Anda di halaman 1dari 22

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PEKERJAAN
PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TARUNA

AKADEMI PENERBANG INDONESIA


BANYUWANGI

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN
AKADEMI PENERBANG INDONESIA BANYUWANGI

TAHUN ANGGARAN 2022


KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
PEKERJAAN
PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TARUNA

1. PENDAHULUAN

Akademi Penerbang Indonesia Banyuwangi sebagai lembaga dibawah


Badan Pengembangan SDM Perhubungan Kementerian Perhubungan yang
menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan yang menghasilkan
insan perhubungan terutama penerbang/pilot.
Akademi Penerbang Indonesia yang berdiri pada tahun 2013 berkedudukan
di Banyuwangi memiliki lahan seluas 10 Ha. Dengan keberadaan lahan
tersebut Akademi Penerbang Indonesia terus melakukan pengembangan
sarana prasarana hingga saat ini.
Di tahun 2021, Akademi Penerbang Indonesia mengajukan beberapa
pembangunan gedung untuk mendukung pengembangan lembaga Akademi
Penerbang Indonesia Banyuwangi yang menjadi Akademi pada tahun 2019.
Pembangunan tersebut seharusnya mulai dibangun pada tahun 2020 lalu
namun belum dapat terealisasi karena terjadinya pandemic Covid-19.
Di tahun 2022 ini Akademi Penerbang Indonesia Banyuwangi memiliki
anggaran untuk melaksanakan pembangunan Gedung Asrama Taruna. Agar
pelaksanaan kegiatan Pembangunan Gedung Asrama Taruna tersebut
berjalan sesuai dengan rencana dan hasil pekerjaan sesuai dengan
kebutuhan dan spesifikasi teknis, perlu dilakukan pengawasan yang ketat
terhadap standart mutu material dan pelaksanaan termasuk ketepatan
waktu.

a. Umum
1) Setiap pelaksanaan konstruksi fisik yang dilakukan oleh kontraktor
harus mengikuti rencana teknis yang telah disiapkan dan digunakan
sebagai dasar pelaksanaan konstruksi dapat berlangsung tepat
mutu, tepat waktu, tepat biaya, dan tertib administrasinya.
2) Pelaksanaan pekerjaan konstruksi harus dilakukan oleh penyedia
jasa konstruksi yang kompeten,dan dilakukan secara penuh waktu
dengan menempatkan tenaga-tenaga ahli di lapangan sesuai
kebutuhan dan kompleksitas pekerjaan.
3) Kinerja pelaksana pekerjaan konstruksi sangat ditentukan oleh
kualitas hasil pekerjaan, serta yang secara menyeluruh dapat
melakukan kegiatannya berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
yang telah disepakati.

b. Latar Belakang.

1) Dasar Hukum
a) Undang – undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;
b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Buku III tentang
Perikatan);
c) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang – Undang Nomor 2 tahun 2017 tentang
Jasa Konstruksi;
d) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor: 12 Tahun 2021
tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
e) Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2019 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah untuk Percepatan Pembangunan
Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat;
f) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 14 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa
Konstruksi melalui Penyedia.
g) Peraturan Lembaga Nomor 12 Tahun 2021 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui
Penyedia;
h) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor: 22/PRT/M/2018 tentang Pedoman
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
i) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
j) Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2021 tentang
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 3, Level
2, dan Level 1 Corona Virus Disease 2019 di Wilayah Jawa dan
Bali.

2) Referensi Teknis Nasional


a) Standar Nasional Indonesia (SNI);
b) Standar Industri Indonesia;
c) Peraturan dan Standar lain yang relevan.

Dan Standart lainnya yang relevan dengan jenis pekerjaan.

2. MAKSUD DAN TUJUAN


1) Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini merupakan petunjuk bagi
Pelaksana Pekerjaan Konstruksi yang memuat masukan, azas,
kriteria, proses dan keluaran yang harus dipenuhi dan diperhatikan
serta diinterpretasikan kedalam pelaksanaan tugas pengawasan.
2) Dengan penugasan ini diharapkan Pelaksana Pekerjaan Konstruksi
dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik untuk
menghasilkan keluaran yang memenuhi sesuai KAK ini.

3. SASARAN
Kegiatan yang dilaksanakan adalah Pekerjaan Pembangunan Gedung
Asrama Taruna.
4. NAMA DAN ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
Pengguna Jasa adalah : Akademi Penerbang Indonesia Banyuwangi
Nama PPK : PPK Modal Akademi Penerbang Indonesia
Banyuwangi
Alamat : Komplek Bandar Udara Banyuwangi, Jl. Agung
wilis, Kec. Blimbingsari, Kab. Banyuwangi, Jawa
Timur

5. SUMBER PENDANAAN

a. Biaya Pelaksanaan

1) Untuk pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Gedung Asrama


Taruna ini diperlukan biaya dengan ketentuan :
a) Besarnya biaya pelaksanaan pekerjaan merupakan biaya tetap
dan pasti,
b) Ketentuan pembiayaan lebih lanjut mengikuti surat perjanjian
pekerjaan pengawasan yang dibuat oleh Kepala Satuan
Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen Satuan Kerjadan Konsultan
Pengawas.

2) Biaya pekerjaan dan tata cara pembayaran diatur secara


kontraktual.

b. Sumber Biaya

Sumber dana dari keseluruhan pekerjaan pengawasan dibebankan


pada DIPA APBN Tahun Anggaran 2022.
1) Nilai Pagu : Rp. 9.428.400.000,-
(Sembilan Milyar Empat Ratus Dua Puluh
Delapan Juta Empat Ratus Ribu Rupiah)
2) Nilai HPS : Rp. 9.428.400.000,-
(Sembilan Milyar Empat Ratus Dua Puluh
Delapan Juta Empat Ratus Ribu Rupiah)

6. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi pembangunan gedung
asrama taruna ini selama 8 (Delapan) bulan atau 240 (Dua Ratus Empat
Puluh) hari kalender terhitung sejak terbit SPMK.

7. LINGKUP, LOKASI KEGIATAN, DATA DAN FASILITAS PENUNJANG

a. Lingkup Kegiatan :
Pekerjaan Pembangunan Gedung Asrama Taruna

b. Lokasi Kegiatan:
Akademi Penerbang Indonesia Banyuwangi
c. Data Lokasi/ Informasi:

1) Untuk melaksanakan tugasnya, pelaksana pekerjaan konstruksi


harus mencari sendiri informasi yang dibutuhkan selain dari
informasi yang diberikan oleh Kepala Satuan Kerja/Pejabat
Pembuat Komitmen Satuan Kerja termasuk melalui Kerangka
Acuan Kerja ini.
2) Pelaksana pekerjaan konstruksi harus memeriksa kebenaran
informasi yang digunakan dalam pelaksanaan tugasnya yang
berasal dari Kepala Satuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen
Satuan Kerja yang berupa Dokumen Kontrak Konstruksi beserta
lampirannya, Kesalahan/ kelalaian pekerjaan sebagai akibat dari
kesalahan informasi menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari
Pelaksana pekerjaan konstruksi.
3) Informasi pelaksanaan pekerjaan antara lain:
a) Dokumen pelaksanaan yaitu:
 Gambar-gambar;
 Rencana Kerja dan Syarat-syarat;
 Dokumen Kontrak Pelaksanaan /Pemborongan.
 BarChart dan S-Curve dari pekerjaan yang dibuat oleh
Pemborong (setelah disetujui).
b) Kerangka Acuan Kerja (KAK) pelaksanaan pekerjaan
konstruksi;
c) Peraturan-peraturan, standar dan pedoman yang berlaku untuk
pekerjaan pengawasan teknis konstruksi, termasuk petunjuk
teknis simak pengawasan mutu pekerjaan,dll;
d) Peraturan penerapan protokol kesehatan di masa Pandemi
Covid-19;
e) Informasi lainnya.
4) Program alih teknologi.
5) Staf /tim teknis pelaksanaan pekerjaan.
Pejabat Pembuat Komitmen dapat mengangkat petugas sebagai
wakilnya yang bertindak sebagai Tim Teknis untuk pengawas,
pendamping dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
8. LINGKUP PEKERJAAN
a. Lingkup Pekerjaan;
Yang harus dilaksanakan oleh pelaksana pekerjaan konstruksi adalah
berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

b. Lingkup Pekerjaan tersebut antara lain adalah:


1) Memeriksa dan mempelajari kondisi lahan dan dokumen untuk
pelaksanaan konstruksi yang akan dijadikan dasar dalam
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dilapangan.
2) Mengurus perijinan sehubungan dengan pelaksanaan
pembangunan.
3) Menyediakan dan bertanggung jawab atas bahan, peralatan, tenaga
kerja, dan metoda dan produk pelaksanaan, serta memastikan
ketepatan waktu, mutu dan biaya pekerjaan konstruksi.
4) Melakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan
perencanaan konstuksi baik dari segi kualitas, kuantitas, dan laju
pencapaian volume/ realisasi fisik.
5) Mengumpulkan data dan informasi dilapangan untuk memecahkan
permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan konstruksi.
6) Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat
laporan bulanan pekerjaan pengawasan, dengan masukan hasil
rapat-rapat lapangan, laporan harian, mingguan dan bulanan
pekerjaan konstruksi.
7) Menyusun berita acara kemajuan pekerjaan, serah terima pertama
pekerjaan konstruksi.
8) Menyusun program kerja harian/ mingguan dan gambar-gambar
pelaksanaan (Shop Drawing).
9) Menyerahkan gambar-gambar yang telah sesuai dengan
pelaksanaan (As-Built drawings) sebelum serah terima pertama.
10) Melaporkan daftar cacat / kerusakan sebelum serah terima pertama,
melakukan perbaikannya pada masa pemeliharaan, dan laporan
akhir pekerjaan pengawasan.
11) Memastikan penerapan protokol kesehatan Covid-19 dalam
pelaksanaan pekerjaan.
c. TANGGUNG JAWAB PELAKSANA PEKERJAAN KONSTRUKSI

1) Pelaksana pekerjaan konstruksi bertanggung jawab secara


professional atas jasa pengawasan yang dilakukan sesuai ketentuan
dan kode tata laku profesi yang berlaku.
2) Secara umum tanggung jawab pelaksana pekerjaan konstruksi
adalah minimal sebagai berikut:
a) Kesesuaian pelaksanaan konstruksi dengan dokumen
pelelangan/perencanaan yang dijadikan pedoman, serta
peraturan, standar dan pedoman teknis yang berlaku.
b) Kinerja pelaksana pekerjaan konstruksi telah memenuhi standar
yang ditetapkan, baik kualitas dan kuantitas Tenaga Ahli
maupun laporan-laporan yang disyaratkan.
c) Hasil evaluasi pelaksanaan pekerjaan dan dampak yang
ditimbulkan.
d) Penerapan protokol kesehatan Covid-19.

9. PERSYARATAN KUALIFIKASI:
Penyedia pelaksana pekerjaan konstruksi harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1) Peserta harus memliki dan melampirkan surat izin usaha:
a) Memiliki Surat Ijin Usaha Konstruksi (IUJK) yang masih berlaku;
b) Memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) dengan kualifikasi usaha
menengah dengan klasifikasi bangunan gedung, subklasifikasi
jasa pelaksana untuk konstruksi bangunan pendidikan
(BGOO7) atau ijin usaha dengan nomor KBLI 41016 (konstruksi
gedung pendidikan) yang masih berlaku.
Dalam hal ber-KSO, persyaratan kualifikasi usaha harus dipenuhi
oleh leadfirm KSO.
2) Dan persyaratan lainnya mengacu pada dokumen pemilihan yang
ditetapkan oleh pokja pemilihan.

10. PERSYARATAN ADMINISTRASI;


Syarat-syarat substansial yang diminta berdasarkan Dokumen Pemilihan
terpenuhi, yaitu dengan dilampirkannya:
a. Surat Penawaran (sebagaimana tercantum dalam SPSE) Surat
Penawaran memenuhi ketentuan yaitu jangka waktu berlakunya
Penawaran tidak kurang dari waktu sebagaimana tercantum dalam LDP;
b. Surat Perjanjian Kerja Sama Operasi (apabila kso) memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) mencantumkan nama KSO sesuai dengan dokumen isian
kualifikasi;
2) mencantumkan nama perusahaan leadfirm KSO dan
anggota KSO;
3) mencantumkan pembagian modal (sharing) dari setiap
perusahaan;
4) mencantumkan nama individu pihak yang mewakili KSO;
dan
5) ditandatangani para calon peserta KSO.
c. Pokja Pemilihan dapat melakukan klarifikasi/konfirmasi
secara tertulis terhadap hal-hal yang kurang jelas dan meragukan
namun tidak boleh mengubah substansi;

11. PERSYARATAN TEKNIS


Evaluasi teknis dilakukan dengan sistem gugur dengan
ketentuan:
a. Rencana penanganan kesehatan dan keselamatan kerja (K3), antara
lain memuat penjelasan :
- Rencana penanganan terhadap kesehatan dan keselamatan
kerja yang diyakini menggambarkan penguasaan penawar
terhadap penanganan K3
- Menyampaikan isian Pra RK3K
- Program dan skedul K3 konstruksi
- Pedoman dan prosedur K3 konstruksi

b. Menyampaikan daftar bahan/material yang ditawarkan sesuai dengan


spesifikasi teknis yang dipersyaratkan. Surat dukungan bahan/material
yang dibutuhkan meliputi beton readymix dan besi beton ketentuan:
1) Surat dukungan diterbitkan oleh produsen/distributor, jika diterbitkan
distributor dilampirkan surat penunjukkan distributor;
2) Memiliki jaminan ketersediaan material dan jaminan produk baru
dari pabrik;
c. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan tidak melampaui
batas waktu sebagaimana tercantum dalam LDP.
d. Peralatan utama yang ditawarkan sesuai dengan yang ditetapkan
dalam Dokumen Pemilihan, dengan ketentuan:
1) Yang dimaksud dengan peralatan utama adalah peralatan
yang mendukung langsung dan sesuai kebutuhan untuk
melaksanakan pekerjaan pekerjaan utama (major item);
2) Jenis, kapasitas, dan jumlah yang disediakan untuk
pelaksanaan pekerjaan;
3) Kepemilikan peralatan utama adalah milik sendiri, sewa beli,
dan/atau milik pihak lain dengan perjanjian Sewa bersyarat (bukan
surat dukungan).
4) Evaluasi terhadap peralatan utama yang bersumber dari:
a) Milik sendiri, dilakukan terhadap bukti kepemilikan peralatan
(STNK, BPKB, invoice);
b) Sewa Beli, dilakukan terhadap bukti pembayaran Sewa
Beli (invoice uang muka, angsuran);
c) Sewa dilakukan terhadap kebenaran surat perjanjian sewa.

No Peralatan Jumlah
1 Concrete Pump 1 Unit
2 Truck Molen 6m3 3 Unit
3 Truck/ dump truck 5m3 2 Unit
4 Total station (TS)/ Theodolit 1 Unit
5 Genset 25 Kva 1 Unit
6 Mobile Crane 3 Ton 1 Unit

Peralatan tersebut dicantumkan Jenis, merk/type, jumlah dan


bersumber dari milik sendiri sesuai bukti kepemilikan peralatan
(STNK, BPKB, Invoice atau kwitansi), Jika Sewa Beli harus sesuai
bukti pembayaran Sewa beli (Invoice uang muka, angsuran), Jika
Sewa harus sesuai dengan Surat Perjanjian sewa dan bukti
kepemilikan.
e. Personel manajerial yang ditawarkan sesuai dengan yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan, dengan ketentuan:
1) Hanya mensyaratkan 1 (satu) sertifikat kompetensi kerja untuk
setiap personel yang disyaratkan.
2) Untuk pekerjaan yang memiliki tingkat risiko kecil, maka dapat
mensyaratkan Petugas K3 atau Ahli K3 sedangkan untuk pekerjaan
yang masuk dalam kategori risiko besar maka mensyaratkan Ahli
K3.
3) Kompetensi personel manajerial meliputi tingkat pendidikan dan
pengalaman bekerja sesuai jenis pekerjaan yang ditenderkan.
4) Sertifikat Kompetensi Kerja dibuktikan saat rapat persiapan
penunjukan penyedia.
5) Pengalaman kerja dihitung berdasarkan daftar riwayat pengalaman
kerja dengan dilapmpiri referensi kerja sesuai kontrak dari pemberi
tugas.
6) Pengalaman yang disampaikan tanpa melampirkan daftar riwayat
hidup atau referensi kerja maka tidak dapat dihitung
sebagai pengalaman.
7) Pengalaman kerja yang dihitung adalah pengalaman sesuai dengan
jenis pekerjaan yang ditenderkan (bukan berdasarkan jabatan yang
ditawarkan).
8) Pengalaman kerja dihitung per tahun tanpa memperhatikan
lamanya pelaksanaan konstruksi (dihitung berdasarkan Tahun
Anggaran).

Sertifikat keahlian Pengalaman


No Jabatan Pendidikan / keterampilan Kerja (Tahun) Jumlah
1 Project STM/ SMK/ SKT Pelaksana 2 tahun 1 org
Manager SMA/ D3 Bangunan Gedung / (Pengalaman
Pekerjaan Gedung – Bangunan
Kelas 1 Gedung)
(TS.051/TA.022)
2 Ahli K3 STM/ SMK/ 0 tahun 1 org
Konstruksi SMA/ D3 (Pengalaman
Bangunan
Gedung)
f. Bagian pekerjaan yang akan disubkontrakkan memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1) Penyedia tidak mensubkontrakkan seluruh pekerjaan utama;
2) Penyedia Usaha Kecil tidak mensubkontrakkan pekerjaan yang
diperoleh.
g. Dokumen Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) memenuhi
persyaratan sebagaimana tercantum dalam LDP, yang memuat :
1) manajemen risiko dan rencana tindakan (minimal sesuai identifikasi
bahaya yang ditentukan PPK), meliputi:
a) Penjelasan manajemen risiko meliputi mengidentifikasi bahaya,
menilai tingkat risiko, dan mengendalikan tingkat risiko.
b) Penjelasan rencana tindakan meliputi sasaran umum, sasaran
khusus, dan Program K3.
2) Pakta komitmen yang ditanda-tangani oleh wakil sah badan usaha.
3) Biaya penerapan SMKK
No. Jenis Tipe Identifikasi Bahaya
Pekerjaan
1. Pekerjaan Struktur  Jatuh dari ketinggian
dan arsitektur  Tertimpa Material
 Tertusuk benda tajam
 Terluka akibat terkena alat berat

h. Pokja Pemilihan dapat melakukan verifikasi lapangan dan/atau


klarifikasi, khususnya kepada pabrikan/produsen/agen/ distributor
material/alat untuk menjamin konsistensi jenis material/alat serta
kemampuan untuk menyediakan material/peralatan sesuai jadwal yang
telah ditetapkan serta kebenaran penyewaan terhadap pelaksanaan
pekerjaan;
i. Apabila dalam evaluasi teknis terdapat hal- hal yang tidak jelas atau
meragukan, Pokja Pemilihan melakukan klarifikasi dengan peserta.
Dalam klarifikasi, peserta tidak diperkenankan mengubah substansi
penawaran. Hasil verifikasi lapangan dan/atau klarifikasi dapat
menggugurkan penawaran;
12. PERSYARATAN HARGA
a. Unsur-unsur yang perlu dievaluasi adalah hal-hal yang pokok atau
penting, dengan ketentuan:
1) Total harga penawaran terkoreksi dibandingkan dengan nilai
total HPS:
a) apabila total harga penawaran terkoreksi melebihi nilai
total HPS, dinyatakan gugur; dan
b) apabila semua harga penawaran terkoreksi di atas nilai total
HPS, tender dinyatakan gagal.
2) Apabila tidak menyampaikan perkiraan biaya penyelenggaraan
keamanan dan kesehatan kerja serta Keselamatan Konstruksi maka
dinyatakan gugur.
3) Dalam hal bagian pekerjaan harga satuan maka harga satuan
penawaran yang nilainya lebih besar dari 110% (seratus sepuluh
persen) dari harga satuan yang tercantum dalam HPS, dilakukan
klarifikasi dengan ketentuan:
a) apabila setelah dilakukan klarifikasi, ternyata harga satuan
tersebut dinyatakan timpang maka harga satuan timpang hanya
berlaku untuk volume sesuai dengan Daftar Kuantitas dan
Harga. Jika terjadi penambahan volume terhadap pekerjaan
yang harga satuannya dinyatakan timpang, maka pembayaran
terhadap volume tersebut berdasarkan harga satuan hasil
negosiasi;
b) apabila setelah dilakukan klarifikasi, ternyata harga satuan
tersebut dapat dipertanggungjawabkan/ sesuai dengan harga
pasar maka harga satuan tersebut dinyatakan tidak timpang.
4) Apabila terdapat mata pembayaran yang harganya nol atau tidak
ditulis maka dilakukan klarifikasi, kegiatan tersebut harus tetap
dilaksanakan. Harganya dianggap termasuk dalam harga
pekerjaan lainnya.
b. Dilakukan evaluasi kewajaran harga dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Evaluasi kewajaran harga dilakukan terhadap bagian pekerjaan
lumsum dan bagian pekerjaan harga satuan;
2) Klarifikasi terhadap hasil koreksi aritmatik, apabila ada
koreksi/ perubahan;
3) Klarifikasi dalam hal penawaran Tingkat Komponen Dalam Negeri
(TKDN) berbeda dibandingkan dengan perkiraan Pokja Pemilihan
(apabila mensyaratkan TKDN);
4) Klarifikasi/evaluasi kewajaran harga apabila harga penawaran
dibawah 80% (delapan puluh persen) HPS dengan ketentuan:
a) Peserta menyampaikan Rincian Keluaran dan Harga
(untuk bagian pekerjaan lumsum) dan Analisa Harga Satuan
Pekerjaan (untuk bagian pekerjaan harga satuan)
b) Rincian Keluaran dan Harga (untuk bagian pekerjaan lumsum)
dan Analisa Harga Satuan Pekerjaan (untuk bagian pekerjaan
harga satuan) hanya digunakan untuk evaluasi kewajaran
harga penawaran dan tidak dapat digunakan sebagai dasar
pengukuran dan pembayaran pekerjaan;
c) Meneliti dan menilai kewajaran harga satuan dasar
meliputi harga upah, bahan, dan peralatan dari harga satuan
penawaran sekurang- kurangnya pada setiap mata pembayaran
utama;
d) Meneliti dan menilai kewajaran kuantitas/koefisien dari
unsur upah, bahan, dan peralatan dalam Analisa Harga Satuan
sekurang-kurangnya pada setiap pekerjaan utama;
e) Hasil penelitian butir c) dan butir d) digunakan untuk
menghitung kewajaran harga tanpa memperhitungkan
keuntungan yang ditawarkan;
f) Harga dalam Analisa Harga Satuan Pekerjaan dan Rincian
Keluaran dan Harga yang dinilai wajar dan dapat
dipertanggungjawabkan digunakan untuk menghitung total
harga penawaran;
g) Total harga sebagaimana dimaksud pada huruf f) dihitung
berdasarkan:
(1) volume yang ada dalam Daftar Kuantitas dan Harga;
serta
(2) keluaran (output) yang ada dalam Daftar Keluaran
dan Harga.
h) Apabila total harga lebih kecil dari hasil evaluasi sebagaimana
huruf g) tersebut, maka harga penawaran dinyatakan tidak wajar
dan gugur harga;
i) Apabila total harga penawaran lebih besar dari hasil evaluasi
sebagaimana huruf g) tersebut, maka harga penawaran
dinyatakan wajar;
j) Apabila peserta tersebut ditunjuk sebagai pemenang tender,
harus bersedia untuk menaikkan Jaminan Pelaksanaan menjadi
5% (lima persen) dari nilai total HPS; dan
k) Apabila peserta yang bersangkutan tidak bersedia menaikkan
nilai Jaminan Pelaksanaan menjadi sebesar 5% (lima persen)
HPS, penawarannya digugurkan serta dikenakan sanksi Daftar
Hitam.
c. Memperhitungkan preferensi harga atas penggunaan produksi
dalam negeri (apabila memenuhi persyaratan diberlakukannya
preferensi harga) dengan ketentuan perhitungan Tingkat Komponen
Dalam Negeri (TKDN) yang disampaikan oleh peserta berdasarkan
penilaian sendiri (self assessment), dengan ketentuan:
1) Preferensi Harga untuk Barang/Jasa dalam negeri diberlakukan
pada Pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai rupiah murni tetapi
hanya berlaku untuk Pengadaan Barang/Jasa bernilai diatas
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah);
2) Preferensi Harga hanya diberikan kepada Barang/Jasa
dalam negeri dengan TKDN lebih besar atau sama dengan 25%
(dua puluh lima persen). Apabila peserta tidak menyampaikan
formulir perhitungan TKDN maka peserta dianggap tidak
menginginkan diberlakukan preferensi harga bagi
penawarannya dan tidak menggugurkan.
Ketentuan dan tata cara penghitungan TKDN merujuk pada ketentuan
yang ditetapkan oleh Menteri yang membidangi urusan perindustrian
dengan tetap berpedoman pada tata nilai Pengadaan Barang/Jasa.
3) Rumus penghitungan sebagai berikut:

HEA = (1 − 𝐾P)𝑥 𝐻𝑃
HEA = Harga Evaluasi Akhir.
KP = TKDN x Preferensi Tertinggi.
KP adalah koefisien preferensi
Preferensi Tertinggi adalah preferensi harga maksimum yaitu
7,5% untuk pekerjaan konstruksi dan 25% untuk barang/jasa
HP = Harga Penawaran setelah koreksi aritmatik.

4) dalam hal terdapat 2 (dua) atau lebih penawaran dengan HEA


yang sama, penawar dengan TKDN terbesar adalah sebagai
pemenang;
5) pemberian Preferensi Harga tidak mengubah Harga
Penawaran dan hanya digunakan oleh Pokja Pemilihan untuk
keperluan perhitungan HEA guna menetapkan peringkat
pemenang tender.
13. KELUARAN

a. KELUARAN
Keluaran yang dihasilkan oleh pelaksana pekerjaan konstruksi
berdasarkan Kerangka Acuan Kerja ini adalah lebih lanjut akan diatur
dalam surat perjanjian, yang minimal meliputi:
1) Buku harian, yang memuat semua kejadian, perintah/ petunjuk yang
penting dari Kepala Satuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen
Satuan Kerja, dan Konsultan Pengawas.
2) Laporan harian,berisi keterangan tentang:
a) Rencana kerja Harian/ Metoda
b) Shop Drawing
c) Tenaga Kerja,
d) Bahan-bahan yang datang, diterima atau ditolak,
e) Peralatan,
f) Pekerjaan-pekerjaan yang diselenggarakan,
g) Waktu pelaksanaan pekerjaan.
h) Laporan testing dan commissioning.
i) Penerapan protokol kesehatan Covid-19.
j) Laporan kesehatan pekerja.
3) Laporan Mingguan memuat uraian singkat mengenai latar belakang
pelaporan mingguan, tujuan, dan manfaat, lingkup pekerjaan yang
dilaporkan, aktivitas Kontraktor, kemajuan pekerjaan selama
seminggu dan komulatif hingga minggu yang dilaporkan, lampiran
yang dipandang perlu misalnya data tenaga kerja, peralatan, bahan,
rekapitulasi laporan (catatan) harian, dan data lainnya.
4) Laporan bulanan sebagai resume laporan mingguan.
5) Berita Acara Kemajuan Pekerjaan untuk pembayaran
angsuran/termin.
6) Surat Perintah Perubahan Pekerjaan Berita Acara Pemeriksaan
Pekerjaan Tambah Kurang.
7) Gambar-gambar sesuai dengan Pelaksanaan (as-built drawings)
dan Manual Peralatan-peralatan yang dibuat oleh Kontraktor
Pelaksana.
8) Laporan rapat dilapangan (sitemeeting) dan weekly instruction/
weekly Request.
9) Gambar rincian pelaksanaan (shopdrawings) dan realisasi Time
Schedule yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana.
10) Kelengkapan dokumen pendaftaran bangunan gedung Negara
lengkap dengan lampiran-lampirannya.
11) Laporan Akhir Pekerjaan Pengawasan.

b. KRlTERIA
Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh pelaksana pekerjaan konstruksi
pada Kerangka Acuan Kerja ini harus memperhatikan persyaratan-
persyaratan sebagai berikut:
1) Persyaratan Umum Pekerjaan
Setiap bagian dari pekerjaan harus dilaksanakan secara benar dan
tuntas sampai dengan memberi hasil yang telah ditetapkan dan
diterima dengan baik oleh Kepala Satuan Kerja/Pejabat Pembuat
Komitmen Satuan Kerja.
2) Persyaratan Obyektif
Pelaksanaan pekerjaan teknis konstruksi yang obyektif untuk
kelancaran pelaksanaan, baik yang menyangkut macam, kualitas,
dan kuantitas dari setiap bagian pekerjaan sesuai standar hasil kerja
pengawasan yang berlaku.
3) Persyaratan Fungsional
Pekerjaan konstruksi fisik harus dilaksanakan dengan komitmen dan
profesionalisme yang tinggi, sebagai pelaksana pekerjaan konstruksi
yang secara fungsional dapat mendorong peningkatan kinerja
kegiatan.
4) Persyaratan Prosedural
Penyelesaian administrative sehubungan dengan pekerjaan
dilapangan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan
peraturan yang berlaku.
5) Persyaratan Teknis Lainnya
Selain kriteria umum diatas, untuk pekerjaan pengawasan berlaku
pula ketentuan-ketentuan seperti standar, pedoman, dan peraturan
yang berlaku, antara lain:
a) Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Ketentuan yang diberlakukan
untuk pekerjaan satuan kerja yang bersangkutan, yaitu Surat
Perjanjian Pekerjaan Pelaksanaan beserta kelengkapannya, dan
ketentuan-ketentuan sebagai dasar perjanjiannya.
b) Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
c) Standar dan Pedoman Teknis yang berlaku.
c. PROSES PEKERJAAN

1) UMUM
Pelaksana pekerjaan konstruksi bertanggung jawab terhadap hasil
pekerjaan yang diharapkan dapat terlaksana dengan baik, dan
menghasilkan keluaran sebagaimana yang diharapkan oleh
Satuan Kerja.

2) URAIAN TUGAS OPERASIONAL


Pelaksana pekerjaan konstruksi harus membuat uraian satuan kerja
secara terinci yang sesuai dengan setiap bagian pekerjaan
pelaksanaan yang dihadapi dilapangan, yang secara garis besar
adalah sebagai berikut:
a) Pekerjaan Persiapan.
(1) Menyusun Program kerja, alokasi tenaga dan konsepsi
pekerjaan.
(2) Membuat Time Schedule/ BarChart, S-Curve untuk diajukan
kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
(3) Memastikan tenaga kerja memiliki asuransi bpjs
ketenagakerjaan.
(4) Mengurus perizinan terkait pelaksanaan pekerjaan
konstruksi sesuai ketentuan yang berlaku.
(5) Memeriksa penerapan K3 dan protokol kesehatan secara
harian.
b) Pekerjaan Teknis.
(1) Melaksanakan tugas pelaksana pekerjaan konstruksi secara
umum, memastikan kualitas dan kuantitas bahan dan
peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan
konstruksi.
(2) Memastikan ketersediaan bahan dan peralatan tepat waktu
sesuai dengan program kerja yang disusun dan disetujui
bersama dengan pengawas pekerjaan dan pejabat pembuat
komitmen.
(3) Melakukan uji lab di lembaga terakreditasi terhadap
komponen pekerjaan yang perlu dilakukan uji lab untuk
memastikan kualitas pekerjaan dan melaporkan hasil uji lab
tersebut kepada pengawas pekerjaan dan pejabat pembuat
komitmen.
(4) Mengambil tindakan yang tepat dan cepat, agar batas waktu
pelaksanaan dapat dipenuhi minimal sesuai dengan jadwal
yang ditetapkan dan mengkoordinasikan/melaporkan
pengambilan tindakan tersebut kepada pengawas pekerjaan
dan pejabat pembuat komitmen..
(5) Memberikan masukan/pendapat teknis tentang penambahan
atau pengurangan pekerjaan yang dapat mempengaruhi
biaya dan waktu pekerjaan serta berpengaruh pada
persyaratan kontrak, yang mana perubahan tersebut harus
mendapatkan persetujuan dari Kepala Satuan
Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen Satuan Kerja.
(6) Melaporkan pada kesempatan pertama apabila terjadi hal-
hal yang dapat menyembabkan keterlambatan progress
pekerjaan kepada pengawas pekerjaan dan pejabat
pembuat komitmen.
(7) Mengurus perijinan sehubungan dengan pelaksanaan
pembangunan.
(8) Memastikan program K3 dan protokol kesehatan Covid-19
dijalankan dengan baik.
c) Konsultasi.
(1) Melakukan konsultasi dengan Kepala Satuan kerja/Pejabat
Pembuat Komitmen Satuan Kerja untuk membahas segala
masalah dan persoalan yang timbul selama masa
pembangunan.
(2) Mengadakan rapat lapangan secara berkala, sedikitnya satu
kali dalam seminggu, dengan Kepala Satuan Kerja/Pejabat
Pembuat Komitmen Satuan Kerja, dan pengawas pekerjaan
dengan tujuan untuk membicarakan masalah dan persoalan
yang timbul dalam pelaksanaan, untuk kemudian membuat
risalah rapat dan mengirimkan kepada semua pihak yang
bersangkutan, serta sudah diterima paling lambat 1 minggu
kemudian.
(3) Mengadakan rapat diluar jadwal rutin tersebut apabila
dianggap mendesak.
(4) Melakukan konsultasi dengan Kepala Satuan kerja/Pejabat
Pembuat Komitmen Satuan Kerja apabila ditemukan
kejadian masalah kesehatan pekerja yang berhubungan
dengan pandemic Covid-19.

d) Laporan.
(1) Memberikan laporan progress pekerjaan kepada pengawas
pekerjaan dan pejabat pembuat komitmen.
(2) Melaporkan kemajuan pekerjaan yang nyata dilaksanakan,
dan dibandingkan dengan jadwal yang telah disetujui.
(3) Melaporkan bahan-bahan bangunan yang dipakai, jumlah
tenaga kerja, alat yang digunakan, dan mutu hasil
pelaksanaan.
(4) Melaporkan gambar-gambar kerja tambahan terutama yang
mengakibatkan tambah atau berkurangnya pekerjaan, dan
juga perhitungan serta gambar konstruksi (ShopDrawings).
(5) Melaporkan penerapan K3 dan protokol kesehatan Covid-19
secara harian
e) Dokumen.
(1) Membuat dan mengajukan Berita Acara sehubungan
dengan penyelesaian pekerjaan di lapangan, serta untuk
keperluan pembayaran.
(2) Melaporkan daftar volume dan nilai pekerjaan, serta
penambahan atau pengurangan pekerjaan guna keperluan
pembayaran.
(3) Mempersiapkan formulir, laporan harian, mingguan dan
bulanan, Berita Acara kemajuan pekerjaan, penyerahan
pertama dan kedua serta formulir-formulir lainnya yang
diperlukan untuk kebutuhan dokumen pembangunan, serta
keperluan pendaftaran sebagai bangunan gedung negara.
(4) Menyerahkan as-built drawing kepada pengawas pekerjaan
dan pejabat pembuat komitmen.

d. PROGRAM KERJA
1) Sebelum melaksanakan tugasnya, pelaksana pekerjaan konstruksi
harus segera menyusun:
a) Program kerja, termasuk jadwal satuan kerja secara detail.
b) Alokasi tenaga ahli yang lengkap (disiplin dan jumlahnya).
c) Daftar dan jumlah tenaga-tenaga yang diusulkan harus
mendapatkan persetujuan dari Kepala Satuan Kerja/Pejabat
Pembuat Komitmen Satuan Kerja
d) Konsep penanganan protokol kesehatan dalam pelaksanaan
pekerjaan/MKK.
2) Program kerja secara keseluruhan harus mendapatkan persetujuan
dari Kepala Satuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen Satuan Kerja,
setelah sebelumnya dipresentasikan kepada pengawas pekerjaan
dan pejabat pembuat komitmen.

14. PELAPORAN
Laporan pelaksana pekerjaan konstruksi meliputi:

a. Laporan mingguan:
Laporan Mingguan memuat: Laporan progress atau perkembangan
dan kemajuan fisik pelaksanaan pekerjaan mingguan yang berjalan.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 2 (dua) hari kerja
setiap minggu berjalan (untuk laporan minggu terakhir diserahkan
bersamaan dengan laporan akhir), sebanyak 1 (satu) buku laporan Asli
dan 4 (empat) buku laporan rekaman/copy.

b. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan memuat: Laporan progress atau perkembangan dan
kemajuan fisik pelaksanaan pekerjaan bulanan yang berjalan. Laporan
ini merupakan resume dari laporan mingguan. Laporan harus
diserahkan selambat-lambatnya: 7 (Tujuh) hari kerja setiap bulan

Anda mungkin juga menyukai