Anda di halaman 1dari 42

TUGAS KELOMPOK

PERALATAN DAN METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

DISUSUN OLEH:
MIDINA DESTARI 03011281520103
ADE MARTSELIA 03011281520107
DUTA KARINDA SEKALA BRAK 03011381520079
NAURA LATIFA HANUM 03011381520081
MUTHIAH ALIFAH DIANSYAH P. 03011381520085
MUHAMMAD ICHSAN KURNIAWAN 03011381520087
MERRINDA TRISULLAH 03011381520091
R. MUHAMMAD FAIZ HIKAMI 03011381520095
OLIVIA JASMINE 03011381520097
JAMILAH MARYAM KIFLI 03011381520135

DOSEN PENGAMPU:
DR. MONA FORALISA TOYFUR, S.T., M.T.
DR. BETTY SUSANTI, S.T., M.T.
CITRA INDRIYATI, S.T., M.T.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan......................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pondasi Tiang Pancang.................................................................

2.1.1 Material.................................................................................

2.1.2 Peralatan...............................................................................

2.1.3 Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah...............................

2.2 Pondasi Bored Pile.......................................................................

2.2.1 Material.................................................................................

2.2.2 Peralatan...............................................................................

2.2.3 Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah...............................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan merupakan hal penting dalam kemajuan suatu daerah. Dengan
adanya pembangunan, maka akan memberikan peluang bagi daerah tersebut untuk
lebih berkembang. baik dari sektor ekonomi, pendidikan, sosial, kebudayaan, dan
lain-lain. Diadakannya pembangunan di suatu daerah dapat dilakukan untuk berbagai
tujuan, salah satunya adalah untuk memajukan sistem perekonomian di daerah
tersebut.
Pada dasarnya, bangunan merupakan komponen struktur tiga dimensi yang terdiri
dari elemen yang menunjang pada bentuk dan fungsi dari bangunan. Struktur
bangunan gedung terdiri dari komponen–komponen di atas tanah dan komponen–
komponen di bawah tanah yang direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat
menyalurkan beban ke tanah dasar.
Konstruksi dari sebuah bangunan merupakan kebutuhan dasar manusia, dimana
tingkat kebutuhan tersebut terus meningkat sejalan dengan perkembangan dan
kemajuan teknologi. Konstruksi bangunan merupakan suatu objek yang kompleks,
dimana di dalam bangunan tersebut diperlukan perhitungan dan analisa yang cermat
serta pertimbangan tertentu yang akan menghasilkan suatu bangunan yang memenuhi
syarat kokoh, ekonomis, maupun estetika.
Dalam proses pembangunan, tentunya dimulai dari pekerjaan struktur bawah, lalu
dilanjutkan dengan pekerjaan struktur atas. Bentuk dan struktur tanah memberikan
peranan penting dalam suatu pekerjaan konstruksi yang harus dicermati karena
kondisi ketidaktentuan dari tanah berbeda-beda. Pondasi merupakan suatu pekerjaan
yang sangat penting dalam pekerjaan kontruksi karena pondasi inilah yang memikul
dan menahan beban yang bekerja diatasnya, yaitu beban konstruksi atas. Pondasi
menyalurkan tegangan-tegangan yang terjadi pada beban struktur atas kedalam
lapisan tanah yang keras yang dapat memikul beban konstruksi tersebut.
Dipilihya pembahasan mengenai tinjauan pelaksanaan pondasi tiang pancang dan
bored pile karena ingin lebih mengetahui dan memahami metode pelaksanaan
konstruksi tiang pancang dan bored pile yang dipakai dalam proyek tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini, adalah:
1. Bagaimana metode pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang pancang dan bored pile
di lapangan?
2. Apa saja material dan peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pondasi tiang
pancang dan bored pile?

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mengidentifikasi tahapan pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang pancang dan
bored pile yang digunakan dalam di lapangan.
2. Mengetahui material dan peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pondasi
tiang pancang dan bored pile.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pondasi Tiang Pancang


Pada tugas ini akan dibahas mengenai tahapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
pada proyek Pembangunan Jembatan Tol Kayu Agung – Palembang - Betung seksi II
paket III.2. Pembahasan difokuskan pada tinjauan pekerjaaan struktur bawah, yaitu
pekerjaan pondasi tiang pancang.
2.1.1 Material
Pada proyek pembangunan Jembatan Tol Kayu Agung – Palembang – Betung
(KaPal Betung) Seksi 2 Paket III.2 material yang digunakan pada pekerjaan pondasi
antara lain:
1. Tiang Pancang
Tiang yang digunakan pada proyek ini adalah tiang pancang jenis spun pile
dengan penampang lingkaran berdiameter 600 mm dengan mutu beton fc’ 50 MPa,
serta panjang 45 meter. Dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Tiang pancang (lingkaran diameter 60 cm)

2. Concrete Ready Mix


Proses pengecoran menggunakan Concrete Ready Mix yang berasal dari Waskita
Batching Plant. Concrete Ready Mix ini digunakan pada pekerjaan spun pile dan pile
cap. Dimana sebelum dilakukan pengecoran pada pile cap, concrete ready mix
diambil sampelnya untuk uji slump menggunakan silinder 15x30 cm. Nilai slump
harus konsisten 11 cm.
Gambar 2.2. Concrete Ready Mix
3. Triplek
Triplek berbentuk lingkaran yang ukurannya sama dengan ukuran lubang spun
pile. Triplek ini dipasang sebagai alas pada besi spiral yang dimasukkan ke dalam
spun pile berfungsi sebagai batas pengecoran spun pile.

Gambar 2.3. Pemasangan triplek ke besi spiral


4. Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan pada jembatan ini mempunyai diameter yang
bervariasi, yaitu diameter 16 mm, 25 mm, dan 32 mm untuk baja tulangan ulir. Baja
tulangan digunakan untuk tulangan pile cap.

Gambar 2.4. Baja tulangan ulir


5. Bahan Lainnya
Bahan lainnya yang digunakan seperti kawat untuk pengikat pada tulangan pile
cap, paku untuk membuat bekisting serta keperluan lainnya, dan cat untuk memberi
tanda pada tiang pancang serta keperluan lainnya.

Gambar 2.5. Kawat


6. Concrete Decking
Concrete decking merupakan beton yang dicetak berbentuk bulat, ukuran kecil
dan dengan berbagai ukuran sesuai rencana selimut beton saat pengecoran.
Gambar 2.6. Concrete Decking

2.1.2 Peralatan

Pada proyek pembangunan Jembatan Tol Kayu Agung – Palembang – Betung


Seksi 2 Paket III.2 peralatan yang digunakan pada pekerjaan pondasi antara lain:
1. Alat Uji Sondir
Alat uji sondir disebut dengan Dutch Cone Penetrometer. Alat ini digunakan
untuk mengetahui tanah yang tersebut perlu perbaikan tanah atau tidak. Dengan
menggunakan Dutch Cone Penetrometer didapatkan nilai perlawanan konus (qc) dan
nilai hambatan lekat lokal (fs).

2. Alat Uji SPT


Alat uji SPT disebut dengan Standard Split Barrel Sampler. Sama seperti
pengujian sondir, alat ini digunakan untuk mengetahui tanah tersebut perlu perbaikan
tanah atau tidak. Dengan menggunakan Standard Split Barrel Sampler didapatkan
nilai jumlah pukulan (N)/ kedalaman masuknya alat uji SPT.

3. Alat uji DCP


Alat pengujan DCP (Dynamic Cone Penetrometer) berupa alat sederhana dengan
indikator ukur dan beban tumbuk di atasnya yang fungsinya mendapatkan nilai CBR
dari suatu lapisan tanah langsung di lapangan. Alat DCP dilengkapi dengan mistar
untuk mengukur kedalaman tumbukan.
Gambar 2.7. Pengujian DCP

4. Crane Crawler
Jenis crane ini biasanya digunakan untuk mobilisasi material yang mempunyai
total berat > 30 ton dengan jangkauan yang tidaklah panjang. Tipe ini memiliki sisi
atas yang bisa bergerak 360 derajat. Pada proyek ini, crane clawler digunakan untuk
mobilisasi tiang pancang serta mobilisasi material lainnya.

Gambar 2.8. Crane clawler


5. Alat Pengukuran
Alat pengukuran yang digunakan antara lain total station, waterpass, dan meteran.
Alat pengukuran digunakan untuk menentukan ketinggian tanah, titik pancang,
pemasangan bekisting sebelum penegcoran serta pembesian. Hal ini dilakukan agar
sesuai dengan koordinat yang direncanakan.

Gambar 2.9. Pekerja yang sedang menggunakan Waterpass

6. Bekisting
Bekisting merupakan cetakan sementara yang dibuat sebelum pengecoran
dilakukan. Sebelum dipasang, perlu dilakukan pengukuran oleh surveyor untuk
memastikan koordinat sesuai rencana. Bekisting pada proyek ini terbuat dari baja
berbentu siku dan dirakit sesuai bentuk pile cap dan kolom.

Gambar 2.10. Bekisting pile cap


7. Excavator
Excavator adalah alat berat yang berfungsi untuk menggali, mengangkut, dan
memindahkan material tanah. Pada pekerjaan ini, excavator digunakan pada kegiatan
pembersihan lahan, pekerjaan penggalian dan timbunan, serta untuk persiapan
pembuatan pile cap.
Gambar 2.11. Excavator

8. Ponton
Ponton merupakan kapal yang mengapung datar diatas permukaan air. Digunakan
untuk mengangkut barang dan ditarik dengan kapal. Dalam hal ini ponton di proyek
jembatan berfungsi untuk mengangkut material pancang ke sebrang sungai maupun
material besi.

Gambar 2.12. Ponton yang mengangkut tiang


9. Alat Pemancang Tiang (Hammer Diesel)
Alat pemancang tiang yang digunakan dalam pekerjaan struktur bawah proyek
pembangunan jembatan tol adalah Diesel Piling Hammer dengan tipe K-45. Diesel
Piling Hammer yang digunakan mempunyai berat palu atau ram sebesar 6500 kg.
Gambar 2.13. Diesel Piling Hammer pada saat pemancangan

10. Truck
Truck digunakan untuk mengangkut material kedalam area proyek dengan jarak
yang relatif jauh. Dalam proyek ini truck berfungsi mengangkut material dari dan ke
Desa pendekat bentang tengah proyek jembatan.

11. Concrete Mixer Truck


Concrete mixer truck pada pekerjaan pondasi proyek pembangunan jembatan tol
ini digunakan sebagai tempat pencampuran beton ready mix dari lokasi yaitu Waskita
Batching Plant di daerah Opi dan membawanya ke lokasi pengecoran, yaitu di Ogan.
Concrete mixer truck dapat mengangkut beton dengan kapasitas 6m3. Dalam
perjalanan menuju lokasi proyek, mixer harus terus berputar secara konstan agar
adukan beton tidak mengalami pengerasan dan mencegah terjadinya pemisahan
agregat-agregat dalam campuran beton.

Gambar 2.14. Concrete Mixer Truck


12. Concrete Pump
Concrete pump digunakan untuk mengalirkan ready mix yang sudah dikeluarkan
dari concrete mixer truck ke tempat yang sulit dijangkau. Pada pekerjaan pengecoran
spun pile hingga pengecoran pile cap, kolom, dan pier head membutuhkan alat ini
untuk mempermudah dan menghemat waktu pengecoran.

Gambar 2.15. Concrete Pump

13. Concrete Vibrator


Concrete Vibrator pada pekerjan ini berfungsi untuk memadatkan campuran beton
yang dituangkan setelah pengecoran ke dalam pile cap. Penggunaan vibrator
ditujukan untuk menghindari terjadinya kekosongan diantara adukan beton yang
sudah dimasukkan ke dalam pile cap.

Gambar 2.16. Concrete Vibrator

14. Alat Las


Alat las digunakan untuk menyambung dua tiang pancang. Hal ini dikarenakan
tiang pancang yang digunakan hanya memilliki panjang tiang 12, 9, dan 6 m,
sedangkan kedalaman tanah yang harus dipancang untuk sampai ke dasar tanah keras
berada pada kedalaman 40 – 50 m. Maka dibutuhkan lebih dari satu buah tiang
pancang untuk masing-masing titik.

Gambar 2.17. Pekerja yang sedang menggunakan alat las

15. Cangkul dan Palu


Cangkul digunakan untuk pekerjaan ringan seperti mencangkul tanah dengan
volume tanah yang digali yang kecil. Palu digunakan untuk memotong atau
menghancurkan bagian tiang pancang yang berada diatas permukaan tanah.

Gambar 2.18. Pembobokan tiang pancang dengan palu

16. Bar Cutter dan Bar Bender


Bar cutter merupakan alat pemotong baja tulangan sesuai dengan ukuran
perencanaan. Bar bender digunakan untuk membengkokkan baja tulangan ke berbagai
macam sudut sesuai perencanaan. Pembengkokan dilakukan untuk membentuk
tulangan dimana jika terjadi kesalahan baja tulangan tersebut tidak boleh lagi
dibengkokkan kembali tetapi harus dipotong. Hal ini untuk menghindari timbul retak
di area yang dibengkokkan karena baja bersifat getas.

Gambar 2.19. Bar Bender


2.1.3 Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah
1. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan yang dilakukan sebelum pekerjaan
pemancangan. Pekerjaan persiapan dilakukan untuk mempersiapkan segala sesuatu
sebaga upaya untuk memaksimalkan hasil pekerjaan proyek serta memiliki nilai
efisiensi kerja yang tinggi dalam pelaksanaan pembangunan.

a. Rencana kerja (Time Schedule)


Rencana kerja dibuat sebelum melaksanakan pembangunan proyek jembatan tol
kapal betung. Rencana kerja berisi tentang semua perencanaan pembangunan yang
termasuk dalam cakupan pembangunan jembatan. Tujuannya agar proyek ini dapat
selesai tepat pada waktu yang sudah direncanakan. Bentuk dari rencana kerja ini
berupa kurva S, dengan kurva S kita dapat melihat progress pengerjaan proyek
tersebut apakah sesuai dengan waktu yang sudah direncanakan.

b. Penyelidikan tanah
Sebelum dimulainya pembangunan suatu proyek terlebih dahulu dilakukan
pengujian tanah pada lokasi proyek yang direncanakan. Hal ini bertujuan agar kita
dapat mengetahui seberapa besar daya dukung tanah terhadap beban yang ada
diatasnya. Pada proyek pembangunan jembatan tol ini pengujian tanah yang
dilakukan yaitu pengujian Sondir (Cone Penetration Test), pengujian DCP (Dynamic
Cone Penetrometer), dan pengujian SPT (Standard Penetration Test). Pengujian ini
digunakan untuk mengetahui seberapa dalam tanah kerasa pada tanah yang diuji di
sekitar lahan proyek pembangunan.

c. Pembersihan lokasi
Pemberbersihan lokasi ini dilakukan karena pada lokasi pembangunan proyek
jembatan ini merupakan lahan sawah. Oleh karena itu, lokasi perlu dilakukan
pembersihan dari sawah, rumput, dan batuan yang menghambat jalannya proyek
pembangunan jembatan. Sehingga tidak ada hambatan dari bekas lahan sawah yang
mengganggu proses pembangunan.
d. Pengukuran dan pemasangan bowplank
Pengukuran dilakukan agar pelaksanaan pekerjaan mulai dari pekerjaan struktur
bawah maupun struktur atas sesuai dengan yang sudah direncanakan. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan alat total station untuk mengukur jarak dan sudut.
Waterpass untuk mengukur ketinggian dan meteran untuk mengukur jarak. Untuk
pemasangan bowplank, dilakukan secara manual oleh pekerja sesuai dengan titik yang
sudah ditentukan menggunakan alat ukur. Pekerja membuat bowplank dengan kayu
atau tali.

Gambar 2.20. Bowplank di lokasi proyek

e. Mobilisasi dan demobilisasi alat serta material


Mobilisasi alat berupa alat berat dilakukan dengan menggunakan truk sebagai
transportasi darat. Mobilisasi alat maupun material dilakukan secara
berkesinambungan disesuaikan dengan urutan pekerjaan yang sudah direncanakan
dalam time schedule. Demobilisasi alat-alat berat juga dilakukan melalui jalur darat
untuk alat-alat berat yang berada dalam satu pulau melalui jalur darat.

f. Pembuatan kantor sementara dan rumah tukang


Pada proyek pembangunan jembatan tol ini digunakan bangunan sementara
sebagai kantor pelaksana dan rumah tukang. Adapun kantor ini dibangun untuk
mempermudah pelaksana dalam mengadakan pekerjaan seperti rapat direksi sehingga
terbentuk koordinasi yang baik antar pihak kontraktor dan konsultan pengawas. Serta
rumah tukang yang dibangun karena sebagian besar tukang berasal dari Pulau Jawa.
Gambar 2.21. Kantor proyek

2. Pekerjaan Pemancangan
a. Persiapan alat pancang
Alat pancang yang digunakan pada pembangunan jembatan tol Kapal Betung ini
adalah Diesel Hammer. Setelah alat pemancang tiba di lokasi proyek, alat pemancang
ini lalu dijalankan menuju ke lokasi pemancangan yaitu di Desa Rassau dan Desa
Harapan agar segera disiapkan untuk pekerjaan pemancangan.

Gambar 2.22. Proses persiapan Diesel Hammer untuk pemancangan

b. Pemindahan tiang pancang dari lokasi penyimpanan ke titik pemancangan.


Pemindahan tiang yang sudah ada di lokasi proyek yang disimpan di lahan terbuka
kemudian dipindahkan ketika tiang pancang tersebut dipancang. Dalam proses
pemindahannya, dilakukan dengan bantuan crane jika lokasi pemancangan dan lokasi
penyimpanan mudah dijangkau crane.
Gambar 2.23. Proses pemindahan tiang pancang

c. Tiang pancang yang sudah ditempatkan di titik pemancangan perlahan diangkat


dan dinaikkan. Surveyor yang bertugas untuk memberi instruksi kepada operator alat
pemancang. Hal ini dilakukan agar tiang pancang dapat diposisikan sejajar dengan
posisi hammer dan sesuai dengan titik yang telah disurvey.

Gambar 2.24. Tiang pancang diangkat perlahan oleh diesel hammer

d. Setelah tiang pancang sejajar dengan diesel hammer, diesel hammer digerakkan
menuju titik pemancangan untuk memposisikan ujung dari tiang pancang berada tepat
pada koordinat titik pemancangan. Setelah ujung tiang tiang berada tepat di koordinat
titik pemancangan, posisi diesel hammer kembali digeser agar sejajar dengan tiang
pancang dan siap di pancang.
Gambar 2.25. Tiang pancang yang sudah sejajar dengan Hammer

e. Setelah posisi hammer sejajar dengan tiang pancang, ujung tiang pancang berada
tepat di koordinat titik pemancangan, dan dalam posisi tegak lurus terhadap tanah,
maka operator mengoperasikan diesel hammer untuk memukul tiang pancang.
Pukulan dilakukan sampai tiang masuk ke dalam tanah sesuai dengan instruksi
surveyor. Pemancangan ini disebut pemancangan tiang pancang segmen pertama.

f. Tiang dipancang hingga masuk ke dalam tanah dan hanya menyisakan ± 0,5 m
diatas permukaan tanah. Jika sudah menyisakan ± 0,5 m diatas permukaan tanah,
pemancangan dihentikan.

g. Setelah menyisakan ± 0,5 m dan pemancangan dihentikan, dilakukan


pengangkatan tiang pancang kedua untuk disambungkan dengan tiang pancang yang
sudah dipancang sebelumnya pada titik yang sama. Tiang pancang ini disebut tiang
pancang segmen kedua.

h. Tiang pancang segmen kedua diposisikan sejajar dengan tiang pancang segmen
pertama untuk dilakukan pengelasan.
Gambar 2. 26. Pekerja yang sedang melakukan pengelasan untuk penyambungan
tiang pancang

i. Setelah tiang pancang segmen kedua sejajar dan tepat dengan tiang pancang
segmen pertama, dilakukan penyambungan tiang pancang kedua. Penyambungan
tiang pancang dilakukan dengan cara las. Hal ini dikarenakan kedalaman tanah keras
berada pada kedalaman ± 44 m, maka dipastikan tiang pancang yang digunakan
sebanyak tiga buah dalam satu titik. Terdiri dari satu buah tiang pancang dengan
ujung kerucut untuk segmen pertama, dan tiang pancang berbentuk lingkaran untuk
segmen kedua sampai segmen selanjutnya.

j. Kemudian dilakukan pemancangan terhadap kedua tiang pancang yang sudah


tersambung dengan cara dipukul menggunakan alat pemancang diesel hammer.

k. Jika tiang belum sampai pada tanah keras, lakukan penyambungan tiang ketiga
dan sambung dengn las. Lalu pukul dengan diesel hammer.

l. Apabila tiang pancang telah mencapai kedalaman tanah keras, maka dilakukan
kalendering. Pelaksanaan kalendering pada saat kira-kira penurunan tiang pancang
mulai stabil yaitu bila penurunan tiang tidak lebih dari 1 – 1,5 cm. Tanda lainnya
apabila saat pemukulan tiang terlihat tiang seperti memantul artinya tiang telah
sampai di tanah keras, maka proses pemancangan dihentikan. Dari kalendering
didapat grafik yang bisa dijadikan acuan untuk mencari nilai daya dukung tiang. Hasil
dari kalendering diambil pada 10 pukulan terakhir, kemudian dirata-ratakan sehingga
didapatkan nilai s.
Cara pengambilan grafik data kalendering hasil pemancangan tiang yaitu kertas
grafik ditempelkan pada dinding tiang pancang sebelum tiang tertanam keseluruhan
dan proses pemancangan belum selesai. Kemudian alat tulis diletakkan diatas
penyangga kayu dengan tujuan agar alat tulis tidak bergerak pada saat penggambaran
grafik penurunan tiang ke kertas grafik ketika berlangsung pemancangan tiang.
Pengambilan data ini diambil pada saat kira-kira penurunan tiang pancang mulai
stabil. Hasil kalendering pemancangan tiang yang diambil pada 10 pukulan terakhir,
kemudian dirata-ratakan sehingga diperoleh penetrasi titik per pukulan (s).

Gambar 2.27. Pekerja yang sedang menahan pensil di atas penyangga kayu untuk
Kalendering

m. Setelah dilakukan pemancangan tiang pancang, maka dilakukan pelepasan


hammer dari tiang pancang. Pelepasan tiang pancang dari hammer dilakukan berhati-
hati agar tiang tidak mengalami tekanan dari hammer. Jika tahapan diatas sudah
selesai dilakukan, maka alat pemancang digeser ke posisi titik pemancangan lain.
Tahapan di atas dilakukan disebanyak 64 titik pancang pada 1 titik pilar yaitu titik
P.03.

n. Pada P.03 dilakukan tes PDA (Pile Driving Analysis) pada salah satu tiang
pancang yang mewakilih keseluruhan titik pada P.03 tersebut. Tes ini dilakukan untuk
mengetahui beban yang diterima oleh 1 tiang pancang (spun pile).
Gambar 2.28. Pekerja melakukan PDA tes pada 1 tiang pancang

Gambar 2.29. Hasil dari tes PDA

Selain tes PDA, dilakukan juga tes PIT (Pile Integrated Test) pada salah satu
tiang pancang. Tes ini untuk mengetahui ada atau tidaknya rusak/cacat (crack) pada
tiang pancang.

2.2 Pondasi Bored Pile


Pada tugas ini akan dibahas mengenai tahapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
pada proyek pembangunan Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Pembahasan difokuskan pada tinjauan pekerjaaan struktur bawah, yaitu
pekerjaan pondasi bored pile.

2.2.1 Material
Adapun material-material yang dipakai dalam proyek ini antara lain:
1. Semen Portland
Semen yang digunakan dalam proyek ini adalah semen portland. Pada proyek ini
semen portland yang digunakan adalah semen tiga roda. Untuk pembuatan beton
ready mix menggunakan semen batu raja dan untuk pembuatan beton di lapangan
menggunakan semen tiga roda. Semen portland merupakan bahan pengikat hidrolis
pada campuran beton.

2. Agregat
Agregat yang di gunakan dalam proyek yaitu agregat kasar dan halus, agregat
kasar berupa kerikil dan agregat halus berupa pasir. Agregat kasar yang digunakan
harus bersih dan bermutu baik serta. Penggunaan agregat halus berupa pasir tentunya
harus bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, dan sejenisnya serta memenuhi
komposisi butir dan kekerasan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

3. Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih dan bebas dari bahan yang merugikan. Komposisi air juga harus di pas tidak
boleh kurang agar memperoleh mutu yang di inginkan sehingga sebelum di lakukan
pengecoran beton harus di lakukan uji slump.

4. Besi Beton
Besi beton yang digunakan adalah besi ulir dengan ukuran diameter 10 mm dan
diameter 22 mm pada pekerjaan bored pile dan pile cap.
Gambar 2.30. Diameter Besi Ukuran 22

Gambar 2.31. Diameter Besi Ukuran 10

5. Solar
Solar adalah bahan bakar yang digunakan untuk menghidupkan alat-alat yang
dalam pengoperasiannya membutuhkan tenaga solar. Solar biasanya digunakan pada
alat-alat berat. Seperti pada excavator, mesin bor, dan crane penggunaan solar
sebanyak 10-15 liter/jam.

Gambar 2.32. Solar

2.2.2 Peralatan
Pada proyek pembangunan Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang, peralatan yang digunakan dan jumlah masing masing peralatan adalah
sebagai berikut:
1. Crane Service
Crane merupakan salah satu alat berat yang berfungsi sebagai alat pengangkut,
dimana crane bekerja dengan mengangkat material, memindahkan material secara
horizontal, kemudian menurunkan material ditempat yang ditentukan. Dalam proyek
pembangunan Instalasi Rawat Inap ini, crane digunakan untuk mengangkat tramie
pada saat pengecoran bored pile, memindahkan tulangan besi, dan lainnya.

Gambar 2.33. Alat Crane Service


2. Mesin Bor (Rigger)
Mesin bor (riggger) berfungsi untuk mengebor tanah. Dalam proyek
Pembangunan iInstalasi Rawat Inap RSUP. Moeh. Hoesin ini pengeboran tanah
dilakukan sedalam 16,2 meter. Bor yang digunakan adalah bor berbentuk spiral.
Gambar 2.34. Mesin Bor

3. Excavator
Excavator merupakan alat berat yang berfungsi sebagai alat pengeruk, yang
digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan berat berupa penggalian tanah,
pembersihan material yang mengganggu akses jalan di proyek, dan lain lain.

Gambar 2.35. Excavator

4. Pipa Tremi (Tramie)


Pipa tremi (tramie) adalah pipa yang digunakan untuk mengatur tinggi jatuh beton
pada saat pengecoran.
Gambar 2.36. Pipa Tremi

5. Dump Truck
Dump truck digunakan sebagai alat pengangkut atau pemindah material tanah
hasil galian yang dilaksanakan pada proyek. Untuk satu truck dapat mengangkut
sekitar 1 ton tanah hasil galian dan tanah yang digunakan untuk pengurukan.

Gambar 2.37. Dump Truck


6. Alat Pembengkok Tulangan (Bar Bender)
Bar Bender merupakan alat untuk membengkokkan besi tulangan dengan
berbagai macam sudut yang di sesuaikan dengan perencanaan. Bar bender
menggunakan tenaga solar ataupun listrik dalam pengoperasiannya, dan bar bender
memiliki bobot yang lumayan besar.

Gambar 2.38. Bar Bender

7. Bar Cutter
Bar cutter merupakan alat yang digunakan untuk memotong tulangan untuk
mendapatkan tulangan yang sesuai dengan yang diperlukan.

Gambar 2.39. Bar Cutter


8. Alat Penggetar (Vibrator)
Alat penggetar atau vibrator adalah alat yang digunakan untuk meratakan atau
mendistribusikan adukan beton secara merata, baik pada lanta kerja, pemasangan
beton pile cap dan lain sebagainya. Penggunaan alat ini begitu membantu dalam
pelaksanaan pekerjaan agar lebih efisien dan cepat.

Gambar 2.40. Alat Penggetar (Vibrator)

9. Truck Mixer
Truck mixer atau ready mix concrete truck digunakan untuk menyuplai adukan
beton ready mix dari mixing plant ke lokasi proyek pada proses pengecoran. Jadwal
suplai adukan beton biasanya begitu diperhatikan agar pekerjaan pengecoran tidak
mengalami keterlambatan jadwal, dan biasanya jadwal pengecoran dilakukan pada
sore hari dan lebih sering pada malam hari karena dilihat dari lalu lintas menuju ke
proyek yang sering mengalami kemacetan parah. Untuk satu truck mixer dapat
memuat 1 ton ready mix concrete untuk pengecoran. Dalam pelaksanaannya di
proyek, biasanya satu truck ready mix dapat digunakan untuk mengecor satu lubang
bored pile.

Gambar 41. Ready Mix Concrete Truck


2.2.3 Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah
1. Persiapan Pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan suatu proyek harus dilakukan dengan matang agar apa
yang dilakukan dapat terlaksana sesuai dengan perencanaan awal. Beberapa hal yang
perlu disiapkan diantaranya adalah:
a. Mobilisasi Pekerja

Mobilisasi pekerja merupakan pekerja atau orang-orang yang melaksanakan


pekerjaan tersebut. Jumlah dan banyaknya pekerja pada suatu proyek dalam masing-
masing jenis pekerjaan menentuan cepat lambatnya suatu pekerjaan dalam suatu
pekerjaan.

b. Mobilisasi Peralatan
Mobilisasi peralatan merupakan apa saja peralatan yang digunakan selama
kegiatan proyek itu berlangsung. Peralatan yang digunakan terdiri atas peralatan berat
dan juga peralatan ringan.

c. Persiapan Lainnya
Persiapan lainnya meliputi sterilisasi area yang akan digunakan untuk proyek,
seperti memasang pagar proyek, pembersihan lahan, pembuatan rambu-rambu seperti
pengalihan jalur alternatif menuju suatu lokasi dirumah sakit, dan lain sebagainya.

Gambar 2.42. Pagar Proyek RSUP Moh. Hoesin Palembang


Gambar 2.43. Pembersihan Lahan Pada Area Proyek

2. Penyelidikan Tanah
Penyelidikan tanah digunakan untuk menentukan jenis pondasi dan kapasitas
dukung tanah serta tipe dan kedalaman pondasi yang akan digunakan. Penyelidikan
tanah dilakukan dengan beberapa uji, diantaranya uji sondir dan uji SPT.

a. Uji Sondir
Pada lokasi penelitian yang telah ditentukan, dilakukan pengujian sondir sebanyak
5 titik, dan diberi kode titik S.01-S.05. Berdasarkan data hasil penyondiran ini dapat
dilihat gambaran jenis lapisan tanah bawah permukaan dan besarnya daya dukung
yang diizinkan. Pada penyondiran, dilakukan pada kedalaman bervariasi, mulai dari
15,20 meter; 17,20 meter; 19,20 meter; dan 19,40 meter.

b. Pengeboran dan Pengujian SPT


Pengeboran dan pengujian SPT dilaksanakan hingga kedalaman 25,00 meter,
walaupun nilai SPT untuk N ≥ 50 blow/feet dicapai sebelum kedalaman tersebut,
pemboran tetap dilanjutkan. Pemboran dilakukan pada 3 titik yang ditandai dengan
B.01-B.03 dengan jenis kedalaman bervariasi, yaitu: 0,00 – 4,70; 4,70 – 9,25; 9,25 –
15,60; 15,60 – 30,45.

3. Pekerjaan Galian Tanah


Pekerjaan galian tanah bertujuan untuk mendapatkan elevasi yang tepat untuk
suatu pekerjaan dan juga menyediakan ruang dan akses yang memadai untuk
melakukan proses konstruksi. Persiapkan akses sementara untuk semua alat berat dan
manajemen lalu lintas saat dump truck mengambil tanah hasil galian. Galian tanah
dilakukan untuk setiap pekerjaan bored pile yang ada, sehingga semakin banyak titik
bored pile, setara juga dengan banyaknya galian tanah yang akan dilakukan. Langkah
awal yang harus dilakukan untuk proses penggalian tanah adalah dengan menentukan
lokasi pembuangan tanah sementara di sekitar area galian. Area ini tidak boleh
mengganggu aktifitas alat berat saat melakukan penggalian.

Gambar 2.44. Pekerjaan Galian Tanah

4. Pembuangan Tanah Bekas Galian


Dalam pekerjaan bored pile dan pile cap, akan menimbulkan penumpukan tanah
akibat pengeboran bored pile dan galian pile cap. Maka dari itu dalam hal ini
dilakukan pekerjaan pembuangan tanah yang biasanya dilakukan pada malam hari.
Pekerjaan pembuangan tanah dilakukan dimalam hari karena biasanya proses
penggalian tanah tidak lagi dilakukan, dan timbunan tanah sudah terkumpul pada
malam hari. Pembuangan tanah ini juga bertujuan agar tanah yang ada tidak
mengganggu kinerja pekerjaan lain yang sedang dan akan berlangsung di lapangan.
Biasanya pembuangan tanah ke luar area kerja menggunakan alat berat excavator dan
dump truck. Kerja alat excavator itu sendiri adalah untuk mengangkut tanah dan
dimasukan ke dalam dump truck, kemudian dump truck membawa tanah untuk
dibuang keluar area kerja.
Gambar 2.45. Pekerjaan Pembuangan Bekas Galian Tanah

5. Pekerjaan Bored Pile


Pada proyek Pembangunan Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang jenis pondasi yang digunakan adalah pondasi bored pile dengan banyak
titik bor 124 titik. Pemilihan pondasi jenis bored pile karena proyek ini terdapat pada
daerah ramai dan padat penduduk serta banyaknya bangunan-bangunan disekitarnya.
Selain dalam hasil pengujian tanah memang jenis tanah yang didapatkan cocok untuk
jenis pondasi bored pile, proyek pembangunan ini berdekatan dengan gedung-gedung
rawat inap dan rumah sakit yang memiliki banyak pasien sehingga tidak
memungkinkan untuk penggunaan tiang pancang.

a. Pengukuran Untuk Menentukan Posisi Titik Bored Pile


Pengukuran lapangan dan penentuan titik bor dan menentukan batas-batas lokasi
bangunan serta As bangunan dengan patokan titik BM (Bench Mark) ditandai dengan
patok-patok ukur. Penetuan titik elevasi (titik lubang bor) yang akan dibuat, dilakukan
dengan menggunakan alat ukur Total Stasion (TS) sehingga nantinya setelah diatur
titik koordinatnya, akan secara otomatis mendapatkan hasil elevasi pada titik-titik
tersebut. Selanjutnya setelah mendapatkan titik elevasi, maka titik-titik tersebut
kemudian ditandai dengan patok dan kemudian dilakukan pengeboran pada titik
tersebut. Pengambilan elevasi di dapat dari bangunan lantai gedung existing, tepatnya
dari lantai gedung existing naik 600 mm. Pengukuran untuk keseluruhan lapangan dan
menentukan batas-batas lokasi bangunan serta As bangunan dengan patokan titik BM
(bench mark) ditandai dengan patok-patok ukur. Penentuan patok titik bor ada As
yang ditentukan sesuai gambar kerja. Dalam satu hari, biasanya dapat dilakukan
penentuan titik bored pile sebanyak 10-15 titik. Pekerjaan ini dilakukan oleh dua
orang teknisi, yang masing-masing perannya yaitu: mengukur dan menentukan titik
elevasi, dan yang lainnya memegang rambu ukur yang ada. Dalam pelaksanaannya,
dibutuhkan komunikasi yang baik antar teknisi agar titik ukur yang direncanakan pada
gambar dapat sesuai di lapangan.

b. Penyetelan Alat Bor Pada Posisi Bor


Selama proses pengeboran, alat bor yang ada harus berada pada posisi sempurna
dalam setiap pengeboran di masing-masing titik bored pile.

Gambar 2.46. Pengarahan Alat Bor pada Titik Bor

c. Pengeboran
Pengeboran lubang pondasi dilakukan dengan alat auger sampai sedalam
kedalaman rencana casing lalu masukkan cassing kedalam lubang bor lalu
pengeboran dilanjutkan sampai dengan elevasi atau kedalaman yang direncanakan
dengan bucket sambil mengambil sampdl tanah. Setelah selesai pengeboran, lanjutkan
segera dengan pekerjaan pemasangan besi dan pengecoran. Jika tertunda (menginap)
sebelum pengecoran, lubang harus dibersihkan kembali. Pengeboran masing-
masing titik bor di lapangan menggunakan bor spiral. Pengeboran tanah dilakukan
sedalam 16,2 meter sebanyak 128 titik bor (4 titik bor digunakan untuk tower crane).
Pengeboran dilakukan minimal untuk setiap harinya sebanyak 13 titik. Pengerjaan
untuk satu lubang bor sekitar 15-30 menit.

Gambar 2.47. Pengeboran

d. Pembuatan dan Pemasangan Pembesian


Perakitan pembesian dilaksanakan di daerah khusus yang biasanya agak luas dan
agak jauh dari pekerjaan pengeboran dan mobilisasi alat-alat berat pada proyek.
Keranjang besi dirakit sesuai gambar kerja (terdiri dari besi utama yang memanjang
dan pembesian geser yang berupa tulangan spiral). Panjang pembesian ditambah 1 m
diatas Cut off Level (untuk penyaluran ke dalam pile cap). Perkuat konstruksi atau
tulangan prefab dengan las, khususnya pada daerah overlap, untuk mencegah
terlepasnya tulangan pada saat pengangkatan. Pasang keranjang besi (rebar cage) ke
dalam lubang bor yang sudah disiapkan dengan menggunakan crane.

Gambar 2.48. Frefab Untuk Tulangan Bored Pile


e. Pengecoran
Sebelumnya, dilakukan pengontrolan kembali terhadap posisi casing dan
persiapkan jalan kerja untuk truk mixer. Pengecoran baru dilakukan jika truk mixer
sudah tersedia (stand by) di site untuk total volume beton per satu lubang bor.
Sebelum pengecoran dilakukan, harus menguji slump beton yang akan digunakan agar
campuran beton untuk bored pile memenuhi mutu K-300. Pengecoran yang dilakukan
digunakan dengan beton mutu K-300 yang setiap sebelum dilakukan pengecoran,
terlebih dahulu diambil sample adukannya dilapangan dan dilakukan uji slump.
Dalam ketentuannya, slump yang digunakan 16 cm (±2). Dimana batas minimum
slump 16 cm dan batas maksimum slump 18 cm. Untuk satu kali pengecoran dalam
lubang bor, digunakan 2 mobil ready mix yang masing-masing memiliki volume yang
telah ditentukan. Untuk satu titik bor, pengecoran dapat dilakukan dalam waktu 7-15
menit.
Selanjutnya, masukkan casing dan besi frefab kedalam lubang bor. Lalu, masukkan
tramie kedalam lubang di tengah tulangan minimal 1 meter dari dasar lubang bor.
Pipa tramie ini berupa batang-batang pipa besi (panjang 3 m, diameter minimal 20
cm). Pada permulaan pengecoran ujung bawah tramie harus mencapai dasar lubang
untuk mendapatkan pembersihan dasar lubang yang baik.
Selama pengecoran ujung pipa tramie diangkat perlahan keatas tetapi harus
dijaga pipa ini selalu terbenam di dalam beton tiang bor (minimal harus berada 1,5
sampai 3 m dibawah permukaan beton teoritis). Monitor kenaikan elevasi muka beton
berdasarkan volume beton yang dituangkan guna mengatur pengangkatan tramie dan
untuk mengindikasikan diameter bored pile yang terjadi. Sebelum truk ready mix
menuangkan beton segar ke dalam lubang bor, akan diambil sampel beton untuk dites
di lab yang ditentukan kontraktor dalam jangka waktu 7 hari, 14 hari dan 28 hari.
Pengecoran dilaksanakan terus menerus (continue) sampai didapat beton bersih pada
ketinggian “cut off level “. Pengecoran dihentikan pada elevasi ± 3 m diatasnya untuk
menghindari drop muka beton dibawah elevasi rencana (sehingga kualitas beton
masih dapat dipertanggungjawabkan).
Kelebihan beton (extra concrete) diatas cut off level dibuang. Pada kondisi
tertentu, pengecoran dibantu dengan menggunakan bucket untuk menuangkan beton
kedalam tremie yang telah disediakan. Cabut casing sebelum beton mulai dalam
keadaan setting dengan menggunakan service crane atau dibantu dengan vibro
hammer / vibro extractor.
Gambar 2.49. Pengujian Slump (17 cm)

Gambar 2.50. Pemasangan Besi Frefab


Gambar 2.51. Pemasangan Pipa Tramie

Gambar 2.52. Pengecoran

f. Pengurugan
Setelah selesai pengecoran, lubang yang telah dicor diurug dengan tanah sampai
rata dengan permukaan tanah asli, kemudian dilakukan pemadatan. Untuk lubang
bekas bored pile yang belum diurug diberi tanda pengaman untuk proteksi untuk
keselamatan para pekerja dan orang-orang yang berada di sekitar proyek.

Gambar 2.53. Lubang Bored Pile di Urug Dengan Urugan Tanah

Tes Bored Pile


Pengujian Statik Lateral (Loading Test)
Pengujian statik lateral (loading test) untuk tiang bored pile dilakukan pada
diameter 1000 mm pada titik P-31 dan P-78 di Proyek Rumah Sakit Mohammad
Hoesin yang berlokasi di Palembang, Sumatera Selatan dan hasil pengujian ini
disajikan dianggap dapat mewakili untuk tiang lainnya yang dilakukan pada prosedur
pemancangan dan kondisi tanah yang sama. Hasil pengujian statik lateral
mendapatkan data-data: hasil uji kapasitas tiang tunggal, keutuhan atau integritas
tiang bored pile, efesiensi energi yang ditransfer bored pile. Peralatan yang di
gunakan dalam Loading Test adalah sebagai berikut: dongkrak hidraulik, manometer,
pompa hidrolik, dial indikator.
Beban yang diujikan adalah sebesar 200% dari beban perencanaan dan
dilaksanakan dengan pertambahan 25% dari beban perencanaan, kecuali jika terjadi
keruntuhan sebelum beban tersebut dicapai. Beban rencana seberat 15 ton dan beban
maksimum seberat 30 ton. Pertambahan beban dilakukan jika kecepatan penurunan
yang terjadi tidak lebih besar dari 0.01 in/hour atau 0.25 mm/jam tetapi tidak lebih
lama dari 2 jam.
Jika tidak terjadi keruntuhan maka total beban yang telah diberikan dapat diangkat
kembali (unloading) setelah 12 jam didiamkan jika penurunan yang terjadi pada 1 jam
terakhir tidak lebih besar daripada 0.01 in (0.25 mm). Jika penurunan yang terjadi
masih lebih besar daripada 0.01 in (0.25 mm) maka biarkan beban selama 24 jam.
Jika waktu yang dimaksudkan pada item 3 diatas telah tercapai, maka kurangi
beban dengan tahap pengurangan sebesar 50 % dari beban perencanaan atau 25 %
dari beban total pengujian untuk setiap 1 jam. Jika tiang mengalami keruntuhan maka
pemompaan hydraulic jack dilanjutkan hingga penurunan yang terjadi adalah sama
dengan 15% dari diameter tiang.

Gambar 2.54. Persiapan Loading Test


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil peninjauan di lapangan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pekerjaan pemancangan pondasi tiang pancang terdiri atas mobilisasi
alat dan material, pengadaan stok material dan penyusunan material, pengukuran
dan penentuan titik pondasi, dan pekerjaan pemancangan.
2. Prosedur pelaksanaan pekerjaan bored pile pada proyek ini dimulai dengan
penentuan titik bor, pengeboran lubang bored pile, pembesian untuk tulangan
bored pile, pengecoran lubang bored pile, dan pengurugan kembali dengan tanah.

Anda mungkin juga menyukai