Anda di halaman 1dari 16

DINAS PERHUBUNGAN ACEH

Jl. Mayjend. T. Hamzah Bendahara No. 52


Banda Aceh

RENCANA KERJA SYARAT-SYARAT (RKS)

PENATAAN AREAL PARKIR KENDARAAN DI


PELABUHAN PENYEBERANGAN KUALA BUBON

SUMBER DANA APBA


TAHUN ANGGARAN 2022
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)

BAB I
DATA PROYEK
Tujuannya dari pedoman pelaksanaan Pekerjaan Penataan Areal Parkir Kendaraan Di Pelabuhan
Penyeberangan Kuala Bubon ini adalah untuk dapat dilaksanakan pekerjaan tersebut secara optimal
dan tepat sasaran. Lokasi pekerjaan di Pelabuhan Penyeberangan Kuala Bubon Kabupaten Aceh
Barat Provinsi Aceh.
Perincian bagian pekerjaan yang dilaksanakan didasarkan pada gambar rencana, BQ dan RKS yang
menjadi bagian tidak terpisahkan dari rencana kerja dan syarat-syarat ini. Kepada Kontraktor
Pelaksana sebelum menawarkan pekerjaan ini diharapkan berinisiatif sendiri untuk meninjau lokasi
pekerjaan.
Gambar-gambar untuk tender terdiri dari set gambar perencanaan. Ukuran satuan yang
dipergunakan dalam spesifikasi, bill of quantity dan gambar-gambar tender adalah satuan metrik.
BAB II
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN
A. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan dari pelaksanaan pekerjaan ini secara umum meliputi pelaksanaan pekerjaan
parkir kendaraan roda dua dan pekerjaan pintu pagar pembatas kendaraan dan penumpang.
Kegiatan Pemeliharaan Rutin harus dimulai sejak tanggal mulai kerja sampai dengan Serah Terima
Pekerjaan Sementara (Provisional Hand Over). Kegiatan-kegiatan ini meliputi pekerjaan yang
bersifat untuk mencegah setiap kerusakan lebih lanjut namun tidak dimaksudkan untuk
mengembalikan kondisi pekerjaan ke kondisi semula atau ke kondisi yang lebih baik dari semula.
Pekerjaan Pengembalian Kondisi harus dimulai paling lambat 30 hari sejak tanggal mulai kerja dan
dalam periode mobilisasi dan dimaksudkan untuk mengembalikan bangunan lama yang ada ke suatu
kondisi yang dapat digunakan, konsisten dengan kebutuhan normal untuk bangunan pelabuhan
menurut jenisnya.

Lingkup pekerjaan termasuk seluruh pekerjaan yang terkait dengan penanganan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) konstruksi serta pengamanan lingkungan hidup.
BAB III
SPESIFIKASI PELAKSANAAN PEKERJAAN
A. PEKERJAAN PERSIAPAN

1. PAPAN NAMA PROYEK


Pemasangan papan nama proyek harus mencantum semua informasi yang jelas tentang
kegiatan proyek minimal memuat nama pekerjaan, tanggal dimulainya dan berakhirnya
kontrak, jumlah waktu pelaksanaan,sumber dana dan nama Kontraktor Pelaksana
pelaksana.
2. PENGUKURAN
Pelaksana harus sudah memperhitungkan biaya untuk pengukuran dan penelitian
ukuran tata letak atau ketinggian bangunan (Bouwplank), termasuk penyediaan BM atau
Line Offset Mark, pada masing-masing lantai bangunan.
Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada pengawas agar dapat ditentukan sebagai
pedoman atau referensi dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana dan
persyaratan teknis.
3. PPTK KEET/GUDANG
Pelaksana harus menyediakan kantor pengelola proyek lengkap dengan
peralatan/perabotan serta fasilitas-fasilitas kerja lainnya yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan proyek.
Pelaksana juga harus menyediakan alat-alat kerja pengelola proyek di lapangan.
PPTK keet/kantor pengeloa proyek, kantor dan gudang Pelaksana, pompa air kerja adalah
merupakan sarana penunjang dalam pelaksanaan proyek dan merupakan yang dipakai
habis pada saat selesai pekerjaan.
4. KANTOR DAN GUDANG PELAKSANA
Pelaksana harus membuat kantor di lokasi proyek untuk tempat bagi wakil Pelaksana
bekerja, dilengkapi dengan peralatan kantor yang dibutuhkan.
Pelaksana juga harus menyediakan gudang dengan luas yang cukup untuk menyimpan
bahan-bahan bangunan dan peralatan-peralatan agar terhindar dari gangguan cuaca dan
pencurian.
Penempatan kantor dan gedung Pelaksana harus diatur sedemikian rupa, agar mudah
dijangkau dan tidak menghalangi pelaksanaan pekerjaan.
5. ADMINISTRASI DAN DOKUMENTASI
Pelaksana harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi serta
pengirimannya ke pemberi tugas serta pihak-pihak lain yang diperlukan.
Yang dimaksudkan dengan pekerjaan dokumentasi adalah : Foto-foto proyek, berwarna,
minimal ukuran A4, untuk keperluan laporan bulanan yang dibuat oleh konsultan
pengawas, yang harus diserahkan pada saat penyampaian laporan progress dan laporan
serah terima pekerjaan (PHO).
6. KEAMANAN PROYEK
Pelaksana harus menjamin keamanan proyek baik untuk barang-barang milik Pelaksana,
pengawas atau pengelola proyek, serta menjaga keutuhan bangunan-bangunan
yang ada dari gangguan para pekerja Pelaksana ataupun kerusakan akibat pelaksanaan
pekerjaan.
Pelaksana harus menempatkan petugas-petugas keamanan dan harus selalu
mengadakan pemeriksaan pengamanan setiap hari setelah selesai pekerjaan.
Pekerja Pelaksana tidak diijinkan menginap di lokasi kecuali petugas keamanan
yang sedang bertugas pada malam hari.
7. BIAYA PENERAPAN K3
Biaya penerapan SMKK harus dimasukkan pada daftar kuantitas dan harga dengan besaran
biaya sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pengendalian dalam RKK.

B. PEKERJAAN PAGAR DAN PARKIR


1. PEKERJAAN BAJA
1.1 Umum
a. Pasal ini mengatur pelaksanaan pekerjaan baja berikut segala perlatan pendukung
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari spesifikasi pekerjaan beton.
b. Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana yang berpengalaman untuk
pekerjaan ini dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Kontraktor Pelaksana harus
mempunyai tenaga ahli yang berpengalaman untuk pekerjaan ini, sehingga dapat
mengatasi seluruh permasalahan yang timbul dilapangan dengan cepat dan benar.
c. Kontraktor Pelaksana harus melampirkan struktur organisasi dengan personil-personil
yang berpengalaman untuk pekerjaan ini dan menjamin bahwa personil yang diajukan
akan berada diproyek selama pekerjaan ini berlangsung.
d. Kontraktor Pelaksana harus melampirkan metode pelaksanaan serta alat-alat yang
akan digunakan dalam proyek ini dengan memperhatikan urutan dan kecepatan
pekerjaan sesuai dengan jadual.
e. Kontraktor Pelaksana wajib menyediakan peralatan tersebut dilokasi pekerjaan tepat
pada waktunya sehingga tidak menghambat pekerjaan lainnya.
f. Kontraktor Pelaksana sudah harus memperhitungkan secara cermat waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini, utamanya berkaitan dengan posisi
konstruksi baja yang terletak diatas bangunan, sehingga metode dan urutan
pelaksanaan menjadi hal yang menentukan.
1.2 Lingkup Pekerjaan

a. Tenaga kerja, material dan peralatan


Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan pagar baja, atap baja, mulai dari menyediakan
material, tenaga kerja, gambar kerja dan seluruh peralatan utama dan alat-alat bantu
yang diperlukan hingga pemasangan elemen baja sesuai dengan rencana secara benar
dan aman. Dalam pelaksanaan pekerjaan peralatan utama yang digunakan adalah las
listrik, mesin generator set / genset dan concrete mixer.

b. Pengukuran lapangan
Pekerjaan pengukuran yang mencakup kondisi lapangan yang ada, seperti hasil
pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan, maupun segala penyimpangan yang terjadi,
sehingga dalam gambar kerja seluruh kondisi lapangan dapat diantisipasi.

c. Tenaga ahli
Menyediakan tenaga ahli yang berpengalaman dilokasi pekerjaan, sehingga dapat
menyelesaikan segala masalah yang timbul di lapangan secara tepat dan benar.
d. Gambar Shop Drawing
Membuat gambar kerja secara detail, sebelum pekerjaan dimulai, termasuk
penyesuaian dengan kondisi lapangan sampai mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Pengawas.

e. Gambar terlaksana/ As built drawings


Setelah pekerjaan dilaksanakan, Kontraktor Pelaksana wajib membuat gambar
terlaksana sesuai dengan struktur yang dilaksanakan, dan diserahkan kepada Pemberi
Tugas Sesuai dengan Kontrak.

1.3 Peraturan-peraturan
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selnjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan
digunakan peraturan sebagai berikut :
- Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1984 (PPBBI)
- American Institute Of Steel Construction Specification (AISC)
- American Society for Testing ang Materials (ASTM)
- American Welding Society – Structural Welding Code (AWS)
- Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBBI – 1982)

1.4 Perhitungan Berat Baja


a. Berat Jenis Baja
Berat jenis baja adalah 7800 Kg/m3. Satuan berat elemen baja adalah sesuai dengan
yang tercantum didalam tabel pabrik pembuat.

b. Berat Baja di dalam BQ


Perhitungan berat baja dari baja harus dihitung berdasarkan volume (berat) netto sesuai
gambat struktur. Berat sisa atau “waste” akibat pemotongan atau pembentukan elemen-
elemen struktur diperhitungkan secara jelas didalam perhitungan volumen. Alat-alat
penyambung seperti las, baut dan angkur serta elemen lainnya tidak diperhitungkan
didalam perhitungan volume, tetapi harus diperhitungkan didalam harga satuan.

1.5 Material
a. Material galvanis dan standar
Baja dan semua alat penyambung (baut, angkur dan perlengkapannya) yang digunakan
harus digalvanis sesuai dengan ASTM jika tidak disebutkan secara detail, maka standar
yang digunakan adalah :
ASTM A 120.A53 : Pipe, Steel, Black and Hot-dipped, Zinc-Coated (Galvanized)
welded and Seamless for Ordinary Use.

ASTM A 153 : Zinc Coating (Hot- Dip) on Iron Steel and Hardware

ASTM A 384 : Practice for Safeguarding againts Warpage and Distortion during
Hot-Dip Galvanizing of Steel Assemblies.

ASTM A 385 : Providing High – Quality Zinc Coating (Hot-Dip)

ASTM E 376 : Practice for measuring coating Thickness by Magnetic field for
Eddy Current (Electromagnetic) Test Methode.

Berat coating harus sesuai dengan persyaratan ASTM A 153 Class A dan B

b. Baja
Semua material konstruksi baja harus menggunakan baja yang baru dan merupakan
“Hot rolled sturctural steel” dengan mutu baja ST 37 (PPBBI-83) atau ASTM A 36 ataq
SS 41 ( Jls. U 3101-1970 ) yang memiliki tegangan leleh (yield stress) minimal, Fy = 240
hipa dan tegangan tank ( tensile stress) Fu = 400 Mpa. Baja jenis ini umum disebut baja
karbon (Carbon Steel) yang mengandung karbon antara 0.25 – 0.29 %.Semua material
baja harus baru bebas/ bersih dari karat, lobang-lobang dan kerusakan lainnya, serta
juga harus lurus, tidak terpuntir, tidak ada tekukan, serta memenuhi syarat toleransi
sesuai dengan spesifikasi ini.

c. Baut
Kecuali ditentukan lain dalam gambar, baut penyambung yang digunakan adalah HTB
A325 yang memiliki tegangan tarik putus nominal antara 105-120 ksi (735 – 840 Mpa).
Baut penyambung harus merupakan material baru, dan panjang ulir harus sesuai
dengan yang diperlukan.Jika disebutkan khusus didalam gambar maka baut yang
dimaksudkan adalah type 325-X (ulir terletak diluar bidang geser). Baut harus dilengkapi
dengan 2 rind, masing-masing I bush pada kedua sisinya. Mutu pelat ring harus sesuia
dengan mutu baut.
d. Elektroda Las
Jika tidak disebutkan secara khusus didalam gambar struktur.Maka elektoda las yang
digunakan adalah E70XX sesuai dengan lokasi penggunaannya.

e. Angkur
Angkur harus memiliki ulir yang cukup sehingga pada saat digunakan benar-benar
dapat berfungdi secara benar.

1.6 Penggantian Profil/Penampang


Profil/ penampang baja yang digunakan adalah material yang ada dipasaran. Apabila
ternyata salah satu atau beberapa profil yang tergambar dalam gambar sruktur tidak
diperoleh, maka Kontraktor Pelaksana dapat mengganti profil tersebut dengan profil lain
yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Usulan perubahan tersebut harus dilengkapi
dengan perhitungan yang menunjukkan bahwa tinggi profil pengganti mempunyai tinggi
maksimal sama dengan profil original, sehingga tidak mengurangi ruang –ruang fungsional
dibawahnya.
Walaupun perubahan profil tersebut disetujui, Kontraktor Pelaksana tetap haru
mengantisipasi perubahan tersebut, agar tidak terjadi klaim terhadap waktu pelaksanaan
maupun biaya.

1.7 Toleransi dimensi, panjang dan kelurusan

a. Toleransi Dimensi
Dimensi yang tercantum didalam gambar rencana adalah dimensi sesuai dengan yang
tertera didalam tabel pabrik pembuat baja.Didalam pembuatan terjadi variasi yang
menyebabkan terjadinya perbedaan dengan dimensi rencana.Perbedaaan terhadap
panjang, lebar serta tebal diizinkan sebesar harga terkecil antara 1/32 inci (0.75 mm)
atau 5 % dari dimensi rencana.
b. Toleransi Panjang
Untuk elemen baja (balok, kolom) yang dipasang merangka satu terhadap lainnya,
toleransi panjang diizinkan sebesar 1/16 inci (1.5 mm) untuk elemen dengan panjang
kurang dari 9 meter dan sebesar 1/8 inci (3 mm) untuk panjang lebih dari 9.00 meter.
c. Toleransi kelurusan
Kelurusan dari elemen baja dibatasi sebesar 1/500 bentang diantara 2 titik tumpunya,
kecuali ditentukan lain oleh KP.
1.8 Pengujian Material
a. Contoh Material
Kontraktor Pelaksana wajib menyediakan contoh material (baja, baut dan lain-lain) untuk
diuji pada laboratorium yang disetujui oleh Konsultan Pengawas segala biaya pengujian
harus termasuk didalam penawaran yang diajukan.
b. Uji Pengelasan
Apabila dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas, maka akan dilakukan testing pada
hasil penjelasan. Tipe dan jumlah test untuk penjelasan disesuaikan dengan kebutuhan
sesuai AWS serta dilakukan atas biaya Kontraktor Pelaksana.

1.9 Perubahan Sistem Sambungan


Kontraktor Pelaksana dapat mengusulkan perubahan sistem sambungan yang secara
prinsip tidak mengurangi kekuatan dan keakuan struktur secara keseluruhan.Usulan tersebut
harus disertai dengan analisa/ perhitungan yang detail dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas sebelum dilaksanakan.Persetujuan tersebut tidak membebaskan Kontraktor
Pelaksana dari tanggung jawab atas kekuatan dan keakuan struktur serta akibat yang
ditimbulkannya.Tidak ada perubahan biaya apapun akibat perubahan sistem sambungan
yang disusulkan oleh Kontraktor Pelaksana dan Kontraktor Pelaksana tetap mempunyai
kewajiban untk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadual.
1.10 Proses Galvanis
a. Umum
- Hot-dip Galvanis harus dilakukan sesuai dengan standar ASTM.
- Material Hot-dip galvanis harus berlapis sempurna, tidak terkupas, tidak tergores dan
bebas segala benturan yang dapat merusak lapisan galvanis.
- Permukaan akhir setelah digalvanis harus dalam keadaan rata dan tebal lapisan
galvanis harus sama.

b. Persiapan Material
- Material yang akan digalvanis haru s bebas dari lemak, oli, karat, kerak las, dan
kotoran lain. Pembersihan permukaan harus dilakukan dengan material pembersih
seperti acid cleaners atau dengan cara blasting untuk menghilangkan semua kotoran
dari permukaan material.
- Acid Cleaning. Merupakan larutan hot sulphuric dengan kadar 6 – 10 % berat dengan
temperatur antara 40 – 65 derajat celcius.
- Abbrasive Blast Cleaning. Udara bertekanan yang akan disemprotkan haru sbebas
dari air dan oli. Blast cleaning tidak dapat menghilangkan kotoran berlemak, sehingga
kotoran tersbut harus dibersihkan sebelum blast cleaning dilakukan.
- Lapisan galvanis. Temperatur dan waktu proses harus dilakukan secara tepat agar
tidak kurang dari 550 gram per meter persegi material zinc terlapis pada permukaan.

c. Kunjungan untuk pemeriksaan


Konsultan Pengawas dan serta pemberi Tugas dapat melakukan pemeriksaan setiaap
saat kepabrik untuk memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan. Pemeriksaan tersebut
meliputi antara lain memerikasa secara visual dan juga mengukur dimensi profit sebelum
dan sesudah proses galvanis. Pabrik harus mempersiapkan formulir pemeriksaan yang
berisi rincian kegiatan yang harus dilakukan untuk menghasilkan kualitas yang baik.
d. Pemeriksaan
Lapisan permukaan material hasil galvanis secara visual harus terlihat rata dan halus,
tidak retak, cacat ataupun hasil kurang baik lainnya. Sedangkan tebal lapisan galvanis
harus diukur dengan magnetic thickness gage yang sudah di kalibrasi. Hasil
pemeriksaan harus didokumentasikan secara teratur.

1.11 Syarat-syarat pelaksanaan

a. Metode pelaksanaan
Kontraktor Pelaksana harus mempertimbangkan secara benar cara pengangkatan baja
dilokasi pekerjaan.

b. Gambar kerja/ Shop drawing


Sebelum Fabrikasi dimulai, Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar-gambar kerja
yang diperlukan dan menyerahkan gambar kerja untuk diperiksa dan disetujui Konsultan
Pengawas. Bilamana disetujui, Kontraktor Pelaksana dapat mulai pekerjaan fabrikasinya.
Pemeriksaan dan persetujuan Konsultan Pengawas atas gambar kerja tersebut hanya
menyangkut segi kekuatan struktur saja seperti :
- Ukuran/ dimensi profil, ketebalan plat-plat, ukuran/jumlah baut/las, tebal pengelasan.
Ketapatan ukuran-ukuran panjang, lebar, tinggi atau posisi dari elemen-elemen
konstruksi baja yang berhubungan dengan pengangkutan menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana. Dengan Supervisi, tidaklah berarti mengurangi kerja telah
disetujui Konsultan Pengawas, tidaklah berarti mengurangi atau membebaskan
Kontraktor Pelaksana dan tanggung jawab ketidak tepatan serta kemudahan dalam
erection elemen-elemen konstruksi baja.
- Pengukuran dengan skala dalam gambar sama sekali tidak diperkenankan.
- Pada gambar kerja harus sudah terlihat bagian-bagian tambahan yang diperlukan
untuk keperluan montase serta cara-cara montase yang direncanakan.

c. Fabrikasi
- Selama proses fabrikasi Konsultan Pengawas harus menempatkan staffnya yang
berpengalaman dalam fabrikasi baja secara penuh untuk mengawasi pelaksanaan
fabrikasi di bengkel kerja Kontraktor Pelaksana.
- Fabrikasi dari elemen – elemen konstruksi baja harus dilaksanakan oleh tukang-
tukang yang berpengalaman dan diawasi oleh mandor-mandor yang ahli dalam
Konstruksi Baja.
- Semua elemen-elemen harus difabrikasi sesuai dengan ukuran-ukuran dan/atau
bentuk yang diinginkan tanpa menimbulkan distorsi-distorsi atau kerusakan-
kerusakan lainnya dengan memperhatikan persyaratan untuk penanganan
sambungan-sambungan serta las di lapangan dan sebagainya.
- Pemotongan-pemotongan elemen-elemen harus dilaksanakan dengan rapi dan
pemotongan besi harus dilakukan dengan alat pemotong (brender) atau gergaji besi.
Pemotongan dengan mesin las lama sekali tidak diperbolehkan.

d. Tanda-tanda pada konstruksi baja


- Semua konstruksi baja yang telah selesai difabrikasikan harus dibedakan dengan
kode yang jelas sesuai bagian masing-masing agar dapat dipasang dengan mudah.
- Kode tersebut ditulis dengan cat agar tidak udah terhapus.
- Pelat-pelat sambungan dan bagian elemen lain yang diperlukan untuk sambungan-
sambungan dilapangan, harus dibaut/diikat sementara dulu pada masing-masing
elemen dengan tetap diberi tanda-tanda.

e. Pengelasan
- Pengelasan harus dilaksanakan sesuai AWS atau AISC Specificatioan dan baru
dapat dilaksanakan setelah mendapatkan ijin tertulis dari Konsultan Pengawas.
Pengelasan harus dilakukan dengan las listrik, bukan dengan las karbit.
- Kawat las yang dipakai adalah harus dari produk yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas. Ukuran kawat las disesuaikan dengan tebal pengelasan.
- Kontraktor Pelaksana harus menyediakan tukang las yang berpengalaman dengan
hasil pengalaman yang baik dalam melaksanakan konstruksi baja sejenis. Hal ini
harus dibuktikan dengan menunjukkan sertifikat yang masih berlaku.
- Kontraktor Pelaksana harus memperhatikan dengan seksama tipe dan ukuran las
yang tercantum didalam gambar (las sudut, las tumpul dan lain-lain), dan Kontraktor
Pelaksana harus mempunyai alat untuk mengukur tebal las sehingga dengan mudah
dapat diketahui apakah tebal las sudah sesuai dengan gambar atau tidak.
- Permukaan bagian yang akan dilas harus dibersihkan dari cat, minyak, karat dan
bekas-bekas potongan apai yang kasar dengan menggunakan mechanical wire
brush dan untuk daerah-daerah yang dapat digunakan sikat baja. Bekas potongan
api harus dihaluskan dengan mengggunakan gurinda agar permukaan baja menjadi
baik. Kerak bekas pengelasan harus dibersihkan dan disikat.
- Metode pengelasan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak timbul distorsi
dan tegangan residual pada elemen konstruksi baja yang dilas. Pengelasan pada
pertemuan elemen-elemen yang padat seperti pada tumpuan harus dilakukan
dengan teknik preheating.
- Pada pekerjaan las dimana terjadi banyak lapisan las (pengelasan lebih dari satu
kali), maka sebelum dilakukan pengelasan berikutnya lapisan terdahulu harus
dibersihkan dahulu dari kerak-kerak las/slag dan percikan-percikan logam yang ada.
Lapisan las yang berpori-pori atau retak atau rusak harus dibuang sama sekali.
- Untuk memudahkan pelaksanaan serta mendapatkan mutu pengelasan yang baik,
maka pada dasarnya semua pekerjaan pengelasan harus dilakukan di bengkel. Bila
akan mengadakan pengelasan lapanagan harus seijin tertulis dari Konsultan
Pengawas.
- Perhatian khusus diberikan pada pengelasan yang dilakukan dilapangan (field weld),
dimana posisi dari tukang las harus sedemikian sehingga dapat dengan mudah
melakukan pengelasan dengan hasil yang baik tanpa mengabaikan keselamatan
kerja.

f. Baut penyambung dan Angkur


- Kontaktor harus melakukan pengujian terhadap baut pada laboratorium yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas, sebelum Kontraktor Pelaksana memesan baut
yang akan dipaakai. Jumlah baut yang diuji untuk masing-masing ukuran adalah
minimum 3 (tiga) buah.
- Walaupun test baut tersebut memenuhi syarat, Konsultan Pengawas berhak untuk
meminta diadakan uji baut lainnya dengan jumlah I (satu) baut dari setiap 250 baut
yang digunakan. Biaya pengetesan baut tersebut ditanggung oleh Kontraktor
Pelaksana.
- Posisi lubang-lubang baut harus benar-benar tepat dan sesuai dengan diameter
baut. Jika tidak disebutkan secara khusus didalam gambar, maka diameter lubang
baut maksimal 1.60 mm (1/16 inci) lebih besar dari diameter baut. Kontraktor
Pelaksana tidak boleh membuat lubang baru di lapangan tanpa seijin Konsultan
Pengawas.
- Pembuatan lubang baut harus memakai bor, untuk konstruksi yang tipis, maksimum
10 mm, boleh memakai mesin pons. Membuat lubang baut dengan api sama sekali
tidak diperkenankan.
- Pemasangan dan pengencangan baut harus dikerjakan dengan kunci momen torsi
yang sebelumnya sudah dikalibrasi, sebagai berikut :

DiaBaut(in) DiaBaut(in) TORSI (in) TORSII (in)

1/2 12 90 12,454

5/8 16 180 24,908

3/4 19 320 44,287

7/8 22 470 65,038

1 25 710 98,249

1 1/8 28 960 132,844

1 1/4 35 1.350 186,872

1 1/2 38 2.580 357,08

- Setiap pengencangan baut harus dilakukan sampai mencapai gaya tarik baut sesuai
dengan spesifikasi Pelaksanaannya harus diawasi dan disaksikan secara langsung
oleh Konsultan Pengawas.
- Panjang baut harus sedemikian rupa, sehingga setelah dikencangkan masih dapat
paling sedikit 4 ulir yang menonjol pada permukaan, tanpa menimbulkan kerusakan
pada ulir baut tersebut. Panjang baut yang tidak memenuhi syarat ini harus diganti
dan tidak boleh digunakan.
- Untuk menghindarkan adanya baut yang belum dikencangkan maka baut-baut yang
sudah dikencangkan harus diberi tanda dengan cat.

1.12 Peralatan yang digunakan

a. Welding set
b. Generator set
c. Gerinda
d. Scaffolding
e. Peralatan tukang

2. PEKERJAAN RANGKA DAN PENUTUP ATAP


2.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan atap terdiri pekerjaan rangka atap pipa besi galvanis type medium untuk semua
rangka atap dan penutup atap menggunakan atap zingkalume dan atap UPVC. Pekerjaan
atap ini meliputi penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan perlengkapan dan hl lainnya sehingga pekerjaan ini didapat hasil yang baik.
2.2 Pekerjaan Penutup Atap
1. Bahan Yang digunakan
Untuk atap digunakan Atap Type Spandeck 0,35 dan UPVC 0,10 dengan ukuran
sesuai dengan yang tertera dalam Gambar Rencana.
2. Pedoman pelaksanaan
a. Pemasangan atap dibautkan langsung pada reng atap dengan menggunakan baut
skrup menggunakan reng mur baut dan span/ busa anti bocor (baut khusus atap).
b. Tiap sambungan diberi tindisan sesuai dengan spesifikasi pabrik.
c. Alur seng harus dipasang merata (tidak bolak balik), sehingga hasil akan rapi.
d. Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-sayarat sehingga tidak
mengakibatkan kebocoran.
e. Apabila terjadi kebocoran setelah pemasangannya, maka bagian yang bocor
tersebut harus dibongkar dan diperbaiki.

2.3 Peralatan yang digunakan


a. Welding set
b. Generator set
c. Gerinda
d. Scaffolding
e. Peralatan tukang
3. PEKERJAAN PENGECATAN

3.1 Ligkup Pekerjaan


a. Pengecatan pipa besi dan besi hollow
b. Meni besi untuk baut-baut dan besi strip

3.2 Bahan-bahan yang digunakan harus berkualitas baik, seperti :


a. Cat dasat besi/epoxy
b. Cat besi/epoxy

3.3 Pedoman Pelaksanaan


a. Sebelum dilakukan pengecatan, benda uji harus betul-betul sudah bersih dari kotoran
maupun karat. Waktu antara penyelesaian persiapan permukaan dan pengecatan dasar
tidak boleh lebih dari 3 jam.
b. Pengecatan dasar dilakukan dengan menggunakan mesin penyemprot besar.
c. Sebelum digunakan, bahan cat yang terdiri atas 2 komponen diaduk secara terpisah
sebelum dicampur dengan perbandingan yang ditentukan oleh pabrik pembuat dan
diawasi oleh seorang pengawas.
d. Pengencer dapat ditambahkan seperti yang telah ditentukan oleh pabrik pembuat.
e. Pada permukaan baja yang sudah bersih, pengecatan dasar dilakukan dengan cara cat
disemprotkan dengan semprotan cat yang dihubungkan dengan kompressor.

3.4 Peralatan yang digunakan


a. Kompresor cat
b. Generator set
c. Scaffolding
d. Peralatan tukang

4. PEKERJAAN BETON BERTULANG

4.1 Bahan
a. Semen
Digunakan Portland Cement jenis I menurut NI - 8 tahun 1972 ~an memenuhi S - 400
menurut Standar Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI
8 tahun 1972).
Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak semen,
tidak diperkenankan pemakaiannya sebagai bahan campuran. Penyimpanan harus
sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat yang lembab agar semen tidak cepat
mengeras. Tempat penyimpanan semen harus ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling
tinggi 2 m. Setiap semen baru, yang masuk harus dipisahkan dari semen yang telah
ada agar pemakaian semen dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.
b. Pasir beton.
Pasir beton harus berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-bahan organis,
lumpur dan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir serta kekerasan sesuai dengan
syarat-syarat yang tercantum dalam SK SNI T-15.1919.03.
c. Kerikil
Kerikil yang digunakan harus bersih dan bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan
kekerasan sesuai yang disyaratkan dalam SK SNI T-15.1919.03.
Penimbunan kerikil dengan pasir harus dipisahkan agar kedua jenis material tersebut
tidak tercampur untuk menjamin adukan beton dengan komposisi material yang tepat.
d. A i r
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asarn alkali, garam,
bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton atau baja
tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
e. Besi beton.
Besi beton yang digunakan adalah baja lunak dengan mutu U - 24 (tegangan Leleh
karakteristik minimum 2400 kg/cm2). Daya lekat baja tulangan harus dijaga dari
kotoran, lemak, minyak, karat lepas dan bahan lainnya. Besi beton harus disimpan
dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan diudara terbuka dalam jangka
waktu panjang. Membengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan dalam keadaan
batang dingin. Tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai gambar dan harus
diminta persetujuan PPTK terlebih dahulu. Jika Kontraktor Pelaksana tidak berhasil
memperoleh diameter besi sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat
dilakukan penukaran dengan diameter yang terdekat dengan catatan :
Harus ada persetujuan PPTK
Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh kurang
dari yang tertera dalarn gambar (dalam hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas).
Biaya tambahan yang diakibatkan oleh penukaran diameter besi menjadi tanggung
jawab Kontraktor Pelaksana.

4.2 Pedoman Pelaksanaan


a. Adukan beton
Adukan beton dilaksanakan menggunakan concrete mixer / molen. Pengangkutan
adukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran harus dilakukan dengan
cara:
- Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.
- Tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah
dicor dan yang akan dicor, dan nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton harus
memenuhi syarat.
b. Pengecoran
Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis PPTK.
Selama pengecoran berlangsung pekerja dilarang berdiri dan berjalan-jalan diatas
penulangan. Untuk dapat sampai ketempat-tempat yang sijlit dicapai harus
digunakan papan-papan berkaki yang tidak membebani tulangan. Kaki-kaki tersebut
harus sudah dapat dicabut pada saat beton dicor.
Apabila pengecoran beton harus dihentikan, maka tempat penghentiannya harus
disetujui oleh PPTK. Untuk melanjutkan bagian pekerjaan yang diputus tersebut,
bagian permukaan yang mengeras harus dibersihkan dan dibuat kasar kemudian
diberi additive yang memperlambat proses pengerasan.
c. Perawatan beton
Beton yang sudah dicor harus dijaga agar tidak kehilangan kelembaban untuk paling
sedikit 14 (empat belas) hari. Untuk keperluan tersebut ditetapkan cara sebagai
berikut:
- Dipergunakan karung-karung goni yang senantiasa basah sebagai penutup beton.
- Hasil pekerjaan beton yang tidak baik seperti sarang kerikil, permukaan tidak
mengikuti bentuk yang diinginkan, munculnya pembesian pada permukaan beton,
dan lain-lain yang tidak memenuhi syarat, harus dibongkar kembali sebagian atau
seluruhnya menurut perintah PPTK. Untuk selanjutnya diganti atau diperbaiki
segera atas resiko Kontraktor Pelaksana.

4.3 Peralatan yang digunakan


b. Concrete mixer
c. Kereta sorong
d. Peralatan tukang

Banda Aceh, 21 Maret 2022


Ditetapkan oleh:
KUASA PENGGUNA ANGGARAN
BIDANG PELAYARAN
DINAS PERHUBUNGAN ACEH

MUHAMMAD AL QADRI, S.SiT, MT


NIP. 19790417 200012 1 004

Anda mungkin juga menyukai