Anda di halaman 1dari 49

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KABUPATEN CIANJUR
Jln Perintis Kemerdekaan No 3 (0263)264792-264829-cianjur

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN KONSTRUKSI

KEGIATAN : PENAMBAHAN RUANG KELAS BARU (RKB)


SUMBER DANA (DAU)

PEKERJAAN :
PEMBANGUNAN RUANG KELAS BARU (RKB)
SMPN 3 SUKARESMI

Tahun Anggaran 2021


1. LATAR BELAKANG
a. Pekerjaan Pembangunan Ruang Kelas Baru SMP (RKB) merupakan
bagian dari kegiatan Pembangunan RKB yang dilaksanakan oleh Bidang,
Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Cianjur pada Tahun
Anggaran 2021.
b. Sebagai pekerjaan yang meliputi proses konstruksi fisik, Pembangunan
Ruang Kelas Baru SMP (RKB) tersebut harus dilaksanakan dengan
memenuhi beragam kriteria teknis di yang layak dari segi mutu, biaya, dan
kriteria administrasi bagi konstruksi fisik .
c. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, setiap kegiatan konstruksi fisik
harus diwujudkan melalui pelaksanaan teknis yang dilakukan efektif dan
efisien, serta tertib adminsitrasi.
d. Untuk itu, pelaksanaan kegiatan akan dilakukan oleh pihak ketiga sebagai
penyedia jasa konstruksi yang mampu melaksanakan kewajiban sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan.
e. Pemberi jasa konstruksi untuk konstruksi fisik perlu diarahkan secara baik
dan menyeluruh, sehingga mampu menghasilkan karya teknis yang
memadai dan layak diterima menurut kaidah, norma serta tata laku
profesional.

2. MAKSUD DAN TUJUAN


a. Maksud dari pengadaan pekerjaan konstruksi ini adalah pelaksanaan
konstruksi fisik yang sesuai dengan perencanaan, baik dari sisi kualitas,
volume, biaya serta ketepatan waktu pelaksanaan pekerjaan, sehingga
dicapai wujud akhir bangunan dan kelengkapannya.
b. Tujuan pengadaan pekerjaan konstruksi ini adalah terealisasinya
Pembangunan Gedung yang sesuai dengan kriteria teknis, dikerjakan secara
profesional, tepat waktu, tepat mutu, tepat biaya, dan layak untuk digunakan
dari aspek keamanan (safety) dan kenyamanan.

3. NAMA SKPD DAN KEGIATAN


 Organisasi : Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur
 Program : Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
 Kegiatan : Penambahan Ruang Kelas Baru (RKB) SMP
 Pekerjaan : Pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB)
(SMPN 3 SUKARESMI)
 PPK : Drs. H. HIMAM HARIS, M.M.Pd

4. SUMBER DANA DAN PAGU ANGGARAN


a. Anggaran untuk membiayai pengadaan pekerjaan Pembangunan Ruang
Kelas Baru SMPN 3 Sukaresmi ini bersumber dari Dana Alokasi Umum
(DAU) Tahun Anggaran 2021.
b. Harga Perkiraan Sendiri (HPS) untuk kegiatan ini adalah: Rp. 539.999.533,24
(lima ratus tiga puluh sembilan juta sembilan ratus sembilan puluh sembilan
ribu lima ratus tiga puluh tiga koma dua empat rupiah)
5. LOKASI DAN RUANG LINGKUP PEKERJAAN
a. Lokasi pekerjaan berada di Kabupaten Cianjur.
b. Lingkup tugas yang harus dilaksanakan oleh Pelaksana Konstruksi diuraikan
sebagai berikut:
 Pelaksanaan konstruksi dilakukan berdasarkan dokumen pelelangan yang
telah disusun oleh perencana konstruksi (gambar teknis dan spesifikasi
teknis), dengan segala tambahan dan perubahannya pada saat penjelasan
pekerjaan/aanwijzing pelelangan, serta ketentuan teknis (pedoman dan
standar teknis yang dipersyaratkan).
 Pelaksanaan konstruksi dilakukan sesuai dengan kualitas masukan (bahan,
tenaga, dan alat), kualitas proses (tata cara pelaksanaan pekerjaan), dan
kualitas hasil pekerjaan, seperti yang tercantum dalam spesifikasi teknis.
 Pelaksanaan konstruksi akan mendapatkan pengawasan dari penyedia jasa
pengawasan konstruksi.
 Pelaksanaan konstruksi harus sesuai dengan ketentuan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3).
 Pelaksanaan kerja akan didahului dengan penandatangan Kontrak Kerja
Pelaksanaan dan selanjutnya dibuat laporan kemajuan pekerjaan hingga
berita acara serah terima pekerjaan yang dilanjutkan pemeriksaan
pekerjaan oleh panitia penerima pekerjaan. Semua administrasi
pelaksanaan konstruksi dan pengawasan mengikuti ketentuan yang berlaku
(di antaranya: UU No. 18/1999 Tentang Jasa Konstruksi, sebagaimana
diubah dengan UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, Permen PU
No. 22/PRT/M/2018 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan
Gedung Negara, dan berbagai aturan terkait lainnya)
 Pemeliharaan konstruksi adalah tahap uji coba dan pemeriksaan atas hasil
pelaksanaan konstruksi fisik. Di dalam masa pemeliharaan ini penyedia
jasa konstruksi berkewajiban memperbaiki segala cacat atau kerusakan dan
kekurangan yang terjadi selama masa konstruksi.
 Dalam masa pemeliharaan semua bahan yang digunakan, harus diuji coba
sesuai fungsinya. Apabila terjadi kekurangan atau kerusakan, maka harus
diperbaiki sampai berfungsi dengan sempurna.
 Dalam pelaksanaan konstruksi di dalamnya sudah termasuk pemeliharaan
konstruksi.
 Masa pemeliharaan bangunan/gedung minimal selama 6 (enam) bulan
terhitung sejak serah terima pertama pekerjaan konstruksi.
 Keluaran akhir yang harus dihasilkan pada tahap ini adalah :
1. Konstruksi fisik yang sesuai dengan dokumen untuk pelaksanaan
konstruksi;
2. Dokumen hasil pelaksanaan konstruksi meliputi :
i. Gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan (as built
drawings).
ii. Semua berkas perizinan yang diperoleh pada saat pelaksanaan
konstruksi fisik.
iii. Kontrak kerja pelaksanaan konstruksi fisik dengan pelaksana
konstruksi, pekerjaan pengawasan oleh pengawas pekerjaan,
beserta segala perubahan/addendumnya.
iv. Laporan harian, mingguan, bulanan yang dibuat selama
pelaksanaan konstruksi fisik oleh pelaksana konstruksi, serta
laporan akhir pengawasan, dan laporan akhir pengawasan berkala
oleh pelaksana pengawasan.
v. Berita acara perubahan pekerjaan, pekerjaan tambah/kurang, serah
terima I dan II, pemeriksaan pekerjaan, dan berita acara lain yang
berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi fisik.
vi. Foto-foto dokumentasi yang diambil pada setiap tahapan kemajuan
pelaksanaan konstruksi fisik.
vii. Back up data secara rinci (ukuran/volume/lokasi) untuk setiap item
pekerjaan.

6. TANGGUNG JAWAB PELAKSANA KONSTRUKSI


a. Pelaksana konstruksi bertanggung jawab secara profesional atas jasa
pelaksanaan konstruksi yang dilakukan sesuai ketentuan dan kode tata laku
profesi yang berlaku.
b. Secara umum tanggung jawab pelaksana konstruksi adalah sebagai berikut:
 Hasil karya pembangunan yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan
standar yang berlaku.
 Hasil karya pembangunan yang dihasilkan harus telah mengakomodasi
batasan - batasan yang telah diberikan oleh proyek, termasuk melalui KAK
ini, seperti dari segi pembiayaan, waktu penyelesaian pekerjaan dan mutu
bangunan yang diwujudkan.
 Hasil karya pembangunan yang dihasilkan harus telah memenuhi peraturan,
standar, dan pedoman teknis konstruksi bangunan gedung yang berlaku.

7. PEKERJAAN UTAMA

Pekerjaan utama dan pendukung untuk paket pekerjaan ini tercantum pada
Lampiran 1

8. WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN


Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 60 (enam puluh) hari kalender.

9. PROGRAM KERJA
Pelaksana konstruksi harus segera menyusun program kerja minimal meliputi:
1. Jadwal kegiatan secara terperinci :
2. Alokasi tenaga yang lengkap dengan tingkat keahliannya maupun jumlah
tenaga untuk melaksanakan pekerjaan, serta harus mendapat persetujuan
dari Pemberi Tugas.
3. Konsep penanganan pekerjaan pembangunan

10. RENCANA KERJA DAN SYARAT


Ketentuan spesifikasi teknis pekerjaan yang diperlukan termasuk Metode
Pelaksanaan Pekerjaan mengacu pada Rencana Kerja dan Syarat pada
Lampiran V.

11.
11. SERTIFIKAT BADAN USAHA
Penyedia jasa disyaratkan memiliki kemampuan melaksanakan pekerjaan pada
bidang bangunan gedung yang dibuktikan melalui Sertifikat Badan Usaha (SBU)
Jasa Pelaksana Konstruksi Bangunan Pendidikan (BG 007).

12. PERSONIL PELAKSANA KONSTRUKSI

Penyedia jasa harus memiliki kemampuan untuk menyediakan personil untuk


melaksanakan pekerjaan seperti yang tercantum pada Lampiran II.

13. PERALATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

Penyedia jasa harus memiliki kemampuan untuk menyediakan peralatan untuk


melaksanakan pekerjaan utama, yaitu minimal seperti yang tercantum pada
Lampiran III.

14. SPESIFIKASI MATERIAL

Penyedia jasa harus memiliki kemampuan untuk menyediakan material untuk


melaksanakan pekerjaan dengan penawaran spesifikasi material sebagaimana
pada Lampiran IV.

15. IDENTIFIKASI RESIKO

Penyedia jasa konstruksi disyaratkan memiliki kemampuan untuk BAHAYA,


RESIKO & melakukan identifikasi bahaya, dan mengendalikan resiko kesehatan
PROGRAM K3 dan keselamatan kerja (K3), minimal seperti pada Lampiran V.

16. PENUTUP

Kerangka kerja ini menjadi pedoman secara umum bagi pelaksana konstruksi
dalam melaksanakan pekerjaan. Hal-hal teknis yang diperlukan hendaknya bisa
dipersiapkan secara matang agar pelaksanaan pekerjaan dapat selesai pada jadwal
yang telah ditentukan dengan kualitas sesuai yang telah ditetapkan

Cianjur, 21 Juli 2021


Pejabat Pembuat Komitmen
Dinas Pendidikan Kabupeten Cianjur

DRS. H. HIMAM HARIS, M.M.PD


NIP. 19630901 199003 1 009
Lampiran I

Pekerjaan dapat digolongkan dalam dua kategori pekerjaan yakni pekerjaan


utama dan pekerjaan pendukung atau penunjang. Rinciannya ditampilkan dalam
tabel berikut.

Tabel 1. Jenis Pekerjaan Utama

No Jenis Pekerjaan Utama


1 PEKERJAAN TANAH
Pek. Galian Tanah Max 1 m
Pek. Urugan Tanah Kembali
Pek. Urugan Tanah Peninggian Lantai ( Tinggi 20 cm )
Pek. Urugan Pasir Bawah Pasangan
2 PEKERJAAN BETON DAN TEMBOKAN
Pas. Aanstamping Batu Kali ( 1: 5 )
Pas. Pondasi Batu Kali ( 1 : 5 )
Pek. Sloof BS1 ( 15/20 )
Pas. Dinding 1/2 Bata ( 1 : 5 )
Pek. Plesteran Dinding ( 1 : 5 ) + Acian
Pek. Kolom Praktis uk. 12/12 cm
Pas. Lantai Keramik uk. 40 x 40 cm
Pek. Rabat Beton ad. 1 : 2 : 3
Pas. Saluran Gravel 1/2 Dia.20 cm
4 PEK. PENGECATAN
Pengecatan Dinding
Pengecatan Plafond
Pek. Pengecatan Kayu
5 PEK. KUSEN
Pek. Kusen Kayu Klas II
Pas. Daun Pintu Panel Kayu Klas II
Pas. Daun Jendela Kayu Klas II
6 PEK. PARTISI DAN PLAFOND
Pek. Rangka Plafond Besi Hollow
Pas. Penutup Plafond GRC tebal 4 mm
Pek. List Plafond
7 PEK. ATAP
Pas. Kuda Kuda Baja Ringan
Pas. Genteng Palentong
Pas. Bubung Genteng Palentong
Pas. Listplank GRC
8 PEKERJAAN KUNCI DAN PENGGANTUNG KACA
Pas. Kunci Tanam dua Slaag
Pas. Engsel Pintu
Pas. Engsel Jendela
Pas. Slot Jendela
Pas. Hak Angin
Pas. Kaca Polos 5 mm
9 PEK. ELEKTRIKAL
Instalasi Titik Lampu ( Kabel ( NYM 3 x 2.5 mm )
Instalasi Titik Stop Kontak ( Kabel ( NYM 3 x 2.5 mm )
Pas. Lampu TL 36 watt
Pas. Lampu SL
Saklar Tunggal
Saklar Ganda
Stop Kontak
Biaya Penyambungan Baru PLN Daya 1300 Watt

Tabel 2. Jenis Pekerjaan Penunjang

No Pekerjaan Penunjang
1 Pembuatan Papan Nama Proyek
2 Sewa Direksikeet
3 Dokumentasi dan Administrasi
4 Pengukuran dan pemasangan Bouwplank
5 Pembersihan dan perataan site area pekerjaan
Lampiran II

Tabel 3. Persyaratan Personil Manajerial Konstruksi

Jenis Kemampuan Teknis Pengalaman


Kemampuan

Pelaksana Teknis SKT kelas I Pelaksana Bangunan Gedung (TA 022) -

Petugas K3 Sertifikat Petugas K3 -

Persyaratan : SERTIFIKAT BADAN USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI MENGGUNAKAN JASA


PELAKSANA UNTUK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

Tabel 4. Persyaratan Personil Penunjang


yang akan di klarifikasi pada saat pra SPPBJ

Jenis Kemampuan Kemampuan Teknis Pengalaman


1 ORANG MANDOR SKT kelas I Mandor Pemasangan Atap Baja -
Ringan (TS 055)
-
1 Orang Tukang SKT Kelas I Tukang Pasang Bata (TA 004)

1 Orang Tukang SKT Kelas I Tukang Pasang Batu (TA 005) -


-
1 Orang Tukang SKT Kelas I Tukang Plesteran (TA 006)

SKT Kelas I Tukang Pasang Keramik (TA -


1 Orang Tukang
007)

SKT Kelas I Tukang Pasang Plapond (TA -


1 Orang Tukang
010)

-
1 Orang Tukang SKT Kelas I Tukang Cat Bangunan (TA 013)

* Catatan: Personil tenaga kerja konstruksi selain personel manajerial Bukan Bagian
evaluasi dalam pemilihan barang/jasa namun apabila personel tenaga kerja
konstruksi tersebut belum memiliki sertifikat kompetensi kerja, maka
penyedia wajib memastikan dipenuhinya persyaratan sertifikat kompetensi
kerja pada saat pelaksanaan kontrak
Lampiran III

Penyedia jasa konstruksi disyaratkan memiliki kemampuan untuk menyediakan


peralatan kerja untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi ini, yaitu minimal:

Tabel 5. Jenis Peralatan Utama

Kepemilikan
No Jenis Kapasitas Jumlah
(Milik/Sewa Beli/Sewa)
1 Mollen/Concrete Mixer Minimal 1 unit Sewa/Milik
350 liter
2. Roda Dorong Pengangkut 65 Ltr 2 unit Sewa/Milik
Material
3. Alat Pemotong Keramik - 2 unit Sewa/Milik
4. Mobil Bak Terbuka Minimal 1.5 1 unit Sewa/Milik
ton
Lampiran IV

Tabel 6. Spesifikasi Material

SPESIFIKASI MINIMUM YANG


NO NAMA MATERIAL/ BAHAN KET
DIPERSYARATKAN
1 Batu Bata Batu bata Jatiwangi, Garut, Batu jajar
2 Semen (Portland Cement ) Indocement, Holcim, Gresik, Tiga Roda SNI 15-2049-2004
3 Batu Kali Jebrod
GS 8 SNI
5 Besi Beton KS, MS, SSI (U24, U40) GS 12 SNI
6 Pasir (lokal) Jebrod
7 Kerikil (lokal) Jebrod
8 Bekisting Papan Albasia, Triplex
9 Perancah Scafolding
11 Penutup Atap Genteng Palentong Jatiwangi
12 Baja Ringan C. 75. 75 SNI 8399 : 2017
Kabel Power (NYY, NYA,
13
NYFGBY)
Supreme, Kabelindo, Kabelmetal, Tranka SNI IEC 6629.1-2011

Diisi nomer SNI


Lampiran V

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO, PENGENDALIAN RESIKO K3


DAN PROGRAM K3

Penyedia jasa konstruksi disyaratkan memiliki kemampuan untuk


mengendalikan resiko kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Untuk
melaksanakan pekerjaan konstruksi ini, penyedia jasa konstruksi
mengendalikan resiko minimal pada pekerjaan berikut:
Tabel 7. Identifikasi bahaya, penilaian risiko, pengendalian risiko k3 dan program k3

NO URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA TINGKAT RESIKO

(1) (2) (3) (4)


1 Pekerjaan Persiapan

-Pengukuran Dan Pasangan Bouwplank - Terkena Palu


-Sewa Direksikeet Kecil
- Dehidrasi.
-Administrasi Dan Dokumentasi
-Pembersihan Area Bekas Pekerjaan - Radiasi

2 PEKERJAAN TANAH
Pek. Galian Tanah Max 1 m - Kena Urugan
Pek. Urugan Tanah Kembali - Terperosok Kecil
Pek. Urugan Tanah Peninggian Lantai ( Tinggi 20 cm )
Pek. Urugan Pasir Bawah Pasangan - Akses Licin
- Kena Alat
3 PEKERJAAN BETON DAN TEMBOKAN
Pas. Aanstamping Batu Kali ( 1: 5 ) - Tertimpa Bahan Material Kecil
Pas. Pondasi Batu Kali ( 1 : 5 ) - Dehidrasi
Pek. Sloof BS1 ( 15/20 ) - Tertusuk Besi
Pas. Dinding 1/2 Bata ( 1 : 5 ) - Terjatuh
Pek. Plesteran Dinding ( 1 : 5 ) + Acian
Pek. Kolom Praktis uk. 12/12 cm
Pas. Lantai Keramik uk. 40 x 40 cm
Pek. Rabat Beton ad. 1 : 2 : 3
Pas. Saluran Gravel 1/2 Dia.20 cm
NO URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA TINGKAT RESIKO

(1) (2) (3) (4)

4. PEK. PENGECATAN
- Radiasi
Pengecatan Dinding - Iritasi Mata Kecil
Pengecatan Plafond
Pek. Pengecatan Kayu
5 PEK. KUSEN
Pek. Kusen Kayu Klas II - Tertimpa Kayu
Pas. Daun Pintu Panel Kayu Klas II - Tertusuk Alat Kecil
Pas. Daun Jendela Kayu Klas II
- Iritasi Mata
6 PEK. PARTISI DAN PLAFOND
Pek. Rangka Plafond Besi Hollow - Terjatuh
Pas. Penutup Plafond GRC tebal 4 mm - Tertusuk Alat Kecil
Pek. List Plafond
7 PEK. ATAP
Pas. Kuda Kuda Baja Ringan - Terjatuh
Pas. Genteng Palentong - Dehidrasi Sedang
Pas. Bubung Genteng Palentong
- Tertusuk Besi
Pas. Listplank GRC
8 PEKERJAAN KUNCI DAN PENGGANTUNG KACA
Pas. Kunci Tanam dua Slaag - Tertusuk Alat
Pas. Engsel Pintu - Kena kaca Kecil
Pas. Engsel Jendela
- Iritasi Mata
Pas. Slot Jendela
Pas. Hak Angin
Pas. Kaca Polos 5 mm
NO URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA TINGKAT RESIKO

(1) (2) (3) (4)

9 PEK. ELEKTRIKAL
Instalasi Titik Lampu ( Kabel ( NYM 3 x 2.5 mm ) - Tertusuk Alat Kecil
Instalasi Titik Stop Kontak ( Kabel ( NYM 3 x 2.5 mm )
- Kena Strum
Pas. Lampu TL 36 watt
Pas. Lampu SL
Saklar Tunggal
Saklar Ganda
Stop Kontak
Biaya Penyambungan Baru PLN Daya 1300 Watt

Berdasarkan tabel tersebut , PPK dan Pokja Pemilihan dalam menetapkan uraian pekerjaan dan identifikasi bahaya pada lembar Data Pemilihan , memilih 1 (satu) uraian
pekerjaan dan 1 (satu) identifikasi bahaya yang tingkat risiko terbesar, contoh sebagai berikut:

URAIAN
NO IDENTIFIKASI BAHAYA TINGKAT RESIKO
PEKERJAAN
(1) (2) (3) (4)
1 Pasangan Atap - Terjatuh Sedang
Baja Ringan
LAMPIRAN VI

Rencana Kerja dan Syarat

Pasal 1
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Mobilisasi/Demobilisasi.

Termasuk dalam pekerjaan mobilisasi/demobilisasi disini adalah kewajiban


Kontraktor untuk : Mendatangkan peralatan untuk sarana bekerja

2. Penyediaan Air & Daya Listrik untuk Bekerja.


2.1. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor.
Air dapat diambil dari sumber terdekat di lapangan dengan ijin dari
Konsultan Pengawas atau Pemimpin Proyek.
Jika sumber air tidak ada atau ada larangan untuk memakai sumber air yang
ada, maka Kontraktor harus membuat sumur pompa atau dipasok dari luar.
Air harus bersih, bebas dari bau, bebas dari lumpur, minyak dan bahan-
bahan kimia lain yang merusak.
2.2. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari
sambungan PLN setempat, dengan seijin Konsultan Pengawas atau
Pemimpin Proyek.
Penggunaan diesel untuk pembangkit tenaga listrik harus melalui
persetujuan Konsultan Pengawas atau Pemimpin Proyek.

3. Pekerjaan Penentuan Peil P +/- 0.00


3.1. P +/- 0.00 finishing Arsitektur adalah permukaan lantai finishing ruangan
bangunan seperti tertera dalam gambar kerja, setinggi 20 cm dari muka
tanah yang ditentukan di Lapangan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Selanjutnya peil P +/- 0.00 ini ditandai dengan patok ukur.

4. Pekerjaan Pemasangan Papan Bangunan


4.1. Patok Ukur
4.1.1. Patok ukur dibuat dari beton bertulang secukupnya, berpenampang
15 x 15 cm, tertancap kuat ke dalam tanah sedalam 100 cm dengan
bagian yang muncul di atas muka tanah cukup untuk memberikan
indikasi peil +/- 0.00 sesuai Gambar Kerja, dan di atasnya
ditambahkan pipa besi untuk mencantumkan patokan ketinggian di
atas peil +/- 0.00.
Indikasi selanjutnya selain tersebut di atas agar dicantumkan pada
patok ukur sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
4.1.2. Pada dasarnya, patok ukur ini dibutuhkan sesuai patokan ketinggian
atau peil permukaan yang ada dan tercantum dalam Gambar Kerja.

4.1.3. Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2 (dua)
buah, dan lokasi penanamannya sesuai petunjuk dan persetujuan
Konsultan Pengawas ; sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
atau terganggu selama pelaksanaan pembangunan berlangsung.

4.1.4. Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda
yang jelas, dan dijaga keutuhannya sampai pelaksanaan
pembangunan selesai dan ada instruksi dari Konsultan Pengawas
untuk dibongkar.
4.2. Papan Bangunan.
4.2.1. Papan bangunan (Bouwplank) dibuat dari kayu Terentang dengan
ukuran tebal 3 cm dan lebar 15 cm, lurus dan diserut rata pada sisi
sebelah atasnya.
Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/7 yang jarak satu sama
lain adalah 1.50 M; tertancap di tanah sehingga tidak dapat digerak-
gerakkan atau diubah.
4.2.2. Papan Bangunan dipasang sejarak 2.00 M dari as pondasi terluar atau
sesuai dengan keadaan setempat.
4.2.3. Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama dengan lainnya dan atau
rata waterpass, kecuali dikehendaki lain oleh Konsultan Pengawas.
4.2.4. Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor harus
melaporkan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan.
Kontraktor harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketepatan
letak papan bangunan ini sampai tidak diperlukan lagi.

5. Bila diharuskan oleh Pemerintah Daerah setempat, maka Kontraktor harus


memasang Papan nama Proyek sesuai dengan peraturan Daerah yang berlaku
atas biaya Kontraktor.

Pasal 2
PEKERJAAN TANAH

1. Galian Tanah
1.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Galian tanah ini sesuai dengan Gamabar Kerja, diantaranya :
Sloof Pondasi.
Pondasi menerus.
Saluran drainase dan gorong-gorong sekeliling bangunan.
Tangki septik.
Pemipaan yang tertanam dalam tanah.
1.2. Persyaratan Pelaksanaan
Galian tanah tidak boleh melebihi kedalaman yang ditentukan dan bila ini
terjadi, penKepala Sekolahgan kembali harus dilakukan dengan pasangan
atau beton tumbuk tanpa biaya tambahan.
1.3. Pada bagian-bagian galian yang dianggap mudah longsor, Kontraktor harus
mengadakan tindakan pencegahan dengan memasang papan-papan
penahan atau dengan kata lain kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat
tanah longsor, dengan alasan apapun, menjadi tanggungan Kontraktor.
1.4. Galian pondasi harus dalam keadaan bebas air. Untuk itu Kontraktor harus
menyediakan alat-alat pengering, misalnya pompa, dalam keadaan siap
pakai dengan daya dan jumlah yang bisa menjamin kelancaran pekerjaan.
1.5. Semua pekerjaan pondasi baru boleh dikerjakan apabila galian tanah
tersebut telah diperiksa ukuran, kedalaman dan kemiringannya oleh
Konsultan Pengawas.
2. Urugan Tanah

2.1. Lingkup Pekerjaan


Semua pekerjaan yang membutuhkan penimbunan, pemadatan dan
perataan kembali, baik dengan tanah maupun dengan pasir sampai
mencapai suatu permukaan baru atau keadaaan baru sesuai dengan
ketinggian yang tercantum pada gambar kerja atau sesuai dengan petunjuk
Konsultan Pengawas.

2.2. Persyaratan Pelaksanaan


Pada prinsipnya Konsultan Pengawas akan menentukan pelaksanaan
urugan tanah bekas galian menurut ketinggian, lebar dan kelandaian yang
diperlukan.

2.3. Kekurangan atau kelebihan tanah harus ditambah atau disingkirkan dari
atau ke tempat-tempat yang akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

2.4. Tanah urugan timbris yang boleh dipakai ialah tanah bekas galian atau yang
didatangkan dari luar, tidak mengandung bahan organis, dipadatkan lapis
demi lapis a’ 20 cm sampai rata dan padat. Bila tanahnya kering perlu diberi
air secukupnya. Alat penimbris dari besi minimum 10 kg, kalau perlu harus
dengan stamper kapasitas sesuai kebutuhan. Alat penimbris kayu tidak
dibenarkan dipergunakan.

2.5. Urugan timbris sebaiknya dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pekerjaan


pasangan dinding selesai diplester. Hal ini untuk menghindari penurunan
maupun retakan-retakan dikemudian hari.

2.6. Kepadatan setiap lapis harus memenuhi syarat, minimal mencapai syarat 90
% modified AASHTO.

3. Urugan Pasir

3.1. Lingkup Pekerjaan

Urugan pasir harus dilaksanakan sesuai dengan Gambar Kerja, diantaranya


pada :
Di bawah semua lantai yang berada di atas permukaan tanah
Di bawah rabat Beton dengan tebal sesuai Gambar Kerja
Di bawah pondasi batu kali, rollag, sloof setebal 10 cm padat.

3.2. Lapisan pasir harus bersih dari akar-akaran dan kotoran-kotoran lain,
dipadatkan lapis demi lapis dengan tebal 10 cm per lapis, dengan disiram air
sebelum pekerjaan diatasnya dipasang.

Pasal 3
PEKERJAAN BETON

1. PEKERJAAN BETON STRUKTUR COR SETEMPAT ( IN SITE ).

1.1. Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan beton yang tercakup dalam spesifikasi ini meliputi seluruh pekerjaan
beton bertulang untuk konstruksi bangunan dan struktur lain yang berkaitan
atau merupakan bagian dari pekerjaan bangunan, seperti ditunjukan dalam
Gambar Kerja, diantaranya :
Sloof Pondasi.
Kolom Struktur dan Ring Balk

1.2. Persayaratan Pekerjaan.


Semua pekerjaan beton harus mengikuti persyaratan dalam :
PUBB – NI 3 – 1970, NI 8 – 1964.
PBI – 1991.

1.3. Persyaratan Bahan.

1.3.1. Mutu Bahan Pekerjaan Beton.

1.3.1.1. Mutu bahan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan dalam


dokumen Spesifikasi ini mencakup :
Bahan Semen
Bahan agregat kasar
Bahan agregat halus
Bahan baja tulangan
Air untuk campuran beton
Kelas kekuatan beton yang ditetapkan masing-masing
komponen ditunjukan dalam gambar kerja.

1.3.1.2. S e m e n.

a. Semen yang digunakan harus mempunyai daya tahan sedang


terhadap Sulphate. Syarat-syarat untuk hal ini sesuai dengan
ASTM C150 untuk jenis semen II.

b. Semen harus dalam kantung semen asli dari pabrik, satu


merk produksi dalam negeri.

c. Persyaratan Fisik
Tegangan tekan beton umur 28 hari sekurang-kurangnya 30
Mpa.

d. Persyaratan Kimia
Kadar C3A dan (Tricalcum alumunate) berada antara 5 – 8 %
Jumlah C3A dan Tricalcium Silicate tidak melebihi 58 %

e. Pengepakan & Pengiriman


Pengiriman semen ke lapangan harus dalam kantong semen
dengan merek pabrik, dan kantong dalam keadaan tertutup
dengan baik.
Kantong semen setidak-tidaknya terdiri dari 5 lapis kertas
kantong yang salah satunya dilapisi dengan lapisan
polyethylene.
Pengiriman semen ke lapangan tidak boleh melebihi volume
semen yang perlu untuk kegiatan 3 bulan.

f. Penyimpanan.
Semen harus disimpan dalam gudang yang kedap air, diatas
lantai terangkat dari dasar lantai agar tidak lembab.
Dipakai sesuai dengan urutan pengiriman, tidak boleh
ditumpuk lebih dari 10 lapis.
1.3.1.3. Pasir (Agregat halus).
Pasir harus bersih, keras, awet dan tersusun dalam gradasi
yang baik, bebas dari bahan-bahan organis, lumpur serta
kotoran lain sesuai dengan peraturan PBI 1991.
Jumlah materi yang ada lebih dari 0,063 mm tidak boleh
melebihi 5 % dari jumlah total. Pasir laut tidak boleh digunakan.
1.3.1.4. Kerikil/Batu Pecah.
Kerikil/batu pecah harus keras, bersih, awet, tanpa cacat dan
tersusun dalam gradasi baik, bebas dari bahan organis, lumpur
serta kotoran-kotoran lain sesuai dengan persyaratan PBI 1991.
1.3.1.5. Penyimpanan Agregat.
Pengujian yang dilakukan meliputi aspek reaksi alkali.Tempat
penimbunan perlu ditinjau oleh konsultan pengawas selaku wakil
Pemberi Tugas untuk menetapkan mutu agregatkasar maupun
halus yang diperlukan untuk pekerjaan beton dalam proyek.
Pasir dan kerikil harus disimpan terpisah dalam jarak +/- 1,0 M
diatas permukaan yang rata dan kering dan dijaga dari
pengotoran.
1.3.1.6. Baja Tulangan.
a. Standard yang dipakai
ASTM A 510 M – 82 : Spesifikasi standard yang merupakan
persyaratan umum untuk kawat baja dan kawat bulat baja
karbon.
ASTM A 615M – 84a : Tulangan baja polos dan ulir untuk
tulangan beton.
b. Persyaratan & Bahan
Batang tulangan diisyaratkan “hot-rolled deformed” dengan
grade 400 menurut ASTM C 615 M dan dapat dilas.
Semua baja tulangan harus bebas dari retak-retak, karat, sisa
cat, minyak, gemuk, atau bahan perusak lain yang dapat
mempengaruhi daya lekat antara beton dan baja tulangan
atau menyebabkan disintegrasi beton.
c. Kualitas Bahan
Kualitas baja tulangan ialah :
BjTD - 40 untuk tulangan diameter lebih besar dari 12 mm.
BjTP - 30 untuk tulangan diameter lebih kecil dari 12 mm.
d. Penandaan & Pengepakan
Batang baja tulangan “hot-rolled” dipak sesuai
ketentuan.Semua batang Baja tulangan dipotong, diikat
bundle demi bundle dan diamankan dan diberi tanda sebelum
diserahkan ke lapangan.
e. Penyimpanan.
Semua baja tulangan harus disimpan ditempat yang bebas
lembab dipisahkan sesuai diameter serta asal pembelian.
Baja harus di jaga dari kotoran, lemak dan dijaga dari karat.
Selain itu dalam pengangkutan baja harus dijaga dari
keretakan.

1.3.1.7. A i r.
Air untuk campuran beton harus segar dan bersih bebas dari
asam, garam, bahan alkali atau bahan organik.

1.4. Persyaratan Pelaksanaan.

1.4.1. Cetakan Beton (Bekisting).


a. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi pengadaan bahan, peralatan, tenaga kerja dan
pemasangan cetakan beton beserta pembongkarannya, sehingga
diperoleh hasil pengecoran beton yang sempurna seperti diisyaratkan
dan yang tertera dalam gambar kerja.

b. Bahan Cetakan Beton (“Formwork”)


1. Kayu Papan.
Bahan yang digunakan untuk cetakan beton cor ditempat harus
dari jenis kayu klas II misalnya kayu Meranti, sesuai dengan NI – 3
– 1970 dan NI – 5 – 1961 atau yang setara dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
Tebal papan tidak boleh kurang dari 2 cm dengan lebar 20 cm atau
lebih.

2. Multipleks.
Khusus untuk :
pelat lantai,
tangga beton,
bekisting dibuat dari multipleks tebal minimum 10 mm.
Multipleks harus lurus dan rata.

c. Cetakan beton harus direncanakan, dilaksanakan dan diusahakan


sedemikian rupa, harus rapih dan kaku, agar pada waktu pengecoran
dan pembongkaran tidak mengakibatkan cacat-cacat, gelombang-
gelombang maupun perubahan-perubahan bentuk ukuran-ukuran,
ketinggian-ketinggian serta posisi dari pada beton yang
dicetak/tercetak, memberikan bidang yang rata dan lurus sehingga
hanya memerlukan sedikit penghalusan.

d. Bekisting boleh dibongkar setelah beton di dalamnya mengalami


periode pengerasan sesuai dengan persyaratan dalam PBI – 1991.

Perencanaan pelaksanaan, serta pembokaran cetakan beton harus


sesuai dengan cara-cara yang disarankan dan kriteria di dalam NI – 2
– 1991.

e. Bekisting sebelum menerima beton yang dicor ke dalam harus bersih,


bebas dari minyak gemuk, cat, kotoran, sampah dan sisa-sisa bahan
bangunan lain yang tidak boleh tercampur ke dalam beton seperti
yang disyaratkan untuk beton.
Sebelum pengecoran, sisi dalam dari bekisting harus disiram air. 24
jam sebelum pengecoran dilaksanakan, Kontraktor harus memberi
Konsultan Pengawas bahwa pengecoran beton akan dilaksanakan
dan bekisting dapat diperiksa.

f. Penyangga-penyangga harus diberi jarak antara yang dapat


mencegah beton melendut.
Cetakan beton beserta sambungan-sambungannya harus rapat
sehingga dapat mencegah kebocoran-kebocoran adukan selama
pengecoran.Lubang-lubang bukaan sementara harus disediakan di
dalam cetakan untuk memungkinkan pembersihan cetakan beton.

g. Harus kedap air dengan menutup semua celah-celah cetakan.


Celah-celah antara papan harus cukup rapat sehingga pada waktu
pengecoran tidak ada air adukan yang keluar.
Tahan terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari sebelah dalam
cetakan.

h. Beton yang telah selesai dicor dan mengeras harus dijaga


kelembabannya dan tidak dibiarkan terbuka dan terjemur sinar
matahari langsung sehingga beton mengeras dengan sempurna
dalam batas waktu yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.

i. Bekisting dilepas dari struktur beton yang telah selesai dicetak dan
mengeras dengan sempurna dengan hati-hati dan menggunakan
peralatan yang sesuai sehingga keutuhan struktur betonnya dapat
dijamin.

j. Saat pembongkaran bekisting tergantung dari persetujuan Konsultan


Pengawas.
Walaupun demikian sebagai pedoman dalam keadaan cuaca normal
adalah sebagai berikut :

Struktur : Pengerasan normal

Kolom dan dinding 4 hari


Balok 28 hari

1. Pembongkaran Cetakan Beton.


Cetakan beton harus dibongkar dengan cara yang sedemikian rupa sehingga
dapat menjamin keselamatan penuh atas struktur-struktur yang dicetak dengan
memperlihatkan persyaratan-persyaratan minimum sebagai berikut :
1. Bagian struktur beton vertikal yang disangga dengan penurapan boleh
dibongkar cetakannya setelah 24 (dua puluh empat) jam dengan syarat bahwa
betonnya telah cukup keras dan tidak cacat karena pembongkaran tersebut.
2. Bagian struktur-struktur beton yang disangga dengan penumpu tidak boleh
dibongkar sebelum betonnya mencapai kekuatan yang minimal untuk
menyangga beratnya sendiri dan beban-beban pelaksanaan dan atau beton
tersebut.
3. Dalam hal apapun cetakan beton pada jenis struktur ini tidak boleh dibongkar
sebelum 9 (Sembilan) hari, demikian juga cetakan-cetakan yang dipakai untuk
mematangkan (curing) beton tidak boleh dibongkar sebelum beton ditentukan
matang oleh Konsultan Pengawas.

1.4.2. Persyaratan Beton


Untuk beton bertulang structural minimal mempunyai kekuatan karakteristik
sesuai dengan PBI 1991 sebagai berikut :
Kolom struktural : K – 250.
Sloof pondasi dan Ring balok struktural : K – 175.

Untuk mencapai mutu beton sesuai yang dipersyaratkan, sebelum


pelaksanaan pengecoran Kontraktor harus membuat “mix design” beton baik
dalam alternatif komposisi campuran maupun bahan.
1.4.3. Pelaksanaan Pengecoran Beton.
a. Kolom, Balok,
1. Sebelum pengecoran dimulai, Kontraktor harus sudah menyiapkan
seluruh stek-stek maupun anker-anker yang diperlukan sesuai dengan
Gambar Kerja, pada kolom-kolom, balok-balok beton dan pelat lantai.
Untuk hal ini maka Kontraktor harus mengkoordinasikan dengan Gambar
kerja Arsitektur maupun Mekanikal Elektrikal, dengan sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas.

2. Beton yang telah mengeras, kotoran-kotoran dan bahan-bahan lain harus


dibuang dari dalam bekisting, mesin pengaduk (beton molen) ataupun
alat-alat pengangkut.

3. Penulangan harus dimatikan pada posisinya, diperiksa sebelum


pengecoran dilakukan, agar pemeriksaan dan persetujuan dapat
diberikan pada waktunya.

4. Pengecoran harus sesuai dengan Persyaratan dalam PBI 1991. Segera


sesudah pengecoran, lapisan-lapisan beton ini harus dipadatkan dengan
penggetar (“Internal concrete vibrator”) dengan dibantu dengan
penyendokan dan perojokan. Tidak diperbolehkan melakukan pengetokan
pada bekisting dalam ini.

5. Mesin pengaduk beton (“stationary box mixer”) harus dalam keadaan


bekerja selama terdapat adukan beton didalamnya. Tenggang waktu
penggunaan adukan beton sejak dikeluarkan dari batching plant yang
ditetapkan ialah 3 jam.

6. Penyambungan beton sebelum melanjutkan pengecoran pada beton yang


telah mengeras, maka permukaannya harus dibersihkan dan dikasarkan
terlebih dahulu. Bekisting (cetakan beton) harus dikencangkan kembali
dan permukaan sambungan disiram dengan air semen atau bahan
“bonding agent” untuk maksud tersebut dengan persetujuan Konsultan
Pengawas.

7. Vibrator tidak boleh dipakai untuk memasukan beton kedalam bekisting,


dan kecepatan vibrator dalam aduk harus tetap dan lebih besar dari 7.000
impuls/menit.

8. Selama bahan-bahan pembantu (additive) dipakai, harus diadakan


pengawasan yang cermat terhadap pemakainnya.

b. Lantai Kerja
Semua beton yang berhubungan dengan tanah sebagai dasarnya adalah
lantai kerja dengan adukan 1 PC : 3 Ps : 5 Kr.
Dibawah lantai kerja tersebut harus diberi lapisan pasir tebal 10 cm padat
beton tersebut.

1.4.4. Baja Tulangan

a. Ukuran
Ukuran baja harus sesuai Gambar Kerja.
Penggantian diameter yang lain hanya diperkenankan atas persetujuan
Konsultan Pengawas dan bila disetujui Konsultan Pengawas maka luas
penampang yang diperlukan tidak boleh kurang dari perhitungan.
Biaya penggantian diameter yang bukan karena salah gambar ditanggung
oleh Kontraktor.

b. Tulangan yang dipakai harus bersih dari karat, lemak atau bahan lain yang
dapat mengurangi daya lekat baja terhadap beton.

c. Pembengkokan tulangan dengan dipanasi sama sekali tidak diperkenankan.


Baja tulangan hanya boleh dibengkokkan dengan cara dingin (tidak dibakar
terlebih dahulu). Tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga
sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempat.
Penahan jarak yang berbentuk blok persegi atau gelang-gelang untuk
menjaga ketepatan tebal penutup beton dan harus dipasang sebanyak 4
buah setiap 2 cetakan.

1.4.5. Pipa-pipa Dalam Beton


Pipa listrik dan pipa lainnya serta bagian-bagian yang tertanam dalam beton
ataupun yang bersinggungan dengan beton harus dibuat dari bahan yang tidak
merusak beton.
Sebelum bagian-bagian dari konstruksi dipasangkan dimana semua bagian
yang perlu sudah diberi lubang dan sudah dibersihkan dari tahi besi, maka
bagian-bagian itu harus diperiksa dalam keadaan dicat.

2. PEKERJAAN BETON NON STRUKTUR/ARSITEKTUR.


2.1. Lingkup Pekerjaan
2.1.1. Beton bertulang dengan ukuran dan bentuk seperti tertera dalam
Gambar Kerja, yaitu :
Sloof pondasi batu kali/batu belah menerus,
Kolom praktis dan ring balok beton,
Meja Beton.

2.1.2. Beton tumbuk sesuai dengan Gambar Kerja, diantaranya :


Rabat sekeliling gedung.
Ramp pintu.
Ketebalan dan kemiringan harus sesuai dengan Gambar Kerja untuk
setiap bagiannya.

2.2. Persyaratan Pelaksanaan

2.2.1. Macam Campuran Beton

2.2.1.1. Campuran Beton dibuat dengan perbandingan volume dan


macam campuran adalah sebagai berikut :

Macam Perbandingan Penggunaan

C1.1 pc : 2 ps : 3 kr Untuk semua pekerjaan beton


bertulang seperti sloof pondasi, balok
ring.

C2.1 pc : 3 ps : 5 kr untuk beton tidak bertulang, beton


tumbuk, lantai kerja.

2.2.1.2. Untuk beton bertulang, beton yang dipakai minimal mempunyai


kekuatan karakteristik 175 kG/cm2, sesuai dengan apa yang
disebut dalam PBI 1971 sebagai beton K-175. Perbandingan
air semen maksimum adalah 0,5 jumlah minimum semen 300
kG/M3.

Campuran beton minimum yang diisyaratkan adalah :


C1 : untuk beton structural biasa,
C2 : untuk beto tumbuk/rabat beton.

2.2.2. Pengadukan Beton


Kecuali ditetapkan lain oleh Konsultan Pengawas, pengadukan beton
harus diaduk sampai mencapai kerataan pengadukan.

2.2.3. Persyaratan Pelaksanaan Beton Bertulang.


Persyaratan pelaksanaan sama dengan persyaratan pelaksanaan beton
bertulang struktur.

2.2.4. Persyaratan Beton Tumbuk/Rabat Beton.


Di bawah ini persyartan beton tumbuk/rabat beton dihamparkan
lampisan pasir yang dipadatkan.
Tebal lapisan pasir sesuai dengan Gambar Kerja.
Selanjutnya pada tepi beton tumbuk/rabat beton yang direncanakan
sesuai gambar Kerja harus dipasang bekisting dari papan.
Di atas lapisan pasir tersebut dicorkan lapisan beton tumbuk dengan
ketebalan sesuai degan Gambar Kerja.
Campuran adalah C2 (lihat Tabel).
Permukaan beton tumbuk/rabat beton harus mempunyai kemiringan ke
arah drainase air hujan atau muka tanah.
Setelah agak kering, permukaan beton tumbuk/rabat beton dipukul-pukul
dengan sapu lidi unjtuk mendapat tekstur permukaan.

Pasal 4
PEKERJAAN ADUKAN

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan adukan ini dilaksanakan sesuai Gambar Kerja, diantaranya untuk :
Seluruh dinding pasangan bata.
Seluruh finishing lantai.

2. Persyaratan Pelaksanakan
2.1. Macam Campuran Adukan
Adukan untuk pasangan dan plesteran dibuat dengan macam-macam
perbandingan campuran seperti tersebut sebagai berikut :

Macam Perbandingan Penggunaan

M1. 1 pc : 3 ps 1. Untuk adukan dan plesteran dinding


batu bata kedap air.
(Kedap Air) 2. Untuk pekerjaan pemasangan batu
kedap air.

M2. 1 pc : 4 ps 1. Untuk pasangan pondasi dari batu


gunung belah/batu kali.
(Biasa) 2. Untuk semua plesteran dinding batu
bata yang tidak kedapair, bagian
dalam maupun bagian luar.
2.2. Adukan M1 dilaksanakan pada :
20 cm bagian atas pondasi sampai pasangan tembok 25 cm di atas lantai pada
semua dinding bata baru di lantai satu.
150 cm pada dinding bata baru untuk KM/WC.

2.3. Pekerjaan adukan spesi dengan campuran M2 dilaksanakan pada semua


dinding bata baru kecuali yang menggunakan adukan M1, ubin keramik
penutup dinding dan penutup meja beton.

2.4. Adukan pokok pondasi batu kali/batu belah dengan perbandingan M2.

Pasal 5
PEKERJAAN PLESTERAN

1. Lingkup Pekerjaan

Plesteran pada dinding batu bata pasangan trasraam (kedap air).


Plesteran pada semua dinding batu bata pasangan biasa.
Plesteran aci halus untuk pelapisan akhir permukaan dinding pasangan batu bata
yang telah diplester dan permukaan beton yang akan dicat.

2. Persyaratan Pelaksanaan

2.1. Macam Campuran Adukan

Adukan untuk pasangan dan plesteran dibuat dengan macam-macam


perbandingan campuran seperti tersebut sebagai berikut :

Macam Perbandingan Penggunaan

Kedap Air 1 pc : 3 ps Untuk dinding batu bata dengan pasangan


kedap air/trasraam.

Biasa 1 pc :5 ps Untuk dinding batu bata dengan pasangan


biasa.

Aci Halus Volume Semen : Air 1.Untuk permukaan dinding batu bata
yang telah diplester danakan dicat.
2. Untuk permukaan beton yang akan
dicat.

2.2. Sebelum pekerjaan plesteran dimulai, pasangan harus dibasahi dulu,


sedangkan siar-siarnya harus dikeruk sedalam 1 cm. Pekerjaan plesteran ini
haru dilaksanakan dengan penuh keahlian dan ketelitian. Bidang plesteran
yang tidak rata, berombak atau retak-retak harus diulangi dan diperbaiki. Pasir
untuk Plesteran harus diayak hingga cukup halus.

2.3. Perbaikan bidang plesteran yang baru maupun yang dibongkar dan diperbaiki
lagi dan juga yang baru/rehab harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga
sambungan bidang plesteran rata, tidak retak dan terjadi ikatan yang kuat.
2.4. Bidang-bidang beton yang tampak, sebelum diplester harus dipahat kasar
dahulu, kemudian disiram dengan air semen.
Penghalusan dilaksanakan dengan adukan kedap air.

2.5. Tebal plesteran bila tidak ditunjukan lain dalam gambar adalah :
Untuk dinding bata, tebal minimum 16 mm.
Untuk Konstruksi beton, tebal minimum 6 mm.

2.6. Semua bidang yang akan diplester, baik baru maupun rehab harus dibasahi
air terlebih dahulu secukupnya. Demikian pula selama 3 hari pertama setelah
plesteran selesai.

2.7. Permukaan bidang yang telah diplester dan akan dicat dihaluskan dengan
adukan aci halus, selanjutnya digosok sehingga rata.

2.8. Bahan adukan harus dicampur dalam keadaan kering baru diaduk dengan air
hingga rata dalam warna, dan konsisten. Tidak boleh mempergunakan adukan
yang telah mengeras.

Pasal 6
PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI/BELAH

1. Lingkup Pekerjaan

Pasangan batu kali/belah dilaksanakan seperti yang tertera pada Gambar Kerja,
diantaranya adalah :
Pondasi menerus untuk dinding batu bata di bawah sloof beton,
Pondasi setempat untuk kolom-kolom non-struktur/praktis dan sloof.

2. Persyaratan Bahan

Untuk pasangan pondasi ini harus dipergunakan batu kali/belah dari jenis yang
keras atas persetujuan dari Konsultan Pengawas, penampang batu maksimum 30
cm dengan minimal 3 muka pecahan.

3. Persyaratan Pelaksanaan

3.1. Pada bagian bawah seluruh pondasi batu kali/belah dipasang pasangan batu
kosong.

3.2. Bila pada lubang-lubang galian terdapat banyak air tergenang, karena air
tanah atau air hujan, maka sebelum pasangan dimulai terlebih dahulu air
harus dipompa dan dasar lubang harus kering.

3.3. Jika pemasangan pondasi terpaksa dihentikan, maka ujung penghentian


pondasi harus diberi bergerigi agar pada penyambungan berikutnya terjadi
ikatan kokoh dan sempurna. Di dalam pondasi sama sekali tidak boleh
ada/terdapat rongga-rongga udara atau celah-celah.
Pasal 7
PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA

1. Lingkup Pekerjaan
Pasangan batu bata setengah batu dilaksanakan sesuai dengan Gambar Kerja,
diantaranya :
Pada semua dinding batu bata,
Dinding drainase sekeliling bangunan.

2. Persyaratan Bahan
Batu bata yang dipakai adalah batu bata merah dengan pembakaran yang
sempurna dan merata, dari mutu yang terbaik, setaraf bata F, ukuran 5,5 x 10,5 x
22 cm.

3. Persyaratan Pelaksanaan

3.1. Ukuran bata yang kurang dari standard 1/2 batu tidak boleh dipasang.

3.2. Sebelum dipasang bata harus direndam sampai jenuh air, hasil pemasangan
bata harus rapih, merupakan bidang-bidang yang rata dan siar-siarnya harus
dikeruk sedalam 1 cm sehingga terdapat alur-alur yang rapih sebelum
pekerjaan plesteran dimulai.

3.3. Aduk perekat/spesi harus diusahakan selalu dalam keadaan segar atau
belum mengeras pada waktu pemakaian. Pemasangan harus sedemikian
rupa sehingga ketebalan aduk perekat/spesi harus sama setebal 1 cm.

3.4. Dinding bata harus dipasang tegak lurus dan rata.


Setiap pasangan tidak boleh lebih tinggi dari 1.00 M atau maksimum 24 lapis,
diikuti dengan cor kolom praktis, baru boleh dilanjutkan setelah betul-betul
mengeras.
Pertemuan sudut antara dua dinding harus rapih dan bersudut sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Gambar Kerja.

3.5. Pada dinding 1/2 ditempat-tempat tertentu sesuai gambar rencana diberi
kolom pengaku beton ditempat dimana anker-anker kusen yang horizontal
berada harus dicor beton 1 pc : 2 ps : 3 kr untuk mengikat angker tersebut.

3.6. Sebelum diplester permukaan pasangan bata harus dibasahi dengan air
terlebih dahulu, dan siar-siar telah dikerok serta telah dibersihkan.

3.7. Pembuatan lubang pada dinding pasangan bata untuk perancah sama sekali
tidak diperkenankan.

3.8. Semua pasangan bata yang tertanam dalam tanah harus diberapen sampai
setinggi permukaan tanah.

3.9. Pada pasangan bata baru yang menyambung dengan pasangan bata lama
harus diusahakan adanya sambungan stek dengan konstruksi lama.

3.10. Tidak diperkenankan memasang bata yang patah dua melebih dari 5 %. Bata
yang patah lebih dari dua bagian tidak boleh digunakan.

3.11. Ketebalan jadi setelah di-“finish” dengan plester aci halus :


Dinding bata 1/2 batu harus setebal 15 cm.
Dinding bata 1 batu harus setebal 25 cm.
Pasal 8
PEKERJAAN PASANGAN UBIN KERAMIK

1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan pasangan ubin keramik untuk lantai dan pelapisan dinding sesuai
dengan Gambar Kerja, diantaranya :

1.1. Pekerjaan Ubin Keramik 40 x 40 cm.


Untuk semua permukaan lantai (terkecuali seperti disebut dalam butir 1.2.).

2. Persyaratan Bahan.

2.1. Spesifikasi bahan.

Jenis : Ubin Keramik


Ukuran : 40 x 40 cm.
Kualitas : KW-1. Setara Roman
Warna : Ditentukan kemudian.
Produk : Mulia atau setaraf.
Ubin keramik yang digunakan harus memenuhi persyaratan yang berlaku di
Indonesia.

2.2. Bahan pengisi siar (nat) digunakan pasta semen dengan warna yang dengan
warna ubin keramik.

2.3. Kontraktor harus mengajukan contoh bahan sebanyak 3 (tiga) set kepada
Konsultan Pengawas dengan 4 gradasi warna dalam 1 bahan untuk
mendapatkan persetujuan dan akan dipakai sebagai standard dalam
memeriksa/menerima bahan yang dikirim ke lapangan.

2.4. Kontraktor wajib menyerahkan/menyediakan cadangan sebanyak 2,5 % dari


keseluruhan bahan.

2.5. Pemakaian satu produk adalah mengikat, kecuali bila dinyatakan lain oleh
Konsultan Pengawas.

3. Persyaratan Pelaksanaan

3.1. Sebelum dipasang, permukaan ubin keramik harus dilapisi dengan minyak
kacang.

3.2. Pada saat pemasangan ubin keramik harus dalam keadaan baik, tidak retak,
cacat atau ternoda dan warna sesuai dengan yang diisyaratkan/dipilih.

3.3. Seluruh pemasangan harus dilakukan dengan cara kering, tidak dibenarkan
menyiram air semen kepermukaannya.

3.4. Seluruh rongga pada permukaan ubin keramik bagian belakang harus terisi
dengan aduk perekat.

3.5. Pola pemasangan ubin keramik harus sesuai dengan Gambar Kerja/Shop
Drawing atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas. Pada prinsipnya
pemasangan dimulai dari as kolom atau as dinding, dan ataupun sesuai
dengan dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
3.6. Pemotongan ubin keramik harus menggunakan alat pemotong khusus sesuai
dengan petunjuk pabrik.

3.7. Pemasangan ubin keramik harus benar-benar rata/waterpass sesuai dengan


peil “finish” atau ketebalan “finish” yang diisyaratkan dalam Gambar Kerja.
Toleransi kecekungan adalah 2,5mm untuk setiap 2,00 M2.

3.8. Garis-garis tepi ubin keramik yang terbentuk maupun siar-siar harus lurus,
lebar siar harus sama, maksimum selebar 3 mm dengan kedalaman 2 mm.

3.9. Sebelum dan sesudah pelaksanaan aduk pengisi, siar harus bersih dari debu
dan kotoran lainnya, pembersihan harus segera dilakukan sebelum menjadi
keras/kering dengan lap basah.

3.10. Aduk perekat untuk pemasangan ubin keramik dengan campuran 1 pc : 3 ps,
digunakan pada lantai dasar dan bagian lantai yang harus kedap air seperti
yang diisyaratkan dalam Gambar Kerja.
Untuk lantai-lantai lainnya digunakan aduk perekat dengan campuran 1 pc : 4
ps.
3.11. Pemasangandilakukan diatas lapisan screed yang bebas dari debu, kotoran
dan telah betul-betul keras.

3.12. Ubin keramik yang telah terpasang harus segera dibersihkan dari bercak
noda aduk perekat dan aduk pengisi siar dengan lap/kain yang dibasahi
dengan air bersih, dan dilindungi dari kemungkinan cacat dari pekerjaan lain.

3.13. Selama 3 x 24 jam setelah pemasangan, ubin keramik harus dihindarkan dari
injakkan atau pemberian beban.

3.14. Bila terjadi kerusakan/cacat, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaiki


kembali dengan tidak mengurangi pekerjaan.
Biaya untuk hal ini adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat
diajukan sebagai pekerjaan tambah.

3.15. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, semua pipa “sparing” dan atau jaringan
pipa sudah terpasang terpasang pada tempatnya.
Pasal 9
PEKERJAAN KAYU

1. Lingkup Pekerjaan.
1.1. Pekerjaan Kayu Halus :
Back Drop,Partisi.
1.2. Pekerjaan kayu lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

2. Persyaratan Bahan.
2.1. Semua kayu yang dipakai harus tua, benar-benar kering, lurus, tanpa cacat
mata kayu, putih kayu dan retak.
Ukuran kayu adalah ukuran jadi seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
2.2. Pekerjaan Kayu Halus.
a. Kayu Kamper Banjar atau sekualitas.
Referensi bahan sesuai dengan SII No. 0458/81, mutu kelas A, kelas
keawetan II dan kekuatan II.
b. Lembaran kayu Teakwood satu muka, multiplex, triplex.
Ukuran lebar dan ketebalan sesuai dengan Gambar Kerja.
Mutu terbaik dari kelasnya, produk local.

3. Persyaratan Teknis.

3.1. Kelembaban.
Untuk ketebalan kayu lebih kecil dari 3 cm, diisyaratkan kelembaban kayu
tidak lebih dari 14 % terpasang.Untuk ketebalan kayu lebih dari 7 cm
diijinkan kelembaban kayu 25% maksimum.
Untuk ketebalan kayu lebih kecil dari 7 sampai 3 cm diijinkan kelembaban
kayu 18 % maksimum.

3.2. Pengawetan Kayu.


Semua kayu untuk pekerjaan kayu halus (terkecuali kayu lembaran) yang
dipergunakan harus sudah melaui proses pengeringan (“dry kiln”).

3.3. Tempat Penyimpanan.


Penimbunan kayu ditempat pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan ini
harus diletakkan di satu tempat, di dalam ruangan yang kering dengan
sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan harus dilindungi
dari kerusakan.
Timbunan kayu tersebut harus diberi alas sehingga tidak langsung
terhampar di lantai.

3.4. Bahan dempul yang dipakai adalah tipe B dengan referensi SII 0282/80.
3.5. Bahan perekat adalah lem putih untuk kayu, produk FOX atau yang setaraf.
3.6. Semua pengikat berupa paku, sekrup, baut, dynabolt, kawat dan lain-lain
harus digalvanisasi.

4. Persyaratan Pelaksanaan.
4.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan kayu ini, kepada Kontraktor diwajibkan
untuk :
Mempelajari bentuk, pola penempatan, cara pemasangan dan detail sesuai
Gambar Kerja. Pengukuran keadaan lapangan untuk mendapatkan
ketepatan pemasangan di lapangan.

4.2. Selama pelaksanaan pekerjaan kayu ini, Kontraktor harus selalu koordinasi
dengan paket pekerjaan EE, ME, SA khususnya apabila di dalam pekerjaan
ini terdapat pemasangan fixtures dan armtur maupun jalur-jalur dari disiplin
tersebut.
Agar diusahakan pelaksanaan pemasngan instalasi sebelum pelaksanaan
pekerjaan kayu sehingga tidak terjadi pembongkaran.
Kontraktor harus menyediakan manhole untuk pemeliharaan/perawatan
instalasi disiplin lain tersebut yang tersembunyi dibalik permukaan kayu
yang luas.

4.3. Bentuk, ukuran, profil, pola, nat dan peil yang tercantum dalam Gambar
Kerja adalah hasil jadi/finish. Bila ada penyimpangan tanpa persetujuan
Konsultan Pengawas, maka Kontraktor harus membongkar dan
memperbaiki kembali tanpa mengurangi mutu yang diisyaratkan.
Biaya untuk hal ini adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat
dituntut sebagai pekerjaan tambah.

4.4. Pemasangan sambungan seperti pemasangan klos, baut, plat penggantung,


angker, dynabolt, sekrup, paku & lem perekat harus rapid an sempurna
serta tidak diperkenankan mengotori bidang-bidang tampak.
Khusus untuk bahan sambungan/pengikat dari baja seperti angker,
sengkang, pelat dan sebagainya; sebelum terpasang harus sudah diberi
lapisan cat anti karat yang memenuhi persyaratan dalam Pasal Pekerjaan
Cat di buku ini.
Khusus pada permukaan bidang tampak/ekposed tidak diperkenankan
pemasangan paku tetapi harus disekrup atau cara lain yang disetujui
Konsultan Pengawas.

4.5. Bilamana pada sistem perkuatan yang tertera dalam gambar dianggap
kurang kuat oleh Kontraktor, maka menjadi kewajiban dan tanggungan
Kontraktor untuk menambahkannya setelah disetujui Konsultan Pengawas.
Dalam hal ini Kontraktor tidak dapat menuntut sebagai pekerjaan tambah.

4.6. Kontraktor harus memperhatikan dan melaksanakan sesuai Gambar Kerja


atau petunjuk Konsultan Pengawas untuk sambungan atau hubungan kayu
dengan bahan/material lain terutama pada pekerjaan kayu halus.

4.7. Semua pekerjaan pendempulan harus rapi, rata dan halus.


Setelah dempul kering kemudian digosok dengan ampelas halus.

4.8. Semua permukaan kayu yang tidak diperlihatkan harus diberi meni kayu
atau cat dasar. Pekerjaan ini dilaksanakan sesudah penyerutan sesuai
persyaratan dan sebelum pemasangan kayu tersebut.

4.9. Pekerjaan Kayu Halus.


4.9.1. Semua pekerjaan kayu halus khususnya permukaan kayu yang akan
diperlihatkan (“exposed”) dan permukaan kayu yang akan
dilapis/ditempel dengan bahan/material finishing harus diserut halus
dan rata.

4.9.2. Proses pengerjaan semua kayu untuk pekerjaan kayu halus harus
menggunakan mesin tanpa kecuali dan tidak diperkenankan
mengerjakan di tempat pemasangan.

4.9.3. Pekerjaan ini harus dilaksanakan menurut pola dan urutan


pengerjaan sesuai dengan yang ditentukan/diisyaratkan dalam
Gambar Kerja atau oleh Konsultan Pengawas.
4.10. Perlindungan Terhadap Pekerjaan Kayu yang Telah Selesai.
Semua kayu yang telah terpasang harus dilindungi dari segala kerusakan
baik berupa benturan, pecah, retak, noda dan cacat lain.
Apabila hal diatas ditemui, maka Kontraktor harus membongkar dan
mengganti tanpa mengurangi mutu.Biaya untuk pekerjaan ini adalah
tanggumg jawab Kontraktor, tidak dapat dituntut sebagai pekerjaan tambah.

Pasal 10
PEKERJAAN KACA

1. Lingkup Pekerjaan.
Melaksanakan pemasangan kaca bening dan cermin sesuai dengan Gambar Kerja.
Kaca Bening :
Pada pintu, jendela, bovenlicht.

2. Persyaratan Bahan.
2.1. Semua kaca yang dipakai dari standard produk dengan SII 0189/78.
Produk Asahi Glass atau setaraf.

2.2. Kaca bening (“Clear Glass Float”) :


Tebal 5 mm untuk jendela,
Tebal 5 mm untuk Bovenlicht.

3. Persyaratan Pelaksanaan.

3.1. Pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan keahlian dan ketelitian.

3.2. Ukuran, tebal, warna dan jenis bahan yang dipasang harus sesuai dengan
Gambar Kerja, buku spesifikasi ini dan atau sesuai dengan petunjuk Konsultan
Pengawas.

3.3. Pemotongan harus rapi dan lurus , harus menggunakan alat pemotong kaca.
Sisi-sisi kaca yang tampak maupun tidak tampak akibat pemotongan harus
digurinda dan dihaluskan samapi berbentuk tempereng.

3.4. Kaca yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan & benturan dan
diberi tanda agar mudah diketahui.

3.5. Pekerjaan Pemasangan Kaca Jendela Bovenlicht.

3.5.1. Sebelum pemasangan kaca, kosen, rangka daun pintu maupun jendela
telah terpasang kokoh dan telah finish sesuai dengan Gambar Kerja dan
memenuhi persyaratan pekerjaan kayu halus yang diuraikan dalam
pekerjaan kayu.

3.5.2. Selanjutnya adalah list kayu sesuai dengan Gambar Kerja dan atau
petunjuk Konsultan Pengawas. Sebelum pemasangan, lis kayu harus
sudah sesuai dengan Gambar Kerja, benar-benar lurus, telah memenuhi
persyaratan pekerjaan kayu halus dan telah di-finish sesuai dengan
persyaratan pengecatan kayu halus yang diuraikan di dalam bab lain
pada buku ini.
3.5.3. Ukuran kaca dan pemasangan lis harus sedemikian rupa, agar kaca
tidak pecah pada waktu pengembangan dan penyusutan.

3.6. Kualitas Pekerjaan.

3.6.1. Tidak boleh terjadi retak tepi pada semua kaca dan cermin akibat
pemasangan lis maupun sekrup.

3.6.2. Kaca harus telah terkunci dengan baik, sempurna dan tidak bergeser.

3.6.3. Semua kaca dan cermin pada saat terpasang tidak boleh bergelombang.
Apabila masih terlihat adanya gelombang maka kaca dan cermin
tersebut harus dibongkar dan diperbaiki/diganti. Biaya untuk hal ini
adalah tanggung jawab Kontraktore tidak dapat diajukan sebagai
pekerjaan tambah.

Pasal 11
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT

1. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT
1.1. Lingkup Pekerjaan.
Pemasangan langit-langit Gypsum lengkap sesuai Gambar Kerja, diantaranya
pada :
Seluruh ruang dalam.

1.2. Persyaratan Bahan.


1.2.1. Rangka.
Rangka Hollow
Ukuran sesuai dengan Gambar Kerja.

1.2.2. Panel Langit-langit.


Panel : Gypsum
Tebal : 9mm.
Produk : Ex local mutu terbaik.
Panel mempunyai satu bidang datar halus, seragam ukurannya, sisi
tepinya lurus dan tidak cacat, tidak melengkung dan cukup keras.

1.3. Persyaratan Pelaksanaan.

1.3.1. Pola kerangka langit-langit harus sesuai dengan pola langit-langit


seperti ditunjukan dalam Gambar Kerja.

1.3.2. Seluruh konstruksi kerangka harus kuat hubungannya, ditahan dengan


baik oleh konstruksi atap (kuda-kuda) dan dinidng sesuai dengan
Gambar Kerja, baik letak maupun ukurannya.

1.3.3. Ketinggian kerangka langit-langit setelah terpasang dan disetel harus


sesuai dengan ketinggian langit-langit jadi seperti ditunjukan dalam
Gambar Kerja.
Kerangka langit-langit harus terpasang lurus dan rata waterpass.
Setelah kerangka langit-langit terpasang dengan kuat dan kokoh, baru
dilaksanakan pemasangan panel langit-langit.
1.3.4. Lembaran-lembaran gypsum harus dipasang dengan kerangka dengan
dipaku pada setiap jarak 20 cm (1,5cm dari tepi). Di bagian tengah
lembaran dipaku secukupnya pada kerangka agar bidang-bidang
gypsum tidak melendut.

1.3.5. “Finishing” adalah cat.


Pelaksanaan pengecatan harus memenuhi persyaratan pekerjaan
pengecatan seperti diuraikan dalam bab Pekerjaan Cat dalam RKS ini.
Warna ditentukan kemudian.

Pasal 12
PEKERJAAN CAT

1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Pengecatan/laburan dinding dan permukaan plafon :
Semua permukaan dinding pasangan bata dan permukaan beton yang
tampak.
Semua permukaan plafon yang tampak.

2. Persyaratan Bahan.
2.1. Cat Kayu.
2.1.1. Cat Warna.
Produk : SEIV atau setaraf.
Warna : Ditentukan kemudian.

2.1.2. Cat Transparan.


Jenis : Politur.
Produk : IMPRA atau setaraf.

2.2. Cat Permukaan Dinding Pasangan Batu Bata, Permukaan Beton &
Permukaan Plafon.
Produk : Sanlex atau setaraf.
Warna : Ditentukan kemudian.

3. Persyaratan Pelaksanaan.
3.1. Tebal minimum tiap lapisan jadi/finished minimum sama dengan syarat yang
dispesifikasikan pabrik. Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak
bercucuran atau ada bekas yang menunjukkan tanda-tanda sapuan, roller
maupun semprotan.

3.2. Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun
atau membahayakan keselamatan manusia, maka Kontraktor harus
menyediakan persyaratan pelindung misalnya : masker, sarung tangan dan
sebagainya yang harus dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan.

3.3. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca yang
lembab atau hujan atau dalam keadaan angin berdebu bertiup. Terutama
untuk pelaksanaan di dalam ruangan bagi cat dengan bahan dasar beracun
atau membahayakan manusia, maka ruangan tersebut harus mempunyai
ventilasi yang cukup atau pergantian udara berlangsung lancer. Di dalam
keadaan tertentu, misalnya untuk ruangan tertutup, Kontraktor harus
memasang Kipas Angin/Fan untuk memperlancar pergantian/aliran udara.

3.4. Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara tekan/vaccum
cleaner, semprotan dan sebagainya harus tersedia dari kualitas/mutu terbaik
dan jumlahnya cukup untuk pekerjaan ini.

3.5. Khusus untuk semua cat dasar terutama pada permukaan logam harus
disapukan dengan kuas. Penyemprotan hanya boleh dilakukan bila disetujui
Konsultan Pengawas.

3.6. Khusus untuk :


Permukaan panel langit-langit dari Enternit,
Panel partisi bagian bawah/ban (lihat Gambar Kerja), memakai cat dinding.
Persyaratan pelaksanaan sesuai dengan persyaratan pengecatan dinding
pasangan batu bata.

3.7. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Konsultan Pengawas harus diulang dan
diganti. Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar
atau cat finish yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana ditunjuk oleh
Konsultan Pengawas.
Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai
pekerjaan tambah.

3.8. Pekerjaan Cat Kayu.

3.8.1. Pekerjaan Persiapan Sebelum Pengecatan.


a. Kayu harus dalam keadaan kering.
b. Sebelum pengecatan, semua pekerjaan kayu telah didempul dengan
baik dan rapi.
Pendempulan dan pengamplasan bagian kayu yang tidak rata, cacat
berlubang bekas kayu dan kotoran-kotoran lain harus dilaksanakan
dengan baik.
c. Pekerjaan meni/cat dasar harus dilakukan pada semua kusen-kusen
pintu, jendela dan partisi yang berhubungan langsung dengan
tembok dan lantai, listplank, list-list dan semua kayu yang diserut
dan tertutup.

3.8.2. Pekerjaan Cat Kayu Warna.

a. Lapisan Satu dan Dua :


Cat primer/meni dan cat dasar/ “undercoat” dari jenis Acrylic Primer
Undercoat. Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.
Pengencer : rekomendasi pabrik.
Tenggang waktu antara pelapisan adalah minimum 12 jam.

b. Lapisan Tiga dan Empat.


Cat akhir/finish dari jenis Synthetic Super Gloss atau
setaraf.Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas atau roller.
Tenggang waktu antara pelapisan minimum 15 jam.

3.8.3. Pekerjaan Cat Kayu Transparan (Politur).


a. Lapisan Satu :
Bahan Pewarna / Woodstain.
Pelaksanaan pekerjaan dengan Spray Gun.
Setelah kondisi 75-90% kering, permukaan dibersihkan dengan kain
lap hingga bersih.Untuk mendapatkan warna yang lebih tua,
pekerjaan wood stain harus berulang kali atau minimum 3
kali.Warna ditentukan kemudian.Tunggu hingga lapisan kering betul
sebelum pelapisan selanjutnya.

b. Lapisan Dua, Tiga dan Empat :


Cat akhir/finish jenis Politur.
Pelaksanaan pekerjaan dengan Spray Gun.
Pengencer adalah Thinner Super.
Bila musim hujan dengan kelembaban sangat tinggi harus
ditambahkan 5% Retarder RD 02 pada Thinner.
Tenggang waktu antara pelapisan adalah minimum 12 jam.
Warna ditentukan kemudian.

3.9. Pekerjaan Cat Permukaan Dinding Pasangan Bata, Permukaan Beton &
Permukaan Plafon.
3.9.1. Semua retak, lubang atau plesteran yang kuarang baik pada dinding
pasangan bata baru maupun lama harus didempul dengan adukan
plesteran hingga membuat permukaan rata.

3.9.2. Selanjutnya pelaksanaan plamir (“wall fibber”), setelah kering


dihaluskan dengan amplas.

3.9.3. Cat dinding tahan air (gloss) dilaksanakan pada dinding batas
permukaan lantai sampai setinggi 10 cm (terlihat pada gambar) dan
berfungsi sebagai plint.

3.9.4. Pengecatan dilakukan sedemikian rupa sehingga merata minimal 3


kali, sekali cat dasar dan dua kali cat akhir. Pelaksanaan pekerjaan
dengan roller.
Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak mungkin
menggunakan roller.

3.9.5. Permukaan Interior dan Exterior.

a. Lapisan Satu :
Acrylic Wall Filler.
Pelaksanaan pekerjaan dengan kape.
Tunggu selama minimum 12 jam sebelum pelaksanaan pelapisan
menggunakan berikutnya.

b. Lapisan Dua dan Tiga :


Cat jenis Acrylic Emulsion.
Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam.
Pasal 13
PEKERJAAN SALURAN DRAINASE AIR HUJAN

1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan instalasi air yang dimaksud meliputi pekerjaan-pekerjaan :
- Saluran drainase air hujan.

2. Persyaratan Bahan.
2.1. Saluran terbuka.
Gravel/Buis Beton bulat untuk gorong-gorong.
Diameter sesuai dengan Gambar Kerja.
Ex Lokal mutu terbaik.

3. Persyaratan Pelaksanaan.
3.1. Kemiringan saluran, harus dibuat dengan sedemikian rupa sehingga air dapat
mengalir dengan sempurna tanpa hambatan.

3.2. Semua sistem aliran pada saluran terlihat pada Gambar Kerja, dan ketentuan-
ketentuan tertulis pada Gambar tersebut harus diikuti.

3.3. Sebelum pelakasanaan dimulai , Kontraktor harus sudah mengetahui saluran


induk yang sudah ada di daerah tersebut.

3.4. Galian Tanah.


a. Dinding galian tanah dibuat dengan kemiringan yang cukup disesuaikan
dengan keadaan kondisi lapangan setempat dalam hubungan
menghindarkan kemiungkinan runtuhnya dinding galian, terutama
padawakrtu musim hujan .
b. Ukuran damn kedalaman galiuan menuruy gambar-gambar perencanaan
atau menurut petunjuk Konsultan Pengawas bilamanana ada perubahan-
perubahan.
c. Apabila kontraktor melakukan penggalkian dengan kedalaman lebih dari
yang ditentukan tanpa petunjuk Konsultan Pengawas, maka Kontrakltor
diwajibvkan menKepala Sekolahhg kembali kelebihan galian tersebut
dengan pasir yang dipadatkan atas tanggungan/galian biaya Kontraktor
sendiri sampai mencapai kedalaman yang ditentukan.

3.5. Urugan Pasir.


Sebelum dasar saluran dipasang, dasar galian harus diurug dulu dengan pasir
urug dan dip[adatka dengan sedemikian rupa sehingga kep[adatannya merata,
sampai mencapai tebal 15 cm.

3.6. Pasangan untuk Badan Saluran.


Badan saluran (dinding dan dasar) dibuat dari pasangan batu kali dengan
campuran 1 pc : 4 ps apabila digunakan saluran type U.

3.7. Plesteran.
Seluruh permukaan bagian dalam dan atas dari salurandiplestert dengan
campuran 1 pc : 3 ps setebal 2 cm dan kemudian dihaluskan semen.

3.8. Plat Beton.


Semua plat beton untuk menutup saluran dibuat dengan campuran 1 pc : 2 ps :
3 kr dengan pembesian sesuai dengan gambar-gambar perencanaan.
Plat-plat beton dibuat di luar, untuk ukurannya disesuaikan dengan gambar
perencanaan.
3.9. Urugan Tanah.
a. Setelah bahan saluran seluruhnya selesia terpasang , sisa galian yang ada
ditutup (diisi) dengan tanah tanah bekas galian itu sendiri, dan dipadatkan
dengan sedemikian rupa sehingga betul-betul bahwa pada tanah urug
maupun lubang bgalian tidak terdapat kotoran-kotoran yang dapat
membusuk.
Kelebihan galian harus diisi dengan adukan , tidak boleh diisi dengan
tanah.
b. Sisa tanah galian yang tidak terpakai harus disingkirkan secepatnya dari
tempat pekerjaan apabila telah selesai.

3.10. Ukuran Saluran.

a. Ukuran saluran yang tercantum dalam gambar-gambar perencanaan


adalah ukuran bersih (effective) atau ukuran dalam keadaan jadi, oleh
karenanya di dalam pelaksanaan harus diperhitungkan terhadap
plesteran dan penghalusan.

b. Apabila Kontraktor melaksanaan pekerjaan dengan ukuran yang berbeda


debngan gambar perencanaan tanpa petunjuk Konsultan Pengawas,
dalam hal ini lebih dari gambar maka Kontraktor diwajibkan mebongkar
kembali saluran tersebut dan memasangnya lagi sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas.

c. Dalam hal ukurantersebut lebih besar dari gambar, Kontraktor tidak


berhak mengajukan claim atas kelebihan ukuran tersebut sebagai
pekerjaan tambah.

3.11. As Saluran.
As saluran ditentukan atas petunjuk atau dilakiukan bersama-sama dengan
Konsulyan Pengawas.Apabila Kontraktor melakukan kesalahan dalam
menentukan as saluran tanpa petunjuk Konsultan Pengawas, Kontraktor
diwajibkan melakukan perbaikan pembongkaran sehingga sesuaio dengan
as saluran yang ditentukan ats tanggunggan Kontraktor sendiri.

3.12. Gorong-gorong.
Gorong-gorong yang tidak melintas dan parker dibuat dari buios beton bulat.
Sepanjang alas Gorong-grorong diberi lapisan pasir untuk mengatur
kemiringan.
Diameter sesuai dengan Gambar Ketja.

3.13. Saluran terbuka.


Saluran terbuka dibuka dibuat dari buis beton setengah lingkaran.Sepanjang
alas saluran diberi lapisan pasir untuk mengatur kemirringan.
Diameter sesuai dengan Gambar Kerja.

3.14. Pada setiap pertemuan/persilangan atau pembelokan, dibuatkan bak kontrol


dari pasangan –pasangan batu bata ½ batu, adukan 1 pc : 4 ps , diberapen .
Tutup bak kontrol dibuat dari plat vbeton bertulang 1 pc : 2 ps : 3 kr, diberi
pegangan dari besi tulangan diameter 12 mm untuk membuka tutup.

3.15. Pada setiap sambungan gorong-gorong dan saluran terbuka harus diberi
alas dan kana kiri ditutup oleh pasangan batu bata ½ batu aduk 1 pc : 4 ps ,
diberapen.
PEKERJAAN SISTEM MEKANIKAL & ELEKTRIKAL

Pasal 1
URAIAN PEKERJAAN & KETENTUAN DASAR PELAKSANAAN

1. Lingkup Pekerjaan.
1.1. Pekerjaan Elektrikal.
Sistem penyediaan dan Distribusi Listrik.
Sistem penerangan.

2. Standard & Aturan Yang Harus Diikuti.


2.1. Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor harus mengikuti segala
aturan dan standard yang berlaku dan dilengkapi dengan segala peraturan
untuk kesempurnaan operasi, kemudahan pengaturan dan perawatan,
keamanan operasi sesuai.
2.2. Kontraktor diwajibkan mentaati dan mengikuti tatacara pelaksanaan sesuai
dengan yang tertulis pada peraturan-peraturan tersebut dan disesuaikan
dengan bahan, unit mesin atau peralatan yang dipasang.
2.3. Bila terjadi kesimpangsiuran dalam hal standard yang harus diikuti, Kontraktor
harus melapor kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat kejelasan tentang
hal tersebut.
2.4. Bila Konsultan Pengawas tidak dapat memutuskan hal tersebut maka
pengambilan keputusan akan diserahkan kepada Instansi atau Badan yang
berwenang.

3. Gambar-gambar.
1.1. Gambar Perencanaan.
1.1.1. Yang dimaksud dengan gambar perencanaan adalah gambar-gambar
yang menyertai buku ini, gambar-gambar penjelas dan segala gambar-
gambar addendumnya.
1.1.2. Kontraktor harus mempelajari Gambar-gambar Perencanaan dan
secepatnya melaporkan kepada Konsultan Pengawas apabila terdapat
hal-hal yang dianggap kurang jelas, dalam waktu tidak lebih dari 3 (tiga)
minggu setelah diadakannya rapat pra- pelaksanaan.
1.1.3. Gambar-gambar dalam perencanaan ini tidak dimaksudkan untuk
mencantumkan semua detail pemasangan, detail penumpu, detail
pengikat dan detail lainnya terutama yang berhubungan dengan
peralatan yang akan disediakan/dipasang oleh Kontraktor.
1.1.4. Walaupun demikian, Kontraktor tetap harus memasang instalasi tersebut
sesuai dengan praktek pelaksanaan terbaik yang memberikan hasil
terbaik dalam hal ini kontraktor diharuskan membuat shop drawing yang
terinci untuk menjelaskan hal-hal tersebut di atas.
1.1.5. Ukuran_ukuran pokok dan pembagianya seluruh sudah dicantumkan
pada Gambar Perencanaan dimana ukuran-ukuran tersebut merupakan
ukuran effektif (ukuran dalam pelaksanaan/dalam pemesanan barang
diperhitungkan sebagai ukuran effektif).

1.2. Gambar Kerja (Shop – drawing).


1.2.1. Yang dimaksud dengan gambar kerja adalah gambar-gambar yang
dibuat oleh kontraktor , Pemasok – barang maupun pihak-pihak lain
yang bertujuan untuk menjelaskan cara pemasangan maupun cara
penyambungan dan lainnya pada saat pelaksanaan pekerjaan sedang
berlangsung.
1.2.2. Sebelum Kontraktor melaksanakan pekerjaan, Kontraktor wajib
membuat gambar kerjanya untuk memperjelaskan dan sebagai gambar
untuk pelaksananan pekerjaan.
1.2.3. Gambar lainnya sesuai dengan pekerjaan yang sudah dilaksanakan.
1.2.4. Gambar-gambar kerja dibuat dengan berpedoman pada Gambar
Perencanaan, Spesifikasi Teknis serta disesuaikan dengan kondisi
lapangan yang sebenaranya , sehingga tidak akan terjadi kesalahan di
lapangan.
1.2.5. Gambar Kerja dibuat sebanyak 3 (tiga) rangkap dan diserahkan pada
Konsultan Pengawas untuk diperiksakan dan disahkan oleh Konsultan
Pengawas.

4. Kooordinasi Kerja
4.1. Mengingat bahwa pekerjaan satu dan lainnya sangat erat kaitannya terhadap
jadwal pelaksanaan, maka pekerjaan harus dilaksanakan dan diseselesaikan
sesuai dengan jadwal yang telah disetujui bersama.
4.2. Dalam bobot rencana serta gambar-gambar kerja Kontraktor harus sudah
memperhitungkan unsur-unsur kerja sama dengan Kontraktor / sub-
Kontraktor pekerjaan lain / atau instansi – instasi lain yang berkaitan dengan
pekerjaan tersebut.

5. Penyelidikan Tapak
5.1. Sebelum mulai melakukan, dalam arti membuat dan atau memasang , setiap
bagian dari pekerjaan, Kontraktor wajib mengadakan pengukuran di tapak,
yang mana hasil pegukuran-pengukuran tersebut harus tertera dan dapat
dibaca pada gambar pelekasanaan yang dibuat oleh Kontraktor yang
bersangkutan.
5.2. Bilamana Kontraktor lalai dalam melaksanakan hal tersebut di atas maka
segala sesuatu hal yang diakibatkan oleh adanya kelalaian itu menjadi
tanggung jawab Kontraktor yang bersangkutan.
5.3. Apabila dalam pengukuran tersebut di dalam terdapat hal-hal yang berbeda
dengan dokumen kontrak maka Kontraktor harus segera melaporkan kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapat penyelesaian.
5.4. Pada saat suatu pekerjaan atau bagian dari suatu pekerjaan akan
dilaksanakan, kontraktor harus membuat gambar kerja untuk satu lokasi kerja
yang mencantumkan semua indikasi instalasi / utilitas / struktur / finishing
pada lokasi tersebut sehingga tidak akan terjadi kesalahan tempat
pemasangan yang akan mengganggu salah satu atau lebih dari satu instalasi.

6. Perbedaan Pengertian antar isi dokumen.


Bila terdapat perbedaan pada Gambar-gambar Perencanaan dengan Buku
Persyaratan Teknis atau perbedaan antara gambar yang satu dengan gambar
yang lainnya atau salah satu klausul di dalam Buku Persyartan Teknis dengan
klausul lainnya maka pernyataan yang menyebabkan harga yang lebih tinggi
adalah yang dianggap benar dan dianggap sebagai besaran dasar / referensi yang
digunakan oleh Kontraktor untuk menghitung biaya pada saat penawaran / lelang.

7. Kewajiban Kontraktor

7.1. Kewajiban Umum.


7.1.1. Kontraktor harus bersedia mentaati uraian dan Persyaratan
Pelaksanaan yang tertulis dalam Buku ini, Gambar-gambar
Perencanaan dan Persyaratan lainnya yang dikeluarkan oleh
Konsultan Pengawas baik sebagai Dokumen Lelang. Berikut adenda-
adendanya, Dokumen Kontrak berikut segala adenda-adendanya.
7.2. Kewajiban Pada Saat Penawaran.
7.2.1. Kontraktor wajib mempelajari dan dianggap telah mempelajari dengan
seksama secara antar – disiplin seluruh bagian dari seluruh dokumen
lelang dan segala adenda-adendanya pada saat melakukan
penawaran sehingga dengan demikian Kontraktor harus
telah ,memperhitung dan dianggap telah menghitung segala
kemungkinan yang akan terjadi sebagai akibat adanya penyesuaian
pada saat pelaksanaan terhadap hal-hal berikut :
- Kondisi lapangan.
- Penyesuaian seluruh sistem instalasi terhadap struktur bangunan ,
finishing bangunan dan interior bangunan serta lan sekap maupun
kondisi antar sistem instalasi itu sendiri.

7.2.2. Semua peralatan /material yang sejenis yang akan dipasang harus dari
satu merk , kecuali dibatalkan dalam ketentuan lain atau klausul lain
pada Buku ini maupun lampiran-lampirannya.

7.3. Kewajiban selama masa pelaksanaan.


7.3.1. Kontraktor harus mengajukan usulan material/peralatan yang akan
dipasang, paling lambat 4 (empat) minggu setelah keluarnya Surat
Perintah Kerja/ SPK.
7.3.2. Kontraktor harus selalu minta persetujuan untuk barang/mesin/
peralatan/bahan yang akan dipasang seperti telah diuraikan terdahulu.
7.3.3. Kontraktor harus menyediakan dan memasang alat-alat pengatur, alat-
alat pengaman yang diwajibkan oleh ketentuan-ketentuan dan
peraturan-peraturan yang berlaku.
7.3.4. Apabila ada unsur pekerjaan pemasangan atau unsur lain yang penting
untuk berhasilnya pelaksanaan pekerjaan dimana pekerjaan tersebut
harus dilaksanakan oleh Kontraktor lain, maka Kontraktor diwajibkan
menyiapkan, menyerahkan bahan atau informasi beserta segala
penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan oleh Kontraktor lain tersebut,
kepada Konsultan Pengawas, untuk selanjutnya mengikuti ketentuan-
ketentuan dan atau petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Konsultan
Pengawas.
7.3.5. Kontraktor tetap bertanggung jawab atas bagian dari pekerjaannya
yang tertanam dalam bagian pekerjaan Sipil/Struktur dan atas yang
pemasangnya berkaitan dengan pekerjaan lain.
7.3.6. Segala kerusakan sebagai akibat dari resiko dari pelaksanaan
pekerjaan pemasangan harus segera diperbaiki dan dikembalikan
tepat seperti bentuk semula atas biaya Kontraktor yang bersangkutan.

7.4. Kewajiban Selama Masa Pemeliharaan.


7.4.1. Kontraktor harus mendidik tenaga pemeliharan yang disediakan oleh
Pemberi Tugas, sehingga mencapai tingkat keterampilan sebagai
pemelihara yang mempunyai kualifikasi tinggi.

7.4.2. Masa pemeliharaan ditentukan selama 90 (Sembilan puluh) hari


kalender terhitung sejak penyerahan pertama kecuali bila dinyatakan
lain.

8. Kelengkapan yang harus diserahkan.

8.1. Sebelum Pekerjaan Dimulai.

8.1.1. Selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum dimulai pelaksanaan


dalam arti “pemesanan barang” atau “pembuatan barang/instalansi”
atau “pemasangan”, Kontraktor harus menyerahkan barang-barang
yang diuraikan pada pasal-pasal selanjutnya kepada DIREKSI
PENGAWAS untuk mendapat persetujuan.

8.1.2. Apabila tidak diperoleh persetujuan oleh suatu dan lain hal, maka
Kontraktor harus segera mengganti barang-barang tersebut dan
diserahkan kepada DIREKSI PENGAWAS untuk mendapat
persetujuan. Barang-barang tersebut berupa :
8.1.2.1. Installation Instruction, untuk persetujuan terhadap cara-cara
pemasangan.

8.1.2.2. Shop-drawings, untuk persetujuan terhadap rencana instalansi


dan cara-cara pemasangan yang akan
dilakukan/dikerjakan/dilaksanakan.

8.1.2.3. Contoh-contoh bahan dan barang-barang, untuk persetujuan


terhadap bahan dan barang-barang yang diperoleh/didapat
secara local seperti misalnya katup, pipa, bahan isolasi, bahan
cat, baut-mur, klem, kabel, pipa kondult, saklar, stop kontak,
armature lampu penerangan dan lainnya.

8.2. Sesudah pekerjaan diselesaikan.


8.2.1. Selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum dilakukan penyerahan
kedua Kontraktor harus menyerahkan barang-barang seperti tersebut
pada pasal selanjutnya kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat
persetujuan.
8.2.2. Apabila tidak diperoleh persetujuan oleh suatu dan lain hal, maka
Kontraktor harus segera mengganti/memperbaiki dan diserahkan
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan. Barang-
barang tersebut berupa :
As-built drawings
Photo-photo konstruksi.
Dan lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

9. Penolakan & Persetujuan Barang.


9.1. Semua usulan material, peralatan yang akan dipasang dan/atau digunakan di
dalam atau untuk pekerjaan ini seperti pada pasal terdahulu akan diteliti oleh
Konsultan Pengawas dan akan di-keluarkan keputusan persetujuan atau
penolakan oleh Konsultan Pengawas berdasarkan ketentuan yang berlaku
dalam kontrak perjanjian pemborongan antara Kontraktor yang bersangkutan
dengan Pemberi Tugas dan segala adenda-adendanya serta segala
peraturan tentang pembangunan yang berlaku di wilayah tempat pekerjaan.
9.2. Dalam hal ini, selama tidak diadakan persetujuan secara tertulis, maka segala
usulan yang disampaikan oleh Kontraktor yang bersangkutan baik pada saat
penawaran atau penjelasan lelang atau perhitungan volume atau acara
lainnya di dalam forum pelelangan, dianggap tidak ada dan tidak dapat
dijadikan sebagai persetujuan perubahan terhadap sebagian maupun seluruh
Dokumen Perencanaan ini.

10. Peralatan & fasilitas Kerja.


10.1. Peralatan kerja yang dipergunakan harus sesuai dengan jenis pekerjaan
yang sedang dilakukan, dan harus mengikuti teknik-teknik pelaksanaan
yang wajar dan terbaik.
10.2. Alat-alat atau cara-cara yang tidak sewajarnya untuk digunakan/dilakukan
pada suatu pekerjaan, misalnya mengencangkan baut dengan kunci
Inggris, mengupas kabel dengan api/dibakar, sama sekali tidak
diperkenankan.
10.3. Kontraktor harus menyediakan sendiri peralatan tersebut di atas termasuk
kebutuhan lainnya yang diperlukan selama pekerjaan berlangsung.
10.4. Dalam hal ini Kontraktor bertanggung jawab sendiri atas penyediaan listrik
dan air untuk kebutuhan selama masa pelaksanaan berlangsung, dengan
anggapan bahwa fasilitas yang tersedia di tapat tidak diijinkan untuk
dipergunakan.

11. Ketentuan Keseragaman Merk.


11.1. Selama tidak ditentukan lain, Kontraktor harus memasang peralatan
dengan merk yang sama untuk seluruh peralatan yang sejenis, misalnya
katup, pompa, pipa, kabel, armature lampu, komponen panel dan lainnya,
pada seluruh pekerjaan dalam proyek ini.
11.2. Kekecualian terhadap butir di atas adalah peralatan yang didatangkan
bersama dengan peralatan lain, dalam arti peralatan tersebut merupakan
suatu peralatan yang lebih besar.
11.3. Perbedaan merk untuk suatu peralatan yang sejenis hanya dapat dilakukan
apabila terjadi kondisi keterbatasan variasi produksi yang ada, dan hal ini
hanya boleh dilakukan apabila ada ijin tertulis dari Pemberi tugas atau
Konsultan Pengawas.
Pasal 2
PEKERJAAN SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK & PENERANGAN

1. LINGKUP PEKERJAAN.

1.1. Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan semua material, peralatan, tenaga
kerja dan lain-lain untuk pemasangan, pengetesan, commissioning dan
pemeliharaan yang sempurna untuk seluruh instalansi listrik seperti
dipersyaratkan dalam buku ini dan seperti ditunjukkan dalam gambar-gambar
perencanaan listrik. Dalam pekerjaan ini harus termasuk juga pekerjaan-
pekerjaan kecil lain yang berhubungan dengan pekerjaan ini yang tidak
mungkin disebutkan secara terinci di dalam buku ini tetapi dianggap perlu
untuk keselamatan dan kesempurnaan fungsi dan operasi sistem distribusi
listrik.

1.2. Item-item pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut :


1.2.1. Kabel-kabel Daya.
Pekerjaan ini termasuk kabel utama dari Jaringan Distribusi Tegangan
Rendah/Gardu PLN dan kabel-kabel lain yang digunakan untuk
menghubungkan panel satu dengan panel lainnya serta harus
termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan sistem instalasi listrik.

1.2.2. Instalasi Daya.


Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang digunakan untuk
menghubungkan panel-panel daya dengan outlet-outlet daya dan
peralatan-peralatan listrik, seperti Motor Pompa Listrik pada peralatan
Sistem Mekanikal serta peralatan-peralatan lain sesuai dengan
Gambar Perencanaan dan Buku Persyaratan Teknis.

1.2.3. Instalasi Penerangan.


Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang menghubungkan
panel-panel penerangan dengan fixture lampu sesuai dengan Gambar
Perencanaan dan Buku Persyaratan Teknis.

1.2.4. Fixture Lampu.


Yang termausk di dalam pekerjaajn ini adalah armature lampu, fitting,
ballast, starter, capasitor, lampu-lampu dan peralatan-peralatan lain
yang berhubungan dengan item pekerjaan sesuai dengan standard
pabrik yang terpilih.

1.2.5. Peralatan Penunjang Instalasi.


Pekerjaan ini meliputi rak kabel berikut perlengkapannya, junction box,
conduit/sparing, metal doos untuk outlet
daya/saklar/penyambungan/pencabangan, elbow, metal flexible
condult, klem dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan Sistem Distribusi Listrik meskipun peralatan-peralatan
ini tidak disebutkan dan digambarkan secara jelas di dalam Gambar
Perencanaan.

2. PERSYARATAN PEKERJAAN KABEL TEGANGAN RENDAH


2.1. Ketentuan Umum.
2.1.1. Persyaratan teknis ini berlaku untuk :
Kabel daya.
Instalasi daya.
Instalasi penerangan.

2.1.2. Yang dimaksud dengan kabel daya adalah kabel yang


menghubungkan antara panel satu dengan panel lainnya termasuk
peralatan bantu yang dibutuhkan.

2.1.3. Yang dimaksud dengan Instalasi daya adalah kabel yang


menghubungkan panel-panel daya dengan beban-beban stop kontak,
AC Split, Pompa Air Bersih dan lain-lain, sesuai dengan Gambar
Perencanaan.
Di dalam instalasi daya ini harus sudah termasuk outlet daya, conduit,
sparing, metal doos untuk outlet daya/penyambungan/pencabangan,
flexible conduit dan peralatan-peralatan bantu lainnya yang dibutuhkan
untuk kesempurnaan sistem instalasi daya.

2.1.4. Yang dimaksud dengan instalasi penerangan adalah kabel-kabel yang


menghubungkan antara panel-panel penerangan dengan fixture-fixture
lampu penerangan buatan. Di dalam instalasi penerangan
ini harus sudah termasuk semua jenis/tipe saklar, switching box,
conduit, sparing, metal doos untuk
saklar/penyambungan/pencabangan, metal flexible condult dan
peralatan-peralatan bantu lainnya yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan sistem instalasi penerangan buatan.

2.2. Jenis Kabel.

2.2.1. Kabel-kabel listrik yang digunakan harus sesuai dengan standard SII
dan SPLN atau standard-standard lain yang diakui di Negara Republik
Indonesia serta mendapat rekomendasi dari LMK.

2.2.2. Ukuran luas penampang konduktor kabel untuk jaringan instalasi listrik
Tegangan Rendah yang digunakan minimal harus sesuai dengan
Gambar Perencanaan.

2.2.3. Kabel listrik yang digunakan harus mempunyai rated voltage minimal
sebesar 500 volt.

2.2.4. Tahanan Isolasi kabel yang digunakan harus sedemikian rupa


sehingga arus bocor terjadi tidak melebihi 3 mA untuk setiap 100 M
panjang kabel.

2.2.5. Kabel-kabek yang digunakan adalah kabel-kabel PVC dengan jenis


kabel yang sesuai dengan fungsi dan lokasi pemasangannya seperti
tabel di bawah ini :

No Pemakaian Jenis Habel


.
1. Instalasi penerangan NYA (dalam pipa
pelindung)
di dalam pembangunan
2. Instalasi daya NYM
3. Kabel daya NYY
2.2.6. Pada kabel daya dan kabel instalasi harus dapat dibaca mengenai
merk, jenis, ukuran luas penampang, rating tegangan kerja dan
standard yang digunakan.

2.2.7. Kabel yang digunakan produk KABEL PRIMA atau setaraf.

2.3. Persyaratan Pemasangan.


2.3.1. Pemasangan kabel instalasi tegangan rendah harus memenuhi
peraturan PLN dan PUIL atau peraturan-peraturan lain yang diakui di
negara Republik Indonesia.

2.3.2. Kabel harus diatur dengan rapi dan terpasang dengan kokoh.

2.3.3. Pembelokan kabel harus diatur sedemikian rupa sehingga jari-jari


pembelokan tidak boleh kurang dari 15 kali diameter luar kabel
tersebut atau harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat
kabel.

2.3.4. Setiap ujung kabel harus dilengkapi dengan sepatu kabel tipe press,
ukuran sesuai dengan ukuran luas penampang kabel serta dililit
dengan exceltcior tape dan difinish dengan bahan isolasi ciut panas
yang sesuai.

2.3.5. Penyambungan kabel pada kabel daya, kabel instalasi daya dan
instalasi penerangan tidak diperkenankan kecuali untuk pencabangan
pada kabel instalasi daya dan instalasi penerangan. Penyambungan
kabel untuk pencabangan harus dilakukan di dalam junction box atau
metal doss serta memakai pelindung sesuai dengan persyaratan.

2.3.6. Penarikan kabel harus menggunakan peralatan-peralatan bantu yang


sesuai dan tidak boleh melebihi strength dan stress maximum yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat kabel.

2.3.7. Sebelum dilakukan pemasangan/penytambungan, bagian ujung awal


dan ujung akhir dari kabel daya harus dilindungi dengan “sealing end
cable”, sehingga bagian konduktor maupun bagian isolasi tidak rusak.

3. PERSYARATAN TEKNIS PERALATAN INSTALASI


3.1. Outlet Daya.
3.1.1. Outlet daya dan plug yang digunakan harus memenuhi standard SII
dan SPLN atau standard-standard lain yang berlaku dan diakui di
Negara Republik Indonesia.

3.1.2. Outlet daya mempunyai spesifikasi sebagai berikut :


Rating tegangan : 300 Volt
Rating arus : 6 A.10 A, 13 A, 16 A atau lebih sesuai dengan
Gambar Perencanaan
Tipe pemasangan : recessed
Produk : BROCCO

3.1.3. Outlet daya harus mempunyai indikasi (pada bagian belakang plate)
mengenai merk pabrik pembuat, standard produk, tipe dan rating arus
serta tegangannya.

3.2. Saklar Lampu Penerangan.


3.2.1. Saklar yang digunakan harus sesuai dengan standard PLN atau SII
atai standard-standard lain yang berlaku dan diakui di Negara Republik
Indonesia.

3.2.2. Saklar lampu harus mempunyai indikasi (pada bagian belakang plate)
mengenai merk pabrik pembuat, standard produk, tipe dan rating arus
serta tegangannya.

3.2.3. Saklar dipasang pada dinding atau kolom beton dengan menggunakan
metal doos pada ketinggian 150 cM dari permukaan lantai atau sesuai
dengan Gambar Perencanaan.
Metal doos yang digunakan harus sesuai dengan Gambar
Perencanaan dan dikoordinasikan dengan Perencana Interior.

3.2.4. Khusus untuk mengoperasikan lampu penerangan Hall, koridor dan


lampu penerangan di sekeliling bangunan digunakan “switching box”.
Switching box merupakan panel untuk menempatkan saklar modul
(modular switch).
Panel harus terbuat dari pelat baja dengan ketebalan minimal 2 mM,
dicat meni tahan karat dan cat finish (cat bakar) warna abu-abu.

4. PERSYARTAN TEKNIS PENUNJANG INSTALASI


4.1. Rigid Conduit.
4.1.1. Rigid conduit yang dipasang secara exposed dan conduit-conduit
yang ditanam di dalam tembok atau kolom beton (sparing-sparing)
harus terbuat dari pipa besi yang dicat meni tahan karat.

4.1.2. Conduit dan sparing harus mempunyai ukuran diameter dalam


sebesar 1,5 kali dari total diameter luar kabel yang dilindunginya dan
ukuran minimum sebesar ¾”. Oleh karena itu, kontraktor sebelum
memasang conduit harus melakukan pengecekan dahulu terhadap
kabel yang akan dilindunginya.

4.1.3. Ujung-ujung conduit harus dihaluskan dan diberi tules agar tidak
merusak isolasi kabel.

4.1.4. Conduit untuk keperluan instalasi satu dengan instalasi lainnya harus
dibedakan dengan cara dicat finish dengan warna yang berbeda
sebagai berikut :
Instalasi daya : warna hitam
Instalasi penerangan : warna abu-abu

Instalasi telepon : warna putih


Instalasi fire alarm : warna merah

4.1.5. Pemakaian conduit di sini dimaksudkan untuk finishing seluruh


instalasi daya, instalasi penerangan dan instalasi lainnya. Oleh
karena itu pemasangannya harus dilakukan serapi mungkin dan
dikoordinasikan dengan pekerjaan Finishing Arsitektur.

4.1.6. Pemasangan pipa conduit di atas plafond harus dikoordinasikan


dengan penggunaan jalur untuk utilitas lain seperti instalasi telepon,
fire alarm, jaringan pemipaan sistem Mekanikal dan lain-lain sehingga
tersusun rapi, kokoh dan tidak saling mempengaruhi.
4.1.7. Pemasangan pipa conduit atau sparing tidak boleh merusak atau
mengganggu instalasi utilitas lainnya.

4.1.8. Dalam hal jalur pipa conduit pada gambar diperkirakan tidak mungkin
lagi untuk dilaksanakan, maka Kontraktor wajib mencari jalur lain
(sesuai dengan persyaratan) sehingga pelaksanaan mudah dan tidak
mengganggu utilitas lain.

4.1.9. Pertemuan antara pipa sparing yang muncul dari dalam dinding
dengan pipa conduit di atas plafond harus menggunakan metal doos
dan di antara metal doos tersebut di pasang flexible conduit.
Pemasangan flexible conduit tersebut harus dilakukan dengan cara
klem.

4.1.10. Setiap sparing maupun conduit maximum hanya dapat diisi dengan 1
(satu) kabel berinti banyak atau satu pasang kabel untuk phasa,
netral dan grounding, baik untuk kabel daya maupun untuk kabel lain.

4.1.11. Jumlah sparing (conduit yang ditanam di dalam beton) harus


disediakan minimum sebanyak 120 % dari jumlah kabel yang akan
melewatinya atau minimum mempunyai satu buah sparing lebih
banyak dari jumlah kabel yang akan melewatinya.

4.2. Metal Flexible Conduit.


4.2.1. Flexible conduit digunakan untuk melindungi kabel :
Yang keluar dari conduit dan masuk ke dalam sparing.
Yang keluar dari conduit ke titik titik tumpu.
Yang keluar dari conduit pada rak kabel ke instalasi cabang/titik beban.
Pembelokan instalasi.
Dan keperluan lainnya.

4.2.2. Penyambungan flexible conduit dengan conduit lain harus dilakukan di


dalam metal doos penyambungan.

4.2.3. Ukuran conduit harus mempunyai diameter dalam minimum 1,5 kali
total diameter luar kabel yang dilindunginya.

4.2.4. Flexible yang digunakan harus tahan karat dan cukup kuat untuk
menahan gangguan mekanis yang mungkin terjadi.

4.2.5. Pemasangan flexible conduit harus menggunakan klem.

5. PERSYARATAN TEKNIS FIXTURE PENERANGAN


5.1. Armature Lampu Penerangan.

5.1.1. Armatur-armatur lampu harus memenuhi persyaratan teknis, bentuk


dan penampilan sesuai dengan Gambar Perencanaan.

5.1.2. Armatur-armatur lampu menggunakan produksi dalam negeri dengan


standard kualitas yang baik dari produk CANDELA atau setaraf.

5.1.3. Armatur-armatur lampu yang dibuat dari plat baja harus mempunyai
ketebalan plat minimal 0,7 mM , dicat dasar dengan meni tahan karat
dan dicat finish warna putih atau sesuai petunjuk Perencana Interior.
Pengecatan ini menggunakan cat bakar.
5.1.4. Armatur lampu TL menggunakan lampu tabung TL – D type 54 produk
PHILIPS dan dilengkapi dengan komponen-komponen lampu berupa
ballast, starter dan kapasitor dari produk PHILIPS.

5.1.5. Pemasangan artmatur lampu harus dilakukan secara baik sehingga


terpasang sempurna dan tidak mudah terlepas oleh gangguan-
gangguan mekanis.

Anda mungkin juga menyukai