KEGIATAN
PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSMIGRASI
( PPKTRANS )
PEKERJAAN
PEMBANGUNAN JALAN, JEMBATAN KAYU, GORONG - GORONG
DAN PEMAKAMAN UMUM
LOKASI TANJUNG BUKA SP. 6B KAB BULUNGAN
1. LATAR BELAKANG
Dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang berkaitan
erat dengan peningkatan perekonomian bagi masyarakat di Kabupaten Bulungan, maka
diperlukan adanya sarana dan prasarana Pembangunan yang memadai. Sarana dan
prasarana tersebut berupa akses Pembangunan Jalan, Jembatan Kayu, Gorong - Gorong
Dan Pemakaman Umum dalam kesatuan sistem Pembangunan Jalan, Jembatan Kayu,
Gorong - Gorong Dan Pemakaman Umum merupakan prasarana utama sektor
Pembangunan yang mempunyai peranan penting dalam mendukung terwujudnya sasaran
pembangunan nasional terutama dalam mendukung kegiatan pengembangan sektor
produksi dan jasa serta pengembangan suatu wilayah sehingga terwujud keselarasan
pembagian dan kesesuaian pertumbuhan wilayah regional, perkotaan dan pedesaan yang
diselenggarakan secara holistic, berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan
memberdayakan masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Bulungan, dalam hal ini mempunyai perhatian khusus terhadap
Pembangunan Jalan, Jembatan Kayu, Gorong - Gorong Dan Pemakaman Umum yang
menghubungkan antara pusat-pusat kegiatan perekonomian. Kebijakan tersebut ditempuh
dengan langkah-langkah yang salah satunya adalah membangun dan meningkatkan
infrastruktur untuk mendorong dan memacu perkembangan ekonomi dan investasi.
Untuk menunjang program tersebut, Dinas Trasnmigrasi Dan Tenaga Kerja Kabupaten
Bulungan telah memprogramkan PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN
TRANSMIGRASI ( PPKTRANS ) Tahun Anggaran 2022.
3. TARGET/SASARAN
Target/sasaran yang ingin dicapai dalam pekerjaan konstruksi ini adalah :
Pembangunan Jalan, Jembatan Kayu, Gorong - Gorong Dan Pemakaman Umum
b. Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan terletak di Tanjung Buka SP. 6B
Kabupaten Bulungan.
9. TENAGA AHLI
Daftar personil inti yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan dengan kualifikasi
keahlian antara lain :
a. Pelaksana Lapangan
Satu orang berpengalaman sebagai Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan Kode TS
028 pada pekerjaan sejenis minimal 2 tahun dan dibuktikan surat keterangan dari
pemberi kerja (Referensi) melampirkan sertifikasi “Pelaksana Bangunan
Perumahan/Permukiman” yang masih berlaku serta ijazah akademis yang dilegalisir
oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan yang berlaku, bukti
fotocopy KTP, Ijasah, SKK/,NPWP, dan surat keterangan pengalaman
kerja/referensi kerja dari pemberi kerja.
Catatan :
Untuk personil Inti diwajibkan melampirkan Ijazah, SKK/Sertifikat (Asli),
Pengalaman diwajibkan menggunakan Curiculum Vitae beserta surat
keterangan dari pemberi pekerjaan, NPWP dan KTP (Untuk meminimalkan
pemalsuan data).
1. Umum
a. Seksi ini mencakup ketentuan-ketentuan penanganan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) konstruksi kepada setiap orang yang berada di tempat kerja
yang berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan
kerja konstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja.
b. Penanganan K3 mencakup penyediaan sarana pencegah kecelakaan kerja dan
perlindungan kesehatan kerja konstruksi maupun penyediaan personil yang
kompeten dan organisasi pengendalian K3 Konstruksi sesuai dengan tingkat resiko
yang ditetapkan oleh Pengguna Jasa.
c. Penyedia Jasa harus mengikuti ketentuan-ketentuan pengelolaan K3 yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 09/PRT/M/2009 tentang
Pedoman Sistem Manjemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan Pedoman Pelaksanaan K3 untuk Konstruksi
Jalan dan Jembatan No. 004/BM/2006 serta peraturan terkait lainnya.
f. Penyedia Jasa harus melakukan tinjauan ulang terhadap RK3K (pada bagian yang
memang perlu dilakukan kaji ulang) setiap bulan secara berkesinambungan
selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi berlangsung.
g. Direksi Pekerjaan dapat sewaktu-waktu melaksanakan inspeksi K3 Konstruksi.
BAB 2
PEKERJAAN PERSIAPAN
Pasal 1
PEKERJAAN PERINTISAN DAN PENGUKURAN
1. Lingkup Pengukuran
a. Pekerjaan pengukuran meliputi pekerjaan pemetaan situasi batas areal pekerjaan
pembukaan lahan (land clearing), pengukuran dilakukan untuk seluruh areal. Pekerjaan
ini wajib dilakukan meskipun patok-patok batas pembukaan lahan lengkap tersedia di
lokasi. Pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan berpedoman pada Bench Mark
Utama dan Patok Batas Pembukaan Lahan (BPL) hasil desain RTUPT/RTSP yang dibuat
untuk lokasi tersebut.
b. Pekerjaan pengukuran merupakan kewajiban Pelaksana Fisik. Dalam hal ini
pelaksanaannya dilakukan oleh tenaga Pengawas Teknik, maka biaya pengukuran
dibebankan kepada Pelaksana Fisik.
c. Hasil pengukuran dan penggambaran tersebut merupakan control atas gambar
petasituasi yang diperoleh dari kegiatan Desain RTUPT/RTSP. Segala perbedaan yang
mungkin timbul harus segera diinformasikan kepada Pengawas Teknik atau Kegiatan.
d. Siapapun pelaksana pengukuran, hasil pengukurannya harus diarsipkan sedemikian
rupa sehingga dapat diperiksa ulang oleh pihak Pengawas Teknik maupun Kegiatan jika
dipandang perlu. Setelah pemeriksaan tersebut, pihak Kegiatan, Pelaksana Fisik dan
Pengawas Teknik menandatangani gambar petasituasi yang dihasilkan. Gambar peta
yang telah disahkan tersebut menjadi acuan bagi Kegiatan, Pelaksanan Fisik dan
Pengawas Teknik dalam pelaksanaan dan pengendalian pekerjaan.
2. AlatUkur
Alat ukur yang digunakan adalah alat-alat standar untuk keperluan pemetaan situasi; roll
meter dan seperangkat Theodolite (sekurang-kurangnya T0).
3. Juru Ukur
Tenaga pelaksanan pengukuran adalah tenaga yang mampu untuk mengkoordinir
pelaksanaan pengukuran di lapangan, mengolah data dan melakukan penggambaran hasil
pengukuran dalam bentuk petasituasi berskala.Kapasitas kerja juru ukur disesuaikan dengan
luas areal yang akan dibuka dengan sekurang-kurangnya 1 juru ukur dibantu oleh
pembantu juru ukur.
4. Persyaratan Teknis Pengukuran
Pengukuran batas-batas pembukaan lahan merupakan pengukuran pengikatan posisi
horisontal yang dapat dilakukan dengan metode poli gonter control pada sudut maupun
jaraknya.Persyaratan teknis yang diterapkana dalah sebagai berikut:
a. Pengukuran polygon terkontrol dilakukan dari titik datum tersebut ketitik awal
pengukuran. Sebagai titik pengukuran ini dipilih dari Bench Mark Utama desain
RTUPT/RTSP atau dari patok batas pembukaan lahan yang terdekat dengan BM. Jalur
pengukuran ini harus berupa kring tertutup.
b. Sudut-sudut polygon diukur dengan alat ukur sudut dengan ketelitian 30 detik, masing-
masing sebanyak satu seri ganda (B-B-LB-LB). Selisih bacaaan sudut biasa dan luar
biasa tidak boleh lebih dari 10 detik.
c. Sisi-sisi polygon diukur dengan menggunakan pita ukur, masing-masing sebanyak satu
seri (pergi-pulang) dan dikontrol dengan hasil ukuran jarak secara optis.
d. Kontrol sudut didapatkan dengan melakukan pengukuran azimuth matahari pada awal
dan akhir pengukuran dan pada setiap selang maksimum 50 stasiun. Pengamatan
dilakukan sebanyak masing-masing dua seri pada pagi dan sore hari. Ketelitian
pengukuran azimuth matahari tidak kurang dari 30 detik.
e. Persyaratan teknis lain yang harus dipenuhi adalah
Alat ukur sudut yang dipakai Theodolite T0 (ketelitian 30 detik) atau setara.
Alat ukur jarak yang digunakan adalah pita ukur stylon atau yang setara.
Kesalahan penutup sudut tidak melebihi 4 menit n eksponen ½, dimana n = jumlah
titik poligon.
Kesalahan penutup linier tidak melebihi 1/2500.
Kesalahan penutup beda tinggi tidak boleh lebih dari 60 D (Km) eksponen ½ (mm)
dimana D adalah jumlah jarak pengukuran dalam Km.
5. Penggambaran Pengukuran
Penggambaran hasil pengukuran dilakukan oleh tenaga ahli geodesi atau surveyor yang
mengkoordinir pelaksanaan pengukuran tersebut. Gambar ini dibuat dengan skala 1:500,
dengan system proyeksi peta UTM (Universal Transverse Merchator) dan selanjutnya dapat
digunakan sebagai pedoman dalam pengelolaan pelaksanaan lebih lanjut. Diakhir masa
pelaksanaan, apabila tidak ada perubahan pada pelaksanaan, setelah gambar tersebut
ditandatangani oleh pihak Pengawas Teknik dan wakil Kegiatan dapat digunakan sebagai
peta pemantauan dan gambar hasil pelaksanaan (as built drawing/ ABD).
6. Pelaksana Fisik diharuskan mengadakan pengukuran pada jalur jalan (lokasi jalan) sesuai
dengan gambar atau petunjuk Pengawas Teknis.
Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan antara lain:
a. Pengukuran arah memanjang, dengan membuat patok-patok yang kuat dan diberi
nomor yang jelas, tidak terkena badan jalan serta mudah dilihat/diketahui dengan jelas
jarak dari patokkepatok, dibuat 3 (tiga) jenis yaitu untuk jarak 50 meter diberi cat warna
kuning, 100 meter cat warna merah dan untuk jarak 1.000 meter cat warna putih.
b. Pengukuran harus menghasilkan penampang memanjang, lantai sumbu jalan dan
penampang melintang lengkap dengan profil badan jalan yang sudah ada.
c. Untuk pengukuran profil melintang jalan yang sudah ada paling sedikit diadakan
pengukuran tinggi pada 3 (tiga) titik.
d. Semua tanda-tanda/patok-patok di lapangan harus tetap dipelihara dan dijaga dengan
baik oleh pelaksana fisik. Apabila ada tanda-tanda/patok-patok yang rusak harus segera
diganti dengan yang baru dan telah disetujui pemasangannya kembali oleh Pengawas
Teknik.
e. Hasil-hasil pengukuran harus digambarkan dan dapat diperbanyak setelah mendapat
persetujuan kembali oleh Pengawas Teknik.
8. Pekerjaan tersebut di dalam ayat 6 dan ayat 7 butir a, b, c harus seluruhnya telah
mendapat persetujuan dari Pengawas Teknik sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan
selanjutnya, sehingga Pengawas Teknik dapat melakukan revisi apabila dianggap perlu dan
Pelaksana Fisik harus mengerjakan revisi tersebut sesuai dengan petunjuk Pengawas Teknik
tanpa memungut biaya tambahan.
Pengawas Teknik dapat mempersiapkan segala sesuatu yang perlu untuk melakukan
pengawasan.
Pasal 2
PERKUATAN KONSTRUKSI DAN MOBILISASI
1. Perkuatan Konstruksi
a. Yang dimaksud perkuatan konstruksi adalah usaha memberikan konstruksi tambahan
pada konstruksi yang telah ada agar dalam rangka mobilisasi alat-alat berat,
perlengkapan, material untuk keperluan kegiatan, konstruksi yang sudah ada tersebut
tetap dalam keadaan semula dan tetap berfungsi sebagaimana mestinya.
b. Pelaksana Fisik bertanggungjawab untuk selama masa pelaksanaan kegiatan atas
segala kerusakan dan kerugian pada pemasangan perkuatan konstruksi serta kerusakan
dan kerugian yang ditimbulkan oleh pihak ketiga.
c. Dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empatbelas) hari setelah penandatanganan Surat
Perintah Kerja, rencana gambar kerja dan pengaturan kerja untuk pelaksanaan
perkuatan konstruksi itu sudah harus diserahkan kepada Pengawas Teknik.
d. Apabila dipandang perlu, maka Pengawas Teknik dapat mengadakan perbaikan-
perbaikan atas rencana tersebut. Pengawas Teknik selambat-lambatnya 10 (sepuluh)
hari setelah pengajuan rencana akan memberikan ijin kepada Pelaksana Fisik untuk
memulai pekerjaan perkuatan konstruksi.
2. Mobilisasi
Guna kelancaran pelaksanaan pekerjaan, maka ditetapkan batas waktu mobilisasi alat dan
tenaga sampai kelokasi kegiatan sesuai dengan Rencana Kerja Induk seperti ditentukan pada
Bab 1 Pasal 4 spesifikasi ini. Apabila terjadi kelambatan dalam pelaksanaan mobilisasi, akan
dikenakan sanksi berupa peninjauan kembali pemberian pekerjaan.
BAB 3
PEMBUATAN JALAN
Pasal 3
PENJELASAN UMUM
Pasal 4
PEMBERSIHAN BADAN JALAN
Pembersihan Badan Jalan untuk jalan Penghubung Jalan Poros selebar 20 meter dan untuk
jalan desa selebar 10 m. Pekerjaan ini meliputi pembersihan segala macam tumbuhan, pohon-
pohon, semak-semak, sampah-sampah, pencabutan seluruh tunggul-tunggul dan akar-akar
serta sisa konstruksi dan sisa-sisa material lainnya dengan menggunakan peralatan dozer dan
chain saw.
Pasal 5
PENGUPASAN LAPISAN TANAH ATAS (TOP SOIL)
Pengupasan Top Soil untuk jalan Penghubung / Poros lebar 7.50 m dan untuk jalan desa lebar
4.5 m. Pada umumnya pekerjaan pembuangan lapisan tanah atas ini mencakup hanya
pekerjaan membuang tanah humus (Top Soil). Pembuangan tanah dan akar-akar tidak boleh
kurang dari ketebalan 20 cm dari permukaan tanah asli atau sesuai petunjuk Pengawas
Teknik.Pekerjaan pembuangan lapis humus dan akar-akar dilakukan baik untuk daerah galian
maupun daerah timbunan.Setelah pekerjaan tersebut selesai barulah dilakukan pemadatan
sampai mencapai tingkat pemadatan yang disyaratkan. Bekas-bekas galian tersebut di atas
dibuang dan diratakan dalam bentuk lapisan tipis di daerah-daerah yang tidak diperuntukkan
bercocok tanam dan tidak boleh di lahan pekarangan serta lahan usaha.
Pasal 6
GALIAN
2. Melakukan galian / pemotongan tebing-tebing kanan - kiri untuk mendapatkan lebar badan
jalan yang direncanakan dengan kemiringan 1 : 2 atau sesuai dengan petunjuk Pengawas
Teknik.
3. Melakukan galian / pemotongan pada puncak pendakian, sebelum mulai menurun harus ada
daerah jalan yang rata minimum sepanjang 30 meter begitu pula pada akhir penurunan
sebelum pendakian.
4. Pemotongan tebing harus dilakukan dengan rapi dan langsung dibentuk badan jalan sesuai
dengan gambar rencana. Tanah bekas galian harus ditempatkan dan diratakan pada daerah
yang ditentukan oleh Pengawas Teknik.
5. Bekas galian sebagian ditimbunkan pada badan jalan disekitarnya dan sebagian lainnya
dipindahkan ke tempat yang agak jauh yang memerlukan penimbunan.
Pasal 7
TIMBUNAN
1. Bagian-bagian yang rendah harus ditimbun sampai mencapai ketinggian yang ditentukan.
Tanah timbunan berasal dari hasil galian badan jalan (timbunan setempat) atau
didatangkan dari luar (BorrowPit) dengan syarat harus cukup baik bebas dari sisa-sisa
rumput, akar-akaran dan lain-lain dan dapat mencapai nilai CBR minimum 4 % rendam air,
dalam hal ini harus mengikuti petunjuk-petunjuk Pengawas Teknik.
2. Pada tempat-tempat yang tanahnya lembek harus diadakan perbaikan tanah terlebih
dahulu. Tanah yang lembek dibuang untuk diganti dengan tanah yang baru, sehingga
memenuhi persyaratan dengan persetujuan Pengawas Teknik. Dasar badan jalan yang
basah (rawa, lumpur) dapat menggunakan knoppel (gambangan/para-para/meting) dari
kayu tahan air (kayu gelam atau sejenisnya) yang disusun sepanjang jalan yang sangat
lembek, kemudian baru ditimbun dengan tanah ayang sesuai petunjuk Pengawas Teknik.
3. Penimbunan harus dilakukan lapis demi lapis setebal maksimum 20 cm padat setiap
lapisnya. Penggilasan tiap lapis harus dilakukan pada Kadar Air Optimum dan mencapai
kepadatan 98 % dengan pemeriksaan kepadatan standar PB.011(1)76, (AASHTO-99-74,
ASTM D-698-70), Manual Pemeriksaan Badan Jalan No. 01/MN/BM/197(6). Untuk lapis yang
paling atas/akhir kepadatan harus mencapai angka 100 %. Pada timbunan yang tinggi,
pelaksanaannya dibuat bertangga agar tidak mudah longsor sesuai petunjuk Pengawas
Teknik.
Pasal 8
PENYIAPAN BADAN JALAN/TANAH DASAR
1. Pekerjaan pembentukan badan jalan disertai dengan pekerjaan pemadatan badan jalan
sampai mencapai angka kepadatan yang disyaratkan dan disetujui oleh Pengawas Teknik.
2. Kemiringan / landai potongan melintang dan memanjang badan jalan harus benar-benar
dikerjakan menurut gambar rencana dengan keharusan membuat permukaan badan jalan
yang segera dapat mengalirkan air hujan (tidak boleh terdapat genangan-genangan air di
permukaan badan jalan). Tingkat kemiringan arah melintang:
a. 4 % untuk bagian perkerasan jalan
b. 6 % untuk bahu jalan
3. Pemadatan badan jalan dilakukan lapis demi lapis setebal maksimum 20 cm untuk setiap
lapis dan pada bagian galian harus mencaai kepadatan 95 % dari maksimum kepadatan
yang diselidiki menurut pemeriksaan kepadatan standar PB.011(1)76, (AASHTO-99-74,
ASTM D-698-70), Manual Pemeriksaan Badan Jalan No. 01/MN/BM/197(6).
4. Dinding tebing terpotong di kiri - kanan jalan harus dirapikan dengan kemiringan maksimum
60 derajat dan pada ketinggian tebing 2 meter dibuat bertangga atau sesuai dengan
gambar rencana.
5. Kemungkinan didapatkannya tanah dasar galian yang tak memenuhi persyaratan dalam
pekerjaan galian, maka harus diadakan penggantian tanah dasar dengan CBR minimum 4 %
rendam air (soaked) setebal 20 cm dan apabila terdapat galian berbatu pelaksanaannya
harus mendapat petunjuk Pengawas Teknik dan Pihak Direksi.
Pasal 9
PARIT JALAN DAN PENGALIRAN AIR
1. Parit jalan dibuat sesuai dengan gambar rencana atau kedalaman parit tidak boleh lebih
rendah dari parit pembuangan di sekitarnya atau menurut pengarahan dan petunjuk
Pengawas Teknik.
2. Pembuangan air dari parit jalan dibuat pengaliran air ( saluran pembuang) sesuai dengan
kebutuhan keadaan lapangan. Jarak antara pengaliran air dibuat sependek mungkin dengan
jarak minimal 50 meter, tergantung kondisi lapangan dan sesuai petunjuk Pengawas Teknik.
3. Pada tikungan-tikungan jalan di daerah galian bagian dalam tikungan terutama yang
bertebing tinggi harus dibuat saluran pembuangan air asal parit jalan yang cukup baik
(kalau diperlukan dapat digunakan gorong-gorong).
4. Guna lebih mengetahui tempat-tempat dimana air hujar dapat dialirkan dengan sempurna,
Pelaksana Fisik disertai Pengawas Teknik wajib mengadakan peninjauan/pemeriksaan di
jalan pada waktu hujan.
Pasal 10
LAPIS PERKERASAN SUB BASE
1. Apabila pekerjaan pembentukan badan jalan dinyatakan selesai, atas perintah dan
persetujuan Pengawas Teknik dibuat lapis pekerasan jalan.
2. Tebal lapis perkerasan ditetapkan 15 cm padat untuk jalan penghubung/poros dengan lebar
4.50 meter dan 5 cm padat untuk jalan desa dengan lebar 3 m.
Pasal 11
PENGENDALIAN MUTU (Quality Control)
1. Pengendalian mutu pada tahap pelaksanaan pembuatan jalan dilaksanakan untuk setiap
200 meter, apabila dianggap perlu Pengawas Teknik dapat menambah jumlah pemeriksaan.
2. Sebelum dimulai pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya ( baik untuk tanah timbunan
maupun lapis perkerasan), Pelaksana Fisik harus mengadakan percobaan pemadatan atas
petunjuk Pengawas Teknik sebagai berikut:
a. Bahan yang akan dipadatkan terlebih dahulu dihampar setebal 15 cm atau 20 cm, lebar
setengah jalur perkerasan dan paling sedikit sepanjang 45 meter yang dibagi-bagi
menjadi 3 bagian. Tiap-tiap bagian dipadatkan dengan mesin gilas (minimum 6 ton)
masing-masing sebanyak 8 lintasan.
b. Selanjutnya pada setiap bagian dilakukan pemeriksaan pemadatan digambarkan pada 3
(tiga) titik. Hasil pemeriksaan pemadatan digambarkan pada grafik dengan sumbu-X
mengambarkan jumlah lintasan dan sumbu-Y mengambarkan kepadatan kering yang
dicapai.
3. Persyaratan Bahan:
Bahan yang digunakan untuk lapis perkerasan jalan harus memenuhi persyaratan sub base
klas C seperti yang tercantum dalam gambar rencana. Bahan lapis perkerasan jalan terdiri
dari campuran batu atau kerikil pecah atau kerikil dengan pasir, lanau dan lempung yang
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Persyaratan Mutu : Kadar Lempung/Sand Equivalent (AASHTO T-76) maksimum 25.
b. Kehilangan abrasi dengan mesin Los Angelos (MPBJ PB.0206-76, AASHTO-96),
maksimum 40.
c. Kepadatan kering maksimum (AASHTO T-180) minimum 2.9 Gr/cu.cm
d. CBR minimum 30 %.
e. Persyaratan Gradasi (MPBJ PB.201-76)
Ukuran %
Keterangan
Saringan Berat Lolos
4. Bila terjadi kondisi lapangan tidak sesuai dengan gambar rencana dan tidak dapat
dilaksanakan, maka dapat dilakukan perubahan desain atau relokasi dengan persetujuan
Pengawas Teknik.
Pasal 12
PENGUKURAN HASIL KERJA DAN PEMBAYARAN
2. Dasar Pembayaran
Pembayaran hasil pelaksanaan jalan akan dibayar sesuai dengan prestasi pekerjaan
berdasarkan hasil pengukuran lapangan dan tergambar pada peta monitoring jalan,
menurut mata pembayaran sebagai berikut:
BAB 4
PEMBUATAN GORONG – GORONG KAYU
Pasal 13
PEMBUATAN
1. Gorong - Gorong kayu yang dipakai adalah Gorong - Gorong balok kayu yaitu Gorong -
Gorong kayu menggunakan balok persegi sebagai gelagar utama Gorong - Gorong. Gorong
- Gorong dibuat dengan panjang yang bervariasidari 1 sampai 2 meter. Untuk Gorong -
Gorong yang mempunyai bentang lebih dari satu, setiap bentang dibuat maksimum 2
meter.
2. Tinggi lantai Gorong - Gorong di sesuaikan dengan ketinggian muka air banjir minimal 1
meter di atasmuka air banjir.
3. Letak as Gorong - Gorong diusahakan agak tegak lurus alur sungai, sedangkan trase jalan
menyesuaikan as Gorong - Gorong.
4. Semua pengukuran–pengukuran harus dilaksanakan dengan teliti/cermat menurut gambar-
gambar rencana di bawah pengawasan dan petunjuk Pengawas Teknik.
5. Gambar rencana adalah gambar desain standar (typical) yang diterbitkan oleh Direktorat
Penyiapan Lahan Permukiman pada tahun anggaran berjalan atau desain yang dibuat
secara khusus oleh instansi perencana untuk lokasi pekerjaan yang dimaksud.
6. Lebar Gorong - Gorong 1 meter termasuk balok kerb kanan kiri (periksagambar).
7. Panjang Gorong - Gorong disesuaikan kebutuhan lapangan.
8. Bahan/material kayu untuk pembuatan Gorong - Gorong, harus mendapat persetujuan dari
Pengawas Teknik terlebih dahulu sebelum dipergunakan.
9. Pembuatan Gorong - Gorong kayu dibangun sesuai dengan gambar rencana.
Pasal 14
PEKERJAAN TANAH / OPRIT
1. Pekerjaan tanah meliputi penggalian dan penimbunan pada kepala Gorong - Gorong dan
oprit. Penimbunan dilakukan dengan tanah yang baik dan harus bersih dari sisa-sisa akar,
daun serta batang kayu dan disetujui oleh Pengawas Teknik.
2. Sebelum penimbunan dilaksanakan permukiman tanah dasar harus dibersihkan.
3. Penimbunan harus dilakukan lapis demi lapis setebal maksimum 20 cm dipadatkan pada
setiap lapis.
4. Oprit Gorong - Gorong dibuat maksimum sepanjang 3 meter (satu - sisi) dari kepala Gorong
- Gorong dengan kelandaian maksimum 2 % kemudian diberi perkerasan dengan
lateritatausirtu setebal 15 cm padat dan digilas untuk mendapatkan lapisan yang padat dan
permukaan yang rata, kecuali pada Gorong - Gorong tertentu dimana keadaan setempat
menghendaki opritnya lebih dari 3 meter akan ditentukan kemudian di lokasi pekerjaan
(pada waktu pelaksanaan). Bahan perkerasan yang dipergunakan adalah tanah puru
(laterit) atau sirtu harus sama dengan kualitas bahan perkerasan jalan.
Pasal 15
PEKERJAAN KAYU
6. Gorong - Gorong harus dibuat dari kayu mutuk lasawet dan kuat I sesuai standar PKKI dan
disetujui oleh Pengawas Teknik dengan syarat-syarat:
a. Kayu harus baik, cukup tua, kering dan tidak banyak mata atau lobang dan cacat. Kayu
tersebut dapat diperoleh di antaranya dari hasil pembukaan lahan ( land clearing).
b. Baut, paku dan bahan penyambung lainnya yang dipergunakan harus berkualitas baik
dengan ukuran sesuai dengan yang dibutuhkan dalam gambar.
i. Ikatan antara bangunan atas dan bangunan bawah:
Sambungan kayu dengan kayu dilakukan dengan system sambungan konstruksi
kayu. Balok-balok dibaut pen (drift bolt) pada balok tumpuan di pangkal dan
pilar.
Untuk mengatasi kemungkinan jembatan terangkat pada waktu banjir dapat
diperkuat dengan baja strip dan angkur ke pondasi.
ii. Gelagar
Gelagar memanjang dan melintang dibuat dari kayu persegi atau sesuai dengan
gambar.
Hubungan antara gelagar memanjang dengan gelagar-gelagar melintang baik
pada kepala jembatan atau pilar dengan baut/baut, pen/paku jembatan dan
diperkuat dengan baja strip/sengkang.
iii. Lantai Gorong - Gorong
Lantai Gorong - Gorong dari papan kayu dengan ukuran tebal 2.5 cm (2.5 x 18)
dipasang tegak lurus dengan gelagar memanjang.
Hubungan lantai Gorong - Gorong dengan gelagar utama dipakai paku Gorong -
Gorong /baut dan antara papan satu dengan yang lain dibuat jarak 1 cm agar
kotoran/air yang ada di atas Gorong - Gorong bias lolos untuk menjaga
keawetan lantai.
PROGRAM PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSMIGRASI ( PPKTRANS )
15
Pasal 16
PEKERJAAN PANCANG
Pekerjaan pancang terdiri dari pemancangan tiang-tiang untuk kepala Gorong - Gorong, pilar
turap atau pilar sayap.Ketentuan Pelaksanaan:
1. Sebelum penumbukan tiang dimulai harus terlebih dahulu diberitahukan kepada Pengawas
Teknik untuk mendapat ijin memulai penumbukan.
2. Perancah tumbuk (heilstelling) harus dibuat cukup kuat.
3. Kepala tiang yang ditumbuk harus diberi cincin besi. Tiang yang ditumbuk bila kepala kayu
pecah-pecah /hancur maka penumbukan harus dihentikan dan setelah kepala kayu dipotong
kemudian ditumbuk lagi.
4. Apabila kayu satu batang setelah ditumbuk dapat habis masuk kedalam tanah, maka dibuat
tiang sambungan (disambung).
5. Penumbukan dapat dihentikan apabila dalam 10 tumbukan terakhir dengan menggunakan
besi tumbuk sebesar 500 kg dengan tinggi penumbukan ( slag) 1 M, maksimum masuk 0.50
cm.
6. Bila terdapat kelainan keadaan tanah hingga tiang dengan mudah masuk kedalam tanah,
atau apabila dasar sungai terdiri dari batu-batu kerikil yang sulit untuk ditembus tiang
pancang, maka Pelaksana Fisik harus segera memberitahukan kepada Pengawas Teknik
untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut.
7. Bila Gorong - Gorong telah selesai dan ternyata ada penurunan dalam waktu “masa
pemeliharaan” maka Pelaksana Fisik harus memperbaiki sesuai petunjuk Pengawas Teknik.
Pasal 17
PEKERJAAN LAIN-LAIN
1. Membuat Gorong - Gorong darurat pada jalan penghubung baru dan jalan poros baru, serta
gorong-gorong darurat di jalan poros baru.
2. Membuat tanda-tanda pengaman pada kedua pangkal Gorong - Gorong dengan konstruksi
dari balok kemudian dicat dengan warna putih/hitam. Cat yang dipergunakan adalah cat
yang memantulkan cahaya (scoth light).
3. Membersihkan lokasi dari sisa bahan bangunan setelah pekerjaan seluruhnya selesai
termasuk pembongkaran bangunan-bangunan sementara/penunjang, terutama bahan-
bahan yang terletak pada tempat-tempat yang dapat mengganggu keamanan lalu lintas.
Pasal 18
PENGUKURAN HASIL KERJA
Gorong - Gorong kayu akan diukur dan dibayar untuk setiap meter panjang Gorong - Gorong
kayu yang telah dinyatakan selesai oleh Pengawas Teknik. Pekerjaan tersebut mencakup semua
pekerjaan bangunan bawah, bangunan atas dan kelengkapan-kelengkapan lain yang diperlukan
sesuai dengan gambar rencana dan petunjuk Pengawas Teknik.
Pasal 19
DASAR PEMBAYARAN
Pembayaran hasil pelaksanaan Gorong - Gorong kayu akan dibayar sesuai dengan hasil
pengukuran yang sudah selesai dikerjakan dan tergambar dalam peta monitoring jalan menurut
mata pembiayaan sebagai berikut:
BAB 5
PEMBUATAN JEMBATAN KAYU
Pasal 20
PEMBUATAN
10. Jembatan kayu yang dipakai adalah jembatan balok kayu yaitu jembatan kayu
menggunakan balok persegi sebagai gelagar utama jembatan. Jembatan dibuat dengan
panjang yang bervariasidari 3 sampai 12 meter. Untuk jembatan yang mempunyai bentang
lebih dari satu, setiap bentang dibuat maksimum 4 meter.
11. Tinggi lantai jembatan di sesuaikan dengan ketinggian muka air banjir minimal 1 meter di
atasmuka air banjir.
12. Letak as Jembatan diusahakan agak tegak lurus alur sungai, sedangkan trase jalan
menyesuaikan as jembatan.
13. Semua pengukuran–pengukuran harus dilaksanakan dengan teliti/cermat menurut gambar-
gambar rencana di bawahpengawasan dan petunjuk Pengawas Teknik.
14. Gambar rencana adalah gambar desain standar (typical) yang diterbitkan oleh Direktorat
Penyiapan Lahan Permukiman pada tahun anggaran berjalan atau desain yang dibuat
secara khusus oleh instansi perencana untuk lokasi pekerjaan yang dimaksud.
15. Lebar jembatan 4 meter termasuk balok kerb kanan kiri (periksagambar).
16. Panjang jembatan disesuaikan kebutuhan lapangan.
17. Bahan/material kayu untuk pembuatan jembatan, harus mendapat persetujuan dari
Pengawas Teknik terlebih dahulu sebelum dipergunakan.
18. Pembuatan jembatan kayu dibangun sesuai dengan gambar rencana.
Pasal 21
PEKERJAAN TANAH / OPRIT
5. Pekerjaan tanah meliputi penggalian dan penimbunan pada kepala jembatan dan oprit.
Penimbunan dilakukan dengan tanah yang baik dan harus bersih dari sisa-sisa akar, daun
serta batang kayu dan disetujui oleh Pengawas Teknik.
6. Sebelum penimbunan dilaksanakan permukiman tanah dasar harus dibersihkan.
7. Penimbunan harus dilakukan lapis demi lapis setebal maksimum 20 cm dipadatkan pada
setiap lapis.
8. Oprit jembatan dibuat maksimum sepanjang 30 meter (satu - sisi) dari kepala jembatan
dengan kelandaian maksimum 6 % kemudian diberi perkerasan dengan lateritatausirtu
setebal 15 cm padat dan digilas untuk mendapatkan lapisan yang padat dan permukaan
yang rata, kecuali pada jembatan-jembatan tertentu dimana keadaan setempat
menghendaki opritnya lebih dari 30 meter akan ditentukank emudian di lokasi pekerjaan
(pada waktu pelaksanaan). Bahan perkerasan yang dipergunakan adalah tanah puru
(laterit) atau sirtu harus sama dengan kualitas bahan perkerasan jalan.
Pasal 22
PEKERJAAN KAYU
7. Jembatan harus dibuat dari kayu mutuk lasawet dan kuat I sesuai standar PKKI dan
disetujui oleh Pengawas Teknik dengan syarat-syarat:
a. Kayu harus baik, cukup tua, kering dan tidak banyak mata atau lobang dan cacat. Kayu
tersebut dapat diperoleh di antaranya dari hasil pembukaan lahan ( land clearing).
b. Baut, paku dan bahan penyambung lainnya yang dipergunakan harus berkualitas baik
dengan ukuran sesuai dengan yang dibutuhkan dalam gambar.
i. Ikatan antara bangunan atas dan bangunan bawah:
Sambungan kayu dengan kayu dilakukan dengan system sambungan konstruksi
kayu. Balok-balok dibaut pen (drift bolt) pada balok tumpuan di pangkal dan
pilar.
Untuk mengatasi kemungkinan jembatan terangkat pada waktu banjir dapat
diperkuat dengan baja strip dan angkur ke pondasi.
ii. Gelagar
Gelagar memanjang dan melintang dibuat dari kayu persegi atau sesuai dengan
gambar.
Hubungan antara gelagar memanjang dengan gelagar-gelagar melintang baik
pada kepala jembatan atau pilar dengan baut/baut, pen/paku jembatan dan
diperkuat dengan baja strip/sengkang.
iii. Lantai Jembatan
Lantai jembatan dari papan kayu dengan ukuran tebal 5 cm (5 x 20) dipasang
tegak lurus dengan gelagar memanjang.
Hubungan lantai jembatan dengan gelagar utama dipakai paku jembatan/baut
dan antara papan satu dengan yang lain dibuat jarak 1 cm agar kotoran/air
yang ada di atas jembatan bias lolos untuk menjaga keawetan lantai.
Lantai jembatan dilengkapi dengan lantai roda dari papan kayu ukuran tebal 5
cm (5x 20) dibuat 2 buah dengan masing-masing lebar 60 cm rapat dan jarak
keduanya disesuaikan dengan jarak antara roda kanan dan kiri mobil yang
sering lewat. Hubungan dengan lantai dipakai paku jembatan dan diperkuat
dengan baja strip.
Padatepi-tepi jembatan dipasang balok penjepit dengan ukuran 5 x 10 cm.
Hubungan dengan jembatan dan balok gelagar memanjang dipakai paku
jembatan diperkuat dengan baja strip.
Pelaksanaan agar disesuaikan dengan gambar rencana dan petunjuk
PengawasTeknik.
iv. Sandaran
Untuk keamanan pemakai jalan/lalu lintas jembatan perlu dipasang sandaran
dari kayu. Ukuran tiang sandaran 10 x 10 cm, jarak antara tiang berkisar antara
1.00 sampai 1.50 meter tinggi 1.00 meter dari lantai jembatan, dilengkapi
dengan balok sandaran ukuran 10 x 10 cm.
Pelaksanaannya agar disesuaikan dengan gambar rencana dan petunjuk
Pengawas Teknik.
Pasal 23
PEKERJAAN PANCANG
Pekerjaan pancang terdiri dari pemancangan tiang-tiang untuk kepala jembatan, pilar turap
atau pilar sayap.Ketentuan Pelaksanaan:
8. Sebelum penumbukan tiang dimulai harus terlebih dahulu diberitahukan kepada Pengawas
Teknik untuk mendapat ijin memulai penumbukan.
9. Perancah tumbuk (heilstelling) harus dibuat cukup kuat.
10. Kepala tiang yang ditumbuk harus diberi cincin besi. Tiang yang ditumbuk bila kepala kayu
pecah-pecah /hancur maka penumbukan harus dihentikan dan setelah kepala kayu dipotong
kemudian ditumbuk lagi.
11. Apabila kayu satu batang setelah ditumbuk dapat habis masuk kedalam tanah, maka dibuat
tiang sambungan (disambung).
12. Penumbukan dapat dihentikan apabila dalam 10 tumbukan terakhir dengan menggunakan
besi tumbuk sebesar 500 kg dengan tinggi penumbukan ( slag) 1 M, maksimum masuk 0.50
cm.
13. Bila terdapat kelainan keadaan tanah hingga tiang dengan mudah masuk kedalam tanah,
atau apabila dasar sungai terdiri dari batu-batu kerikil yang sulit untuk ditembus tiang
pancang, maka Pelaksana Fisik harus segera memberitahukan kepada Pengawas Teknik
untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut.
14. Bila jembatan telah selesai dan ternyata ada penurunan dalam waktu “masa pemeliharaan”
maka Pelaksana Fisik harus memperbaiki sesuai petunjuk Pengawas Teknik.
Pasal 24
PEKERJAAN TEER DAN CAT
1. Seluruh kayu-kayu jembatan di teer. Sebelum dilakukan pekerjaan teer/cat kayu, kayu
tersebut harus dibersihkan dahulu dari kotoran-kotoran yang melekat pada permukaannya
(seperti tanah, lumpur, dan lain-lain).
2. Pengeteeran dilakukan minimum 2 (dua) kali dan dilakukan dengan rata/rapi, sehingga
seluruh permukaan kayu tersebut tertutup teer. Semua pemberian teer (pengeteeran) harus
dilakukan sebelum memulai pengecatan dan tidak dilakukan selama atau segera sesudah
hujan atau selama permukaan kayu masih basah.
Pasal 25
PEKERJAAN LAIN-LAIN
4. Membuat jembatan-jembatan darurat pada jalan penghubung baru dan jalan poros baru,
serta gorong-gorong darurat di jalan poros baru.
5. Membuat tanda-tanda pengaman pada kedua pangkal jembatan dengan konstruksi dari
balok kemudian dicat dengan warna putih/hitam. Cat yang dipergunakan adalah cat yang
memantulkan cahaya (scoth light).
6. Membersihkan lokasi dari sisa bahan bangunan setelah pekerjaan seluruhnya selesai
termasuk pembongkaran bangunan-bangunan sementara/penunjang, terutama bahan-
bahan yang terletak pada tempat-tempat yang dapat mengganggu keamanan lalu lintas.
Pasal 26
PENGUKURAN HASIL KERJA
Jembatan kayu akan diukur dan dibayar untuk setiap meter panjang jembatan kayu yang telah
dinyatakan selesai oleh Pengawas Teknik. Pekerjaan tersebut mencakup semua pekerjaan
bangunan bawah, bangunan atas dan kelengkapan-kelengkapan lain yang diperlukan sesuai
dengan gambar rencana dan petunjuk Pengawas Teknik.
Pasal 27
DASAR PEMBAYARAN
Pembayaran hasil pelaksanaan jembatan kayu akan dibayar sesuai dengan hasil pengukuran
yang sudah selesai dikerjakan dan tergambar dalam peta monitoring jalan menurut mata
pembiayaan sebagai berikut:
1. Jembatan Kayu M’
BAB 6
PEMBUATAN PEMAKAMAN UMUM
Pasal 28
PENJELASAN UMUM
Pasal 29
PEMBERSIHAN PEMAKAMAN UMUM
Pembersihan Lahan untuk Pemakaman Umum selebar 8 meter dan untuk jalan selebar 0.5 m.
Pekerjaan ini meliputi pembersihan segala macam tumbuhan, pohon-pohon, semak-semak,
sampah-sampah, pencabutan seluruh tunggul-tunggul dan akar-akar serta sisa konstruksi dan
sisa-sisa material lainnya dengan menggunakan peralatan dozer dan chain saw.
Pasal 30
GALIAN
1. Mengadakan galian pada tempat-tempat yang kemiringan/tanjakannya melebihi syarat-
syarat maksimum yang ditentukan, sesuai dengan gambar rencana atau petunjuk Pengawas
Teknik, pada pembuatan Pemakaman Umum.
3. Melakukan galian / pemotongan pada puncak pendakian, sebelum mulai menurun harus ada
daerah jalan yang rata minimum sepanjang 0.5 meter begitu pula pada akhir penurunan
sebelum pendakian.
4. Pemotongan tebing harus dilakukan dengan rapi dan langsung dibentuk Pemakaman Umum
sesuai dengan gambar rencana. Tanah bekas galian harus ditempatkan dan diratakan pada
daerah yang ditentukan oleh Pengawas Teknik.
5. Bekas galian sebagian ditimbunkan pada Pemakaman Umum disekitarnya dan sebagian
lainnya dipindahkan ke tempat yang agak jauh yang memerlukan penimbunan.
Pasal 31
TIMBUNAN
1. Bagian-bagian yang rendah harus ditimbun sampai mencapai ketinggian yang ditentukan.
Tanah timbunan berasal dari hasil galian Pemakaman Umum (timbunan setempat) atau
didatangkan dari luar (BorrowPit) dengan syarat harus cukup baik bebas dari sisa-sisa
rumput, akar-akaran dan lain-lain dan dapat mencapai nilai CBR minimum 4 % rendam air,
dalam hal ini harus mengikuti petunjuk-petunjuk Pengawas Teknik.
2. Pada tempat-tempat yang tanahnya lembek harus diadakan perbaikan tanah terlebih
dahulu. Tanah yang lembek dibuang untuk diganti dengan tanah yang baru, sehingga
memenuhi persyaratan dengan persetujuan Pengawas Teknik. Dasar Pemakaman Umum
yang basah (rawa, lumpur) dapat menggunakan knoppel (gambangan/para-para/meting)
dari kayu tahan air (kayu gelam atau sejenisnya) yang disusun sepanjang jalan yang sangat
lembek, kemudian baru ditimbun dengan tanah ayang sesuai petunjuk Pengawas Teknik.
3. Penimbunan harus dilakukan lapis demi lapis setebal maksimum 70 cm padat setiap
lapisnya. Penggilasan tiap lapis harus dilakukan pada Kadar Air Optimum dan mencapai
kepadatan 98 % dengan pemeriksaan kepadatan standar PB.011(1)76, (AASHTO-99-74,
ASTM D-698-70), Manual Pemeriksaan Pemakaman Umum No. 01/MN/BM/197(6). Untuk
lapis yang paling atas/akhir kepadatan harus mencapai angka 100 %. Pada timbunan yang
tinggi, pelaksanaannya dibuat bertangga agar tidak mudah longsor sesuai petunjuk
Pengawas Teknik.
Pasal 32
PENYIAPAN PEMAKAMAN UMUM
2. Kemiringan / landai potongan melintang dan memanjang Pemakaman Umum harus benar-
benar dikerjakan menurut gambar rencana dengan keharusan membuat permukaan
Pemakaman Umum yang segera dapat mengalirkan air hujan ( tidak boleh terdapat
genangan-genangan air di permukaan Pemakaman Umum). Tingkat kemiringan arah
melintang:
a. 4 % untuk bagian Pemakaman Umum
b. 6 % untuk bahu jalan
3. Pemadatan Pemakaman Umum dilakukan lapis demi lapis setebal maksimum 70 cm untuk
setiap lapis dan pada bagian galian harus mencaai kepadatan 95 % dari maksimum
kepadatan yang diselidiki menurut pemeriksaan kepadatan standar PB.011(1)76, (AASHTO-
99-74, ASTM D-698-70), Manual Pemeriksaan Badan Jalan No. 01/MN/BM/197(6).
PROGRAM PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSMIGRASI ( PPKTRANS )
21
4. Dinding tebing terpotong di kiri - kanan harus dirapikan dengan kemiringan maksimum 60
derajat dan pada ketinggian tebing 2 meter dibuat bertangga atau sesuai dengan gambar
rencana.
5. Kemungkinan didapatkannya tanah dasar galian yang tak memenuhi persyaratan dalam
pekerjaan galian, maka harus diadakan penggantian tanah dasar dengan CBR minimum 4 %
rendam air (soaked) setebal 20 cm dan apabila terdapat galian berbatu pelaksanaannya
harus mendapat petunjuk Pengawas Teknik dan Pihak Direksi.
Pasal 33
PARIT JALAN DAN PENGALIRAN AIR
1. Parit jalan dibuat sesuai dengan gambar rencana atau kedalaman parit tidak boleh lebih
rendah dari parit pembuangan di sekitarnya atau menurut pengarahan dan petunjuk
Pengawas Teknik.
2. Pembuangan air dari parit jalan dibuat pengaliran air ( saluran pembuang) sesuai dengan
kebutuhan keadaan lapangan. Jarak antara pengaliran air dibuat sependek mungkin dengan
jarak minimal 50 meter, tergantung kondisi lapangan dan sesuai petunjuk Pengawas Teknik.
3. Pada tikungan-tikungan jalan di daerah galian bagian dalam tikungan terutama yang
bertebing tinggi harus dibuat saluran pembuangan air asal parit jalan yang cukup baik
(kalau diperlukan dapat digunakan gorong-gorong).
4. Guna lebih mengetahui tempat-tempat dimana air hujan dapat dialirkan dengan sempurna,
Pelaksana Fisik disertai Pengawas Teknik wajib mengadakan peninjauan/pemeriksaan di
pemakaman umum pada waktu hujan.
1. Persyaratan Bahan:
Bahan yang digunakan untuk lapis perkerasan pemakaman umum harus memenuhi
persyaratan sub base klas C seperti yang tercantum dalam gambar rencana. Bahan lapis
perkerasan pemakaman umum terdiri dari campuran batu atau kerikil pecah atau kerikil
dengan pasir, lanau dan lempung yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
f. Persyaratan Mutu : Kadar Lempung/Sand Equivalent (AASHTO T-76) maksimum 25.
g. Kehilangan abrasi dengan mesin Los Angelos (MPBJ PB.0206-76, AASHTO-96),
maksimum 40.
h. Kepadatan kering maksimum (AASHTO T-180) minimum 2.9 Gr/cu.cm
i. CBR minimum 30 %.
j. Persyaratan Gradasi (MPBJ PB.201-76)
Ukuran %
Keterangan
Saringan Berat Lolos
1¾ 100 Lubang bujur sangkat diagonal
No. 10 20 - 50 1¾
No. 200 5 - 20 1 inch persegi 10 lubang
1 inch persegi 200 lubang
2. Bila terjadi kondisi lapangan tidak sesuai dengan gambar rencana dan tidak dapat
dilaksanakan, maka dapat dilakukan perubahan desain atau relokasi dengan persetujuan
Pengawas Teknik.
Pasal 34
PENGUKURAN HASIL KERJA DAN PEMBAYARAN
4. Dasar Pembayaran
Pembayaran hasil pelaksanaan pemakaman umum akan dibayar sesuai dengan prestasi
pekerjaan berdasarkan hasil pengukuran lapangan dan tergambar pada peta monitoring
pemakaman umum, menurut mata pembayaran sebagai berikut:
Dibuat oleh :
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) PPKTrans
Distransnaker Kab. Bulungan