Anda di halaman 1dari 47

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR

DINAS LINGKUNGAN HIDUP


KABUPATEN CIANJUR
Jalan Raya Cibeber No. 200 Sirnagalih Telepon (0263) 261389/Fax 280078 Cianjur 43285

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN KONSTRUKSI

KEGIATAN :
Pengelolaan Sampah

PEKERJAAN :
Pembangunan TPS di Lokasi Desa Tertinggal Daerah Perkotaan

LOKASI :
Desa Sukaresmi Kecamatan Sukaresmi

TAHUN ANGGARAN 2022


1. LATAR BELAKANG
Landasan utama kebijakan pengelolaan sampah adalah UU No 18 Tahun
2008 Tentang Pengelolaan peraturan Sampah yang didukung oleh
pelaksanaannya, baik berupa peraturan pemerintah, peraturan presiden
maupun peraturan menteri. Amanat utama pengelolaan sampah dalam UU
No 18 Tahun 2008 adalah mengubah paradigma pengelolaan dari kumpul-
angkut-buang menjadi sampah pengurangan di sumbemya (reduce at
source) dan daur ulang sumber daya (resources recycle).
Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber
hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilal
ekonomis. Masalah sampah timbul dengan adanya peningkatan timbunan
sampah per hari, namun tidak diimbangi dengan dukungan sarana dan
prasarana penunjang yang memenuhi persyaratan teknis, sehingga banyak
sampah yang tidak ditangani dengan maksimal.
Perlu dirancangnya system pengelolaan sampah yang terintegritas, Salah
satu bentuk pengelolaan tersebut adalah melalui Pembangunan Tempat
Pengelolaan Sampah (TPS). Suatu sistem pengelolaan sampah kering secara
kolektif yang mendorong masyarakat untuk berperan serta aktif di dalamnya
akan memilah, dan Sistem ini menampung menyalurkan sampah bemilai
ekonomi pada pasar sehingga masyarakat mendapat keuntungan ekonomi
dari menabung sampah.

2. MAKSUD DAN TUJUAN


a. Maksud dari pengadaan pekerjaan konstruksi ini adalah pelaksanaan
konstruksi fisik yang sesuai dengan perencanaan, baik dari sisi kualitas,
volume, biaya serta ketepatan waktu pelaksanaan pekerjaan, sehingga
dicapai wujud akhir bangunan dan kelengkapannya.
b. Tujuan pengadaan pekerjaan konstruksi ini adalah terealisasinya
Pembangunan Gedung yang sesuai dengan kriteria teknis, dikerjakan
secara profesional, tepat waktu, tepat mutu, tepat biaya, dan layak untuk
digunakan dari aspek keamanan (safety) dan kenyamanan.

3. NAMA SKPD DAN KEGIATAN


 Organisasi : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Cianjur
 Program : Pengelolaan Persampahan
 Kegiatan : Pengelolaan Sampah
 Sub Kegiatan : Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan
Persampahan
 Pekerjaan : Pembangunan TPS di Lokasi Desa Tertinggal Daerah
Perkotaan
 PPK : MEIDY PRASETYADI, ST

4. SUMBER DANA DAN PAGU ANGGARAN


a. Anggaran untuk membiayai pengadaan pekerjaan konstruksi ini
bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) Tahun Anggaran 2022.
b. Pagu Anggaran untuk paket pekerjaan ini adalah sebsesar Rp.
100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah) dan Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
untuk paket pekerjaan ini adalah Rp. 99.989.478,28 (sembilan puluh
sembilan juta sembilan ratus delapan puluh Sembilan ribu empat
ratus tujuh puluh delapan koma dua delapan rupiah)

5. LOKASI DAN RUANG LINGKUP PEKERJAAN


a. Lokasi pekerjaan berada di Desa Sukaresmi Kecamatan Sukaresmi
Kabupaten Cianjur.
b. Lingkup tugas yang harus dilaksanakan oleh Pelaksana Konstruksi
diuraikan sebagai berikut:
 Pelaksanaan konstruksi dilakukan berdasarkan dokumen pemilihan
yang telah disusun oleh perencana konstruksi (gambar teknis dan
spesifikasi teknis), dengan segala tambahan dan perubahannya serta
ketentuan teknis (pedoman dan standar teknis yang dipersyaratkan).
 Pelaksanaan konstruksi dilakukan sesuai dengan kualitas masukan
(bahan, tenaga, dan alat), kualitas proses (tata cara pelaksanaan
pekerjaan), dan kualitas hasil pekerjaan, seperti yang tercantum dalam
spesifikasi teknis.
 Pelaksanaan konstruksi akan mendapatkan pengawasan dari penyedia
jasa pengawasan konstruksi.
 Pelaksanaan konstruksi harus sesuai dengan ketentuan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3).
 Pelaksanaan kerja akan didahului dengan penandatangan Kontrak Kerja
Pelaksanaan dan selanjutnya dibuat laporan kemajuan pekerjaan
hingga berita acara serah terima pekerjaan yang dilanjutkan
pemeriksaan pekerjaan oleh panitia penerima pekerjaan. Semua
administrasi pelaksanaan konstruksi dan pengawasan mengikuti
ketentuan yang berlaku (di antaranya: UU No. 18/1999 Tentang Jasa
Konstruksi, sebagaimana diubah dengan UU No. 2 Tahun 2017 tentang
Jasa Konstruksi, Permen PU No. 22/PRT/M/2018 Tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara, dan berbagai aturan
terkait lainnya)
 Pemeliharaan konstruksi adalah tahap uji coba dan pemeriksaan atas
hasil pelaksanaan konstruksi fisik. Di dalam masa pemeliharaan ini
penyedia jasa konstruksi berkewajiban memperbaiki segala cacat atau
kerusakan dan kekurangan yang terjadi selama masa konstruksi.
 Dalam masa pemeliharaan semua bahan yang digunakan, harus diuji
coba sesuai fungsinya. Apabila terjadi kekurangan atau kerusakan,
maka harus diperbaiki sampai berfungsi dengan sempurna.
 Dalam pelaksanaan konstruksi di dalamnya sudah termasuk
pemeliharaan konstruksi.
 Masa pemeliharaan bangunan/gedung minimal selama 6 (enam) bulan
terhitung sejak serah terima pertama pekerjaan konstruksi.
 Keluaran akhir yang harus dihasilkan pada tahap ini adalah :
1. Konstruksi fisik yang sesuai dengan dokumen untuk pelaksanaan
konstruksi;
2. Dokumen hasil pelaksanaan konstruksi meliputi :
i. Gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan (as built
drawings).
ii. Semua berkas perizinan yang diperoleh pada saat pelaksanaan
konstruksi fisik.
iii. Kontrak kerja pelaksanaan konstruksi fisik dengan pelaksana
konstruksi, pekerjaan pengawasan oleh pengawas pekerjaan,
beserta segala perubahan/addendumnya.
iv. Laporan harian, mingguan, bulanan yang dibuat selama
pelaksanaan konstruksi fisik oleh pelaksana konstruksi, serta
laporan akhir pengawasan, dan laporan akhir pengawasan
berkala oleh pelaksana pengawasan.
v. Berita acara perubahan pekerjaan, pekerjaan tambah/kurang,
serah terima I dan II, pemeriksaan pekerjaan, dan berita acara
lain yang berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi fisik.
vi. Foto-foto dokumentasi yang diambil pada setiap tahapan
kemajuan pelaksanaan konstruksi fisik.
vii. Back up data secara rinci (ukuran/volume/lokasi) untuk setiap
item pekerjaan.

6. TANGGUNG JAWAB PELAKSANA KONSTRUKSI


a. Pelaksana konstruksi bertanggung jawab secara profesional atas jasa
pelaksanaan konstruksi yang dilakukan sesuai ketentuan dan kode tata
laku profesi yang berlaku.
b. Secara umum tanggung jawab pelaksana konstruksi adalah sebagai
berikut:
 Hasil karya pembangunan yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan
standar yang berlaku.
 Hasil karya pembangunan yang dihasilkan harus telah mengakomodasi
batasan - batasan yang telah diberikan oleh proyek, termasuk melalui
KAK ini, seperti dari segi pembiayaan, waktu penyelesaian pekerjaan dan
mutu bangunan yang diwujudkan.
 Hasil karya pembangunan yang dihasilkan harus telah memenuhi
peraturan, standar, dan pedoman teknis konstruksi bangunan gedung
yang berlaku.

7. PEKERJAAN UTAMA

Pekerjaan utama dan pendukung untuk paket pekerjaan ini tercantum pada
Lampiran I.

8. WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN


Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 30 (tiga puluh) hari kalender.

9. PROGRAM KERJA
Pelaksana konstruksi harus segera menyusun program kerja minimal
meliputi:
1. Jadwal kegiatan secara terperinci :
2. Alokasi tenaga yang lengkap dengan tingkat keahliannya maupun jumlah
tenaga untuk melaksanakan pekerjaan, serta harus mendapat
persetujuan dari Pemberi Tugas.
3. Konsep penanganan pekerjaan pembangunan

10. SERTIFIKAT BADAN USAHA


Penyedia jasa disyaratkan memiliki kemampuan melaksanakan pekerjaan
pada bidang bangunan gedung yang dibuktikan melalui Sertifikat Badan Usaha
(SBU) Jasa Pelaksana Konstruksi Bangunan Gedung Lainnya (BG 009).

11. PERSONIL PELAKSANA KONSTRUKSI

Penyedia jasa harus memiliki kemampuan untuk menyediakan personil


untuk melaksanakan pekerjaan seperti yang tercantum pada Lampiran II.

12. PERALATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

Penyedia jasa harus memiliki kemampuan untuk menyediakan peralatan


untuk melaksanakan pekerjaan utama, yaitu minimal seperti yang
tercantum pada Lampiran III.
13. SPESIFIKASI MATERIAL

Penyedia jasa harus memiliki kemampuan untuk menyediakan material


untuk melaksanakan pekerjaan dengan penawaran spesifikasi material
sebagaimana pada Lampiran IV.

14. IDENTIFIKASI RESIKO

Penyedia jasa konstruksi disyaratkan memiliki kemampuan untuk BAHAYA,


RESIKO & melakukan identifikasi bahaya, dan mengendalikan resiko
kesehatan PROGRAM K3 dan keselamatan kerja (K3), minimal seperti pada
Lampiran V.

15. RENCANA KERJA DAN SYARAT


Ketentuan spesifikasi teknis pekerjaan yang diperlukan termasuk Metode
Pelaksanaan Pekerjaan mengacu pada Rencana Kerja dan Syarat pada
Lampiran VI.

16. PENUTUP

Kerangka kerja ini menjadi pedoman secara umum bagi pelaksana


konstruksi dalam melaksanakan pekerjaan. Hal-hal teknis yang diperlukan
hendaknya bisa dipersiapkan secara matang agar pelaksanaan pekerjaan
dapat selesai pada jadwal yang telah ditentukan dengan kualitas sesuai
yang telah ditetapkan

Cianjur, 1 Maret 2022


Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Dinas LIngkungan Hidup
Kabupeten Cianjur

MEIDY PRASETYADI, ST
NIP. 198005242009021001
Lampiran I

Pekerjaan dapat digolongkan dalam dua kategori pekerjaan yakni pekerjaan utama dan
pekerjaan pendukung atau penunjang. Rinciannya ditampilkan dalam tabel berikut.

Tabel 1. Jenis Pekerjaan Utama

No Jenis Pekerjaan Utama


1 Pekerjaan Persiapan
2 Pekerjaan Tanah
3 Pekerjaan Tembokan
4 Pekerjaan Plafond
5 Pekerjaan Listrik
6 Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela
7 Pekerjaan Pengecatan
8 Pekerjaan Penutup Atap

Tabel 2. Jenis Pekerjaan Penunjang

No Pekerjaan Penunjang
1 Pembuatan Papan Nama Proyek
2 Pengadaan Listrik dan air kerja
3 Penyediaan peralatan/perlengkapan Program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3)
4 Dokumentasi dan Administrasi
5 Pengukuran dan pemasangan Bouwplank
6 Pembersihan dan perataan site area pekerjaan

Cianjur, 1 Maret 2022


Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Dinas LIngkungan Hidup
Kabupeten Cianjur

MEIDY PRASETYADI, ST
NIP. 198005242009021001
Lampiran II

Tabel 3. Persyaratan Personil Pelaksana Konstruksi

Jenis Kemampuan Teknis Pengalaman Kemampuan


Kemampuan Manajerial

Kepala SKT kelas I Pelaksana Bangunan Minimal 1 Min SMA/SMK


Proyek Gedung/Pekerjaan Gedung (TS 051) tahun /STM

Petugas K3 Surat Keterangan Mengikuti - Min SMA/SMK


Pelatihan/Bimbingan Teknis K3 /STM
Konstruksi

Tabel 4. Persyaratan Personil Penunjang yang akan di klarifikasi pada saat pra SPPBJ

Jenis Kemampuan Kemampuan Teknis Pengalaman Kemampuan


1 ORANG SKT kelas I mandor tukang batu,bata,beton Min. 1 SMK /STM
MANDOR (TL005) tahun jurusan
bangunan
1 ORANG SKT kelas I mandor batu belah (TL007) Min. 1 SMK /STM
MANDOR tahun jurusan
bangunan
1 ORANG SKT kelas I mandor Min. 1 SMK/STM
besi/pembesian/penulangan beton ( TL 009 ) tahun jurusan
MANDOR
bangunan

1 ORANG SKT Kelas I tukang cor beton / concretor/concret Min. 1 SMK/STM


opration (TS 013) tahun jurusan
TUKANG
bangunan
1 ORANG SKT kelas I tukang kayu / carpenter ( Termasuk Min. 1 SMK /STM
Kayu Bangunan) kelas I ( TA 009 ) tahun jurusan
TUKANG
bangunan
1 ORANG SKT kelas I tukang pelitur kayu ( TA 018) Min. 1 SMK/STM
tahun jurusan
TUKANG
bangunan
1 ORANG SKT kelas I juru gambar / draftman arsitektur (TA Min. 1 SMK /STM
003 ) tahun jurusan
TUKANG
bangunan

Cianjur, 1 Maret 2022


Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Dinas LIngkungan Hidup
Kabupeten Cianjur

MEIDY PRASETYADI, ST
NIP. 198005242009021001
Lampiran III

Penyedia jasa konstruksi disyaratkan memiliki kemampuan untuk menyediakan


peralatan kerja untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi ini, yaitu minimal:

Tabel 5. Jenis Peralatan Utama

Kepemilikan
No. Jenis Kapasitas Jumlah
(Milik/Sewa Beli/Sewa)
1. Mollen/Concrete Mixer Minimal 1 unit Sewa/Milik
350 liter

2. Mobil Bak Terbuka Minimal 1.5 1 unit Sewa/Milik


ton
Lampiran IV

Tabel 6. Spesifikasi Material

SPESIFIKASI MINIMUM YANG SPESIFIKASI YANG


NO NAMA MATERIAL/ BAHAN KET
DIPERSYARATKAN DITAWARKAN
A. STRUKTUR
1 Batu Bata Batu bata Jatiwangi, Garut, Batu jajar
2 Semen (Portland Cement ) Indocement, Holcim, Gresik, Tiga Roda
3 Batu Kali
4 Beton K 175, K 250
5 Besi Beton KS, MS, SSI (U24, U40)
6 Pasir (lokal)
7 Kerikil (lokal)
8 Bekisting Papan Albasia, Triplex
9 Perancah Scafolding
10 Beton Mixing Jayamix, Indomix, Karya Beton, ADP
11 Pipa Besi SNI

B. ARSITEKTUR
1 Batu Ringan SNI
2 Semen (Portland Cement ) SNI Indocement, Holcim, Gresik
3 Pasir
4 Bahan penutup lantai/dinding Marmer Onyx
5 Bahan pengisi nat lantai IGI Grout, Sika
6 Besi SNI
7 Cat Finishing Powder Coating
8 Pelat Besi SNI
9 Baja Ringan C. 75. 75 SNI 8399 : 2017
C. ELEKTRIKAL
Supreme, Kabelindo, Kabelmetal,
1 Kabel Power (NYY, NYA, NYFGBY)
Tranka
Supreme, Kabelindo, Kabelmetal,
2 Kabel Grounding
Tranka
3 Pipa Instalasi HIC Clipsal, Ginde, Ega
4 Lampu, Fitting, Ballast Phillips
5 MCB MG
6 Contactor MG, ABB
7 Saklar Clipsal, Brocco
Lampiran V

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO, PENGENDALIAN RESIKO K3 DAN PROGRAM


K3

Penyedia jasa konstruksi disyaratkan memiliki kemampuan untuk mengendalikan resiko


kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi ini,
penyedia jasa konstruksi mengendalikan resiko minimal pada pekerjaan berikut:

Tabel 7. Identifikasi bahaya, penilaian risiko, pengendalian risiko k3 dan program k3

URAIAN
NO IDENTIFIKASI BAHAYA TINGKAT RISIKO
PEKERJAAN
(1) (2) (3) (6)
1 Pekerjaan Sedang
Persiapan

-Pekerjaan
- Terluka
Pembersihan
Lahan - Tertimbun material.
- Material menumpuk
menghalangi jalan
- Terperosok
-Mobilisasi dan - Tabrakan Sedang
demobilisasi - Terbalik
-
- Direksi keet - Gangguan kesehatan Sedang
- Kebakaran

2. Pekerjaan - Akses licin/curam Sedang


Galian Biasa - Jatuh terperosok
untuk Persiapan - Terisolasi, gelap
Pondasi
- Tertimpa alat
- BBM terbakar
3. Pekerjaan - Terluka Sedang
Pondasi - Tertimbun material
- Akses licin dan curam
- Jatuh terperosok
- Terisolasi gelap
URAIAN
NO IDENTIFIKASI BAHAYA TINGKAT RISIKO
PEKERJAAN
(1) (2) (3) (6)
- Terhirup gas beracun
4. Pekerjaan - Perandah ambruk Sedang
perancah, - Bekisting jebol
bekisting dan - Jatuh dari platform
pembesian.
- Terbentur benda jatuh
- Tersengat listrik
- Terperosok/ terpeleset
- Tertusuk ujung besi
- Terpotong, tergores
- Kaki tertimpa benda
- Kepala terbentur
LAMPIRAN VI

Rencana Kerja dan Syarat

Pasal 1
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Mobilisasi/Demobilisasi.

Termasuk dalam pekerjaan mobilisasi/demobilisasi disini adalah kewajiban Kontraktor


untuk : Mendatangkan peralatan untuk sarana bekerja

2. Penyediaan Air & Daya Listrik untuk Bekerja.


2.1. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor.
Air dapat diambil dari sumber terdekat di lapangan dengan ijin dari Konsultan
Pengawas atau Pemimpin Proyek.
Jika sumber air tidak ada atau ada larangan untuk memakai sumber air yang ada,
maka Kontraktor harus membuat sumur pompa atau dipasok dari luar.
Air harus bersih, bebas dari bau, bebas dari lumpur, minyak dan bahan-bahan kimia
lain yang merusak.
2.2. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari sambungan PLN
setempat, dengan seijin Konsultan Pengawas atau Pemimpin Proyek.
Penggunaan diesel untuk pembangkit tenaga listrik harus melalui persetujuan
Konsultan Pengawas atau Pemimpin Proyek.

3. Pekerjaan Penentuan Peil P +/- 0.00


3.1. P +/- 0.00 finishing Arsitektur adalah permukaan lantai finishing ruangan bangunan
seperti tertera dalam gambar kerja, setinggi 20 cm dari muka tanah yang ditentukan
di Lapangan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Selanjutnya peil P +/- 0.00 ini ditandai dengan patok ukur.

4. Pekerjaan Pemasangan Papan Bangunan


4.1. Patok Ukur
4.1.1. Patok ukur dibuat dari beton bertulang secukupnya, berpenampang 15 x 15
cm, tertancap kuat ke dalam tanah sedalam 100 cm dengan bagian yang
muncul di atas muka tanah cukup untuk memberikan indikasi peil +/- 0.00
sesuai Gambar Kerja, dan di atasnya ditambahkan pipa besi untuk
mencantumkan patokan ketinggian di atas peil +/- 0.00.
Indikasi selanjutnya selain tersebut di atas agar dicantumkan pada patok ukur
sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
4.1.2. Pada dasarnya, patok ukur ini dibutuhkan sesuai patokan ketinggian atau peil
permukaan yang ada dan tercantum dalam Gambar Kerja.

4.1.3. Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2 (dua) buah,
dan lokasi penanamannya sesuai petunjuk dan persetujuan Konsultan
Pengawas ; sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu atau terganggu
selama pelaksanaan pembangunan berlangsung.

4.1.4. Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang
jelas, dan dijaga keutuhannya sampai pelaksanaan pembangunan selesai dan
ada instruksi dari Konsultan Pengawas untuk dibongkar.
4.2. Papan Bangunan.
4.2.1. Papan bangunan (Bouwplank) dibuat dari kayu Terentang dengan ukuran tebal
3 cm dan lebar 15 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.
Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/7 yang jarak satu sama lain
adalah 1.50 M; tertancap di tanah sehingga tidak dapat digerak-gerakkan atau
diubah.
4.2.2. Papan Bangunan dipasang sejarak 2.00 M dari as pondasi terluar atau sesuai
dengan keadaan setempat.
4.2.3. Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama dengan lainnya dan atau rata
waterpass, kecuali dikehendaki lain oleh Konsultan Pengawas.
4.2.4. Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor harus melaporkan
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
Kontraktor harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketepatan letak
papan bangunan ini sampai tidak diperlukan lagi.

5. Bila diharuskan oleh Pemerintah Daerah setempat, maka Kontraktor harus memasang
Papan nama Proyek sesuai dengan peraturan Daerah yang berlaku atas biaya Kontraktor.

Pasal 2
PEKERJAAN TANAH

1. Galian Tanah
1.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Galian tanah ini sesuai dengan Gamabar Kerja, diantaranya :
Sloof Pondasi.
Pondasi menerus.
Saluran drainase dan gorong-gorong sekeliling bangunan.
Tangki septik.
Pemipaan yang tertanam dalam tanah.
1.2. Persyaratan Pelaksanaan
Galian tanah tidak boleh melebihi kedalaman yang ditentukan dan bila ini terjadi,
penKepala Sekolahgan kembali harus dilakukan dengan pasangan atau beton
tumbuk tanpa biaya tambahan.
1.3. Pada bagian-bagian galian yang dianggap mudah longsor, Kontraktor harus
mengadakan tindakan pencegahan dengan memasang papan-papan penahan atau
dengan kata lain kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat tanah longsor, dengan
alasan apapun, menjadi tanggungan Kontraktor.
1.4. Galian pondasi harus dalam keadaan bebas air. Untuk itu Kontraktor harus
menyediakan alat-alat pengering, misalnya pompa, dalam keadaan siap pakai
dengan daya dan jumlah yang bisa menjamin kelancaran pekerjaan.
1.5. Semua pekerjaan pondasi baru boleh dikerjakan apabila galian tanah tersebut telah
diperiksa ukuran, kedalaman dan kemiringannya oleh Konsultan Pengawas.

2. Urugan Tanah

2.1. Lingkup Pekerjaan


Semua pekerjaan yang membutuhkan penimbunan, pemadatan dan perataan
kembali, baik dengan tanah maupun dengan pasir sampai mencapai suatu
permukaan baru atau keadaaan baru sesuai dengan ketinggian yang tercantum pada
gambar kerja atau sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
2.2. Persyaratan Pelaksanaan
Pada prinsipnya Konsultan Pengawas akan menentukan pelaksanaan urugan tanah
bekas galian menurut ketinggian, lebar dan kelandaian yang diperlukan.

2.3. Kekurangan atau kelebihan tanah harus ditambah atau disingkirkan dari atau ke
tempat-tempat yang akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

2.4. Tanah urugan timbris yang boleh dipakai ialah tanah bekas galian atau yang
didatangkan dari luar, tidak mengandung bahan organis, dipadatkan lapis demi lapis
a’ 20 cm sampai rata dan padat. Bila tanahnya kering perlu diberi air secukupnya.
Alat penimbris dari besi minimum 10 kg, kalau perlu harus dengan stamper kapasitas
sesuai kebutuhan. Alat penimbris kayu tidak dibenarkan dipergunakan.

2.5. Urugan timbris sebaiknya dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pekerjaan pasangan
dinding selesai diplester. Hal ini untuk menghindari penurunan maupun retakan-
retakan dikemudian hari.

2.6. Kepadatan setiap lapis harus memenuhi syarat, minimal mencapai syarat 90 %
modified AASHTO.

3. Urugan Pasir

3.1. Lingkup Pekerjaan

Urugan pasir harus dilaksanakan sesuai dengan Gambar Kerja, diantaranya pada :
Di bawah semua lantai yang berada di atas permukaan tanah
Di bawah rabat Beton dengan tebal sesuai Gambar Kerja
Di bawah pondasi batu kali, rollag, sloof setebal 10 cm padat.

3.2. Lapisan pasir harus bersih dari akar-akaran dan kotoran-kotoran lain, dipadatkan
lapis demi lapis dengan tebal 10 cm per lapis, dengan disiram air sebelum pekerjaan
diatasnya dipasang.

Pasal 3
PEKERJAAN BETON

1. PEKERJAAN BETON STRUKTUR COR SETEMPAT ( IN SITE ).

1.1. Lingkup Pekerjaan.


Pekerjaan beton yang tercakup dalam spesifikasi ini meliputi seluruh pekerjaan beton
bertulang untuk konstruksi bangunan dan struktur lain yang berkaitan atau merupakan
bagian dari pekerjaan bangunan, seperti ditunjukan dalam Gambar Kerja, diantaranya
:
Sloof Pondasi.
Kolom Struktur dan Ring Balk

1.2. Persayaratan Pekerjaan.


Semua pekerjaan beton harus mengikuti persyaratan dalam :
PUBB – NI 3 – 1970, NI 8 – 1964.
PBI – 1991.
1.3. Persyaratan Bahan.

1.3.1. Mutu Bahan Pekerjaan Beton.

1.3.1.1. Mutu bahan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan dalam


dokumen Spesifikasi ini mencakup :
Bahan Semen
Bahan agregat kasar
Bahan agregat halus
Bahan baja tulangan
Air untuk campuran beton
Kelas kekuatan beton yang ditetapkan masing-masing komponen
ditunjukan dalam gambar kerja.

1.3.1.2. S e m e n.

a. Semen yang digunakan harus mempunyai daya tahan sedang


terhadap Sulphate. Syarat-syarat untuk hal ini sesuai dengan ASTM
C150 untuk jenis semen II.

b. Semen harus dalam kantung semen asli dari pabrik, satu merk
produksi dalam negeri.

c. Persyaratan Fisik
Tegangan tekan beton umur 28 hari sekurang-kurangnya 30 Mpa.

d. Persyaratan Kimia
Kadar C3A dan (Tricalcum alumunate) berada antara 5 – 8 %
Jumlah C3A dan Tricalcium Silicate tidak melebihi 58 %

e. Pengepakan & Pengiriman


Pengiriman semen ke lapangan harus dalam kantong semen dengan
merek pabrik, dan kantong dalam keadaan tertutup dengan baik.
Kantong semen setidak-tidaknya terdiri dari 5 lapis kertas kantong
yang salah satunya dilapisi dengan lapisan polyethylene.
Pengiriman semen ke lapangan tidak boleh melebihi volume semen
yang perlu untuk kegiatan 3 bulan.

f. Penyimpanan.
Semen harus disimpan dalam gudang yang kedap air, diatas lantai
terangkat dari dasar lantai agar tidak lembab.
Dipakai sesuai dengan urutan pengiriman, tidak boleh ditumpuk
lebih dari 10 lapis.

1.3.1.3. Pasir (Agregat halus).


Pasir harus bersih, keras, awet dan tersusun dalam gradasi yang baik,
bebas dari bahan-bahan organis, lumpur serta kotoran lain sesuai
dengan peraturan PBI 1991.
Jumlah materi yang ada lebih dari 0,063 mm tidak boleh melebihi 5 %
dari jumlah total. Pasir laut tidak boleh digunakan.
1.3.1.4. Kerikil/Batu Pecah.
Kerikil/batu pecah harus keras, bersih, awet, tanpa cacat dan tersusun
dalam gradasi baik, bebas dari bahan organis, lumpur serta kotoran-
kotoran lain sesuai dengan persyaratan PBI 1991.
1.3.1.5. Penyimpanan Agregat.
Pengujian yang dilakukan meliputi aspek reaksi alkali.Tempat
penimbunan perlu ditinjau oleh konsultan pengawas selaku wakil
Pemberi Tugas untuk menetapkan mutu agregatkasar maupun halus
yang diperlukan untuk pekerjaan beton dalam proyek.
Pasir dan kerikil harus disimpan terpisah dalam jarak +/- 1,0 M diatas
permukaan yang rata dan kering dan dijaga dari pengotoran.
1.3.1.6. Baja Tulangan.
a. Standard yang dipakai
ASTM A 510 M – 82 : Spesifikasi standard yang merupakan
persyaratan umum untuk kawat baja dan kawat bulat baja karbon.
ASTM A 615M – 84a : Tulangan baja polos dan ulir untuk tulangan
beton.
b. Persyaratan & Bahan
Batang tulangan diisyaratkan “hot-rolled deformed” dengan grade
400 menurut ASTM C 615 M dan dapat dilas.
Semua baja tulangan harus bebas dari retak-retak, karat, sisa cat,
minyak, gemuk, atau bahan perusak lain yang dapat mempengaruhi
daya lekat antara beton dan baja tulangan atau menyebabkan
disintegrasi beton.
c. Kualitas Bahan
Kualitas baja tulangan ialah :
BjTD - 40 untuk tulangan diameter lebih besar dari 12 mm.
BjTP - 30 untuk tulangan diameter lebih kecil dari 12 mm.
d. Penandaan & Pengepakan
Batang baja tulangan “hot-rolled” dipak sesuai ketentuan.Semua
batang Baja tulangan dipotong, diikat bundle demi bundle dan
diamankan dan diberi tanda sebelum diserahkan ke lapangan.
e. Penyimpanan.
Semua baja tulangan harus disimpan ditempat yang bebas lembab
dipisahkan sesuai diameter serta asal pembelian.
Baja harus di jaga dari kotoran, lemak dan dijaga dari karat.
Selain itu dalam pengangkutan baja harus dijaga dari keretakan.

1.3.1.7. A i r.
Air untuk campuran beton harus segar dan bersih bebas dari asam,
garam, bahan alkali atau bahan organik.

1.4. Persyaratan Pelaksanaan.

1.4.1. Cetakan Beton (Bekisting).

a. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi pengadaan bahan, peralatan, tenaga kerja dan
pemasangan cetakan beton beserta pembongkarannya, sehingga diperoleh
hasil pengecoran beton yang sempurna seperti diisyaratkan dan yang tertera
dalam gambar kerja.

b. Bahan Cetakan Beton (“Formwork”)


1. Kayu Papan.
Bahan yang digunakan untuk cetakan beton cor ditempat harus dari jenis
kayu klas II misalnya kayu Meranti, sesuai dengan NI – 3 – 1970 dan NI – 5
– 1961 atau yang setara dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Tebal papan tidak boleh kurang dari 2 cm dengan lebar 20 cm atau lebih.

2. Multipleks.
Khusus untuk :
pelat lantai,
tangga beton,
bekisting dibuat dari multipleks tebal minimum 10 mm.
Multipleks harus lurus dan rata.

c. Cetakan beton harus direncanakan, dilaksanakan dan diusahakan sedemikian


rupa, harus rapih dan kaku, agar pada waktu pengecoran dan pembongkaran
tidak mengakibatkan cacat-cacat, gelombang-gelombang maupun
perubahan-perubahan bentuk ukuran-ukuran, ketinggian-ketinggian serta
posisi dari pada beton yang dicetak/tercetak, memberikan bidang yang rata
dan lurus sehingga hanya memerlukan sedikit penghalusan.

d. Bekisting boleh dibongkar setelah beton di dalamnya mengalami periode


pengerasan sesuai dengan persyaratan dalam PBI – 1991.

Perencanaan pelaksanaan, serta pembokaran cetakan beton harus sesuai


dengan cara-cara yang disarankan dan kriteria di dalam NI – 2 – 1991.

e. Bekisting sebelum menerima beton yang dicor ke dalam harus bersih, bebas
dari minyak gemuk, cat, kotoran, sampah dan sisa-sisa bahan bangunan lain
yang tidak boleh tercampur ke dalam beton seperti yang disyaratkan untuk
beton.
Sebelum pengecoran, sisi dalam dari bekisting harus disiram air. 24 jam
sebelum pengecoran dilaksanakan, Kontraktor harus memberi Konsultan
Pengawas bahwa pengecoran beton akan dilaksanakan dan bekisting dapat
diperiksa.

f. Penyangga-penyangga harus diberi jarak antara yang dapat mencegah beton


melendut.
Cetakan beton beserta sambungan-sambungannya harus rapat sehingga
dapat mencegah kebocoran-kebocoran adukan selama pengecoran.Lubang-
lubang bukaan sementara harus disediakan di dalam cetakan untuk
memungkinkan pembersihan cetakan beton.

g. Harus kedap air dengan menutup semua celah-celah cetakan.


Celah-celah antara papan harus cukup rapat sehingga pada waktu
pengecoran tidak ada air adukan yang keluar.
Tahan terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari sebelah dalam
cetakan.

h. Beton yang telah selesai dicor dan mengeras harus dijaga kelembabannya
dan tidak dibiarkan terbuka dan terjemur sinar matahari langsung sehingga
beton mengeras dengan sempurna dalam batas waktu yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
i. Bekisting dilepas dari struktur beton yang telah selesai dicetak dan mengeras
dengan sempurna dengan hati-hati dan menggunakan peralatan yang sesuai
sehingga keutuhan struktur betonnya dapat dijamin.

j. Saat pembongkaran bekisting tergantung dari persetujuan Konsultan


Pengawas.
Walaupun demikian sebagai pedoman dalam keadaan cuaca normal adalah
sebagai berikut :

Struktur : Pengerasan normal

Kolom dan dinding 4 hari


Balok 28 hari

1. Pembongkaran Cetakan Beton.


Cetakan beton harus dibongkar dengan cara yang sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin keselamatan penuh atas struktur-struktur yang dicetak dengan memperlihatkan
persyaratan-persyaratan minimum sebagai berikut :
1. Bagian struktur beton vertikal yang disangga dengan penurapan boleh dibongkar
cetakannya setelah 24 (dua puluh empat) jam dengan syarat bahwa betonnya telah
cukup keras dan tidak cacat karena pembongkaran tersebut.
2. Bagian struktur-struktur beton yang disangga dengan penumpu tidak boleh dibongkar
sebelum betonnya mencapai kekuatan yang minimal untuk menyangga beratnya sendiri
dan beban-beban pelaksanaan dan atau beton tersebut.
3. Dalam hal apapun cetakan beton pada jenis struktur ini tidak boleh dibongkar sebelum 9
(Sembilan) hari, demikian juga cetakan-cetakan yang dipakai untuk mematangkan
(curing) beton tidak boleh dibongkar sebelum beton ditentukan matang oleh Konsultan
Pengawas.

1.4.2. Persyaratan Beton


Untuk beton bertulang structural minimal mempunyai kekuatan karakteristik sesuai
dengan PBI 1991 sebagai berikut :
Kolom struktural : K – 250.
Sloof pondasi dan Ring balok struktural : K – 175.

Untuk mencapai mutu beton sesuai yang dipersyaratkan, sebelum pelaksanaan


pengecoran Kontraktor harus membuat “mix design” beton baik dalam alternatif
komposisi campuran maupun bahan.

1.4.3. Pelaksanaan Pengecoran Beton.


a. Kolom, Balok,
1. Sebelum pengecoran dimulai, Kontraktor harus sudah menyiapkan seluruh stek-
stek maupun anker-anker yang diperlukan sesuai dengan Gambar Kerja, pada
kolom-kolom, balok-balok beton dan pelat lantai.
Untuk hal ini maka Kontraktor harus mengkoordinasikan dengan Gambar kerja
Arsitektur maupun Mekanikal Elektrikal, dengan sesuai petunjuk Konsultan
Pengawas.

2. Beton yang telah mengeras, kotoran-kotoran dan bahan-bahan lain harus dibuang
dari dalam bekisting, mesin pengaduk (beton molen) ataupun alat-alat
pengangkut.
3. Penulangan harus dimatikan pada posisinya, diperiksa sebelum pengecoran
dilakukan, agar pemeriksaan dan persetujuan dapat diberikan pada waktunya.

4. Pengecoran harus sesuai dengan Persyaratan dalam PBI 1991. Segera sesudah
pengecoran, lapisan-lapisan beton ini harus dipadatkan dengan penggetar
(“Internal concrete vibrator”) dengan dibantu dengan penyendokan dan
perojokan. Tidak diperbolehkan melakukan pengetokan pada bekisting dalam ini.

5. Mesin pengaduk beton (“stationary box mixer”) harus dalam keadaan bekerja
selama terdapat adukan beton didalamnya. Tenggang waktu penggunaan adukan
beton sejak dikeluarkan dari batching plant yang ditetapkan ialah 3 jam.

6. Penyambungan beton sebelum melanjutkan pengecoran pada beton yang telah


mengeras, maka permukaannya harus dibersihkan dan dikasarkan terlebih
dahulu. Bekisting (cetakan beton) harus dikencangkan kembali dan permukaan
sambungan disiram dengan air semen atau bahan “bonding agent” untuk maksud
tersebut dengan persetujuan Konsultan Pengawas.

7. Vibrator tidak boleh dipakai untuk memasukan beton kedalam bekisting, dan
kecepatan vibrator dalam aduk harus tetap dan lebih besar dari 7.000
impuls/menit.

8. Selama bahan-bahan pembantu (additive) dipakai, harus diadakan pengawasan


yang cermat terhadap pemakainnya.

b. Lantai Kerja
Semua beton yang berhubungan dengan tanah sebagai dasarnya adalah lantai kerja
dengan adukan 1 PC : 3 Ps : 5 Kr.
Dibawah lantai kerja tersebut harus diberi lapisan pasir tebal 10 cm padat beton
tersebut.

1.4.4. Baja Tulangan

a. Ukuran
Ukuran baja harus sesuai Gambar Kerja.
Penggantian diameter yang lain hanya diperkenankan atas persetujuan Konsultan
Pengawas dan bila disetujui Konsultan Pengawas maka luas penampang yang
diperlukan tidak boleh kurang dari perhitungan.
Biaya penggantian diameter yang bukan karena salah gambar ditanggung oleh
Kontraktor.

b. Tulangan yang dipakai harus bersih dari karat, lemak atau bahan lain yang dapat
mengurangi daya lekat baja terhadap beton.

c. Pembengkokan tulangan dengan dipanasi sama sekali tidak diperkenankan.


Baja tulangan hanya boleh dibengkokkan dengan cara dingin (tidak dibakar terlebih
dahulu). Tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama
pengecoran tidak berubah tempat.
Penahan jarak yang berbentuk blok persegi atau gelang-gelang untuk menjaga
ketepatan tebal penutup beton dan harus dipasang sebanyak 4 buah setiap 2
cetakan.
1.4.5. Pipa-pipa Dalam Beton
Pipa listrik dan pipa lainnya serta bagian-bagian yang tertanam dalam beton ataupun
yang bersinggungan dengan beton harus dibuat dari bahan yang tidak merusak beton.
Sebelum bagian-bagian dari konstruksi dipasangkan dimana semua bagian yang perlu
sudah diberi lubang dan sudah dibersihkan dari tahi besi, maka bagian-bagian itu harus
diperiksa dalam keadaan dicat.

2. PEKERJAAN BETON NON STRUKTUR/ARSITEKTUR.


2.1. Lingkup Pekerjaan
2.1.1. Beton bertulang dengan ukuran dan bentuk seperti tertera dalam Gambar Kerja,
yaitu :
Sloof pondasi batu kali/batu belah menerus,
Kolom praktis dan ring balok beton,
Meja Beton.

2.1.2. Beton tumbuk sesuai dengan Gambar Kerja, diantaranya :


Rabat sekeliling gedung.
Ramp pintu.
Ketebalan dan kemiringan harus sesuai dengan Gambar Kerja untuk setiap
bagiannya.

2.2. Persyaratan Pelaksanaan

2.2.1. Macam Campuran Beton

2.2.1.1. Campuran Beton dibuat dengan perbandingan volume dan macam


campuran adalah sebagai berikut :

Macam Perbandingan Penggunaan

C1.1 pc : 2 ps : 3 kr Untuk semua pekerjaan beton bertulang


seperti sloof pondasi, balok ring.

C2.1 pc : 3 ps : 5 kr untuk beton tidak bertulang, beton


tumbuk, lantai kerja.

2.2.1.2. Untuk beton bertulang, beton yang dipakai minimal mempunyai


kekuatan karakteristik 175 kG/cm2, sesuai dengan apa yang disebut
dalam PBI 1971 sebagai beton K-175. Perbandingan air semen
maksimum adalah 0,5 jumlah minimum semen 300 kG/M3.

Campuran beton minimum yang diisyaratkan adalah :


C1 : untuk beton structural biasa,
C2 : untuk beto tumbuk/rabat beton.

2.2.2. Pengadukan Beton


Kecuali ditetapkan lain oleh Konsultan Pengawas, pengadukan beton harus
diaduk sampai mencapai kerataan pengadukan.
2.2.3. Persyaratan Pelaksanaan Beton Bertulang.
Persyaratan pelaksanaan sama dengan persyaratan pelaksanaan beton
bertulang struktur.

2.2.4. Persyaratan Beton Tumbuk/Rabat Beton.


Di bawah ini persyartan beton tumbuk/rabat beton dihamparkan lampisan pasir
yang dipadatkan.
Tebal lapisan pasir sesuai dengan Gambar Kerja.
Selanjutnya pada tepi beton tumbuk/rabat beton yang direncanakan sesuai
gambar Kerja harus dipasang bekisting dari papan.
Di atas lapisan pasir tersebut dicorkan lapisan beton tumbuk dengan ketebalan
sesuai degan Gambar Kerja.
Campuran adalah C2 (lihat Tabel).
Permukaan beton tumbuk/rabat beton harus mempunyai kemiringan ke arah
drainase air hujan atau muka tanah.
Setelah agak kering, permukaan beton tumbuk/rabat beton dipukul-pukul
dengan sapu lidi unjtuk mendapat tekstur permukaan.

Pasal 4
PEKERJAAN ADUKAN

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan adukan ini dilaksanakan sesuai Gambar Kerja, diantaranya untuk :
Seluruh dinding pasangan bata.
Seluruh finishing lantai.

2. Persyaratan Pelaksanakan
2.1. Macam Campuran Adukan
Adukan untuk pasangan dan plesteran dibuat dengan macam-macam perbandingan
campuran seperti tersebut sebagai berikut :

Macam Perbandingan Penggunaan

M1. 1 pc : 3 ps 1. Untuk adukan dan plesteran dinding


batu bata kedap air.
(Kedap Air) 2. Untuk pekerjaan pemasangan batu
kedap air.

M2. 1 pc : 4 ps 1. Untuk pasangan pondasi dari batu


gunung belah/batu kali.
(Biasa) 2. Untuk semua plesteran dinding batu
bata yang tidak kedapair, bagian dalam
maupun bagian luar.

2.2. Adukan M1 dilaksanakan pada :


20 cm bagian atas pondasi sampai pasangan tembok 25 cm di atas lantai pada semua
dinding bata baru di lantai satu.
150 cm pada dinding bata baru untuk KM/WC.
2.3. Pekerjaan adukan spesi dengan campuran M2 dilaksanakan pada semua dinding bata
baru kecuali yang menggunakan adukan M1, ubin keramik penutup dinding dan
penutup meja beton.

2.4. Adukan pokok pondasi batu kali/batu belah dengan perbandingan M2.

Pasal 5
PEKERJAAN PLESTERAN

1. Lingkup Pekerjaan

Plesteran pada dinding batu bata pasangan trasraam (kedap air).


Plesteran pada semua dinding batu bata pasangan biasa.
Plesteran aci halus untuk pelapisan akhir permukaan dinding pasangan batu bata yang telah
diplester dan permukaan beton yang akan dicat.

2. Persyaratan Pelaksanaan

2.1. Macam Campuran Adukan

Adukan untuk pasangan dan plesteran dibuat dengan macam-macam perbandingan


campuran seperti tersebut sebagai berikut :

Macam Perbandingan Penggunaan

Kedap Air 1 pc : 3 ps Untuk dinding batu bata dengan pasangan kedap


air/trasraam.

Biasa 1 pc :5 ps Untuk dinding batu bata dengan pasangan biasa.

Aci Halus Volume Semen : Air 1. Untuk permukaan dinding batu bata yang
telah diplester danakan dicat.
2. Untuk permukaan beton yang akan dicat.

2.2. Sebelum pekerjaan plesteran dimulai, pasangan harus dibasahi dulu, sedangkan siar-
siarnya harus dikeruk sedalam 1 cm. Pekerjaan plesteran ini haru dilaksanakan dengan
penuh keahlian dan ketelitian. Bidang plesteran yang tidak rata, berombak atau retak-
retak harus diulangi dan diperbaiki. Pasir untuk Plesteran harus diayak hingga cukup
halus.

2.3. Perbaikan bidang plesteran yang baru maupun yang dibongkar dan diperbaiki lagi dan
juga yang baru/rehab harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga sambungan bidang
plesteran rata, tidak retak dan terjadi ikatan yang kuat.

2.4. Bidang-bidang beton yang tampak, sebelum diplester harus dipahat kasar dahulu,
kemudian disiram dengan air semen.
Penghalusan dilaksanakan dengan adukan kedap air.
2.5. Tebal plesteran bila tidak ditunjukan lain dalam gambar adalah :
Untuk dinding bata, tebal minimum 16 mm.
Untuk Konstruksi beton, tebal minimum 6 mm.

2.6. Semua bidang yang akan diplester, baik baru maupun rehab harus dibasahi air terlebih
dahulu secukupnya. Demikian pula selama 3 hari pertama setelah plesteran selesai.

2.7. Permukaan bidang yang telah diplester dan akan dicat dihaluskan dengan adukan aci
halus, selanjutnya digosok sehingga rata.

2.8. Bahan adukan harus dicampur dalam keadaan kering baru diaduk dengan air hingga
rata dalam warna, dan konsisten. Tidak boleh mempergunakan adukan yang telah
mengeras.

Pasal 6
PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI/BELAH

1. Lingkup Pekerjaan

Pasangan batu kali/belah dilaksanakan seperti yang tertera pada Gambar Kerja, diantaranya
adalah :
Pondasi menerus untuk dinding batu bata di bawah sloof beton,
Pondasi setempat untuk kolom-kolom non-struktur/praktis dan sloof.

2. Persyaratan Bahan

Untuk pasangan pondasi ini harus dipergunakan batu kali/belah dari jenis yang keras atas
persetujuan dari Konsultan Pengawas, penampang batu maksimum 30 cm dengan minimal
3 muka pecahan.

3. Persyaratan Pelaksanaan

3.1. Pada bagian bawah seluruh pondasi batu kali/belah dipasang pasangan batu kosong.

3.2. Bila pada lubang-lubang galian terdapat banyak air tergenang, karena air tanah atau
air hujan, maka sebelum pasangan dimulai terlebih dahulu air harus dipompa dan
dasar lubang harus kering.

3.3. Jika pemasangan pondasi terpaksa dihentikan, maka ujung penghentian pondasi harus
diberi bergerigi agar pada penyambungan berikutnya terjadi ikatan kokoh dan
sempurna. Di dalam pondasi sama sekali tidak boleh ada/terdapat rongga-rongga
udara atau celah-celah.

Pasal 7
PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA

1. Lingkup Pekerjaan
Pasangan batu bata setengah batu dilaksanakan sesuai dengan Gambar Kerja, diantaranya
:
Pada semua dinding batu bata,
Dinding drainase sekeliling bangunan.

2. Persyaratan Bahan
Batu bata yang dipakai adalah batu bata merah dengan pembakaran yang sempurna dan
merata, dari mutu yang terbaik, setaraf bata F, ukuran 5,5 x 10,5 x 22 cm.

3. Persyaratan Pelaksanaan

3.1. Ukuran bata yang kurang dari standard 1/2 batu tidak boleh dipasang.

3.2. Sebelum dipasang bata harus direndam sampai jenuh air, hasil pemasangan bata
harus rapih, merupakan bidang-bidang yang rata dan siar-siarnya harus dikeruk
sedalam 1 cm sehingga terdapat alur-alur yang rapih sebelum pekerjaan plesteran
dimulai.

3.3. Aduk perekat/spesi harus diusahakan selalu dalam keadaan segar atau belum
mengeras pada waktu pemakaian. Pemasangan harus sedemikian rupa sehingga
ketebalan aduk perekat/spesi harus sama setebal 1 cm.

3.4. Dinding bata harus dipasang tegak lurus dan rata.


Setiap pasangan tidak boleh lebih tinggi dari 1.00 M atau maksimum 24 lapis, diikuti
dengan cor kolom praktis, baru boleh dilanjutkan setelah betul-betul mengeras.
Pertemuan sudut antara dua dinding harus rapih dan bersudut sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Gambar Kerja.

3.5. Pada dinding 1/2 ditempat-tempat tertentu sesuai gambar rencana diberi kolom
pengaku beton ditempat dimana anker-anker kusen yang horizontal berada harus
dicor beton 1 pc : 2 ps : 3 kr untuk mengikat angker tersebut.

3.6. Sebelum diplester permukaan pasangan bata harus dibasahi dengan air terlebih
dahulu, dan siar-siar telah dikerok serta telah dibersihkan.

3.7. Pembuatan lubang pada dinding pasangan bata untuk perancah sama sekali tidak
diperkenankan.

3.8. Semua pasangan bata yang tertanam dalam tanah harus diberapen sampai setinggi
permukaan tanah.

3.9. Pada pasangan bata baru yang menyambung dengan pasangan bata lama harus
diusahakan adanya sambungan stek dengan konstruksi lama.

3.10. Tidak diperkenankan memasang bata yang patah dua melebih dari 5 %. Bata yang
patah lebih dari dua bagian tidak boleh digunakan.

3.11. Ketebalan jadi setelah di-“finish” dengan plester aci halus :


Dinding bata 1/2 batu harus setebal 15 cm.
Dinding bata 1 batu harus setebal 25 cm.
Pasal 8
PEKERJAAN PASANGAN UBIN KERAMIK

1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan pasangan ubin keramik untuk lantai dan pelapisan dinding sesuai dengan Gambar
Kerja, diantaranya :

1.1. Pekerjaan Ubin Keramik 40 x 40 cm.


Untuk semua permukaan lantai (terkecuali seperti disebut dalam butir 1.2.).

2. Persyaratan Bahan.

2.1. Spesifikasi bahan.

Jenis : Ubin Keramik


Ukuran : 40 x 40 cm.
Kualitas : KW-1. Setara Roman
Warna : Ditentukan kemudian.
Produk : Mulia atau setaraf.
Ubin keramik yang digunakan harus memenuhi persyaratan yang berlaku di Indonesia.

2.2. Bahan pengisi siar (nat) digunakan pasta semen dengan warna yang dengan warna ubin
keramik.

2.3. Kontraktor harus mengajukan contoh bahan sebanyak 3 (tiga) set kepada Konsultan
Pengawas dengan 4 gradasi warna dalam 1 bahan untuk mendapatkan persetujuan dan
akan dipakai sebagai standard dalam memeriksa/menerima bahan yang dikirim ke
lapangan.

2.4. Kontraktor wajib menyerahkan/menyediakan cadangan sebanyak 2,5 % dari


keseluruhan bahan.

2.5. Pemakaian satu produk adalah mengikat, kecuali bila dinyatakan lain oleh Konsultan
Pengawas.

3. Persyaratan Pelaksanaan

3.1. Sebelum dipasang, permukaan ubin keramik harus dilapisi dengan minyak kacang.

3.2. Pada saat pemasangan ubin keramik harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat atau
ternoda dan warna sesuai dengan yang diisyaratkan/dipilih.

3.3. Seluruh pemasangan harus dilakukan dengan cara kering, tidak dibenarkan menyiram
air semen kepermukaannya.

3.4. Seluruh rongga pada permukaan ubin keramik bagian belakang harus terisi dengan
aduk perekat.

3.5. Pola pemasangan ubin keramik harus sesuai dengan Gambar Kerja/Shop Drawing atau
sesuai petunjuk Konsultan Pengawas. Pada prinsipnya pemasangan dimulai dari as
kolom atau as dinding, dan ataupun sesuai dengan dengan petunjuk Konsultan
Pengawas.

3.6. Pemotongan ubin keramik harus menggunakan alat pemotong khusus sesuai dengan
petunjuk pabrik.

3.7. Pemasangan ubin keramik harus benar-benar rata/waterpass sesuai dengan peil
“finish” atau ketebalan “finish” yang diisyaratkan dalam Gambar Kerja.
Toleransi kecekungan adalah 2,5mm untuk setiap 2,00 M2.

3.8. Garis-garis tepi ubin keramik yang terbentuk maupun siar-siar harus lurus, lebar siar
harus sama, maksimum selebar 3 mm dengan kedalaman 2 mm.

3.9. Sebelum dan sesudah pelaksanaan aduk pengisi, siar harus bersih dari debu dan
kotoran lainnya, pembersihan harus segera dilakukan sebelum menjadi keras/kering
dengan lap basah.

3.10. Aduk perekat untuk pemasangan ubin keramik dengan campuran 1 pc : 3 ps,
digunakan pada lantai dasar dan bagian lantai yang harus kedap air seperti yang
diisyaratkan dalam Gambar Kerja.
Untuk lantai-lantai lainnya digunakan aduk perekat dengan campuran 1 pc : 4 ps.
3.11. Pemasangandilakukan diatas lapisan screed yang bebas dari debu, kotoran dan telah
betul-betul keras.

3.12. Ubin keramik yang telah terpasang harus segera dibersihkan dari bercak noda aduk
perekat dan aduk pengisi siar dengan lap/kain yang dibasahi dengan air bersih, dan
dilindungi dari kemungkinan cacat dari pekerjaan lain.

3.13. Selama 3 x 24 jam setelah pemasangan, ubin keramik harus dihindarkan dari injakkan
atau pemberian beban.

3.14. Bila terjadi kerusakan/cacat, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaiki kembali


dengan tidak mengurangi pekerjaan.
Biaya untuk hal ini adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diajukan
sebagai pekerjaan tambah.

3.15. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, semua pipa “sparing” dan atau jaringan pipa
sudah terpasang terpasang pada tempatnya.

Pasal 9
PEKERJAAN KAYU

1. Lingkup Pekerjaan.
1.1. Pekerjaan Kayu Halus :
Back Drop,Partisi.
1.2. Pekerjaan kayu lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

2. Persyaratan Bahan.
2.1. Semua kayu yang dipakai harus tua, benar-benar kering, lurus, tanpa cacat mata
kayu, putih kayu dan retak.
Ukuran kayu adalah ukuran jadi seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
2.2. Pekerjaan Kayu Halus.
a. Kayu Kamper Banjar atau sekualitas.
Referensi bahan sesuai dengan SII No. 0458/81, mutu kelas A, kelas keawetan II
dan kekuatan II.
b. Lembaran kayu Teakwood satu muka, multiplex, triplex.
Ukuran lebar dan ketebalan sesuai dengan Gambar Kerja.
Mutu terbaik dari kelasnya, produk local.

3. Persyaratan Teknis.

3.1. Kelembaban.
Untuk ketebalan kayu lebih kecil dari 3 cm, diisyaratkan kelembaban kayu tidak lebih
dari 14 % terpasang.Untuk ketebalan kayu lebih dari 7 cm diijinkan kelembaban kayu
25% maksimum.
Untuk ketebalan kayu lebih kecil dari 7 sampai 3 cm diijinkan kelembaban kayu 18 %
maksimum.

3.2. Pengawetan Kayu.


Semua kayu untuk pekerjaan kayu halus (terkecuali kayu lembaran) yang
dipergunakan harus sudah melaui proses pengeringan (“dry kiln”).

3.3. Tempat Penyimpanan.


Penimbunan kayu ditempat pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan ini harus
diletakkan di satu tempat, di dalam ruangan yang kering dengan sirkulasi udara yang
baik, tidak terkena cuaca langsung dan harus dilindungi dari kerusakan.
Timbunan kayu tersebut harus diberi alas sehingga tidak langsung terhampar di
lantai.

3.4. Bahan dempul yang dipakai adalah tipe B dengan referensi SII 0282/80.
3.5. Bahan perekat adalah lem putih untuk kayu, produk FOX atau yang setaraf.
3.6. Semua pengikat berupa paku, sekrup, baut, dynabolt, kawat dan lain-lain harus
digalvanisasi.

4. Persyaratan Pelaksanaan.
4.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan kayu ini, kepada Kontraktor diwajibkan untuk :
Mempelajari bentuk, pola penempatan, cara pemasangan dan detail sesuai Gambar
Kerja. Pengukuran keadaan lapangan untuk mendapatkan ketepatan pemasangan di
lapangan.

4.2. Selama pelaksanaan pekerjaan kayu ini, Kontraktor harus selalu koordinasi dengan
paket pekerjaan EE, ME, SA khususnya apabila di dalam pekerjaan ini terdapat
pemasangan fixtures dan armtur maupun jalur-jalur dari disiplin tersebut.
Agar diusahakan pelaksanaan pemasngan instalasi sebelum pelaksanaan pekerjaan
kayu sehingga tidak terjadi pembongkaran.
Kontraktor harus menyediakan manhole untuk pemeliharaan/perawatan instalasi
disiplin lain tersebut yang tersembunyi dibalik permukaan kayu yang luas.

4.3. Bentuk, ukuran, profil, pola, nat dan peil yang tercantum dalam Gambar Kerja adalah
hasil jadi/finish. Bila ada penyimpangan tanpa persetujuan Konsultan Pengawas,
maka Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki kembali tanpa mengurangi
mutu yang diisyaratkan.
Biaya untuk hal ini adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat dituntut
sebagai pekerjaan tambah.

4.4. Pemasangan sambungan seperti pemasangan klos, baut, plat penggantung, angker,
dynabolt, sekrup, paku & lem perekat harus rapid an sempurna serta tidak
diperkenankan mengotori bidang-bidang tampak.
Khusus untuk bahan sambungan/pengikat dari baja seperti angker, sengkang, pelat
dan sebagainya; sebelum terpasang harus sudah diberi lapisan cat anti karat yang
memenuhi persyaratan dalam Pasal Pekerjaan Cat di buku ini.
Khusus pada permukaan bidang tampak/ekposed tidak diperkenankan pemasangan
paku tetapi harus disekrup atau cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas.

4.5. Bilamana pada sistem perkuatan yang tertera dalam gambar dianggap kurang kuat
oleh Kontraktor, maka menjadi kewajiban dan tanggungan Kontraktor untuk
menambahkannya setelah disetujui Konsultan Pengawas. Dalam hal ini Kontraktor
tidak dapat menuntut sebagai pekerjaan tambah.

4.6. Kontraktor harus memperhatikan dan melaksanakan sesuai Gambar Kerja atau
petunjuk Konsultan Pengawas untuk sambungan atau hubungan kayu dengan
bahan/material lain terutama pada pekerjaan kayu halus.

4.7. Semua pekerjaan pendempulan harus rapi, rata dan halus.


Setelah dempul kering kemudian digosok dengan ampelas halus.

4.8. Semua permukaan kayu yang tidak diperlihatkan harus diberi meni kayu atau cat
dasar. Pekerjaan ini dilaksanakan sesudah penyerutan sesuai persyaratan dan
sebelum pemasangan kayu tersebut.

4.9. Pekerjaan Kayu Halus.


4.9.1. Semua pekerjaan kayu halus khususnya permukaan kayu yang akan
diperlihatkan (“exposed”) dan permukaan kayu yang akan dilapis/ditempel
dengan bahan/material finishing harus diserut halus dan rata.

4.9.2. Proses pengerjaan semua kayu untuk pekerjaan kayu halus harus
menggunakan mesin tanpa kecuali dan tidak diperkenankan mengerjakan di
tempat pemasangan.

4.9.3. Pekerjaan ini harus dilaksanakan menurut pola dan urutan pengerjaan sesuai
dengan yang ditentukan/diisyaratkan dalam Gambar Kerja atau oleh
Konsultan Pengawas.

4.10. Perlindungan Terhadap Pekerjaan Kayu yang Telah Selesai.


Semua kayu yang telah terpasang harus dilindungi dari segala kerusakan baik berupa
benturan, pecah, retak, noda dan cacat lain.
Apabila hal diatas ditemui, maka Kontraktor harus membongkar dan mengganti
tanpa mengurangi mutu.Biaya untuk pekerjaan ini adalah tanggumg jawab
Kontraktor, tidak dapat dituntut sebagai pekerjaan tambah.
Pasal 10
PEKERJAAN KACA

1. Lingkup Pekerjaan.
Melaksanakan pemasangan kaca bening dan cermin sesuai dengan Gambar Kerja.
Kaca Bening :
Pada pintu, jendela, bovenlicht.

2. Persyaratan Bahan.
2.1. Semua kaca yang dipakai dari standard produk dengan SII 0189/78.
Produk Asahi Glass atau setaraf.

2.2. Kaca bening (“Clear Glass Float”) :


Tebal 5 mm untuk jendela,
Tebal 5 mm untuk Bovenlicht.

3. Persyaratan Pelaksanaan.

3.1. Pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan keahlian dan ketelitian.

3.2. Ukuran, tebal, warna dan jenis bahan yang dipasang harus sesuai dengan Gambar Kerja,
buku spesifikasi ini dan atau sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.

3.3. Pemotongan harus rapi dan lurus , harus menggunakan alat pemotong kaca. Sisi-sisi
kaca yang tampak maupun tidak tampak akibat pemotongan harus digurinda dan
dihaluskan samapi berbentuk tempereng.

3.4. Kaca yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan & benturan dan diberi tanda
agar mudah diketahui.

3.5. Pekerjaan Pemasangan Kaca Jendela Bovenlicht.

3.5.1. Sebelum pemasangan kaca, kosen, rangka daun pintu maupun jendela telah
terpasang kokoh dan telah finish sesuai dengan Gambar Kerja dan memenuhi
persyaratan pekerjaan kayu halus yang diuraikan dalam pekerjaan kayu.

3.5.2. Selanjutnya adalah list kayu sesuai dengan Gambar Kerja dan atau petunjuk
Konsultan Pengawas. Sebelum pemasangan, lis kayu harus sudah sesuai dengan
Gambar Kerja, benar-benar lurus, telah memenuhi persyaratan pekerjaan kayu
halus dan telah di-finish sesuai dengan persyaratan pengecatan kayu halus yang
diuraikan di dalam bab lain pada buku ini.

3.5.3. Ukuran kaca dan pemasangan lis harus sedemikian rupa, agar kaca tidak pecah
pada waktu pengembangan dan penyusutan.

3.6. Kualitas Pekerjaan.

3.6.1. Tidak boleh terjadi retak tepi pada semua kaca dan cermin akibat pemasangan
lis maupun sekrup.

3.6.2. Kaca harus telah terkunci dengan baik, sempurna dan tidak bergeser.
3.6.3. Semua kaca dan cermin pada saat terpasang tidak boleh bergelombang. Apabila
masih terlihat adanya gelombang maka kaca dan cermin tersebut harus
dibongkar dan diperbaiki/diganti. Biaya untuk hal ini adalah tanggung jawab
Kontraktore tidak dapat diajukan sebagai pekerjaan tambah.

Pasal 11
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT

1. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT
1.1. Lingkup Pekerjaan.
Pemasangan langit-langit Gypsum lengkap sesuai Gambar Kerja, diantaranya pada :
Seluruh ruang dalam.

1.2. Persyaratan Bahan.


1.2.1. Rangka.
Rangka Hollow
Ukuran sesuai dengan Gambar Kerja.

1.2.2. Panel Langit-langit.


Panel : Gypsum
Tebal : 9mm.
Produk : Ex local mutu terbaik.
Panel mempunyai satu bidang datar halus, seragam ukurannya, sisi tepinya
lurus dan tidak cacat, tidak melengkung dan cukup keras.

1.3. Persyaratan Pelaksanaan.

1.3.1. Pola kerangka langit-langit harus sesuai dengan pola langit-langit seperti
ditunjukan dalam Gambar Kerja.

1.3.2. Seluruh konstruksi kerangka harus kuat hubungannya, ditahan dengan baik
oleh konstruksi atap (kuda-kuda) dan dinidng sesuai dengan Gambar Kerja,
baik letak maupun ukurannya.

1.3.3. Ketinggian kerangka langit-langit setelah terpasang dan disetel harus sesuai
dengan ketinggian langit-langit jadi seperti ditunjukan dalam Gambar Kerja.
Kerangka langit-langit harus terpasang lurus dan rata waterpass.
Setelah kerangka langit-langit terpasang dengan kuat dan kokoh, baru
dilaksanakan pemasangan panel langit-langit.

1.3.4. Lembaran-lembaran gypsum harus dipasang dengan kerangka dengan dipaku


pada setiap jarak 20 cm (1,5cm dari tepi). Di bagian tengah lembaran dipaku
secukupnya pada kerangka agar bidang-bidang gypsum tidak melendut.

1.3.5. “Finishing” adalah cat.


Pelaksanaan pengecatan harus memenuhi persyaratan pekerjaan pengecatan
seperti diuraikan dalam bab Pekerjaan Cat dalam RKS ini.
Warna ditentukan kemudian.
Pasal 12
PEKERJAAN CAT

1. Lingkup Pekerjaan
1.1. Pengecatan/laburan dinding dan permukaan plafon :
Semua permukaan dinding pasangan bata dan permukaan beton yang tampak.
Semua permukaan plafon yang tampak.

2. Persyaratan Bahan.
2.1. Cat Kayu.
2.1.1. Cat Warna.
Produk : SEIV atau setaraf.
Warna : Ditentukan kemudian.

2.1.2. Cat Transparan.


Jenis : Politur.
Produk : IMPRA atau setaraf.

2.2. Cat Permukaan Dinding Pasangan Batu Bata, Permukaan Beton & Permukaan Plafon.
Produk : Sanlex atau setaraf.
Warna : Ditentukan kemudian.

3. Persyaratan Pelaksanaan.
3.1. Tebal minimum tiap lapisan jadi/finished minimum sama dengan syarat yang
dispesifikasikan pabrik. Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran
atau ada bekas yang menunjukkan tanda-tanda sapuan, roller maupun semprotan.

3.2. Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun atau
membahayakan keselamatan manusia, maka Kontraktor harus menyediakan
persyaratan pelindung misalnya : masker, sarung tangan dan sebagainya yang harus
dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan.

3.3. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca yang lembab
atau hujan atau dalam keadaan angin berdebu bertiup. Terutama untuk pelaksanaan
di dalam ruangan bagi cat dengan bahan dasar beracun atau membahayakan manusia,
maka ruangan tersebut harus mempunyai ventilasi yang cukup atau pergantian udara
berlangsung lancer. Di dalam keadaan tertentu, misalnya untuk ruangan tertutup,
Kontraktor harus memasang Kipas Angin/Fan untuk memperlancar pergantian/aliran
udara.

3.4. Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara tekan/vaccum cleaner,
semprotan dan sebagainya harus tersedia dari kualitas/mutu terbaik dan jumlahnya
cukup untuk pekerjaan ini.

3.5. Khusus untuk semua cat dasar terutama pada permukaan logam harus disapukan
dengan kuas. Penyemprotan hanya boleh dilakukan bila disetujui Konsultan
Pengawas.

3.6. Khusus untuk :


Permukaan panel langit-langit dari Enternit,
Panel partisi bagian bawah/ban (lihat Gambar Kerja), memakai cat dinding.
Persyaratan pelaksanaan sesuai dengan persyaratan pengecatan dinding pasangan
batu bata.

3.7. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Konsultan Pengawas harus diulang dan diganti.
Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar atau cat finish
yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana ditunjuk oleh Konsultan Pengawas.
Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan
tambah.

3.8. Pekerjaan Cat Kayu.

3.8.1. Pekerjaan Persiapan Sebelum Pengecatan.


a. Kayu harus dalam keadaan kering.
b. Sebelum pengecatan, semua pekerjaan kayu telah didempul dengan baik
dan rapi.
Pendempulan dan pengamplasan bagian kayu yang tidak rata, cacat
berlubang bekas kayu dan kotoran-kotoran lain harus dilaksanakan dengan
baik.
c. Pekerjaan meni/cat dasar harus dilakukan pada semua kusen-kusen pintu,
jendela dan partisi yang berhubungan langsung dengan tembok dan lantai,
listplank, list-list dan semua kayu yang diserut dan tertutup.

3.8.2. Pekerjaan Cat Kayu Warna.

a. Lapisan Satu dan Dua :


Cat primer/meni dan cat dasar/ “undercoat” dari jenis Acrylic Primer
Undercoat. Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.
Pengencer : rekomendasi pabrik.
Tenggang waktu antara pelapisan adalah minimum 12 jam.

b. Lapisan Tiga dan Empat.


Cat akhir/finish dari jenis Synthetic Super Gloss atau setaraf.Pelaksanaan
pekerjaan dengan kuas atau roller.
Tenggang waktu antara pelapisan minimum 15 jam.

3.8.3. Pekerjaan Cat Kayu Transparan (Politur).


a. Lapisan Satu :
Bahan Pewarna / Woodstain.
Pelaksanaan pekerjaan dengan Spray Gun.
Setelah kondisi 75-90% kering, permukaan dibersihkan dengan kain lap
hingga bersih.Untuk mendapatkan warna yang lebih tua, pekerjaan wood
stain harus berulang kali atau minimum 3 kali.Warna ditentukan
kemudian.Tunggu hingga lapisan kering betul sebelum pelapisan
selanjutnya.

b. Lapisan Dua, Tiga dan Empat :


Cat akhir/finish jenis Politur.
Pelaksanaan pekerjaan dengan Spray Gun.
Pengencer adalah Thinner Super.
Bila musim hujan dengan kelembaban sangat tinggi harus ditambahkan 5%
Retarder RD 02 pada Thinner.
Tenggang waktu antara pelapisan adalah minimum 12 jam.
Warna ditentukan kemudian.
3.9. Pekerjaan Cat Permukaan Dinding Pasangan Bata, Permukaan Beton & Permukaan
Plafon.
3.9.1. Semua retak, lubang atau plesteran yang kuarang baik pada dinding pasangan
bata baru maupun lama harus didempul dengan adukan plesteran hingga
membuat permukaan rata.

3.9.2. Selanjutnya pelaksanaan plamir (“wall fibber”), setelah kering dihaluskan


dengan amplas.

3.9.3. Cat dinding tahan air (gloss) dilaksanakan pada dinding batas permukaan lantai
sampai setinggi 10 cm (terlihat pada gambar) dan berfungsi sebagai plint.

3.9.4. Pengecatan dilakukan sedemikian rupa sehingga merata minimal 3 kali, sekali
cat dasar dan dua kali cat akhir. Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak mungkin menggunakan
roller.

3.9.5. Permukaan Interior dan Exterior.

a. Lapisan Satu :
Acrylic Wall Filler.
Pelaksanaan pekerjaan dengan kape.
Tunggu selama minimum 12 jam sebelum pelaksanaan pelapisan
menggunakan berikutnya.

b. Lapisan Dua dan Tiga :


Cat jenis Acrylic Emulsion.
Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam.

Pasal 13
PEKERJAAN SALURAN DRAINASE AIR HUJAN

1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan instalasi air yang dimaksud meliputi pekerjaan-pekerjaan :
- Saluran drainase air hujan.

2. Persyaratan Bahan.
2.1. Saluran terbuka.
Gravel/Buis Beton bulat untuk gorong-gorong.
Diameter sesuai dengan Gambar Kerja.
Ex Lokal mutu terbaik.

3. Persyaratan Pelaksanaan.
3.1. Kemiringan saluran, harus dibuat dengan sedemikian rupa sehingga air dapat mengalir
dengan sempurna tanpa hambatan.

3.2. Semua sistem aliran pada saluran terlihat pada Gambar Kerja, dan ketentuan-ketentuan
tertulis pada Gambar tersebut harus diikuti.
3.3. Sebelum pelakasanaan dimulai , Kontraktor harus sudah mengetahui saluran induk
yang sudah ada di daerah tersebut.

3.4. Galian Tanah.


a. Dinding galian tanah dibuat dengan kemiringan yang cukup disesuaikan dengan
keadaan kondisi lapangan setempat dalam hubungan menghindarkan kemiungkinan
runtuhnya dinding galian, terutama padawakrtu musim hujan .
b. Ukuran damn kedalaman galiuan menuruy gambar-gambar perencanaan atau
menurut petunjuk Konsultan Pengawas bilamanana ada perubahan-perubahan.
c. Apabila kontraktor melakukan penggalkian dengan kedalaman lebih dari yang
ditentukan tanpa petunjuk Konsultan Pengawas, maka Kontrakltor diwajibvkan
menKepala Sekolahhg kembali kelebihan galian tersebut dengan pasir yang
dipadatkan atas tanggungan/galian biaya Kontraktor sendiri sampai mencapai
kedalaman yang ditentukan.

3.5. Urugan Pasir.


Sebelum dasar saluran dipasang, dasar galian harus diurug dulu dengan pasir urug dan
dip[adatka dengan sedemikian rupa sehingga kep[adatannya merata, sampai mencapai
tebal 15 cm.

3.6. Pasangan untuk Badan Saluran.


Badan saluran (dinding dan dasar) dibuat dari pasangan batu kali dengan campuran 1
pc : 4 ps apabila digunakan saluran type U.

3.7. Plesteran.
Seluruh permukaan bagian dalam dan atas dari salurandiplestert dengan campuran 1
pc : 3 ps setebal 2 cm dan kemudian dihaluskan semen.

3.8. Plat Beton.


Semua plat beton untuk menutup saluran dibuat dengan campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr
dengan pembesian sesuai dengan gambar-gambar perencanaan.
Plat-plat beton dibuat di luar, untuk ukurannya disesuaikan dengan gambar
perencanaan.

3.9. Urugan Tanah.


a. Setelah bahan saluran seluruhnya selesia terpasang , sisa galian yang ada ditutup
(diisi) dengan tanah tanah bekas galian itu sendiri, dan dipadatkan dengan
sedemikian rupa sehingga betul-betul bahwa pada tanah urug maupun lubang
bgalian tidak terdapat kotoran-kotoran yang dapat membusuk.
Kelebihan galian harus diisi dengan adukan , tidak boleh diisi dengan tanah.
b. Sisa tanah galian yang tidak terpakai harus disingkirkan secepatnya dari tempat
pekerjaan apabila telah selesai.

3.10. Ukuran Saluran.

a. Ukuran saluran yang tercantum dalam gambar-gambar perencanaan adalah


ukuran bersih (effective) atau ukuran dalam keadaan jadi, oleh karenanya di
dalam pelaksanaan harus diperhitungkan terhadap plesteran dan penghalusan.

b. Apabila Kontraktor melaksanaan pekerjaan dengan ukuran yang berbeda


debngan gambar perencanaan tanpa petunjuk Konsultan Pengawas, dalam hal ini
lebih dari gambar maka Kontraktor diwajibkan mebongkar kembali saluran
tersebut dan memasangnya lagi sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.

c. Dalam hal ukurantersebut lebih besar dari gambar, Kontraktor tidak berhak
mengajukan claim atas kelebihan ukuran tersebut sebagai pekerjaan tambah.

3.11. As Saluran.
As saluran ditentukan atas petunjuk atau dilakiukan bersama-sama dengan
Konsulyan Pengawas.Apabila Kontraktor melakukan kesalahan dalam menentukan
as saluran tanpa petunjuk Konsultan Pengawas, Kontraktor diwajibkan melakukan
perbaikan pembongkaran sehingga sesuaio dengan as saluran yang ditentukan ats
tanggunggan Kontraktor sendiri.

3.12. Gorong-gorong.
Gorong-gorong yang tidak melintas dan parker dibuat dari buios beton bulat.
Sepanjang alas Gorong-grorong diberi lapisan pasir untuk mengatur kemiringan.
Diameter sesuai dengan Gambar Ketja.

3.13. Saluran terbuka.


Saluran terbuka dibuka dibuat dari buis beton setengah lingkaran.Sepanjang alas
saluran diberi lapisan pasir untuk mengatur kemirringan.
Diameter sesuai dengan Gambar Kerja.

3.14. Pada setiap pertemuan/persilangan atau pembelokan, dibuatkan bak kontrol dari
pasangan –pasangan batu bata ½ batu, adukan 1 pc : 4 ps , diberapen .
Tutup bak kontrol dibuat dari plat vbeton bertulang 1 pc : 2 ps : 3 kr, diberi pegangan
dari besi tulangan diameter 12 mm untuk membuka tutup.

3.15. Pada setiap sambungan gorong-gorong dan saluran terbuka harus diberi alas dan
kana kiri ditutup oleh pasangan batu bata ½ batu aduk 1 pc : 4 ps , diberapen.

PEKERJAAN SISTEM MEKANIKAL & ELEKTRIKAL

Pasal 1
URAIAN PEKERJAAN & KETENTUAN DASAR PELAKSANAAN

1. Lingkup Pekerjaan.
1.1. Pekerjaan Elektrikal.
Sistem penyediaan dan Distribusi Listrik.
Sistem penerangan.

2. Standard & Aturan Yang Harus Diikuti.


2.1. Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor harus mengikuti segala aturan
dan standard yang berlaku dan dilengkapi dengan segala peraturan untuk
kesempurnaan operasi, kemudahan pengaturan dan perawatan, keamanan operasi
sesuai.
2.2. Kontraktor diwajibkan mentaati dan mengikuti tatacara pelaksanaan sesuai dengan
yang tertulis pada peraturan-peraturan tersebut dan disesuaikan dengan bahan, unit
mesin atau peralatan yang dipasang.
2.3. Bila terjadi kesimpangsiuran dalam hal standard yang harus diikuti, Kontraktor harus
melapor kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat kejelasan tentang hal tersebut.
2.4. Bila Konsultan Pengawas tidak dapat memutuskan hal tersebut maka pengambilan
keputusan akan diserahkan kepada Instansi atau Badan yang berwenang.

3. Gambar-gambar.
1.1. Gambar Perencanaan.
1.1.1. Yang dimaksud dengan gambar perencanaan adalah gambar-gambar yang
menyertai buku ini, gambar-gambar penjelas dan segala gambar-gambar
addendumnya.
1.1.2. Kontraktor harus mempelajari Gambar-gambar Perencanaan dan secepatnya
melaporkan kepada Konsultan Pengawas apabila terdapat hal-hal yang dianggap
kurang jelas, dalam waktu tidak lebih dari 3 (tiga) minggu setelah diadakannya
rapat pra- pelaksanaan.
1.1.3. Gambar-gambar dalam perencanaan ini tidak dimaksudkan untuk
mencantumkan semua detail pemasangan, detail penumpu, detail pengikat dan
detail lainnya terutama yang berhubungan dengan peralatan yang akan
disediakan/dipasang oleh Kontraktor.
1.1.4. Walaupun demikian, Kontraktor tetap harus memasang instalasi tersebut sesuai
dengan praktek pelaksanaan terbaik yang memberikan hasil terbaik dalam hal
ini kontraktor diharuskan membuat shop drawing yang terinci untuk
menjelaskan hal-hal tersebut di atas.
1.1.5. Ukuran_ukuran pokok dan pembagianya seluruh sudah dicantumkan pada
Gambar Perencanaan dimana ukuran-ukuran tersebut merupakan ukuran
effektif (ukuran dalam pelaksanaan/dalam pemesanan barang diperhitungkan
sebagai ukuran effektif).

1.2. Gambar Kerja (Shop – drawing).


1.2.1. Yang dimaksud dengan gambar kerja adalah gambar-gambar yang dibuat oleh
kontraktor , Pemasok – barang maupun pihak-pihak lain yang bertujuan untuk
menjelaskan cara pemasangan maupun cara penyambungan dan lainnya pada
saat pelaksanaan pekerjaan sedang berlangsung.
1.2.2. Sebelum Kontraktor melaksanakan pekerjaan, Kontraktor wajib membuat
gambar kerjanya untuk memperjelaskan dan sebagai gambar untuk
pelaksananan pekerjaan.
1.2.3. Gambar lainnya sesuai dengan pekerjaan yang sudah dilaksanakan.
1.2.4. Gambar-gambar kerja dibuat dengan berpedoman pada Gambar Perencanaan,
Spesifikasi Teknis serta disesuaikan dengan kondisi lapangan yang sebenaranya
, sehingga tidak akan terjadi kesalahan di lapangan.
1.2.5. Gambar Kerja dibuat sebanyak 3 (tiga) rangkap dan diserahkan pada Konsultan
Pengawas untuk diperiksakan dan disahkan oleh Konsultan Pengawas.

4. Kooordinasi Kerja
4.1. Mengingat bahwa pekerjaan satu dan lainnya sangat erat kaitannya terhadap jadwal
pelaksanaan, maka pekerjaan harus dilaksanakan dan diseselesaikan sesuai dengan
jadwal yang telah disetujui bersama.
4.2. Dalam bobot rencana serta gambar-gambar kerja Kontraktor harus sudah
memperhitungkan unsur-unsur kerja sama dengan Kontraktor / sub- Kontraktor
pekerjaan lain / atau instansi – instasi lain yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut.

5. Penyelidikan Tapak
5.1. Sebelum mulai melakukan, dalam arti membuat dan atau memasang , setiap bagian
dari pekerjaan, Kontraktor wajib mengadakan pengukuran di tapak, yang mana hasil
pegukuran-pengukuran tersebut harus tertera dan dapat dibaca pada gambar
pelekasanaan yang dibuat oleh Kontraktor yang bersangkutan.
5.2. Bilamana Kontraktor lalai dalam melaksanakan hal tersebut di atas maka segala
sesuatu hal yang diakibatkan oleh adanya kelalaian itu menjadi tanggung jawab
Kontraktor yang bersangkutan.
5.3. Apabila dalam pengukuran tersebut di dalam terdapat hal-hal yang berbeda dengan
dokumen kontrak maka Kontraktor harus segera melaporkan kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapat penyelesaian.
5.4. Pada saat suatu pekerjaan atau bagian dari suatu pekerjaan akan dilaksanakan,
kontraktor harus membuat gambar kerja untuk satu lokasi kerja yang mencantumkan
semua indikasi instalasi / utilitas / struktur / finishing pada lokasi tersebut sehingga
tidak akan terjadi kesalahan tempat pemasangan yang akan mengganggu salah satu
atau lebih dari satu instalasi.

6. Perbedaan Pengertian antar isi dokumen.


Bila terdapat perbedaan pada Gambar-gambar Perencanaan dengan Buku Persyaratan
Teknis atau perbedaan antara gambar yang satu dengan gambar yang lainnya atau salah
satu klausul di dalam Buku Persyartan Teknis dengan klausul lainnya maka pernyataan yang
menyebabkan harga yang lebih tinggi adalah yang dianggap benar dan dianggap sebagai
besaran dasar / referensi yang digunakan oleh Kontraktor untuk menghitung biaya pada
saat penawaran / lelang.

7. Kewajiban Kontraktor

7.1. Kewajiban Umum.


7.1.1. Kontraktor harus bersedia mentaati uraian dan Persyaratan Pelaksanaan yang
tertulis dalam Buku ini, Gambar-gambar Perencanaan dan Persyaratan lainnya
yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas baik sebagai Dokumen Lelang.
Berikut adenda-adendanya, Dokumen Kontrak berikut segala adenda-
adendanya.

7.2. Kewajiban Pada Saat Penawaran.


7.2.1. Kontraktor wajib mempelajari dan dianggap telah mempelajari dengan
seksama secara antar – disiplin seluruh bagian dari seluruh dokumen lelang
dan segala adenda-adendanya pada saat melakukan penawaran sehingga
dengan demikian Kontraktor harus telah ,memperhitung dan dianggap telah
menghitung segala kemungkinan yang akan terjadi sebagai akibat adanya
penyesuaian pada saat pelaksanaan terhadap hal-hal berikut :
- Kondisi lapangan.
- Penyesuaian seluruh sistem instalasi terhadap struktur bangunan , finishing
bangunan dan interior bangunan serta lan sekap maupun kondisi antar
sistem instalasi itu sendiri.

7.2.2. Semua peralatan /material yang sejenis yang akan dipasang harus dari satu
merk , kecuali dibatalkan dalam ketentuan lain atau klausul lain pada Buku ini
maupun lampiran-lampirannya.

7.3. Kewajiban selama masa pelaksanaan.


7.3.1. Kontraktor harus mengajukan usulan material/peralatan yang akan dipasang,
paling lambat 4 (empat) minggu setelah keluarnya Surat Perintah Kerja/ SPK.
7.3.2. Kontraktor harus selalu minta persetujuan untuk barang/mesin/
peralatan/bahan yang akan dipasang seperti telah diuraikan terdahulu.
7.3.3. Kontraktor harus menyediakan dan memasang alat-alat pengatur, alat-alat
pengaman yang diwajibkan oleh ketentuan-ketentuan dan peraturan-
peraturan yang berlaku.
7.3.4. Apabila ada unsur pekerjaan pemasangan atau unsur lain yang penting untuk
berhasilnya pelaksanaan pekerjaan dimana pekerjaan tersebut harus
dilaksanakan oleh Kontraktor lain, maka Kontraktor diwajibkan menyiapkan,
menyerahkan bahan atau informasi beserta segala penjelasan-penjelasan yang
dibutuhkan oleh Kontraktor lain tersebut, kepada Konsultan Pengawas, untuk
selanjutnya mengikuti ketentuan-ketentuan dan atau petunjuk-petunjuk yang
diberikan oleh Konsultan Pengawas.
7.3.5. Kontraktor tetap bertanggung jawab atas bagian dari pekerjaannya yang
tertanam dalam bagian pekerjaan Sipil/Struktur dan atas yang pemasangnya
berkaitan dengan pekerjaan lain.
7.3.6. Segala kerusakan sebagai akibat dari resiko dari pelaksanaan pekerjaan
pemasangan harus segera diperbaiki dan dikembalikan tepat seperti bentuk
semula atas biaya Kontraktor yang bersangkutan.

7.4. Kewajiban Selama Masa Pemeliharaan.


7.4.1. Kontraktor harus mendidik tenaga pemeliharan yang disediakan oleh Pemberi
Tugas, sehingga mencapai tingkat keterampilan sebagai pemelihara yang
mempunyai kualifikasi tinggi.

7.4.2. Masa pemeliharaan ditentukan selama 90 (Sembilan puluh) hari kalender


terhitung sejak penyerahan pertama kecuali bila dinyatakan lain.

8. Kelengkapan yang harus diserahkan.

8.1. Sebelum Pekerjaan Dimulai.

8.1.1. Selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum dimulai pelaksanaan dalam arti


“pemesanan barang” atau “pembuatan barang/instalansi” atau
“pemasangan”, Kontraktor harus menyerahkan barang-barang yang diuraikan
pada pasal-pasal selanjutnya kepada DIREKSI PENGAWAS untuk mendapat
persetujuan.

8.1.2. Apabila tidak diperoleh persetujuan oleh suatu dan lain hal, maka Kontraktor
harus segera mengganti barang-barang tersebut dan diserahkan kepada
DIREKSI PENGAWAS untuk mendapat persetujuan. Barang-barang tersebut
berupa :
8.1.2.1. Installation Instruction, untuk persetujuan terhadap cara-cara
pemasangan.

8.1.2.2. Shop-drawings, untuk persetujuan terhadap rencana instalansi dan


cara-cara pemasangan yang akan dilakukan/dikerjakan/dilaksanakan.

8.1.2.3. Contoh-contoh bahan dan barang-barang, untuk persetujuan


terhadap bahan dan barang-barang yang diperoleh/didapat secara
local seperti misalnya katup, pipa, bahan isolasi, bahan cat, baut-mur,
klem, kabel, pipa kondult, saklar, stop kontak, armature lampu
penerangan dan lainnya.
8.2. Sesudah pekerjaan diselesaikan.
8.2.1. Selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum dilakukan penyerahan kedua
Kontraktor harus menyerahkan barang-barang seperti tersebut pada pasal
selanjutnya kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan.
8.2.2. Apabila tidak diperoleh persetujuan oleh suatu dan lain hal, maka Kontraktor
harus segera mengganti/memperbaiki dan diserahkan kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapat persetujuan. Barang-barang tersebut berupa :
As-built drawings
Photo-photo konstruksi.
Dan lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

9. Penolakan & Persetujuan Barang.


9.1. Semua usulan material, peralatan yang akan dipasang dan/atau digunakan di dalam
atau untuk pekerjaan ini seperti pada pasal terdahulu akan diteliti oleh Konsultan
Pengawas dan akan di-keluarkan keputusan persetujuan atau penolakan oleh
Konsultan Pengawas berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam kontrak perjanjian
pemborongan antara Kontraktor yang bersangkutan dengan Pemberi Tugas dan
segala adenda-adendanya serta segala peraturan tentang pembangunan yang berlaku
di wilayah tempat pekerjaan.
9.2. Dalam hal ini, selama tidak diadakan persetujuan secara tertulis, maka segala usulan
yang disampaikan oleh Kontraktor yang bersangkutan baik pada saat penawaran atau
penjelasan lelang atau perhitungan volume atau acara lainnya di dalam forum
pelelangan, dianggap tidak ada dan tidak dapat dijadikan sebagai persetujuan
perubahan terhadap sebagian maupun seluruh Dokumen Perencanaan ini.

10. Peralatan & fasilitas Kerja.


10.1. Peralatan kerja yang dipergunakan harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang
sedang dilakukan, dan harus mengikuti teknik-teknik pelaksanaan yang wajar dan
terbaik.

10.2. Alat-alat atau cara-cara yang tidak sewajarnya untuk digunakan/dilakukan pada
suatu pekerjaan, misalnya mengencangkan baut dengan kunci Inggris, mengupas
kabel dengan api/dibakar, sama sekali tidak diperkenankan.
10.3. Kontraktor harus menyediakan sendiri peralatan tersebut di atas termasuk
kebutuhan lainnya yang diperlukan selama pekerjaan berlangsung.
10.4. Dalam hal ini Kontraktor bertanggung jawab sendiri atas penyediaan listrik dan air
untuk kebutuhan selama masa pelaksanaan berlangsung, dengan anggapan bahwa
fasilitas yang tersedia di tapat tidak diijinkan untuk dipergunakan.

11. Ketentuan Keseragaman Merk.


11.1. Selama tidak ditentukan lain, Kontraktor harus memasang peralatan dengan merk
yang sama untuk seluruh peralatan yang sejenis, misalnya katup, pompa, pipa,
kabel, armature lampu, komponen panel dan lainnya, pada seluruh pekerjaan
dalam proyek ini.
11.2. Kekecualian terhadap butir di atas adalah peralatan yang didatangkan bersama
dengan peralatan lain, dalam arti peralatan tersebut merupakan suatu peralatan
yang lebih besar.
11.3. Perbedaan merk untuk suatu peralatan yang sejenis hanya dapat dilakukan apabila
terjadi kondisi keterbatasan variasi produksi yang ada, dan hal ini hanya boleh
dilakukan apabila ada ijin tertulis dari Pemberi tugas atau Konsultan Pengawas.
Pasal 2
PEKERJAAN SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK & PENERANGAN

1. LINGKUP PEKERJAAN.

1.1. Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan semua material, peralatan, tenaga kerja
dan lain-lain untuk pemasangan, pengetesan, commissioning dan pemeliharaan yang
sempurna untuk seluruh instalansi listrik seperti dipersyaratkan dalam buku ini dan
seperti ditunjukkan dalam gambar-gambar perencanaan listrik. Dalam pekerjaan ini
harus termasuk juga pekerjaan-pekerjaan kecil lain yang berhubungan dengan
pekerjaan ini yang tidak mungkin disebutkan secara terinci di dalam buku ini tetapi
dianggap perlu untuk keselamatan dan kesempurnaan fungsi dan operasi sistem
distribusi listrik.

1.2. Item-item pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut :


1.2.1. Kabel-kabel Daya.
Pekerjaan ini termasuk kabel utama dari Jaringan Distribusi Tegangan
Rendah/Gardu PLN dan kabel-kabel lain yang digunakan untuk
menghubungkan panel satu dengan panel lainnya serta harus termasuk
seluruh peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan
sistem instalasi listrik.

1.2.2. Instalasi Daya.


Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang digunakan untuk
menghubungkan panel-panel daya dengan outlet-outlet daya dan peralatan-
peralatan listrik, seperti Motor Pompa Listrik pada peralatan Sistem Mekanikal
serta peralatan-peralatan lain sesuai dengan Gambar Perencanaan dan Buku
Persyaratan Teknis.

1.2.3. Instalasi Penerangan.


Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang menghubungkan panel-
panel penerangan dengan fixture lampu sesuai dengan Gambar Perencanaan
dan Buku Persyaratan Teknis.

1.2.4. Fixture Lampu.


Yang termausk di dalam pekerjaajn ini adalah armature lampu, fitting, ballast,
starter, capasitor, lampu-lampu dan peralatan-peralatan lain yang
berhubungan dengan item pekerjaan sesuai dengan standard pabrik yang
terpilih.

1.2.5. Peralatan Penunjang Instalasi.


Pekerjaan ini meliputi rak kabel berikut perlengkapannya, junction box,
conduit/sparing, metal doos untuk outlet
daya/saklar/penyambungan/pencabangan, elbow, metal flexible condult,
klem dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk kesempurnaan
Sistem Distribusi Listrik meskipun peralatan-peralatan ini tidak disebutkan dan
digambarkan secara jelas di dalam Gambar Perencanaan.
2. PERSYARATAN PEKERJAAN KABEL TEGANGAN RENDAH
2.1. Ketentuan Umum.
2.1.1. Persyaratan teknis ini berlaku untuk :
Kabel daya.
Instalasi daya.
Instalasi penerangan.

2.1.2. Yang dimaksud dengan kabel daya adalah kabel yang menghubungkan antara
panel satu dengan panel lainnya termasuk peralatan bantu yang dibutuhkan.

2.1.3. Yang dimaksud dengan Instalasi daya adalah kabel yang menghubungkan
panel-panel daya dengan beban-beban stop kontak, AC Split, Pompa Air Bersih
dan lain-lain, sesuai dengan Gambar Perencanaan.
Di dalam instalasi daya ini harus sudah termasuk outlet daya, conduit, sparing,
metal doos untuk outlet daya/penyambungan/pencabangan, flexible conduit
dan peralatan-peralatan bantu lainnya yang dibutuhkan untuk kesempurnaan
sistem instalasi daya.

2.1.4. Yang dimaksud dengan instalasi penerangan adalah kabel-kabel yang


menghubungkan antara panel-panel penerangan dengan fixture-fixture lampu
penerangan buatan. Di dalam instalasi penerangan ini harus sudah
termasuk semua jenis/tipe saklar, switching box, conduit, sparing, metal doos
untuk saklar/penyambungan/pencabangan, metal flexible condult dan
peralatan-peralatan bantu lainnya yang dibutuhkan untuk kesempurnaan
sistem instalasi penerangan buatan.

2.2. Jenis Kabel.

2.2.1. Kabel-kabel listrik yang digunakan harus sesuai dengan standard SII dan SPLN
atau standard-standard lain yang diakui di Negara Republik Indonesia serta
mendapat rekomendasi dari LMK.

2.2.2. Ukuran luas penampang konduktor kabel untuk jaringan instalasi listrik
Tegangan Rendah yang digunakan minimal harus sesuai dengan Gambar
Perencanaan.

2.2.3. Kabel listrik yang digunakan harus mempunyai rated voltage minimal sebesar
500 volt.

2.2.4. Tahanan Isolasi kabel yang digunakan harus sedemikian rupa sehingga arus
bocor terjadi tidak melebihi 3 mA untuk setiap 100 M panjang kabel.

2.2.5. Kabel-kabek yang digunakan adalah kabel-kabel PVC dengan jenis kabel yang
sesuai dengan fungsi dan lokasi pemasangannya seperti tabel di bawah ini :

No. Pemakaian Jenis Habel

1. Instalasi penerangan NYA (dalam pipa pelindung)


di dalam pembangunan
2. Instalasi daya NYM
3. Kabel daya NYY
2.2.6. Pada kabel daya dan kabel instalasi harus dapat dibaca mengenai merk, jenis,
ukuran luas penampang, rating tegangan kerja dan standard yang digunakan.

2.2.7. Kabel yang digunakan produk KABEL PRIMA atau setaraf.

2.3. Persyaratan Pemasangan.


2.3.1. Pemasangan kabel instalasi tegangan rendah harus memenuhi peraturan PLN
dan PUIL atau peraturan-peraturan lain yang diakui di negara Republik
Indonesia.

2.3.2. Kabel harus diatur dengan rapi dan terpasang dengan kokoh.

2.3.3. Pembelokan kabel harus diatur sedemikian rupa sehingga jari-jari pembelokan
tidak boleh kurang dari 15 kali diameter luar kabel tersebut atau harus sesuai
dengan rekomendasi dari pabrik pembuat kabel.

2.3.4. Setiap ujung kabel harus dilengkapi dengan sepatu kabel tipe press, ukuran
sesuai dengan ukuran luas penampang kabel serta dililit dengan exceltcior tape
dan difinish dengan bahan isolasi ciut panas yang sesuai.

2.3.5. Penyambungan kabel pada kabel daya, kabel instalasi daya dan instalasi
penerangan tidak diperkenankan kecuali untuk pencabangan pada kabel
instalasi daya dan instalasi penerangan. Penyambungan kabel untuk
pencabangan harus dilakukan di dalam junction box atau metal doss serta
memakai pelindung sesuai dengan persyaratan.

2.3.6. Penarikan kabel harus menggunakan peralatan-peralatan bantu yang sesuai


dan tidak boleh melebihi strength dan stress maximum yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat kabel.

2.3.7. Sebelum dilakukan pemasangan/penytambungan, bagian ujung awal dan


ujung akhir dari kabel daya harus dilindungi dengan “sealing end cable”,
sehingga bagian konduktor maupun bagian isolasi tidak rusak.

3. PERSYARATAN TEKNIS PERALATAN INSTALASI


3.1. Outlet Daya.
3.1.1. Outlet daya dan plug yang digunakan harus memenuhi standard SII dan SPLN
atau standard-standard lain yang berlaku dan diakui di Negara Republik
Indonesia.

3.1.2. Outlet daya mempunyai spesifikasi sebagai berikut :


Rating tegangan : 300 Volt
Rating arus : 6 A.10 A, 13 A, 16 A atau lebih sesuai dengan
Gambar Perencanaan
Tipe pemasangan : recessed
Produk : BROCCO

3.1.3. Outlet daya harus mempunyai indikasi (pada bagian belakang plate) mengenai
merk pabrik pembuat, standard produk, tipe dan rating arus serta
tegangannya.
3.2. Saklar Lampu Penerangan.

3.2.1. Saklar yang digunakan harus sesuai dengan standard PLN atau SII atai
standard-standard lain yang berlaku dan diakui di Negara Republik Indonesia.

3.2.2. Saklar lampu harus mempunyai indikasi (pada bagian belakang plate)
mengenai merk pabrik pembuat, standard produk, tipe dan rating arus serta
tegangannya.

3.2.3. Saklar dipasang pada dinding atau kolom beton dengan menggunakan metal
doos pada ketinggian 150 cM dari permukaan lantai atau sesuai dengan
Gambar Perencanaan.
Metal doos yang digunakan harus sesuai dengan Gambar Perencanaan dan
dikoordinasikan dengan Perencana Interior.

3.2.4. Khusus untuk mengoperasikan lampu penerangan Hall, koridor dan lampu
penerangan di sekeliling bangunan digunakan “switching box”.
Switching box merupakan panel untuk menempatkan saklar modul (modular
switch).
Panel harus terbuat dari pelat baja dengan ketebalan minimal 2 mM, dicat
meni tahan karat dan cat finish (cat bakar) warna abu-abu.

4. PERSYARTAN TEKNIS PENUNJANG INSTALASI


4.1. Rigid Conduit.
4.1.1. Rigid conduit yang dipasang secara exposed dan conduit-conduit yang
ditanam di dalam tembok atau kolom beton (sparing-sparing) harus terbuat
dari pipa besi yang dicat meni tahan karat.

4.1.2. Conduit dan sparing harus mempunyai ukuran diameter dalam sebesar 1,5
kali dari total diameter luar kabel yang dilindunginya dan ukuran minimum
sebesar ¾”. Oleh karena itu, kontraktor sebelum memasang conduit harus
melakukan pengecekan dahulu terhadap kabel yang akan dilindunginya.

4.1.3. Ujung-ujung conduit harus dihaluskan dan diberi tules agar tidak merusak
isolasi kabel.

4.1.4. Conduit untuk keperluan instalasi satu dengan instalasi lainnya harus
dibedakan dengan cara dicat finish dengan warna yang berbeda sebagai
berikut :
Instalasi daya : warna hitam
Instalasi penerangan : warna abu-abu

Instalasi telepon : warna putih


Instalasi fire alarm : warna merah

4.1.5. Pemakaian conduit di sini dimaksudkan untuk finishing seluruh instalasi daya,
instalasi penerangan dan instalasi lainnya. Oleh karena itu pemasangannya
harus dilakukan serapi mungkin dan dikoordinasikan dengan pekerjaan
Finishing Arsitektur.

4.1.6. Pemasangan pipa conduit di atas plafond harus dikoordinasikan dengan


penggunaan jalur untuk utilitas lain seperti instalasi telepon, fire alarm,
jaringan pemipaan sistem Mekanikal dan lain-lain sehingga tersusun rapi,
kokoh dan tidak saling mempengaruhi.

4.1.7. Pemasangan pipa conduit atau sparing tidak boleh merusak atau
mengganggu instalasi utilitas lainnya.

4.1.8. Dalam hal jalur pipa conduit pada gambar diperkirakan tidak mungkin lagi
untuk dilaksanakan, maka Kontraktor wajib mencari jalur lain (sesuai dengan
persyaratan) sehingga pelaksanaan mudah dan tidak mengganggu utilitas
lain.

4.1.9. Pertemuan antara pipa sparing yang muncul dari dalam dinding dengan pipa
conduit di atas plafond harus menggunakan metal doos dan di antara metal
doos tersebut di pasang flexible conduit. Pemasangan flexible conduit
tersebut harus dilakukan dengan cara klem.

4.1.10. Setiap sparing maupun conduit maximum hanya dapat diisi dengan 1 (satu)
kabel berinti banyak atau satu pasang kabel untuk phasa, netral dan
grounding, baik untuk kabel daya maupun untuk kabel lain.

4.1.11. Jumlah sparing (conduit yang ditanam di dalam beton) harus disediakan
minimum sebanyak 120 % dari jumlah kabel yang akan melewatinya atau
minimum mempunyai satu buah sparing lebih banyak dari jumlah kabel yang
akan melewatinya.

4.2. Metal Flexible Conduit.


4.2.1. Flexible conduit digunakan untuk melindungi kabel :
Yang keluar dari conduit dan masuk ke dalam sparing.
Yang keluar dari conduit ke titik titik tumpu.
Yang keluar dari conduit pada rak kabel ke instalasi cabang/titik beban.
Pembelokan instalasi.
Dan keperluan lainnya.

4.2.2. Penyambungan flexible conduit dengan conduit lain harus dilakukan di dalam
metal doos penyambungan.

4.2.3. Ukuran conduit harus mempunyai diameter dalam minimum 1,5 kali total
diameter luar kabel yang dilindunginya.

4.2.4. Flexible yang digunakan harus tahan karat dan cukup kuat untuk menahan
gangguan mekanis yang mungkin terjadi.

4.2.5. Pemasangan flexible conduit harus menggunakan klem.

5. PERSYARATAN TEKNIS FIXTURE PENERANGAN


5.1. Armature Lampu Penerangan.

5.1.1. Armatur-armatur lampu harus memenuhi persyaratan teknis, bentuk dan


penampilan sesuai dengan Gambar Perencanaan.

5.1.2. Armatur-armatur lampu menggunakan produksi dalam negeri dengan


standard kualitas yang baik dari produk CANDELA atau setaraf.
5.1.3. Armatur-armatur lampu yang dibuat dari plat baja harus mempunyai
ketebalan plat minimal 0,7 mM , dicat dasar dengan meni tahan karat dan dicat
finish warna putih atau sesuai petunjuk Perencana Interior.
Pengecatan ini menggunakan cat bakar.

5.1.4. Armatur lampu TL menggunakan lampu tabung TL – D type 54 produk PHILIPS


dan dilengkapi dengan komponen-komponen lampu berupa ballast, starter
dan kapasitor dari produk PHILIPS.

5.1.5. Pemasangan artmatur lampu harus dilakukan secara baik sehingga terpasang
sempurna dan tidak mudah terlepas oleh gangguan- gangguan mekanis.

Anda mungkin juga menyukai