Anda di halaman 1dari 21

PEMERINTAH ACEH

DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN


KAWASAN PERMUKIMAN ACEH
Jalan Pemancar No. 5 Sp. TigaTelp. (0651) 42882 Fax. (0651) 41130

SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN KONSTRUKSI

SKPA : Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Aceh

NAMA KPA : Muhammad Nazar, S.T., M.T.

NAMA PEKERJAAN : Pembangunan Saluran Gampong Teubang Phui Baro


Kec. Montasik Kab. Aceh Besar

LOKASI : Kabupaten Aceh Besar

SUMBER DANA : Otsus Aceh

TAHUN ANGGARAN 2021


SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN KONSTRUKSI

1. LATAR BELAKANG Drainase merupakan salah satu infrastruktur yang sama pentingnya dengan
keberadaan infrastruktur jalan untuk menangani air limbah dan air kotor.
Drainase memegang peranan penting dalam pengaturan air limpasan hujan
yang berpotensi menjadi genangan air dan banjir. Keberadaan sarana drainase
yang terdiri dari sistem drainase merupakan sarana yang fungsi dan
keberadaannya haruslah selalu dijaga dan dipelihara untuk menjamin
keselamatan dan keamanan manusia dari bahaya banjir sebagai akibat tidak
difungsikannya saluran dengan benar. Seiring dengan pertumbuhan
penduduk, perluasan dan pertambahan penggunaan lahan, seyogyanya
koreksi atas fungsi dan keberlakuan saluran drainase harus dilakukan
melalui upaya pembangunan infrastruktur drainase yang optimal.

Pembangunan Saluran Gampong Teubang Phui Baro Kec. Montasik Kab.


Aceh Besar sudah selayaknya dilakukan untuk mendukung perkembangan
daerah tersebut dan dapat menjamin terlaksananya interaksi antar daerah
dalam pemenuhan kebutuhan/keperluan masyarakat.

2. MAKSUD DAN TUJUAN a. Maksud

Maksud pekerjaan pengadaan konstruksi : Menghasilkan pekerjaan


yang tepat waktu dan mutu serta memenuhi standar spesifikasi yang
direncanakan.

b. Tujuan

Tujuan pekerjaan pengadaan konstruksi : Memperbaiki saluran


drainase yang rusak menjadi drainase yang berfungsi dengan baik.

3. TARGET/SASARAN Target/sasaran yang ingin dicapai dalam pekerjaan pengadaan konstruksi


ini adalah untuk menambah kondisi drainase baik sehingga jalan dan
permukiman masyarakat terbebas dari genangan air.

4. NAMA ORGANISASI Nama organisasi yang menyelenggarakan/melaksanakan pengadaan


PENGADAAN pekerjaan konstruksi :
BARANG/JASA SKPA : Dinas Perumahan Rakyat Dan Kawasan Permukiman Aceh
KPA : Muhammad Nazar, S.T., M.T.
5. SUMBER DANA DAN a. Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai pengadaan pekerjaan
PERKIRAAN BIAYA konstruksi ini bersumber dari Otsus Aceh Tahun Anggaran 2021.

b. Total perkiraan biaya yang diperlukan Rp 454.983.885,13

6. RUANG LINGKUP, a. Ruang lingkup pekerjaan konstruksi ini berupa :


LOKASI PEKERJAAN,
FASILITAS PENUNJANG 1. Pekerjaan Persiapan

2. Pekerjaan Tanah
3. Pekerjaan Saluran

b. Lokasi pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan berada di wilayah


Kabupaten Aceh Besar

c. Fasilitas penunjang yang disediakan PA/KPA/PPK :


- Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana atau
kemudahan lainnya (jika ada) yang tercantum dalam SSKK
untuk kelancaran pekerjaan ini.

7. JANGKA WAKTU Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi adalah 90 (sembilan puluh)
PELAKSANAAN hari kalender, terhitung sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK).

8. TENAGA AHLI DAN


PERALATAN:
a. Tenaga ahli/terampil Daftar Terlampir
yang diperlukan :

b. Peralatan Utama Daftar Terlampir


yang diperlukan :

9. KELUARAN/PRODUK Keluaran/produk yang dihasilkan dari pengadaan pekerjaan konstruksi ini


YANG DIHASILKAN berupa Saluran Drainase.

10 SPESIFIKASI TEKNIS Spesifikasi teknis pekerjaan konstruksi terlampir.


. PEKERJAAN KONSTRUKSI
RENCANA KERJA
DAN SYARAT (RKS)

Pekerjaan Pembangunan Saluran. Lingkup Pekerjaan meliputi :

No. Pekerjaan

1 Pekerjaan Persiapan

2 Pekerjaan Tanah

3 Pekerjaan Saluran

PENGENDALIAN PELAKSANAAN

A. Pedoman dan Peraturan Teknis

Peraturan-peraturan dan Ketentuan-ketentuan yang berlaku dan mengikat dalam


syarat-syarat kerja ini apabila tidak ditentukan lain adalah:

a. Semua undang-undang dan peraturan-peraturan Pemerintah yang berlaku


mengenai pekerjaan pelaksanaan pembangunan.
b. Peraturan umum untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan pada
penyelenggaraan bangunan-bangunan di Indonesia (PUBB 1983 diperbaiki
cetakan terakhir).
c. Peraturan Konstruksi Beton Bertulang Indonesia (PBI. 1971).
d. Surat Keputusan Standarisasi Nasional Indonesia (SK-SNI-1991).
e. Pedoman tata cara Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan Gedung
Negara dan Departemen PUTL sebagaimana ditetapkan dengan Surat Keputusan
Menteri PUTL tanggal 4 1973 No.11 9/KPTS/1973.
f. Petunjuk-petunjuk yang diberikan secara tertulis oleh Pemberi Tugas dan
Direksi I.

B. Dokumen Pelaksanaan

a. Yang termasuk dalam Dokumen Pelaksanaan ialah:


1. Kontrak Pelaksanaan pekerjaan antara Pimpinan Proyek dengan Pihak
Pelaksana / Ketua Tim Pembangunan yang disebut dengan “Surat Perjanjian
Pihak Pelaksanaan”.
2. Buku Pedoman Pelaksanaan dan Persyaratan Pekerjaan ini beserta penjelasan
atau kelengkapan hasil rapat penjelasan/aanwijzing.
3. Gambar-gambar Rencana beserta penjelasan atau kelengkapan hasil rapat
penjelasan/aanwijzing.
4. Addendum yang secara sah dalam rangka melengkapi butiran-butiran
diatas.

Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)


5. Surat Penawaran beserta Iampiran-Iampirannya.

b. Dokumen Pelaksanaan merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi,


kekurangan suatu hal di dalam salah satu unsurnya tidak rnenyebabkan hal
tersebut menjadi batal.

c. Yang termasuk dalam surat-menyurat ialah:


1. Risalah-risalah rapat yang diadakan sehubungan dengan proses pelaksanaan
pembangunan.
2. Surat-surat teguran/nota-nota/surat-surat pernyataan/surat-surat jawaban
dan sebagainya yang secara resmi dan sah dikeluarkan dan disampaikan oleh
dan kepada pihak-pihak yang bersangkutan di dalam proses pelaksanaan
pembangunan ini.

d. Semua surat-menyurat tersebut merupakan langkah-langkah pelaksanaan dari


Dokumen Pelaksanaan, dengan demikian memiliki keabsahan yang sama.

e. Dokumen Pelaksanaan merupakan dasar hukum yang utuh untuk pelaksanaan


pembangunan.

f. Segera setelah dikeluarkan SPK (Surat Perintah Kerja) Pihak Pelaksana / Ketua
Tim Pembangunan harus sudah memiliki 3 (tiga) set “Dokumen Pelaksanaan”.

g. Selama pelaksanaan berlangsung, satu set lengkap Dokumen Pelaksanaan harus


selalu berada di kantor Pihak Pelaksana / Ketua Tim Pembangunan di lapangan
dalam keadaan terawat baik dan dapat ditunjukkan setiap saat kepada yang
berwenang.

h. Apabila terdapat perbedaan, kekurang-lengkapan dan sebagainya pada Dokumen


Pelaksanaan, Pihak Pelaksana / Ketua Tim Pembangunan harus segera
melaporkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas.

C. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

a. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya SPK.


1. Pihak Pelaksana / Ketua Tim Pembangunan sudah siap dengan “Jadwal
Pelaksanaan Pekerjaan” yang telah disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
2. Di lapangan Pihak Pelaksana / Ketua Tim Pembangunan sudah memulai
dengan pekerjaan fisik yang tetah dijadwalkan tersebut.

b. Jadwal Pelaksanaan pekerjaan harus memuat secara lengkap dan terperinci


mengenai:
1. Jumlah dan jenis pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai Dokumen
Pelaksanaan.
2. Jumlah hari kerja dan pemeliharaan yang sudah ditetapkan dalam Surat
Perjanjian Pihak Pelaksanaan (SPP)

Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)


3. Bobot masing-masing jenis pekerjaan dan prosentase kemajuan pekerjaan
pada setiap minggunya.
4. Penentuan hari-hari pengadaan bahan bangunan, peralatan dan perlengkapan
lainnya.
5. Keterangan lengkap mengenai organisasi dan personalia yang akan
melaksanakan di lapangan (jabatan, keahlian, status dan jumlah).
6. Keterangan mengenai jam kerja setiap harinya.

c. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ini setiap harinya terpasang dengan baik


dikantor Pihak Pelaksana / Ketua Tim Pembangunan (lapangan).

d. Tidak dipenuhinya pengadaan jadwal tersebut atau tidak di patuhinya


ketentuan- ketentuan tersebut di atas akan mengakibatkan dihentikannya proses
pelaksanaan pekerjaan yang sedang berlangsung. Akibat dari penghentian ini
merupakan tanggung jawab dan Pihak Pelaksana / Ketua Tim Pembangunan.

D. Tanggung Jawab Pihak Pelaksana / Ketua Tim Pembangunan

a. Persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas yang diberikan kepada Pihak


Pelaksana / Ketua Tim Pembangunan untuk melaksanakan pekerjaan tidak
berarti meniadakan atau mengurangi tanggung jawab Pihak Pelaksana / Ketua
Tim Pembangunan dalam pelaksanaan pekerjaannya.

b. Tanah/lapangan tempat pekerjaan sesuai dengan batas-batas yang telah


ditentukan merupakan tanggung jawab Pihak Pelaksana / Ketua Tim
Pembangunan, namun dengan demikian semua benda yang ditemukan
kemudian dalam pelaksanaan pekerjaan tanah merupakan milik Pemberi
Tugas.

c. Pihak Pelaksana / Ketua Tim Pembangunan wajib memberikan keterangan


yang jelas dan juga mengenai pelaksanaan pekerjaan kepada Pemberi
Tugas, Pengawas, serta instans-instansi yang bersangkutan (tercantum
dalam daftar instansi-instansi yang menerima tembusan SPK).

d. Pihak Pelaksana / Ketua Tim Pembangunan wajib melaporkan kepada


Direksi/Konsultan Pengawas bilamana dalam pelaksanaan ditemui hal-hal
yang menyimpang dari perencanaan.

e. Pihak Pelaksana / Ketua Tim Pembangunan bertanggung jawab atas


keterlibatan pegawai serta kendaraan-kendaraannya dan wajib
memperbaiki kembali segala kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh
pelaksanaan pekerjaan baik di dalam batas lapangan pekerjaan maupun di
dalam kompleks dimana lapangan pekerjaan merupakan bagian dari padanya.

E. Kepala Proyek

Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)


a. Selama pelaksanaan pekerjaan, Pihak Pelaksana / Ketua Tim Pembangunan
harus menempatkan seorang Kepala Proyek (Site Manager) dengan
beberapa wakilnya sebagai Pemimpin Pelaksanaan Pekerjaan di lapangan,
Kepala Proyek ini memiliki otoritas penuh dalam mengendalikan pekerjaan di
lapangan.

b. Pihak Pelaksana / Ketua Tim Pembangunan harus melaporkan secara


tertulis curriculum vitae dari Kepala Proyek beserta wakilnya kepada Pemberi
Tugas. Dalam hal ini Pemberi Tugas berhak untuk menolak dan menunjuk
pengganti Calon Kepala Proyek yang diajukan oleh Pihak Pelaksana /
Ketua Tim Pembangunan.

c. Kepala Proyek dan Wakilnya tersebut harus berpengalaman, bertanggung


jawab dalam bidang organisasi, administrasi dan teknik.

d. Kepala Proyek kecuali karena sesuatu hal yang sangat penting/mendesak


harus selalu berada di lapangan selama pelaksanaan pekerjaan
berlangsung. Dalam hal tidak hadirnya Kepala Proyek, Pemberi Tugas
berhak melakukan tindakan yang dianggap perlu demi keamanan dan
perlindungan terhadap pekerjaan, untuk ini segala pembiayaan tetap
merupakan tanggung jawab Pihak Pelaksana / Ketua Tim Pembangunan.

F. Penunjukan Sub-Pihak Pelaksana / Ketua Tim Pembangunan

a. Penunjukkan Sub - Pihak Pelaksana / Ketua Tim Pembangunan oleh


Pihak Pelaksana / Ketua Tim Pembangunan hanya dapat di benarkan
apabila telah diberikan persetujuan secara tertulis oleh Pemberi Tugas.

b. Jenis pekerjaan yang dapat diberikan kepada Sub-Pihak Pelaksana /


Ketua Tim Pembangunan oleh Pihak Pelaksana / Ketua Tim
Pembangunan hanya dapat dibenarkan apabila Sub - Pihak Pelaksana /
Ketua Tim Pembangunan tersebut telah memenuhi ketentuan yang
berlaku dan telah diberikan persetujuan secara tertulis oleh Pemberi
Tugas.

c. Pihak Pelaksana / Ketua Tim Pembangunan secara penuh


tetap bertanggung jawab atas pengaturan pekerjaan dan waktu
pelaksanaan yang dilakukan oleh Sub - Pihak Pelaksana / Ketua Tim
Pembangunan.

G. Pengendalian Karyawan

Pihak Pelaksana / Ketua Tim Pembangunan dan Sub-Pihak Pelaksana /


Ketua Tim Pembangunan harus mempekerjakan orang-orang yang teliti,
ahli dibidangnya dan berpengalaman.
a. Kelalaian dari pengawas-pengawas tersebut merupakan tanggung
jawab Pihak Pelaksana/Ketua Tim Pembangunan.

b. Karyawan dan Pihak Pelaksana/Ketua Tim Pembangunan yang tidak


memiliki kemampuan/tanggung jawab harus diganti, baik atas

Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)


inisiatip Pihak Pelaksana/Ketua Tim Pembangunan sendiri, maupun
atas permintaan secara tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas atau
Pemberi Tugas kepada Pihak Pelaksana/Ketua Tim Pembangunan.

H. Kesejahteraan Karyawan

a. Pihak Pelaksana/Ketua Tim Pembangunan harus memperhatikan


kesejahteraan pegawai sesuai dengan Peraturan Perburuhan yang berlaku.

c. Pihak Pelaksana/Ketua Tim Pembangunan turut mengawasi pengadaan


makanan dan minuman yang sehat untuk para karyawan di lapangan.

I. Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja


(SMK3)

a. Pihak Pelaksana/Ketua Tim Pembangunan harus menyediakan peralatan


keselamatan bagi para Pekerja di lapangan terhadap kemungkinan-
kemungkinan bahaya yang ditimbulkan oleh jenis-jenis pekerjaan
yang sedang dikerjakannya.

b. Jika terjadi kecelakaan dalam pelaksanaan pekerjaan, Pihak


Pelaksana/Ketua Tim Pembangunan wajib mengambil tindakan-tindakan
yang terbaik guna keselamatan si korban.

c. Sejumlah obat-obatan untuk pertolongan pertama harus selalu tersedia di


lapangan dalam satu peti P3K dan selalu dalam keadaan siap untuk
dipergunakan.

d. Pihak Pelaksana/Ketua Tim Pembangunan wajib melindungi para


karyawannya dengan jaminan asuransi ketenaga-kerjaan (Astek).

J. Pemakaian Bahan Bangunan

a. Pihak Pelaksana/Ketua Tim Pembangunan harus menyediakan semua


peralatan, bahan dan tenaga pembangunan yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan.

b. Perubahan merek bahan/alat oleh Pihak Pelaksana/Ketua Tim


Pembangunan dan yang telah ditentukan, harus atas persetujuan tertulis
dari Direksi/Konsultan Pengawas, setelah Pihak Pelaksana/Ketua Tim
Pembangunan membuktikan dengan data resmi/sah bahwa bahan
pengganti tersebut benar-benar sekualitas dengan ketentuan semula.

c. Pemberi Tugas berhak untuk menolak setiap peralatan, bahan-bahan


dan tenaga kerja yang tidak cocok untuk pelaksanaan pekerjaan ini
sebagaimana tercantum dalam Dokumen Pelaksanaan, tidak/belum
tersedianya peralatan/bahan/tenaga yang memenuhi persyaratan, tidak
dapat dijadikan alasan kelambatan pekerjaan.

d. Direksi/Konsultan Pengawas berhak untuk menolak setiap hasil

Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)


pekerjaan yang tidak sesuai dengan Dokumen Pelaksanaan dan berhak
menuntut penggantian atau perbaikan yang harus sudah dilaksanakan
selambat- lambatnya 7 (tujuh) hari sejak tanggal Nota Direksi/Konsultan
Pengawas (Surat Teguran) atas hal yang dimaksudkan dikeluarkan. Untuk
bahan/peralatan yang ditolak selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh)
hari telah dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas biaya Pihak
Pelaksana/Ketua Tim Pembangunan.
e. Jika ternyata Pihak Pelaksana/Ketua Tim Pembangunan mengabaikan atau
melalaikan batas waktu yang telah ditentukan diatas, maka Pemberi
Tugas berhak untuk menunjuk pihak lain melakukan pekerjaan
pengganti, perbaikan atau pengeluaran bahan, dimana biaya atas
kerusakan/kehilangan bahan-bahan sepenuhnya ditanggung oleh Pihak
Pelaksana/Ketua Tim Pembangunan.

K. Pengujian Bahàn dan Peralatan

a. Atas biaya Pihak Pelaksana/Ketua Tim Pembangunan, jika perlu


Direksi/Konsultan Pengawas berhak meminta hasil test pengujian bahan
dan peralatan yang akan dibeli didatangkan dari lembaga/laboratoriurn
yang resmi.

b. Bila dari hasil test pengujian ternyata bahan dan peralatan tersebut
tidak memenuhi syarat, maka Pihak Pelaksana/Ketua Tim Pembangunan
harus membatalkan pesanan atas bahan/peralatan tersebut dan segera
menggantinya dengan merek/jenis yang lain.

L. Laporan Harian

a. Pihak Pelaksana / Ketua Tim Pembangunan wajib membuat Laporan


Harian dalam rangkap 4 (empat) yang berisikan keterangan tentang :

❖ Jumlah tenaga kerja

❖ Jumlah bahan yang didatangkan, digunakan, ditolak.

❖ Jenis dan jumlah pekerjaan yang dilaksanakan

❖ Nota/catan/penugasan dari Pengawas.

❖ Pekerjaan tambah/kurang

❖ Kegiatan administrasi (surat menyurat)

Laporan Harian harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi/Konsultan


Pengawas sebelum diedarkan lebih lanjut kepada pihak-pihak yang
bersangkutan.

b. Berdasarkan pada Laporan-laporan Harian tersebut, Direksi/konsultan


Pengawas akan memuat Laporan Mingguan dilengkapi dengan penilaian
Pengawas Lapangan atas kegiatan teknis dan non teknis Pihak
Pelaksana/Ketua Tim Pembangunan. Laporan Mingguan ini kemudian akan
diedarkan kepada Pemberi Tugas, Pimpinan Proyek dan Instansi-instansi
Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)
yang berkaitan.
c. Bentuk Laporan Harian akan diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
Kelalaian Pihak Pelaksana/Ketua Tim Pembangunan untuk membuat
Laporan Harian dianggap sebagai ketidak seriusan Pihak Pelaksana/Ketua
Tim Pembangunan yang akan mengakibatkan dihentikannya pekerjaan
dengan akibat sepenuhnya merupakan tanggung jawab Pihak
Pelaksana/Ketua Tim Pembangunan.

M. Rapat Berkala

a. Rapat berkala untuk membahas masalah pelaksanaan pembangunan akan


diadakan secara rutin (mingguan) dengan dikoordinir dan dipimpin oleh
Direksi/Konsultan Pengawas dan dihadiri oleh instansi-instansi yang
langsung berkaitan.

b. Hasil rapat dituangkan dalam risalah rapat yang disahkan oleh semua pihak
yang hadir. Hasilnya akan menjadi bagian dari Dokumen Pelaksanaan.

c. Pihak Pelaksana/Ketua Tim Pembangunan wajib menyiapkan semua


perlengkapan untuk pengadaan rapat berkala yang akan diadakan oleh
Direksi/Konsultan Pengawas.

N. Photo Dokumentasi

a. Pihak Pelaksana/Ketua Tim Pembangunan wajib mengadakan


pengambilan photo-photo selengkapnya mengenai pelaksanaan
pembangunan dari awal pekerjaan hingga pada penyerahan ke II.

b. Photo-photo tersebut dibuat dalam rangkap 3 (tiga) berbentuk album


dan diserahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas pada setiap
penyelesaian tahapan pembangunan (termijn) sebagai
lampiran/pelengkap dan “Berita Acara untuk Pembayaran Angsuran”.

c. Photo-photo pembangunan tersebut harus mengungkapkan:

1. Kemajuan pembangunan, dari sebelum pembangunan dimulai


sampai dengan kepada tahap-tahap penyelesaian bangunan dan
terakhir pada waktu penyerahan kedua. Untuk itu minimal harus
diambil 4 (empat) titik sudut tetap pengambilan photo keadaan
lapangan pekerjaan “Exterior”.
2. Photo detail dan pekerjaan-pekerjaan sipil, yang akan mengalami
penyelesaian dengan ditutup oleh bahan yang masif.
3. Photo detail bagian bangunan yang penting lainnya sesuai
petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas.

I. PEKERJAAN PERSIAPAN

Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)


• Sebelum pekerjaan dimulai, lapangan pekerjaan terlebih dahulu harus dibersihkan
dari segala kotoran/sampah dan akar – akar kayu.

• Pemasangan Bouwplank dilaksanakan harus siku dan lurus dimana tiang –


tiang bouwplank berdiri tegak dan kuat, ukuran tiang minimal 5/7 cm
dan papan bouwplank bagian atasnya harus diketam rata dan bersih.

• Semua pengukuran terlebih dahulu harus diketahui dan disaksikan oleh


pihak Direksi.

• Pemasangan bouwplank harus dilakukan sebelum pekerjaan tanah dimulai


dan disaksikan oleh Pemberi Tugas.

II. PEKERJAAN TANAH

2.1 Galian Tanah


• Tanah dimana pondasi akan dipasang harus digali sampai mencapai tanah
yang keras, atau minimal harus sama seperti pada gambar bestek.

• Setiap penggalian tanah untuk pondasi selesai dilaksanakan, Pihak Pelaksana


harus memberitahukan kepada Direksi Konsultan untuk mendapat persetujuan.

• Pihak Pelaksana harus menjaga agar seluruh galian tanah tidak digenangi air yang
timbul dari hujan, parit serta mata air lain.

• Pihak Pelaksana harus segera membuang tanah bekas galian yang tidak
diperlukan keluar bangunan.

2.2 Timbunan Tanah


• Bahan urungan yang diperlukan harus dari pasir urug atau tanah pasir yang baik,
banyak mengandung butir – butiran serta tidak banyak mengandung bahan
organik seperti misalnya akar tumbuh – tumbuhan sampah serta bahan – bahan
lainnya.

• Pihak Pelaksana harus mengganti bila terdapat bahan urungan yang tidak baik.

• Sebelum diadakan pengurugan, tanah dipemukiman sedalam lebih kurang 20


cm harus dibuang, kemudian baru diadakan pengurugan.

• Pengurugan dilakukan lapis demi lapis, tanah setebal 20 cm di dapat harus


dibuang, kemudian baru diadakan pengurugan.

Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)


• Tanah urugan harus dibasahi dengan air pada saat dipadatkan.

• Pihak Pelaksanaan harus mengajukan contoh bahan urugan kepada


Direksi/Konsultan, sebelum dan sesudah diadakan pengurugan. Pihak Pelaksana
harus memberi tahukan kepada Direksi/Konsultan untuk mendapatkan
persetujuan.

• Kepadatan timbunan pada lapisan terbawah akan mencapai 95% dari standar
proctor laboratorium pads kadar air optimum dengan pemeriksaan
kepadatan standar.

• Hasil pemadatan tanah akan disetujui oleh Konsultan Supervisi.

2.3 Pasir Urug

• Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan dan timbunan serta alas
pekerjaan- Lantai kerja Beton ( Line Concrete ).

• Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton
non struktural

• Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.

• Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat keringnya.

III. PEKERJAAN PONDASI DAN BATU GUNUNG

3.1 Bahan.
• Batu Gunung.

1. Batu gunung yang dipergunakan adalah dari kualitas baik dari jenis yang
keras (batu granit), tidak berlubang dan forius.

2. Batu gunung tidak boleh mengandung atau menempel tanah dan ukuran
minimal 25 cm sedangkan ukuran maksimal 30 cm.

3. Untuk pekerjaan batu kosong (aanstamping) dipakai ukuran minimal 10 cm


sedangkan ukuran maksimal 15 cm.

Batu gunung yang dipakai harus bermutu tinggi, kuat, bersih, bersudut (tidak
bulat), tanpa retak – retak, dan tidak ada cacat mempengaruhi mutunya. Kwalitas
yang diperlukan adalah agar merata dengan kerapatan penuh (padat), dan harus
begitu kuatnya serta ketahanan sehingga bisa dipakai untuk setiap
maksud yang ditentukan, batu itu hendaknya mempunyai berat jenis tidak
kurang dari 2,6%. Batu

Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)


kali yang dipakai adalah batu sungai yang dibelah atau batu gunung yang
keras. Sama sekali tidak di izinkan memakai batu sungai dalam bentuk bulat
atau batu endapan dan batu yang digunakan harus disetujui mengajukan contoh
batu kepada Direksi Pengawas.

• Pasir pasangan.
Pasir pasangan yang dipakai harus berupa pasir keras, bersih dan sebelum
diaduk dengan semen harus dalam keadaan kering. Pasir yang digunakan
harus disetujui Direksi Pengawas.

• Semen.
Semen yang dipakai adalah porland cement type I dan II (sesuai kebutuhan mutu
beton yang dihasilkan), dan mendapat persetujuan direksi pengawas.
Rekanan hanya diperbolehkan memakai dari satu jenis PC untuk seluruh
pekerjaan.

• Air.
Air yang dipakai untuk mengaduk spesie harus tawar yang bebas dari
larutan – larutan lain yang membahayakan konstruksi. Air yang
dipergunakan harus mendapat persetujuan Direksi Pengawas.

3.2 Penyimpanan Bahan.


Semua batu untuk pasangan yang ditumpuk di tempat kerja harus di atur
penempatannya sedemikian rupa supaya dapat diambil dengan mudah waktu
pengerjaan, dan ditentukan oleh Direksi Pengawas.

• Campuran Adukan.
Campuran adukan spesie batu gunung atau kali adalah 1 pc : 4 pasir.

• Syarat Pengadukan.
a. Kalau pengadukan mempergunakan mixer (mesin pencampur)
pencampurannya harus mendapat persetujuan Direksi Pengawas dan
waktu pencampuran setelah semua bahan – bahan masuk kedalam mixer,
minimum 1,5 menit.

b. Mortal yang dicampur hendaknya hanya cukup untuk sekali pemakaian,


dan semua material – material yang tak dipakai sesudah 30 menit
dari penambahan air kepada campuran tersebut harus dibuang.

• Syarat Pemasangan Batu Gunung / Batu Kali.


a. Pekerjaan–pekerjaan pasangan hendaknya diselesaikan sesuai dengan
bentuk serta ukuran seperti yang dicantumkan pada gambar. Apabila
setelah pekerjaan pasangan diselesaikan ternyata tidak sesuai dengan
bentuk dan ukuran yang diperlihatkan dalam gambar, maka pasangan
tersebut harus dibongkar dan diganti oleh rekanan atas biaya sendiri.

b. Sebelum pasangan batu gunung dikerjakan Pihak Pelaksana/Ketua


Tim Pembangunan Pelaksana akan memastikan galian pondasi sudah

Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)


selesai 100%.

c. Pada lapisan paling dasar diberi lapisan pasir urug setebal minimal 5 cm
atau sesuai dengan Gambar Bestek. Lapisan pasir urug akan dipadatkan
dengan kepadatan yang cukup.

d. Di atas lapisan pasir urug diberi pasangan batu kosong (aanstamping)


dengan ketebalan minimal 10 cm atau sesuai dengan Gambar Bestek.
Permukaan batu kosong akan benarbenar rata dan elevasi dan
akan dibuktikan dengan pekerjaan waterpassing.

e. Jika masalah–masalah lapangan yang tidak sesuai dengan gambar


bestek atau syarat syarat bestek, maka rekanan harus melapor terlebih
dahulu pada Direksi Pengawas.

f. Variasi (perubahan) dalam pondasi, dapat diterima atau diperintah


oleh Direksi Pengawas jika keadaan pada suatu tempat pekerjaan berbeda
dengan keadaan yang diharapkan semula, dan tambahan atau
pengurangan biaya akan diperhitungkan sebagai pekerjaan
tambahan/kurang. Perubahan kedalam atau lebar pondasi tidak diizinkan
tanpa persetujuan Direksi Pengawas.

g. Bentuk dan ukuran pasangan batu gunung akan sesuai dengan


Gambar Bestek.

h. Permukaan hasil pekerjaan pasangan batu gunung akan benarbenar rata


dan hal ini akan dibuktikan dengan pekerjaan waterpassing.

i. Dalam pasangan batu gunung akan ditanam angkur-angkur besi dengan


diameter minimal 10 mm untuk keperluan penjangkaran ke sloof-sloof
bangunan kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.

j. Batu gunung untuk pasangan harus bersih, tanpa kotoran–kotoran


organic atau lain dan dipasang setelah dibersihkan dengan sempurna,
seperti yang telah disetujui oleh Direksi pengawas.

IV. PEKERJAAN BETON BERTULANG


4.1 Lingkup Pekerjaan.

Dalam lingkup pekerjaan ini mutu beton yang digunakan kelas II dengan mutu
beton K175 (14.5 MPA) untuk pekerjaan beton dengan tulangan. Khusus untuk
pekerjaan beton structural dengan tulangan pada konstruksi jembatan menggunakan
mutu beton K250 (21,7 MPA)

4.2 Bahan – bahan.

• Semen.
Digunakan Portland Cement jenis I menurut NI-8 tahun 1972 dan memenuhi S-
400 menurut standard Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen
Indonesia (NI-8 tahun 1972). Semen yang telah mengeras sebagian maupun
seluruhnya dalam satu zak semen, tidak diperkenankan memakaianya sebagai
bahan campuran. Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari

Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)


tempat yang lembab agar semen tidak cepat mengeras. Tempat penyimpanan
semen harus ditinggikan
30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 m, setiap semen baru datang yang masuk
harus dipisahkan dari semen yang telah ada agar pemakai semen dapat
dilakukan menurut urutan pengiriman.

• Kerikil.
Kerikil yang digunakan harus bersih, baik, serta mempunyai gradasi yang
baik sesuai dengan syarat yang tercantum dalam PBI 1971.

• Pasir.
Pasir beton harus berupa butir – butiran tajam dan keras, bebas dari bahan –
bahan organik, lumpur dan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir serta
kekerasan sesuai dengan syarat – syarat yang tercantum dalam PBI 1971.

• Air.
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkalin,
garam, bahan – bahan organik lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan.

Dalam hal ini sebaiknya diambil air bersih yang dapat diminum. Air tawar
yang jernih tidak berbau dan berlumpur.

• Semen
1. Merek semen yang dipergunakan adalah Semen Type I
2. Semen yang telah mengeras sebagian tidak diperkenankan
pengunaannya untuk dipakai.

• Besi Beton.
1. Besi dari baja untuk  <10 mengunakan U = 24  2400 kg/cm2.
2. Harus bersih dari minyak dan bahan lainnya yang dapat mengurangi
daya lekat antara besi dengan beton.
a. Cetakan (bekesting).
Bekesting harus dibuat kuat dan kokoh, tahan terhadap getaran
vibrator dari luar manapun dari dalam, bekesting tidak mengalami
perubahan bentuk, baik sebelum maupun sesudah diadakan
pengecoran, harus kedap air dan menutup semua celah – celah
bekesting.

4.3 Pemasangan dan Cara Kerja.

• Pembersihan cetakan.
Permukaan cetakan dan pemasangan dinding yang akan berhubungan
dengan beton harus dibersihkan dari kotoran dan dibasahi dengan air
bersih sebelum dicor.

• Pengecoran.
Sebelum melaksanakan pengecoran beton pada bagian utama dari
kontruksi, Pihak Pelaksana harus memberitahukan pemberi tugas untuk
mendapat persetujuan. Jika tidak ada pemberitahuan atau persiapan
pengecoran tidak diketahui pemberi tugas maka Pihak Pelaksana dapat
diperintahkan untuk membongkar dan menyingkirkan beton yang atas biaya
Pihak Pelaksana.

• Pengecoran harus selesai sebelum adukan mulai mengental. Serta pengecoran

Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)


tidak boleh dilakukan pada waktu hujan.

• Kolom Praktis.
Pada bagian dinding batas luas 9.00 s/d 12.00 m2 dan pada sudut
pertemuan dinding yang tidak ada kolom penyangga harus dipasang kolom praktis.

• Perawatan.
Semua cetakan dan beton setelah pengecoran harus terus dibasahi
bersama cetakan sebelum dibongkar, terutama 14 hari pertama secara kontinyu
guna untuk mendapat pengerasan beton yang baik.

• Penolakan Pekerjaan Beton.


Pemberi tugas mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang
cacat seperti:
▪ Konstruksi beton keropos,
▪ Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau tidak rata seperti
direncanakan,
▪ Konstruksi beton berisikan kayu atau benda – benda lainnya,

V. PEKERJAAN FINISHING

Lingkup pekerjaan pada bagian ini adalah meliputi pengadaan bahan dan
tenaga kerja untuk pelaksanaan pekerjaan perlindungan terhadap kebocoran,
peningkatan arsitektur, estetika, finishing, beton expose dan pekerjaan pelengkap
lainnya :

5.1 Pekerjaan Peningkatan Arsitektur dan Estetika.

1. Syarat–syarat.
Seluruh pekerjaan harus dikerjakan dengan kualitas baik, rapi dan memenuhi
persyaratan.
2. Bahan–bahan.
Bahan yang diperlukan harus berkualitas baik dan memenuhi ketentuan–ketentuan
dalam peraturan umum bahan bangunan.
3. Tata Cara Kerja.
Seluruh pekerjaan harus dierjakan dengan baik memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan sesuai dengan pasal demi pasal pada RKS ini.

Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)


5.2 Pekerjaan Finishing.

Lingkup pekerjaan ini meliputi penyelesaian pekerjaan/finishing seluruh pekerjaan


beton, tembok dan pekerjaan lainnya yang selayaknya harus difinishing yang sesuai
dengan estetika arsitektural dan gambar rencana. Setiap bagian pekerjaan harus
memberikan hasil yang memuaskan.

PERALATAN

1. Dump Truck

Dump Truck biasa digunakan untuk mengangkut material alam atau hasil galian
dari lokasi quary ke lokasi proyek seperti tanah, pasir, batu split, dan juga material
olahan seperti beton kering pada proyek konstruksi. Umumnya material yang dimuat
pada dump truck oleh alat pemuat seperti excavator backhoe atau loader.

Beberapa pertimbangan penting untuk menentukan pemilihan truck besar atau


truck kecil yang akan digunakan antara lain :

Truck kecil

1. Lebih lincah dalam beroperasi.

2. Lebih mudah mengoperasikannya.


3. Lebih fleksibel terhadap jalan kerja lebih sederhana.

4. Penyesuaian terhadap kemampuan backhoe lebih mudah

5. Jika salah satu truck dalam unit angkut tidak bekerja, tidak ada masalah terhadap
produksi.

6. Lebih banyak supir operatornya


Truck Besar

Keuntungan yang didapat dengan menggunakan truck berukuran besar adalah


sebagai berikut :

1. Untuk kapasitas yang sama dengan truck kecil, jumlah unit truck besar lebih
sedikit.

2. Sopir atau crew yang digunakan lebih sedikit.

3. Cocok untuk angkutan jarak jauh.

4. Pemuatan dari backhoe lebih mudah sehingga waktu yang diperlukan lebih
sedikit.

5. Waktu yang dibutuhkan dump truk untuk mengambil posisi dimuat kembali (TW),
dimana bisa dipekirakan dan ini tergantung dari lokasi pemuatan.

Kapasitas yang digunakan dalam paket ini adalah Truck 4 m3.

Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)


2. Concrete Mixer

Concrete mixer Merupakan sebuah alat untuk memproduksi beton ready mix,
dengan volume yang kecil akan tetapi dari segi kualitas beton tetap seragam dan sesuai
proporsi material yang telah ditentukan dalam desain mix.

Secara Umum Sebuah Concrete mixer Merupakan alat yang menggabungkan semen
secara agregat seperti pasir atau kerikil, dan air untuk membentuk beton. Sebuah
Concrete mixer menggunakan drum berputar untuk mencampur komponen. Untuk
volume yang lebih kecil biasa menggunakan mixer beton portabel sehingga beton
dapat dibuat di lokasi konstruksi.

3. Concrete Vibrator

Concrete Vibrator Merupakan sebuah alat untuk Pemadatan beton dengan system
pengetaran sehingga adukan beton yang dituangkan pada cetakan merata untuk mencapai
mutu beton yang maksiumal. Kapasitas yang digunakan yaitu 5,5 Hp

PERSONEL MANAJERIAL

Personel Manajerial adalah tenaga ahli atau tenaga teknis yang ditempatkan sesuai
penugasan pada organisasi pelaksanaan pekerjaan. Personel manajerial merupakan
salah satu persyaratan teknis pada tender pekerjaan konstruksi yang harus dipenuhi.

Untuk pekerjaan kualifikasi Usaha Kecil memiliki kemampuan menyediakan


personel manajerial untuk pelaksanaan pekerjaan, yaitu:

No. Jabatan Pengalaman Kerja Sertifikat Kompetensi Kerja


dalam Profesional
Pekerjaan (Tahun)

1. Pelaksana Maksimal 2 Tahun Pelaksana Saluran Irigasi (TS 031)

2. Petugas 0 Tahun Sertifikat Petugas K3


Keselamatan
Konstruksi

Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)


Pelaksana Saluran Irigasi (TS 031)

Sertifikat Keterampilan Kerja (SKT) TS 031 Pelaksana Saluran Irigasi adalah salah
satu bidang dari Sertifikat Keterampilan (SKT). Sertifikat Keterampilan (SKT) itu
sendiri adalah sertifikat yang diterbitkan LPJK dan diberikan kepada tenaga
terampil konstruksi yang telah memenuhi persyaratan kompetensi berdasarkan
disiplin keilmuan, kefungsian dan/atau keterampilan tertentu.

Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Saluran Irigasi (TS 031)

Menganalisa gambar desain dan spesifikasi teknis saluran

irigasi.

1. Menganalisa gambar desain dan lingkup pekerjaan yang berhubungan


dengan quarry, bahan, jalan kerja, kondisi tanah, kondisi lapangan.
2. Menentukan bahan dan alat yang akan dipergunakan.

Membuat program kerja mingguan berdasarkan rencana kerja induk

1. Membuat rencana kerja harian dan mingguan


2. Menyusun rencana kebutuhan peralatan bahan dan tenaga kerja
3. Membuat program bimbingan teknis mitra kerja

Melaksanakan persiapan lapangan sesuai lingkup pekerjaan

1. Melakukan survey dan staking out bersama juru ukur


2. Menyiapkan peralatan pendukung bahan dan tenaga kerja

3. Menyiapkan jalan kerja, barak kerja, gudang bahan


4. Menyiapkan lokasi pengujian

Mengadakan bimbingan teknis pada mitra kerja

1. Menyiapkan materi bimbingan teknis sesuai dengan lingkup pekerjaan


2. Memberikan bimbingan dan memberi contoh dalam pembuatan serta ukuran
tiap jenis pekerjaan sesuai spesifikasi dan metode kerja

Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)


Melaksanakan pekerjaan saluran irigasi sesuai dengan shop drawing
spesifikasi teknik metode kerja dan K3

1. Mengajukan permohonan izin untuk memulai pelaksanaan pekerjaan


2. Mengatur pelaksanaan pekerjaan dilapangan dengan memperhatikan biaya,
mutu, waktu dan K3
3. Memeriksa pekerjaan sesuai instruksi kerja yang telah ditetapkan
4. Melakukan evaluasi hasil kerja dilapangan
5. Membuat laporan harian dan mingguan pelaksanaan pekerjaan
6. Membuat program penyesuaian dan melakukan tindakan perbaikan apabila
terjadi keterlambatan dan penyimpangan.

Melakukan pemeriksaan dan memproses berita acara kemajuan fisik


pekerjaan sub kontraktor/mandor

1. Melaksanakan pemeriksaan dan pengukuran bersama hasil pekerjaan


dilapangan
2. Membuat berita acara hasil pemeriksaan dan pengukuran sebagai dasar
pembayaran sub kontraktor/mandor

Melakukan koordinasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan dilapangan

1. Menyelenggarakan koordinasi dengan sub kontraktor/mandor


2. Mengikuti rapat rutin mingguan
3. Melakukan koordinasi dengan pihak luar

PETUGAS P3K

Petugas P3K di tempat kerja adalah pekerja/buruh yang ditunjuk oleh perusahaan
dan diserahi tugas tambahan untuk melaksanakan P3K di tempat kerja.
Fasilitas P3K di tempat kerja adalah semua peralatan, perlengkapan, dan bahan yang
digunakan dalam pelaksanaan P3K di tempat kerja.

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat kerja selanjutnya disebut dengan P3K
di tempat kerja adalah upaya memberikan pertolongan pertama secara tepat kepada
pekerja dana tau orang lain yang berada di tempat kerja, yang mengalami sakit/cidera
di tempat kerja.

Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)


Petugas P3K di tempat kerja mempunyai tugas dan tanggung jawab:

1. Melaksanakan tindakan P3K setiap terjadi kecelakaan di tempat kerja


2. Merawat fasilitas P3K di tempat kerja
3. Mencatat semua kegiatan P3K di tempat kerja
4. Melaporkan kegiatan P3K di tempat kerja

Rencana Kerja Dan Syarat (RKS)

Anda mungkin juga menyukai