SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN : BETONISASI/REVITALISASI
JALAN LINGKUNGAN
KELURAHAN BUKIT HARAPAN
2. Maksud dan Tujuan Maksud dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah untuk menunjang
kelancaran transportasi antar wilayah dan peningkatan lingkungan
permukiman.
Tujuan pekerjaan Betonisasi/Revitalisasii Jalan Lingkungan Kelurahan
Bukit harapan ini adalah tersedianya sarana dan prasarana Jalan
lingkungan yang baik, yang dapat menghubungkan dengan lingkungan
sekitarnya dan dapat Meningkatkan status jalan dan kondisi jalan
serta peningkatan terhadap taraf hidup masyarakat di sekitarnya.
3. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dalam pekerjaan ini adalah menambah
atau memperbaiki kondisi jalan sehingga masyarakat pengguna
jalan akan mendapat manfaat penghematan waktu dalam perjalanan.
Dan juga tersedianya jasa konstruksi dalam proses pekerjaan yang
dapat dipertanggungjawabkan dengan biaya yang wajar dan dapat
melaksanakan pekerjaan Betonisasi/Revitalisasi Jalan Lingkungan
Kelurahan Bukit harapan.
10. Peralatan Utama Peralatan Utama diperlukan untuk melaksanakan pengadaan pekerjaan
konstruksi :
12. Penggunaan Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, mengutamakan material/bahan produksi dalam
Produk Dalam negeri (TKDN).
12 Negeri
.
BAB I
LINGKUP PEKERJAAN TANGGUNG JAWAB
KONTRAKTOR
2. Pekerjaan Tanah.
3. Pekerjaan Pondasi
4. Pekerjaan Beton
5. Pekerjaan Plasteran
6. Pekerjaan Aspal
1.2.2. Semua bahan–bahan yang diuraikan pada pasal-pasal ini, harus didatangkan dalam keadaan
baru sama sekali dan tanpa cacat terkecuali ditentukan lain dalam persyaratan kontrak ini.
1.2.3. Spesifikasi ini hanya menguraikan pekerjaan untuk spesifikasi pekerjaan struktur diuraikan
secara terperinci dalam spesifikasi terpisah.
1.2.4. Spesifikasi ini mengatur juga tentang Manajemen Keselamatan Lalu lintas, Pengamanan
Lingkungan Hidup, dan penanganan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kontraktor.
1.8. LAPORAN
a. Kontraktor diharuskan membuat bahan laporan berkala kemajuan pekerjaan untuk setiap
satu minggu kegiatan dengan mengisi formulir evaluasi kemajuan pekerjaan sesuai dengan
petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan. Ringkasan laporan tersebut harus
mencantumkan keadaan cuaca, jumlah pengerahan tenaga kerja, tenaga pengawas dan
pelaksana, alat-alat yang dipergunakan, jumlah pengiriman bahan-bahan bangunan ke lokasi
pekerjaan, kemajuan fisik dari pekerjaan yang telah selesai, masalah-masalah yang timbul
dilapangan serta pemecahannya, dan rencana kerja minggu berikutnya.
b. Laporan kemajuan pekerjaan harus diserahkan oleh Kontraktor pada setiap akhir pekan
untuk dievaluasi
c. Laporan lain seperti Laporan Harian dan lain-lain sesuai dengan uraian dalam syarat-syarat
umum kontrak.
BAB II
PEKERJAAN PERSIAPAN , SARANA UTAMA
PENUNJANG PEKERJAAN DAN K3
2.4.1. Sebelum memulai pekerjaan pihak penyedia jasa konstruksi ( kontraktor ) wajib menyediakan
RKK atau melengkapai seluruh perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) Yaitu :
a. Sosialisasi promosi dan pelatihan
b. Alat Pelindung Kerja dan Alat Pelindung Diri
1. Topi Pelindung ( Safety Helmet )
2. Sepatu Keselamatan ( Safety Shoes )
3. Rompi keselamatan ( Safety Fest )
c. Asuransi dan perizinan
d. Personil K3 Konstruksi
e. Fasilitas sarana dan prasarana kesehatan
f. Rambu – rambu yang diperlukan
g. Kegiatan dan peralatan terkait dengan pengendalian resiko keselamatan
2.4.2. Kecelakaan Kerja.
a. Apabila terjadi kecelakaan pada tenaga kerja pada waktu melaksanakan pekerjaan,
kontraktor harus segera mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan si korban. Biaya
pengobataan dan lain-lain menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus segera
melaporkan kepada Instansi yang berwenang dan Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas
Lapangan.
b. Di lokasi pekerjaan harus disediakan kotak obat-obatan untuk PPPK yang selalu tersedia
dalam saat dan berada di tempat kantor lapangan (direksi keet).
2.5. PENGUKURAN
2.7.1. Umum
Pelaksanaan pengukuran awal oleh Kontraktor yang dilaksanakan sejak diterimanya Surat
Perintah Mulai Kerja dari Pejabat Pembuat Komitmen, dimaksud untuk mendapatkan gambaran
kondisi lapangan sesungguhnya dibandingkan dengan gambar yang diterima oleh Kontraktor
dari Pejabat Pembuat Komitmen.
Data dan hasil pengukuran awal oleh Kontraktor yang telah disyahkan dan disetujui oleh Pejabat
Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan pekerjaan tersebut, akan menjadi acuan dasar
pembuatan gambar-gambar selama waktu pelaksanaan sampai selesai pekerjaan.
Gambar-gambar hasil pengukuran awal tersebut di atas, akan merupakan dasar pokok
kesepakatan bersama antara Kontraktor dan Pejabat Pembuat Komitmen untuk menghitung
volume dari masing-masing jenis pekerjaan yang harus dan telah dilaksanakan oleh Kontraktor,
serta yang harus dibayar oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
Semua gambar-gambar yang dipersiapkan oleh kontraktor, harus bisa memberikan secara jelas
hal-hal yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan pekerjaan yang meliputi antara lain.
Bentuk tiap jenis bangunan jalan yang akan dikerjakan
Elevasi muka tanah asli dan masing-masing pekerjaan
Dimensi bangunan jalan sebagai pelengkap.
Jenis serta komposisi material yang dipergunakan
Rencana garis galian pondasi jalan/jembatan
Hal-hal lain sesuai petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan pekerjaan
Adapun gambar-gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor meliputi antara lain:
“ Construction Drawing ” atau “ Working Drawing ”.
“ Shop Drawing ”.
“As Built Drawing”.
Semua gambar-gambar tersebut di atas, baru bisa dipakai sebagai pedoman pelaksanaan
pekerjaan dan acuan dasar perhitungan volume pekerjaan sesungguhnya, apabila sudah
mendapat persetujuan dan disyahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.
BAB III
PEKERJAAN TANAH
3.1. UMUM
Yang dimaksud dengan pekerjaan tanah adalah semua pekerjaan persiapan lapangan, termasuk
pekerjaan peralatan tanah, galian tanah, serta penanganan, penghamparan dan pemadatan
material timbunan yang diperlukan, pembuangan semua material sisa galian, pengeringan (bila
diperlukan), perlindungan terhadap daerah di sekitarnya, urugan kembali, pengupasan muka
tanah, timbunan tanah pada alur dan elevasi sesuai yang ditunjukkan pada gambar.
Khusus pekerjaan perataan dan galian tanah harus menggunakan alat berat atau secara mekanis.
Kebutuhan alat berat untuk penggalian dan pengangkutannya serta kombinasi dari kedua alat
dan metode kerjanya harus dihitung berdasarkan jadwal atau waktu yang dibutuhkan untuk
penggalian dan harus disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan. Bila terjadi
kesalahan hitung atau metode kerja sehingga mengakibatkan waktu penyelesaian Kegiatan
menjadi mundur atau terjadi penambahan biaya, maka segala akibat tersebut di atas harus
ditanggung sepenuhnya oleh Kontraktor.
Bila tidak langsung digunakan penyimpanan bahan galian yang akan digunakan tidak
diperbolehkan diletakkan di jalan. Batu besar yang tidak diperkenankan untuk material timbunan
dapat disimpan/ dicadangkan bagi keperluan pasangan batu, sesuai dengan spesifikasi.
Penggunaan semua material galian untuk keperluan tertentu ditentukan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, Pengawas Lapangan. Kontraktor tidak diperkenankan menghamburkan atau dengan
kata lain membuang material galian yang berguna. semua galian akan dilaksanakan dengan
batasan dan sesuai kebutuhan yang diperlihatkan pada pasal-pasal dari spesifikasi ini berkenaan
dengan masalah pengendalian air. Tidak diperbolehkan menebang tanpa ijin dari Pejabat
Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan dan Instansi yang terkait.
Pekerjaan perataan, galian dan urugan harus benar-benar rata menurut gambar-gambar
potongan memanjang dan potongan melintang dengan permukaan dan kemiringan yang rapi
dan benar-benar rata dan teratur. Apabila tidak disebutkan lain, semua rumput tanaman dan
semua bahan-bahan yang merusak harus dibuang sebelum bahan urugan diletakkan pada
tempatnya. Semua bahan-bahan yang lemah atau mudah rusak harus diganti dengan bahan-
bahan yang baik seperti syarat yang ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas
Lapangan.
Bahan galian yang didapatkan dari tempat galian tidak mencukupi bagi keperluan penimbunan
maka dapat diperoleh tambahan galian dari daerah bahan galian lain yang telah disetujui Pejabat
Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan. Lokasi bahan galian yang telah digali harus diperbaiki
sedemikian rupa untuk menghilangkan kemiringan tanah yang tajam dan tidak stabil atau hal
lain yang kurang baik dan berbahaya. Luas dan kedalaman galian masih dalam batas area yang
telah disetujui Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan. Kontraktor bertanggung jawab
terhadap pengaturan dan pembayaran semua bahan galian termasuk bahan lempung dan bahan
yang dipilih sesuai persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan
3.2. PENGENDALIAN AIR
Kontraktor harus menyediakan, memasang dan mengoperasikan semua peralatan yang
diperlukan untuk menjaga galian bebas dari air/genangan selama pelaksanaan konstruksi dan
harus membuang air hingga pekerjaan tidak menimbulkan kerusakan terhadap benda-benda
disekitarnya, atau menyebabkan gangguan atau mengancam umum. “Interceptor Drain” perlu
untuk menjaga air permukaan jangan sampai masuk ke lubang galian konstruksi. Untuk
penggalian di bawah air, Kontraktor harus mengusahakan melaksanakan pengeringan disekitar
lokasi galian dengan metode yang harus diusulkan oleh kontraktor dan harus mendapatkan
persetujuan dari Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan.
Tanggul akan sangat baik digunakan mencegah kerusakan akibat erosi selama pelaksanaan
pekerjaan konstruksi. Kerusakan yang ditimbulkan diperbaiki atas biaya Kontraktor.
b. Toleransi Dimensi
1. Kelandaian akhir, arah dan formasi sesudah galian tidak boleh bervariasi dari yang
ditentukan lebih dari 2 cm dari tiap titik.
2. Permukaan galian yang telah selesai yang terbuka terhadap aliran air permukaan harus
cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin drainase yang bebas
dari permukaan ini tanpa terjadi genangan.
e. Prosedur Penggalian.
Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang ditentukan dalam
gambar atau ditunjukkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan dan harus
mencakup pembuangan seluruh material dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk
tanah, padas, batu bata, batu beton, dan lain-lain.
Pekerjaan galian harus dilakukan dengan seminimal mungkin gangguan terhadap material di
bawah dan di luar batas galian.
b. Timbunan/ Urugan
Timbunan tidak boleh diletakkan hingga galian yang telah dilakukan dan pekerjaan pondasi
yang telah diselesaikan diperiksa dan disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas
Lapangan. Penimbunan diletakkan mendatar lapis demi lapis yang dipadatkan dengan
menggunakan peralatan tetapi dengan ketebalan lepas maksimum 200 mm, pemadatan
timbunan dengan tenaga manusia dan juga dengan tenaga mesin ( Stamper / Babywales )
harus dengan ketebalan lepas maksimum 200 mm.
Distribusi bahan di seluruh bagian lapisan harus seragam dan penimbunan harus bebas dari
tonjolan, cekungan, dan alur-alur atau lapisan material yang berbeda susunan atau gradasi
dengan material di sekitarnya.
Bila permukaan lapisan menjadi terlalu keras atau halus, untuk pemadatan dengan lapisan
berikutnya, perlu dilakukan torehan sejajar sumbu penimbunan hingga kedalaman tidak
kurang dari 75 mm sebelum dilapisi dengan lapisan selanjutnya.
c. Pemadatan
Pelaksanaan semua penimbunan tidak kurang 90% dari maksimum dry density. Semua
timbunan harus dilembabkan sebesar 2% daripada optimum dan kemudian dipadatkan.
Distribusi kelembaban yang seragam dapat diperoleh dengan metode yang telah disetujui
Pejabat Pembuat Komitmen, Pengawas Lapangan bagi pemadatan lapisan. Bila lapisan teratas
(dari lapisan sebelumnya) dan timbunan yang dipadatkan atau tanah pondasi menjadi kering
atau basah untuk memperoleh ikatan yang baik perlu dilakukan penorehan dan pelembaban
dengan menggunakan pancaran air untuk memperoleh kadar air yang yang baik bagi
peletakan lapisan selanjutnya.
BAB IV
PERKERASAN ASPAL (BURAS)
Pekerjaan ini meliputi pelaburan aspal pada lokasi perkerasan yang luasnya kecil menggunakan
baik aspal panas, aspal cair untuk menutup retak, mencegah pelepasan butiran agregat,
memelihara tambalan atau menambal lubang agar kedap air, memelihara perkerasan eksisting
yang mengalami penuaan atau untuk tujuan lainnya.
Pemeliharaan dengan Laburan Aspal setempat harus dilaksanakan hanya pada permukaan yang
kering dan tidak boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan. Untuk
memperoleh kondisi penguapan yang baik
Tempat kerja harus ditutup untuk lalu lintas pada saat pekerjaan sedang berlangsung dan
selanjutnya sampai waktu yang ditentukan di mana Pengawas Pekerjaan menyetujui permukaan
akhir dapat dibuka untuk lalu lintas.
BAHAN
1. Umum
Tidak ada bahan yang boleh digunakan dalam pekerjaan ini sampai disetujui oleh PPK/direksi
teknis atau Pengawas Pekerjaan.
1. Agregat Penutup
a. Agregat Penutup harus terdiri atas pasir atau batu pecah halus yang bersih, keras, awet dan
bebas dari kotoran, lempung atau benda lainnya yang dapat menghalangi penyelimutan yang
menyeluruh oleh aspal.
b. Persyaratan pasir/agregat penutup yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan
Aspal
Aspal yang dapat digunakan adalah aspal keras, aspal cair. Pengambilan contoh aspal harus
dilaksanakan sesuai dengan SNI 06-6399-2000.
Takaran pasir/agregat dan aspal yang digunakan harus disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas
Pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai. Penyesuaian takaran ini mungkin diperlukan selama
Kontrak jika dipandang perlu oleh Pengawas Pekerjaan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang
disyaratkan.
Pelaksanaan
1. Persiapan Permukaan Yang Akan Dilabur
Permukaan perkerasan harus dibersihkan dengan menggunakan sapu atau kompresor, dan harus
bebas dari genangan air.
1. Pemakaian Aspal
Cara pemakaian bahan aspal harus disetujui oleh PPK /Direksi teknis, Pengawas Pekerjaan . Mesin
penyemprot harus mampu memberikan distribusi aspal yang merata baik menggunakan batang
penyemprot dari distributor aspal maupun penyemprot tangan. Cara manual pada pelaburan
untuk lokasi yang kecil, mungkin dapat diperkenankan menurut pendapat Pengawas Pekerjaan.
Cara manual harus menggunakan batang penyemprot manual atau cara lain yang disetujui.
Pemakaian Agregat
Pasir/Agregat harus ditebar segera setelah penyemprotan aspal. Pasir/Agregat dapat ditebar
dengan cara yang memadai (termasuk cara manual) sampai diperoleh lapisan yang, merata
diratakan dengan menggunakan alat perata, tanpa bopen . Setelah selesai dilaksanakan, kelebihan
agregat yang lepas harus disapu dari permukaan perkerasan.
1. Lalu Lintas
Lalu lintas diizinkan melewati permukaan laburan aspal setelah beberapa jam selesai dikerjakan,
seperti yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Periode tipikal berkisar antara 2 sampai 4 jam.
5.7. SANKSI
a. Keterlambatan pekerjaan akibat kekurangan bahan, tenaga kerja, alat sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
b. Kelalaian terhadap perintah/instruksi dari direksi dan pengawas lapangan mengakibatkan
sanksi dapat diberlakukan.
c. Pekerjaan yang tidak dapat diterima oleh direksi dan pengawas lapangan dapat dibongkar
untuk dibangun kembali sesuai spesifikasi dengan biaya kontraktor.
d. Kerusakan fasilitas umum akibat kelalaian kontraktor menjadi tanggung jawab sepenuhnya
dari kontraktor pelaksana.
e. Kerusakan – kerusakan kepemilikan pribadi/ orang perorangan seperti pagar penduduk dan
semacamnya merupakan tanggung jawab kontraktor.
5.8. PEMBERSIHAN
a. Pada saat penyelesaian pekerjaan , tempat kerja harus di tinggal dalam keadaan bersih dan
siap untuk dipakai pengguna jasa. Penyedia jasa juga harus mengembalikan bagian – bagian
dari tempat kerja yang tidak diperuntunkkan dalam dokumen kontrak kekondisi semula
b. Pada saat pembersihan akhir , semua perkerasan , kerb, dan struktur harus diperiksa Untuk
Mengetahui Kerusakan fisik yang mungkin ditemukan sebelum pembersihan akhir. Lokasi
yang diperkeras di tempat kerja dan semua lokasi diperkeras untuk umum yang bersebelahan
langsung dengan tempat kerja harus disikat sampai bersih. Permukaan
lainnya harus digaru sampai bersih dan semua kotoran yang terkumpul harus dibuang.
BAB V
PEKERJAAN STRUKTUR
5.4.1 U m u m
a. Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari pembuatan semua struktur beton termasuk beton tak bertulang,
beton bertulang dan bagian beton dari struktur komposit, sesuai dengan spesifikasi ini serta
elevasi, kelandaian dan ukuran yang tercantum dalm gambar rencana atau sebagaimana
diperintahkan oleh Pengawas Lapangan/PPTK. Pemborong sebelum melaksanakan pekerjaan
beton diwajibkan memeriksa gambar/perhitungan konstruksi beton bertulang. Bila Pengawas
Lapangan/PPK menganggap perlu maka dibuatkan perhitungan / gambar beton dengan
mendapat persetujuan perencana teknis.
c. Mutu beton
Mutu beton yang dikehendaki atau yang dipersyaratkan untuk semua pekerjaan beton
adalah Beton dengan Mutu K.250 ( Untuk Pekerjaan Jalan dan Plat / Duiker, Cansting
beton jalan/casting beton saluran ) dan Mutu K.150 ( untuk pekerjaan lantai saluran ,
ukuran beton dan penulangannya sesuai dengan gambar.
d. Pengajuan
1. Pemborong harus mengajukan contoh semua bahan yang hendak digunakan dengan data
pengujian, yang harus memenuhi spesifikasi.
2. Pemborong harus mengajukan desain campurannya untuk setiap jenis pekerjaan
pengecoran beton.
3. Pemborong harus mengajukan gambar terinci dari semua perancah yang akan
digunakan, mendiskusikan metode konstruksi dan program kerjanya serta memperoleh
persetujuan Pengawas Lapangan, PPK sebelum memasang setiap perancah atau memulai
pekerjaan beton lainnya.
4. Pemborong harus memberitahu Pengawas Lapangan, PPK secara tertulis paling tidak 24
jam sebelumnya untuk mencampur atau mengecor beton.
e. Kondisi Pekerjaan
Pemborong harus menjaga suhu dari semua bahan-bahan terutama agregat kasar, pada
tingkatan yang serendah mungkin dan harus menjaga suhu dari beton di bawah 30o C
pada waktu pengecoran.
Sebagai tambahan, maka Pemborong tidak akan mengecor beton apabila :
1. Kecepatan penguapan melebihi 1,0 Kg/m2/jam;
2. Lengas nisbi dari udara kurang dari 40 %;
3. Hujan atau bila udara penuh debu (tercemar)
4. Kondisi lapangan yang tidak memungkinkan atau tidak ada persetujuan Pengawas
Lapangan/PPK untuk mengecor.
a. Semen PC
1. Semua semen yang boleh digunakan adalah Semen Portland type-I yang ditentukan
dalam SII 0013-81 atau Standar Umum Bahan Bangunan Indonesia 1986 dan harus
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam standar tersebut.
2. Kecuali diijinkan lain oleh Pengawas Lapangan./PPK, maka hanya produk dari satu
pabrik/merk untuk setiap jenis semen PC yang boleh digunakan untuk pekerjaan beton.
3. Semen yang diterima dalam kantong-kantong yang masih tersegel dan tidak pecah.
4. Kecuali jika diperintahkan lain oleh Pengawas Lapangan/PPK, keterangan hasil pengujian
dari pabrik harus disertakan bersama setiap pengiriman semen untuk menjamin mutu
semen PC sesuai standar.
5. Pemborong harus menyediakan contoh dari setiap pengiriman semen PC yang telah
diserahkan ke tempat kerja kepada Pengawas Lapangan/PPK yang diperlukan untuk
pengujian. Bila menurut penilaian Pengawas Lapangan/PPK semen PC tersebut
berbungkah atau berbongkol maka semen PC tersebut ditolak semen tersebut dan
Pemborong harus segera menyingkirkannya dari tempat pekerjaan.
6. Semen PC yang telah disimpan lebih dari 40 (empat puluh) hari dan kualitasnya
meragukan tidak boleh digunakan dalam pekerjaan, sampai dilakukan pengujian
kembali, dan hasil pengujian memperlihatkan kualitas yang sesuai dan memenuhi
standard yang telah diberikan. Bahan yang ditolak harus segera dikeluarkan dari
lapangan paling lambat dalam waktu 1x24 jam.
7. Segera setelah sampai di lokasi pekerjaan, semen PC harus disimpan di tempat
penyimpanan yang telah direncanakan sesuai dengan tujuannya, atau di tempat kering
yang bebas dari pengaruh cuaca buruk serta mempunyai sistim ventilasi yang baik dan
lantai tempat penyimpanan terletak lebih tinggi 45 cm dari permukaan tanah dan 20 cm
dari dinding serta fasilitas lain untuk mencegah penyerapan terhadap kelembaban.
Semua fasilitas penyimpanan harus mendapat persetujuan Pengawas Lapangan/PPK dan
harus diberi jalan masuk yang mudah untuk tujuan pemeriksaan dan identifikasi. Setiap
penyerahan semen PC akan disimpan secara terpisah (menurut kelompoknya) dan
Pemborong menggunakan semen PC sesuai urutan waktu dari penerimaan bahan
tersebut. Tanpa alasan apapun semen PC tidak boleh ditumpuk (keatas) lebih dari 10 zak
(2 meter) tingginya.
8. Jenis semen PC yang berbeda harus disimpan di tempat yang terpisah dan diberi tanda
yang jelas. Semen PC yang dikirimkan ke lokasi pekerjaan dalam drum atau zak oleh
pemasok (supplier) atau pabrik harus disimpan didalam drum atau zak sampai semen PC
tersebut digunakan. Bila semen PC dalam drum atau zak tersebut telah dibuka, semen PC
tersebut harus segera digunakan. Bila ada keterbatasan ruang untuk penyimpanan semen
PC di lokasi pekerjaan, maka harus disimpan di pusat lokasi Kegiatan dan dapat
didistribusikan sesuai kebutuhan masing-masing pekerjaan.
b. Agregat
1. Secara umum, agregat harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 00520-80
dan persyaratan yang ditentukan dalam spesifikasi ini. Bila tidak tercakup dalam SII
00520-80 maka agregat harus memenuhi ketentuan ASTM C33.
2. Jumlah total lempung dan lumpur di dalam pasir alam tidak boleh melebihi ketentuan
yang ada dalam ACI dan ASTM
3. Agregat harus bebas dari bahan-bahan organik seperti dirinci dalam AASHTO.
4. Pengambilan contoh dan pengujian agregat harus dilakukan memenuhi ketentuan yang
sesuai dengan bagian-bagian dalam ASTM. Pemborong harus memberi jaminan kepada
Pengawas Lapangan/PPK, bahwa agregat yang akan dipasok tidak akan meningkatkan
reaksi alkali dengan PC.
5. Sebelum pekerjaan adukan contoh dimulai, Pemborong harus menyerahkan contoh
sebanyak 50 kg dari masing-masing agregat yang diusulkan akan digunakan untuk
mendapatkan persetujuan Pengawas Lapangan/PPK dan harus disimpan di lapangan
untuk digunakan sebagai patokan (acuan).
6. Pemborong harus menyiapkan cara-cara penimbunan agregat pada setiap tempat di
mana pekerjaan pembetonan dilakukan sedemikian :
Ukuran nominal dari agregat kasar dan agregat halus harus ditempatkan terpisah
setiap waktu.
Pengotoran terhadap agregat yang disebabkan oleh tanah dan benda-benda lainnya
dapat dihindarkan setiap waktu.
Setiap timbunan agregat harus mampu mengalirkan air (lolos air).
7. Pemborong harus memastikan bahwa agregat kasar dicurahkan, disimpan dan
dipindahkan dari tempat penyimpanan dengan cara sedemikian sehingga tidak
menyebabkan pemisahan. Agregat kasar harus berupa koral / batu pecah yang
mempunyai susunan gradasi yang baik, keras, tidak porous, tajam dan bentuknya relatif
kubus.Agregat kasar mempunyai ukuran butir di antara 5 sampai dengan 20 mm, ukuran
yang lebih besar dari 38 mm untuk penggunaannya harus mendapat persetujuan dari
Pengawas Lapangan/ PPK, sesuai dengan dimensi struktur dan kerapatan tulangan
dimana adukan akan dicor.
8. Gradasi dari agregat kasar secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu beton
yang dikehendaki, padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan PC dan air dalam
proporsi campuran yang akan dipakai.
9. Pasir yang digunakan harus benar-benar pasir cor bukan pasir laut.
10. Agregat kasar dan agregat halus harus selalu bersih dari gumpalan tanah liat, lumpur,
minyak dan bahan organis yang merugikan.
11. Agregat halus mempunyai modulus kehalusan butir antara 2 sampai dengan 32 jika
diselidiki dengan saringan standard, berbentuk tajam dan keras.
12. Gradasi dari agregat halus harus menghasilkan mutu beton yang dikehendaki.
13. Semua agregat harus disimpan di tempat bersih yang keras permukaannya dan dicegah
supaya tidak terjadi percampuran dengan material/bahan lain dan terkotori.
c. A i r
1. Air yang digunakan dalam mencampur, merawat, atau penggunaan lain yang
direncanakan harus bersih dan bebas dari setiap zat-zat yang merugikan seperti minyak,
garam, asam alkali, basa, gula atau zat organik yang adapat merusak beton. Air harus
diuji sesuai dengan dan harus memenuhi persyaratan ASTM atau PBI.
2. Air dengan kualitas sebagai air minum dapat digunakam tanpa pengujian.
3. Pengawas Lapangan/PPK berhak mengharuskan Pemborong memeriksa air yang dipakai
ke laboratorium bahan yang diakui dan sah, atas biaya Pemborong.
d. Plastik Cor
Plastik cor berfungsi sebagai lantai kerja yang menahan agar air semen tidak merembes
ketanah , dan mutu beton tetap terjaga. Sebelum plastic cor di gelar ada baiknya permukaan
jalan atau tanah sebaiknya diratakan agar tidak terjadi penurunan/ketidakrataan elevasi,
plastic cor dipasang di atas semua bagian yang akan dilakukan pengecoran, pemasangan
plastic cor harus dibuat sedemikian rupa sehinggan tidak terjadi kebocoran pada saat
dilakukan pengecoran.
Pencampuran Bahan
Secara umum, kecuali ditentukan lain secara khusus dalam spesifikasi ini, persyaratan mengenai
campuran beton baik mengenai perencanaan campuran dan pengendalian mutu harus
memenuhi ketentuan yang tercantum pada bagian 3 bab 4 dari PEDOMAN BETON 1989 (SKBI -
1.4.53.1989).
a. Rencana Campuran Beton
1. Penetapan Rancangan Campuran Awal
2. Percobaan Campuran (Trial Mix) melalui Uji lab.
3. Penetapan Rancangan Campuran Kerja (Job Mix) Persyaratan Mutu Beton :
a) Proporsi Bahan Campuran Beton Jumlah semen dalam setiap meter kubik beton padat
tidak boleh kurang dari jumlah dalam percobaan campuran yang disetujui. Pemakaian
semen yang terlalu tinggi tidak dikehendaki dan Penyedia Jasa Kontraktor harus
mendasarkan disain campurannya (mix design) pada campuran yang paling hemat yang
memenuhi semua persyaratan. Agregat kasar dan agregat halus harus sesuai dengan
ketentuan Spesifikasi Struktur Beton. Untuk menentukan perbandingan agregat kasar
dan agregat halus, proporsi agregat halus harus dibuat minimum. Setiap perubahan
terhadap perbandingan itu harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
b) Tabel 2,3: Ketentuan sifat campuran
a. Pembuatan Bekisting
Pemborong tidak diperbolehkan mengecor beton sebelum bekesting dan pasangan besi beton
diperiksa dan disetujui Pengawas Lapangan/PPK.
Pemasangan papan-papan bekesting dipakai papan meranti tebal 2 cm disusun secara rapat.
Pembongkaran papan bekesting dapat dilaksanakan sesudah mendapat persetujuan dari
Pengawas Lapangan/PPK.
Setelah pekerjaan bekesting dibongkar semua bidang yang terlihat ada lobang-lobang, tidak
rata, harus segera ditutup.
1. Semua cetakan beton dan penopang-penopangnya harus didesain oleh Pemborong dan
sebelum mulai dikerjakan harus disetujui Pengawas Lapangan/PPK.
2. Cetakan harus benar-benar lurus, rata dan kokoh sehingga cukup untuk menahan
defleksi, gerakan-gerakan dan getaran yang membahayakan akibat tekanan dari adukan
beton cair atau padat.
3. Semua sambungan harus ditutup rapat untuk menghindari kebocoran air semen dan
dibuat sedemikian sehingga permukaan beton yang kelihatan (exposed surface) lurus,
rata dan kokoh.
4. Bekisting harus dibuat sedemikian sehingga pembongkarannya dapat mudah dilakukan
tanpa membahayakan konstruksi.
5. Apabila pemasangan bekisting tidak sesuai dengan ketentuan atau dianggap kurang
baik maka Pengawas Lapangan/PPK berhak menyuruh membongkar dan memperbaiki
dengan biaya ditanggung oleh Pemborong.
6. Sebelum pengecoran dilaksanakan, semua permukaan cetakan harus bersih dari segala
sesuatu yang dapat mengurangi mutu beton dan kekuatannya, terutama kotoran-
kotoran yang menempel, ataupun serpihan-serpihan kayu, kawat sisa pemotongan, dan
lain-lainnya untuk dikumpulkan disuatu tempat dan selanjutnya diambil dan dibuang
b. Pembongkaran Bekisting
Pembongkaran bekisting dilaksanakan dengan hati-hati, jangan sampai merusak betonnya
sendiri. Pemborong wajib memperbaiki dengan biayanya sendiri, setiap kerusakan yang
timbul akibat pembongkaran dan pemukulan cetakan dan penopangnya. Kerusakan-
kerusakan kecil mungkin dapat diperbaiki dengan mengisi plester / spesi sesuai
kebijaksanaan Pengawas Lapangan/PPK.
c. Kerusakan pada Permukaan Bekisting
Pembuatan bekisting dan pembetonan harus sedemikian sehingga tidak diperlukan lagi
perbaikan, permukaan harus rata/halus dan padat. Jika noda timbul setelah pembongkaran
bekisting, arahan Pengawas Lapangan/PPK dalam hal perbaikan yang diperlukan harus
dilakukan segera. Tindakan tersebut termasuk (tetapi tidak dibatasi) dalam :
d. Pengecoran Beton
1. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja
tulangan sesuai dengan gambar pelaksanaan, penopang dan pengikatan dan lain-lain
selesai dikerjakan. Sebelum pengecoran dimulai permukaan-permukaan yang
berhubungan dengan pengecoran harus disetujui oleh Pengawas Lapangan/PPK.
2. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan cetakan harus bersih dari air yang
tergenang, reruntuhan atau bahan lepas yang lainnya. Permukaan bekisting dan bahan-
bahan yang menyerap pada tempat-tempat yang akan dicor harus dibasahi dengan
merata namun tidak berlebihan. Baja tulangan harus bersih dari semua kotoran atau zat
pelapis yang dapat mengurangi lekatan dengan beton.
3. Sebelum pengecoran dimulai persiapan harus benar-benar memadai dan Pemborong
wajib meminta ijin dari Pengawas Lapangan/PPK untuk memulai pengecoran tersebut.
4. Dalam pemadatan beton dilakukan secara manual atau dengan menggunakan Alat
(Vibra concrete) setiap lapisan dari beton, kepala vibrator harus dapat menembus dan
menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak di bawahnya.
Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan beton dengan
airnya.
5. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras, kecuali dilakukan dalam
tempat yang terlindung.
e. Perawatan (Curing)
Setelah dilakukan pengecoran, beton tersebut dalam waktu pengikatan dan pengerasan
harus mendapat perawatan baik, supaya mutu beton yang diharapkan dapat tercapai.
Selama 24 jam sesudah di cor beton harus dilindungi terhadap pengaruh hujan lebat,
air mengalir, getaran. Selama 2 minggu setelah di cor harus dilindungi terhadap panas
matahari secara langsung. Selama 2 minggu setelah selesai di cor, jika tidak tetap
basah karena keadaan alam, beton harus selalu dibasahi. Untuk melindungi dari panas
matahari secara langsung dan untuk membasahi selama dua minggu terus-menerus
dapat dikerjakan dengan menutup permukaan beton dengan karung-karung basah. Bila
karung kelihatan akan kering, maka harus disiram air lagi. Seperti telah diterangkan di
muka bahwa air air untuk perawatan beton juga harus air bersih.
Cara perawatan beton setelah di cor adalah sebagai berikut :
- Untuk mencegah pengeringan bidang-bidang beton selama paling sedikit dua
minggu harus dibasahi terus-menerus, antara lain dengan menutupinya dengan
karung basah. Pada pelat-pelat atap pembasahan terus-menerus ini harus
dilakukan dengan merendamnya (menggenanginya) dengan air. Pada hari-hari
pertama sesudah selesai pengecoran, proses pengecoran tidak boleh diganggu.
Sangat dilarang untuk mempergunakan bahan-bahan atau sebagai jalan untuk
mengangkut bahan-bahan berat,
- Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan udara luar,
pemanasan atau proses-proses lain untuk mempersingkat waktu untuk
pengerasan dapat dipakai. Cara-cara tersebut harus disetujui terlebih dahulu
oleh Pengawas Ahli.
Core Test
1. Apabila ternyata hasil test 28 hari tidak memenuhi syarat kekuatan dan ketebalan,
Konsultan Pengawas berhak meminta core test untuk Beton yang tidak memenuhi
syarat- syarat tersebut. Peralatan coring dan metoda - metodanya harus disetujui
oleh Konsultan Pengawas.
2. Seluruh biaya pengambilan pengambilan sampel untuk core test dan biaya
pengetesannya menjadi tanggung jawab Pemborong.
5.4.5 Penulangan
a. U m u m
Penulangan termasuk tulangan datar, anyaman dan kawat pengikat untuk beton cor di
tempat dan pasangan batu.
b. Bahan Tulangan
1. Baja Tulangan
- Baja tulangan yang diapakai adalah ex produksi Krakatau Steel atau ditentukan lain
oleh Pengawas Lapangan/PPK
- Pemborong tidak boleh memakai baja tulangan ukuran penampang yang tidak
tepat/banci. Baja tulangan harus bersih dari kotoran lapisan minyak/lemak dan
karat serta tidak cacat (retak-retak, mengelupas dan sebagainya). Penggantian
ukuran batang baja yang berbeda hanya akan diijinkan bila dilengkapi dengan
perhitungan-perhitungan yang dapat dipertanggung jawabkan serta harus
mendapatkan persetujuan Pengawas Lapangan/PPK.
- Baja tulangan yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kualitas tidak sesuai
dengan spesifikasi dan peraturan lain harus segera dikeluarkan dari lokasi setelah
menerima instruksi dari Pengawas Lapangan/PPK dalam waktu 1x24 jam.
2. Penunjang untuk Tulangan (Baja)
Harus dibentuk dari batang kawat baja ringan atau blok beton pracetak dari kelas beton
yang akan digunakan didalam pekerjaan. Kayu, batu bata, batu dan bahan-bahan lain
tidak akan diperkenankan sebagai penunjang.
3. Pengikat untuk Tulangan
Kawat untuk mengikat tulangan harus berupa kawat ikat baja lunak sesuai dengan
AASHTO M 32-78.
c. Pembengkokan dan Pengikatan
Besi tulangan harus dibengkokkan sesuai BS 4466 atau NI- 2-1983. Pembengkokan harus
dikerjakan dalam keadaan dingin. Pembengkokan kembali batang yang salah dibengkokkan
tidak diperbolehkan. Semua tulangan diikatkan dengan tepat dan baik pada kedudukan yang
diperlihatkan dalam gambar menggunakan blok penahan dan dudukan. Semua persilangan
besi tulangan dikencangkan (diikatkan satu sama lain) dengan kawat besi yang lunak. Ujung
besi dibengkokkan dan masuk ke dalam beton. Pemborong harus memastikan bahwa semua
tulangan selalu tetap dalam posisinya, penanganan/perhatian khusus perlu diberikan selama
pengecoran beton dilakukan. Selimut beton harus dijaga dengan bantuan blok-blok
penyangga (beton tahu). Tulangan paling atas plat lantai harus tetap pada kedudukannya
dengan menggunakan dudukan yang dibuat dari besi lunak / "chairs", diameter dan jumlah
harus cukup untuk menjamin tulangan tidak berubah bentuk dan berubah kedudukannya.
Selimut beton pada tulangan harus sesuai pasal 3.11.2 dari CP 110 part 1 - 1972 ..
Semua ukuran besi beton maupun penulangannya harus dilaksanakan sesuai dengan
gambar. Besar ukuran beton beserta penulangan dilaksanakan sesuai gambar rencana dan
gambar detail tidak tertulis secara jelas.
Tulangan untuk beton harus memakai besi/tulang yang baru, bersih dari segala kotoran
termasuk karat-karat yang ada harus dibersihkan beton dilaksanakan sesuai dengan gambar,
bila terjadi perbedaan antara bestek dan gambar detail, Pemborong diwajibkan untuk
melaporkan kepada Pengawas Lapangan/PPK sehingga mendapatkan keputusan mana yang
akan dilaksanakan.
5.5. SANKSI
a. Keterlambatan pekerjaan akibat kekurangan bahan, tenaga kerja, alat sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
b. Kelalaian terhadap perintah/ instruksi dari Direksi dan pengawas lapangan mengakibatkan
sanksi dapat diberlakukan.
c. Pekerjaan yang tidak dapat diterima oleh Direksi dan pengawas lapangan dapat dibongkar
untuk dibangun kembali sesuai spesifikasi dengan biaya Kontraktor.
d. Kerusakan fasilitas umum akibat kelalaian kontraktor menjadi tanggung jawab sepenuhnya
dari kontraktor pelaksana. Kerusakan-kerusakan kepemilikan pribadi/ orang perorangan
seperti pagar penduduk dansemacamnya merupakan tanggung jawab kontraktor.
5.6. PEMBERSIHAN
a. Pada saat penyelesaian pekerjaan , tempat kerja harus di tinggal dalam keadaan bersih dan
siap untuk dipakai pengguna jasa. Penyedia jasa juga harus mengembalikan bagian – bagian
dari tempat kerja yang tidak diperuntungkan dalam dokumen kontrak ke kondisi semula
b. Pada saat pembersihan akhir , semua perkerasan , kerb, dan struktur harus diperiksa ulang
untuk mengetahui kerusakan fisik yang mungkin ditemukan sebelum pembersihan akhir.
Lokasi yang diperkeras ditempat kerja dan semua lokasi diperkeras untuk umum yang
bersebelahan langsung dengan tempat kerja harus disikat sampai bersih . Permukaan lainnya
harus di garu sampai bersih dan semua kotoran yang terkumpul harus dibuang.
B PEKERJAAN TANAH
1 Galian Tanah Terjadi insiden berupa pekerja Luka 6
terjatuh didalam lubang galian ringan,
sehingga terjadi luka ringan dan luka
luka berat, terjadi insiden berupa berat,
pekerja kejatuhan material galian cacat
anggota
Terjadi gangguan kesehatan
tubuh
akibat kondisi lingkungan tempat
kerja yang tidak memenuhi syarat