Anda di halaman 1dari 21

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

PEMBANGUNAN GEDUNG LAM (LANJUTAN)

BAB I .PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahwa adat istiadat dan Lembaga Adat Melayu Kepulauan Riau yang hidup dan berkembang
memegang peranan penting dalam pergaulan masyarakat serta dapat dan mampu menggerakkan
partisipisasi masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Adat istiadat dan Lembaga Adat Melayu
Kepulauan Riau yang hidup dan berkembang dalam masyarakat adalah adat yang bersendikan syara'
dan syara' bersendikan Kitabullah perlu dibina dan dikembangkan secara nyata dan dinamis
sehingga dapat didayagunakan untuk menunjang kelancaran kegiatan di bidang pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan serta memperkuat ketahanan nasional.
Dalam rangka menyediakan sarana dan prasarana bagi Lembaga Adat Melayu Provinsi kepulauan
Riau, Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau telah
menganggarkan Pembangunan Gedung LAM (Lanjutan) pada APBD Tahun Anggaran 2022 dan di
lanjutkan pada anggaran Tahun 2023.

B. Maksud dan Tujuan

a. Perlu dibuatnya garis besar/jadwal pelaksanaan kegiatan


b. Menyiapkan acuan dan kriteria didalam pelaksanaan kegiatan
c. Pelaksanaan kegiatan agar berjalan dengan tertib sesuai dengan peratuaran dan perundang-
undangan yang berlaku
d. Penyedia Jasa dapat melaksanakan tugas dan kewajiban serta tanggung jawabnya dengan
baik sesuai dengan gambar dan spesifikasi yang diinginkan.

C. Sasaran

Sasaran utama dari paket pekerjaan lanjutan ini adalah terselenggaranya pelaksanaan fisik
Pekerjaan Pembangunan Gedung LAM (Lanjutan) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam Spesifikasi/dokumen kontrak.

E. Organisasi Pengguna Barang/Jasa

a. K/L/PD : PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU


b. Satker/OPD : DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG DAN PERTANAHAN
c. PPK : SAYED WAHIDIN SUDIROHUSODO, ST, MM

F. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;


b. Perpres 12 Tahun 2021 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
c. Peraturan Menteri PUPR Nomor 07/PRT/M/2019 tentang Standar dan Pedoman

Pengadaan Jasa Konstruksi melalui Penyedia;


d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2012

Tahun 2012 Tentang Pedoman Penetapan Fungsi Jalan dan Status Jalan;
e. Peraturan Menteri PUPR No. 14 tahun 2020 tentang Standar dan Pedoman
Pengadaan Jasa Konstruksi.
f. Peraturan Lembaga Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Penyedia.
g. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.11/SE/M/2019
tentang Petunjuk Teknis Biaya Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi;
h. Keputusan Gubernur No. 50/KPTS-6/I/2022 tentang Pejabat Pembuat Komitmen

pada Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi Kepulauan
Riau

G. Sumber Dana dan Perkiraan Biaya

Biaya yang diperlukan untuk Pembangunan Gedung LAM (Lanjutan) berasal dari Dana APBD
Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan Provinsi kepulauan Riau Tahun
Anggaran 2023 sebesar Rp 18.250.000.000,00,- (Delapan Belas Milyar Dua Ratus lima Puluh Juta
Rupiah).

Ruang Lingkup dan Lokasi Pekerjaan

1. Ruang Lingkup
Pembangunan Gedung LAM (Lanjutan) yang mencakup :
➢ PEKERJAAN PERSIAPAN
➢ SISTEM MANAJEMAN KESELAMATAN KONTRUKSI (SMKK)
➢ PEKERJAAN STRUKTUR BANGUNAN
➢ PEKERJAAN ARSITEKTUR
➢ PEKERJAAN ELEKTRIKAL MEKANIKAL
➢ PEKERJAAN AKHIR
2. Paket Pekerjaan ini dilaksanakan di Kota Tanjungpinang

F. Keluaran/Produk Yang Dihasilkan

Pelaksanaan Pembangunan Gedung LAM (Lanjutan) ini dikatakan berhasil apabila :

a. Melaksanakan pekerjaan pembangunan yang menyangkut kualitas, biaya dan ketetapan


waktu pelaksanaan pekerjaan, sehingga dicapai wujud akhir bangunan dan kelengkapannya

yang sesuai dengan Dokumen Pelaksanaan dan kelancaran penyelesaian administrasi yang
berhubungan dengan pekerjaan di lapangan serta penyelesaian kelengkapan pembangunan.

b. Dokumen yang dihasilkan selama proses pelaksanaan yang terdiri dari :


1) Membuat RK3K sesuai dengan inmen no.02/IN/M/2021 tentang Protocol Pencegahan
Penyebaran Corona Virus Deasese 2019 (covid-19) dalam penyelenggaraan Konstruksi
2) Melakukan kontrol terhadap kondisi eksisting di lapangan
3) Mengajukan Shop Drawing pada awal pekerjaan yang dilaksanakan
4) Membuat laporan harian berisikan keterangan tentang :
• Tenaga kerja
• Bahan bangunan yang didatangkan, diterima atau tidak
• Peralatan yang berhubungan dengan kebutuhan pekerjaan
• Kegiatan perkomponen pekerjaan yang diselenggarakan
• Waktu yang dipergunakan untuk pelaksanaan
• Kejadian-kejadian yang berakibat menghambat pelaksanaan
5) Membuat laporan mingguan sebagai resume laporan harian (kemajuan
pekerjaan,tenaga dan hari kerja), Laporan Bulanan
6) Mengajukan Berita Acara Kemajuan Pekerjaan untuk pembayaran termin
7) Surat Perintah Perubahan Pekerjaan dan Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Tambah
dan Kurang (jika ada tambahan atau perubahan pekerjaan)
8) Membuat Berita Acara Penyerahan Pertama Pekerjaan
9) Membuat Berita Acara Pernyataan Selesainya Pekerjaan
10) Membuat gambar-gambar sesuai dengan pelaksanaan (as built drawing)
11) Membuat laporan job mix dan desain mix formula (bila diperlukan).
12) Membuat laporan uji Kekuatan Beton (bila diperlukan).

G. Klasifikasi dan Kualifikasi Badan Usaha

Dalam pelaksanaan pekerjaan, harus memiliki kualifikasi sebagai berikut :

a. Ijin Usaha dengan Sertifikat Standar KLBI 41019 , dengan skala usaha menengah
b. Sertifikasi Badan Usaha (SBU) klasifikasi Konstruksi Jasa Pelaksana Untuk Konstruksi
Bangunan Gedung Lainnya (BG009).
BAB II. RENCANA KESELAMATAN KERJA (RK3)

1.1 Latar Belakang

a) Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian dalam suatu lingkup tertentu yang
mempunyai dimensi waktu, Fisik dan biaya guna mewujudkan gagasan sertamendapatkan
tujuan yang diinginkan, metode konstruksi beserta cara untuk pelaksanaan suatu proyek
konstruksi, Setiap pelaksanan suatu proyek konstruksi dilakukan secara sistematis dan
terkoordinasi.

b) Tujuan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dalam bidang konstruksi adalah untuk
mengetahui dan memahami dengan benar apa yang dimaksud dengan penerapan keselamatan
dan kesehatan kerjadalam proyek konstruksi pihak perusahaan akan terhindar dari kerugian
besar akibat kecelakaan pekerja.

1.2 Rumus Masalah

a) Pelaksana wajib mengindenfikasi Pembangunan Gedung LAM (Lanjutan).

b) Bagaimana mengatasi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan kesehatan kerja pada
proyek tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian

a) Mengidentifikasi dan mengenali penyebab terjadinya suatu kecelakaan kerja pada


Pembangunan Gedung LAM (Lanjutan)

b) Merencanakan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai upaya untuk mengurangi dan
mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada proyek pembangunan konstruksi sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

1.4 Pedoman Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Dalam penerapan sistem manajemen K3, Perusahaan wajib melaksanakan pedoman ketentuan
ketentuan sebagai berikut.
a) Menetapkan kebijakan keselamatn dan kesehatan kerja dan menjamin komitmen terhadap
penerapan sistem manajemen K3.

b) Merencakan pemenuhan kebiujakan, Tujuan, dan saran penerapan keselamatan dan


kesehatan kerja.

1.5 Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (RK3K).

Maksud, Tujuan dan ruang lingkup Maksud adanya rencana K3 kontrak (RK3K) adalah sebagai
acuan bagi penyelenggraan sistemmanajemen K3 konstruksi bidang pekerja gedung yang dapat
dilaksanakan secara sistematis, terencana, terpadu, terkoordinasi.

a) Tujuan RK3K

Agar pelaksana memahami kepentingan ,mengetahui dan memahami tugas dan kewajiban
dalam penyelengaraan manajemen K3 kontruksi untuk pekerjaan ini.

b) Ruang Lingkup RK3K

Ruang lingkup RK3K ini mengatur penyelenggaraan sistem manajemen K3 kontruksi bidang
pekerja umum bagi pelaksanaan pekerjaan ini dengan seluruh uraian pekerjaan semenjak
persiapan hingga penyelesaian pekerjaan yang telah di perhitungkan sebagai proyek resiko
kecelakaan .

c) Struktur Organisasi Proyek

Struktur oraganisasi dalam peroyek tersebut sesuai dengan tugas tanggung jawab dalam
Pembangunan Gedung LAM (Lanjutan) yang disesuaikan dalan Kerangka Acuan Kerja (KAK).

1.6 Analisa data dan Pembahasan indenfikasi penyebab terjadinya kecelakaan dan
Pencegahaanya.

a) Faktor manusia

Kecelakaan yang terjadi bisa terjadi karena perbedaan karakter setiap manusia seperti tingkat
pendidikan, keterampilan, psiologis dan fisik, semua hal tersebut diatas sangat mempengaruhui
besar kecilnya resiko terjadinya kecelakann kerja, maka untuk mengantisipasi/mengurangi
tingkat kecelakaan kerja.

b) Faktor jenis pekerjaan

Penyedia menyampaikan pakta komitmen dan penjelasan manajemen risiko serta penjelasan
rencana tindakan sesuai tabel jenis pekerjaan dan identifikasi bahayanya di bawah ini
Untuk Pelaksanaan Pekerjaan ini Memiliki Resiko Menengah Dengan
Identifikasi Resiko Sebagai Berikut :
No. Jenis dan Type Pekerjaan IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA
1. Pek.K u d a - k u d a B a j a a. Terjatuh,
b. Tertimpa Baja

c) Faktor lingkungan

Dalam lingkungan kerja memiliki keterkaitan terhadap suatu kecelakaan kerja. Dengan

kondisi ini harus diperhatikan keamanan dan kesehatan didalam lingkungan kerja atau

proyek, karena itu keamanan dalam lingkungan kerja bisa di upayakan dengan setiap

pekerjaan yang bekerja atau di dalam lingkungan kerja harus memamkai helm, sepatu

boots, sarung tangan dan sebagainya.

1.7 Perencanaan Jadwal K3 dan Evaluasi Penerapan Prosedur K3 di lapangan.

a) Jadwal K3

Jadwal K3 sangat penting, untuk pelaksanaan kegiatan K3 dilapangan, disana setiap kegiatan K3
mempunyai waktunya masing-masing, yang telah disesuaikan dengan jadwal kegiatan proyek
yang akan dilaksanakan

b) Evaluasi penerapan prosedur K3 dilapangan

Untuk mengontrol dan memastikan bahwa prosedur K3 yang dibuat, berjalan sesuai dengan apa
yang telah direncanakan, serta dilaksanakan dengan baik oleh semua lapisan pekerja dari level
terendah samapai level tertinggi, maka yang perlu dilakukan untuk hal tersebut adalah suatu
proses evaluasi,

1.8 Kesimpulan dan sasaran

a) Kesimpulan
Kecelakaan yang terjadi pada suatu proyek konstruksi bangunan gedung, disebabkan oleh tiga
faktor utama yaitu, manusia, faktor jenis pekerjaan dan metode pelaksanaan, serta factor
lingkungan,maka sebagai pelaksana harus memahami dan mengerti kegunaan K3 tersebut. Agar
pekerjaan berjalan sesuai yang diinginkan.
BAB III. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN

Perkiraan jangka waktu penyelesaian pekerjaan Pembangunan Gedung LAM (Lanjutan), dimulai
dari tahap persiapan sampai dengan pelaporan adalah 240 (Dua Ratus Empat Puluh) hari kalender.

BULAN
No Uraian
Feb Mar April Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nop Des
1 Persiapan
2 Proses Tender
3 Pelaksanaan
4 Pelaporan

BAB IV. SPESIFIKASI PERALATAN PERALATAN YANG DIPERLUKAN


Peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah :

NO JENIS JUMLAH KAPSITAS KEPEMILIKAN KONDISI


1 Crane 1 Unit 30 Ton Milik / Sewa Baik
2 Theodolit/ Alat Ukur * 1 Unit TS Milik / Sewa Baik
3 Scaffolding 200 Set - Milik / Sewa Baik
4 Bar Bender & Bar I Set 42 mm Milik / Sewa Baik
Cuting
5 Concrete Vibrator 2 Unit 12.000-17.000 Milik / Sewa Baik
vpm/200280 Hz
6 Water Tank 1 Unit 1 Ton Milik / Sewa
Baik
Catatan Tentang Peralatan:
1. Untuk Peralatan Theodolit/ Alat Ukur wajib melampirkan sertifikat kalibrasi di
keluarkan oleh pihak yang terakreditasi dan masih berlaku.

BAB V. KUALIFIKASI JABATAN KERJA


Tenaga ahli yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah :

I. Personil Inti.

Kualifikasi
No Posisi
Pengalaman Kompetensi yang dibutuhkan

1. Manajer 2 tahun S1 Teknik Sipil , Memiliki SKA Ahli Manajement


Pelaksanaan Proyek Madya (602)

2. Manajer Teknik 2 Tahun S1 Teknik Sipil ,Ahli Bangunan Gedung Madya (201)

3. Menejer Keuangan 2 Tahun S1 Manajemen/ S1 Ekonomi

4. Ahli K3 Kontruksi 3 tahun S1 Teknik Sipil/ S1 Arsitek , SKA Ahli K3 Konstruksi


Muda (603)
II. Porsenil Pendukung

Kualifikasi
No Posisi
Pengalaman Kompetensi yang dibutuhkan

1. Operator Crane 5 tahun SKT Operator Crawler Crane (TM 010).

2. Tenaga 2 Tahun SMU /SMK Sederajat


Administrasi
3. Drafter 2 tahun SKT Draftman-Arsitektur (TA 003)

BAB VI. SPESIFIKASI TEKNIS BAHAN

NO MATERIAL SPESIFIKASI
1 Pasir Urug Sesuai SNI
2 Tanah urug Sesuai SNI
3 Pasir Pasang Sesuai SNI
4 Semen 50@ KG Sesuai SNI
5 Kayu Dolken Dia. 8 - 10/400 Lokal
6 Kayu klas III Lokal
7 Plywood 9 mm Sesuai SNI
8 Besi Beton Sesuai SNI
9 Kawat Beton Sesuai SNI
10 Paku Segala Ukuran Sesuai SNI
11 Beton K - 250 Ready Mix Sesuai SNI
12 Konstruksi Kuda-kuda Baja IWF, Gording kanal C
13 Atap, perabung Onduline Gelombang
14 Keramik Lantai Roman/Setara
15 Keramik Dinding Roman/Setara
16 Batu bata Merah Lokal
17 Pintu dan Jendela Kayu Jati Tua
18 Dinding Partisi Geser Tipe Sorepa (sound reduce
partition)
19 Kubah GRC Cetak
20 Plapond Gipsum, GRC
21 Cat Exterior Dulux Weathershield
22 Cat Interior Dulux Pentalite
BAB VII. METODE PELAKSANAAN

Spesifikasi Teknis Pekerjaan


BAB I
SPESIFIKASI UMUM & TEKNIS
Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik-baiknya seluruh seluk beluk
pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh Gambar Kerja serta
Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis seperti yang akan diuraikan di bawah ini. Di dalam hal
terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan dan atau kesimpangsiuran informasi di dalam
pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Konsultan Pengawas dan
Direksi Pelaksana untuk mendapat kejelasan pelaksanaan.

PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor meliputi bagian-bagian pekerjaan yang dinyatakan
dalam Gambar Kerja, Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) serta Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis
ini. Pekerjaan Persiapan meliputi : pembuatan papan nama proyek, pekerjaan pembersihan proyek,
dokumentasi, Shop dan As Built Drawing, pelaporan serta pengadaan listrik dan air kerja.

PASAL 2
MEMULAI KERJA
Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal Penunjukan dan Perintah Kerja Pelaksanaan
Pekerjaan (SPK), Pihak Kontraktor harus sudah memulai melaksanakan pembangunan fisik secara
nyata di lapangan. Dan apabila setelah 1 (satu) minggu Kontraktor yang ditetapkan belum
melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan ketentuan yang
telah dibuat oleh Panitia Lelang.
PASAL 3
MOBILISASI
Mobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal sebagai berikut :

3.1 Transportasi peralatan konstruksi yang berdasarkan daftar alat-alat konstruksi yang diajukan
bersama penawaran atau Peralatan konstruksi yang dibutuhkan lainya, dari tempat
pembongkarannya ke lokasi dimana alat itu akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini
3.2 Pembuatan kantor Kontraktor, gudang dan lain-lain di lokasi proyek untuk keperluan pekerjaan.
3.3 Dengan selalu disertai izin Konsultan Pengawas, Kontraktor dapat membuat berbagai
perubahan, pengurangan dan/ atau penambahan terhadap alat-alat konstruksi dan instalasinya
(Pengambilan Keputusan harus melalui rapat koordinasi yang mengikut sertakan tim teknis
dinas terkait).
3.4 Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dari pemberitahuan memulai kerja, Kontraktor harus
menyerahkan program mobilisasi kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.

PASAL 4
PAPAN NAMA PROYEK
Kontraktor harus memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas biaya
Kontraktor ( sesuai dengan Angka Jumlah Penawaran Kontraktor Pelaksana ).
PASAL 5
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
5.1 Di lapangan pekerjaan, Kontraktor “wajib‟ menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau biasa
disebut “Pelaksana‟ yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan
dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor, berpendidikan minimal sarjana muda teknik sipil
atau sederajat dengan pengalaman minimum 6 (enam) tahun.
5.2 Dengan adanya “Pelaksana‟ tidak berarti bahwa Kontraktor lepas tanggung jawab sebagian
maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
5.3 Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada Pemimpin/ Ketua Proyek dan Konsultan
Pengawas, nama dan jabatan „Pelaksana‟ untuk mendapat perasetujuan.
5.4 Bila di kemudian hari menurut pendapat Pemimpin/ Ketua Proyek dan Konsultan Pengawas
bahwa “Pelaksana‟ dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan,
maka akan diberitahukan kepada Kontraktor secara tertulis untuk mengganti “Pelaksana‟.
5.5 Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan, Kontraktor harus sudah
menunjuk “Pelaksana‟ yang baru atau Kontraktor sendiri (penanggung jawab/ Direktur
Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan

PASAL 6
RENCANA KERJA
6.1 Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor “wajib‟ membuat Rencana Kerja
Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa Bar-Chart dan S-Curve Bahan dan Tenaga.
6.2 Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan
Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah Surat Keputusan
Penunjukan (SPK) diterima Kontraktor. Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas akan disahkan oleh Pemberi Tugas/ Pemimpin/ Ketua Proyek.
6.3 Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada Konsultan
Pengawas untuk diberikan kepada Pemilik Proyek dan Perencana.
6.4 Kontraktor harus selalu dalam pelaksanaan pembangunan pekerjaan sesuai dengan Rencana
Kerja tersebut di atas.
6.5 Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan kontraktor berdasarkan Rencana Kerja
tersebut.

PASAL 7
LOS KERJA, GUDANG BAHAN, PAGAR PROYEK DAN LAIN-LAIN

7.1 Kantor Kontraktor, Los Kerja Dan Gudang Bahan


Kontraktor atas biaya sendiri berkewajiban membuat kantor di lapangan, los kerja untuk para
pekerja dan gudang bahan yang dapat dikunci untuk menyimpan barang-barang, yang mana
tempatnya akan ditentukan oleh Pengawas Lapangan/Personalia Proyek.
7.2 Kantor Kontraktor, gudang bahan, los-los kerja dan los lainnya yang dibuat dan dibiayai oleh
Kontraktor, setelah selesai pelaksanaan pembangunan/ pekerjaan tersebut, harus segera
dibongkar/ dibersihkan oleh pihak Kontraktor, dan bahan-bahan bekasnya menjadi milik
Kontraktor.
7.3 Direksi Keet yang dibuat oleh Kontraktor, setelah selesai pelaksanaan pembangunan/pekerjaan
tersebut akan ditentukan pemanfaatannya oleh Proyek, namun apabila dianggap perlu Direksi
dapat memerintahkan kepada Kontraktor untuk segera membongkarnya dan
membersihkannya, dan bahan-bahan bekasnya diserahkan kepada Proyek.

PASAL 8
KESEJAHTERAAN DAN KESELAMATAN PEKERJA

8.1 Kontraktor berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup di tempat
pekerjaan untuk para pekerja.
8.2 Kontraktor berkewajiban menyediakan kotak PPPK ditempat pekerjaan
8.3 Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, kontraktor
bertanggung-jawab atas keselamatan dan keamanan pekerjaan, bahan dan peralatan teknis
serta konstruksi yang diserahkan Pemberi Tugas, dalam hal terjadinya kerusakan-kerusakan,
maka kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya
8.4 Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor sesegera mungkin memberitahukan kepada Konsultan
Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban kecelakaan itu
8.5 Penyediaan Helm Proyek
Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor wajib menyediakan helm, Proyek Yang sewaktu
waktu berfungsi Sebagai Peralatan Safety ketika Dinas Atau Pihak Yang Berkepentingan
Mengunjungi Lokasi Proyek.
8.6 Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja
No. 30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 bagi Tenaga Kerja Borongan Harian Lepas pada
Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan Proyek-proyek Departemen
Pekerjaan Umum, pihak Kontraktor yang sedang melaksanakan pembangunan/pekerjaan agar
ikut serta dalam program ASTEK dan memberitahukan secara tertulis kepada Pemimpin Proyek.

PASAL 9
TENAGA DAN SARANA KERJA
Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat bantu
lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta mengadakan pengamanan, Pengawasan
dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa
pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai dengan
diserahterimakannya pekerjaan tersebut kepada Pemberi Tugas.
9.1 Tenaga Kerja /Tenaga Ahli
Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis dan volume
pekerjaan yang akan dilaksanakan

9.2 Peralatan Bekerja


Menyediakan alat-alat bantu, seperti mesin las, alat-alat bor, alat-alat pengangkat dan
pengangkut serta peralatan-peralatan lain yang benar-benar diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan ini.

9.3 Bahan-bahan Bangunan


Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap jenis pekerjaan
yang akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya (Bahan Yang digunakan Harus seusai
Dengan RAB penawaran dan Dokumen Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis).

9.4 Penyediaan Air dan Daya Listrik untuk Bekerja


a. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor dengan membuat sumur pompa di tapak
proyek atau disuply dari luar.
b. Air harus bersih, bebas dari bau, bebas dari lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya yang
merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dari Konsultan
Pengawas/Direksi.
c. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari sambungan sementara
PLN setempat selama masa pembangunan. Penggunaan Diesel untuk pembangkit tenaga
listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara atas petunjuk Pengawas.

PASAL 10
PERSYARATAN DAN STANDARISASI
10.1 Persyaratan Pelaksanaan
Untuk menghindari klaim dari “User‟ Proyek dikemudian hari maka Kontraktor harus betul-
betul memperhatikan pelaksanaan pekerjaan struktur dengan memperhitungkan “ukuran jadi
(finished)‟ sesuai persyaratan ukuruan pada gambar kerja dan penjelasan RKS. Kontraktor
wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan syarat pekerjaan,
peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai dengan Rencana
kerja dan Syarat-Syarat Teknis dan atau petunjuk yang diberikan oleh Konsultan Pengawas.
Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib memperhatikan dan
melakukan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain yang menyangkut pekerjaan Struktur,
Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal, Plumbing/Sanitasi dan mendapat izin tertulis dari Konsultan
Pengawas. Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan calon Kontraktor harus
menyediakan :
▪ Wakil sebagai penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli dibidangnya selama
pelaksanaan pekerjaan dan selama masa pemeliharaan guna memenuhi kewajiban
menurut kontrak.
▪ Buku harian untuk : Kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek.
Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail dari pekerjaan.
▪ Alat-alat yang senantiasa tersedia di proyek adalah : 1 (satu) kamera/handycam. 1 (satu)
alat ukur schuifmaat. 1 (satu) alat ukur panjang 50 m, 5 m. 1 (satu) mistar waterpass
panjang 120 cm. 1 (satu) laptop/PC.
10.2 Standar yang Dipergunakan
Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Normalisasi Indonesia, Standard
Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya dengan pekerjaan
antara lain :

▪ PUBI-1982 : Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia


▪ NI-3 PMI PUBB 1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
▪ NI-8 : Peraturan Semen Portland Indonesia
▪ NI-10 : Bata Merah sebagai Bahan Bangunan
▪ PPI-1979 : Pedoman Plumbing Indonesia
▪ PUIL-1977 : Peraturan Umum Instalasi Listrik
▪ PPBI-1984 : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia
▪ SII : Standard Industri Indonesia
▪ SK SNI T-15-1991-03
▪ (PBI – 1991) : Peraturan Beton Bertulang Indonesia
▪ AVWI : Peraturan Umum Instalasi Air.
Serta :

▪ Peraturan Pembebanan Indonesia untuk gedung 1981


▪ Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan tentang keselamatan tenaga kerja yang
dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia
▪ Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang penanggulangan bahaya
kebakaran. Jika tidak terdapat di dalam Peraturan/Standard/Normalisasi tersebut di atas,
maka berlaku Peraturan/Standard/Normalisasi Internasional ataupun dari negara asal
produsen bahan/material/komponen yang bersangkutan.
▪ Selain ketentuan-ketentuan yang tersebut, berlaku pula dalam ketentuan ini :
▪ Dokumen Lelang yang sudah disyahkan oleh Pemberi Tugas (Gambar Kerja, RKS, BQ, A.A.
Aanwijzing dan Surat Perjanjian Kontrak).
▪ Shop Drawing yang dibuat oleh Kontraktor dan sudah disetujui/disahkan oleh pemberi
tugas dan Pengawas.
PASAL 11
LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN
11.1 Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan/pekerjaan, baik teknis maupun Adminstratif
11.2 Dalam pembuatan Laporan tersebut, pihak Kontraktor harus memberikan data-data yang
diperlukan menurut data dan menurut keadaan sebenarnya.
11.3 Pengawas Lapangan juga harus membuat Laporan mingguan dan Laporan bulanan secara
rutin.
11.4 Laporan-laporan tersebut di atas, harus diserahkan kepada Pemimpin Proyek untuk bahan
monitoring.

PASAL 12
PENJELASAN RKS & GAMBAR

12.1 Pelaksana Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang
mengikat/berlaku adalah RAB.
12.2 Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignment, lokasi, seksi (bagian) dan detail gambar
mungkin akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja. Kontraktor harus melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan maksud gambar dan spesifikasinya, dan tidak boleh mencari
keuntungan dari kesalahan atau kelalaian dalam gambar atau dari ketidaksesuaian antara
gambar dan spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan dalam gambar
dan sepsifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh keadaan darurat konstruksi
atau lain-lainnya, akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan disahkan secara tertulis.
12.3 Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang
semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya.
12.4 Permukaan-permukaan pekerjaan yang sudah selesai harus sesuai dengan garis, lapisan bagian
dan ukuran yang tercantum dalam gambar, kecuali bila ada ketentuan lain dari Konsultan
Pengawas.
12.5 Ukuran
12.5.1. Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar Kerja dan Gambar
Pelengkap meliputi :

▪ As – as
▪ Luar – luar
▪ Dalam – dalam
▪ Luar – dalam
12.5.2. Ukuran-ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam cm ( centimeter ).

12.5.3. Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur pada dasarnya adalah ukuran jadi
seperti dalam keadaan selesai (“finished”).
12.5.4. Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor wajib melaporkan secara tertulis kepada
Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan memberikan keputusan ukuran mana yang akan
dipakai dan dijadikan pegangan.

12.5.5. Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka pengukuran skala tidak
boleh dipergunakan kecuali bila sudah disetujui Konsultan Pengawas. Setiap deviasi dari
gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga akan ditentukan oleh Konsultan
Pengawas dan disyahkan secara tertulis. Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau
mengganti ukuran-ukuran yang tercantum di dalam Gambar Pelaksanaan tanpa
sepengetahuan Direksi, dan segala akibat yang terjadi adalah tanggung jawab
Kontraktor baik dari segi biaya maupun waktu.

12.6 Perbedaan gambar


12.6.1. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin kerja, maka
gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang mengikat/berlaku.

12.6.2. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil/Struktur, maka Kontraktor
wajib melaporkannya kepada Konsultan Pengawas yang akan memutuskannya setelah
berkonsultasi dengan Perencana.

12.6.3. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sanitasi, Elektrikal/ Listrik dan
Mekanikal, maka yang dipakai sebagai pegangan adalah ukuran fungsional dalam gambar
kerja Arsitektur.
12.6.4. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidaktelitian di dalam pelaksanaan satu bagian
pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka di dalam hal terdapat
ketidak-jelasan, kesimpang-siuran, perbedaan-perbedaan dan ataupun ketidak-sesuaian dan
keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada
Konsultan Pengelola Proyek secara tertulis, mengadakan pertemuan dengan Konsultan
Direksi dan Konsultan Perencana, untuk mendapat keputusan gambar mana yang akan
dijadikan pegangan.

12.6.5. Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk
memperpanjang / meng-“klaim” biaya maupun waktu pelaksanaan.

12.7 Shop Drawing


Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus dibuat oleh
Kontraktor berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan
lapangan. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup
lengkap dalam Gambar Kerja/ Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh Konsultan
Pengawas. Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan Pengawas dan dan digambarkan
semua data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan
produk, cara pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik
yang belum tercakup secara lengkap di dalam Gambar Kerja/ Dokumen Kontrak maupun di dalam
RKS ini. Kontraktor wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/ Direksi. Semua gambar yang
dipersiapkan oleh Kontraktor dan diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk diminta
persetujuannya harus sesuai dengan format standar dari proyek.
12.8 Perubahan, penambahan, pengurangan pekerjaan dan pembuatan “as-built drawing”.
12.8.1. Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan pengurangan pekerjaan
disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.

12.8.2. Setelah Pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor berkewajiban membuat


gambar-gambar yang telah dikerjakan/dibangun oleh kontraktor (As-Built Drawing).

Biaya untuk penggambaran “As-Built Drawing”, sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.

PASAL 13
TANGGUNG – JAWAB KONTRAKTOR
13.1 Kontraktor harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.
13.2 Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat, mengawasi,
menegur, atau memberi nasehat tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas.
13.3 Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat pelaksanaan
pekerjaan. Kontraktor berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut dengan biaya
Kontraktor sendiri.
13.4 Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, maka
Kontraktor berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pemberi Tugas melalui
Konsultan Pnegawas. Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor bertanggung-jawab atas
kerusakan yang timbul.
13.5 Kontraktor bertanggung-jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
13.6 Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan menjadi
tangung-jawab Kontraktor.
13.7 Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan bahan/material,
barang milik Proyek, Konsultan Pengawas dan milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan,
maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima. Bila terjadi kehilangan
bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah dipasang maupun belum; adalah
tanggung jawab Kontraktor dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.
13.8 Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung-jawab atas akibatnya, baik yang berupa
barang-barang maupun keselamatan jiwa.
13.9 Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor harus segera mengangkut bahan bongkaran dan
sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi pekerjaan. Segala
pembiayaannya menjadi tanggungan Kontraktor.

PASAL 14
KETENTUAN & SYARAT BAHAN-BAHAN
14.1 Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini maupun
dalam berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan dipergunakan maupun
syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam A.V. dan
Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI th. 1982), Standar Industri Indonesia (SII)
untuk bahan termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang
berlaku di Indonesia. Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
pekerjaan, seperti material, peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan
kualitas terbaik untuk tujuan yang dimaksudkan.
14.2 Merk pembuatan bahan/ material & komponen jadi.
14.2.1. Kecuali bila ditentukan lain dalam kontrak ini, semua merk pembuatan atau merk dagang
dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis ini dimaksudkan sebagai dasar perbandingan
kualitas/setara dan tidak diartikan sebagai suatu yang mengikat.
Setiap keterangan mengenai peralatan, material, barang atau proses, dalam bentuk nama
dagang, buatan atau nomor katalog harus dianggap sebagai penentu standard atau kualitas
dan tidak boleh ditafsirkan sebagai upaya membatasi persaingan; dan Kontraktor harus
dengan sendirinya menggunakan peralatan, material, barang atau proses, yang atas
penilaian Konsultan Pengawas dan Perencana, sesuai dengan keterangan itu. Seluruh
material patent itu harus dipergunakan sesuai dengan instruksi pabrik yang membuatnya.

14.2.2. Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai harus sesuai dengan yang
tercantum dalam Gambar dan RKS, memenuhi standard spesifikasi bahan tersebut,
mengikuti peraturan persyaratan bahan bangunan yang berlaku.

14.2.3. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga ahli yang
ditunjuk oleh pabrik dan atau Supplier yang bersangkutan tersebut sebagai pelaksana.

Dalam hal ini, Kontraktor tidak berhak mengajukan claim sebagai pekerjaan tambah.

14.2.4. Disyaratkan bahwa satu merk pembuatan atau merk dagang hanya diperkenankan untuk
setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan ini.

14.2.5. Penggunaan bahan produk lain yang setaraf dengan apa yang dipersyaratkan harus disertai
test dari Laboratorium lokal/dalam negeri baik kualitas, ketahanan serta kekuatannya dan
harus disetujui oleh Konsultan Pengawas secara tertulis dan diketahui oleh Konsultan
Perencana.
Apabila diperlukan biaya untuk test Laboratorium, maka biaya tersebut harus ditanggung
oleh Kontraktor tanpa dapat mengajukan sebagai biaya tambah.

14.3 Kontraktor/Pelaksana terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua bahan-bahan


yang diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan Pengawas/Direksi dan Perencana
untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis sebelum semua bahan-bahan tersebut
didatangkan/dipakai.
14.4 Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan diinformasikan kepada
Kontraktor selama tidak lebih dari tujuh (7) hari kalender setelah penyerahan contoh bahan
tersebut.
14.5 Penyimpanan material
Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang bersangkutan,
dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.

14.5.1 Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan kesesuaiannya untuk
pekerjaan. Material harus diletakkan di atas permukaan yang bersih, keras dan bila diminta
harus ditutup. Material harus disimpan sedemikian rupa agar memudahkan pemeriksaan.
Benda-benda milik pribadi tidak boleh dipergunakan untuk penyimpanan tanpa izin tertulis
dari Pemiliknya.
14.5.2 Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan diratakan (levelling) menurut
petunjuk Konsultan Pengawas.
14.5.3 Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan miring kesamping sesuai
dengan ketentuan, sehingga memberikan drainasi/pematusan dari kandungan air/cairan
yang berlebihan. Material harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan
pemisahan bahan (segregation), agar timbunan tidak berbentuk kerucut, dan menjaga
gradasi serta mengatur kadar air. Penyimpanan agregat kasar harus ditimbun dan
diangkat/dibongkar lapis demi lapis dengan tebal lapisan tidak lebih dari satu meter. Tinggi
tempat penyimpanan tidak lebih dari lima meter

PASAL 15
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN
15.1 Bahan-bahan yang didatangkan/dipekerjakan harus sesuai dengan contoh-contoh yang telah
disetujui Konsultan Pengawas seperti yang diatur dalam PASAL 14 di atas.
15.2 Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan
afkir/ditolak oleh Konsultan Pengawas harus segera dikeluarkan dari lapangan bangunan
selambat-lambatnya dalam tempo 3 X 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
15.3 Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Pengawas/Direksi/Perencana
dan ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Konsultan Pengawas/Perencana
berhak memerintahkan pembongkaran kembali kepada kontraktor yang mana segala kerugian
yang diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan Kontraktor sepenuhnya
disamping pihak kontraktor tetap dikenakan denda sebesar 1 o/oo (satu permil) dari harga
borongan.

15.4 Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-bahan
tersebut, maka Kontraktor harus dan memeriksakannya ke Laboratorium balai Penelitian
Bahan-Bahan Pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian tersebut disampaikan kepada
Pengawas/Direksi/Perencana secara tertulis. Segala biaya pemeriksaan ditanggung oleh
Kontraktor.
15.5 Sebelum ada kepastian dari laboratorium tersebut di atas tentang baik atau tidaknya kualitas
dari bahan-bahan tersebut. Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan-pekerjaan
yang menggunakan bahan-bahan tersebut di atas.
15.6 Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus memberikan penjelasan lengkap
tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan tempat pekerjaan yang akan
dilaksanakan

PASAL 16
SUPPLIER & SUB KONTRAKTOR

16.1 Jika Kontraktor menunjuk supplier dan atau Kontraktor Bawahan (Sub-Kontraktor) didalam hal
pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor „wajib‟ memberitahukan terlebih
dahulu kepada Konsultan Pengawas dan Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
16.2 Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di Lapangan untuk pekerjaan khusus
dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai
instruksi pabrik

PASAL 17
PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA

17.1 Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan tanah permukaan,
dan pembuangan serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan puing-puing di dalam daerah
kerja, kecuali benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya atau yang harus
dipindahkan sesuai dengan ketentuan PASAL-PASAL yang lain dari spesifikasi ini. Pekerjaan ini
mencakup juga perlindungan/ penjagaan tumbuhan dan benda-benda yang ditentukan harus
tetap berada di tempatnya dari kerusakan atau cacat.
17.2 Segala obyek yang berada di muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu busuk, tunggul,
akar, serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan-rintangan lainnya yang muncul, yang
tidak diperuntukan berada di sana, harus dibersihkan dan/atau dibongkar, dan di buang bila
perlu.
Pada daerah galian, segala tunggul dan akar harus di buang dari daerah sampai kedalaman
sekurang-kurangnya 50 cm di bawah elevasi lubang galian sesuai Gambar Kerja.

Lubang-lubang akibat pembongkaran harus diurug dengan material yang memadai dan
dipadatkan sampai 90% dari kepadatan kering maksimum sesuai AASHTO T 99.

PASAL 18
PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN

18.1 Izin memasuki tempat kerja.


Direksi dan Konsultan Pengawas atau setiap petugas yang diberi kuasa olehnya, setiap waktu
dapat memasuki tempat pekerjaan, atau semua bengkel dan tempat-tempat dimana
pekerjaan sedang dikerjakan/ dipersiapkan atau dimana bahan/ barang dibuat.
18.2 Pemeriksaan pekerjaan.
18.2.1 Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor, tetapi karena bahan/
material ataupun komponen jadi, maupun mutu pekerjaannya sendiri ditolak oleh Konsultan
Pengawas/Direksi harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor
dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas/ Direksi.
18.2.2 Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak terlihat sebelum mendapatkan
persetujuan Pengawas dan Kontraktor harus memberikan kesempatan sepenuhnya kepada
Pengawas ahli untuk memeriksa dan mengukur pekerjaan yang akan ditutup dan tidak
terlihat.
18.2.3 Kontraktor harus melaporkan kepada Pengawas kapan setiap pekerjaan sudah siap atau
diperkirakan akan siap diperiksa.
18.2.4 Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari jam
diterimanya surat permohonan pemeriksaan, tidak terhitung hari libur/ hari Raya) tidak
dipenuhi/ ditanggapi oleh Konsultan Pengawas/Direksi, maka Kontraktor dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas/Direksi.
18.2.5 Bila Kontraktor melalaikan perintah, Konsultan Pengawas/Direksi berhak menyuruh
membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki.
18.2.6 Biaya pembongkaran dan pemasangan/perbaikan kembali menjadi tanggungan Kontraktor,
tidak dapat di “klaim” sebagai biaya pekerjaan tambah maupun alasan untuk perpanjangan
waktu pelaksanaan.
18.3 Kemajuan pekerjaan.
18.3.1 Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan oleh kontraktor
demikian pula metode/cara pelaksanaan pekerjaan harus diselenggarakan sedemikian rupa,
sehingga diterima oleh Pengawas.
18.3.2 Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu menurut penilaian
Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin penyelesaian pada waktu yang telah
ditentukan atau pada waktu yang diperpanjang maka Pengawas harus memberikan petunjuk
secara tertulis langkah-langkah yang perlu diambil guna melancarkan laju pekerjaan
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
18.4 Perintah untuk pelaksanaan (foreman).
Bila Kontraktor atau petugas lapangannya tidak berada di tempat kerja di mana Konsultan
Pengawas bermaksud untuk memberikan petunjuk atau perintah, maka petunjuk atau
perintah itu harus dituruti dan dilaksanakan oleh semua petugas Pelaksana atau petugas yang
ditunjuk oleh Kontraktor untuk menangani pekerjaan itu.
18.5 Toleransi.
Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam kontrak ini harus dikerjakan sesuai dengan
toleransi yang diberikan dalam Spesifikasi, dan toleransi lainnya yang ditetapkan pada bagian
lainnya.

PASAL 19
CACAT-CACAT PEKERJAAN

19.1 Bila penyelesaian pekerjaan, bahan yang digunakan atau keahlian dalam pengerjaan
setiap bagian pekerjaan tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang tercantum
dalam persyaratan teknis, maka bagian pekerjaan tersebut harus digolongkan sebagai
cacat pekerjaan.

19.2 Semua pekerjaan yang digolongkan demikian harus dibongkar dan diganti sesuai
dengan yang dikehendaki oleh Menejemen Konstruksi

19.3 Seluruh pembongkaran dan pemulihan pekerjaan yang digolongkan cacat tersebut
serta semua biaya yang timbul akibat hal itu seluruhnya menjadi beban Pemborong.

Syarat-syarat teknis pekerjaan struktur, arsitektur dan mekanikal elektrikal terlampir

Tanjungpinang, Maret 2023

DIBUAT OLEH
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

SAYED WAHIDIN SUDIROHUSODO, ST, MM


NIP. 19760821 200604 1 01

Anda mungkin juga menyukai