Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Pengelolaan sampah di kota-kota di Indonesia sampai saat ini belum mencapai hasil yang optimal.
Berbagai kendala masih dihadapi dalam melaksanakan pengelolaan sampah tersebut baik
kendala ekonomi, sosial budaya maupun penerapan teknologi (Nuryani, 2003). Permasalahan
pengelolaan persampahan menjadi sangat serius di perkotaan akibat kompleksnya permasalahan
yang dihadapi dan kepadatan penduduk yang tinggi, sehingga pengelolaan persampahan sering
diprioritaskan penanganannya di daerah perkotaan (Moersid, 2004).

Menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah


adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi
padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang
dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan. Meningkatnya daya beli
masyarakat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha
atau kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang
besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan (Nuraini Anggi, 2018).

Permasalahan dalam pengelolaan sampah yang sering terjadi antara lain perilaku dan pola hidup
masyarakat masih cenderung mengarah pada peningkatan laju timbulan sampah yang sangat
membebani pengelola kebersihan, keterbatasan sumber daya, anggaran, kendaraan personil
sehingga pengelola kebersihan belum mampu melayani seluruh sampah yang
dihasilkan. Sampah dapat menimbulkan permasalahan yang cukup serius bila tidak ditangani
dengan tepat, karena dapat merusak keseimbangan lingkungan dan mencemari ekosistem tanah,
air, dan udara (Wibowo, 2011).

Pelayanan pengelolaan sampah adalah pelayanan publik dengan bertujuan untuk melayani
masyarakat dalam pengelolaan sampah. Dalam pelayanan pengelolaan sampah sangat
dibutuhkan kinerja atau performance yang baik sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan
efektif dan efisien serta dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat. Namun demikian,
seringkali terjadi penanganan sampah menjadi tidak efektif akibat keterbatasan Pemerintah baik
dalam pembiayaan, jumlah personil maupun sarana prasarana yang tersedia (Hartanto, 2006).

Makalah Pengelolaan Persampahan | 1


Di Kabupaten Cianjur hanya memiliki satu TPSA yaitu TPSA Pasir Sembung. TPSA ini sudah
berdiri sejak tahun 1975 di atas tanah seluas 6 Ha. Lokasi TPSA ini terletak di Desa Sirnagalih
Kecamatan Cilaku yang berjarak + 6,6 Km dari lokasi pusat kota. Lokasi ini dinilai cukup strategis
dan mempunyai akses yang sangat baik yaitu berada pada simpul jalur perhubungan regional
(Bandung – Sukabumi – Jakarta) serta pada simpul jalur perhubungan interregional (Cianjur
Selatan) dan terletak di pinggiran pusat perkotaan dan berdekatan dengan kawasan
pemerintahan dan permukiman, sehingga keberadaannya sudah tidak memadai dan telah
menimbulkan berbagai gangguan dari aktifitaas pembuangan sampah seperti terjadinya
pencemaran udara, terganggunya keindahan, keamanan dan kenyamanan serta gangguan
lingkungan lainnya. Pengelolaan TPSA pada tahun 1978 sampai saat ini masih menggunakan
sistem open dumping. Adapun sistem pengelolaan sampah adalah meliputi pewadahan,
pengumpulan, pemindahan transfer depo, dan pengangkutan dengan kontainer untuk dibawa ke
TPSA.
Dengan berbagai dampak negatif yang sudah mulai timbul perlu kiranya dilakukan usaha usaha
inovatif untuk dapat mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPSA pasir sembung.
Diantaranya dengan meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan
sampah khususnya di level sumber sampah itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sistem pengelolaaan sampah Kabupaten Cianjur ?
2. Bagaimana pengelolaan sampah oleh masyarakat di Kabupaten Cianjur ?

1.3 Ruang Lingkup

1.4 Tujuan
1. Mengetahui sistem pengelolaan sampah Kabupaten Cianjur.
2. Mengetahui bagaimana pengelolaan sampah oleh masyarakat di Kabupaten Cianjur.

Makalah Pengelolaan Persampahan | 2


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pokok Permasalahan


Salah satu permasalahan yang ditimbulkan dari sampah adalah menurunnya estetika di sekitar
tempat pembuangan sampah sehingga berpotensi menimbulkan konflik sosial dengan
masyarakat yang ada di sekitarnya. Penentangan yang dilakukan masyarakat sekitar pada
umumnya berkenaan dengan sebab yang membahayakan kesehatan, keselamatan,
berkurangnya kenyamanan dan keterbatasan lahan khususnya untuk penempatan TPA.
Penempatan TPA memerlukan lahan yang luas sedangkan lahan di Kabupaten Cianjur semakin
sempit karena meningkatnya pertambahan penduduk. Seperti yang diungkapkan oleh Hadi
(2005:47) dampak lingkungan dan sosial yang timbul akibat TPA telah menjadi fenomena umum
di kota-kota besar dan bahkan menjurus menjadi konflik vertikal Resistensi terhadap TPA oleh
penduduk lokal telah menjadi fenomena umum. Dalam konteks pemecahan persoalan sampah,
maka perubahan pola konsunmsi dan pengelolaan sampah disumber merupakan salah satu
pendekatan yang harus dimulai. Selain itu, Hadi (2005:18) juga mengatakan bahwa pendekatan
pembangunan masyarakat pelu diterapkan dikarenakan banyaknya gejolak-gejolak sosial akibat
adanya aktivitas pembanguna.

2.2 Landasan Teori


1. Pengertian Sampah
Menurut Azwar (1990), sampah adalah sesuatu yang tidak dipergunakan lagi, yang tidak
dapat dipakai lagi, yang tidak disenangi dan harus dibuang, maka sampah tentu saja harus
dikelola dengan sebaik-baiknya, sedemikian rupa, sehingga hal-hal yang negatif bagi
kehidupan tidak sampai terjadi. Kodoatie (2003) mendefinisikan sampah adalah limbah atau
buangan yang bersifat padat atau setengah padat, yang merupakan hasil sampingan dari
kegiatan perkotaan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan
(Suryani, 2014).
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atas
volumenya memerlukan pengelolaan khusus (UU Nomor 18 Tahun 2008).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012), Sampah rumah tangga adalah
sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk
tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah rumah

Makalah Pengelolaan Persampahan | 3


tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas
sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas,terlihat bahwa sampah adalah materi/sisa bahan
(baik oleh manusia maupun alam) yang tidak digunakan atau tidak mempunyai nilai, yang
dapat membahayakan fungsi lingkungan.

2. Sumber – sumber Sampah


Menurut Gilbert dkk. dalam Artiningsih (2008), sumber-sumber timbulan sampah adalah
sebagai berikut:
a. Sampah dari Pemukiman Penduduk
Pada suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal di
suatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya cenderung
organik, seperti sisa makanan atau sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik, dan
lainnya.
b. Sampah dari Tempat-Tempat Umum dan Perdagangan
Tempat-tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul
dan melakukan kegiatan. Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup besar
dalam memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan seperti 9 pertokoan dan
pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan, sampah
kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng-kaleng serta sampah lainnya.
c. Sampah dari Sarana Pelayanan
Sampah yang dimaksud di sini misalnya sampah dari tempat hiburan umum, pantai,
mesjid, rumah sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana pemerintah lainnya yang
menghasilkan sampah kering dan sampah basah.
d. Sampah dari Industri
Dalam pengertian ini termasuk pabrik-pabrik sumber alam perusahaan kayu dan lain-
lain, kegiatan industri, baik yang termasuk distribusi ataupun proses suatu bahan
mentah. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah
kering abu, sisa-sisa makanan, sisa bahan bangunan.
e. Sampah Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang daerah pertanian, misalnya sampah dari
kebun, kandang, ladang atau sawah yang dihasilkan berupa bahan makanan pupuk
maupun bahan pembasmi serangga tanaman (Siahaan, 2013).

Makalah Pengelolaan Persampahan | 4


3. Klasifikasi Sampah
Menurut Hadiwiyoto (1983:25), klasifikasi sampah berdasarkan sifatnya dibagi
menjadi 2 macam yaitu :
a. Sampah organik, yaitu sampah yang terdiri dari daun-daunan, kayu, kertas, karton,
tulang, sisa-sisa makanan ternak, sayur dan buah. Sampah organik adalah sampah
yang mengandung senyawa-senyawa organik yang tersusun oleh unsur-unsur karbon,
hidrogen dan oksigen. Bahan-bahan ini mudah di degradasi oleh mikrobia.
b. Sampah anorganik, yaitu sampah yang terdiri dari kaleng, plastik, besi dan logam-
logam lainnya, gelas, mika atau bahan- bahan yang tidak tersusun oleh senyawa-
senyawa organik. Sampah ini tidak dapat terdegradasi oleh mikroba.

4. Timbulan Sampah
Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan
volume sampah atau berat sampah per kapita per hari (SNI 19-2452-2002). Timbulan
sampah bisa dinyatakan dengan satuan volume (L/o/hari, L/m2/hari, L/bed/hari) atau
satuan berat (Kg/o/hari, Kg/m2/hari, Kg/bed/hari). Namun lebih baik menggunakan satuan
berat karena ketelitiannya lebih tinggi.
Besaran timbulan sampah ditentukan berdasarkan klasifikasi kota yaitu untuk kota sedang
volume sampah yang dihasilkan berkisar antara 2 - 2,5 L/org/hari dengan berat 0,4 - 0,5
kg/org/hari. Untuk kota kecil volume sampah yang dihasilkan berkisar 1,5 – 2 L/org/hari
dengan berat 0,3 - 0,4 kg/org/hari (SNI 19 – 3964 - 1994).
Menurut Hartono (1993), jumlah dan komposisi sampah yang dihasilkan suatu kota
ditentukan oleh beberapa faktor yaitu jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya, tingkat
pendapatan dan pola konsumen, pola penyediaan kebutuhan hidup penduduknya dan iklim
dan musim yang terkait.

5. Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara
pengumpulan dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke tempat pembuangan
sementara atau langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui proses pemindahan.
TPS yang digunakan biasanya kontainer kapasitas 10 m3, 6 m3, 1 m3, transfer depo, bak
pasangan batu bata, drum bekas volume 200 liter, dan lain-lain. TPS-TPS tersebut
penempatannya disesuaikan dengan kondisi lapangan yang ada (SK SNI 19-2454-2002).
Pola pengumpulan sampah terdiri dari Pola pengumpulan sampah terdiri dari:

Makalah Pengelolaan Persampahan | 5


1. Pola Individual Langsung, adalah cara pengumpulan sampah dari rumah
rumah/sumber sampah dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa
melalui proses pemindahan. Pola individual langsung dengan persyaratan sebagai
berikut:
 Kondisi topografi bergelombang (rata-rata > 5%) sehingga alat pengumpul
non mesin sulit beroperasi.
 Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan
lainnya.
 Kondisi dan jumlah alat memadai.
 Jumlah timbulan sampah > 0,3 m3/hari.
2. Pola Individual Tak Langsung, adalah cara pengumpulan sampah dari masing - masing
sumber sampah dibawa ke lokasi pemindahan (menggunakan gerobak) untuk
kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir. Dengan persyaratan sebagai berikut:
 Bagi daerah yang partisipasi masyarakatnya rendah.
 Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.
 Alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung.
 Kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%).
 Kondisi lebar jalan dapat dilalui alat pengumpul.
 Organisasi pengelola harus siap dengan sistem pengendalian.
3. Pola Komunal Langsung, adalah cara pengumpulan sampah dari masing - masing titik
wadah komunal dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir. Dengan
persyaratan sebagai berikut:
 Bila alat angkut terbatas.
 Bila kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah.
 Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah.
 Peran serta masyarakat tinggi.
 Wadah komunal mudah dijangkau alat pengangkut.
 Untuk permukiman tidak teratur.
4. Pola Komunal Tak Langsung, adalah cara pengumpulan sampah dari masing - masing
titik wadah komunal dibawa ke lokasi pemindahan (menggunakan gerobak) untuk
kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir. Dengan persyaratan sebagi berikut :
 Peran serta masyarakat tinggi.
 Penempatan wadah komunal mudah dicapai alat pengumpul.
 Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.
Makalah Pengelolaan Persampahan | 6
 Kondisi topografi relatif datar (< 5%).
 Lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul.
 Organisasi pengelola harus ada.

Tata cara operasional pengumpulan (SK SNI 19-2454-2002) harus memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:

 Ritasi 1-4 rit/hari.


 Periodisasi 1 hari, 2 hari atau maksimal 3 hari tergantung kondisi komposisi
sampah (semakin besar prosentase sampah organik maka periodisasi pelayanan
maksimal sehari), kapasitas kerja, desain peralatan dan kualitas pelayanan.
 Mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap.
 Mempunyai petugas pelaksana yang tetap.
 Pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah sampah
terangkut, jarak tmpuh dan kondisi daerah.
 Pelaksanaan pengumpulan sampah dapat dilaksanakan oleh petugas kebersihan
atau swadaya masyarakat (pribadi, Institusi, Badan Swasta atau RT/RW).

2.1 Solusi Penyeleseian Masalah


Solusi dalam hal permasalahan persampahan dapat dilakukan dalam beberapa hal berikut,
diantaranya :
1. Peran serta masyarakat
Tanpa adanya partisipasi masyarakat penghasil sampah, semua program pengelolaan
sampah yang direncanakan akan sia-sia. Salah satu pendekatan kepada masyarakat untuk
dapat membantu program pemerintah dalam kebersihan adalah bagaimana membiasakan
masyarakat kepada tingah lkau yang sesuai dengan tujuan program itu. Hal ini antara lain
menyangkut:
 Bagaimana merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib
dan teratur
 Faktor-faktor sosial, struktur dan budaya setempat Kebiasaan dalam pengelolaan
sampah selama ini.
2. Konsep Pengelolaan Sampah 3R
UU-18/2008 ini menekankan bahwa prioritas utama yang harus dilakukan oleh semua pihak
adalah bagaimana agar mengurangi sampah semaksimal mungkin. Bagian sampah atau
residu dari kegiatan pengurangan sampah yang masih tersisa selanjutnyadilakukan

Makalah Pengelolaan Persampahan | 7


pengolahan (treatment) maupun pengurugan (landfilling). Pengurangan sampah melalui 3R
menurut UU-18/2008 meliputi:
 Pembatasan (reduce): mengupayakan agar limbah yang dihasilkan sesedikit mungkin
 Guna-ulang (reuse): bila limbah akhirnya terbentuk, maka upayakan memanfaatkan
limbah tersebut secara langsung
 Daur-ulang (recycle): residu atau limbah yang tersisa atau tidak dapat dimanfaatkan
secara langsung, kemudian diproses atau diolah untuk dapat dimanfaatkan, baik
sebagai bahan baku maupun sebagai sumber enersi
3. Bank sampah
Bank sampah adalah sistem pengelolaan sampah kering secara kolektif yang mendorong
masyarakat untuk berperan serta aktif di dalamnya. Sistem ini akan menampung, memilah,
dan menyalurkan sampah bernilai ekonomi dari menabung sampah (Utami, 2003).
Pengelolaan sampah permukiman yang menerapkan sistem penyetoran sejumlah sampah
ke badan yang dibentuk dan disepakati bersama masyarakat setempat (bank sampah)
untuk menampung sampah yang memiliki nilai ekonomi ditabung sampai pada jumlah dan
waktu tertentu ditukarkan sejumlah uang.
Hal ini merupakan salah satu cara mengubah perilaku masyarakat (social behavior) agar
tidak membuang sampah ke sungai, selokan, membakar dengan cara penerapan strategi
3R (Reuse, Reduce dan Recycle) namun konsep ini tidak berjalan dengan baik karena imej
yang tertanam bagi masyarakat “sampah” itu adalah barang tidak berharga, tidak
bermanfaat, tidak mempunya nilai ekonomi sehingga solusi yang paling mudah dan
gampang adalah “buang” atau asal tak berada di lingkungan sendiri. Image atau stigma ini
diyakini dapat dirubah dengan menjadikan sampah menjadi berkah dengan upaya
mengembangkan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan bank sampah (Sucipto,
2012).
Tujuan pembangunan Bank Sampah adalah bukanlah dari Bank Sampah itu sendiri tetapi
adalah strategi dalam strategi dalam mengembangkan dan membangun kepedulian
masyarakat agar dapat berteman dengan sampah bukan bermusuhan dengan
mengembangkan ekonomi kerakyatan berupa penjualan hasil sampah serta
mengembangkan kerajinan kreatif dan inovatif berupa pemanfaatan sampah menjadi
kerajinan tangan, pembuatan kompos, usaha tanaman hias dan manfaat lain yang
mempunyai nilai ekonomi kreatif. Penciptaan keadaan ini diharapkan tidak hanya
mengembangkan ekonomi kerakyatan yang kuat tetapi juga pembangunan lingkungan yang
bersih dan hijau untuk menciptakan masyarakat yang sehat (Sucipto, 2012).

Makalah Pengelolaan Persampahan | 8


Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.13 Tahun
2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle Melalui Bank Sampah
pelaksanaan bank sampah adalah sebagai berikut :
1. Jam Kerja
Berbeda dengan bank konvensional, jam kerja bank sampah sepenuhnya tergantung
kepada kesepakatan pelaksana bank sampah dan masyarakat sebagai penabung.
Jumlah hari kerja bank sampah dalam seminggu pun tergantung, bisa 2 hari, 3 hari, 5
hari, atau 7 hari tergantung ketersediaan waktu pengelola bank sampah yang biasanya
punya pekerjaan utama. Sebagai contoh, jam kerja Bank Sampah Rejeki di Surabaya
buka Jumat dan Sabtu pukul 15.00-17.00 serta Minggu pukul 09.00-17.00.
2. Penarikan Tabungan
Semua orang dapat menabung sampah di bank sampah. Setiap sampah yang
ditabung akan ditimbang dan dihargai sesuai harga pasaran. Uangnya dapat langsung
diambil penabung atau dicatat dalam buku rekening yang dipersiapkan oleh bank.
Berdasarkan pengalaman selama ini, sebaiknya sampah yang ditabung tidak langsung
diuangkan namun ditabung dan dicatat dalam buku rekening, dan baru dapat diambil
paling cepat dalam 3 (tiga) bulan. Hal ini penting dalam upaya menghimpun dana yang
cukup untuk dijadikan modal dan mencegah budaya konsumtif.
3. Peminjaman Uang
Selain menabung sampah, dalam prakteknya bank sampah juga dapat meminjamkan
uang kepada penabung dengan sistem bagi hasil dan harus dikembalikan dalam
jangka waktu tertentu.
4. Buku Tabungan
Setiap sampah yang ditabung, ditimbang, dan dihargai sesuai harga pasaran sampah
kemudian dicatat dalam buku rekening (buku tabungan) sebagai bukti tertulis jumlah
sampah dan jumlah uang yang dimiliki setiap penabung. Dalam setiap buku rekening
tercantum kolom kredit, debit, dan balans yang mencatat setiap transaksi yang pernah
dilakukan. Untuk memudahkan sistem administrasi, buku rekening setiap RT atau RW
dapat dibedakan warnanya.
5. Jasa Penjemputan Sampah
Sebagai bagian dari pelayanan, bank sampah dapat menyediakan angkutan untuk
menjemput sampah dari kampung ke kampung di seluruh daerah layanan. Penabung
cukup menelpon bank sampah dan meletakkan sampahnya di depan rumah, petugas
bank sampah akan menimbang, mencatat, dan mengangkut sampah tersebut.
6. Jenis Tabungan
Makalah Pengelolaan Persampahan | 9
Dalam prakteknya, pengelola bank sampah dapat melaksanakan dua jenis tabungan,
tabungan individu dan tabungan kolektif. Tabungan individu terdiri dari: tabungan
biasa, tabungan pendidikan, tabungan lebaran, dan tabungan sosial. Tabungan biasa
dapat ditarik setelah 3 bulan, tabungan pendidikan dapat ditarik setiap tahun ajaran
baru atau setiap bayar sumbangan pengembangan pendidikan (SPP), sementara
tabungan lebaran dapat diambil seminggu sebelum lebaran. Tabungan kolektif
biasanya ditujukan untuk keperluan kelompok seperti kegiatan arisan, pengajian, dan
pengurus masjid.
7. Jenis Sampah
Jenis sampah yang dapat ditabung di bank sampah dikelompokkan menjadi:
a. Kertas, yang meliputi koran, majalah, kardus, dan dupleks.
b. Plastik, yang meliputi plastik bening, botol plastik, dan plastik keras lainnya.
c. Logam, yang meliputi besi, aluminium, dan timah.

Bank sampah dapat menerima sampah jenis lain dari penabung sepanjang mempunyai
nilai ekonomi.

8. Penetapan Harga
Penetapan harga setiap jenis sampah merupakan kesepakatan pengurus bank
sampah. Harga setiap jenis sampah bersifat fluktuatif tergantung harga pasaran.
Penetapan harga meliputi :
a. Untuk perorangan yang menjual langsung sampah dan mengharapkan uang
tunai, harga yang ditetapkan merupakan harga fluktuatif sesuai harga pasar.
b. Untuk penabung yang menjual secara kolektif dan sengaja untuk ditabung, harga
yang diberikan merupakan harga stabil tidak tergantung pasar dan biasanya di
atas harga pasar. Cara ini ditempuh untuk memotivasi masyarakat agar memilah,
mengumpulkan, dan menabung sampah. Cara ini juga merupakan strategi subsidi
silang untuk biaya operasional bank sampah.
9. Kondisi Sampah
Penabung didorong untuk menabung sampah dalam keadaan bersih dan utuh. Karena
harga sampah dalam keadaan bersih dan utuh memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Penjualan plastik dalam bentuk bijih plastik memiliki nilai ekonomi lebih tinggi karena
harga plastik dalam bentuk bijih plastik dapat bernilai 3 (tiga) kali lebih tinggi dibanding
dalam bentuk asli.

Makalah Pengelolaan Persampahan | 10


10. Berat Minimum
Agar timbangan sampah lebih efisien dan pencatatan dalam buku rekening lebih
mudah, perlu diberlakukan syarat berat minimum untuk menabung sampah, misalnya 1
kg untuk setiap jenis sampah. Sehingga penabung didorong untuk menyimpan terlebih
dahulu tabungan sampahnya di rumah sebelum mencapai syarat berat minimum.
11. Wadah Sampah
Agar proses pemilahan sampah berjalan baik, penabung disarankan untuk membawa
3 (tiga) kelompok besar sampah ke dalam 3 (tiga) kantong yang berbeda meliputi :
 kantong pertama untuk plastik
 kantong kedua untuk kertas
 kantong ketiga untuk logam.
12. Sistem Bagi Hasil
Besaran sistem bagi hasil bank sampah tergantung pada hasil rapat pengurus bank
sampah. Hasil keputusan besarnya bagi hasil tersebut kemudian disosialisasikan
kepada semua penabung. Besaran bagi hasil yang umum digunakan saat ini adalah
85:15 yaitu 85% (delapan puluh lima persen) untuk penabung dan 15% (lima belas
persen) untuk pelaksana bank sampah. Jatah 15% (lima belas persen) untuk bank
sampah digunakan untuk kegiatan operasional bank sampah seperti pembuatan buku
rekening, fotokopi, pembelian alat tulis, dan pembelian perlengkapan pelaksanaan
operasional bank sampah.
13. Pemberian Upah Karyawan
Tidak semua bank sampah dapat membayar upah karyawannya karena sebagian bank
sampah dijalankan pengurus secara sukarela. Namun, jika pengelolaan bank sampah
dijalankan secara baik dan profesional, pengelola bank sampah bisa mendapatkan
upah yang layak.

Makalah Pengelolaan Persampahan | 11


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses.
Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah,
yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak. Sampah dapat berada pada setiap fase
materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir,
terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal
juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir
semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang
kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.
Solusi yang diterapkan dalam hal sistem penanganan sampah sangat memerlukan dukungan
dan komitmen pemerintah. Tanpa kedua hal tersebut, sistem penanganan sampah tidak akan
lagi berkesinambungan. Tetapi dalam pelaksanaannya banyak terdapat benturan, di satu sisi,
pemerintah memiliki keterbatasan pembiayaan dalam sistem penanganan sampah.
Namun di sisi lain, masyarakat akan membayar biaya sosial yang tinggi akibat rendahnya kinerja
sistem penanganan sampah. Sebagai contoh, akibat tidak tertanganinya sampah, tentu dapat
dihitung berapa besar biaya pengelolaan lingkungan yang harus dikeluarkan akibat pencemaran
udara (akibat bau) dan air lindi, berapa besar biaya pengobatan masyarakat karena penyakit
bawaan sampah (municipal solid waste borne disease), hingga menurunnya tingkat produktifitas
masyarakat akibat gangguan bau sampah.

3.2 Saran
Cara pengendalian sampah yang paling sederhana adalah dengan menumbuhkan kesadaran
dari dalam diri untuk tidak merusak lingkungan dengan sampah. Selain itu diperlukan juga
kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih menghargai lingkungan, walaupun kadang harus
dihadapkan pada mitos tertentu. Peraturan yang tegas dari pemerintah juga sangat diharapkan
karena jika tidak maka para perusak lingkungan akan terus merusak sumber daya.
Juga perlu ada upaya yang mendasar dan mudah dipahami oleh Masyarakat diantaranya :
1. Perlu perubahan paradigma dari tujuan membuang menjadi memanfaatkan kembali untuk
mendapatkan keuntungan;

Makalah Pengelolaan Persampahan | 12


2. Perlu perbaikan dalam sistem manajemen pengelolaan sampah secara keseluruhan; Untuk
mencapai keberhasilan, maka perlu didukung oleh faktor-faktor input berupa sarana,
prasarana dan kelembagaan produksi, distribusi, pemasaran, pengolahan dan lainnya.
3. Pemanfaatan bahan kompos untuk taman kota dalam bentuk kampanye
penghijauan dengan contoh-contoh hasil nyata sebagai upaya promosi pada masyarakat
luas;
4. Upaya pemasaran bahan kompos bagi taman hiburan yang memerlukannya.
Misalnya kebun binatang, kebun raya, taman buah dan sebagainya.
5. Sampah anorganik sebagai bahan baku industri. Budaya daur ulang sampah sebenarnya
sudah berlangsung sejak lama, namun masih harus terus dikembangkan, baik dari segi
infrastruktur, teknologi maupun dari segi sistem organisasinya. Hal ini penting untuk dapat
meningkatkan harkat dan martabat dari para pemulung.

Makalah Pengelolaan Persampahan | 13


DAFTAR PUSTAKA

Hadiwijoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Penerbit Yayasan Idayu.

https://gudangmakalah.blogspot.com/2012/12/makalah-pengelolaan-sampah-dan-limbah.html

Agus Maulana, 1998 Sistem Akunting dan Informasi, Edisi Keempat, Jakarta : Binarupa Aksara.

Anggraini Fitrijani. 2014. Aspek Kelembagaan Pada Pengelolaan Tempat.

Apriadji. 2002. Memproses Sampah. Yogyakarta: Penebar Suwadaya.

Atmosudirjo. 1982. Dasar-Dasar Administrasi Niaga. Jakarta: Ghalia Indonesia.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132309678/pengabdian/PPM+PEMILAHAN+SAMPAH.pdf

Djuarnani N, Kristian, Setiawan BS. 2005. Cara Cepat Membuat kompos. Cet.1. PT. Agromedia
Pustaka. Jakarta.

Hadisuwito S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Cet. 1. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Moerdjoko S, Widyatmoko. 2002. Menghindari, Mengolah dan Menyingkirkan Sampah. Cet.1. PT.
Dinastindo Adiperkasa Internasional. Jakarta.

Musnamar EI. 2006. Pembuatan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Cet.3. Penebar Swadaya. Jakarta.

Makalah Pengelolaan Persampahan | 14

Anda mungkin juga menyukai