Anda di halaman 1dari 12

Kelompok 7

• Kharisma Gemilang (1810631010053)


• Jihan Sulistia Nabila (1810631010120)
• Erna Nurhasanah (1810631010174)
• Parida (1810631010216)
• Hanifah Isyana Maulidina (1810631010246)
• Triya Julianti (1810631010258)
• Dyka Nurchaesar (1810631010281)
KESADARAN MASYARAKAT DALAM
UPAYA UNTUK MENJAGA DAN
MEMELIHARA LINGKUNGAN HIDUP
Mengapa kesadaran masyarakat untuk tidak
membuang sampah sembarangan masih
kurang?
Sampah merupakan sesuatu yang dekat dengan
kehidupan manusia.Sampah diartikan sebagai
benda yang bersifat padat, tidak dipakai, tidak
diinginkan dan dibuang.

Sampah selalu timbul menjadi persoalan rumit dalam masyarakat yang kurang
memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Ketidakdisiplinan mengenai kebersihan dapat
menciptakan suasana semrawut akibat timbunan sampah. Begitu banyak kondisi tidak
menyenangkan akan muncul seperti bau yang tidak sedap, lalat berterbangan, dan
gangguan berbagai penyakit siap menghadang di depan mata
Bank Dunia dalam laporan yang berjudul “What a Waste: A Global
Review of Solid Waste Management”, mengungkapkan jumlah
sampah padat di kota-kota dunia akan terus naik sebesar 70%
mulai tahun ini hingga tahun 2025, dari1,3 miliar ton per tahun
menjadi 2,2 miliar ton per tahun. Mayoritas kenaikan terjadi di
kota-kota di negara berkembang

Di Indonesia, jumlah sampah padat yang diproduksi secara nasional mencapai


151.921 ton per hari. Hal itu berarti, setiap penduduk Indonesia rata-
ratamembuang sampah padat sebesar 0,85 kg setiap hari. Data Bank Dunia juga
menyebutkan, dari total sampah yang dihasilkan secara nasional, hanya 80%yang
berhasil dikumpulkan. Sisa terbuang mencemari lingkungan. Volume sampah di
Indonesia sekitar 1 juta meter kubik setiap hari, namun baru 42% di antaranya
yang terangkut dan diolah dengan baik. Jadi, sampah yang tidak diangkut setiap
harinyasekitar 348.000 meter titik atau sekitar 300.000 ton.
• Masalah sampah di Indonesia merupakan masalah yang kompleks karena
kurangnya pengertian masyarakat terhadap akibat-akibat yang dapat
ditimbulkan oleh sampah. Faktor lain yang menyebabkan permasalahan sampah
di Indonesia semakin rumit adalah meningkatnya taraf hidup masyarakat, yang
tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan dan juga
partisipasi masyarakat yang kurang untuk memelihara kebersihan dan
membuang sampah pada tempatnya.
• Perilaku membuang sampah sembarangan saat ini masih menjadi budaya dalam
masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat terhadap dampak membuang sampah sembarangan. Contohnya
seperti pedagangan kaki lima (PKL) yang membuang sampah mereka sekalian
pulang dari berdagang. Selain itu, pagi-pagi saat orang tua mengantar anaknya
sekolah sekalian membuang sampah ke sungai. Bahkan, terkadang orang tua
menyuruh anaknya yang membonceng di belakang untuk melempar sampahnya.
Beberapa teori dan faktor mengenai kesadaran
masyarakat akan rendahnya kesadaran untuk membuang
sampah pada tempatnya
1. Teori Kesadaran
2. Teori Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada
diluar suatu organisasi, meliputi:
a. Lingkungan mati (abiotik),
b. Lingkungan hidup (biotik),
Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran
Lingkungan
1. Faktor ketidaktahuan
2. Faktor kemanusiaan
3. Faktor gaya hidup

Pada masa sekarang, membuang sampah juga masih jadi masalah bagi pemerintah
dan juga orang orang yang cinta akan kebersihan. Pasalnya masih banyak orang orang
yang tidak peduli akan lingkungannya sendiri. Kurangnya kesadaran membuang sampah
pada tempatnya menjadikan lingkungan yang semulanya bersih menjadi kumuh dan
kotor.
Membuang sampah sembarangan juga mengakibatkan bencana banjir. Kadang
manusia tidak pernah jera dalam merusak yang sebenarnya berakibat buruk juga pada
dirinya sendiri.Dapatdilihat sendiri diberbagai tempat umum seperti taman, pasar dan
emperan toko toko juga dipenuhi banyak sampah. Masalah yang harus dipecahkan
untuk menyelesaikanpermasalahan ini bagaimana cara meningkatkan kesadaran diri
dan kemauan masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya.
Apa upaya yang dapat di lakukan
pemerintah untuk mengatasi hal itu?
Upaya pemerintah untuk mengatasi permasalahan
membuang sampah pada tempatnya itu sangat berbeda setiap
titik daerah mempunyai caranya masing-masing untuk
memperingatkan masyarakat untuk membuang sampah pada
tempatnya, Tetapi di Indonesia ini sudah dilakukan pembuangan
sampah Non orgaik dan organik tujuannya adalah untuk menjaga
kesehatan tubuh kita dan memudahkan pembuangan dan
pengolahan kembali, memisahkan pembuangan sampah organik
dan non-organik dapat menghindari terjadinya penumpukan
sampah. Pasalnya, sampah yang menumpuk bisa menjadi sarang
kuman dan bakteri yang merupakan penyebab utama penyakit.
• Pengelolaan sampah perkotaan dilakukan dengan dua sistem, yaitu
sentralisasi dan destralisasi. Contohnya Pengelolaan sampah di
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ditangani sebagian besar oleh
pemerintah secara sentralisasi pengelolaan tersebut mereupakan
penarikan retribusi, pengumpulan dari sumber, pengumpulan dari
TPS, dan pengangkutan ke TPA.
• Pengolahan sampah di Jakarta masih mengandalkan peran
pemerintah. Petugas kebersihan mengambil sampah dari penduduk
dan membawa sampah ke TPS untuk diangkut ke TPA oleh dinas
kebersihan. Persentasi masyarakat yang dilayani di Jakarta masih
sangat tinggi, berarti peran serta masyarakat masih rendah. Di Jakarta
mulai dilakukan pemberdayaan masyarakat dalammengelola sampah
untuk mengatasi sampah.
• Surabaya menghasilkan sampah 2.177 ton per hari, yang masuk TPA 1.480 ton per
hari. Lainnya dikomposkan di sepuluh sentra pengomposan komunal milik Dinas
Kebersihan dan Pertanaman (DKP), 13 kelurahan pengomposan rumah tangga, dan
dibakar dalam sepuluh unit insenerator mini yang tersebar di wilayah kota.
Pemerintah Daerah Surabaya melibatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat
dalam mengelola sampah,
• Di Kota Bandung, tanggung jawab pengelolaan sampah dibagi menjadi dua, yaitu
pengangkutan dari rumah ke TPS menjadi tanggung jawab masyarakat sedangkan
dari TPS ke TPA menjadi tanggung jawab pemerintah. Pengelolaan di Bandung
belum baik ditandai dengan banyaknya sampah yang tidak terangkut dari TPS dan
yang menumpuk di beberapa bagian kota. Pemberdayaan masyarakat mulai
digalakkan untuk mengatasi sampah.
• Kota Yogyakarta, Sleman, dan Bantul menggunakan TPA Piyungan. TPA Piyungan
berada di Bantul, tetapi justru Bantul memberikan kontribusi sampah paling rendah
dibandingkan dengan Kota Yogyakarta dan Slemankarena sebagian Bantul
merupakan perdesaan dan memiliki lahan kosong yang luas. Secara garis besar,
pemerintah DIY belum mengalami kendala pengelolaan sampah,akan tetapi perlu
dikaji lebih jauh tentang kemungkinan timbulnya permasalahan sampah
dikemudian hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
kebijakan pemerintah dalam pengelolaan sampah domestik yang dilakukan lima
kabupaten/kota.
• Tantangan penerapan program pengelolaan sampah di daerah perkotaan
adalah sifat masyarakat cenderung individual, bersifat ekonomis, dan sulit
untuk menerima program baru. Masyarakat perkotaan cenderung bersifat
kritis dan realistis sehingga dibutuhkan proses sosialisasi yang baik dan
bekelanjutan. Masyarakat perkotaan harus diberi pemahaman tentang
keuntungan, efektivitas, dan efisiensi dari program pengolahan sampah
agar dapat berpartisipasi. Tanpa adanya pemahaman kepada masyarakat,
pengelolaan sampah akan sulit untuk diterapkan karena berbagai alasan di
antaranya adalah sibuk, tidak ada waktu, dan banyak alasan yang lainnya.
• Sebagian besarpengelola kota/kawasan masih menggunakan cara berpikir
desa yang menganggap alam masih dapat menangani permasalahan
sampah dengan sendirinya.Keberlangsungan program pengelolaan sampah
tergantung dari kesadaran masyarakat untuk bergerak. Tanpakesepakatan
pimpinan bersama masyarakat, kebijakan pengelolaan sampah tidak
mungkin terlaksana. Kebijakan pengelolaan sampah akan berhasil apabila
terdapat kepemimpinan yang baik, serta didukung penuh olehpemuka
masyarakat, visi, misi dan tujuan organisasi yang jelas.
• Pengelolaan sampah bertujuan menciptakan lingkungan
dan masyarakat yang sehat, maka faktor utamayang
harus diperhatikan adalah peran serta masyarakat.
Peran serta masyarakat merupakan aspek penting
dalam melaksanakan pengelolaan sampah. Mengubah
perilaku masyarakat merupakan hal yang cukup sulit,
tetapi dengan pembinaan terus hasil akan diperoleh.
• Inisiator atau stimulator dibutuhkan dalam membentuk
organisasi/kelompok. Memperkenalkan gagasan dan
normabaru memerlukan kewibawaan tersendiri, untuk
menjamin berhasilnya sesuatu kegiatan baru serta
pembagianhak dan kewajiban yang adil.

Anda mungkin juga menyukai