Disusun Oleh :
Kelompok 8
Sampah merupakan salah satu permasalahan kompleks yang dihadapi, oleh negara-negara
berkembang maupun negara-negara maju di dunia. Masalah sampah merupakan masalah yang
umum yang telah menjadi fenomena universal diberbagai negara belahan dunia manapun, tetapi
dengan titik perbedaannya terletak pada seberapa banyak sampah yang dihasilkan. Pertumbuhan
sampah terjadi seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang terus secara alami.
Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap bahan pokok dan hasil teknologi serta
meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga
memberikan kontribusi yang besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan.
Sampah terdiri dari dua jenis yaitu sampah organik dan anorganik. Kedua jenis sampah tersebut,
menurut Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah telah menjadi
permasalahan nasional sehingga perlu adanya pengelolaan agar tidak menimbulkan dampak
negatif bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Permasalahan sampah merupakan masalah yang kompleks dan serius yang dihadapi oleh
negara-negara berkembang maupun negara-negara maju di dunia. Permasalahan sampah bukan
hanya menjadi masalah sosial, melainkan juga masalah ekonomi, budaya, dan lingkungan yang
mengganggu kesehatan masyarakat. Peningkatan jumlah sampah yang tidak diikuti oleh
perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan sampah mengakibatkan
permasalahan sampah menjadi semakin kompleks.
Keberadaan manajemen pengelolaan sampah yang baik sangat penting karena dapat
membantu mengurangi permasalahan lingkungan dan meminimalisir limbah yang dihasilkan dari
konsumsi sehari-hari. Dengan memilah sampah, kita dapat mengurangi polusi dan menghemat
sumber daya alam. Selain itu, pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan dapat menjadi
budaya baru Indonesia. Perusahaan juga perlu memperhatikan manajemen sampah karena
semakin besar tanggung jawab perusahaan tersebut pada lingkungan. Manajemen sampah ini
juga dapat membantu negara atau komunitas mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan,
melindungi kesehatan masyarakat, dan menjaga lingkungan hidup yang sehat dan lestari.
Desa Pematang Johar merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Labuhan
Deli, Kabupaten Deli Serdang. Secara geografis, desa Pematang Johar berjarak 15 KM dari Kota
Medan. Permasalahan lingkungan, khususnya permasalahan sampah merupakan permasalahan
yang sedang terjadi di wilayah Desa Pematang Johar. Salah satu contohnya adalah terjadinya
tumpukan sampah yang menggunung di sekitar Sungai kera, Desa Pematang Johar. Tumpukan
sampah tersebut diduga penyebab terbesarnya ialah dipicu akibat akumulasi limbah sampah
rumah tangga yang berasal dari wilayah perkotaan dan juga limbah industri yang berasal dari
kawasan wilayah pabrik Kawasan Industri Medan (KIM). Permasalahan sampah ini, apabila
tidak ditangani dengan baik, tentunya akan berdampak buruk terhadap berbagai sektor kehidupan
bagi warga Desa Pematang Johar.
1) Apa saja pemicu yang menimbulkan terjadinya permasalahan sampah di Desa Pematang
Johar?
2) Bagaimana manajemen pengelolaan sampah di Desa Pematang Johar?
3) Bagaimana solusi yang dapat diberikan agar dapat mengatasi permasalahan sampah di
Desa Pematang Johar?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah agar dapat menjadi bahan untuk
mengkaji dan mengusut sebab/ faktor utama dari permasalahan sampah Desa Pematang Johar,
khususnya di wilayah sungai kera melalui berbagai analisis serta metode. Selain itu,
dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat berdampak kepada peningkatan kualitas
lingkungan hidup dan kesehatam masyarakat di wilayah Desa Pematang Johar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sampah yang dikelola berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2008 terdiri atas sampah rumah
tangga (berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja, dan sampah
spesifik), sampah sejenis sampah rumah tangga (berasal dari kawasan komersial, kawasan
industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan fasilitas lainnya), dan sampah
spesifik (sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, sampah yang mengandung
limbah bahan berbahaya dan beracun, sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran
bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah dan/atau sampah yang timbul
secara tidak periodik)
Pengelolaan sampah di Indonesia dibagi menjadi dua, pertama yaitu pengelolaan sampah
rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dan kedua yaitu pengelolaan sampah
spesifik. Pengelolaan sampah spesifik adalah tanggung jawab pemerintah, sedangkan
pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas
pengurangan sampah dan penanganan sampah, pengurangan sampah yang meliputi pembatasan
timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Dalam hal ini,
pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat memiliki perannya masing-
masing. Kegiatan penanganan sampah meliputi : pemilahan sampah sesuai jenis, jumlah,
dan/atau sifatnya; pengumpulan sampah ke tempat pengolahan residu; pengangkutan sampah
dari tempat pengolahan residu ke TPA; pengolahan sampah dalam bentuk mengubah
karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah; dan pemrosesan akhir dalam bentuk pengembalian
sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Secara sosiologis, permasalahan sampah dapat dibedah dari berbagai macam teori. Salah
satu teori yang akan digunakan adalah teori structural-fungsional. Teori ini menyatakan bahwa
masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri dari berbagai elemen yang saling
berkaitan satu sama lain untuk membentuk hubungan yang harmonis. Apabila salah satu elemen
tidak menjalankan fungsinya, hal inilah yang mengakibatkan masalah bagi elemen yang lainnya.
Begitu halnya juga menanggapi permasalahan pencemaran sampah pada lingkungan sekitar.
Bahwa permasalahan sampah itu terjadi dikarenakan elemen-elemen di masyarakat tidak
berfungsi sesuai dengan tugas mereka masing-masing, hubungan tersebut dapat digambarkan
seperti diagram di bawah ini.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode PRA mulai menyebar dengan cepat pada tahun 1990-an yang merupakan bentuk
pengembangan dari metode Pemahaman Cepat Kondisi Pedesaan (PCKP) atau Rapid Rural
Appraisal (RPA) yang menyebar pada tahun 1980-an. Kedua metode tersebut saling
berhubungan etar dan masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya dan bisa saling
melengkapi. Namun dalam perkembangannya, metode PRA banyak digunakan dalam proses
pelaksanaan program pembangunan secara partisipatif, baik pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, maupun pengawasannya.
Pada intinya, PRA adalah sekelompok pendekatan atau metode yang memungkinkan
masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka
tentang kondisi dan kehidupan desa, serta membuat rencana dan tindakan nyata (Chambers
dalam Sitorus, 2016). Beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam metode PRA anatar lain
adalah : saliang belajar dan berbagi pengalaman, keterlibatan semua anggota kelompok dan
informasi, orang luar sebagai fasilitator, konsep triangulasi, serta optimalisasi hasil, orientasi
praktis dan keberlanjutan program. Metode tersebut dipandang telah memiliki teknis-teknis yang
dijabarkan cukup operasional dengan konsep bahwa keterlibatan masyarakat sangat diperlukan
dalam seluruh kegiatan.
Teknik-teknik PRA adalah alat-alat untuk melakukan kajian keadaan desa. Teknik-teknik
ini berupa alat visual (gambar atau bentuk yang dapat dilihat) yang dipergunakan sebagai media
diskusi masyarakat tentang keadaan diri mereka sendiri dan lingkungannya. Alat-alat visual ini
merupakan media belajar bersama yang dipergunakan baik untuk masyarakat (petani) yang buta
aksara ataupun melek aksara. Kajian desa dapat dilakukan sebagai penjajagan kebutuhan dan
perencanaan kegiatan, atau dapat juga untuk pemantauan dan evaluasi kegiatan. Teknik-teknik
kajian desa atau teknik-teknik PRA selama ini lebih banyak dipergunakan untuk perencanaan
kegiatan / program. Hal ini terjadi karena keterampilan untuk melakukan modifikasi
(penyesuaian) teknik-teknik PRA bagi kebutuhan lain, belum banyak dimiliki para pemandu.
Dalam konteks analisis PRA-sejarah desa, pendekatan ini dapat digunakan untuk mengumpulkan
pengetahuan dan pengalaman dari masyarakat setempat tentang sejarah desa mereka, baik itu
berupa cerita rakyat, tradisi lisan, atau pengetahuan budaya yang diturunkan secara turun-
temurun
Analisis Pra Wealth Ranking merupakan proses yang melibatkan partisipasi masyarakat
dalam mengidentifikasi dan memetakan tingkat kekayaan relatif di suatu desa. Melalui dialog
dan diskusi kelompok, masyarakat berbagi pengetahuan mereka tentang aset dan sumber daya
yang dimiliki oleh rumah tangga dalam desa tersebut. Hasil analisis Pra Wealth Ranking
memberikan gambaran tentang pola kekayaan dan kemiskinan di desa, serta faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap perbedaan tingkat kekayaan antara rumah tangga.
Dalam analisis ini, berbagai langkah dilakukan. Pertama, identifikasi pemangku kepentingan
terkait dilakukan untuk memastikan partisipasi aktif dari masyarakat desa. Pembentukan tim
PRA juga penting, yang terdiri dari anggota masyarakat, fasilitator, dan ahli yang mendukung
pemahaman tentang konsep kekayaan dan kemiskinan.
Pengumpulan data dilakukan melalui sesi diskusi kelompok, di mana masyarakat berbagi
pengetahuan mereka tentang jenis aset dan sumber daya yang dimiliki oleh setiap rumah tangga.
Data ini mencakup tanah, ternak, peralatan, dan akses ke sumber daya lainnya. Melalui diskusi,
masyarakat mengklasifikasikan rumah tangga berdasarkan tingkat kekayaan relatif,
menggunakan kategori atau peringkat yang telah ditentukan
DAFTAR PUSTAKA
Agritekno, S. (2008). Sudradjat, tth, Mengelola sampah kota . Seri Agritekno. PS, hlm. 6 1. 18,
1–9.
Ahmad Muhsin, Laila Nafisah, & Y. S. (2018). Participatory Rural Appraisal (PRA) for
Corporate Social Resposibility (CSR).
Sitorus, H. (2016). Modul Metode Penelitian Partisipatif. Departemen Sosiologi Fisip USU, 1, 1–
67.
Subagiyo, A., Prayitno, G., Dinanti, D., Permata, W., & Wigayatri, M. (2020). Penerapan
Participatory Rural Appraisal Pohon Masalah Di Desa Kalipucang Sebagai Desa Mandiri
Energi.