudang peralatan digunakan untuk menyimpan peralatan kerja
yang ringan-ringan seperti, genset, portable, concrete, vibrator, serta peralatan-
peralatan tukang ringan lainnya.
3. Barak Kerja
Bangunan ini berfungsi untuk termpat beristirahat bagi para pekerja proyek, barak
kerja ditempatkan didalam pagar lokasi proyek, sehingga akan mempermudah
pengawasan keluar masuknya para pekerja kedalam lokasi proyek, sekaligus untuk
bisa membantu menjaga keamanan material dan peralatan kerja selama
pelaksanaan pekerjaan.
C. Perencanaan K3
Dalam setiap pelaksanaan suatu proyek, managemen PT. ZENSYA KARYA MULIA
mengharuskan penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai
bagian dari kegiatan yang terintegrasi dalam semua kegiatan proyek yang sedang
dikerjakan.
Prosedur penerapan K3 secara umum mencakup :
1. Safety Plan
Adalah Managemen Keselamatan Kerja yang mengikuti ketentuan-ketentuan dan
arahan yang dikeluarkan Depnaker.
Ketentuan-ketentuan dalam Managemen Keselamatan Kerja ini meliputi :
Identifikasi bahaya kerja dan pencegahannya.
Penyusunan rencana, pengadaan dan penempatan dari alat-alat pengaman
seperti :
Jaring/net pada tangga dan tepi bangunan (khusus untuk bangunan)
Railing pengaman serta rambu-rambu K3
Alat-alat pemadam kebakaran
Sepatu dan helm pengamanan bagi para pekerja dan staf proyek.
Penyediaan sarana P3K dalam lingkungan proyek
2. Security Plan
Adalah prosedur pengendalian keamanan lingkungan proyek, mencakup prosedur
keluar masuk bahan proyek, penerimaan tamu, identifikasi daerah rawan wilayah
sekitar proyek. Untuk itu ditempatkan tenaga keamanan dan pos penjagaan
diproyek.
4. Program Mobilisasi
a) Selambat-lambatnya dalam waktu 7 hari setelah Penandatangan Kontrak,
Managemen kami akan melaksanakan Rapat Pra Pelaksanaan (Pre Construction
Meeting) yang dihadiri Pemilik, Direksi Pekerjaan, Wakil Direksi Pekerjaan (bila
ada) dan Tenaga Ahli kami untuk membahas semua hal baik yang teknis
maupun yang non teknis dalam proyek ini.
b) Dalam waktu 14 hari setelah Rapat Pra Pelaksanaan, Managemen kami juga
akan menyerahkan Program Mobilisasi (termasuk program Pemasangan
Dinding Turap) dan Jadwal Kemajuan Pelaksanaan kepada Direksi Pekerjaan
untuk dimintakan persetujuannya.
c) Program mobilisasi menetapkan waktu untuk semua kegiatan mobilisasi dan
mencakup informasi tambahan berikut :
(1) Lokasi base camp dengan denah lokasi umum dan denah rinci di lapangan
yang menunjukkan lokasi kantor sementara (direksi keet), bengkel, gudang,
mesin pemecah batu dan instalasi pencampur aspal, serta laboratorium
bilamana fasilitas tersebut termasuk dalam cakupan Kontrak.
(2) Jadwal pengiriman peralatan yang menunjukkan lokasi asal dari semua
peralatan yang tercantum dalam Daftar Peralatan yang diusulkan dalam
Penawaran, bersama dengan usulan cara pengangkutan dan jadwal
kedatangan peralatan di lapangan.
(3) Setiap perubahan pada peralatan maupun personil yang diusulkan dalam
Penawaran akan diajukan kepada direksi pekerjaan.
(4) Suatu daftar detil yang menunjukkan struktur yang memerlukan perkuatan
agar aman dilewati alat-alat berat, usulan metodologi pelaksanaan dan
jadwal tanggal mulai dan tanggal selesai untuk perkuatan setiap struktur.
(5) Suatu jadwal kemajuan yang lengkap dalam format bagan balok (bar chart)
yang menunjukkan tiap kegiatan mobilisasi utama dan suatu kurva
kemajuan untuk menyatakan persentase kemajuan mobilisasi.
5. Demobilisasi
Kegiatan Demobilisasi berupa pembongkaran tempat kerja pada saat akhir
Kontrak termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan dari
tanah milik Pemerintah dan pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi
seperti semula sebelum pekerjaan dimulai.
E. KONDISI SITE
A. Site
Lokasi site dan seluruh pekerjaan yang ada di atasnya sebagaimana tercantum
pada gambar.
B. Kondisi Site
1. Kontraktor harus rnempelajari kondisi lahan dan seluruh dokumen tender dengan hati-
hati sebelum menentukan penawaran.
2. Kondisi lahan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan struktur,
kondisi alam dan sumber-sumber alam yang diperlukan selama pekerjaan
berlangsung di dalamnya termasuk kondisi tanah, lapisan bawah tanah dan faktor-
faktor yang akan mempengaruhi pekerjaan tanah dan penggalian. Seluruh kondisi
tersebut di atas harus sudah dimasukkan dalam harga penawaran.
C. Penyelidikan Site
Kontraktor harus memeriksa laporan-laporan penyelidikan tanah dan tes/ pengujian
atas site lainnya atas petunjuk Perencana/ Pengawas.
F. PROSEDUR PENDAHULUAN
A. Patok Utama Pengukuran (Bench Mark)
Patok-patok utama pengukuran (bench mark) pada lahan harus dibuat secara permanen
dan berdiri dengan aman sesuai petunjuk Pengawas. Patok-patok harus dapat ditunjukkan
pada hasil Survei Ketinggian Lahan yang dilakukan Kontraktor. Bench mark yang dapat
dipakai di pekerjaan ini adalah Bench mark lama yang sudah ada, seperti ditunjukkan
dalam gambar.
B. Penentuan Posisi
Kontraktor harus secara akurat menempatkan keseluruhan pekerjaan pada garis,
ketinggian, dan profil yang ditunjukkan pada gambar dan akan bertanggung jawab atas
kesalahan pada penentuan posisi. Biaya untuk memperbaiki, memindahkan,
membongkar kesalahan penempatan posisi ditanggung Kontraktor. Tanda/patok untuk
menentukan posisi harus diletakkan secara tepat pada sistem grid atau kontur dan
diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak terganggu atau mengganggu pekerjaan.
Posisi atau ketinggian patok yang mengganggu harus disesuaikan. Kontraktor mencatat
semua penempatan patok pada satu buku khusus yang terkait dengan posisi patok-patok
utama pengukuran (Bench Mark).
C. Peralatan Pengukuran
Kontraktor harus menyediakan peralatan pengukuran yang dapat digunakan setiap saat
oleh Pengawas. Peralatan pengukuran tersebut meliputi teodolit modern dan
penyangganya, alat penentu ketinggian, pita pengukur panjang, dan peralatan lainnya
termasuk tenaga pengukur dan pengawas yang memungkinkan Pengawas dapat
mengecek penentuan posisi dan menandai hasil pekerjaan. Peralatan pengukuran
tersebut tetap menjadi hak milik Kontraktor.
D. Memulai Pekerjaan
Kontraktor tidak boleh memulai pekerjaan sebelum kondisi lahan memungkinkan untuk
tipe pekerjaan yang akan dilaksanakan.
6. Beri perhatian khusus pada bahan-bahan yang sensitif, mudah menguap, dan benda
yang harus disimpan dalam keadaan kering, sejuk, atau tidak boleh terkena cahaya
matahari langsung.
D. Pemilihan
Bila tak ada ketentuan spesifikasi lain, maka barang-barang siap pakai, benda dan komponen
dekoratif dipilih sendiri oleh kontraktor dan mendapat persetujuan Perencana/Pengawas.
E. Item yang tidak di-Spesifikasi
Kontraktor harus menjamin bahwa semua bahan dan material yang ditentukan dan dipilih
sendiri oleh Kontraktor adalah yang berkualitas terbaik dan sesuai dengan penggunaannya.
F. Komponen yang Dibuat untuk Tujuan Tertentu.
Semua komponen harus memiliki fungsi atau tujuan tertentu kecuali ia merupakan bagian
pelengkap dari komponen standar tertentu. Komponen siap pakai yang tersedia di pasaran
bisa digunakan untuk menggantikan komponen tadi bila sesuai dengan spesifikasi.
B. Pengamanan Pekerjaan
Kontraktor harus menyediakan dan memasang semua perlengkapan dan peralatan
pengamanan seperti dinding pengaman, railing pengaman dan pembatas lainnya disekitar
peralatan berbahaya yang sesuai dengan ketentuan. Tidak boleh ada instalasi dan
peralatan berbahaya yang tak diberi pengaman. Peralatan P3K harus disediakan lengkap
pada lokasi pekerjaan selama pekerjaan berlangsung. Kontraktor harus bertanggung jawab
penun terhadap perlindungan bahaya kebakaran pada semua lokasi pekerjaan, baik
permanen atau sementara, dan tempat-tempat lain yang berdekatan. Semua peraturan-
peraturan tentang keselamatan kerja dan perlindungan kebakaran yang dikeluarkan oleh
Pemerintah setempat harus diterapkan. Kontraktor harus menyediakan peralatan
pencegah kebakaran yang berfungsi dengan baik dengan tenaga terlatih yang bertugas
khusus untuk itu.
C. Kantor Kontraktor dan Pengawas (Direksi Kit)
Kontraktor harus membuat Direksi Kit sebagai kantor sementara di site sehingga dokumen
dan gambar-gambar yang harus tersedia di lokasi dapat tersimpan dengan baik.
Kontraktor harus menata dengan baik gudang, daerah kerja, bahan-bahan, peralatan,
pencampuran material, dan lain-lain dan harus dibersihkan kembali saat pekerjaan selesai.
Luas minimal Direksi Kit untuk Pengawas dan Kontraktor adalah ± 24 m 2
D. Fasilitas Pekerja
1. Kontraktor harus menyediakan seluruh akomodasi yang dibutuhkan untuk
menjamin kesejahteraan seluruh pekerja, termasuk mandor dan pekerja lembur,
dan harus sudah termasuk dalam Kontrak. Pekerja tidak diperbolehkan tinggal di
lokasi tanpa ijin tertulis Pengawas. Bila diijinkan Pengawas, akomodasi yang
disediakan Kontraktor harus dilengkapi air bersih, tempat makan, dan sarana
ibadah.
2. Sarana MCK sementara harus disediakan terpisah, dalam jumlah cukup, dan
diletakkan pada tempat yang disetujui Pengawas. Seluruh sarana tersebut harus
dilengkapi fasilitas mandi dan toilet yang dihubungkan dengan saluran induk,
penampungan sementara, septictank, dan rembesan secara baik. Semua fasilitas
sementara tersebut berikut salurannya harus dibersihkan setelah selesainya
pekerjaan. Semua fasilitas sanitasi tersebut harus dijaga agar selalu bersih dan selalu
dalam kondisi higienis setiap hari.
Kontraktor harus menutupi dan melindungi seluruh atau sebagian pekerjaan dari cuaca
dan dari kerusakan yang diakibatkan kecerobohan pekerja dari awal pekerjaan sampai
pada saat penyerahan pekerjaan.
Seluruh pekerjaan perbaikan atau penggantian atas kerusakan seluruh atau sebagian sub-
pekerjaan menjadi tanggungan Kontraktor. Kontraktor harus memberikan pengaman
atau pembatas agar pekerjaan pembangunan tidak mengganggu dan membahayakan
keselamatan orang dan peralatan pada bangunan lama atau bangunan eksisting yang
berhubungan dengan bangunan yang sedang dilaksanakan. Hal ini harus menjadi perhatian
utama Kontraktor karena ada bangunan lama yang tetap difungsikan sebagai ruang
perawatan selama pekerjaan renovasi berlangsung. Untuk persiapan pekerjaan,
Kontraktor harus memulai pekerjaan dari bagian yang terjauh dari bangunan lama.
Kontraktor harus menandai semua garis, posisi, ketinggian semua instalasi utilitas dan
bangunan eksisting yang harus tetap dibiarkan sebelum memulai semua pekerjaan.
Penggantian dan perbaikan atas kerusakan sarana utilitas dan bangunan eksisting
ditanggung oleh Kontraktor. Pekerjaan yang baru selesai sebagian harus diberi tanda
khusus agar dijaga dari kerusakan akibat pekerjaan lainnya yang sedang berlangsung.
D. Toleransi
Pekerjaan yang dianggap cacat atau ditolak harus diperbaiki atau diganti sesuai
petunjuk Pengawas.
3. Kecuali bila ada kesepakatan lanjutan, Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya
untuk menjamin bahwa semua pekerjaan yang dipasang sesuai dengan petunjuk dan
ketentuan yang tertera dalam spesifikasi serta instruksi dari Pengawas.
4. Pengawas / Perencana berhak memeriksa pekerjaan dan penempatan yang telah
dilaksanakan Kontraktor pada bagian manapun dan kapanpun diperlukan. Pada
dasarnya, Pengawas tidak ditugasi secara khusus untuk melakukan pemeriksaan-
pemeriksaan. Bila ada kegagalan dan Pengawas menemukan kesalahan yang
dilakukan oleh Kontraktor, maka hal ini tidak membuat Kontraktor lepas dari
tanggung jawabnya untuk memperbaiki atau mengganti pekerjaan tersebut.
5. Pengawas / Perencana setiap saat berhak menolak bahan-bahan atau mutu
pekerjaan bila tidak sesuai dengan spesifikasi. Persetujuan Pengawas / Perencana
masih mungkin dibatalkan bila ditemukan cacat atau kerusakan di kemudian hari.
Kontraktor harus memindahkan, atau mengganti, atau memperbaiki kesalahan
pengukuran bila diminta oleh Pengawas/perencana dan semua biaya ditanggung
oleh Kontraktor.
B. Pemberitahuan saat Pemberian Persetujuan
Kontraktor harus memberitahukan pihak Pengawas sedikitnya 2 (dua) hari sebelum suatu
bagian pekerjaan yang memerlukan persetujuan siap diperiksa. Kecuali bila pihak
Pengawas akan melakukan pemeriksaan pada tanggal yang telah disepakati dan
sebagainya, bila diperlukan. Seluruh sampel dan pengujian harus diserahkan/dilengkapi
tepat pada waktunya untuk menjaga kelangsungan program. Kontraktor tidak boleh
melanggar kesepakatan ini walaupun mungkin berakibat penolakan pekerjaan, kegagalan
pengujian atau sampel, atau penundaan waktu dalam penunjukkan sampel ulang atau
pengulangan pelaksanaan pekerjaan.
K. DOKUMENTASI
A. U m u m
Kontraktor harus membuat dan menyimpan dokumentasi dan catatan harian untuk
pemeriksaan atau sesuai permintaan Pengawas / Perencana.
B. Kegiatan-Kegiatan yang Didokumentasikan
Kontraktor harus mencatat dan merekam semua kegiatan yang berkaitan dengan kontruksi
pekerjaan, termasuk hal-hal yang disebutkan di bawah ini :
1. Semua gambar atau dokumen lainnya yang dikeluarkan atau diminta oleh Perencana /
Pengawas.
2. Sernua instruksi yang diberikan kepada Kontraktor dan tindakan yang dilakukan
termasuk instruksi verbal dan tanggal-tanggal pembuatan konfirmasi.
3. Rincian perintah kerja harian.
4. Kondisi cuaca termasuk suhu udara, hujan, angin, dan kondisi lainnya yang tidak
normal.
5. Mutu pekerjaan yang buruk yang diketahui atau dilaporkan, dan pekerjaan yang
gagal dengan menyebutkan alasannya.
6. Keterlambatan pekerjaan dan alasannya.
7. Masalah tenaga kerja.
L. GAMBAR DAN JADWAL
A. Gambar
Gambar-gambar yang menjadi landasan kontrak adafah gambar-gambar utama dan detail
yang dibagikan kepada kontraktor. Shop drawings dan gambar penjelasan disiapkan dan
dikeluarkan oleh Kontraktor selama berlangsungnya pekerjaan pada bagian manapun dan
kapanpun diperlukan. Bila terdapat perbedaan (discrepancies) antara skala tertulis dengan
skala gambar, maka yang dianggap benar adalah skala yang terdapat pada gambar.
B. Pemeriksaan
Kontraktor harus memeriksa semua gambar yang dikeluarkan setelah perjanjian kerja
disetujui untuk menjamin bahwa tidak ada satupun yang bertentangan antara gambar
tersebut dengan gambar-gambar yang dikeluarkan sebelumnya, atau dengan dimensi
aktual yang terjadi di lapangan. Kontraktor wajib menberitahukan Pengawas bila
ditemukan adanya perbedaan.
C. Shop Drawing Tambahan dan Jadual
1. Kontraktor harus mempersiapkan sendiri semua biaya atas gambar tambahan
dan pelengkap, jadual dan semacamnya bila kontraktor atau Pengawas
menganggap perlu dilakukannya penyempurnaan atau penambahan gambar
kontrak untuk memudahkan pelaksanaan. Gambar tersebut harus dibuat secara
sistematik, teratur, dan secara benar memuat kembali ketentuan-ketentuan,
instruksi, dan arahan kepada para pelaksana di lapangan sehingga pekerjaan
dapat dilaksanakan secara baik pada saat penyerahan pertama.
2. Bila diperlukan, kontraktor harus menyediakan dan menunjukkan kepada
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan semua "shop drawing" yang
menunjukkan semua detail konstruksi dan metode pemasangan untuk bagian atau
sistem yang akan disuplai atau dilaksanakan oleh spesialis khusus. Shop drawing
harus mendapat persetujuan sebelum fabrikasi atau pemasangan dan harus sesuai
dengan spesifikasi atau petunjuk Pengawas.
3. Penyerahan shop drawing untuk memperoleh persetujuan Pengawas selambat-
lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum pekerjaan bersangkutan dilaksanakan.
I.16. PEMBERSIHAN DAN PERBAIKAN
Kontraktor harus memperbaiki semua kerusakan yang disebabkan kesaiahan kontraktor, sub-
kontraktor, atau personilnya sesuai permintaan dan sewaktu-waktu diminta oleh Pengawas.
Demikian juga halnya dengan pembersihan lokasi pekerjaan, semua fasilitas sementara, peralatan
berat, kelebihan material, sampan, polusi dan pembersihan saluran pembuangan kotoran dan
hujan, serta meninggalkan area pekerjaan dalam keadaan bersih dan rapi pada saat tidak lagi
dilakukan pekerjaan atau pada saat pekerjaan selesai sesuai permintaan Pengawas.
I. 17. FOTO-FOTO PELAKSANAAN
Kontraktor harus menyiapkan dan menyerahkan semua foto-foto pelaksanaan yang diperlukan
kepada Pengawas baik selama pelaksanaan ataupun pada saat selesainya pelaksanaan.
I. 18. FOTO-FOTO BANGUNAN YANG SUDAH SELESAI
Foto harus diambil oleh tenaga ahli fotografi khusus yang disetujui atau ditunjuk Pengawas. Album
berisi foto-foto bangunan yang sudah dilaksanakan (dengan mencantumkan Tanggal, Nama
Proyek, Perencana, dan Kontraktor) harus diserahkan kepada Pengawas.
Jumlah dan ukuran foto untuk keperluan intern serta jumlah album akan ditentukan kemudian oleh
Pengawas.
Kontraktor.
4. Untuk memberitahukan kepada Pemberi Tugas mengenai optimalisasi penggunaan
lahan, Kontraktor juga harus membuat Rencana Pemanfaatan Lahan yang mencakup
rencana pentahapan peiaksanaan, dimana penempatan pagar batas lokasi kerja,
Direksi Kit/Kantor Direksi, penyimpanan bahan-bahan bangunan, fabrikasi pekerjaan
besi, fabrikasi pekerjaan kayu, site mix untuk beton, penempatan jalan akses
sementara, penumpukan sementara bahan-bahan bangunan bekas, penempatan
sumber listrik alternatif (genset), sumber air kerja, dan lain-lain yang diperlukan
untuk menunjang peiaksanaan pekerjaan.
5. Kontraktor membuat struktur organisasi kerja internal peiaksanaan pekerjaan
termasuk di dalamnya sub-kontraktor, supplier. Juga struktur organisasi yang
menunjukkan keterkaitan Kontraktor dengan Pemberi Tugas dan Konsultan
Manajement Konstruksi (MK) atau konsultan pengawas.
6. Kontraktor harus menyusun dan menyediakan Pentahapan dan Jadual Kerja dari awal
kerja hingga penyerahan pekerjaan.
Pentahapan menjelaskan tahapan-tahapan yang akan dilakukan oleh
Kontraktor.Sedangkan Jadual Kerja merupakan penjelasan item-item pekerjaan yang
harus dilakukan dihubungkan dengan jangka waktu yang disediakan oleh Pemberi
Tugas/Konsultan Manajemen Konstruksi atau Konsultan Pengawas.
Pentahapan dan Jadual Kerja ini harus diberitahukan kepada Pemberi
Tugas/Konsultan Manajemen Konstruksi atau Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan.
B. Teknis Lapangan
1. Kontraktor mengadakan pembersihan lokasi lahan dan bangunan tempaf
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
2. Untuk semua jenis pekerjaan, Kontraktor harus mengutamakan K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja), di mana faktor keselamatan pekerja dan kebersihan
lingkungan harus selalu diprioritaskan.
3. Untuk pencegahan dan meminimalkan jatuhnya material bangunan serta bahaya
debu ke area sekelilingnya, Kontraktor harus mengantisipasi hal tersebut dengan
pemakaian jaring pengaman, terpal plastik maupun kain.
4. Kontraktor mempersiapkan hal-hal penunjang pelaksanaan berupa pembuatan
Direksi Kit/Kantor Direksi, Kantor Kontraktor, Gudang dan Los Kerja yang
berfungsi sebagai kantor sementara, serta untuk penyimpanan arsip proyek dan
sample bahan bangunan, gudang bahan-bahan bangunan, tempat fabrikasi kayu
dan besi, site mix beton, mempersiapkan jalan akses sementara, penyediaan
listrik dan air kerja.
5. Bila pihak Pemberi Tugas tidak dapat menyediakan listrik dan air kerja, maka
kebutuhan ini harus ditanggung oleh Kontraktor. Beban pengadaan dan persiapan
ini menjadi tanggungan Kontraktor.
6. Kontraktor harus menyediakan bahan cadangan berupa peralatan, bahan bakar,
dan bahan-bahan lainnya untuk menghindari hambatan pelaksanaan pekerjaan.
7. Penempatan fasilitas kerja seperti tersebut di butir atas harus sesuai dengan
Rencana Pemanfaatan Lahan yang telah disetujui oleh Pemberi Tugas/Konsultan
Manajem Konstruksi (MK) atau konsultan Pengawas.
2. Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan galian pondasi untuk pekerjaan sub
B. Metode Pelaksaan
1. Galian tanah untuk STP/Septik Tank, Reservoir, saluran air, pondasi dan galian-galian
lainnya harus sesuai dengan peil-peil yang tercantum di dalam gambar. Semua bekas-
bekas pondasi bangunan lama, batu, jaringan jalan/aspal, akar dan pohon-pohon
yang terdapat di bagian galian yang akan dilaksanakan dibongkar dan dibuang.
2. Apabila ternyata terdapat pipa-pipa pembuangan, kabel listrik, telepon, dan lain-lain
yang masih digunakan, maka Konraktor harus secepatnya memberitahukan kepada
Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas atau kepada Penguasa/lnstansi yang
berwenang untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk seperlunya. Kontraktor
bertanggung jawab atas segala kerusakan-kerusakan sebagai akibat dari pekerjaan
galian tersebut.
Kontraktor harus bertanggungjawab untuk mengambil setiap langkah apa pun untuk
menjamin bahwa pekerjaan yang sedang berlangsung tersebut tidak terganggu.
Sarana umum yang tidak bekerja lagi yang mungkin ditemukan di bawah tanah dan
terletak di dalam lapangan pekerjaan harus dipindahkan keluar lapangan ke tempat
yang disetujui oleh Pemberi Tugas/ Konsultan Manajemen Konstruksi atau Konsultan
Pengawas atau Konsultan Pengawasatas tanggungan Kontraktor.
3. Apabila ternyata penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan, maka
Kontraktor harus mengisi/mengurug kembali daerah tersebut dengan bahan pondasi
yang sejenis untuk daerah yang bersangkutan. Misalnya untuk daerah pondasi batu
kali, pengisian/pengurugan kelebihan galian harus dilakukan dengan pondasi batu
kali.
4. Pengurugan/pengisian kembali bekas galian harus dilakukan selapis demi selapis, dan
ditumbuk sampai padat sesuai dengan yang diisyaratkan mengenai Pekerjaan Urugan
dan Pemadatan. Pekerjaan pengurugan/pengisian kembali ini hanya boleh dilakukan
setelah diadakan pemeriksaan dan mendapatkan persetujuan tertulis dari Pemberi
Tugas/Konsultan Manajemen Konstruksi.
5. Dasar dari semua galian harus waterpas, bilamana pada dasar galian masih terdapat
akar-akar tanaman atau bagian-bagian gembur, maka harus digali keluar sedangkan
lubang-lubang diisi kembali dengan pasir, disiram dan dipadatkan sehingga
mendapatkan kembali dasar yang waterpas. Pemadatan dilakukan secara berlapis-
lapis dengan tebal tiap lapisan 15 cm lepas, dengan cara pemadatan dan pengujian
sesuai dengan spesifikasi struktur.
6. Apabila terdapat air di dasar galian, baik pada waktu penggalian mau pun pada waktu
pekerjaan struktur harus disediakan pompa air dengan kapasitas yang memadai atau
pompa lumpur yang jika diperlukan dapat bekerja terus menerus, untuk menghindari
tergenangnya air dan lumpur pada dasar galian. Sebelum pekerjaan dewatering
dimulai Kontraktor wajib menyerahkan perhitungan yang mendasari penentuan
kapasitas dan jumlah pompa yang akan dipergunakan serta kedalaman dan jumlah
pit/sumur, dengan memperhatikan data tanah yang tersedia termasuk penyediaan
pompa cadangan untuk mengganti yang rusak.
Permukaan air tanah pada setiap saat harus ada pada 50 cm di bawah muka galian
yang terendah. Pengawasan terhadap dewatering harus oleh orang yang
berpengalaman, untuk itu harus dilakukan 24 jam dan dibuatkan daftar pengalaman
yang setiap saat dapat diperiksa.
7. Kontraktor harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding tepi galian agar tidak
longsor dengan memberikan suatu dinding penahan atau penunjang sementara atau
lereng yang kuat agar tidak membahayakan bangunan lain dan pekerja. Sebelum
pekerjaan dimulai Kontraktor wajib menyerahkan perhitungan struktur yang
mendasari pemilihan jenis konstruksi pengaman lereng galian tersebut disertai
gambar kerja untuk dimintakan persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas/Konsultan
MK.
8. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah mencapai jumlah
tertentu harus segera disingkirkan dari halaman pekerjaan pada setiap saat yang
dianggap perlu dan atas petunjuk Pemberi Tugas/Konsultan Manajemen Konstruksi
atau Konsultan Pengawas
9. Kontraktor harus memberikan perlindungan terhadap benda-benda berfaedah yang
ditemui selama pekerjaan galian. Kecuali ditujukan untuk dipindahkan, seluruh
barang-barang berharga yang mungkin ditemui di lapangan harus dilindungi dari
kerusakan, dan bila sampai menderita kerusakan harus direparasi/diganti oleh
Kontraktor atas tanggungannya sendiri.
10. Jika terdapat kedalaman yang berbeda dari galian yang berdekatan, maka galian harus
dilakukan terlebih dahulu pada bagian yang lebih dalam dan seterusnya.
Pengawas.
B. Metode Pelaksaan
1. Pengurugan tidak boleh dilaksanakan sebelum pondasi atau lain-lain yang dibangun
yang akan ditutup atau tersembunyi oleh tanah urugan diperiksakan dahulu oleh
Pernberi Tugas/Konsultan MK.
2. Kayu-kayu bekas bekisting atau lain-lain tidak boleh dibiarkan tertinggal pada waktu
pengurugan dilaksanakan, kecuali jika ada persetujuan dari Pemberi Tugas/Konsultan
Manajemen Konstruksi (MK) atau Konsultan PengawasKonstruksi
3. Syarat-syarat lain harus sesuai dengan yang diuraikan dalam pasal yang terkait dengan
pekerjaan ini.
yang terbuat dari besi beton dengan bentuk, ukuran, dan diameter sesuai
kebutuhan. Permukaan beton yang berhubungan dengan dinding bata harus
dikasarkan (diketrik) dengan alat yang sesuai agar adukan dinding dapat melekat.
e. Perlindungan.
♦ Dalarn pelaksanaannya, pemasangan dinding yang terkena udara terbuka harus
terlindung dari hujan.
♦ Pekerjaan dinding di daerah "high traffic" harus dilindungi dari benturan.
f. Pemeliharaan pekerjaan.
Dinding pasangan batu bata harus dibasahi terus menerus selama paling sedikit 7
(tujuh) hari setelah didirikan.
C. Metode Pelaksanaan
1. Persiapan
a. Kontraktor wajib membuat gambar pelaksanaan yang menunjukkan ukuran,
besaran-besaran ketebalan, kekuatan, alloy, tempers, trush detail-detail
pertemuan dan hubungannya dengan konstruksi secara keseluruhan, serta
hitung-hitungan bila diperlukan. Semua pekerjaan yang akan dirakit dan
dipasang harus sesuai dengan desain arsitek dan gambar.
b. Pola pemasangan, sistem penyambungan dan pertemuan sudut harus sesuai
ketentuan serta sebelumnya harus menyampaikan shop drawing.
c. Pekerjaan lantai, dinding dan kolom yang berhubungan dengan partisi harus
sudah selesai dan bersih dari kotoran-kotoran
d. Penandaan untuk pemasangan partisi harus ada dan jelas
e. Bidang vertikal yang berhubungan dengan partisi harus vertikal
f. Pada ruang yang gelap harus dipasang lampu penerangan untuk ruang
maksimum 29 M2
g. Harus tersedia mesin potong dan alat bor listrik dan rivet gun minimal masing-
masing 1 (satu) buah untuk satu lokasi pemasangan.
h. Harus tersedia tangga (aluminium) atau bangku beroda untuk pemasangan diatas
i. Harus dipasang rambu-rambu pengaman yang diperluakan
2. Pelaksanaan
a, Rangka hollow dipasang pada posisinya sesuai ketentuan dan shopdrawing
A. Umum
Pekerjaan meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, dan alat bantu
lainnya untuk keperluan palaksanaan pekerjaan yang bermutu baik. Pekerjaan yang
dimaksud adalah pekerjaan yang meliputi:
1. Pekerjaan plafond yang meliputi pemasangan rangka.
B. Submittal
1. Shop Drawing
♦ Buatkan shop drawing secara lengkap, jelas, dan terperinci yang dapat menjelaskan
:
- Pola pemasangan dan Titik Awa! (Setting Out).
- Detail-detail sambungan.
- Detail pemasangan fixtures dan assesoris (elektrikal dan lain-lain).
♦ Ukuran-ukuran harus lengkap dan jelas. Lakukan pembuatan detail
dalam skala yang je as/cukup (1:1, 1:2, 1:5, atau 1:10).
♦ Tidak diperkenankan memulai pekerjaan sebelum ada persetujuan (approval)
Warna adalah putih coating , harus merata, tidak boleh ada belang.
Ketebalan profil / anodasi harus sesuai persyaratan teknis bahan.
Permukaan profil tidak boleh penyok dan bergores.
Kontraktor harus memberikan garansi atau jaminan tentang mutu secara tertulis yang
diberikan kepada Pemberi Tugas/Konsultan Manajemen Konstruksi.
D. Pelaksanaan
Pekerjaan plesteran pada dinding disekeliling kosen yang akan dipasang minimal
harus sudah diplester halus.
Penandaan yang meliputi posisi, as dan elevasi kosen harus dilaksanakan seakurat
mungkin.
Harus tersedia peralatan kerja dan peralatan bantu minimal satu buah, misalnya mesin potong
kusen baja, mesin bor listrik, mesin las, waterpass kusen baja dan unting-unting.
Bidang kosen terpasang tidak boleh melenceng, penyimpangan yang diijinkan terhadap garis
vertikal muka belakang dan kiri kanan tidak lebih besar 1 %..
Semua angker harus dilas dengan sempurna, kokoh dan kuat.
Tampak terpasang harus baik, batang vertikal maupun horizontal tidak boleh menyimpang
lebih dari 1.
Kontraktor tidak diperkenankan untuk mengerjakan pekerjaan ini di lahan loksi bila
kondisi lahan lokasi tidak memungkinkan. Bila terdapat kesalahan ukuran atau jenis kusen, maka
Konsultan Manajemen Konstruksi atau Konsultan Pengawasberhak menolak dan Kontraktor
harus mengganti atau memperbaiki kesalahan tanpa ada pengurangan mutu pekerjaan. Dan
beban biaya penggantian ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.
B. Metode Pekerjaan
1. Umum
a. Lokasi pintu kayu dan jalusi sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja
b. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus memeriksa gambar kerja dan
keadaan lokasi dan menyiapkan gambar detail pelaksanaan yang didasarkan pada
dimensi dan keadaan di lokasi. Fabrikasi dan pemasangan dapat dilakukan
setelah gambar detail pelaksanaan diserahkan dan disetujui pengawas lapangan.
c. Semua pekerjan kayu yang dipasang harus sudah diseleksi dengan seksama, memiliki
warna, dimensi dan kerataan yang seragam, dan bebas dari segala cacat.
d. Semua pekerjaan kayu harus diberi lapisan cat dasar sebelum keluar dart bengkel
pabrik pembuat.
e. Semua pintu kayu harus didatangkan ke lokasi pekerjaan lengkap dengan engsel,
alat pengunci, kusen dan kelengkapan lain yang diperlukan. Semua engsel dan
alat pengunci harus sesuai ketentuan gambar kerja dan spesifikasi teknis 08700.
f. Semua pintu kayu harus sesuai dengan difabrikasi dan dirakit dengan tepat sesuai
dengan bentuk dan ukuran yang ditetapkan dalam gambar kerja dan gambar
detail. Pelaksanaan yang telah disetujui, dan dipasang pada lokasi yang
ditunjukkan. Kusen pintu/jendela harus dengan sambungan sudut
g. Setelah pemasangan, permukaan pintu harus rata, lurus dan baik dengan warna
yang seragam dan harus tidak ada perbedaan warna dan cacat pada setiap bagian
h. Semua pemasangan kaca pada pintu dan jendela harus dilaksanakan dengan
peralatan standar pabrik pembuat lengkap dengan neoprene dan penutup celah
serta lembaran pelindung jika diperlukan.
11.14. PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI (HARDWARE)
A. Umum
1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, dan
alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil
pekerjaan yang baik dan sempurna.
b. Pemasangan alat penggantung dan pengunci yang dilakukan meliputi seluruh
pemasangan pada daun pintu kayu/kaca, daun jendela kayu/kaca seperti yang
ditunjukan/dipersyaratkan dalam detail gambar.
B. Quality Control/Pengujian
a. Seluruh perangkat kunci harus bisa dipakai dengan baik, untuk itu harusdilakukan
pengujian secara kasar maupun halus.
b. Pengujian dimaksud adalah untuk mengetahui apakah
PekerjaanPenggantung dan Pengunci dalam hal sistem pemasangan
materialhardware, handle, dan perlengkapan lainnya yang dipersyaratkan
dalam Dokumen Kontrak sudah tepat dan baik sehingga tidak goyang atau
sambungan-sambungan yang terbuka pada seluruh bagian dan sistem dari
pekerjaan ini. Pengujian ini dilaksanakan sebelum Pekerjaan dimulai dan
pekerjaan pengujian ini bukan dimaksud untuk meniadakan jaminan/garansi
yang wajib dikeluarkan Kontraktor. Badan Pengujian ditentukan oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi atau Konsultan Pengawasdan pengujiannya,
termasuk bila diperlukan uji ulang, adalah beban Kontraktor.
C. Metode Pelaksanaan
1. Engsel diatas dipasang sekitar 28 cm (as) dari permukaan atas pintu. Engsel bawah
dipasang sekitar 32 cm (as) dari permukaan bawah pintu. Engsel tengah dipasang di
tengah-tengah kedua engsel tersebut.
2. Untuk pintu toilet, engsel atas dan bawah dipasang sekitar 28 cm dari permukaan
pintu, engsel tengah dipasang di tengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
3. Pemasangan lockcase, handle, dan back plate, serta door closer harus rapi,
lurus sesuai dengan letak posisi yang telah ditentukan oleh Pengawas Lapangan.
Apabila hal tersebut tidak tercapai, maka kontraktor wajib memperbaikinya atas
tanggungan kontraktor sendiri.
PEKERJAAN SANITAIR
A. Umum
1. Lingkup Pekerjaan.
Termasuk dalarn pekerjaan peralatan dan perlengkapan daerah basah ini adalah
penyediaan tenaga kerja, pengadaan dan pemasangan, bahan-bahan, peralatan untuk
melaksanakan pekerjaan ini termasuk alat bantunya dan alat angkut bila diperlukan
untuk pekerjaan peralatan dan perlengkapan saniter ini sesuai dengan yang dinyatakan
dalam gambar-garnbar, uraian dan syarat-syarat di bawah ini.
B. Metode Pelaksanaan
Persiapan.
1. Sebelum pemasangan dimulai, kontraktor harus meneliti gambar yang ada dan
kondisi lapangan termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan dan cara
pemasangan juga detail yang sesuai gambar.
2. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dengan gambar, gambar dengan
spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus segera melaporkan kepada
Pemberi Tugas/ Pengawas Lapangan.
3. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat bila ada kelainan di
tempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan.
Pemasangan
1. Kontraktor harus memastikan bahwa seluruh sistem plumbing bersih dari segala
kotoran, puing, ataupun cairan sebelum tes dilaksanakan.
2. Pekerjaan harus sesuai dengan Shop Drawing yang telah disetujui.
3. Bila terjadi perbedaan antara garnbar dengan di tapangan pada saat pelaksanaan
Penanganan Bahan
1. Pengiriman.
Hasil fabrikasi dan komponennya dikirim ke site dalam keadaan sudah diberi
pengenal/identifikasi sesuai dengan identifikasi
gambar Shop Drawing /Erection Drawing, Bahan dikirim tanpa cacat dan harus
diperiksa, disetujui, dan diterima oleh Konsultan Manajemen Konstruksi atau
Konsultan Pengawas
2. Penyimpanan.
Tidak diperkenankan disimpan dalam site.
3. Perlindungan.
Bahan dilindungi selama pengiriman pemasangan dari pengaruh cuaca.
Bahan/hasil pekerjaan yang rusak/cacat tidak dapat diterima.
Penjadwalan
Koordinasi pekerjaan dengan pekerjaan-pekerjaan lain yang terkait dengan pekerjaan dinding
kaca untuk pekerjaan yang sempurna, dan tidak menghambat jadwal pekerjaan lain. Beri tanda
pada bidang/ tempat kerja dari setiap pekerjaan yang terkait (bila perlu)
1. Pekerjaan Mock-up
2. Pekerjaan Komponen dinding kaca
C. Bahan
1. Spesifikasi Bahan.
a. Bahan kaca & cermin harus sesuai Sll 0189/78 dan PBV1 1982
b. Bahan harus bebas cacat dan noda, bebas sulfida, maupun bercak
lainnya
c. Semua bahan kaca dan cermin sebelum dan sesudah terpasang harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi/Konsultan Pengawas.
d, Sisi kaca yang tampak maupun tidak tampak akibat pemotongan harus
digerinda/dihaluskan hingga tidak tajam dan berbahaya.
2. Fabrikasi
a. Kaca.
Dimensi dalam gambar rencana harus diperiksa dan disesuaikan pada
Shop Drawing berdasarkan hasil pengukuran di lapangan.
b. Cutting/Pemotongan.
Sesuai dengan peraturan pabrik pembuat dan tidak dilakukan di
lapangan.
D. Metode Pelaksanaan
1. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian, dan
syarat pekerjaan dalam buku ini
2. Pekerjaan ini memerlukan keahlian dan ketelitian
3. Semua bahan yang telah terpasang harus disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi.
4. Bahan yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan, dan diberi
tanda untuk mudah diketahui, tanda-tanda tidak boleh menggunakan kapur namun
menggunakan potongan kertas yang direkatkan dengan menggunakan lem aci
5. Pemotongan kaca harus rapi dan lurus, diharuskan menggunakan alat-alat pemotong
kaca khusus
6. Pemotongan kaca harus disesuaikan dengan rangka/kusen, minimal 10 mm masuk ke
dalam alur kaca pada kusen
7. Pembersih / akhir kaca harus menggunakan kain katun yang lunak dengan menggunakan
cairan pembersih kaca
8. Cermin dan kaca harus terpasang dengan rapi serta sisi tepi harus lurus dan rata, bebas
dari noda, dan bekas goresan.
boleh digunakan untuk kolom-kolom praktis dan lantai kerja, jika beton
langsung dicor di atas tanah.
b. Konfraktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas
beton ini dengan memperhatikan data-data pengalaman pelaksanaan pada
tempat lain dan dengan mengadakan trial-mix di laboratorium.
c. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji berupa silinder beton
atau kubus beton, dengan ukuran yang umum digunakan, dengan W/C
factor yang sesuai, maka pemasukan adukan ke dalam cetakan benda uji
dilakukan sesuai dengan ketentuan tanpa menggunakan penggetar. Pada
masa-masa pembetonan pendahuluan harus dibuat minimum 1 benda uji
per 1,5 m3 beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 30 benda uji yang
pertama. Pengambilan benda uji harus dengan periode antara yang
disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.
d. Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton
yang dibuat dengan disahkan oleh Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan dan
laporan tersebut harus dilengkapi dengan perhitungan tekanan beton
karakteristiknya. Laporan tertulis tersebut harus disertai sertifikat dari
laboratorium.
e. Setiap akan diadakan pengecoran atau setiap 5 m 3, selama pelaksanaan
harus ada pengujian slump, dengan syarat 12 cm + 2 cm atau sesuai
petunjuk Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan.
Cara pengujian slump sebagai berikut:
Beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan beton (bekisting).
Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan diatas kayu yang rata atau plat beton.
Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya. Kemudian adukan tersebut
ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi dia 16 mm panjang 30 cm dengan ujung yang
bulat (seperti peluru). Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan
berikutnya. Setiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk
dalam satu lapisan yang dibawahnya. Setelah atasnya diratakan, segera cetakan
diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya (nilai slump-nya).
7. Disain Adukan Beton.
Campuran beton harus dirancang oleh Kontraktor sesuai dengan mutu beton yang
ingin dicapai, dengan batasan di bawah ini:
MUTU BETON, (kg/cm2) <K250 K250
Kuat tekan minimum, 7 hari (kg/cm2) 175 175
3
Jumlah semen minimum, kg/m 300 300
3
Jumlah semen maksimum, kg/m 550 550
W/C faktor, maksimum 0.55 0.55
Kontraktor harus menyerahkan mix-design yang diusulkan kepada Pemberi Tugas /
Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuannya.
beton tersebut.
4. Temperatur dari Beton Segar.
Dalam waktu 2 menit setelah contoh diambil, sebuah termometer yang
mempunyai skala -5 s/d 100 derajat C, harus dimasukkan ke datam contoh
tersebut sedalam 100 mm. Jika temperatur sudah stabil selama 1 menit, maka
temperatur tersebut harus dicatat dengan ketetitian 1 °C.
5. Pengujian untuk memperkirakan KuatTekan Beton
Jurnlah minimum benda uji yang harus dipersiapkan untuk setiap mutu beton adalah
sebagai berikut:
Jumlah
Jumlah Benda Uji (N) Faktor Pengali -S
Jenis Struktur Minimum Waktu perawatan
<15 Benda uji 1.16(hari)
20 1.083h 7h 28 h
Beton
25 4 1.03- 2 2
Bertulang
>30 1.00
Pada saat percobaan awal untuk mendapatkan mutu beton yang disyaratkan,
maka kuat tekan rata-rata harus ditentukan dengan cara di bawah ini: for
untuk perencanaan proporsi campuran beton harus diambil dari nilai
terbesar dari :
f'cr =fc'+1.64S kg/cm2. f'cr = fc' + 2.64
2
S-40kg/cm .
Untuk keadaan sesungguhnya pada saat pelaksanaan dilapangan, rnaka
tingkat kekuatan suatu mutu beton dikatakan tercapai dengan memuaskan
jika kedua persyaratan berikut dipenuhi:
- Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji yang masing-masing terdiri
dari 4 hasil uji kuat tekan tidak kurang dari (fc' + 0.82 S).
- Tidak satupun dari hasil uji tekan (rata-rata dari 2 benda uji) mempunyai
nilai dibawah 0.85 fc'.
f. Pengujian Tidak Merusak (Non Destructive Tests)
Jika hasil evaluasi terhadap mutu beton yang disyaratkan ternyata tidak dapat
dipenuhi; maka jika diminta oleh /Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan, Kontraktor
harus melaksanakan pengujian yang tidak merusak yang dapat terdiri dari hammer
test, cored drilled test, pengujian beban dan lain lain. Semua biaya pengujian ini
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Lokasi dan banyaknya pengujian akan ditentukan secara khusus oleh Pemberi Tugas /
Pengawas Lapangan dengan melihat kasus per kasus.
Metode Pelaksaan
1. Persetujuan dari Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan
Sebelum semua tahap pelaksanaan berikut dilaksanakan Kontraktor harus mendapatkan
persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan. Laporan harus diberikan
kepada Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan beberapa hari (sesuai kesepakatan dalam
rapat koordinasi) sebelum pelaksanaan berikut dilaksanakan. Syarat pelaksanaan berikut
harus disepakati bersama sebelum pelaksanaan dimulai. Hal hal khusus akan didiskusikan
5. Pemadatan Beton.
a. Beton yang baru dicor harus segera dipadatkan dengan alat pemadat mesin
(vibrator) dengan tipe yang dlsetujui oleh Pemberi Tugas / Pengawas
Lapangan. Pemadatan tersebut bertujuan untuk mengurangi udara pada
beton yang akan mengurangi kualitas beton. Pemadatan tersebut
berkaitan dengan kelecakan (workability) beton.
b. Pada cuaca panas kelecakan akan terjadi dalam jangka waktu sangat
pendek, sehingga slump yang rendah biasanya merupakan masalah.
Penundaan pengikatan awal dengan menggunakan admixtures
(plasticizer dan retarder) akan dapat mengatasi masalah kelecakan.
Vibrator harus disediakan dalam jumlah yang memadai, sesuai dengan
besarnya volume pengecoran yang akan dilakukan. Minimal harus
dipersiapkan satu vibrator cadangan yang akan dipakai, jika ada vibrator
yang rusak pada saat pemadatan sedang berlangsung.
c, Untuk memeriksa frekuensi dari alat pendengaran maka indera
pendengaran merupakan pilihan. Alat penggetar (vibrator) di luar beton
akan menghasilkan suara yang nyaring berfrekuensi tinggi, sedangkan
vibrator d\ dalam beton frekuensinya rendah, sehingga suaranya juga
rendah. Lambat laun suaranya meninggi dan suatu saat akan berfrekuensi
konstan yang artinya pemadatan sudah cukup. Pengalaman pekerja
sangat menentukan untuk hal ini.
d. Pada lokasi yang diperkirakan sulit untuk dipadatkan seperti pada
pertemuan balok-kolom, dinding beton yang tipis, dan pada lokasi
pembesian yang rapat dan rumit, maka Kontraktor harus mempersiapkan
metode khusus untuk pemadatan beton, agar tidak terjadi keropos pada
beton, sehingga secara kualitas tidak akan disetujui.
e. Jika dipandang perlu Kontraktor dapat mengusulkan cara pemadatan lain
yang dipandang dapat menyebabkan perbedaan temperatur yang besar
antara permukaan dan inti beton. Hal ini dapat menyebabkan keretakan
struktur dan terjadinya tegangan menetap pada beton, tanpa adanya
beban yang bekerja.
6. Perawatan Beton.
a. Jika permukaan beton mengalami keretakan dalam kondisi masih
plastis, maka beton tersebut harus dipadatkan kembali agar retak
tersebut dapat dihilangkan. Perawatan harus segera dilakukan setelah
pekerjaan pemadatan tersebut selesai. Perawatan tersebut harus
minimum yang digunakan harus 400 kg/ m3 beton, dengan W/C maksimum
0.45., atau jika menggunakan admixtures, maka komposisi yang digunakan
harus sesuai ketentuan pabrik admixtures. Lokasi yang harus dibuat kedap air
adalah pada bagian plat atap.
b. Untuk dapat menghasilkan beton kedap air yang baik, maka pada siar
pelaksanaan harus diberi RX Waterstop. RX Waterstop adalah waterstop yang
terbuat dari material bentonite dengan campuran kimia tertentu yang akan
membengkak jika terkena air.
c. Kontraktor bertanggung jawab atas pembuatan beton kedap air tersebut.
Apabila di kemudian hari (selama masa garansi), ternyata terjadi bocor atau
rembesan, maka Kontraktor harus mengadakan perbaikan-perbaikan dengan
biaya dari Kontraktor.
d. Prosedur perbaikan tersebut harus diusulkan oleh Kontraktor dan disetujui
oleh dan Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan, sedemikian rupa sehingga tidak
merusak bagian-bagian lain yang sudah selesai.
e. Pengujian kebocoran.
Kontraktor diwajibkan untuk mengadakan pengujian kebocoran atas
beberapa pekerjaan yang berhubungan dengan air (seperti reservoir, STP, dll)
dibawah pengawasan Pemberi Tugas / Pengawas lapangan.
Semua biaya untuk kebutuhan tersebut ditangguang oleh Kontraktor. Dalam
jangka waktu selama pelaksanaan dan masa pemeliharaan, pekerjaan-
pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab kontraktor.
Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor yang berpengalaman dan harus
mempunyai tenaga pengawas yang berpengalaman yang dibuktikan dengan daftar
pengalaman yang sesuai sehingga dapat menjamin bahwa hasil pekerjaan sesuai yang
disyaratkan.
Kontraktor bertanggung jawab untuk melaksanaan perkuatan struktur dengan jumlah,
ukuran dan letak seperti yang terlihat dalam gambar pelaksanaan yang dibuat Konsultan
Perencana. Dan sebelum pelaksanaan perkuatan ini, Kontraktor harus mengkonfirmasikan
terlebih dahulu kepada Konsultan Perencana posisi dari perkuatan ini serta harus
melaporkan kepada Konsultan Managemen Konstruksi jika dijumpai hal-hal yang
menyimpang dari gambar pelaksanaan.
Kontraktor harus melampirkan Metoda Pelaksanaan serta alat-alat yang akan digunakan
pada pekerjaan ini dengan memperhatikan jenis pekerjaan, yaitu pekerjaan perbaikan dan
pembongkaran serta pasilitas yang dibutuhkan pada tahap awal maupun pada tahap
selanjutnya. Walaupun tidak tercantum dalam gambar struktur, jika diperlukan alat-alat
pendukung untuk dapat melaksanakan pekerjaan tersebut dan harus mempersiapkan
alat-alat tersebut untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya seperti penggunaan mesin
bor, casing baja dan lain-lain.
Apabila dalam pelaksanaan terjadi kesalahan posisi perkuatan / sokongan yang
mengakibatkan kerusakan pada struktur lainnya, maka Kontraktor harus bertanggung jawab
dan memperbaiki kembali bagian yang rusak tersebut dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor.
Apabila terdapat perbedaan antara dilapangan dengan gambar rencana,maka
Kontraktor harus melaporkan perbedaan tersebut kepada Konsultan Perencana
untuk mendapatkan penyelesaian.
Semua sarana dan prasarana yang diperlukan harus dibongkar, jika pekerjaan sudah selesai
dilaksanakan. Pembongkaran harus dilakukan sesuai dengan petunjuk dan Konsultan
Manajemen Konstruksi.