2015
SPESIFIKASI TEKNIS
1.1 PEKERJAAN PERSIAPAN DAN PENUNJANG PROYEK
1.1.1 Umum
Pekerjaan persiapan dan penunjang merupakan pekerjaan sementara yang harus
dilaksanakan agar pekerjaan konstruksi dapat dilaksanakan dengan mudah dan
lancar. Pekerjaan-pekerjaan ini pada umumnya bersifat darurat, tetapi secara
struktural harus mampu memikul beban yang ada dan harus dilaksanakan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan serta sesuai dengan syarat-syarat teknis.
Kontraktor harus membuat dan menyerahkan spesifikasi dan gambar-gambar
pekerjaan sementara kepada Direksi untuk memperoleh persetujuan, selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum pekerjaan dimulai.
Konstruksi maupun dimensi bench mark akan ditentukan kemudian oleh Direksi.
1.1.6 Izin-izin
Kontraktor harus mengurus semua izin yang diperlukan sehubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai.
suatu item pekerjaan, maka harus digunakan standar internasional yang berlaku
atas pekerjaan dimaksud atau digunakan standar dari negara produsen bahan
yang menyangkut pekerjaan dimaksud.
1.1.5 Bahan
a Bahan yang digunakan adalah batu kali atau batu gunung dengan kondisi
harus bersih, keras tanpa lapisan yang lemah atau retak dan harus memiliki
satu daya tahan (awet).
b Batu-batu tersebut harus berbentuk rata, bentuk baji ataupun oval dan harus
dapat dilapisi seperlunya untuk menjamin saling mengunci yang rapat bila
dipasang bersama-sama dan memberikan satu profil permukaan di dalam
batas-batas ukuran yang ditetapkan dalam gambar kerja.
1.1.6 Pelaksanaan
Batu-batu harus diletakan sedemikian rupa, sehingga secara keseluruhan
memiliki daya saling mengunci (interlocking) dan stabil. Posisi batu harus
memungkinkan untuk melatakan pasangan batu kali di atasnya dan
memberikan permukaan yang maksimal untuk dilapisi pasta semen guna
pelekatan dengan pasangan di atasnya.
CV. Gelora Wija Luwu Enterprasies TA.2015
1.10.2 Material :
a. Batu kali yang dipakai harus dari jenis yang keras yang tidak keropos,
serta mempunyai gradasi baik dengan diameter maksimum 25 cm.
b. Adukan yang dipakai terdiri dari campuran 1 PC : 4 pasir.
c. Baik batu, pasir maupun air adukan yang dipakai pada pekerjaan ini
harus bersih dari lumpur dan kotoran-kotoran lainnya.
d. Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan jenis batu lain kecuali atas
izin Direksi.
1.10.3 Pelaksanaan :
a. Pekerjaan pasangan batu kali dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan
bentuk-bentuk yang ditunjukan dalam gambar.
b. Setiap batu harus dipasang di atas lapisan adukan dan diketok
ditempatnya hingga penuh.
c. Adukan harus mengisi penuh rongga-rongga antara batu, untuk
mendapatkan massa yang kuat dan integral
a. Agregat :
Agregat harus terdiri dari gradasi baik dengan ukuran butir dari yang halus
sampai kasar, dan harus sesuai dengan persyaratan dalam ketentuan-
ketentuan beton. Penyimpanan harus dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga
bebas dari kontaminasi dengan bahan-bahan yang dapat merusak.
b. S e m e n :
b.1 Semen yang dipakai harus bermutu baik, tidak berbatu, seperti disyaratkan
dalam NI-8 Bab 3-2;
b.2 Semen ini harus dibawah ketempat pekerjaan dalam kemasan standard
dari pabrik dan terlindung.
b.3 Untuk pelaksanaan pekerjaan beton ini Kontraktor harus mengusahakan
hanya menggunakan satu merk semen saja.
c. Besi Tulangan :
c.1 Besi untuk tulangan penyimpanannya harus bebas dari kontaminasi
langsung dengan udara, tanah lembab, aspal, oli (minyak) dan gemuk.
c.2 Pengikat tulangan beton harus menggunakan kawat beton yang
berukuran garis tengah minimal 1 mm.
d. A i r :
Air yang dipakai untuk pengecoran harus bersih, dalam arti tidak mengandung
lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat mempengaruhi kekuatan beton.
e. Bekisting :
Bahan cetakan beton (bekisting) menggunakan kayu klas III, kecuali
Direksi/Pengawas menegaskan lain.
1.11.4 Pelaksanaan :
1. Pengecoran Beton :
a. Sebelum pengecoran dilaksanakan, bekisting harus bersih dari kotoran-kotoran
dan bahan-bahan lain. Alat-alat pengaduk beton (beton molen) dan alat
pembawa juga harus bersih. Penulangan harus dimatikan pada posisinya, serta
harus diperiksa terlebih dahulu.
b. Dimensi semua bagian beton tertera pada gambar bestek dan detail. Jika
terdapat ketidak cocokan pada ukuran Kontraktor diwajibkan untuk minta
pertimbangan terlebih dahulu dari Direksi.
c. Besar diameter besi tulangan harus sesuai dengan ketentuan dalam gambar.
Jika suatu diameter tidak terdapat dipasaran, Kontraktor diwajibkan
membicarakan terlebih dahulu dengan Direksi
d. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 1,50 meter dan
segera sesudah pengecoran dimulai, lapisan-lapisan beton dipadatkan dengan
penggetar (internal concrete vibrator). Kecepatan vibrator dalam adukan harus
tetap dan konstan serta penggunaannya tidak boleh mengenai besi tulangan.
e. Peraturan-peraturan mengenai pelaksanaan pekerjaan beton yang tidak
tercantum dalam RKS ini, dipakai peraturan yang termuat dalam PBI 1971
sebagai syarat.
f. Agar pemeriksaan dan persetujuan dari Direksi atas pelaksanaan pengecoran
beton dapat diberikan pada waktunya, Kontraktor diwajibkan menyampaikan
pemberitahuan tentang rencana pengecoran 2 x 24 jam sebelumnya.
g. Bekisting baru boleh dibongkar setelah beton bersangkutan mengalami
periode pengerasan sebagaimana diatur pada PBI 1971, dan sementara itu
penyiraman beton harus selalu dilaksanakan.
CV. Gelora Wija Luwu Enterprasies TA.2015
2. Penyambungan Beton :
Apabila oleh karena sesuatu dan lain hal pengecoran beton diputuskan
sebelum selesai , sebelum melanjutkan pengecoran pada beton yang
telah mengeras permukaan yang akan disambung harus dikasarkan dan
dibersihkan, bekisting dikencangkan kembali dan penyambungannya
menggunakan air atau bonding agent yang disetujui Direksi/Pengawas.
3. S l u m p :
a. Slump yang diijinkan untuk beton dalam keadaan mix normal adalah sesuai
dengan PBI 1971
b. Pemakaian nilai slump harus teratur dan disesuaikan dengan kebutuhannya,
misalnya daerah-daerah yang pembesiannya rapat dipergunakan slump yang
tinggi.
4. Lantai Kerja
Semua beton yang berhubungan dengan tanah sebagai dasarnya, harus
diberi urugan dan lantai kerja masing-masing setebal 5 cm dengan
komposisi adukan 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr dan dipasang dibawah konstruksi
beton tersebut.
5. Pemeliharaan Beton :
a. Beton yang sudah dicor pada tempatnya harus dijaga agar selalu lembab
dengan jalan menutup beton dengan karung basah atau menyiraminya dengan
air secara rutin, sampai beton berumur satu minggu.
b. Pada umur sampai dengan 24 jam, beton harus dijaga dari air hujan deras, air
mengalir, getaran-getaran dan sinar matahari.
6. Bahan Additive :
Pemakainan bahan additive harus disertai percobaan laboratorium
guna mendapatkan hasil yang baik dan disetujui Direksi/Pengawas.
Bahan additive ini harus memenuhi persyaratan ASTM atau JIS.
7. Bekesting :
a. Seluruh bahan pekerjaan bekisting menggunakan papan terentang (kayu klas
III) dan balok 5/10 cm, kecuali Direksi/Pengawas menegaskan lain, dan untuk
mendapatkan hasil cetakan yang menenuhi syarat pekerjaan bekisting harus
dikerjakan oleh tukang yang ahli.
b. Celah-celah antara papan bekisting harus cukup rapat, agar waktu mengecor
tidak ada air adukan yang lolos, sebelum mulai mengecor bagian dari dalam
bekisting harus disiram air dan dibersihkan dari kotoran.
c. Bekesting harus direncanakan, dilaksanakan dan diusahakan sedemikian rupa
agar waktu pengecoran dan pembongkaran tidak mengakibatkan cacat-cacat,
gelombang-gelombang maupun perubahan-perubahan betuk, ukuran-ukuran,
ketinggian-ketinggian serta posisi dari pada beton yang dicor.
d. Penyangga-penyangga harus diberi jarak antara, yang dapat mencegah
defleksi bahan-bahan bekesting. Bekesting serta sambungan-sambungan harus
rapat, sehingga mencegah kebocoran-kebocoran adukan selama pengecoran.
Lubang-lubang permukaan sementara harus disediakan didalam bekesting
untuk memudahkan pembersihan.
e. Pembongkaran Bekesting :
f. Bekesting harus dibongkar dengan cara sedemikian rupa, sehingga dapat
menjamin keselamatan penuh atas struktur-struktur yang dicetak dengan
CV. Gelora Wija Luwu Enterprasies TA.2015
1.12.2 Referensi :
Persyaratan-persyaratan standar mengenai pekerjaan ini tertera pada
PUBI N-3 1970 dan N-10 1973 dan SNI 1728-1989; SKBI 1.3.53.1989,
tentang Tata Cara Pelaksanaan mendirikan Bangunan Gedung.
1.12.3 Material :
a. Batu bata yang digunakan harus baru, terbakar keras dan tidak patah-
patah. Ukuran yang dianjurkan adalah 5 cm x 11 cm x 22 cm dengan
toleransi 0,5 cm.
b. Adukan yang digunakan untuk pasangan bata biasa adalah campuran
1 PC : 5 Ps, sedangkan untuk daerah kedap air (trasram) menggunakan
campuran 1 PC : 2 Ps,
1.12.4 Pekerjaan dan Penyiapan
Bahan-bahan yang akan digunakan pada pekerjaan ini disimpan dengan
cara-cara yang disetujui Direksi Pengawas, untuk menghindari dari segala
hal yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bahan-bahan tersebut.
1.12.5 Pelaksanaan :
a. Pasangan dinding batu bata umumnya adalah 1/2 batu, kecuali Direksi
memberikan petunjuk lain.
b. Pemasangan batu bata Pada dinding harus lurus dan tegak, lajur
penaikannya diukur tepat dengan tiang lot, kecuali bilamana tidak
diperlihatkan dalam gambar maka setiap lajur bata harus putus
sambungan dengan lajur dibawahnya. Selain itu pola ikatan pasangan
harus terjaga baik diseluruh pekerjaan.
c. Pada jarak-jarak tertentu pasangan batu tersebut harus diperkuat
dengan Kolom Praktis (beton), dengan dimensi, penulangan dan
penempatan sesuai gambar.
d. Segera setelah pasangan batu bata selesai, siar-siarnya dikeruk
sedalam 1 cm agar plesteran dapat melekat dengan baik.
e. Sebelum bata dipasang hendaknya direndam dalam air sampai jenuh,
dan pemasangannya harus rapi sesuai dengan syarat pekerjaan yang
CV. Gelora Wija Luwu Enterprasies TA.2015
1.16.3 Pelaksanaan :
Semua pekerjaan Kusen, Pintu dan Jendela, tiang, Lisplank, kuda – kuda
kasau dan reng pada bagian-bagian pertemuan harus dikerjakan dengan
rapi dan tidak berongga, serta jarak pemasangannya mengikuti petunjuk
yang tertera dalam gambar.
1.1.1 Pelaksanaan :
a. Atap genteng metal harus diperiksa terlebih dahulu dengan tidak
mengalami kerusakan/pecah untuk menjaga kebocoran.
b. Pemasangan harus dilakukan oleh tenaga/tukang yang terampil yang
sebelumnya telah mendapatkan pengetahuan teknis pelaksanaan
mengenai cara pemasangan genteng metal.
c. Atap harus dipasang dalam keadaan rapat agar terjaga dari rembesan
air hujan.
d. Kontraktor diharuskan mengajukan contoh-contoh bahan untuk
mendapatkan persetujuan Direksi/Pengawas .
1.3.2 Material :
a. Kabel – kabel yang dipakai adalah dari jenisnya NYA yang memenuhi
standar PLN (SPLN) serta berantai LMK (Menimal merek Eterna atau
Setara).
b. Stop kontak, saclar dan fitting serta peralatan listrik yang digunakan
harus buatan dalam negeri yang telah memenuhi standar PLN,
kemampuan menimal 10/16A.
c. Lampu yang digukana adalah jenis SL 25 Watt dan SL 10 Watt harus
merek Philips TL atau setara harus dilengkapi Capasitor.
1.3.3 Pelaksanaan :
a. Pemasangan instalasi listrik harus berpedoman pada peraturan umum
instalasi listrik (PUIL) tahun 2000.
b. Untuk menangani pekerjaan ini harus ditunjuk instalatur yang telah
memiliki SPJT dan SBUJK bidang & M dari AKLI.
c. Instalasi yang terpasang harus disesuaikan dengan tenaga listrik yang
terpasang di aera proyek.
d. Untuk penerangan dan stop kontak biasa kabel yang digunakan adalah
jenis NYA diameter 2.5 mm atau 1.5 mm dengan pelindung PVC
diameter 5/8” dan dipasang inbouw.
e. Untuk semua penyambung kabel harus menggunakan T Dos dan
ditutup dengan las dop. Serta ditempatkan pada dudukan yang aman.
f. Pemasangan instalasi listrik umumnya dikerjakan sebelum plafond
ditututup dan peralatan dinding dikerjakan.
g. Pada semua stop kontak dan SDP harus diberi arde dengan
menggunakan kawat BC, dan kasus pentanahan harus dikerjakan
sampai mendapatkan tahanan yang disaratkan, serta diberi pelindung
pipa paralon diameter ¾”.
c. Kran air yang digunakan sesuai dengan gambar kerja dan spek yang
tertera dalam RAB.
1.4.3 Pelaksanaan :
a. Pipa PVC penyambungannya dilakukan dengan sambungan (draad)
berulir jentangnya dilapisi dengan seal tape.
b. Pemasangan pipa dank ran air stenles steel harus dilaksanakan dengan
baik dan tertutup, kecuali apabila menggunakan water moer harus
dipasangan pada tempat yang mudah dicapai dan tidak tertutup oleh
dinding maupun lantai.
1.4.4 Pengujian ;
a. Semua instalasi baik pipa maupun karan air sebelum ditutup haruslah
diuji terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya kebocoran.
b. Bila dalam pengujian ditemukan adanya kerusakan, kebocoran atau
penyumbatan kontraktor harus segera mengganti/memperbaiki
kerusakan tersebut, kemudian dilakukan pengujian/pemeriksaan
kembali.
serta bahan – bahan yang tidak terpakai lagi harus diangkut ke luar
lokasi pekerjaan.
c. Kerusakan lain akibat dari pembongkaran menjadi tanggung jawab
kontraktor untuk memperbaiki kembali.
1.3 DOKUMENTASI
Kontraktor harus membuat foto-foto dokumentasi dibuat sebelum pekerjaan di mulai
(0% ), tahap pelaksanaan hingga pengusulan terminj, penyerahan I (pertama) dan
penyerahan II (kedua), foto dokumentasi harus selalu diambil pada posisi yang sama
untuk setiap kemajuan (tampak depan, samping dan belakang) dan setiap tahapan
bagian pekerjaan yang penting antara lain penulangan beton, pengecoran, kansteen
dan lain-lain. Foto-foto tersebut dimasukan kedalam album dan diserahkan kepada
Pemimpin Bagian Proyek (Direksi/Pengawas) sebanyak 3 (tiga) set.
1.4 GAMBAR PELAKSANAAN (AS BUILD DRAWING)
1.4.1 Setelah selesainya seluruh pekerjaan, Kontraktor bekerja sama dengan Konsultan
Pengawas membuat gambar terlaksana/as build drawing (jika terdapat
perubahan pelaksanaan dari perencanaan) berdasarkan shop drawing dari
seluruh sistem, struktur dan konstruksi, termasuk perletakan, denah maupun
instalasi.
1.4.2Instalasi listrik, instalasi air bersih dan instalasi air kotor harus dibuat oleh
Kontraktor sesuai dengan keadaan yang terpasang dan diserahkan kepada
Pemberi Tugas pada saat Serah Terima Pekerjaan
1.5 PENGAWASAN
1.5.1 Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan akan dilakukan oleh
Direksi/Konsultan Pengawas dan Pengelola Teknis.
1.5.2 Setiap saat Konsultan Pengawas dan Pengelola Teknis harus dapat mengawasi,
memeriksa atau menguji setiap bagian pekerjaan, bahan dan peralatan maupun
tenaga kerja. Untuk itu Kontraktor harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang
diperlukan.
1.5.3 Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengamatan
Konsultan Pengawas dan Pengelola Teknis adalah menjadi tanggung jawab
Kontraktor. Pekerjaan tersebut bila diperlukan harus dapat diperiksa sebagian
atau seluruhnya untuk keperluan/kepentingan pemeriksaan.
1.5.4 Jika diperlukan pengawasan oleh Konsultan Pengawas dan Pengelola Teknis
diluar jam kerja yang resmi, maka biaya untuk hal tersebut menjadi beban
Kontraktor. Permohonan untuk mengadakaan pemeriksaan tersebut harus
dengan surat yang disampaikan kepada Direksi/Pengawas.
1.6 PEKERJAAN AKHIR
Area Bangunan Pasar harus dibersihkan dari sisa-sisa bahan-bahan bangunan,
kotoran-kotoran dan gundukan-gundukan tanah bekas galian harus diratakan serta
bahan-bahan yang tidak terpakai lagi harus diangkut keluar lokasi pekerjaan.