Anda di halaman 1dari 96

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM DAN KANTOR PELAYANAN PUBLIK TAHAP II


PADA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI BANJARMASIN
TAHUN ANGGARAN 2019

I. PENDAHULUAN :

Dengan mempelajari Dokumen Pengadaan berupa Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS), Gambar – gambar
rencana dan Berita Acara Aanwijing serta kondisi lokasi pekerjaan, di dalam mtode pelaksanaan ini dibuat cara kerja
di lapangan yang akandipakai mulai dari awal pelaksanaan hingga akhir pelaksanaan kegiatan, akan menjelaskan
secara garis besar uraian tahapan pelaksanaan dari pekerjaan umum, pekerjaan utama dan pekerjaan penunjang,
sehingga dapat dilihat keterkaitan dari masing - masing pekerjaan maupun antar pekerjaan terhadap spesifikasi yang
telah disyaratkan. Dalam metode ini juga akan digambarkan pelaksanaan pekerjaan dengan memperkecil gangguan
terhadap lingkungan dan lalulintas pekerjaan dan tetap memperhatikan hal terpenting dalam penerapan sistem
kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3K) Atau RK3K, maka dapat disusun suatu rencana kerja dan metode
pelaksanaan Pekerjaan Penunjang / Sementara agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan terencana, sistematis,
sesuai dengan yang disyaratkan serta tercapai target mutu, waktu dan biaya dengan jangka waktu pelaksanaan
selama 150 (Seratus lima puluh) hari kalender.

II.LINGKUP PEKERJAAN :
Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah Pembangunan Gedung Laboratorium dan Kantor Pelayanan Publik
Tahap II Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Banjarmasin yang berlokasi di Banjarbaru Kalimantan
Selatan, Alamat : Jl. Brigjend. H. Hasan Basry No. 40, Banjarmasin

[Type text] Page 1


Site Lokasi Pembangunan Gedung Laboratorium dan Kantor Pelayanan Publik Tahap II BBPOM di Banjamasin,
lokasi di Kawasan Kantor Gubenur Provinsi Kalimantan Selatan.

[Type text] Page 2


Lingkup Kegiatan yang akan dilaksanakan terdiri dari :
I. BIAYA FISIK :
A. PEKERJAAN PERSIAPAN UMUM
B. GEDUNG LABORATORIUM TERANOKOKO
C. POWER HOUSE DAN JARINGAN KAWASAN
D. INFRASTRUKTUR KAWASAN
E. GEDUNG LABORATORIUM DAN MIKROBIOLOGI
II. BIAYA PENYAMBUNGAN :
A. PENYAMBUNGAN DAYA PLN
C. PENYAMBUNGAN PLN.

III. PERENCAAN SITE PLAN


Perencanaan Site PlaN adalah perencanaan tata letak atau lay out dari fasilitas- fasilitas yang diperlukan selama
pelaksanaan proyek. Fasilitas-fasilitas tersebut adalah sebaga- berikut L

1) Pembuatan Kantor proyek /direksi keet


2) Gudang peyimpinan material
3) Barak untuk pekerja
4) Tempat kerja merakit besi dan kayu
5) Membuatu Pos jaga (security) dan pagar proyek
6) Penyiapan air kerja dan listrik kerja
7) Membuat Jalan kerja/jalan masuk untuk pengangkutan material dll.

Dalam membuat lay out untuk pekerjaan persiapan ini, perlu diperhitungkan secara cermat penempatan masing-masing fasilitas
dan sarana yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek dengan memperhatikan kondisi lapangan yang ada dan disesuaikan
dengan design lay out proyek yang akan dikerjakan. Penempatan fasilitas dan sarana proyek nantinya akan dapat berfungsi
secara optimal sesuai perencaan. Namun demikian, yang tetap harus dipertimbangkan adalah bahwa seluruh fasilitas dan
sarana proyek yang dibangun untuk pekerjaan persiapan tersebut adalah bersifat sementara dan nantinya akan dibongkar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan lay out fasilitas dan sarana yang diperlukan untuk pelaksanaan suatu
proyek antara lain :
a) Menempatkan semua fasilitas proyek diluar dari bagian denah proyek yang akan dikerjakan sedemikian rupa agar
tidak mengganggu pelaksanaan proyek.
b) Menempatkan material bangunan, seperti : besi beton, kayu, panel beton dan lainnya harus dipisahkan sesuai
dengan jenis dan ukurannya sehingga memudahkan dalam penyimpangan dan pengambilannya.
c) Menempatkan material-material yang harus terlindung dari cuaca, seperti : semen maupun material finishing
lainnya dalam gudang tertutup.
d) Merencanakan jalur jalan kerja dan alur lalu lintasnya secara benar agar tidak menimbulkan stagnasi lalu lintas,
baik lalu lintas material maupun manuver kendaraan dan alat berat.
e) Menempatkan los kerja tidak jauh dari penempatan material
f) Menempatkan pos jaga yang tepat, sehingga memudahkan mengawasi seluruh kegiatan proyek.
g) Merencanakan pagar proyek yang rapi dan memperhitungkan estetika, namun tetap efesien.
h) Menempatkan barak pekerja dan base camp staf proyek yang tidak jauh dari lokasi proyek.
iMenyiapkan air kerja da listrik kerja untuk kebutuhkan pelaksanaan proyek, kebutuhan MCK dan kebutuhan energy
listrik untuk pelaksanaan pekerjaan serta untuk penerangan ditempat kerja.

[Type text] Page 3


IV. MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN UMUM.
A. Pelaksanaan Pekerjaan Manajemen Mutu
Manajemen Mutu sangat diperlukan untuk menjaga mutu hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi. Dalam
pengendalian mutu, tim manajemen mutu harus selalu memonitor proses pekerjaan mulai pengawasan
pengadaan material, peralatan, personil hingga pelaksanaan pekerjaan sampai selesai.
Pekerjaan ini meliputi:
1. Persiapan Personil
Personil yang kompeten di bidang Manajemen Mutu.
2. Pengawasan Mutu Material, Peralatan, dan Personil
Pengawasan mulai dari material, peralatan, dan tenaga kerja hinga pelaksanaan pekerjaan akan mampu
meningkatkan nilai mutu hasil pekerjaan.
3. Pembuatan Laporan
Membuat laporan secara berkala selama masa pelaksanaan pekerjaan sebagai bahan evaluasi perbaikan
secara rutin dalam setiap kegiatan pekerjaan. Hasil pekerjaan yang efektif, tepat mutu,tepat biaya dan tepat
waktu
4. Analisa K3
1. Personil
• Pelaksana
• Petugas K3L
• Tenaga Kerja
2. Aspek K3
Memasang Rambu Peringatan
• Rambu Peringatan : “HATI-HATI DAERAH WAJIB MENGGUNAKAN APD”
3.Menggunakan Alat Pelindungan diri ( APD )
• Sarung Tangan
• Helm
• Sepatu Safety

B. Pengendalian Proyek
Suatu proyek tidak akan terlaksana dengan baik apabila pimpinan proyek tidak dapat mengendalikan
jalannya proyek tersebut dengan baik. Pengendalian proyek harus dilakukan terus menerus selama proyek
tersebut berlansung. Peninjauan secara periodik sangat efektif dalam membandingkan kemajuan proyek.
Metode pengendalian proyek didasarkan pada perencanaan dan rencana kerja sebagai dasar untuk
membandingkan kemajuan proyek.

Pengendalian proyek mutlak diperlukan untuk mencapai pekerjaan yang diharapkan. Kualitas
pekerjaan menjadi target tanpa meninggalkan segi ekonomis dan waktu pelaksanaan pekerjaan.
Pengendalian pekerjaan proyek yang dilakukan antara lain :
1) Pengendalian mutu ( Quality Control ).
2) Pengendalian biaya ( Budget Control ).
3) Pengendalian waktu ( Time Control ).

C. Pengawasan Proyek
Pengawasan adalah proses penilaian pekerjaan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan
rencana, dengan mengusahakan agar semua anggota kelompok dapat melaksanakan kegiatan dengan
berpedoman pada perencanaan serta mengadakan tindakan koreksi dan perbaikan atau penyesuain bila
terjadi penyimpangan. Keberhasilan suatu proyek dilihat dari beberapa hal,yaitu :
1) Kualitas hasil pekerjaan ( mutu bangunan ) yang dihasilkan.
2) Biaya yang digunakan selama proyek tersebut berlangsung.

Page 4
3) Waktu penyelesaian pekerjaan.
4) Pengendalian dalam setiap proyek harus selalu ada dan harus diutamakan sebab menyangkut
keberhasilan proyek tersebut.Secara umum pengendalian meliputi hal- hal sebagai berikut :
a) Penentuan standar,yaitu penentuan tolak ukur dalam menilai hasil pekerjaaan dari segi kualitas dan
ketepatan waktu.
b) Pemeriksaaan,yaitu melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan untuk mengetahui sejauh
mana kemajuan hasil pekerjaan.
c) Perbandingan,yaitu membandingkan hasil pekerjaan yang telah dikerjakan dan dicapai dengan
rencana yang telah ditentukan.Dari pebandingan ini dapat diketahui progress pelaksanaan pekerjaan
dilapangan.
d) Tindakan korektif, yaitu evaluasi terhadap pelaksanaan proyek. Evaluasi ini diadakan dalam bentuk
rapat yang diadakan setiap minggunya ataupun pada saat diperlukan, bila ada kesalahan atau
penyimpangan maka perlu dipikirkan pemecahanya dan pelaksaan selanjutnya.
D Pengendalian Mutu (Quality Control)
Pengendalian mutu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengawasan dan pengarahan
pelaksanan serta uji mutu bahan material selama pelaksanan berlangsung maupun setelah selesai
pekerjaan.Dari pengendalian mutu diharapkan akan menghasilkan mutu pekerjan yang sesuai dengan
persyaratan yang tercantum dikontrak.
Pengendaliandan pengawasan mutu dilakukan oleh kontraktor dan konsultan Manajemen Konstruksi.
Kontraktor melakukan pengendalian dan pengawasan melalui tim- tim yang telah dibentuk sesuai dengan
struktur organisasi Kontraktor.Setiap tim melakukan pengendalian mutu dengan tugas dan wewenangnya
masing-masing. Setiap tim memberikan laporan secara berkala kepada Project Manajer untuk dilaporkan
kepala Direktur Utama.

Alat pengendalian mutu proyek yang harus dikuasai oleh Pengawasan/Direksi Pekerjaan adalah sebagai
berikut :
1) Spesifikasi teknis (Pabrikan, RKS)
2) Metode pelaksanaan ( Pabrikan, RKS )
3) Gambar Kerja
4) Hasil tes bahan dari Laboratorium
5) Peraturan – peraturan Pemerintah
6) Peraturan- Peraturan khusus yang harus diikuti dan tercantum dalam kontrak.

E. Pengendalian mutu bahan


Kualitas pekerjaan yang baik salah satunya didapat dari bahan standar yang ditetapkan. Untuk
memudahkan perencanaan dan pelaksanaan untuk suatu pekerjaan konstruksi ada beberapa standar
acuan,diantaranya yaitu :
1) Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971,NI- 2
2) Peraturan semen portland Indonesia, NI- 8
3) Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1961, NI-3
4) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961, NI- 5
5) American Standard for Testing Material
Pengendalian mutu bahan dilapangan meliputi inspeksi dan test yang dilakukan dilaporatoriu maupun
dilapangan saat bahan tersebut datang kedalam lapangan pengendalian produk yang tidak sesuai, serta
pengendalian catatan mutu.

Page 5
F. Pengendalian Mutu Beton
Uji Beton dengan Slump Test
Untuk pengawasan terhadap mutu beton yang akan digunakan ini, pihak kontraktor dan pengawas lapangan
telah melakukan pengujian terhadap mutu beton antara lain dengan metode slump test. Adapun tujuan dari
pengujian ini adalah untuk mengetahui kekentalan/keenceran adukan sebelum pengecoran dengan
mengukur tinggi penurunan/slump adukan. Pengujian ini dilakukan untuk tiap adukan dalam truck mixer.
Apabila terjadi hasil slump test dari adukan yang tidak sesuai dengan persyaratan slump test pada spesifikasi
teknis, maka pengawas berhak menolak adukan tersebut.
1) Peralatan yang digunakan pada pengujian slump test adalah:
2) Kerucut Abrams , yaitu kerucut dari besi terpancung dengan ukurannya.
3) Tongkat besi dengan diameter 16 mm dan panjang 60 cm dengan ujung yang dibulatkan.
4) Alas kerucut dari plat baja.
5) Alat pengukur tinggi slump yang berskala seperti meteran.
6) Cetok dan ember.
Adapun pelaksanaan uji slump test adalah sebagai berikut:
1) Kerucut Abrams dan alas dibersihkan, kerucut diletakkan diatas alas dengan posisi diameter besar
berada dibawah.
2) Adukan diambil dari truck mixer dengan ember.
3) Adukan dimasukkan dalam kerucut Abrams dengan cetok dalam tiga lapisan dan setiap lapisan
dijojoh/ditusuk dengan tongkat besi sebanyak minimal sepuluh kali.
4) Setelah pemasukan adukan selesai, permukaan adukan pada atas kerucut diratakan dan didiamkan
selama kurang lebih 30 detik.
5) Selang waktu tersebut adukan beton yang jatuh disekitar kerucut dibersihkan, selanjutnya kerucut
diangkat vertikal keatas secara perlahan dengan diputar-putar.
6) Setelah kerucut terangkat adukan akan mengalami penurunan dari puncak adukan semula,
penurunan ini kemudian diukur dengan meteran.
7) Hasil pengukuran tersebut merupakan nilai slump adukan dimana nilai penurunan yang diijinkan
dalam spesifikasi teknis adalah 8-10 cm bila terjadi shear slump (bagian penurunan adukan jatuh
dalam bidang miring), maka pengujian slump test harus diulang.
Gambar Skeksa alur pengujian slump test

Beton dituangkan tongkat pemadat Ø 16 mm, l=60


cm

angkat
330

20
nilai Slump Test
hH

Page 6
G. Compressive Strength Test
Test ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton dengan memberikan tekanan pada sampel beton
dengan mesin tekan di laboratorium setelah umur beton mencapai 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Pengujian
dilakukan sebanyak 3 sampel dalam benda uji berbentuk silinder tiap 1 truck mixer (kapasitas 5 m3).
Peralatan yang digunakan adalah:
1. Tiga buah cetakan beton berbentuk silinder.
2. Tongkat besi penjojoh dengan diameter 16 mm, panjang 600 mm. dengan ujung yang dibulatkan.
3. Ember, sekop dan sendok perata.

Adapun langkah-langkah tes kuat tekan beton adalah sebagai berikut:


a) Silinder beton dibersihkan dari kotoran dan diolesi dengan pelumas atau oli pada dinding silinder
yang dimaksudkan untuk memudahkan pelepasan ketika beton telah mengeras.
b) Sampel adukan diambil dari truck mixer pengangkut beton dengan cetok dan ditempatkan di ember
yang telah disiapkan.
c) Adukan dimasukkan ke dalam cetakan silinder beton dalam tiga lapisan dan dijojoh/ditusuk dengan
dengan besi penjojoh sebanyak 25 kali secara merata. Pada saat pemadatan lapisan pertama tongkat
tidak boleh mengenai dasar cetakan, sedangkan pada lapisan kedua dan ketiga tongkat penjojoh
boleh mengenai lapisan bawah.
d) Setelah pemadatan pada lapisan teratas selasai, cetakan diketuk sampai lubang tusukan menutup.
e) Adukan pada permukaan cetakan silinder beton diratakan dan ditutup dengan bahan yang kedap air
dan tahan karat, kemudian silinder beton diletakan ditempat yang terlindung dan bebas getaran.
f) Setelah selama 2 jam, silinder beton kemudian direndam pada air dengan suhu 25°C-27°C sampai
waktu yang dikehendaki untuk pematangan atau curring.
g) Setelah berumur 7 hari tiga sampel diangkat, dan dibersihkan dengan kain yang lembab dan
ditimbang beratnya serta diukur luasannya.
h) Sampel dilapisi dengan gemuk, kemudian dilapisi dengan mortar belerang di atas lapisan gemuk.

Page 7
Dilakukan pengujian tekanan dengan mesin tekan (compressor) pada arah sentries dengan menaikan
tekanan secara berangsur-angsur sampai sampel hancur.
1. Untuk tiga buah sampel lainnya dilakukan pengujian tekanan setelah beton berumur 28 hari.
Gambar uji tekan beton.

H. Pengendalian Mutu agergat


Agregat berfungsi sebagai bahan pengisi (filler0 dalam campuran mortar atau beton.Agregat dalam beton
merupakan isian material yang menempati kira-kira 70-75 % volume beton. Gradasi dari agregat tersebut
secara keseluruhan harus menghasilkan ikatan yang baik dengan semen dan air dalam proporsi campuran
yang dipakai sehingga dapat menghasilkan mutu beton yang dinginkan serta sesuai dengan syarat dan
ketentuan yang ada.
Agregat Halus
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan - batuan
atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat - alat pemecah batu.
Persyaratan Agregat halus dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 NI-2 adalah :
Agregat halus harus terdiri dari butir - butir yang tajam dan keras, butir - butir Agregat halus harus bersifat
kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan dengan berat kering).
Agregat halus tidak boleh mengandung bahan - bahan organis terlalu banyak yang harus dibuktikan dengan
percobaan warna dari Abrams - Harder (dengan larutan NaOH).
Agregat halus harus terdiri dari butir - butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak harus
memenuhi syarat - syarat berikut :
a) Sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimum 2 % berat
b) Sisa di atas ayakan 1 mm, harus minimum 10 % berat
c) Sisa di atas ayakan 0.25 mm, harus berkisar antara 80 % dan 95 % berat.
Adapun syarat-syarat agregat halus menurut spesifikasi teknis proyek adalah:
Agregat halus yang dipakai terdiri dari:
a) Pasir alam, yaitu pasir yang disediakan oleh kontraktor dari sungai atau sumber lainnya yang
disetujui oleh pengawas.
b) Pasir buatan, yaitu pasir yang dihasilkan oleh pemecah batu.
c) Kombinasi pasir alam dan pasir buatan.
Agregat halus yang digunakan harus lebih bersih dan diusahakan bebas dari tanah liat, karang, serpihan-
serpihan mika, bahan-bahan organik dan alkali. Jumlah bahan-bahan yang merugikan maksimum 5 %.
Agregat halus digunakan hendaknya mempunyai gradasi yang baik sesuai Peraturan Beton Indonesia (PBI)
1971.

Page 8
Gambar Aggregat Halus

Agregat Kasar
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan - batuan atau
berupa batu pecah yang di peroleh dari pemecahan batu. Pada umumnya yang di maksudkan dengan
agregat kasar adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm.
Persyaratan Agregat kasar dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 NI-2 adalah :
a) Agregat kasar harus terdiri dari butir - butir yang keras dan tidak berpori. Agregat kasar yang
mengandung butir - butir pipih hanya dapat dipakai, apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak
melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya. Butir- butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya
tidak pecah atau hancur oleh pengaruh - pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
b) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap berat kering).
Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian - bagian yang dapat melalui ayakan 0.063 mm. Apabila
kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci.
c) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat - zat yang dapat merusak beton, seperti zat - zat yang
reaktif alkali.
d) Agregat kasar harus terdiri dari butir - butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak
dengan susunan ayakan yang ditentukan dalam pasal 3.5 ayat (1), harus memenuhi syarat - syarat
berikut :
 Sisa - sisa diatas ayakan 31.5 mm, harus 0 % berat.
 Sisa diatas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90 % dan 98 % berat.
 selisih antara sisa - sisa kumulatif diatas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60 % dan
minimum 10 % berat.
Gambar Agregat Kasar

Page 9
I. Pengendalian Mutu Tulangan
Berdasarkan SK-SNI M- 104 - 1990 – 03, benda uji ditentukan sebagai berikut :
1. Benda uji merupakan batang proporsianal dengan perbandingan antara panjang dan luas
penampang sebelum pengujian adalah sama.
2. Apabila benda uji memiliki diameter < 15 mm, gaya tarik maksimum lebih kecil dari kapasitas mesin
tarik, maka benda uji yang digunakan adalah penampang utuh.
3. Apabila benda uji memiliki diameter > 15 mm, gaya tarik maksimum melebihi kapasitas mesin tarik,
maka bentuk dan dimensi benda uji dibuat dengan memperkecil penampang bagian tengah benda
uji sesuai dengan ketentuan pada manual pengujian.
4. Syarat dan ketentuan menurut SNI- 03 – 1792 – 2002 adalah sebagai berikut:
5. Bebas dari kotoran, lapisan lemak minyak,karat dan tidak cacat (retak-retak, mengelupas,luka dan
lain-lain).
6. Mempunyai penampang yang sama rata
7. Baja tulangan yang diameternya berbeda dikelompokan ditempat yang terpisah.

Penimbunan baja tulangan di udara terbuka dilakukan untuk jangka waktu yang lama harus dicegah.
Untuk mendapat jaminan atas kualitas baja tulangan yang diminta, maka disamping harus adanya certificate
dari pabrikan (melalui suplier) njuga harus terdapat sertificate dari laboratorium baik pada saat pemesanan
maupun secara periodik minimum 2 contoh percobaan (stress-strain test) dan pelengkungan untuk setiap 20
ton baja tulangan.
Pengendalian Mutu Semen
Semen/Portland Cement adalah bahan pengikat yang sangat penting, terutama dalam pembuatan konstruksi
beton bertulang. Semen yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat SII dan NI-8.
Adapun persyaratan semen yang tercantum dalam syarat-syarat spesifikasi teknik proyek adalah sebagai
berikut :
1. Semen yang digunakan untuk proyek ini adalah Portland Cement jenis II menurut NI-8 atau type I
menurut ASTM, memenuhi S.400 menurut standart cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi
Cement Indonesia.
2. Merk yang dipilih tidak dapat ditukar-tukar dalam pelaksanaan tanpa persetujuan Pengawas
lapangan.
3. Persetujuan PC hanya akan diberikan apabila dipasaran tidak diperoleh semen dari merk yang telah
dipilih dan telah digunakan.
4. Merk semen yang diusulkan sebagai pengganti dari merk semen yang sudah digunakan harus disertai
jaminan dari kontraktoryang dilengkapi dengan data teknis yang membuktikan bahwa mutu semen
pengganti setaraf dengan mutu semen yang digantinya.
5. Batas-batas pengecoran yang memakai semen berlainan merk harus mendapat persetujuan oleh
Pengawas lapangan.
6. Semen merupakan bahan ikat hidrolis, yaitu bahan yang akan mengeras jika dicampur dengan air
dan merupakan bahan utama dalam pembuatan adukan beton. Semen yang digunakan pada proyek
mempunyai mutu yang disyaratkan dalam NI-8-1972 dan SK SNI T-15-1991-03.

Page 10
Semen jenis ini mempunyai sifat-sifat antara lain:
1. Kehalusan butir, semakin halus permukaan butiran semakin luas permukaan butiran semen tersebut,
sehingga semakin sempurna pengikatan dan pengerasannya.
2. Pengikatan awal baru dimulai satu jam setelah dicampur dengan air. Tenggang waktu ini
dipergunakan untuk mengolah, mengangkut dan menempatkan adukan semen.
3. Kekuatan adukan setelah mengeras mempunyai nilai tertentu.
4. Dalam pelaksanaan di lapangan untuk mencegah terjadinya kerusakan semen maka dilakukan hal-
hal sebagai berikut:
5. Semen harus didatangkan dan disimpan dalam kantung/zak yang utuh. Berat semen harus sama
dengan yang dicantumkan dalam zak.
6. Semen harus disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari pengaruh cuaca, berventilasi
cukup dan lantai yang bebas dari tanah.
7. Semen harus dalam keadaan yang belum mulai mengeras jika ada bagian yang mulai mengeras,
bagian tersebut harus dapat ditekan hancur oleh tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah bagian yang
mulai mengeras ini tidak lebih dari 5% berat semen.
Pada bagian semen yang mengeras tersebut harus dicampurkan semen dalam jumlah yang sama dengan
syarat bahwa kualitas beton yang dihasilkan harus sesuai dengan yang diminta perencana.

J. Pengendalian Mutu Air


Adapun syarat- syarat air yang dapatdigunakan sebagai pencampuran beton antara lain :
1. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton kecuali ketentuan berikut terpenuhi
(SNI 03-2847-200) :
2. Pemilihan proposi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yang menggunakan air
dari sumber yang sama.
3. Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat dari addukan dengan air
yang tidak dapat diminum harus mempunyai sekurang-kurangnya sama dengan 90 % dari kekuatan
benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum (menggunakan spesimen kubus dengan
ukuran sisi 50mm ).(ASTM C 109)
4. Air mempunyai PH 4,5 -7 (SNI 03-2847-200)
5. Air tidak mengandung debu atau coloid (SNI 03-2847-200
6. Air harus bersih (PUBI – 1982 Ps 2.1).
7. Tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda terapung lainnya yang dapat dilihat secara visual
(PUBI – 1982 Ps 2.2).
8. Tidak mengandung benda - benda tersuspensi lebih dari 2 g/lt (PUBI – 1982 Ps 2.3).
9. Tidak mengandung garam - garam yang dapat larut dan dapat merusak beton (asam-asam, zat
organik, dsb) lebih dari 15 g/lt (PUBI – 1982 Ps 2.4).
10. Air untuk pembuatan dan perawatan tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam - garam,
bahan-bahan organis atau bahan - bahan lain yang dapat merusak beton dan baja Tulangan (PUBI
1971 Ps 1).

Page 11
K. Pengendalian Biaya (Budget Control )
Pengendalian biaya pelaksanaan bertujuan agar biaya yang dikeluarkan pada proyek tidak menyimpang atau
melebihi dari biaya yang telah direncanakan. Pengendalian biaya pelaksanan pekerjaan dapat dilaksanakan
dengan penekanan pengeluaran beberapa hal.
1) Material atau Bahan
Dalam pemakaian bahan harus diusahakan seefisien mungkindan diusakan tidak terjadi pembuangan
material secara berlebihan. Hal tersebut dapat dicapai dengan memperhitungkasn secara teliti kebutuhan
bahan yang digunakan.
Penggadaan bahan dilokasi proyek harus sesuai dengan kepentinganya. Jadwal kedatangan material
berdasarkan volume kegiatan yang dapat dihitung dari jumlah dan jenis material yang diperlukan sehingga
tidak terjadi pembuatan material secara percuma, misalnya: pasir atau kerikil yang datang diperiksa oleh
pengawas apakah volume material tersebut sesuai dengan volume yang direncanakan, yaitu dengan cara
mengukur bak truk dikaitkan dengan ketinggian material yang ada di dalamnya.
Pengendalian material digunakan untuk mengetahui mutu pekerjaan yang dihasilkan apakah sesuai dengan
persyaratan dalam kontrak kerja. Pengendalian material yang digunakan ini, misal : bahan material semen
dimana pengawas berhak memeriksa semen yang disimpan di gudang pada setiap waktu dan dapat
menyatakan menerima atau menolak semen tersebut.
2) Peralatan
Perencanaan secara cermat trehadap jenis peralatan yang dipakai sangat diperlukan karena sangat
berpengaruh terhadap kelancaran dan kemudahan pelaksanaaan pekerjaan yang akhir akan berpengaruh
pada biaya operasi yang akan dikeluarkan. Peralatan yang digunakan pada proyek ini telah sesuai dengan
jumlah dan volume pekerjaan yang telah direncanaka. Jika terdapat keterlambatan waktu kedatangan
peralatan maka hal ini disebabkan adanya masalah teknis.
1) Tenaga Kerja
Pemakaian tenaga kerja pada suatu pekerjaan harus disesuaikan dengan volume pekerjaan yang sedang
dilaksanakan sehingga dapat dicapai kondisi yang optimal antara jumlah tenaga kerja yang ada dengan volue
pekerjaan yang harus dilaksanakan. Pada proyek yang ditinjau dapat diamati jumlah tenaga kerja yang
digunakan sesuai dengan pekerjaan, hal ini daat dibuktikan dengan tidak adanya pekerjan yang beristirahat
saat jam kerja.
Dari point – point tersebut dapat diketahui bahwa pengendalian biaya pelaksanaan proyek telah
dilaksankandengan baik.

L. Pengendalian Waktu (Time Control)


Pengendalian waktu pelaksanaan adalah upaya untuk mengontrol agar pelaksanaan proyek tidak melebihi
waktu yang telah direncanakan, yang didalmnya dibantu pengawasan aktivitas utama yang berada pada
lintasan kritis dalam suatu kerangka target waktu.Pada lintasan kritis tidak boleh terjadi keterlambatan
waktu, karena akan mempengaruhi umur proyek. Dalam monitoring dan pengendalian waktu juga
digunnakan bar chart dan network planning yang selanjutnya digunakan CPM,untuk dapat mengendalikan
waktu dengan tepat.Pengendalian terhadap waktu pelaksanan dititik beratkan pada upaya menyelesaikan
proyek dalam waktu yang ditetapkan. Pengendalian waktu sangat penting terutama menyangkut waktu
pelaksanaan proyek.

1. Man Power Schedule


Man Power Schedule merupakan bagian yang manganalisis kebutuhan tenaga kerja untuk menjaga waktu
tertentu. Man power schedule disusun berdasarkan bobot kegiatan pada time schedule yaitu dengan
meninjau kemampuan satu orang pekerjaan untuk menyelesaikan satu satuan volume pekerjaan dalam
satuan volume pekerjaan dalam satuan waktu (hari/minggu/bulanan). Pekerjaan alat berat, jumlah
pekerjaan yang dibutuhkan,dihitung dengan mempertimbangan kapasitas alat. Kebutuhan pekerjaan saat
awal kegiatan akan mengalami peningkatan sampai pertengahan kegiatan dan akan menurun saat akhir
pekerjaan.

Page 12
2. Material Schedule
Material schedule disusun berdasarkan bobot kegiatan pada time schedule.
Material schedule menyatakan jumlah material dan peralatan yang dibutuhkan untuk jangka waktu tertentu.
Penyusunan material schedule diperlukan untuk menjamin ketersediaan material dan peralatan yang
diperlukan di lapangan. Jenis material yang diperlukan tergantung pada metode pelaksanaan proyek.
Dalam proyek pembangunan pengendaliaan waktu secara rill dapat dimonitoring langsung dengan kurva S
sehingga dapat diketahui perencanaan, pelaksanaan,dan kemajuaan pekerjaan proyek, serta kontrol
terhadap waktu bisa dikendalikan. Bentuk material schedule yang dierapkan dalam kurva s merupakan grafik
hubungan antara bobot prestasi pekerjaan dengan waktu pelaksanaan.

Untuk mengetahui prestasi pekerjaan, caranya dengan menghitung bobot tiap jenis pekerjaan dalam suatu
interval waktu. Setelah menentukan bobot prestasi kemudian dibuat cara rencana waktu pelaksanaan untuk
menyelaisaikan masing-masing pekerjaan, kemudian menentukan waktu pelaksanaan pekerjaan yang
dikerjakan terlebih dahulu.

Penyediaan Listrik Kerja dan Air Kerja

Penyediaan Listrik kerja dan air tidak kalah perlunya dalam pelaksanaan proyek , yang diperlukan untuk
membantu pekerjaan pemotongan keramik, pemotongan besi, pompa air, penerangan kerja serta power
untuk mengoperasikan alat bantu kerja lainnya. Pengadaan listrik kerja dengan membuat meteran listrik
baru dengan pengajuan ke PLN atau dari Genset tergantung dari efisiensinya terhadap pelaksanaan
pekerjaan

Air kerja sangat diperlukan dalam menunjang pelaksanaan pekerjaan, dimana air kerja berfungsi untuk
pekerjaan testing comissioning dan campuran adukan pekerjaan lainnya. Untuk pengadaan air kerja
diperlukan satu buah mesin pompa untuk distribusi air kerja. Pemasangan pompa air dilakukan dengan
terlebih dahulu melakukan pemantekan untuk mendapatkan sumber air, kemudian dilakukan pemasangan
pipa dan kran air. Air untuk keperluan kerja ditampung dalam toren air atau drum air. Air kerja dapat juga
diperoleh dari sumber existing yang ada dengan penyambungan dan membayar sejumlah biaya yang telah
ditentukan.

Page 13
FLOW CHART PENGENDALIAN MUTU BAHAN

MULAI

Pengangkutan Material dari


Suplair / Subkonstraktor ke
lokasi pekerjaan

Pemerksaan Kualitas dan


Kuantitas, serta
penempatan Material

Bahan-bahan
dipisahkan untuk
digudangkan

Pemeriksaan
Mutu Bahan Ditolak
sesuai Spek

Dikembalikan
Diterima
atau disingkirkan

Dapat digunakan
untuk pelaksanaan
pekerjaan

Selesai

Page 14
PENGENDALIAN MUTU KONSTRUKSI DAN PENGUASAAN TEKNIS PELAKSANAAN :

Masalah mutu/kualitas dalam proyek konstruksi erat hubungannya dengan masalah-masalah


berikut:

 Material konstruksi, yang umumnya tersedia ataupun dapat dibeli di lokasi atau sekitar
lokasi proyek.
 Peralatan (equipment), yang dibuat di pabrik atas dasar pesanan, seperti kompresor,
generator mesin-mesin, dlsb. Peralatan demikian umumnya diangkut dari jarak jauh untuk
sampai ke lokasi proyek.
 Pelatihan dan sertifikasi tenaga konstruksi, misalnya melatih ahli mengelas, pertukangan,
mandor dlsb.
Pengendalian proyek konstruksi mencakup dan tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
 Membuat kerangka kerja secara total;
 Pengisian tenaga kerja termasuk penunjukan konsultan;
 Menjamin bahwa semua informasi yang ada telah dikomunikasikan ke semua pihak terkait;
 Adanya jaminan bahwa semua rencana yang dibuat akan dapat dilaksanakan;
 Monitoring hasil pelaksanaan dan membandingkannya dengan rencana, dan
 Mengadakan langkah perbaikan (corrective action) pada saat yang paling awal.

Hubungan antara fungsi-fungsi manajemen dan faktor-faktor yang menjadi ukuran suksesnya
perencanaan dan pengendalian termasuk pengendalian mutu dapat dilihat pada gambar di bawah
in. Merupakan kewajiban penyedia jasa konstruksi untuk menyiapkan rencana pengawasan kualitas
dan kepastian kualitas. Rencana pengawasan kualitas dan kepastian kualitas/Quality Control dan
Quality Assurance/QA-QC meliputi kegiatan berikut:

1. Rencana pengawasan kualitas

Penyedia jasa konstruksi (kontraktor) harus mendapatkan persetujuan dari wakil pemberi kerja
mengenai QA-QC untuk seluruh pekerjaan yang menjelaskan seluruh prosedur, instruksi, rekaman-
rekaman, dan personil yang digunakan untuk memastikan dan mengontrol kualitas pekerjaan.

Rencana QA/QC harus diajukan penyedia jasa konstruksi (kontraktor) kepada wakil pemberi kerja
sebelum rapt mulainya proyek. Penyedia jasa konstruksi (kontraktor) harus menyajikan kepada
wakil pemberi kerja rencana pengawasan kualitas yang akan dilaksanakannya. Rencana QA/QC
tersebut harus disetujui oleh wakil pemberi kerja agar sesuai dengan yang diharapkan.

Page 15
FLOW CHART PENGENDALIAN MUTU KONSTRUKSI DAN PENGUASAAN TEKNIS PELAKSANAAN

2. QA/QC manajer

Penyedia jasa konstruksi (kontraktor) harus menunjuk seorang QA/QC manajer sebelum pekerjaan
konstruksi dilaksanakan. QA/QC manajer akan bertaggung jawab terhadap pelaksanaan dan
keberlangsungan rencana pengawasan kualitas. Orang yang ditunjuk oleh penyedia jasa konstruksi
(kontraktor) sebagai QA/QC manajer harus disetujui oleh wakil pemberi kerja. QA/QC manajer akan
melaporkan pekerjaannya langsung kepada Manajer proyek dari penyedia jasa konstruksi (kontraktor).

3. Perubahan pada rencana pengawasan kualitas

Penyedia jasa konstruksi (kontraktor) harus memberi tahukan kepada wakil pemberi kerja secara tertulis
segala usulan perubahan pada rencana pengawasan kuaitas. Perubahan yang dibuat pada rencana
pengawasan kuaitas tidak boleh dilaksanakan sebelum persetujuan tertulis dari wakil pemberi kerja

Hal-hal yang melekat pada rencana pengawasan kualitas

Penyedia jasa konstruksi (kontraktor) harus memastikan bahwa rencana pengawasan kualitas yang telah
disetujui telah diikuti dan dilaksanakan selama pelaksanaan pekerjaan. Seluruh hasilpengawasan, record dan
seluruh operasi pengawasan kualitas harus dilaporkan secara berkala kepada wakil pemberi kerja. Dalam

Page 16
pengendalian kualitas/mutu terdapat 2 (dua) komponen kegiatan utama dalam pelaksanaan konstruksi yakni
pengendalian kualitas (QA) dan pengendalian kuantitas (QC). Urain masing-masing kegiatan sebagai berikut :

1. Pengendalian Kualitas

Pekerjaan pelaksanaan konstruksi dimulai dari pekerjaan tanah sampai pada konstruksi akan dikendalikan
dengan memberikan pengawasan, arahan, bimbingan dan instruksi yang diperlukan kepada penyedia jasa
konstruksi (kontraktor) guna menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, tepat kualitas.
Aspek-aspek pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan konstruksi antara lain meliputi :

 Peralatan yang digunakan


 Cara pengangkutan material/campuran ke lokasi kerja.
 Penyimpanan bahan/material
 Pengujian material yang akan digunakan termasuk peralatan laboratorium.
 Pengujian rutin laboratorium selama pelaksanaan
 Test lapangan
 Administrasi dan formulir-formulir.

2. Pengendalian Kuantitas

Pengawasan kuantitas (Quantity Control), dilakukan dengan mengecek bahan-bahan/campuran yang


ditempatkan atau yang dipindahkan oleh penyedia jasa konstruksi (kontraktor) atau yang terpasang.
Konsultan akan memproses bahan-bahan/campuran berdasarkan atas :

 Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi pembayaran.


 Metoda perhitungan
 Lokasi kerja
 Jenis pekerjaan
 Tanggal diselesaikannya pekerjaan.

Setelah pekerjaan memenuhi persyaratan baik secara kualitas maupun persyaratan lainnya, maka
pengukuran kuantitas dapat dilakukan agar volume pekerjaan dengan teliti/akurat yang disetujui oleh
konsultan sehingga kuantitas dalam kontrak adalah benar diukur dan mendapat persetujuan dari konsultan.

Page 17
FLOW CHART PELAKSANAAN PEKERJAAN SECARA KESELURUHAN :

Page 18
Page 19
A. PEKERJAAN PERSIAPAN UMUM
Pekerjaan pendahuluan merupakan pekerjaan persiapan awal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
proyek. Sebelumnya segala izin yang dibutuhkan sudah diurus, time schedule telah dibuat, dan
kontraktor telah memiliki Shop Drawing. Pekerjaan pendahuluan yang dilakukan dalam proyek ini
meliputi :
1. Pekerjaan Mobilisasi dan Demobilisasi
Mobilisasi bertujuan untuk mengadakan/ mendatangkan peralatan, personil, dan perlengkapan
untuk melaksanakan semua item pekerjaan di lapangan, dan mengembalikan pada keadaan yang
diinginkan sesuai dengan gambar kerja.
Dalam Pelaksanaan Proyek ini Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan yang dilakukan terdiri dari:
 Excavator 80 – 140 Hp
 Bulldozer 100 – 150 HP
 Cran 10 – 15 Ton
 Motor Grader > 100 HP
 Vibrator Roller 5 – 8 Ton
 Dump truck 3 -5 Ton
 Compressor 5000 CPM (L/M)
 Generator set 135 kVA
 Concrete Vibrator 25 HP
 Concrete Mixer 0,3 – 0,6 m3
 Tamper 121 kg
 Welding Set 250 Amp
 Water Pump 70-100 mm
 Waterpass 50-200 meter
 Scaffolding 200 set
Personil terdiri dari:
 Kepala Proyek/Project Manager, 1 orang, dengan memiliki Sertifikat Keahlian Ahli
Manajemen Proyek dan Ahli K3 Konstruksi (Madya)
 Site Manager, 1 orang, Ahli Madya Teknik Bangunan Gedung
 Tenaga Ahli Arsitektur, 1 orang Ahli Muda-Teknik Arsitektur
 Tenaga Ahli Struktur, 1 orang, Ahli Madya-Teknik Bangunan Gedung
 Tenaga Ahli Elektrikal, 1 orang, Ahli Muda-Teknik Elektro dan Telekomunikan dalam Gedung
 Tenaga Mekanikal, 1 orang, Ahli Muda – Plumbing dan Pompa Mekanik
 Tenaga Pelaksana-1, 1 orang, Ahli Madya Teknik Bangunan Gedung
 Tenaga Pelaksana-2, 1 orang, Ahli Muda Teknik Bangunan Gedung
 Tenaga Drafter, 1 orang Sarjana S1 Teknik Arsitektur
 Tenaga Safety Officer, 1 orang Ahli Muda – K3 Konstruksi
 Tenaga Administrasi, 1 orang Sarjana S1 Manajemen Keuangan
 Tenaga harian (Kepala Tukang, Tukang, Mandor dan Pekerja/Buruh), sesuai kebutuhan.

Pada saat mobilisasi alat berat diangkut menggunakan mobil trailer, trailer yang digunakan harus
memiliki perlengkapan yang memadai.

Page 20
Demobilisasi
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan pengembalian dan pemindahan peralatan yang telah
dipergunakan. Dan mengembalikan kondisi lapangan yang telah digunakan sebgai tempat
penyimpanan alat, barak pekerja, gudang, dan lain sebaginya kembali ke kondisi awal.

2. Pekerjaan Pengukuran Site


Penentuan letak titik patok pengukuran dilapangan bersama Manajemen Konstruksi/Pengawas
Lapangan dan patok-patok tersebut harus dijaga dari kerusakan-kerusakan setiap titik patok
pengukuran yang tidak pada tempatnya atau hilang, harus dibuat ulang dan dipasang kembali.

3. Pembersihan dan Perataan


Pekerjaan Pembersihan lokasi sebelum, selama pelaksanaan dan setelah selesai pelaksanaan
pekerjaan
a. Pembersihan sebelum memulai pekerjaan
Setelah lapangan bersih dari segala macam tanaman, pepohonan, tempat parkir, gundukan
sampah dan kotoran lain, maka akan dilakukan pekerjaan stripping, stripping dilakukan dengan
kedalaman minimal 15 - 20 cm atau ditentukan lain sesuai yang dipersyaratkan, material hasil
striping kemudian dibuang ke luar lokasi pekerjaan
b. Pembersihan Selama proses pengerjaan berlangsung
Selama proses pekerjaan berlangsung, maka akan dilakukan pembersihan membuang puing –
puing material, sampah yang tidak terpakai dari area pekerjaan. Pembersihan ini akan berlangsung
setiap harinya, yaitu pada saat selesai aktivitas pekerjaan maka saat itu juga tim kebersihan
langsung mensterilkan area kerja.
c. Pembersihan setelah bangunan selesai di kerjakan.
Setelah Fisik bangunan selesai di kerjakan maka seluruh area lokasi pekerjaan akan di bersihkan
secara menyeluruh, baik luar maupun dalam bangunan, membuang sampah material dari lokasi
pekerjaan hingga bangunan tersebut terlihat bersih dan rapih.
Pembersihan dilakukan dengan menggunakan bantuan alat berat excavator. Sampah-sampah yang
dihasilkan dari pekerjaan ini dikumpulkan di suatu tempat yang telah disetujui oleh pengawas,
kemudian baru diangkut dengan menggunakan dump truck untuk dibuang ke tempat pembuangan
sampah akhir.

4. Papan Nama Proyek


Sebagai identitas lokasi proyek, maka kontraktor harus memasang papan nama proyek dengan
ukuran 80 x 120 cm dengan cat dasar putih, tulisan hitam dan huruf balok yang berfungsi sebagai
bahan informasi bagi masyarakat dan dipasang pada tempat yang strategis, pemasangan papan
nama setinggi ± 2.5 m diatas tanah, dipasang kuat dan dipancang kedalam tanah sedalam 0.5 m
kemudian diberi penyangga untuk menjaga kekuatan agar papan nama tidak roboh/jatuh.

Page 21
5. Pembuatan Pagar Sementara (Seng Gelombang)
Pekerjaan pagar sementara diperlukan untuk membatasi lingkungan atau lokasi proyek yang akan
dikerjakan dengan lingkungan sekitarnya. Pagar sementara terbuat dari bahan rangka kayu dan
seng gelombang, pemasangan pagar dilaksanakan dengan ketinggian 2 m diatas tanah. Gunanya
untuk keamanan dan pengamanan agar pelaksanaan berjalan lancar, termasuk perawatan dan
pembongkaran selesai pelaksanaan pekerjaan.

6. Pekerjaan Pemasangan Bouplank/Papan Ukur


Pekerjaan ini biasanya dilakukan seiring atau setelah pekerjaan pengukuran dilakukan.
Pemasangan Bouwplank (Pematokan) dilaksanakan bersama-sama oleh Pihak Proyek, Perencana
Pengawas, Pelaksana dan dibuat Berita Acara Pematokan.
Bowplank terbuat dari papan yang bagian atasnya dipakukan pada patok kayu persegi 5/7 cm yang tertanam
dalam tanah cukup kuat. Untuk menentukan ketinggian papan bouwplank secara rata bagian atasnya dari
papan bowplank harus di waterpass (horizontal dan siku), sedangkan untuk mengukur dari titik As ke As
antar ruangan digunakan meteran. Setiap titik pengukuran ditandai dengan paku dan dicat dengan cat merah
dan ditulis ukuran pada papan bouwplank agar mudah di cek kembali. Pemasangan papan bowplank
dilaksanakan pada jarak 1,5 m dari As sekeliling bangunan dan dipakukan pada patok – patok yang terlebih
dahulu ditancapkan kedalam tanah.

7. Pembuatan Direksi Keet


Dalam pelaksanaan proyek ini Direksi Keet yang dibuat terdiri dari Kantor ukuran 5x10m, Ruang
rapat Ukuran 4x4m, gudang ukuran 6 x 10m, barak pekerja ukuran 3x10m (2 Lantai), rumah genset,
serta Toilet.
Untuk Ruang kantor dan ruang Rapat didalamnya dilengkapi meja, kursi, gambar kerja, time
schedule, struktur organisasi proyek, papan tulis, alat pemadam kebakaran, buku tamu, buku
direksi dan laporan harian proyek. Ruang ini digunakan sebagai kantor sementara kontraktor dan
dipakai sewaktu-waktu perlu dilakukannya rapat kerja.

Page 22
Barak kerja dibuat untuk tempat tinggal sementara tenaga kerja selama proyek berlansung.

Gudang penyimpanan bahan ini dibuat untuk tempat bahan material yang sifatnya untuk menjaga
keselamatan dari bahan tersebut. Untuk Gudang penyimpanan semen, tempatnya harus baik
sehingga terlindung dari kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak. Lantai penyimpanan
harus kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan tanah.

Letak direksi keet dibuat pada tempat yang mudah dijangkau dan mudah dicapai dalam proses
bongkar muat material yang akan digunakan.

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ( K3 ) KONSTRUKSI


URUTAN KERJA
a. Penyedia harus menyiapkan perlengkapan keselatan kerja selama periode konstruksi sesuai
ketentuan.
b. Membuat Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (RK3K) sesuai schedule pekerjaan dan
koordinasikan dengan seluruh personil yang terkait.
c. Penyedia jasa membuat laporan rutin K3K.
d. Penyedia bersama pengawas melakukan inspeksi K3 Konstruksi secara periodic dalam
mingguanatau bulanan.

PENYIAPAN RENCANA KERJA K3


1) Penyedia harus menyiapkan perlengkapan keselamatan kerja selama periode kontruksi
sesuai ketentuan.
2) Buat Rencana keselamatan dan kesehatan kerja (RK3K) sesuai schedule pekerjaan dan
koordinasikan dengan seluruh personil yang terkait.
3) Penyedia jasa membuat laporan rutin K3K.
4) Penyedia bersama pengawas melakukan inspek K3 konstruksi secara periodik dalam
mingguan dan atau bulanan.

SOSIALISASI DAN PROMOSI K3


1) Indeks K3 (Safety Indaction).
2) Pengarahan K3 (Safety briefing) ,Pertemuan keselamatan (safety talk and Tool box
meeting).
3) Pelatihan K3.
4) Simulasi K3.
5) Spanduk ( Banner ).
6) Poster-poster.
7) Papan informasi K3.

ALAT PELINDUNG KERJA


1) Jaring Pengaman ( Safety Net ).
2) Tali Keselamatan ( Life Line )
3) Penahan Jatuh ( Safety Deck ).
4) Pagar Pengaman ( Guardian Ralling)
5) Pembatas Area ( Restricted Area ).

ALAT PELINDUNG DIRI


1) Topi pelindung (Safety Helmet).
2) Pelindung Mata (Goggles,spectacles)
3) Tameng muka (Face shield).
4) Masker selam (Breathing Apparatus).
5) Pelindung telinga (Ear plug,Ear Muff).

Page 23
6) Pelindung pernafasan dan mulut (Masker).
7) Sarung tangan (Safety Gloves).
8) Sepatu Keselamatan (Safety Shoes).
9) Penunjang seluruh tubuh (Full Body Hamess)
10) Jaket Pelampung (Life Vest).
11) Rompi Keselamatan (Safety Vest).

PERIJINAN
1) Surat Ijin Kelaikan Alat
2) Surat Ijin Operator.
3) Surat Ijin Pengesahan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).

TENAGA / PERSONIL K3.


1) Petugas Pelaksana K3.
2) Petugas Tanggap Darurat.
3) Petugas P3K.
4) Petugas Medis.

FASILITAS SARANA KESEHATAN


1) Peralatan P3K ( Kotak P3K, Tandu, Tabung Oksigen, Obat Luka, Perban , dll ).
2) Ruang P3K ( Tempat Tidur Pasien Stetoskop, Timbangan Berat Badan, Tensi Meter , dll ).
3) Peralatan Pengasapan ( Foggging).
4) Obat Pengasapan.
5) Rambu - Rambu K3.
6) Konsultasi dengan Ahli K3 Konstruksi.

LAIN - LAIN TERKAIT PENGENDALIAN RESIKO K3


1) Alat Pemadaman Api Ringan ( APAR ).
2) Sirine.
3) Bendera K3.
4) Lampu Darurat ( Emergency Lamp ).
5) Program Inspeksi Dan Audit Internal.
6) Pelapaoran dan Penyelidikan.
7) Konsultasi dengan Ahli K3 Konstruksi.

Metode Rencana Kesehatan dan Keselamatan Kerja


A. Mencakup ketentuan-ketentuan penanganan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) konstruksi
kepada setiap orang yang berada di tempat kerja yang berhubungan dengan pemindahan bahan
baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja.
Sehingga tenaga kerja terlindung dari kecelakaan kerja;
B. Penanganan K3 mencakup penyediaan sarana pencegah kecelakaan kerja dan perlindungan
kesehatan kerja konstruksi maupun penyediaan personil yang kompeten dan organisasi
pengendalian K3 Konstruksi sesuai dengan tingkat resiko yang ditetapkan oleh Pengawas pekerjaan.
C. Sistem Manajemen K3 Konstruksi Membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk
identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya secara berkesinambungan sesuai dengan
Rencana K3 Kontrak (RK3K) yang telah disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.

Page 24
Pelaksanaan:

1. Rapat Persiapan Keselamatan Kerja


2. Membuat Rencana Manajemen dan keselamtan Kerja (RMKK) berdasarkan tahapan-tahapan
3. dan metode pelaksanaan, sesuai ketentuan dan panduan Direktorat Jendral Bina Marga.
4. Sosialisasi dan Promosi K3
5. Penyediaan Alat-alat Pelindung diri (APD) beserta berlengkapan keselamatan kerja selama
6. periode konstruksi sesuai dengan ketentuan di dalam kontrak
7. Penyediaan personil dan fasilitas serta sarana K3
8. Menyediakan, memasang dan memelihara perlengkapan K3

a) Melengkapi RK3K dengan rencana penerapan K3 Konstruksi untuk seluruh tahapan


pekerjaan.Mempresentasikan RK3K pada rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi untuk
disahkan dan ditanda tangani oleh Wakil Pengguna Jasa sesuai ketentuan Permen PUPR
No.02/PRT/M/2018 atau perubahannya (jika ada) tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
b) melibatkan Ahli K3 Konstruksi pada paket pekerjaan dengan potensi risikotinggi dan harus
melibatkan Petugas K3 Konstruksi pada paket pekerjaan dengan potensi bahaya rendah. Identifikasi
dan potemsi bahaya K3 ditetapkan oleh Wakil Pengguna Jasa.
c) Ahli K3 adalah seseorang yang mempunyai sertifikat dari yang berwenang dan sudah berpengalaman
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam pelaksanaan K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang
dibuktikan dengan referensi pengalaman kerja. Petugas K3 adalah petugas di dalam organisasi
Penyedia Jasa yang telah mengikuti pelatihan/sosialisasi K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
Aplikasi ahli K3 atau petugas K3 akan merujuk Permen PUPR No.02/PRT/M/2018 atau perubahannya
(jika ada).
d) Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK 3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
telah mengatur mengenai SMK 3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, tugas, tanggungjawab dan
wewenang serta biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, namun
demikian belum mengatur mengenai rincian kegiatan penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum yang mencakup:

 Penyiapan Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (RK3K);


 Sosialisasi dan Promosi Ke selamatan dan Kesehatan Kerja (K3);
 Alat pelindung kerja;
 Alat pelindung diri;
 Asuransi dan perijinan;
 Personil K3;
 Fasilitas sarana ke sehatan;
 Rambu-rambu; dan
 Lain-lain terkait pengendalian risiko K 3, beserta biayanya yang dialokasikan pada biaya umum.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu menetapkan Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat tentang Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pe ke rjaan Umum.

RINCIAN KEGIATAN PENYELENGGAR AAN SMK3 KONSTRUKSI


A. Penyiapan RK3K terdiri atas:
B. Pembuatan Manual, Prosedur, Instruksi Kerja, Ijin Kerja Dan Formulir;
C. Pembuatan Kartu Identitas Pekerja (KIP);
D. Sosialisasi dan Promosi K3 te rdiri atas:
E. Induksi K3 (Safety Induction);
F. Pengarahan K3 (safety briefing) : Pertemuan Keselamatan (Safety Talk dan/atau Tool Box Meeting);
G. Pelatihan K3;
H. Simulasi K3;

Page 25
I. Spanduk (banner);
J. Poster;
K. Papan Informasi K3.

Alat Pelindung Kerja Terdiri Atas:


a) Jaring Pengaman (Safety Net);
b) Tali Keselamatan (Life Line);
c) Penahan Jatuh (Safety Deck);
d) Pagar Pengaman (Guard Railling);
e) Pembatas Area (Restricted Area).
Alat Pelindung Diri Terdiri Atas:
a) Topi Pelindung (Safety Helmet);
b) Pelindung Mata (Goggles, Spectacles);
c) Tameng Muka (Face Shield);
d) Masker Selam (Breathing Apparatus);
e) Pelindung Telinga (Ear Plug, Ear Muff);
f) Pelindung Pernafasan Dan Mulut (Masker);
g) Sarung Tangan (Safety Gloves);
h) Sepatu Keselamatan (Safety Shoes);
i) Penunjang Seluruh Tubuh (Full Body Harness);
j) Jaket Pelampung (Life Vest);
k) Rompi Keselamatan (Safety Vest); Celemek (Apron/ Coveralls);
l) Pelindung Jatuh (Fall Arrester);

Asuransi Dan Perijinan Terdiri Atas :

1. BPJS Ketenagakerjaan Dan Kesehatan Kerja;


2. Surat Ijin Kelaikan Alat;
3. Surat Ijin Operator;
4. Surat Ijin Pengesahan Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (P2K3);

Personil K3 terdiri atas :

1. Ahli K3 dan/atau Petugas K3;


2. Petugas Tanggap Darurat;
3. Petugas P3K;
4. Petugas Pengatur Lalu Lintas (Flagman);
5. Petugas Medis.

Fasilitas sarana kesehatan;

1. Peralatan P3K (Kotak P3K, Tandu, Tabung Oksigen, Obat Luka, Perban, dll)
2. Ruang P3K (Tempat Tidur Pasien, Stetoskop, Timbangan Berat Badan, Tensi Meter, dll);
3. Peralatan Pengasapan (Fogging);
4. Obat Pengasapan

Rambu-Rambu Terdiri Atas :

1. Rambu Petunjuk;
2. Rambu Larangan;
3. Rambu Peringatan;
4. Rambu Kewajiban;
5. Rambu Informasi;

Page 26
6. Rambu Pekerjaan Sementara;
7. Tongkat Pengatur Lalu Lintas (Warning Lights Stick);
8. Kerucut Lalu Lintas (Traffic Cone);
9. Lampu Putar (Rotary Lamp);
10. Lampu Selang Lalu Lintas.

Lain- Lain Terkait Pengendalian Risiko K3

1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR);


2. Sirine ;
3. Bendera K3;
4. Jalur Evakuasi (Escape Route);
5. Lampu Darurat (Emergency Lamp);
6. Program Inspeksi Dan Audit Internal;
7. Pelaporan dan Penyelidikan Insiden.

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DALAM PEKERJAAN PROYEK


Alat pelindung diri (APD) adalah suatu kewajiban dimana biasanya para pekerja atau buruh
bangunan yang bekerja disebuah proyek atau pembangunan sebuah gedung, diwajibkan
menggunakannya. Alat-alat demikian harus memenuhi persyaratan tidak mengganggu kerja dan
memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya. Alat Pelindung Diri yang disediakan oleh
pengusaha dan dipakai oleh tenaga kerja harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan
sertifikat. Tenaga kerja berhak menolak untuk memakainya jika APD yang disediakan jika tidak
memenuhi syarat. Alat Pelindung diri berperan penting terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja,
serta mencegah berguna untuk mencegah pekerja dari kecelakaan seperti: Tertimpa benda keras
dan berat, tertusuk atau terpotong benda tajam, terjatuh dari tempat tinggi, terbakar atau terkena
aliran listrik, terkena zat kimia berbahaya pada kulit atau melalui pernafasan, pendengaran menjadi
rusak karena suara kebisingan, penglihatan menjadi rusak diakibatkan intensitas cahaya yang tinggi,
terkena radiasi dan gangguan lainnya.Macam alat pelindung diri antara lain adalah: Masker alat
pelindung hidung, topi pengaman, sarung tangan, sepatu pengaman sebagai alat pelindung kaki,
pakaian kerja, tali pengaman untuk melindungi pekerja dari kemungkinan jatuh.
A. Pendahuluan.
1. Dalam setiap kegiatan melakukan pekerjaan seseorang yang terlibat dengan pekerjaan yang
dimaksud tidak akan lepas dengan kemungkinan kecelakaan ataupun pengaruh yang berdampak
pada kesehatan itu sendiri. Keselamatan dan kecelakaan kerja adalah keselamatan yang
berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya
serta cara-cara melakukan pekerjaan.
2. Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan yang tak diharapkan yang dapat menyebabkan
kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang yang paling berat.
3. Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya
sendiri maupun masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal.
4. Hazard adalah suatu potensi bahwa dari suatu urutan kejadian akan timbul suatu kerusakan atau
dampak yang akan merugikan. Ruang lingkup upaya kesehatan kerja meliputi berbagai upaya

Page 27
penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis
dalam hal cara maupun metode kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :
a) Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja disemua
lapangan kerja.
b) Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pekerja yang diakibatkan oleh keadaan atau
kondisi lingkungan pekerjaannya.
c) Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari kemungkinan dari bahaya
yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
d) Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungkan pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
B. Pengertian alat pelindung Diri
1) Alat pelindung diri (APD) adalah suatu kewajiban dimana biasanya para pekerja atau buruh
bangunan yang bekerja disebuah proyek atau pembangunan sebuah gedung, diwajibkan
menggunakannya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen
tenaga Kerja Republik indonesia. Alat-alat pelindung diri yang demikian harus memenuhi
persyaratan tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan efektif terhadap jenis
bahaya yang akan terjadi.
2) Alat Pelindung diri (APD) berperan penting terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Dalam pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan yang penting
sebagai pelaku pembangunan. Sebagai pelaku pembangunan perlu dilakukan upaya-upaya
perlindungan baik dari aspek ekonomi, politik, sosial, teknis, dan medis dalam mewujudkan
kesejahteraan tenaga kerja.
3) Bahaya yang mungkin terjadi pada proses produksi dan diprediksi akan menimpa tenaga
kerja adalah sebagai berikut:
a. Tertimpa benda keras dan berat
b. Tertusuk atau terpotong benda tajam
c. Terjatuh dari tempat tinggi
d. Terbakar atau terkena aliran listrik
e. Terkena zat kimia berbahaya pada kulit atau melalui pernafasan.
f. Pendengaran menjadi rusak karena suara kebisingan
g. Penglihatan menjadi rusak diakibatkan intensitas cahaya yang tinggi
h. Terkena radiasi dan gangguan lainnya.

Sedangkan kerugian yang harus ditanggung oleh pekerja maupun pihak pemberi kerja apabila terjadi
kecelakaan adalah :
- Produktifitas pekerja berkurang selama sakit

Page 28
- Adanya biaya perawatan medis atas tenaga kerja yang terluka, cacat, bahkan meninggal dunia.
- Kerugian atas kerusakan fisilitas mesin dan yang lainnya.
- Menurunnya efesiensi perusahaan.

Alat Pelindung Diri (APD) bukanlah alat yang nyaman apabila dikenakan tetapi fungsi dari alat ini sangatlah
besar karena dapat mencegah penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan pada waktu bekerja. Pada
kenyataannya banyak pekerja yang masih belum menggunakan alat pelindung diri ini karena merasakan
ketidak nyamanan.

C. Penggunaan Alat Pelindung Diri


1) Peraturan yang mengatur penggunaan alat pelindung diri ini tertuang dalam pasal 14 Undang-
undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dimana setiap pengusaha
atau pengurus perusahaan wajib menyediakan Alat Pelindung Diri secara cuma-cuma terhadap
tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja. Berdasarkan peraturan tersebut secara
tidak langsung setiap pekerja diwajibkan untuk memakai APD yang telah disediakan oleh
perusahaan.
2) Alat Pelindung Diri yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai oleh tenaga kerja harus memenuhi
syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja berhak menolak untuk memakainya jika
APD yang disediakan jika tidak memenuhi syarat.

D. Macam-macam alat pelindung diri


Macam-macam alat pelindung diri yang dibutuhkan untuk mencegah agar anggota tubuh terhindar dari
kecelakaan pada saat bekerja adalah sebagai berikut dibawah ini :
1). MASKER
Masker digunakan untuk pada tempat-tempat kerja tertentu dan seringkali udaranya kotor yang
diakibatkan oleh bermacam-macam hal antara lain :
a. Debu-debu kasar dari penggerinderaan atau pekerjaan sejenis
b. Racun dan debu halus yang dihasilkan dari pengecatan atau asap
c. Uap sejenis beracun atau gas beracun dari pabrik kimia
d. Gas beracun seperti CO2 yang menurunkan konsentrasi oksigen diudara.

Gambar 1. Pelindung Pernafasan


Untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran tersebut, kita dapat menggunakan alat yang biasa desebut
dengan “masker” (pelindung pernafasan). Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan masker
yaitu :
a. Bagaimana cara menggunakan secara benar
b. Macam dan jenis dari kotoran yang perlu dihindari
c. Lamanya menggunakan alat tersebut

Jenis-jenis masker dan penggunaanya adalah :


a). Masker Penyaring Debu
Masker penyaring debu ini berguna untuk melindungi pernafasan dari serbuk-serbuk logam,
penggerindaan atau serbuk kasar lainnya.

Page 29
b).Masker berhidung
Masker ini dapat menyaring debu atau benda lain sampai ukuran 0,5 mikron, bila kita sulit bernafas
waktu memakai alat ini maka hidung-hidungnya harus diganti karena filternya telah tersumbat oleh
debu.
Hal yang perlu diingat dalam penggunaan masker berhidung adalah: Memasang masker ini harus
menempel baik pada wajah. Untuk memeriksa ini tempelkan selembar kertas atau telapak tangan
pada hidung. Bila masker terpasang baik pada wajah, maka kertas atau telapak tangan akan tertarik.
a. Karena hidungnya dua buah, maka dalam pemasangannya jangan terbalik.
b. Bersihkanlah masker setelah pemakaian dan lepaskan hidung-hidungnya.

c). KACAMATA

Kacamata pengaman digunakan untuk melindungi mata dari debu kayu, batu, atau serpihan besi yang
berterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-partikel debu berukuran sangat kecil dan halus yang
terkadang tidak terlihat oleh kasat mata. Pada bagian mata perlu mendapat perhatian dan diberikan
perlindungan dengan alat pelindung mata, biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata yaitu
pekerjaan mengelas atau pekerjaan yang lainnya. Masalah tersulit dalam pencegahan kecelakaan adalah
pencegahan kecelakaan yang menimpa mata dimana jumlah kejadiannya demikian besar.

Gambar 2. Alat Pelindung Muka

Kebanyakan tenaga kerja merasa enggan memakai kaca mata karena ketidak nyamanan sehingga
dengan alasan tersebut merasa mengurangi kenyamanan dalam bekerja. Sekalipun kaca mata
pelindung yang memenuhi persyaratan demikian banyaknya. Upaya untuk pembinaan kedisiplinan
pada pekerja, atau melalui pendidikan dan keteladanan, agar tenaga kerja memakainya. Tenaga

Page 30
kerja yang berpandangan bahwa resiko kecelakaan terhadap mata adalah besar akan memakainya
dengan kemauan dan kesadarannya sendiri. Sebaliknya tenaga kerja yang merasa bahwa bahaya itu
kecil, maka mereka tidak begitu mengindahkannya dan tidak akan mau memakainya. Kesulitan akan
pemakaian kacamata ini dapat diatasi dengan berbagai cara. Pada beberapa perusahaan, tempat
kerja dengan bahaya pekerjaan mata hanya boleh di masuki jika kaca mata pelindung di kenakan.
Sebagaimana fungsi sebagai tempat kerja tersebut, maka suatu keharusan setiap tenaga kerja akan
selalu memakai kaca mata pelindung selama jam kerja, dan bagi barang siapa tidak memakai kaca
mata pelindung akan merasa kalah bersaing bila dibandingkan tenaga kerja yang memakai kaca
mata.

d). SEPATU PENGAMAN

Sepatu pengaman harus dapat melindungi tenaga kerja terhadap kecelakaan-kecelakaan yang
disebabkan oleh beban berat yang menimpa kaki, paku-paku atau benda tajam lain yang mungkin
terinjak, logam pijar, larutan asam dan sebagainya. Biasanya sepatu kulit yang buatannya kuat dan
baik cukup memberikan perlindungan, tetapi terhadap kemungkinan tertimpa benda-benda berat
masih perlu sepatu dengan ujung berttutup baja dan lapisan baja didalam solnya. Lapisan baja
dalam sol sepatu perlu untuk melindungi pekerja dari tusukan benda runcing khususnya pada
pekerjaan bangunan.

Gambar 3. Alat Pelindung Kaki

Untuk keadaan tertentu kadang-kadang harus diberikan kepada tenaga kerja sepatu pengaman
yang lain. Misalnya, tenaga pekerja yang bekerja dibidang listrik harus mengenakan sepatu
konduktor, yaitu sepatu tanpa paku dan logam, atau tenaga kerja ditempat yang menimbulkan
peledakan diwajibkan memakai sepatu yang tidak menimbulkan loncatan bunga api

e). SARUNG TANGAN

Sarung tangan harus disediakan dan diberikan kepada tenaga kerja dengan pertimbangan akan
bahaya-bahaya dan persyaratan yang diperlukan. Antara lain syaratnya adalah bebannya bergerak
jari dan tangan. Macamnya tergantung pada jenis kecelakaan yang akan dicegah yaitu tusukan,
sayatan, terkena benda panas, terkena bahan kimia, terkena aliran listrik, terkena radiasi dan
sebagainya.

Page 31
Gambar 4. Sarung tangan

Harus diingat bahwa memakai sarung tangan ketika bekerja pada mesin pengebor, mesin pengepres
dan mesin lainnya yang dapat menyebabkan tertariknya sarung tangan kemesin adalah berbahaya.
Sarung tangan juga sangat membantu pada pengerjaan yang berkaitan dengan benda kerja yang
panas, tajam ataupun benda kerja yang licin. Sarung tangan juga dipergunakan sebagai isolator
untuk pengerjaan listrik.
f). TOPI PENGAMAN

Topi pengaman (helmet) harus dipakai oleh tenaga kerja yang mungkin tertimpa pada kepala oleh
benda jatuh atau melayang atau benda-benda lain yang bergerak. Topi pengaman harus cukup keras dan
kokoh, tetapi ringan. Bahan plastik dengan lapisan kain terbukti sangat cocok untuk keperluan ini.

Gambar 5. Topi Pengaman

Topi pengaman dengan bahan elastis seperti karet atau plastik pada umumnya dipakai oleh wanita.
Rambut wanita yang panjang memiliki potensi resiko ditarik oleh mesin. Oleh karena itu penutup
kepala harus dipakai agar rambut tidak terbawa putaran mesin dengan cara rambut diikat dan
ditutup oleh penutup kepala.

g). PERLINDUNGAN TELINGA


Alat ini digunakan untuk menjaga dan melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang yang bersumber atau
dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising. Alat perlindungan
telinga harus dilindungi terhadap loncatan api, percikan logam, pijar atau partikel yang melayang.
Perlindungan terhadap kebisingan dilakukan dengan sumbat atau turup telinga.

Page 32
Gambar 6. Alat Pelindung Pendengaran

h). ALAT PELINDUNG DIRI LAINNYA


Masih banyak terdapat alat-alat pelindung diri lainnya seperti “tali pengaman” bagi tenaga kerja
yang mungkin terjatuh, selain itu mungkin pula diadakan tempat kerja khusus bagi tenaga kerja
dengan segala alat proteksinya. Juga ‘’pakaian khusus’’ bagi saat terjadinya kecelakaan atau untuk
proses penyelamatan.

Gambar 7. Alat Pelindung Tubuh


Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan. Pakaian tenaga
kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau
punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan-lipatan yang mungkin mendatangkan bahaya. Bagi tenaga
kerja wanita sebaiknya memakai juga celana panjang, ikat rambut, baju yang pas dan tidak memakai
perhiasan-perhiasan yang dapat mengganggu saat bekerja. Pakaian kerja sintetis hanya baik terhadap
bahan-bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahan-bahan yang dapat
meledak oleh aliran listrik statis.

i). Kesimpulan
1. Alat pelindung diri (APD) adalah suatu kewajiban dimana biasanya para pekerja atau buruh
bangunan yang bekerja disebuah proyek atau pembangunan sebuah gedung, diwajibkan
menggunakannya.
2. Alat-alat demikian harus memenuhi persyaratan tidak mengganggu kerja dan memberikan
perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.
3. Alat Pelindung Diri yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai oleh tenaga kerja harus memenuhi
syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja berhak menolak untuk memakainya jika
APD yang disediakan jika tidak memenuhi syarat.
4. Alat Pelindung diri berperan penting terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja, serta mencegah
berguna untuk mencegah pekerja dari kecelakaan seperti: Tertimpa benda keras dan berat, tertusuk
atau terpotong benda tajam, terjatuh dari tempat tinggi, terbakar atau terkena aliran listrik, terkena
zat kimia berbahaya pada kulit atau melalui pernafasan, pendengaran menjadi rusak karena suara
kebisingan, penglihatan menjadi rusak diakibatkan intensitas cahaya yang tinggi, terkena radiasi dan
gangguan lainnya.

Page 33
Macam alat pelindung diri antara lain adalah: Masker alat pelindung hidung, Topi pengaman, sarung tangan,
sepatu pengaman sebagai alat pelindung kaki, pakaian kerja, tali pengaman untuk melindungi pekerja dari
kemungkinan jatuh.
Flow Chart Pekerjaan Persiapan Umum

Page 34
B. GEDUNG LABORATORIUM TERANOKOKO
I. PEKERJAAN ARSITEKTUR LANTAI – 1 dan LANTAI - 2
PEKERJAAN PLAFOND, Meliputi :

a) Tahapan Perencanaan
1. Mutu bahan sesuai Spesifikasi dan disetujui oleh direksi lapangan
2. Gambar kerja sudah disetujui oleh direksi lapangan
3. Surat ijin pelaksanaan pekerjaan sudah disetujui oleh Pengawas / Direksi.

b) Pekerjaan Persiapan
1. Pengadaan bahan, tenaga kerja dan alat
2.
1. PEKERJAAN PEMASANGAN Sandwich Panel (Polyurethane)

1. Pekerjaan Plafond Sandwich Panel (polyurethane), lengkap termasuk rangka dan gantungan, di
seluruh area ruang kerja Laboratorium.
2. Pekerjaan Listpond, Sanwich Hospital List (Curve), seluruh dinding bata dan dinding partisi
Sandwich.
Sandwich panel polyurethane atau PPU yang disajikan terbuat dari lapisan tahan panas (busa
poliuretan) dan dua pelat (logam, PVC, magnesit, fiberboard). Struktur komponen diikat dengan lem
khusus dengan penekanan panas atau dingin. Didesain dan diproduksi mereka berfungsi sebagai
dinding dan atap bangunan. Bahan ini memiliki berat yang rendah, dan sistem koneksi khusus
sehingga struktur apa pun dapat dibangun dalam waktu minimum. Massa yang kecil memungkinkan
Anda untuk menghemat fondasi – bagian yang paling mahal dari bangunan. Selain itu, peralatan dan
material tambahan (semen, penguat, dll.) Tidak diperlukan.
Sandwich Panel merupakan material dinding/tembok Pre-Fabrication, dimana material sudah jadi
dan siap untuk langsung dipasang di tempat yang sudah ditentukan.
Berikut cara memasang Plafond Sandwich Panel :

Page 35
3. Pekerjaan Plafond Gypsum tebal 9 mm, lengkap termasuk rangka rangka hollow 40x40 mm termasuk
gantungannya, .
Dipasang pada : Area Lobby Hall Katrol, Area Ruang Staff (Kosmetik) dan Hall Tangga
Ruang Mushallah, Ruang Kabid . Teranokoko & Ruang Tunggunya.
Area Koridor Toilet dan Ruang Pantry.

Metode Pelaksanaan

1. Memasang alat bantu Scaffolding untuk menujang pemasangan rangka plafond dan plafond,
Kemudian diadakan pengukuran spasi pemasangan rangka dan gantungan sesuai dengan spesifikasi
teknis yang dianjurkan.
2. Pengukuran tinggi plafond untuk disesuaikan komponen MEP yang akan di pasangkan diatas plafon.
3. Pekerjaan pasang plafond pada plat lantai / balok yang pertama dilakukan pasang penggantung
rangka (tie rod) dengan menggunan paku tembak.
4. Bila pemasangan pada bagian top / tanpa plat lantai maka gantungan dibuat pada rangka atap.
5. Mengukur kedataran penggantung diperlukan agar menghasilkan plafond yang tidak gelombang.
6. Dilanjutkan dengan memasang rangka plafond, lakukan juga pengecekan kedataran posisi rangka
dengan waterpass. Rangka hollow tulangan utama menggunakan ukuran 4x4 sedangkan untuk

Page 36
tumpuan plafon rangka hollow ukuran 2x4. Setiap rangka diikat dengan menggunakan screw # 1/8
dengan menggunakan bor / obeng.
7. Jarak pemasangan tulangan utama (hollow 4x4) dan tulangan tumpuan (hollow 2x4) harus sesuai
spesifikasi.
8. Kemudian dilanjukan dengan pemasangan gysum tebal 9 mm dengan menggunakan screew # 1/8
dan bor sekrup.
9. Selanjutnya adalah pekerjaan menutupi sambungan antar gypsum dengan paper tape / kasa plafond
untuk menghindari keretakan.
10. Setelah selesai dilakukan pekerjaan compound pada sambungan gypsum dan titik-titik sekrup.
11. Lalu dilanjutkan dengan pengecatan plafon.

Kebutuhan bahan, alat dan tenaga


Bahan: Peralatan :
Plafond : Gypsum 9 mm - Bor Sekrup
Rangka : Baja ringan - Tembakan paku
Aksersories : paku tembak, screw dan paku beton - Waterpass, dan alat bantu pertukangan.
Tenaga : - Scaffolding.
Pekerja, Tukang, KepalaTukang dan Mandar.

4 Pekerjaan Plafond Calsiboard tebal 6 mm, lengkap termasuk rangka rangka hollow 40x40 mm
termasuk gantungannya, .
Dipasang pada : Toilet Umum Pria, Toilet Umum Wanita, Janitor, Ruang Wudhu
Area Koridoor Luar (Samping Kiri).

Metode Pelaksanaan

1) Memasang alat bantu Scaffolding untuk menujang pemasangan rangka plafond dan plafond,
Kemudian diadakan pengukuran spasi pemasangan rangka dan gantungan sesuai dengan spesifikasi
teknis yang dianjurkan.
2) Pengukuran tinggi plafond untuk disesuaikan komponen MEP yang akan di pasangkan diatas plafon.
3) Pekerjaan pasang plafond pada plat lantai / balok yang pertama dilakukan pasang penggantung
rangka (tie rod) dengan menggunan paku tembak.
4) Bila pemasangan pada bagian top / tanpa plat lantai maka gantungan dibuat pada rangka atap.
5) Mengukur kedataran penggantung diperlukan agar menghasilkan plafond yang tidak gelombang.
6) Dilanjutkan dengan memasang rangka plafond, lakukan juga pengecekan kedataran posisi rangka
dengan waterpass. Rangka hollow tulangan utama menggunakan ukuran 4x4 sedangkan untuk
tumpuan plafon rangka hollow ukuran 2x4. Setiap rangka diikat dengan menggunakan screw # 1/8
dengan menggunakan bor / obeng.
7) Jarak pemasangan tulangan utama (hollow 4x4) dan tulangan tumpuan (hollow 2x4) harus sesuai
spesifikasi.
8) Kemudian dilanjukan dengan pemasangan Calsiboard tebal 6 mm dengan menggunakan screew #
1/8 dan bor sekrup.
9) Selanjutnya adalah pekerjaan menutupi sambungan antar gypsum dengan paper tape / kasa plafond
untuk menghindari keretakan.
10) Setelah selesai dilakukan pekerjaan compound pada sambungan gypsum dan titik-titik sekrup.
11) Lalu dilanjutkan dengan pengecatan plafon.

Kebutuhan bahan, alat dan tenaga


Bahan: Peralatan :
Plafond : Calsiboard 6 mm - Bor Sekrup
Rangka : Baja ringan - Tembakan paku
Aksersories : paku tembak, screw dan paku beton - Waterpass, dan alat bantu pertukangan.
Tenaga : - Scaffolding.

Page 37
Pekerja, Tukang, KepalaTukang dan Mandar

Gambar cara memasangan Plafond dan Flow chat Pekerjaan :

Page 38
4. Pas. List Plafond, Aluminium U pada area :
Area Lobby Hall Katrol, Area Ruang Staff (Kosmetik) dan Hall Tangga
Ruang Mushallah, Ruang Kabid . Teranokoko & Ruang Tunggunya.
Area Koridor Toilet dan Ruang Pantry.
Toilet Umum Pria, Toilet Umum Wanita, Janitor, Ruang Wudhu
Area Koridoor Luar (Samping Kiri).

Kebutuhan bahan, alat dan tenaga


Bahan: Peralatan :
Plafond : List Aluminium “U” - Bor Sekrup
Rangka : Baja ringan - Tembakan paku
Aksersories : paku tembak, screw dan paku beton - Waterpass, dan alat bantu pertukangan.
Tenaga : - Scaffolding.
Pekerja, Tukang, KepalaTukang dan Mandar

Metode Pelaksanaan :
1) Ukur panjang area yang ingin dipasang list. Pastikan ukurannya tepat karena jika meleset beberapa
centimeter aja bisa berpengaruh pada saat pemasangan list yang lain (terutama bagian sambungan
pojok).
2) Setelah itu, potong list yang akan dipasang sesuai dengan ukuran tadi dengan menggunakan gergaji
besi.
3) Pasang tangga atau scaffolding yang memakai roda.
4) Pasang List Aluminium U pada tepi plafond dan dinding dengan menggunakan paku/sekrup tembak.
5) Kemudian dirapihkan dan sisa-sisa material.

5. Pekerjaan Pengecatan Plafond dengan Cat tembok Acrilyc Emulsion.


 Plafond Gypsum
 Plafond Calsiboard
Pelaksanaan pekerjaan pengecatan plafond gypsum dan Calsiboard

 Pastikan permukaan plafond gypsum dan Calsiboard sudah dalam keadaan rata.
 Proteksi area kerja dengan plastic terutama pada bagian lantai dan pintu/jendela untuk menghindari
tumpahan cat.
 Permukaan plafond dibersihkan dahulu dari debu dan kotoran dengan diampelas.
 Kemudian permukaan plafond diberi lapisan dasar sealer (untuk pengikat cat).
 Setelah diberi lapisan sealer, dilakukan pengecatan finish untuk permukaan plafond minimal 2 (dua)
lapis dengan menggunakan jenis cat emultion.
 Pengulangan cat dilakukan setelah lapisan cat sebelumnya telah kering.

Page 39
Flow Chart Pekerjaan Pengecatan Plafond Gypsum dan Calsiboard :

Pek. Plafond selesai


dikerjakan

Material Cat tembok,


dan kuas disiapkan

Dihaluskan dgn
diamplas lalu dicat

Cek

Selesai

Page 40
C. POWER HOUSE / JARINGAN KAWASAN
PEKERJAAN MECHANICAL, ELECTRICAL DAN PLUMBING

I. Tahap Perencanaan
1) Suplai bahan-bahan elekrikal sesuai dengan spesifikasi dan mendapat persetujuan
dari Direksi/PPK dengan memperlihatkan contoh dan jenis bahan tersebt.
2) Mempersiapkan gambar rencana pelaksanaan yang disetujui oleh Direksi/PPK.
3) Setelah segala kebutuhan bahan/material telah disetujui, maka dapat dizinkan
memulai pelaksanaan pekerjaan.

Page 41
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN ELEKTRIKAL
a. Lingkup Pekerjaan Melakukan pembobokan dinding, memasang pipa konduit, pemasangan kabel,
pemasangan fitting dan lampu, perapihan, pemasangan daya utama, dan pengujian.
b. Persiapan pekerjaan :
1. Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan elektrikal arus kuat dan arus lemah.
2. Mengirim program kerja (workplan) termasuk metoda kerja, schedule, peralatan, personil kerja dan
gambar kerja yang akan digunakan, untuk memperoleh persetujuan dari Konsultan sebelum
pekerjaan
3. Memberitahu Konsultan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum tanggal dilakukannya
pelaksanaan pekerjaan
4. Approval material yang akan digunakan.
5. Persiapan lahan kerja.
6. Sebelum pekerjaan dilaksanakan, terlebih dahulu material kerja dan alat bantu kerja disiapkan.
Ruang Lingkup Pekerjaan adalah :
a) Pekerjaan bobokan dinding
b) Pekerjaan pemasangan pipa konduit
c) Pekerjaan wiring
d) Pekerjaan Instalasi komponen penerangan
e) Pekerjaan Instalasi Panel c.
f) Untuk pekerjaan Elektrikal Instalation Panel ini meliputi beberapa pekerjaan :
g) Pekerjaan Distribution Panel dan Power Cabel
h) Pekerjaan Medium Voltage
i) Pekerjaan Grounding Electrical
j) Pekerjaan Armature, Cabeling, Lightening Protection
k) Pekerjaan Penerangan Jalan Umum
l) Pekerjaan Power House Fire Alarm
m) Pekerjaan Testing dan Commissioning Electrical Instalasi

A. PEKERJAAN PENERANGAN, SAKLAR DAN STOP KONTAK

Yang dimaksud pekerjaan Penerangan dan Stopkontak adalah pekerjaan pemasangan instalasi penerangan,
pemasangan armature, pemasangan panel dan Stopkontak 1 phase lengkap dengan kabel distribusinya dan
panel-panelnya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


a) Untuk pemasangan konduit pada dinding, agar dilaksanakan sebelum pekerjaan plesteran, agar
permukaan dinding tidak bergelombang
b) Untuk mempermudah penarikan kabel di dalam konduit, gunakan kawat pancing
c) Koordinasikan titik saklar / stop kontak pada arsitek, terutama pada dinding yang mempunyai
finishing keramik

Proses Pelaksanaan.
1. Untuk material – material elektrikal dan Stopkontak, karena dimensinya tidak terlalu besar dan tidak
terlalu berat maka untuk pekerjaan yang dekat dengan gudang, pengangkutannya dapat
menggunakan tenaga manusia. Tetapi untuk beberapa equipment harus menggunakan bantuan
mobil forklift atau sejenisnya.
2. Pada saat pengecoran plat lantai, pekerjaan Penerangan dan Stopkontak dapat segera dimulai
dengan pemasangan sparing conduit bersamaan dengan pembesian plat lantai.
3. Setelah bekisting plat lantai dibongkar, maka pekerjaan wiring kabel untuk elektrikal dan Stopkontak
dapat segera dimulai sesuai shop drawing yang disetujui.
4. Test tahanan isolasi kabel dan grouping.
5. Jika hasil test dinyatakan baik, maka pada saat pemasangan kerangka plafon dimulai juga
pemasangan armature lampu.

Page 42
6. Untuk Stopkontak pada saat pekerjaan bata (dinding) sparing dan wiring dimulai dipasang pada
dinding dimana titik Stopkontak diletakkan.
7. Setelah dinding dilakukan finishing dan kondisi keamanan sudah terjamin (ruangan terkunci) maka
Stopkontak dapat dipasang.
8. Setelah itu dilanjutkan dengan connection instalasi ke panel di masing – masing lantai.
9. Connection panel per lantai dengan panel induk.
10. Test nyala lampu dan tegangan pada Stopkontak.
11. Pengetesan, untuk pekerjaan ini dilakukan test kontinuitas.

Page 43
B. PEKERJAAN PANEL :
1) Tahapan Perencanaan
a) Mutu bahan sesuai Spesifikasi dan disetujui oleh direksi lapangan
b) Gambar kerja sudah disetujui oleh direksi lapangan
c) Surat ijin pelaksanaan pekerjaan sudah disetujui oleh Pengawas / Direksi

2) Tahapan Persiapan --------------------- Persiapan bahan, alat dan tenaga kerja

3) Tahapan Pelaksanaan
a) Panel listrik dipasang pada dinding yang sudah ditentukan, rata dan tidak miring.
b) Semua kabel yang masuk ke dalam panel listrik diberi tanda sesuai dengan kegunaannya dan dilengkapi
dengan ring karet supaya lubang panel bagian atas dapat terlindung dari debu/kotoran. Khusus untuk kabel
dengan Ø 16 mm2 harus diberi sepatu kabel dalam panel.
c) Pada sisi pintu panel bagian dalam harus dibuat diagram instalasinya termasuk daya cadangan yang sudah
direncanakan, hal ini perlu untuk memudahkan bila ada perbaikan instalasi.

Page 44
C. PEKERJAAN KABEL

1. Tahapan Perencanaan
a) Mutu bahan sesuai Spesifikasi dan disetujui oleh direksi lapangan
b) Gambar kerja sudah disetujui oleh direksi lapangan
c) Surat ijin pelaksanaan pekerjaan sudah disetujui oleh Pengawas / Direksi

2. Tahapan Persiapan ---------------------- Persiapan tenaga, material dan alat

3. Tahapan Pelaksanaan
Ada dua standarisasi pemasangan kabel STRAIGHT :
 Kabel 1 Oranye – garis putih
 Kabel 2 Oranye
 Kabel 3 Hijau – garis putih
 Kabel 4 Biru
 Kabel 5 Biru – garis putih
 Kabel 6 Hijau
 Kabel 7 Coklat – garis putih
 Kabel 8 Coklat
CROSS :
 Kabel1 Hijau – garis putih
 Kabel 2 Hijau
 Kabel 3 Oranye – garis putih
 Kabel 4 Biru
 Kabel 5 Biru – garis putih
 Kabel 6 Oranye
 Kabel 7 Coklat – garis putih
 Kabel 8 Coklat

Page 45
Kabel Straight-trough :
Kabel ini digunakan untuk menghubungkan dua device yang berbeda seperti :
 Komputer to HUB
 Komputer to Switch
 Switch to Router
 HUB to Router
Pemasangan kabel ini dalam satu kabel menggunakan satu standar saja. Jika menggunakan
T568A maka kedua ujungnya menggunakan T568A, begitu juga sebaliknya

Kabel Crossover :
Kabel ini digunakan untuk memasang dua device yang sama seperti :
 Komputer to Komputer
 HUB to HUB
 Switch to Switch
 HUB to Switch
Pemasangan kabel ini menggunakan dua standar dalam satu kabelnya. Jika ujung pertama
menggunakan
T568A maka ujung yang kedua menggunkan T568B.

Pemasangannya :
 Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
 Potong kabel sesuai dengan kebutuhan.
 Kelupas jaket pelindung pada kabel kira-kira sekitar 2 cm (sesuai kebutuhan)
 Pisahkan pilinan pada kabel sesuai dengan warnanya
 Urutkan sesuai dengan standarisasi yang ada
 Potong secara rata jika kabel sudah diurutkan, sisakan sekitar 1,5cm
 Masukkan kabel UTP ke dalam konektor RJ45. Pastikan urutan kabel benar, jaket
pelindung masuk ke RJ45, dan semua kabel telah masuk sempurna hingga menyentuh
pangkal RJ45
 Crimping konektor RJ45 beserta kabel tersebut dengan Tang Crimping
 Lakukan pada ujung yang satunya. Gunakan Fluke atau Kabel Tester untuk
menguji koneksi kabelnya
 Kabel UTP sudah siap di gunakan

Page 46
D. TESTING DAN COMMISIONING.

1. Sesuai dengan standart yang ada dalam elemen – elemen ISO 9001, maka pekerjaan Inspection and
Test adalah suatu item yang harus menjadikan concern bagi pelaksanaan pekerjaan ini. Didalam
pelaksanaan nantinya kami merencanakan Tahap Pekerjaan Inspection and Test sebagai berikut :
Incoming Inspection
2. Adalah inspeksi yang dilakukan pada saat penerimaan barang dari vendor / supplier, hal ini
diperlukan untuk memastikan bahwa barang yang dikirim / yang kami terima adalah barang yang
benar – benar sesuai dengan spesifikasi, kebutuhan dan pesanan.
Inprocess Inspection
3. Adalah inspeksi yang dilakukan pada saat pelaksanaan pekerjaan . Dengan demikian maka apabila
terdapat kesalahan dalam proses pekerjaan dapat dideteksi sejak dini.
3. Final Inspection
Adalah inspeksi yang dilakukan pada saat pekerjaan telah selesai. Hal ini untuk memastikan
bahwa semua pekerjaan atau peralatan yang dipasang sesuai dengan rencana.
4. General Testing dan Commisioning.
Pada tahap ini pelaksanaan Partial Test maupun General Testing dan Commisioning dilakukan
oleh Kontraktor dengan disaksikan oleh Konsultan / Owner.

Page 47
Flow Chart Pekerjaan Instalasi

Mulai

Pengajuan kpd Produsen


termasuk Brosur

Proses seblm Alternatif


Suplay

Check oleh Tidak


Engginer

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
disetujui

Suplay Material
Unit

Material siap
pakai
Check Tidak

Ok

Pasang

Perbaiki

TestCom Tidak
misioning

Ok
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Selesai

Page 48
Pekerjaan Fire Alarm ,Telpon, Sound System
Yang dimaksud pekerjaan Fire Alarm Telpon dan Sound System adalah pekerjaan pemasangan instalasi
sistem deteksi dini untuk kebakaran dalam gedung dan sistem komunikasi dengan orang lain

Tahapan Perencanaan :
a) Mutu material sesuai Spesifikasi dan disetujui oleh direksi lapangan
b) Membuat gambar kerja sudah disetujui oleh direksi lapangan
c) Ijin pelaksanaan pekerjaan sudah disetujui oleh Pengawas / Direksi
Tahapan Persiapan -------------------------- Persiapan tenaga, material dan alat

Tahapan Pelaksanaan :
 Pemasangan Conduit
 Pemasangan kabel Fire Alarm
 Pemasangan Rak kabel
 Pemasangan Terminal box
 Pemasangan Detector dan lampu indicator
 Pemasangan Peralatan Utama Fire Alarm

Tahapan Pelaksanaan Pemasangan Detector :


 Marking plafond dengan kabur/spidol
 Tarik kabel instalasi keluar plafond
 Pasang detector dan lampu indikator dan sambung kabel instalasinya
 Kencangkan detector dengan sekrup
 Lindungi detector dari kotoran & debu

Page 49
Proses Pelaksanaan.
a. Handling.
1. Untuk material – material fire alarm, telpon dan Sound System (conduit, kabel, klem), karena
dimensinya tidak terlalu besar dan tidak terlalu berat maka untuk pekerjaan yang dekat dengan
gudang, pengangkutannya dapat menggunakan tenaga manusia. Tetapi untuk yang lokasinya jauh
maka pengangkutannya dapat menggunakan bantuan mobil pengangkut.

b. Pemasangan / Pelaksanaan.
1. Pada saat pengecoran plat lantai, pekerjaan instalasi Fire Alarm, Telpon dan Sound System dapat
segera dimulai dengan pemasangan sparing conduit bersamaan dengan pembesian plat lantai.
2. Setelah bekisting plat lantai dibongkar, maka pekerjaan wiring kabel untuk Fire Alarm dan Telpon
dapat segera dimulai sesuai shop drawing yang disetujui.
3.
c. Test tahanan kontinuitas.
1. Pada saat pekerjaan bata (dinding), sparing dan wiring Fire Alarm dan Telpon dipasang pada dinding
dimana titik Fire Alarm (bell, manual station, dll) dan titik outlet Telpon nanti diletakkan.
2. Setelah dinding dilakukan finishing, ceiling sudah terpasang dan kondisi keamanan sudah terjamin
(ruangan terkunci) maka titik Fire Alarm dan Detector, Outlet Telpon dapat segera dipasang.
3. Setelah itu dilanjutkan dengan connection instalasi ke terminal box Fire Alarm dan TB Telpon di
masing – masing lantai.
4. Connection terminal box per lantai dengan MDF Fire Alarm, MDF Telpon, dan MDF Sound System
5. Test fungsi.

PEMASANGAN STP (BIOTECH)

Tahapan Perencanaan
d) Mutu material sesuai Spesifikasi dan disetujui oleh direksi lapangan
e) Membuat gambar kerja sudah disetujui oleh direksi lapangan
f) Ijin pelaksanaan pekerjaan sudah disetujui oleh Pengawas / Direksi

Tahapan Persiapan ---------------------------Persiapan tenaga, material dan alat

3. Tahapan Pelaksanaan
a) Lakukan galian tanah dengan dimensi/ukuran yang lebih besar dari biotech sesuai gambar yang telah
disetujui oleh direksi / pengawas
b) Kedalaman galian disesuaikan dengan saluran pipa WC
c) Buat pondasi sesuai diameter biotech
d) Letakkan biotech kedalam galian tersebut dan atur posisi dengan benar
e) Sambungkan pipa-pipa saluran inlet, outlet dan ventilasi
f) Isi biotech dengan air sampai penuh, kemudian mulai timbun dengan pasir disekeliling biotech.

Page 50
PEKERJAAN FIRE HYDRANT

1.Tahapan Perencanaan
a) Mutu bahan sesuai Spesifikasi dan disetujui oleh direksi lapangan
b) Gambar kerja sudah disetujui oleh direksi lapangan
c) Surat ijin pelaksanaan pekerjaan sudah disetujui oleh Pengawas / Direksi.

Page 51
Yang dimaksud dalam pekerjaan ini adalah sarana pipa untuk menyalurkan air bersih yang digunakan untuk
memadamkan api pada saat terjadi kebakaran dari sumber air (PAM atau deep well) ke titik-titik pemancaran (
sprinkler dan box hydrant).

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


a) Ukuran kapasitas pompa distribusi harus sesuai keperluan.
b) Penyambungan pipa (welded) harus benar-benar sesuai ketentuan dan dilaksanakan oleh seorang welder
yang memiliki sertifikat

Tahapan Pelaksanaan
1. Pemasangan sparing pipa apabila diperlukan pada saat diadakan pengecoran plat lantai atau
balok.
2. Pekerjaan marking untuk sparing dan jalur pipa air bersih dan dikoordinasikan dengan pengeboran
titik gantungan pipa instalasi pada jalur yang telah di marking sebelumnya
3. Pemasangan dan penyambungan pipa instalasi pada jalur horizontal maupun vertikal.
4. Pekerjaan pengetesan pipa sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan
5. Pengecatan pipa, warna sesuai ketentuan spesifikasi skematik diagram yang akan diterapkan di
gedung ini.
6. Khusus untuk dopper pipa sprinkler yang terletak di plafond, agar terlebih dahulu posisi titik
sprinkler dikoordinasikan ke arsitek.

Tahapan Pemasangan instalasi pipa outdoor dilapangan


1. Marking jalur pipa outdoor sesuai dengan gambar rencana
2. Galian jalur pipa dengan kedalaman sesuai elevasi
3. Sambungan pipa dilaksanakan diatas galian agar mudah mobilisasi pipa tersebut
4. Lapisi pipa dengan sinkromate
5. Lakukan pengetesan pipa sesuai dengan spesifikasi teknis yang berlaku
6. Beri lapisan pasir pada dasar galian sebelum pipa diletakan
7. Turunkan pipa yang telah dites kedalam galian
8. Urugan kembali

PEKERJAAN AC CEILLING MOUNTED / CASSETTE

Tahapan Perencanaan
1. Mutu material sesuai Spesifikasi dan disetujui oleh direksi lapangan
2. Membuat gambar kerja sudah disetujui oleh direksi lapangan
3. Ijin pelaksanaan pekerjaan sudah disetujui oleh Pengawas / Direksi

Tahapan Persiapan ---------------------------Persiapan tenaga, material dan alat

Tahapan Pelaksanaan -----------------------Tentukan lokasi pemasangan AC sesuai dengan gambar yang telah
disetujui oleh pengawas /direksi,

PEKERJAAN AC Split
Tahapan Perencanaan
a) Mutu material sesuai Spesifikasi dan disetujui oleh direksi lapangan
b) Membuat gambar kerja sudah disetujui oleh direksi lapangan
c) Ijin pelaksanaan pekerjaan sudah disetujui oleh Pengawas / Direksi

Tahapan Persiapan --------------------------Persiapan tenaga, material dan alat

Page 52
Tahapan Pelaksanaan :

a.) Perlengkapan
1. duck tape atau blebed
2. bracket out door/blower
3. isolasi hitam
4. pipa AC
5. kabel non serabut
6. 4 set baut dan 4 set dinabol
7. viser 5 buah dan baut sekrup 5 buah
8. klem kabel nomor 8

b.) Peralatan
1. tang tumpul
2. bracket out door/blower
3. 2 buah kunci inggris
4. obeng + -
5. palu/martil
6. tatah
7. kunci pas 12-13
8. kunci L kecil
9. alat pliringan/alat pelebar ujung pipa AC
10. pemotong pipa AC
11. mata bor nomor 6 dan 10
12. mata bor bobok diameter 5 cm
13. bor listrik beton
14. meteran
15. waterpas pendek bermagnet
16. waterpas panjang
17. balpoin/pena
18. tangga lipat

Itulah perlengkapan dan peralatan yang wajib anda persiapkan sebelum AC dipasang supaya pada saat
pemasangan berlangsung anda tidak pergi keluar untuk mencari perlengkapan dan peralatan yang belum
disiapkan.
setelah perlengkapan dan peralatan sudah siap mari kita langsung saja kumpulkan semuanya termasuk AC
nya. sebelum kita mulai pemasangan alangkah baiknya kita berdoa terlebih dahulu supaya di beri kelancaran
dan keselamatan. Amin

Langkah pertama :
buka gardus indoor dan kita keluarkan indornya dari gardus dan posisikan indoor dengan posisi tengkurap.

Langkah kedua :
ukurlah dengan meteran dengan cara menempatkan ujung meteran dari pangkal pipa indoor ke pinggir
bracket. setelah diukur lalu diingat berapa jaraknya dan lepas bracket indoor

Langkah ke tiga :
setelah bracket indoor dilepas lalu balik lagi,buka tutup indoor lalu buka lagi tutup yang ada pada kanan
indoor. buka dengan obeng maka akan terlihat seperti ini:

Page 53
itu adalah tempat pemasangan kabel dan posisi kabel sudah terpasang,yang perlu di ingat saat pemasangan
kabel adalah posisi kabel + dan kabel -.
AC yang ini merupakan jenis AC yang hanya memasang kabel untuk ke outdoor saja.
karena kabel buat ke listriknya sudah terpasang dari pabrik.

yang satu ini adalah tempat pemasangan kabel yang belum terpasang kabel untuk ke listriknya. simak baik-
baik,karena bagi pemula akan sedikit bingung dengan posisi ini.

berikut keterangannya:
N : tempat kabel menuju listrik negatif
1 : tempat kabel menuju listrik positif
N : tempat kabel negatif menuju out door
L : tempat kabel positif menuju out door

Setelah kabelnya terpasang lalu indoornya dibalik lagi lalu kita arahkan pipa indoor,pipa pembuangan
mengarah ke atas dan kabel menuju out door. dari pangkal diblebed dengan duck tape sepanjang kira-kira
satu jengkal saja.fungsinya supaya bisa masuk pada lubang dinding yang sudah di bobok nanti.

Page 54
ini contoh gambarnya:

Langkah ke 4 :

berikutnya pasang bracket indoor.


caranya bracket ditempelkan pada dinding dan di luruskan menggunakan waterpas yang kecil bermagnet
supaya tidak jatuh. setelah lurus lalu kasih tanda menggunakan balpoin/pena pada lubang bracket di setiap
sudut bracket dan di tengahnya juga,berarti ada 5 tanda .
sementara kita lepas bracketnya dan tanda tadi di bor dengan kedalaman 3.5 cm menggunakan mata bor
nomor 6.
setelah di bor lalu masukan viser ke lubang bor-boran dan terapkan bracket pada lubang bor tadi. pasang
baut sekrup supaya bracket menempel dengan kuat.

kenapa saya pilih menggunakan viser,padahal pakai paku saja bisa.


jadi begini,kalau pakai paku apabila temboknya keras maka paku tidak kuat dan nantinya akan bengkok serta
apabila temboknya renyah dan bracket tidak bisa terpasang dengan kuat.
OK gaes,setelah bracket terpasang kita lihat tadi jarak dari pinggir bracket ke pangkal pipa. misal panjangnya
7cm maka ukur lagi dari pinggir kanan bracket sepanjang 7cm mengarah ke kanan. lalu ujungnya diberi tanda
lagi dengan balpoin/pena pada bagian pojok bawah sebelah kanan bracket. setelah itu tinggal dibobok
menggunakan mata bor bobok sampai tembok tembus/bolong.

inilah contoh gambar dari bobokannya:

Page 55
Setelah selesai mari pasang indoornya,mari kita simak pemasangan indoor.

Langkah ke 5.
ambil indoor dan terapkan pada bracket yang tadi telah di pasang. caranya letakkan posisi tangga pas di
bawah bracket,lalu ambil indoornya pasangkan pada bracket. adapun cara mudahnya yaitu kabel untuk ke
out door di masukan pada lubang terlebih dahulu. setelah masuk tinggal pipanya dimasukan sampai benar-
benar terpasang dengan rapat.
Ok .sukses sudah
masih ada beberapa langkah lagi gaes,tetap semangat. agak menguras banyak tenaga memang.
ini hasilnya:

Langkah ke 6.
Potonglah pipa AC sepanjang yang di butuhkan. standar panjang pipa biasanya 2m dan maksimal 7m. apabila
pipa lebih dari 7m maka freon akan berkurang lebih banyak dan solusinya adalah dengan cara isi ulang freon.
setelah pipa di potong lalu ujungnya di masukin nepel atau semacam baut bagi yang belum mengenal nepel.
pliring satu persatu ujung pipa. ada pun contoh gambar cara pliring pipa:

Dan ini hasilnya:

Page 56
tujuan pliring yaitu melebarkan ujung pipa supaya bisa diterapkan pada sambungan.
ditahap ini harus sangat berhati-hati karena apabila pliringan tidak center atau terlalu lebar maka ujungnya
akan pecah.
total ujung yg di pliring berarti ada 4. lumayan banyak juga tahapnya,hehe
setelah semua ujung sudah dipliring,mari kita ke tahap berikutnya yaitu mememasang bracket out door.

Langkah ke 7.
Cara memasang bracket out door. namanya juga out door berarti bracket harus dipasang di luar ruangan.
kenapa harus di luar ruangan,karena out door/blower adalah sebuah mesin yang bekerja untuk
pendinginannya. setiap mesin bekerja pasti mengeluarkan panas dan alangkah baiknya diletakan di luar
ruangan.
prtama letakan tangga tepat berada di bawah tempat yang akan di pasang bracket. setelah itu kita ukur
berapa panjang lubang dudukan antar kedua baut. misalnya panjang 47cm,langsung saja ambil waterpas
panjang lalu tempel pada permukaan tembok secara horisontal. ukur sepanjang 47cm dan pakaikan tanda
dengan balpoin .
setelah itu bracket kita terapkan di lubang bagian atas pada tanda tadi dan lubang bagian bawah tandai juga
dengan balpoin/p ena lalu yang satunya lagi demikian. berarti ada 4 tanda untuk pemasangan bracket.
tanda itu lalu di bor memakai mata bor nomor 10. setelah di bor empatnya kira" sedalam panjang
dinabol,supaya dinabol bisa masuk.
setelah dinabol di masukan pada bor-boran tadi lalu kencangkan sampai benar-benar terpasang dengan
kuat. OK sudah terpasang.
langkah selanjutnya yaitu memasang pipa AC.

Langkah ke 8.
Cara memasang pipa AC. ambil pipa yang tadi sudah dipliring,terapkan ujung pipanya pada sambungan pipa
indoor lalu kencangkan nepelnya menggunakan kunci inggris,pakai kunci tersebut dua-duanya karena yang
satu untuk menahan dan satunya untuk mengencangkan. perlu di ingat saat nepel dikencangkan jangan
sampai terlalu kencang atau tidak kencang bisa mengakibatkan kebocoran freon.
apabila sudah terpasang lalu arahkan ujung pipa ke sebelah kanan bracket caranya apabila pipa terlalu
panjang maka pipa dibentuk melingkar. bagian ini harus sangat hati-hati karena pipa tidak bisa menekuk
dengan tajam karena apabila pipa sampai terlalu menekuk dapat mengakibatkan freon tidak bisa mengalir di
dalam pipa,alias mampet. solusinya pipa harus diganti lagi dan kembali ke tahap pliring.
setelah itu tempelkan kabel lalu dililit menggunakan blebed sampai ujung pipa dan hasilnya akan seperti ini :

mantap sudah terpasang. meluncur lagi ke tahap selanjutnya yaitu meletakkan blower,memasang pipa dan
memasang kabel blower.

Page 57
Langkah ke 9
Memasang out door dan memasang apa yang untuk ke out door.
caranya angkat dahulu blowernya,gunakan bahu sebagai penyangga beban agar terasa lebih ringan lalu naiki
tangganya letakan di bracket tersebut. yang belum terbiasa pasti akan merasakan kesusahan saat meletakan
blower ke bracket. paskan lubang bautnya antara bracket dan blower supaya bisa dipasang baut pada tiap
sudut blower dan kencangkan.
selanjutnya pasang ujung pipa pada sambungan disebelah kanan blower dengan cara sedikit menekuk
pipanya dan arahkan ke sambungan tersebut lalu kencangkan nepelnya begitupun yang satunya demikian.
cara mengencangkannya sama seperti tadi. jangan sampai terlalu kencang atau kurang kencang,kalau terlalu
kencang pipa akan pecah dan akan mengalami kebocoran. kalau sampai pecah lakukan tahap pliring tadi.
selanjutnya memasang kabel untuk blower,caranya buka tutup di bagian sebelah kanan blower
menggunakan obeng plus. pemasangannya sama seperti saat memasang kabel di indoor. biasanya warna
coklat untuk kabel positif,warna biru untuk kabel negatif dan kuning untuk kabel ground.
ada juga contoh gambarnya gaes,simak yuk.

setelah kabel terpasang lalu tutup lagi.


sekarang tinggal membuka freon. caranya buka tutup pengaman sebelah kanan nepel. terdapat 3 tutup
pengaman,lepaskan semua dengan kunci inggris. setelah itu ambil kunci L,cari kunci yang pas lalu masukan
kunci pada jalur pipa yang kecil dan putar ke kiri alias kendorkan seditlkit selama 3 detik lalu tutup lagi. lalu
tekan pentil yang ada di jalur pipa besar sampai tekanan benar-benar kecil. cara ini untuk mengeluarkan
udara yang ada di dalam pipa supaya isinya tergantikan dengan freon. kendorkan lagi sampai pol,sampai
mentok sehingga freon mengalir semua di pipa kecil terus gantian membuka pipa yang satunya lagi yaitu
pipa yang besar. sampai pol juga.
tutup pengaman tadi yang dilepas lalu pasang lagi seperti semula.
ada juga gambarnya saat membuka freon:

Page 58
Langkah ke 10
memasang kabel listrik. caranya apabila sudah terpasang stop kontak maka tinggal pasang jek saja. pada saat
memasang kabel jek,warna kabelnya bebas kecuali warna kuning tetap diposisi ground. setelah terpasang
lalu tancapkan ke stop kontak dengan membaca doa supaya AC langsung menyala dan bekerja dengan
lancar.
apabila terdengan suara "bip" maka AC sudah menyala. tinggal kabel listrik di klem supaya lebih rapi.
program remot terlebih dahulu yaitu tombol mode di posisi cool,suhu di posisi paling rendah,fan di posisi
cepat.tunggu sekitar 5 detik,apabila out door sudah bekerja dan udara diruangan pasti akan dingin. maka
pemasangan AC berhasil.

Page 59
2. METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN MEKANIKAL

A. FRESH WATER SUPPLY INSTALATION SYSTEM (Systim Instalasi Suplay Air Tawar/Bersih)

Tahap Perencanaan :
a) Peralatan Utama terdiri dari :
- Debit : 10 m3/jam
- Head : + 40 meter
- Power : 2 x 4 KW/380V/3Ph/50Hz
- Type Pompa : Centrifugal Multistage
- Material : Casing stainless stell, impeller stainlees steel.
- Sistim kerja : Bergantian (1 running, 1 standby)
- Control panel :
Sudah lengkap dengan base Frame, Motor, dan Panel Control Otomatis.

b). Accessories Transfer Pump


1. Gate Valve dia.50 mm
2. Check Valve dia.50mm
3. Strainer dia.50mm
4. Flexible Joint dia.50mm
5. Pressure gauge
6. Pressure switch
7. Level Switch
8. Float-valve dia.25 mm
9. Header discharge dia.80mm @ 2meter
10. Blind Flange dia. 80 mm
11. Suction pipe GIP dia. 50mm
12. WLC include cabeling

c). Deep Wall


1. Air Jetting Development
a) Operasi Peralatan
b) Bongkar pasang peralatan
2. Pekerjaan Mortar dan Lantai Beton
a) Membuat landasan pompa dari pasangan mortar
b) Mengerjakan lantai beton.
3. Pemasangan dan Pembongkaran Instalasi Pompa Uji.

PELAKSANAAN PEMASANGAN & INSTALASI POMPA


 Marking lokasi penempatan pompa.
 Buat pondasi pompa, perhatikan kelurusan dan rata pondasi.
 Pasang instalasi pemipaan ruang pompa terlebih dahulu.
 Pasang Pompa dan valve-valvenya.
 Sambung instalasi daya ke unit pompa.
 Lakukan running test pompa.

Page 60
PELAKSANAAN PASOKAN AIR TAWAR/BERSIH :
o Sumber air dari air payau yang perlu dilakukan destilasi untuk mendapat air tawar yang
bersih dan hygenis.
o Mesin untuk mengubah air yang kurang sehat dengan cara penyulingan dan membuat suatu
instalasi sistim suplay/pasokan air tawar yang bersih (Fresh Water Supplay Instalasi Systm).
o Air (Fresh Water) dialirkan ke Roof Tank dengan pompa distribusi/pompa transfer.
o Sebelum dinaikkan ke Roof Tank terlebih dahulu air bersih disaring dengan Sand Filter &
Carbon Filter.
o Instalasi Pemipaan air bersih adalah dengan menggunakan pipa PPR PN 10, serta Pipa GIP
Klas medium untuk pemipaan di ruang pompa.

Flow Chart Pemasangan Fresh Water Supplay Instalasi Systim

Page 61
3. METODE PELAKSANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) LABORATORIUM
1. Tangki Penampungan Awal :
a) a. Lajur alir : 3000 ltr/hari
b) b Dimensi : Diameter x panjang : 1500 mm x 2000 mm
c) c. Material :
Baja Mild Steel dengan lapisan bagian dalam dengan FRP (Fiber Reinforced
Plastic).

2. Tangki Netralisasi :
a) a. Lajur alir : 3000 ltr/hari
b) b Dimensi : Diameter x panjang : 1500 mm x 2000 mm
c) c. Material :
Baja Mild Steel dengan lapisan bagian dalam dengan FRP (Fiber Reinforced
Plastic).

3. Tangki Penampungan Asam / Basa :


a) a. Lajur alir : 50 liter
b) b Dimensi : Diameter x panjang : 570 mm x 570 mm
c) c. Material :
Baja Mild Steel dengan lapisan bagian dalam dengan FRP (Fiber Reinforced
Plastic).

4. Pompa Transfer ( tahan asam ) :


a. Lajur alir : 5 – 50 ltr/menit
b Max Head : 12
c. Power : 0,5 kW
d. Quanity : 3 buah

5. Dosing Pump :
a. Lajur alir : 3,8 liter/jam
b Max Head : 12
c. Power : 48 Watt
d. Quanity : 2 buah

6. Laboratorium Pretrestment : Heavy Metal Processor :


a. Type : Heavy Metal Precipiration Unit
b Maodel : Multifilter Plus
c. Flow : 0,15 Gpm
d. Power : 0,25 kW
e. Strainer Circumference : Ion Exchange Processor
f. Granular Activated Carbon : Manual Backwash
g. Equipment Skid : Epoxy Coasted Carbon Steel
h. Control Panel : Wall Mounted
d. Quanity : 1 buah

Page 62
6. Piping Instalation :
a. HDPE dia.65 mm : Sewage pit to Ipal kawasan.

Proses pengolahan air limbah Laboratorium secara umum


Seluruh air limbah yang dihasilkan oleh kegiatan Laboratorium, yakni yang berasal dari limbah
kimia dikumpulkan pada tangki penampungan awal. Selanjutnya di transfer dengan pompa transfer ke
Tangki penampungan asam/basa dari Tangki penampungan asam/basa tersebut ditransfer ke Tangki
Netralisasi. Fungsi Tangki Netralisasi aadalah untuk mencegah sampah padat misalnya plastic, kaleng, kayu
agar tidak masuk kedalam unit pengolahan limbah serta mencegah padatan yang tidak bias terurai misalnya
lumpur, pasir, abu gosok dan lainya agar tidak masuk ke dalam unit pengolahan limbah.
Dari Tangki Penampugan asam/basa air limbah dialirkan ke Tangki Netralisasi pengurai anaerob. Tangki
pengurai anaerob dibagi menjadi tiga buah ruangan yakni pengendapan, atau bengurai awal biofilter
anaerob tercelup dengan aliran dari bawah ke atas (Up Flow), serta bak stabilisasi.
Selanjutnya dari Tangki Netralisasi, air limbah dialirkan ke unit pengolahan lanjut. Unit pengolahan
lanjut tersebut terdiri dari beberapa buah ruangan yang berisi media untuk pembiakan mikro organisme
yang akan menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah.
Setelah melalui pengolahan lanjut, air hasil olahan dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak
khlorinasi mikroorganisme pathogen dapat dimatikan. Dari bak khlorinasi air limbah sudah dapat dibuang
langsung ke sungai atau saluran umum.
Diagram proses pengolahan air limbah Laboratorium secara umum dapat dilihat seperti pada
gambar berikut ini :

Page 63
4. FURNITURE LABORATORIUM LEVEL 1
Furniture yang akan diadakan pada Gedung Laboratorium Teranokoko Level 1 ini adalah pada ruang-ruang
sebagai berikut :
1. RUANG ASAM KOSMETIK
2. BILIK PERSEDIAN AM
3. RUANG TIMBANG
4. RECEIVING & TRANSFER AREA
5. RUANG SIMPANAN
6. RUANG CUCI
7. RUANG PENYIMPANAN PERALATAN KACA
8. ARSIP
9. RUANG ASAM OBAT TRADITIONAL
10. RUANG PERALATAN AM
11. SPECTRO PHOTOMETRI
12. PERALATAN
13. RUANG GC
14. RUANG PERSEDIAAN LOGAM BERAT
15. PERALATAN AAS
16. RUANG PENYEDIAAN AFLA TOXIN
Jenis, kuantitas, kualitas dan spesifikasi Furniture pada Level 1 Gedung Laboratorium Teranokoko tersebut
sesuai yang telah ditentukan dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Dokumen Pengadaan Pekerjaan
Pembangunan Gedung Laboratorium dan Pelayanan Publik Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di
Banjamasin Tahun Anggaran 2019, dan pemenuhan pengadaan Funiture tersebut sesuai dengan brosur-
brosur yang telah kami ajukan sebagai persyaratan dalam Dokumen Pengadaan.

5. FURNITURE LABORATORIUM LEVEL 2


Furniture yang akan diadakan pada Gedung Laboratorium Teranokoko Level 2 ini adalah pada ruang-ruang
sebagai berikut :
RUANG PENGEMBANGAN II
RUANG CUCI
RUANG PENYIMPANAN PERALATAN KACA
RUANG NAPZA
RUANG PERSEDIAAN
RUANG SEIMBANG
RECEIVING& TRANSFER AREA
RUANG PENYIMPANAN
GOWNING AREA
RUANG PENGEMBANG
RUANG PENGOLAHAN DATA
RUANG ARSIP
RUANG PERALATAN
RUANG DISOLUSI

Jenis, kuantitas, kualitas dan spesifikasi Furniture pada Level 2 Gedung Laboratorium Teranokoko tersebut
sesuai yang telah ditentukan dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Dokumen Pengadaan Pekerjaan
Pembangunan Gedung Laboratorium dan Pelayanan Publik Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di
Banjamasin Tahun Anggaran 2019, dan pemenuhan pengadaan Funiture tersebut sesuai dengan brosur-
brosur yang telah kami ajukan sebagai persyaratan dalam Dokumen Pengadaan.

Page 64
Page 65
Page 66
D. PEKERJAAN INFRASTUKTUR KAWASAN

I. PEKERJAAN PENATAAN KAWASAN

Tahapan Perencanaan
1. Gambar kerja sudah disetujui oleh direksi lapangan
2. Surat ijin pelaksanaan pekerjaan sudah disetujui oleh Pengawas / Direksi

A. PEKERJAAN TANAH MEMOTONG DAN MENIMBUN ( CUT dan FILL ).

1) Sebelum pelaksanaan penggalian dan penimbunan tanah terlebih dulu diadakanpeninjauan lokasi,kemudian dilakukanlah
pengukuran lahan baik secara manual ataupun menggunakan alat ukur seperti theodolite atau Waterpass maupun alat
ukur lainnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui secara presisi bentuk kontur lahan maupun batas lahan di lokasi tersebut.
Hasil ini digunakan untuk menentukan perencanaan cut and fill lahan, penyediaan prasarana seperti jalan, instalasi air
maupun titik-titik bangunan yang akan dibangun.
2) Sebelum dimulai dengan kegiatan penggalian tanah, harus dibuat gambar peta contour dari tanah
asli, agar pekerjaan potong dan timbunan tanah (cut & fill ) nantinya dapat diperhitungkan. Dan
sebelum pelaksanaan pekerjaan tanah pada lokasi bangunan , perlu adanya pembersihan/land
clearing/clearing and grubbing. Pembersihan ini ada beberapa kemungkinan dalam pelaksanaannya,
tergantung pada tipe tanamannya, dan tujuan dari pembersihan. Peralatan untuk pembersihan ini
paling baik adalah dengan menggunakan buldozer.Untuk pohon besar buldozer dapat menggali
tanah di sekeliling pohon, dengan memotong sebagian akarnya, kemudian ditumbangkan. Tetapi
sekarang dengan memodifikasi buldozer sehingga dapat lebih cepat kerjanya. Blade dari buldozer
dimodifikasi sehingga lebih cocok untuk menumbangkan pohon besar, pembersihan area proyek,
mendongkel tunggul dan batu dan lain-lain.
3) S e t e l a h p e k e r j a a n G r i d d i n g / L a n d C l e a n i n g k e m u d i a n d i l a k u k a n p e n g g g a l i a n
pada lokasi yang di CUT dengan menggunakan alat berat Excavator dan di naikkan
Dum truk. Galian akan di buang di lokasi FILL yang telah di ketahui dari pengukuran kontur.
4) P e r a t a a n t a n a h g a l i a n d i l a k u k a n d e n g a n d e n g a n m e n g g u n a k a n B o u l d o s e r ,
dengan cara dilayer kurang lebih 30 cm. Atau dengan motor grader untuk
meratakan dan merapihkan tanah urugan dari Cuttingan tersebut.
5) Setelah penggelaran tanahurugan yang di gelar perlayer +/-30 cm kemudian dipadatkan dengan
Vibro Compactor kapasitas 25 ton. Jika kondisi tanah terlalu kering dilakukan penyiraman
mengunakan Water tank dengan menggalirkan pada pipa dan di buatkan aliran kecil-kecil untuk agar
supaya tidak terjadi lumpur akibat terlalu banyak air.
6) S e t e l a h p e m a d a t a n t a n a h s e l e s a i d i l a k u k a n F i n i s h i n g d e n g a n B o u l d o z e r
s a m b i l melakukan pengontrolan apakan urugan dan sesuai dengan yang di tentukan dan sesuai
dengan ketingginnya.6 . P e n g e t e s a n k e p a d a t a n t a n a h d i l a k s a n a k a n s e t e l a h
s e l u r u h p e n g g u r u g a n tanah selesai dengan menggunkan Test CBR .

Page 67
Flow Chart Pekerjaan Galian dan Penimbunan :

Page 68
B. PEKERJAAN SIRING PENAHAN TANAH
1. Galian Tanah
Setelah pekerjaan Pendahuluan dan pekerjaan Cut & Fill dan pemasangan bouwplank selesai
dilakukan, hal yang dilakukan selanjutnya yaitu pekerjaan galian tanah pondasi. Galian tanah
pondasi diperlukan untuk perletakan pondasi siring penahan tanah.
Pengalian dilakukan sesuai dengan gambar rencana pondasi dan telah mendapat persetujuan dari
pengawas. Bidang horizontal galian tanah harus mempunyai jarak yang lebih besar dari lebar
pondasi, hal ini berfungi untuk memungkinkan pemasangannya, penopangan dan lain-lain.
Kedalaman galian harus sesuai dengan gambar rencana.

Tanah hasil galian ditumpuk ditempat yang telah ditentukan oleh pengawas, karena tanah tersebut
akan dipakai kembali.

2. Urugan Pasir tebal = 10 cm


Permukaan tanah yang sudah digali diatasnya diberikan pasir urug, kemudian dipadatkan dengan
menggunakan alat stamper. Urugan pasir ini berfungsi untuk menstabilkan permukaan tanah asli
dan menyebarkan beban. Urugan Pasir dipadatkan perlapis hingga mencapai ketebalan Urugan
Pasir yang sesuai dengan gambar kerja dan spesifikasi teknis yang ada yaitu tebal 10 cm.

3. Pekerjaan Siring Batu Kali camp. 1PC : 4PP


Pekerjaan yang termasuk pekerjaan pasangan batu adalah semua pekerjaan konstruksi yang
menggunakan material utama batu kali atau batu gunung antara lain pekerjaan saluran atau
bangunan lainnya.
Ukuran, ketinggian, ketebalan (dimensi) pekerjan pemasangan batu ini ditentukan dalam
gambar rencana atau petunjuk Pengguna Jasa. Jika tidak ditentukan ukurannya dalam gambar
rencana batu harus mempunyai ketebalan minimal 15 cm.
Batu dapat diambil dari quarry, sungai, atau dari leveransir, yang telah disetujui oleh Pengguna
Jasa.

Cara Pelaksanaan Material :


1. Batu harus bersih, keras, padat, tahan lama, (tidak retak dan rapuh) dan sejenis sesuai dengan SNI
03-2848-1992 dan SNI 03-2825-1992.
2. Semen yang digunakan mengikuti ketentuan-ketentuan dari PBI 1972-NI.2.
3. Pasir yang digunakan harus pasir yang berbutir tajam dan keras, kadar lumpur yang terkandung
dalam pasir tidak boleh lebih dari 5 %.
4. Air yang digunakan untuk campuran pekerjaan pasangan batu tidak boleh mengandung minyak,
alkali, garam-garam, bahan-bahan organis untuk itu sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum.
5. Adukan haruslah merupakan semen mortar yang memenuhi persyaratan dari adukan semen.
Adukan semen diklarifikasikan menurut perbandingan campuran antara semen dan pasir.
Perbandingan campuran ini adalah perbandingan volume dan harus mengikuti sesuai dengan yang
ditentukan.
6. Untuk pasangan batu , perbandingan campuran antara semen dan pasir satu berbanding empat ( 1 :
4 ).
7. Penyampuran adukan dilakukan dengan mesin pengaduk ( Molen ).

Page 69
Penyelesaian
Finishing dan pekerjaan pasangan batu diplester atau disiar seperti yang ditujukan dalam
gambar rencana.

4. Urugan Bekas galian Pondasi

Uraian
Pekerjaan ini meliputi semua urugan bekas galian pondasi.
Urutan Kerja :
Segera setalah selesainya pondasi dilaksanakan, maka semua alur pondasi segera diadakan
pengurugan tanah, dimana tanah yang digunakan adalah tanah bekas galian.
Pembersihan Lokasi :
Sebelum urugan bekas galian dilakukan, semua area yang akan ditimbun kembali,
dibersihkan dari sampah, lumpur dan bahan lainnya yang tidak terpakai. Mengurug kembali
semua lubang didaerah yang sudah dibersihkan , dan disesuaikan dengan kerataan serta
ketinggian rencana yang disetujui oleh Direksi / Konsultan.

MULAI Level Galian Yang dicapai

Pembersihan Galian

Penghamparan

Cek

Selesai

Page 70
C. PEKERJAAN SALURAN
1. Galian Tanah
a. Galian tanah untuk pondasi pasangan batu kali pada saluran.
b. Galian dilaksanakan dengan tenaga manusia sesuai dengan gambar,atau dapat dilakukan
dengan menggunakan alat berat Excavator.
c. Untuk menghindari longsoran pada saat penggalian, dibuat kesdam atau sejenisnya
untuk menahan lonsoran tersebut.
d. Proses penggalian pada area pekerjaan dalam keadaan kering, apabila terdapat
genangan air maka air tersebut harus dikeringkan dengan mesin pompa air.
e. Tanah bekas galian ditumpuk ditempat yang mudah diangkut, dan sisa tanah bekas
galian yang tidak dapat digunakan sebagai timbunan diangkut keluar dan ditempatkan
pada tempat yang aman sesuai petunjuk oleh direksi.

2. Lapisan Pasir tebal 10 cm


Permukaan tanah yang sudah digali diatasnya diberikan pasir urug, kemudian dipadatkan
dengan menggunakan alat stamper. Urugan pasir ini berfungsi untuk menstabilkan permukaan
tanah asli dan menyebarkan beban. Urugan Pasir dipadatkan perlapis hingga mencapai
ketebalan Urugan Pasir yang sesuai dengan gambar kerja dan spesifikasi teknis yang ada yaitu
tebal 10 cm.

3. SALURAN U DITCH Uk. 40x40


a. Pada pelaksanaan pemasangan saluran u ditch harus dilakukan oleh tenaga profesional
yang ahli dalam bidang tersebut, karena pemasangan saluran u ditch yang tidak tepat
dapat berpotensi terjadinya penyumbatan saluran air, maka tak heran sekalipun Anda
mengaplikasikan saluran U ditch tetap saja terjadi banjir atau genangan air di atas
permukaan tanah.
b. Maka dari itu kami akan membagikan informasi seputar cara pemasangan saluran u
ditch yang benar sesuai standar nasional Indonesia.
c. Ada 4 metode pelaksanaan yang harus dilakukan dalam pekerjaan konstruksi saluran air
u ditch. Beberapa tahapan tersebut meliputi persiapan, penggalian, pemasangan,
pengurukan, dan pemadatan yang akan kami jelaskan secara rinci berikut ini

A. Metode Persiapan Pemasangan U Ditch

1. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah survey lokasi yang hendak dipasang saluran air u ditch
tersebut, dengan begini anda bisa mempersiapkan gambar perencanaan dan melakukan pengukuran
awal. Ada 2 pengukuran yang harus anda lakukan, yaitu pengukuran longitudinal untuk mencari
proses saluran dan batas pembebasan, sementara pengukuran cross section untuk mencari elevasi
saluran air.
2. Survey lokasi bertujuan untuk mengetahui kondisi tanah sekitar dan apakah terdapat saluran lain
dengan fungsi sejenis, sehingga nanti dapat diterapkan saluran air bersusun.
3. Anda harus mengetahui bagaimana kondisi lokasi yang hendak dipasang saluran air, selain
mempersiapkan lahan kalian perhatikan juga tata letak material, peralatan, ruang istirahat para
pekerja, karena dalam proses pemasangan hal tersebut dapat menghabiskan ruang jalan. Sebelum
melakukan pemasangan, Anda harus melakukan pengaturan jalur lalu lintas agar tidak mengganggu
pekerjaan pemasangan saluran. Area pekerjaan dapat dibatasi dengan cone dengan perhitungan
panjang area mempertimbangkan transisi area stabilisasi pekerja.

Page 71
B. Tahap Penggalian Area Saluran Air

1. Proses penggalian dapat anda lakukan setelah mengukur dan membuat gambar shop drawing perancangan.
Dalam proses penggalian, Anda membutuhkan alat berat dengan sistem trimming slope bantuan ekskavator
untuk membuat urukan galian tanah. Anda harus memastikan bahwa kemiringan lahan telah disesuaikan
dengan elevasi cross section yang telah dibuat. Kesalahan dalam proses penggalian dapat menimbulkan
genangan air pada saluran karenaia tidak bisa mengalir dengan baik, lama kelamaan sampah yang jatuh pada
saluran tersebut akan menumpuk dan menyumbat saluran air.
2. Penggalian awal harus mempertimbangkan pengurukan sirtu di bawah saluran karena ia bertujuan sebagai
penstabil tanah. Jika sedang melakukan proses penggalian, langkah selanjutnya adalah membuat lining agar
tanah dibawa tidak longsor dan menutup kembali area galian sehingga elevasi sesuai perancanaan yang telah
dibuat. Banyak orang yang telah melakukan galian langsung memasang saluran u ditch sehingga tanah bekas
galian di pinggir jalan jatuh kembali ke dalam galian.
3. Ukuran galian yang dibuat harus menyesuaikan dengan ketebalan dari u ditch beton. Misalnya saja Anda akan
menggunakan u ditch dengan ukuran 40 x 40 x 120 dengan ketebalannya 5 cm maka anda bisa membuat
galian:

 Kedalaman 40 + 5 = 45 cm
 Lebar 5 + 40 + 5 = 50 cm

4. Selain itu Anda harus menambahkan ukuran lebar galian sesuai dengan ujung alat berat untuk mempermudah
proses pemasangan. Jika galian telah dibuat Anda bisa melakukan tahap berikutnya yaitu pemadatan.

C. Proses Pemasangan U ditch

1. Proses pemasangan u ditch bisa dilakukan dengan cara manual, menggunakan ekskavator, atau
menggunakan crane, hal ini dapat anda selesaikan berdasarkan berat dari u ditch tersebut.
Pemasangan saluran u ditch perlu diperhatikan dengan benar. Pertemuan antar beton harus
disambung dengan pengelasan plat, kemudian nat nya dilakukan sambungan dengan semen.
2. Jika saluran trase terlalu panjang Anda bisa membaginya menjadi beberapa titik pekerjaan sebagai
acuan dasar elevasi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan elevasi sesuai dengan perencanaan yang
telah dibuat.

D. Tahap Pengurukan & Pemadatan Area Kerja Saluran

1. Jika saluran u ditch telah terpasang, langkah terakhir yang harus dilakukan adalah melakukan pengurukan
kembali bagian samping kanan maupun kiri saluran agar ia tidak dapat bergeser. Anda harus memperhatikan
kondisi dari saluran u ditch agar ia tidak bergeser ketika terdorong oleh gaya dari benda urukan dan
pemadatan. Jika sudah, anda dapat memasang caping beam dari beton agar saluran tidak bisa bergerak ke kiri
dan kanan. Jangan lupa untuk membersihkan area pmasangan saluran dari bekas tanah galian maupun
material peralatan.
2. Di atas adalah beberapa langkah yang harus dilakukan dalam pemasangan saluran u ditch yang benar. Untuk
menghindari naik turunnya elevasi saluran perlu dipertimbangkan area yang sering menghasilkan sampah,
untuk saluran terbuka Anda bisa menggunakan cover U ditch agar ia menjadi saluran tertutup.
Mengaplikasikan cover U ditch dapat resiko masuknya sampah ke dalam saluran.

E. Tahapan Pemasangan U-Ditch

1. Cara pemasangan saluran u-ditch perlu diperhatikan benar pada tahapan ini. Pemasangannya dapat
dilakukan secara manual, menggunakan alat berat excavator atau menggunakan crane, tergantung
pada berat beton. Pertemuan antar beton harus disambung dengan pengelasan plat penyambung,
kemudian sambungan di nat menggunakan semen.
2. Apabila trase saluran sangat panjang biasanya pekerjaan saluran dibagi menjadi beberapa titik
pekerjaan sebagai acuan dasar elevasi saluran, yang nantinya akan disambung ke kanan atau kiri
saluran. Hal ini untuk mendapatkan elevasi sesuai dengan perencanaan.

Page 72
F. Tahapan Pengurugan dan Pemadatan Area Kerja

1. Apabila saluran air telah terpasang, maka proses terakhir adalah pengurugan kembali galian
disamping kanan kiri saluran agar saluran tidak bergeser. Hati-hati dalam pelaksanaan proses ini
karena saluran dapat bergeser ketika terdorong oleh gaya dari benda urugan dan pemadatan.
Setelah saluran terpasang sebaiknya memasang caping beam dari beton agar saluran tidak bergerak
ke kanan dan ke kiri ketika terjadi proses pengurugan kembali. Setelah proses pemadatan, area kerja
harus dibersihkan dari bekas tanah galian, material lain serta peralatan.

Page 73
Page 74
E. GEDUNG LABORATORIUM PANGAN DAN MIKROBIOLOGI
A. PEKERJAAN TANAH (Tidak dikerjakan)
B. PEKERJAAN PONDASI
B.1. PEKERJAAN TIANG PANCANG
B.1.1. PEMANCANGAN Dim 30X30 CM, L = 12,00 M
Pemancangan (inc.Penyambungan + Boring test 2 buah
Pemotongan Tiang Pancang
Test PDA.

METODE PELAKSANAAN TIANG PANCANG PREECAST / PRESTRESS (MINI PILE)


DENGAN MESIN DROOP HAMMER (2,5 TON)
TAHAP PERSIAPAN

1. Perataan dan pemadatan lokasi proyek (land clearing)


2. Pembebasan lokasi proyek dari existing pondasi lama
3. Penentuan titik-titik pondasi yang akan dipancang
4. Lokasi proyek harus rata, dipadatkan dan layak dilalui oleh trailer serta alat bantu penurunan material (forclip)
karena alat angkut material dan mesin pancang mempunyai kapasitas angkut 25 ton.
5. Jika terdapat perbedaan elevasi antara jalan raya dengan lokasi pemancangan maka pihak pemberi tugas harus
menyediakan jalan turunan (treck) yang memenuhi persyaratan dilalui oleh truck/tronton kapasitas 25 ton
untuk mengangkut material tiang pancang ataupun mesin pancang.
6. Tahapan tersebut di atas menjadi tanggung jawab dan kewajiban dari pihak pemberi tugas (Main Kontraktor)
7. Setelah survey dan tahap persiapan telah terlaksana maka material dan mesin siap didatangkan ke lokasi
proyek.

TAHAP PELAKSANAAN
PENEMPATAN MATERIAL DAN ALAT PANCANG
1. Tahap ini dimulai jika tahap-tahap persiapan telah terlaksana.
2. Penempatan material berada di dalam area pemancangan, jumlah dan posisi disesuaikan dengan
kondisi dan luas lahan proyek.
3. Mesin pancang harus turun di area proyek dan letaknya tepat di titik awal pemancangan (titik awal
ditentukan bersama antara pelaksana lapangan dan team pancang).
4. Spesifikasi Mesin Tiang Pancang

NO SPESIFIKASI KETERANGAN
1 System Drop Hammer
2 Hammer Capacity ± 2,5 Ton
3 Boom + Leadder 9 meter
4 Engine Disel 4 Silinder Type 495-D
5 Mesin Las 250 A
6 Helmet + Dolly Uk. 20x20
Uk. 25x25
Uk. 32x32
7 Drum Coupling 2 Unit Main
8 Pondasi H-Beam KS
9 Tambahan Peralatan Pekerja, Rell, dll
10 Warna Cat Optional

Page 75
5. Peralatan Pancang yang disiapkan oleh Penyedia Peralatan PT. KALIMANTAN CONCRETE
ENGNEERNG dari Banjarbaru Kalimantan Selatan.

Page 76
Page 77
Produk-produk Tiang Pancang yang akan disuplay oleh Penyedia PT. KALIMANTAN CONCRETE ENGINEERING

Page 78
Page 79
MEKANISME PEMANCANGAN

1. Pemancangan menggunakan mesin Drop Hammer Kapasitas (1,8 – 2,5 ton)


2. Setelah mesin pancang turun dari truk maka siap dirakit secara manual dengan bantuan mesin itu
sendiri.
3. Pemancangan diawali dari titik terjauh dari pintu keluar dan nantinya selesai pada daerah terdekat
dengan pintu gerbang keluar lokasi proyek.
4. Material yang berada di lokasi proyek jaraknya max. 10 meter (jarak datar) dari mesin pancang agar
memudahkan dalam proses penarikan tiang yang akan dipancang.
5. Jika mesin sudah siap di titik yang akan dipancang maka tiang pancang pertama siap ditarik dan
dimasukkan kedalam Pangkon atau Helmet dan diletakkan tegak lurus dengan Boom mesin pancang.
6. Jika posisi tiang pancang sudah tegak lurus maka tiang pancang tersebut siap dipancang.
7. Penentuan posisi tegak lurusnya tiang pancang menggunakan alat unting-unting atau thedolit (alat
dan pelaksanaannya disediakan oleh Main Contractor.
8. Sistematika pemancangan diolakukan dengan proses pemukulan bebas oleh Hammer mesin pancang
(pukulan hammer dengan jatuh bebas).
9. Tinggi jatuh pukulan Hammer antara 0,8 s/d 1,5 meter dengan berat jatuh pukulan 1,7 ton dan tinggi
Boom mesin pancang sekitar 9 meter.
10. Jika panjang tiang melebihi panjang standart yaitu 6 meter maka akan dilakukan proses
penyambungan dimana tiang pancang akan dibagi menjadi beberapa bagian (misalnya panjang tiang
9 meter maka panjang tiang bias menjadi 5 m – 4 m atau 6 m + 3 m).
11. Proses penyambungan tiang pertama dan kedua menggunakan sistem pengelasan di join
sambungan, dimana ujung tiang pertama (finish) dan ujung tiang kelas (start) sudah dilengkapi
dengan plat sambung.
12. Setelah proses pengelasan biasanya dilanjutkan dengan proses pengecatan untuk menghindarikan
terjadi korosi.
13. Tiang pancang dipukul secara continue dengan tinggi jatuh hammer seperti yang diatas dan jika tiang
pancang sudah tidak bias masuk kedalam tanah (sudah mencapai tanah keras) maka akan dilakukan
pengukuran dengan pukulan hammer sebanyak 10 pukulan yang dituangkan dalam kertas millimeter
blok yang ditempel pada tiang pancang untuk mengetahui penurunan tiang pancang yang dihasilkan
setelah 10 kali pukulan ( systim final set).
14. Sistem final set ini berfungsi untuk mengetahui daya dukung tia pancang terhadap beban aksial
bangunan.
15. Ruang bebas min. (area pancang yang rata) untuk mesin pancang untuk melakukan menuver bolak
balik adalah seukuran 6 x 6 meter.
16. Jarak titik pancang minimal dari tembok tetangga terhadap mesin pancang adalah:
a) Jarak bagian depan mesin pancang antara titik pancang dengan tembok tetangga adalah 100
cm.
b) . Jarak bagian depan mesin pancang antara titik pancang dengan tembok tetangga adalah
225 cm.
17. Pemasangan yang pernah dilakukan adalah dengan jarak terdekat 0,5 meter dari tembok tetangga,
dimana setelah selesainya proses pemancangan tidak terjadi sesuatu terhadap tembok tersebut
(aman).
18. Mesin pancang tidak bias kembali ke titik yang sudah dipancang karena dihalangi oleh bekas atau
sisa tiang pancang sebelumnya.
19. Proses pemancangan selesai dan mesin siap dibongkar.

Page 80
Page 81
FLOW CHART PEMANCANGAN TIANG PANCANG :

Mulai

Menagatur Lalu lintas dan jalan akses untuk


mobilisasi alat pemancangan dan
pengangkutan tiang pancang ke lokasi
pekerjaan

Pemilihan Material Pancang


sesuai dengan Spesifikasi,
ukuran dan data kedalaman
lokasi pemancangan

Mobilisasi Peralatan
dan Pengadaan
Tiang Pancang

- Check Posisi Titik Pancang


- Check Posisi Ketegakan
Tiang Pancang

Pemancangan Tiang dan


Sambungan tiang bila
diperlukan

Lanjut

Page 82
Lanjutan

Permasalahan Umum Pekerjaan Pemancangan

Dalam pekerjaan pondasi tiang pancang, permasalahan yang umum terjadi antara lain :

A. Permasalahan Non-Teknis
Permasalahan non-teknis adalah permasalahan yang terjadi karena pengaruh pelaksanaan
pemancangan dan bukan pada pekerjaan pemancangan yang sedang dilakukan

1. Pengaruh getaran pemancangan pada bangunan atau struktur eksisting di sekitar


pelaksanaan pemancangan.
2. Pengaruh kebisingan pekerjaan pemancangan pada lingkungan sekitar.
3. Pengaruh polusi akibat pemakaian alat pancang yang mengeluarkan asap (misal : diesel
hammer).
Untuk kendala yang mengakibatkan permasalahan di atas, pemilihan jenis pondasi, studi lokasi
pekerjaan dan analisa dampak lingkungan (AMDAL) perlu dilakukan sebelum memutuskan
penggunaan desain pondasi tiang pancang dan jenis alat pancang yang digunakan

Untuk permasalahan terhadap bangunan dan struktur eksisting, perlu dilakukan evaluasi atas jenis
struktur, material finishing dan kapabilitasnya dalam menahan getaran pemancangan yang timbul.

Page 83
Permasalahan Teknis
1. Retak atau pecahnya kepala tiang pada saat proses pemancangan

Kemungkinan penyebabnya adalah :


 Energi pemancangan yang melebihi kemampuan tiang pancang, yang mengakibatkan tegangan yang
tinggi pada bagian kepala tiang : jika hal ini yang terjadi, tambahkan bantalan (pile cushion) untuk
mengurangi energi pemancangan yang diterima kepala tiang.

Jika tidak terjadi tegangan yang tinggi atau berlebih, kemungkinan penyebabnya perlu diperiksa :

 Tumbukan palu (hammer) yang tidak sentris terhadap sumbu tiang pancang (hammer-pile alignment
problem) : jika hal ini yang terjadi, perbaiki kinerja pemancangan dengan memperhatikan tumbukan
palu se-sentris mungkin dengan sumbu tiang pancang.

 Mutu tuang pancang yang kurang baik : jika hal ini yang terjadi, perbaiki mutu tiang pancang yang
digunakan atau gunakan tiang pancang dari supplier yang lebih baik.

2. Retak horizontal/melingkar pada tiang pancang pada saat proses pemancangan :


a. retak horizontal tidak penuh pada pemancangan easy driving

b. retak horizontal penuh pada pemancangan easy driving

c. retak horizontal penuh pada pemancangan hard driving

3. penurunan jumlah pukulan (blow count) untuk mendapatkan penetrasi tiang pancang secara
signifikan
4. total jumlah pukulan (blow count) yang sangat kecil, di bawah perkiraan awal.
5. jumlah pukulan yang melebihi kapasitas tiang pancang sebelum tercapai kedalaman yang
diperkirakan
6. tiang pancang masuk jauh lebih dalam dari perkiraan yang diberikan oleh Konsultan Penyelidikan
Tanah
7. tiang pancang melenceng dari alignment vertikal yang ditetapkan, pada saat proses pemancangan
8. tiang pancang bergeser dari titik awal pemancangan pada saat proses pemancangan
9. terdorongnya tiang pancang yang dipancang sebelumnya
10. terangkatnya tiang pancang yang dipancang sebelumnya

Page 84
PILE DRIVING ANALYZER ( PDA ) TEST

I. PENDAHULUAN

Pile Driving Analyzer Test atau sering disingkat PDA Test adalah suatu sistem pengujian dengan
menggunakan data digital komputer yang diperoleh dari strain transducer dan accelerometer untuk
memperoleh kurva gaya dan kecepatan ketika tiang dipukul menggunakan palu/hammer dengan berat
tertentu. Metode pengujian PDA menggunakan 'Case Methode". Untuk beban palu/hammer yang digunakan
1 % - 2 % dari kapasitas desain load tiang yang direncanakan.
Adapun hasil yang didapat dari PDA test adalah :

1. Kapasitas daya dukung tiang


2. Nilai keutuhan tiang
3. Penurunan /displacemen tiang
4. Efisiensi dari transfer energy pukulan palu/hammer terhadap tiang

Pada umumnya, pengujian dengan metode PDA dilaksanakan setelah tiang mempunyai kekuatan yang cukup
untuk menahan tumbukan hammer/palu atau umur tiang telah mencapai 28 hari.

II. PERLENGKAPAN PDA TEST

Pada pengujian PDA Test peralatan yang digunakan adalah :

1. PDA-PAX
2. Dua buah wireless strain transducer
3. Dua buah wireless accelerometer
4. Peralatan tambahan seperti gerinda, bor tangan dan Alat Pelindung Diri (APD)

III. METODE KERJA PDA TEST


Pengujian PDA pelaksanaannya mengacu pada ASTM D-4945-08 (Standard Test Method for High-Strain
Dynamic Testing of Deep Foundations). Prosedur pengujian PDA test :

1. Pekerjaan Persiapan, meliputi :

 Penggalian tanah sekeliling kepala tiang apabila kepala tiang rata dengan permukaan tanah
 Perapian kepala tiang agar rata, simetris dan tegak lurus.
 Pemasangan instrumen strain transducer dan accelerometer dengan cara dibor pada sisi tiang dan
saling tegak lurus dengan jarak minimal 1,5 x diameter kepala tiang.
 Persiapkan palu dan cushion pada kepala tiang.
 Masukkan nilai kalibrasi strain transducer dan accelerometer kemudian periksa koneksitas peralatan
pengujian secara keseluruhan.
 Masukkan data tiang dan palu pada PDA-PAX. Data tiang seperti nomor identifikasi tiang, tanggal
pemancangan tiang, luas penampang tiang, panjang tiang yang digunakan serta panjang tiang yang
tertanam. Data palu adalah berat palu yang digunakan.
 Lakukan pengecekan ulang untuk memastikan pengujian telah siap dilakukan.

Pekerjaan Pengujian, meliputi :

Page 85
 Palu diangkat setinggi 1,5 - 2 m dengan menggunakan alat crane lalu dijatuhkan ke kepala tiang.
Posisi palu saat dijatuhkan harus tegak lurus agar energy yang ditransferkan oleh palu ke tiang bisa
maksimum.
 Setelah palu dijatuhkan ke kepala tiang, didapat variable tiang yang diuji seperti kapasitas daya
dukung tiang (RMX), energy , dispacement / penurunan maksimum tiang (DMX),dan nilai keutuhan
tiang (BTA)
 Setelah pengujian dilaksanakan , dilakukan analisa lebih lanjut dengan Metode Case Pile Wave
Analysis Program (CAPWAP) untuk memperoleh load transfer tiang, perilaku tanah di sekeliling tiang,
kapasitas fraction (tahanan selimut), kapasitas end bearing (tahanan ujung), tegangan tekan
maksimum (CSX), tegangan tarik maksimum (TSX) serta penurunan tiang.
 Hasil pengujian beban maksimum harus 200 % dari beban rencana/desain load.

Nilai tegangan tekan yang terjadi (CSX) merupakan suatu indikator besar tegangan tekan yang terjadi di
kepala tiang, dan nilai tegangan tarik yang terjadi (TSX) merupakan indikator tegangan tarik yang terjadi saat
pengujian dilakukan. Nilai keutuhan/integritas tiang uji (BTA) dinyatakan dalam persen dan nilai 100 %
memberikan indikator keutuhan tiang uji yang bagus.Jika nilai keutuhan tiang tidak mencapai 100 % berarti
pada tiang tersebut terjadi retak/crack atau patah dalam.

B2. PEKERJAAN PILECAP DAN BEAM

Setelah proses pemancangan selesai dilanjutkan dengan pemotongan tiang pancang dan dilanjutkan dengan
pekerjaan pile cap dan Tie beam Pekerjaan ini merupakan pekerjaan awal dari stuktur atas (upper structure)
setelah pekerjaan struktur bawah (sub structure) selesai dilaksanakan. Semua bahan yang digunakan untuk
pekerjaan ini harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku. Adapun pekerjaan pile cap dan tie beam
ini meliputi :
1. Penulangan pile cap dan tie beam
2. Bekisting pile cap dan tie beam
3. Pengecoran pile cap dan tie beam
4. Pembongkaran bekisting pile cap dan tie beam

B.2.1 Penulangan Pile Cap dan Tie Beam


Sebelum membahas mengenai langkah-langkah penulangan pile cap dan tie beam maka terlebih dahulu
akan dijelaskan mengenai pekerjaan penulangan keseluruhan secara umum.
Penulangan adalah pekerjaan yang bertujuan untuk membentuk dan memasang besi tulangan beton sebagai
kerangka struktur pada konstruksi beton agar sesuai dengan gambar rencana. Fungsi tulangan pada beton
adalah untuk menahan gaya tekan, gaya geser dan momen torsi yang timbul akibat beban yang bekerja pada
konstruksi beton tersebut. Sesuai dengan sifat beton yang kuat terhadap tekan, tetapi lemah terhadap tarik.
Oleh karena itu perencanaan dan pelaksanaan pembesian harus dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis
dan gambar yang telah direncanakan oleh perencana struktur yaitu dalam hal :
a. Ukuran diameter baja tulangan.
b. Kualitas baja tulangan yang digunakan.
c. Penempatan / pemasangan baja tulangan.

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan pembesian penulangan pada proyek ini antara lain:
1. Pabrikasi Besi
Proses pabrikasi besi terdiri dari pekerjaan pemotongan dan pembengkokan besi tulangan. Pemotongan
dilakukan karena panjang besi dipasaran adalah 12 meter, sedangkan panjang tulangan elemen struktur
yang digunakan terdiri dari bermacam-macam ukuran sesuai perhitungan tulangan. Pemotongan besi
digunakan dengan Bar Cutter.
Pembengkokan dilakukan untuk membentuk tulangan yang disesuaikan dengan perencanaan. Jika terjadi
kesalahan pada pembengkokan maka besi tulangan tersebut tidak boleh dibengkokkan kembali tetapi harus

Page 86
dipotong, hal ini untuk menghindari timbulnya retak-retak ditempat pembengkokan ulang tersebut karena
sifat getas baja. Pembengkokan dilakukan dengan Bar Bender dengan berbagai macam diameter ukuran.
Sebelum mengerjakan proses pabrikasi besi, bagian pembesian menyusun daftar bengkok dan potong baja
tulangan berdasarkan gambar pelaksanaan (shop drawing) yang dibuat oleh Kontraktor Utama. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam menyusun daftar bengkok dan potong baja tulangan adalah :
a. Sambungan antar tulangan harus ditempatkan sedemikian rupa pada daerah yang momennya
nol atau dengan menggunakan sambungan lewatan sehingga gaya dan batang yang satu dapat
disalurkan ke batang yang lain. Panjang dan bentuk baja tulangan direncanakan secara ekonomis
sehingga bagian-bagian sisi atau yang tidak terpakai didapat seminimal mungkin.
b. Memperhitungkan teknik pemasangan tulangan sehingga tidak menyulitkan dalam pelaksanaan
di lapangan.

2. Pemasangan Tulangan
Baja tulangan dan sengkang yang telah dipotong dan dibengkokan dibawa ke lapangan untuk dipasang pada
posisi sesuai denah gambar pelaksanaan. Kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan pemasangan tulangan
antara lain :

a. Pemeriksaan diameter, panjang, dan bentuk tulangan dilakukan sebelum baja tulangan
tersebut dipasang.
b. Jarak antar tulangan serta jumlah tulangan, baik untuk tulangan lentur maupun tulangan
geser diatur sesuai gambar.
c. Sengkang dipasang secara manual. Penyambungan sengkang pada tulangan utama dengan
menggunakan kawat bendrat.
d. Memastikan daerah-daerah dan ukuran panjang penyaluran sambungan lewatan dan
panjang penjangkaran.
e. Pemeriksaan tebal selimut beton dengan memasang beton decking sebagai acuan selimut
beton yang akan dicor.
f. Setelah pekerjaan lantai kerja selesai dilaksanakan, maka dilanjutkan dengan pembesian pile
cap dan tie beam.

Langkah-langkah pembesian pile cap :


1. Menentukan daftar lengkungan bengkok besi, dimana digunakan besi D 22 mm, dengan jarak antar
tulangan 150 mm sama untuk semua pile cap tetapi berbeda untuk jumlah tulangan dan tinggi pile
cap sesuai dengan gambar rencana.
2. Semua besi yang telah disediakan kemudian dibengkokkan sesuai dengan daftar diatas kemudian
dirakit diluar lokasi sesuai dengan gambar rencana. Digunakan kawat bendrat sebagai lekatan antar
tulangan.
3. Tulangan pile cap yang telah jadi kemudian diangkat dan dipasang pada lokasi pile cap yang telah
ditentukan.
4. Tulangan pile cap dilekatkan dengan tulangan luar pondasi tiang pancang yang telah dihancurkan
betonnya dengan menggunakan kawat bendrat sehingga tulangan pile cap tampak benar-benar kuat
dan kokoh.
Langkah-langkah pembesian tie beam :

1. Penyediaan tulangan besi yang akan digunakan sesuai dengan yang tertera didalam gambar rencana,
yaitu besi D 16 mm dengan jarak sengkang 150 mm
2. Tulangan dipasang dilokasi didahului dengan tulangan pokok untuk mempermudah pekerjaan.
3. Sengkang dipasang dengan jarak 150 mm sama untuk keseluruhan tulangan.
4. Tulangan pokok diikatkan pada sengkang dengan kawat bendrat agar jaraknya tidak berubah.

Page 87
5. Sambungan tulangan sebesar 40 kali diameter tulangan pokok harus dilakukan selang-seling dan
penempatan sambungan di tempat-tempat dengan tegangan maksimum sedapat mungkin dihindari.
6. Sambungan lewatan harus ada overlapping / tidak sejajar antara tulangan atas dengan tulangan
bawah. Dipasang beton decking padatulangan sloof tersebut yang berfungsi untuk membuat selimut
pada beton sehingga tidak ada tulangan yang tampak karena dapat menyebabkan tulangan berkarat.
Tebal beton decking yang dipasang harus disesuaikan dengan tebal selimut beton yang
direncanakan.

Bekisting Pile Cap dan Tie Beam

1. Setelah pembesian pile cap dan tie beam selesai dilaksanakan maka, tahap selanjutnya memasang
bekisting untuk pile cap dengan diikuti oleh bekisting tie beam. Bekisting dibuat dengan papan kayu
bengkirai dengan rangka kayu yang kuat.
2. Adapun langkah-langkah pekerjaan pembuatan dan pemasangan bekisting untuk pile cap adalah
sebagai berikut :
1. Mengadakan pengukuran dan penandaan / marking posisi bekisting yang akan dipasang dimana
untuk tiap-tiap pile cap berlainan ukurannya tergantung berapa titik pondasi yang menahannya.
2. Bekisting dirakit sesuai dengan ukuran pile cap masing-masing, dimana digunakan kayu multipleks.
3. Bekisting diolesi dengan menggunakan mud oil agar tidak terjadi kesulitan-kesulitan pada waktu.
pembongkaran bekisting.
4. Bekisting dipasang tegak lurus pada lokasi pile cap yang sudah diberi tanda kemudian bekisting yang,
sudah terpasang seluruhnya dikunci dengan menggunakan kayu 8 / 12 dan paku secukupnya agar
kedudukan bekisting tersebut tetap stabil, tidak mengalami goyangan pada waktu. pengecoran
dilaksanakan.

Langkah-langkah pekerjaan pembuatan dan pemasangan bekisting untuk tie beam adalah sebagai berikut:

1. Mengadakan marking posisi bekisting yang akan dipasang.


2. Pemotongan papan kayu dan perakitan bagian-bagian bekisting yang akan dibuat disesuaikan
dengan ukuran tie beam tersebut.
3. Sebelum bekisting dipasang, terlebih dahulu bekisting dibagian dalam diolesi dengan menggunakan
mud oil, hal ini berfungsi agar pada waktu pembongkaran bekisting tidak mengalami kesulitan.
4. Pemasangan bekisting tegak lurus pada lokasi tie beam yang telah ditentukan kemudian dikunci
dengan menggunakan kayu 8 / 12 dan paku secukupnya sebagai penahan goyangan.

Pengecoran Pile Cap dan Tie Beam

1. Untuk pengecoran pile cap dan tie beam dalam proyek ini menggunakan beton ready mix, dengan
mutu beton fc = 25.00 Mpa sesuai dengan rencana. Adapun langkah-langkah pengecoran antara pile
cap dan tie beam pada umumnya sama sehingga diringkas dijadikan satu.
2. Langkah-langkah tersebut antara lain:

a. Membersihkan lokasi pengecoran dari segala kotoran dan air yang menggenang dengan
menggunakan pompa air.
b. Membuat tanda / marking pada bekisting yang menunjukan batas berhentinya pengecoran
baik pada bekisting pile cap maupun bekisting tie beam.
c. Mengatur dan mengarahkan penuangan beton sesuai dengan metode pelaksanaan.

Page 88
d. Agar semua adonan beton dapat masuk kedalam tulangan pile cap dan tie beam maka
digunakan alat vibrator untuk meratakanya serta ditekan dengan tekanan tinggi agar beton
tersebut dapat memadat.
e. Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat pelaksanaan pengecoran.
f. Menghentikan pengecoran dan meratakan serta menghaluskan permukaan beton dengan
menggunakan alat pertukangan manual / plester.

Pembongkaran Bekisting Pile Cap dan Tie Beam

 Pembongkaran bekisting pada proyek ini dilakukan 2-3 hari setelah pengecoran, dengan syarat pile
cap dan sloof tidak menerima beban di atasnya. Alasan lain dilakukannya pembongkaran itu agar
bekisting dapat digunakan untuk bagian yang lain.

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Kolom Beton


a. Lingkup Pekerjaan
Melakukan Perakitan besi, Pemasangan Bekisting dan Pengecoran Beton.
b. Persiapan Pekerjaan

1. Mengirim program kerja (workplan) termasuk metoda kerja, schedule, perlatan, personil kerja dan gambar
kerja yang akan digunakan, untuk memperoleh persetujuan dari Konsultan sebelum pekerjaan
2. Memberitahu Konsultan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum tanggal dilakukannya pelaksanaan
pekerjaan
3. Ruang Lingkup Pekerjaan adalah :
4. Pekerjaan pabrikasi Besi
5. Pekerjaan bekesting
6. Pekerjaan Instalasi besi Tulangan
7. Cor Beton ready mix fc = 25.00 MPa

c. Metode Pelaksanaan
Berikut langkah-langkah dalam pekerjaan kolom beton.
1. Menyiapkan Papan Bekisting, Besi Beton, dan Job Mix Design dan Job Mix Formula untuk pekerjaan kolom
beton.
2. Menyiapkan sepatu kolom yang ditarik garis lurusnya dari sloof. Fungsinya agar bekisting tepat berada pada
titik koordinatnya sesuai dengan gambar perencanaan. Sepatu kolom biasanya menggunakan besi stek yang
dibor pada lantai.
3. Melakukan perakitan besi tulangan sesuai dengan desain yang telah ditentukan.
4. Memasang bekisting kolom. Jangan lupa beton decking atau tahu beton penyangga besi tulangan. Tujuan
beton decking ini untuk menjaga jarak selimut beton agar tidak berubah selama proses pengecoran.
5. Memasang sabuk sloof pada bekisting kolom untuk memperkuat. Ukuran sloof yang digunakan relative sesuai
dengan Soft Drawing. Untuk mengunci balok tersebut harus menggunakan tie rod. Tie rod bisa buat sendiri
dari kayu dan besi atau bisa membeli barang jadi. Jika ingin membuat sendiri menggunakan as drat ukuran 10
mm, besi ulir 10 mm dan plat besi tebal 3-5 mm.
6. Memasang pipa support Untuk menjaga vertikaliti dari kolom terhadap sloof dan balok.Untuk mendapatkan
kolom struktur yang sempurna, bekisting tidak boleh miring ataupun goyang saat pengecoran Oleh karena itu
pemasangan pipa support dinilai sangat penting.
7. Setelah kompenen bekisting dan besi serta celah bekisting dirapatkan dan mendapatkan persetujuan dari
direksi, maka dilakukanlah pengecoran beton sesuai dengan jenis beton yang diinginkan. Untuk hasil
pengecoran merata harus dibantu dengan menggunakan alat concreate vibrator.

Page 89
PEKERJAAN COR BETON KOLOM
Proses pelaksanaan pekerjaan ini sebagai berikut :
 Pekerjaan Pembesian. Fabrikasi pembesian dilakukan ditempat fabrikasi. Besi yang digunakan
sesuai dengan gambar rencana. Besi ini dirakit dan dibentuk sesuai dengan shop drawing.
 Pembuatan Bekisting. Bekisting dibuat dari multiplex 9 mm yang diperkuat dengan kayu usuk
4/6 dan diberi skur-skur penahan agar tidak mudah roboh.
 Melakukan Kontrol Kualitas. Ada 2 kontrol kualitas yang dilakukan. Kontrol kualitas pertama
yaitu Kontrol Kualitas Sebelum dilakukan pengecoran meliputi kontrol kualitas terhadap posisi
dan kondisi bekisting, posisi dan penempatatan pembesian, jarak antar tulangan, panjang
penjangkaran, ketebalan beton decking (Beton tahu), ukuran baja tulangan yang digunakan,
posisi penempatan water stop.
Kontrol Kualitas kedua yaitu Kontrol kualitas saat pengecoran. Pada saat berlangsungnya
pengecoran, campuran dari Concrete mixer Truck diambil sampelnya. Sampel diambil menurut
ketentuan yang tercantum dalam spesifikasi.
Pekerjaan Kontrol kualitas ini akan dilakukan bersama-sama dengan konsultan pengawas
untuk selanjutnya dibuat berita acara pengesahan kontrol kualitas.
 Kegiatan pengecoran.
Pengecoran dilakukan secara langsung dan menyeluruh
 Kegiatan Curing (perawatan)
Curing (perawatan) dilakukan sehari (24 jam) setelah pengecoran selesai dilakukan dengan
dibasahi air dan dijaga/dikontrol untuk tetap dalam keadaan basah.

PEKERJAAN COR BETON BALOK


Pelaksanaan pekerjaan ini sama dengan pelaksanaan pekerjaan kolom, hanya saja dalam pengerjaan
bekisting perlu adanya tambahan kayu dolken/ubar. Kayu ini berfungsi sebagai steger/penopang dari
bekisting agar bekisting tetap pada tempatnya (tidak terjadi lendutan). Kayu steger tersebut ditegakkan
dengan jarak sekitar 40 cm. Pelaksanaan pengecoran balok atau ring balok, biasanya seiringan dengan
pelaksanaan Pelat lantai.

PEKERJAAN PLAT LANTAI (tidak dikerjakan)


1) Pekerjaan Plat Lantai dengan Beton Ready Mix fc = 25.00 MPa.
2) Pembesian plat lantai dengan besi tulangan Wiremess uk. M-8, M-10
3) Steeldeck ukuran W 1000
4) Bekisting pinggir plat.
5) Untuk bekesting ditopang dengan menggunakan scaffolding.

Metode Pelaksanaan :
I. Wire mesh merupakan salah satu material untuk plat lantai. Plat lantai sendiri diaplikasikan pada
bangunan dua lantai atau lebih. Seiring dengan perkembangan teknologi konstruksi, maka ada
tuntutan pengerjaan yang harus lebih singkat dan efisien baik tenaga, waktu, dan biaya.
II. Wire mesh ialah besi dari hasil fabrikasi yang memiliki tegangan leleh tinggi. Komponen pembentuk
wire mesh, yakni dua lapis kawat baja yang disusun saling silang dan tegak lurus. Pada titik
persilangan ini, dilakukan pengelasan hingga menghasilkan penampang homogen yang luas dan
konsisten.

Page 90
Untuk pengerjaan pengecoran plat lantai dengan metode double wiremesh, prosedur kerjanya
meliputi:

1. Pasang dan bongkar steger


2. Pasang dan bongkar bekisting plat lantai
3. Pekerjaan pembesian, yakni menggelar lembar wire mesh, dengan pembuatan besi pengikat
dan cakar ayam
4. Pengecoran lantai dasar yang berhubungan dengan tanah pada bagian bawahnya.
5. Pekerjaan beton ready mix dan beton decking
6. Penuangan beton cor
7. Perataan beton cor

Alat yang digunakan dalam pengecoran meliputi:

a) Vibrator (alat untuk mengaduk semen dan batu split agar bisa sampai pada bagian beksiting
paling bawah, digerakkan dengan mesin genset),
b) Concrete pump (mesin untuk memompa adukan semen dari mixture truck ke lokasi dimana
beton cor akan dituangkan).

Persiapan pengecoran :

a) Pembuatan bekisting dan pembesian untuk membuat dudukan besi plat lantai yang dibuat
sedemikian rupa sesuai dengan elevasi lantai.
b) Pengerjaan wire mesh dengan penggelaran perakitan besi yang digunakan sebagai plat lantai.
c) Pengecoran adukan beton ke atas besi beton
d) Pembongkaran bekisting plat lantai sesuai dengan ketetapan waktu yang telah direncanakan yaitu
antara 7 hingga 21 hari. Jika adukan cor ditambahkan admixture untuk mepercepat pengringan,
maka pembongkaran bisa dilakukan lebih cepat.
Pembesian dengan Wiremess :

Page 91
Proses Pelaksanaan Pekerjaan Kolom, Balok dan Lantai

Page 92
ALUR DIAGRAM PROSES PENGECORAN BETON, KOLOM, BALOK

Pekerjaan Beton

Pengangkutan Persiapan
Ready Mix Tenaga Kerja
Siap
fc=25.00 Mpa dan Peralatan

Kerja

Tenaga kerja
mulai
mengerjakan
Besi Wiremess Bekisting dan
disusun sesuai Scaffolding
ukuran dalam terpasang
gambar
kuat

Siap
dipasang

Lanjut

Page 93
Lanjutan

Disetujui
oleh
Pengawas

Persiapan
Pengecoran

Karesteristik
Beton Ready Mix Beton Struktur
Check material,
mutu fc + 25.00
bekisting dan
MPa siap dilokasi Sesuai
scaffolding
pengecoran sepsifikasi teknis

Beton Ready Buat Mix Design


Mix standby (untuk dites di
sesuai Lab)
kebutuhan

Vibrator Disetujui
untuk OK Hasil tes
Concrete agar
pengecoran Lab.
beton padat

Lanjut

Page 94
Lanjutan

Permukaan
Lantai Beton Selesai
disiram/ditutup
karung basah

Umur Beton 28 hari


Disetujui
oleh
Pengawas
Pembongkaran
Mal/Bekisting

Page 95
Penyambungan Daya dari PLN
Tahapan Perencanaan
1. Membuat gambar kerja sudah disetujui oleh direksi lapangan
2. Mengajukan ijin tertulis kepada PT. PLN dan disetujui oleh Pengawas / Direksi

Metode Pelaksanaan :
1. Untuk penyambungan daya listrik dari PLN, menjadi tanggungan pihak Penyedia Jasa, dan daya
dibutuhkan untuk pekerjaan ini 200 kVA, permohonan permintaan penyambungan daya kepada PLN
dengan persetujuan Pengguna Jasa.
2. Dengan ketentuan bahwa seluruh instalasi listrik dalam dan luar bangunan, lampu-lampu dan lainnya
telah selesai terpasang dengan memberikan data-data instalasi yang dibuat oleh Instalatur listrik yang
bersertifikat dan diakui oleh PLN.

Penyambungan Air Minum (PAM)


Tahapan Perencanaan
1. Membuat gambar kerja sudah disetujui oleh direksi lapangan
2. Mengajukan ijin tertulis kepada PDAM Kab. Banjarnegara dan disetujui oleh Pengawas / Direksi

Metode Pelaksanaan :
1. Untuk penyambungan air bersih dari PDAM, juga menjadi tanggungan pihak Penyedia Jasa (PPK), dan
daya dibutuhkan untuk pekerjaan ini 200 kVA, permohonan permintaan penyambungan daya kepada PLN
dengan persetujuan Pengguna Jasa.
2. Dengan ketentuan bahwa seluruh instalasi listrik dalam dan luar bangunan, lampu-lampu dan lainnya
telah selesai terpasang dengan memberikan data-data instalasi yang dibuat oleh Instalatur listrik yang
bersertifikat dan diakui oleh PLN.

SERAH TERIMA PERTAMA DAN MASA PEMELIHARAAN


Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan semua (100%) akan diajukan permohonan untuk diadakan
pemeriksaan terhadap pekerjaan, setelah dinyatakan pekerjaan yang dilakukan bagus dan cukup akan
dilakukan permohonan serah terima pertama (I). Setelah diadakan serah terima pertama barulah masa
pemeliharaan dapat dilaksanakan.
Selama masa pemeliharaan pekerjaan jika terdapat kerusakan pada bangunan maka akan
dipertanggung jawabkan.

Jakarta, 01 Juli 2019


Penawar;
PT. VERBECK MEGA PERKASA,

( RIDLAN MAHFUD, ABDULLAH,. ST)


Direktur Utama-

Page 96

Anda mungkin juga menyukai