Anda di halaman 1dari 25

SPESIFIKASI TEKNIS

Pekerjaan Konstruksi
Rehabilitasi Trestle Pelabuhan Kupal

DINAS PERHUBUNGAN
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
Jl. Oesman Sjah No. xx – LABUHA
2022
BAB I
SYARAT-SYARAT TEKNIK UMUM

A. Lingkup Pekerjaan
1. Lingkup pekerjaan Rehabilitasi Trestle Pelabuhan Kupal adalah sebagai berikut:
a. Pekerjaan Rehabilitasi Trestle 2
b. Pekerjaan Rehabilitasi Trestle 1
c. Pekerjaan Fasilitas Penunjang Trestle
2. Selain pekerjaan di atas yang merupakan pekerjaan pokok yang harus
diselesaikan, Pelaksana Pekerjaan dituntut harus melaksanakan pekerjaan-
pekerjaan pendukung yang diatur didalam pasal-pasal selanjutnya dalam bab
ini, yang terdiri dari : Pekerjaan persiapan pelaksanaan konstruksi rehabilitasi
trestle yang harus dilakukan meliputi :
▪ Pembuatan Rencana Jadwal Pelaksanaan dan Perencanaan Site Plan
▪ Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya
▪ Pembuatan Shop Drawing (gambar pelaksanaan)
▪ Pembuatan gambar sesuai pelaksanaan (As Built Drawing)
▪ Pengadaan Material untuk pekerjaan persiapan
▪ Mobilisasi peralatan
▪ Perlengkapan K3.
▪ Pelaksanaan di lapangan
B. Pembuatan Rencana Jadwal Pelaksanaan dan Perencanaan Site
Plan
1. Pelaksana Pekerjaan berkewajiban menyusun dan membuat jadwal pelaksanaan
dalam bentuk network planning dan curva S yang dilengkapi dengan barchart
prestasi yang direncanakan berdasarkan butir-butir komponen pekerjaan sesuai
dengan penawarannya.
2. Pembuatan Rencana Jadwal Pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum dimulainya pelaksanaan dilapangan
pekerjaan. Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas dan Pengguna Jasa
3. Bila selama waktu 7 (tujuh) hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai
Kontraktor belum dapat menyelesaikan pembuatan jadwal pelaksanaan, maka
Kontraktor harus dapat menyajikan jadwal pelaksanaan sementara minimal
untuk waktu 2 minggu pertama dan 2 minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan
4. Selama waktu sebelum rencana jadwal pelaksanaan disusun, Kontraktor harus
melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan
mingguan yang harus dibuat pada saat memulai pelaksanaan. Jadwal
pelaksanaan 2 mingguan ini harus disetujui oleh Konsultan Pengawas dan
Pengguna Jasa
5. Yang termasuk dalam perencanaan site plan adalah perencanaan tata letak atau
lay out dari fasilitas-fasilitas yang diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan.
Fasilitas-fasilitas yang dimaksud antara lain :
▪ Kantor Proyek/Direksi Keet
▪ Gudang material dan Peralatan
▪ Base camp staf proyek dan barak pekerja
▪ Los kerja besi dan kayu
▪ Pos jaga dan pagar kerja
▪ Jalan kerja
▪ Penempatan alat berat
6. Dalam membuat lay out untuk pekerjaan persiapan ini, perlu diperhitungkan
secara cermat penempatan masing-masing fasilitas dan sarana yang diperlukan
untuk pelaksanaan proyek. Dengan memperhatikan kondisi lapangan yang ada
dan disesuaikan dengan desain lay out proyek yang akan dikerjakan,
penempatan fasilitas dan sarana proyek nantinya akan dapat berfungsi secara
optimal sesuai perencanaan. Namun demikian, yang tetap harus
dipertimbangkan adalah bahwa seluruh fasilitas dan sarana proyek yang
dibangun untuk pekerjaan persiapan tersebut adalah bersifat sementara dan
nantinya akan dibongkar setelah pelaksanaaan proyek selesai.
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan lay out fasilitas dan sarana
yang diperlukan untuk pelaksanaan suatu proyek antara lain:
▪ Menempatkan semua fasilitas proyek di luar dari bagian denah proyek yang
akan dikerjakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu pelaksanaan
proyek.
▪ Menempatkan material bangunan, seperti: besi beton, kayu, panel beton
dan lainnya, harus dipisahkan sesuai dengan jenis dan ukurannya, sehingga
memudahkan penyimpanan dan pengambilannya.
▪ Menempatkan material-material yang harus terlindung dari cuaca, seperti:
semen maupun material finishing lainnya dalam gudang tertutup.
▪ Menempatkan alat-alat berat seperti tower crane pada posisi yang strategis,
agar dapat menjangkau seluruh areal kerja yang diperlukan.
▪ Merencanakan jalur jalan kerja dan arus lalu lintasnya secara benar agar
tidak menimbulkan stagnasi lalu lintas, baik lalu lintas material maupun
manuver alat-alat berat.
▪ Menempatkan Los kerja tidak jauh dari penumpukan material.
▪ Menempatkan pos jaga yang tepat sehingga memudahkan mengawasi
seluruh kegiatan proyek.
▪ Merencanakan pagar proyek yang rapi dan memperhitungkan estetika,
namun tetap efisien.
▪ Menempatkan barak pekerja dan base camp staf proyek yang tidak jauh dari
lokasi proyek
C. Direksi Keet
Direksi Keet dibangun sebagai tempat bekerja bagi para staf baik staf dari
Kontraktor, Pengawas maupun Pemilik Proyek di lapangan, yang dilengkapi dengan
ruang-ruang kerja staf, ruang rapat, ruang pimpinan, mushola, dan toilet.
Seluruh fasilitas dan sarana yang dibangun untuk pekerjaan persiapan ini adalah
sementara. Oleh karena itu, desain direksi Keet tersebut, juga dibuat tidak
permanen. Namun demikian, tetap harus mengutamakan kenyamanan dan
persyaratan sebagai tempat kerja sebagai berikut :
▪ penerangan sepanjang hari dari pasokan tenaga listrik yang memadai;
▪ bengkel kerja/workshop yang cukup sehat dengan ventilasi silang, dan tempat
parkir alat berat;
▪ jalan lingkungan yang cukup kuat dan lebar untuk menampung lalu lintas alat
berat dengan aman;
▪ fasilitas air bersih, sistem drainase, dan sistem air limbah;
▪ sistem telekomunikasi mandiri maupun tersambung dengan jaringan umum;
dan
▪ sistem keamanan dan pengaman yang baik
D. Gudang Material dan Peralatan
Sebagai tempat penyimpanan material, gudang harus memenuhi berbagai
persyaratan.
Kondisinya harus dijaga agar tetap kering dan tidak lembab. Karena kondisi gudang
sangat mempengaruhi kualitas bahan yang disimpan. Penyimpanan material seperti
semen, harus diatur sedemikian rupa. Sehingga material yang datang lebih dulu,
dapat diambil dan digunakan lebih awal.
Sementara itu, gudang peralatan berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat-alat
ringan, seperti: vibrator untuk pemadatan beton, mesin genset portable, alat-alat
pengukuran (theodolit), alat-alat untuk pekerjaan finishing serta berbagai
komponen peralatan lainnya.
E. Los Kerja Besi dan Kayu
Fasilitas ini dibangun untuk pekerjaan besi dan kayu. Los kerja besi merupakan
tempat untuk pemotongan maupun pembekokan besi beton sesuai gambar kerja
(shop drawing) yang ada. Sementara itu, los kerja kayu, digunakan sebagai tempat
pembuatan bekisting dan pekerjaan kayu lainnya. Bangunan untuk fasilitas ini
dibuat lepas tanpa dinding (los) dan diberi penutup atap, agar para pekerja dapat
bekerja dengan nyaman
F. Pagar Proyek
Pembuatan pagar proyek untuk menjamin keamanan kerja dalam lingkungan
proyek. Karena fungsinya sebagai pengaman, maka pagar harus dibuat kokoh agar
tidak mudah roboh.
Di samping itu, untuk keserasian dengan lingkungan sekitarnya, maka pagar proyek
harus rapi, bersih dan estetis. Untuk itu, pagar proyek harus dicat dan diberi
dekorasi secukupnya, sehingga terlihat lebih asri.
Konstruksi pagar proyek, biasanya dibuat dengan menggunakan dinding seng dan
didukung oleh tiang-tiang besi atau kayu dan diikat dengan baut pengikat pada
jarak tertentu. Sehingga, konstruksinya kuat sebagai pengaman proyek yang
sedang dikerjakan
G. Jalan Kerja
Jalan kerja dibuat untuk jalur lalu lintas kendaraan proyek, baik untuk truk material,
truk mixer maupun untuk mobilisasi alat-alat berat, seperti: tower crane, lift bahan,
dan lainnya.
Pembuatan jalan kerja harus memperhitungkan arus keluar masuk kendaraan. Arus
kendaraan harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan stagnasi dan
kemacetan di lingkungan proyek, yang berakibat dapat mengganggu kelancaran
pelaksanaan proyek.
Konstruksi jalan kerja walaupun sifatnya sementara, namun harus tetap
memperhitungkan beban lalu lintas yang akan melewatinya. Oleh karena itu, jalan
kerja dibuat dengan perkerasan, baik menggunakan sirtu maupun aspal. Terutama,
jika kondisi tanah di lokasi proyek cukup labil dan tidak cukup kuat untuk menahan
beban lalu lintas proyek.
E. Penempatan Alat Berat
Pengaturan alat berat di wilayah kerja untuk pelaksanaan pekerjaan baik dari arah
darat maupun arah laut harus dilakukan pengamanan terhadap keselamatan kerja
bagi keseluruhan tenaga kerja.
a) arah darat (land based operation equipment)
▪ harus tersedia lahan yang cukup luas bagi alat berat untuk bermanuver di
lingkungan operasinya;
▪ operator alat berat harus memiliki sertifikat dari yang berwenang untuk
mengoperasikan;
▪ operasi alat berat yang digunakan untuk menyusun/menempatkan
pasangan batu kosong (rubble mound), harus disediakan jalan kerja dengan
tinggi jagaan yang memadai untuk menghindari ancaman gelombang dan
pasang air laut;
▪ harus ditugaskan seorang pemandu khusus untuk mengatur operasi alat
berat di dalam areal kerja
b) arah laut (water borne operation equipment)
▪ kedalaman perairan (draft) yang diperlukan harus cukup untuk
beroperasinya ponton;
▪ pelampung, sekoci penyelamat, dan alat penyelam harus tersedia dalam
jumlah cukup dan dalam kondisi laik pakai.
F. Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya
Pelaksana proyek perlu melakukan perhitungan kebutuhan Sumber Daya Proyek.
Yang dimaksud dengan Sumber Daya Proyek adalah menyangkut kebutuhan Listrik
Proyek dan Air Kerja.
F.1. Kebutuhan Listrik Kerja
Kebutuhan tenaga listrik yang dimaksud, adalah jumlah daya yang diperlukan oleh
Kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi selama pelaksanaan proyek.
Kebutuhan tenaga listrik ini, merupakan tanggungan pihak kontraktor.
Sumber daya listrik diperoleh dari PLN maupun penyediaan genset sendiri,
tergantung penggunaannya. Daya listrik yang diperlukan oleh proyek, meliputi:
▪ Penerangan
▪ Air Condition (AC)
▪ Peralatan Kerja, seperti: Tower Crane, Lift Bahan, Mesin Potong Keramik,
▪ Bor, Bar Bender, Bar Cutter, Pompa Air, dan lainnya.
▪ Peralatan Kantor, seperti: komputer, Plotter, Mesin fotokopi, dan lain-lain.
F.2. Kebutuhan Air Kerja
Kebutuhan Air Kerja untuk keperluan proyek bisa diperoleh dari sumur atau PAM
(Perusahaan Air Minum). Air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
sebagai berikut:
▪ Toilet di Kantor Proyek
▪ Pencucian Kendaraan Proyek, Dump Truck, Concrete Mixer, dan lainnya.
▪ Perawatan Beton (Concrete Curing), termasuk Testing Beton
▪ Keperluan Lokasi-lokasi Kerja Lainnya
Air dari sumber air disimpan pada tangki-tangki penampungan air sesuai dengan
kapasitasnya. Volume air yang diperlukan dihitung berdasarkan kebutuhan
volume air setiap harinya.
G. Pembuatan Shop Drawing (Gambar Kerja)
Gambar kerja, harus sudah disiapkan dalam tahap awal proyek dan mendapatkan
pengesahan dari pihak Pengawas sebelum dilaksanakan di lapangan. Shop drawing
berpedoman pada Gambar Detail Engineering Design (DED) dari Konsultan.
Jika terjadi perubahan desain atau volume pekerjaan, diusulkan dan disetujui oleh
pengguna jasa.
Tinjauan desain dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang meliputi :
a) cakupan semua spesifikasi teknis dan metode pelaksanaan pekerjaan;
b) Volume kegiatan pekerjaan yang dilaksankan masih dalam batas kemampuan
biaya yang wajar serta ketersediaan waktu yang memadai;
c) Persyaratan kelayakan fungsi dan operasional konstruksi.
H. Pembuatan Gambar Asbuilt- Drawing
1. Sebelum Penyerahan Pekerjaan Pertama, Kontraktor sudah harus
menyelesaikan gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri atas:
a. Gambar Rancangan Pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam
pelaksanaannya.
b. Shop Drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar -
gambar perubahan.
2. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat 1 di atas harus diartikan telah
memperoleh persetujuan Konsultan Pengawas dan Dinas Perhubungan setelah
dilakukan pemeriksaan secara teliti.
3. Gambar Asbuilt drawing merupakan bagian pekerjaan yang harus diserahkan
pada saat Penyerahan pertama
Kekurangan dalam hal ini akan berakibat Penyerahan Pekerjaan Pertama tidak
dapat dilakukan.
I. Material
a) Pengambilan bahan bangunan
Tempat pengambilan pasir dan tanah (borrow area) dan tempat pengambilan
batu (quarry area) dilaksanakan sebagai berikut :
(1) jalan masuk, jalan keluar, dan jalan di dalam lingkungan tempat
pengambilan bahan bangunan serta tempat sumber bahan bangunan harus
cukup lebar dan dapat dipakai dua kendaraan (alat) berat saling berpapasan.
Kecuraman jalan tersebut dibuat maksimum 1:15;
(2) penambangan bahan tanah, pasir, dan batu (galian C) di darat tidak
merusak lingkungan, dan setelah selesai, lokasi penambangan tersebut
harus dirapikan dan direhabilitasi;
(3) tempat timbunan batu harus diratakan dan dibersihkan secukupnya dialasi
dengan lapisan pasir dan tempatnya dibuat terpisah dari batu-batu yang
ukurannya berbeda; dan
(4) tersedia lahan yang cukup luas untuk pemuatan pasir dan batu oleh alat
angkut (transport), dan harus dilengkapi peralatan dan rambu-rambu yang
memadai agar aman bagi pekerja maupun teknisi (operator/driver) alat
mekanik yang beroperasi.
b. Pengambilan air tanah untuk air kerja
Pengambilan air tanah untuk air kerja dilaksanakan sebagai berikut :
▪ pengambilan air tanah artesis dilengkapi alat ukur, dan tidak diijinkan
melebihi volume yang telah ditetapkan;
▪ penyaluran air harus dilakukan dengan pipa tertutup maupun diangkut
dengan mobil tangka; dan
▪ tandon penyimpan air (water tank) harus diletakkan pada ketinggian yang
cukup untuk dapat mendistribusikan air secara gravitasi.
c. Tangki/Instalasi Penyediaan bahan Bakar Minyak (BBM)
Tangki penyediaan dan pengisian BBM harus ditempatkan jauh dari fasilitas
Direksi Keet dan instalasi lain, dengan ketentuan sebagai berikut :
▪ lokasi tangki BBM harus diberi pagar yang cukup kuat dan dikeliling saluran
air pengaman kebakaran;
▪ jalan keluar/masuk ke lokasi tangka BBM harus dibuat memadai sehingga
pengambilan dan pengisian berjalan lancar.
J. Mobilisasi
Mobilisasi peralatan dan personil pelaksana dilakukan sesuai dengan kebutuhan di
lapangan yang meliputi :
a) peralatan berat dan kendaraan
b) fasilitas lapangan untuk penyedia jasa meliputi kantor, rumah, Gedung,
laboratorium, bengkel, Gudang, dan lain-lain yang tercantum dalam dokumen
kontrak.
c) Peralatan laboratorium, alat pengukuran dan peralatan lainnya; dan
d) Personil pelaksana
K. Pengukuran dan Peralatan Survey
1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengadakan survey dan atau
pengukuran baik di bagian laut maupun di darat pada lokasi bangunan untuk
memastikan akurasi posisi horizontal dan vertical semua titik-titik yang dianggap
penting dalam kawasan bangunan.
2. Metode dan peralatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan survei harus
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas dan Dinas Perhubungan
selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan dimulai.
3. Pengukuran Topografi
Pengukuran topografi dilakukan untuk mendapatkan kondisi lapangan dan
untuk perhitungan pemeriksaan bersama awal (mutual cek nol) dan melengkapi
peta kerja.
▪ Untuk pekerjaan causeway dan pengaman pantai (talud), pengukuran
dilakukan menyusur pantai meliputi bentang panjang konstruksi yang akan
dilaksanakan dan kearah darat sepanjang 100 m dan atau sampai seluruh
prasarana seperti ruang tunggu, jalan dan prasarana lainnya yang akan
terkena dampak langsung dari erosi/abrasi.
▪ Penentuan titik control dan Global Positioning System (GPS) cukup dibuat
satu benchmark (BM) dan control point (CP) setiap jarak 25 sepanjang
kontruksi yang akan dilaksanakan.
▪ Titik-titik control CP harus dicek berkala selama pelaksanaan pekerjaan, dan
▪ Hasil pengukuran topografi dipetakan dengan skala 1:2000 atau lebih detail.
4. Pengamatan dan pengumpulan data pasang surut
Pengamatan dan pengumpulan data pasang surut dilaksanakan untuk
mengetahui waktu pasang dan waktu surut, yang akan digunakan dalam
pengaturan jadwal kerja harian.
Metode pengamatan pasang surut, antara lain :
▪ Lokasi pengamatan dilakukan di laut atau di muara dekat dengan lokasi
▪ Pengamatan dilakukan dengan pembacaan muka air setiap 1 jam pada
papan duga (staf gauge) selama 1 putaran pasang surut penuh 25 jam;
▪ Papan duga yang dipakai memiliki ketelitian 1 cm, diletakkan sebagai titik
tetap dan harus dalam fluktuasi pasang surut secara penuh, dan
▪ Hari, tanggal, waktu, dan lokasi pengamatan harus dicatat.
5. Peralatan Survey
Pelaksana harus menyediakan peralatan yang sewaktu waktu akan dipakai oleh
direksi dan staf, alat-alat tersebut harus disetujui direksi. Selama pelaksanaan
pekerjaan, pelaksana wajib menyediakan operator dari peralatan tersebut.
Alat-alat yang diperlukan minimal terdiri dari :
▪ 2 buah Theodolit Wild T1 atau yang sejenis
▪ 1 Buah Level Wild NA2 atau yang sejenis
▪ 1 Buah roll meter 50 meter
Pelaksana harus menyediakan perahu (motor Boat) untuk keperluan
pelaksanaan pekerjaan survey dan bertanggung jawab atas semua atas
peralatan survey tersebut terhadap perawatan, kerusakan/kehilangan.
L. Laporan
Laporan kemajuan pekerjaan pelaksanaan pekerjaan konstruksi harus dibuat oleh
Penyedia Jasa dan diperiksa Direksi Lapangan yaitu :
a). Laporan Harian
Laporan harian berisi :
▪ Laporan tentang jenis, volume hasil kerja yang dilaksanakan
▪ Jumlah dan klasifikasi tenaga kerja;
▪ Keadaan cuaca khususnya yang menyebabkan hambatan terhadap
kelancaran pekerjaan;
▪ Penerimaan dan penggunaan material;
▪ Mobilisasi dan operasi alat berat;
▪ Perintah dan atau persetujuan direksi lapangan untuk melaksanakan
pekerjaan tertentu yang dikeluarkan hari itu;
▪ Perubahan desain dan realisasi desain serta gambar kerja;
▪ Kendala yang dihadapi;
▪ Foto hasil pelaksanaan pekerjaan; dan
▪ Hal lain yang dianggap perlu untuk diketahui direksi lapangan
b) Laporan Mingguan
Laporan mingguan merupakan prestasi/kemajuan pekerjaan yang dibuat oleh
penyedia jasa dan ditandatangani oleh Direksi Lapangan. Laporan Mingguan
berisi :
(1) rangkuman dari laporan-laporan harian dalam satu minggu yang lalu;
(2) catatan tentang pertemuan/rapat antara pihak-pihak terkait dalam
pelaksanaan kosntruksi; dan
(3) Keputusan-keputusan penting yang memerlukan tindak lanjut seperti :
▪ perubahan desain
▪ metode kerja
▪ pekerjaan tambah/kurang
▪ penggantian jenis material yang harus digunakan dengan alasan-
alasannya dan solusi kendala yang dihadapi, serta dituangkan dalam
surat perintah direksi atau persetujuan direksi terhadap usulan
penyedia jasa yang terkait dengan hal-hal di atas.
c) Laporan Bulanan
Laporan bulanan merupakan rangkuman dari laporan-laporan mingguan,
khususnya mengenai prestasi pekerjaan berupa volume pekerjaan yang telah
dilaksanakan, telah diterima dan telah mendapatkan persetujuan direksi
lapangan, seperti volume, harga pekerjaan, serta persentase (%)
tambahannya dalam kemajuan pekerjaan dalam kontrak, dan dibuat dalam
rangkap 5 (lima) disertai foto-foto yang relevan
d) Laporan Khusus
Laporan khusus dibuat dan disampaikan kepada yang berwenang, misalnya
terjadi bencana alam, kecelakaan kerja baik yang membawa korban jiwa
maupun tidak, tindak kriminalitas di lingkungan kerja, terjadinya kejadian
berjangkitnya penyakit menular dalam lingkungan kerja dan sekitarnya. Harus
dilaporkan juga tentang jumlah pengadaan, penyimpanan, serta jadwal
penggunaan bahan peledak.
BAB II
SYARAT-SYARAT TEKNIS KHUSUS

A. Umum
1. Yang dimaksud syarat-syarat teknik khusus adalah ketentuan-ketentuan teknis
khusus yang dipersyaratkan dalam pelaksanaan dan berkaitan langsung
dengan penyelesaian pekerjaan sesuai kontrak pekerjaan Rehabilitasi Trestle
Pelabuhan.
2. Ketentuan khusus ini berlaku baik bilamana jenis pekerjaan yang diuraikan ini
ada dipergunakan dalam pekerjaan menurut gambar ataupun ditentukan dalam
pasal-pasal spesifikasi teknik ini ataupun dokumen kontrak lainnya ataupun
bilamana atas Persetujuan Konsultan Pengawas dan Dinas Perhubungan harus
dipergunakan sebagai bentuk alternatif dalam menyelesaikan seluruh pekerjaan
menurut kontrak.
B. Jenis Pekerjaan
Untuk menyamakan pemahaman/pengertian tentang jenis-jenis pekerjaan yang
akan dilaksanakan pada Rehabilitasi Trestle Pelabuhan maka perlu dijelaskan
pengertian dari jenis-jenis pekerjaan tersebut sebagaimana uraian berikut:
1. Rehabilitasi Trestle 2 (Panjang 26,5 m ; Lebar 8 meter)
Yang termasuk lingkup pekerjaan trestle 2 antara lain sebagai berikut :
a. Struktur bawah Trestle
b. Struktur atas Trestle
c. Pengadaan dan pemasangan lampu PJU Solar Cell
d. Pengadaan dan pemasangan Bollard Kapasitas 25 Ton
2. Rehabilitasi Trestle 1
Yang termasuk lingkup pekerjaan trestle 1 antara lain sebagai berikut :
a. Struktur atas Trestle / Pengecoran Lantai
b. Pengadaan dan pemasangan besi delatasi
3. Fasilitas Pendukung Trestle
Yang termasuk lingkup pekerjaan fasilitas pendukung trestle adalah Causeway
dan tembok penahan ombak
C. Bahan Atau Material
C.1. Umum
Ketentuan penggunaan bahan atau material yang diperlukan dalam pengadaan
pekerjaan konstruksi Rehabilitasi Trestle Pelabuhan harus mengutamakan
material/bahan produksi dalam negeri dan sesuai dengan spesifikasi yang
diajukan dalam perencanaan.
C.2. Spesifikasi Standar
Standar yang digunakan untuk bahan bangunan adalah standar SNI (Standar
Nasional Indonesia). Peraturan dan standar mengenai jenis-jenis pekerjaan
mengacu pada jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan seperti PBI 1971 N.I.-
2 untuk pekerjaan beton, PBBI untuk Baja, dan standar-standar lainnya yang
berlaku di Indonesia.
Standar-standar Internasional seperti ASTM dan JIS dipergunakan jika ada hal-
hal yang tidak tercakup dalam standar Indonesia dan standar-standar
Internasional tersebut sudah lazim digunakan di Indonesia.
Penggunaan standar-standar lain, harus mendapat persetujuan khusus dari
Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas sebelum digunakan.
C.3. Material Tiang Pancang Baja
Seluruh material tiang pancang pipa baja harus memiliki minimum yield stress
250 Mpa dan mengacu kepada ASTM A36 “Standard Specification for Carbon
Structural Steel” atau Standar lain yang setara dan tercantum pada Gambar
Perencanaan.
Pengadaan tiang pancang untuk konstruksi dermaga diadakan menurut
Gambar Rencana.
Tiang pancang baja yang akan dipakai untuk pelaksanaan dalam Kontrak ini
harus mengikuti standar dalam konstruksi dermaga. Komposisi kimia dan sifat-
sifat mekanisnya harus sesuai dengan standar-standar di bawah ini :
Komposisi kimia :
C : 0,30 % maks. ; Si = 0,35 max
P : 0,04 % maks. ; Mn = 0,30 – 1,00
S : 0,04 % maks.
Sifat-sifat mekanis :
Kekuatan tarik : 40 kg/mm2 atau lebih/KHI : Grade X - 46
Yield point : 32 kg/mm2 atau lebih
Perpanjangan : 15 % atau lebih.
Toleransi pada bentuk dan dimensi dari pipa baja :
a. Dimensi luar Toleransi
Ujung-ujung pipa + 0,5 %
Batang-batang pipa + 1,0 %
b. Tebal + tidak terbatas
– 0,7 mm
c. Panjang pipa + tidak terbatas
– 0,0 mm
d. Lenturan Maksimum 0,1 % dari panjang pipa
Toleransi tidak mulusnya sambungan-sambungan :
a. Dimensi luar Toleransi
Kurang dari 700 mm Kurang dari 2 mm
Lebih dari 700 mm Kurang dari 3 mm
Dalam pengangkutan plat dan pipa baja, harus diambil langkah-langkah yang
tepat untuk melindungi plat dan pipa baja tersebut agar tidak menjadi bengkok
atau cacat-cacat permanen. Pada waktu pemuatan dan pembongkaran, semua
plat dan pipa baja harus diperlakukan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
pelengkungan-pelengkungan yang besar.
Plat dan pipa baja tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 3,5 m dan balok-balok
penumpunya harus ditempatkan diantara lapisan dengan jarak antara sebesar
4,0 m. Ukuran standar balok kayu penumpu adalah 10 x 10 cm 2. Dimana ada
kemungkinan plat atau pipa baja melendut, maka harus segera dilakukan
penumpukan/pengaturan kembali. Penyedia harus mendapatkan sertifikat dari
pabrik baja yang memproduksinya dan sertifikat tersebut harus disetujui Direksi
Lapangan.
C.4. Baja Tulangan
Setiap jenis baja tulangan yang digunakan untuk pekerjaan penulangan beton
harus dihasilkan dari pabrik baja yang telah dikenal dan dapat menunjukkan
sertifikat standar mutu pada saat diminta dan jenis baja yang digunakan, sesuai
dengan standar yang diikuti dan harus disetujui oleh Pemberi Tugas/ Konsultan
Pengawas.
Mutu baja tulangan yang telah dicantumkan pada Gambar Rencana dan buku
Spesifikasi ini atau petunjuk Pemberi Tugas/ Konsultan Pengawas.
Mutu baja tulangan yang digunakan mengikuti Standar Nasional Indonesia.
SNI 2052 – 1990 – A/B
SII 0136 – 84/SP 166 - 84
Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat :
a. Peraturan Beton Indonesia (NI,2 – 1971)
b. Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak, karat dan tidak cacat (retak,
mengelupas, luka dan sebagainya)
c. Dari jenis baja mutu U-24 untuk D<13 mm dan U-39 untuk D>13 (ulir)
dengan mutu BJTD 40 SNI 07-2052-20
d. Bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan PBI
1991
e. Mempunyai penampang yang sama rata
Sertifikat pabrik harus diberikan untuk deformed bars, round bars, dan
bendrat.
Baja untuk tulangan tidak boleh ditempatkan langsung di atas tanah tapi harus
di atas penumpu atau rak-rak dan harus di bawah atap untuk melindungi dari
hujan. Baja tulangan harus disimpan terpisah-pisah menurut diameter dan
panjangnya.
C.5. Kawat Pengikat (Baja Untuk Bindraad)
Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1 mm
yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.
Sertifikat pabrik harus dapat disertakan dan disetujui oleh Pemberi Tugas/
Konsultan Pengawas.
C.6. Baut, Paku dan Mur
Kecuali ditentukan lain pada gambar, maka baut-baut (termasuk baut angker
dalam beton) dan paku-paku harus mengikuti persyaratan dalam JIS G 3101,
JIS B 1181, atau BS 4190
C.7. Semen
Semen yang dipakai untuk beton harus dari merk/pabrik yang disetujui Direksi
Lapangan Lapangan dan harus Portland Cement (PC) tahan sulfat atau
Portland Cement Type 1 ditambah bahan additive yang sesuai dengan JIS R
5210, ASTM C-150, dan atau SII 0013-81, kecuali ditentukan lain. Jika Penyedia
menginginkan, maka PC yang cepat mengeras boleh dipakai sebagai pengganti
PC tahan sulfat dengan persetujuan Direksi Lapangan.
Umur semen pada waktu tiba di lokasi pekerjaan tidak boleh lebih dari 2 (dua)
bulan dan semen harus dipakai dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah tiba di lokasi
pekerjaan. Semen harus diangkut ke lokasi pekerjaan dalam kendaraan yang
tertutup, terlindung dengan baik terhadap cuaca, dan harus disimpan dengan
baik di dalam gudang-gudang yang mempunyai cukup ventilasi, tahan terhadap
cuaca, dan tahan air untuk mencegah kerusakan karena lembab. Lantai gudang
semen harus terbuat dari kayu setinggi paling sedikit 30 cm di atas tanah dan
diberi ventilasi. Setiap pengiriman semen harus dipisah-pisahkan agar dapat
dengan mudah diidentifikasi, diperiksa, diuji, dan dicatat tanggal
pengeluarannya. Semen yang disimpan dalam kantong (zak) tidak boleh
ditumpuk lebih tinggi dari 13 zak. Semen yang didatangkan di lokasi pekerjaan
harus segera ditempatkan di gudang-gudang tersebut di atas dan dipakai pada
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan urutan datangnya.
Pasir dan agregat kasar untuk bahan beton harus disimpan dalam bak atau
lantai papan yang direncanakan khusus untuk mencegah terpisahnya suatu
komposisi agregat tertentu atau tercampurnya agregat dari ukuran yang
berbeda-beda dan menghindarkan tercampurnya agregat dengan debu, zat-zat
organik, atau bahan-bahan pencemar lainnya. Agregat dengan ukuran tertentu
harus disimpan secara terpisah kecuali disetujui lain oleh Direksi Lapangan.
C.8. Agregat untuk Beton
Agregat untuk beton harus diambil dari sumber-sumber yang disetujui dan
memenuhi syarat-syarat dalam SNI atau BS 882, 2201, Part 2, atau standar
lain yang disetujui Direksi Lapangan. Apabila agregat dari sumber yang telah
disetujui ternyata menyimpang dari contoh-contoh yang telah disetujui dan tidak
memenuhi syarat tersebut di atas, maka sumber ini dapat ditolak. Suatu jumlah
stok agregat yang telah disetujui Direksi Lapangan harus selalu ada di lokasi
pekerjaan untuk memungkinkan pembuatan beton secara terus menerus untuk
suatu jangka waktu 2 minggu tanpa berhenti.
C.8.1. Agregat Kasar
Agregat kasar terdiri dari kerikil (gravel) yang telah disetujui atau pecahan batu
dengan ukuran butir maksimum tidak melebihi daftar di bawah ini. Untuk
seluruh pekerjaan beton, agregat kasar harus memenuhi persyaratan gradasi
yang ditentukan dalam BS 882, 1201, Part 2, Table 1, untuk saringan 40 mm
–5 mm, 20 mm – 5 mm ukuran nominal atau syarat dalam NI atau dalam
tabel berikut ini dari JIS.
Prosentase Terhadap Berat yang Lolos Saringan
(JIS A 1002 sieve)
Ukuran Ukuran Saringan (mm)
Agregat 50 40 30 25 20 15 10 5 2,5
40 – 5 95–
100 35–70 10–30 0–5
% 100
25 – 5
100 95–100 30–70 0–10 0–5
%
Apabila dari analisis gradasi menunjukkan kekurangan ukuran agregat tertentu
yang dapat mempengaruhi kerapatan beton, Direksi Lapangan dapat memberi
petunjuk kepada Penyedia untuk menambah kekurangan ukuran agregat
tertentu tersebut di atas. Ketepatan berbagai kelas beton akan ditentukan oleh
Direksi Lapangan setelah dilakukan pengujian. Agregat kasar dari batu pecah
haruslah keras, tidak lapuk, bersih, dan tidak mengandung lempung (clay) atau
pelapukan batuan. Batuan tersebut harus dipecah untuk mendapat
ukuran yang diisyaratkan dengan jenis pemecah batu (crusher) yang disetujui
Direksi Lapangan. Bubuk atau partikel halus lolos saringan 5 mm harus
dipisahkan dan kalau dikehendaki Direksi Lapangan, harus dicuci secara
seksama.
C.8.2. Agregat Halus
Pasir untuk beton harus bersih dan bebas dari lempung (clay) atau zat-zat
organik, dan harus mempunyai gradasi sedemikian rupa sehingga apabila
dicampur dengan agregat kasar akan menghasilkan beton dengan kerapatan
maksimum. Gradasi dari agregat halus harus masuk dalam batasan yang
ditentukan dalam BS 1198-1200 atau dalam NI atau dalam tabel berikut ini dari
JIS
Prosentase Terhadap Berat yang Lolos Saringan
(JIS A 1002 sieve)
Ukuran Saringan (mm)
10 5 2,5 1,2 0,60 0,30 0,15
Lolos (%) 100 90 –100 80 –100 50 – 90 25 – 65 10 – 35 1 – 10

Pasir dari pecahan batu dapat ditambahkan pada pasir alam untuk
memperoleh pasir dengan gradasi yang memenuhi syarat. Pasir dari
pecahan batu saja dapat dipakai hanya atas persetujuan Direksi Lapangan.
C.9. Air
Air yang akan digunakan untuk pembuatan beton harus bersih, tawar, dan
bebas dari zat-zat organik atau anorganik yang larut, melayang, atau
mengapung dalam suatu jumlah yang dapat mengurangi kekuatan atau
keawetan beton. Apabila mungkin, air harus diperoleh dari sumber air minum,
apabila dari sumber lain harus mendapat persetujuan Direksi Lapangan. Hanya
air dengan kualitas yang telah disetujui yang dapat digunakan untuk
pembuatan beton, penyemprotan beton, membasahi bekisting/acuan/form
work, dan pengeringan beton. Penyedia harus melakukan pengaturan untuk
memperoleh atau menyimpan air yang cukup di lokasi pekerjaan untuk
mengaduk, mengeringkan beton, menyemprot, dan membasahi bekisting.
Apabila ada, air ini dapat diperoleh dari sumur dalam (deep well) di lokasi
pekerjaan. Apabila Penyedia menggunakan sumber ini maka seluruh biaya
pengadaan, pemeliharaan, sumber tenaga listrik, dan biaya lainnya untuk
memperoleh air ini harus ditanggung Penyedia sendiri
C.10. Batu
Batu yang akan digunakan dalam pekerjaan ini harus dari kualitas terbaik. Batu
yang digunakan harus keras, tahan lama, liat, tahan terhadap goresan dan
cuaca, serta bebas dari tanah, sampah-sampah, dan cacat-cacat lain. Batu
pecah tidak boleh mengandung lempung (clay), bagian-bagian yang pipih atau
panjang, dan cadas yang lapuk. Untuk batu yang tidak pecah harus digunakan
batu gunung. Sumber tempat pengambilan batu harus disetujui Direksi
Lapangan. Penyedia harus mengatur sedemikian rupa sehingga persediaan
dari batu yang disyaratkan untuk pekerjaan dapat terjamin.
C.11. Tanah Timbunan
Material untuk timbunan yang digunakan adalah campuran material tanah,
pasir, dan batu serta harus memenuhi salah satu persyaratan berikut ini :
a. Material yang diklasifikasikan dalam kelompok A-1, A-2-4, A-2-5, atau A-3
seperti dalam AASHTO M-145 dan harus dipadatkan sampai 90 % dari
berat jenis kering maksimum menurut AASHTO T-99.
b. Material yang diklasifikasikan dalam kelompok A-2-6, A-2-7, A-4, A-5, A-6,
A-7 boleh digunakan dengan perhatian khusus diberikan pada waktu
pemadatan tanah untuk mencapai 95 % dari berat jenis kering
maksimum menurut AASHTO T-99
C.12. Elektroda
Elektroda yang dipakai untuk mengelas baja lunak (kecuali tiang pipa baja)
harus mengikuti persyaratan D 4301 dari JIS Z 3311. Elektroda yang dipakai
mesin las semi otomatis haruslah kawat komposit yang mempunyai diameter
2,4 mm sampai 3,2 mm, sesuai dengan JIS Z 3311. Contoh-contoh elektroda
dan rata-rata pengujiannya harus disampaikan kepada Direksi Lapangan
sebelum pelaksanaan untuk mendapat persetujuan.
C.13. Bollard
▪ Bollard yang digunakan adalah Bollard dengan kapasitas 25 Ton.
▪ Sebelum pengadaan bollard, Kontraktor harus mengajukan usulan tipe dan
spesifikasi bitt, termasuk baut, mur dan ring kepada Direksi Teknis.
▪ Kontraktor harus melaksanakan pengujian fisik bollard termasuk angker
baut, mur dan ring sesuai standar yang disebut dalam spesifikasi teknis.
▪ Bahan utama bollard adalah bahan besi baja.
▪ Baut angker dan kelengkapan bollard harus sesuai dengan standar berikut
ini:
a. Baut Angker : Kelas 2-SS.41 (JIS G 3101)
b. Nut : Kelas 2-SS.41 (JIS G 3101)
c. Ring : JIS B1256
d. Plat Angker : Kelas 2-SS.41 (JIS G 3101)
▪ Permukaan bollard yang terbuka harus dicat dengan cat anti karat dan cat
akhir yang dilakukan dengan bahan coaltar epoxy.
C.14. Lampu PJU Solar Cell
▪ Pengadaan dan Pemasangan LPJU Solar Cell, terdiri dari 1 tiang ornament
berupa tiang oktogonal tinggi 7 m, Lampu LED, Daya 100 Wp 36 V DC,
baterai VRLA Deep Cycle PV Kap 50 Ah 12 V + Aksesoris / Sekualita
BAB III
PEKERJAAN BETON DAN BESI TULANGAN

A. Perbandingan Campuran dan Kekuatan


Campuran beton harus mengikuti tabel campuran beton yang diberikan. Uji
pendahuluan harus dilakukan sebelum pengecoran beton untuk berbagai kelas
beton yang direncanakan dan harus mengikuti SNI-2 (PBI 71) bagian 3, bab 4
untuk menentukan perbandingan semen, aggregat, dan air yang akan digunakan.
Uji pendahuluan adalah untuk memperoleh adukan dengan kemampuan
pengerjaan (work ability) yang diinginkan, dengan kekuatan yang diperoleh kira-
kira 30 % – 40 % lebih tinggi dari kekuatan yang direncanakan. Kekuatan yang
lebih tinggi (margin) yang diminta oleh Direksi Lapangan adalah untuk mencakup
kemungkinan kegagalan hasil uji karena keadaan mesin-mesin pengaduk,
peralatan, tingkat pengawasan mutu, dan terjadinya deviasi mutu beton. Campuran
yang pada akhirnya ditentukan dari uji pendahuluan akan tetap dipertahankan
selama pekerjaan berlangsung kecuali ditentukan lain oleh Direksi yang mana
perubahan dipandang perlu karena adanya perubahan dalam bahan atau hasil-
hasil pengujian. Kecuali ditentukan lain, mutu beton yang dipergunakan untuk
pekerjaan ini adalah :
a. K-225 untuk komponen struktural seperti plat, balok, kolom, tiang railing, beton
pengisi tiang, kansteen, dan sebagainya.
b. K-175 untuk beton tumbuk di trotoar dan lantai kerja.
Tabel Campuran Beton
I II III
Kelas Mutu
B0 B1 K-125 K-175 K-225 K > 225
Dipakai untuk Non
Struktural Struktural Struktural Struktural Struktural
Pekerjaan Struktural
Kekuatan Beton
Karakteristik (kg/cm2) - - 125 175 225 > 225
Kekuatan Kubus
Target Rata-rata
- - 200 250 300 > 300
(kg/cm2)
Agregat kasar (mm) 31,5 31,5 31,5 16 8 8
Penggunaan Semen
130 200 250 275–325 325–375 > 375
dalam1 m 3 Beton (kg)
Water Cement Ratio (%) - - Lihat Tabel 4.34 PBI 1971
Slump (cm) - - Lihat Tabel 4.41 PBI 1971

B. Bahan-Bahan Penambah (Admixture)


Admixture dapat digunakan setelah diijinkan oleh Direksi Lapangan. Dimana
penggunaan admixture diijinkan maka bahan ini harus ditambahkan pada beton
dalam tempat pengadukannya dengan mempergunakan alat pengukur otomatis
serta petunjuk-petunjuk pabrik mengenai penggunaannya. Istilah kimia, rumus-
rumus, jumlah bahan yang aktif, ukuran yang harus dipakai, dan efek mengenai
bertambah atau berkurangnya penggunaan dosis bahan-bahan secara terus
menerus pada sifat-sifat fisik dan kimia beton basah dan yang sudah mengeras
akan diserahkan kepada Direksi Lapangan untuk mendapat persetujuan. Penyedia
harus menyediakan contoh-contoh dan melaksanakan pengujian-pengujian
tersebut sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Lapangan sebelum penggunaan
admixture diijinkan dipakai pada pelaksanaan pekerjaan. Seluruh pengambilan
contoh dan pelaksanaan pengujian menjadi tanggungan Penyedia.
C. Tempat Adukan
Pengadukan dari semua semen serta agregat kasar dan halus harus dilakukan
dalam mesin pengaduk beton yang disetujui dan yang mempunyai alat
pengatur/petunjuk berat. Air yang dimasukkan ke dalam mesin pengaduk ini harus
disalurkan dari tangki yang mempunyai pengukur sehingga pemberian air dapat
dilakukan dengan tepat. Kadar kelembaban dari agregat harus diperhitungkan
sehingga jumlah air yang akan dimasukkan dapat ditentukan dengan tepat. Kadar
kelembaban setiap agregat biasanya ditentukan dua kali sehari yaitu sekali di
waktu pagi dan sekali di waktu siang atau pada waktu-waktu lain yang dianggap
perlu oleh Direksi Lapangan. Toleransi untuk pengadukan harus dalam batas 2 %
untuk semen dan 3 % untuk agregat.
E. Spesi
Campuran spesi harus dibuat dari semen Portland biasa dan pasir yang
disetujui dan harus diaduk dengan perbandingan yang ditentukan berdasarkan
perbandingan campuran 400 kg semen dalam satu meter kubik spesi
(perbandingan semen pasir 1 : 2). Semen Portland yang mengeras dengan cepat
dipakai pada pekerjaan spesi untuk perlindungan tiang terhadap karat. Jumlah air
yang dipakai dalam campuran harus disetujui oleh Direksi Lapangan dan
merupakan kebutuhan minimum untuk suatu pekerjaan/maksud tertentu.
F. Peralatan Pengaduk Beton (Plant)
Peralatan pengaduk beton harus sesuai, baik tipe maupun kapasitasnya, dan yang
direncanakan khusus untuk tujuan tersebut. Kemampuan peralatan pembuat beton
ini harus memenuhi persyaratan Direksi Lapangan. Waktu pengadukan harus lebih
dari 1,5 menit dalam hal menggunakan pengaduk yang dapat dimiringkan (tiling
mixer) dan lebih dari satu menit jika menggunakan forced mixer. Jika waktu
pengoperasian yang ditentukan telah diperpanjang lebih dari 3 kali, maka
pengoperasian mixer harus segera dihentikan. Tidak boleh dilakukan penambahan
bahan lagi ke dalam mixer sampai seluruh beton dikeluarkan dan dibersihkan. Jika
Penyedia menganggap lebih cocok untuk menggunakan mixer yang lebih kecil
untuk pekerjaan khusus atau bagian- bagian pekerjaan yang jauh letaknya, maka
hal ini dapat disetujui oleh Direksi Lapangan hanya bila mixer yang lebih kecil ini
juga dilengkapi dengan alat timbangan. Dalam keadaan biasa, pengadukan beton
dengan mempergunakan tangan tidak diijinkan, tapi bila jumlah beton yang dicor
sedikit atau untuk bagian pekerjaan yang dianggap kurang penting, pengadukan
dapat dilakukan dengan tangan, hal ini sepenuhnya tergantung kepada
pertimbangan Direksi Lapangan.
G. Pengangkutan
Semua beton yang baru diaduk dan semua spesi harus diangkut secepat mungkin
dari mixer untuk menjamin tidak akan terjadi blending atau segregasi dari
campuran agregat serta menjamin slump akan sesuai dengan nilai-nilai yang
ditentukan. Jika dipergunakan kereta dorong atau trolley maka jalan untuk kereta
dorong atau trolley tersebut harus dibuat rata agar beton tidak bersegregasi
selama diangkut. Pemompaan beton dapat dilakukan jika Direksi Lapangan
menyetujuinya. Setiap perubahan perbandingan untuk campuran yang dianggap
perlu dilakukan agar beton dapat dipompa, harus dilaksanakan oleh Penyedia dan
sepenuhnya menjadi tanggungannya. Tempat pengadukan yang terapung
(floating) atau truk pengaduk akan dipakai untuk pengangkutan beton yang
digunakan pada pekerjaan-pekerjaan laut, cara pengangkutannya harus disetujui
oleh Direksi Lapangan.
H. Penempatan dan Pemadatan
Sebelum pekerjaan beton dimulai, penulangan atau barang-barang lain yang harus
berada di dalam beton harus dibersihkan dari semua macam kotoran. Semua
cetakan dan pengatur jarak harus diperiksa dengan teliti dan ruang yang akan diisi
beton harus betul-betul dibersihkan. Pekerjaan pengecoran di bagian manapun
dari pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum persiapan- persiapannya disetujui dan
ijin pengecoran diberikan oleh Direksi Lapangan. Pengecoran beton selalu harus
diawasi langsung oleh Mandor (foreman) yang berpengalaman. Penyedia harus
memberitahukan kepada Direksi Lapangan bila akan mengecor. Beton harus dicor
sedemikian rupa sehingga dalam satu bagian pekerjaan, permukaannya rata.
Penempatan di dalam lapisan-lapisan horisontal tidak boleh melebihi tebal 40 cm
(setelah dipadatkan), kecuali ditentukan lain oleh Direksi Lapangan. Pengecoran
beton harus dilakukan terus menerus antara tempat sambungan yang
direncanakan atau disetujui tanpa berhenti termasuk waktu malam. Jika dipakai
corong-corong untuk mengalirkan beton maka kemiringan corong harus dibuat
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi segregasi dan harus disediakan selang-
selang penyemprot atau plat-plat peluncur agar tidak terjadi segregasi selama
pengecoran. Beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketingggian lebih dari 1,5 m.
Kecepatan pengecoran harus sedemikian rupa sehingga tebalnya tidak kurang dari
0,5 m per jam dan tidak lebih dari 1,5 m, kecuali disetujui oleh Direksi Lapangan.
Penggetar (vibrator) yang disediakan harus cukup dalam jumlah, ukuran, dan
kapasitasnya sesuai dengan banyaknya beton yang dicor, ukuran-ukuran
beton, dan penulangannya. Vibrator ini harus dapat bekerja dengan baik di dalam
bekisting serta sekeliling penulangan dan barang-barang lain yang diletakkan
didalam tanpa harus memindahkannya. Penggetaran yang berlebihan (over
vibration) yang menyebabkan segregasi, permukaan yang keropos, atau
kebocoran melalui bekisting harus dihindarkan.
I. Siar Deletasi
Beton harus dicor secara terus menerus sampai pada siar deletasi, letak dan
pengaturan siar deletasi ditunjukkan dalam gambar-gambar atau seperti yang
disetujui Direksi Lapangan. Apabila siar deletasi harus dibuat selain yang
ditunjukkan oleh gambar, karena kerusakan mesin pengaduk beton, atau keadaan
yang tidak terduga, maka harus dibuat bulk-head sedemikian rupa sehingga
arahnya tegak lurus ke arah tegangan-tegangan utama. Apabila letaknya
berdekatan dengan tumpuan atau lokasi lain yang dianggap Direksi Lapangan
tidak dikehendaki, maka pengecoran harus dihentikan dan beton baru tersebut
harus dibongkar sampai tempat yang dianggap baik. Apabila pengecoran harus
dilanjutkan pada permukaan beton yang sudah mengeras maka permukaan beton
tersebut harus dikasarkan, kemudian dibersihkan dari bagian-bagian yang lepas
dan kotoran- kotoran lainnya, disemprot dengan air, dilapisi adukan semen yang
sama kualitasnya dengan adukan beton, baru dilanjutkan pengecoran. Beton baru
harus dipadatkan secara baik pada bidang pertemuan tersebut.
J. Pengisi Sambungan
Apabila digunakan pengisi sambungan beton, maka Penyedia harus mengikuti
rekomendasi pabrik pembuatnya pada lokasi siar deletasi seperti yang ditunjukkan
dalam gambar.
K. Selimut Beton
Tebal selimut beton minimum untuk setiap jenis stuktur adalah sebagai berikut
a. Struktur beton yang tidak berhubungan dengan air dan tanah : 3,0 cm.
b. Struktur beton yang berhubungan langsung dengan air dan tanah : 5,0 cm
L. Pengeringan Beton
Selama proses pengerasan pertama, beton harus dilindungi dari pengaruh panas
matahari yang merusak, hujan, air yang mengalir, atau angin yang kering.
Perlindungan harus segera diberikan setelah pengerasan beton dengan metoda
yang dianggap praktis atau dari beberapa metoda di bawah ini.
a. Permukaan beton harus ditutup dengan karung, kanvas atau bahan sejenis,
atau lapisan pasir yang harus terus menerus dibasahi selama 10 hari untuk
beton dengan semen Portland biasa.
b. Setelah seluruh permukaan beton dibasahi, kemudian ditutup dengan lapisan
kertas kedap air yang disetujui Direksi atau membran plastik yang harus tetap
menutup pada beton selama 10 hari untuk beton dengan semen Portland biasa.
c. Kecuali untuk pengeringan permukaan-permukaan beton dimana untuk
pengecoran selanjutnya tersambung melalui lekatan, pengeringan betonharus
menggunakan lapisan membran pengering yang disetujui Direksi Lapangan.
Cara penggunaannya adalah dengan semprotan tekanan rendah sesuai
dengan rekomendasi pabrik pembuatnya. Membran pengering pada
permukaan- permukaan horisontal harus segera dipasang setelah pengecoran
beton dan pada permukaan-permukaan vertikal harus segera dipasang setelah
pelepasan bekisting. Membran pengering ini dipasang dua lapis tanpa
lubang-lubang pengikat.
Metoda c di atas juga digunakan untuk pengeringan sisi bawah balok dan plat.
Direksi Lapangan dapat mensyaratkan penggunaan membran ini untuk permukaan
yang vertikal atau miring. Biaya proses pengeringan ini harus sudah tercakup
dalam harga satuan pekerjaan beton. Dalam cuaca yang luar biasa atau pada
kondisi khusus, lama pengeringan dapat diubah oleh Direksi Lapangan tanpa
adanya pembayaran tambahan kepada Penyedia. Air yang digunakan untuk tujuan
pengeringan harus dari kualitas yang sama dengan air untuk adukan beton dan
tidak boleh meninggalkan bekas/warna pada permukaan beton.
M. Bekisting dan Penyelesaian Permukaan Beton
M.1. Perencanaan Konstruksi Bekisting
Penyedia harus menyerahkan rencana konstruksi bekisting kepada Direksi
Lapangan untuk memperoleh persetujuannya sebelum pembuatan beton.
Meskipun persetujuan Direksi Lapangan untuk rencana konstruksi bekisting
tersebut telah diberikan, Penyedia tetap bertanggungjawab terhadap pekerjaan
perancah dan bekisting. Konstruksi bekisting harus cukup kuat untuk menahan
beban mati dan beban hidup yang bekerja, tekanan beton dalam keadaan
basah, dan getaran-getaran, tanpa mengalami distorsi. Bekisting harus
direncanakan sekaligus untuk memperoleh bentuk penyelesaian permukaan
yang sesuai dengan gambar dan harus diperhitungkan untuk mencapai elevasi-
elevasi permukaan beton. Bekisting di bawah muka air tinggi harus kedap air dan
dapat menahan beban-beban akibat pengaruh pasang surut dan gelombang.
M.2. Bahan Bangunan untuk Bekisting
M.2.1. Bekisting Kelas A
Harus menggunakan sambungan alur dan lidah, kayu yang cukup tebal dan
kering udara atau plywood dengan permukaan yang keras, baja, plastik
kaku, atau bahan-bahan lain yang disetujui Direksi Lapangan. Permukaan
bahan-bahan bekisting tersebut harus rata dan bebas dari cacat-cacat pada
sisi yang akan berhubungan dengan beton. Bekisting ini digunakan untuk
permukaan beton dengan penyelesaian permukaan yang akan ditampakkan.
Bila menggunakan bahan kayu untuk bekisting kelas A, bahan kayu tersebut
tidak boleh digunakan lebih dari 3 kali.
M.2.2. Bekisting Kelas B
Harus menggunakan kayu gergajian yang kering udara dengan baik atau
bahan lain yang disetujui Direksi Lapangan. Bekisting ini digunakan untuk
permukaan yang tidak akan ditampakkan. Bekisting ini tidak boleh digunakan
lebih dari 5 kali.
Bahan bangunan lain untuk bekisting dan pelaksanaannya akan menjadi
tanggungjawab Penyedia dan harus mendapat persetujuan dari Direksi
Lapangan. Klem untuk bekisting harus dari produksi pabrik yang dikenal dan
batang baja pengikatnya harus dari kualitas yang memadai. Kawat pengikat
dan pipa PVC atau pipa plastik tidak diijinkan untuk digunakan.
M.3. Cara-Cara Pelaksanaan Bekisting
Sebelum pembuatan bekisting, Penyedia harus membuktikan bahwa rencana
bekisting telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang diminta serta sesuai
dengan rencana pengecorannya termasuk jenis atau produksi batang-batang
pengikat atau klem yang akan digunakan. Panel-panel bekisting atau papan-
papan penutup beton yang akan ditampakkan harus dipasang dengan pola yang
teratur yang disetujui Direksi Lapangan. Semua sambungan pada bekisting
harus rapat untuk mencegah kebocoran adukan dan terbentuknya bekas
sambungan dan sarang-sarang agregat pada permukaan beton. Lubang untuk
inspeksi bagian dalam bekisting dan lubang untuk membuang air yang digunakan
sebagai pembersih, harus dengan mudah ditutup kembali sebelum pengecoran.
Batang baja yang dibuat secara khusus untuk digunakan sebagai tie rod atau
sebagai alat pengatur jarak (internal spacer) yang telah disetujui Direksi
Lapangan, harus ditempatkan pada tempat-tempat yang telah ditetapkan dan
sedemikian rupa sehingga mudah diangkat, baik seluruhnya maupun sebagian.
Jika bekisting terbuka atau terdapat lubang-lubang, maka harus diisi dengan
spesi dan harus dicocok dengan baik. Penyedia tidak diijinkan menggunakan
spacer plastik. Bagian-bagian dari metal pengikat dan spacer yang akan
tinggal di dalam beton, jaraknya tidak boleh kurang dari 5 cm dari permukaan
beton. Bekisting untuk balok dan plat harus dibuat sedemikian rupa sehingga
bekisting pada sisi balok dan penyangga bekisting plat dapat dilepas tanpa
mengganggu penyangga bekisting baloknya. Seluruh pipa-pipa, baut-baut,
pekerjaan- pekerjaan besi, dan hal-hal lain yang harus ditanam di dalam beton
atau menembus beton, harus ditempatkan dengan teliti di dalam bekisting, harus
dipotong dengan baik dan disesuaikan dengan sambungan-sambungan, serta
harus dibuat kedap air dimana perlu untuk mencegah keluarnya adukan.
Demikian pula perlengkapan-perlengkapan (alat-alat lain untuk membuat
lubang, kantong, alur-alur, dan lain-lain) harus ditempatkan pada bekisting
sebelum beton yang basah mencapai tempatnya. Bagian dalam dari bekisting
harus dibuat atau dikerjakan sedemikian rupa sehingga mengurangi melekatnya
beton. Jika dipakai minyak atau bahan-bahan serupa maka harus diusahakan
agar tidak mengenai baja tulangan. Jika tidak mempergunakan kayu yang telah
direndam air, maka bekisting harus dibasahi seluruhnya sebelum dimulai
pengecoran. Sebelum pengecoran beton dimulai, semua bekisting harus
disemprot dengan udara sampai bersih untuk menghilangkan kotoran-kotoran,
serutan-serutan, kotoran-kotoran gergaji, dan sampah-sampah lain. Udara yang
dipompakan harus bebas dari minyak. Semua bekisting harus diperiksa dan
disetujui oleh Direksi Lapangan sebelum dilakukan pengecoran.
M.4. Pembukaan Bekisting
Bekisting tidak boleh dibuka tanpa persetujuan Direksi Lapangan, tapi ijin ini tidak
berarti bahwa Penyedia dibebaskan dari tanggungjawab terhadap kekuatan dan
keamanan konstruksi. Pembukaan bekisting harus dilaksanakan dengan hati-
hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Sebelum penyangga
bekisting dilepas, beton akan diperiksa dengan membuka bekisting sisi atau
dengan salah satu cara lain seperti yang diminta oleh Direksi Lapangan. Hal ini
dilakukan untuk meyakinkan bahwa beton telah mengeras. Bekisting yang tidak
menahan beban dapat dibuka setelah 24 jam dengan syarat bahwa beton sudah
cukup kuat dan tidak rusak serta sudah dilakukan persiapan-persiapan yang
cukup untuk pengeringan. Bekisting yang menahan beban dapat dibuka jika
contoh beton yang dikeringkan di tempat pekerjaan dalam keadaan yang sama
dengan keadaan sebenarnya mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan
beban yang harus dipikul selama atau setelah bekisting dibuka dan bila Direksi
Lapangan telah mengangap bahwa syarat-syarat yang diminta yang
berhubungan dengan ini telah dipenuhi. Pembukaan bekisting dan konstruksi
pembantunya harus dilaksanakan secara bertahap tanpa menimbulkan
gangguan pada beton. Pelaksanaannya harus diawasi oleh pengawas yang
benar-benar berpengalaman. Beton yang memikul beban yang dianggap sudah
cukup kuat sehingga bekistingnya dapat dibuka ialah bila contoh beton yang
dibuat dari beton yang dimaksud dan dikeringkan di tempat pekerjaan telah
mencapai kekuatan tekan hancur yang nilainya lebih besar dari setengah
kekuatan beton rencana 28 hari. Waktu untuk pembukaan bekisting yang
diberikan pada daftar di bawah ini adalah waktu minimum yang diperlukan untuk
beberapa kasus, tetapi harus diingat bahwa daftar ini hanya diberikan sebagai
gambaran saja, sedangkan waktu pembukaan bekisting yang dibutuhkan dapat
berbeda-beda tergantung dari keadaan cuaca dan lain-lain.
Waktu Pembukaan Bekisting (Minimum) :
- Dinding : 7 hari
- Plat : 14 hari
- Balok : 14 hari
- Kolom : 28 hari
Waktu minimum pembukaan bekisting untuk beton dengan semen Portland yang
mengandung bahan pengeras cepat adalah separuh dari waktu yang tertulis
dalam daftar di atas apabila penggunaan semen seperti itu mendapat
persetujuan Direksi Lapangan. Konstruksi beton tidak boleh diberi beban atau
tekanan sebelum mendapat ijin dari Direksi Lapangan. Pekerjaan akan diperiksa
oleh Direksi Lapangan setelah bekisting dibuka dan sebelum dilakukan
perbaikan-perbaikan atas pekerjaan tersebut.
M.5. Toleransi dan Cacat pada Beton
Toleransi yang diijinkan untuk pekerjaan yang rata, tidak boleh melebihi batas-
batas yang disebut dalam daftar di bawah ini. Meskipun dalam daftar dinyatakan
batas-batas toleransi secara terinci, lebih diutamakan penggunaan toleransi
yang dinyatakan secara khusus dalam gambar. Jika perlu Direksi Lapangan
dapat mengharuskan pemakaian toleransi yang lebih kecil. Jika menurut
pandangan Direksi Lapangan bekisting pecah berlubang, bengkok, menekuk,
tidak rata, atau rusak sehingga dapat merusak penampilan beton, merusak
kekokohan, atau lurusnya bekisting, maka bekisting ini akan ditolak.
Contoh-contoh Toleransi yang Diijinkan :
Macam Toleransi Nilai Toleransi
Perbedan dalam ukuran potongan melintang pada +6 mm
bagian-bagian struktural
Penyimpangan dari alignment seperti tertera pada +10 mm
gambar (ujung ke ujung)
Penyimpangan dari level permukaan puncak seperti +10 mm
tertera pada gambar(ujung ke ujung)
Penyimpangan dari level permukaan sebelah bawah +10 mm
seperti tertera pada gambar (ujung ke ujung)
Perbedaan-perbedaan ukuran dari yang tertera +3 mm
padagambar yang diukur dari sebuah patok ukur

N. Penulangan
N.1. Gambar Kerja
Gambar-gambar kerja, daftar pembengkokan tulangan, dan gambar-gambar
penempatan tulangan harus disiapkan oleh Penyedia dan disampaikan kepada
Direksi Lapangan sebelum pelaksanaan pekerjaan, untuk mendapat
persetujuannya. Detail-detail mengenai ini harus sesuai dengan persyaratan dari
BS 4466, SSC (JSCE) 138, dan PBI NI-2 1971. Persetujuan yang telah diberikan
oleh Direksi Lapangan tidak membebaskan Kontraktor dari tanggungjawab
mengenai ketelitian dan atau kelengkapan pekerjaan detail.
N.2. Teknik Pelaksanaan
Cara pembengkokan tulangan harus mengikuti BS 4466, SSC (JSCE) 138, dan
PBI NI-2 1971 kecuali ditentukan lain. Tulangan tidak boleh dibengkokkan bila
telah ditempatkan di pekerjaan meskipun tulangan tersebut sebagian ditempatkan
pada beton yang telah mengeras, kecuali ditentukan lain oleh Direksi
Lapangan. Tulangan harus diletakkan dengan teliti dengan menggunakan
penopang dan dudukan yang diikat erat kepadanya. Batang-batang tulangan
yang harus saling berhubungan harus diikat dengan binding wire (bindraad)
seperti yang ditentukan. Jenis penopang dan dudukan yang dipakai harus
mendapat persetujuan Direksi dan setiap bagian dari penopang logam atau
dudukan harus sedikitnya mempunyai beton dekking (cover) yang sama
dengan tulangan. Penopang dari mortar harus sama kekuatannya dengan beton
yang akan dicor. Binding wire tidak boleh keluar dari beton. Tulangan hanya boleh
disambung pada tempat-tempat yang telah ditentukan seperti dalam gambar atau
tempat-tempat yang disetujui oleh Direksi Lapangan. Panjang sambungan harus
sesuai dengan persyaratan BSCP 110 atau SSC (JSCE) 20 dan PBI NI-2 1971
kecuali ditentukan lain dalam gambar. Sebelum pelaksanaan pengecoran,
penulangan harus diperiksa mengenai ketepatan penempatan serta
kebersihannya, dan kalau perlu harus dibetulkan. Beton tidak boleh dicor sebelum
penulangan diperiksa dan sebelum ijin pengecoran diberikan oleh Direksi
Lapangan. Tulangan-tulangan yang menonjol selama pekerjaan sedang
berlangsung atau telah selesai dikerjakan, tidak boleh dibengkokkan tanpa
persetujuan Direksi Lapangan dan harus dijaga agar tidak bengkok atau rusak
dengan jalan mengikatnya pada penyangga atau tumpuan-tumpuan lain.
Tulangan yang menonjol dalam arah horisontal pada siar-siar konstruksi harus
ditumpu dalam posisi yang benar selama pengecoran dengan menyediakan
penyangga yang cukup dan bagian-bagian pembuat jarak dimana tulangan
akan diikatkan dan ditahan ditempatnya. Penutup beton untuk tulangan harus
seperti yang tertera pada gambar. Toleransi yang diijinkan adalah +4 mm.
BAB IV
PEKERJAAN TIANG PANCANG

A. Jenis dan Ukuran


Jenis dan ukuran tiang pancang yang dipakai adalah pipa baja dengan ukuran
sesuai gambar rencana dengan ketebalan 12 mm.
B. Persyaratan
1. Toleransi Titik Pancang
a. Tiang pancang harus ditempatkan sebagaimana yang ditunjukkan dalam
gambar rencana. Penggeseran lateral kepala tiang pancang dari posisi yang
ditentukan tidak boleh melampaui 75 mm dalam segala arah.
b. Penyimpangan arah vertikal atau kemiringan yang disyaratkan tidak boleh
lebih melampaui 20 mm per meter (yaitu 1 dalam 50).
Bila toleransi dilampaui, tiang harus diperbaiki, diperkuat dengan konstruksi
tertentu, dicabut atau lain sebagainya sesuai dengan keputusan Direksi, dengan
biaya Pelaksana.
2. Metode
Tiang pancang dapat dipancang dengan setiap jenis palu, asalkan tiang
pancang tersebut dapat menembus masuk pada kedalaman yang telah
ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah ditentukan, tanpa kerusakan.
Kepala tiang pancang baja harus dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel
palu, topi baja, bantalan topi katrol dan tiang pancang harus mempunyai sumbu
yang sama dan harus terletak dengan tepat satu diatas lainnya. Tiang pancang
termasuk tiang pancang miring harus dipancang secara sentris dan diarahkan
dan dijaga dalam posisi yang tepat. Semua pekerjaan pemancangan harus
dihadiri oleh Direksi Teknis dan palu pancang tidak boleh diganti dan
dipindahkan dari kepala tiang pancang tanpa pesetujuan dari Direksi Teknis.
Tiang Pancang harus dipancang sampai kedalaman yang memiliki N-SPT> 60
dan menembus sedalam 2D. Bilamana ketentuan rancangan tidak dapat
dipenuhi, maka Direksi Teknis dapat memerintahkan untuk menambah jumlah
tiang pancang dalam kelompok tersebut sehingga beban yang dapat didukung
setiap tiang pancang tidak melampaui kapasitas daya dukung yang aman, atau
Direksi Teknis dapat mengubah rancangan bangunan bawah trestle bilamana
dianggap perlu.
Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis gravitasi, uap, atau diesel. Berat
palu harus dua kali berat tiang.
Tinggi jatuh palu tidak boleh melampaui 2,5 meter atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Teknis. Alat pancang dengan jenis gravitasi, uap atau
diesel yang disetujui, harus mampu memasukkan tiang pancang tidak kurang
dari 3 mm untuk setiap pukulan pada 15 cm dari akhir pemancangan dengan
daya dukung yang diinginkan sebagaimana yang ditentukan dari rumus
pamancangan yang disetujui, yang digunakan oleh Kontraktor. Energi total alat
tiang pancang tidak boleh kurang dari 970 kgm per pukulan.
Penumbukan dengan tinggi jatuh yang lebih kecil dari 1,2 m harus digunakan
bilamana terdapat dalam kondisi berikut :
▪ Terdapat lapisan tanah keras dekat permukaan tanah yang harus ditembus
pada saat awal pemancangan untuk tiang pancang yang panjang.
▪ Terdapat lapisan tanah lunak yang dalam sedemikian hingga penetrasi yang
dalam terjadi pada setiap penumbukan.
▪ Tiang pancang diperkirakan sekonyong-konyongnya akan mendapat
penolakan akibat batu atau tanah yang benar-benar tak dapat ditembus
lainnya.
3. Penghantar Tiang Pancang (Leads)
Pengahantar tiang pancang harus dibuat sedemikian hingga dapat memberikan
kebebasan bergerak untuk palu dan penghantar ini harus diperkaku dengan tali
atau palang yang kaku agar dapat memegang tiang pancang selama
pemancangan. Penghantar tiang pancang, sebaiknya mempunyai panjang yang
cukup sehingga penggunaan bantalan topi tiang pancang panjang tidak
diperlukan. Penghantar tiang pancang miring sebaiknya digunakan untuk
pemancangan tiang pancang miring.
4. Bantalan Topi Tiang Pancang (Follower)
Pemancangan tiang pancang dengan bantalan topi tiang pancang Panjang
sedapat mungkin harus dihindari, dan hanya akan dilakukan dengan
persetujuan terlulis dari Direksi Teknis.
5. Perpanjangan Tiang Pancang
Perpanjangan tiang pancang baja harus dilakukan dengan pengelasan.
Pengelasan harus dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan penampang
baja semula dapat ditingkatkan. Sambungan harus dirancang dan dilaksanakan
dengan cara sedemikian hingga dapat menjaga alinyemen dan posisi yang
benar pada ruas-ruas tiang pancang.
BAB V
PEKERJAAN PROTEKSI TIANG PANCANG

Perlindungan terhadap korosi untuk struktur baja dan tiang pancang baja yang terletak
pada daerah pasang surut (splash zone)
A. Persiapan Permukaan
Permukaan yang akan diberikan perlindungan harus dibersihkan dengan alat dan
metode yang sesuai. Pembersihan tersebut dapat menggunakan peralatan manual
dengan tangan (hammer, wire brush) atau bisa juga dilakukan dengan Power Tools
seperti drivern rotary poer tools. Jika diburuhkan peralatan water blasting dapat
digunakan.
Permukaan yang akan diberi perlindungan harus :
▪ Bersih
▪ Bebas dari tumbuhan laut
▪ Bebas dari kerusakan dan coating yang rusak
▪ Bebas dari karat yang dapat mengelupas.
▪ Karat yang masih melekat kuat tidak harus dibersihkan
▪ Permukaan tersebut harus dibuat halus, tidak diijinkan adanya permukaan
yang tajam.
Setelah semua tumbuhan laut, karat yang mengelupas, dan coating yang rusak
dibersihkan, selanjutnya dilakukan pengecekan terhadap permukaan yang
seharusnya tidak ada permukaan yang tajam pada lokasi dimana perlindungan
akan diberikan.
B. Prime Coating
Komponen utama dalam perlindungan ini adalah prime coating. Material ini
berfungsi untuk memindahkan kelembaban, passivates surface oxides, mengisi
permukaan yang tidak sempurna dan menjamin lekatan yang kuat antara wraping
material dengan permukaan baja.
Setelah pekerjaan persiapan telah selesai selanjutnya dilakukan pekerjaan prime
coating yang diaplikasikan pada permukaan dengan sarung tangan dan power roller
dengan ketebalan sekitar 0.5 kg per meter persegi. Proses aplikasinya harus
dilakukan dengan gerakan memutar agar lapisan tersebut dapat mengisi semua
permukaan dan rongga yang ada.

Anda mungkin juga menyukai