Anda di halaman 1dari 122

SPESIFIKASI

METODE KONSTRUKSI/METODE
PELAKSANAAN/METODE KERJA

PEKERJAAN:
PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN MAHASISWA
UNIVERSITAS MEGA REZKY
KOTA MAKASSAR

PROVINSI SULAWESI SELATAN


TAHUN ANGGARAN 2021
SPESIFIKASI
METODE KONSTRUKSI/METODE PELAKSANAAN/METODE KERJA
Pembangunan Rumah Susun Mahasiswa
Universitas Mega Rezky
Kota Makassar

A. PENDAHULUAN

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Proyek Konstruksi adalah Metode yang dibuat


dengan cara teknis yang menggambarkan penguasaan penyelesaian pekerjaan
yang sistematis dari awal sampai akhir yang meliputi tahapan/urutan pekerjaan
utama dan uraian cara kerja dari masing-masing jenis kegiatan pekerjaan utama
yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis, serta bagaimana tahapan dalam
metode pelaksanaan pekerjaan harus relevan antara metode pelaksanaan
pekerjaan dengan jadwal/jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dan analisa teknis
satuan pekerjaan.

Dalam menyusun metode pelaksanaan pekerjaan untuk proyek konstruksi


sebaiknya sesuai dengan persyaratan dalam dokumen dimana Metode
pelaksanaan pekerjaan yang dibuat harus memenuhi persyaratan untuk dapat
menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang ditentukan.

B. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan Paket Pembangunan Rumah Susun Pemkab (ASN) Kab.


Jeneponto adalah sebagai berikut
1. Perkerjaan Persiapan

2. Pekerjaan Struktur

3. Pekerjaan Arsitektur

4. Pekerjaan Mekanikal

5. Pekerjaan Elektrikal
C. METODE PELAKSANAAN.

Tahapan pekerjaan dari awal sampai akhir secara garis besar dari masing-masing
jenis pekerjaan utama; Kesesuaian antara metode kerja dengan spesifikasi /
volume pekerjaan yang disyaratkan.
1. PEKERJAAN PERSIAPAN

❖ PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOWPLANK

1. Melakukan survei secara akurat dengan memasang “Bench Mark” (BM) pada
lokasi tertentu di sepanjang proyek untuk revisi minor terhadap gambar rencana,
pengukuran ketinggian permukaan perkerasan atau penetapan titik pengukuran
(setting out) yang akan dilakukan. BM permanen harus dibuat di atas tanah
yang tidak mudah bergeser.

2. Memasang titik patok pelaksanaan yang menunjukkan garis dan ketinggian


untuk pekerjaan perbaikan tepi perkerasan, lebar bahu, dan selokan samping
sesuai dengan penampang melintang standar yang diberikan dalam gambar
rencana dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum
memulai pelaksanaan pekerjaan.Jika menurut Direksi Pekerjaan diperlukan
perubahan pada setiap garis dan ketinggian, baik sebelum maupun sesudah
penempatan patok, maka Direksi Pekerjaan akan mengeluarkan perintah yang
terinci untuk melaksanakan perubahan tersebut dan Penyedia Jasa harus
mengubah penempatan patok sambil menunggu persetujuan lebih lanjut.

3. Profil yang diterbitkan harus digambar dengan skala, ukuran dan tata letak
(layout) sebagaimana yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Gambar
penampang melintang harus menunjukkan elevasi permukaan akhir yang
diusulkan, yang diperoleh dari gambar detail rancangan.

❖ BARAK KERJA DAN GUDANG

Dalam pelaksanaan proyek ini Direksi Keet yang dibuat terdiri dari Kantor,
Ruang rapat , 24 M2

Untuk Ruang kantor dan ruang Rapat didalamnya dilengkapi meja, kursi,
gambar kerja, time schedule, struktur organisasi proyek, papan tulis, alat
pemadam kebakaran, buku tamu, buku direksi dan laporan harian proyek.
Ruang ini digunakan sebagai kantor sementara kontraktor dan dipakai
sewaktu-waktu perlu dilakukannya rapat kerja.

Barak kerja dibuat untuk tempat tinggal sementara tenaga kerja selama proyek
berlansung. Gudang penyimpanan bahan ini dibuat untuk tempat bahan material
yang sifatnya untuk menjaga keselamatan dari bahan tersebut. Untuk Gudang
penyimpanan semen, tempatnyaharus baik sehingga terlindung dari
kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak. Lantai penyimpanan harus
kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan tanah

Letak direksikeet dibuat pada tempat yang mudah dijangkau dan mudah dicapai
dalam proses bongkar muat material yang akan digunakan

❖ PAPAN NAMA PROYEK


1. Papan nama proyek harus dibuat sedemikian rupa sehingga terbaca dari luar
batas daerah kerja atau bentuknya/penempatannya akan ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan.

2. Pembuatan papan nama proyek harus memperhatikan bentuk dan isi diaman
harus sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan

❖ FOTO PEKERJAAN
• Pembuatan laporan harian, berkoordinasi dengan site manager

• Pembuatan laporan mingguan, berkoordinasi dengan site manager

• Pembuatan laporan bulanan, berkoordinasi dengan site manager


• Dokumentasi proyek, akan ditangani oleh pelaksana lapangan. Tiap jenis
pekerjaan akan didokumentasikan sebagai dokumentasi proyek yang akan
digunakan dan diminta oleh direksi proyek.Dokumentasi proyek dimulai dari
kondisi nol (0%), proses pelaksanaan (25%,50%,75%), dan kondisi selesai
(100%). Foto dokumentasi akan dilampirkan pada masing- masing laporan
sebagai pembuktian atas pekerjaan masing-masing.

❖ AIR DAN LISTRIK PROYEK


• Air untuk bekerja disediakan oleh Penyedia jasa di area proyek, dengan cara
Pelaksana membuat instalasi sendiri menyambung dengan instalasi yang
sudah ada, air harus bersih dari lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya
dengan dibuktikan melalui pemeriksaan laboratorium

• Reservoir/bak atau drum air untuk kerja, berkapasitas kurang lebih 4 m3 dan
senantiasa terisi penuh
• Listrik untuk bekerja harus disediakan Pelaksana selama masa
pembangunan dengan daya secukupnya.

❖ PEKERJAAN PAGAR KELILING


Kosnstruksi Pagar peroyek di buat dengan menggunakan dinding seng dan
diperkuat dengan menggunakan tiang-taing besi atau kayu dan di ikat dengan
paku/baut pengikat pada jarak tertentu, sehingga kosnstruksinya kuat dan
sesuai dengan fungsi yakni untuk menjamin keamanan pekerja dalam
lingkunngan proyek.

2. PEKERJAAN STRUKTUR

❖ PERATURAN UMUM TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN


1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja
dan Syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan di bawah ini
termasuk segala perubahan dan tambahannya :
a. Peraturan Umum tentang pelaksanaan pembangunan di Indonesia atau
algemene voorwaarden voor de uitvoering bij aanemiing van openbare werken
(AV) 1941.
b. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrase Teknik dari Dewan
Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI).
c. Peraturan Umum dari Dinas Kesehatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
d. Peraturan Umum Bangunan Indonesia (NI-013).
e. Peraturan Semen Portland Indonesia (NI - 08)
f. Peraturan dan ketentuan-ketentuan lain yang dikeluarkan oleh jawatan/ instansi
pemerintah setempat, yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
g. Undang-undang RI No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa konstruksi, beserta PP 28,
PP 29, dan PP 30 Tahun 2000
h. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang bangunan
Gedung.
i. Pedoman teknis pembangunan Bangunan Gedung Negara, Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 Dirjen Cipta Karya 2007.
j. Pedoman teknis pembangunan Bangunan Gedung Negara, Keputusan
Permukiman dan Prasarana wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002, tanggal 21
Agustus 2002.
k. Petunjuk Teknis rencana Tindakan Darurat Kebakaran Pada Bangunan Gedung,
Keputusan Permukiman dan Prasarana wilayah Nomor : 58/KPTS/DM/2002
l. Persyaratan Teknis Aksebilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan,
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 468/KPTS/1998

2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut di atas, berlaku dan mengikat
pula :
a. Gambar bestek yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah disahkan oleh
Pemberi Tugas termasuk juga gambar-gambar detail yang diselesaikan oleh
kontraktor dan sudah disahkan/disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijziing).
d. Berita Acara Penunjukkan.
e. Surat Keputusan Pemberi Tugas tentang Penunjukan Kontraktor.
f. Surat Perintah Kerja (SPK)
g. Surat penawaran beserta lampiran-lampirannya
h. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule yang telah disetujui).
i. Kontrak surat perjanjian pemborongan.
j. Berita Acara/Surat-surat Klarifikasi tender.

❖ PEKERJAAN PERSIAPAN / PENDAHULUAN

➢ PENGUKURAN TAPAK KEMBALI


1. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran
kembali lokasi pembangunan dengan keterangan–keterangan mengenai
peil, ketinggian tanah, letak pohon-pohon, letak batas-batas tanah dengan
menggunakan alat optik yang sudah ditera kebenarannya.
2. Ketidak-cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan
lapangan harus segera dilaporkan kepada direksi untuk dimintakan
keputusannya.
3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat -
alat waterpass / theodolith yang ketepatan dapat dipertanggungjawabkan.
4. Kontraktor harus menyediakan theodolith / waterpass beserta petugas
yang melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Konsultan Manajemen
Konstruksi selama pelaksanaan kegiatan.
5. Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau barang secara azas
segitiga phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian–bagian kecil yang
disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
6. Instalasi-instalasi yang sudah ada dan masih berfungsi harus diberi tanda
yang jelas dan dilindungi dari kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi
akibat pekerjaan kegiatan ini, dan untuk itu harus dicantumkan dalam
gambar pengukuran seperti disebutkan dalam pengukuran sesuai dengan
ayat 1. Kontraktor bertanggung jawab atas segala kerusakan akibat
pekerjaan yang sudah dilaksanakannya.
7. Gambar pengukuran tapak proyek harus mendapat persetujuan/
pengesahan Konsultan Manajemen Konstruksi, yang meliputi antara lain :
- Sistem koordinat, sesuai ketentuan gambar.
- Peil setiap titik simpul koordinat dan transis dengan interval 0.25 M (tinggi).
- Rencana lokasi kantor direksi, kantor pemborong tempat simpan bahan
terbuka, tempat simpan bahan tertutup, los kerja, sumber air dan reservoir.

➢ PEMBUATAN TUGU PATOK DASAR


1. Letak tugu patok dasar ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi
2. Tugu patok dasar dibuat dari beton bertulang berpenampang 20 x 20, cm,
tertancap kuat kedalam tanah sedalam 1 (satu) meter dengan bagian yang
muncul diatas muka tanah secukupnya untuk memudahkan pengukuran
selanjutnya.
3. Tugu patok dasar dibuat permanen, tidak bisa dirubah, diberi tanda yang jelas
dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Konsultan Manajemen
Konstruksi untuk membongkarnya.

➢ PAPAN PATOK UKUR (PENENTUAN TITIK)


1. Papan patok ukur dipasang pada patok kayu kelas III ( 5/7), tertanam ditanah
sehingga tidak bisa digerak-gerak atau diubah-ubah.
2. Papan patok ukur kayu dibuat dari kayu kelas III, dengan ukuran tebal 3 cm,
lebar 20 cm, lurus dan diserut ratakan pada sisi sebelah atasnya.
3. Tinggi sisi atas papan bouwplank harus sama satu dengan lainnya kecuali
dikehendaki lain oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
4. Papan patok ukur dipasng sejauh 150 cm dari as dinding terluar, sehingga tidak
mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
5. Setelah selesai pemasangan papan patok ukur, Kontraktor harus melapor
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk dimintakan persetujuan, serta
harus menjaga dan memelihara keutuhan serta ketetapan letak papan patok ukur
sampai tidak diperlukan lagi dan dibongkar atas persetujuan Konsultan
Manajemen Konstruksi.

➢ KANTOR KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI


1. Kantor direksi cukup representatif untuk bekerja dan aman untuk menyimpan
dokumen-dokumen proyek selama pelaksanaan kegiatan (kurang lebih 3 tahun).
2. Luas dan peralatan yang harus disediakan untuk kantor Konsultan Manajemen
Konstruksi minimal adalah 4x6 meter persegi.
3. Di dalam kantor Konsultan Manajemen Konstruksi harus ditempatkan ruang
KM/WC dengan baik air bersih secukupnya dan dirawat kebersihannya.
4. Posisi dan denah gambar kantor Konsultan Manajemen Konstruksi tergambar
pada gambar rencana pagar proyek.
5. Alat-alat lain yang harus senantiasa tersedia di proyek untuk setiap saat dapat
digunakan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi adalah :
- 1 (satu) alat ukur theodolite type T1 dan T2.

- 1 (satu) alat ukur Schuifmaat.


- 2 (dua) komputer Core 2 Duo lengkap dengan printernya untuk ukuran
kertas A4 & A3.

- 1 (satu) kamera digital.

- 1 (satu) kamera polaroid lengkap dengan film dan blitznya.

- 10 (pasang) sepatu proyek dan helm proyek serta jas hujan.

➢ KANTOR KONTRAKTOR DAN LOS KERJA


1. Kontraktor harus membuat bangunan sementara untuk keperluan sendiri
sehubungan dengan kegiatan pelaksanaan pekerjaan ini berupa Kantor
Administrasi dan Teknis Lapangan, Ruang Rapat, Los Pekerja dan Gudang
2. Ukuran luas kantor Kontraktor dan Los Kerja serta tempat simpan bahan bakar,
disesuaikan dengan kebutuhan Kontraktor dengan tidak mengabaikan keamanan
dan kebersihan dan bahaya kebakaran, serta memperhatikan tempat yang
tersedia sehingga tidak mengganggu kelancaran kerja dan arus lalu lintas, harus
disediakan 3 buah penyemprot api (fire extinguiser) kapasitas 4 kg/cm2, 1 (satu)
di Kontraktor, 1 (satu) diletakkan di kantor Konsultan Manajemen Konstruksi, dan
1 (satu) diletakkan di daerah yang strategis di Los Kerja.
3. Khusus untuk simpan bahan-bahan seperti pasir, kerikil harus dibuatkan kotak
simpan dipagar dengan dinding papan, sehingga masing-masing bahan tidak
tercampur dengan bahan lainnya.
4. Kantor Kontraktor harus dibuat dari bahan-bahan yang baik, kuat dan mudah di
bongkar kembali.
5. Penataan layout kegiatan proyek dan lokasi direksi keet Kontraktor harus
diajukan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk mendapatkan
persetujuan, segera setelah Surat Perintah Masuk Lapangan diterima oleh
Kontraktor.
6. Kontraktor tidak diperkenankan :
- Menyimpan alat-alat, bahan bangunan di luar pagar proyek, walaupun untuk
sementara.

- Menyimpan bahan-bahan yang ditolak Konsultan Manajemen Konstruksi


karena tidak memenuhi syarat.

➢ PENYEDIAAN AIR DAN DAYA LISTRIK UNTUK KERJA


1. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sumur pompa di
tapak lokasi kegiatan atau air PAM, air harus bersih bebas dari lumpur, minyak
dan bahan kimia lainnya dengan dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium.
2. Reservoir/bak air untuk kerja berukuran minimum 4 m3 dan senantiasa terisi
penuh.
3. Untuk kebutuhan daya listrik, baik untuk penerangan sementara maupun listrik
untuk alat-alat kerja Kontraktor harus mendatangkan sendiri genset yang
kapasitasnya sesuai untuk keperluan proyek tersebut, dengan biaya sewa dan
operasional ditanggung oleh Kontraktor.

➢ PENGADAAN SARANA KERJA


1. Untuk kelancaran jalannya pekerjaan, Kontraktor harus meneydiakan sarana
kerja (baik sendiri maupun sewa) yang meliputi :
a. Alat kerja utama seperti : Dumptruck, Mobil Crane,Excapator,
Conrete Vibrator, Scaffolding, dll
b. Alat kerja Initi seperti : Mobil pickup,Banbender,Thedolit,Bar cuttter,
Stampler,Peralatan tukang,Stampler paving,
Peralatan Las, dll
c. Alat bantu seperti : format administrasi, alat komunikasi/
handy talky, computer, alat transportasi,
dan lain-lain.

2. Sedangkan untuk membantu kelancaran tugas Konsultan Manajemen


Konstruksi, Kontraktor harus menyediakan alat bantu seperti handy talky yang
akan dipakai dalam rangka pengawasan dan pengendalian jalannya proyek.

➢ AIR KERJA ( RESERVOIR / BAK AIR )


1. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sumur pompa di
tapak lokkasi kegiatan atau air PAM, air harus bersih bebas dari lumpur, minyak
dan bahan kimia lainnya dengan dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium.
2. Reservoir/bak air untuk kerja berukuran minimum 4 m3 dan senantiasa terisi
penuh.

➢ PAGAR SEMENTARA PROYEK


1. Pagar didirikan pada batas-batas yang mengelilingi tapak kegiatan seperti yang
ditentukan dengan tinggi 1,8 Meter.
2. Pagar proyek terbuat dari seng gelombang BJLS 30, dipasang pada tiang rangka
pada tiang dan rangka kayu klas II, dan diperkuat dengan beton setempat.
3. Pada tempat-tempat yang ditentukan dalam gambar dibuat pintu masuk untuk
kendaraan angkutan dan pintu masuk orang, pintu terbuat dari rangka kayu dan
selanjutnya ditutup dengan finish cat dengan persetujuan Konsultan Manajemen
Konstruksi.

➢ PENGAMANAN PROYEK
1. Untuk penyelenggaran keamanan proyek, Kontraktor harus menyediakan tenaga
kemanan sendiri yang memenuhi kualifikasi yang diperlukan, dengan jumlah
yang diperkirakan mencukupi areal pekerjaan proyek.
2. Untuk keperluan keamanan intern proyek Kontraktor harus membuat kartu
identitas semua pekerja maupun petugas proyek. Sedangkan untuk keamanan
yang menyangkut pihak lusr, Kontraktor harus berkoordinasi dengan Ketua
Lingkungan dan Kepolosian setempat.

❖ PEKERJAAN BEKISTING BETON

➢ UMUM
1. Lingkup Pekerjaan
a. Kayu dan/atau multiplek untuk bekisting beton cor ditempat, lengkap dengan
perkuatan dan angkur-angkur yang diperlukan.
b. Penyediaan angkur-angkur untuk hubungan dengan pekerjaan lain.
c. Bahan pelapis anti lengket beton dan klam-klam pengunci dan pengait.
d. Perancah bekisting atau scafolding sesuai kebutuhan dan norma
pemasangan / penggunaan serta asesoriesnya harus lengkap.
2. Pekerjaan yang berhubungan
a. Struktur beton poer, sloof, kolom, balok, tandon air bersih dan kebakaran,
Instalasi Pembuangan Air Limbah (Waste Water Treatment Plant), Dinding
Penahan Tanah (Retaining Wall), core wall, septictank, resapan, dan Pit
Stop (Ruang Bawah untuk Pondasi Lift).
b. Pekerjaan pasangan batu-bata ringan
c. Sparing-sparing pekerjaan mekanikal
d. Sparing-sparing pekerjaan eletrikal
e. Shaft pekerjaan mekanikal dan elektrikal
3. Standar–standar yang dipakai
a. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI)–1982, NI-3.
b. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia -1961, NI-5.
c. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971, NI-2.
d. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-
2847-2002)
e. Recommended Practice For Concrete Formwork (ACI 347 - 68).
4. Shop drawing
a. Dimana diperlukan, menurut Konsultan Manajemen Konstruksi atau
perencana, harus dibuat shop drawing.
b. Siapkan shop drawing tipikal untuk tiap randangan bekisting yang berbeda
yang memperhatikan ;
– Dimensi
– Metode konstruksi
– Bahan
– Hubungan dan ikatan-ikatan (form ties)
➢ BAHAN
1. Bekisting beton biasa
a. Multiplek film tebal 9 mm
b. Kayu kelas III 5/7, cm sebagai pengaku dan balok-balok bantu.
c. Paku, angkur, form ties dan sekrup-sekrup, ukuran sesuai dengan keperluan
dan cukup kuat untuk menahan bekisting agar tidak bergerak ketika
dilakukan pengecoran,
2. Syarat umum bekisting
a. Tidak mengalami deformasi, bekisting harus cukup tebal dan terikat kuat
b. Kedap air dengan menutup semula celah dengan tape,
c. Tahap terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari dalam bekisting
d. Pemakaian bekisting selain ketentuan diatas harus dengan persetujuan
Konsultan Manajemen Konstruksi.

❖ PEKERJAAN BETON STRUKTUR PRIMER

➢ UMUM
1. Lingkup pekerjaan
a. Pembesian
1. Tulangan besi ulir dan polos lengkap dengan kawat pengikatnya.
2. Beton decking (support chairs) bolster, spacer for reinforcing
b. Pengecoran beton.
1. Beton cor ditempat untuk rangka bangunan, lantai, dinding, pondasi dan
slab pendukung.
2. Slab beton diatas tanah dan pedestrian/side walks.
3. Finishing permukaan beton pada dinding, plat, balok dan kolom.
2. Produk beton
Produk beton yang dipakai adalah beton siap pakai (Readymix Concrete) dengan
mutu Beton :

- K-300 untuk beton core wall

- K-300 untuk balok, kolom, pelat dan tangga

Mutu beton tersebut harus mendapat persetujuan Konsultan Manajemen


Konstruksi, kontraktor harus melaksanakan mix design terlebih dahulu dengan
melaporkan hasil mutunya melalui laboratorium beton yang independen.

3. Pekerjaan yang berhubungan


a. Bekisting beton.
b. Finishing beton.
c. Pasangan bata ringan
d. Waterproofing.
e. Waterstop pekerjaan tandon bawah dan dilatasi antar ground slab.
f. Bagian-bagian pekerjaan mekanikal dan elektrikal yang harus dicor dalam
beton.
4. Standar
Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan :
a. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBl)–1971, NI-2
b. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-
2847-2002)
c. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982 NI-3
d. Peraturan Semen Portland Indonesia 1972. N - 8.
e. Peraturan Bangunan Nasional 1978
f. Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-
1727-1989-F)
g. Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur
Tembok 1983.
h. Ketentuan–Ketentuan Umum untuk pelaksanaan Pemborong Pekerjaan
Umum (AV) no. 9 tanggal 28 Mei 1944 Tambahan Lembaran Negara No.
1457.
i. Peraturan pembangunan pemerintah daerah setempat.
j. Petunjuk-petunjuk dan peringatan–peringatan lisan maupun tertulis yang
diberikan perencana.
k. Standar normalisasi Jerman (DIN)
l. Ameridan Society Testing and Material (ASTM)
1. C 33 (concrete aggregates)

2. C 150 (portland cement)

m. Ameridan Concrete Institute (ACI).


1. 211 (recommended practice for selecting proportions for normal and
heavy weight concrete)
2. 212 (guide for use admixlures in concrete).
3. 214 (recommended practice for evaluation of compression test of field
concrete)

➢ BAHAN
1. Persyaratan bahan
a. Portland cement
Yang menyatakan adalah jenis II SNI 15-2049-2004, menurut NI-8 (type I), menurut
ASTM dan memenuhi S. 400, menurut standar portland cement yang ditentukan
asosiasi semen Indonesia dan terdiri dari satu jenis merek.

b. Agregates
Kualitas agregate harus memenuhi syarat–syarat PBI 1971. Agregat kasar
harus berupa batu pecah (split) yang memenuhi susunan gradasi yang baik,
cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous). Kadar lumpur dari
pasir beton tidak boleh melebihi dari 5% berat kering. Dimensi maksimum
dari agregat kasar tidak lebih dari 2.0 cm dan tidak boleh lebih dari
seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang
bersangkutan. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan
bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya.
c. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam alkali dan bahan–bahan organik atau bahan-bahan lain yang
dapat mengurangi mutu pekerjaan. Kandungan chlorida tidak boleh melebihi
500 p.p.m dan komposisi sulfat (S03) tidak boleh melebihi 1000 p.p.m.
apabila dipandang perlu, Konsultan Manajemen Konstruksi dapat minta
kepada kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium
pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya kontraktor.
d. Besi beton
1. Besi beton harus bebas dari karat, sisik dan lain-lain lapisan yang dapat
mengurangi lekatnya pada beton. Kecuali ditentukan lain dalam gambar,
digunakan besi mutu Tulangan Polos ≤ 12 mm pakai BJTP 24 mm (U-
24) dan Tulangan Ulir ≥ 12 mm pakai BJTD 40 mm (U-39). Khusus
untuk wiremesh menggunakan mutu baja tegangan leleh karakteristik
5000 kg/cm2
2. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka
disamping adanya sertifikat dari pabrik, juga harus ada/ dimintakan
sertifikat dari laboratorium baik pada saat pemesanan maupun secara
periodik minimum masing–masing 2 contoh percobaan (stres-strain) dan
pelengkungan untuk setiap 20 ton besi, pengetesan dilakukan pada
laboratorium yang disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.
e. Admixture
1. Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara
mencampur dan mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang
cermat tidak diperlukan penggunaan sesuatu admixture.
2. Jika menggunakan admixture masih dianggap perlu kontraktor diminta
terlebih dahulu memberitahukan nama perdagangan admixture tersebut
dengan keterangan mengenai tujuan, data-data bahan, nama pabrik
produksi, jenis bahan mentah utamanya, cara-cara pemakaiannya,
resiko-resiko dan keterangan- keterangan lain yang dianggap perlu.

➢ PELAKSANAAN
1. Kualitas beton
a. Kecuali ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton yang dipakai dalam
struktur primer adalah K–300, kecuali untuk Core Wall memakai K-300
(tegangan tekan hancur karakteristik untuk kubus beton ukuran 15 x 15 x 15
cm pada usia 28 hari kalender). Evaluasi penentuan karakteristik ini
digunakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam PBI 1971.
b. Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuan membuat kualitas
beton ini dengan memperhatikan data-data mix design pelaksanaan di lain
tempat atau dengan mengadakan trial mixes di laboratorium yang ditunjuk
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
c. Test selama pekerjaan.
Buat 3 Kubus 15 x 15 x 15 cm dari setiap 5 m3 atau sebagian dari pada itu
atau dari pengecoran setiap hari, pilih yang paling menentukan dari setiap
mutu beton yang berbeda dan dari setiap perencanaan campuran yang
dicor. Buat dan simpan kubus-kubus menurut ASTM 31. Test satu kubus
pada hari ke 7 dan satu kubus pada hari ke 28 menurut ASTN C 39. Simpan
satu kubus sebagai cadangan untuk test pada hari ke 56 jika test pada hari
ke 28 gagal. Jika test kubus pada hari ke 28 berhasil, test kubus cadangan
untuk menghasilkan kekuatan rata-rata dari kedua kudus pada hari ke 28.
Sediakan fasilitas pada lokasi proyek untuk menyimpan contoh-contoh yang
diperlukan oleh badan penguji.

d. Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton


yang dibuat dengan disahkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan
laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai karakteristiknya. Laporan
tertulis tersebut harus disertai sertifikat dari laboratorium. Penunjukkan
laboratorium harus dengan persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.
e. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump 7 cm
f. Pengujian kubus percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui
Konsultan Manajemen Konstruksi.
g. Perawatan kubus percobaan tersebut adalah dalam pasir basah tapi tidak
tergenang air, selama 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka.
h. Jika dianggap perlu, maka digunakan pembuatan kubus percobaan untuk
umur 7 (tujuh) hari dengan ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh kurang dari
65% kekuatan yang diminta additives. Jika hasil kuat tekan benda-benda uji
tidak memberikan angka kekuatan yang diminta maka harus dilakukan
pengujian beton setempat dengan cara-cara seperti yang ditetapkan dalam
SNI 2002 atau PBI 1971 dengan tidak menambah beban biaya bagi Pemberi
Tugas (Pemkab Jeneponto, Kab Jeneponto) .
i. Penyampaian beton (adukan) dari mix, ke tempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan
komponen-komponen beton.
j. Dalam hal ready mix sulit didapat maka site mix dapat dilakukan dengan
kontraktor terlebih dahulu mengadakan presentasi untuk mendapatkan
persetujuan dan untuk itu disyaratkan mesin molen produksi mutu beton K-
300 harus menggunakan portable beton mix dan volume dan system minimal
1 m3 beton setiap 1 campurannya.
k. Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton.
l. Kontraktor harus menggunakan concrete pump pada elevasi-elevasi
pengecoran diatas 3 meter. Sehingga kualitas beton tuang dari alat
pencampur tidak berubah.
2. Instruksi dan pembongkaran bekisting
Pembongkaran acuan dan penempatan siar-siar pelaksanaan, sepanjang tidak
ditentukan lain dalam gambar, harus mengikuti persyaratan dari SNI 2002 atau
PBI 1971. Siar-siar tersebut harus dibasahi lebih dahulu dengan air semen tepat
sebelum pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar-siar tersebut harus disetujui
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

3. Penggantian besi
a. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai
dengan apa yang tertera pada gambar.
b. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman kontraktor atau pendapatnya
terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian
yang ada, maka :
1. Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi
pembesian yang tertera dalam gambar. Secepatnya hal ini diberitahukan
pada Perencana Konstruksi untuk sekedar informasi.
2. Jika hal tersebut diatas dimintakan pekerjaan tambah oleh Kontraktor,
maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada
persetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi.
3. Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan
tersebut hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari
perencana Konstruksi. Mengajukan usul dalam rangka tersebut diatas
adalah merupakan juga keharusan dari Kontraktor.
c. Jika kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai
dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran
diameter besi dengan diameter yang terdekat dengan catatan :
1. Harus ada persetujuan dari Perencana Konstruksi dan Konsultan
Manajemen Konstruksi.
2. Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak
boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang
dimaksudkan adalah jumlah luas)
3. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan kemampuan
penampang berkurang.
4. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian
ditempat tersebut atau didaerah overlapping yang dapat menyulitkan
pembetonan atau penyampaian penggetar.
4. Perawatan beton
a. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan
cepat.
b. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus
diperhatikan.
c. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran
d. Khusus elemen vertikal harus dipakai curing compound
5. Tanggung jawab kontraktor
Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai dengan
ketentuan-ketentuan diatas dan sesuai dengan gambar-gambar konstruksi yang
diberikan. Adanya atau kehadiran Konsultan Manajemen Konstruksi selaku wakil
pemberi tugas atau perencanaan yang sejauh mungkin melihat / mengawasi
menegur atau memberi nasihat tidaklah mengurangi tanggung jawab penuh
tersebut diatas.

6. Contoh yang harus disediakan


a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus memberikan contoh
material seperti kerikil, pasir, besi beton, wire mesh, bendrat, dan semen
untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.
b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi
akan dipakai sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/ menerima
material yang dikirim oleh kontraktor ke lapangan.
c. Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh
yang telah disetujui dibangsal Konsultan Manajemen Konstruksi.
7. Sparing conduit dan pipa-pipa
a. Letak dari sparing supaya tidak mengurangi kekuatan struktur.
b. Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan sesuai dengan gambar
pelaksanaan dan bila tidak ada dalam gambar, maka kontraktor harus
mengusulkan dan minta persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi.
c. Bilamana sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum pengecoran dan
diperkuat sehingga tidak akan dipindahkan tanpa persetujuan dari Konsultan
Manajemen Konstruksi.
d. Semua sparing-sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum pengecoran,
dan diperkuat, sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.

❖ PEKERJAAN BETON STRUKTUR SEKUNDER

➢ UMUM
1. Lingkup pekerjaan
a. Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
lainnya untuk melaksanakan seperti dinyatakan dalam gambar dengan hasil
yang baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi pelat lantai, pelat tangga, balok tangga, kolom praktis,
beton ring balok, dan balok kantilever untuk bangunan yang dimaksudkan
termasuk besi beton dan pekerjaan bekisting / acuan dan semua pekerjaan
beton yang bukan struktur sesuai yang ditunjukkan didalam gambar.
2. Standar
Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan :

a. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBl)–1971, NI-2


b. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982 NI-3
c. Peraturan Semen Portland Indonesia 1972. N-8.
d. Peraturan Bangunan Nasional 1978
e. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-
2847-2002)
f. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983
g. Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur
Tembok 1983.
h. Ketentuan–Ketentuan Umum untuk pelaksanaan Pemborong Pekerjaan
Umum (AV) no. 9 tanggal 28 Mei 194 Tambahan Lembaran Negara no.
1457.
i. Peraturan-peraturan/standar setempat yang biasa dipakai
j. Peraturan pembangunan pemerintah daerah setempat.
k. Petunjuk-petunjuk dan peringatan–peringatan lisan maupun tertulis yang
diberikan oleh Konsultan Perencana.
l. Standar Normalisasi Jerman (DIN)
m. Ameridan Society Testing and Material (ASTM)
– C 33 (concrete aggregates)
– C 150 (portland cement)
n. Ameridan Concrete Institute (ACI).
– 211 (recommended practice for selecting proportions for normal and
heavy weight concrete)
➢ BAHAN
1. Persyaratan bahan
a. Semen Portland
Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari satu jenis merek
dan atas persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi dan harus
memenuhi NI-8. Semen yang telah mengeras sebagian / seluruhnya tidak
dibenarkan untuk digunakan. Penyimpanan semen portland harus
diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas dari kelembaban, bebas dari
air dengan lantai terangkat dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat
penumpukan semen.

b. Pasir beton
Harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan–bahan
organis, lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta
kekerasan yang dicantumkan dalam PBI 1971.

c. Koral beton/split
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta mempunyai
gradasi kekerasan sesuai syarat-syarat PBI 1971.
Penyimpanan/penimbunan pasir koral beton harus dipisahkan satu dengan
yang lain, hingga dapat dijamin kedua bahan tersebut tidak tercampur untuk
mendapatkan perbandingan adukan beton yang tepat.

d. Air
Air digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam, alkali dan bahan organis/bahan lain yang dapat merusak beton.
Apabila dipandang perlu Konsultan Manajemen Konstruksi dapat minta
kepada Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium
pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.

e. Besi beton
Pada penulangan Pile cap, Kolom, Sher wall ,Balok, Pelat lantai tingkat,
Pelat kanopi, GWT digunakan besi D 10, fy = 240 Mpa ( BJTP 240),
sedangkan untuk penulangan Wire maesh memakai besi M - 8 , fy=500 Mpa
( BJTP 500). Besi harus bersih dari lapisan minyak/lemak dari bebas dari
cacat seperti serpih-serpih. Penampang besi bulat serta memenuhi
persyaratan NI-2 (PBI 1971). Bila dipandang perlu kontraktor diwajibkan
untuk memeriksa mutu besi beton ke laboratorium pemeriksaan bahan yang
dan sah atas biaya kontraktor.

f. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan


contoh-contoh material misalnya, besi, kerikil, pasir, dan semen untuk
mendapatkan persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

g. Contoh–contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi,


akan dipakai sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material
yang dikirim oleh Kontraktor ke site.
2. Syarat pengiriman dan penyimpanan bahan
a. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan
tidak bercacat.
Beberapa bahan tertentu harus masih didalam kotak/kemasan aslinya yang
masih tersegel dan berlebel pabriknya.

b. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindungi dan tertutup, kering, tidak,
lembab dan bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pabrik.
c. Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai
dengan jenisnya.
d. Kontraktor bertanggungjawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan
penyimpanan. Bila ada kerusakan, Kontraktor wajib mengganti atas beban
kontraktor.

➢ PELAKSANAAN
1. Mutu beton
Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang sekunder adalah K–
300.

2. Pembesian
a. Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang luruh atau yang dibekokkan,
sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang (ring), persyaratan harus
sesuai dengan PBI 1971
b. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus disesuaikan dengan
gambar konstruksi.
c. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak
berubah tempat selama pengecoran dan harus diikat dengan papan acuan
atau lantai kerja dengan memasang selimut beton sesuai dengan ketentuan
PBI 1971.
d. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari
lapangan kerja dalam. Waktu 1 x 24 jam setelah ada perintah tertulis dari
Konsultan Manajemen Konstruksi.
3. Cara pengadukan
a. Cara pengadukan harus menggunakan beton molen yang kondisi mesin dan
fisiknya baik (tidak rusak)
b. Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus sesuai dengan
spesifikasi yang ditetapkan dan harus disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi. Operator beton molen harus orang yang ahli dalam bidangnya.
c. Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan
memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump 8 cm
4. Pengecoran beton
a. Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan
membersihkan dan menyiram cetakan–cetakan sampai jenuh, pemeriksaan
ukuran-ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan
penahan jarak.
b. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Konsultan
Manajemen Konstruksi.
c. Pengecoran harus dilakukan sebaik mungkin dengan menggunakan alat
penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan
terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang koral/split
yang dapat memperlemah konstruksi.
d. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari
berikutnya, maka tempat perhentian tersebut harus disetujui Konsultan
Manajemen Konstruksi.
5. Pekerjaan acuan/bekisting
a. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan/yang diperlukan dalam gambar.
b. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan,
sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak akan berubah bentuk dan
kedudukannya selama pengecoran dilakukan.
c. Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaan licin : bebas dari
kotoran-kotoran (tahi gergaji), potongan kayu, tanah/lumpur dan
sebagainya, setelah pengecoran dilakukan harus mudah dibongkar tanpa
merusak permukaan beton.
d. Kontaktor harus memberikan contoh-contoh material (besi, koral/soft, pasir
dan semen Portland) kepada Konsultan Manajemen Konstruksi, untuk
mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dilakukan.
e. Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan
yang aman, sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan tetap terjamin sesuai
persyaratan.
f. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat
pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam NI-2 (PBI tahun 1971)
g. Beton harus dilindungi dan pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan
cepat. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus
diperhatikan.
h. Beton harus dibasahi paling sedikit selama sepuluh hari setelah pengecoran.
6. Pekerjaan pembongkaran acuan/bekisting
Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari
Konsultan Manajemen Konstruksi. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan
mengadakan perubahan apapun pada permukaan beton tanpa persetujuan dari
Konsultan Manajemen Konstruksi.

7. Pengujian mutu pekerjaan


a. Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan untuk
memberikan pada Konsultan Manajemen Konstruksi certificate test bahan
besi dari produsen/ pabrik
b. Bila tidak ada certificate test, maka Kontraktor harus melakukan pengujian
atas besi/kubus di laboratorium yang ditunjuk kemudian.
c. Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Kontraktor dengan mengambil,
benda berupa kubus atau silinder yang ukurannya sesuai dengan
syarat-syarat/ketentuan dalam PBI 1971. Pembuatannya harus disaksikan
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan diperiksa di laboratorium
kontruksi beton yang ditunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi.
d. Kontraktor diwajibkan membuat trial mix terlebih dahulu, sebelum memulai
pekerjaan beton.
e. Hasil pengujian dari laboratorium diserahkan kepada Konsultan Manajemen
Konstruksi secepatnya.
f. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan tersebut, menjadi
tanggung jawab kontraktor.

8. Syarat-syarat pengamanan pekerjaan


a. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras minimal
selama 3 x 24 Jam setelah pengecoran.
b. Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-
pekerjaan lain.
c. Bila terjadi kerusakan, kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan
tidak mengurangi mutu pekerjaan. Seluruh biaya perbaikan menjadi
tanggung jawab kontraktor.
d. Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu dibasahi
dengan air terus menerus minimal selama 10 hari atau lebih (sesuai dengan
ketentuan dalam PBl 1971

❖ BETON COR DI TEMPAT (CAST IN PLACE)

➢ PENGENDALIAN PEKERJAAN
Kecuali disebutkan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti
ketentuan-ketentuan seperti yang tertera dalam PBI-89 dan SNI 03-2847-
2002.

➢ BAHAN-BAHAN
Bahan menggunakan adukan beton siap pakai (ready mixed concrete) atau
dengan beton adukan di tempat dengan memakai molen, control mutu sesuai
dengan spesifikasi ini.

a. Agregat beton
- Agregat beton berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu
dengan Wet System Stone Crusher.

- Agregat beton harus sesuai dengan spesifikasi agregat beton menurut


ASTM-C 33.

- Ukuran terbesar agregat beton adalah 2,5 cm.

- Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan


pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang
tidak diinginkan.

- Agregat harus bersih dari segala kotoran, tidak melebihi 5 %.

b. Agregat kasar
- Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar,
keras tidak berpori dan berbentuk kubus. Bila ada butir-butir yang pipih
jumlahnya tidak boleh melampaui 20% dari jumlah berat seluruhnya.
- Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50%
kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles ASTM-C 131-55.

- Agregat kasar harus bersih dari zat-zat organis, zat-zat reaktif alkali
atau substansi yang merusak beton.

Gradasi

Saringan Ukuran % Lewat Saringan

1” 25,4 mm 100

¾” 19,05 mm 90-100

3/8” 95,25 mm 20-55

No. 4 4,76 mm 0-10

c. Agregat Halus
- Agregat halus dapat digunakan pasir alam yang berasal dari pasir
lokal.

- Pasir harus bersih dari bahan organis, zat-zat alkali & substansi-
substansi yang merusak beton.

- Pasir tidak boleh mengandung segala jenis substansi tersebut lebih


dari 5%.

- Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.

- Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras.

- Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin


kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi
kontaminasi yang tidak diinginkan.

Saringan Ukuran % Lewat Saringan

3/8” 9,53 mm 100

No. 4 4,76 mm 90 – 100

No. 8 2,38 mm 80 – 100

No. 16 1,19 mm 50 – 85

No. 30 0,595 mm 25 – 65
No. 50 0,297 mm 10 – 30

No. 100 0,149 mm 5 – 10

No. 200 0,074 mm 0–5

d. Portland Cement (PC)


Semen yang dipakai harus dari mutu yang disyaratkan dalam PBI-1989
dan SNI 03 – 2847 – 2002.

Kontraktor harus mengusahakan agar satu merk semen saja yang dipakai
untuk seluruh pekerjaan beton.

Semen ini harus dibawa ke tempat pekerjaan dalam zak yang tertutup
oleh pabrik dan terlindung serta harus dalam jumlah sesuai dengan
urutan pengirimannya.

Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam tempat-tempat rapat air


dengan lantai terangkat dan ditumpuk dalam urutan pengirimannya.

Semen yang rusak atau tercampur apapun tidak boleh dipakai dan harus
dikeluarkan dari lapangan.

e. Pembesian
Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian
rupa, sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab
maupun basah. Besi penulangan harus disimpan berkelompok
berdasarkan ukuran-ukuran masing-masing. Besi penulangan rata
maupun besi-besi penulangan bergelombang (deformed bars) harus
sesuai dengan persyaratan dalam PBI-1989 dan SNI 03 – 2847 – 2002.

Besi penulangan yang akan digunakan harus bebas dari karat dan
kotoran lain, apabila harus dibersihkan dengan cara disikat atau digosok
tanpa mengurangi diameter penampang besi, atau dengan bahan cairan
sejenis "Vikaoxy Off" yang disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.

Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi berhak memerintahkan untuk


menambah besi tulangan di tempat yang dianggap perlu sampai
maksimum 5% dari tulangan yang ada di tempat tersebut, meski tidak
tertera dalam gambar struktur, tanpa biaya tambahan.

Penulangan harus terdiri dari Pada penulangan Pile cap, Kolom, Sher wall
,Balok, Pelat lantai tingkat, Pelat kanopi, GWT digunakan besi D 10, fy =
240 Mpa ( BJTP 240), sedangkan untuk penulangan Wire maesh
memakai besi M - 8 , fy=500 Mpa ( BJTP 500) sesuai PBI-1989 dan SNI
03–2847–2002.

f. Kawat Pengikat
Harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang disyaratkan dalam
PBI-1989 dan SNI 03–2847–2002.
g. Air
Air harus bersih dan jernih sesuai dengan persyaratan dalam PBI-1989
dan SNI 03–2847–2002.

Sebelum air untuk pengecoran digunakan, harus terlebih dahulu


diperiksakan pada Laboratorium PAM/PDAM setempat yang disetujui
Konsultan Manajemen Konstruksi dan biaya sepenuhnya ditanggung oleh
Kontraktor.

Kontraktor harus menyediakan air atas biaya sendiri.

h. Additive
Untuk mencapai slump yang disyaratkan dengan mutu yang tinggi, bila
diperlukan campuran beton dapat menggunakan bahan-bahan additive
merk POZZOLITH 300 R atau yang setaraf. Bahan tersebut harus
disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Additive yang
mengandung chloride atau nitrat tidak boleh dipergunakan.

➢ PELAKSANAAN
Sebelum dilaksanakan, Kontraktor harus mengadakan trial test atau mixed
design yang dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan dapat
tercapai. Dari hasil test tersebut ditentukan oleh Pengawas "Deviasi Standard"
yang akan dipergunakan untuk menilai mutu beton selama pelaksanaan.

a. Persiapan Pengecoran Beton


Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat ijin
secara tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi. Permohonan ijin
rencana pengecoran harus diserahkan paling lambat 2 (dua) hari
sebelumnya.

Sebelum pengecoran dimulai, Kontraktor harus sudah menyiapkan


seluruh stek-stek maupun anker-anker dan sparing-sparing yang
diperlukan, pada kolom-kolom, balok-balok beton untuk bagian yang akan
berhubungan dengan dinding bata maupun pekerjaan instalasi.

Kecuali dinyatakan lain pada gambar, maka stek-stek dan anker-anker


dipasang dengan jarak setiap 1 meter.

b. Pengecoran Beton
- Memberitahukan Konsultan Manajemen Konstruksi selambat-
lambatnya 24 jam sebelum sesuatu pengecoran beton dilaksanakan.

Persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi untuk mengecor beton


berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan
besi serta bukti bahwa Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran
tanpa gangguan.

Persetujuan tersebut di atas tidak mengurangi tanggung jawab


kontraktor atas pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh.
- Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air
pada semen dan agregat atau semen pada agregat telah melampaui 1
jam dan waktu ini dapat berkurang lagi jika Konsultan Manajemen
Konstruksi menganggap perlu didasarkan pada kondisi tertentu.

- Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan


terjadinya pemisahan material (segregation) dan perubahan letak
tulangan.

Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute


dan sebagainya, harus mendapat persetujuan Konsultan Manajemen
Konstruksi.

- Alat-alat penuang seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus


selalu bersih dan bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras.

Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian


lebih dari 2 meter.

Selama dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang terisi


penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru
dituang.

- Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah


mengalami "initial set" atau yang telah mengeras dalam batas dimana
akan terjadi plastis karena getaran.

- Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh


tanah harus diberi lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya
tulangan dengan baik dan penyerapan air semen dengan tanah.

- Bila pengecoran harus berhenti sementara beton sudah menjadi keras


dan tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen
(laitances) dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman
yang cukup sampai tercapai beton yang padat.

Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang


lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.

c. Pemadatan Beton
- Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan
untuk mengangkut dan menuang beton dengan kekentalan
secukupnya agar didapat beton padat tanpa menggetarkan secara
berlebihan.

- Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton adalah sangat


penting.

Beton digetarkan dengan vibrator secukupnya dan dijaga agar tidak


berlebihan (overvibrate). Hasil beton yang berongga-rongga dan terjadi
pengantongan beton-beton tidak akan diterima.
- Penggetaran tidak boleh dengan maksud mengalirkan beton.

- Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan


penggetar frekuensi tinggi 0.2 cm, agar dijamin pengisian beton dan
pemadatan yang baik.

- Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang


mengerti dan terlatih.

d. Slump (Kekentalan Beton)


Kekentalan beton untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dengan
PBI-1971 adalah sebagai berikut :

Slump
Jenis Konstruksi
Max (mm) Min (mm)

- Kaki dan Dinding Pondasi 125 50

- Pelat, balok, dan dinding 150 75

- Kolom 150 75

- Pelat diatas tanah 125 50

Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi harga
tersebut di atas dapat dinaikkan sebesar 50%, tetapi dalam hal apapun
tidak boleh melebihi 150 mm.

e. Penyambungan Beton dan Water Stop


- Setiap penyambungan beton, permukaan harus dibersihkan/
dikasarkan dan diberi bahan bonding agent seperti : EMAGG atau
sejenis yang dapat menjamin kontinuitas adukan beton lama dengan
yang baru.

- Tempat-tempat penyambungan pengecoran yang terletak di bawah


permukaan tanah atau tempat-tempat yang berhubungan dengan
genangan air hujan/air kotor harus diberi PVC water stop LWG (9") dan
dipasang sesuai dengan petunjuk Konsultan Manajemen
Konstruksi/Produsen.

f. Construction Joint (Sambungan Beton)


- Rencana atau schedule pengecoran harus dipersiapkan untuk
penyelesaian satu struktur secara menyeluruh. Dalam schedule
tersebut Konsultan Manajemen Konstruksi akan memberikan
persetujuan dimana letak construction joints tersebut.

Dalam keadaan mendesak Konsultan Manajemen Konstruksi dapat


merubah letak construction joints.
- Permukaan construction joints harus bersih dan dibuat kasar dengan
mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton,
sesudah 2 jam tapi kurang dari 4 jam sejak beton dituang.

- Bila pada sambungan beton/coran timbul retak atau bocor, perbaikan


dilakukan dengan CONCRESIVE SGB Process.

g. Pengujian Kekuatan Beton


Selama masa pelaksanaan, mutu beton harus diperiksa secara kontinu
dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji. Paling sedikit setiap 5 m3 beton
harus dibuat 1 sample benda uji.

Benda uji harus diperiksa kekuatan tekannya di laboratorium yang

disetujui pengawas dan biaya ketentuan PBI-1989 dan SNI 03–2847–


2002 harus dipenuhi.

Mutu beton yang disyaratkan K-300 .

h. Pemeriksaan lanjutan
Apabila hasil pemeriksaan tersebut di atas masih meragukan, maka

pemeriksaan lanjutan dilakukan dengan menggunakan concrete gun atau


kalau perlu dengan core drilling untuk meyakinkan penilaian terhadap
kualitas beton yang sudah ada sesuai dengan PBI-1989 dan SNI 03–
2847–2002.

Seluruh biaya pekerjaan pemeriksaan lanjutan ini sepenuhnya menjadi


tanggungan kontraktor.

❖ SISTEM PERANCAH (SCAFOLDING)

➢ PENANGGGUNG JAWAB/ PENGESAHAN DESAIN


Pimpinan Proyek

Merupakan tanggung jawab pimpinan proyek untuk memastikan bahwa material dan
alat-alat perancah yang sesuai tersedia di lokasi proyek. Sebagai tambahan, semua
pekerja diwajibkan untuk menjalankan pelatihan tentang cara penggunaan,
pembangunan dan perawatan perancah yang benar. Para pekerja harus
diinstruksikan akan beban aman yang dapat diterima oleh perancah. Pimpinan kerja
diwajibkan memberikan semua alat-alat keamanan yang dibutuhkan (semisal : helm
pengaman, alas kaki, sistem proteksi untuk mencegah jatuh dari ketinggian dan
lain-lainnya) kepada para pekerja yang akan membangun maupun yang akan
menggunakan perancah.

Apabila perancah di desain oleh para professional maka peimpinan proyek tetap
diharuskan untuk memastikan bahwa perancah telah di bangun sesuai dengan
desain yang diberikan.
Pimpinan proyek diharuskan untuk menunjuk salah seorang pekerja yang
berpengalaman untuk sebagai supervisi pembangunan, penggunaan dan pelepasan
sistem perancah. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa prosedur yang ada
telah di lakukan dan diikuti, terutama apabila desain dan gambar tehnik yang
khusus diperlukan.

Kepala kontraktor bertanggung jawab untuk memastikan bahwa perancah telah di


bangun dan perawatannya dilakukan sesuai dengan aturan atau prosedur yang ada.

Pekerja

Pekerja harus dipastikan bahwa mereka telah mengikuti prosedur keamanan dan
memakai semua alat pengaman serta semua alat proteksi diri yang dibutuhkan
ketika akan mendirikan dan menggunakan perancah. Pekerja juga diharuskan untuk
saling menjaga keamanan diri dan pekerja lainnya ketika bekerja di atas perancah.

Semua pekerja diharuskan menggunakan semua alat pengaman kepala dan kaki
ketika mendirikan dan bekerja diatas perancah. Prosedur pengamanan ini apabila
dipraktekkan secara benar akan terhindari dari kecelakaan kerja yang dapat terjadi
pada saat pendirian dan pelepasan perancah.

Supervisi

Pembangunan perancah harus selalu dalam supervisi pekerja yang berpengalaman


dalam pembangunan dan penggunaan perancah tersebut. Meskipun sistem
perancah bervariasi antara manufaktur yang satu dengan yang lainnya, tetap ada
beberapa kesamaan dalam beberapa hal-hal yang mendasar. Supervisor dapat
memastikan bahwa perancah didirikan sesauai dengan rekomendasi dari penyedia
dan/ desainer.

Standar yang digunakan adalah CSA S269.2-M87 “Access Scaffolding for


Construction Purposes“. Standar ini memberikan kriteria mendetail tentang desain
perancah, termasuk beban dan gaya, analisis struktur dan desain, pembangunan,
pelepasan, kebutuhan-kebutuhan pengamanan, perawatan dan prosedur
pengetesan.

Standar Rangka Perancah


➢ TIPE PERANCAH
Memilih Sistem Perancah

Dalam memilih sistem perancah dan komponen yang akan digunakan, hal pertama
yang harus diperhatikan adalah pengertian yang mendalam akan kondisi lapangan
dan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Pimpinan proyek harus memperhitungkan
beberapa hal sebagai berikut:

Dasar pertimbangan:

- beban pekerja, beban peralatan, dan beban material yang akan diterima oleh
perancah (beban kerja yang aman).
- Kondisi lapangan (interior, exterior, urugan, lantai kerja, tipe dan kondisi
dinding, akses untuk peralatan, variasi ketinggian, titik angkur, dan sebagainya)
- Ketinggian dimana perancah akan didirikan (teritama terhadap tiang listrik).
- Tipe pekerjaan yang akan dilaksanakan dari perancah (pengecoran,
pengecatan, instalasi mekanikal, instalasi atap, dan lain-lain).
- Durasi pekerjaan.
- Kondisi cuaca termasuk kecepatan angin.
- Kebutuhan untuk para pejalan kaki yang melintasi perancah.
- Akses ke perancah.
- Konfigurasi bangunan atau struktur bangunan yang akan dikerjakan
- Pembangunan atau pelepasan dalam kondisi khusus.
- Papan peringatan.
Standar Perancah Rangka tabung

Lebar dari rangka perancah biasanya bervariasi sekitar dari 1,5 meter hingga 3
meter. Lebar jarak ini bervairasi apabila menggunakan pengaku yang berbeda2
panjangnya. Kebanyakan dari pihak penyedia perancah mempunyai pengaku
(bracing) selebar 1.5 meter hingga 3 meter. Namun beberapa penyedia perancah
mempunyai pengaku khusus (special bracing) yang lebih pendek maupun yang
lebih panjang dari variasi ini.
➢ PONDASI DAN PENDUKUNG PERANCAH
Perancah harus didirikan pada permukaan yang dapat mendukung beban sama
rata. Untuk mendukung atau menguatkan sistem rangka perancah maka urugan
tanah harus dipadatkan dan diratakan dengan baik. Lumpur dan tanah yang lembek
harus diganti dengan kerikil yang dipadatkan.

Apabila tanah dimana perancah didirikan merupakan tanah yang bergelombang


atau ada variasi ketinggian maka tanah di ratakan lebih dahulu karena urugan tanah
tidak memiliki kapasitas yang sama untuk mensupport beban seperti tanah yang
rata.

Untuk permukaan yang tidak rata akan lebih baik apabila menggunakan tambahan
setengah rangka untuk mengakomodir perubahan ketinggian permukaan. Untuk
situasi yang sepeti ini maka pada penguat biasanya menggunakan komponen pipa
dan penjepit.

Perancah yang didirikan diatas permukaan berupa tanah atau kerikil harus di
dukung dengan mudsill. Adapun mudsill ini berupa papan S-P-F dengan ukuran
minimal 50 mm x 250 mm yang harus berkesinambungan dibawah dengan minimal
2 struktur akhiran yang menerus. Untuk struktur perancah diharuskan mempunyai
pelat dasar yang baik dengan screw jack yang dapat diubah-ubah ketinggiannya
dibawah setiap rangka pendukung, apabila struktur rangka perancah berdiri di atas
permukaan beton (concrete). Rangka dasar yang baik dibutuhkan pada setiap
kondisi. Pelat dasar harus diletakkan di tengah papan S-P-F tersebut. Pelat dasar
harus diletakkan diatas titik tengah papan dan papan tersebut harus menutupi
minimal 600 mm dari ujung kaki perancah. Papan tersebut harus diletakkan
sepanjang rangka dan sebaiknya mengikuti panjang dan lebar rangka perancah
untuk totalitas pendukung.

Dilarang menggunakan material tumpuan seperti bata, atau maeterial lainnya


dibawah pelat dasar perancah atau urugan tanah. Getaran akan menyebabkan
tumpuan tersebut untuk bergerak atau bergeser sehingga kaki perancah tidak
terdukung dengan baik. Dalam situasi seperti ini perancah dapat terguling ketika
terdapat beban berat di atas perancah
➢ PENDIRIAN DAN PENGIKATAN PERANCAH
Fitting dan Aksesoris

Sangat penting adanya untuk merakit semua bagian, fitting dan aksesoris yang
diperlukan untuk mendirikan perancah, sehingga pendirian perancah sesaui dengan
instruksi pihak penyedia. Apabila beberapa bagian tidak terdapati di lapangan, maka
perlu dipastikan bagain-bagian dari perancah tersebut dapat dipenuhi secepatnya.
Jangan mencoba untuk mendirikan perancah hanya dengan sebagian dari jumlah
pelat dasar, pengaku, konektor dan sebagainya. Pastikan bahwa semua komponen
dalam kondisi bagus dan perlu diadakan pengetesan untuk memastikan bahwa
bagian-bagian tersebut tidak dalam kondisi rusak. Semua fitting harus dikoneksikan
dengan baik dan kuat.

Pelat Dasar dan Screw Jacks

Pelat dasara harus digunakan pada semua perancah tetap ( non mobile) dengan
ukuran dan kapsitas yang dispesifikasikan oleh pihak penyedia. Kombinasi pelat
dasar dengan screw jacks tidak boleh di lebihkan dari jarak yang seharusnya.
Petunjuk yang dianjurkan adalah memakai rasio 2:1, jarak dari screw yang terlihat di
luar hanya diperbolehkan maximal 2 x jarak screw di dalam. (misal screw jack
dengan panjang 24 inchi hanya boleh terlihat atau terekspos 16 inchi keluar dan 8
inchi kedalam).

Penyikuan ( Plumbness)

Sangat penting halnya bahwa perancah didirikan secara presisi, seimbang, berdiri
tegak 90 derajat dari permukaan tanah untuk memastikan kapasitas struktur secara
maximal. Apabila tingkat pertama perancah telah didirkan perlu dilakukan
pengecekan akan kesikuan yang kemudian dilanjutkan kembali pada tingkat kedua
dan selanjutnya. Apabila diperlukan perubahan dapat dilakukan dengan
menyelaraskkan screw jacks yang terdapat di pelat dasar. Di dalam standar CSA
S269.2-M87 terdapat kriteria sebagai berikut:

Variasi Maximal dari


Ketinggian Maximal Perancah
Penyikuan

12 mm 3 meter

19 mm 6 meter

38 mm Ketinggian Maximal

Pengaku (Bracing)

Pengaku ( bracing) membantu agar rangka perancah seimbang tegak lurus dan siku
90 derajat baik secara vertikal dan horizontal. Sekali rangka telah dipasang dengan
pelat dasar (flexible), maka penguat harus di pasang pada tiap tower. Pengaku
harus dipasang pada tiap ujung-ujung rangka perancah.

Pengaku pada bagian vertikal wajib diletakkan pada kedua sisi dari tiap rangka.
Penguat horizontal diperlukan pada pertemuan ujung di tiap tingkat ketiga rangka
perancah. Penguat horizontal harus cocok dengan pada bagian dimana perancah
diikat atau menempel pada bangunan atau struktur yang sedang dikerjakan.
Pengaku horizontal dibutuhkan untuk menjaga stabilitas dan kapasitas beban yang
diterima. Penggunaan pengaku horizontal pada tingkatan pertama membantu untuk
menyikukan perancah sebelum pelat dasar ditancapkan ke mudsill.

3. PEKERJAAN ARSITEKTUR

❖ PERATURAN UMUM TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN


1. Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana
Kerja dan Syarat syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan ketentuan di
bawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya :
a. Peraturan Umum tentang pelaksanaan pembangunan di Indonesia atau
algemene voorwaarden voor de uitvoering bij aanemiing van openbare werken
(AV) 1941.

b. Keputusan keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrase Teknik dari Dewan
Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI).

c. Peraturan Umum dari Dinas Kesehatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.

d. Peraturan Umum Bangunan Indonesia (NI-013).

e. Peraturan Semen Portland Indonesia (NI 08)

f. Peraturan dan ketentuan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh jawatan/ instansi
pemerintah setempat, yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan.

g. Undang-undang RI No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa konstruksi, beserta PP 28,


PP 29, dan PP 30 Tahun 2000

h. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang bangunan


Gedung.

i. Pedoman teknis pembangunan Bangunan Gedung Negara, Peraturan Menteri


Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 Dirjen Cipta Karya 2007.

j. Pedoman teknis pembangunan Bangunan Gedung Negara, Keputusan


Permukiman dan Prasarana wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002, tanggal 21
Agustus 2002.

k. Petunjuk Teknis rencana Tindakan Darurat Kebakaran Pada Bangunan Gedung,


Keputusan Permukiman dan Prasarana wilayah Nomor : 58/KPTS/DM/2002

l. Persyaratan Teknis Aksebilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan,


Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 468/KPTS/1998
2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir tersebut di atas, berlaku dan
mengikat pula :

a. Gambar bestek yang dibuat Konsultan Perencana yang sudah disahkan oleh
Pemberi Tugas termasuk juga gambar gambar detail yang diselesaikan oleh
kontraktor dan sudah disahkan/disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.

b. Rencana Kerja dan Syarat syarat (RKS)

c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijziing).

d. Berita Acara Penunjukkan.

e. Surat Keputusan Pemberi Tugas tentang Penunjukan Kontraktor.

f. Surat Perintah Kerja (SPK)

g. Surat penawaran beserta lampiran-lampirannya

h. Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule yang telah disetujui).

i. Kontrak surat perjanjian pemborongan.

j. Berita Acara/Surat surat Klarifikasi tender.

❖ PEKERJAAN PERSIAPAN / PENDAHULUAN

➢ PENGUKURAN TAPAK KEMBALI


1. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali
lokasi pembangunan dengan keterangan–keterangan mengenai peil,
ketinggian tanah, letak pohon-pohon, letak batas batas tanah dengan
menggunakan alat optik yang sudah ditera kebenarannya.

2. Ketidak-cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan


harus segera dilaporkan kepada direksi untuk dimintakan keputusannya.

3. Penentuan titik ketinggian dan sudut sudut hanya dilakukan dengan alat alat
waterpass / theodolith yang ketepatan dapat dipertanggungjawabkan.

4. Kontraktor harus menyediakan theodolith / waterpass beserta petugas yang


melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Konsultan Manajemen
Konstruksi selama pelaksanaan kegiatan.

5. Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau barang secara azas segitiga
phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian–bagian kecil yang disetujui
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

6. Instalasi-instalasi yang sudah ada dan masih berfungsi harus diberi tanda yang
jelas dan dilindungi dari kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi akibat
pekerjaan kegiatan ini, dan untuk itu harus dicantumkan dalam gambar
pengukuran seperti disebutkan dalam pengukuran sesuai dengan ayat 1.
Kontraktor bertanggung jawab atas segala kerusakan akibat pekerjaan yang
sudah dilaksanakannya.
7. Gambar pengukuran tapak proyek harus mendapat persetujuan/ pengesahan
Konsultan Manajemen Konstruksi, yang meliputi antara lain :

- Sistem koordinat, sesuai ketentuan gambar.

- Peil setiap titik simpul koordinat dan transis dengan interval 0.25 M (tinggi).

- Rencana lokasi kantor direksi, kantor pemborong tempat simpan bahan


terbuka, tempat simpan bahan tertutup, los kerja, sumber air dan reservoir.

➢ PEMBUATAN TUGU PATOK DASAR


1. Letak tugu patok dasar ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi

2. Tugu patok dasar dibuat dari beton bertulang berpenampang 20 x 20, cm,
tertancap kuat kedalam tanah sedalam 1 (satu) meter dengan bagian yang
muncul diatas muka tanah secukupnya untuk memudahkan pengukuran
selanjutnya.

3. Tugu patok dasar dibuat permanen, tidak bisa dirubah, diberi tanda yang
jelas dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Konsultan
Manajemen Konstruksi untuk membongkarnya.

➢ PAPAN PATOK UKUR (PENENTUAN TITIK)


1. Papan patok ukur dipasang pada patok kayu yang kuat III 5/7, tertanam
ditanah sehingga tidak bisa digerak-gerak atau diubah-ubah.

2. Papan patok ukur kayu dibuat dari kayu kelas III

, dengan ukuran tebal 3 cm, lebar 20 cm, lurus dan diserut ratakan pada sisi
sebelah atasnya.

3. Tinggi sisi atas papan bouwplank harus sama satu dengan lainnya kecuali
dikehendaki lain oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

4. Papan patok ukur dipasng sejauh 150 cm dari as dinding terluar, sehingga
tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
5. Setelah selesai pemasangan papan patok ukur, Kontraktor harus melapor
kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk dimintakan persetujuan,
serta harus menjaga dan memelihara keutuhan serta ketetapan letak papan
patok ukur sampai tidak diperlukan lagi dan dibongkar atas persetujuan
Konsultan Manajemen Konstruksi.

➢ KANTOR KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI


1. Kantor direksi cukup representatif untuk bekerja dan aman untuk menyimpan
dokumen-dokumen proyek selama pelaksanaan kegiatan (kurang lebih 3
tahun).

2. Luas dan peralatan yang harus disediakan untuk kantor Konsultan


Manajemen Konstruksi minimal adalah 4x6 meter persegi.
3. Di dalam kantor Konsultan Manajemen Konstruksi harus ditempatkan ruang
KM/WC dengan baik air bersih secukupnya dan dirawat kebersihannya.

4. Posisi dan denah gambar kantor Konsultan Manajemen Konstruksi tergambar


pada gambar rencana pagar proyek.

5. Alat-alat lain yang harus senantiasa tersedia di proyek untuk setiap saat
dapat digunakan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi adalah :

- 1 (satu) alat ukur theodolite type T1 dan T2.

- 1 (satu) alat ukur Schuifmaat.


- 2 (dua) komputer Core 2 Duo lengkap dengan printernya untuk ukuran
kertas A4 & A3.

- 1 (satu) kamera digital.

- 1 (satu) kamera polaroid lengkap dengan film dan blitznya.

- 10 (pasang) sepatu proyek dan helm proyek serta jas hujan.

➢ KANTOR KONTRAKTOR DAN LOS KERJA


1. Kontraktor harus membuat bangunan sementara untuk keperluan sendiri
sehubungan dengan kegiatan pelaksanaan pekerjaan ini berupa Kantor
Administrasi dan Teknis Lapangan, Ruang Rapat, Los Pekerja dan Gudang
2. Ukuran luas kantor Kontraktor dan Los Kerja serta tempat simpan bahan
bakar, disesuaikan dengan kebutuhan Kontraktor dengan tidak mengabaikan
keamanan dan kebersihan dan bahaya kebakaran, serta memperhatikan
tempat yang tersedia sehingga tidak mengganggu kelancaran kerja dan arus
lalu lintas, harus disediakan 3 buah penyemprot api (fire extinguiser)
kapasitas 4 kg/cm2, 1 (satu) di Kontraktor, 1 (satu) diletakkan di kantor
Konsultan Manajemen Konstruksi, dan 1 (satu) diletakkan di daerah yang
strategis di Los Kerja.
3. Khusus untuk simpan bahan-bahan seperti pasir, kerikil harus dibuatkan
kotak simpan dipagar dengan dinding papan, sehingga masing-masing bahan
tidak tercampur dengan bahan lainnya.
4. Kantor Kontraktor harus dibuat dari bahan-bahan yang baik, kuat dan mudah
di bongkar kembali.

5. Penataan layout kegiatan proyek dan lokasi direksi keet Kontraktor harus
diajukan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk mendapatkan
persetujuan, segera setelah Surat Perintah Masuk Lapangan diterima oleh
Kontraktor.

6. Kontraktor tidak diperkenankan :

- Menyimpan alat-alat, bahan bangunan di luar pagar proyek, walaupun


untuk sementara.
- Menyimpan bahan-bahan yang ditolak Konsultan Manajemen
Konstruksi karena tidak memenuhi syarat.
➢ PENYEDIAAN AIR DAN DAYA LISTRIK UNTUK KERJA
1. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sumur
pompa di tapak lokasi kegiatan atau air PAM, air harus bersih bebas dari
lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya dengan dibuktikan dengan
pemeriksaan laboratorium.

2. Reservoir/bak air untuk kerja berukuran minimum 4 m3 dan senantiasa terisi


penuh.

3. Untuk kebutuhan daya listrik, baik untuk penerangan sementara maupun


listrik untuk alat-alat kerja Kontraktor harus mendatangkan sendiri genset
yang kapasitasnya sesuai untuk keperluan proyek tersebut, dengan biaya
sewa dan operasional ditanggung oleh Kontraktor.

➢ PENGADAAN SARANA KERJA


1. Untuk kelancaran jalannya pekerjaan, Kontraktor harus meneydiakan sarana
kerja (baik sendiri maupun sewa) yang meliputi :
a. Alat kerja utama seperti : Dumptruck, Mobil Crane,Excapator,
Conrete Vibrator, Scaffolding, dll
b. Alat kerja Initi seperti : Mobil pickup,Banbender,Thedolit,Bar cuttter,
Stampler,Peralatan tukang,Stampler paving,
Peralatan Las, dll
c. Alat bantu seperti : format administrasi, alat komunikasi/handy
talky, computer, alat transportasi,dan lain-lain.

2. Sedangkan untuk membantu kelancaran tugas Konsultan Manajemen


Konstruksi, Kontraktor harus menyediakan alat bantu seperti handy talky
yang akan dipakai dalam rangka pengawasan dan pengendalian jalannya
proyek.

➢ PAGAR SEMENTARA PROYEK


1. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat sumur
pompa di tapak lokkasi kegiatan atau air PAM, air harus bersih bebas dari
lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya dengan dibuktikan dengan
pemeriksaan laboratorium.

2. Reservoir/bak air untuk kerja berukuran minimum 4 m3 dan senantiasa terisi


penuh.

3. Pagar didirikan pada batas-batas yang mengelilingi tapak kegiatan seperti


yang ditentukan dengan tinggi 3 Meter.

4. Pagar proyek terbuat dari seng gelombang BJLS 30, dipasang pada tiang
rangka pada tiang dan rangka kayu klas II, dan diperkuat dengan beton
setempat.
5. Pada tempat-tempat yang ditentukan dalam gambar dibuat pintu masuk untuk
kendaraan angkutan dan pintu masuk orang, pintu terbuat dari rangka kayu
dan selanjutnya ditutup dengan finish cat dengan persetujuan Konsultan
Manajemen Konstruksi.

➢ PENGAMANAN PROYEK
1. Untuk penyelenggaran keamanan proyek, Kontraktor harus menyediakan
tenaga kemanan sendiri yang memenuhi kualifikasi yang diperlukan, dengan
jumlah yang diperkirakan mencukupi areal pekerjaan proyek.

2. Untuk keperluan keamanan intern proyek Kontraktor harus membuat kartu


identitas semua pekerja maupun petugas proyek. Sedangkan untuk
keamanan yang menyangkut pihak lusr, Kontraktor harus berkoordinasi
dengan Ketua Lingkungan dan Kepolosian setempat.

❖ PEKERJAAN PEMBONGKARAN DAN PEMBERSIHAN

➢ Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan pembongkaran, atas daerah
pembangunan seperti yang tertera pada gambar rencana. Termasuk dalam
pekerjaan ini adalah pembongkaran dan lain-lain yang ditunjuk Konsultan
Manajemen Konstruksi, serta pengamanan atas jaringan-jaringan listrik, air,
telepon dan lain-lain yang ada.

➢ Syarat Pelaksanaan
Sebelum memulai, Kontraktor harus mengumpulkan semua data mengenai
kondisi-kondisi lapangan dan sifat-sifat struktur yang ada disekitar lapangan
pembangunan serta gambar-gambar dan izin-izin yang diperlukan untuk bekerja.

Semua kerugian pihak lain yang timbul karenanya akan menjadi tanggungan
Kontraktor.

Konstruksi-konstruksi sementara harus dibuat dimana perlu atas petunjuk


Konsultan Manajemen Konstruksi tanpa menambah biaya.

Semua sarana yang dipakai lagi dan/atau ditambah/dikurangi harus terpasang


kembali sesuai dengan standar serta petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi
, sehingga dapat berfungsi dengan baik. Keadaan sesudah selesai harus rapi /
bersih siap untuk pekerjaan selanjutnya.

❖ PEKERJAAN PERATAAN LAPANGAN

➢ Lingkup Pekerjaan
a) Kontraktor akan dianggap bertanggung jawab untuk penelitian yang menyeluruh
atas gambar dan persyaratan untuk Dokumen Pelaksanaan ini dan kontrak yang
berhubungan dengan kegiatan ini, termasuk semua addendum, semua kondisi
dari pekerjaan, memeriksa lapangan, semua fasilitas dan kondisi yang ada,
melakukan semua pengukuran lapangan dari pekerjaan yang sehubungan
dengan ini dan menentukan seluruh lingkup dari penyelesaian dan
penyempurnaan proyek yang diisyaratkan sesuai dengan gambar-gambar dan
persyaratan-persyaratan sebagai yang disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi.

b) Kontraktor bertanggung jawab penuh untuk kesimpulan yang ditariknya dari


informasi yang disampaikan kepadanya sebagai hasil pemeriksaan yang
diperolehnya. Kontraktor diperbolehkan atas biaya sendiri melakukan
pemeriksaan tambahan bilamana Kontraktor menganggapnya perlu, dan
disetujui untuk menentukan lebih lanjut kondisi dari lapangan guna
pembangunan yang dipersyaratkan disini.

c) Kontraktor wajib melakukan pembersihan dilapangan, meliputi pembuangan


lapisan puing-puing batu-batuan yang tidak diperlukan (bila ada) dan rintangan-
rintangan lain yang ada.

➢ Syarat Pelaksanaan
a) Kontraktor harus mengerjakan pembersihan semua areal pekerjaan dan tempat-
tempat yang akan dilaksanakan pekerjaan finishing sebagaimana diminta dan
ditunjukkan dalam gambar.

b) Kontraktor harus menyediakan dan memelihara semua peralatan dan material


untuk pelaksanaan sedemikian sehingga semua areal pekerjaan terjaga
kelancarannya.
c) Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja dan pengawas lapangan yang
terampil pada bidangnya.

❖ PEKERJAAN TANAH

➢ Umum
Penelitian lahan dan lingkup pekerjaan tanah sesuai dengan syarat-syarat
permulaan pekerjaan, maka Kontraktor harus mengunjungi site dan mengamati
kondisi-kondisi yang ada serta bahan-bahan yang akan digunakan.

Pekerjaan tanah meliputi sebagai berikut :


a. Penggalian dan pemindahan dari tanah bagian permukaan, tanah liat,
tumbuh-tumbuhan dan semua benda-benda yang tidak diperlukan.

b. Penggalian sampai pada permukaan-permukaan yang dikehendaki sesuai


dengan yang tertera pada gambar-gambar kerja.

c. Pengurugan dengan bahan-bahan yang telah disetujui sampai kepada


ketinggian yang direncanakan.

➢ Peil-peil dari Halaman


Sebelum memulai pekerjaan galian, Kontraktor harus memastikan peil-peil dari
halaman dengan baik, seteliti mungkin sesuai dengan titik-titik atau garis-garis
kontur yang ditentukan di dalam gambar kerja.

Bila ditemukan hal-hal yang menyangsikan dari peil-peil ini, maka Kontraktor
harus memberikan laporan tertulis kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.
➢ Lapisan Tanah Humus
Lapisan tanah humus harus dibuang rata-rata sedalam 20 cm dan harus diurug
lagi sebagai lapisan permukaan kemudian, sekeliling bangunan di tempat-
tempat yang ditentukan Konsultan Manajemen Konstruksi.
Bilamana ditemukan lapisan tanah humus dalamnya lebih dari 20 cm maka
penggalian harus sedalam lapisan tersebut maksimal 1 meter, dan kemudian
dilaksanakan pengurugannya sebagai lapisan permukaan, sebagaimana
disebutkan terdahulu, dengan ketentuan dari Direksi dan Konsultan Manajemen
Konstruksi, dan biaya akibat kelebihan penggalian ini merupakan tanggungan
Kontraktor dan bukan termasuk dalam pekerjaan tambah.

Lapisan dari tanah pada permukaan yang ada terdiri dari atau ditandai oleh
akar-akar tanaman, atau organisme lainnya yang diperhitungkan akan dapat
mengakibatkan gangguan pada stabilitas konstruksi yang akan dilaksanakan.

Sesudah pembersihan site, permukaan tanah, tanah liat, tanaman-tanaman


lainnya, atau rawa-rawa, maka dapat dimulai pekerjaan galian. Bilamana tanah
humus yang digali ternyata baik untuk digunakan sebagai lapisan permukaan
atau pembatas maka tanah humus ini perlu diamankan dahulu untuk
penggunaan tersebut diatas.
Tanah humus yang tidak berguna harus di singkirkan dan diangkut keluar dari
halaman atau lokasi kerja. Penyingkiran dan pengangkutan di atas merupakan
tanggung jawab Kontraktor. Setiap biaya yang diakibatkan oleh pekerjaan di
atas ini harus sudah diperhitungkan dalam harga borongan.

➢ Pekerjaan Galian
Segala pekerjaan galian dilaksanakan sesuai dengan panjang, dalam,
kemiringan, dan lengkungan, berdasarkan kebutuhan konstruksi pekerjaan, atau
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar, atau jika perlu memindahkan tanah-
tanah atau bahan yang tidak dipakai, atau juga kelebihan tanah yang digunakan
untuk urugan, dan sebagaimana yang diinstruksikan oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi.

➢ Persiapan Untuk Urugan


Tanah humus harus disingkirkan sebagaimana disebutkan dalam bagian 3 dari
pasal ini. Permukaan tanah yang sudah diambil humusnya harus digilas
sehingga kepadatannya mencapai 90% dari kepadatan maksimum sampai
penurunan terjadi 15 cm. Di atas permukaan tanah yang telah dipadatkan
tersebut, baru dapat dilakukan pengurugan tanah.

➢ Bahan-bahan untuk urugan dan urugan kembali


Semua bahan-bahan yang akan digunakan untuk urugan atau urugan kembali
harus dengan persetujuan Direksi dan Konsultan Manajemen Konstruksi, yang
ketentuannya akan ditetapkan pada peraturan yang baru.

➢ Pengurugan
Pengurugan harus dilakukan sampai diperoleh peil-peil yang dikehendaki,
sebagaimana dibutuhkan konstruksi atau sesuai dengan yang tertera dalam
gambar kerja.
➢ Pengujian untuk pemilihan bahan urugan
Pengujian yang harus dilakukan bagi setiap bahan-bahan urugan untuk
pekerjaan bangunan dan jalan-jalan adalah sebagai berikut :

1. Plasticity test.

2. Grading test atau Sieve analysis test.

3. Density/Moisture Content Compaction test (Standard proctor test).

Pengetesan dapat dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah yang disetujui


oleh Direksi dan Konsultan Manajemen Konstrksi.

➢ Persetujuan sumber tanah timbunan (borrowpits)


Semua sumber tanah timbunan untuk pengadaan tanah tambahan
sebagaimana yang ditetapkan untuk pekerjaan urugan harus mempunyai
kualitas yang seragam dan hanya dapat digunakan dengan persetujuan Direksi
dan Konsultan Manajemen Konstruksi.
Pemborong harus memberikan data-data mengenai jumlah, kualitas dan
keseragaman dari tanah pada daerah mana akan digali sumur coba (borrowpit),
selambat-selambatnya 10 hari sebelum dilakukan penggalian sumur coba
tersebut dan terlebih dahulu contoh-contoh yang telah diuji melalui metode test
yang benar serta harus mendapat persetujuan dari Direksi dan Konsultan
Manajemen Konstruksi.

Semua biaya bagi pengerjaan di atas termasuk biaya pengangkutannya


ditanggung kontraktor.

➢ Bahan urugan
Bahan-bahan yang akan digunakan untuk pengurugan pada pekerjaan
bangunan dan jalan harus diambil dari sumber tanah pasir atau tanah kerikil
laterit atau tanah merah, dengan persetujuan Direksi dan Konsultan Manajemen
Konstruksi. Tanah Pasir Tanah Kerikil Laterit Butiran halus yang melewati
ayakan no. 200, tidak melampaui 35% 30% Liquid limit, tidak melampaui 45%
40% Plasticity index, tidak melampaui 20% 20%

➢ Pemadatan
Kepadatan tanah harus diukur dengan nilai dry density contoh tanah sebagai
persentase kepadatan kering maksimum pada kadar air optimum sebagaimana
ditetapkan pada pengujian (test) ini.

Semua bahan yang akan digunakan bagi urugan harus sesuai dengan ayat ini
dan harus didapatkan sampai 90% kepadatan kering. Pemadatan dari seluruh
bahan-bahan harus dilakukan dengan penyiraman optimum untuk mendapatkan
hasil pemadatan yang dikehendaki Konsultan Manajemen Konstruksi.

Konsultan Manajemen Konstruksi dapat memerintahkan Kontraktor untuk


memeriksa kandungan air pada tanah timbunan dengan maksud menghindari
terjadinya konsolidasi.

Bila diperlukan untuk memberikan air tambahan kedalam campuran bahan untuk
mendapatkan kepadatan kering yang dikehendaki, biaya dari pengadaan,
pengangkutan atau pemompaan, penyemprotan serta pencampuran dari air
harus dimasukkan dalam harga borongan.

Air harus ditambahkan jika atau pada mana dibutuhkan dengan angkutan tangki
air yang dilengkapi dengan alat semprotan yang memenuhi syarat segala
pekerjaan pemadatan dari konstruksi atau cara lain tidak diijinkan untuk
dilakukan dalam keadaan apapun juga.

Segala bahan-bahan untuk pengurugan harus digabungkan dalam suatu


rencana operasi kerja yang telah disetujui dengan mencantumkan uraian-uraian
kerjanya, seperti penyimpanan dan pencampuran sesuai dengan ketetapan di
atas dan pemadatan dilaksanakan dengan izin yang telah dikeluarkan.

Kontraktor harus mengurangi sekecil mungkin kekosongan-kekosongan antara


kegiatan yang satu dengan yang selanjutnya. Semua alat-alat pemadatan harus
bekerja pada seluruh daerah untuk menjamin adanya suatu pemadatan yang
merata (seragam), semua pemadatan harus dilakukan lapis demi lapis dengan
ketebalan tidak lebih dari 0.30 m atau yang lebih tipis agar dicapai kepadatan
yang dikehendaki.

Semua bagian-bagian yang telah selesai dipadatkan harus dilindungi terhadap


kerusakan akibat peralatan, aliran air hujan, atau penyebab lainnya.
Bilamana terjadi kerusakan-kerusakan seperti tersebut diatas, Kontraktor
diwajibkan untuk memperbaikinya.

Bila ada bagian tanah yang tidak baik yang menurut pendapat Kontraktor tidak
dibutuhkan, pasir atau tanah liat yang kelebihan, maka daerah tanah semacam
ini harus diperbaiki dengan campuran dari bahan-bahan yang baik atau dengan
membuang bagian ini dan menggantikan dengan bahan lain agar dapat dijamin
keseragaman dari formasi pemadatan.

Pengujian (test) untuk kontrol dari pemadatan harus dilakukan secara berkala

dan teratur. Bila dalam test tertentu dijumpai bagian tanah yang berada dibawah
standar minimum, maka Kontraktor diwajibkan untuk menyiram sebagaimana
yang dikehendaki Konsultan Manajemen Konstruksi.

Kontraktor harus memberikan waktu yang cukup untuk melakukan dan


pemberitahuan test-test di atas dalam rencana program konstruksinya.

➢ Pemadatan dari urugan yang ada


Pemborong diharuskan melakukan pengujian tanah (diuraikan) dan kondisi dari
tanah, bila bahan urugan yang ada terjadi penurunan. Kontraktor diwajibkan
untuk melakukan pengujian sampai kedalaman 1 meter dengan pemadatan
yang dikehendaki dan bilamana tidak, bahan-bahan urugan yang ada harus
dipadatkan sesuai dengan syarat-syarat tertulis ini (spesifikasi) dan urugan
harus dilaksanakan sampai ke peil-peil yang dikehendaki

➢ Pengujian untuk kontrol dari pemadatan


Pemborong harus menempatkan peralatan, pekerja serta tenaga-tenaga
pembantu bila dikehendaki Konsultan Manajemen Konstruksi untuk
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan, pengujian-pengujian pada bahan-bahan
yang digunakan untuk pengurugan.
1. In situ dry density test.

2. Dry density/moisture content compaction test (standard proctor test).

Biaya dari pengujian ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.

➢ Pemeliharaan
Pemborong diharuskan memelihara segala tanggul-tanggul dan kemiringan
tanah yang ada dan bertanggung jawab atas segala stabilitas dari tanggul-
tanggul ini sampai batas periode kestabilan dan harus mempersiapkan segala
sesuatunya atas tanggungan sendiri untuk menjaga terhadap hal tersebut di
atas.

➢ Pemeriksaan Penggalian dan Pengurugan


Galian dan urugan harus terlebih dahulu diperiksa oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi sebelum memulai dengan tahap selanjutnya. Dalam hal pengurugan,
Konsultan Manajemen Konstruksi akan segera menunjukkan bagian-bagian
tanah mana yang dipadatkan dan harus siap dilaksanakan pengujian
pemadatannya.

➢ Penggalian Tambahan
Bila menurut pendapat Konsultan Manajemen Konstruksi diperlukan untuk
memberi bentuk, memperluas, dan/atau memperdalam pondasi-pondasi yang
dibawah atau sekeliling bagian tertentu dari pekerjaan-pekerjaan diatas ini harus
dikerjakan sesudah adanya perintah resmi dari Konsultan Manajemen
Konstruksi.

➢ Penggalian yang Melebihi Kedalaman yang Dikehendaki


Bilamana terjadi penggalian yang melebihi kedalaman peil atau peil-peil yang
tertera dalam gambar atau yang dikehendaki untuk suatu dasar yang tepat,
maka Kontraktor harus mengurug kembali bagian-bagian galian yang kelebihan
tersebut dengan bahan-bahan yang sama seperti ketentuan-ketentuan untuk
bahan urugan dan cara-cara pemadatan sesuai dengan ketetapan Direksi dan
Konsultan Manajemen Konstruksi, dimana semuanya menjadi tanggungan
Kontraktor dan tidak ada pembayaran bagi Kontraktor, untuk pekerjaan galian
atau urugan diatas, bahkan untuk pekerjaan-pekerjaan dari bahan galian yang
lebih.

➢ Menahan Tingginya Galian


Pemborong bertanggung jawab atas ketentuan pinggiran dari semua penggalian
dan tidak ada claim atas semua pekerjaan galian tambahan, beton, pasangan
atau bahan atau pekerjaan lainnya.

Kontraktor harus bertanggung jawab atas adanya kerusakan pada struktur-


struktur lainnya dalam halaman atau pada pekerjaan jalan umum, bangunan-
bangunan dan lain sebagainya yang disebabkan oleh keruntuhan dari bagian
pinggiran tanggul-tanggul tanah galian.

➢ Kunjungan Pemeriksaan Sebelum Pengurugan Keliling Struktur


Pengurugan bagi pondasi atau struktur lainnya yang tercakup atau tersembunyi
oleh tanah tidak boleh dilaksanakan sebelum diadakan pemeriksaan oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi.
➢ Sisa-sisa Bahan Kayu dalam Galian
Kayu-kayu sisa, kotoran-kotoran dan lain sebagainya harus disingkirkan terlebih
dahulu sebelum pekerjaan urugan, kecuali telah ada persetujuan Konsultan
Manajemen Konstruksi.

➢ Pengurugan Sekeliling Struktur


Pengurugan sekeliling pondasi, atau struktur lainnya harus dilakukan serempak
dan tidak dibenarkan untuk melakukan sebagian-sebagian kecuali ada
persetujuan tertentu dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

Hanya bahan-bahan yang telah disetujui yang dapat digunakan untuk


pengurugan dan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal sebesar-
besarnya 30 cm.

Setiap lapis harus ditimbris dan dipadatkan, dan sebaiknya dilakukan dengan
mesin giling (tumbuk) dan tidak diperbolehkan untuk menambahkan air kecuali
telah dikehendaki dan disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.

❖ PEKERJAAN BEKISTING BETON

➢ UMUM
1. Lingkup Pekerjaan

a. Kayu dan/atau multiplek untuk bekisting beton cor ditempat, lengkap dengan
perkuatan dan angkur angkur yang diperlukan.

b. Penyediaan angkur angkur untuk hubungan dengan pekerjaan lain.

c. Bahan pelapis anti lengket beton dan klam-klam pengunci dan pengait.

d. Perancah bekisting atau scafolding sesuai kebutuhan dan norma pemasangan


/ penggunaan serta asesoriesnya harus lengkap.

2. Pekerjaan yang berhubungan

a. Struktur beton poer, sloof, kolom, balok, tandon air bersih dan kebakaran,
Instalasi Pembuangan Air Limbah (Waste Water Treatment Plant), Dinding
Penahan Tanah (Retaining Wall), core wall, septictank, resapan, dan Pit Stop
(Ruang Bawah untuk Pondasi Lift).

b. Pekerjaan pasangan batu-bata ringan

c. Sparing sparing pekerjaan mekanikal

d. Sparing sparing pekerjaan eletrikal

e. Shaft pekerjaan mekanikal dan elektrikal

3. Standar–standar yang dipakai

a. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI)–1982, NI 3.

b. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961, NI 5.


c. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971, NI 2.
d. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-
2847-2002)

e. Recommended Practice For Concrete Formwork (ACI 347 68).

4. Shop drawing
a. Dimana diperlukan, menurut Konsultan Manajemen Konstruksi atau
perencana, harus dibuat shop drawing.

b. Siapkan shop drawing tipikal untuk tiap randangan bekisting yang berbeda
yang memperhatikan ;

– Dimensi

– Metode konstruksi

– Bahan

– Hubungan dan ikatan ikatan (form ties)

➢ BAHAN
1. Bekisting beton biasa

a. Multiplek film tebal 9 mm

b. Kayu kelas III 5/7, cm sebagai pengaku dan balok-balok bantu

c. Paku, angkur, form ties dan sekrup sekrup, ukuran sesuai dengan keperluan
dan cukup kuat untuk menahan bekisting agar tidak bergerak ketika
dilakukan pengecoran,

2. Syarat umum bekisting

a. Tidak mengalami deformasi, bekisting harus cukup tebal dan terikat kuat

b. Kedap air dengan menutup semula celah dengan tape,

c. Tahap terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari dalam bekisting

d. Pemakaian bekisting selain ketentuan diatas harus dengan persetujuan


Konsultan Manajemen Konstruksi.

❖ PEKERJAAN BETON STRUKTUR PRIMER

➢ UMUM
1. Lingkup pekerjaan

a. Pembesian

1. Tulangan besi ulir dan polos lengkap dengan kawat pengikatnya.

2. Beton decking (support chairs) bolster, spacer for reinforcing


b. Pengecoran beton.
1. Beton cor ditempat untuk rangka bangunan, lantai, dinding, pondasi dan slab
pendukung.

2. Slab beton diatas tanah dan pedestrian/side walks.

3. Finishing permukaan beton pada dinding, plat, balok dan kolom.

2. Produk beton

Produk beton yang dipakai adalah beton siap pakai (Readymix Concrete)
dengan mutu Beton :

- K-300 untuk beton core wall

- K-300 untuk balok, kolom, pelat dan tangga

Mutu beton tersebut harus mendapat persetujuan Konsultan Manajemen


Konstruksi, kontraktor harus melaksanakan mix design terlebih dahulu
dengan melaporkan hasil mutunya melalui laboratorium beton yang
independen.

3. Pekerjaan yang berhubungan

a. Bekisting beton.

b. Finishing beton.

c. Pasangan bata ringan

d. Waterproofing.

e. Waterstop pekerjaan tandon bawah dan dilatasi antar ground slab.

f. Bagian bagian pekerjaan mekanikal dan elektrikal yang harus dicor dalam
beton.

4. Standar

Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan :

a. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBl)–1971, NI 2

b. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-
2847-2002)

c. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982 NI-3

d. Peraturan Semen Portland Indonesia 1972. N 8.

e. Peraturan Bangunan Nasional 1978


f. Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-
1727-1989-F)

g. Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur


Tembok 1983.
h. Ketentuan¬¬–Ketentuan Umum untuk pelaksanaan Pemborong Pekerjaan
Umum (AV) no. 9 tanggal 28 Mei 1944 Tambahan Lembaran Negara No. 1457.

i. Peraturan pembangunan pemerintah daerah setempat.

j. Petunjuk-petunjuk dan peringatan–peringatan lisan maupun tertulis yang


diberikan perencana.

k. Standar normalisasi Jerman (DIN)

l. Ameridan Society Testing and Material (ASTM)

1. C 33 (concrete aggregates)

2. C 150 (portland cement)

m. Ameridan Concrete Institute (ACI).


1. 211 (recommended practice for selecting proportions for normal and heavy
weight concrete)

2. 212 (guide for use admixlures in concrete).

3. 214 (recommended practice for evaluation of compression test of field


concrete)

2.7.2 BAHAN

1. Persyaratan bahan

a. Portland cement

Yang menyatakan adalah jenis II SNI 15-2049-2004, menurut NI-8 (type I),
menurut ASTM dan memenuhi S. 400, menurut standar portland cement yang
ditentukan asosiasi semen Indonesia dan terdiri dari satu jenis merek.

b. Agregates

Kualitas agregate harus memenuhi syarat–syarat PBI 1971. Agregat kasar harus
berupa batu pecah (split) yang memenuhi susunan gradasi yang baik, cukup
syarat kekerasannya dan padat (tidak porous). Kadar lumpur dari pasir beton
tidak boleh melebihi dari 5% berat kering. Dimensi maksimum dari agregat kasar
tidak lebih dari 2.0 cm dan tidak boleh lebih dari seperempat dimensi beton yang
terkecil dari bagian konstruksi yang bersangkutan. Pasir harus terdiri dari butir
butir yang bersih, tajam dan bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah
lempung dan sebagainya.

c. Air

Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam alkali dan bahan¬–bahan organik atau bahan bahan lain yang dapat
mengurangi mutu pekerjaan. Kandungan chlorida tidak boleh melebihi 500 p.p.m
dan komposisi sulfat (S03) tidak boleh melebihi 1000 p.p.m. apabila dipandang
perlu, Konsultan Manajemen Konstruksi dapat minta kepada kontraktor supaya
air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan
sah atas biaya kontraktor.

d. Besi beton
1. Besi beton harus bebas dari karat, sisik dan lain lain lapisan yang dapat
mengurangi lekatnya pada beton. Kecuali ditentukan lain dalam gambar,
digunakan besi mutu Tulangan Polos ≤ 12 mm pakai BJTP 24 mm (U-24) dan
Tulangan Ulir ≥ 12 mm pakai BJTD 40 mm (U-39). Khusus untuk wiremesh
menggunakan mutu baja tegangan leleh karakteristik 5000 kg/cm2
2. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka
disamping adanya sertifikat dari pabrik, juga harus ada/ dimintakan sertifikat dari
laboratorium baik pada saat pemesanan maupun secara periodik minimum
masing–masing 2 contoh percobaan (stres-strain) dan pelengkungan untuk
setiap 20 ton besi, pengetesan dilakukan pada laboratorium yang disetujui
Konsultan Manajemen Konstruksi.

e. Admixture
1. Pada umumnya dengan pemilihan bahan bahan yang seksama, cara
mencampur dan mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat tidak
diperlukan penggunaan sesuatu admixture.

2. Jika menggunakan admixture masih dianggap perlu kontraktor diminta


terlebih dahulu memberitahukan nama perdagangan admixture tersebut dengan
keterangan mengenai tujuan, data¬-data bahan, nama pabrik produksi, jenis
bahan mentah utamanya, cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko dan
keterangan keterangan lain yang dianggap perlu.

➢ PELAKSANAAN
1. Kualitas beton

a. Kecuali ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton yang dipakai dalam
struktur primer adalah K–300, kecuali untuk Core Wall memakai K-350
(tegangan tekan hancur karakteristik untuk kubus beton ukuran 15 x 15 x 15 cm
pada usia 28 hari kalender). Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam PBI 1971.
b. Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuan membuat kualitas
beton ini dengan memperhatikan data data mix design pelaksanaan di lain
tempat atau dengan mengadakan trial mixes di laboratorium yang ditunjuk oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi.

c. Test selama pekerjaan.

Buat 3 Kubus 15 x 15 x 15 cm dari setiap 5 m3 atau sebagian dari pada itu atau
dari pengecoran setiap hari, pilih yang paling menentukan dari setiap mutu
beton yang berbeda dan dari setiap perencanaan campuran yang dicor. Buat
dan simpan kubus kubus menurut ASTM 31. Test satu kubus pada hari ke 7 dan
satu kubus pada hari ke 28 menurut ASTN C 39. Simpan satu kubus sebagai
cadangan untuk test pada hari ke 56 jika test pada hari ke 28 gagal. Jika test
kubus pada hari ke 28 berhasil, test kubus cadangan untuk menghasilkan
kekuatan rata-rata dari kedua kudus pada hari ke 28. Sediakan fasilitas pada
lokasi proyek untuk menyimpan contoh-contoh yang diperlukan oleh badan
penguji.
d. Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang
dibuat dengan disahkan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan laporan
tersebut harus dilengkapi dengan nilai karakteristiknya. Laporan tertulis tersebut
harus disertai sertifikat dari laboratorium. Penunjukkan laboratorium harus
dengan persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.

e. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump 7 cm

f. Pengujian kubus percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui


Konsultan Manajemen Konstruksi.

g. Perawatan kubus percobaan tersebut adalah dalam pasir basah tapi tidak
tergenang air, selamat 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka.

h. Jika dianggap perlu, maka digunakan pembuatan kubus percobaan untuk


umur 7 (tujuh) hari dengan ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh kurang dari
65% kekuatan yang diminta additives. Jika hasil kuat tekan benda-benda uji
tidak memberikan angka kekuatan yang diminta maka harus dilakukan
pengujian beton setempat dengan cara-cara seperti yang ditetapkan dalam SNI
2002 atau PBI 1971 dengan tidak menambah beban biaya bagi Pemberi Tugas
(Pemkab Jeneponto, Kab Jeneponto).

i. Penyampaian beton (adukan) dari mix, ke tempat pengecoran harus


dilakukan dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan
komponen-komponen beton.

j. Dalam hal ready mix sulit didapat maka site mix dapat dilakukan dengan
kontraktor terlebih dahulu mengadakan presentasi untuk mendapatkan
persetujuan dan untuk itu disyaratkan mesin molen produksi mutu beton K-300
harus menggunakan portable beton mix dan volume dan system minimal 1 m3
beton setiap 1 campurannya.

k. Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton.

l. Kontraktor harus menggunakan concrete pump pada elevasi-elevasi


pengecoran diatas 3 meter. Sehingga kualitas beton tuang dari alat pencampur
tidak berubah.

2. Instruksi dan pembongkaran bekisting

Pembongkaran acuan dan penempatan siar siar pelaksanaan, sepanjang tidak


ditentukan lain dalam gambar, harus mengikuti persyaratan dari SNI 2002 atau
PBI 1971. Siar siar tersebut harus dibasahi lebih dahulu dengan air semen tepat
sebelum pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar siar tersebut harus disetujui
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.

3. Penggantian besi

a. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai


dengan apa yang tertera pada gambar.

b. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman kontraktor atau pendapatnya


terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian
yang ada, maka :
1. Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi
pembesian yang tertera dalam gambar. Secepatnya hal ini diberitahukan pada
Perencana Konstruksi untuk sekedar informasi.

2. Jika hal tersebut diatas dimintakan pekerjaan tambah oleh Kontraktor, maka
penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan tertulis
dari Perencana Konstruksi.

3. Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan tersebut


hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari perencana Konstruksi.
Mengajukan usul dalam rangka tersebut diatas adalah merupakan juga
keharusan dari Kontraktor.

c. Jika kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai


dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran
diameter besi dengan diameter yang terdekat dengan catatan :

1. Harus ada persetujuan dari Perencana Konstruksi dan Konsultan Manajemen


Konstruksi.
2. Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak
boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksudkan
adalah jumlah luas)
3. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan kemampuan penampang
berkurang.

4. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian


ditempat tersebut atau didaerah overlapping yang dapat menyulitkan
pembetonan atau penyampaian penggetar.

4. Perawatan beton

a. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan
cepat.
b. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus
diperhatikan.

c. Beton harus dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran

d. Khusus elemen vertikal harus dipakai curing compound

5. Tanggung jawab kontraktor

Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai dengan


ketentuan-ketentuan diatas dan sesuai dengan gambar-gambar konstruksi yang
diberikan. Adanya atau kehadiran Konsultan Manajemen Konstruksi selaku wakil
pemberi tugas atau perencanaan yang sejauh mungkin melihat / mengawasi
menegur atau memberi nasihat tidaklah mengurangi tanggung jawab penuh
tersebut diatas.

6. Contoh yang harus disediakan

a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus memberikan contoh


material seperti kerikil, pasir, besi beton, wire mesh, bendrat, dan semen untuk
mendapatkan persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.
b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi
akan dipakai sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/ menerima material
yang dikirim oleh kontraktor ke lapangan.

c. Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh


yang telah disetujui dibangsal Konsultan Manajemen Konstruksi.

7. Sparing conduit dan pipa-pipa

a. Letak dari sparing supaya tidak mengurangi kekuatan struktur.

b. Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan sesuai dengan gambar


pelaksanaan dan bila tidak ada dalam gambar, maka kontraktor harus
mengusulkan dan minta persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

c. Bilamana sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum pengecoran dan


diperkuat sehingga tidak akan dipindahkan tanpa persetujuan dari Konsultan
Manajemen Konstruksi.
d. Semua sparing-sparing (pipa, conduit) harus dipasang sebelum pengecoran,
dan diperkuat, sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.

❖ PEKERJAAN BETON STRUKTUR SEKUNDER

➢ UMUM
1. Lingkup pekerjaan

a. Menyediakan tenaga kerja, bahan bahan, peralatan dan alat alat bantu
lainnya untuk melaksanakan seperti dinyatakan dalam gambar dengan hasil
yang baik dan sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi pelat lantai, pelat tangga, balok tangga, kolom praktis,
beton ring balok, dan balok kantilever untuk bangunan yang dimaksudkan
termasuk besi beton dan pekerjaan bekisting / acuan dan semua pekerjaan
beton yang bukan struktur sesuai yang ditunjukkan didalam gambar.

2. Standar

Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan :

a. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBl)–1971, NI 2

b. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia 1982 NI-3

c. Peraturan Semen Portland Indonesia 1972. N 8.

d. Peraturan Bangunan Nasional 1978

e. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-
2847-2002)

f. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983

g. Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur


Tembok 1983.
h. Ketentuan¬¬–Ketentuan Umum untuk pelaksanaan Pemborong Pekerjaan
Umum (AV) no. 9 tanggal 28 Mei 194 Tambahan Lembaran Negara no. 1457.

i. Peraturan-peraturan/standar setempat yang biasa dipakai

j. Peraturan pembangunan pemerintah daerah setempat.

k. Petunjuk-petunjuk dan peringatan–peringatan lisan maupun tertulis yang


diberikan oleh Konsultan Perencana.

l. Standar Normalisasi Jerman (DIN)

m. Ameridan Society Testing and Material (ASTM)

– C 33 (concrete aggregates)

– C 150 (portland cement)

n. Ameridan Concrete Institute (ACI).

– 211 (recommended practice for selecting proportions for normal and heavy
weight concrete)

➢ BAHAN
1. Persyaratan bahan

a. Semen Portland

Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari satu jenis merek dan
atas persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi dan harus memenuhi NI-8.
Semen yang telah mengeras sebagian / seluruhnya tidak dibenarkan untuk
digunakan. Penyimpanan semen portland harus diusahakan sedemikian rupa
sehingga bebas dari kelembaban, bebas dari air dengan lantai terangkat dari
tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen.

b. Pasir beton

Harus terdiri dari butir butir yang bersih dan bebas dari bahan–bahan organis,
lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan
yang dicantumkan dalam PBI 1971.

c. Koral beton/split
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta mempunyai
gradasi kekerasan sesuai syarat syarat PBI 1971. Penyimpanan/penimbunan
pasir koral beton harus dipisahkan satu dengan yang lain, hingga dapat dijamin
kedua bahan tersebut tidak tercampur untuk mendapatkan perbandingan
adukan beton yang tepat.

d. Air

Air digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam,
alkali dan bahan organis/bahan lain yang dapat merusak beton. Apabila
dipandang perlu Konsultan Manajemen Konstruksi dapat minta kepada
Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan
yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.

e. Besi beton

Pada penulangan pelat lantai digunakan besi mutu U-24, sedangkan untuk
penulangan pelat pada Core Wall dan Shearwall memakai besi mutu U-39. Besi
harus bersih dari lapisan minyak/lemak dari bebas dari cacat seperti serpih-
serpih. Penampang besi bulat serta memenuhi persyaratan NI 2 (PBI 1971). Bila
dipandang perlu kontraktor diwajibkan untuk memeriksa mutu besi beton ke
laboratorium pemeriksaan bahan yang dan sah atas biaya kontraktor.

f. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh


contoh material misalnya, besi, kerikil, pasir, dan semen untuk mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi.

g. Contoh–contoh yang telah disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi,


akan dipakai sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material
yang dikirim oleh Kontraktor ke site.

2. Syarat pengiriman dan penyimpanan bahan


a. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak
bercacat.

Beberapa bahan tertentu harus masih didalam kotak/kemasan aslinya yang


masih tersegel dan berlebel pabriknya.

b. Bahan harus disimpan ditempat yang terlindungi dan tertutup, kering, tidak,
lembab dan bersih sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pabrik.
c. Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai
dengan jenisnya.
d. Kontraktor bertanggungjawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan
penyimpanan. Bila ada kerusakan, Kontraktor wajib mengganti atas beban
kontraktor.

➢ PELAKSANAAN
1. Mutu beton

Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang sekunder adalah
K–300.

2. Pembesian

a. Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang luruh atau yang dibekokkan,


sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang (ring), persyaratan harus sesuai
dengan PBI 1971
b. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus disesuaikan dengan
gambar konstruksi.

c. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak
berubah tempat selama pengecoran dan harus diikat dengan papan acuan atau
lantai kerja dengan memasang selimut beton sesuai dengan ketentuan PBI
1971.

d. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari
lapangan kerja dalam. Waktu 1 x 24 jam setelah ada perintah tertulis dari
Konsultan Manajemen Konstruksi.

3. Cara pengadukan

a. Cara pengadukan harus menggunakan beton molen yang kondisi mesin dan
fisiknya baik (tidak rusak)

b. Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus sesuai dengan
spesifikasi yang ditetapkan dan harus disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi. Operator beton molen harus orang yang ahli dalam bidangnya.

c. Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan


memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump 8 cm

4. Pengecoran beton

a. Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan


membersihkan dan menyiram cetakan–cetakan sampai jenuh, pemeriksaan
ukuran-ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan
penahan jarak.
b. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Konsultan
Manajemen Konstruksi.

c. Pengecoran harus dilakukan sebaik mungkin dengan menggunakan alat


penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya
cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang koral/split yang dapat
memperlemah konstruksi.

d. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari


berikutnya, maka tempat perhentian tersebut harus disetujui Konsultan
Manajemen Konstruksi.

5. Pekerjaan acuan/bekisting

a. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan/yang diperlukan dalam gambar.
b. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan,
sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak akan berubah bentuk dan
kedudukannya selama pengecoran dilakukan.
c. Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaan licin : bebas dari kotoran kotoran
(tahi gergaji), potongan kayu, tanah/lumpur dan sebagainya, setelah
pengecoran dilakukan harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan
beton.
d. Kontaktor harus memberikan contoh contoh material (besi, koral/soft, pasir
dan semen Portland) kepada Konsultan Manajemen Konstruksi, untuk
mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dilakukan.
e. Bahan bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan
yang aman, sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan tetap terjamin sesuai
persyaratan.

f. Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat
besi beton/rangka harus memenuhi syarat syarat yang ditentukan dalam NI-2
(PBI tahun 1971)

g. Beton harus dilindungi dan pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan
cepat. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus
diperhatikan.

h. Beton harus dibasahi paling sedikit selama sepuluh hari setelah pengecoran.

6. Pekerjaan pembongkaran acuan/bekisting

Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari


Konsultan Manajemen Konstruksi. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan
mengadakan perubahan apapun pada permukaan beton tanpa persetujuan dari
Konsultan Manajemen Konstruksi.

7. Pengujian mutu pekerjaan

a. Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan untuk


memberikan pada Konsultan Manajemen Konstruksi certificate test bahan besi
dari produsen/ pabrik

b. Bila tidak ada certificate test, maka Kontraktor harus melakukan pengujian
atas besi/kubus di laboratorium yang ditunjuk kemudian.
c. Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Kontraktor dengan mengambil,
benda berupa kubus 1 silinder yang ukurannya sesuai dengan syarat
syarat/ketentuan dalam PBI 1971. Pembuatannya harus disaksikan oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi dan diperiksa di laboratorium kontruksi beton
yang ditunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi.

d. Kontraktor diwajibkan membuat trial mix terlebih dahulu, sebelum memulai


pekerjaan beton.

e. Hasil pengujian dari laboratorium diserahkan kepada Konsultan Manajemen


Konstruksi secepatnya.

f. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan tersebut, menjadi


tanggung jawab kontraktor.

8. Syarat-syarat pengamanan pekerjaan

a. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras minimal
selama 3 x 24 Jam setelah pengecoran.

b. Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-


pekerjaan lain.

c. Bila terjadi kerusakan, kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan


tidak mengurangi mutu pekerjaan. Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung
jawab kontraktor.
d. Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu dibasahi
dengan air terus menerus minimal selama 10 hari atau lebih (sesuai dengan
ketentuan dalam PBl 1971

❖ BETON COR DI TEMPAT (CAST IN PLACE)

➢ PENGENDALIAN PEKERJAAN
Kecuali disebutkan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti
ketentuan-ketentuan seperti yang tertera dalam PBI-89 dan SNI 03-2847-2002.

➢ BAHAN-BAHAN
Bahan menggunakan adukan beton siap pakai (ready mixed concrete) atau
dengan beton adukan di tempat dengan memakai molen, control mutu sesuai
dengan spesifikasi ini.

a. Agregat beton

- Agregat beton berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu
dengan Wet System Stone Crusher.

- Agregat beton harus sesuai dengan spesifikasi agregat beton menurut


ASTM-C 33.

- Ukuran terbesar agregat beton adalah 2,5 cm.

- Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan pekerjaan


dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak diinginkan.

- Agregat harus bersih dari segala kotoran, tidak melebihi 5 %.

b. Agregat kasar

- Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar, keras tidak
berpori dan berbentuk kubus. Bila ada butir-butir yang pipih jumlahnya tidak
boleh melampaui 20% dari jumlah berat seluruhnya.

- Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50%


kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles ASTM-C 131-55.

- Agregat kasar harus bersih dari zat-zat organis, zat-zat reaktif alkali atau
substansi yang merusak beton.

c. Agregat Halus

- Agregat halus dapat digunakan pasir alam yang berasal dari pasir lokal.
- Pasir harus bersih dari bahan organis, zat-zat alkali & substansi-substansi
yang merusak beton.

- Pasir tidak boleh mengandung segala jenis substansi tersebut lebih dari 5%.

- Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.

- Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras.


- Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin kemudahan
pelaksanaan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi yang tidak
diinginkan.

Saringan Ukuran % Lewat Saringan

3/8” 9,53 mm 100

No. 4 4,76 mm 90 – 100

No. 8 2,38 mm 80 – 100

No. 16 1,19 mm 50 – 85

No. 30 0,595 mm 25 – 65

No. 50 0,297 mm 10 – 30

No. 100 0,149 mm 5 – 10

No. 200 0,074 mm 0–5

d. Portland Cement (PC)

Semen yang dipakai harus dari mutu yang disyaratkan dalam PBI-1989 dan SNI
03 – 2847 – 2002.

Kontraktor harus mengusahakan agar satu merk semen saja yang dipakai untuk
seluruh pekerjaan beton.

Semen ini harus dibawa ke tempat pekerjaan dalam zak yang tertutup oleh
pabrik dan terlindung serta harus dalam jumlah sesuai dengan urutan
pengirimannya.

Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam tempat-tempat rapat air dengan


lantai terangkat dan ditumpuk dalam urutan pengirimannya.

Semen yang rusak atau tercampur apapun tidak boleh dipakai dan harus
dikeluarkan dari lapangan.

e. Pembesian

Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa,


sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab maupun basah.
Besi penulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan ukuran-ukuran
masing-masing. Besi penulangan rata maupun besi-besi penulangan
bergelombang (deformed bars) harus sesuai dengan persyaratan dalam PBI-
1989 dan SNI 03 – 2847 – 2002.

Besi penulangan yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain,
apabila harus dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi
diameter penampang besi, atau dengan bahan cairan sejenis "Vikaoxy Off" yang
disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.

Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi berhak memerintahkan untuk


menambah besi tulangan di tempat yang dianggap perlu sampai maksimum 5%
dari tulangan yang ada di tempat tersebut, meski tidak tertera dalam gambar
struktur, tanpa biaya tambahan.

Penulangan harus terdiri dari baja keras dengan mutu U 39 dan baja lunak
dengan mutu U 24 sesuai PBI-1989 dan SNI 03–2847–2002.

f. Kawat Pengikat

Harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang disyaratkan dalam PBI-


1989 dan SNI 03–2847–2002.

g. Air
Air harus bersih dan jernih sesuai dengan persyaratan dalam PBI-1989 dan SNI
03–2847–2002.

Sebelum air untuk pengecoran digunakan, harus terlebih dahulu diperiksakan


pada Laboratorium PAM/PDAM setempat yang disetujui Konsultan Manajemen
Konstruksi dan biaya sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor.

Kontraktor harus menyediakan air atas biaya sendiri.

h. Additive

Untuk mencapai slump yang disyaratkan dengan mutu yang tinggi, bila
diperlukan campuran beton dapat menggunakan bahan-bahan additive merk
POZZOLITH 300 R atau yang setaraf. Bahan tersebut harus disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi. Additive yang mengandung chloride atau
nitrat tidak boleh dipergunakan.

➢ PELAKSANAAN
Sebelum dilaksanakan, Kontraktor harus mengadakan trial test atau mixed
design yang dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan dapat
tercapai. Dari hasil test tersebut ditentukan oleh Pengawas "Deviasi Standard"
yang akan dipergunakan untuk menilai mutu beton selama pelaksanaan.

a. Persiapan Pengecoran Beton

Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat ijin secara


tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi. Permohonan ijin rencana
pengecoran harus diserahkan paling lambat 2 (dua) hari sebelumnya.

Sebelum pengecoran dimulai, Kontraktor harus sudah menyiapkan seluruh stek-


stek maupun anker-anker dan sparing-sparing yang diperlukan, pada kolom-
kolom, balok-balok beton untuk bagian yang akan berhubungan dengan dinding
bata maupun pekerjaan instalasi.

Kecuali dinyatakan lain pada gambar, maka stek-stek dan anker-anker dipasang
dengan jarak setiap 1 meter.

b. Pengecoran Beton
- Memberitahukan Konsultan Manajemen Konstruksi selambat-lambatnya 24
jam sebelum sesuatu pengecoran beton dilaksanakan.

Persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi untuk mengecor beton berkaitan


dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan besi serta bukti
bahwa Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.

Persetujuan tersebut di atas tidak mengurangi tanggung jawab kontraktor atas


pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh.

- Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada
semen dan agregat atau semen pada agregat telah melampaui 1 jam dan waktu
ini dapat berkurang lagi jika Konsultan Manajemen Konstruksi menganggap
perlu didasarkan pada kondisi tertentu.

- Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan terjadinya


pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan.
Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan
sebagainya, harus mendapat persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi.

- Alat-alat penuang seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu
bersih dan bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras.

Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 2
meter.

Selama dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan
dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.

- Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami


"initial set" atau yang telah mengeras dalam batas dimana akan terjadi plastis
karena getaran.

- Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah


harus diberi lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan
dengan baik dan penyerapan air semen dengan tanah.

- Bila pengecoran harus berhenti sementara beton sudah menjadi keras dan
tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen (laitances) dan
partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup sampai
tercapai beton yang padat.

Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang lekat pada
tulangan dan cetakan harus dibersihkan.

c. Pemadatan Beton

- Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan untuk


mengangkut dan menuang beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat
beton padat tanpa menggetarkan secara berlebihan.

- Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton adalah sangat penting.

Beton digetarkan dengan vibrator secukupnya dan dijaga agar tidak berlebihan
(overvibrate). Hasil beton yang berongga-rongga dan terjadi pengantongan
beton-beton tidak akan diterima.
- Penggetaran tidak boleh dengan maksud mengalirkan beton.
- Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan
penggetar frekuensi tinggi 0.2 cm, agar dijamin pengisian beton dan pemadatan
yang baik.

- Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang mengerti dan
terlatih.

d. Slump (Kekentalan Beton)


Kekentalan beton untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dengan PBI-
1971 adalah sebagai berikut :

Jenis Konstruksi Slump

Max (mm) Min (mm)

- Kaki dan Dinding Pondasi 125 50

- Pelat, balok, dan dinding 150 75

- Kolom 150 75

- Pelat diatas tanah 125 50

Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi harga
tersebut di atas dapat dinaikkan sebesar 50%, tetapi dalam hal apapun tidak
boleh melebihi 150 mm.

e. Penyambungan Beton dan Water Stop

- Setiap penyambungan beton, permukaan harus dibersihkan/ dikasarkan dan


diberi bahan bonding agent seperti : EMAGG atau sejenis yang dapat menjamin
kontinuitas adukan beton lama dengan yang baru.

- Tempat-tempat penyambungan pengecoran yang terletak di bawah


permukaan tanah atau tempat-tempat yang berhubungan dengan genangan air
hujan/air kotor harus diberi PVC water stop LWG (9") dan dipasang sesuai
dengan petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi/Produsen.

f. Construction Joint (Sambungan Beton)

- Rencana atau schedule pengecoran harus dipersiapkan untuk penyelesaian


satu struktur secara menyeluruh. Dalam schedule tersebut Konsultan
Manajemen Konstruksi akan memberikan persetujuan dimana letak construction
joints tersebut.

Dalam keadaan mendesak Konsultan Manajemen Konstruksi dapat merubah


letak construction joints.
- Permukaan construction joints harus bersih dan dibuat kasar dengan
mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton, sesudah 2 jam
tapi kurang dari 4 jam sejak beton dituang.

- Bila pada sambungan beton/coran timbul retak atau bocor, perbaikan


dilakukan dengan CONCRESIVE SGB Process.

g. Pengujian Kekuatan Beton

Selama masa pelaksanaan, mutu beton harus diperiksa secara kontinu dari
hasil-hasil pemeriksaan benda uji. Paling sedikit setiap 5 m3 beton harus dibuat
1 sample benda uji.

Benda uji harus diperiksa kekuatan tekannya di laboratorium yang

disetujui pengawas dan biaya ketentuan PBI-1989 dan SNI 03–2847–2002


harus dipenuhi.

Mutu beton yang disyaratkan K-300

h. Pemeriksaan lanjutan

Apabila hasil pemeriksaan tersebut di atas masih meragukan, maka

pemeriksaan lanjutan dilakukan dengan menggunakan concrete gun atau kalau


perlu dengan core drilling untuk meyakinkan penilaian terhadap kualitas beton
yang sudah ada sesuai dengan PBI-1989 dan SNI 03–2847–2002.

Seluruh biaya pekerjaan pemeriksaan lanjutan ini sepenuhnya menjadi


tanggungan kontraktor.

❖ SISTEM PERANCAH (SCAFOLDING)


A. PENANGGGUNG JAWAB/ PENGESAHAN DESAIN

Pimpinan Proyek

Merupakan tanggung jawab pimpinan proyek untuk memastikan bahwa material


dan alat-alat perancah yang sesuai tersedia di lokasi proyek. Sebagai
tambahan, semua pekerja diwajibkan untuk menjalankan pelatihan tentang cara
penggunaan, pembangunan dan perawatan perancah yang benar. Para pekerja
harus diinstruksikan akan beban aman yang dapat diterima oleh perancah.
Pimpinan kerja diwajibkan memberikan semua alat-alat keamanan yang
dibutuhkan (semisal : helm pengaman, alas kaki, sistem proteksi untuk
mencegah jatuh dari ketinggian dan lain-lainnya) kepada para pekerja yang
akan membangun maupun yang akan menggunakan perancah.

Apabila perancah di desain oleh para professional maka peimpinan proyek tetap
diharuskan untuk memastikan bahwa perancah telah di bangun sesuai dengan
desain yang diberikan.

Pimpinan proyek diharuskan untuk menunjuk salah seorang pekerja yang


berpengalaman untuk sebagai supervisi pembangunan, penggunaan dan
pelepasan sistem perancah. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa
prosedur yang ada telah di lakukan dan diikuti, terutama apabila desain dan
gambar tehnik yang khusus diperlukan.
Kepala kontraktor bertanggung jawab untuk memastikan bahwa perancah telah
di bangun dan perawatannya dilakukan sesuai dengan aturan atau prosedur
yang ada.

Pekerja

Pekerja harus dipastikan bahwa mereka telah mengikuti prosedur keamanan


dan memakai semua alat pengaman serta semua alat proteksi diri yang
dibutuhkan ketika akan mendirikan dan menggunakan perancah. Pekerja juga
diharuskan untuk saling menjaga keamanan diri dan pekerja lainnya ketika
bekerja di atas perancah.

Semua pekerja diharuskan menggunakan semua alat pengaman kepala dan


kaki ketika mendirikan dan bekerja diatas perancah. Prosedur pengamanan ini
apabila dipraktekkan secara benar akan terhindari dari kecelakaan kerja yang
dapat terjadi pada saat pendirian dan pelepasan perancah.

Supervisi
Pembangunan perancah harus selalu dalam supervisi pekerja yang
berpengalaman dalam pembangunan dan penggunaan perancah tersebut.
Meskipun sistem perancah bervariasi antara manufaktur yang satu dengan yang
lainnya, tetap ada beberapa kesamaan dalam beberapa hal-hal yang mendasar.
Supervisor dapat memastikan bahwa perancah didirikan sesauai dengan
rekomendasi dari penyedia dan/ desainer.

Standar yang digunakan adalah CSA S269.2-M87 “Access Scaffolding for


Construction Purposes“. Standar ini memberikan kriteria mendetail tentang
desain perancah, termasuk beban dan gaya, analisis struktur dan desain,
pembangunan, pelepasan, kebutuhan-kebutuhan pengamanan, perawatan dan
prosedur pengetesan.

Standar Rangka Perancah

B. TIPE PERANCAH

Memilih Sistem Perancah

Dalam memilih sistem perancah dan komponen yang akan digunakan, hal
pertama yang harus diperhatikan adalah pengertian yang mendalam akan
kondisi lapangan dan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Pimpinan proyek
harus memperhitungkan beberapa hal sebagai berikut:

Dasar pertimbangan:

- beban pekerja, beban peralatan, dan beban material yang akan diterima oleh
perancah (beban kerja yang aman).

- Kondisi lapangan (interior, exterior, urugan, lantai kerja, tipe dan kondisi
dinding, akses untuk peralatan, variasi ketinggian, titik angkur, dan sebagainya)

- Ketinggian dimana perancah akan didirikan (teritama terhadap tiang listrik).

- Tipe pekerjaan yang akan dilaksanakan dari perancah (pengecoran,


pengecatan, instalasi mekanikal, instalasi atap, dan lain-lain).
- Durasi pekerjaan.

- Kondisi cuaca termasuk kecepatan angin.

- Kebutuhan untuk para pejalan kaki yang melintasi perancah.

- Akses ke perancah.

- Konfigurasi bangunan atau struktur bangunan yang akan dikerjakan

- Pembangunan atau pelepasan dalam kondisi khusus.

- Papan peringatan.

Standar Perancah Rangka tabung


Lebar dari rangka perancah biasanya bervariasi sekitar dari 1,5 meter hingga 3
meter. Lebar jarak ini bervairasi apabila menggunakan pengaku yang berbeda2
panjangnya. Kebanyakan dari pihak penyedia perancah mempunyai pengaku
(bracing) selebar 1.5 meter hingga 3 meter. Namun beberapa penyedia
perancah mempunyai pengaku khusus (special bracing) yang lebih pendek
maupun yang lebih panjang dari variasi ini.

C. PONDASI DAN PENDUKUNG PERANCAH

Perancah harus didirikan pada permukaan yang dapat mendukung beban sama
rata. Untuk mendukung atau menguatkan sistem rangka perancah maka urugan
tanah harus dipadatkan dan diratakan dengan baik. Lumpur dan tanah yang
lembek harus diganti dengan kerikil yang dipadatkan.

Apabila tanah dimana perancah didirikan merupakan tanah yang bergelombang


atau ada variasi ketinggian maka tanah di ratakan lebih dahulu karena urugan
tanah tidak memiliki kapasitas yang sama untuk mensupport beban seperti
tanah yang rata.
Untuk permukaan yang tidak rata akan lebih baik apabila menggunakan
tambahan setengah rangka untuk mengakomodir perubahan ketinggian
permukaan. Untuk situasi yang sepeti ini maka pada penguat biasanya
menggunakan komponen pipa dan penjepit.

Perancah yang didirikan diatas permukaan berupa tanah atau kerikil harus di
dukung dengan mudsill. Adapun mudsill ini berupa papan S-P-F dengan ukuran
minimal 50 mm x 250 mm yang harus berkesinambungan dibawah dengan
minimal 2 struktur akhiran yang menerus. Untuk struktur perancah diharuskan
mempunyai pelat dasar yang baik dengan screw jack yang dapat diubah-ubah
ketinggiannya dibawah setiap rangka pendukung, apabila struktur rangka
perancah berdiri di atas permukaan beton (concrete). Rangka dasar yang baik
dibutuhkan pada setiap kondisi. Pelat dasar harus diletakkan di tengah papan S-
P-F tersebut. Pelat dasar harus diletakkan diatas titik tengah papan dan papan
tersebut harus menutupi minimal 600 mm dari ujung kaki perancah. Papan
tersebut harus diletakkan sepanjang rangka dan sebaiknya mengikuti panjang
dan lebar rangka perancah untuk totalitas pendukung.

Dilarang menggunakan material tumpuan seperti bata, atau maeterial lainnya


dibawah pelat dasar perancah atau urugan tanah. Getaran akan menyebabkan
tumpuan tersebut untuk bergerak atau bergeser sehingga kaki perancah tidak
terdukung dengan baik. Dalam situasi seperti ini perancah dapat terguling ketika
terdapat beban berat di atas perancah

D. PENDIRIAN DAN PENGIKATAN PERANCAH

Fitting dan Aksesoris

Sangat penting adanya untuk merakit semua bagian, fitting dan aksesoris yang
diperlukan untuk mendirikan perancah, sehingga pendirian perancah sesaui
dengan instruksi pihak penyedia. Apabila beberapa bagian tidak terdapati di
lapangan, maka perlu dipastikan bagain-bagian dari perancah tersebut dapat
dipenuhi secepatnya. Jangan mencoba untuk mendirikan perancah hanya
dengan sebagian dari jumlah pelat dasar, pengaku, konektor dan sebagainya.
Pastikan bahwa semua komponen dalam kondisi bagus dan perlu diadakan
pengetesan untuk memastikan bahwa bagian-bagian tersebut tidak dalam
kondisi rusak. Semua fitting harus dikoneksikan dengan baik dan kuat.

Pelat Dasar dan Screw Jacks


Pelat dasara harus digunakan pada semua perancah tetap ( non mobile) dengan
ukuran dan kapsitas yang dispesifikasikan oleh pihak penyedia. Kombinasi pelat
dasar dengan screw jacks tidak boleh di lebihkan dari jarak yang seharusnya.
Petunjuk yang dianjurkan adalah memakai rasio 2:1, jarak dari screw yang
terlihat di luar hanya diperbolehkan maximal 2 x jarak screw di dalam. (misal
screw jack dengan panjang 24 inchi hanya boleh terlihat atau terekspos 16 inchi
keluar dan 8 inchi kedalam).

Penyikuan ( Plumbness)

Sangat penting halnya bahwa perancah didirikan secara presisi, seimbang,


berdiri tegak 90 derajat dari permukaan tanah untuk memastikan kapasitas
struktur secara maximal. Apabila tingkat pertama perancah telah didirkan perlu
dilakukan pengecekan akan kesikuan yang kemudian dilanjutkan kembali pada
tingkat kedua dan selanjutnya. Apabila diperlukan perubahan dapat dilakukan
dengan menyelaraskkan screw jacks yang terdapat di pelat dasar. Di dalam
standar CSA S269.2-M87 terdapat kriteria sebagai berikut:

Variasi Maximal dari Penyikuan Ketinggian Maximal Perancah

12 mm 3 meter

19 mm 6 meter

38 mm Ketinggian Maximal

Pengaku (Bracing)
Pengaku ( bracing) membantu agar rangka perancah seimbang tegak lurus dan
siku 90 derajat baik secara vertikal dan horizontal. Sekali rangka telah dipasang
dengan pelat dasar (flexible), maka penguat harus di pasang pada tiap tower.
Pengaku harus dipasang pada tiap ujung-ujung rangka perancah.

Pengaku pada bagian vertikal wajib diletakkan pada kedua sisi dari tiap rangka.
Penguat horizontal diperlukan pada pertemuan ujung di tiap tingkat ketiga
rangka perancah. Penguat horizontal harus cocok dengan pada bagian dimana
perancah diikat atau menempel pada bangunan atau struktur yang sedang
dikerjakan. Pengaku horizontal dibutuhkan untuk menjaga stabilitas dan
kapasitas beban yang diterima. Penggunaan pengaku horizontal pada tingkatan
pertama membantu untuk menyikukan perancah sebelum pelat dasar
ditancapkan ke mudsill.

4. PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL


❖ PEKERJAAN TATA UDARA
➢ LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan instalasi ini meliputi seluruh pekerjaan pengadaan dan pemasangan
instalasi Tata Udara (Air Conditioning), Ventilasi Mekanis (Mechanical Ventilation)
secara lengkap termasuk semua perlengkapan dan sarana penunjangnya, sehingga
diperoleh suatu instalasi yang lengkap dan baik serta diuji dengan seksama dan
siap dipergunakan.

Lingkup pekerjaan instalasi ini secara garis besarnya adalah sebagai berikut:

- Pengadaan dan pemasangan semua peralatan Air Conditioning seperti : Wall


mounted , 4 Way Cassette, Ceilling Fan, Thermostat, Wireless Remote
Control,Panel Control dll.
- Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi pipa refrigerant, pipa dan
Condensate.
- Pengadaan dan pemasangan interlock system instalasi tata udara dan ventilasi
dengan system fire alarm yang ada.
- Pengadaan dan pemasangan sumber daya listrik bagi instalasi seperti kabel Power
Out door dan Indoor serta Power pada panel AC.
- Melaksanakan pekerjaan Testing Adjusting dan Balancing ( TAB ) dari semua
instalasi yang terpasang, sehingga instalasi bekerja dengan sempurna, sesuai
dengan kriteria-kriteria design atau standard Produksi.
- Pengadaan pemasangan semua pekerjaan sipil yang diperlukan untuk instalasi
seperti yang tercantum dan diuraikan dalam dokumen ini.
- Mendidik petugas-petugas yang ditunjuk oleh pemilik mengenai cara-cara
menjalankan dan memelihara instalasi ini, sehingga petugas tersebut betul-betul
dapat menjalankan dan memelihara instalasi dengan benar.
- Menyerahkan gambar-gambar, buku petunjuk cara menjalankan dan memelihara
serta data teknis lengkap peralatan instalasi yang terpasang.
- Mengadakan pemeliharaan instalasi ini secara berkala selama masa pemeliharaan.
- Memberikan garansi terhadap mesin/peralatan yang terpasang.
- Memberikan Sertifikat Of Origine ( COO)
- Melakukan pekerjaan atau ketentuan lain yang tercantum dalam dokumen ini secara
addendumnya.

❖ SPLIT UNIT AIR COOLED


1. Lingkup pekerjaan
Pemasangan dan pengadaan Split Unit Air Cooled yang terdiri atas Indoor Unit dan
Outdoor Unit berikut permipaan refrigerant dari kedua unit tersebut. kapasitas
masing-masing unit sesuai yang tertera pada lembar gambar rencana.

Jenis dan Type Air Condition yang dipasang di Pemkab Jeneponto, Kab Jeneponto
adalah MULTI Type INVERTER yang dilengkapi Filter Harmonic

2. Umum
Spesifikasi teknik yang diuraikan berikut ini adalah sebagai kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi. Sedang ketentuan spesifik dari kemampuan unit (performance)
dapat dilihat pada lembar gambar rencana yang melengkapi dokumen ini.

3. Spesifikasi Teknis
a. Unit memakai Freon Rama lingkungan R 410 yang bekerja pada saturated
discharge temperature kira-kira 40 ºC, 50 ºC (105 ºF). Kapasitas unit
berdasarkan kepada :
- Udara pendingin kondensor 35 ºC.
- Temperatur ruang 24 - 22ºC : 55% RH.
b. Outdoor Unit
Kompresor dari jenis “Recripocating” dan “Serviceable Hermatic”, automatic
reversible oil pump, crankcase heater untuk pngaturan kelarutan minyak selama
shutt down. Casing dari outdoor unit harus waterproof galvanized steel yang
difinish memakai baked enamel.
Semua pipa suction hendaknya diisolasi dengan “close fitting celculer insulation”.
Masing-masing unit dilengkapi dengan factor wired panel control pengaman
terhadap overload, pembatas arus. Control pengaman terdiri atas low pressure
switch, high pressure switch, oil pressure safety switch, compressor motor
protector, heater control relay.
Fan dari condesing unit adalah propeller dengan hubungan langsung dan
dilengkapi dengan pelindung pengaman.
c. Indoor Unit
- Fan harus dari tipe Forwad dan harus sudah di balanced secara statis dan
dynamic di pabrik pembuatnya.
- Filter Air Conditioning harus dilengkapi dengan Filter dari type washable.
d. Peralatan Pengaturan
Suatu room thermostat yang dilengkapi dengan switch Off, Fan, Cool dan room
temperatur setting akan memfungsikan unit beroperasi.
❖ PEKERJAAN PERPIPAAN
1 Lingkup pekerjaan
Lingkup pekerjaan pada butir ini adalah pengadaan dan pemasangan instalasi
pemipaan lengkap dengan fitting-fitting, alat-alat bantu, dengan isolasi atau tanpa
isolasi sesuai seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana yang melengkapi
dokumen ini.

2 Umum
Seperti apa yang ditunjukkan dalam gambar rencana, jalur-jalur pipa yang
tercantum adalah gambar dasar yang menunjukkan route dan ukuran pipa.
Pemborong wajib menyesuaikan dengan keadaan setempat (shop drawing) dan
dengan jalur-jalur instalasi lainnya, berikut detail atau potongan-potongan yang
diperlukan dan mendapat persetujuan dar Direksi sebelum dilaksanakan.
3 Konstruksi Pemipaan Refrigerant & Drain
a. Menyediakan dan memasang instalasi pemipaan untuk seluruh system
AC, (refrigerant dan Isolasi) termasuk fitting-fitting dan alat-alat bantu).
b. Hendaknya semua pipa refrigerant harus dikerjakan secara hati-hati dan
sebaik mungkin, sebelum dipasang semua bagian harus sudah bersih,
kering dan bebas dari debu dan kotoran dan hendaknya dipasang sependek
mungkin.
c. Pipa tembaga dari jenis ASTM B280 yang dehydranted dan sealed.
Diameter pipa yang dipakai harus disesuaikan kembali dengan kapasitas
pendingin mesin dan panjang ekivalen pipa.
d. Perbedaan tinggi antara condensing dan evaporator dan panjang pipa tidak
melebihi yang ditentukan oleh pabrik pembuat.
e. Sambungan pipa memakai solder perak dengan meniupkan gas mulia seperti
nitrogen kering ke dalam pipa yang sedang disambung untuk menghindarkan
terbentuknya kerak oksida di dalam pipa.
f. Solder lunak “tinlead 95-5” dapat dipergunakan kecuali pada pipa discharge
gas panas.
g. Pipa refrigerant harus disangga dan digantung dengan baik untuk mencegah
melentur dan meneruskan getaran mesin kepada bangunan.
h. Suatu alat pengering refrigerant (filter drier) denagn kapasitas yang cukup
serta “sight glass moisture indicator” harus dipasang pada bagian “liquid line”
setiap pipa terpasang, sight glass harus dilengkapi dengan tutup pelindung,
filter drier harus menurut ARI Standard 710, hendaknya jenis full low
replaceable care.
i. Strainer hendaknya dipasang dalam jaringan refrigerant sebelum pemasukan
tiap thermostatic expansion valve.
j. Pipa drain menggunakan Pipa PVC klas AW dengan diameter 20 mm.

❖ PEKERJAAN LISTRIK UNTUK AIR CONDITION


1. Lingkup pekerjaan

Lingkup pekerjaan untuk elektrikal/kontrol ini adalah pengadaan dan pemasangan


seluruh instalasi listrik (termasuk motor listrik) pengkabelan, panel-panel dan
instrumentasi kontrol seperti yang ditunjukkan pada gambar-gambar
rencana/diagram yang melengkapi dokumen ini.

2. Umum

Seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana, jalur-jalur kabel dan perletakan
panel seperti yang tercantum adalah gambar dasar yang menunjukkan route, lokasi
panel dan perletakan instrument kontrol.

Pemborong wajib menyesuaikan enagn keadaan setempat (shop drawing) dan


dengan jalur-jalur instalsi lainnya berikut detail-detail yang diperlukan untuk
mendapatkan persetujuan Direksi.

Pemborong wajib mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku yang dikeluarkan oleh


:

- Perusahaan Listrik Negara (PLN).


- Lembaga Masalah Ketenagaan (LMK).
- Dinas Pemadam Kebakaran.
- Lembaga Pengujian Bahan.
- Dinas Keselamtan Kerja.
3. Spesifikasi teknis

a. Panel
- Semua komponen-komponen yang dipergunakan untuk panel tenaga dan
panel-panel kontrol harus buatan MG atau ABB atau setaraf yang disetujui
Direksi.
- Panel-panel tenaga harus dibuat dari pelat besi setebal 2 mm, dilengkapi
dengan kunci Yale atau setaraf pengecatan dengan cat bakar dan powder
coating minimum 2 kali. Warna finishing ditentukan kemudian.
- Panel-panel yang bukan berasal langsung dari produk peralatan tertentu
yaitu panel-panel yaitu yang dirakit disini haruslah berasal dari lebih kecil dari
3 ohn, diukur setelah minimal tidak hujan 2 (dua) hari.
b. Panel Pembagi
- Panel pembagi harus dilengkapi dengan pilot lamp R-S-T, voltmeter serta
ampermeter dengan selector switch untuk 3 phase, plat nama untuk
peralatan.
c. Wiring
- Wiring untuk instalasi listrik dan control harus dipasang dalam metal conduit
JIS standard (Maruichi, National atau Pusan).
- Wiring digram hendaknya disesuaikan enagn kebutuhan peralatan AC yang
bersangkutan.
- Kabel yang dipasang di dalam tanah, jenis NYFGBY harus dipasang
sekurang-kurangnya sedalam 75 cm dengan pasir sebagai alas dan
pelindung, kemudian dilindungi dengan batu pelindung sebelum diurug
kembali.
- Ditiap tarikan kabel tidak boleh ada sambungan.
- Menghubungkan kabel pada terminal harus menggunakan “kabel schoen”.
Pemasangan “kabel schoen” harus menggunakan timah pateri lalu dipres
hydraulis.
- Ukuran-ukuran lebih kecil cukup dengan tang press tangan.
- Setiap kabel yang menuju terminal peralatan harus dilindungi memakai metal
flexible conduit.
- Kabel yang dipasang pada dinding luar harus memakai metal conduit dan
diklem rapike dinding memakai klem pipa.
- Kabel-kabel yang digantung pada pelat beton harus memakai klem
penggantung dan wire rod yang diramset ke beton.
- Kabel yang dapat digunakan adalah buatan Kabel metal atau 4 besar.
❖ PEKERJAAN LAIN LAIN
1. Pondasi

- Semua pondasi beton yang diperlukan untuk outdoor unit, panel-panel listrik
termasuk dalam pekerjaan pemborong AC.
- Pemborong AC harus menyediakan dan memasang (sesuai dengan gambar
rencana, atau gambar kerja yang disetujui) semua dudukan (support) atau
penggantung (hanger) untuk mesin-mesin, alat-alat, pipa kabel dan duct yang
diperlukan.
- Semua penggantung harus dipasang pada balok atau pada rangka baja dan
harus berkonsultasi dengan Direksi dan Pemborong Sipil.
- Pemborong AC harus menjamin bahwa instalasi yang dipasangnya tidak akan
menyebabkan penerusan suara dan getaran (vibration & noise transmission) ke
dalam ruangan-ruangan yang dihuni.

2. Pengecatan
- Untuk pengantungan/penyangga harus dicat meni dan setelah itu dicat dengan
cat alumunium.
- Semua equipment, disebabkan gangguan cuaca atau gangguan setempat atau
karat yang merusak sebagian atau seluruh cat aslinya, harus dicat lagi dengan
warna yang sesuai secara keseluruhan atau warna yang diminta Direksi.
- Cat dasar, dan finishing dari merk ICI atau yang setaraf yang dapat disetujui.

❖ PENGUJIAN (TESTING, ADJUSTING & BALANCING)


1. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan ini adalah pelaksanaan testing, adjusting dan balancing untuk
seluruh system tata udara dan ventilasi mekanis sehingga didapatkan besaran-
besaran pengukuran yang sesuai seperti yang terlihat dalam gambar-gambar
rencana sehingga system betul-betul dapat berfungsi dengan baik dan sesuai
dengan rencana.

2. Umum

Pelaksanaan TAB (testing adjusting dan balancing) secara mendasar maksimal

harus mengikuti standard yang berlaku secara umum seperti standard NEBB,

ASHRAE dan SMACNA dengan menggunakan peralatan-peralatan ukur yang

memenuhi untuk pelaksanaan TAB tersebut.

3. Peralatan Ukur

Minimal peralatan ukur seperti di bawah ini harus dimiliki oleh kontraktor yang
bersangkutan antara lain :
a. Pengukuran laju udara
- Anemometer dan sejenisnya.
- Hood untuk mengukur udara di diffuser.
b. Pengukuran temperatur udara/air
- Sling psychrometric.
- Thermometer.
c. Pengukuran listrik
- Voltmeter.
- Ampermeter / Tang – Ampere.
4. Pelaksanaan TAB

- Secara detil TAB harus dilaksanakan terhadap seluruh system dan bagian-
bagiannya, sehingga didapatkan besaran-besaran pengukuran yang sesuai atau
mendekati besaran yang ditentukan dalam rencana.
- Dalam pelaksanaan TAB, disamping pengukuran yang dilakukan terhadap
besaran-besaran yang ditentukan dalam design, juga diwajibkan melaksanakan
pengukuran terhadap besaran-besaran yang tidak tercantum dalam gambar
rencana, tapi besaran ini sangat diperlukan dalam penentuan kondisi dan
kemampuan peralatan dan juga sebagai data-data yang diperlukan bagi pihak
maintenance dan operation.
- Semua pelaksanaan TAB maupun pengukuran-pengukuran terhadap besaran-
besaran lainnya yang tidak tercantum dalam gambar rencana harus dituangkan
dalam satu laporan yang bentuknya (formnya) sudah disetujui oleh pengawas.
- Pelaksanaan TAB dilakukan oleh tenaga engineernyang betul-betul sudah
berpengalaman dalam pelaksanaan TAB ini.
- Dalam pelaksanaan TAB, harus selalu didampingi oleh tenaga pengawas,
dimana hasil-hasil pengukuran dan pengamatan yang dilakukan juga disaksikan
oleh pengawas tersebut dan dalam laporannya ikut menandatangani.
- Sebelum melaksanakan TAB, Kontraktor harus membuat suatu rencana kerja,
mengenai prosedure pelaksanaan TAB untuk masing-masing bagian pekerjaan,
dan prosedure ini agar dibicarakan dengan pihak MK untuk mendapatkan
persetujuannya.

❖ PRODUK, BAHAN DAN PERALATAN


Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi. Kontraktor memungkinkan untuk
mengajukan salah satu dari daftar bahan dan peralatan sesuai daftar di bawah ini.
Pemborong baru bisa mengganti peralatan dari produk lain yang setaraf dengan produk-
produk tersebut di bawah ini dan harus ada persetujuan resmi tertulis dari Pemberi
Tugas.

Adapun produk, bahan dan peralatan pada dasarnya harus sesuai dengan daftar
material.

➢ PEKERJAAN SANITASI, DRAINASE DAN PERPIPAAN


• PERATURAN UMUM
1. Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi peraturan-peraturan
sebagai berikut :
a. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL)
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 05 Men/1982.
c. Keputusan Menteri P.U. No.02/KPTS/1985.
d. Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti PLN,
Dit.Jen.Bina Lindung dari Pusat maupun Daerah.
e. Pedoman Plumbing Indonesia
2. Pekerjaan instalasi ini harus dilaksanakan oleh :

a. Perusahaan yang memiliki Surat Ijin Instalasi dari Instansi yang berwenang dan
telah biasa mengerjakannya.
b. Khusus untuk ijin dari Instansi PLN (PAS PLN dengan kelas yang sesuai)
diperkenankan PAS PLN yang dimaksud).

3. Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu


kesatuan yang saling melengkapi dan sama mengikatnya.

4. Gambar-gambar system ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan,
sedangkan pemasangan harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari
bangunan yang ada dan mempertimbangkan juga kemudahan service/maintenance
jika peralatan-peralatan sudah dioperasikan.

5. Gambar-gambar Arsitek dan Struktur/Sipil harus dipakai referensi untuk


pelaksanaan dan detail finishing instalasi.

6. Sebelum pekerjaan dimulai, Pemborong harus mengajukan gambar kerja dan detail
kepada MK untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu. Dengan mengajukan
gambar-gambar tersebut, Pemborong dianggap telah mempelajari situasi dari
instalasi lain yang berhubungan dengan instalasi ini.
7. Kontraktor instalasi ini harus membuat gambar-gambar instalasi terpasang yang
disertai dengan operating dan Maintenance Instruction serta harus diserahkan
kepada MK pada saat penyerahan pertama dalam rangkap 4 (empat) terdiri dari 1
kalkir dan 3 (tiga) blue print, dijilid serta dilengkapi dengan daftar isi dan data notasi.

8. Kontraktor instalasi ini harus membuat gambar-gambar instalasi terpasang yang


disertai dengan operating dan Maintenance Instruction serta harus diserahkan
kepada MK pada saat penyerahan pertama dalam rangkap 4 (empat) terdiri dari 1
kalkir dan 3 (tiga) blue print, dijilid serta dilengkapi dengan daftar isi dan data notasi.

9. Kontraktor instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan Pemborong instalasi


lainnya, agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan.
10. Koordinasi yang baik perlu ada, agar instalasi ysng satu tidak menghalangi
kemajuan instalasi yang lain.

11. Apabila pelaksanaan pemasangan ini menghalangi instalasi yang lain, maka semua
akibatnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

12. Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, Pemborong harus


menyerahkan gambar kerja dan detailnya kepada Direksi dalam rangkap 3 (tiga)
untuk disetujui.

13. Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala ukuran dan
kapasitas peralatan yang akan dipasang. Apabila ada sesuatu yang diragukan,
Kontraktor harus segera menghubungi Direksi. Pengambilan ukuran dan/atau
pemilihan kapasitas peraltan yang salah akan menjadi tanggung jawab Pemborong.

• LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan system plumbing meliputi :

1. Sistem Air Bersih


2. Sistem Air Kotor
3. Sistem Air Hujan
4. Pengolahan Limbah

• SYSTEM AIR BERSIH


Lingkup pekerjaan sistem air bersih meliputi :

a. Perpipaan
b. Reservoir /Tangki air bawah
c. Roof Tank
d. Dep Well /Pompa sumur dalam
e. Pompa distribusi
f. Pengkabelan
g. Panel listrik
h. Peralatan instrumen dan control
i. Penyambungan ke peralatan penunjang
j. Penyambungan ke peralatan pemakai

• SYSTEM AIR LIMBAH


Lingkup pekerjaan system air limbah meliputi :

a. Perpipaan
b. Penyambungan dengan peralatan plumbing
c. Sumur periksa
d. Manhole
e. Bak sewage
f. Floor drain
g. Clean out
h. Roof drain

• SYSTEM PENGOLAHAN LIMBAH


Lingkup pekerjaan pengolahan air limbah adalah pengadaan dan pemasangan
tangki dan pelatan sebagai berikut :

a. Perpipaan
b. Tanki pengolahan limbah Biotek

➢ SPESIFIKASAI TEKNIS BAHAN DAN PERALATAN


• PIPA DAN FITTING
a. Spesifikasi dan gambar menunjukan diameter nominal dari pipa dan letak
serta dari masing-masing system pipa.
b. Seluruh pekerjaan terlihat pada gambar dan/atau spesifikasi dipasang
terintegrasi dengan kondisi bangunan dan menghindari gangguan dengan
bagian lainnya.
c. Bahan pipa maupun perlengkapan harus terlindungi dari kotoran, air karat
dan stress sebelumnya dan sesudah pemasangan.
d. Khusus pipa dan perlengkapan dari plastik, selain disebut di atas harus juga
terlindungi dari cahaya matahari.
e. Semua barang yang digunakan harus jelas menunjukkan identitas pabrik
pembuat.
f. Spesifikasi bahan perpipaan adalah sebagai berikut :
g.
Tek. Spesifikasi
Tek. Tek. Teknis
Sistem Kode Kerja Standar
Kerja Uji
Bahan Pipa Isolasi

CW 5 10 15 G 10 IA
Air dingin dlm gedung

Air dingin luar gedung CW 5 10 15 G 10 IA

Siram taman CW 5 10 15 G 10 IA

Air limbah saniter SW 1 Gr 5 2 PV IA


Udara tekan CA 8 15 20 G 20 IA

Hydrant FH 10 15 20 IA

Air hujan SD Gr 8 2 PV IA

Note : IA = tidak diisolasi

h. Spesifikasi G 10
Digunakan untuk instalasi air dingin di luar gedung, siram taman dan instalasi
dalam gedung dan udara tekan.

Tekanan standard 10 bar

Uraian Keterangan

- Pipa - Galvanized steel pipe BS 1387/1967 (Medium


Class)
- Sambungan - Dia. 40 mm ke bawah malleable iron ANSI B 16.3
Fitting Class 150 lb, screwed end.
- Dia. 50 mm ke atas, wrought steel weld fitting
ANSI B 16.9 CCH 40.
- Flange - Dia. 40 mm ke bawah galvanized malleable cast
iron RF class 150 lb, srewed
- Dia. 50 mm ke atas, Forged steel RF class 150 lb,
welding joint.
- Valve & - Dia. 40 mm ke bawah bronze atau A- metal body
Strainer class 150 lb dengan sambungan ulir BS 21/ANSI B
21.
- Dai. 50 mm ke atas, cast iron body class 150 lb
dengan sambungan flanges.

i. Spesifikasi PV 5
Digunakan untuk instalasi air limbah dengan pengaliran sistem grafitasi.

Tekanan standard 5 bar

Uraian Keterangan

- Pipa - Polyvinyl Cholide (PVC) class 5 bar


- Elbow & - PVC injection moulded sanitary fitting large radius,
Junction solvent cement joint type.
- Reducer - PVC joint moulded sanitary fitting concentric,
solvent cement joint type.
- Solvent - Sesuai rekomendasi pabrik pembuat.
Cement

j. Spesifikasi PV 8
Digunakan untuk instalasi air hujan.

Tekanan standard 8 bar

Uraian Keterangan

- Pipa - Polyvinyl Cholide (PVC) class 8 bar


- Elbow & - PVC injection moulded sanitary fitting large radius,
Junction atau factory made fabricated fitting solvent cement
joint atau rubber ring type.
- Reducer - Sesuai data, model concentric
- Solvent - Sesuai rekomendasi pabrik pembuat.
Cement

k. Spesifikasi B20
Penggunaan : Hydrant, Sprinkler.

Tekanan standard 10 bar.

Uraian Keterangan

Pipa Black steel pipe ERW, sch 40, ASTM A 120

Dia 40 mm ke bawah screwed and

Dia 50 mm ke atas plain end

Sambungan / Dia 40 mm ke bawah malleable iron ANSI B 16.3 class


fitting 300 lb, screwed end.

Dia 50 mm ke atas, wrought steel Butt weld fitting


ANSI b 16.9 sch 40.
Flange Dia 40 mm ke bawah black malleable cast iron RF
class 300 lb, screwed

Dia 50 mm ke atas Forged steel RF class 300 lb,


welding joint.

Valve & Strainer Dia 40 mm ke bawah, malleable castiron body class


300 lb, dengan sambungan ulir, BS 21/ ANSI B 2.1.

Dia 50 mm ke atas, cast iron body class 300 lb,


dengan sambungan flanges.

l. Valve Schedule
Isolating Regulating Check

Service Upto 2” and Upto 2” and Upto 2” and


above above above
1½“ 1½“ 1½“

Cold water indoor Butter fly Butter swing Double


Ball globe disc
fly
Cold water
Butter Double
Ball Butter fly globe swing
outdoor fly disc

Hot water indoor Butter Double


Ball Butter fly globe swing
fly disc

Hydrant &
Butter Double
Ball Butter fly globe swing
Sprinkler fly disc

Fuel oil Butter Butter Doubl


Ball globe swing
fly fly e disc

Swimming pool Ball Butter Double


Butter fly globe swing
fly disc

Raw water Ball Butter Double


Butter fly globe swing
fly disc

Waste water by
Ball Butter Double
Butter fly globe swing
pump fly disc

Drain Gate gate globe Butter Double


swing
fly disc
• SYSTEM AIR BERSIH
1. Tangki Air Bawah
Tangki air berfungsi untuk menyediakan air selama jangka waktu pemakaian
sebesar pmakaian rata-rata sehari.

Tangki air harus dibuat dengan konstruksi higienis sebagai berikut :

1.Membuat penyekat sehingga terjadi aliran air.


2.Menghilangkan sudut tajam.
3.Mencegah air tanah masuk ke dalam tangki.
4.Membuat permukaan dinding licin dan bersih.
5.Membuat manhoie dengan konstruksi water tight.
Tangki air harus dibuat minimum menjadi dua bagian untuk memungkinkan
pengurasan dan perbaikan.

Untuk memperkecil volume air mati setebal 750 mm pipa isap pompa, maka
harus dibuat suction pit sedalam 750 mm untuk setiap tangki air.

Tangki air dapat dibuat dari konstruksi beton, glass reinforced atau coated
steel.

Tangki air harus mempunyai perlengkapan sebagai berikut :

1. Manhole
2. Tangga monyet
3. Pipa vent penghubung maupun vent ke udara luar.
4. Level indikator
5. Pipa peluap
6. Sleeve untuk masuk, pipa isap, pipa penguras dan kabel

2. Roof Tank
Tangki air harus dibuat dengan konstruksi stainlessteel sebagai berikut :

1. Kapasitas : 2 x 18 m3, Kapasitas 3 m3, m dan 1,5 m3


2. Membuat penyekat sehingga terjadi aliran air
3. Membuat permukaan dinding licin dan bersih
4. Membuat manhole
Tangki air harus dibuat minimum menjadi dua bagian untuk memungkinkan
pengurasan dan perbaikan.

Untuk memperkecil volume air mati setebal 250 mm pada pipa grafitasi air.

Tangki air dapat dibuat dari konstruksi fiberglass.

Tangki air harus mempunyai perlengkapan sebagai berikut :

1. Manhole
2. Tangga monyet
3. Pipa vent penghubung maupun vent ke udara luar.
4. Level indikator
5. Pipa peluap
6. Sleeve untuk masuk, pipa isap, pipa penguras dan kabel

3. Sand Filter (Bila diperlukan)


1. Sand filter berfungsi untuk menurunkan kekeruhan air sampai 25 micrron.
2. Back wash harus dilakukan setiap hari selama 5 sampai 10 menit pada
saat beban pemakaian air surut.
3. Sand filter yang dipergunakan adalah dari jenis pressure type, multi
media, manual back wash.
4. Laju aliran maksimum adalah 10 m3/jam/m2.
5. Bahan tangki dibuat dari wound polyester, sedangkan screen dari bronze
atau stainless steel.
6. Sand filter antara lain terdiri dari :
• Tangki termasuk screen
• Filter media
• Valves
• Interconnecting piping
• Controls
• Life indicator

4. Pompa Transfer
1. Pompa transfer harus mampu memasok kebutuhan air kepada pemakai
setiap variasi laju aliran pada setiap saat secara otomatis.
2. Pompa transfer harus mempunyai paling sedikit 2 pompa. Sedangkan
laju aliran masing-masing pompa berdasarkan standard pabrik perakit.
3. Peralatan kendali untuk laju aliran sampai dengan 100 liter/menit boleh
mempergunakan flow monitor control system.
4. Setiap pompa transfer terdiri dari peralatan sebagai berikut :
• End suction self priming lengkap dengan motornya
• Pressure tank
• Inlet and outlet valves
• Check alve against water hamer
• Inlet strainer
• Power and control panel
• Flow regulator
• Pressure switch/flow monitor switch
• Pressure gauge
• Hydraulic connections
• Electrical connections
• Base frame

• SYSTEM AIR LIMBAH


a. Perpipaan

1. Perpipaan yang dimaksud adalah perpipaan air limbah saniter, air


limbah dapur dan air hujan.
2. Jenis pipa yang digunakan dapat dilihat dalam “spesifikasi perpipaan”.
3. Perpipaan air hujan mulai dari atap atau canopy dan apabila belum ada
sampai saluran kota.
4. Perpiaan air limbah saniter mulai dari alat saniter, antara lain kloset,
urinal, lavatory dan floor dain, sampi pipa utama air kotor yang menuju
ke tangki septik.

b. Sumur Periksa
1. Sumur periksa harus dipasang pada setiap perubahan arah maupun
setiap jarak maksimum 20 meter pada pipa air limbah utama dalam
tanah.
2. Sumur periksa harus dibuat konstruksi beton.
3. Dasar sumur bagian dalam berukuran minimal 600 x 600 mm serta
harus dibuat beralur sesuai dengan fungsi saluran yaitu, lurus, cabang
dan belokan.

c. Manhole

1. Manhole terdiri dari rangka dan tutup dibuat dari besi tuang serta dilapisi
dengan cat bitumen.
2. Rangka dan tutup berbentuk perangkap, sehingga setelah diisi gease
akan terbentuk penahan bau.
3. Diameter lubang lewat orang sebesar minimum 600 mm, sedangkan
untuk orang lewat peralatan harus sesuai dengan besar peralatan
tersebut.
4. Finishing permukaan manhole harus disesuaikan peruntukan lokasi.

d. Tangki Pengolahan Limbah / STP

1. Tangki biotek dengan kapasitas 20 m3.


2. Lantai tangki diberi lantai kerja atau pasir uruk dg tebal 20 cm.
3. Dibagian atas dibuatkan lantai kerja dengan pembesian.
4. Tangki harus dilengkapi dengan manhole dan pipa vent.
5. Air limpahan agar diasalurkan ke saluran kota.

e. Floor Drain (dan pipa air hujan termasuk pekerjaan sipil)

1. Floor drain yang digunakan di sini harus jenis Bucket trap, water proved
type, dengan 50 mm water seal
2. Floor drain terdiri dari :
 Chromium plate bronze cover and ring
 PVC neck
 Bitumen coated cast iron body screw outlet connection and with
flange for water proving
3. Floor drain harus mempunyai ukuran :
Outlet diameter Cover diameter

2” 4”

3” 6”

4” 8”

f. Floor Clean Out

1. Floor clean out yang digunakan di sini adalah surface opening water
prooved type.
2. Floor clean out terdiri dari :
 Chromium plate bronze cover and ring heave duty type
 PVC neck
 Bitumen coated cast iron body screw outlet connection and with
flange for water proving.
3. Cover and ring harus dengan sambungan ulir dilengkapi perapat karat
sehingga mudah dibuka dan ditutup.

g. Roof Drain (termasuk pekerjaan sipil)

1. Roof drain yang dipergunakan di sini harus dibuat dari cast iron dengan
kostruksi.
2. Luas yang dilewati air dari tutup roof drain ialah sebesar 2 kali luas
penampang pipa buangan.
3. Roof drain harus terdiri dari 3 bagian :
 Bitumen coated cast iron dengan water prooved flange.
 Bitumen coated neck for adjustable fixing.
 Bitumen coated cover dome type.

➢ PENGUJIAN
1. Sistem Air Bersih
a. Kalau tidak dinyatakan lain, semua pemipaan harus diuji dengan
tekanan air di bawah tekanan tidak kurang dari tekanan kerja ditambah
50% atau 10 kg/cm2 dan tidak lebih tinggi dalam jangaka waktu 1 jam.
b. Kebocoran-kebocoran harus diperbaiki dan pekerjaan pemipaan harus
diuji kembali.
c. Peralatan-peralatan yang rusak akibat uji tekanan harus dilepas
(diputus) dari hubungan-hubungannya selama uji tekanan berlangsung.

2. Sistem Air Limbah


a. Pipa-pipa bertekanan harus diuji dengan tekanan air sebesar tekanan
kerja ditambah 50% atau 8 kg/cm2 selama 1 jam.
b. Pipa-pipa gravitasi harus diuji dengan tekanan statis sebesar 3.0 meter
di atas titik tertinggi selama 1 jam.

➢ TESTING DAN COMMISIONING


1. Kontraktor instalasi harus melakukan semua testing dan pengukuran yang
dianggap perlu untuk mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat
berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi semua persyaratan yang
diminta.
2. Semua bahan dan perlengkapannya yang diperlukan untuk mengadakan
testing tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor.

➢ MASA PEMELIHARAAN DAN SERAH TERIMA PEKERJAAN


1. Peralatan instalasi ini harus digaransi selama satu tahun terhitung sejak
saat penyerah pertama.
2. Masa pemelihara untuk instalasi ini adalah selama enam bulan terhitung
sejak saat penyerahan pertama.
3. Selama masa pemeliharaan ini, Kontraktor diwajibkan mengatasi segala
kerusakan yang akan terjadi tanpa adanya tambahan biaya.
4. Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah selesai
dilaksanakan masih merupakan tangging jawab Kontraktor sepenuhnya.
5. Selama masa pemeliharaan ini, apabila Kontraktor tidak melaksanakan
teguran dari Direksi atas perbaikan / peggantian / penyetelan yang
diperlukan, maka Direksi berhak menyerahkan perbaikan / penggantian /
penyetelan tersebut kepada pihak lain atas biaya Kontraktor.
6. Selama masa pemeliharaan ini, Kontraktor harus melatih petugas-petugas
yang ditunjuk Owner sehinga dapat mengenali system instalasi dan dapat
melaksanakan pemeliharaannya.
7. Serah terima pertama dari instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah ada
bukti pemeriksaan dengan hasil yang baik yang ditanda tangani bersama
oleh Kontraktor dan Direksi serta dilampiri Surat Ijin Pemakaian dari
Jawatan Keselamatan Kerja.
8. Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat
dilaksanakan setelah :
a. Berita acara serah terima kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini
dalam keadaan baik, ditanda tangani bersama Pemborong dan MK.
b. Kontraktor telah menyerahkan semua Surat Ijin Pemakaian dari Instansi
Pemerintah yang berwenang, misalnya Instansi Keselamatan Kerja dan
lain-lain, hingga instalasi yang telah terpasang dapat dipakai tanpa
menyalahi peraturan yang bersangkutan.
c. Semua gambar instalasi terpasang beserta operting, instruction,
technical dan maintenance manual rangkap 6 (enam) termasuk 1 (satu)
set asli telah diserhkan kepada MK.

➢ PRODUK, BAHAN DAN PERALATAN


Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi. Kontraktor dimungkinkan
untuk mengajukan alternatif lain yang setara dengan yang dispesifikasikan ke
Direksi / Perencana/ MK. Kontraktor baru bisa mengganti bila ada persetujuan
resmi dan tertulis dari Direksi / MK.

Adapun produk bahan dan peralatan pada dasarnya adalah sesuai dengan
daftar material.

➢ PEKERJAAN PEMADAM KEBAKARAN

• LINGKUP PEKERJAAN
Kontraktor harus menawarkan system pemadam kebakaran dengan Sistem
Hydrant dalam paket pekerjaan Mekanikal.

Pada garis besarnya, lingkup pekerjaan dari sub pekerjaan ini adalah
pengadaan, pemasangan dan pengetesan pemadam kebakaran untuk ruang
kantor pusat.

• SYSTEM HYDRANT
1. Fire Water Tank
2. Hydrant Pump Sets
3. Hydrant boxes
4. Pillar Hydrant
5. Fire brigade connections
6. Pemadam Api Ringan (PAR/PFE)
7. Piping
8. Related Electrical works such as control panel, wiring etc
9. Related works such as foundations, concrete block, painting etc
➢ PERATURAN DAN PERSYARATAN PERALATAN
Desain, peralatan, instalasi dan pengujian harus memenuhi peraturan dan
persyaratan sebagai berikut :

1. National Fire Protection Association (NFPA)


2. Standard Industri Indonesia (SII) / Standard Nasional Indonesia (SNI)
3. American Society for Testing and Materials (ASTM)
4. American National Standards Institute (ANSI)
5. Underwriter’s Laboratories, Inc. (UL)
6. Factory Mutual Research Corporation (FM)
7. British Standard (BS)
Secara umum instalasi harus memenuhi spesifikasi dan gambar perancangan,
seluruh NFPA standard dan rekomendasi Dinas Pemadam Kebakaran di
Indonesia. Seluruh peralatan penting harus “UL Listed” atau mendapat
persetujuan Factory Manual atau BS.

Instalasi sistem supresi Kebakaran harus dilaksanakan oleh orang yang


berkompeten dan telah dilatih untuk mendesain dan memperoleh otorisasi dari
pihak pabrikan untuk mendesain system inet gas dan integrasi system deteksi.

Gambar shop drawing harus cukup rinci untuk menunjukan tipe, ukuran dan
pengaturan letak komponen material dan peralatan. Seluruh gambar harus
diajukan untuk diperiksa dan diperoleh persetujuan Pengawas/MK sebelum di
instalasi. Dilakukan pihak Kontraktor harus menyampaikan brosur rinci dari
operasi kerja, pengisian dan tata letak system. Pihak kontraktor harus
menggunakan peralatan pabrikan dengan memberikan 12 bulan masa garansi
terhadap kesalahan discharge jika seluruh kondisi peralatan telah memenuhi
segala persyaratan.

➢ PERSYARATAN PELAKSANAAN
1. Kontraktor harus dapat meyakinkan Pemberi Tugas, bahwa pekerjaan
dilaksanakan oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman dan mengikuti
standard yang telah ditentukan. Selama pekerjaan pemasang, kontraktor
harus menempatkan seorang ahli yang selalu mengawasi pelaksanaan.
2. Kontraktor harus mengganti kembali material-material yang mengalami
kerusakan pada saat dalam penyimpanan maupun pemasangan sehingga
secara fisik maupun teknis tetap terpenuhi.
3. Kontraktor harus membersihkan kembali sisa-sisa / bekas pekerjaan yang
berupa potongan-potongan kayu, kabel, metal, bekas bobokan baik tembok /
beton maupun dinding dan lantai.
4. Kontraktor harus mengadakan testing, start-up dan demonstrasi bila diminta
dan segala keperluan untuk itu menjadi tanggung jawab kontraktor.
5. Sekurang-kurangnya 1(satu) bulan sebelum proyek diserahkan kepada
pemilik, Kontraktor wajib menyerahkan manual data operasi, keterangan
spare part, serta instruksi-instruksi yang dianggap perlu terhadap semua
peralatan yang dipasang.
6. Semua peralatan-peralatan harus diketanahkan sesuai peraturan yang ada
dan terpisah dengan pentanahan instalasi listrik. Untuk itu kontraktor harus
membuat gambar kerja/shop drawing untuk disetujui MK/Pengawas.
7. Semua material yang dipasang harus sudah ada dalam keadaan difinish
dengan baik sesuai yang disyaratkan. Finishing setelah dipasang disyaratkan
dan ini mencakup segala perbaikan pada material tersebut maupun
pekerjaan sebagai akibat pemasangan instalasi tersebut. Di dalamnya
meliputi : pengecatan kembali, pembersihan dan lain-lain.
8. Semua peralatan dari system inert gas yang dapat terlihat, seperti konduit
yang tidak ditanam, manual call, bell, signal/location lamp dan lain-lain harus
difinished dengan cat merah atau warna cat lainnya sesuai dengan peraturan
yang berlaku dan disetujui MK/Pengawas.

➢ SYSTEM HYDRANT

• FIRE WATER TANK


- Fire water tank berfungsi untuk menyediakan air dengan volume tertentu
setiap saat.
- Fire water tank harus dibuat minimum menjadi dua bagian untuk
memungkinkan pengurasan dan perbaikan.
- Suction Pit
Untuk memperkecil volume air mati setebal 750 mm pada pipa isap pompa,
maka harus dibuat suction pit sedalam 750 mm untuk setiap tangki.

- Fire water tank dapat dibuat dari kontruksi beton


- Fire water tank harus mempunyai perlengkapan sebagai berikut:
▪ Manhole.
▪ Tangga monyet.
▪ Pipa ven penghubung maupun ven ke udara luar.
▪ Pipa peluap.
▪ Water level indicator.
▪ Sleeve untuk lahan pipa masuk, pipa hisap, pipa penguras, kabel listrik
dan sebagainya.
- Air pengisi water tank
Apabila terjadi kebakaran maka fire water tank harus dapat diisi sacara cepat
dari beberapa macam sumber air maupun persediaan air yang ada.

- Pengaturan pada sambungan ke sumber air yang dipasang secara


permanent adalah sebagai berikut:
Apabila permukaan air dalam fire water tank telah naik mencapai ambang
batas H maka masukkan air harus berhenti, sebaliknya apabila turun
mencapai L maka fire water tank harus diisi.

• HYDRANT PUMP SET ELECTRIC DRIVEN


1. Hydrant pump set harus mampu memasok kebutuhan air pemadam
kebakaran sampai batas maksimum kemampuan pompa pada setiap saat
secara otomatis.

2. Hydrant pump set harus terdiri dari satu atau lebih pompa utama dan satu
pompa joki.

3. Unit pompa type end suction dengan flanged connection dan komponen
sebagai berikut:
- Cast iron casing
- Bronze impeller
- Heavy duty steel shaft
- Gland packing
- Heavy duty grease lubricated bearings

4. Motor pompa
- Motor pompa harus mendapat sumber daya dari PLN dan Genset
otomatis.
- Sumber daya dari PLN harus diambil dari switch khusus sebelum
main switch

5. Flow/Head karakteristik sbb:


- Pada kondisi Shut Off (Zero flow) tekanan tidak melebihi 120% x
total head.
- Pada kondisi aliran 150% kapasitas maka tekanan (head) tidak
kurang dari 65% x total head.
- Critical Speed Pompa/Impeller minimum 25% lebih besar dari
operating Speed.
- Discharge assembly harus dari bahan epoxy coated cast iron atau
SAE 63 Bronze.
- Shaft top, shaft line, shaft coupling dan shaft impeller harus dari
bahan 18-18 stainless steel.
- Column pipe harus dari bahan epoxy coated steel dengan flange
316 stainless steel.
- Bearing harus dari bahan SAE 63 Bronze.
- Bowl assembly dan impeller harus dari bahan SAE 63 Bronze.
- Suction Manifold harus dari bahan SAE 63 Bronze.

6. Hydrant pump set antara lain harus terdiri dari peralatan sebagai berikut:
- 1 (satu) unit jokey pump kapasitas 25 gpm, head 85 meter.
- 1 (satu) unit Electric hydrant pump kapasitas 500 gpm, head 85
meter.
- 1 (satu) unit Diesel hydrant kapasitas 500 gpm, 85 meter.
- Jockey pump with motor.
- Main pump with motors.
- Pressure tank membrane pre-charge type.
- Inlet and outlet headers.
- Check valve against water hammer.
- Inlet strainers.
- Power and control panels.
- Flow regulators.
- Pressure switches.
- Pressure gauges.
- Hydraulic connections.
- Electric connections.
- Base frame.
- Annunciating pump status:
⚫ Jockey pump ON, indicating lamp
⚫ Main pump ON, alarm horn & indicating lamp
⚫ Water level too low, alarm horn, indicating lamp
7. Pengaturan hydrant pump set adalah sebagai berikut:
- Apabila tekanan air dalam jaringan turun disebabkan adanya
kebocoran, uji coba hydrant maupun hydrant flushing sampai
ambang batas yang telah ditentukan maka pompa joki akan start
dan akan stop otomatis di ambang batas tekanan yang juga telah
ditentukan.
- Apabila tekanan air dalam jaringan terus turun Karena dibukanya
satu atau lebih katup hydrant atau bekerjanya beberapa hydrant,
maka satu atau dua main pump start sampai stop secara manual
oleh operator apabila uji coba atau pemadaman telah selesai.
8. Standard Pompa NFPA 20.

• Engine Driven Fire Pump


1. Engine driven pump berfungsi untuk memasok kebutuhan air pemadam
kebakaran pada saat pompa listrik gagal atau diperlukan lebih banyak air
untuk pemadaman.

2. Engine driven fire pump harus diuji coba minimal sekali dalam seminggu

3. Engine driven fire pump harus merupakan satu paket yang dirancang
khusus untuk keperluan pemadam kebakaran yang antara lain terdiri dari:
- Centrifugal end suction fire pump.
- Diesel engine.
- Starting device with pully or motor starter.
- Battery starter and outside battery charger.
- Engine speed control device.
- Fuel tank 4 jam.
- Hydraulic connections.
- Control board.
- Instrumentations.

4. Standard NFPA 20.

• Electromotor, Motor Controller dan Panel Fire Pump


1. Electromotor harus mempunyai konfigurasi Vertical hollow shaft induction
motor, motor dikontruksi agar bearing dapat menahan beban total hydrolic
dan beban static dari putaran pompa dan top drive copling dan nut dapat
diatur agar menjaga terhadap putaran balik (pump back spin)

2. Motor harus TEFC Class F Insulation, 80°C temperature rise, Star delta,
Starting dan bertahan untuk kondisi tropis. Motor dimension setara dengan
NEMA Standard, dan National Electric Standard.

3. Motor harus dapat menjalankan pompa pada semua Duty Point sesuai
dengan Impeller yang terpilih dengan tanpa gangguan Over Load.
4. Motor Controller harus memenuhi standard NFPA-20 dengan panel yang
terbuat kokoh, dry proof dan tahan terhadap moisture serta diberi label Fire
Pump Motor Controller.

5. Pompa bekerja harus secara otomatis pada waktu pressure drop tekanan
dalam pipa riser hydrant turun, bila fire hose nozzle dibuka head sprinkler
pecah atau dari signal panel fire alarm tetapi untuk mematikan pompa harus
secara manual dan dilengkapi switch untuk manual start untuk menjalankan
pada waktu pengetesan.

6. Panel Controller Fire Pump mempunyai automatic transfer switch untuk 2


(dua) sumber daya yang berasal dari PLN dan daya emergency genset.
Panel ini juga dilengkapi dengan fasilitas untuk pengoperasian dan
monitoring dari jauh (remote control), baik oleh fire alarm maupun oleh
building automation.

Panel Controller harus memenuhi standard NPFA-20, dan panel harus


terbuat kokoh, serta diberi label Fire Controller panel. Merk yang ditawarkan
harus sesuai dengan daftar merk.

A. Fire Hydrant Boxes


1. Indoor hydrant box type B (class III MFPA) harus terdiri dari
peralatan sebagai berikut :
- Bahan terbuat dari plat dengam ketebalan 1,2 mm,
ukuran 800 mm L, 1000 mm T & 180 mm D dicat duco
warna merah dengan tulisan warna putih HYDRANT pada
tutup yang dapat dibuka 180º dan dilengkapi stopper.
- Box harus dilengkapi :
- Hose rack untuk slang 40 mm, chromium plated bronze
dengan jumlah sisir disesuaikan dengan lebar box.
- Hydrant valve, bronze 40 mm dan 65 mm dengan
tekanan kerja 10 Kg/cm2 termasuk machino coupling.
- Fire Hose dengan bahan cotton yam, polyester fibre dan
black Teflon polyethelene lined size 40 mm x 30 meter
tekanan kerja 10 Kg/cm2 including machine coupling.
- Hydrant nozzle variable spray type size 40 mm , terrbuat
dari material tembaga ( untuk nozzle) dan alumunium
untuk head spray.

2. Outdoor hydrant box (class III NFPA) harus terdiri dari peralatan
sebagai berikut :
- Bahan terbuat dari plat dengan ketebalan 1,2 mm,
ukuran 660 mm L, 950 mm T & 200 mm D dicat duco
warna merah dengan tulisan warna putih HIDRANT pada
tutup yang dapat dibuka 180º dan dilengkapi stopper.
- Fire hose dengan bahan cotton yam, polyster fibre dan
black Teflon polyethelente lined size 65 mm x 30 meter,
tekanan kerja 10 Kg/cm2 termasuk machino coupling
- Hydrant straight nozzle size 65 mm terbuat dari material
tembaga dan kepala kuningan
B. Pillar Hydrant
Pillar hydrant yang dipergunakan disini adalah jenis short type two way

dengan main valve dan bransh valves ukuran 100 x 65 x 65 mm.bahan

body cas iron, branch valve lengkap dengan as dan coupling tersebut

dari bahan kuningan ( brass), tekanan Kerja 10 Kg /Cm2 Jenis

coupling harus disesuaikan dengan model yang dipergunakan oleh

Mobil Dinas kebakaran kota.

C. Fire Brigade Connection/Siamese Conection


1. Fire brigade connection yang dipergunakan disini adalah two way
siamese connection untuk pemasangan free standing dengan
ukuran 100 x 65 x 65 mm, terbuat dari bahan kuningan dengan
tekanan kerja 10 Kg/cm2
2. Siamese connection dibuat dari brass lengkap dengan built-in
check valve dan outlet coupling yang sesuai dengan standard yang
dipergunakan oleh Dinas Pemadam Kebakaran Kota setempat.

D. Pemadam Api Ringan (PAR/FE)


1. Pemadam Api Ringan disediakan sebagai sarana pemadam awal
yang dapat dilakukan oleh setiap penghuni yang ada didalam
bangunan
2. Untuk daerah umum dalam bangunan disediakan 1 buah PAR jenis
bubuk kering kapasitas minimal 3 Kg setiap luas 100 m2, dengan
spesifikasi tabung terbuat dari bahan mild steel, seamless
dilengkapi dengan hose tipe store pressure, bubuk kering merk
pyrochem /croda atau yang memiliki UL/FM standard
3. Untuk ruang mesin disediakan 1 buah PAR jenis CO2 kapasitas 5
Kg untuk stiap luas 100 m2
4. Untuk ruang Genset disediakan 1 buah PAR jenis CO2 kapasitas
23 Kg serta dilengkapi trolly

➢ PEMERIKSAAN, PENGUJIAN SISTEM DAN SERAH TERIMA


1. Instalasi yang telah lengkap harus diperiksa oleh orang yang mempunyai
orientasi dan termasuk pengujian operasional menyeluruh dan pengujian
discharge untuk seluruh komponen sesuai dengan rekomendasi masing-
masing pabrikan.
2. Semua pipa dan perlengkapannya sesudah dipasang harus diuji dengan
Hydraulik sebesar 1,5 x tekan kerja selama 3 x 24 jam. Selama pengujian
berlangsung tidak boleh terjadi perubahan / penurunan tekanan.
3. Peralatan dan fasilitas untuk pengujian harus disediakan oleh Kontraktor.
4. Pengetesan harus disaksikan oleh pengelola Proyek atau Konsultan.
Pengetesan dilakukan dengan menjalankan seluruh system atau aparat
yang dipakai dalam menghadapi bahaya kebakaran.
5. Seluruh instalasi mekanikal dan elektrikal harus diuji sesuai dengan
prosedur rekomendasi pabrikan untuk membuktikan bahwa system
terintegrasi.
6. Pengujian fungsional harus dilengkapi discharge, yang terdiri dari deteksi,
reales, alarm, peralatan yang berhubungan dengan system, unit kontrol dan
pemeriksaan tabung silinder, pipa fitting, penggantung dan tekanan silinder.
Silinder harus ditimbang dengan diketahui terlebih dahulu timbangan yang
telah dikalibrasi oleh badan yang berwenang.
7. Kontraktor harus mengeluarkan surat pernyataan bahwa mereka memiliki
fasilitas pengisian sendiri di Jakarta, dan bukan dari merk lain.
8. Kontraktor harus memberikan training mengenai cara penggunaan dan
pemeliharaan system kepada pengguna.
9. Pengujian NFPA 20 &14 (pengujian pompa mengacu standard NFPA 20)
yaitu kurva pompa dan kemampuan pompa.
10. Kontraktor harus memasang instalasi pompa untuk sarana pengujiannya
secara permanen.

➢ MASA PEMELIHARAAN DAN JAMINAN


1. Semua pekerjaan instalasi maupun pengembangan peralatan harus dijamin
akan bekerja dengan sempurna. Semua pekerjaan yang termasuk lingkup
pekerjaan kontraktor harus diberi masa pemeliharaan cuma-cuma selama 1
(satu) tahun.
2. Setelah masa pemeliharaan cuma-cuma selesai kontraktor dapat
memberikan usulan untuk mengadakan kontrak pemeliharaan kepada pihak
pemilik, kecuali apabila ditentukan oleh pemilik.
3. Dalam hal dimana pada saat dalam masa pemeliharaan tersebut terjadi
kesalahan teknis yang diakibatkan oleh tidak sempurnanya instalasi serta
komponen system sehingga terjadi discharge gas, maka kewajiban
kontraktor untuk mengisi kembali tabung-tabung gas tersebut.
4. Kontraktor harus memberikan jaminan dan garansi terhadap instalasi
maupun peralatan yang dipasang minimal selama 1 tahun.

➢ PRODUK BAHAN DAN PERALATAN


Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi sesuai tercantum di atas.
Kontraktor dimungkinkan untuk mengajukan alternatif lain yang setara dengan
yang dispsesifikasikan ke Pemberi Tugas.

❖ PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

➢ PERATURAN DAN PERSYARATAN


Uraian dan syarat-syarat ini menjelaskan tentang detail spesifikasi bahan dan
cara pemasangan Instalasi Listrik Tegangan Rendah, meliputi pekerjaan secara
lengkap dan sempurna mulai dari penyediaan bahan sampai di site, upah
pemasangan, penyimpanan, transportasi, pengujian, pemeliharaan dan jaminan.

1. Proyek Pembangunan Gedung FMIPA Pemkab Jeneponto, Kab Jeneponto


2. Dalam melaksanakan instalasi ini, kontraktor harus mengikuti semua
persyaratan yang ada seperti :
a. Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000
b. VDE, ISO, LMK, dan lain-lain.
3. Kontraktor harus mengikuti dan terikat pada semua persyaratan yang ada
seperti :
a. Persyaratan Umum.
b. Spesifikasi Teknis.
c. Gambar Rencana.
d. Berita Acara Aanwijzing.
4. Sumber daya listrik bersumber dari Perusahaan Umum Listrik Negara.
5. Fasilitas instalasi listrik tersebut digunakan untuk :
a. Penerangan dalam dan luar bangunan.
b. Outlet listrik dan Outlet tenaga.
c. Telephone, Fire Alarm, Sound System
d. CCTV dan LAN lokal Area Netowork
e. Air conditioning, Exhaust fan, dan ventilating.
f. Pompa transfer.
g. Pemadam Kebakaran
h. Sewage Treatment Plant ( STP )
6. Persyaratan Kontraktor Listrik.
a. Harus dapat disetujui oleh Pemberi tugas dan mempunyai SIKA-PLN
golongan C atau D yang masih berlaku.
7. Semua instalasi penerangan dan stop kontak menggunakan system 3 core
dimana core yang ketiga merupakan jaringan pertanahan disatukan ke panel
listrik. Sedangkan instalasi dari panel pembagi menggunakan 2 core kabel.
8. Semua panel listik harus diberi pertanahan dengan kawat BC atau core ke 5
dari toevoer yang digunakan.
9. Semua pipa dari bahan metal yang terpasang dalam tanah harus diberi
pelindung anti karat.
10. Semua pipa instalasi di luar cor-coran pelat beton dan yang tidak tertanam
dalam tanah harus diberi marker dgn warna yang akan ditentukan kemudian
pada ujung – ujung pipa atau kabel dan pada pipa atau kabel setiap jarak 10
meter.
11. Sistem tegangan 220 V / 380 V, 3 phase, 50 Hz, instalasi penerangan dan
stop kontak 220 V – 1 phase – 50 Hz.

➢ LINGKUP PEKERJAAN LISTRIK


Secara garis besar lingkup pekerjaan listrik adalah seperti yang tertera dalam
spesifikasi ini, namun Kontraktor tetap diwajibkan untuk melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan yang tertera di dalam gambar – gambar perencanaan dan
dokumen tambahan seperti yang tertera di dalam berita acara Aanwijzing.

1. Melaksanakan seluruh instalasi penerangan dan stop kontak dalam


bangunan.
2. Menyediakan dan memasang semua toevoer ( kabel ) listrik,
- Dari LVMDP ke DP
- Dari DP ke SDP
- Dari SDP ke LP
- Dari DP ke PP -Parking , PP Taman
3. Memasang dan menyediakan grounding tiap lantai.
4. Menyediakan dan memasang Panel-panel :
- LVMDP, DP
- PP –LP, PP- AC, PP AC
- PP Air Bersih, PP Air Kotor, PP Deep Well
5. Seluruh instalasi pertanahan.
6. Instalasi penangkal petir.
7. Semua feeder lain yang terdapat dalam gambar.
8. Menyediakan dan memasang rack kabel dan hanger untuk feeder dan
instalasi.
9. Menyediakan dan memasang :
a. Semua armature lampu penerangan dalam dan luar bangunan.
b. Armature lampu penerangan Taman dan Jalan
c. Tiang lampu luar lengkap pondasi, bracket, Fuse/ MCB dan Cat.
10. Mengurus penyambungan daya listrik ke PLN.
11. Membuat gambar kerja dan menyerahkan As Built drawing
12. Melakukan pengetesan, training
13. Melaksanakan pemeliharaan dan jaminan.
14. Memasang nama-nama panel dan hubungan circuit breaker berupa tulisan
yang jelas dari bahan yang tahan lama.
15. Pengurusan ijin untuk Crane & Penangkal Petir ke Depnaker.

➢ PERSYARATAN UMUM BAHAN DAN PERALATAN.


Syarat-syarat dasar / umum bahan dan peralatan adalah sebagai berikut :

1. Bahan atau peralatan dari kualifikasi atau type yang sama, diminta merek
atau pabrik yang sama.
2. Dalam setiap hal, suatu bagian atau suku-suku dari peralatan yang
jumlahnya jelas ditentukan, maka jumlah tersebut harus tetap lengkap setiap
kali peralatan itu diperluka, sehingga merupakan unit yang lengkap. Apabila
suatu bahan atau peralatan disebutkan pabrik pembuatnya atau mereknya,
hal ini dimaksud untuk mengikat mutu, type perencanaan dan karakteristik.
3. Kapasitas yang tercantum dalam gambar atau spesifikiasi adalah minimum.
4. Kontraktor boleh memilih kapasitas yang lebih besar dari yang diminta
dengan syarat :
- Mengajukan persetujuan dari Pemberi Tugas.
- Tidak menyebabkan system menjadi lebih sulit.
- Tidak menyebabkan pertambahan bahan.
- Tidak meminta pertambahan ruang.
- Tidak menyebabkan adanya tambahan biaya.
- Tidak menurunkan waktu.

➢ PERSYARATAN PEMASANGAN
1. Persyaratan Instalasi dan Peralatan
a. Kontraktor harus meneliti semua dimensi-dimensi secepatnya sesudah
mendapat Surat Perintah Kerja ( SPK ). Dan bisa mengajukan usul-usul
kepada MK, apa yang perlu dirubah atau diatur kembali agar semua
instalasi dan peralatan dalam system dapat ditempatkan dan bekerja
sebaik- baiknya.
- Sebelum melakukan pemasangan bahan dan peralatan lakukanlah
pengukuran, meneliti peil – peil dalam proyek menurut keadaan
sebenarnya.
- Apabila ada perbedaan antara pengukuran di lapangan, ajukan
data-data kepada MK.
- Membuat photo dokumentasi pada prestasi phisik 0%- 25% - 50% -
75% dan 100 %.
b. Kontraktor harus membuat gambar kerja yang memuat gambar denah,
potongan dan detail sesuai keadaan sebenarnya di lapangan, dengan
mendapat persetujuan dari MK.
c. Kontraktor harus berkonsultasi dengan kontraktor lain, sehingga
pemasangan instalasi dan peralatan dapat dilakukan tanpa terjadi
tabrakan.
d. Semua bahan instalasi dan peralatan sebelum dibeli, dipesan, masuk
site atau dipasang harus mendapat persetujuan dari MK.

2. Pemasangan Instalasi dan Peralatan.


a. Pada daerah langit-langit tanpa plafond instalasi terpasang dalam cor-
coran plat beton pelindung pipa lengkap fitting-fittingnya.
b. Pada daerah langit-langit dengan plafond instalasi terpasang sebagai
berikut :
- Untuk 1 dan 2 jalur kabel saja, instalasi di klem ke plat beton atau di
klem ke hanger besi plat.
- Untuk jalur kabel lebih dari 2 instalasi harus lewat kabel tray.
- Untuk persiapan kabel perangkap disiapkan Cable Ladder.
c. Semua instalasi feeder dalam bangunan tidak menggunakan pipa
pelindung.
d. Di bawah plafond atau langit-langit instalasi terpasang sebagai berikut :
- Untuk saklar dan stop kontak, instalasi terpasang recessedmounted
ke kolom atau tembok. Sakelar terpasang 150 cm di atas lantai
kecuali untuk peralatan tertentu.
- Untuk stop kontak 30 cm di atas lantai, sedangkan stop kontak di
partisi jauh dari tembok menggunakan under floor duct atau
conduit.
e. Dalam shaft riser instalasi feeder terpasang dan diklem ke rak kabel
shaft riser setiap jarak 150 cm.
f. Setiap sambunagn cable tray / cable ladder dilengkapi kabel BCC
diameter 35 mm.
g. Di halaman instalasi terpasang sebagai berikut :
- Feeder dan instalasi lampu penerangan luar terpasang minimal 60
cm di bawah permukaan tanah dengan memakai pelindung pipa
galvanis.
- Sedangkan untuk feeder yang melintas jalan terpasang 80 cm
dibawah permukaan tanah dengan menggunakan pelindung pipa
galvanis.
h. Penyambunga dalan doos-doos percabangan memakai pelindung
terminal 3 M kemudian doos tersebut ditutup.
i. Akhir dari instalasi exhaust fan berupa stop kontak 1 fasa atau 3 fasa.
j. Semua pipa instalasi di plafond , di langit-langit dan di shaft harus diberi
marker setiap jarak 10 m dengan warna yang akan ditentukan
kemudian.
k. Ramset atau fischerplug harus terpasang ke plat beton dengan kokoh.
l. Kelas kayu kamper harus terpasang kokoh dan rata/ rapih ke plat beton.
m. Pemasangan angkur harus dikerjakan sebelum pengecoran dan diikat
ke dalam besi beton. Dapat juga dilakukan dengan tembakan ramset
atau fischerplug.
n. Rack riser atau rak kabel atau cable tray bersama penggantung dimur
baut ke angkur.
o. Setiap belokan kabel terutama fedder yang besar harus diperhatikan
radiusnya, minimal R = 30 D dimana D adalah diameter kabel.
p. Tidak diperkenankan melakukak penyadapan atau penyambungan di
tengah jalan kecuali pada tempat penyambungan.
q. Terminal kabel harus selalu menggunakan sepatu kabel.
r. Armature lampu
- Balk TL 1 x 36 watt terpasang rata dengan penggantung 2 tempat
pada plat lantai.
- Barret lamp, bracket lamp, terpasang surface mounted ke plat
beton atau plafond dengan di sekrup atau mur baut pada 2 tempat.
- RM 300 TL 2x18 W & TL 2 x 36 W terpasang rata dengan plafond
dengan di setup atau dimur baut pada 2 tempat.
- Down light terpasang rata plafond dengan di sekrup atau mur baut
pada 2 tempat.
- Obstruction Lamp di pasang pada tiang penagkal petir dilengkapi
dgn foto switch.
s. Panel Listrik
- Panel utama LVMDP, DP – 1, DP – 2, SP-1 s/d SP7, PP Pompa
terpasang freestanding.
- Panel Penerangan, panel Air Condition, dan panel peralatan
terpasang wall mounted rata dengan dinding.
t. Instalasi Penangkal Petir
- Menyediakan dan memasang terminal penangkal petir tipe
konvensional ( splitzent ) lengkap dengan tiang tinggi 2 meter dan
klem.
- Penghantar NYY 50 mm2 diklem setiap jarak 1.5 meter langsung
turun ke bak control penangkal petir ( pentanahan ).
- Pentanahan berupa pantekan batangan tembaga masih minimal
sedalam 6 m dan tanah-tanah lebih kecil dari 0.2 Ohm.
- Sambungan antara penghantar dan pentanahan dilaksanakan
dalam bak control memakai terminal tembaga.
- Semua penyambungan harus secara metal ( dilas atau di cor timah
) dengan system Cadweld.
- Semua grounding penangkal petir dikoneksikan dengan system
grounding diluar bangunan.

3. Gali Urug
a. Kontraktor listrik harus menggali dengan kedalaman dan besar yang
sesuai dengan spesifikasi yang diminta.
b. Bilamana ada tabrakan dengan pipa, saluran got atau lainnya, harus
dibuat gambar detail dan cara penyelesaian yang baik untuk semua
pihak dengan mendapat persetujuan dari Konsultan Perencana MK.
c. Kesalahan yang timbul karena kelalaian kontraktor listrik menjadi
tanggung jawabnya.
d. Setelah selesai pemasangan kabel, galian harus diurug kembali
demgam sirtu sampai padat.
e. Keterlambatan penggalian sehingga merusak hasil pekerjaan pihak lain
harus diperbaiki kembali oleh kontraktor listrik dengan beban biaya
tanggungan sendiri.

4. Pentanahan
Semua instalasi, peralatan dan panel – panel listrik harus diberi pentanahan.
System pentanahan baik peralatan electronic maupun panel listrik dan
sebagainya dijadikan satu selanjutnya dihubungkan dengan grounding (
pentanahan ) pondasi bangunan.
➢ PENGUJIAN DAN TESTING
1. Semua pelaksanaan instalasi dan peralatan harus diuji, sehingga diperoleh
yang baik dan bekerja sempurna sesuai persyaratan PLN, spesifikasi dan
pabrik. Bila diperlukan, bahan – bahan instalasi dan peralatan dapat diminta
oleh MK untuk diuji ke Laboratorium atas tanggungan biaya kontraktor.
2. Tahap – tahap pengujian adalah sebagai berikut :
a. Setiap bagian instalasi yang akan tertutup harus diuji sebelum dan
sesudah bagian tersebut tertutup sehingga diperoleh hasil baik menurut
PLN, spesifikasi dan pabrik.
b. Semua panel listrik sebelum dipasang dan esudah dipasang harus diuji
tegangan dan tahan isolasi dalam kondisi baik. Juga harus diuji system
kerjanya sesuai spesifikasi yang disyaratkan.
c. Semua armature lampu harus diuji dalam keadaan menyala sempurna.
d. Semua penyambungan harus diperiksa tersambung dengan mantap
dan tidak terjadi kesalahan sambung atau polaritas.
e. Tahanan tanah harus diuji memenuhi persyaratan yang
dispesifikasikan.
f. Pengujian harus bersama Direksi dan dibuat laporan tertulis.

➢ PENYERAHAN, PEMELIHARAAN DAN JAMINAN


1. Penyerahan dilakukan dengan Berita Acara Proyek disertai lampiran-
lampiran sebagai berikut :
a. Menyerahkan gambar revisi instalasi listrik dan penangkal petir
sebanyak 4 set.
b. Penyerahan surat pernyataan jaminan instalasi listrik.
c. Menyerahkan Brossure, operation dan maintenance manual dalam
bahasa Indonesia.
d. Penyerahan surat jaminan / garansi yang ditujukan kepada pemilik
bangunan.
e. Menyerahkan hasil pengetesan.

2. Setelah menyerahkan tahap I, Kontraktor wajib melaksanakan masa


pemeliharaan secara Cuma-Cuma selama jangka waktu sesuai yang
ditentukan pada persyaratan umum, bahwa seluruh instalasi dan peralatan
tetap dalam keadaan baik dan bekerja sempurna. Kerusakan karena
kesalahan pemasangan atau peralatan harus diperbaiki dan bila perlu
diganti baru.

3. Setelah menyelesaikan tahap I, Kontraktor wajib melakukan masa jaminan


selama 12 bulan atas semua peralatan yang dipasangnya tetap bekerja
sempurna.

4. Setelah menyerahkan tahap I, Kontraktor wajib melatih dan membantu


mengoperate instalasi yang terpasang, sehingga operator pemilik bangunan
mengetahui dan lancar dalam tugasnya. Lamanya petugas kontraktor di
proyek 30 hari kalender selama jam kerja.

➢ PRODUK, BAHAN DAN PERALATAN


Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi. Kontraktor dimungkinkan
untuk mengajukan alternative lain yang setara dengan yang dispesifikasikan ke
Direksi / Perencana / MK. Kontraktor baru bisa mengganti bila ada persetujuan
resmi dan tertulis dari Direksi / MK.

Adapun produk bahan dan peralatan pada dasarnya adalah sesuai dengan
daftar material.

❖ PEKERJAAN PENANGKAL PETIR


LINGKUP PEKERJAAN

➢ UMUM
Kontraktor harus melaksanakan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik
dalam spesifikasi ini atau pun yang tertera dalam gambar, dimana bahan-bahan
dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi. Bila
ternyata terdapat perbedaan anatara spesifikasi bahan atau peralatan yang
dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan, ini merupakan kewajiban
kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehinggaa sesuai
dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya tambahan biaya.

Pelaksanaan instalasi System Penangkal Petir dan pemilihan serta penempatan


jenis Air Terminal/ Splitzet didasarkan pada :

a. SK Menteri PU. No. 2 tahun 1985 dan SKBI 3/4/53 tahun 1987.
b. Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 3, 1075.
c. SK Depnaker No. 17 tahun 1980 dan No. Per-02/DP/1983.
d. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000.
e. Data teknis dari product di bidang peralatan System Penangkal Petir yang
dibuat oleh pabrik-pabrik dari berbagai negara.

➢ Lingkup Pekerjaan Penangkal Petir


Sebagai yang tertera dalam gambar-gambar rencana, Kontraktor pekerjaan
Instalasi Penangkal Petir ini harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta
menyerahkan dalam keadaan baik dan siap untuk dipergunakan.

Garis besar lingkup pekerjaan Instalasi Penangkal Petir yang dimaksud adalah
sebagai berikut :

a. Penangkal Petir harus mampu melindungi seluruh bangunan dari sambaran


Petir
b. Pengadaan, pemasangan dan pengujian Grounding/ Pentanahan.
c. Pengadaan, pemasangan dan pengujian Juction Box dan Event Counter
d. Pengadaan, pemasangan dan pengujian Kabel-kabel untuk keperluan
Monitor dan Kontrol.
e. Pabrik harus mamberikan garansi baik hardware maupun software selama 1
tahun minimum tanpa ada tambahan biaya.
f. Mengurus dan menyelesaikan perizinan Instalasi Penangkal Petir dari
instansi yang berwenang.
g. Melakukan testing dan commissioning.
h. Melaksanakan training, dan menyerahkan buku technical manual.
i. Menyerahkan 4 (empat) set gambar kerja (shop drawing)
➢ URAIAN SISTEM KERJA PENANGKAL PETIR
Penangkal Petir ini menggunakan system EF Lightning Protection dimana
Penangkal Petir menghasilkan ion yang disebarkan keudara sekeliling gedung,
sehingga udara menjadi Netral dan sambaran petir bisa diperkecil.

Radius Proteksi System EF Lightning Protection ± 100 meter .

Interceptor Air Terminal / Kepala Penangkal Petir dihubungkan ke Junction Box


menuju Lightning Event Counter dengan menggunkan Kabel Coaxial atau NYY
diameter 50 mm. Dari Junction Box diteruskan ke Bak Kontrol dihubungkan ke
tanah dengan menggunakan Copper Rod.

Bak Kontrol berfungsi untuk pengukuran tahanan pentanahan

Petir adalah suatu gejala listrik diAtmosfir yang timbul bila terjadi banyak
kondensasi dari uap air dan timbulnya arus udara yang naik dan sangat kuat.

Instalasi Penangkal Petir ialah instalasi suatu System dengan komponen dan
peralatan secara keseluruhan berfungsi untuk menangkap Petir dan
menyalurkan ketanah dengan melalui kabel, sehingga seluruh bangunan
berserta isi terhindar dari sambaran Petir.

➢ KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN


Bahan dan peralatan yang akan dipakai harus memenuhi dan atau mendekati
persyaratan teknis sebagai berikut :

a. EF Lightning Protection mampu melindungi Gedung dengan radius proteksi


± 125 m
b. Memiliki fungsi : menciptakan elektron bebas atau emisi lebih awal
mendahului obyek sekeliling yang dilindungi atau yang menjadi sasaran
sambaran.
c. Mampu mengantisipasi secara dini sambaran Petir dengan aktif
d. Mampu menerima arus sambaran Petir hingga 60 KA
e. Mampu menerima tegangan sambaran hingga 250 KV
f. Saat arus petir melalui kabel penyalur ke Arde tanpa menimbulkan efek
listrik terhadap obyek sekitar
g. Junction Box
Juntion Box harus type surface mounting dan dibuat dari pelat besi setebal
minimum 1.8 mm dan seluruhnya harus dicat anti karat dengan zinchromat
sebelum dicat akhir dengan cat bakar acrylic warna abu-abu.

harus dilengkapi kunci yang seragam untuk semua Juntion Box dan terminal
penyambungan kabel.

h. Kabel
Kabel yang dipakai jenis Coaxial atau NYY single core dia 50 mm2

Kabel yang dipakai untuk instalasi Obstruction lamp adalah jenis NYM
dengan ukuran 3x1,5 mm2 dipasang dalam pipa conduit

i. Conduit
Conduit yang dipakai adalah conduit PVC High Impact dengan diameter
dalam minimum 1,5 kali diameter kabel.
➢ PERSYARATAN TEKNIK PEMASANGAN
• Peralatan

1. Tinggi Kepala Penangkal Petir minimal 2.5 meter diatas gedung


2. Saluran turun yang menghubungkan penangkap dengan Elektroda tanah,
saluran turun ini harus dipasang sepanjang bubungan dan pinggiran atap
bangunan, disudut bangunan saluran dipasang turun kebawah dan saluran
tersebut harus melindungi bangunannya seperti sangkar.
3. Pentanahan berupa pantekan batangan tembaga minimal 6 meter dan
tahanan pentanahan disyaratkan dalam pasal ini 1 Ohm
4. Sambungan ukur dibuat dalam saluran turun dan dapat dilepas untuk
mengukur tahanan pentanahan Elektroda tanahnya.
5. Semua penyambungan harus secara metal dilas atau di cor dengan timah
6. Semua Grounding Penangkal Petir dikoneksi dengan sistem grounding
diluar gedung.

• PENGUJIAN

- Semua Peralatan dalam sytem Penangkal Petir ini harus diuji oleh
Perusahaan pemegang keagenan peralatan dimana Perusahaan tersebut
harus memberikan surat jaminan atas bekerjanya system setelah dilakukan
test pengujian yang dinyatakan berfungsi dengan baik
- Menyiapkan sertifikat pemasangan dari Instansi yang berwenang

➢ PRODUK, BAHAN DAN PERALATAN


Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi. Kontraktor dimungkinkan
untuk mengajukan alternatif lain yang setaraf dengan yang dispesifikasikan ke
Pemberi Tugas/MK.

Adapun produk bahan dan peralatan pada dasarnya adalah sesuai dengan
daftar material.

❖ PEKERJAAN FIRE ALARM

LINGKUP PEKERJAAN

➢ Umum
Kontraktor harus melaksanakan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik
dalam spesifikasi ini atau pun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana
bahan-bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan pada
spesifikasi ini. Bila ternyata terdapat perbedaan anatara spesifikasi bahan dan
atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada
pasal ini, merupakan kewajiban kontraktor untuk mengganti bahan atau
peralatan tersebut sehinggaa sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa
adanya ketentuan tambahan biaya.

Pelaksanaan instalasi fire alarm system dan pemilihan serta penempatan jenis
detector didasarkan pada :

a. SK Menteri PU. No. 2 tahun 1985 dan SKBI 3/4/53 tahun 1987.
b. Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 3, 1075.
c. SK Depnaker No. 17 tahun 1980 dan No. Per-02/DP/1983.
d. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000.
e. Data teknis dari product di bidang peralatan fire alarm system yang dibuat
oleh pabrik-pabrik dari berbagai negara.

➢ Lingkup Pekerjaan Fire Alarm


Sebagai tertera dalam gambar-gambar rencana, Kontraktor pekerjaan Instalasi
Fire Alarm ini harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta menyerhakan
dalam keaadan baik dan siap untuk dipergunakan.

Garis besar lingkup pekerjaan Instalasi Fire Alarm yang dimaksud adalah
sebagai berikut :

a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian Panel Kontrol MCPFA.


b. Pengadaan, pemasangan dan pengujian semua jenis Detector, Manual
Station, dan Indicator Lamp.
c. Pengadaan, pemasangan dan pengujian Juction Box disetiap lantai.
d. Pengadaan, pemasangan dan pengujian Kabel-kabel untuk keperluan
Monitor dan Kontrol.
e. Menyerahkan dokumen yang diperlukan dalam system fire alarm antara lain :
⚫ Sistem description dan prinsip operasi.
⚫ Installation and Instructions.
⚫ Connection diagram.
⚫ Testing and commissioning instructions.
f. Pabrik harus mamberikan garansi baik hardware maupun software selama 1
tahun minimum tanpa ada tambahan biaya.
g. Mengurus dan menyelesaikan perizinan Instalasi Fire Alarm dari instansi
yang berwenang.
h. Melakukan testing dan commissioning.
i. Melaksanakan training, dan menyerahkan buku technical manual.
j. Menyerahkan 4 (empat) set gambar kerja (shop drawing) instalasi fire alarm.

➢ URAIAN SISTEM KERJA FIRE ALARM


Bilamana salah satu detector, manual push button bekerja, maka control panel
(MCPFA) akan menyala dan memberikan informasi dimana titik peralatan
menerima signal terjadi kebakaran. Selanjutnya buzzer akan berbunyi sesuai
dengan letak detector area dimana peralatan tersebut di atas bekerja.

Indikator lamp akan tetap menyala/flashing sampai system riset di MCPFA


ditekan oleh operator atau scurity pertanda keadaan teratasi.

Apabila keadaan fire alarm tidak bisa teratasi maka kita dapat mengaktifkan
general alarm secara manual, dimana seluruh indicator lamp akan menyala.

➢ KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN


Bahan dan peralatan yang akan dipakai harus memenuhi dan atau mendekati
persyaratan teknis sebgai berikut :

Detector

a. Analogue Adressable Photoelectric Smoke Detector :


⚫ Twin LED indication lamp
⚫ Remote LED terminal.
⚫ Fire test facility.
⚫ Level alarm & pre-alarm setting.
⚫ Address setting : hand held progammer
⚫ Operating voltage : 17 – 41 Vdc
⚫ Current Compsution : 310 Ua
⚫ Smoke density range : 0 - 4.5 % /m
⚫ Fire test level : 4,5 % /m
⚫ Operating ambient temp. range : - 10º C -+ 50º C
⚫ Colour : off white

b. Analogue Adressable Rate of Rise Heat Detector


⚫ Twin LED indication lamp
⚫ Remote LED terminal
⚫ Fire test facility
⚫ Level alarm & pre-alarm setting.
⚫ Address setting : hand held progammer
⚫ Operating voltage : 17 – 41 Vdc
⚫ Current Compsution : 350 Ua
⚫ Heat sensing : Thermistor
⚫ Temperature measurement range : - 20º C -+ 88º C
⚫ Colour : off white

c. Addressable Manual Station (Manual Push Button)


⚫ Type : Break glass
⚫ Operating Voltage : 17 – 31 Vdc
⚫ Current Consumption : 230 uA (normal) 4,1 mA (alarm).
⚫ Operating Temperature Range : -10 ºC-+50ºC
⚫ Colour : Merah

d. LCD Enunciator
⚫ Type : Back-lit LCD
⚫ Sound : Synthetic sound, electronic sound and buzzer
⚫ LED/switch untuk proses monitoring, action & maintenance dan battery
charger

e. Alarm Lamp/Indicator Lamp


⚫ Type : Surface mounting
⚫ Operating Voltage : 20-24 Vdc
⚫ Current Consumption : 45 mA max
⚫ Intensitas : 4,75 Candela. Sec
⚫ Flash Rate : 45 ± 20% flasher/minutes
⚫ Warna : Merah

Panel Kontrol/Master Control Fire alarm (MCFA)

Main Control Panel Fire Alarm (Analogue Addressable System)


Main Power : 220 VAC. 50/60 Hz
Standby Power : 24 V DC Nickel Cadmium battery
Allowable line resistance : 30 Ohm
Display : Digital & Message display
Operation Section : Menu, keypad, switches.
Record : Built-in printer
Nominal time delay : 50 second untuk smoke detector, 20 second heat
detector
Gas leakage time delay : 40 second
Material : Steel plate 1.6 mm tick baking paint

Kotak Hubung Bagi (Juction Box)

Kotak hubung bagi harus type surface mounting dan dibuat dari pelat besi
setebal minimum 2 mm dan seluruhnya harus dicat anti karat dengan zinchromat
sebelum dicat akhir dengan cat bakar acrylic warna abu-abu.

Kotak hubung harus dilengkapi kunci yang seragam untuk semua kotak hubung
bagi dan terminal pemyambungan kabel.

Kabel

Kabel yang gipakai harus jenis NYY multicore diameter 1,5 mm2 untuk kabel
power.

Kabel yang dipakai untuk instalasi masing-masing detector adalah jenis NYA
atau NYM dengan ukuran 2x1,5 mm2 dipasang dalam pipa konduit dengan sadle
klem merk yang sama.

Kabel sinyal menggunakan twisted cable 18 AWG, 2 pair.

Konduit

Konduit yang dipakai adalah conduit PVC High Impact dengan diameter dalam
minimum 1,5 kali diameter kabel.

➢ PERSYARATAN TEKNIK PEMASANGAN


• Peralatan

Koordinat tempat setiap peralatan akan ditentukan kemudian. Manual Push


Button dan Indicator Lamp dipasang bersatu dengan hydrant box dan bilamana
ada yang berada di luar hydrant box maka dipasang pada ketinggian 1,5 dari
lantai.
Alarm Bell dipasang ± 0,5 m dibawah plafond atau disesuaikan dengan keadaan
lapangan.
Peralatan sistem Fire Alarm ini harus ditanahkan (grounding) dengan hambatan
maksimun 0,2 Ohm.
Supply listrik untuk peralatan ini dimasukkan dalam kelompok Emergency load
dari genset.
• Kabel dan Konduit

a. Semua kabel yang dipasang mendatar harus dipasang di kabel tray dan
instalasinya memakai pipa konduit.
b. Semua kabel yang keluar dari rak peralatan ini harus melalui kabel gland
dan memakai flexible conduit. Isolasi antara urat-urat kabel terhadap tanah
minimum 20 M Ohm.

• PENGUJIAN

Pengujian terhadap sistem kerja peralatan harus dilakukan oleh pihak agen
tunggal (authorized) penjualan peralatan tersebut dan pihak tersebut harus
menyiapkan sertifikat pemasangan yang baik dari instalasi yang berwenang.
Pengujian terhadap tahanan isolasi kabel kontrol harus dilakuan sesuai dengan
PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik).

➢ PRODUK, BAHAN DAN PERALATAN


Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi. Kontraktor dimungkinkan
untuk mengajukan alternatif lain yang setaraf dengan yang dispesifikasikan ke
Pemberi Tugas/MK. Kontraktor baru bisa mengganti peralatan apabila
mendapatkan persetujuan secara resmi dan tertulis dari Pemberi Tugas.

❖ PEKERJAAN CLOSED CIRCUIT TELEVISI (CCTV)


LINGKUP PEKERJAAN

➢ Umum
Pemborong harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik
dalam
spesifikasi ini ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan-
bahan dan
peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada spesifikasi
ini.
Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan
yang dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini,
merupakan
kewajiban pemborong untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga
sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan
biaya.

➢ Uraian Lingkup (Scope) Pekerjaan CCTV


Sebagai tertera dalam gambar-gambar rencana, pemborong pekerjaan Instalasi

CCTV ini harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan


dalam

keadaan baik dan siap untuk dipergunakan.

Garis besar lingkup pekerjaan Instalasi CCTV yang dimaksud adalah sebagai
berikut

a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian peralatan sistem CCTV.


b. Pengadaan, pemasangan dan pengujian kabel-kabel untuk instalasi system.
c. Melakukan Testing, Commissioning & Training.
d. Pengadaan dan pemasangan kabinet rack dan meja control untuk peletakan
monitor CCTV dan peralatan lainnya setelah dikoordinasikan dengan
Interior.
e. Sistem CCTV harus dilengkapi UPS untuk 4 jam General Alarm & 8 jam
Stand By. Menyerahkan sertifikat peralatan yang terpasang (untuk menjaga
keaslian yang terpasang). Pengadaan, pemasangan & pengujian interface
modul dengan system yang lainnya.

KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN

Bahan dan peralatan yang akan dipakai harus memenuhi dan atau mendekati
persyaratan teknis sebagai berikut :
CCTV System

CCTV System adalah sistem keamanan yang melakukan pengawasan dan


pemantauan suatu area melalui teknologi video yang dapat diamati atau
dianalisa dari suatu ruang kontrol oleh tenaga keamanan selama 24 jam.

Pada dasarnya CCTV System terdiri dari tiga perangkat utama, yang pertama
yaitu perangkat kamera yang dalam beberapa situasi membutuhkan perangkat
pendukung kamera untuk meletakkan, melindungi maupun menggerakkan
kamera dan lensa-lensanya. Yang kedua yaitu perangkat monitor. Secara
sederhana, kamera dapat digambarkan sebagai perangkat input, dan monitor
sebagai perangkat output. Kedua perangkat tersebut akan menjadi sebuah
sistem
yang kompleks apabila terdapat lebih dari satu kamera maupun monitor antara
lain bagaimana menentukan kamera yang gambarnya akan ditampilkan,
bagaimana mengatur tampilan gambar yang diinginkan dan bagaimana
perekamannya. Di sinilah peranan perangkat ketiga yaitu perangkat controller
dan recorder.

Camera, Lensa dan Bracket

Camera, Lensa dan Bracket merupakan kesatuan peralatan yang berfungsi


untuk

memantau/mengawasi keadaan suatu daerah/areal. Kombinasi jenis kamera


dan

lensa yang digunakan sangat berpengaruh pada kualitas gambar yang

ditampilkan. Sedangkan posisi penempatan perangkat tersebut akan sangat

berpengaruh pada apa yang ingin ditampilkan pada monitor dan tujuan dari

perencanaan pengadaan CCTV.

Kamera, Lensa dan Bracket secara sederhana dapat dibagi dalam dua Kategori.

Kamera : fixed dan moving.

Lensa : fixed dan zoom.

Bracket : fixed dan moving (pan & tilt)

A. Fixed Dome Colour Camera


Fixed Dome Colour Camera adalah ¼ inch CCD DSP colour camera yang

berbentuk dome. Fixed dome dilengkapi dengan lensa 3 mm dan 6 mm.


Dome Camera Pan/Tilt & Zoom Day/Night Outdoor Type

Dome Camera Pan/Tilt & Zoom Day/Night Outdoor Type adalah 1/6 inch IT

CCD high resolution colour camera yang berbentuk dome, mempunyai lensa

zoom, high speed pan/tilt motor 360°/second (Pan) 90°/second (Tilt),

Automatic Focus dan Iris.

B. Dome Housing
Dome Housing adalah rumah kamera setengah lingkaran yang berfungsi

melindungi kamera dari hal-hal yang dapat merusak camera, baik

disebabkan oleh hujan, panas, debu dan lain sebagainya.

C. TV Monitor
TV Monitor adalah merupakan alat yang menerjemahkan isyarat elektronik

yang dikirim oleh camera menjadi gambar pada sebuah layar televisi.

CCTV monitor yang digunakan berdiagonal 14”, 20”, 21”. Jenis monitor

yang digunakan adalah yang didisain khusus untuk system CCTV.

Dapat beroperasi 24 jam terus menerus dan mempunyai tingkat radiasi yang
rendah

D. Video Controller and Recorder : Digital Recorder and Transmission


System.
Digital Recorder and Transmission adalah perangkat digital yang merupakan
pusat dari suatu sistem CCTV, baik dari ruang kontrol maupun dari lokasi
remote untuk melakukan hal-hal sebagai berikut dalam waktu yang
bersamaan :

1. Live viewing (full screen atau multiple images)


2. Recording
3. Playback
4. Searching
5. Back Up
6. Remote Access
Video controller juga dapat mengatur perekaman pada camera yang harus
real time dan pada camera yang mana yang tidak atau apabila tidak ada
pergerakan pada area tertentu maka camera itu tidak akan direkam dan bisa
diset sesuai kebutuhan. Video controller ini harus bisa berkomunikasi dengan
perangkat lain atau open protocol terhadap system security yang lain seperti
Fire Alarm, Access Control.

− Integration into bulding


− management system : via http- and optional OPC interfaces
− Site maps : Web browser
− Multitasking : pentaplex functionality
− Sharp, detailed picture
- Full Alarm Action

- Frame Freeze

- Remote Operation

- Log in Password connect to LAN

- Built in ethernet card

- Camera’s frame rate flexibility setting

- Built in motion detection

- Support camera with individual IP address

- Smart search with motion in definable image areas

E. Station Video Manager


Station Video Manager adalah peralatan CCTV system yang
digunakan untuk menghubungkan/menggabungkan lebih dari satu
video controller dan recorder sehingga antar satu video controller
dengan video controller lainnya saling berhubungan dan centralized
monitor.

F. Pan/Tilt Drive
Pan/Tilt adalah kedudukan kamera yang dapat bergerak ke kanan/kiri (pan)
dan keatas bawah (tilt) secara manual maupun otomatis.

Jenis pan/tilt build in di dalam dome camera. Untuk mengatur gerakan


Pan/Tilt secara manual digunakan perangkat kontrol.

G. Digital Pan/Tilt Lens Controller


Digital keyboard berfungsi untuk mengoperasi / mengontrol digital video
controller recorder dan mengontrol fungsi camera, pan/tilt motor, iris dan
zoom lens, system programming.

H. Kabel
− Kabel yang dipakai untuk instalasi CCTV harus dari jenis coaxial Cable
RG - 11/U untuk sinyal Video dan untuk kontrol Twisted Shielded 16
AWG 2 Pair.
− Kabel yang dipakai dari video-controller ke station video manager
mengunakan UTP yang ada pada jaringan LAN ( Lokal Area Network ).

I. Konduit
Jenis konduit yang bisa dipakai adalah PVC konduit high impact dengan
diameter dalam minimal 1,5 x diameter kabel.

PERSYARATAN TEKNIS PEMASANGAN

1. Unit kamera ditempatkan sesuai fungsi dan kemudahan maintenance (lihat


gambar).
2. Penempatan Sentral Monitor supply harus ditempatkan di ruang security
yang dijaga 24 jam.
3. Camera ditempatkan sesuai gambar rencana.
4. Video controller ini ditempatkan di ruang panel pada rack 19” sesuai gambar
rencana.
Semua kabel yang masuk/keluar kotak panel rack 19” ini harus melalui kabel
gland serta memakai flexible conduit.

5. Kabel dan Conduit


− Semua kabel yang dipasang mendatar harus dipasang di trunking kabel.
− Semua kabel yang dipasang di shaft secara vertikal harus dipasang pada
tangga kabel.
Konduit harus diklem ke struktur bangunan dengan sadle klem.

Semua kabel yang keluar masuk kabel tray harus menggunakan flexible
conduit.

6. Trunking Kabel dan Tangga Kabel


− Tangga kabel harus dipasang horizontal.
− Tangga kabel dipasang ke dinding shaft dengan memakai 3 buah
dinabolt berukuran 1/2" x 2" pada jarak 75 cm.
− Kabel tray digantung di lantai bangunan dengan dinabolt berukuran 1/2" x
2".

PENGUJIAN

Semua peralatan dalam sistem CCTV ini harus diuji oleh perusahaan pemegang
keagenan peralatan tersebut, dimana perusahaan tersebut harus memberikan
surat jaminan atas bekerjanya sistem tersebut setelah ternyata hasil
pengujiannya adalah baik.

Semua peralatan yang terpasang dalam sistem CCTV ini, baik peralatan utama
maupun accessoriesnya harus mendapatkan sertifikat keaslian dari pemegang
keagenan peralatan tersebut.

PRODUK, BAHAN DAN PERALATAN


Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi. Pemborong dimungkinkan
untuk mengajukan alternatif lain yang setaraf dengan yang dispesifikasikan.
Pemborong baru bisa mengganti bila ada persetujuan resmi dan tertulis dari
Direksi/MK.

PEKERJAAN MASTER ANTENNA TELEVISI ( MATV )

LINGKUP PEKERJAAN

Umum

Pemborong harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik


dalam spesifikasi ini ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana
bahan-bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
pada spesifikasi ini.
Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan
yang dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini,
merupakan kewajiban pemborong untuk mengganti bahan atau peralatan
tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya
ketentuan tambahan biaya.

Uraian Lingkup (Scope) Pekerjaan MATV.

Sebagai tertera dalam gambar-gambar rencana, pemborong pekerjaan Instalasi


MATV ini harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan
dalam keadaan baik dan siap untuk dipergunakan.
Garis besar lingkup pekerjaan Instalasi MATV yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
a. Pengadaan, pemasangan dan pengujian peralatan sentral MATV.
b. Pengadaan, pemasangan seluruh instalasi jaringan MATV.
c. Pengujian peralatan MATV dari mulai sentral sampai dengan outlet TV.
d. Melakukan Testing, Commissioning & Training.
e. Pengadaan, pemasangan dan pengujian junction box disetiap lantai.
f. Menyerahkan sertifikat peralatan yang terpasang (untuk menjaga keaslian
peralatan yang terpasang di lapangan).
g. Pengadaan, pemasangan antenna Yagi yang dilengkapi tiang, grounding
dengan tahanan 0,5 Ohm dan kawat penahan yang kokoh agar tidak mudah
tumbang.
h. Pengadaan pemasangan dan pengujian back-up battery untuk keperluan
pada waktu supply Genset & PLN dalam keadaan mati.
i. Menyerahkan 4 (empat )set gambar kerja ( shop drawing)

KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN

Bahan dan peralatan yang akan dipakai harus memenuhi dan atau mendekati

persyaratan teknis sebagai berikut :

1 Antena Yagi
Menerima siaran lokal Televisi pada Band dan channel yang sesuai yaitu :

− Antenna VHF menerima siaran TVRI 1 & TVRI 2.


− Antenna UHF menerima siaran SCTV, RCTI, TPI, ANTV, TRANS TV,
TV7, LATIVI, GLOBAL TV, METRO TV dan INDOSIAR.
− VSWR : 1,5

2 Konduit
Jenis konduit yang bisa dipakai adalah PVC high impact conduit dengan

diameter dalam minimal 1,5 x diameter kabel.

3 Kabel
Kabel yang dipakai harus dari jenis coaxial kabel Belden type RG-11/U dan

RG-6/U.

PERSYARATAN TEKNIS PEMASANGAN

1. Directional coupler dan splitter ditempatkan pada Box.


2. Distribution Amplifier juga ditempatkan pada Box di ruang panel.
3. Instalasi coaxial harus menggunakan PVC conduit.
4. Instalasi coaxial yang keluar / masuk kabel tray harus menggunakan flexible
conduit.

PENGUJIAN

1. Semua peralatan MATV ini harus diuji setelah semua sistem tersebut
terpasang dengan baik oleh perusahaan yang memasang instalasi tersebut,
dan memberikan surat jaminan atas bekerjanya sistem tersebut setelah
ternyata hasil pengujiannya adalah baik.
Semua peralatan yang terpasang dalam sistem MATV ini, baik peralatan
utama maupun accessoriesnya harus mendapatkan sertifikat keaslian dari
pemegang keagenan peralatan tersebut.

2. Pengukuran dilakukan dengan dB meter.

PRODUK BAHAN DAN PERALATAN

Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi. Pemborong dimungkinkan

untuk mengajukan alternatif lain yang setaraf dengan yang dispesifikasikan.

Pemborong baru bisa mengganti bila ada persetujuan resmi dan tertulis dari

Direksi/MK

PEKERJAAN JARINGAN LOKAL AREA NETWORK (LAN)


LINGKUP PEKERJAAN
UMUM

Pemborong harus menawarkan seluruh pekerjaan yang dijelaskan baik dalam


spesifikasi ini maupun yang tertera dalam gambar, dimana bahan bahan dan
peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi.

Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang
dipasang dengan spesifikasi yang dpersyaratkan pada pasal ini, merupakan
kewajiban bagi pemborong untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut
sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa ada tambahan biaya.

LINGKUP PEKERJAAN

Seperti yang tertera dalam gambar rencana Pemborong pekerjaan System


Jaringan Komputer ( LAN ) ini harus melakukan pengadaan dan pemasangan
serta menyerahkan dalam keadaan baik dan siap untuk dipergunakan.

Garis besar lingkup pekerjaan Jaringan Komputer ( LAN ) yang dimaksud adalah
sebagai barikut :

a. Pengadaan dan pemasangan Rack dan Peripheral


b. Pengadaan dan pemasangan Switch HUB Central dan Cabang
c. Pengadaan dan pemasangan Outlet Komputer
d. Pengadaan dan pemasangan Modular Jack
e. Pengadaan dan pemasangan Trunking Cable
f. Pengadaan dan pemasangan jaringan instalasi system LAN.
g. Penyambungan instalasi Switch HUB ( Central ) ke Switch HUB Cabang tiap
lantai dan ke Server serta ke outlet komputer.
h. Menyerahkan sertifikat peralatan yang terpasang ( untuk menjaga keaslian
peralatan yang terpasang dilapangan )
i. Malakukan labelling, testing, Commisionning dan Training

KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN

Bahan dan peralatan yang akan dipasang harus memenuhi dan atau sesuai
persyaratan teknis. Untuk komponen-komponen dari material yang mungkin
sering diganti harus dipilih yang mudah didapat dipasaran.

Semua peralatan system ini disarankan produksi Eropa dan telah dikenal
mempunyai reputasi baik dalam system.

Syarat Teknis/Umum :

1.1. Semua bahan atau peralatan harus mempunyai kapasitas atau rating yang
cukup dan sesuai spesifikasi yang disyaratkan.
1.2. Bahan atau peralatan yang dari klasifikasi atau type yang sama diminta
merek atau dibuat oleh pabrik yang sama.
1.3. Perangkat harus dapat beroperasi dengan baik dalam ruang yang tidak
dilengkapi dengan Air Condition ( suhu 40 °C dengan Relative Humidity ( RH
70 % )
1.4. Penambahan kapasitas dimasa datang sesuai dengan perencanaan yang
dapat dilakukan dengan mudah tanpa mengakibatkan gangguan pada
operasi sistem yang ada.
1.5. Hubungan antara modul – modul dan unit menggunakan sistem plug in
1.6. Dalam keadaan normal sistem harus dapat bekerja dengan sumber daya
utama gedung baik Power dari PLN maupun Genset 220V – 50 HZ.
1.7. Setiap outlet diberi label dan dituangkan dalam As Built drawing yang
berguna untuk kemudahan dalam maintenance maupun mengatasi trouble
shoting.
1.8. Rack 19” 42 RU freestanding terdiri dari :
a. Roof Mounted fan Tray
b. Ventilated shelf
c. Telescopic sliding shelf
d. Vertical Power Distribution 12 holes
e. Patch panel 24 Port
f. Wiring instalasi
g. Automatic KVM swith kapasitas 4 Server.

PERSYARATAN TEKNIS PEMASANGAN

1.1 Jaringan kabel data/ Lokal Area Network ( LAN )


Sistem Jaringan kabel data / Lokal Area Network harus memenuhi creteria
sebagai berikut :

a. Memperhitungkan jarak antara pusat data dengan titik outlet terjauh,


yang terhubung ke Server.
b. Menentukan sistem LAN terbuka sehingga berbagai aplikasi dapat
dijalankan dengan baik tanpa hambatan.
c. Tidak dibenarkan adanya sambungan kabel pada Instalasi data
d. Media yang dipilih sesuai dengan kecepatan aplikasi yang dijalankan,
dalam hal ini kecepatan ditetapkan 100 Mbps, dengan menggunakan
kabel UTP Cat 5 enhance.
1.2 Instalasi
a. Melaksanakan instalasi pengkabelan bangunan secara rapi dan
sempurna serta menyediakan memasang perlengkapan berupa :
- Switch HUB Central
- Switch HUB Cabang
- Kabel Instalasi data UTP 4 peir cat 5e
- Power Listrik
- Grounding Peralatan
- Patch Cable masing masing Komputer
b. Switch HUB terletak di ruang Server.
c. Seluruh pengkabelan terlindung dalam High Impact PVC Conduit
(kecuali jika didalam cable tray) di klem dengan rapi pada jarak yang
sesuai atau setiap 60 cm.
d. Untuk pasangan outbow (menempel kolom) harus mempergunakan
trunking kabel.
e. Semua kabel diluar jalur kabel tray, yang tertanam/menembus dalam
tembok harus dibuatkan sparing yang terbuat dari pipa PVC. Belokan
dari sparing kabel harus memenuhi ketentuan yang berlaku.
f. Semua kabel yang melintasi tanah harus dilindungi dari benturan
mekanis, dengan memasang sparing dari pipa GIP diameter minimal
2,5 kali, dengan kedalaman minimal 70 cm atau disesuaikan dengan
kondisi lapangan.
g. Sparing pipa GIP dalam tanah diberi pelindung bata merah dan urugan
pasir, hal yang sama juga berlaku untuk got kabel di mana keliling
diurug dengan pasir, lebar galian kabel disesuaikan dengan keperluan.
PENGUJIAN

a. Pengujian terhadap sistem kerja peralatan harus dilakukan oleh pihak


agen tunggal penjualan peralatan dan pihak tersebut harus
memberikan surat jaminan atas bekerjanya sistem setelah hasil test
dinyatakan berfungsi dengan baik dan benar.
b. Peralatan yang terpasang dalam System Jaringan Komputer, baik
peralatan utama maupun accessories harus mendapatkan sertifikasi
keaslian dari pemegang keagenan.
c. Setiap kabel harus diuji dengan alat scanner khusus yang disyaratkan
untuk pengujian sistem LAN Catagorie 5 enhance.

PRODUK BAHAN DAN PERALATAN

Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi sesuai yang tercantum dalam
spesifikasi diatas, Kontraktor dimungkinkan untuk mengajukan alteratif lain yang
setaraf dengan yang dispesifikasi, bila ada persetujuan resmi dan tertulis dari MK
dan Pemberi tugas.

Adapun produk bahan dan peralatan pada dasarnya adalah sesuai dengan
daftar material.

PEKERJAAN GENERATOR SET


LINGKUP PEKERJAAN

Umum

Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik


dalam spesifikasi ini atau pun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana
bahan-bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
pada spesifikasi ini. Bila ternyata terdapat perbedaan antar spesifikasi bahan dan
atau peralatan yang dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada
pasal ini, maka Kontraktor diwajibkan untuk mengganti bahan atau peralatan
tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya
ketentuan tambahan biaya.

Lingkup Pekerjaan Generator set

Sebagai tertera dalam gambar-gambar rencana, Kontraktor pekerjaan


generatorset ini harus harus melakukan pangadaan dan pemasangan serta
menyerahkan dalam keadaan baik dan siap untuk dipergunakan. Garis besar
lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Pengkabelan
- Dari Diesel Generatorset ke Panel Genset berupa kabel NYY dan kabel
kontrol.
- Dari Diesel Generatorset ke Accu dan dari Accu ke Automatic Charger.
b. Pentanahan
- Penghantar BC Ø 50 mm2 untuk pentanahan peralatan (body) yang dineri
pentanahan adalah Diesel Generatorset, pintu besi dan lain-lain.
- Penghantar NYY Ø 1 x 70 mm2 untuk pentanahan netral pada system
hubungan bintang dari diesel Generatorset.
- Semua pentanahan harus terpisah dari pentanahan lain.
c. Pemipaan
- Dari Ground Full Tank ke Pompa listrik.
- Dari pompa listrik bahan baker ke Daily Tank.
- Dari diesel tank ke diesel Generatorset dan balik ke Daily Tank.
- Dari diesel Generatorset ke Silincer dan dari Silincer ke luar.
- Dari Ground Full Tank ke Pompa listrik.
d. Peralatan lain
- Rangka gantung Silincer dengan diberi peredam getaran dan isolasi pipa
Silincer.
- Terpal untuk radiator.
- Rangka standar untuk Radiator.
- Pondasi / tiang penyangga Daily Tank.
- Pondasi beton diesel Generatorset (Scope pekerjaan sipil).
- Vibrator isolator diesel spring termasuk base plate dan frame atau dapat
dipergunakan alat lain.
- Klem besi untuk pipa radotor.
- Storage tank lengkap.
- Attenuator untuk radiator & exhaust fan.

KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN

Standar perlengkapan Diesel Genset :

a. Kerangka chasis yang dibuat dari baja berkemampuan tinggi dengan tipe
selip dan dlengkapi dengan peredam anti getaran dari mesin
b. Sistem pendingin dengan air diradiator sesuai standard kapasitas daerah
tropis dan dilengkapi blower dengan kipas yang digerakan oleh mesin
c. Stater DC Elektronik, dan pengisian Accu type lead acid
d. Filter /saringan untuk minyak pelumas bahan dari saringan yang berkwalitas
tinggi sesuai standard dari mesin
e. Tangki bahan bakar harian disesuaikan kapasitas
f. Sistem pembuangan gas bakar dengan saringan peredam suara
g. Mesin dilengkapi dengan otomatis untuk memproteksi dari temperatur tinggi
dan tekanan oli rendah dengan dilengkapi indikator petunjuk dimanan mesin
akan mati secara otomatis jika terjadi hal tersebut
h. Standard perkakas unci untuk maintenance
i. Buju petunjuk pengoperasian dan Kartu garanansi
j. Khusus type Sound proof ( Silent type ) dirakit dengan kotak peredam suara
model CKD ( Completely Knook Down ) dilengkapi accustic foam gelombang
peredam suara

Diesel Generator set

a. Diesel Engine
- Kapasitas : 500 KVA
- Jumlah : 1 unit
- Putaran : 1500 rpm
- Pendinginan : radiator
- Starting : baterry / listrik 120 AH
- Jumlah : maksimum 24 V type atau yang lain
- Governor : tipe electronic
- Measuring device :
● Oil Pressure gauge
● Water Temperature gauge

● Oil Temperature gauge

● Charging Ammeter

● Tachnometer

▪ Safety device :
● Low Oil Pressure

● High Water Temperature

● Over Speed

● Lampu indikator dan horn pada panel Generator

Perlengkapan :

● Exhaust muffler residential type with counter flange

● Baterry dan charger

● Automatic change Over Switch (ACOS/AMF)

b. Alternator
- Output Continuous : 500 KVA
- Tegangan : 380 V
- Frekuensi : 50 Hz
- Power factor : 0.8
- Connection : start with netral (4 wire)
- Protection : IP 23
- Insulation : class H
- Voltage regulation : automatic solid at ate type with rotating silicon
controlled rectifier (brush less)
Panel Genset

Type : Free Standing

Protection device : Circuit breaker 65 KA with over current, short


circuit, under voltage and earth fault relay and
shunti trip.

Measuring device : - 3 buah ammeter c/w current transformator

- 1 buah volt meter c/w 7 step selector switch


- 1 buah frequency meter
- 1 buah power factor meter
Atau disesuaikan dengan standard pabrik pembuat Generator set. Besar, warna
dan type panel disesuaikan dengan panel listrik yang lain.

Signals lamps : - start

- start failure
- engine running
- supervision “ON”
- automatic blocked
- mains “ON”
- generator “ON”
- low oil pressure
- high temperature
- generator overload
Push Button : - Off

- automatic service
- trial service
- manual service
- manual start
- manual stop
- mains circuit breaker
- generator circuit braker
- horn Off
- reset
- signal test
Peralatan tambahan standard pabrik : - Flexible pipe

- Silencer
- Machine mounted
-

Kabel Tegangan Rendah dan Peralatan

1.1. Kabel ini bekerja pada system tegangan 380 Volt, 3 fase 50 Hz.
1.2. Jenis kabel : NYY untuk kabel daya dan kabel
control menggunakan NYYHY.

Kabel khusus berinti banyak untuk accu

BC untuk pentanahan peralatan (body)

NYY single core untuk pentanahan netral (titik

netral hubungan bintang)

Inti kabel tembaga

Kelas tegangan 600 / 1000 volt

Isolasi sesuai jenis kabel

Rating dan ukuran menurut kebutuhan atau sesuai

gambar

Produksi dalam negeri yang mempunyai sertifikat

SPLN/LMK dan SII

1.3. Sepatu Kabel

a. Untuk terminasi kabel pada bus bar, circuit breaker atau peralatan
lainnya menggunakan sepatu kabel.
b. Bahan tembaga
Pemipaan

a. Untuk bahan bakar minyak digunakan pipa hitam atau black steel pipe
lengkap fittimg dan gate valve.
b. Untuk silencer pipa hitam yang dibungkus dengan asbes dan ukuran
minimal Ø 10” atau menurut kebutuhan.

Peralatan lain

a. Rangka penggantung untuk silincer terdiri atas ramset atau ficherflug, besi
siku, isolator getaran murbaut dan lain-lain setelah itu dimeni dan dicat.
b. Terpal untuk radiator harus tahan temperature 100 derajat C, lengkap rangka
penguat dan mur-baut. Rangka penguat radioator dari bahan besi siku
terpasang sampai dengan radiator.
c. Rangka Daily Tank dari besi siku dan besi plat lengkap dengan mur-baut dan
setelah itu dimeni dan dicat.
d. Pondasi Beton Diesel Generatorset. (Skope pekerjaan Sipil)
- Tempat dudukan untuk Diesel Generatorset.
- Pondasi dari beton bertulang.
- Berat pondasi Diesel Generatorset minimal 1,7 kali berat Diesel
Generatorset
- Ukuran pondasi harus sesuai dengan Diesel Generatorset yang akan
dipasang. Untuk itu pemborong membuat gambar kerja.
- Dibawah pondasi Diesel Generatorset terpasang pasir dan ijuk masing-
masing setebal 20 cm sedang dinding samping iujk sebagai peredam
getaran.
e. Vibrator Isolator
- Steel spring atau bantalan karet.
- Kekuatan sesuai berat dan kuat getaran Diesel Generatorset.
- Terpasang di atas pondasi beton dan dibawah ase plate memakai angkur
atau sesuai system pemasangan yang diisyaratkan oleh pabrik.
- Base plate dari baja tyoe H atau sesuai standard pabrik.

Daily Tank

a. Volume 2 x 1000 liter


b. Bahan tanki besi plat tebal 8 mm
c. Bentuk standard
d. Perlengkapan :
- Air vent valve
- Gelas penduga bahan baker
- Pelampung
- Dan lain-lain

Ground Storage Tank

a. Volume 5.000 liter


b. Bahan tanki besi plat tebal 8 mm
c. Bentuk standard
d. Perlengkapan :
- Air vent valve
- Gelas penduga bahan baker
- Pelampung
- Dan lain-lain

Battery Accu dan Automatic Battery Charger

a. Battery accu 48 VDC – 120 AH atau sesuai standard pabrik


b. Automatic battery charge 5A-24 volt
c. Peralatan overcurrent charge

Silincer Type Residence

Radiator dengan Air Cooled Type Engine Mounted

Sound Attenuator

Panel Kontrol Genset (PKG)

Berfungsi juga untuk pengendalian daya dari ke Genset dan menditribusikan ke


LMVDP mengatur start-stop mesin secara automatic dan manual.

Pengendalian ini dilaksanakan setelah menerima data dari PLN yang turun dan
besarnya dapat distel. Peralatan tersebut mempunyai spesifikasi sebagai berikut
:

a. Kapasitas braker (lihat gambar).


b. Kerangka dan rumah terbuat dari plat baja yang tebalnya minimum 2,4 mm.
c. Mempunyai alat-alat kontrol dan ukuran antara lain :
⚫ Battery charger
⚫ Ampere meter, Volt meter, Frekwensi meter, Power Faktor, Sistem digital.
⚫ Instrument trafo arus menurut kebutuhan
⚫ Speed adjusting device
⚫ Battery voltmeter
⚫ Ttrafo arus
⚫ Alarm
⚫ KWh meter double tarif 3 phase
d. Signal
⚫ Mains on
⚫ Alternator on
⚫ Starting failure
⚫ Alternator overload
⚫ Engine temperaturehigh
⚫ Oil pressure low
⚫ Automatic system blok
⚫ Starting control and possibly glow plug control
⚫ Overspeed
e. Mempunyai switch dengan 3 kedudukan sebagai berikut :
⚫ Auto-mesin bekerja otomatis
⚫ Manual-start/stop bila dikehendaki
⚫ Off-tidak bisa jalan
f. Kalau ada kesalahan-kesalahan di bawah ini mesin harus mati ditambah
peralatan penunjukannya yaitu :
⚫ Tekanan pelumas rendah
⚫ Kecepatan melampui batas
⚫ Gagal starting
⚫ Bahan bakar kurang
Harus disertai cara-cara riset bila kesalahan sudah diatasi
g. Starting mesin mempunyai time delay yang dapat diatur antara 6-15 detik
⚫ Kembali ke sumber normal mempunyai time delay yang dapat di atur kira-
kira 10 detik sampai dengan 30 detik.
⚫ Harus ada time delay untuk pendinginan mesin kira-kira 5 menit.
⚫ Mempunyai sensor under frequency, ialah apabila frequency sumber
normal turun sampai 90% atau dapat distel, sumber otomatis pindah ke
Diesel Genset.
⚫ Mempunyai cara by-pass time delay dalam mengembalikan sumber
Genset ke normal untuk mempersingkat waktu dalam testing.
h. Mempunyai cara testing secara simulasi yaitu tanpa melepas CB sumber
normal, dapat dilakukan testing COS seolah-seolah sumber tersebut
mendapat gangguan.
i. Mepunyai lampu pilot bawah :
⚫ Beban terhubung ke sumber normal
⚫ Beban terhubung ke sumber Genset
⚫ Semua Signals bekerja sesuai yang diminta
j. Rumah Panel dan Busbar :
⚫ Ukuran rumah panel harus dapat mencakup semua peraltan dengan
penempatan yang cukup secara elektris dan fisis.
⚫ Peralatan instrument, Switches dan sebagaimana harus dipasang dalam
pasangan masuk dari muka melalui buka-bukaan yang telah tersedia
pada rumah panel.
⚫ Bahan rumah panel dari besi plat dengan tebal tidak kurang dari 2,0 mm.
⚫ Semua permukaan plat baja sebelum dicat harus mendapat pembersihan
sejenis “phospating treatment”. Bagian dalam dan luar harus mendapat
paling sedikit satu lapis cat penahan karat. Untuk lapisan akhir cat finish
bagian luar dasarnya abu-abu.
⚫ Ruangan pencapaian harus cukup untuk memudahkan kerja.
⚫ Pintu harus dengan engsel yang tersembunyi dan interlock dengan
breaker untuk pengaman.
⚫ Label-label tersebut dari bahan “Trafilite” yang tersusun berlapis putih-
hitam-putih dan digravir sesuai dengan kebutuhan dalam bahasa
Indonesia.
⚫ Bukaan ventilasi dari kedua sisi panel.
⚫ Semua pengkabelan di dalam harus rapi terdiri atas kabel-kabel warna,
dipasang memakai terminal, mudah diusut dan mudah dalam
pemeliharaan.
⚫ Busbar dan teknik penyambungan harus menurut peraturan. Bahan
terbuat dari tembaga yang berdaya hantar tinggi, bentuk persegi panjang
dipasang pada pole-pole isolator dengan kekuatan dan jarak yang telah
diperhitungkan untuk menahan tekanan-tekanan elektris dan mekanis
pada level hubung singkat yang ada di titik tersebut (PUIL 2000).
⚫ Busbar dalam panel harus disusun sebaik-baiknya sampai semua
terminasi kabel atau bar lainnya tidak menyebabkan lekukan-lekukan
yang tidak wajar. Busbar harus dicat secara standard untuk membedakan
fasa-fasanya.
⚫ Pengeboran pada busbar tidak diperkenankan.
⚫ Batang-batang penghubung antara busbar dengan breaker harus
mempunyai penampang yang cukup dengan rating arus tidak kurang dari
125% rating breaker tersebut.
⚫ Pada sambungan-sambungan busbar harus diberi bahanpelindung
(tined).

Angkur
a. Bahan berupa besi beton, besi siku atau hasil tembakan remset dengan
kekuatan yang cukup.
b. Harus dilakukan bersama Kontraktor Sipil.

Material Pentanahan

Semua sistem listrik menggunakan pentanahan menurut apa yang ditentukan


dalam PUIL 2000.

SPESIFIKASI PEMASANGAN

Persyaratan Instalasi dan peralatan

a. Kontraktor harus meneliti semua dimensi-dimensi secepatnya sesudah


mendapat Surat Perintah Kerja (SPK). Kontraktor boleh mengajukan kepada
MK, apa yang perlu dirubah atau diatur kembali agar semua instalasi dan
peralatan dalam system dapat ditempatkan dan bekerja sebaik-baiknya.
b. Kontraktor diharuskan membuat gambar kerja yang memuat gambar denah,
potongan dan detail serta dengan ukuran yang jelas dan harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari MK( Pengawas dilapangan ).
c. Kemudian Kontraktor harus melakukan pengukuran dan memberi tanda pada
tempat-tempat yang akan dipasang sesuai ukuran sebenarnya dengan
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari MK.
d. Kontraktor harus berkonsultasi dengan Kontraktor-Kontraktor lain dan MK
sebelum memulai pekerjaan pemasangan kabel, pipa, rak kabel, peralatan
dan sebagainya.
- Pemasangan sedemikian rupa sehingga kabel-kabel, pipa dan peralatan
tidak bertabrakan dengan pemasangan pekerjaan lain.
- Apabila ada perselisihan paham antara Kontraktor maka keputusan akhir
ada pada MK.
e. Semua bahan instalasi dan peraltan sebelum dibeli, dipesan, masuk site atau
dipasang harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari MK. Bila
diperlukan dengan memberi contoh-contoh.

Pemasangan Instalasi dan peralatan

a. Kabel untuk battery, battery charger dan jaringan stop kontak teratur rapi
didinding dengan dilindungi pipa PVC.
b. Kabel feeder di trench kabel tidak perlu dilindungi dengan pipa.
c. Setiap belokan kabel harus diperhatikan radiusnya yang minimal.
d. R=30 D dimana D adalah diameter kabel TR tersebut.
e. Kabel yang terpasang dalam tanah terpasang dalam pipa.
f. Pentanahan terpasang surfacemounted dalam rumah genset menembus
sloof dalam tanah ke bak control. Instalasi dalam tanah tertanam minimal 60
cm di bawah permukaan dan dilindungi pipa PVC. Tahanan tanah harus lebih
kecil dari 1 ohm.
g. Pemipaan bahan baker
- Pipa tegak daily tank diklem ke kerangka daily tank atau dinding tembok.
- Pipa horizontal dalam bangunan terpasang diklem di dalam trench pipa
minyak.
- Di luar bangunan tertanam sedalam 60 cm di bawah permukaan tanah.
h. Pemipaan Silincer
- Sambungan antara Diesel Generatorset ke Silincer memkai pipa flexible.
- Pipa silencer digantung ke dak beton dengan dilengkapi isolator peredam
geteran serta menembus tembok memakai karet pelindung getaran.
- Seluruh pipa Silincer harus dibungkus memakai asbes.
- Silencer digantung memakai besi siku dan isolator peredam.
- Terpal antara engine ke radiator harus terpasang rapi dan tanpa bocor.
i. Radiator terpasang Engine Mounted
Ukuran dan peletakan yang tepat mengikuti shop-drawing kemudian terpal
diskrup ke rangka radiator dan frame Diesel Generatorset.

j. Ruang Generatorset (dinding dan atap) dilapisi dengan Rackwool density 80


kg/m3.
k. Intake Air Exhaust Radiator dan Exhaust Fan di pasang Sound Attenouator
sehingga tercapai noise level 65 DB pada jarak 3 meter.
l. Pompa listrik bahan bakar solar diklem ke lantai dengan angkur dan murbaut.
m. Daily Tank terpasang ke rangka besi secara kokoh pada ketinggian lebih
kurang 2 m di atas lantai.
n. Storage Tank tertanam dalam tanah dan diikat ke kerangka beton sesuai
dengan gambar.
o. Pondasi Genset dan Base Plate.
(Skope pekerjaan ini oleh pihak sipil)

-Sesudah digali diadakan pemadatan tanah, kemudian dibuat werkvloer


dari plesteran setebal 5 cm.
- Di atas pasir di buat blok beton bertulang dengan ukuran sesuai gambar
kerja masanya minimal 1,7 kali berat Diesel Generatorset.
p. Battery dan automatic battery charger terpasang bebas di atas lantai.

Gali Urug

a. Kedalaman dan besaran penggalian harus sesuai dengan kebutuhan sesuai


RKS.
b. Bilamana ada tabrakan dengan pipa, kabel saluran got dan lin-lain harus
dibuat gambar dan cara penyelesaian yang baik untuk semua pihak dengan
mendapat persetujuan dari MK.
c. Setelah selesai penggalian dan pemasangan kabel, galian tersebut harus di
urug kembali dengan sirtu sampai padat.
d. Keterlambatan penggalian sehingga merusak hasil kerja orang lain harus
diperbaiki kembali oleh Kontraktor Generatorser dengan biaya tanggungan
sendiri.

Pentanahan

a. Besarnya tahanan tanah harus lebih kecil dari 1 ohm.


b. Pentanahan dengan cara pantekan batangan tembaga masip.
c. Kawat tembaga dari jaringan pentanahan dihubungkan ke batangan tembaga
dan dilas atau dicor timah.
d. Tempat penyambungan antara kawat pentanahan dengan pantekan dalam
bak kontrol beton bertulang yang di beri tutup.

PENGUJIAN (TESTING)

1. Semua pelaksanaan instalasi dan peralatan harus diuji, sehingga mencapai


hasil baik dan bekerja sempurna sesuai persyaratan PLN atau pabrik. Bila
diperlukan, bahan-bahan instalasi atau peralatan dapat diminta oleh MK
untuk diuji ke Laboratorium atas tanggungan biaya Kontraktor.
2. Tahap-tahap pengujian adalah sebagai berikut :
3. Setiap bagian instalasi permipaan harus diuji sehingga dicapai hasil baik
meurut persyaratan PLN. Untuk bagian-bagian yang akan tertutup instalasi
harus diuji sebelum dan sesudah bagian tersebut tertutup.
4. Setiap bagian instalasi pemipaan harus diuji sehingga tak ada yang bocor
dengan pengujian tekanan sebesar 6 atm selama 2 jam.
5. Panel listrik harus diuji dalam kondisi baik dengan pengujian tegangan dan
tahanan isolasi serta bekerjanya system sesuai dengan ketentuan.
6. Daily Tank dan Storage tank harus diperiksa tidak bocor. Pelampung gelas
penduga air release valve harus bekerja dengan baik khusus untuk storage
tank meter bahan bakar harus bekerja dengan baik dan bilamana telah
mencapai volume minimum akan timbul bunyi alarm.
7. Pompa bahan bakar harus diuji bekerja dengan baik.
8. Battery accu dan automatic baterry charger harus diperiksa cocok dengan
ketentuan RKS dan brosur serta bekerja baik.
9. Polaritas penyambung kabel harus benar dan terpasang dengan kencang.
10. Tahanan tanah harus cocok dengan RKS yang diminta.
11. Tahanan dalam pipa Silincer harus diatur sehingga cocok ketentuan pabrik
dan dapat menghasilkan daya listrik sesuai kapasitas Diesel Generatorset.
12. Dalam pengetesan Diesel Generatorset harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Frequency harus 50 Hz
b. Tegangan fasa-fasa 380 volt, fasa-netral 220 volt.
c. Power factor = 0,8
d. Pengetesan di lakukan sebagai berikut :
● Pengetesan dengan beban 1250 A memakai Dompler atau cara
lain tanpa beban dari gedung.

● Pengetesan beban 25%, 50%, 100%, dan 110% dari net output
yang diminta.

● Keseluruhan pengetesan selama 10 jam.

● Selain beban yang harus di teliti adalah temperatur, tekanan oli


dan lain-lain sesuai standard pabrik.

PENYERAHAN, PEMELIHARAAN & JAMINAN

1. Penyerahan dilakukan dengan Berita Acara Proyek disertai lampiran-lampir


sebagai berikut :
2. Gambar revisi sebanyak 4 set
3. Laporan hasil pengetesan
4. Brosur, operation dan maintenance manual dalam Bahasa Indonesia
5. Surat jaminan dari pabrik yang ditujukan kepada pemilik bangunan
6. Setelah penyerahan pertama, Kontraktor wajib melakukan masa
pemeliharaan secara cuma-cuma selama jangka waktu sesuai yang
ditetapkan dalam persyaratan umum instalasi dan peralatan tetap dalam
keadaan bekerja sempurna.
7. Setelah penyerahan pertama, Kontraktor wajib memberikan jaminan Diesel
Generatorset tetap baik selama 12 (dua belas) bulan.
8. Setelah menyerahkan pertama, Kontraktor wajib melatih operator pemilik
bangunan selama 14 (empat belas) hari kalender pada jam kerja kantor.

SUPERVISI
Kontraktor Genset harus memberikan supervise kepada Kontraktor pemasang
(Instalasi Genset) dan wajib menyediakan minimal 1 orang yang selalu berada di
lapangan selama instalasi berlangsung. Kontraktor wajib memberikan laporan
mingguan kepada Direksi. Bila terjadi kesalahan teknis dalam pemasangan
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Genset. Yang disebut lama
instalasi adalah sampai generator set tersebut bisa beroperasi dengan baik dan
dibuktikan dengan dokumen serah terima.

TRAINING

Kontraktor harus memberikan Training kepada para teknisi minimum 2 minggu


atau sampai operator dikatakan siap mengoperasikan Genset tersebut. Training
meliputi teori, praktek, trable shooting dan memberikan sertifikat kepada para
peserta training.

PRODUK, BAHAN DAN PERALATAN

Bahan, dan peralatan harus memenuhi spesifikasi. Kontraktor dimungkinkan


untuk mengajukan alternatif lain yang setaraf dengan yang dispsifikasikan ke
Direksi. Kontraktor bisa mengganti bila ada persetujuan resmi dan tertulis dari
Pemberi Tugas/MK

Adapun produk bahan dan peralatan pada dasarnya harus sesuai dengan daftar
material.

SISTEM TRANSPORTASI DALAM GEDUNG

PERATURAN UMUM

Peraturan Pemasangan

Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi peraturan-peraturan


sebagai berikut :

1. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000).


2. National Fire Protection Associates (NFPA).
3. Petunjuk dari Pabrik Pembuat Peralatn.
4. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Ibukota Jakarta No. 1173 Tahun 1982.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 05/MEN/1982.
6. Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instalasi yang berwenang, seperti
PLN, Dinas Pemadam Kebakaran dll.
Pekerjaan instalasi ini harus dilaksanakan oleh perusahaan ynag memiliki Surat
Izin Pemasangan Instalasi Transportasi Vertikal dari instansi yang berwenang
dan telah biasa mengerjakannya dimana daftar referensi pemasangan harus
dilampirkan dalam surat penawaran.

Gambar Rencana

1. Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan satu


kesatuan yang saling melengkapi dan sama mengikatnya.
2. Gambar-gambar system ini menunjukan secara umum tata letak dari
peralatan, sedangkan pemasangan harus dikerjakan dengan
memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada.
3. Gambar-gambar Arsitektur, Struktur/Sipil maupun interior harus dipakai
sebagai referensi untuk pelaksanaan.
Koordinasi

1. Kontraktor instalasi ini hendaknya bekerjasama dengan kontraktor lain, agar


seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancer sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
2. Koordinasi yang baik perlu ada, agar instalasi yang satu tidak menghalangi
instalasi yang lain.
3. Apabila dalam pelakasanaan instalasi ini menghalangi instalasi yang lain,
maka semua akibatnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Pelakasanaan Pemasangan

1. Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi dimulai, Kontraktor harus


menyerahkan gambar kerja dan detailnya (Shop Drawing) kepada Pimpinan
Proyek/Konsultan Perencana dalam rangkap 4 (empat) untuk disetujui.
2. Yang dimaksud gambar kerja adalah gambar yang menjadi pedoman dalam
pelaksanaan, lengkap dengan dimensi peralatan, jarak peralatan satu
dengan yang lainnya, jarak terhadap dinding dan peralatan, dimensi
accecories yang dipakai. Pimpinan Proyek berhak menolak gambar kerja
yang tidak mengikuti ketentuan tersebut diatas.
3. Contoh dari finishing interior kereta dan kusen pintu-pintunya, harus
diajukan pada Pimpinan Proyek/Perencana untuk disetujui bentuk dan
warnanya.
4. Kontraktor wajib mengadakan pemeriksaan ulang ats segala ukuran dan
kapasitas peraltan yang akan dipasang. Apabila ada sesuatu yang
diragukan Kontraktor harus segera menghubungi Pimpinan Proyek.

Persetujuan Material, Peralatan dan dokumen yang disertakan

1. Umum
Dalam jangka waktu maksimal 14 (empat belas) hari setelah menerima
SPK, dan sebelum memulai pekerjaan instalasi peralatan ataupun material,
Kontraktor harus menyerahkan daftar jadwal shop drawing, daftar peralatan
dan bahan yang akan digunakan pada Proyek ini untuk disetujui oleh
Pimpinan Proyek/Konsultan Perencana.

Pimpinan Proyek tidak bertanggung jawab atas contoh bahan yang akan
dipakai dan semua biaya yang yang berkenaan dengan penyerahan dan
pengambilan contoh / dokumen ini.

2. Shop Drawing
Kontraktor harus menjalankan gambar kerja berikut detail dan potongan
yang diperlukan untuk diperiksa dan disetujui.

Dengan mengajukan gambar-gambar kerja ini berarti Kontraktor sudah


mempelajari keadaan lapangan setempat, gambar-gambar Struktur, Arsitek
maupun gambar-gambar instalasi lainnya.
3. Daftar Peralatan dan Bahan
Suatu daftar yang lengkap unutk peralatan dan bahan yang akan digunakan
pada Proyek ini harus diserahkan untuk mendapatkan persetujuan Pimpinan
Proyek/Konsultan Perencana dengan dilampiri brosur-brosur yang lengkap
dengan data-data teknis, performance dari peralatan.

Daftar peralatan dan bahan yang diajukan harus sesuai dengan spesifikasi
teknis.

Peralatan dan Bahan

1. Umum
Semua peralatan dari bahan maupun komponennya harus baru dan sesuai
dengan brosur yang dipublikasikan dan sesuai dengan spesifikasi
sebagaimana yang diuraikan maupun pada gambar-gambar dan merupakan
produk yang masih beredar dan diproduksi secara teratur.

2. Peralatan dan bahan sejenis


Untuk peralatan dan bahan sejenis yang fungsi penggunaannya sama harus
merupakan produksi pabrik (merk), sehingga memberikan kemungkinan
saling dapat dipertukarkan.

3. Penggantian Peralatan dan Bahan


Semua peralatan dan bahan yang diajukan dalam tender harus sudah
memenuhi spesifikasi walaupun dalam pengajuan saat tender kemungkinan
ada peralatan dan bahan yang belum memenuhi spesifikasi, tetapi tetap
harus dipenuhi sesuai spesifikasi bila sudah ditunjuk sebagai Kontraktor
Pelaksana Pekerjaan.

Untuk peralatan dan bahan yang sudah memenuhi spesifikasi, karena suatu
yang tidak bisa dihindari terpaksa harus diganti, maka sebagai penggantinya
harus dari jenis yang setaraf atau lebih baik (equal or better) yang harus
disetujui Pimpinan Proyek / Konsultan Perencana.

Bila pihak Pimpinan Proyek membuktikan bahwa penggantinya itu betul


setaraf atau lebih baik, maka biaya yang menyangkut pembuktian tersebut
harus ditanggung oleh Kontraktor.

4. Pekerjaan Engineering
Kontraktor untuk pekerjaan ini harus mempelajari seluruh dokumen kontrak
dengan teliti untuk mengetahui semua kondisi yang berpengaruh pada
pekerjaan ini.

Semua pendukung, angker dan ikatan-ikatan lain atau keperluan-keperluan


lain yang tidak ditunjuk atau dipersyaratkan secara khusus harus dilengkapi
tanpa biaya tambahan.

As Built Drawing

- Kontraktor harus menyerahkan 1 (satu) set as-built drawings berupa gambar


transparent (Sepia) dan 3 (tiga) set gambar cetak birunya. Gambar as-built
drawing ini lengkap untuk seluruh instalasi terpasang pada proyek ini lengkap
untuk seluruh instalasi terpasang pada proyek ini berikut gambar-gambar
detail dan gambar potongan.
- As-built drawing ini harus menunjukan lokasi dan posisi yang tepat dari
seluruh bagian-bagian referensi dari instalasi yang digunakan seperti kolom,
dinding dan lain sebagainya.
Kontraktor harus menunjukan pada satu set gambar cetak biru dari gambar
Kontrak terhadap, deviasi-deviasi, pengembangan dan revisi-revisi yang
terjadi semasa pelaksanaan.

- Nama Proyek
- Nama Pemilik
- Nama Konsultan Perencana
- Nama Konsultan Pengawas
- Judul Gamabr / dan bagian dari bangunan
- Nama Kontraktor
- Nomor Gambar
- Tanggal

Penanggung Jawab Pelaksanaan

1. Kontraktor instalasi ini harus menempatkan seorang penanggung jawab


pelaksanaan yang ahli dan berpengalaman yang harus selalu berada
dilapangan, yang bertindak sebagai wakil dari kontraktor teknis serta
bertanggung jawab penuh dalam menerima segala instruksi yang akan
diberikan oleh pihak Pimpinan Proyek.
2. Pananggung jawab pelaksanaan ini harus seorang karyawan tetap pada
manufacturer dari elevator ini dengan pengalaman kerja dalam pemasangan
sekurang-kurangnya selama 8 (delapan) tahun.
3. Penanggung jawab tersebut diatas juga harus berada ditempat pekerjaan
pada saat diperlukan/dikehendaki oleh pihak Pimpinan Proyek.

Laporan-Laporan

1. Laporan Harian dan Mingguan


Kontraktor wajib membuat laporan harian dan laporan mingguan yang
memberikan gambaran mengenai :

- Kegiatan fisik
- Catatan dan perintah Direksi yang disampaikan secara lisan maupun
secara tertulis.
- Jumlah material masuk / ditolak
- Jumlah tenaga kerja
- Pekerjaan tambah / kurang
Laporan mingguan merupakan ringakasan dari laporan harisn dan setelah
ditanda tangani oleh Project Manager diserahkan kepada Pimpinan Proyek
untuk diketahui/disetujui.

2. Laporan Pengujian
Kontraktor instalasi ini harus menyerahkan kepada Pimpinan
Proyek/Konsultan Perencana dalam rangkap 3 (tiga) mengenai hal-hal
sebagai berikut :

- Hasil pengujian semua persyaratan operasi instalasi


- Hasil pengujian peralatan
- Dan lain-lainnya
Semua pengujian dan pengukuran yang dilaksanakan harus disaksikan oleh
pihak Pimpinan Proyek.

Garansi

1. Semua peralatan, bahan dan mutu hasil pekerjaan harus digaransi selama 1
(satu) tahun terhitung semenjak tanggal penyerahan pertama.
2. Semenjak penyerahan pertama tersebut sampai masa garansi berakhir, bila
terjadi kerusakan atau kegagalan pekerajaan instalasi. Kontraktor wajib
mengganti atau memperbaiki kerusakan atas biaya sendiri.
3. Bila terdapat kerusakan pada peralatan sehingga perlu diperbaiki atau
diganti maka garansi tetap berlaku semenjak penggantian atau perbaikan
tersebut.
4. Bila terjadi kerusakan pada peralatan-peralatan utama (contoh, motor
penggerak) maka motor tersebut harus diganti baru dan tidak boleh
wiringnya digulung baru (re-wiring).

Masa pemeliharaan dan serah terima pekerjaan

1. Masa pemeliharaan untuk instalasi ini adalah selama 6 (enam) bulan


terhitung sejak saat penyerahan pertama.
2. Selama masa pemeliharaan ini Kontraktor instalasi ini diwajibkan
memperbaiki dan melaksanakan bagian-bagian pekrjaan yang tidak
sempurna untuk yang belum atau yang sudah diperingatkan
sebelumnya tanpa adanya tambahan biaya.
3. Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah selesai
dilaksanakan masih merupakan tanggung jawab Kontraktor
sepenuhnya.
4. Kontraktor harus menyerahkan dokumen-dokumen lengkap saat serah
terima pekerjaan pertama berupa:
a. As-built drawing (lihat para 1.7)
b. Brosur-brosur peralatan dan kontrol yang berisi antara lain:
- Nama-nama supplier peralatan kotrol yang terlibat dalam proyek ini
lengkap dengan alamat dan nomor telepon serta orang yang bisa
dihubungi (contact person).
- Data laporan pengujian.
- Sertifikat jaminan peralatan dan instalasi.
- Spare parts dan tools
Semua point a s/d f harus dibundel dalam satu bundel dengan cover
kertas dan diserahkan sebanyak 3 (tiga) sets.

Penambahan/Pengurangan/Perubahan instalasi

1. Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan


dengan kondisi lapangan. Harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan
pihak Perencana/Pimpinan Proyek.
2. Kontraktor instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar perubahan yang
ada kepada pihak Pimpinan Proyek/Konsultan Perencana dalam rangkap 3
(tiga).
3. Perubahan material, dan lain-lainnya harus mendapat instruksi dari
Pimpinan Proyek secara tertulis sebelum dilaksanakan. Dan pekerjaan
tambah/kurang/perubahan yang ada harus disetujui oleh Pimpinan Proyek
secara tertulis.

Ijin-Ijin

Pengurangan ijin-ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan dan pengujian instalasi


ini serta seluruh biaya yang diperlukannya menjadi tanggung jawab Kontraktor
sepenuhnya.

Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran

1. Pembobokan dinding, lantai dan sebagainya yang diperlukan dalam


pelaksanaan instalasi ini, harus dikembalikan ke kondisi semula dan menjadi
lingkup pekerjaan instalasi ini.
2. Pembobokan/pengelasan/pengeboran tersebut di atas baru dapat
dilaksanakan apabila sudah ada persetujuan dari pihak Pimpinan
Proyek/Konsultan Perencana secara tertulis.

Pemeriksaan Rutin dan Khusus

1. Pemeriksaan rutin dalam masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh


Kontraktor instalasi secara periodik dan minimum 2 (dua) kali tiap satu
minggu.
2. Pemeriksaan khusus dalam waktu pemeliharaan harus dilaksanakan oleh
Kontraktor instalasi ini apabila ada permintaan dari pihak Pimpinan
Proyek/Pemilik dan atau apabila ada gangguan dalam instalasi ini.
3. Teknisi pelaksana pekerjaan ini harus sudah tiba di lapangan bila ada
gangguan dalam waktu 1 x 24 jam sejak waktu dipanggil. Bila tidak, maka
perbaikan dapat diberikan kepada orang lain dengan seluruh beban biaya
ditanggung oleh Kontraktor.

Pekerjaan Instalasi Listrik

1. Pekerjaan instalasi listrik yang termasuk pekerajaan ini adalah sistem


instalasi tenaga listrik secara lengkap sehingga instalasi ini dapat
berjalan baik dan aman sehingga pada waktu serah terima pertama
instalasi tersebut harus sudah dapat dipergunakan oleh Pemilik.
2. Seluruh peralatan yang direncanakan dalam instalsi ini adalah untuk
bekerja pada frekuensi 50 Hz ± 2 Hz dan tegangan 220/380 volt ± 5
%.

LINGKUP PEKERJAAN

1. Umum
Pekerjaan instalasi ini meliputi seluruh pekerjaan pengadaan dan
pemasangan Instalasi Transportasi Vertikal yang terdiri dari 1 (satu) unit lift
penumpang secara lengkap termasuk semua perlengkapam dan sarana
penunjangnya sehingga diperoleh suatu instalasi yang lengkap dan baik
serta diuji dengan seksama dan siap untuk dipergunakan.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Pengadaan dan pemasangan semua peralatan lift seperti : motor traksi,
system control dan pengaturan, system suplai daya listrik, railing, roping
dan lain-lain.
b. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi rel dan rope.
c. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi control.
d. Pengadaan dan pemasangan system ventilasi udara di ruang mesin.
e. Pengadaan dan pemasangan system instalasi komunikasi dan fire
alarm.
f. Pengadaan dan pemasangan sumber daya listrik bagi instalasi ini seperti
kabel dan panel-panel.
g. Melaksanakan pekerjaan testing dan adjusting dari semua instalasi yang
terpasang, sehingga instalasi bekerja dengan sempurna.
h. Pengadaan dan pemasangan semua pekerjaan sipil yang diperlukan
untuk instalasi ini seperti yang tercantum dan diuraikan dalam dokumen
ini.
i. Perbaikan kembali semua kerusakan dan finishing yang diakibatkan oleh
pekerjaan instalasi ini.
j. Mengadakan pelatihan bagi petugas-petugas yang ditunjuk oleh Pemilik
mengenai cara-cara menjalankan dan memelihara instalasi ini, sehingga
petugas tersebut betul-betul dapat menjalankan dan memelihara
instalasi dengan benar.
k. Menyerahkan gambar-gambar, bukti petunjuk cara menjalankan dan
pemeliharaan serta data teknis lengkap peralatan instalasi yang
terpasang.
l. Mengadakan pemeliharaan instalasi ini secara berkala selama masa
pemeliharaan.
m. Membersihkan pekerjaan atau ketentuan lain yang tercantum dalam
dokumen ini beserta addendumnya.

5. PEKERJAAN AKHIR
1. Membersihkan sisa pekerjaan yang sudah tidak terpakai lagi dibersihkan dan
diangkut ke luar proyek. Membuat As Built Drawing

2. Pekerjaan Seandainya terdapat perubahan-perubahan saat pelaksanaan di


lapangan.

Makassar, Desember 2021


Pejabat Pembuat Komitmen
Rumah Susun dan Khusus
Penyediaan Perumahan
Provinsi Sulawesi Selatan

Ir.H.Lukman Nurdin
NIP. 19651219 200812 1 001

Anda mungkin juga menyukai