Pekerjaan Konstruksi
Rehabilitasi Trestle Pelabuhan Kupal
DINAS PERHUBUNGAN
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
Jl. Oesman Sjah No. xx – LABUHA
2022
BAB I
SYARAT-SYARAT TEKNIK UMUM
A. Lingkup Pekerjaan
1. Lingkup pekerjaan Rehabilitasi Trestle Pelabuhan Kupal adalah sebagai berikut:
a. Pekerjaan Rehabilitasi Trestle 2
b. Pekerjaan Rehabilitasi Trestle 1
c. Pekerjaan Fasilitas Penunjang Trestle
2. Selain pekerjaan di atas yang merupakan pekerjaan pokok yang harus
diselesaikan, Pelaksana Pekerjaan dituntut harus melaksanakan pekerjaan-
pekerjaan pendukung yang diatur didalam pasal-pasal selanjutnya dalam bab
ini, yang terdiri dari : Pekerjaan persiapan pelaksanaan konstruksi rehabilitasi
trestle yang harus dilakukan meliputi :
▪ Pembuatan Rencana Jadwal Pelaksanaan dan Perencanaan Site Plan
▪ Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya
▪ Pembuatan Shop Drawing (gambar pelaksanaan)
▪ Pembuatan gambar sesuai pelaksanaan (As Built Drawing)
▪ Pengadaan Material untuk pekerjaan persiapan
▪ Mobilisasi peralatan
▪ Perlengkapan K3.
▪ Pelaksanaan di lapangan
B. Pembuatan Rencana Jadwal Pelaksanaan dan Perencanaan Site
Plan
1. Pelaksana Pekerjaan berkewajiban menyusun dan membuat jadwal pelaksanaan
dalam bentuk network planning dan curva S yang dilengkapi dengan barchart
prestasi yang direncanakan berdasarkan butir-butir komponen pekerjaan sesuai
dengan penawarannya.
2. Pembuatan Rencana Jadwal Pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum dimulainya pelaksanaan dilapangan
pekerjaan. Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa
3. Bila selama waktu 7 (tujuh) hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai
Kontraktor belum dapat menyelesaikan pembuatan jadwal pelaksanaan, maka
Kontraktor harus dapat menyajikan jadwal pelaksanaan sementara minimal
untuk waktu 2 minggu pertama dan 2 minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan
4. Selama waktu sebelum rencana jadwal pelaksanaan disusun, Kontraktor harus
melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan
mingguan yang harus dibuat pada saat memulai pelaksanaan. Jadwal
pelaksanaan 2 mingguan ini harus disetujui oleh Konsultan Pengawas dan
Pengguna Jasa
5. Yang termasuk dalam perencanaan site plan adalah perencanaan tata letak atau
lay out dari fasilitas-fasilitas yang diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan.
Fasilitas-fasilitas yang dimaksud antara lain :
▪ Kantor Proyek/Direksi Keet
▪ Gudang material dan Peralatan
▪ Base camp staf proyek dan barak pekerja
▪ Los kerja besi dan kayu
▪ Pos jaga dan pagar kerja
▪ Jalan kerja
▪ Penempatan alat berat
6. Dalam membuat lay out untuk pekerjaan persiapan ini, perlu diperhitungkan
secara cermat penempatan masing-masing fasilitas dan sarana yang diperlukan
untuk pelaksanaan proyek. Dengan memperhatikan kondisi lapangan yang ada
dan disesuaikan dengan desain lay out proyek yang akan dikerjakan,
penempatan fasilitas dan sarana proyek nantinya akan dapat berfungsi secara
optimal sesuai perencanaan. Namun demikian, yang tetap harus
dipertimbangkan adalah bahwa seluruh fasilitas dan sarana proyek yang
dibangun untuk pekerjaan persiapan tersebut adalah bersifat sementara dan
nantinya akan dibongkar setelah pelaksanaaan proyek selesai.
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan lay out fasilitas dan sarana
yang diperlukan untuk pelaksanaan suatu proyek antara lain:
▪ Menempatkan semua fasilitas proyek di luar dari bagian denah proyek yang
akan dikerjakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu pelaksanaan
proyek.
▪ Menempatkan material bangunan, seperti: besi beton, kayu, panel beton
dan lainnya, harus dipisahkan sesuai dengan jenis dan ukurannya, sehingga
memudahkan penyimpanan dan pengambilannya.
▪ Menempatkan material-material yang harus terlindung dari cuaca, seperti:
semen maupun material finishing lainnya dalam gudang tertutup.
▪ Menempatkan alat-alat berat seperti tower crane pada posisi yang strategis,
agar dapat menjangkau seluruh areal kerja yang diperlukan.
▪ Merencanakan jalur jalan kerja dan arus lalu lintasnya secara benar agar
tidak menimbulkan stagnasi lalu lintas, baik lalu lintas material maupun
manuver alat-alat berat.
▪ Menempatkan Los kerja tidak jauh dari penumpukan material.
▪ Menempatkan pos jaga yang tepat sehingga memudahkan mengawasi
seluruh kegiatan proyek.
▪ Merencanakan pagar proyek yang rapi dan memperhitungkan estetika,
namun tetap efisien.
▪ Menempatkan barak pekerja dan base camp staf proyek yang tidak jauh dari
lokasi proyek
C. Direksi Keet
Direksi Keet dibangun sebagai tempat bekerja bagi para staf baik staf dari
Kontraktor, Pengawas maupun Pemilik Proyek di lapangan, yang dilengkapi dengan
ruang-ruang kerja staf, ruang rapat, ruang pimpinan, mushola, dan toilet.
Seluruh fasilitas dan sarana yang dibangun untuk pekerjaan persiapan ini adalah
sementara. Oleh karena itu, desain direksi Keet tersebut, juga dibuat tidak
permanen. Namun demikian, tetap harus mengutamakan kenyamanan dan
persyaratan sebagai tempat kerja sebagai berikut :
▪ penerangan sepanjang hari dari pasokan tenaga listrik yang memadai;
▪ bengkel kerja/workshop yang cukup sehat dengan ventilasi silang, dan tempat
parkir alat berat;
▪ jalan lingkungan yang cukup kuat dan lebar untuk menampung lalu lintas alat
berat dengan aman;
▪ fasilitas air bersih, sistem drainase, dan sistem air limbah;
▪ sistem telekomunikasi mandiri maupun tersambung dengan jaringan umum;
dan
▪ sistem keamanan dan pengaman yang baik
D. Gudang Material dan Peralatan
Sebagai tempat penyimpanan material, gudang harus memenuhi berbagai
persyaratan.
Kondisinya harus dijaga agar tetap kering dan tidak lembab. Karena kondisi gudang
sangat mempengaruhi kualitas bahan yang disimpan. Penyimpanan material seperti
semen, harus diatur sedemikian rupa. Sehingga material yang datang lebih dulu,
dapat diambil dan digunakan lebih awal.
Sementara itu, gudang peralatan berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat-alat
ringan, seperti: vibrator untuk pemadatan beton, mesin genset portable, alat-alat
pengukuran (theodolit), alat-alat untuk pekerjaan finishing serta berbagai
komponen peralatan lainnya.
E. Los Kerja Besi dan Kayu
Fasilitas ini dibangun untuk pekerjaan besi dan kayu. Los kerja besi merupakan
tempat untuk pemotongan maupun pembekokan besi beton sesuai gambar kerja
(shop drawing) yang ada. Sementara itu, los kerja kayu, digunakan sebagai tempat
pembuatan bekisting dan pekerjaan kayu lainnya. Bangunan untuk fasilitas ini
dibuat lepas tanpa dinding (los) dan diberi penutup atap, agar para pekerja dapat
bekerja dengan nyaman
F. Pagar Proyek
Pembuatan pagar proyek untuk menjamin keamanan kerja dalam lingkungan
proyek. Karena fungsinya sebagai pengaman, maka pagar harus dibuat kokoh agar
tidak mudah roboh.
Di samping itu, untuk keserasian dengan lingkungan sekitarnya, maka pagar proyek
harus rapi, bersih dan estetis. Untuk itu, pagar proyek harus dicat dan diberi
dekorasi secukupnya, sehingga terlihat lebih asri.
Konstruksi pagar proyek, biasanya dibuat dengan menggunakan dinding seng dan
didukung oleh tiang-tiang besi atau kayu dan diikat dengan baut pengikat pada
jarak tertentu. Sehingga, konstruksinya kuat sebagai pengaman proyek yang
sedang dikerjakan
G. Jalan Kerja
Jalan kerja dibuat untuk jalur lalu lintas kendaraan proyek, baik untuk truk material,
truk mixer maupun untuk mobilisasi alat-alat berat, seperti: tower crane, lift bahan,
dan lainnya.
Pembuatan jalan kerja harus memperhitungkan arus keluar masuk kendaraan. Arus
kendaraan harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan stagnasi dan
kemacetan di lingkungan proyek, yang berakibat dapat mengganggu kelancaran
pelaksanaan proyek.
Konstruksi jalan kerja walaupun sifatnya sementara, namun harus tetap
memperhitungkan beban lalu lintas yang akan melewatinya. Oleh karena itu, jalan
kerja dibuat dengan perkerasan, baik menggunakan sirtu maupun aspal. Terutama,
jika kondisi tanah di lokasi proyek cukup labil dan tidak cukup kuat untuk menahan
beban lalu lintas proyek.
E. Penempatan Alat Berat
Pengaturan alat berat di wilayah kerja untuk pelaksanaan pekerjaan baik dari arah
darat maupun arah laut harus dilakukan pengamanan terhadap keselamatan kerja
bagi keseluruhan tenaga kerja.
a) arah darat (land based operation equipment)
▪ harus tersedia lahan yang cukup luas bagi alat berat untuk bermanuver di
lingkungan operasinya;
▪ operator alat berat harus memiliki sertifikat dari yang berwenang untuk
mengoperasikan;
▪ operasi alat berat yang digunakan untuk menyusun/menempatkan
pasangan batu kosong (rubble mound), harus disediakan jalan kerja dengan
tinggi jagaan yang memadai untuk menghindari ancaman gelombang dan
pasang air laut;
▪ harus ditugaskan seorang pemandu khusus untuk mengatur operasi alat
berat di dalam areal kerja
b) arah laut (water borne operation equipment)
▪ kedalaman perairan (draft) yang diperlukan harus cukup untuk
beroperasinya ponton;
▪ pelampung, sekoci penyelamat, dan alat penyelam harus tersedia dalam
jumlah cukup dan dalam kondisi laik pakai.
F. Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya
Pelaksana proyek perlu melakukan perhitungan kebutuhan Sumber Daya Proyek.
Yang dimaksud dengan Sumber Daya Proyek adalah menyangkut kebutuhan Listrik
Proyek dan Air Kerja.
F.1. Kebutuhan Listrik Kerja
Kebutuhan tenaga listrik yang dimaksud, adalah jumlah daya yang diperlukan oleh
Kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi selama pelaksanaan proyek.
Kebutuhan tenaga listrik ini, merupakan tanggungan pihak kontraktor.
Sumber daya listrik diperoleh dari PLN maupun penyediaan genset sendiri,
tergantung penggunaannya. Daya listrik yang diperlukan oleh proyek, meliputi:
▪ Penerangan
▪ Air Condition (AC)
▪ Peralatan Kerja, seperti: Tower Crane, Lift Bahan, Mesin Potong Keramik,
▪ Bor, Bar Bender, Bar Cutter, Pompa Air, dan lainnya.
▪ Peralatan Kantor, seperti: komputer, Plotter, Mesin fotokopi, dan lain-lain.
F.2. Kebutuhan Air Kerja
Kebutuhan Air Kerja untuk keperluan proyek bisa diperoleh dari sumur atau PAM
(Perusahaan Air Minum). Air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
sebagai berikut:
▪ Toilet di Kantor Proyek
▪ Pencucian Kendaraan Proyek, Dump Truck, Concrete Mixer, dan lainnya.
▪ Perawatan Beton (Concrete Curing), termasuk Testing Beton
▪ Keperluan Lokasi-lokasi Kerja Lainnya
Air dari sumber air disimpan pada tangki-tangki penampungan air sesuai dengan
kapasitasnya. Volume air yang diperlukan dihitung berdasarkan kebutuhan
volume air setiap harinya.
G. Pembuatan Shop Drawing (Gambar Kerja)
Gambar kerja, harus sudah disiapkan dalam tahap awal proyek dan mendapatkan
pengesahan dari pihak Pengawas sebelum dilaksanakan di lapangan. Shop drawing
berpedoman pada Gambar Detail Engineering Design (DED) dari Konsultan.
Jika terjadi perubahan desain atau volume pekerjaan, diusulkan dan disetujui oleh
pengguna jasa.
Tinjauan desain dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang meliputi :
a) cakupan semua spesifikasi teknis dan metode pelaksanaan pekerjaan;
b) Volume kegiatan pekerjaan yang dilaksankan masih dalam batas kemampuan
biaya yang wajar serta ketersediaan waktu yang memadai;
c) Persyaratan kelayakan fungsi dan operasional konstruksi.
H. Pembuatan Gambar Asbuilt- Drawing
1. Sebelum Penyerahan Pekerjaan Pertama, Kontraktor sudah harus
menyelesaikan gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri atas:
a. Gambar Rancangan Pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam
pelaksanaannya.
b. Shop Drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar -
gambar perubahan.
2. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat 1 di atas harus diartikan telah
memperoleh persetujuan Konsultan Pengawas dan Dinas Perhubungan setelah
dilakukan pemeriksaan secara teliti.
3. Gambar Asbuilt drawing merupakan bagian pekerjaan yang harus diserahkan
pada saat Penyerahan pertama
Kekurangan dalam hal ini akan berakibat Penyerahan Pekerjaan Pertama tidak
dapat dilakukan.
I. Material
a) Pengambilan bahan bangunan
Tempat pengambilan pasir dan tanah (borrow area) dan tempat pengambilan
batu (quarry area) dilaksanakan sebagai berikut :
(1) jalan masuk, jalan keluar, dan jalan di dalam lingkungan tempat
pengambilan bahan bangunan serta tempat sumber bahan bangunan harus
cukup lebar dan dapat dipakai dua kendaraan (alat) berat saling berpapasan.
Kecuraman jalan tersebut dibuat maksimum 1:15;
(2) penambangan bahan tanah, pasir, dan batu (galian C) di darat tidak
merusak lingkungan, dan setelah selesai, lokasi penambangan tersebut
harus dirapikan dan direhabilitasi;
(3) tempat timbunan batu harus diratakan dan dibersihkan secukupnya dialasi
dengan lapisan pasir dan tempatnya dibuat terpisah dari batu-batu yang
ukurannya berbeda; dan
(4) tersedia lahan yang cukup luas untuk pemuatan pasir dan batu oleh alat
angkut (transport), dan harus dilengkapi peralatan dan rambu-rambu yang
memadai agar aman bagi pekerja maupun teknisi (operator/driver) alat
mekanik yang beroperasi.
b. Pengambilan air tanah untuk air kerja
Pengambilan air tanah untuk air kerja dilaksanakan sebagai berikut :
▪ pengambilan air tanah artesis dilengkapi alat ukur, dan tidak diijinkan
melebihi volume yang telah ditetapkan;
▪ penyaluran air harus dilakukan dengan pipa tertutup maupun diangkut
dengan mobil tangka; dan
▪ tandon penyimpan air (water tank) harus diletakkan pada ketinggian yang
cukup untuk dapat mendistribusikan air secara gravitasi.
c. Tangki/Instalasi Penyediaan bahan Bakar Minyak (BBM)
Tangki penyediaan dan pengisian BBM harus ditempatkan jauh dari fasilitas
Direksi Keet dan instalasi lain, dengan ketentuan sebagai berikut :
▪ lokasi tangki BBM harus diberi pagar yang cukup kuat dan dikeliling saluran
air pengaman kebakaran;
▪ jalan keluar/masuk ke lokasi tangka BBM harus dibuat memadai sehingga
pengambilan dan pengisian berjalan lancar.
J. Mobilisasi
Mobilisasi peralatan dan personil pelaksana dilakukan sesuai dengan kebutuhan di
lapangan yang meliputi :
a) peralatan berat dan kendaraan
b) fasilitas lapangan untuk penyedia jasa meliputi kantor, rumah, Gedung,
laboratorium, bengkel, Gudang, dan lain-lain yang tercantum dalam dokumen
kontrak.
c) Peralatan laboratorium, alat pengukuran dan peralatan lainnya; dan
d) Personil pelaksana
K. Pengukuran dan Peralatan Survey
1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengadakan survey dan atau
pengukuran baik di bagian laut maupun di darat pada lokasi bangunan untuk
memastikan akurasi posisi horizontal dan vertical semua titik-titik yang dianggap
penting dalam kawasan bangunan.
2. Metode dan peralatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan survei harus
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas dan Dinas Perhubungan
selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan dimulai.
3. Pengukuran Topografi
Pengukuran topografi dilakukan untuk mendapatkan kondisi lapangan dan
untuk perhitungan pemeriksaan bersama awal (mutual cek nol) dan melengkapi
peta kerja.
▪ Untuk pekerjaan causeway dan pengaman pantai (talud), pengukuran
dilakukan menyusur pantai meliputi bentang panjang konstruksi yang akan
dilaksanakan dan kearah darat sepanjang 100 m dan atau sampai seluruh
prasarana seperti ruang tunggu, jalan dan prasarana lainnya yang akan
terkena dampak langsung dari erosi/abrasi.
▪ Penentuan titik control dan Global Positioning System (GPS) cukup dibuat
satu benchmark (BM) dan control point (CP) setiap jarak 25 sepanjang
kontruksi yang akan dilaksanakan.
▪ Titik-titik control CP harus dicek berkala selama pelaksanaan pekerjaan, dan
▪ Hasil pengukuran topografi dipetakan dengan skala 1:2000 atau lebih detail.
4. Pengamatan dan pengumpulan data pasang surut
Pengamatan dan pengumpulan data pasang surut dilaksanakan untuk
mengetahui waktu pasang dan waktu surut, yang akan digunakan dalam
pengaturan jadwal kerja harian.
Metode pengamatan pasang surut, antara lain :
▪ Lokasi pengamatan dilakukan di laut atau di muara dekat dengan lokasi
▪ Pengamatan dilakukan dengan pembacaan muka air setiap 1 jam pada
papan duga (staf gauge) selama 1 putaran pasang surut penuh 25 jam;
▪ Papan duga yang dipakai memiliki ketelitian 1 cm, diletakkan sebagai titik
tetap dan harus dalam fluktuasi pasang surut secara penuh, dan
▪ Hari, tanggal, waktu, dan lokasi pengamatan harus dicatat.
5. Peralatan Survey
Pelaksana harus menyediakan peralatan yang sewaktu waktu akan dipakai oleh
direksi dan staf, alat-alat tersebut harus disetujui direksi. Selama pelaksanaan
pekerjaan, pelaksana wajib menyediakan operator dari peralatan tersebut.
Alat-alat yang diperlukan minimal terdiri dari :
▪ 2 buah Theodolit Wild T1 atau yang sejenis
▪ 1 Buah Level Wild NA2 atau yang sejenis
▪ 1 Buah roll meter 50 meter
Pelaksana harus menyediakan perahu (motor Boat) untuk keperluan
pelaksanaan pekerjaan survey dan bertanggung jawab atas semua atas
peralatan survey tersebut terhadap perawatan, kerusakan/kehilangan.
L. Laporan
Laporan kemajuan pekerjaan pelaksanaan pekerjaan konstruksi harus dibuat oleh
Penyedia Jasa dan diperiksa Direksi Lapangan yaitu :
a). Laporan Harian
Laporan harian berisi :
▪ Laporan tentang jenis, volume hasil kerja yang dilaksanakan
▪ Jumlah dan klasifikasi tenaga kerja;
▪ Keadaan cuaca khususnya yang menyebabkan hambatan terhadap
kelancaran pekerjaan;
▪ Penerimaan dan penggunaan material;
▪ Mobilisasi dan operasi alat berat;
▪ Perintah dan atau persetujuan direksi lapangan untuk melaksanakan
pekerjaan tertentu yang dikeluarkan hari itu;
▪ Perubahan desain dan realisasi desain serta gambar kerja;
▪ Kendala yang dihadapi;
▪ Foto hasil pelaksanaan pekerjaan; dan
▪ Hal lain yang dianggap perlu untuk diketahui direksi lapangan
b) Laporan Mingguan
Laporan mingguan merupakan prestasi/kemajuan pekerjaan yang dibuat oleh
penyedia jasa dan ditandatangani oleh Direksi Lapangan. Laporan Mingguan
berisi :
(1) rangkuman dari laporan-laporan harian dalam satu minggu yang lalu;
(2) catatan tentang pertemuan/rapat antara pihak-pihak terkait dalam
pelaksanaan kosntruksi; dan
(3) Keputusan-keputusan penting yang memerlukan tindak lanjut seperti :
▪ perubahan desain
▪ metode kerja
▪ pekerjaan tambah/kurang
▪ penggantian jenis material yang harus digunakan dengan alasan-
alasannya dan solusi kendala yang dihadapi, serta dituangkan dalam
surat perintah direksi atau persetujuan direksi terhadap usulan
penyedia jasa yang terkait dengan hal-hal di atas.
c) Laporan Bulanan
Laporan bulanan merupakan rangkuman dari laporan-laporan mingguan,
khususnya mengenai prestasi pekerjaan berupa volume pekerjaan yang telah
dilaksanakan, telah diterima dan telah mendapatkan persetujuan direksi
lapangan, seperti volume, harga pekerjaan, serta persentase (%)
tambahannya dalam kemajuan pekerjaan dalam kontrak, dan dibuat dalam
rangkap 5 (lima) disertai foto-foto yang relevan
d) Laporan Khusus
Laporan khusus dibuat dan disampaikan kepada yang berwenang, misalnya
terjadi bencana alam, kecelakaan kerja baik yang membawa korban jiwa
maupun tidak, tindak kriminalitas di lingkungan kerja, terjadinya kejadian
berjangkitnya penyakit menular dalam lingkungan kerja dan sekitarnya. Harus
dilaporkan juga tentang jumlah pengadaan, penyimpanan, serta jadwal
penggunaan bahan peledak.
BAB II
SYARAT-SYARAT TEKNIS KHUSUS
A. Umum
1. Yang dimaksud syarat-syarat teknik khusus adalah ketentuan-ketentuan teknis
khusus yang dipersyaratkan dalam pelaksanaan dan berkaitan langsung
dengan penyelesaian pekerjaan sesuai kontrak pekerjaan Rehabilitasi Trestle
Pelabuhan.
2. Ketentuan khusus ini berlaku baik bilamana jenis pekerjaan yang diuraikan ini
ada dipergunakan dalam pekerjaan menurut gambar ataupun ditentukan dalam
pasal-pasal spesifikasi teknik ini ataupun dokumen kontrak lainnya ataupun
bilamana atas Persetujuan Konsultan Pengawas dan Dinas Perhubungan harus
dipergunakan sebagai bentuk alternatif dalam menyelesaikan seluruh pekerjaan
menurut kontrak.
B. Jenis Pekerjaan
Untuk menyamakan pemahaman/pengertian tentang jenis-jenis pekerjaan yang
akan dilaksanakan pada Rehabilitasi Trestle Pelabuhan maka perlu dijelaskan
pengertian dari jenis-jenis pekerjaan tersebut sebagaimana uraian berikut:
1. Rehabilitasi Trestle 2 (Panjang 26,5 m ; Lebar 8 meter)
Yang termasuk lingkup pekerjaan trestle 2 antara lain sebagai berikut :
a. Struktur bawah Trestle
b. Struktur atas Trestle
c. Pengadaan dan pemasangan lampu PJU Solar Cell
d. Pengadaan dan pemasangan Bollard Kapasitas 25 Ton
2. Rehabilitasi Trestle 1
Yang termasuk lingkup pekerjaan trestle 1 antara lain sebagai berikut :
a. Struktur atas Trestle / Pengecoran Lantai
b. Pengadaan dan pemasangan besi delatasi
3. Fasilitas Pendukung Trestle
Yang termasuk lingkup pekerjaan fasilitas pendukung trestle adalah Causeway
dan tembok penahan ombak
C. Bahan Atau Material
C.1. Umum
Ketentuan penggunaan bahan atau material yang diperlukan dalam pengadaan
pekerjaan konstruksi Rehabilitasi Trestle Pelabuhan harus mengutamakan
material/bahan produksi dalam negeri dan sesuai dengan spesifikasi yang
diajukan dalam perencanaan.
C.2. Spesifikasi Standar
Standar yang digunakan untuk bahan bangunan adalah standar SNI (Standar
Nasional Indonesia). Peraturan dan standar mengenai jenis-jenis pekerjaan
mengacu pada jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan seperti PBI 1971 N.I.-
2 untuk pekerjaan beton, PBBI untuk Baja, dan standar-standar lainnya yang
berlaku di Indonesia.
Standar-standar Internasional seperti ASTM dan JIS dipergunakan jika ada hal-
hal yang tidak tercakup dalam standar Indonesia dan standar-standar
Internasional tersebut sudah lazim digunakan di Indonesia.
Penggunaan standar-standar lain, harus mendapat persetujuan khusus dari
Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas sebelum digunakan.
C.3. Material Tiang Pancang Baja
Seluruh material tiang pancang pipa baja harus memiliki minimum yield stress
250 Mpa dan mengacu kepada ASTM A36 “Standard Specification for Carbon
Structural Steel” atau Standar lain yang setara dan tercantum pada Gambar
Perencanaan.
Pengadaan tiang pancang untuk konstruksi dermaga diadakan menurut
Gambar Rencana.
Tiang pancang baja yang akan dipakai untuk pelaksanaan dalam Kontrak ini
harus mengikuti standar dalam konstruksi dermaga. Komposisi kimia dan sifat-
sifat mekanisnya harus sesuai dengan standar-standar di bawah ini :
Komposisi kimia :
C : 0,30 % maks. ; Si = 0,35 max
P : 0,04 % maks. ; Mn = 0,30 – 1,00
S : 0,04 % maks.
Sifat-sifat mekanis :
Kekuatan tarik : 40 kg/mm2 atau lebih/KHI : Grade X - 46
Yield point : 32 kg/mm2 atau lebih
Perpanjangan : 15 % atau lebih.
Toleransi pada bentuk dan dimensi dari pipa baja :
a. Dimensi luar Toleransi
Ujung-ujung pipa + 0,5 %
Batang-batang pipa + 1,0 %
b. Tebal + tidak terbatas
– 0,7 mm
c. Panjang pipa + tidak terbatas
– 0,0 mm
d. Lenturan Maksimum 0,1 % dari panjang pipa
Toleransi tidak mulusnya sambungan-sambungan :
a. Dimensi luar Toleransi
Kurang dari 700 mm Kurang dari 2 mm
Lebih dari 700 mm Kurang dari 3 mm
Dalam pengangkutan plat dan pipa baja, harus diambil langkah-langkah yang
tepat untuk melindungi plat dan pipa baja tersebut agar tidak menjadi bengkok
atau cacat-cacat permanen. Pada waktu pemuatan dan pembongkaran, semua
plat dan pipa baja harus diperlakukan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
pelengkungan-pelengkungan yang besar.
Plat dan pipa baja tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 3,5 m dan balok-balok
penumpunya harus ditempatkan diantara lapisan dengan jarak antara sebesar
4,0 m. Ukuran standar balok kayu penumpu adalah 10 x 10 cm 2. Dimana ada
kemungkinan plat atau pipa baja melendut, maka harus segera dilakukan
penumpukan/pengaturan kembali. Penyedia harus mendapatkan sertifikat dari
pabrik baja yang memproduksinya dan sertifikat tersebut harus disetujui Direksi
Lapangan.
C.4. Baja Tulangan
Setiap jenis baja tulangan yang digunakan untuk pekerjaan penulangan beton
harus dihasilkan dari pabrik baja yang telah dikenal dan dapat menunjukkan
sertifikat standar mutu pada saat diminta dan jenis baja yang digunakan, sesuai
dengan standar yang diikuti dan harus disetujui oleh Pemberi Tugas/ Konsultan
Pengawas.
Mutu baja tulangan yang telah dicantumkan pada Gambar Rencana dan buku
Spesifikasi ini atau petunjuk Pemberi Tugas/ Konsultan Pengawas.
Mutu baja tulangan yang digunakan mengikuti Standar Nasional Indonesia.
SNI 2052 – 1990 – A/B
SII 0136 – 84/SP 166 - 84
Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat :
a. Peraturan Beton Indonesia (NI,2 – 1971)
b. Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak, karat dan tidak cacat (retak,
mengelupas, luka dan sebagainya)
c. Dari jenis baja mutu U-24 untuk D<13 mm dan U-39 untuk D>13 (ulir)
dengan mutu BJTD 40 SNI 07-2052-20
d. Bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan PBI
1991
e. Mempunyai penampang yang sama rata
Sertifikat pabrik harus diberikan untuk deformed bars, round bars, dan
bendrat.
Baja untuk tulangan tidak boleh ditempatkan langsung di atas tanah tapi harus
di atas penumpu atau rak-rak dan harus di bawah atap untuk melindungi dari
hujan. Baja tulangan harus disimpan terpisah-pisah menurut diameter dan
panjangnya.
C.5. Kawat Pengikat (Baja Untuk Bindraad)
Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1 mm
yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.
Sertifikat pabrik harus dapat disertakan dan disetujui oleh Pemberi Tugas/
Konsultan Pengawas.
C.6. Baut, Paku dan Mur
Kecuali ditentukan lain pada gambar, maka baut-baut (termasuk baut angker
dalam beton) dan paku-paku harus mengikuti persyaratan dalam JIS G 3101,
JIS B 1181, atau BS 4190
C.7. Semen
Semen yang dipakai untuk beton harus dari merk/pabrik yang disetujui Direksi
Lapangan Lapangan dan harus Portland Cement (PC) tahan sulfat atau
Portland Cement Type 1 ditambah bahan additive yang sesuai dengan JIS R
5210, ASTM C-150, dan atau SII 0013-81, kecuali ditentukan lain. Jika Penyedia
menginginkan, maka PC yang cepat mengeras boleh dipakai sebagai pengganti
PC tahan sulfat dengan persetujuan Direksi Lapangan.
Umur semen pada waktu tiba di lokasi pekerjaan tidak boleh lebih dari 2 (dua)
bulan dan semen harus dipakai dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah tiba di lokasi
pekerjaan. Semen harus diangkut ke lokasi pekerjaan dalam kendaraan yang
tertutup, terlindung dengan baik terhadap cuaca, dan harus disimpan dengan
baik di dalam gudang-gudang yang mempunyai cukup ventilasi, tahan terhadap
cuaca, dan tahan air untuk mencegah kerusakan karena lembab. Lantai gudang
semen harus terbuat dari kayu setinggi paling sedikit 30 cm di atas tanah dan
diberi ventilasi. Setiap pengiriman semen harus dipisah-pisahkan agar dapat
dengan mudah diidentifikasi, diperiksa, diuji, dan dicatat tanggal
pengeluarannya. Semen yang disimpan dalam kantong (zak) tidak boleh
ditumpuk lebih tinggi dari 13 zak. Semen yang didatangkan di lokasi pekerjaan
harus segera ditempatkan di gudang-gudang tersebut di atas dan dipakai pada
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan urutan datangnya.
Pasir dan agregat kasar untuk bahan beton harus disimpan dalam bak atau
lantai papan yang direncanakan khusus untuk mencegah terpisahnya suatu
komposisi agregat tertentu atau tercampurnya agregat dari ukuran yang
berbeda-beda dan menghindarkan tercampurnya agregat dengan debu, zat-zat
organik, atau bahan-bahan pencemar lainnya. Agregat dengan ukuran tertentu
harus disimpan secara terpisah kecuali disetujui lain oleh Direksi Lapangan.
C.8. Agregat untuk Beton
Agregat untuk beton harus diambil dari sumber-sumber yang disetujui dan
memenuhi syarat-syarat dalam SNI atau BS 882, 2201, Part 2, atau standar
lain yang disetujui Direksi Lapangan. Apabila agregat dari sumber yang telah
disetujui ternyata menyimpang dari contoh-contoh yang telah disetujui dan tidak
memenuhi syarat tersebut di atas, maka sumber ini dapat ditolak. Suatu jumlah
stok agregat yang telah disetujui Direksi Lapangan harus selalu ada di lokasi
pekerjaan untuk memungkinkan pembuatan beton secara terus menerus untuk
suatu jangka waktu 2 minggu tanpa berhenti.
C.8.1. Agregat Kasar
Agregat kasar terdiri dari kerikil (gravel) yang telah disetujui atau pecahan batu
dengan ukuran butir maksimum tidak melebihi daftar di bawah ini. Untuk
seluruh pekerjaan beton, agregat kasar harus memenuhi persyaratan gradasi
yang ditentukan dalam BS 882, 1201, Part 2, Table 1, untuk saringan 40 mm
–5 mm, 20 mm – 5 mm ukuran nominal atau syarat dalam NI atau dalam
tabel berikut ini dari JIS.
Prosentase Terhadap Berat yang Lolos Saringan
(JIS A 1002 sieve)
Ukuran Ukuran Saringan (mm)
Agregat 50 40 30 25 20 15 10 5 2,5
40 – 5 95–
100 35–70 10–30 0–5
% 100
25 – 5
100 95–100 30–70 0–10 0–5
%
Apabila dari analisis gradasi menunjukkan kekurangan ukuran agregat tertentu
yang dapat mempengaruhi kerapatan beton, Direksi Lapangan dapat memberi
petunjuk kepada Penyedia untuk menambah kekurangan ukuran agregat
tertentu tersebut di atas. Ketepatan berbagai kelas beton akan ditentukan oleh
Direksi Lapangan setelah dilakukan pengujian. Agregat kasar dari batu pecah
haruslah keras, tidak lapuk, bersih, dan tidak mengandung lempung (clay) atau
pelapukan batuan. Batuan tersebut harus dipecah untuk mendapat
ukuran yang diisyaratkan dengan jenis pemecah batu (crusher) yang disetujui
Direksi Lapangan. Bubuk atau partikel halus lolos saringan 5 mm harus
dipisahkan dan kalau dikehendaki Direksi Lapangan, harus dicuci secara
seksama.
C.8.2. Agregat Halus
Pasir untuk beton harus bersih dan bebas dari lempung (clay) atau zat-zat
organik, dan harus mempunyai gradasi sedemikian rupa sehingga apabila
dicampur dengan agregat kasar akan menghasilkan beton dengan kerapatan
maksimum. Gradasi dari agregat halus harus masuk dalam batasan yang
ditentukan dalam BS 1198-1200 atau dalam NI atau dalam tabel berikut ini dari
JIS
Prosentase Terhadap Berat yang Lolos Saringan
(JIS A 1002 sieve)
Ukuran Saringan (mm)
10 5 2,5 1,2 0,60 0,30 0,15
Lolos (%) 100 90 –100 80 –100 50 – 90 25 – 65 10 – 35 1 – 10
Pasir dari pecahan batu dapat ditambahkan pada pasir alam untuk
memperoleh pasir dengan gradasi yang memenuhi syarat. Pasir dari
pecahan batu saja dapat dipakai hanya atas persetujuan Direksi Lapangan.
C.9. Air
Air yang akan digunakan untuk pembuatan beton harus bersih, tawar, dan
bebas dari zat-zat organik atau anorganik yang larut, melayang, atau
mengapung dalam suatu jumlah yang dapat mengurangi kekuatan atau
keawetan beton. Apabila mungkin, air harus diperoleh dari sumber air minum,
apabila dari sumber lain harus mendapat persetujuan Direksi Lapangan. Hanya
air dengan kualitas yang telah disetujui yang dapat digunakan untuk
pembuatan beton, penyemprotan beton, membasahi bekisting/acuan/form
work, dan pengeringan beton. Penyedia harus melakukan pengaturan untuk
memperoleh atau menyimpan air yang cukup di lokasi pekerjaan untuk
mengaduk, mengeringkan beton, menyemprot, dan membasahi bekisting.
Apabila ada, air ini dapat diperoleh dari sumur dalam (deep well) di lokasi
pekerjaan. Apabila Penyedia menggunakan sumber ini maka seluruh biaya
pengadaan, pemeliharaan, sumber tenaga listrik, dan biaya lainnya untuk
memperoleh air ini harus ditanggung Penyedia sendiri
C.10. Batu
Batu yang akan digunakan dalam pekerjaan ini harus dari kualitas terbaik. Batu
yang digunakan harus keras, tahan lama, liat, tahan terhadap goresan dan
cuaca, serta bebas dari tanah, sampah-sampah, dan cacat-cacat lain. Batu
pecah tidak boleh mengandung lempung (clay), bagian-bagian yang pipih atau
panjang, dan cadas yang lapuk. Untuk batu yang tidak pecah harus digunakan
batu gunung. Sumber tempat pengambilan batu harus disetujui Direksi
Lapangan. Penyedia harus mengatur sedemikian rupa sehingga persediaan
dari batu yang disyaratkan untuk pekerjaan dapat terjamin.
C.11. Tanah Timbunan
Material untuk timbunan yang digunakan adalah campuran material tanah,
pasir, dan batu serta harus memenuhi salah satu persyaratan berikut ini :
a. Material yang diklasifikasikan dalam kelompok A-1, A-2-4, A-2-5, atau A-3
seperti dalam AASHTO M-145 dan harus dipadatkan sampai 90 % dari
berat jenis kering maksimum menurut AASHTO T-99.
b. Material yang diklasifikasikan dalam kelompok A-2-6, A-2-7, A-4, A-5, A-6,
A-7 boleh digunakan dengan perhatian khusus diberikan pada waktu
pemadatan tanah untuk mencapai 95 % dari berat jenis kering
maksimum menurut AASHTO T-99
C.12. Elektroda
Elektroda yang dipakai untuk mengelas baja lunak (kecuali tiang pipa baja)
harus mengikuti persyaratan D 4301 dari JIS Z 3311. Elektroda yang dipakai
mesin las semi otomatis haruslah kawat komposit yang mempunyai diameter
2,4 mm sampai 3,2 mm, sesuai dengan JIS Z 3311. Contoh-contoh elektroda
dan rata-rata pengujiannya harus disampaikan kepada Direksi Lapangan
sebelum pelaksanaan untuk mendapat persetujuan.
C.13. Bollard
▪ Bollard yang digunakan adalah Bollard dengan kapasitas 25 Ton.
▪ Sebelum pengadaan bollard, Kontraktor harus mengajukan usulan tipe dan
spesifikasi bitt, termasuk baut, mur dan ring kepada Direksi Teknis.
▪ Kontraktor harus melaksanakan pengujian fisik bollard termasuk angker
baut, mur dan ring sesuai standar yang disebut dalam spesifikasi teknis.
▪ Bahan utama bollard adalah bahan besi baja.
▪ Baut angker dan kelengkapan bollard harus sesuai dengan standar berikut
ini:
a. Baut Angker : Kelas 2-SS.41 (JIS G 3101)
b. Nut : Kelas 2-SS.41 (JIS G 3101)
c. Ring : JIS B1256
d. Plat Angker : Kelas 2-SS.41 (JIS G 3101)
▪ Permukaan bollard yang terbuka harus dicat dengan cat anti karat dan cat
akhir yang dilakukan dengan bahan coaltar epoxy.
C.14. Lampu PJU Solar Cell
▪ Pengadaan dan Pemasangan LPJU Solar Cell, terdiri dari 1 tiang ornament
berupa tiang oktogonal tinggi 7 m, Lampu LED, Daya 100 Wp 36 V DC,
baterai VRLA Deep Cycle PV Kap 50 Ah 12 V + Aksesoris / Sekualita
BAB III
PEKERJAAN BETON DAN BESI TULANGAN
N. Penulangan
N.1. Gambar Kerja
Gambar-gambar kerja, daftar pembengkokan tulangan, dan gambar-gambar
penempatan tulangan harus disiapkan oleh Penyedia dan disampaikan kepada
Direksi Lapangan sebelum pelaksanaan pekerjaan, untuk mendapat
persetujuannya. Detail-detail mengenai ini harus sesuai dengan persyaratan dari
BS 4466, SSC (JSCE) 138, dan PBI NI-2 1971. Persetujuan yang telah diberikan
oleh Direksi Lapangan tidak membebaskan Kontraktor dari tanggungjawab
mengenai ketelitian dan atau kelengkapan pekerjaan detail.
N.2. Teknik Pelaksanaan
Cara pembengkokan tulangan harus mengikuti BS 4466, SSC (JSCE) 138, dan
PBI NI-2 1971 kecuali ditentukan lain. Tulangan tidak boleh dibengkokkan bila
telah ditempatkan di pekerjaan meskipun tulangan tersebut sebagian ditempatkan
pada beton yang telah mengeras, kecuali ditentukan lain oleh Direksi
Lapangan. Tulangan harus diletakkan dengan teliti dengan menggunakan
penopang dan dudukan yang diikat erat kepadanya. Batang-batang tulangan
yang harus saling berhubungan harus diikat dengan binding wire (bindraad)
seperti yang ditentukan. Jenis penopang dan dudukan yang dipakai harus
mendapat persetujuan Direksi dan setiap bagian dari penopang logam atau
dudukan harus sedikitnya mempunyai beton dekking (cover) yang sama
dengan tulangan. Penopang dari mortar harus sama kekuatannya dengan beton
yang akan dicor. Binding wire tidak boleh keluar dari beton. Tulangan hanya boleh
disambung pada tempat-tempat yang telah ditentukan seperti dalam gambar atau
tempat-tempat yang disetujui oleh Direksi Lapangan. Panjang sambungan harus
sesuai dengan persyaratan BSCP 110 atau SSC (JSCE) 20 dan PBI NI-2 1971
kecuali ditentukan lain dalam gambar. Sebelum pelaksanaan pengecoran,
penulangan harus diperiksa mengenai ketepatan penempatan serta
kebersihannya, dan kalau perlu harus dibetulkan. Beton tidak boleh dicor sebelum
penulangan diperiksa dan sebelum ijin pengecoran diberikan oleh Direksi
Lapangan. Tulangan-tulangan yang menonjol selama pekerjaan sedang
berlangsung atau telah selesai dikerjakan, tidak boleh dibengkokkan tanpa
persetujuan Direksi Lapangan dan harus dijaga agar tidak bengkok atau rusak
dengan jalan mengikatnya pada penyangga atau tumpuan-tumpuan lain.
Tulangan yang menonjol dalam arah horisontal pada siar-siar konstruksi harus
ditumpu dalam posisi yang benar selama pengecoran dengan menyediakan
penyangga yang cukup dan bagian-bagian pembuat jarak dimana tulangan
akan diikatkan dan ditahan ditempatnya. Penutup beton untuk tulangan harus
seperti yang tertera pada gambar. Toleransi yang diijinkan adalah +4 mm.
BAB IV
PEKERJAAN TIANG PANCANG
Perlindungan terhadap korosi untuk struktur baja dan tiang pancang baja yang terletak
pada daerah pasang surut (splash zone)
A. Persiapan Permukaan
Permukaan yang akan diberikan perlindungan harus dibersihkan dengan alat dan
metode yang sesuai. Pembersihan tersebut dapat menggunakan peralatan manual
dengan tangan (hammer, wire brush) atau bisa juga dilakukan dengan Power Tools
seperti drivern rotary poer tools. Jika diburuhkan peralatan water blasting dapat
digunakan.
Permukaan yang akan diberi perlindungan harus :
▪ Bersih
▪ Bebas dari tumbuhan laut
▪ Bebas dari kerusakan dan coating yang rusak
▪ Bebas dari karat yang dapat mengelupas.
▪ Karat yang masih melekat kuat tidak harus dibersihkan
▪ Permukaan tersebut harus dibuat halus, tidak diijinkan adanya permukaan
yang tajam.
Setelah semua tumbuhan laut, karat yang mengelupas, dan coating yang rusak
dibersihkan, selanjutnya dilakukan pengecekan terhadap permukaan yang
seharusnya tidak ada permukaan yang tajam pada lokasi dimana perlindungan
akan diberikan.
B. Prime Coating
Komponen utama dalam perlindungan ini adalah prime coating. Material ini
berfungsi untuk memindahkan kelembaban, passivates surface oxides, mengisi
permukaan yang tidak sempurna dan menjamin lekatan yang kuat antara wraping
material dengan permukaan baja.
Setelah pekerjaan persiapan telah selesai selanjutnya dilakukan pekerjaan prime
coating yang diaplikasikan pada permukaan dengan sarung tangan dan power roller
dengan ketebalan sekitar 0.5 kg per meter persegi. Proses aplikasinya harus
dilakukan dengan gerakan memutar agar lapisan tersebut dapat mengisi semua
permukaan dan rongga yang ada.