Anda di halaman 1dari 44

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

1. PENDAHULUAN
A. UMUM
Sebagaimana telah ditetapkan dalam Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Negara, Permen PUPR No 22 Tahun 2018 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan
Gedung Negara bahwa :
1. Setiap bangunan gedung negara harus diwujudkan dengan sebaik-baiknya, sehingga
mampu memenuhi secara optimal fungsi bagiannya, andal dan dapat sebagai teladan
bagi lingkungannya, serta berkontribusi positif bagi pelayanan kepada masyarakat
perkembangan arsitektur di Indonesia.
2. Setiap bangunan gedung negara harus direncanakan, dirancang dengan sebaik
baiknya, sehingga dapat memenuhi kriteria teknis bangunan yang layak dari segi
mutu, biaya, dan kriteria administrasi bagi bangunan gedung negara.
3. Setiap pelaksanaan konstruksi fisik bangunan gedung negara yang dilakukan
oleh kontraktor pelaksana harus mendapat pengawasan secara teknis di lapangan,
agar rencana teknis yang telah disiapkan dan dipergunakan sebagai dasar
pelaksanaan konstruksi dapat berlangsung operasional efektif.
4. Spesifikasi Teknis untuk pekerjaan konstruksi perlu disiapkan secara matang sehingga
memang mampu mendorong perwujudan karya perencanaan yang sesuai dengan
kepentingan kegiatan.
2. TUJUAN
Spesifikasi Teknis ini merupakan petunjuk bagi kontraktor pelaksana yang memuat
masukan azas, kriteria, keluaran dan proses yang harus dipenuhi dan diperhatikan serta
diinterpretasikan kedalam pelaksanaan tugas konstruksi. Dengan penguasaan ini diharapkan
kontraktor pelaksana dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik untuk
menghasilkan keluaran yang memadai sesuai Spesifikasi Teknis ini. Serta meningkatnya
kualitas dan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan yang unggul mudah dan
nyaman.
3. SASARAN
Sasaran dari Spesifikasi Teknis ini adalah terbangunnya bangunan yang memenuhi
persyaratan dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pembangunan gedung Negara
melalui proses konstruksi yang akan dilakukan oleh pihak penyedia jasa konstruksi yang
berkualiatas, tepat waktu, tepat material, tepat SDM, tepat biaya, tepat pengerjaan,
sebagaimana yang telah ditetapkan didalam dokumen perencanaan.

4. NAMA DAN ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


Nama Organisasi yang menyelenggarakan Kegiatan Penyediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
untuk UKM dan UKP Kewenangan Daerah Kabupaten/Kota adalah :
PPK : dr. YONG MARZUHAILI
NIP : 19740928 200604 1 009
Satuan Kerja : RSUD Lubuk Sikaping Kab. Pasaman

5. SUMBER PENDANAAN
A. BIAYA KONSTRUKSI
a) Biaya pembangunan ini mengikuti pedoman dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor:
22/PRT/M/2018 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
b) Untuk pekerjaan standar berlaku biaya maksimum dihitung dengan penawaran biaya
sesuai ketentuan yang berlaku.
c) Besarnya biaya konstruksi merupakan biaya tetap dan pasti, sudah memperhitungkan
komponen biaya langsung dan tidak langsung diantaranya pengawasan dan staf
lapangan, administrasi kantor lapangan, konstruksi dan fasilitas sementara, transportasi,
konsumsi, keamanan, keselamatan kerja, kontrol kualitas dan pengujian – pengujian
serta memuat keuntungan, pajak, bea, retribusi dan pungutan lain yang sah, biaya
asuransi yang harus dibayar terkait pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
d) Ketentuan pembiayaan lebih lanjut mengikuti surat perjanjian pekerjaan konstruksi yang
dibuat oleh PPK dan Kontraktor Pelaksana.
e) Biaya pekerjaan konstruksi dan tata cara pembayaran diatur secara kontraktual
setelah melalui tahapan proses pengadaan barang dan jasa sesuai peraturan yang
berlaku.
f) Pembayaran biaya konstruksi didasarkan pada prestasi kemajuan pekerjaan
pembangunan.

B. SUMBER BIAYA
Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan Penyediaan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan untuk UKM dan UKP Kewenangan Daerah Kabupaten/Kota ini berasal dari Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Pasaman (DAU) Tahun Anggaran 2023 dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) Tahun Anggaran 2023.
6. LOKASI KEGIATAN, DATA DAN FASILITAS PENUNJANG
Lokasi Kegiatan : RSUD Lubuk Sikaping
7. LINGKUP PEKERJAAN
A. LINGKUP TUGAS
Lingkup tugas yang harus dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana berpedoman pada
ketentuan yang berlaku, khususnya Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara,
dan Permen PUPR no 22 tahun 2018 yang dapat meliputi tugas-tugas konstruksi untuk
lingkungan, site/tapak bangunan, dan pembangunan fisik bangunan gedung negara, Peraturan
Lembaga LKPP Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi Dan Jasa Konsultansi dan Permenkes nomor 24 tahun 2020 tentang pelayanan
radiologi klinik.
Mengingat pelaksanaan pengadaan ini dilakukan setelah proses perencanaan DED selesai
maka pelaksana pekerjaan konstruksi berpedoman kepada dokumen perencanaan dan
berpedoman kepada dokumen perencanaan yang telah ada. Lingkup tugas yang harus
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Konstruksi meliputi :
(a) Memeriksa dan mempelajari kondisi lahan dan dokumen untuk pelaksanaan konstruksi
yang akan dijadikan dasar pekerjaan di lapangan.
(b) Melaksanaan konstruksi fisik yang telah disusun oleh Penyedia Jasa Konsultansi
Perencanaan (DED) yang meliputi program-program pencapaian sasaran konstruksi,
penyediaan dan penggunaan tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan bahan
bangunan, informasi, dana, program Quality Assurance / Quality Control dan program
kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
(c) Melaksanakan pekerjaan konstruksi fisik, yang meliputi program pengendalian sumber
daya, pengendalian biaya, pengendalian waktu, pengendalian sasaran fisik, (kuantitas
dan kualitas) hasil konstruksi, pengendalian perubahan pekerjaan, pengendalian tertib
administrasi, pengendalian kesehatan dan keselamatan kerja.
(d) Membeli/Menggunakan bahan, peralatan, tenaga kerja, metoda dan produk sesuai
dengan ketepatan waktu, mutu dan biaya pekerjaan konstruksi.
(e) Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai kualitas, kuantitas, dan volume / realisasi
fisik yang telah ditetapkan.
(f) Melakukan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi
fisik, diantaranya dengan Konsultan MK/Pengawas, Tim Teknis, PPK, dan PPTK.
(g) Melakukan Koordinasi dengan daerah sekitar di dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
(h) Bertanggung Jawab terhadap dampak/kerusakan yang ditimbulkan dari kegiatan
pembangunan.
(i) Mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk memecahkan persoalan yang
terjadi selama pelaksanaan konstruksi.
(j) Melakukan kegiatan pembangunan yang terdiri atas :
1. Membuat dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang akan dijadikan dasar dalam
pekerjaan dilapangan.
2. Membuat shop drawing.
3. Menyiapkan, menyewa dan membeli bahan, peralatan sesuai dengan kebutuhan.
4. Membeli bahan material sesuai spesifikasi dan berkualitas dengan mengacu standar
yang berlaku.
5. Melaksanakan pengujian fisik/Uji Lab dari hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan
untuk membuktikan kualitas dari hasil pekerjaan.
6. Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala (sekurang-kurangnya sekali
dalam satu pekan), membuat laporan harian, mingguan dan bulanan terkait
pekerjaan konstruksi fisik yang telah dilaksanakan.
7. Mengajukan berita acara pembayaran pekerjaan pelaksanaan konstruksi.
8. Melaporkan daftar cacat / kerusakan sebelum serah terima dan melakukan
perbaikan pada masa pemeliharaan.
9. Membuat berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan, serah terima pekerjaan
konstruksi, menyerahkan Gambar Akhir (as built drawing) dan manual book baik
terkait dengan pedoman pengoperasian peralatan dan pedoman pemeliharaannya,
sebagai kelengkapan untuk pembayaran angsuran pekerjaan konstruksi
(pembayaran tahap akhir).
10. Menyusun laporan-laporan administrasi yang bersifat teknis serta membantu dalam
persiapan dokumen guna keperluan sertifikasi laik fungsi (SLF)
11. Menyampaikan laporan perkembangan pekerjaan secara berkala setiap pekan,
bulan serta secara insidentil (berdasarkan permintaan) kepada PPK, PPTK, Konsultan
MK/Pengawas dan Tim teknis.

B. TANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN


1. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab secara profesional atas jasa konstruksi
yang berlaku dilandasi Undang-undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa
Konstruksi.
2. Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab secara profesional atas jasa pekerjaan
yang dilakukan sesuai ketentuan dan kode tata laku profesi yang berlaku.
3. Penyedia Jasa Konstruksi sesuai otoritas yang diberikan oleh PPK bertanggung
jawab sepenuhnya terhadap aspek konstruksi pekerjaan dengan kewajiban selalu
melakukan koordinasi dan konsultasi kepada Penyedia Jasa Konsultansi
Perencanaan (DED), Konsultan Manajemen Konstruksi, PPK, PPTK dan Tim Teknis,
serta unsur teknis lainnya yang ditetapkan oleh PPK.
4. Secara umum tanggung jawab kontraktor pelaksana adalah minimal sebagai berikut
: memenuhi standard keamanan, keselamatan, dan keberlanjutan dengan
memperhatikan setidak – tidaknya sebagai berikut:
a) Standar mutu peralatan
b) Standar keselamatan dan kesehatan kerja
c) Standar prosedur keselamatan jasa konstruksi,
d) Standar prosedur pelaksanaan jasa konstruksi,
e) Standar mutu hasil pelaksanaan jasa konstruksi,
f) Standar operasi dan pemeliharaan,
g) Pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h) Standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

8. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Jangka waktu pelaksanaan, khususnya sampai dengan serah terima pertama / Provisional Hand
Over (PHO) maksimal 90 (Sembilan Puluh) hari Kalender sejak dikeluarkannya Surat Perintah
Mulai Kerja dan masa pemeliharaan sekurang – kurangnya adalah 180 (Seratus Delapan Puluh)
hari kalender setelah serah terima pertama dilaksanakan sampai dengan serah terima kedua /
Final Hand Over.

9. PERSYARATAN PENYEDIA
Peserta yang berbadan usaha harus memiliki :
1. NIB OSS KBLI 2020 : 41015 (Berbasis Resiko)
2. SBU (Sertifikat Badan Usaha) klasifikasi bidang Bangunan Gedung dengan Subklasifikasi :
SBU (Permen PUPR No.19/PRT/M/2014 dengan kode BG008 Jasa Pelaksana Kontruksi
Gedung Kesehatan)
3. Persyaratan Lainnya sesuai dengan dokumen pemilihan saat lelang pekerjaan
10. TENAGA MANAJERIAL (syarat kontrak)
Kebutuhan tenaga manajerial dirinci dalam tabel berikut ini :
Jabatan Pengalaman Kebutuhan
No Pekerjaan yang Kerja (Tahun) Profesi / Keahlian
(orang)
diperlukan
Pelaksana SKT Pelaksana Bangunan
1. Min 2 1
Lapangan Gedung/Pekerjaan Gedung

Sertifkat Petugas Keselamatan


2. Petugas K3 1
Kerja K3

11. Tenaga tambahan (syarat saat penandatanganan kontrak)

Selain mampu menyediakan tenaga utama yang dipersyaratkan untuk tender, calon penyedia
wajib menghadirkan tenaga tambahan saat rapat persiapan penandatanganan kontrak yaitu :

Jabatan Pengalaman Kebutuhan


No Pekerjaan yang Kerja (Tahun) Profesi / Keahlian
(orang)
diperlukan
Pelaksana
1. Min 2 1 STR Fisikawan Medis
Lapangan

Catatan :
Pada kegiatan penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan untuk UKM dan UKP kewenangan
daerah Kab/Kota pekerjaan belanja modal bangunan gedung kantor – bangunan CT Scan ini,
membutuhkan seorang pelaksana lapangan dengan memiliki keahlian STR fisikawan medis,
karena pekerjaan bangunan CT Scan yang akan dilaksanakan memiliki radiasi. Salah satu fungsi
fisikawan medis adalah melakukan pelayanan keselamatan radiasi.

12. Daftar Peralatan yang dibutuhkan

No Nama Alat Kapasitas Jumlah Unit


1. Concrete Vibrator - 1 unit
2. Molen 0,3 s/d 0,6 m3 1 unit

13. Kriteria
Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana seperti yang dimaksud pada
Spesifikasi Teknis harus memperhatikan kriteria umum bangunan disesuaikan berdasarkan
fungsi dan kompleksitas bangunan, yaitu :
a) Dalam pelaksanaan konstruksi bangunan gedung negara sudah termasuk tahap
pemeliharaan konstruksi.
b) Pelaksanaan konstruksi merupakan tahap pelaksanaan mendirikan bangunan gedung,
pembangunan baru dan/atau perawatan (rehabilitasi, renovasi, restorasi) dilakukan
dengan menggunakan penyedia jasa pelaksana konstruksi sesuai ketentuan.
c) Pelaksanaan konstruksi dilakukan berdasarkan dokumen perencanaan yang telah
disusun oleh konsultan perencana, dokumen pemilihan yang disusun oleh pokja
pemilihan, dokumen penawaran yang disampaikan oleh peserta tender ,dengan segala
tambahan dan perubahannya pada saat penjelasan pekerjaan/aanwijzing, serta
ketentuan teknis (pedoman dan standar teknis) yang dipersyaratkan.
d) Pelaksanaan konstruksi dilakukan sesuai dengan : kualitas masukan (bahan, tenaga, dan
alat), kualitas proses (tata cara pelaksanaan pekerjaan), dan kualitas hasil pekerjaan,
seperti yang tercantum dalam Spesifikasi Teknis, Gambar Kerja serta dokumen
pendukung lainnya.
e) Pelaksanaan konstruksi mendapatkan pengawasan dari konsultan Pengawas selain itu
untuk membantu kerja PPK dalam melaksanakan tugas – tugas maka dibentuk tim
teknis
f) Pelaksanaan konstruksi harus sesuai dengan ketentuan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3).
g) Mensyaratkan RK3K, mampu menjelaskan manajemen resiko yang meliputi identifikasi
bahaya, menilai tingkat resiko, dan mengendalikan tingkat resiko. Rencana Keselamatan
Konstruksi (RKK) Meliputi manajemen resiko dan keselamatan kerja
h) Mampu menjelaskan rencana tindakan yang meliputi sasaran umum, sasaran
khusus dan program K3.
i) Penyusunan Kontrak Kerja Pelaksanaan Konstruksi dan Berita Acara Kemajuan
Pekerjaan/Serah Terima Pekerjaan Pelaksanaan Konstruksi maupun Pengawasan
Konstruksi mengikuti ketentuan yang tercantum dalam peraturan presiden No 16 Tahun
2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, diperbaharui menjadi peraturan
presiden No 12 Tahun 2021 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah , Peraturan
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah No. 9 Tahun 2018
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia dan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
: 31 /PRT/M/2015 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 07/PRT/M/2011 Tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi Dan Jasa Konsultansi
j) Pemeliharaan konstruksi adalah pemeriksaan atas hasil pelaksanaan konstruksi fisik.
Di dalam masa pemeliharaan ini penyedia jasa pelaksanaan konstruksi berkewajiban
memperbaiki segala cacat atau kerusakan dan kekurangan yang terjadi selama masa
konstruksi.
k) Dalam masa pemeliharaan semua peralatan yang dipasang di dalam dan di luar
gedung, harus dioperasikan sesuai fungsinya. Apabila terjadi kekurangan atau kerusakan
yang menyebabkan peralatan tidak berfungsi, maka harus diperbaiki sampai berfungsi
dengan sempurna.
l) Masa pemeliharaan konstruksi minimal 6 (enam) bulan terhitung sejak serah
terima pertama pekerjaan konstruksi.
m) Keluaran akhir yang harus dihasilkan pada tahap ini adalah :
a. Bangunan gedung negara yang sesuai dengan dokumen perencanaan (DED)
terlampir dan perubahannya untuk pelaksanaan konstruksi;
b. Dokumen hasil Pelaksanaan Konstruksi, meliputi :
1. Gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan (asbuilt drawings).
2. Kontrak kerja pelaksanaan konstruksi fisik, pekerjaan pengawasan beserta
segala perubahan/addendumnya.
c. Laporan harian, mingguan, bulanan yang dibuat selama pelaksanaan konstruksi
fisik, laporan akhir manajemen konstruksi/pengawasan, dan laporan akhir
pengawasan berkala.
d. Berita acara perubahan pekerjaan, pekerjaan tambah/kurang, serah terima
pertama (PHO) dan serah terima kedua (FHO), pemeriksaan pekerjaan, dan
berita acara lain yang berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi fisik.
e. Foto-foto dokumentasi yang diambil pada setiap tahapan kemajuan pelaksanaan
konstruksi fisik. Termasuk pengambilan foto kegiatan yang diambil dari beberapa
titik yang sama (dimensi horizontal dan vertikal) dengan durasi waktu yang
berbeda di tiap harinya yang dilakukan dari mulai SPMK/Pengawas
ditandatangani sampai dengan serah terima pekerjaan tahap pertama (PHO).
f. Manual / pedoman pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung,
termasuk petunjuk yang menyangkut pengoperasian dan perawatan
peralatan dan perlengkapan mekanikal-elektrikal bangunan.

14. KEMAMPUAN PERUSAHAAN


Sesuai dokumen kualifikasi nantinya.
15. JENIS KONTRAK
Untuk pelaksanaan pekerjaan menggunakan kontrak Harga satuan.
16. RENCANA ANGGARAN BIAYA K3 / SMKK
Untuk pelaksanaan Kegiatan Penyediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan untuk UKM dan UKP
Kewenangan Daerah Kabupaten/Kota ini terdapat item pekerjaan mengenai keamanan
keselamatan kerja (K3) / SMKK adapun rincian biayanya diperuntukan untuk:
a. Penyiapan RK3K
b. Sosialisasi dan Promosi K3
c. Alat Pelindung Kerja
d. Alat Pelindung Diri
e. Asuransi dan Perijinan
f. Personil K3
g. Fasilitas sarana kesehatan
h. Rambu-rambu
i. Kegiatan protokol pencegahan Corona Virus DISEASE 2019 (COVID-19)
j. Lain-lain terkait pengendalian resiko K3 (Alat pemadam api ringan (APAR);10 Kg)

17. PROSES PELAKSANAAN


1. Dalam proses pelaksanaan untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang diminta,
kontraktor pelaksana harus menyusun jadwal pertemuan berkala minimal sekali dalam
sepekan atau sewaktu waktu bila diperlukan dengan Konsultan MK/Pengawas ,
Konsultan Perencana, PPK/Tim Teknis.
2. Dalam pertemuan berkala tersebut ditentukan produk kegiatan yang harus dihasilkan
kontraktor pelaksana sesuai dengan rencana keluaran yang ditetapkan dalam Spesifikasi
Teknis ini.
3. Dalam pelaksanaan tugas, kontraktor pelaksana harus selalu memperhitungkan
bahwa waktu pelaksanaan pekerjaan adalah mengikat.

18. PROGRAM KERJA


a) Kontraktor pelaksana harus segera menyusun program kerja minimal meliputi
1) Jadwal kegiatan secara detail di setiap tahapan, meliputi jadwal mobilisasi
personil, peralatan, bahan/material, pekerjaan – pekerjaan yang dilakukan.
2) Alokasi tenaga yang lengkap. Tenaga inti (tenaga pelaksana) yang diusulkan oleh
kontraktor pelaksana harus mendapatkan persetujuan dari PPK. PPK berdasarkan
hasil analisa dan rekomendasi Konsultan MK/Pengawas dan/atau Tim Teknis dapat
meminta pergantian personil tenaga inti/pelaksana.
3) Penjelasan waktu dibuat dalam suatu network planning sehingga dapat
menjelaskan urutan pekerjaan dan menggambarkan penyelesaian pekerjaan.
4) Konsep penanganan pekerjaan konstruksi.
5) Informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan;
6) organisasi kerja penyedia;
7) prosedur pelaksanaan pekerjaan;
8) prosedur instruksi kerja; dan
9) pelaksana kerja.

b) Program kerja secara keseluruhan harus mendapatkan persetujuan dari Pemberi kerja,
setelah sebelumnya diajukan oleh Kontraktor Pelaksana kepada Konsultan
MK/Pengawas dan mendapatkan pendapat teknis dari Tim Teknis.
19. PELAPORAN
1. Laporan Harian
Berisi perkembangan pekerjaan (diantaranya tidak terbatas pada jumlah dan jenis
bahan, alat dan personil) kendala dan dokumentasi di tiap harinya. Laporan ini diserahkan
setiap hari dan paling lambat diserahkan pada hari berikutnya sejumlah 5 (lima) rangkap
setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas
2. Laporan Mingguan
Berisi rekap perkembangan pekerjaan (diantaranya tidak terbatas pada jumlah dan jenis
bahan, alat dan personil), kendala dan dokumentasi di tiap minggunya. Laporan ini paling
lambat diserahkan hari pertama di pekan berikutnya sejumlah 5 (lima) rangkap setelah
disetujui oleh Konsultan Pengawas
3. Laporan Bulanan
Berisi rekap perkembangan pekerjaan (diantaranya tidak terbatas pada jumlah dan jenis
bahan, alat dan personil), kendala, dokumentasi, backup quality (hasil tes / pengujian jika
ada), Laporan ini paling lambat diserahkan hari pertama di bulan berikutnya sejumlah 7
(tujuh) rangkap setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas
4. Gambar Shop Drawing
Berisi perubahan gambar dari gambar rencana yang terjadi di lapangan selama
pekerjaan. Dilaporkan secara berkala kepada Konsultan MK/Pengawas untuk dikoordinasikan
dengan konsultan perencana dan mendapat izin PPK. Laporan ini paling lambat diserahkan
sebelum dilakukannya serah terima pertama pekerjaan konstruksi sejumlah 5 (lima) rangkap
setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5. Gambar As-built Drawing.
Berisi hasil akhir gambar sesuai pekerjaan di lapangan. Laporan ini paling lambat
diserahkan sebelum dilakukannya serah terima pertama pekerjaan konstruksi sejumlah 5
(lima) rangkap setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
6. Laporan akhir kegiatan
a. Laporan Akhir kegiatan PHO
Berisi check list pemeriksaan hasil pekerjaan konstruksi, dokumentasi dan defect list
(jika ada). Laporan ini paling lambat diserahkan 3 (tiga) hari setelah dilakukannya
serah terima pertama pekerjaan konstruksi (PHO) sejumlah 5 (lima) rangkap setelah
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
b. Laporan Akhir kegiatan FHO
Berisi check list hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan pekerjaan konstruksi,
dokumentasi. Laporan ini paling lambat diserahkan 3 (tiga) hari setelah dilakukannya
serah terima kedua pekerjaan konstruksi (FHO) sejumlah 5 (lima) rangkap setelah
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
18. KETENTUAN
A. Setelah Spesifikasi Teknis ini diterima, maka kontraktor pelaksana hendaknya
memeriksa semua bahan masukan yang diterima dan mencari bahan masukan lain yang
dibutuhkan.
B. Berdasarkan bahan-bahan tersebut kontraktor pelaksana agar segera menyusun program
kerja untuk dibahas dengan Pemberi kerja.
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI

13.1 Peraturan Perundang –Undangan


1. Umum
a) Terdapat beberapa produk hukum yang mengatur pelaksanaan K3. Konstruksi yaitu :
a. Masing-masing No.3 Tahun 1996 tentang pemenuhan social tenaga kerja.
b. Peraturan pemerintah No.14 Tahun1996 tentang penyelenggaraan program
pemenuhan social tenaga kerja.
b) Keputusan Presiden No.22 Tahun 1993 tentang penyakit yang timbul akibat hubungan
kerja.
c) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER.01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan
Kesehatan pada Konstruksi Bangunan Peraturan Pelaksanaan dari UU No.1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja.
2. Pelaporan
Ketentuan didalam Buku Pedoman bahwa setiap kejadian kecelakaan atau kejadian berbahaya
harus dilaporkan kepada Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Pekerjaan Umum yang
dalam hal ini dapat diinterprestasikan Kadepatau Kanwil masing-masing.
3. Pengawasan
Selanjutnya SKB tersebut diatas menyebutkan bahwa pengawasan atas pelaksanaan
ketentuan- ketentuan didalam SK tersebut secara fungsional oleh Departemen Tenaga Kerja
dan Departemen PU sesuai dengan ruang lingkup tugas dan tanggungjawab masing-masing,
4. Sanksi
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER.01/MEN/1980 menyebutkan bahwa pelanggar
ketentuan K3 Konstruksi dapat dipidana selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-
tingginya Rp.100.000,-. Didalam SKB disebutkan bahwa MenteriPU berwenang memberi
sanksi administrative terhadap pihak-pihak yang tidak mentaati ketentuan K3 Konstruksi telah
ditetapkan.

13.2 Organisasi K3 Konstruksi Pada Pelaksanaan Pekerjaan


Pada pelaksanaan suatu proyek,Penyedia Jasa pelaksana perlu membentuk organisasi K3
Konstruksi dengan ketentuan sebagai berikut :
A. Ketentuan
Penyedia Jasa harus menunjuk petugas k3 Konstruksi yang bertanggung jawab mengawasi
koordinasi pekerjaan yang dilakukan untuk menghindarkan resiko bahaya kecelakaan. Petugas
K3 Konstruksi harus bekerja full-time untuk mengurus dan menyelenggarakan K3 Konstruksi.
Penyedia jasa yang mempekerjakan pekerjaan dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi
dari sifat proyek memang memerlukan ,wajib membentuk unit structural dari organisasi
Penyedia Jasa. Petugas K3 konstruksi dan Unit Pembina k3 Konstruksi bekerja sebaik-baiknya
dibawah koordinasi PenyediaJasa Serta bertanggung jawab kepada Manajer Proyek.
B. Kewajiban Petugas K3 Konstruksi
Melakukan latihan dan penerangan kepada tenaga kerja untuk dapat memahami kewajiban-
kewajibannya dalam pelaksanaan K3 Konstruksi. Mengusahakan pembuatan sarana dan
prasarana yang diharuskan dalam K3 Konstruksi untuk menghindari kecelakaan atau bahaya
kesehatan pada penyelenggaraan proyek. Menyelenggarakan keselamatan kerja dan
pertolongan pertama pada kecelakaan. Memeriksa secara berkala semua tempat
kerja,peralatan,sarana sarana pencegahan kecelakaan,lingkungan kerja dan cara-cara
pelaksanaankerja yang aman. Membuat laporan-laporan tentang kecelakaan kerja
dilingkungan proyek kepada Departemen Tenaga Kerja dan dapat diperiksaoleh Panitia
Pembina K3 Konstruksi tentang pelaksanaan K3 Konstruksidi proyek.
C. Kewajiban Penyedia Jasa
Menanggung biaya yang timbul dalam rangka penyelenggaraan K3 Konstruksi. Memberikan
fasilitas kepada Unit Pembina K3 Konstruksi untuk melaksanakan tugasnya. Jika dalam satu
proyek terdapat lebih dari satu Penyedia Jasa,maka harus bekerjasama dalam kegiatan K3
Konstruksi.

13.3. Perlengkapan K3 Konstruksi


Perlengkapan untuk melindungi tubuh dari kecelakaan akibat kerja.
A. Tutup Kepala
1. Helm untuk melindungi kepala dari benturan benda keras.
2. Topi untukmelindungi dari terik matahari.
B. Masker
Untuk melindungi pernafasan dari kotoran-kotoran debu atau gas beracun.
C. Kaca Mata Hitam
Untuk melindungi dari sinar yang terlalu terang.
D. Sarung Tangan
Untuk melindungi tangan dari luka akibat gesekan atau zat-zat.
E. Sabuk Pengaman
Untuk melindungi dari kecelakaan ditempat yang tinggi atau terperosok dalam lubang
Atau lumpur yang dalam.
F. Sepatu Karet
Untuk melindungi kaki dari luka akibat menginjak benda-benda tajam dan menghindari
dari tergelincir akibat jalan licin/ dari adukan coran.
G. Perancah
Dalam pelaksanaan pekerjaan diketinggian yang tidak dapat dikerjakan secara aman
Maka perlu dibuat perancah dengan ketentuan sebagai berikut :
Perancah harus dibuat dan dirubah oleh orang ahli.
Untuk perancah dapat digunakan bahan sebagai berikut :
a) Kayu ntuk konstruksi harus berurat lurus, padat, tak ada mata kayu yang besar,
kering, tidak busuk, tidak ada cacat atau kerusakan yang memperlemah.
b) Bambu dari jenis yang tebal, tua, kering, tidak lapuk, lurus, dipakai secara utuh,
digunakan tali pengikat dari tambang ijuk atau kawat dan dilarang untuk hanya
menggunakan paku sebagai pengikat.
c) Besi pipa logam untukkonstruksi harus dari material yang baik, lurus dan bebas
karat.
d) Perancah gantung yang menggunakan tali harus mempunyai serat material yang
baik,tidak lapuk/berkarat atau kena asam atau bahan kimia.
e) Papan lantai perancah harus tahan retak/pecah.
Konstruksi perancah harus memenuhi syarat-syarat :
a) Faktor pengaman sebesar 4 kali beban maksimal.
b) Diberi penguat (braced) yang cukup sehingga stabil/tidak goyang.
c) Tidak boleh melebihi angker yang tinggi.
d) Konstruksi tiang (gelagar memanjang dan melintang) dihubungkan dengan Kuat
pada tiang/tembok penyangga.
e) Perancah harus secara periodic diperiksa (stabilitas, bahan, konstruksi dan
sambungan- sambungannya).
Perancah yang dibuat dari kayu bulat (dolken) atau bamboo harus memenuhi ketentuan :
a) Tiang Vertikal
a. Penyambungan tiang vertical harus overlap 1,5m.
b. Sambungan harus menumpu di atas balok memanjang/melintang atau perletakan
yang memadai.
c. Sambungan dilakukan dengan coakan (2klaimbulat),pada tempat yang tidak
menerima banyak goyangan, kecuali untuk bamboo tidak diperkenankan
membuat coakan.
d. Pengaman atas benturan pada bagian bawah tiang perancah.
b) Balok Memanjang
a. Jarak vertical balok memanjang tidak boleh melebihi 4m.
b. Sambungan balok memanjang harus diikat erat-erat menjadi satu dengan tiang
vertikal.
c. Balok memanjang harus dipasang menerus pada seluruh panjang perancah.
d. Balok memanjang harus diberi palang penguat(braced) yang cukup.
c) Balok Kopel
a. Tiang perancah yang dipasang pada suatu bangunan harus dikopel, secara
diagonal dari atau kebawah pada seluruh panjangnya.
b. Balok kopel diikat erat pada balok memanjang dan tiang vertical pada titik-titik
silangnya.
c. Tiang perancah yang berdiri bebas harus dikopel dengan menggunakan palang
penguat.

13.5 Kecelakaan Kerja


A. Pengertian Istilah
1. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun diluar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
2. Pengusaha adalah :
a. Orang,persekutuan atau badan hokum yang menjalankan suatu perusahaan milik
sendiri.
b. Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
perusahaan bukan miliknya.
c. Orang, persekutuan atau badan hukum yang berada diIndonesia, mewakili
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
3. Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang mempekerjakan tenaga kerja dengan
tujuan mencari untung atau tidak,baik milik swasta maupun milik Negara.
4. Kecelakaan kerjaa dalah kecelakaan yang terjad iberhubungan dengan hubungan kerja
termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja. Demikian pula kecelakaan yang
terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja,dan pulang kerumah
melalui jalan yang bisa atau wajar dilalui.
5. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) adalah suatu perlindungan bag itenaga kerja
dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang
hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami
oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil,bersalin, hari tua dan meninggal
dunia.
6. Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) meliputi:
a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
b. Jaminan Kematian (JK).
c. Jaminan Hari Tua (JHT).
d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).
B. Pelaksanaan
1. Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja paling sedikit 10 (sepuluh) orang tenaga
kerja atau membayar upah kepada seluruh tenaga kerja, kerjanya paling sedikit
Rp1.000.000,- (satujutarupiah) sebulan, wajib mengikut sertakan kerjanya dalam program
jaminan social tenaga kerja.
2. Program jaminan sosial tenaga karja sebagaimana dimaksud di atas Diselenggarakan oleh
Badan Penyelenggara, dalam hal ini PT. Jamsostek.
3. Pengusaha yang telah menyelenggarakan sendiri program pemeliharaan Kesehatan bagi
tenaga kerjanya dengan manfaat yang lebih baik dari paket Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Dasar menurut Peraturan Pemerintah ini, tidak wajib ikut dalam Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan yang diselenggarakan oleh PT. Jamsostek.
4. Kepesertaan tenaga kerja harian lepas,tenaga kerja borongan dan tenaga kerja kontrak
dalam program jaminan sosial tenaga kerja diatur lebih lanjut oleh Menteri.
5. Untuk tenaga kerja borongan dan tenaga kerja lepas diatur oleh :
a. Surat Keputusan bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
No. : KEP-07/MEN/1984 dan No. : 30/KPTS/1984 tertanggal 29 Januari 1984,
khusus bagi pekerja yang bekerja di proyek-proyek Departemen Pekerjaan Umum.
b. Keputusan Menteri Tenaga KerjaNo.:KEP.425/MEN/1984 tentang petunjuk
pelaksanaan Program Astek bagi tenaga kerja borongan/harian lepas pada
Penyedia Jasa jasa konstruksi khusus bagi pekerja pada :
1. Proyek-proyek APBD, Inpres dan lain-lain pemotongan iuran ASTEK
Dilaksanakan oleh bendaharawan proyek.
2. Proyek-proyek APBN,pembayaran iuran dilakukan oleh Penyedia Jasa
dengan menyetorkan langsung kebank yang ditunjuk atas rekening Perum
ASTEK.
3. Proyek-proyek swasta, pembayaran iuran dilakukan oleh Penyedia
Jasa/pemilik proyek pada saat menerima Ijin Mendirikan Bangunan
6. Program asuransi ini memberikan perlindungan bagi tenaga kerja terhadap resiko
kecelakaan kerja yang meliputi seluruh biaya pengangkutan,pengobatan, perawatan di
rumah sakit dan tunjangan sementara tidak mampu bekerja, tunjangan cacat,tunjangan
kematian dan biaya penguburan.
7. Apabila ada yang mengalami kecelakaan kerja,tenaga kerja atau siapa saja harus
Secepatnya memberitahukan keperusahaan/pengusaha.
8. Pengusaha wajib memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan bagi tenaga kerja
yang tertimpa kecelakaan. Pengusaha wajib menigisi dan mengirimkan formulir
Jamsostek 3 kepada Depnaker dan PT.JAMSOSTEK (Persero) setempat sebagai Laporan
Kecelakaan Kerja Tahap 1 tidak lebih dari 2x24 (dua kali dua puluh empat) jam terhitung
Sejak terjadinya kecelakaan.
9. Pengusaha wajib melaporkan Kecelakaan Tahap kepada Kantor Depnaker dan
PT.Jamsostek (Persero) setempat dengan mengisi formulir Jamsostek 3a dalam waktu
tidak lebih dari 2x24 (dua kali dua puluh empat) jam setelah menerima surat keterangan
dokter (formulirJamsostek3b) yang menerangkan :
a. Keadaan sementara tidak mampu bekerja telah berakhir.
b. Keadaan cacat sebagian untuk selama-lamanya, atau
c. Keadaan cacat total tetap untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental, atau
d. Meninggal Dunia.
C. Santunan
1. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan kecelakaan kerja.
Dalam hal ini adalah mereka yang memborong pekerjaan sendiri.
2. Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja Kepada
Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari
2 kali 24 jam.
3. Pengusaha wajib melaporkan kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan
Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah tenaga kerja yang
tertimpa kecelakaan oleh dokter yang merawatnya dinyatakan sembuh, cacat atau
meninggal dunia.
4. Pada dasarnya pembayaran jaminan yang menjadi hak tenaga kerja dibayarkan Langsung
kepada yang bersangkutan, dalam hal tenaga kerja meninggal dunia kepada ahli waris nya
yang sah.
SPESIFIKASI TEKNIS

KETERANGAN UMUM
a. Lingkup Pekerjaan
Kegiatan : PENYEDIAAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN UNTUK UKM DAN UKP
KEWENANGAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
Pekerjaan : BELANJA MODAL BANGUNAN GEDUNG KANTOR - BANGUNAN CT SCAN
b. Peraturan Tehnis Bangunan Yang Digunakan
Kecuali ditentukan lain dalam RKS ini, berlaku dan mengikat ketentuan – ketentuan
tersebut di bawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya :
• Perpres nomor 12 tahun 2021 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah
• UU No. 18 tahun 1999 tentang Jasa konstuksi
• PP No. 29 tahun 2000 tentang Jasa tata cara penyelenggaraan Jasa konstruksi.
• PMK No. 40 Tahun 2022 tentang Persyaratan teknis bangunan, prasarana dan dan
peralatan kesehatan rumah sakit
• Permenkes nomor 24 tahun 2020 tentang pelayanan radiologi klinik
• Peraturan kepala badan pengawas tenaga nuklir nomor 8 tahun 2011 tentang
keselamatan radiasi dalam penggunaan pesawat sinar x radiologi diagnostik dan
intervensional
• Kepmenkes nomor 1014 tahun 2008 tentang standar pelayanan radiologi diagnostik
disarana pelayanan kesehatan
• Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 332/KPTS/M/2002
tanggal 21 Agustus 2002
• Peraturan Konstruksi Kayu di Indonesia (PKKI).
• Peraturan Umum mengenai pelaksanaan instalasi listrik (PUIL) 1979.
• Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga Kerja.
• Peraturan Bata merah sebagai bahan bangunan.
• Peraturan Semen Portland Indonesia NI 8 tahun 1972.
• Peraturan Muatan Indonesia.
• Peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan pemerintah daerah setempat yang
bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
c. Persetujuan Konsultan Pengawas
Yang dimaksud dengan persetujuan Konsultan Pengawas adalah merupakan
persetujuan Konsultan Pengawas secara tertulis yang berisi persetujuan untuk sesuatu
hal yang termasuk dalam persyaratan ini.
d. Daerah Pekerjaan
Adalah daerah termasuk segala sesuatu yang ada didalam daerah tersebut yang
dikuasai untuk segala keperluan pekerjaan.
e. Rencana Kerja
Dalam waktu 2 minggu setelah penandatanganan Kontrak, Kontraktor wajib
menyerahkan suatu Rencana Kerja yang meliputi :
1. Tanggal yang diusulkan untuk memulai dan menyelesaikan pembangunan
masing-masing bagian pekerjaan.
2. Tanggal yang diusulkan untuk memperoleh bahan-bahan.
3. Jam kerja yang diusulkan untuk pekerjaan-pekerjaan di lapangan.
4. Jumlah pegawai Kontraktor yang diusulkan, selama pekerjaan berlangsung,
dengan disebutkan fungsi atau keahliannya.
f. Buku Harian
Kontraktor harus menyediakan buku harian untuk mencatat semua petunjuk-petunjuk,
keputusari-keputusan, dan detail-detail penting dari pekerjaan.
g. Quality Control
Kontraktor harus sudah memperhitungkan semua biaya-biaya untuk Quality Control
kepada Pihak Ketiga.
h. Ukuran
Ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti dari pada ukuran skala pada Gambar
Rencana.Jika terjadi keragu-raguan tentang ukuran-ukuran, harus segera dilaporkan
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat petunjuk lebih lanjut
i. Peralatan
Kontraktor diharuskan mengajukan daftar terperinci tentang peralatan yang akan
digunakan untuk melaksanakan pekerjaan. Daftar tersebut harus disetujui Konsultan
Pengawas dalam hal tahun pembuatannya, pabrik pembuatnya, nomor pengenal, kondisi
dan “RENCANA WAKTU TIBA DI TEMPAT PEKERJAAN”. Kontraktor wajib mendatangkan
alat tersebut tepat pada waktunya dan dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk
memindahkan alat-alat tersebut sebagian atau seluruhnya tanpa persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
Kontraktor diharuskan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan
tiap tahap pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut dimulai. Kerusakan pada bagian atau
keseluruhan dari alat-alat tersebut yang akan mengganggu pekerjan harus segera
diperbaiki atau diganti sehingga Konsultan Pengawas menganggap pekerjaan tersebut
dapat dimulai.
j. Material
a) Sumber dan Macam Material.
Kontraktor harus mengajukan daftar tertulis kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan tentang nama perusahanan, tempat asal (sumber)
material. Sebelum memberi persetujuan, Konsultan Pengawas dapat minta
didatangkan contoh barang/material/bahan baku, untuk keperluan pemeriksaan.
b) Penyimpanan Material.
Material harus disimpan sedemikian rupa agar mutunya tidak menjadi berkurang.
Penyimpanan hendaknya dilandasi dengan lantai yang keras, bersih dan diberi
atap dan dinding. Cara penyusunan material harus diatur sedemikian sehingga
mudah untuk diadakan pemeriksaan sewaktu-waktu. Demikian juga
penyimpanannya diatur sehingga pengambilannya dapat diatur menurut
datangnya material tersebut.
k. Pemberitahuan Untuk Memulai Pekerjaan
Kontraktor diharuskan untuk memberikan penjelasan tertulis selengkapnya, tentang
langkah-langkah yang akan diambil untuk suatu tahap pekerjaan yang akan dimulai
pelaksanaannya.
Dalam keadaan apapun tidak diperbolehkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya
permanent tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
l. Mutu Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan hendaknya dari tenaga-tenaga ahli/terlatih dan
berpengalaman pada bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik
sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi maupun petunjuk Konsultan Pengawas
m. Perlindungan Terhadap Cuaca
Kontraktor harus mengusahakan, atas tanggungannya langkah-langkah dan peralatan
yang diperlukan untuk melindungi pekerjaan dan bahan-bahan yang digunakan, tidak
rusak oleh cuaca.
n. Pekerjaan dan Bahan-bahan
Pekerjaan dan bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan macam-macamnya seperti
yang disebut dalam spesifikasi ini, Gambar Rencana, petunjuk Konsultan Pengawas di
lapangan harus tercakup dalam pembiayaan, untuk tenaga kerja, harga bahan,
organisasi kerja, biaya tak terduga, keuntungan biaya penggantian atas kerusakan
milik pihak ketiga dan kerja-kerja lain yang disebut dalam spesifikasi ini untuk
kesempurnaan hasil kerja.
o. Gambar Rencana
Gambar Rencana untuk proyek ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
Dokumen Kontrak. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi masih mungkin diadakan
dalam masa pelaksanaan.
Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Gambar Rencana dan
Spesifikasi ini maupun spesifikasi yang lainnya dan tidak dibenarkan untuk menarik
keuntungan dari kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan pada Gambar Rencana
atau perbedaan antara Gambar Rencana dan isi Spesifikasi.
Konsultan Pengawas akan mengoreksi dan menjelaskan Gambar Rencana tersebut
untuk kelengkapan yang telah disebut dalam Spesifikasi. Dimensi dalam Gambar
Rencana harus dihitung dengan teliti dan tidak dibenarkan untuk menganggap bahwa
Gambar Rencana tersebut dibuat pada skala yang benar, kecuali atas petunjuk
Konsultan Pengawas.
Penyimpangan antara keadaan lapangan terhadap Gambar Rencana akan ditentukan
selanjutnya oleh Konsultan Pengawas dan akan disampaikan kepada Kontraktor secara
tertulis.
Kontraktor harus membuat shop Drawing sebelum memulai suatu pekerjaan untuk
mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
p. Tanggung Jawab Kontraktor
Pada keadaan apapun, dimana pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan telah
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas tidak berarti membebaskan Kontraktor
atas tanggung Jawab pada pekerjaan tersebut sesuai dengan Kontrak maupun
peraturan Pemerintah yang berlaku
q. Ketidak sesuaian antara Gambar Rencana dan Uraian dan Syarat-Syarat
Bilamana ada ketidak sesuaian antara Gambar-gambar Rencana, dan Spesifikasi
Pekerjaan dengan Syarat-syarat Umum atau Syarat-syarat Khusus, maka hal ini harus
segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas untuk selanjutnya diputuskan oleh
Pemberi Tugas .
r. Perbedaan Antara Item Pekerjaan Dengan Gambar Rencana Spesifikasi
Kontraktor tidak dibenarkan mengajukan biaya tambahan atau menarik keuntungan
apabila dalam hal ini. terdapat perbedaan antara item pekerjaan dengan Gambar
Rencana dan Spesifikasi. Dalam hal ini Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan
tersebut sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini tanpa biaya tambahan.
s. Contoh-contoh
Contoh-contoh material/bahan yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas atau Wakilnya
harus segera disediakan tanpa kelambatan atas biaya. Kontraktor, dan contoh-contoh
material/ bahan tersebut harus sesuai dengan standard yang ditentukan dalam
Spesifikasi ini.
Contoh-contoh tersebut diambil dengan jalan atau cara demikian rupa sehingga dapat
dianggap bahwa bahan tersebutlah yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan
nanti.

1. PEKERJAAN PENDAHULUAN
1.1 Lingkup Pekerjaan
• Pemasangan Plank Merek
• Pembersihan Lapangan
• Pekerjaan Pengukuran dan Pemasangan Blowplank
• Memasang pagar pembatas dilokasi pekerjaan
1.2 Uraian Teknis
• Pasangan Bouwplank
 Bouwplank dipasang pada patok kayu kasau kelas III berukuran 5/7,
tertancap ditanah sehingga tidak dapat digerak-gerakkan atau diubah-ubah,
berjarak maksimum 1.50 m satu dengan yang lainnya.
 Bouwplank dibuat dari papan dengan ukuran tebal 3 cm dan lebar 25 cm
dipasang lurus dan diserut rata pada sisi disebelah atasnya. Tinggi sisi atas
papan bangunan harus sama satu dengan yang lainnya dan rata/waterpass,
kecuali dikehendaki lain oleh Konsultan Pengawas
 Bouwplank dipasang minimum sejarak 2 m dari as pondasi terluar. Apabila
kondisi lapangan tidak memungkinkan, bouwplank diletakkan sesuai dengan
petunjuk Konsultan Pengawas.
 Setelah selesai pemasangan bouwplank, Pemborong harus melaporkan
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan dan harus
menjaga serta memelihara keutuhan dan ketetapan letak bouwplank selama
pembangunan, sampai dinyatakan tidak diperlukan lagi oleh Konsultan
Pengawas.
• Pekerjaan Pengukuran
 Sebelum memulai pekerjaan ini, Pemborong diwajibkan mempelajari
dengan seksama rencana tapak dan titik mula/awal pembangunan dan
referensi koordinat, pengukuran sesuai dengan peteunjuk Konsultan
Pengawas atau seperti yang tercantum dalam gambar kerja.
 Bila ada ketidak sesuaian ukuran dilapangan terhadap gambar kerja,
Pemborong diwajibkan memberitahukan hal tersebut kepada Konsultan
Pengawas secara tertulis untuk mendapatkan cara penyelesaian yang
terbaik.
 Jumlah BM/patok ukur yang harus dibuat oleh Pemborong minimum 2 (dua)
buah, lokasi penanaman sesuai petunjuk Konsultan Pengawas sedemikian
rupa sehingga tidak mengganggu dan atau terganggu selama pembangunan
berlangsung
 Patok ukur dibuat tertancap kuat ditanah dengan bagian yang muncul diatas
muka tanah cukup untuk memberikan indikasi peil P +/- 0.00 sesuai dengan
gambar kerja. Diatasnya dicantumkan indikasi peil P +/- 0.00 sesuai dengan
petunjuk Konsultan Pengawas.
 Untuk daerah yang mempunyai perbedaan elevasi sangat tajam, diperlukan
patok ukur tambahan yang dapat dipakai sebagai patokan elevasi - elevasi
didaerah tersebut
 Patok ukur dibuat permanen, tidak dapat diubah, diberi tanda yang jelas dan
dijaga keutuhannya sampai pembangunan selesai. Pembongkaran hanya
dapat dilakukan bila ada instruksi tertulis dari Konsultan Pengawas.
• Sewa Scafolding
 Kontraktor harus menyediakan scafolding dalam pelaksanaan pekerjaan
dalam jumlah yang cukup.
 Keselamatan tenaga kerja dilapangan harus diperhatikan dengan baik
• Pembongkaran Pagar
 Kontraktor harus melakukan pembongkaran pagar dengan sebaik-baiknya
tanpa merusak areal sekitarnya.
• Direksi Keet, Gudang dan Barak Kerja
 Pemborong harus membuat Direksi Keet untuk Pemborong, Pengawas dan
gudang material yang dapat dikunci diatas tapak pekerjaan dengan ukuran
sesuai dengan kebutuhan.
 Pemborong harus membuat barak untuk tempat tinggal pekerja yang
dilengkapi dengan kakus dan tempat mandi para pekerja.
 Lokasi / tempat gudang penyimpanan / material, harus sedemikian rupa
sehingga mudah dicapai untuk truck pengangkut/material dari luar tapak
dan tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan pembangunan.
 Setelah selesai pembangunan Direksi Keet, barak dan gudang penyimpanan
material harus dibongkar dan disingkirkan keluar tapak, kecuali ditentukan
lain oleh Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas
• Air Kerja
 Air untuk bekerja harus disediakan Pemborong dengan mengambil sumber
dari sumur yang ada dilokasi proyek atau dari luar lokasi atau mengambil
sumber dari instalasi yang ada dengan persetujuan pihak Pemberi
Tugas/Konsultan Pengawas.
 Apabila sumber air yang ada tidak dapat menjamin kelancaran air,
Pemborong harus membuat bak penampungan air/reservoir dengan
kapasitas yang mencukupi untuk air kerja, dibuat dari drum-drum atau
sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
• Keamanan
 Pemborong harus menempatkan personil satuan pengaman (Satpam ) untuk
kepentingan Pemborong sendiri ditapak pekerjaan dengan persetujuan
pihak Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas sampai pembangunan selesai.
• Penerangan Listrik
 Listrik untuk bekerja harus disediakan Pemborong dengan menggunakan
diesel pembangkit tenaga listrik / arus dari PLN dengan kapasitas daya
mencukupi untuk keperluan kerja.
• Mobilisasi dan Demobilisasi
 Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus mengadakan mobilisasi
peralatan dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menunjang jalannnya
pekerjaan.
 Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah Surat Perintah Kerja (SPK)
diterima oleh Pemborong. Demobilisasi dilaksanakan, apabila pekerjaan
dianggap telah selesai dan dengan persetujuan Pemberi Tugas/ Konsultan
Pengawas.
• Pagar Proyek
 Pemborong diwajibkan memelihara dan melengkapi /mengganti pagar yang
rusak disekeliling tempat pekerjaan agar tetap rapi dan tidak merusak
pemandangan selama pelaksanaan serta membongkar setelah penyelesaian
pekerjaan. Semua harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
Dinas Tata Kota setempat. (Pagar Proyek harus dicat dengan warna yang
menarik).
 Semua pembiayaan pekerjaan / kegiatan yang sifatnya untuk kelancaran
pekerjaan merupakan tanggung jawab pemborong dan tidak masuk kedalam
harga penawaran yang wajib disediakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. PEKERJAAN PONDASI
a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pondasi terdiri dari:
o Galian Tanah Pondasi
o Urugan Pasir
o Pasangan Anstampang Batu Kali
o Pondasi Batu Kali 1:4
o Urugan Tanah Kembali ¼ Galian
b. Persyaratan Bahan
 Untuk pekerjaan batu kali/belah digunakan Batu kali/belah yang berukuran
maksimum 10 cm – 15 cm, berwarna abu-abu hitam dan tidak berpori.
Pondasi batu kali dengan menggunakan spesi 1PC : 4 PP, bagian bawah
pondasi dibuatan anstampang dari batu kali kosong yang dipasang berdiri
rapat , setebal 20 cm dengan tidak terdapat batu-batu bertumpuk.
 Untuk pondasi plat beton bertulang digunakan bahan yang memenuhi
persyaratan yang diuraikan dalam pasal beton bertulang
c. Persyaratan Pekerjaan
• Batu yang akan digunakan minimal 2/3 berupa batu belah
• Pasangan batu kali naatnya harus dibuat zig-zag (tidak segaris lurus ke
atas).
• Kecuali aanstampang, pasangan pondasi tidak boleh ada batu yang saling
bersinggungan, harus ada sela yang terisi spesi.
Langkah-langkah pengerjaan
• Gali tanah tempat pondasi akan dipasang, dengan ukuran sesuai gambar
rencana
• Bersihkan galian dari segala kotoran seperti sisa tumbuhan, sampah, dsb.
• Urug pasir setebal minimal 5cm di dasar galian
• Pasang batu kosong dengan posisi berdiri dan sela-sela batu diisi dengan
pasir dan disiram air supaya pasir dapat mengisi sela-sela batu.
• Pasang batu kali belah dengan spesi 1 PC : 4 Psr.
• Pasang angkur sloof dari besi tulangan Ø 10mm setiap jarak satu meter.
• Permukaan atas pasangan pondasi dirapikan dan dibuat rata
• Urug dengan tanah yang bersih pada kanan kiri pondasi sambil dipadatkan
d. Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai dipasang
sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh
Direksi/Pengawas Lapangan.

3. PEKERJAAN BETON / DINDING


a. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk dalam pekerjaan struktur beton :
1. Pek. Sloof 15/20
2. Pek. Kolom 12/12, 25/25
3. Balok 25/30, 12/30
4. Pek. Reng Balok 12/15
5. Pek. Dag Kanopi Beton T.10cm
6. Pek. Plat Dag Beton T.10cm EL + 3.60
7. Tempat-tempat lain yang mempergunakan beton bertulang sesuai dengan gambar
rencana.
8. Pek. Timbalisasi diruang alat ct scan
b. Bahan:
1. Semen
Digunakan semen pcc, Semen yang telah mengeras sebagian maupun
seluruhnya dalam satu zak semen, tidak diperkenankan pemakaiannnya
sebagai bahan campuran.
Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat yang
lembab agar semen tidak cepat mengeras. Tempat penyimpanan semen harus
ditinggikan 30 cm dan tumpukan paling tinggi 2 m. Setiap semen baru yang
masuk harus dipisahkan dari semen yang telah ada agar pemakaian semen
dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.
2. Pasir beton.
Pasir beton harus berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur dan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir serta
kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam PBI - 1971.
3. Kerikil/Split
Kerikil yang digunakan harus bersih dan bermutu baik, serta mempunyai
gradasi dan kekerasan sesuai yang disyaratkan dalam PBI 1971.
Untuk Beton mutu fc’= 19.3 Mpa (K-225), fc’= 21.7 Mpa (K-250) dan fc’= 26.04
Mpa (K-300) mengunakan material kerikil beton batu pecah (Split)
Penumpukan material kerikil dengan pasir harus dipisahkan agar kedua jenis
material tersebut tidak tercampur untuk menjamin adukan beton dengan
komposisi material yang tepat.
4. A i r
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkali,
garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton
atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum.
5. Besi beton.
Besi beton yang digunakan adalah baja lunak dengan mutu (uji tarik besi) :
a. U - 32 (tegangan Leleh karakteristik minimum 3200 kg/cm2).
Untuk Besi Diameter diatas 12 mm (Besi Ulir)
b. U - 24 (tegangan Leleh karakteristik minimum 2400 kg/cm2).
Untuk besi Diameter 8 mm s/d Diameter 12 mm
Daya lekat baja tulangan harus dijaga dari kotoran, lemak, minyak, karat lepas
dan bahan lainnya.
Besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh
disimpan diudara terbuka dalam jangka waktu panjang.
Membengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan dalam keadaan batang
dingin. Tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai gambar dan harus
diminta persetujuan Direksi terlebih dahulu.
Sesuai permintaan direksi pemborong/rekanan wajib melakukakan Uji Tarik
besi sebelum melaksananakan pekerjaan beton bertulang . Segala bentuk
biaya yang dikeluarkan Uji Tarik Besi merupakan tanggung jawab rekanan
Jika pemborong tidak berhasil memperoleh diameter besi sesuai dengan yang ditetapkan
dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran dengan diameter yang terdekat dengan
catatan :
1. Harus ada persetujuan Direksi
2. Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh kurang
dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas).
Biaya tambahan yang diakibatkan oleh penukaran diameter besi menjadi tanggung
jawab pemborong.
6. Cetakan dan Acuan
Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan harus bermutu baik sehingga
hasil akhir konstruksi mempunyai bentuk, ukuran dan batas-batas yang sesuai
dengan yang ditunjukkan oleh gambar rencana dan uraian pekerjaan.
Pembuatan cetakan dan acuan harus memenuhi ketentuan-ketentuan didalam
pasal 5.1 PBI 1971.
7. Mutu beton
Mutu beton yang digunakan untuk pekerjaan Beton adalah fc’= 19.3 Mpa (K-
225). Sebelum dilaksanakanya pekerjaan beton harus ada perhitungan mix
disain (JMF) untuk komposisi campuran Mutu beton yang akan dipakai sebagai
pedoman untuk pekerjaan beton tersebut. Sesuai permintaan direksi
pemborong/rekanan wajib melakukakan Uji Kuat Tekan Beton terhadap beton
bertulang yang dikerjakan. Segala bentuk biaya yang dikeluarkan dari Job Mix
Formula dan Uji tekan Beton merupakan tanggung jawab rekanan
8. Pada Bagian beton yang ada pekerjaan lanjutannya harus dibuatkan stek besi
sepanjang 1m’ atau menurut petunjuk direksi (pengawas Lapangan)
9. Untuk pemasangan timbalisasi pada ruang alat berdasarkan peraturan bapeten
c. Pedoman Pelaksanaan :
1. Kecuali ditentukan lain dalam Rencana kerja dan syarat-syarat ini, maka
sebagai pedoman tetap dipakai PBI 1971.
2. Pemborong wajib melaporkan secara tertulis pada Direksi apabila ada
perbedaan yang didapat didalam gambar konstruksi dan gambar arsitektur.
3. Adukan beton dan Pengangkutan
Komposisi campuran dari masing masing material seperti Semen, Pasir Kerikil
dan Air harus sesuai dengan takaran yang susdah disetujui pengawas/direksi
serta berdasarkan Job Mix.
Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara yang disetujui oleh Direksi, yaitu :
a. Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.
b. Tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton
yang sudah dicor dan yang akan dicor, dan nilai slump untuk berbagai
pekerjaan beton harus memenuhi tabel 4.4.1 PBI 1971.

4. Pengecoran
Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis Direksi.
Selama pengecoran berlangsung pekerja dilarang berdiri dan berjalan-jalan
diatas penulangan. Untuk dapat sampai ketempat-tempat yang sulit dicapai
harus digunakan papan-papan berkaki yang tidak membebani tulangan.
Kaki-kaki tersebut harus sudah dapat dicabut pada saat beton dicor.
Apabila pengecoran beton harus dihentikan, maka tempat penghentiannya
harus disetujui oleh Direksi. Untuk melanjutkan bagian pekerjaan yang diputus
tersebut, bagian permukaan yang mengeras harus dibersihkan dan dibuat kasar
kemudian diberi additive yang memperlambat proses pengerasan. Kecuali pada
pengecoran kolom, adukan tidak boleh dicurahkan dari ketinggian yang lebih
tinggi dari 1,5 m.
5. Perawatan beton
Beton yang sudah dicor harus dijaga agar tidak kehilangan kelembaban untuk
paling sedikit 14 (empat belas) hari. Untuk keperluan tersebut ditetapkan cara
sebagai berikut:
a. Dipergunakan karung-karung yang senantiasa basah sebagai penutup
beton.
b. Hasil pekerjaan beton yang tidak baik seperti sarang kerikil, permukaan
tidak mengikuti bentuk yang diinginkan, munculnya pembesian pada
permukaan beton, dan lain-lain yang tidak memenuhi syarat, harus
dibongkar kembali sebagian atau seluruhnya menurut perintah Direksi.
Untuk selanjutnya diganti atau diperbaiki segera atas resiko pemborong.
c. Pengukuran Hasil Kerja
1. Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai
dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan
oleh Direksi/Pengawas Lapangan
2. Setiap pengecoran beton, Kontraktor harus membuat kubus-kubus beton
percobaan/ pengetesan, sedangkan jumlah serta cara pengambilan kubus- kubus
beton tersebut harus sesuai dengan peraturan SNI/SK SNI 1991. Pengetesan
terhadap kubus-kubus beton tersebut dilakukan pada laboratorium yang disetujui
oleh Pengawas Pekerjaan.
4. PEKERJAAN PINTU / JENDELA
a) Lingkup Pekerjaan
1. Pek. Kozen Pintu / Jendela
2. Pas. Kuzen Pintu Aluminium (P1)
3. Pas. Kuzen Pintu Jendela Aluminium (PJ1)
4. Pas. Kuzen Pintu Jendela Aluminium (PJ2)
5. Pas. Kuzen Pintu Aluminium (P2a)
6. Pas. Kuzen Pintu Aluminium (P2b)
7. Pas. Kuzen Pintu Aluminium (P3)
8. Pas. Kuzen Jendela Aluminium (J1)
9. Pas. Kuzen Pintu Aluminium (J2)
b) Persyaratan Bahan
1. Untuk semua kozen pintu dan jendela, daun pintu, jendela digunakan Kuzen
Aluminium.
2. Ukuran kayu yang tertera dalam gambar merupakan ukuran terpasang.
3. Kaca dipakai : Kaca Bening T = 5 mm
Ukuran type dan ketebalan kaca penempatanya harus sesuai dengan gambar
bestek
5. Rangka Kusen Aluminium dipakai Uk. 4”
a) Pedoman Pelaksanaan
Pekerjaan Kusen Aluminium.
1. Pembuatan Kusen Aluminium harus mengikuti ketentuan dalam spesifikasi ini
atau spesifikasi lainnya dan menurut petunjuk Konsultan Pengawas.
2. Dinding atau beton yang akan berhubungan dengan kusen aluminium harus
terlebih dahulu diberi lapisan clear methacylate laquar atau dempul alastis
agar kedap air.
3. Profil aluminium yang berdekatan dengan tembok dan selesai dipasang agar
diberi lapisan pelindung yang disetujui konsultan pengawas untuk melindungi
permukaan aluminium agar tidak terkena percikan adukan atau benda lain
dan mudah untuk dibersihkan dan tidak akan merusak bentuk asli permukaan
aluminium tersebut
4. Profil aluminium yang digunakan harus dari profil yang dipilih dan tidak
bengkok serta cacat lain yang merugikan.
5. Pekerjaan pemasangan ini harus dilakukan oleh tukang yang ahli dalam
bidangnya dan terlatih sehingga semua detail dan pertemuan runcing, halus,
rata, bersih dari goresan-goresan, bidang permukaan rangka tersebut rata,
lurus waterpas dan betul-betul tegak (vertikal)
6. Seluruh rangka dapat merekat dengan baik pada dinding, dengan
menggunakan sekrup dan fisher yang sesuai dan menurut petunjuk konsultan
pengawas.
7. Pemasangan jalusi alluminium maupun kaca harus mengikuti petunjuk
Konsultan Pengawas,
8. Celah/alur untuk memasang kaca harus diberi sealant/karet agar kedap air
sesudah kaca dipasang.
b) Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai
dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan
oleh Direksi/Pengawas Lapangan
Pekerjaan Dinding Bata
a) Lingkup Pekerjaan
Dinding bata
Pemasangan dinding bata merah setebal 1/2 bata dilakukan untuk seluruh yang
tertera dalam gambar dan dijelaskan dalam gambar detail.
b) Persyaratan Bahan
a. Bata
Bentuk standar batu bata adalah prisma empat persegi panjang, bersudut
siku-siku dan tajam, permukaannya rata dan tidak menampakkan adanya
retak-retak yang merugikan. Bata merah dibuat dari tanah liat dengan atau
campuran bahan lainnya, yang dibakar pada suhu cukup tinggi hingga tidak
hancur bila direndam air
b. Pasir
Harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, butir-butir harus bersifat
kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti terik
matahari dan hujan. Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5 % berat
3. Semen dan Air
Untuk persyaratan kedua bahan tersebut, mengikuti persyaratan yang telah digariskan
pada pasal beton bertulang
a) Pedoman Pelaksanaan
1. Persyaratan Adukan
Adukan pasangan harus dibuat secara hati-hati, diaduk didalam bak kayu
yang memenuhi syarat. Mencampur semen dengan pasir harus dalam
keadaan kering yang kemudian diberi air sampai didapat campuran yang
plastis. Adukan yang telah mengering akibat tidak habis digunakan
sebelumnya, tidak boleh dicampur lagi dengan adukan yang baru.
2. Pengukuran (Uit-zet) harus dilakukan oleh Kontraktor secara teliti dan sesuai
gambar, dengan syarat :
a. Semua pasangan dinding harus rata (horizontal), dan pengukuran
harus dilakukan dengan benang.
b. Pengukuran pasangan benang antara satu kali menaikkan benang tidak
boleh melebihi 30 cm, dari pasangan bata yang telah selesai.
3. Lapisan bata yang satu dengan lapisan bata diatasnya harus berbeda
setengah panjang bata. Bata setengah tidak dibenarkan digunakan ditengah
pasangan bata, kecuali pasangan pada sudut.
4. Pengakhiran sambungan pada satu hari kerja harus dibuat bertangga
menurun dan tidak tegak bergigi untuk menghindari retak dikemudian hari.
Pada tempat-tempat tertentu sesuai gambar diberi kolom-kolom praktis
yang ukurannya disesuaikan dengan tebal dinding.
5. Lubang untuk alat-alat listrik dan pipa yang ditanam didalam dinding, harus
dibuat pahatan secukupnya pada pasangan bata (sebelum diplester).
6. Pahatan tersebut setelah dipasang pipa/alat, harus ditutup dengan adukan
plesteran yang dilaksanakan secara sempurna, dikerjakan bersama-sama
dengan plesteran seluruh bidang tembok.
b) Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai
dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan
oleh Direksi/Pengawas Lapangan.

4. PEKERJAAN KAP/ATAP
a) Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan Kuda-kuda Baja Ringan Maintruss C.75 (taso atau sakura roof)
2. Pemasangan 1 m2 Atap genteng metal
5. Pekerjaan Lesplank GRC
Kontraktor harus menyediakan material, peralatan dan tenaga yang cakap untuk dapat
menjamin kelancaran keamanan dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Alat pengangkat
(crane), katrol atau sejenisnya yang akan digunakan harus disetujui Konsultan
Pengawas.
b) Bahan yang digunakan
1. Dimensi atau ukuran dan penempatan disesuaikan dengan gambar rencana.
2. Bahan Penutup Atap yang dipakai adalah Atap genteng metal.
Untuk warna yang digunakan akan ditentukan kemudian dengan persetujuan
Pengawas dan Pernberi Tugas
c) Pedoman Pelaksanaan
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan rangka atap (Fabrikasi), Kontraktor harus
membuat shop drawing terlebih dahulu yang mencakup tentang dimensi batang,
ukuran batang, elevasi, detail dudukkan lengkap dengan anker, detail sambungan
antar komponen lainnya seperti penutup atap maupun detail dan informasi
lainnya untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan pengawas.
2. Pemasangan atap langsung pada reng dengan menggunakan baut/screw
3. Tiap sambungan pemasangan atap diberi tindisan sesuai dengan spesifikasi pabrik
atau petunjuk pengawas dan direksi, sehingga hasil akhir pasangan akan rapi dan
tidak bocor.
4. Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-syarat sehingga tidak
mengakibatkan kebocoran. Apabila terjadi kebocoran setelah pemasangannya,
maka bagian yang bocor tersebut harus dibongkar dan dipasang baru.
d. Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai dipasang
sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh
Direksi/Pengawas Lapangan
6. PEKERJAAN PLESTERAN
a) Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan plesteran dilakukan pada seluruh pasangan Dinding bata, atau yang
tertera dalam gambar bestek
2. Pekerjaan Acian Dinding
b) Persyaratan Bahan adalah Bahan pasir, semen dan air.
c) Pedoman Pelaksanaan
1. Sebelum plesteran dilakukan, maka :
- Dinding dibersihkan dari semua kotoran
- Dinding dibasahi dengan air
- Semua siar permukaan dinding batu bata dikorek sedalam 0.5 cm
- Permukaan beton yang akan diplester dibuat kasar agar bahan plesteran
dapat merekat dengan baik.
- Dinding Harus dilot.
2. Adukan plesteran pasangan bata kedap air dipakai campuran 1 PC : 2 PS,
sedangkan plesteran bata lainnya dipergunakan campuran 1 PC : 4 PS
3. Ketebalan plesteran pada semua bidang permukaan harus sama tebalnya dan
tidak diperbolehkan plesteran yang terlalu tipis dan terlalu tebal. Ketebalan
yang diperbolehkan berkisar antara 1,00 cm sampai 1,50 cm. Untuk mencapai
tebal plesteran yang rata sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang
dengan menggunakan mistar kayu panjang yang digerakkan secara horizontal
dan vertikal.
4. Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus diusahakan
memperbaikinya secara keseluruhan. Bidang-bidang yang harus diperbaiki
hendaknya dibongkar secara teratur (dibuat bongkaran berbentuk segi
empat) dan plesteran baru harus rata dengan sekitarnya.
5. Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama seminggu
sejak permulaan plesteran.
6. Pekerjaan plesteran baru boleh dilaksanaka setelah pekerjaan penutup atap
selesai dipasang
d) Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai
dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan
oleh Direksi/Pengawas Lapangan

7. PEKERJAAN PLAFOND
a) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dilaksanakan untuk menutup plafond pada seluruh ruangan
termasuk teras keliling bangunan serta km/WC. Termasuk dalam lingkup
pekerjaan ini adalah semua pekerjaan rangka langit-langit.
b) Persyaratan Bahan
Plafond yang Digunakan Adalah Gypsum Board T 9 mm
c) Pedoman Pelaksanaan
1. Pemasangan Plafond Gypsum Mengikuti pasangan rangka plafond yang telah
terpasang dan sesuai dengan gambar bestek.
d) Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai
dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan
oleh Direksi/Pengawas Lapangan.

8. PEKERJAAN LANTAI
a) Lingkup Pekerjaan
Pemasangan lantai dibuat untuk semua bagian lantai ruangan, dan dinyatakan
dalam gambar bestek. Finishing lantai dipakai Keramik yang ukuran disesuai kan
dengan gambar bestek atau ditentukan lain oleh direksi/pengawas lapangan.
b) Bahan yang digunakan :
a. Pasir Urug
b. Coran dasar lantai dengan mutu beton K-175 MPa setebal 7 cm
c. Granit 60 x 60 cm SNI (kenen atau setara)
d. Keramik 25 x 40 SNI (ikad atau setara)
Pekerjaan Acian Lantai
Untuk penempatan/pemasangan material tersebut diatas disesuaikan dengan
gambar bestek serta petunjuk direksi dan pengawas lapangan.
c) Pedoman Pelaksanaan
1. Pada lantai baru dihampar Pasir urug setebal 10 cm disiram dengan air dan
dipadatkan pakai stamper pemadat.
2. Pemeriksaan
Sebelum lantai dipasang, Kontraktor harus memeriksa semua pasangan
pipa-pipa, saluran-saluran dan lain sebagainya yang harus sudah terpasang
dengan baik sebelum pemasangan lantai dimulai.
3. Adukan
Untuk perataan lantai lantai Dicor dengan beton mutu K-175 setebal 7 cm.
4. Pemasangan
a. Adukan perekat untuk keramik harus betul-betul padat/penuh agar
tidak terdapat rongga-rongga dibawah keramik/granit tersebut yang
dapat melemahkan konstruksi. Sambungan antara keramik/granit
dengan keramik lainnya harus sama lebarnya, lurus dan harus diisi
dengan air semen (tepung AFA) yang warnanya disesuaikan dengan
warna keramik atau ditentukan kemudian oleh direksi teknis. Hasil
pasangan akhir harus rata dan waterpass dan tidak bergelombang
b. Pekerjaan yang telah selesai tidak boleh ada retak, noda dan
cacat-cacat lainnya. Apabila terjadi cacat pada lantai, maka bagian
cacat tersebut harus dibongkar sampai berbetuk bujur sangkar dan
pasangan baru harus rata dengan sekitarnya.
c. Permukaan pasangan keramik harus datar dan waterpass.
d) Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai
dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan
oleh Direksi/Pengawas Lapangan

9. PEKERJAAN PENGECATAN
a) Lingkup pekerjaan :
1. Cat Dinding Tembok
2. Cat Kuzen Pintu dan Jendela
b) Bahan
Bahan-bahan yang digunakan :
1. Cat tembok Catylac
2. Cat Minyak untuk kuzen dan Jendela
c) Pedoman pelaksanaan
1. Pengecatan dinding harus dilakukan menurut proses sebagai berikut :
 Penggosokan dinding dengan batu gosok sampai rata dan halus,
setelah itu dilap dengan kain basah hingga bersih.
 Melapis dinding dengan plamur tembok, dipoles sampai rata.
Setelah betul-betul kering digosok dengan amplas halus dan dilap
dengan kain kering yang bersih.
 Pengecatan dengan cat tembok emulsion sampai rata, minimal 2
(dua) kali.
 Pekerjaan cat tembok harus menghasilkan warna merata dan sama.
2. Warna yang digunakan
Warna ditentukan oleh Pemberi Tugas.
d) Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai
dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan
oleh Direksi/Pengawas Lapangan.

10 PEKERJAAN PENGUNCI DAN PENGGANTUNG


a) Lingkup Pekerjaan
 Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan
perlengkapan daun pintu/jendela dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan hingga tercapainya hasil pekerjaan yang baik dan
sempurna.
 Pemasangan alat pengantung dan pengunci dilakukan meliputi seluruh
pemasangan pada daun pintu aluminium dan daun jendela aluminium
seperti yang ditunjukkan/disyaratkan dalam detail gambar.
b) Perlengkapan Pintu Dan Jendela
 Pekerjaan Kunci dan Pegangan Pintu
Semua pintu menggunakan peralatan kunci sebagai berikut :
1. Kunci Tanam biasa : Merk SES
2. Engsel
3. Grendel
4. Back Plat
5. Engsel (Butt Hinges)
6. Engsel lantai (Floor Hinges)
 Semua kunci-kunci tanam terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu,
sesuai gambar rencana.
 warna ditentukan kemudian, dipasang sekurang-kuranya 3 buah untuk
setiap daun dengan warna menggunakan sekrup kembang dengan warna
yang sama dengan engsel. Jumlah engsel yang harus dipasasang harus
diperhitungkan menurut beban berat daun pintu, tiap engsel memikul
maksimal 20 kg.
c) Persyaratan Pelaksanaan
 Semua peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini, sebelum
dipasang terlebih dahulu diserahkan contoh-contohnya kepada Direksi
Pengawas/Perencana untuk mendapatkan persetujuan. Pengajuan /
penyerahan harus disertai brosur/ spesifikasi dari pabrik yang
bersangkutan.
 Apabila dianggap perlu, Direksi Pengawas dapat meminta untuk
mengadakan test-test laboratorium yang dilakukan terhadap contoh-
contoh bahan yang diajukan sebagai dasar persetujuan. Seluruh biaya test
laboratorium menjadi tanggung jawab kontraktor.
 Engsel atas dipasang + 28 cm (as) dari sisi as pintu ke bawah. Engsel bawah
dipasang + 32 cm (as) dari permukaan lantai keatas. Engsel tengah
dipasang ditengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
 Untuk pintu toilet engsel atas dan bawah dipasang + 28 cm (as) dari
permukaan pintu, engsel tengah dipasang ditengah-tengah antara kedua
engsel tersebut.
 Pemasangan Locksace, handle dan bankplat serta door closer harus rapi,
lurus dan sesuai dengan letak posisi yang telah ditentukan oleh Direksi
Pelaksana.
 Apabila hal tersebut tidak tercapai, Kontraktor memperbaiki tanpa
tambahan biaya.
 Door stopper dipasang pada lantai, letaknya diatur agar daun pintu dan
kunci tidak membentur tembok pada saat pintu terbuka.
 Door holder didasar daun pintu dipasang 6 cm dari tepi daun pintu.
 Pemasangan harus baik sehingga pada saat ditekan ke bawah, karet holder
akan menekan lantai pada posisi yang dikehendaki. Door holder dipasang
hanya pintu yang tidak mengunkan door closer.
 Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus
dilakukan pengujian secara kasar dan halus.
 Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya.
 Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)
berdasarkan gambar dokumen kontrak yang telah disesuaikan dengan
keadaan lapangan
 Di dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang
diperlukan termasuk ketyerangan produk, cara pemasangan atau detail -
detail khusus yang belum tercakup secara lengkap di dalam Gambar
Dokumen Kontrak sesuai dengan Standar Spesifikasi Pabrik.
 Shop drawing sebelum dilaksanakan harus disetujui dahulu oleh Direksi
Pengawas/Perencana.
11 PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
a) Lingkup pekerjaan.
Pekerjaan instalasi listrik dilakukan oleh tenaga yang berkompetensi dibidang
kelistrikan (biro) meliputi pemasangan seluruh jaringan instalasi (3 phase) di
dalam bangunan dengan pasangan daya listrik 132 kVA, penyediaan bola lampu,
kabel-kabel, pipa-pipa PVC, tiang Listrik dan sebagainya sehingga listrik menyala,
Jumlah Titik Lampu dan Stop Kontak yang harus dipasang disesuaikan dengan
jumlah yang tertera di gambar. Titik Lampu dan Stop Kontak mengandung maksud
tempat mata lampu dan stop kontak yang dipasang kabel-kabel yang diperlukan
sehingga arus listrik sudah berfungsi pada titik tersebut.
b) Bahan yang digunakan :
 Kabel dengan 5 inci
 Lapisan isolasi PVC melindungi setiap inti, lapisan metal yang
menyelubungi secara keseluruhan sebagai earing conductor.
 Kabel NYM.
 Kabel dengan 3 inti untuk tiga pass.
 Inti copper dibungkus dengan isolasi PVS
 Isolasi 2 lapis menyelubungi inti.
 Kabel NYA
 Isolasi PVC luas penampang yang boleh digunakan 2,5 mm2
 Kawat BC, kawat tembaga yang telanjang.
 Steker stop kontak dan saklar dari bahan ebornit kualitas baik.
 Bola Lampu SE (Saving Energy) adalah produksi Nasional,
 Pemasangan instalasi listrik dan tata letak titik lampu. stop kontak serta
jenis armatur lampu yang dipakai dan harus dikerjakan sesuai dengan
gambar instalasi listrik. Sedangkan sistim pemasangan pipa-pipa listrik
pada dinding maupun beton harus tertanam (sistim inbouw) dan
penarikan kabel (jaringan kabel diatas plafon diikat dengan isolator khusus
dengan jarak 1,00 atau 1.20 m atau jaringan kabel diatas plafon tersebut
dimasukkan dalam pipa PVC . Khusus untuk instilasi Stop kontak harus
dilengkapi dengan kabel arde (pentahanan) sesuai dengan peraturan yang
berlaku (mencapai dan terendam dengan air tanah).
 Pemasangan instalasi listrik bwerikut dengan penggunaan bahan/
komponen – komponennya harus disesuaikan dengan sistim tegangan
lokal 220 volt 2 (dua) RKB 6 Ampere.
 Untuk pengerjaan instalasi listrik, atas persetujuan direksi, Pelaksana boleh
menunjuk pihak ketiga (instalatur) yang telah memiliki izin usaha instalasi
listrik sebagai instalatur yang berlaku dari PLTMH . Pelaksana tetap
bertanggung jawab penuh atas pekerjaan ini sampai listrik tersebut
menyala (siap dipergunakan), termasuk biaya pengujian dari pihak PLTMH.
 Pengujian instalasi listrik harus dilakukan Pelaksana pada beban penuh
selama 1 x 24 jam secar terus menerus . Semua biaya yang timbul akibat
pengujian ini menjadi tanggung jawab Pelaksana.
 Pelaksana berkewajiban memasukkan arus bersumber dari instalasi
PLTMH. Pemasukan arus ini bila menambah tiang maka Pelaksana harus
menambah tiang beton pra cetak . Biaya penambahan tiang dan kabel
listrik menjadi beban Pelaksana.

12 PEKERJAAN SANITASI
a) Ketentuan Umum
 Pekerjaan yang dimaksudkan dalam pasal ini meliputi semua tenaga kerja,
bahan dan alat yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan sanitair,
seperti yang tercantum dalam gambar.
 Bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini, sebelum dipasang terlebih
dahulu harus diserahkan contoh-contohnya kepada Direksi Pengawas /
Perencana untuk mendapatkan persetujuan.
 Bahan yang cacat maupun perlengkapannya kurang, tidak diperkenankan
untuk dipasang dan harus diluarkan dari site dengan seizing Direksi
Pengawas / Perencana.
b) Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk dalam pekerjaan sanitair ini adalah :
• Pekerjaan Instalasi Air
• Pekerjaan Kloset Duduk
• Pekerjaan Accesories : Kran-kran
• Floor drain
• Serta seperti yang tercantum dalam gambar perencanaan.
c) Bahan dan Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pekerjaan closet Duduk
 Kloset Duduk yang dipakai adalah : Produk : setara American Standart
 Warna : ditentukan kemudian
 Dan kloset yang akan dipasang adalah telah diseleksi dengan baik, tidak
ada bagian yang rusak, retak atau cacat-cacat lainnya dan telah
disetujui oleh Direksi Pengawas/Perencana.
 Kloset harus terpasang dengan kokoh, letak dan ketinggian sesuai
gambar rencana, waterpass, semua noda harus dibersihkan.
2. Pekerjaan Kran-kran
• Semua kran yang dipasang adalah terbuat dari stainless steel, ukuran
disesuaikan dengan keperluan masing-masing seperti gambar rencana
plumbing dan brosur alat-alat sanitair (notasi kelengkapan sesuai
dengan brosur).
• Kran-kran tembok dipakai type yang sesuai gambar dan mempunyai
ring dudukan yang harus dipasang menempel pada dinding (notasi
kelengkapan sesuai dengan brosur).
• Kran-kran yang dipasang dihalam type Standard harus mempunyai ulir
untuk sambungan selang (notasi kelengkapan sesuai dengan brosur).
• Kran-kran harus dipasang pada pipa air bersih dengan kuat dan siku.
• Penempatan harus sesuai dengan gambar rencana, dan tidak ada
kebocoran.
3. Pekerjaan Floor Drain
• Floor Drain yang digunakan adalah yang terbuat dari stainless steel,
(notasi kelengkapan sesuai dengan brosur).
• Floor drain dipasang pada tempat yang ditentukan pada gambar
rencana.
• Floor drain yang dipasang telah diseleksi dengan baik, tanpa cacat dan
disetujui oleh Direksi/Perencana.
• Pada tempat-tempat yang akan dipasang floor drain, penutup lantai
harus diberi lubang yang rapi dengan bentuk dan ukuran floor drain
yang sesuai.
• Floor drain terpasang dengan rapi, waterpass, dan bersih dari noda-
noda semen dan kotoran-kotoran lainnya.
4. Pekerjaan Perlengkapan Toilet
• Perlengkapan toilet seperti : tempat tissue dan lain-lain yang diperlukan
sesuai petunjuk Direksi Pengawas/Perencana. Untuk itu kontraktor harus
menyerahkan contoh-contoh atau brosur-brosur kepada Direksi
Pengawas/Perencana. Untuk persetujuan.
12. P E N U T U P
• Pelaksana harus membersihkan ruangan, bangunan, dan pekarangan dari
segala sisa-sisa pekerjaan, sehingga seluruh halaman dan bangunan kelihatan
bersih dan rapi. Semua bahan sisa-sisa pekerjaan tersebut harus diangkut
keluar lokasi pekerjaan.
• Semua pekerjaan yang tercantum dalam bestek, RAB dan gambar serta risalah-
risalah/berita acara Aanwijzing adalah merupakan kesatuan yang ditawar dan
wajib dilaksanakan dengan sempurna secara keseluruhan oleh Pelaksana tanpa
dalih.
• Walaupun dalam bestek ini tidak lengkap tercantum satu persatu baik keur
maupun bahan dan lain-lainnya, tapi tercantum dalam AV maka pekerjaan
tersebut harus dikerjakan, bukan merupakan pekerjaan tambahan.
• Apabila ada pekerjaan yang tidak disebutkan dalam uraian Spesifikasi Teknis ini,
yang ternyata pekerjaan tersebut harus ada agar mendapatkan hasil akhir yang
sempurna, maka pekerjaan tersebut harus dilaksanakan oleh Kontraktor atas
perintah tertulis Pejabat Pembuat Komitmen.
• Rencana Kerja dan Syarat–Syarat ini menjadi pedoman dan harus ditaati oleh
Kontraktor dan Direksi Pekerjaan serta Pejabat Pembuat Komitmen dalam
melaksanakan pekerjaan ini.
Lubuk Sikaping, Februari 2023
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

Dr. YONG MARZUHAILI


NIP. 19740928 200604 1 009

Anda mungkin juga menyukai