Anda di halaman 1dari 36

BAB II

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sampah merupakan sesuatu yang tidak berguna dan tidak di kehendaki.


Sampah secara umum terbagi menjadi dua, yaitu sampah mudah membusuk dan
sampah yang tidak mudah membusuk. Sampah yang mudah membusuk terdiri
dari bahan organik seperti sisa sayuran, sisa daging, daun, dan lain-lain,
sedangkan yang tidak mudah membusuk bersifat anorganik yang berupa plastik,
kertas, karet, dan logam. Keberadaan sampah dapat menimbulkan masalah
terhadap lingkungan maupun bagi kesehatan manusia..1 Menurut UU Nomor 18
tahun 2008 tentang pengelolaan sampah mendefinisikan sampah sebagai sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. 2
Pengertian sampah menurut ilmu kesehatan lingkungan merupakan seseuatu yang
tidak berguna, tidak di senangi, tidak dipakai dan harus dibuang, sehingga tidak
mengganggu dalam kehidupan manusia. Sampah saat ini menjadi salah satu
masalah utama di Indonesia dan beberapa faktor pemicunya yaitu bertambahnya
jumlah penduduk, perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi),
perubahan pola konsumsi pada masyarakat, gaya hidup masyarakat, pertumbuhan
ekonomi dan kemajuan tekhnologi masyarakat sehingga meningkatkan jumlah
berbagai jenis dan karakteristik timbulan sampah di Indonesia.3

The World Bank (2018) menyebutkan bahwa pertumbuhan jumlah


penduduk di Dunia yang setiap tahunnya terus mengalami kenaikan menjadi salah
satu penyebab utama dalam permasalahan sampah yang semakin kritis. Timbulan
sampah di dunia terus mengalami kenaikan setiap harinya, masing-masing kota
setidaknya menghasilkan sampah hingga 1,3 miliar ton setiap tahunnya. Bank
Dunia pada tahun 2025 memperkirakan, jumlah timbulan sampah bertambah
hingga 2,2 miliar ton pertahunnya.2 Timbulan sampah plastik di dunia pada tahun
2018 menurut data dari world bank telah mencapai 150juta ton sampah plastik di
lautan dan jumlahnya akan terus mengalami peningkatan hingga 250 juta ton, jika
proses urbanisasi, pola konsumsi masyarakat dan produksi plastik terus
meningkat.4

Kementrian lingkungan hidup dan kehutanan mengatakan bahwa total


jumlah timbulan sampah Indonesia pada tahun 2019 mencapai 68 juta ton dan
sampah plastik mencapai 9,52 juta ton atau 14% dari total sampah yang ada,
belum lagi sampah plastic di Indonesia menjadi salah satu masalah utama
penumpukan sampah, terlebih lagi sampah plastik di uraikan memerlukan waktu
yang cukup lama yaitu 1 millenium atau sekitar 1000 tahun.5Pertumbuhan
ekonomi yang semakin meningkat menyebabkan produksi sampah per Kapita
terus mengalami kenaikan sehingga di tahun 2030 produksi sampah mencapai 1,2
kg/orang/hari untuk daerah perkotaan dan 0,55 kg/orang/hari untuk pedesaan.
Bank Dunia mengatakan bahwa pada tahun 2019, jumlah sampah padat yang
dihasilkan Indonesia secara nasional mencapai 151.921 ton per hari, artinya setiap
masyarakat Indonesia rata-rata memproduksi sampah 0,85 kg per harinya. Dari
keseluruhan total sampah yang dihasilkan hanya 40,09% sampah yang dibuang
ke tempat pembuangan akhir (TPA) sisanya 35,49% sampah dibakar dan 1,61%
sampah didaur ulang, 7,54% sampah ditimbun dan sebanyak 15,2% sampah
dibuang sembarangan seperti ke jalan, sungai, dan lahan lainnya. Hanya sekitar
70% dari sampah yang berhasil dikumpulkan, sementara sisanya di buang
sembarangan dan mencemari lingkungan ( Tim Riset dan Analisis Katadata,
2019).6

Permasalahan sampah telah menjadi masalah serius terutama di kota-kota


besar, tidak hanya di Indonesia saja tapi diseluruh belahan dunia. Bertambahnya
volume sampah terjadi seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang terus
bertambah secara alami setiap waktunya.7 Pertumbuhan penduduk yang semakin
pesat akan menjadi masalah bagi pemerintah daerah karena akan menambah
jumlah timbunan sampah yang besar serta pencemaran yang akan diakibatkan
oleh tumpukan sampah yang tidak terangkut ke TPA dan tidak di olah dengan
baik.8 Meningkatnya volume sampah di suatu wilayah tanpa di lakukan proses
pengelolaan sampah yang baik dan benar akan berpotensi menimbulkan berbagai
dampak buruk bagi kesehatan maupun lingkungan sekitar manusia. Jika di lihat
dari sisi kesehatan, sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan
penyebaran berbagai vektor penyakit sehingga menurunkan derajat kesehatan
masyarakat.6 Menurut data mentri lingkungan hidup dan kehutanan tahun 2020
produksi sampah di Indonesia perharinya mencapai 175.000 ton, jika di hitung
pertahunnya mencapai 67,8 juta ton. Pengurangan timbulan sampah harus
dilakukan dengan cara mengolah timbulan sampah dari sumber, tetapi
pertumbuhan volume sampah yang begitu banyak melebihi kemampuan kita
untuk mengelolanya. Proses pengelolaan sampah di Indonesia masih banyak
melakukan pembuangan sampah secara sistem terbuka (open dumping).7

Di Indonesia pengelolaan sampah di lakukan secara beruntun yang


prosesnya di mulai dengan penampungan/pewadahan, pengumpulan, pemindahan,
pengangkutan, pembuangan dan pengolahan. Menurut SNI 19-2454-2002 tentang
tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan, secara umum
teknologi pengolahan sampah TPA di Indonesia khususnya daerah perkotaan di
bedakan menjadi 3 metode yaitu metode lahan terbuka (open dumping), metode
penimbunan terkendali (controlled landfill) dan metode lahan urug saniter
(sanitary landfill).9

Berdasarkan data pemantauan sampah laut dari Ditjen PPKL KLHK pada
tahun 2017-2019 di 24 lokasi dalam 22 provinsi se Indonesia Sumatera Barat
merupakan peringkat ke lima dari 22 provinsi setelah provinsi Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Jawa Barat dan aceh, dari 10 privinsi di kepulauan Sumatera,
Sumatera Barat merupakan timbulan sampah ekoregion terbanyak ke 5 pada tahun
2019.10 Sumatera Barat termasuk provinsi yang perilaku rumah tangga dalam
pengelolan sampah cenderung sedikit karena minimnya pengetahuan rumah
tangga akan perlunya pemilahan sampah. Jika sampah tidak dipilah oleh rumah
tangga, maka hal itu menyebabkan meningkatnya volume sampah. Karena tidak
semua sampah bisa terangkut ke TPA. Sumatera Barat saat ini mengalami
perkembangan pesat yang ditandai dengan bertambahnya penduduk serta
meningkatnya pengeluaran rumah tangga setiap tahunnya. Ada beberapa faktor
yang menyebabkan rumah tangga tidak melakukan pemilahan sampah yaitu,
pendidikan, pendapatan, usia dan pengetahuan pengelolaan sampah.11

Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat


tahun 2019, volume sampah di Sumatera Barat mencapai 2.452.213 kg/hari dan
kota yang memiliki timbulan sampah tertinggi berada dikabupaten Pasaman
sebanyak 347.030 kg/hari dan kabupaten Pasaman Barat sebanyak 194.446
kg/hari, sedangkan kota Padang sebanyak 494.426 kg/hari selanjutnya kota
Bukittinggi yaitu sebanyak 183.000 kg/hari.12 Data dari timbangan periodik,
berdasarkan wawancara dengan salah seorang staf di TPA Reginal payakumbuh
pada tahun 2021, kabupaten 50 Kota sebesar 17. 380 kg/hari, timbulan sampah
kabupaten Agam sebanyak 12.590 kg/hari dan kota Payakumbuh sebanyak 81.240
kg/hari.

Dampak negatif dari sampah terhadap kesehatan yaitu sampah sebagai


sarang dan tempat perkembangbiakan vector penyakit seperti lalat, kecoa dan
tikus. Beberapa penyakit yang timbul akibat sampah yaitu deman berdarah dangue
(DBD), diare dan penyakit kulit. Jenis penyakit yang paling sering diderita
masyarakat sekitar TPA yaitu gatal-gatal, batuk dan juga diare yang terjadi karena
sanitasi lingkungan yang kurang baik, udara dan air yang tidak sehat serta
perilaku hidup bersih dan sehat yang tidak optimal.13

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan


sampah, tempat pemrosesan akhir (TPA) adalah wadah untuk memroses,
mengolah dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi
ksehatan manusia dan lingkungan sekitar. Salah satu program nasional disetiap
daerah yaitu penyediaan tempat pembuangan akhir (TPA) sebagai proses
manajemen pengelolaan sampah. Pemerintah menyediakan TPA sebagai bentuk
tanggung jawab terhadap kenyamanan masyarakat. Lingkungan yang bersih dan
TPA yang aman akan meningkatakan derajat kesehatan masyarakat. Dari
pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa TPA merupakan tempat pemrosesan
terakhir sampah untuk nantinya dikembalikan ke lingkungan secara aman atau
TPA bukan hanya menjadi tempat pembuangan terakhir bagi sampah tetapi juga
menjadi tempat terakhir sampah diproses dan di olah sedemikian rupa untuk
nantinya dikembalikan ke alam. TPA di Indonesia masih banyak melakukan
pengelolaan sampah secara terbuka (open dumping)14

Salah satu TPA regional di Sumatera Barat adalah TPA regional


Payakumbuh yang menampung sampah dari 4 kabupaten/kota yaitu Kota
Bukittingi, Kota Payakumbuh, Kabupaten 50 kota dan Kabupaten Agam. 12 TPA
Regional Payakumbuh terletak di Taratak Kelurahan Kapalo Koto Padang
Karambia, Kecamatan Payakumbuh Selatan, kota Payakumbuh Provinsi sumatera
Barat.15 TPA Regional Payakumbuh untuk 4 kabupaten/kota mulai beroperasi
pada Januari 2013, tetapi pada tahun 2009 TPA ini sudah melayani pengolahan
sampah untuk kota Payakumbuh saja.16 Berdasarkan penelitian ediana dan kawan-
kawan yang merupakan mahasiswa sekolah tinggi ilmu kesehatan Fort De Kock
Bukitting pada tahun 2018, jumlah masyarakat kota Payakumbuh sebanyak
24.602 KK (Kepala Keluarga) dan terdiri dari 76 kelurahan. Dari 76 kelurahan
hanya 1 kelurahan yang melakukan pengolahan sampah secara 3R ( reduce, rause,
recycle) dan memiliki bank sampah, selebihnya masyarakatnya melakukan
pembakaran sampah sebanyak 11.088 KK, ditimbun atau digali lobang sebanyak
1.045 KK, dibuang ke TPS sebanyak 13.258 KK, dan tanpa ada tindakan atau
melakukan pengolahan dan dibuang sembarang tempat 1.671 KK.3

Berdasarkan hasil penelitian Besnaya Zalenzi pada tahun 2019, dahulunya


TPA Regional payakumbuh beroperasi dengan sistem operasional penimbunan
terkendali (Controlled Landfill). Air lindi (leachet) dari landfill akan mencemari
air tanah jika lindi tidak dikekolala dengan baik sebelum dibuang ke lingkungan.
Air lindi yang dihasilkan TPA Regional Payakumbuh sudah melebihi batas baku
mutu yang sudah ditetapkan oleh PERMEN LH nomor 5 Tahun 2014 tentang
baku mutu limbah cair industry. Konsentrasi Fe yang terukur pada lindi TPA
Regional Payakumbuh sebesar 5,122 mg/L dan konsentrasi Pb yang terukur
sebesar 0,971 mg/L, sedangkan standar baku mutu yang di tetapkan PERMEN LH
nomor 5 tahun 2014 yaitu Pb yaitu 0,1 mg/L dan Fe yaitu 5 mg/L.15
Berdasarkan wawancara dengan salah seorang staf di TPA regional
Payakumbuh, di lihat dari buku laporan periodik perbulan di TPA Regional
Payakumbuh tentang volume sampah pada tahun 2021 di angkut sebesar 185.440
ton perharinya dari 4 kabupaten/kota. Data dari rekap rata-rata timbangan sampah
masuk ke tpa regional payakumbuh dari kabupaten agam sebanyak 4 truk sampah
dengan berat 12.590 ton perharinya, dari kota bukittinggi sebanyak 16 truk
sampah dengan total sampah 74.230 ton perhari, dari kota payakumbuh sebanyak
25 truk sampah setiap harinya dengan total sampah 81.240 ton perharinya dan dari
kabupaten lima puluh kota sebanyak 6 truk sampah dengan total sampah 17.380
ton perharinya. Di perkirakan rata-rata jumlah sampah di TPA regional
payakumbuh pertahunnya yaitu sebanyak 66.758.400 ton. Saat ini pengolahan
sampah di TPA Regional Payakumbuh hanya di pilah oleh masyarakat sekitar dan
pemulung yang datang ke TPA. Sampah yang tidak di ambil oleh masyarakat dan
pemulung kemudian di proses dengan sistem open dumping. Saat ini program
yang berjalan di TPA regional Payakumbuh hanya pemilahan warga atau
pemulung dan sistem open dumping. Tidak berjalannya Program-program
pengelolaan sampah menjadi masalah utama di TPA Regional Payakumbuh saat
ini.3

Berdasarkan wawancara dengan masyarakat yang ditinggal di sekitar TPA


Regional Payakumbuh, bahwasanya mereka setiap harinya memang merasa
terganggu secara estetika, karena setiap hari mobil truk sampah melewati
pemukiman warga. Walaupun masyarakat sudah terbiasa tetapi hal tersebut
menimbulkan polusi udara, bau sampah yang menggangu kenyamanan warga
sekitar, kemudian beberapa tahun yang lalu pernah terjadi ledakan kareana sudah
overload dan air lindi (leachet) dari TPA masuk kedalam sawah warga sehingga
merusak tanah warga yang membuat hasil panen padi warga sekitar menurun.
Warga yang tingggal di sekitar TPA sampah Regional payakumbuh memiliki
kondisi lingkungan yang memprihatinkan karena lingkungan yang kurang baik
dan tercemar.
Berdasarkan penelitian yang sama oleh Hildawati seorang dosen Sekolah Tinggi
Ilmu Administrasi (STIA) Lancang Kuning Dumai yang berjudul “evaluasi
kebijakan pengelolaan sampah pada kecamatan di kota Dumai pada tahun 2018”
dapat disimpulkan pengelolaan sampah pada kecamatan di Kota Dumai masih
kurang optimal, kurangnya koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas
Lingkungan Hidup Kota Dumai, minimnya sarana dan prasarana kebersihan yaitu
ketersediaan TPS, sarana pengangkut sampah ke TPS Terdekat yang jumlahnya
kurang memadai.17 Sedangkan berdasarkan penelitian kristian agung yang
berjudul “analisis pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)Desa
Sido Makmur Kecamatan Sipora Utara” yaitu teknik operasional pengelolaan
sampah di ini hampir sama dengan daerah lain yang ada di Indonesia, yaitu
dengan cara penampungan/pewadahan, pengumpulan, pemindahan,
pengangkutan, dan pembuangan/pengolahan, yang menjadi kendala utama dalam
proses pengelolaan sampah yaitu keterbatasan biaya atau dana yang meliputi
sumber operasinal, alat dan fasilitas persampahan lainya. Dinas Lingkungan
Hidup dan Dinas Kebersihan Kabupaten Kepulauan Mentawai berperan penting
dalam proses pengelolaan sampah, terutama dalam menyiapkan standar, norma
dan peraturan yang dibutuhkan, selanjutnya pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat Desa Sido Makmur terhadap pengelolaan sampah menjadi faktor
utama yang diharapkan supaya terciptanya pengelolaan sampah yang baik dan
benar.18

Sesuai dengan pemaparan tersebut, mengenai permasalahan-permasalahan


sampah yang terjadi di TPA Regional Payakumbuh, sehingga peneliti berminat
melakukan penelitian tentang sampah dengan judul penelitian “ Analisis
Manajemen Pengelolaan Sampah Di TPA Regional Payakumbuh, Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2021”

B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan penjabaran latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
akan di teliti yaitu “bagaimana analisis manajemen pengelolaan sampah di TPA
Regional kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2021”?

C. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Untuk melihat dan mengetahui analisis manajemen pengelolaan
sampah di TPA regional kota Payakumbuh provinsi Sumatera Barat
2. TUJUAN KHUSUS
1) Untuk mengetahui peran sumber daya manusia dalam
manajemen pengelolaan sampah di TPA Regional Payakumbuh
2) Untuk mengetahui sarana dan prasarana dalam manajemen
pengelolaan sampah di TPA regional kota Payakumbuh
provinsi Sumatera Barat
3) Untuk mengetahui alokasi pendanaan dalam manajemen
pengelolaan sampah di TPA regional kota Payakumbuh
provinsi Sumatera Barat
4) Untuk melihat proses pengelolaan di TPA regional kota
Payakumbuh provinsi Sumatera Barat
5) Untuk melihat kendala-kendala apa saja yang terjadi pada saat
proses pengelolaan sampah di TPA regional kota Payakumbuh
provinsi Sumatera Barat
D. MANFAAT
a. Bagi TPA regional payakumbuh
Sebagai masukan dan dasar pertimbangan dalam pengambilan kebijakan
bagi pihak pengelolaan sampah di TPA regional payakumbuh provinsi
sumatera barat
b. Bagi institusi
Memberikan informasi mengenai analisis manajemen pengelolaan sampah
di TPA regional payakumbuh provinsi sumatera barat
c. Bagi peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai cara
pengelolaan sampah
d. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini di harapkan berguna untuk informasi serta acuan bagi
peneliti berikutnya dengan ruang lingkup yang tidak berbeda
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Telaah Pustaka

2.1.1 Pengertian Sampah

Segala sesuatu bentuk aktivitas yang di lakukan manusia untuk memenuhi


kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi makanan minuman dan barang dari
sumber daya alam dan menghasilkan bahan buangan yang sudah tidak dibutuhkan
dan di tidak lagi digunakan oleh manusia di sebut dengan istilah sampah. 1 Sampah
merupakan sisa-sisa suatu usaha atau benda yang sudah tidak berguna yang di
hasilkan dari kegiatan manusia yang berwujud padat yang berupa zat organik maupun
anorganik dan yang bersifat dapat terurai maupun tidak terurai yang dianggap sudah
tidak berguna lagi sehingga dibuang ke lingkungan. UU nomor 18 tahun 2008 tentang
pengelolaan sampah, mendefinisikan sampah sebagai sisa suatu usaha atau kegiatan
sehari-hari yang di lakukan manusia dan proses alam yang berbentuk padat. 2
Pengertian sampah menurut ilmu kesehatan lingkungan merupakan bagian-bagian
dari benda yang tidak berguna, yang tidak terpakai, tidak disenangi dan harus
dibuang, sehingga tidak mengganggu kelangsungan hidup manusia. Sampah saat ini
menjadi salah satu persoalan utama di Indonesia dan beberapa faktor pemicunya yaitu
bertambahnya populasi penduduk, kegiatan urbanisasi, perubahan pola konsumsi
pada masyarakat, gaya hidup masyarakat, pertumbuhan ekonomi serta kemajuan
tekhnologi sehingga meningkatkan jumlah berbagai jenis dan karakteristik timbulan
sampah.3 Tidak hanya di Indonesia, sampah merupakan salah satu permasalahan
yang banyak di hadapi oleh berbagai Negara di seluruh Dunia, dengan meningkatnya
jumlah Penduduk dan aktivitas yang dilakukan oleh manusia akan membuat volume
sampah terus meningkat setiap harinya, sedangkan untuk mengatasi permasalahan
sampah memerlukan biaya yang tidak sedikit dan lahan yang semakin luas.
Disamping itu, keberadaan sampah sangat membahayakan kesehatan dan lingkungan
masyarakat jika tidak dikelola dengan baik.2

2.1.2 Sumber- Sumber Sampah

Keberadaan sampah tentunya pasti tidak berdiri sendiri. Timbulnya sampah terjadi
karena berbagai faktor dan situasi yang meliputinya. Beberapa sumber-sumber
sampah yaitu:

1. Sampah pemukiman (domestic wastes).


Sampah yang terdiri dari sisa bahan buangan dari hasil kegiatan rumah tangga
yang sudah terpakai dan dibuang, contohnya seperti sisa-sisa makanan baik
yang sudah dimasak atau belum, kertas, plastik, pakaian bekas, perabot rumah
tangga yang tidak terpakai, daun-daunan dan benda yang tidak terpakai
lainnya.
2. Sampah tempat-tempat umum.
Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum, seperti sampah dari pasar,
sampah dari tempat hiburan, sampah terminal bus, sampah stasiun kereta api,
dan sampah tempat-tampat umum lainnya. Sampahnya dapat berupa kertas,
plastik, botol bekas, daun dan sebagainya.
3. Sampah perkantoran.
Sampah ini dari hasil kegiatan perkantoran baik perkantoran pendidikan,
perdagangan, departemen, perusahaan, dan perkantoran lainnya. Umumnya
sampah perkantoran ini bersifat anorganik dan mudah terbakar (rubbish)
contohnya sampah kertas, plastik, karbon, klip dan sampah lainnya.
4. Sampah dari jalan raya
Sampah ini berasal dari jalan yang terdiri dari kertas, kardus, debu, batu-
batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-
daunan, plastik, dan yang lain sebagainya.
5. Sampah dari hasil industri (industrial wastes).
Sampah ini hasil dari kawasan industry yang biasanya berasal dari
pembangunan industri dan sampah yang berasal dari proses produksi,
contohnya sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu,
potongan tekstil, kaleng, dan bahan buangan lainnya.
6. Sampah pertanian/perkebunan.
Sampah yang berasal dari hasil perkebunan atau pertanian, contohnya jerami,
sisa sayuran, batang padi, batang jagung, ranting pepohonan yang patah, dan
lainnya.
7. Sampah pertambangan.
Sampah yang berasal dari daerah pertambangan, jenisnya tergantung dari
usaha pertambangan itu sendiri, contohnya batu-batuan, tanah/cadas, pasir,
sisa-sisa pembakaran (arang) dan sisa pertambangan lainnya.
8. Sampah peternakan dan perikanan.
Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan, contohnya kotoran
hewan, sisa-sisa makanan/ rumput, bangkai binatang, dan sampah lainnya.19

2.1.3 Jenis-jenis sampah

Jenis-jenis sampah dapat di bedakan menjadi 3 yaitu sampah organik, sampah


anorganik dan sampah berbahaya (b3).

1. Sampah Organik
Sampah organik atau sampah yang biasa di sebut dengan sampah basah adalah
sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat didegradasi oleh
mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dapat diuraikan secara alami,
salah satu contohnya sampah dari hasil rumah tangga sebagian besar
merupakan bahan organik misalnya sampah dari dapur, sisa makanan,
pembungkus (selain kertas, karet dan plastik), tepung , sayuran, kulit buah,
daun dan ranting.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik atau sampah kering adalah sampah yang dihasilkan dari
bahan-bahan nonhayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses
teknologi pengolahan bahan tambang serta dapat berasal dari sumber daya
alam tak terbarui seperti inyak bumi, mineral dan hasil proses industry.
Sampah anorganik dibedakan menjadi, sampah logam dan produk-produk
olahannya, sampah plastik, sampah kertas, Sampah kaca dan keramik, sampah
detergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat terurai secara
alam/mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara,
sebagian lainnya membuthkan waktu yang lama untuk di uraikan. Sampah
jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas
plastik, dan kaleng.
3. Sampah bahan berbahaya beracun (B3)
Pada sampah bahan berbahaya dan beracun (B3), sampah dapat berasal dari
zat kimia organik dan non organik serta logam-logam berat yang umumnya
berasal dari buangan industri. Pengelolaan sampah B3 tidak dapat
dicampurkan dengan sampah organik dan nonorganik. Biasanya ada badan
khusus yang dibentuk untuk mengelola sampah B3 sesuai Peraturan berlaku.20
2.1.4 Karakteristik Sampah

Karakteristik sampah dapat di kelompokkan menjadi beberapa karakteristik yakni


sebagai berikut.

1. Sampah basah atau garbage adalah jenis sampah yang di hasilkan dari sisa
sisa potongan hewan atau sayur-sayuran hasil dari proses pengolahan,
pembuatan dan penyediaan makanan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat
yang mudah membusuk yang umumnya memiliki sifat mengandung air
sehingga akan mudah menimbulkan bau yang tidak sedap.
2. Sampah kering atau rubbish adalah sampah yang mudah terbakar dan tidak
mudah terbakar yang biasanya berasal dari rumah-rumah, pusat perdagangan,
perkantoran.
3. Abu atau ashes adalah sampah yang berasal dari hasil sisa-sisa pembakaran
benda yang terbakar seperti rumah, kantor maupun dipabrik-pabrik industri.
4. Sampah jalanan (Street Sweping) adalah sampah hasil dari pembersihan jalan
dan trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang
terdiri dari kertas, daun-daun dan lain-lain.
5. Bangkai binatang (Dead animal) adalah sampah yang berupa sampah-sampah
biologis yang berasal dari bangkai binatang yang sudah mati karena alam,
penyakit atau kecelakaan yang sudah membusuk.
6. Sampah rumah tangga atau household refuse merupakan sampah campuran
yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes yang berasal dari daerah perumahan.
7. Bangkai kendaraan atau abandonded vehicles adalah sampah yang berasal dari
bangkai-bangkai mobil, truk, kereta api yang sudah dibuang dan tidak
terpakai.
8. Sampah industri merupakan sampah padat yang berasal dari hasil-hasil pabrik
industri pengolahan hasil bumi dan tumbuh-tubuhan serta industri lainnya.
9. Sampah pembangunan atau demolotion waste merupakan sampah dari hasil
proses pembangunan gedung, rumah dan sebagainya, yang berupa puing-
puing, potongan kayu, besi beton, bambu dan lainnya.
10. Sampah khusus adalah sampah yang memerlukan penanganan khusus
misalnya kaleng cat, flim bekas, zat radioaktif dan lain-lain20
2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah

Slamet tahun 2004 mengatakan bahwa sampah baik kualitas maupun kuantitasnya
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan taraf hidup masyarakat. Ada beberapa
factor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah di masyarakat, antara lain yaitu:

1. Pertambahan jumlah penduduk


Semakin bertambahnya jumlah penduduk, akan bertambah jumlah volume
sampah.
2. Perkembangan sosia dan ekonomi
Semakin tinggi perkonomian suatu masyarakat, semakin tinggi jumlah
sampah yang dibuang setiap harinya.
3. Musim
Musim juga sangat mempengaruhi jumlah sampah yang dihasilkan.
4. Aktifitas manusia
Semakin banyaknya aktifitas yang dilakukan manusia akan mempengaruhi
jumlah timbulan sampah.
5. Teknologi
Kemajuan teknologi akan menambah jumlah volume sampah karena
pemakaian bahan baku yang semakin beragam.21
2.1.6 Pengaruh sampah terhadap manusia dan lingkungan

Sampah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan, adapun


pengaruh sampah dapat dilihat dari pengaruh positif dan negatif.

1. Pengaruh positif sampah


Adapun pengaruh positif dari keberadaan sampah itu sendiri yaitu :
a. Sampah dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk menimbun lahan
semacam rawa-rawa dan dataran rendah.
b. Sampah organik dapat dijadikan sebagai pupuk kompos dan sangat
baik untuk meyuburkan tanah.
c. Sampah dapat di jadikan sebagai pakan ternak setelah menjalani
proses pengolahan terlebih dahulu untuk mecegah pengaruh buruk
terhadap hewan ternak.
d. Melakukan pengelolaan sampah akan membuat berkurangnya tempat
perkembang biakan serangga atau hewan pengerat.
e. Mengurangi kejadian kasus penyakit menular yang erat kaitannya
dengan sampah.
f. Lingkungan yang bersih menimbulkan rasa indah aman dan nyaman
bagi masyarakat.
2. Pengaruh yang negatif
Adapun dampak negatifnya sendiri yaitu:
a.Sampah sangat mempengaruhi derajat kesehatan manusia
1) Pengelolaan sampah yang kurang baik dan benar akan menjadikan
sampah sebagai sarang perkembang biakan vector penyakit seperti
lalat dan tikus.
2) Penyakit demam berdarah (DBD) akan meningkat karena faktor
penyakit dapat hidup dan berkembang biak di dalam genangan air
seperti kaleng bekas yang berisi air, ban bekas yang tergenang oleh air.
3) Gangguan psikomatif, misalnya sesak Nafas insomnia, stres dan
sebagainya.
b. Proses pengelolaan sampah akan menimbulkan dampak buruk bagi
kehidupan
1) Proses pengomposan oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas
tertentu yang menimbulkan bau yang tidak sedap.
2) Estetika lingkungan kurang baik dipandang mata.
3) Pembuangan sampah sembarang terutama ke dalam saluran
pembuangan air akan meyebabkan aliran air terganggu dan saluran air
akan tersumbat.
4) Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk pada saluran
air dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada
sumber air permukaan dan sumur dangkal.
5) Air banjir dapat menyebabkan kerusakan pada fasilitas pemukiman
masyarakat seperti jalan dan saluran air
c. Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat
1) Sampah yang kurang di kelola dengan baik akan mempengaruhi keadaan
sosial budaya masyarakat setempat
2) Kondisi lingkungan yang kurang baik akan mengurangi minat wisatawan
untuk berkunjung ke daerah tersebut
3) Keberadaan sampah dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara
penduduk setempat dan pihak pengelola
4) Produktifitas masyarakat menurun akibat angka kasus kesakitan
meningkat dan mengurangi hari bekerja
5) Penurunan pemasukan daerah tempat wisata akibat penurunan jumlah
pengunjung yang diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat
setempat
6) Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun
dan tidak memiliki nilai ekonomis.21
2.1.7 Pengelolaan sampah

Reksosoebroto (1985) dalam Efrianof (2001) mengatakan bahwa pengelolaan sampah


sangat penting untuk mencapai kualitas lingkungan yang bersih dan sehat, oleh
karena itu sampah harus dikelola dengan baik dan benar sehingga hal-hal yang
negative yang timbul akibat sampah bagi kehidupan tidak sampai terjadi. Dalam ilmu
kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tersebut
tidak menjadi tempat perkembangbiakan vektor penyakit serta sampah tersebut tidak
menjadi media perantara penyebaran penyakit. Syarat lainnya yang harus terpenuhi
dalam pengelolaan sampah ialah sampah tidak akan mencemari udara, air, tanah dan
tidak menimbulkan bau yang tidak sedap (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran
dan lain sebagainya. Menurut Techobanoglous (1977) dalam Maulana (1998)
pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan
terhadap penimbunan, penyimpanan (sementara), pengumpulan, pemindahan dan
pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai
dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik
(engineering), perlindungan alam (conservation), keindahan dan pertimbangan
lingkungan lainnya dan juga mempertimbangkan sikap masyarakat. Adapun tahap-
tahap pengelolaan sampah adalah sebagai berikut:

1. Pewadahan
Melakukan pewadahan sampah sesuai dengan jenis sampah yang telah terpilah,
yaitu Sampah organik seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan
dengan wadah warna gelap, sampah an organik seperti gelas, plastik, logam dan
jenis sampah lainnya dengan menggunakan wadah warna terang dan khususnya
sampah bahan barbahaya beracun (B3) berwarna merah yang diberi lambang
khusus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pengangkutan dan pengumpulan sampah
Pengumpulan sampah adalah tanggung Jawab dari masing masing rumah
tangga Dan institusi yang menghasilkan sampah Oleh karena itu masyarakat
harus Membangun dan membuat tempat khusus Untuk pengumpulan sampah.
Kemudian Dari masing masing tempat pengumpulan Sampah tersebut
diangkut ke tempet Pembuangan sampah sementara dan Selanjutnya ke
tempet pembuangan ahir.
3. Pengelolaan dan pemusnahan sampah
a. Ditanam atau landfil
Pengelolaan dan pemusnahan dengan teknik ini dilakukan dengan cara
membuat lubang di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun
dengan tanah prisip dari sanitary yang telah ditimbun kemudian segera
diaduk dengan lapisan tanah yang padat.
b. Dibakar atau Insenertor
Pengelolaan dan pemusnahan sampah dengan cara insenerator atau
dibakar didalam tungku pemusnah. Pelaksanaan metode ini harus
diusahakan sejauh mungkin dari pemukiman demi menghindari
pencemaran udara.
c. Dijadikan pupuk atau kompos
Pengelolaan sampah menjadi pupuk (kompos), terutama untuk sampah
organik seperti daun-daun, sisa makanan dan sampah lain yang mudah
membusuk.22
4. Pembuangan akhir
Metode pembuangan akhir sampah dapat berupa penimbunan terkendali termasuk
pengolahan lindi dan gas, lahan urug saniter termasuk pengolahan lindi dan gas
dan metode penimbunan sampah untuk daerah pasang surut dengan sistem kolam
(an acrob, Fakultatif, maturasi).23

2.1.8 Inovasi Metode Pengelolaan sampah

a. Reduce atau mengurangi dilakukan dengan meminimalisasi barang atau material


yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak
sampah yang dihasilkan.

b. Re-use atau memakai kembali, dilakukan dengan memilah dan memilih barang-
barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali
pakai, buang (disposable), hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang
sebelum menjadi sampah.

c. Recycle atau mendaur ulang dilakukan dengan memanfaatkan atau mendaur ulang
barang-barang yang tidak terpakai suapaya bisa digunakan kembali. Tidak semua
barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan
industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Benda yang
dapat didaur ulang contohnya sampah plastik, sampah kaca, dan sampah logam,
merupakan jenis sampah yang dapat di daur ulang atau dimanfaatkan kembali.

d. Replace atau mengganti yaitu dengan menteliti barang yang kita pakai sehari-hari.
Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih
tahan lama. Lebih teliti dalam pemakaian barang yang lebih ramah lingkungan,
misalnya, ganti kantong keresek kita dnegan keranjang bila berbelanja dan jangan
pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.19

2.1.9 Tahap-tahapan dalam pelaksanaan dan pengelolaan sampah


Pengelolaan sampah pada saat ini menjadi masalah yang semakin kompleks karena
semakin banyaknya sampah yang dihasilkan dan semakin beranekaragam
komposisinya akan memepersulit untuk sampah diuraikan. Adapun tahap-tahap
dalam pelaksanaan dan pengelolaan sampah yaitu sebagai berikut:

1) Proses penyimpanan sampah


Proses penyimpanan sampah ini sangat penting karena melibatkan nilai-nilai
kesehatann dan kenyaman bagi kehidupan, menyimpan sampah di atas tanah
terbuka merupakan hal yang tidak diinginkan karena dapat menjadi tempat
perkembangan vector seperti lalat, kecoak dan tikus.
2) Proses pengumpulan sampah
Proses pengumpulan sampah adalah suatu upaya untuk mengumpulkan
sampah yang berasal dari berbagai sumber penghasil sampah tertentu dan
selanjutnya dikumpulkan di tempat penampungan sampah sementara,
selanjutnya sampah sampah diangkut dan di buang ke tempat pembuangan
akhir (TPA).
3) Proses pengangkutan sampah
Proses pengangkutan sampah adalah suatu kegiatan untuk mengangkut
sampah dari sumbernya ke tempat akhir atau dari tempat pembuangan
sementara ke tempat pembuangan akhir.
4) Proses pembuangan sampah
Proses pembuangan sampah merupakan kegiatan pengumpulan sampah di
suatu tempat yang disebut tempat pembuangan sementara setelah kegiatan
pengangkutan sampah sebelum ke tempat pembuangan akhir (TPA) dimana
sampah akan dimusnahkan.21
4.1.10 Hambatan dalam pengelolaan sampah

Menurut Slamet (2004) masalah pengelolaan sampah di Indonesia merupakan


masalah yang rumit karena. Adapun hambatan-hambatan dalam pengelolaan sampah
yaitu :
1. Berkembang pesatnya teknologi, perkembangannya lebih cepat dari pada
kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memahami persoalan
persampahan
2. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan
pengetahuan tentang persampahan
3. Kebiasaan pengelolaan sampah oleh masyarakat yang tidak efisien
menimbulkan pencemaran udara, tanah dan air, gangguan estetika dan
memperbanyak populasi lalat dan tikus
4. Sulitnya mendapatkan lahan sebagai tempat pembuangan akhir sampah, selain
tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan sampah, juga
terjadi kompetisi yang semakin rumit akan penggunaan tanah.
5. Semakin banyaknya masyarakat yang keberatan bahwa daerahnya dipakai
sebagai tempat pembuangan sampah
6. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan tantang persampahan
7. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca yang
panas.
8. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada
tempatnya dan memelihara kebersihan
9. Biaya dan pendanaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini
kebanyakan sampah dikelola oleh jawatan pemerintah.
10. Pengelolaan sampah dimasa lalu dan saat ini kurang memperhatikan faktor
non teknis seperti partisipasi masyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat
dan bersih.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa faktor yang lebih dominan menimbulkan
hambatan dalam pengelolaan sampah adalah kurangnya pengetahuan, tentang
pengelolaan sampah, kebiasaan pengelolaan sampah yang kurang baik dan efektif,
kurangnya fasilitas pengelolaan sampah, kurangnya partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah dan yang paling utama yaitu kurangnya alokasi dana19
4.2 Manajemen pengelolaan sampah
2.2.1 Peraturan atau hukum

Aspek pengaturan didasarkan bahwa pada kenyataannya Indonesia adalah negara


hukum, dimana sendi-sendi kehidupan sangat erat kaitannya dengan hukum yang
berlaku. Manajemen persampahan kota di Indonesia membutuhkan kekuatan dan
dasar hokum yang mengatur dalam pembentukan organisasi, pemungutan retribusi,
ketertiban masyarakat, dan sebagainya. Peraturan tentang penyelenggaraan sistem
pengelolaan sampah di perkotaan antara lain ialah yang mengatur tentang:

a) Ketertiban umum yang terkait dengan penanganan sampah


b) Perencanaan induk pengelolaan sampah kota
c) Bentuk lembaga dan organisasi pengelola sampah
d) Tata-cara penyelenggaraan pengelolaan sampah
e) Besaran tarif jasa pelayanan atau retribusi, pendanaan dan
fasilitas
f) Kerjasama dengan berbagai pihak terkait, diantaranya
kerjasama antar daerah, atau kerjasama dengan pihak swasta.23
2.2.2 Organisasi dan kelembagaan

Aspek organisasi dan manajemen ialah suatu kegiatan multi disiplin yang bertumpu
pada prinsip teknik dan manajemen yang menyangkut aspek-aspek ekonomi, sosial,
budaya, dan kondisi fisik wilayah kota, dan memperhatikan pihak yang dilayani yaitu
masyarakat kota. Perancangan dan pemilihan bentuk organisasi disesuaikan dengan:

a) Peraturan pemerintah yang membinanya


b) Pola sistem operasional yang diterapkan
c) Kapasitas kerja sistem
d) Lingkup pekerjaan dan tugas yang harus ditangani.23
2.2.3 Teknik operasional pengelolaan sampah
SNI 19-2454-2002 tentang tata cara teknik operasional pengelolaan sampah
perkotaan meliputi dasar-dasar perencanaan pengelolaan sampah untuk:

a) Daerah pelayanan
b) Tingkat pelayanan
c) Teknik operasional, mulai dari:
 Pewadahan sampah
 Pengumpulan sampah
 Pemindahan sampah
 Pengangkutan sampah
 Pengolahan dan pemilahan sampah
 Pembuangan akhir sampah
 Kegiatan pemilahan dan daur ulang semaksimal mungkin
dilakukan sejak dari pewadahan sampai dengan pembuangan
akhir sampah.23
2.2.4 Pembiayaan atau retribusi

Komponen pembiayaan sistem pengelolaan sampah kota secara ideal dihitung


berdasarkan:

a) Biaya investasi
b) Biaya operasi dan pemeliharaan
c) Biaya manajemen
d) Biaya untuk pengembangan
e) Biaya penyuluhan dan pembinaan masyarakat.

Aspek pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar sistem pengelolaan


persampahan di kota tersebut dapat dilkukan dengan lancar. Diharapkan bahwa
sistem pengelolaan persampahan di Indonesia akan menuju pada pembiayaan sendiri,
termasuk di sini dengan pembentukan perusahaan daerah. Beberapa aspek atau
sumber dalam sektor pembiayaan pengelolaan sampah yaitu :
a) Proporsi pendanaan dari APBN/APBD pengelolaan sampah, antara retribusi
dan biaya pengelolaan sampah.
b) Proporsi komponen biaya tersebut untuk gaji, transportasi, pemeliharaan,
pendidikan dan pengembangan serta administrasi.
c) Proporsi antara retribusi dengan pendapatan masyarakat.
d) Struktur dan penarikan retribusi yang berlaku.23
2.2.5 Peran Serta Masyarakat

Masyarakat sangan berperan penting dalam program pengelolaan sampah, tanpa


adanya partisipasi masyarakat penghasil sampah, semua program pengelolaan sampah
yang direncanakan akan sia-sia. Salah satu pendekatan kepada masyarakat untuk
dapat membantu program pemerintah dalam kebersihan adalah memeberikan
pengetahuan atau penyuluhan bagaimana membiasakan masyarakat kepada tingkah
laku yang sesuai dengan tujuan program itu. Hal ini antara lain menyangkut:

a) Bagaimana merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang


tertib dan teratur.
b) Faktor-faktor sosial, struktur, dan budaya setempat.
c) Kebiasaan dalam pengelolaan sampah selama ini.
d) Pengetahuan dalam melakukan pengelolaan sampah23

2.3 Pengertian TPA sampah

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah sarana untuk berlangsungnya suatu


kegiatan pembuangan akhir sampah yang berupa tempat dimana sampah di karantina
atau dikumpulkan sampah secara aman. Pengoperasian dan pemeliharaan TPA
sampah baik dengan lahan urug terkendali maupun lahan urug saniter, harus
menjamin fungsi TPA tersebut seperti sistem pengumpulan dan pengolahan lindi,
penanganan terhadap gas metan, pemeliharaan estetika sekitar lingkungan,
pengendalian berbagai vektor penyakit, pemeliharaan keselamatan pekerja, dan
penanganan tanggap terhadap bahaya darurat seperti kebakaran dan kelongsoran24.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah merupakan wadah untuk memroses,
mengolah dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi
kesehatan manusia dan lingkungan sekitar. Salah satu program nasional disetiap
daerah yaitu penyediaan tempat pembuangan akhit (TPA) sebagai proses manajemen
pengelolaan sampah. Pemerintah menyediakan TPA sebagai bentuk tanggung jawab
terhadap kenyamanan masyarakat. Lingkungan yang bersih dan TPA yang aman akan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan
bahwa TPA merupakan tempat pemrosesan terakhir sampahuntuk nantinya
dikembalikan ke lingkungan secara aman atau TPA bukan hanya menjadi tempat
pembuangan terakhir bagi sampah tetapi juga menjadi tempat terakhir sampah
diproses dan di olah sedemikian rupa untuk nantinya di kembalikan ke alam. TPA di
Indonesia masih banyak melakukan pengelolaan sampah secara terbuka (open
dumping)14

2.2.2 Dampak keberadaan TPA sampah bagi masyarakat sekitar

Masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar TPA sampah mengalami berbagai


macam dampak akibat keberadaan TPA tersebut. Dampak yang dirasakan dapat
berupa dampak negative dan posistif. Dampak posistif dari keberadaan TPA sampah
adalah terbukanya lapangan pekerjaan baru. Masyarakat dapat hidup dari sampah
yang menumpuk di TPA. Masyarakat dapat mengambil sampah yang berguna dan
dapat didaur ulang seperti besi, kaca dan plastik. Usaha pengumpulan sampah ini
dapat memberikan nilai positif bagi pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat
sekitar TPA karena sampah tersebut memiliki nilai ekonomi.24

Selain dampak posistif yang diberikan oleh kehadiran sampah di TPA terdapat pula
dampak negatif yang terjadi akibat kehadiran sampah di TPA. Kehadiran sampah
dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan sumberdaya yang cukup besar.
Lingkungan dan sumberdaya yang berada tidak jauh dari lokasi TPA dapat tercemar,
baik itu udara, air, maupun tanah sehingga sumberdaya tersebut tidak layak untuk
digunakan sebagai pendukung aktivitas sehari-hari manusia yang terus-menerus
meningkat. Tidak hanya itu, penetapan TPA sampah juga dapat menimbulkan konflik
sosial antara masyarakat dan pemerintah yang menyebabkan kehidupan masyarakat
kurang harmonis. Selain berbahaya bagi lingkungan sekitar, sampah juga dapat
membahayakan kesehatan masyarakat. Sampah dapat menjadi sumber bau yang tidak
sedap yang dapat menyebabkan penyakit saluran pernafasan seperti TBC, bronchitis,
dan penyakit saluran pernafasan lainnya. Sampah juga dapat menjadi tempat
berkembang biaknya vektor penyakit yang dapat menyebar dan menyebabkan wabah
penyakit bagi manusia dan makhluk hidup lainnya yang bertempat tinggal di sekitar
TPA sampah.25

2.2.3 Teknik pengolahan sampah di TPA

Adapun teknik-teknik dalam pengolahan sampah dapat berupa :

1) Teknik pengomposan, teknik pengomposan terbagi menjadi 2 yaitu:

a) berdasarkan kapasitas ( individual, komunal, skala lingkungan)


b) berdasarkan proses (alami, biologis dengan cacing, biologis dengan mikro
organisme,tambahan).

2) Teknik insinerasi yang berwawasan lingkungan

3) Teknik daur ulang dapat di bedakan menjadi 2 bagian :

a) sampah an organik disesuaikan dengan jenis sampah


b) menggunakan kembali sampah organik sebagai makanan ternak

4) pengurangan volume sampah dengan cara pencacahan atau pemadatan;

5) biogasifikasi atau pemanfaatan energi hasil pengolahan sampah.


Ketenuan dan rincian masing-masing teknik pengolahan sampah sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.23

2.2.4 persyaratan, metode dan peralatan tempat pembuang akhir

Persyaratan umum dan teknis lokasi pembuangan akhir sampah sesuai dengan SNI 03
3241 1994 yang menjelaskan tentang tata cara pemilihan lokasi TPA sampah. Tempat
pembuangan akhir (TPA) sampah ialah sarana untuk berlangsungnya suatu kegiatan
pembuangan akhir sampah berupa tempat dimana sampah dikarantika dan di
kumpulkan secara aman. Kriteria lokasi TPA harus memenuhi persyaratan dan
ketentuan hukum, pengelolaan lingkungan hidup dengan AMDAL, serta tata ruang
yang ada. Kelayakan lokasi TPA sampah ditentukan berdasarkan:

1) Kriteria regional yang digunakan untuk menentukan kelayakan zona contohnya


kondisi geologi, hidrogeologi, kemiringan tanah, jarak dari lapangan terbang, cagar
alam banjir dengan periode 25 tahun.

2) Kriteria penyisih digunakan untuk memilih lokasi terbaik yang meliputi iklim,
utilitas, lingkungan biologis, kondisi tanah, demografi, batas administrasi, kebisingan,
bau, estetika dan ekonomi.

3) Kriteria penetapan digunakan oleh instansi berwenang untuk menyetujui dan


menetapkan lokasi terpilih sesuai kebijakan setempat. Cara pengerjaan yaitu dengan
melakukan analisis terhadap data sekunder , berupa peta topografi, geologi
lingkungan, hidrogeologi, bencana alam, peta administrasi, kepemilikan lahan, tata
guna lahan dan iklim, data primer berdasarkan kriteria, pembuatan peta skala
1:25.000 atau 1:50.000 dan identifikasi lokasi potensial.26

Adapun metode pembuangan akhir sampah kota dapat dilakukan sebagai berikut :

1) Penimbunan terkendali termasuk pengolahan lindi dan gas;


2) Lahan urug saniter termasuk pengolahan lindi dan gas;
3) Metode penimbunan sampah untuk daerah pasang surut dengan sistem kolam
(an aerob, fakultatif, maturasi).

Adapun peralatan dan perlengkapan yang digunakan di TPA sampah adalah sebagai
berikut:

1) buldoser untuk perataan, pengurugan dan pemadatan

2) crawl atau track dozer untuk pemadatan pada tanah lunak

3) wheel dozer untuk perataan dan pengurugan

4) loader dan power showel untuk penggalian, perataan, pengurugan dan pemadatan

5) dragline untuk penggalian dan pengurugan

6) scraper untuk pengurugan tanah dan perataan

7) kompaktor atau Iandfril compactor untuk pemadatan timbunan sampah pada lokasi
dalam.23

2.2.5 Program pengelolaan sampah di TPA

Berdasarkan SNI 19-2454-2002 tantang teknik operasional pengelolaan sampah di


perkotaan, secara umum metode pengelolaan sampah di TPA ada 3 yaitu:

a. Metode open dumping atau lahan terbuka

Merupakan sistem pengolahan sampah dengan hanya membuang atau menimbun


sampah disuatu tempat tanpa ada perlakukan khusus, sehingga sistem ini sering
menimbulkan gangguan pencemaran lingkungan.

b. Metode Controlled Landfill atau penimbunan terkendali

Controlled Landfill adalah sistem open dumping yang diperbaiki yang merupakan
sistem pengalihan open dumping dan sanitary landfill yaitu dengan penutupan
sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPA sampah penuh yang dipadatkan
atau setelah mencapai periode tertentu.

c. Metode sanitary landfill atau lahan urug saniter

Sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah ditimbun dan
dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup. Pekerjaan
pelapisan tanah penutup dilakukan setiap hari pada akhir jam operasi.9

2.3Kerangka Teori

Analisis manajemen pengelolaan sampah di TPA


Regional Payakumbuh

Sarana Dan Alokasi Proses


SDM Kendala
Prasarana pendanaan pengolahan

Sumber : Teori Peter Salim dan Yenni Salim (2002)


2.4 Kerangka piker

TPA Regional Payakumbuh merupakan satu-satunya


tempat pengumpulan dan pengolahan sampah dari 4
kabupaten/kota

1. Peranan sumber daya manusia(SDM)


yang meliputi kepala UPTD persampahan,
kepala coordinator TPA Regional,
masyarakat dan lainnya)
2. Sarana dan prasarana yang di gunakan
dalam pengolahan sampah
3. Anggaran dana ( sumber dana,
pendanaan, jumlah dana)
4. Proses-proses dalam pengelolaan sampah
5. Kendala-kendala yang di hadapi dalam
proses pengelolaan sampah

Analisis manajemen pengelolaan sampah di TPA Regional


Payakumbuh
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan yang menggunakan


studi observasi dan wawancara mendalam yang dilakukan kepada informan untuk
memperoleh gambaran dan sistem analisis manajemen pengelolaan sampah di
TPA Regional Payakumbuh. Analisis data kualitatif sendiri adalah suatu proses
untuk mencari, mengolah dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat simpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.

3.2 Tempat dan waktu penelitian


3.2.1 Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di TPA Regional kota Payakumbuh, Provinsi
Sumatera Barat
3.2.2 Waktu penelitian
Penelitian ini di lakukan mulai dari bulan Desember sampai maret
tahun 2022
3.3 Subjek penelitian

Dalam memenuhi kriteria kesesuaian (appropriatenes) dan kecukupan


(adequancy) informasi tentang analisis manajemen pengelolaan sampah di TPA
Regional Payakumbuh maka dalam penelitian ini partisipan di peroleh dengan
menggunakan metode purposive sampling yaitu dilakukan melalui pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Informan dalam penelitian ini
adalah orang-orang yang berpotensi untuk memberikan informasi tentang manaje
men pengelolaan sampah di TPA Regional Payakumbuh.
3.3.1 Informan kunci: sebagai informan kunci dalam penelitian ini adalah
1 kepala UPTD persampahan, 1 orang kepala seksi operasional TPA
sampah regional dan 1 koordinator TPA Regional Payakumbuh.
3.3.2 Informan pendukung: sebagai informan Pendukung dalam penelitian
ini adalah kepala DLH provinsi Sumatera Barat, bagian keshatan
lingkungan di dinas kesehatan kota payakumbuh, bagian kesehatan
lingkungan di puskesmas padang karambia dan masyarakat.
Peneliti menggunakan metode snowball tenik sampling dikarenakan informan
yang bisa bertambah sesuai dengan kebutuhan penelitian.
3.1 Definisi Istilah/Batasan Penelitian
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) yang dimaksud pada penelitian ini ialah
seperti kepala UPTD persampahan, keapala seksi operasional TPA,
koordinator TPA apakah sudah melakukan pekerjaanya sesuai dengan
fungsi dan jabatan masing-masing, dan apakah peran dan fungsi
masyarakat di evaluasi manajemen pengelolaan sampah ini juga
berperan penting.
2. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana dalam penelitian ini ialah alat yang di gunakan d
alm proses pngolahan dan pengelolaan sampah apakah sudah di pakai
dengan baik dan benar
3. Alokasi pendanaan
Berdasarkan UU nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, p
emerintahan dan pemerintahan daerah wajib membiayai penyelenggar
aan pengelolaan sampah yang bersumber dari anggaran pendapatan da
n belanja Negara (APBN) dan anggaran pendapatan dan belanja daera
h (APBD)
4. Proses
Proses yang dimaksud disini adalah apa saja kegiatan yang di alukan d
alam proses pengolahan sampah di TPA mulai dari pengumpulan sam
pai pemusnahan
5. Kendala
Kendala yang di maksud disini yaitu apa-apa saja hambatan yang di ha
dapi dalam proses pengelolaan sampah
3.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ialah berbagai alat yang dapat dimanfaatkan untuk
mengumpulkan data, dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan
ialah pedoman wawancara yang dibuat menggunakan susunan pertanyaan
berdasarkan tujuan penelitian.
3.3 Teknik Pengambilan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengambilan data berupa
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berikut ini adalah jenis-jenis teknik
pengambilan data berdasarkan cara pengambilannya.
a. Wawancara mendalam (Indept Interview)
Wawancara dilaksanakan berdasarkan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan
oleh peneliti. Pertanyaan tersebut sesuai dengan tujuan dari penelitian peneliti
akan dibantu oleh alat yang berfungsi untuk merekam dan mencatat, yaitu
ponsel, buku catatan, dan kamera.
b. Observasi
Selain itu metode yang di gunakan adalah observasi yang merupakan salah
satu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung
terhadap sarana dan prasarana dan kelengkapan data-data yang berhubungan
dengan penelitian.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah upaya untuk merekam data dan mencatat hal-hal penting
yang takut Tertinggal setelah penelitian titik contoh dokumentasi ialah
catatan, buku, surat kabar, website, prasasti, majalah, agenda, notulen, dan
sebagainya sebagai sumber informasi.
3.4 Pengolahan Data/Analisis Data
3.7.1 Pengolahan Data
Teknik Pengolahan Data nya dengan menggunakan :
1. Reduksi Data
Mereduksi data sama seperti merangkum, memilah hal-hal yang pokok,
mempusatkan pada hal yang penting dicari tema dan polanya, hingga data
yang di reduksi bisa membuat gambaran yang lebih jelas, dan memudahkan
peneliti untuk membuat pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila
diperlukan.
2. Penyajian Data
Penyusunan beberapa informasi yang membuat kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan serta penarikan tindakan. Pada penelitian kualitatif,
penyajian data bisa dibuat dalam bentuk uraian singkat, matriks, bagan dan
lain-lain.
3. Penarikan Kesimpulan Dan Verifikasi
Langkah ketiga pada Evaluasi data kualitatif menurut Miles dan Huberman
ialah penarikan kesimpulan serta verifikasi. Kesimpulan pada penelitian
kualitatif mungkin bisa memberi jawaban rumusan masalah yang dibuat dari
awal, namun mungkin juga tidak karena masalah serta rumusan masalah pada
penelitian kualitatif masih bersifat sementara serta akan berkembang sesudah
penelitian berada di lapangan
3.5 Analisis Konten
Analisis konten adalah jenis analisis yang bertujuan untuk mendefinisikan
konten agar mendapat kesimpulan dari makna teks melalui sistem yang dapat
dipercaya dapat diaplikasikan dan sah. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
analisis wacana, yaitu kajian tentang bahasa yang digunakan oleh elemen
masyarakat dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Penulis pun
menggunakan triangulasi sumber data yang bertujuan menggali informasi yang
bisa bersumber dari dokumen tertulis, arsip, dan surat-surat lainnya.
3.6 Etika Penelitian
Dalam menjalankan penelitian ini, terdapat etika penelitian yang harus
diperhatikan oleh peneliti. Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengurus
beberapa berkas berupa surat izin untuk melakukan penelitian dari berbagai pihak
baik itu dari institusi tempat peneliti memperoleh pendidikan. Pada proses
mendapatkan data, terdapat pertimbangan etik pada penelitian ini meliputi hal-hal
berikut :
1. Adanya penjelasaan dari peneliti ke masyarakat, tenaga kesehatan,
fasilitator, kepala dinas di bidang persampahan, pemegang program
sampah di TPA tentang tujuan penelitian yang dilaksanakan, penelitian
yang dilaksanakan tidak menimbulkan resiko apapun bagi objek
penelitian, adanya persetujuan suka rela dari objek penelitan dengan
adanya perizinan pengambilan data dari pihak dinas pekerjaan umum,
dinas kesahatan dan puskesmas.
2. Untuk menjaga kerahasiaan data, peneliti tidak menyebarluaskan data
secara umum dengan seenaknya. Kerahasiaan data yang diberikan oleh
puskesmas dinas kesehatan akan dijamin dalam penelitian ini, dan data
yang diperoleh dalam peneltian ini hanya digunakan untuk kepentingan
penelitan (confidentiality).
3.7 Jalannya Keabsahan Data
Uji keabsahan data di dalam penelitian ini terdiri atas pengujian kredibilitas
data, uji transferability pengujian dependability serta pengujian confirm ability.
Untuk menguji kredibilitas data, peneliti menggunakan uji keabsahan data. Uji
kredibilitas data atau keabsahan data dilakukan dengan menggunakan teknik
triangulasi data, teknik triangulasi data adalah teknik pengecekan data yang
didapat dari berbagai sumber, cara, dan waktu.
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber adalah bentuk pengujian kredibilitas untuk mengecek
sumber dari data-data itu titik data yang sudah didapat selanjutnya
dideskripsikan dan dikelompokkan sesuai dengan sumber yang diambil
tersebut titik peneliti akan memilah data berdasarkan persamaan dan
perbedaannya untuk dianalisis lebih rinci.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik ialah bentuk pengujian data untuk mengecek keabsahan
kepada sumber yang sama namun teknik yang berbeda. Contoh dari
triangulasi teknik ialah wawancara, observasi dan dokumentasi. Jika hasil dari
triangulasi itu berbeda, peneliti dapat mengkonfirmasi kepada Sumber data
agar data menjadi valid atau benar.27
Peneliti menggunakan metode triangulasi sumber data untuk menggali
keabsahan informasi melalui berbagai cara dan sumber data. Peneliti juga
mewawancarai para informan kunci dan menggunakan dokumen-dokumen data
untuk membuktikan kebenaran dari data tersebut apakah sudah sesuai dengan
fenomena yang diteliti.

Anda mungkin juga menyukai