Anda di halaman 1dari 29

PEMERINTAH KOTA PAREPARE

DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN

SPESIFIKASI TEKNIS

KEGIATAN PENERBITAN IZIN PEMBANGUNAN DAN


PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

PEKERJAAN : BETONISASI/REVITALISASI
JALAN LINGKUNGAN
KELURAHAN BUKIT HARAPAN

TAHUN ANGGARAN 2023


SPESIFIKASI TEKNIS
PEMBANGUNAN DAN REHABILISASI JALAN LINGKUNGAN
KELURAHAN BUKIT HARAPAN

1. Latar Belakang Pekerjaan Betonisasi/revitalisasi Jalan Lingkungan K el ura ha n


Bukit harapan merupakan sesuatu yang diharapkan oleh masyarakat
dan merupakan faktor penunjang lancarnya perekonomian. Dalam
perkembangannya suatu kawasan permukiman membutuhkan
sarana dan prasarana jalan yang baik, Mengingat kondisi sarana
dan prasarana jalan lingkungan yang ada saat ini banyak yang
belum dibuatkan jalan tetapi permukiman disekitarnya sudah
padat, dan banyak pula yang sudah mengalami kerusakan baik
diakibatkan faktor alam, maupun faktor manusia dalam hal ini
kendaraan sehingga perlu diadakan pembangunan dan perbaikan serta
peningkatan guna memenuhi kebutuhan lalulintas yang makin
tinggi dan kebutuhan masyarakat akan sarana dan prasarana jalan
yang baik.

2. Maksud dan Tujuan Maksud dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah untuk menunjang
kelancaran transportasi antar wilayah dan peningkatan lingkungan
permukiman.
Tujuan pekerjaan Betonisasi/Revitalisasii Jalan Lingkungan Kelurahan
Bukit harapan ini adalah tersedianya sarana dan prasarana Jalan
lingkungan yang baik, yang dapat menghubungkan dengan lingkungan
sekitarnya dan dapat Meningkatkan status jalan dan kondisi jalan
serta peningkatan terhadap taraf hidup masyarakat di sekitarnya.

3. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dalam pekerjaan ini adalah menambah
atau memperbaiki kondisi jalan sehingga masyarakat pengguna
jalan akan mendapat manfaat penghematan waktu dalam perjalanan.
Dan juga tersedianya jasa konstruksi dalam proses pekerjaan yang
dapat dipertanggungjawabkan dengan biaya yang wajar dan dapat
melaksanakan pekerjaan Betonisasi/Revitalisasi Jalan Lingkungan
Kelurahan Bukit harapan.

4. Lokasi Pekerjaan Lokasi pengadaan pekerjaan konstruksi/pekerjaan konstruksi yang akan


dilaksanakan di Wilayah Kelurahan Bukit Harapan.

5. Sumber Pendanaan Pekerjaan Betonisasi/Revitalisasi Jalan Lingkungan Kelurahan Bukit


harapan, Kecamatan Soreang dengan pagu anggaran sebesar Rp.
700.000.000,- (Tujuh Ratus Juta Rupiah) yang berasal dari Dana Alokasi
Umum (DAU) Tahun Anggaran 2023 Kota Parepare.

6. Nama dan Nama organisasi yang menyelenggarakan/melaksanakan pengadaan


Organisasi Pejabat pekerjaan konstruksi :
Pembuat Komitmen a. Pemerintah Daerah Kota Parepare
b. SKPD Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan
Kota Parepare Kota Parepare
c. PPK Kegiatan Penerbitan Izin Pembangunan dan Pengembangan
Kawasan Permukiman T.A. 2023
d. PPK : H. ABD. LATIF, SE.,MM

7. Ruang Lingkup, a. Ruang lingkup/batasan lingkup pengadaan pekerjaan


Fasilitas Penunjang konstruksi berada dalam lingkup masyarakat umum dan
masyarakat pengguna jalan, Lingkup Tugas yang harus
dilaksanakan oleh pelaksana konstruksi meliputi:
1. Dalam pelaksanaan konstruksi jalan sudah termasuk
pemeliharaan konstruksi.
2. Pelaksanaan konstruksi berdasarkan dokumen perencanaan
teknis yang telah disusun oleh konsultan perencana (gambar
teknis dan spesifikasi teknis), dengan segala tambahan dan
perubahan pada saat penjelasan pekerjaan/aanwijzing serta
ketentuan teknis (pedoman dan standar teknis yang
dipersyaratkan).
3. Pelaksanaan konstruksi dilakukan sesuai dengan kualitas
masukan (bahan, tenaga dan alat) Kualitas proses (tata cara
pelaksanaan pekerjaan) dan kualitas hasil pekerjaan yang
tercantum dalam spesifikasi teknis.
4. Pelaksanaan konstruksi akan mendapatkan pengawasan dari
penyedia jasa pengawasan konstruksi.
5. Pelaksanaan konstruksi harus sesuai dengan ketentuan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

b. Fasilitas penunjang yang disediakan oleh PA/PPK adalah berupa


Direksi Teknis dan Pengawas lapangan dari Dinas Perumahan
Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kota Parepare dan Ruang
Rapat Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan
Kota parepare.

8. Jangka Waktu Jangka waktu pelaksanaan pengadaan pekerjaan Konstruksi adalah


Pelaksanaan 45 (Empat Puluh Lima) hari Kalender

9. Tenaga Personil Tenaga personil yang diperlukan untuk melaksanakan pengadaan


pekerjaan konstruksi :

Jabatan/ Jumlah Penga-


No Pendidikan/Kualifikasi
Posisi Personil laman
1. Pelaksana 1 org (SKT Pelaksana Pekerjaan 2 Thn
Lapangan Jalan )

2. Peugas K3 1 Org Sertifikat K3 0 Thn


Konstruksi

10. Peralatan Utama Peralatan Utama diperlukan untuk melaksanakan pengadaan pekerjaan
konstruksi :

No Nama Alat Kapasitas Jumlah

1. Molen Beton 0,3 – 0,6 m3 2


2. Dump Truck 3-4 m3 1
3. Water Tank 1000 ltr 2
4. Stamper 1
5. Gerobak Dorong 3

11. Spesifikasi Teknis Spesifikasi teknis pekerjaan konstruksi, meliputi :


Pekerjaan  Ketentuan penggunaan bahan/material yang diperlukan;
Konstruksi  Ketentuan penggunaan peralatan yang diperlukan;
 Ketentuan penggunaan tenaga kerja;
 Metode kerja/prosedur pelaksanaan pekerjaan;
 Ketentuan gambar kerja;
 Ketentuan perhitungan prestasi pekerjaan untuk pembayaran;
 Ketentuan pembuatan laporan dan dokumentasi;
 Ketentuan mengenai penerapan manajemen K3 konstruksi
(keselamatan dan kesehatan kerja)
 Penyedia jasa (Kontraktor) Berkewajiban Untuk Mengikuti Protokol
Kesehatan sesuai dengan Intruksi dari kementerian PUPR
no.2/2020.Penyedia Wajib Menyediakan Masker,Hand
Sanitizer,Tempat Cuci Tangan dan ini Wajib di laksanakan.
 dll yang diperlukan

12. Penggunaan Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, mengutamakan material/bahan produksi dalam
Produk Dalam negeri (TKDN).
12 Negeri

.
BAB I
LINGKUP PEKERJAAN TANGGUNG JAWAB
KONTRAKTOR

1.1. LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup pekerjaan pada kegiatan ini adalah Betonisasi/Revitalisasi jalan lingkungan Kelurahan
Bukit harapan, Kecamatan Soreang Tahun Anggaran 2023 yang dilaksanakan sesuai gambar
terlampir. Uraian/Jenis Pekerjaan:
1. Pekerjaan Persiapan pendahuluan :
 Mobilisasi dan Demobilisasi
- Pengukuran dan Pematokan/Bowplank
- Pengaman Lalu Lintas dan Papan Proyek
- Administrasi dan Dokumentasi
- Mobilisasi dan Demobilisasi Alat dan Material
- Bongkaran bangunan existing
- Uji Lab Beton

 Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ) .


 Alat Pelindung Kerja dan Alat Pelindung Diri
- Topi Pelindung ( Safety Helmet )
- Pelindung pernafasan dan mulut ( Masker )
- Sepatu Keselamatan ( Safety Shoes )
- Rompi keselamatan ( Safety Fest )
 Asuransi dan Perizinan
 Personil K3 Konstruksi
 Rambu – rambu yang di perlukan
 Biaya Penanganan COVID ( Protokol Kesehatan )

2. Pekerjaan Tanah.
3. Pekerjaan Pondasi
4. Pekerjaan Beton
5. Pekerjaan Plasteran
6. Pekerjaan Aspal

1.2. PERATURAN TEKNIS YANG DIPERGUNAKAN


1.2.1. Uraian spesifikasi bahan-bahan dan persyaratan pelaksanaan, secara umum ditentukan pada
patokan dan kualitas bahan-bahan, cara pelaksanaannya dan lain-lain petunjuk yang
berhubungan dengan peraturan pembangunan yang sah berlaku di Republik Indonesia. Selama
pelaksanaan kontrak ini, harus betul-betul ditaati dan dilaksanakan sebagai tambahan
persyaratan dari semua pasal-pasal yang diuraikan.
Pada khususnya peraturan-peraturan berikut berkenaan dengan hal terserbut diatas:
i. Pedoman tata cara penyelenggaraan pembangunan Bangunan Negara yang dikeluarkan oleh
Departemen Pekerjaan Umum (Dit. Jen. CIPTA KARYA).
ii. Pemeriksaan umum untuk Pemeriksaan Bahan-bahan bangunan : H.I 3 PUBB – 1966; NI-33,
PUBB-1966.
iii. Peraturan Beton Indonesia; PBI.Ni-2/ 1955; PBI.NI-2/1971.
iv. Peraturan Muatan Indonesia; PMI,.NI-18/1969.
v. Peraturan Semen Portland Indonesia NI-8
vi. Peraturan perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja) antara lain tentang
larangan mengerjakan anak-anak dibawah umur.
vii. Dan peraturan-peraturan lain yang belum tercantum diatas tetapi berkaitan dengan
pekerjaan ini.
Bilamana tidak ada lagi sumber dari standar dan kertentuan-ketentuan lain yang sah berlaku di
Republik Indonesia, maka standar internasional lainnya yang biasa diperbandingkan, dapat
dipergunakan sebagai pengganti standar yang telah diperinci di atas dan harus dengan
persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen.

1.2.2. Semua bahan–bahan yang diuraikan pada pasal-pasal ini, harus didatangkan dalam keadaan
baru sama sekali dan tanpa cacat terkecuali ditentukan lain dalam persyaratan kontrak ini.
1.2.3. Spesifikasi ini hanya menguraikan pekerjaan untuk spesifikasi pekerjaan struktur diuraikan
secara terperinci dalam spesifikasi terpisah.
1.2.4. Spesifikasi ini mengatur juga tentang Manajemen Keselamatan Lalu lintas, Pengamanan
Lingkungan Hidup, dan penanganan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kontraktor.

1.3. RENCANA KERJA


Dalam waktu selambat-lambatnya 3 hari dari saat penunjukan pemenang. Kontraktor harus
mengajukan rencana kerja atau action plan tertulis lengkap dengan gambar-gambar pendukung
metode kerja, sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaaan seperti yang disebutkan dalam
Dokumen Lelang, menjelaskan secara terperinci urusan pekerjaan dan cara melaksanakan
pekerjaan tersebut termasuk hal-hal khusus bila diperlukan, persiapan-persiapannya, peralatan,
pekerjaan sementara yang ada sejauh mana hal tersebut mencakup lingkup dari pekerjaannya
dan harus mendapatkan persetujuan dari Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan, dan
pihak-pihak atau instansi yang terkait dengan kelangsungan kegiatan tersebut di atas.

1.4. TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR


Sebelum pelaksanaan pekejaan, Kontraktor wajib memeriksa kekuatan konstruksi yang akan
dilaksanakan dan harus mengkonsultasikan dengan Pejabat Pembuat Komitmen atau Pengawas
Lapangan. Segala sesuatu kerusakan yang timbul akibat kelalaian kontraktor tidak melaksanakan
pemeriksaan kekuatan konstruksi menjadi tanggung jawab Kontraktor. Pada keadaan apapun,
dimana pekerjaan yang dilaksanakan telah mendapat persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen,
Pengawas Lapangan tidak berarti membebaskan Kontraktor atas tanggung jawab atas
pekerjaannya sesuai dengan isi kontrak.

1.5. TENAGA KERJA


Tenaga-tenaga yang yang digunakan hendaknya dari tenaga-tenaga yang ahli/terlatih dan
berpengalaman pada bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan
ketentuan/petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen dan Pengawas Lapangan.

1.6. SATUAN UKURAN


Semua satuan ukuran yang disebutkan dalam spesifikasi ini yang digunakan dalam pekerjaan
adalah standar meter dan Kilogram. Bila disebut satu ton, yang dimaksud adalah satu ton yang
bernilai 1000 kilogram.

1.7. PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN


Bila kontraktor tidak berada di tempat pekerjaan dimana Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas
Lapangan bermaksud untuk memberikan petunjuk-petunjuk itu harus dituruti dan dilaksanakan
oleh Pelaksana atau oleh orang-orang yang ditunjuk untuk itu oleh Kontraktor.
Orang-orang atau pelaksana tersebut harus mengerti bahasa yang dipakai oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, Pengawas Lapangan, atau Kontraktor akan menyediakan penterjemah khusus untuk
keperluan tersebut.

1.8. LAPORAN
a. Kontraktor diharuskan membuat bahan laporan berkala kemajuan pekerjaan untuk setiap
satu minggu kegiatan dengan mengisi formulir evaluasi kemajuan pekerjaan sesuai dengan
petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan. Ringkasan laporan tersebut harus
mencantumkan keadaan cuaca, jumlah pengerahan tenaga kerja, tenaga pengawas dan
pelaksana, alat-alat yang dipergunakan, jumlah pengiriman bahan-bahan bangunan ke lokasi
pekerjaan, kemajuan fisik dari pekerjaan yang telah selesai, masalah-masalah yang timbul
dilapangan serta pemecahannya, dan rencana kerja minggu berikutnya.
b. Laporan kemajuan pekerjaan harus diserahkan oleh Kontraktor pada setiap akhir pekan
untuk dievaluasi
c. Laporan lain seperti Laporan Harian dan lain-lain sesuai dengan uraian dalam syarat-syarat
umum kontrak.

1.9. GAMBAR-GAMBAR DAN UKURAN


a. Gambar-gambar yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan adalah:
1. Gambar yang termasuk dalam dokumen Lelang ( Gambar Rencana )
2. Gambar perubahan yang disetujui Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.
3. Gambar lain yang disediakan dan disetujui Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas
Lapangan.
b. Gambar asli dari gambar-gambar Kegiatan disimpan oleh Pejabat Pembuat Komitmen,
Pengawas Lapangan. Kontraktor diberi 2 (dua) set dari semua gambar-gambar tanpa
pungutan biaya..
c. Kontraktor diharuskan menyimpan satu set gambar di kantor lapangan untuk dipergunakan
setiap saat apabila diperlukan.
d. Gambar-gambar pelaksanaan (Shop drawing) dan detailnya harus mendapat persetujuan
Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan sebelum dipergunakan dalam pelaksanaan
Kegiatan.
e. Pada penyerahan akhir pekerjaan (Penyerahan Pertama dan Terakhir) harus disertai Gambar
hasil pelaksanaan “ (as built drawing)”.
f. Semua ukuran dinyatakan dalam sistim matrik.
g. Kalau terdapat perbedaan dengan spesifikasi maka yang benar dan berlaku adalah yang
ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.

1.10. WILAYAH KERJA


a. Secara umum Kontraktor dilarang menimbun atau menempatkan bahan-bahan bangunan di
tepi jalan umum karena jalan umum tidak termasuk wilayah kerja Kontraktor kecuali ada
pertimbangan khusus dan persetujuan dari Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.
b. Apabila tidak terdapat tempat kosong yang sesuai untuk menimbun atau menyimpan bahan-
bahan bangunan di sekitar lokasi Kegiatan, maka bahan bangunan harus didatangkan dari
Gudang Kontraktor atau Leveransir setiap hari dengan jumlah yang cukup untuk pekerjaan
satu hari.
c. Dalam pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus berkoordinasi dengan instansi yang terkait,
apabila di dalam lokasi Kegiatan terdapat jaringan pekerjaan yang tidak berhubungan dengan
kewenangan Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan ataupun kontraktor pelaksana.

1.11. BAHAN –BAHAN MUTU PEKERJAAN


a. Jenis dan mutu bahan yang dilaksanakan harus diutamakan bahan-bahan produksi dalam
negeri, sesuai dengan keputusan bersama Menteri Perindustrian dan Menteri Penertiban
Aparatur Negara Tgl. 23 Desember 1980, Keppres 16/1994 dan Keppres No. 24/1995.
b. Semua bahan yang dipergunakan untuk melaksanakan setiap jenis pekerjaan harus terdiri
dari kualitas tinggi sesuai dengan yang tercantum dalam syarat-syarat kualitas bahan masing-
masing bagian pekerjaan. Hasil pekerjaan dan mutu termasuk bahan-bahan yang terpakai
harus diterima dan disetujui Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.
c. Semua bahan yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam
peraturan standar yang berlaku di Indonesia. Standar peraturan yang berlaku adalah edisi
yang terakhir. Untuk bahan-bahan yang mutunya belum diatur dalam peraturan standar
maupun ketentuan dalam spesifikasi teknis, harus mendapat persetujuan dari Pejabat
Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan sebelum dipergunakan.
d. Untuk bahan yang mutunya yang masih berdasarkan standar internasional, apabila
diperlukan, Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan dapat meminta Kontraktor
untuk menunjukkan sertifikat tes dari agen, distributor yang menjual atau pabrik yang
memproduksi bahan yang bersangkutan.
e. Bahan-bahan bangunan atau tenaga kerja lokal/ setempat yang memenuhi syarat teknis
sesuai dengan peraturan yang ada (RKS) dianjurkan untuk dipergunakan untuk dengan
mendapatkan ijin tertulis dari Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.
f. Bila bahan-bahan bangunan yang memenuhi spesifikasi terdapat beberapa/ bermacam-
macam jenis merk diharuskan untuk memakai jenis dan mutu bahan dipilih satu jenis.
g. Bahan-bahan bangunan yang telah ditetapkan jenisnya, apabila bahan bangunan tersebut
mempunyai beberapa macam mutu, maka harus ditetapkan untuk dilaksanakan
dipergunakan yang mutu/ kwalitas kelas I (KW. I).
h. Bila Rekanan/ kontraktor sudah menandatangani untuk dilaksanakan jenis dan mutu bahan
untuk pekerjaan atau bagian pekerjaan tidak sesuai dengan yang ditetapkan, harus ditolak
atau dikeluarkan dari lokasi Kegiatan paling lambat 1 x 24 jam setelah ditolak atas biaya/
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
i. Contoh/sampel yang dikehendaki oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan,
Kontraktor harus segera menyediakan tanpa kelambatan atas biaya Kontraktor dan harus
sesuai dengan ketetapan (RKS).
j. Bila dalam uraian dalam syarat-syarat disebutkan nama pabrik/produk dari suatu barang,
maka ini hanya dimaksudkan untuk menunjukkan kwalitas dan tipe dari barang-barang yang
dikehendaki Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.
k. Kontraktor Pelaksana harus menawarkan harga-harga barang/bahan tersebut sesuai RKS dan
Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan dan bahan yang ditawarkan dalam harga satuan
pekerjaan dan atau harga satuan bahan/upah adalah mengikat.
l. Sebelum bahan-bahan yang dipesan dikirim kelokasi Kegiatan, Kontraktor harus
menunjukkan contoh dari bahan bersangkutan kepada Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas
Lapangan untuk diperiksa dan diteliti mengenai jenis, mutu, berat, kekuatan, dan sifat-sifat
penting lainnya dari bahan tersebut.
m. Apabila bahan-bahan yang dikirim ke lokasi Kegiatan ternyata tidak sesuai dengan contoh
yang ditunjukkan, baik dalam hal mutu, jenis, berat maupun kekuatannya, maka Pejabat
Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan berwenang untuk menolak bahan tersebut dan
mengharuskan Kontraktor untuk menyingkirkannya dan diganti dengan bahan-bahan yang
sesuai dengan contoh yang telah diperiksa terdahulu.
n. Semua bahan yang disimpan di lokasi Kegiatan harus diletakkan dan dilindungi sedemikian
rupa sehingga tidak akan terjadi kontaminasi atau mengalami proses lainnya yang dapat
mengakibatkan rusaknya atau menurunnya mutu bahan-bahan tersebut.
o. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kontraktor dilarang menyimpan bahan-bahan yang
berbahaya seperti minyak, cairan lainnya yang mudah terbakar, gas dan bahan kimia
sedemikian rupa sehingga keselamatan orang dan keamanan lingkungan sekitarnyan dapat
dijamin.

1.12. PEMBONGKARAN STRUKTUR YANG ADA


Pekerjaan ini harus mencakup pembongkaran, baik keseluruhan ataupun sebagian,
pemindahannya dan struktur lain yang diperlukan untuk dibongkar untuk memungkinkan
pembangunan atau perpanjangan atau perbaikan dari struktur yang memiliki fungsi yang sama
seperti struktur yang tua (atau bagian dari struktur) yang akan dibongkar.
Pekerjaan harus juga meliputi pemindahan yang memenuhi syarat dari material bongkaran dari
pasal ini, yang meliputi baik pembuangan maupun penyelamatan, penanganan, pengangkutan,
penyimpanan dan pengamanan terhadap kerusakan dari material yang ditentukan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.

1.13. PENGATURAN PEMBUANGAN SISA–SISA


Kontraktor harus melakukan seluruh pengaturan yang diperlukan dengan pemilik tanah dan
memikul seluruh biaya, untuk memperoleh lokasi yang sesuai untuk pembuangan material sisa
dan untuk pernyimpanan dari material yang diselamatkan.

BAB II
PEKERJAAN PERSIAPAN , SARANA UTAMA
PENUNJANG PEKERJAAN DAN K3

2.1. PEKERJAAN PENDAHULUAN


1. Pekerjaan Persiapan adalah suatu pekerjaan awal yang merupakan suatu kesatuan pekerjaan
yang tidak terpisahkan dari pekerjaan utama yang diatur dalam Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) dan Surat Perjanjian/ kontrak, yang meliputi:
a. Sewa Kantor Kegiatan/ Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan yang dilengkapi
meja, kursi, dan papan tulis.
b. Mobilisasi dan Demobilisasi peralatan kerja.
c. Kesehatan dan Keselematan Kerja
d. Pengujian Lab Beton.
e. Pembuatan foto dokumentasi.
Pengambilan Foto Dokumentasi.
- Permulaan pekerjaan ( 0 % )
- Setiap Jenis/ Item Pekerjaan (proses dan finish )
- Setiap Pengajuan Pembayaran Angsuran
- Setelah masa pemeliharaan berakhir.
Foto harus berwarna ukuran postcard sebanyak masing-masing 3 (tiga) lembar. Disusun
dalam album dan diberi keterangan. Kontraktor/Rekanan harus menyediakan segala yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang baik, sempurna dan efisien dengan urutan
yang teratur, termasuk alat-alat pembantu yang dipergunakan seperti Concrete Mixer (Beton
Molen), Penggetar Beton (Vibrator), Pemadat Tanah (Stamper), dan sebagainya yang
diperlukan untuk pekerjaan tersebut.
2. Pekerjaan Pengukuran adalah suatu pekerjaan pemasangan patok kayu meranti sebagai
patokan/ pengukuran awal untuk menetukan peil/ elevasi.
3. Pekerjaan Bongkaran Adalah Pekerjaan Membongkar Exisiting bangunan / konstruksi yang
akan di kerja
4. Pembersihan lokasi awal, dilaksanakan untuk memudahkan pekerjaan pengukuran dan
pekerjaan lainnya.
2.2. PEMBERSIHAN LAPANGAN
Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, daerah kerja harus dibersihkan dari pepohonan, semak
belukar, sisa-sisa bangunan, sampah, akar-akar pohon, dan semua material tersebut harus
dibuang dari areal lokasi pekerjaan sesuai dengan petunjuk Pejabat Pembuat Komitme, Pengawas
Lapangan Pekerjaan.
Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan harus juga dibersihkan dari
sisa-sisa semua material yang tidak terpakai, serta areal diratakan dan dirapikan kembali.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan sepenuhnya tanggung jawab dan beban Kontraktor,
serta harus diperhitungkan termasuk “Overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
2.3. PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN
1. Rekanan/Kontraktor harus menjaga agar jalanan umum, jalan kecil dan hak pemakai jalan
bersih dari bahan-bahan bangunan dan sebagainya dan memelihara kelancaran lalu lintas,
baik bagi kendaraan maupun pejalan kaki selama pekerjaan berlangsung.
2. Selama masa pelaksanaan pekerjaan, Rekanan/Kontraktor bertanggung jawab penuh atas
segala kerusakan bangunan yang ada di sekitarnya, utilitas, jalan-jalan, saluran-saluran
pembuangan dan sebagainya di lokasi dan kerusakan sejenis yang disebabkan karena
pelaksanaan Pekerjaan dalam arti yang luas. Itu semua diperbaiki kontraktor hingga dapat
diterima oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
3. Kontrktor bertanggung jawab atas keamanan dan kerusakan seluruh pekerjaan termasuk
bahan-bahan bangunan dan perlengkapan instansi, hingga Kontrak selesai dan diterima baik
oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.

2.4. PENERAPAN SMKK

2.4.1. Sebelum memulai pekerjaan pihak penyedia jasa konstruksi ( kontraktor ) wajib menyediakan
RKK atau melengkapai seluruh perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) Yaitu :
a. Sosialisasi promosi dan pelatihan
b. Alat Pelindung Kerja dan Alat Pelindung Diri
1. Topi Pelindung ( Safety Helmet )
2. Sepatu Keselamatan ( Safety Shoes )
3. Rompi keselamatan ( Safety Fest )
c. Asuransi dan perizinan
d. Personil K3 Konstruksi
e. Fasilitas sarana dan prasarana kesehatan
f. Rambu – rambu yang diperlukan
g. Kegiatan dan peralatan terkait dengan pengendalian resiko keselamatan
2.4.2. Kecelakaan Kerja.
a. Apabila terjadi kecelakaan pada tenaga kerja pada waktu melaksanakan pekerjaan,
kontraktor harus segera mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan si korban. Biaya
pengobataan dan lain-lain menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus segera
melaporkan kepada Instansi yang berwenang dan Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas
Lapangan.
b. Di lokasi pekerjaan harus disediakan kotak obat-obatan untuk PPPK yang selalu tersedia
dalam saat dan berada di tempat kantor lapangan (direksi keet).

2.5. PENGUKURAN

2.5.1. Jaringan Titik Tetap


a. Jaringan patok titik tetap diambil berdasarkan referensi titik tetap (Patok Beton/Bangunan
Permanen) yang dipasang oleh dinas terkait yang terdekat.
b. semua elevasi yang ditunjukkan dan tercantum dalam gambar adalah elevasi yang dikaitkan
dengan ketinggian patok titik tetap seperti yang dijelaskan pada butir di atas.
c. Patok titik tetap yang dipergunakan sebagai referensi dalam Kegiatan ini tercantum dalam
gambar-gambar rencana atau akan ditunjukkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas di
lapangan.

2.5.2. Pengukuran Kembali.


a. Apabila ada perubahan ditentukan/disesuaikan dengan kondisi lapangan setempat bersama
Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.
b. Hasil pengukuran kembali harus sudah diserahkan dan disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, Pengawas Lapangan selambat-selambatnya 7 hari setelah tanggal SPMK.
2.5.3. Pekerjaan Pengukuran Dan Survei Lapangan
a. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menggerakkan personil tekniknya untuk
melakukan survei dan membuat laporan mengenai kondisi fisik lapangan khususnya lokasi
rencana konstruksi apakah tidak terdapat kesesuaian. Kontraktor bersama-sama dengan
Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan harus secara bersama-sama mengambil peil
permukaan dan sounding areal kerja dan menyetujui semua kekhususan terhadap mana
semua pekerjaan didasarkan.
b. Jika menurut pendapat Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan kemajuan Kontraktor
tidak memuaskan untuk menyelesaikan pekerjaan survei ini tepat pada waktunya atau dalam
hal Kontraktor tidak memulai pekerjaan atau melakukan pekerjaan tidak dengan standar yang
ditentukan, Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan dapat menunjuk stafnya sendiri
atau pihak lain untuk mengerjakan survey lapangan dan membebankan seluruh biayanya
kepada Kontraktor.

2.5.4. Pematokan dan Bouwplank


a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktror harus melaksanakan pematokan dan
pemasangan bouwplank sesuai petuntuk Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.
b. Bouwplank harus dibuat tegak lurus sumbu saluran dan dibuat selebar pondasi saluran.
c. Patok dan bouwplank harus dibuat kokoh, tidak mudah rusak dan tidak bergerak serta harus
dijaga agar tidak rusak/ hilang selama pelaksanaan pekerjaan.
d. Elevasi yang tercantum dalam bouwplank dan patok akan menjadi dasar pelaksanaan
pekerjaan baik dalam penentuan lebar saluran, tinggi saluran maupun tebal pasangan/
konstruksi lainnya.

2.6. PAPAN NAMA KEGIATAN


Kontraktor harus membuat dan memasang papan nama kegiatan ukuran 0,8 x 1 m di lokasi yang
ditunjuk Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan. Ukuran, bentuk dan susunan kata-kata
dan warna akan ditentukan Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.

2.7. GAMBAR-GAMBAR YANG HARUS DIPERSIAPKAN OLEH KONTRAKTOR

2.7.1. Umum
Pelaksanaan pengukuran awal oleh Kontraktor yang dilaksanakan sejak diterimanya Surat
Perintah Mulai Kerja dari Pejabat Pembuat Komitmen, dimaksud untuk mendapatkan gambaran
kondisi lapangan sesungguhnya dibandingkan dengan gambar yang diterima oleh Kontraktor
dari Pejabat Pembuat Komitmen.
Data dan hasil pengukuran awal oleh Kontraktor yang telah disyahkan dan disetujui oleh Pejabat
Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan pekerjaan tersebut, akan menjadi acuan dasar
pembuatan gambar-gambar selama waktu pelaksanaan sampai selesai pekerjaan.
Gambar-gambar hasil pengukuran awal tersebut di atas, akan merupakan dasar pokok
kesepakatan bersama antara Kontraktor dan Pejabat Pembuat Komitmen untuk menghitung
volume dari masing-masing jenis pekerjaan yang harus dan telah dilaksanakan oleh Kontraktor,
serta yang harus dibayar oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
Semua gambar-gambar yang dipersiapkan oleh kontraktor, harus bisa memberikan secara jelas
hal-hal yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan pekerjaan yang meliputi antara lain.
 Bentuk tiap jenis bangunan jalan yang akan dikerjakan
 Elevasi muka tanah asli dan masing-masing pekerjaan
 Dimensi bangunan jalan sebagai pelengkap.
 Jenis serta komposisi material yang dipergunakan
 Rencana garis galian pondasi jalan/jembatan
 Hal-hal lain sesuai petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan pekerjaan
Adapun gambar-gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor meliputi antara lain:
 “ Construction Drawing ” atau “ Working Drawing ”.
 “ Shop Drawing ”.
 “As Built Drawing”.
Semua gambar-gambar tersebut di atas, baru bisa dipakai sebagai pedoman pelaksanaan
pekerjaan dan acuan dasar perhitungan volume pekerjaan sesungguhnya, apabila sudah
mendapat persetujuan dan disyahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.

2.7.2. “Construction Drawing” Atau “Working Drawing”


“Construction Drawing” Atau “Working Drawing” adalah gambar rencana bangun yang telah
disesuaikan dengan kondisi lapangan sesungguhnya dan setelah disetujui dan disyahkan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.
Semua dimensi bangunan, jenis serta komposisi jenis material dan rencana elevasi posisi dan
kedudukan dari masing-masing jenis bangunan jalan yang tergambar “Construction Drawing”
Atau “Working Drawing” harus mengacu dan didasarkan pada “Design Drawing” yang
diberikan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.
Apabila karena kondisi dan posisi lapangan yang sesungguhnya, sehingga mengakibatkan perlu
adanya penyesuaian dimensi, elevasi posisi dan kedudukan bangunan, maka Kontraktor harus
konsultasi dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Pejabat Pembuat Komitmen,
Pengawas Lapangan. Atas dasar persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen, jika ada penyesuaian
dimensi, elevasi posisi dan kedudukan bangunan, maka kondisi terakhir rancang bangun yang
telah disepakati bersama, disetujui dan disyahkan Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas
Lapangan adalah yang mengikat pada kondisi awal pelaksanaan pekerjaan, dan merupakan dasar
serta acuan utama bagi Kontraktor pada pelaksanaan pekerjaan.
“Construction Drawing” Atau “Working Drawing” yang dipersiapkan oleh kontraktor tersebut,
harus bisa memberikan suatu gambaran rancang bangun yang akan dilaksanakan pada kondisi
nyata lapangan, sehingga perlu dan harus dicantumkan anatara lain :
 Garis elevasi muka tanah asli hasil pengukuran awal.
 Dimensi rencana bangunan jalan.
 Elevasi posisi dan kedudukan bangunan jalan
Jenis dan komposisi material yang akan dipakai dan lain-lain.
“Construction Drawing” Atau “Working Drawing” yang disyahkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, dipakai sebagai dasar dan acuan perhitungan volume awal saat akan dimulainya
pelaksanaan pekerjaan atau “ Mutual Cheek ” pada kondisi pelaksanaan 0%.
Kontraktor wajib membuat copy “Construction Drawing” Atau “Working Drawing” sebanyak
minimum 3 (Tiga) Copy, dengan distribusi dua copy untuk, Pengawas Lapangan, satu copy untuk
arsip Kontraktor dan satu copy serta gambar aslinya harus gambar aslinya harus diserahkan
kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
Pembuatan Working Drawing dan perhitungan Mutual Check harus sudah selesai dan disetujui
oleh PPK, Pengawas Lapangan dan Pejabat Pembuat Komitmen selambat-lambatnya 2 minggu
setelah tanggal SPMK.
Selama waktu pelaksanaan pekerjaan dari waktu ke waktu, dimungkinkan adanya penyesuaian
pelaksanaan karena kondisi “Engineering Adjustment”, atau perubahan desain “Revised Design”,
semuanya bisa mengakibatkan perubahan volume pelaksanaan pekerjaan menjadi bertambah
atau berkurang.
Untuk kondisi “Engineering Adjustment”, tidak diperlukan adanya gambar baru yang disyahkan
oleh Pejabat Pembuat Komitmen, namun Kontraktor wajib memberikan laporan tertulis serta
sketsa penyesuaian guna mendapatkan persetujuan dari PPK, Pengawas Lapangan pekerjaan dan
tembusan kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
Sedang pada kondisi perubahan desain “Revised Design”, Pejabat Pembuat Komitmen secara
resmi akan memberikan gambar perubahan desain yang telah disyahkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen kepada Kontraktor secara administratif dalam bentuk “Variation Order”.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “Construction Drawing” Atau “Working
Drawing” termasuk penggandaannya sebanyak 3 (lima) copy, sepenuhnya menjadi tanggung
jawab dan beban kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “Overhead” pada
analisa satuan pekerjaan.

2.7.3. “ Shop Drawing”


Apabila pada konstruksi bangunan yang akan dikerjakan, ada unit bangunan yang harus
dikerjakan pembuatannya di luar areal Kegiatan, dan karena sifat kekhususannya harus dan
terpaksa dikerjakan oleh Sub-Kontraktor, maka sebelumnya Sub- Kontraktor yang bersangkutan
diharuskan membuat dan menyerahkan gambar rencana bentuk unit bangunan tersebut, lengkap
dengan perhitungan konstruksinya.
“ Shop Drawing” yang disiapkan oleh Sub-Kontraktor tersebut, harus diserahkan pada Pejabat
Pembuat Komitmen, diperiksa, dikoreksi apabila perlu, dan untuk selanjutnya disyahkan oleh
Pemilik Kegiatan.
Gambar Unit bangunan atau “ Shop Drawing” tersebut harus secara lengkap memuat:
 Bentuk unit bangunan serta dimensinya.
 Material yang akan dipakai serta spesifikasinya.
 List Komponen unit bangunan yang memuat:
a. Panjang lebar, tebal komponen unit bangunan
b. Berat persatuan komponen unit bangunan
c. Jumlah komponen unit bangunan dan lain-lain
Gambar dan list pekerjaan pembuatan dan pemasangan tulangan konstruksi termasuk dalam
kategori “Shop Drawing”.
Kontraktor wajib membuat copy “Shop Drawing” sebanyak minimum 4 (Empat) copy, dengan
distribusi untuk PPK, dan Pengawas Lapangan, satu copy dipasang di barak kerja, satu copy untuk
arsip Kontraktor dan satu copy serta gambar aslinya harus diserahkan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “Shop Drawing” termasuk
penggandaannya sebanyak 4 (Empat) copy, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban
Kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “Overhead” pada analisa harga satuan
pekerjaan.
2.7.4. “As Built Drawing”
Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan sesuai gambar pelaksanaan, berikut pekerjaan
tambah atau kurang berdasarkan “Variasi Order” yang diberikan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, dan Kontraktor telah melakukan pengukuran ulang akhir pekerjaan, maka Kontraktor
diwajibkan membuat gambar purna bangun atau “As Built Drawing”.
Gambar purna bangun atau “As Built Drawing” tersebut, harus lengkap berisi antara lain:
- Garis elevasi muka tanah yang sekarang ada.
- Dimensi dan masing-masing bangunan yang telah dikerjakan.
- Elevasi posisi dan kedudukan masing-masing bangunan yang telah dikerjakan.
- Jenis material dan komposisi yang telah dipergunakan.
Gambar purna bangun yang telah selesai tersebut harus diserahkan Kontraktor kepada PPK,
Pengawas Lapangan pekerjaqan untuk diperiksa dan disetujui, selanjutnya diserahkan kepada
Pejabat Pembuat Komitmen guna mendapatkan pengesahan dari Pejabat Pembuat Komitmen.
Perhitungan volume akhir dari pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh kontraktor atau yang
“mutual check” volume pekerjaan 100%, semua mengacu dan didasarkan pada gambar purna
bangun yang telah disyahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, dan merupakan volume akhir
yang akan dibayar oleh Pejabat Pembuat Komitmen kepada Kontraktor.
Kontraktor wajib membuat copy “As Built Drawing” sebanyak 4 (Empat) copy, dengan distribusi
untuk Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan pekerjaan dan Pengawas, serta gambar
aslinya harus diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen, termasuk data dan perhitungan
hasil pengukuran akhir sebagai pendukungnya.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “As Built Drawing” termasuk
penggandaannya sebanyak 5 (lima) copy, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban
kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “Overhead” pada analisa harga satuan
pada analisa harga satuan pekerjaan.
As Built Drawing harus sudah diserahkan dan disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen,
Pengawas Lapangan selambatnya-lambatnya bersamaan dengan Berita Acara Penyerahan I.
2.7.5. Administrasi Kegiatan
Kontraktor wajib menyediakan dan membuat kelengkapan administrasi lapangan berupa buku
tamu, buku laporan bahan, material, alat dan pekerja, catatan harian cuaca dan lain-lain yang
diperlukan untuk kelengkapan administrasi. Kontraktor wajib membuat harian, laporan
mingguan dan laporan bulanan lengkap dengan data penunjangnya dan foto dokumentasi
sebagaimana tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat Kegiatan.
Sebelum memulai aktifitas Kontraktor diwajibkan untuk membuat jadwal atau schedule, rencana
kerja, metode kerja, kebutuhan material, Kebutuhan sumberdaya daan peralatan dan harus
mendapat persetujuan dari pengawas dan Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.
2.8. PHOTO DOKUMENTASI
Sejak awal akan mulai melaksanakan pekerjaan, selama masa pelaksanaan pekerjaan dan pada
akibat pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan membuat dokumentasi kegiatan
pelaksanaan pekerjaan yang diwujudkan dalam bentuk photo dokumentasi.
Photo dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan tersebut, harus bisa memberikan gambaran
secara lengkap dan menyeluruh mengenai kegiatan pelaksanaan pekerjaan sejak dari awal
sampai akhir pelaksanaan pekerjaan, sehingga secara kronologi bisa merupakan satu gambaran
tujuan yang akan dicapai oleh kegiatan tersebut.
Photo dokumentasi dilaksanakan pengambilannya dari tiga titik tetap yang berbeda atau secara
garis kegiatan pelaksanaan seluruh pekerjaan.
Photo dokumentasi tersebut, pelaksanaan pengambilnya dilakukan pada kondisi tahap kegiatan
pelaksanaan Pekerjaan:
 Saat awal sebelum mulai kegiatan pelaksanaan pekerjaan 0%.
 Saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 50%
 Saat selesai pelaksanaan pekerjaan atau prestasi 100%.
Photo dokumentasi tersebut, selanjutnya harus dicetak ukuran kartu pos, masing-masing 3
(Tiga), ditata rapi pada album photo kemudian diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
Pada saat pengambilan photo dokumentasi akhir pelaksanaan pekerjaan, disamping cetakan ukuran
kartu pos sebanyak 3 (tiga) copy, sedangkan pengambilan photo dokumentasinya dari 1 (satu) titik lain
yang berbeda lokasi, dan akan ditentukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan
pekerjaan.
Disamping photo dokumentasi utama tersebut, atas permintaan Pejabat Pembuat Komitmen/ Direksi
teknis, Pengawas Lapangan pekerjaan Kontraktor bisa melaksanakan pengambilan photo dokumentasi
kegiatan pelaksanaan pekerjaan lainnya yang dianggap berguna dan mempunyai nilai penting untuk
didokumentasikan.
Semua biaya yang timbul akibat pembuatan photo dokumentasi tersebut sepenuhnya menjadi
beban dan tanggung jawab Kontraktor, serta harus diperhitungkan termasuk “Overhead” pada
analisa harga satuan pekerjaan.
2.9. SYARAT-SYARAT CARA PEMERIKSA BAHAN BANGUNAN
a. Kontraktor harus selalu memegang teguh disiplin keras dan perintah yang baik antara
pekerjaannya dan tidak akan mengerjakan tidak sesuai atau tidak mempunyai keahlian
dalam tugas yang diserahkan kepadanya.
b. Kontraktor menjamin bahwa semua bahan bangunan dan perlengkapan yang disediakan
menurut Dokumen Kontrak dalam keadaan baru dan semua pekerjaan akan berkualitas baik
bebas dari cacat. Semua pekerjaan yang tidak sesuai dengan standart ini dapat dianggap
defecktif (rusak).
c. Dalam pengajuan penawaran harga kontraktor harus memperhitungkan biaya-biaya
pengujian/ pemeriksaan berbagai bahan yang dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan.
Diluar jumlah tersebut kontraktor tetap bertanggung jawab atas biaya-biaya pengiriman yang
tidak memenuhi syarat-syarat yang dikehendaki.

2.10. PEKERJAAN YANG TIDAK BAIK


a. Pejabat Pembuat Komitmen berhak mengeluarkan instruksi agar Kontraktor membongkar
pekerjaan apa saja yang telah ditutup untuk diperiksa atau mengatur untuk mengadakan
pengujian bahan-bahan atau barang-barang baik yang sudah maupun yang belum
dimasukkan dalam pekerjaan atau yang sudah dilaksanakan. Biaya untuk pekerjaan dan
sebagainya menjadi beban Kontraktor untuk disempurnakan sesuai dengan dokumen kontrak.
b. Pejabat Pembuat Komitmen berhak mengeluarkan instruksi untuk menyingkirkan dari tempat
pekerjaan, pekerjaan-pekerjaan, bahan-bahan atau barang apa saja yang tidak sesuai dengan
dokumen kontrak.
c. Pejabat Pembuat Komitmen berhak mengeluarkan perintah yang dikehendaki pemecatan siapa
saja dari pekerjaan.

BAB III
PEKERJAAN TANAH

3.1. UMUM
Yang dimaksud dengan pekerjaan tanah adalah semua pekerjaan persiapan lapangan, termasuk
pekerjaan peralatan tanah, galian tanah, serta penanganan, penghamparan dan pemadatan
material timbunan yang diperlukan, pembuangan semua material sisa galian, pengeringan (bila
diperlukan), perlindungan terhadap daerah di sekitarnya, urugan kembali, pengupasan muka
tanah, timbunan tanah pada alur dan elevasi sesuai yang ditunjukkan pada gambar.
Khusus pekerjaan perataan dan galian tanah harus menggunakan alat berat atau secara mekanis.
Kebutuhan alat berat untuk penggalian dan pengangkutannya serta kombinasi dari kedua alat
dan metode kerjanya harus dihitung berdasarkan jadwal atau waktu yang dibutuhkan untuk
penggalian dan harus disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan. Bila terjadi
kesalahan hitung atau metode kerja sehingga mengakibatkan waktu penyelesaian Kegiatan
menjadi mundur atau terjadi penambahan biaya, maka segala akibat tersebut di atas harus
ditanggung sepenuhnya oleh Kontraktor.
Bila tidak langsung digunakan penyimpanan bahan galian yang akan digunakan tidak
diperbolehkan diletakkan di jalan. Batu besar yang tidak diperkenankan untuk material timbunan
dapat disimpan/ dicadangkan bagi keperluan pasangan batu, sesuai dengan spesifikasi.
Penggunaan semua material galian untuk keperluan tertentu ditentukan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, Pengawas Lapangan. Kontraktor tidak diperkenankan menghamburkan atau dengan
kata lain membuang material galian yang berguna. semua galian akan dilaksanakan dengan
batasan dan sesuai kebutuhan yang diperlihatkan pada pasal-pasal dari spesifikasi ini berkenaan
dengan masalah pengendalian air. Tidak diperbolehkan menebang tanpa ijin dari Pejabat
Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan dan Instansi yang terkait.
Pekerjaan perataan, galian dan urugan harus benar-benar rata menurut gambar-gambar
potongan memanjang dan potongan melintang dengan permukaan dan kemiringan yang rapi
dan benar-benar rata dan teratur. Apabila tidak disebutkan lain, semua rumput tanaman dan
semua bahan-bahan yang merusak harus dibuang sebelum bahan urugan diletakkan pada
tempatnya. Semua bahan-bahan yang lemah atau mudah rusak harus diganti dengan bahan-
bahan yang baik seperti syarat yang ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas
Lapangan.
Bahan galian yang didapatkan dari tempat galian tidak mencukupi bagi keperluan penimbunan
maka dapat diperoleh tambahan galian dari daerah bahan galian lain yang telah disetujui Pejabat
Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan. Lokasi bahan galian yang telah digali harus diperbaiki
sedemikian rupa untuk menghilangkan kemiringan tanah yang tajam dan tidak stabil atau hal
lain yang kurang baik dan berbahaya. Luas dan kedalaman galian masih dalam batas area yang
telah disetujui Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan. Kontraktor bertanggung jawab
terhadap pengaturan dan pembayaran semua bahan galian termasuk bahan lempung dan bahan
yang dipilih sesuai persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan
3.2. PENGENDALIAN AIR
Kontraktor harus menyediakan, memasang dan mengoperasikan semua peralatan yang
diperlukan untuk menjaga galian bebas dari air/genangan selama pelaksanaan konstruksi dan
harus membuang air hingga pekerjaan tidak menimbulkan kerusakan terhadap benda-benda
disekitarnya, atau menyebabkan gangguan atau mengancam umum. “Interceptor Drain” perlu
untuk menjaga air permukaan jangan sampai masuk ke lubang galian konstruksi. Untuk
penggalian di bawah air, Kontraktor harus mengusahakan melaksanakan pengeringan disekitar
lokasi galian dengan metode yang harus diusulkan oleh kontraktor dan harus mendapatkan
persetujuan dari Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.
Tanggul akan sangat baik digunakan mencegah kerusakan akibat erosi selama pelaksanaan
pekerjaan konstruksi. Kerusakan yang ditimbulkan diperbaiki atas biaya Kontraktor.

3.3. PEKERJAAN GALIAN


a. Uraian
1. Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, pembuangan tanah atau material lain baik
dari tempat kerja atau sekitarnya, yang perlu untuk menyelesaikan yang memuaskan dari
pekerjaan dalam kontrak ini.
2. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan pondasi, pembuangan material
yang tidak terpakai atau humus, dan untuk pembentukan secara umum dari tempat kerja
sesuai dengan spesifikasi ini dan yang memenuhi garis, ketinggian penampang yang
ditunjukkan dalam gambar atau yang diperintahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen,
Pengawas Lapangan.

b. Toleransi Dimensi
1. Kelandaian akhir, arah dan formasi sesudah galian tidak boleh bervariasi dari yang
ditentukan lebih dari 2 cm dari tiap titik.
2. Permukaan galian yang telah selesai yang terbuka terhadap aliran air permukaan harus
cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin drainase yang bebas
dari permukaan ini tanpa terjadi genangan.

c. Perbaikan Dari Pekerjaan Galian Yang Tidak Memuaskan


Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan, harus diperbaiki oleh
Kontraktor sebagai berikut :
- Material yang berlebihan harus dibuang dengan menggali lebih lanjut.
- Daerah dimana digali lebih, atau daerah retak atau lepas, harus diurug kembali dengan
timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat seperti yang diperintahkan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.

d. Pelaporan dan Pencatatan


1. Untuk setiap pekerjaan galian, Kontraktor harus menyerahkan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen, Pengawas Lapangan, sebelum memulai pekerjaan, gambar perincian potongan
melintang atau memanjang yang menunjukkan kondisi awal dari tanah sebelum operasi
pembabatan dan penggarukan dilakukan.
2. Kontraktor harus menyerahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan
gambar perincian dari seluruh struktur sementara yang diusulkannya atau yang
diperintahkan untuk digunakan, seperti skor, turap, cofferdam, dan tembok penahan dan
harus memperoleh persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan sebelum
melaksanakan pekerjaan galian yang dimaksudkan untuk dilindungi oleh struktur yang
diusulkan tersebut.
3. Setelah masing-masing galian untuk tanah dasar, formasi atau pondasi selesai, Kontraktor
harus memberitahu Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan. Bahan landasan
atau material lain tidak boleh dipasang sebelum kedalaman galian disetujui oleh Pejabat
Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.

e. Prosedur Penggalian.
Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang ditentukan dalam
gambar atau ditunjukkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan dan harus
mencakup pembuangan seluruh material dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk
tanah, padas, batu bata, batu beton, dan lain-lain.
Pekerjaan galian harus dilakukan dengan seminimal mungkin gangguan terhadap material di
bawah dan di luar batas galian.

f. Jaminan Keselamatan pekerjaan Galian


1. Kontraktor harus memikul seluruh tanggung jawab untuk menjamin keselamatan pekerja
yang melaksanakan pekerjaan galian.
2. Selama masa pekerjaan galian, Kontraktor harus menjaga setiap saat suatu lereng yang
stabil yang mampu menahan pekerjaan sekitarnya. Bila diperlukan, Kontraktor harus
menahan atau menyangga struktur di sekitarnya yang jika tidak dilakukan dapat menjadi
tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian tersebut.
3. Pada setiap saat dimana kedalaman galian melebihi ketinggian di atas kepala, Kontraktor
harus menempatkan pengawas keamanan pada tempat kerja yang tugasnya hanya
memonitor kemajuan dan keamanan. Pada setiap saat peralatan cadangan serta
perlengkapan P3K harus tersedia di tempat kerja galian.
4. Seluruh tepi galian terbuka harus diberi penghalang yang cukup untuk mencegah pekerja
atau orang lain terjatuh kedalamnya dan setiap galian terbuka pada jalan badan atau
bahu harus ditambah dengan bambu pada malam hari dengan drum dicat putih atau
lampu kuning sesuai dengan ketentuan Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.

g. Penggunaan dan Pembuangan Material Galian


Seluruh material yang dapat dipakai yang digali dalam batas-batas dan cakupan Kegiatan
dimana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk formasi timbunan atau urugan
kembali, maupun lime treatment.
Material galian yang mengandung tanah organis tinggi, sejumlah besar akar atau benda
tetumbuhan yang lain dan tanah yang komprensif yang menurut Pejabat Pembuat Komitmen,
Pengawas Lapangan akan menyulitkan pemadatan dari material atau yang mengakibatkan
kerusakan atau penurunan yang tidak dikehendaki, harus diklasifikasikan tidak memenuhi
untuk digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan permanen.
Setiap material galian berlebih untuk kebutuhan timbunan, atau setiap material yang tidak
disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan Teknik sebagai bahan
timbunan harus dibuang dan diratakan dalam lapis yang tipis oleh Kontraktor di luar tempat
kerja sesuai petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk seluruh pengaturan dan biaya untuk
pembuangan material yang berlebih atau tidak memenuhi syarat, termasuk pengangkutan
dan perolehan ijin dari pemilik tanah dimana pembuangan dilakukan.

h. Pembuangan Material Pekerjaan Sementara dan Perapihan Tempat Bekas Galian


1. Terkecuali diperintahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan, seluruh
struktur sementara seperti cofferdam atau skor dan turap harus dibongkar oleh
Kontraktor setelah selesai pekerjaan struktur permanen atau pekerjaan lain untuk mana
galian telah dilakukan. Pembongkaran harus dilakukan sedemikian sehingga tidak
mengganggu atau merusak struktur atu formasi yang telah selesai.
2. Material galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam saluran air
harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan selesai sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu saluran air.
3. Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh Kontraktor
harus ditinggalkan dalam keadaan rapi dengan tepi dan lereng yang stabil.

3.4. URUGAN DAN TIMBUNAN TANAH DIPADATKAN


a. Umum
Semua pengurugan, dan timbunan tanah, harus dilakukan di tempat kering yang disetujui
Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.
Penggunaan peralatan bagi pelaksanaan penimbunan dan pengurugan kembali sehingga
dapat memperoleh hasil pemadatan sesuai dengan spesifikasi, jenis dan kapasitas sesuai
dengan yang diminta dan telah disetujui Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.

b. Timbunan/ Urugan
Timbunan tidak boleh diletakkan hingga galian yang telah dilakukan dan pekerjaan pondasi
yang telah diselesaikan diperiksa dan disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas
Lapangan. Penimbunan diletakkan mendatar lapis demi lapis yang dipadatkan dengan
menggunakan peralatan tetapi dengan ketebalan lepas maksimum 200 mm, pemadatan
timbunan dengan tenaga manusia dan juga dengan tenaga mesin ( Stamper / Babywales )
harus dengan ketebalan lepas maksimum 200 mm.
Distribusi bahan di seluruh bagian lapisan harus seragam dan penimbunan harus bebas dari
tonjolan, cekungan, dan alur-alur atau lapisan material yang berbeda susunan atau gradasi
dengan material di sekitarnya.
Bila permukaan lapisan menjadi terlalu keras atau halus, untuk pemadatan dengan lapisan
berikutnya, perlu dilakukan torehan sejajar sumbu penimbunan hingga kedalaman tidak
kurang dari 75 mm sebelum dilapisi dengan lapisan selanjutnya.

c. Pemadatan
Pelaksanaan semua penimbunan tidak kurang 90% dari maksimum dry density. Semua
timbunan harus dilembabkan sebesar 2% daripada optimum dan kemudian dipadatkan.
Distribusi kelembaban yang seragam dapat diperoleh dengan metode yang telah disetujui
Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan bagi pemadatan lapisan. Bila lapisan teratas
(dari lapisan sebelumnya) dan timbunan yang dipadatkan atau tanah pondasi menjadi kering
atau basah untuk memperoleh ikatan yang baik perlu dilakukan penorehan dan pelembaban
dengan menggunakan pancaran air untuk memperoleh kadar air yang yang baik bagi
peletakan lapisan selanjutnya.

3.5. KELEBIHAN GALIAN DAN PEMBUANGAN SISA GALIAN


Semua bahan hasil dari galian yang berlebihan yang dianggap tidak perlu oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, Pengawas Lapangan harus dipindahkan/dibuang dari lokasi pekerjaan dan biaya
untuk itu ditanggung oleh Kontraktor. Kontraktor harus menyediakan lokasi buangan akhir
untuk sisa tanah hasil galian yang tidak terpakai, di luar lokasi pekerjaan atau sesuai petunjuk
Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.

BAB IV
PERKERASAN ASPAL (BURAS)

Pekerjaan ini meliputi pelaburan aspal pada lokasi perkerasan yang luasnya kecil menggunakan
baik aspal panas, aspal cair untuk menutup retak, mencegah pelepasan butiran agregat,
memelihara tambalan atau menambal lubang agar kedap air, memelihara perkerasan eksisting
yang mengalami penuaan atau untuk tujuan lainnya.

Kondisi Cuaca Yang Diizinkan Untuk Bekeria

Pemeliharaan dengan Laburan Aspal setempat harus dilaksanakan hanya pada permukaan yang
kering dan tidak boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan. Untuk
memperoleh kondisi penguapan yang baik

Ketentuan Lalu Lintas

Tempat kerja harus ditutup untuk lalu lintas pada saat pekerjaan sedang berlangsung dan
selanjutnya sampai waktu yang ditentukan di mana Pengawas Pekerjaan menyetujui permukaan
akhir dapat dibuka untuk lalu lintas.

BAHAN
1. Umum

Tidak ada bahan yang boleh digunakan dalam pekerjaan ini sampai disetujui oleh PPK/direksi
teknis atau Pengawas Pekerjaan.
1. Agregat Penutup
a. Agregat Penutup harus terdiri atas pasir atau batu pecah halus yang bersih, keras, awet dan
bebas dari kotoran, lempung atau benda lainnya yang dapat menghalangi penyelimutan yang
menyeluruh oleh aspal.
b. Persyaratan pasir/agregat penutup yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan

Aspal

Aspal yang dapat digunakan adalah aspal keras, aspal cair. Pengambilan contoh aspal harus
dilaksanakan sesuai dengan SNI 06-6399-2000.

Kuantitas agregat dan aspal

Takaran pasir/agregat dan aspal yang digunakan harus disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas
Pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai. Penyesuaian takaran ini mungkin diperlukan selama
Kontrak jika dipandang perlu oleh Pengawas Pekerjaan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang
disyaratkan.

Pelaksanaan
1. Persiapan Permukaan Yang Akan Dilabur

Permukaan perkerasan harus dibersihkan dengan menggunakan sapu atau kompresor, dan harus
bebas dari genangan air.
1. Pemakaian Aspal

Cara pemakaian bahan aspal harus disetujui oleh PPK /Direksi teknis, Pengawas Pekerjaan . Mesin
penyemprot harus mampu memberikan distribusi aspal yang merata baik menggunakan batang
penyemprot dari distributor aspal maupun penyemprot tangan. Cara manual pada pelaburan
untuk lokasi yang kecil, mungkin dapat diperkenankan menurut pendapat Pengawas Pekerjaan.
Cara manual harus menggunakan batang penyemprot manual atau cara lain yang disetujui.

Pemakaian Agregat

Pasir/Agregat harus ditebar segera setelah penyemprotan aspal. Pasir/Agregat dapat ditebar
dengan cara yang memadai (termasuk cara manual) sampai diperoleh lapisan yang, merata
diratakan dengan menggunakan alat perata, tanpa bopen . Setelah selesai dilaksanakan, kelebihan
agregat yang lepas harus disapu dari permukaan perkerasan.
1. Lalu Lintas

Lalu lintas diizinkan melewati permukaan laburan aspal setelah beberapa jam selesai dikerjakan,
seperti yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Periode tipikal berkisar antara 2 sampai 4 jam.

5.7. SANKSI
a. Keterlambatan pekerjaan akibat kekurangan bahan, tenaga kerja, alat sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
b. Kelalaian terhadap perintah/instruksi dari direksi dan pengawas lapangan mengakibatkan
sanksi dapat diberlakukan.
c. Pekerjaan yang tidak dapat diterima oleh direksi dan pengawas lapangan dapat dibongkar
untuk dibangun kembali sesuai spesifikasi dengan biaya kontraktor.
d. Kerusakan fasilitas umum akibat kelalaian kontraktor menjadi tanggung jawab sepenuhnya
dari kontraktor pelaksana.
e. Kerusakan – kerusakan kepemilikan pribadi/ orang perorangan seperti pagar penduduk dan
semacamnya merupakan tanggung jawab kontraktor.

5.8. PEMBERSIHAN
a. Pada saat penyelesaian pekerjaan , tempat kerja harus di tinggal dalam keadaan bersih dan
siap untuk dipakai pengguna jasa. Penyedia jasa juga harus mengembalikan bagian – bagian
dari tempat kerja yang tidak diperuntunkkan dalam dokumen kontrak kekondisi semula

b. Pada saat pembersihan akhir , semua perkerasan , kerb, dan struktur harus diperiksa Untuk
Mengetahui Kerusakan fisik yang mungkin ditemukan sebelum pembersihan akhir. Lokasi
yang diperkeras di tempat kerja dan semua lokasi diperkeras untuk umum yang bersebelahan
langsung dengan tempat kerja harus disikat sampai bersih. Permukaan
lainnya harus digaru sampai bersih dan semua kotoran yang terkumpul harus dibuang.

BAB V
PEKERJAAN STRUKTUR

5.1. PEKERJAAN PASANGAN BATU


a. Segala material batu gunung, air dan pasir yang dipergunakan dalam pasangan batu harus
telah memenuhi syarat yang telah ditentukan dan disetujui direksi.
b. Komposisi adukan untuk pasangan batu saluran harus terdiri dari 1 semen Portland : 3 pasir
pasang dengan takaran yang sama dan dicampur dengan air secukupnya agar mencapai
kekentalan yang disetujui direksi.
c. Adukan harus dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan dengan mesin
pengaduk beton (beton molen), lama pengadukan harus sampai menunjukkan homogenitas
adukan sesuai dengan petunjuk direksi. Dalam segala hal tidak boleh memakai adukan yang
telah mulai mengeras sebagian atau tercampur dengan bahan lain untuk digunakan kembali.
d. Batu-batu tidak boleh dipasang selama hujan atau cukup lama untuk menghanyutkan spesi,
dimana adukan yang sudah terlanjur dihampar harus dilindungi sedemikian rupa dari
hujan. Bila mana terjadi pelelehan akibat air hujan, spesi tersebut harus dibuang.
e. Semua batu yang digunakan dalam pasangan sebelumnya harus basah dengan air sampai
seluruh permukaan merata agar tidak terjadi penyerapan air oleh spesi.
f. Bila ada lubang galian untuk pasangan pondasi / saluran terdapat genangan air, maka
sebelum pekerjaan pasangan dimulai terlebih dahulu airnya dipompa / dikeringkan.
g. Pemasangan batu sedemikian rupa satu sama lain terjadi ikatan yang kokoh dan sempurna,
didalam pasangan sama sekali tidak boleh terdapat rongga atau celah yang tidak terisi spesi.
h. Pemasangan bouwplank atau profil saluran persection dibuat dari kayu atau balok yang
kuat, sehingga terbentuk profil saluran, baik sebagian yang nampak maupun bagian yang
nantinya tidak Nampak ( bagian/sisi dalam maupun sisi luarnya ).
i. Tebal pasangan batu disesuaikan dengan gambar desain dengan menambahkan tebal
plesteran 1,50 cm.
5.2. PEKERJAAN PLESTERAN
a. Pekerjaan plesteran pada pasangan batu harus sesuai dengan bagian pekerjaan yang
tercantum dalam gambar pelaksanaan. Bila tidak ditentukan lain oleh Direksi, plesteran
digunakan pada bagian :
- Seluruh permukaan pasangan batu yang tidak disiar, pasangan yang menggantung.
- Pada bagian permukaan atas dinding saluran / pondasi dan pada tepi- tepi pasangan
yang tidak disiar.
b. Sebelum pekerjaan plesteran dimulai, spesi pada bagian permukaan harus digaruk minimal
0,5 cm dan diratakan / dibasahi agar terjamin melekatnya plesteran.
c. Komposisi campuran plesteran digunakan 1 Pc : 3 Psr dengan tebal 15 mm untuk batu kali,
kecuali ditentukan lain oleh direksi.
d. Permukaan plesteran harus rata dan rapi sehingga memuaskan direksi.
e. Sebelum plesteran, maka permukaan harus bersih dan tidak kering.

5.3. PEKERJAAN ACIAN


1. Uraian :
Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan acian seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana.
2. Adukan :
Komposisi adukan untuk Acian adalah hanya menggunakan semen campur air secukupnya.
3. Pelaksanaan :
a. Sedapat mungkin tukang yang digunakan ahli dalam hal pekerjaan ini.
b. Pekerjaan acian harus rata dan halus/licin pada bidang pemasangannya, dan pekerjaan
yang tidak rata harus diperbaiki sesuai perintah pengawas.
c. Adukan dibuat dalam jumlah yang sekiranya dapat dipakai habis dalam waktu lebih
kurang 30 menit.
d. Untuk hasil maksimal, peralatan yang digunakan biasanya memakai bahan antara lain
sendok (sondok) pengaduk yang rata, bahan lainnya seperti gabus atau plastik untuk
kelicinannya, atau sesuai petunjuk pengawas teknik dilapangan.

5.4. PEKERJAAN BETON / PLAT BETON

5.4.1 U m u m
a. Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari pembuatan semua struktur beton termasuk beton tak bertulang,
beton bertulang dan bagian beton dari struktur komposit, sesuai dengan spesifikasi ini serta
elevasi, kelandaian dan ukuran yang tercantum dalm gambar rencana atau sebagaimana
diperintahkan oleh Pengawas Lapangan/PPTK. Pemborong sebelum melaksanakan pekerjaan
beton diwajibkan memeriksa gambar/perhitungan konstruksi beton bertulang. Bila Pengawas
Lapangan/PPK menganggap perlu maka dibuatkan perhitungan / gambar beton dengan
mendapat persetujuan perencana teknis.

b. Standar-standar yang dipakai


Pada setiap tahapan pekerjaan beton, yakni perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaannya
berlaku ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia,
yang selanjutnya disingkat dengan PBI. Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan-
ketentuan yang tercantum dalam PBI, maka dipakai standard SKSNI-T15,ACI, ASTM dan
AASTHO.

c. Mutu beton
Mutu beton yang dikehendaki atau yang dipersyaratkan untuk semua pekerjaan beton
adalah Beton dengan Mutu K.250 ( Untuk Pekerjaan Jalan dan Plat / Duiker, Cansting
beton jalan/casting beton saluran ) dan Mutu K.150 ( untuk pekerjaan lantai saluran ,
ukuran beton dan penulangannya sesuai dengan gambar.

d. Pengajuan
1. Pemborong harus mengajukan contoh semua bahan yang hendak digunakan dengan data
pengujian, yang harus memenuhi spesifikasi.
2. Pemborong harus mengajukan desain campurannya untuk setiap jenis pekerjaan
pengecoran beton.
3. Pemborong harus mengajukan gambar terinci dari semua perancah yang akan
digunakan, mendiskusikan metode konstruksi dan program kerjanya serta memperoleh
persetujuan Pengawas Lapangan, PPK sebelum memasang setiap perancah atau memulai
pekerjaan beton lainnya.
4. Pemborong harus memberitahu Pengawas Lapangan, PPK secara tertulis paling tidak 24
jam sebelumnya untuk mencampur atau mengecor beton.

e. Kondisi Pekerjaan
Pemborong harus menjaga suhu dari semua bahan-bahan terutama agregat kasar, pada
tingkatan yang serendah mungkin dan harus menjaga suhu dari beton di bawah 30o C
pada waktu pengecoran.
Sebagai tambahan, maka Pemborong tidak akan mengecor beton apabila :
1. Kecepatan penguapan melebihi 1,0 Kg/m2/jam;
2. Lengas nisbi dari udara kurang dari 40 %;
3. Hujan atau bila udara penuh debu (tercemar)
4. Kondisi lapangan yang tidak memungkinkan atau tidak ada persetujuan Pengawas
Lapangan/PPK untuk mengecor.

f. Pembetulan Pekerjaan yang kurang memuaskan


1. Pembetulan dari pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang dirinci
dalam spesifikasi, atau hasil akhir permukaan yang tidak memuaskan, atau tidak
memenuhi persyaratan sifat campuran yang dirinci dalam spesifikasi, harus meminta
petunjuk Pengawas Lapangan, PPK yang meliputi:
- Perubahan dalam perbandingan campuran untuk sisa pekerjaan.
- Penguatan atau pembuangan seluruh dan penggantian bagian pekerjaan yang
dianggap kurang memuaskan.
- Tambalan pada cacat-cacat kecil.
2. Dalam hal adanya perselisihan mengenai kualitas pekerjaan beton atau setiap keraguan
mengenai kelayakan data pengujian yang tersedia, maka Pengawas Lapangan, PPK
dapat meminta Pemborong untuk melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan
untuk menjamin bahwa suatu penilaian yang cukup baik mengenai kualitas pekerjaan
dapat dibuat. Pengujian tambahan tersebut harus atas biaya sendiri dari Pemborong.

5.4.2 Persyaratan Bahan


Untuk pekerjaan konstruksi beton bertulang harus memakai semen PC (semen produksi dalam
negeri) dan harus memakai satu macam merk pabrik setiap lokasi bangunan dengan jenis dan
kwalitas yang sama.
Kerikil untuk semua pekerjaan beton/beton bertulang dapat memakai krikil ukuran 1-2 atau 2/3
cm, padat dan bersih dan sebelum dipakai harus dicuci terlebih dahulu.
Pasir cor harus dipakai pasir khusus untuk beton, berbutir tajam, bersih dari segala kotoran dan
tidak boleh tercampur dengan bahan-bahan lain.
Untuk mengaduk semua campuran beton harus memakai air bersih dan tawar sesuai (PBI
1971).
Secara umum, kecuali ditentukan lain secara khusus dalam spesifikasi ini, semua bahan yang
dipakai untuk pekerjaan beton harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada bagian 2 bab 3
dari PEDOMAN BETON 1989 (SKBI-1.4.53.1989).

a. Semen PC
1. Semua semen yang boleh digunakan adalah Semen Portland type-I yang ditentukan
dalam SII 0013-81 atau Standar Umum Bahan Bangunan Indonesia 1986 dan harus
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam standar tersebut.
2. Kecuali diijinkan lain oleh Pengawas Lapangan./PPK, maka hanya produk dari satu
pabrik/merk untuk setiap jenis semen PC yang boleh digunakan untuk pekerjaan beton.
3. Semen yang diterima dalam kantong-kantong yang masih tersegel dan tidak pecah.
4. Kecuali jika diperintahkan lain oleh Pengawas Lapangan/PPK, keterangan hasil pengujian
dari pabrik harus disertakan bersama setiap pengiriman semen untuk menjamin mutu
semen PC sesuai standar.
5. Pemborong harus menyediakan contoh dari setiap pengiriman semen PC yang telah
diserahkan ke tempat kerja kepada Pengawas Lapangan/PPK yang diperlukan untuk
pengujian. Bila menurut penilaian Pengawas Lapangan/PPK semen PC tersebut
berbungkah atau berbongkol maka semen PC tersebut ditolak semen tersebut dan
Pemborong harus segera menyingkirkannya dari tempat pekerjaan.
6. Semen PC yang telah disimpan lebih dari 40 (empat puluh) hari dan kualitasnya
meragukan tidak boleh digunakan dalam pekerjaan, sampai dilakukan pengujian
kembali, dan hasil pengujian memperlihatkan kualitas yang sesuai dan memenuhi
standard yang telah diberikan. Bahan yang ditolak harus segera dikeluarkan dari
lapangan paling lambat dalam waktu 1x24 jam.
7. Segera setelah sampai di lokasi pekerjaan, semen PC harus disimpan di tempat
penyimpanan yang telah direncanakan sesuai dengan tujuannya, atau di tempat kering
yang bebas dari pengaruh cuaca buruk serta mempunyai sistim ventilasi yang baik dan
lantai tempat penyimpanan terletak lebih tinggi 45 cm dari permukaan tanah dan 20 cm
dari dinding serta fasilitas lain untuk mencegah penyerapan terhadap kelembaban.
Semua fasilitas penyimpanan harus mendapat persetujuan Pengawas Lapangan/PPK dan
harus diberi jalan masuk yang mudah untuk tujuan pemeriksaan dan identifikasi. Setiap
penyerahan semen PC akan disimpan secara terpisah (menurut kelompoknya) dan
Pemborong menggunakan semen PC sesuai urutan waktu dari penerimaan bahan
tersebut. Tanpa alasan apapun semen PC tidak boleh ditumpuk (keatas) lebih dari 10 zak
(2 meter) tingginya.
8. Jenis semen PC yang berbeda harus disimpan di tempat yang terpisah dan diberi tanda
yang jelas. Semen PC yang dikirimkan ke lokasi pekerjaan dalam drum atau zak oleh
pemasok (supplier) atau pabrik harus disimpan didalam drum atau zak sampai semen PC
tersebut digunakan. Bila semen PC dalam drum atau zak tersebut telah dibuka, semen PC
tersebut harus segera digunakan. Bila ada keterbatasan ruang untuk penyimpanan semen
PC di lokasi pekerjaan, maka harus disimpan di pusat lokasi Kegiatan dan dapat
didistribusikan sesuai kebutuhan masing-masing pekerjaan.

b. Agregat
1. Secara umum, agregat harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 00520-80
dan persyaratan yang ditentukan dalam spesifikasi ini. Bila tidak tercakup dalam SII
00520-80 maka agregat harus memenuhi ketentuan ASTM C33.
2. Jumlah total lempung dan lumpur di dalam pasir alam tidak boleh melebihi ketentuan
yang ada dalam ACI dan ASTM
3. Agregat harus bebas dari bahan-bahan organik seperti dirinci dalam AASHTO.
4. Pengambilan contoh dan pengujian agregat harus dilakukan memenuhi ketentuan yang
sesuai dengan bagian-bagian dalam ASTM. Pemborong harus memberi jaminan kepada
Pengawas Lapangan/PPK, bahwa agregat yang akan dipasok tidak akan meningkatkan
reaksi alkali dengan PC.
5. Sebelum pekerjaan adukan contoh dimulai, Pemborong harus menyerahkan contoh
sebanyak 50 kg dari masing-masing agregat yang diusulkan akan digunakan untuk
mendapatkan persetujuan Pengawas Lapangan/PPK dan harus disimpan di lapangan
untuk digunakan sebagai patokan (acuan).
6. Pemborong harus menyiapkan cara-cara penimbunan agregat pada setiap tempat di
mana pekerjaan pembetonan dilakukan sedemikian :
 Ukuran nominal dari agregat kasar dan agregat halus harus ditempatkan terpisah
setiap waktu.
 Pengotoran terhadap agregat yang disebabkan oleh tanah dan benda-benda lainnya
dapat dihindarkan setiap waktu.
 Setiap timbunan agregat harus mampu mengalirkan air (lolos air).
7. Pemborong harus memastikan bahwa agregat kasar dicurahkan, disimpan dan
dipindahkan dari tempat penyimpanan dengan cara sedemikian sehingga tidak
menyebabkan pemisahan. Agregat kasar harus berupa koral / batu pecah yang
mempunyai susunan gradasi yang baik, keras, tidak porous, tajam dan bentuknya relatif
kubus.Agregat kasar mempunyai ukuran butir di antara 5 sampai dengan 20 mm, ukuran
yang lebih besar dari 38 mm untuk penggunaannya harus mendapat persetujuan dari
Pengawas Lapangan/ PPK, sesuai dengan dimensi struktur dan kerapatan tulangan
dimana adukan akan dicor.
8. Gradasi dari agregat kasar secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu beton
yang dikehendaki, padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan PC dan air dalam
proporsi campuran yang akan dipakai.
9. Pasir yang digunakan harus benar-benar pasir cor bukan pasir laut.
10. Agregat kasar dan agregat halus harus selalu bersih dari gumpalan tanah liat, lumpur,
minyak dan bahan organis yang merugikan.
11. Agregat halus mempunyai modulus kehalusan butir antara 2 sampai dengan 32 jika
diselidiki dengan saringan standard, berbentuk tajam dan keras.
12. Gradasi dari agregat halus harus menghasilkan mutu beton yang dikehendaki.
13. Semua agregat harus disimpan di tempat bersih yang keras permukaannya dan dicegah
supaya tidak terjadi percampuran dengan material/bahan lain dan terkotori.

c. A i r
1. Air yang digunakan dalam mencampur, merawat, atau penggunaan lain yang
direncanakan harus bersih dan bebas dari setiap zat-zat yang merugikan seperti minyak,
garam, asam alkali, basa, gula atau zat organik yang adapat merusak beton. Air harus
diuji sesuai dengan dan harus memenuhi persyaratan ASTM atau PBI.
2. Air dengan kualitas sebagai air minum dapat digunakam tanpa pengujian.
3. Pengawas Lapangan/PPK berhak mengharuskan Pemborong memeriksa air yang dipakai
ke laboratorium bahan yang diakui dan sah, atas biaya Pemborong.

d. Plastik Cor
Plastik cor berfungsi sebagai lantai kerja yang menahan agar air semen tidak merembes
ketanah , dan mutu beton tetap terjaga. Sebelum plastic cor di gelar ada baiknya permukaan
jalan atau tanah sebaiknya diratakan agar tidak terjadi penurunan/ketidakrataan elevasi,
plastic cor dipasang di atas semua bagian yang akan dilakukan pengecoran, pemasangan
plastic cor harus dibuat sedemikian rupa sehinggan tidak terjadi kebocoran pada saat
dilakukan pengecoran.

e. Bahan Tambahan / Admixture.


Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan/dicampur bersama bahan beton selama
pengadukan dengan maksud memperbaiki sifat-sifat campuran beton. Kecuali diijinkan atau
diperintahkan oleh Pengawas Lapangan, PPK, Pemborong tidak diperkenankan
mempergunakan admixture. Metode penggunaan dan jumlah bahan tambahan yang
digunakan harus seijin dan disetujui Pengawas Lapangan, PPK. Tetapi persetujuan ini tidak
mengurangi tanggung jawab Pemborong untuk menghasilkan beton dengan kekuatan dan
"kemudahan pengerjaan" sesuai dengan ketentuan. Beton yang meliputi berbagai kelas/mutu
yang menggunakan bahan tambahan harus direncanakan dan dibuat adukan contoh
tersendiri dan disetujui Pengawas Lapangan, PPK, demikian pula bila beton dengan kelas
tersendiri. Bahan tambahan yang mengandung calcium khlorida tidak boleh digunakan
dengan alasan apapun.

Pencampuran Bahan
Secara umum, kecuali ditentukan lain secara khusus dalam spesifikasi ini, persyaratan mengenai
campuran beton baik mengenai perencanaan campuran dan pengendalian mutu harus
memenuhi ketentuan yang tercantum pada bagian 3 bab 4 dari PEDOMAN BETON 1989 (SKBI -
1.4.53.1989).
a. Rencana Campuran Beton
1. Penetapan Rancangan Campuran Awal
2. Percobaan Campuran (Trial Mix) melalui Uji lab.
3. Penetapan Rancangan Campuran Kerja (Job Mix) Persyaratan Mutu Beton :

a) Proporsi Bahan Campuran Beton Jumlah semen dalam setiap meter kubik beton padat
tidak boleh kurang dari jumlah dalam percobaan campuran yang disetujui. Pemakaian
semen yang terlalu tinggi tidak dikehendaki dan Penyedia Jasa Kontraktor harus
mendasarkan disain campurannya (mix design) pada campuran yang paling hemat yang
memenuhi semua persyaratan. Agregat kasar dan agregat halus harus sesuai dengan
ketentuan Spesifikasi Struktur Beton. Untuk menentukan perbandingan agregat kasar
dan agregat halus, proporsi agregat halus harus dibuat minimum. Setiap perubahan
terhadap perbandingan itu harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
b) Tabel 2,3: Ketentuan sifat campuran

Mutu Kuat Tekan Karakteristik ruin, (kg/cm.2] Slump (cm]


Beton
Benda Uji Tidak
Kubus Ben da Uji Silinder Digetarkan
15 x 15 x 15 cm 15 cm x 30 cm Digetarkan
7 hari 28 hari 7 hari 28 hari

K300 215 300 180 250 20-50 50 - 100


K250 180 250 150 210 20-50 50-100

b. Contoh Campuran Beton


Segera setelah Pengawas Lapangan/PPK menyetujui rencana campuran beton untuk setiap
jenis mutu beton struktur dan selama atau setelah pelaksanaan tes pendahuluan, Pemborong
harus menyiapkan suatu percobaan campuran dari setiap mutu beton dengan
dihadiri/diketahui oleh Pengawas Lapangan, PPK.
Selanjutnya, untuk kemudahan dalam pekerjaan pengecoran maka Pemborong harus
mengajukan metode pelaksanaan pengecoran yang dianggap paling efesien menurut
kontraktor berkaitan dengan besarnya volume beton dan berkaitan dengan luas areal yang
tersedia di lapangan. Metode pelaksanaan tersebut harus diajukan paling lambat 7 hari
sebelum pengecoran untuk mendapatkan persetujuan Pengawas, PPK, KPA.
c. Batasan Rasio Campuran Air / Semen
Dalam merencanakan dan menentukan adukan beton untuk digunakan dalam pekerjaan,
Pemborong harus memperhatikan ketentuan terdahulu dan juga memperhatikan batasan-
batasan lain pada rasio air/semen yang diperlihatkan pada gambar atau yang dinyatakan/
disebutkan sesuai penggunaan beton pada bagian tertentu pekerjaan.
5.4.3 Pengadukan Beton
a. Pengukuran Bahan untuk Beton
Kotak pengukur volume harus dibuat dengan konstruksi yang baik dari bahan kayu atau
baja serta mempunyai volume/isi yang tetap dari bermacam-macam agregat untuk satu
adukan dari suatu campuran. Kotak tersebut harus mempunyai dasar yang tertutup dan
harus ditandai dengan jelas agregat yang mana yang digunakan. Pada saat menghitung
ukuran dari kotak pengukur untuk agregat halus harus diberi kelonggaran yang berguna
untuk melebarnya agregat halus sehubungan dengan adanya kandungan kadar air yang ada
pada timbunan pasir di lokasi pekerjaan. Sebelum Pemborong menggunakan kotak
pengukuran volume dalam pekerjaannya, hal tersebut harus mendapat persetujuan
Pengawas Lapangan/PPK yang menyangkut ukuran dan bentuk kotak tersebut. Bila bahan
pencampur tambahan boleh digunakan, harus diukur secara terpisah dengan alat pembubuh
(dispenser) yang telah dikalibrasi, dan harus ditambahkan ke dalam adukan bersama air.
Semua pengaduk dan mesin pengaduk harus dijaga agar bebas kerak beton dan harus
dibersihkan sebelum pengadukan dimulai.
b. Pengadukan Beton
Beton harus diaduk dalam alat pengaduk mekanis atau beton molen yang mampu
mengkombinasikan agregat, semen dan air (termasuk bahan campuran tambahan, jika ada)
ke dalam suatu campuran yang berwarna seragam dan melepaskan campuran tanpa
pemisahan. Pada permulaan pekerjaan, dengan pengaduk yang bersih, pengadukan pertama
hanya terdiri dari setengah bagian dari jumlah normal agregat kasar untuk mengganti
pelekatan bahan lain pada drum. Keadaan kadar air asli agregat harus ditentukan sebelum
dimulainya pengadukan setiap harinya dan pada periode tertentu dalam 1 hari pengadukan
bila diperlukan.
Pemborong harus memperhitungkan kandungan air dalam agregat bila menentukan jumlah
air yang ditambahkan ke setiap campuran, dan akan mengatur jumlah air yang
ditambahkan ke setiap adukan untuk menjaga rasio air/semen dari adukan selalu tetap.
5.4.4 Persyaratan Pelaksanaan
Secara umum, kecuali ditentukan lain secara khusus dalam spesifikasi ini, persyaratan mengenai
pelaksanaan pembetonan yang meliputi pengadukan, pengangkutan, penuangan, pengecoran,
perawatan, bekisting, penulangan dan lain-lain harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada
bagian 3 bab 5 dan bab 6 dari PEDOMAN BETON 1989 (SKBI 1.4.53.1989).

a. Pembuatan Bekisting
Pemborong tidak diperbolehkan mengecor beton sebelum bekesting dan pasangan besi beton
diperiksa dan disetujui Pengawas Lapangan/PPK.
Pemasangan papan-papan bekesting dipakai papan meranti tebal 2 cm disusun secara rapat.
Pembongkaran papan bekesting dapat dilaksanakan sesudah mendapat persetujuan dari
Pengawas Lapangan/PPK.
Setelah pekerjaan bekesting dibongkar semua bidang yang terlihat ada lobang-lobang, tidak
rata, harus segera ditutup.
1. Semua cetakan beton dan penopang-penopangnya harus didesain oleh Pemborong dan
sebelum mulai dikerjakan harus disetujui Pengawas Lapangan/PPK.
2. Cetakan harus benar-benar lurus, rata dan kokoh sehingga cukup untuk menahan
defleksi, gerakan-gerakan dan getaran yang membahayakan akibat tekanan dari adukan
beton cair atau padat.
3. Semua sambungan harus ditutup rapat untuk menghindari kebocoran air semen dan
dibuat sedemikian sehingga permukaan beton yang kelihatan (exposed surface) lurus,
rata dan kokoh.
4. Bekisting harus dibuat sedemikian sehingga pembongkarannya dapat mudah dilakukan
tanpa membahayakan konstruksi.
5. Apabila pemasangan bekisting tidak sesuai dengan ketentuan atau dianggap kurang
baik maka Pengawas Lapangan/PPK berhak menyuruh membongkar dan memperbaiki
dengan biaya ditanggung oleh Pemborong.
6. Sebelum pengecoran dilaksanakan, semua permukaan cetakan harus bersih dari segala
sesuatu yang dapat mengurangi mutu beton dan kekuatannya, terutama kotoran-
kotoran yang menempel, ataupun serpihan-serpihan kayu, kawat sisa pemotongan, dan
lain-lainnya untuk dikumpulkan disuatu tempat dan selanjutnya diambil dan dibuang

b. Pembongkaran Bekisting
Pembongkaran bekisting dilaksanakan dengan hati-hati, jangan sampai merusak betonnya
sendiri. Pemborong wajib memperbaiki dengan biayanya sendiri, setiap kerusakan yang
timbul akibat pembongkaran dan pemukulan cetakan dan penopangnya. Kerusakan-
kerusakan kecil mungkin dapat diperbaiki dengan mengisi plester / spesi sesuai
kebijaksanaan Pengawas Lapangan/PPK.
c. Kerusakan pada Permukaan Bekisting
Pembuatan bekisting dan pembetonan harus sedemikian sehingga tidak diperlukan lagi
perbaikan, permukaan harus rata/halus dan padat. Jika noda timbul setelah pembongkaran
bekisting, arahan Pengawas Lapangan/PPK dalam hal perbaikan yang diperlukan harus
dilakukan segera. Tindakan tersebut termasuk (tetapi tidak dibatasi) dalam :

d. Pengecoran Beton
1. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja
tulangan sesuai dengan gambar pelaksanaan, penopang dan pengikatan dan lain-lain
selesai dikerjakan. Sebelum pengecoran dimulai permukaan-permukaan yang
berhubungan dengan pengecoran harus disetujui oleh Pengawas Lapangan/PPK.
2. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan cetakan harus bersih dari air yang
tergenang, reruntuhan atau bahan lepas yang lainnya. Permukaan bekisting dan bahan-
bahan yang menyerap pada tempat-tempat yang akan dicor harus dibasahi dengan
merata namun tidak berlebihan. Baja tulangan harus bersih dari semua kotoran atau zat
pelapis yang dapat mengurangi lekatan dengan beton.
3. Sebelum pengecoran dimulai persiapan harus benar-benar memadai dan Pemborong
wajib meminta ijin dari Pengawas Lapangan/PPK untuk memulai pengecoran tersebut.
4. Dalam pemadatan beton dilakukan secara manual atau dengan menggunakan Alat
(Vibra concrete) setiap lapisan dari beton, kepala vibrator harus dapat menembus dan
menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak di bawahnya.
Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan beton dengan
airnya.
5. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras, kecuali dilakukan dalam
tempat yang terlindung.

e. Perawatan (Curing)
Setelah dilakukan pengecoran, beton tersebut dalam waktu pengikatan dan pengerasan
harus mendapat perawatan baik, supaya mutu beton yang diharapkan dapat tercapai.
Selama 24 jam sesudah di cor beton harus dilindungi terhadap pengaruh hujan lebat,
air mengalir, getaran. Selama 2 minggu setelah di cor harus dilindungi terhadap panas
matahari secara langsung. Selama 2 minggu setelah selesai di cor, jika tidak tetap
basah karena keadaan alam, beton harus selalu dibasahi. Untuk melindungi dari panas
matahari secara langsung dan untuk membasahi selama dua minggu terus-menerus
dapat dikerjakan dengan menutup permukaan beton dengan karung-karung basah. Bila
karung kelihatan akan kering, maka harus disiram air lagi. Seperti telah diterangkan di
muka bahwa air air untuk perawatan beton juga harus air bersih.
 Cara perawatan beton setelah di cor adalah sebagai berikut :
- Untuk mencegah pengeringan bidang-bidang beton selama paling sedikit dua
minggu harus dibasahi terus-menerus, antara lain dengan menutupinya dengan
karung basah. Pada pelat-pelat atap pembasahan terus-menerus ini harus
dilakukan dengan merendamnya (menggenanginya) dengan air. Pada hari-hari
pertama sesudah selesai pengecoran, proses pengecoran tidak boleh diganggu.
Sangat dilarang untuk mempergunakan bahan-bahan atau sebagai jalan untuk
mengangkut bahan-bahan berat,
- Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan udara luar,
pemanasan atau proses-proses lain untuk mempersingkat waktu untuk
pengerasan dapat dipakai. Cara-cara tersebut harus disetujui terlebih dahulu
oleh Pengawas Ahli.

 Test material beton


1. Test mutu beton maupun material - material beton harus dilaksanakan oleh
laboratorium independen yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2. Pengujian slump dan kubus beton harus memenuhi syarat SK-SNI T-15-1991
3. Untuk pengujian mutu beton dilapangan digunakan pengujian slump dengan
menggunakan kerucut Abrams. Selam pelaksanaan harus ada pengujian
slump, ketinggian slump yang diisyaratkan oleh SNI 2847 : 2013 berkisar
antara 7,5 cm sampai dengan 15 cm. Cara pengujian slump adalah sebagi
berikut : adukan beton diambil saat sebelum dituangkan kedalam cetakan beton
(bekisting), cetakan slump dibasahi dan ditempatkan diatas kayu yang rata atau
plat baja. Masukan adukan beton ke dalam cetakan dalam 3 lapis yang kira-
kira sama tebalnya. Setiap lapis dipadatkan dengan menusuk- nusuk tongkat
pemadat d. 16 mm panjang 60 cm dengan ujungnya yang bulat (seperti
peluru) masing - masing 25 kali . Ratakan permukaan adukan beton dan
biarkan selam 30 detik. Selam waktu menunggu ini cetakan dan plat slump
dibersihkan dari adukan beton yang berjatuhan. Angkat setakan perlahan-lahan.
Dalam pengangkatan posisi cetakan harus dijaga tetap dalam keadaan
vertikal. Ukur penurunan dari adukan beton ( slump ), pengukuran dilakukan
pada 4 titik, yang nilai penurunan diambil harga rata-rata.
4. Sedangkan pengujian mutu beton dilaoboratorium digunakan test kuat tekan yang
berbentuk kubus dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm.
5. Pengambilan adukan beton, pencetakan dan curingnya harus dibawah
6. Pengambilan beton kubus uji dilakukan sedekat mungkin pada lokasi yang akan
dicor, untuk menggunakan concrate pump, kubus diambil setelah beton pompa.
7. Untuk pembuatan campuran beton dilapangan, maka pengambilan kubus uji
sebagai berikut: kubus uji harus diambil dari setiap 5 meter kubik beton
yang dicor Atau Di setiap Segmen Lokasi Yang Berbeda, serta 1 slump test untuk
setiap sample test. Jumlah minimal kubus coba yang harus diambil adalah 3
buah. Kubus itu dipergunakan untuk test kekuatan 3,7 dan 28 hari.
8. Konsultan Pengawas berhak meminta setiap saat kepada Pemborong untuk
membuat uji coba dari adukan yang dibuat.
10. Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan kubus coba menjadi tanggung
jawab Pemborong.
11. Kubus coba harus ditandai untuk identifikasi dengan suatu kode yang ada
menunjukkan tanggal pengecoran, pembuatan adukan bagian struktur yang
bersangkutan dan lain - lain setelah selesai percobaan.
12. Cara pembuatan kubus beton adalah sebagai berikut : Isi cetakan dengan adukan
beton dalam 3 lapis, setiap lapis diisi kira- kira 1/3 isi cetakan.
13. Masing- masing lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali
secara merata. Kemudian ratakan permukaan beton. Biarkan beton dalam
cetakan selam 24 jam dan letakkkan pada tempat yang bebas getaran. Setelah
waktu 24 jam. Keluarkan benda uji dari cetakan dan rendam benda uji kedalam
bak yang berisi air, agar proses pemotongan (curing) beton berlangsung dengan
baik, maka perendam dilakukan sampai batas pengujian kuat tekan.

 Core Test
1. Apabila ternyata hasil test 28 hari tidak memenuhi syarat kekuatan dan ketebalan,
Konsultan Pengawas berhak meminta core test untuk Beton yang tidak memenuhi
syarat- syarat tersebut. Peralatan coring dan metoda - metodanya harus disetujui
oleh Konsultan Pengawas.
2. Seluruh biaya pengambilan pengambilan sampel untuk core test dan biaya
pengetesannya menjadi tanggung jawab Pemborong.

 Evaluasi hasil test.


1. Apabila ternyata hasil test 28 hari tidak memenuhi syarat, Pemborong dapat
membongkar dan mengganti seluruh volume beton yang dicor dan segala
biaya yang menjadi konsekwensinya adalah tanggung jawab Pemborong.
2. Sebelum melakukan pembongkaran struktur Pemborong dapat mengusulkan
untuk melakukan core test pada struktur - struktur yang sudah selesai di cor.
3. Pemborong juga dapat mengusulkan untuk melaksanakan loading test pada
struktur tertentu. Metoda pelaksanaan loading test harus terlebih dahulu
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4. Semua biaya pengetesan, pembongkaran maupun pengecoran kembali
menjadi tanggung jawab Pemborong.

5.4.5 Penulangan
a. U m u m
Penulangan termasuk tulangan datar, anyaman dan kawat pengikat untuk beton cor di
tempat dan pasangan batu.

b. Bahan Tulangan
1. Baja Tulangan
- Baja tulangan yang diapakai adalah ex produksi Krakatau Steel atau ditentukan lain
oleh Pengawas Lapangan/PPK
- Pemborong tidak boleh memakai baja tulangan ukuran penampang yang tidak
tepat/banci. Baja tulangan harus bersih dari kotoran lapisan minyak/lemak dan
karat serta tidak cacat (retak-retak, mengelupas dan sebagainya). Penggantian
ukuran batang baja yang berbeda hanya akan diijinkan bila dilengkapi dengan
perhitungan-perhitungan yang dapat dipertanggung jawabkan serta harus
mendapatkan persetujuan Pengawas Lapangan/PPK.
- Baja tulangan yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kualitas tidak sesuai
dengan spesifikasi dan peraturan lain harus segera dikeluarkan dari lokasi setelah
menerima instruksi dari Pengawas Lapangan/PPK dalam waktu 1x24 jam.
2. Penunjang untuk Tulangan (Baja)
Harus dibentuk dari batang kawat baja ringan atau blok beton pracetak dari kelas beton
yang akan digunakan didalam pekerjaan. Kayu, batu bata, batu dan bahan-bahan lain
tidak akan diperkenankan sebagai penunjang.
3. Pengikat untuk Tulangan
Kawat untuk mengikat tulangan harus berupa kawat ikat baja lunak sesuai dengan
AASHTO M 32-78.
c. Pembengkokan dan Pengikatan
Besi tulangan harus dibengkokkan sesuai BS 4466 atau NI- 2-1983. Pembengkokan harus
dikerjakan dalam keadaan dingin. Pembengkokan kembali batang yang salah dibengkokkan
tidak diperbolehkan. Semua tulangan diikatkan dengan tepat dan baik pada kedudukan yang
diperlihatkan dalam gambar menggunakan blok penahan dan dudukan. Semua persilangan
besi tulangan dikencangkan (diikatkan satu sama lain) dengan kawat besi yang lunak. Ujung
besi dibengkokkan dan masuk ke dalam beton. Pemborong harus memastikan bahwa semua
tulangan selalu tetap dalam posisinya, penanganan/perhatian khusus perlu diberikan selama
pengecoran beton dilakukan. Selimut beton harus dijaga dengan bantuan blok-blok
penyangga (beton tahu). Tulangan paling atas plat lantai harus tetap pada kedudukannya
dengan menggunakan dudukan yang dibuat dari besi lunak / "chairs", diameter dan jumlah
harus cukup untuk menjamin tulangan tidak berubah bentuk dan berubah kedudukannya.
Selimut beton pada tulangan harus sesuai pasal 3.11.2 dari CP 110 part 1 - 1972 ..
Semua ukuran besi beton maupun penulangannya harus dilaksanakan sesuai dengan
gambar. Besar ukuran beton beserta penulangan dilaksanakan sesuai gambar rencana dan
gambar detail tidak tertulis secara jelas.
Tulangan untuk beton harus memakai besi/tulang yang baru, bersih dari segala kotoran
termasuk karat-karat yang ada harus dibersihkan beton dilaksanakan sesuai dengan gambar,
bila terjadi perbedaan antara bestek dan gambar detail, Pemborong diwajibkan untuk
melaporkan kepada Pengawas Lapangan/PPK sehingga mendapatkan keputusan mana yang
akan dilaksanakan.

5.5. SANKSI
a. Keterlambatan pekerjaan akibat kekurangan bahan, tenaga kerja, alat sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
b. Kelalaian terhadap perintah/ instruksi dari Direksi dan pengawas lapangan mengakibatkan
sanksi dapat diberlakukan.
c. Pekerjaan yang tidak dapat diterima oleh Direksi dan pengawas lapangan dapat dibongkar
untuk dibangun kembali sesuai spesifikasi dengan biaya Kontraktor.
d. Kerusakan fasilitas umum akibat kelalaian kontraktor menjadi tanggung jawab sepenuhnya
dari kontraktor pelaksana. Kerusakan-kerusakan kepemilikan pribadi/ orang perorangan
seperti pagar penduduk dansemacamnya merupakan tanggung jawab kontraktor.

5.6. PEMBERSIHAN
a. Pada saat penyelesaian pekerjaan , tempat kerja harus di tinggal dalam keadaan bersih dan
siap untuk dipakai pengguna jasa. Penyedia jasa juga harus mengembalikan bagian – bagian
dari tempat kerja yang tidak diperuntungkan dalam dokumen kontrak ke kondisi semula
b. Pada saat pembersihan akhir , semua perkerasan , kerb, dan struktur harus diperiksa ulang
untuk mengetahui kerusakan fisik yang mungkin ditemukan sebelum pembersihan akhir.
Lokasi yang diperkeras ditempat kerja dan semua lokasi diperkeras untuk umum yang
bersebelahan langsung dengan tempat kerja harus disikat sampai bersih . Permukaan lainnya
harus di garu sampai bersih dan semua kotoran yang terkumpul harus dibuang.

5.7. JADWAL PELAKSANAAN (TIME SCHEDULE)

5.8.1. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


1. Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka kontraktor wajib membuat jadwal pelaksanaan
(time schedule) yang membuat uraian pekerjaan, waktu pekerjaan, bobot pekerjaan dan
grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta jadwal penggunaan bahan bangunan dan tenaga
kerja.
2. Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci, Pelaksanan Kontraktor :
a. Harus membuat rencana kerja harian, mingguan, bulanan yang diketahui/disetujui
oleh Konsultan Pengawas Lapangan dan direksi teknis
b. Harus membuat gambar kerja (shop drawing), untuk pegangan/pedoman bagi kepala
tukang yang harus diketahui/disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan dan Direksi
Teknis.
c. Harus membuat daftar yang memuat pemasukan bahan bangunan yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan bangunan .
3. Rencana Kerja (time schedule) diatas harus mendapat persetujuan konsultan pengawas dan
Direksi Teknis.
4. Rencana Kerja (time schedule) harus selesai dibuat kontraktor paling lambat 7 hari setelah SPK
diterima.
5. Kontraktor harus memberikan salinan Time Schedule kepada konsultan pengawas,
pemberi tugas dan 1 (satu) lembar dipasang dibangsal kerja dan dan ditempel di kantor
lapangan.
6. Konsultan pengawas akan menilaiprestasi pekerjaan kontraktor berdasarkan Time Schedule
yang ada dan kontraktor harus membuat grafik prestasi/kemajuan pekerjaan realisasi setiap
minggu.
7. Ketentuan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
a. Kontraktor harus menyiapkan Jadwal pelaksanaan pekerjaan secara detail berbentuk
barchart dan network planning yang memperlihatkan urutan kegiatan dan diserahkan
kepada Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan. Jadwal
pelaksanaan pekerjaan yang menguraikan berbagai aktivitas pekerjaan dibuat agar
kemajuan pekerjaan dapat dievaluasi ketepatannya sesuai waktu yang direncanakan.
b. Diagram jaringan (barchart – network planning – S curve) yang dibuat oleh Kontraktor
harus dapat memberikan informasi mengenai permulaan tanggal awal atau akhir dari
masing-masing pekerjaan sehingga dapat diketahui urutan/proses dan kemajuan
pelaksanaan pekerjaan serta agar diperoleh Jadwal jalur kritis (critical path). Juga dibuat
sub Jadwal untuk menunjukkan Jadwal pekerjaan kritis dari keseluruhan Jadwal
konstruksi.
c. Apabila pelaksanaan dilapangan telah melenceng dari Jadwal yang telah diserahkan,
maka Kontraktor harus memperbarui Jadwal pelaksanaan pekerjaan tersebut untuk
menggambarkan seteliti mungkin kemajuan pekerjaan secara aktual, updating ini terus
dilakukan sampai proyek selesai.
d. Jadwal kegiatan mingguan diserahkan pada hari Senin pagi dimana ditunjukkan
bagian / komponen / jenis pekerjaan dan kegiatan yang direncanakan akan
dilaksanakan dalam minggu yang bersangkutan kepada pemberi tugas.
e. Jadwal pelaksanaan pekerjaan sub kontraktor dapat diserahkan secara terpisah atau
dimasukkan ke dalam Jadwal pelaksanaan keseluruhan.
5.8. RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI
5.9.1 Penetapan Resiko
Resiko keselamatan konstruksi untuk pekerjaan ini adalah RISIKO KESELAMATAN KONSTRUKSI
RENDAH

5.9.2. Identifikasi Bahaya

NO URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA DAMPAK TINGKAT


RESIKO
A PEKERJAAN PENDAHULUAN
1 Mobilisasi (termasuk - Terjadi insiden berupa kecelakaan - Luka 4
administrasi dandokumentasi, pada saat mobilisasi Perlatan maupun ringan, luka
Uji Lab dll ) demobilisasi Material , tertabrak berat, cacat
kendaraan, alat berat, terlindas, anggota
terjepit. Sehingga terjadi luka ringan tubuh,
dan luka berat. meninggal
2 Penerapan SMK3, penyiapan RK3K - Jelas 3
meliputisarana dan prasarana K3

B PEKERJAAN TANAH
1 Galian Tanah  Terjadi insiden berupa pekerja  Luka 6
terjatuh didalam lubang galian ringan,
sehingga terjadi luka ringan dan luka
luka berat, terjadi insiden berupa berat,
pekerja kejatuhan material galian cacat
anggota
 Terjadi gangguan kesehatan
tubuh
akibat kondisi lingkungan tempat
kerja yang tidak memenuhi syarat

2 Timbunan Sirtu  Terjadi Insiden Berupa Pekerja  Luka 5


Terkena Peralatan Kerja/Alat ringan,
Berat Sehingga Terjadi Luka luka
berat,
cacat
 Terjadi gangguan kesehatan anggota
akibat kondisi lingkungan tempat tubuh
kerja yang tidak memenuhi syarat
 Terjadi Insiden Berupa Pekerja
Tertimbun Material > Sehingga
Terjadi Luka Ringan dan Luka
Berat

3 Galian Sedimen ( Galian Lumpur )  Tertusuk Benda-benda  Luka 5


Tajam,sehingga terjadi luka ringan,
ringan,dan atau luka berat. luka
berat,
cacat
 Terjadi gangguan kesehatan anggota
akibat kondisi lingkungan tempat tubuh
kerja yang tidak memenuhi syarat  Badan
gatal-
gatal
pada
badan /
alergi,
susah
bernafas
,
malaria,
C PEKERJAAN ASPAL
1 Aspal ( Buras )  Terjadi insiden akibat opersaional  Luka 6
alat,Tersiram oleh percikan aspal ringan,
panas, terjadi gangguan lalu luka
lintas kendaraan berat,
cacat
anggota
tubuh.
D PEKERJAAN STRUKTUR
1 Pasangan batu ( 1 pc : 3 pp)
 Terjadi insiden berupa tangan  Luka 6
pekerja terjepit material batu, ringan,
sehingga terjadi luka ringan dan luka berat,
atau luka berat, cacat
anggota
 Terjadi insiden berupa kaki tubuh.
pekerja tertimpa/kejatuhan
material batu, sehingga terjadi
luka ringan dan luka berat.  Luka
ringan,
 Terjadi gangguan kesehatan luka berat,
akibat pekerja menghirup debu cacat
/partikel semen dalam lubang anggota
hidung terhirup dalam paru-paru tubuh.
sehingga terjadi luka ringan dan
berat.
 Terjadi gangguan kesehatan
 Badan
akibat kondisi lingkungan tempat
gatal-gatal
kerja yang tidak memenuhi syarat
pada
 Terluka akibat terbentur, terjepit badan /
mixer alergi,
susah
bernafas,
malaria,
2 Plesteran 1 : 3  Terjadi gangguan kesehatan  Badan 6
akibat pekerja menghirup debu gatal-gatal
/partikel semen dalam lubang pada
hidung terhirup dalam paru-paru badan /
sehingga terjadi luka ringan dan alergi,
berat. susah
bernafas,
 Terjadi gangguan kesehatan malaria,
akibat kondisi lingkungan tempat  Luka
kerja yang tidak memenuhi syarat ringan,
luka
berat,
cacat
anggota
tubuh,
meninggal
3 Pek. Acian Semen  Terjadi gangguan kesehatan  Badan 4
akibat pekerja menghirup debu gatal-gatal
/partikel semen dalam lubang pada
hidung terhirup dalam paru-paru badan /
sehingga terjadi luka ringan dan alergi,
berat. susah
bernafas,
 Terjadi gangguan kesehatan malaria,
akibat kondisi lingkungan tempat  Luka
kerja yang tidak memenuhi syarat ringan,
luka
berat,
cacat
anggota
tubuh.
4 Pek. Jalan Beton/Plat Beton  Terjadi insiden berupa pekerja  Luka 6
Mutu K.250 terkena alat pengaduk beton, > ringan,
Sehingga terjadi luka ringan dan luka berat,
luka berat,. Terjadi insiden cacat
berupa pekerja terhirup/terkena anggota
semen (Iritasi), > Sehingga terjadi tubuh
luka ringan dan luka berat.  Badan
Terjadi Gangguan akibat kondisi gatal-gatal
tempat kerja tidak memenuhi pada
syarat, > Sehingga terjadi sakit badan /
ringan dan sakit berat. alergi,
susah
bernafas,
malaria
5 Bekisting  Terjadi gangguan kesehatan  Luka 6
akibat kondisi lingkungan tempat ringan,
kerja yang tidak memenuhi syarat luka berat,
 Terjadi Insiden Berupa Pekerja cacat
Terkena Peralatan Kerja/Alat anggota
gergaji kayu, tangan terkena palu, tubuh
Sehingga Terjadi Luka
 Terkena alat potong, Gergaji >
Luka ringan dan berat, Terkena
Palu > Luka Ringan dan Berat,
terkena/tertusuk ujung kayu
yang runcing>luka ringan dan
berat

6 Pembesian  Terkena alat pemotong besi >l uka Luka 5


ringan dan berat, terkena alat ringan,
pembengkok besi > luka ringan luka berat,
dan berat, cacat
Terkena/terjepit besi, tertusuk anggota
ujung besi yang runcing > luka tubuh
ringan dan bera

7 Pekerjaan lantai saluran beton  Terjadi Insiden Berupa Pekerja Luka 6


mutu K.250 Terkena alat pengaduk beton, > ringan,
sehingga terjadi luka ringan dan luka berat,
luka berat cacat
 Terjadi Insiden Berupa Pekerja anggota
Terhirup/terkena semen (iritas) tubuh,
> sehingga terjadi luka ringan Badan
dan luka berat. gatal-gatal
 Terjadi gangguan akibat kondisi dan alergi,
tempat kerja tidak memenuhi susah
syarat, > sehingga terjadi sakit bernafas,
ringan dan sakit berat. malaria.

Anda mungkin juga menyukai