Anda di halaman 1dari 36

1

I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Kota sebagai pusat aktivitas pada suatu kawasan memiliki daya tarik

sehingga terjadi gejala yang sama pada hampir seluruh kota di dunia, yaitu

urbanisasi. Kota sebagai pusat aktivitas menawarkan berbagai fasilitas,

servis/pelayanan, barang dan jasa. Urbanisasi menyebabkan peningkatan

konsumsi barang dan jasa yang terkonsentrasi di kawasan perkotaan. Sebagai

dampak dari meningkatnya daya beli masyarakat. Segala material sisa dari

kegiatan konsumsi barang dan jasa tersebut disebut sebagai sampah. Sehingga

terdapat hubungan yang signifikan antara populasi dan standar of living dengan

jumlah rata-rata sampah yang dihasilkan (The rate of solid waste generation)

(Noraduola, 2008).

Sampah menjadi salah satu permasalahan yang patut untuk diperhatikan.

Sampah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia,

karena pada dasarnya semua manusia pasti menghasilkan sampah. Sampah

merupakan suatu buangan yang dihasilkan dari setiap aktivitas manusia. Volume

peningkatan sampah sebanding dengan meningkatnya tingkat konsumsi manusia

(Nagong, 2020).

Isu persampahan global dilatar belakangi oleh populasi dunia yang

semakin meningkat. Menurut Pratama, R. A., dan Ihsan, I. M pada tahun 2017

peningkatan jumlah timbulan sampah bergantung pada tingkat kemakmuran

ekonomi suatu negara. Negara dengan tingkat ekonomi tinggi akan memproduksi

sampah yang lebih tinggi daripada negara berkembang. Selain dari faktor tingkat
2

kemakmuran ekonomi suatu negara, peningkatan jumlah penduduk juga berarti

meningkatkan jumlah timbulan sampah.

Sistem pengolahan sampah di Indonesia umumnya masih terbilang

tradisional ini seringkali akhirnya berubah menjadi praktek pembuangan sampah

secara sembarangan tanpa mengikuti ketentuan teknis di lokasi yang sudah

ditentukan.peningkata, Meningkatnya jumlah timbulan sampah tidak seimbang

dengan program pengelolaan sampah. Berbagai jenis sampah yang dihasilkan oleh

rumah tangga dan industri apabila tidak dapat dikelola secara baik dan benar,

dapat berpotensi untuk melemahkan ekonomi masyarakat karena akan menyerap

dana yang cukup besar untuk penanganannya baik dari segi kebersihan, kesehatan

maupun lingkungan.

Pada tahun 2020, Indonesia menghasilkan sekitar 29,3 juta ton sampah

(KLHK, 2021). Berdasarkan laporan bahwa 70% dari (MSW) dibuang secara

terbuka di lebih dari 380 lokasi TPA, hanya sebagian kecil saja yang ke tempat

pembuangan sampah sanitasi atau didaur ulang dan digunakan kembali, yang

mana terutama karena kurangnya tenaga kerja dan fasilitas TPA (Sinaga, 2021).

Kota Kendari merupakan satu diantara kota di Indonesia yang menghadapi

masalah tersebut (Pratama dan Ihsan, 2017).

Kepadatan penduduk memberikan implikasi pada volume timbunan

sampah di Kota Kendari. Pada tahun 2013 misalnya, produksi sampah di Kota

Kendari mencapai 270.803 m3/tahun, sedangkan volume sampah yang diangkut

oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Kendari sebesar 110

m3/tahun, pihak lain termasuk perusahaan - perusahaan swasta dan masyarakat


3

sekitar 89 m3/tahun, dan sisa yang belum terangkut sebesar 71.022 m3/tahun,

ditangani oleh masyarakat baik secara individual maupun kelompok dengan cara

memposting, ditanam, dikumpulkan oleh pemulung untuk dijual dan lain - lain.

Pada periode 2017-2018 jumlah timbulan sampah harian ibu kota 229.46 ton/hari

dan jumlah sampah yang tidak terkelola 10.29 Ton/hari, adapun jumlah persentase

yang terlayani sebesar 73.30 % (Sudirman dan Phradiansah, 2019).

Sumber sampah di Kota kendari tebesar berasal dari rumah dengan varian

terbanyak yaitu sisa makanan, plastis dan kertas. Hasil proyeksi jumlah/volume

buangan sampah tahun 2021 sebanyak 12.536 ton/minggu.dapat dirinci bahwa

volume sampah buangan di lima kelurahan terpilih dapat menghasilkan volume

timbulan sampah sebanyak 1.791 Ton/hari, dengan rata-rata setiap KK sekitar

3,09 Kg/KK dan Perorangan sekitar 0,69Kg/jiwa. Jumlah Volume sampah KK

setiap hari dari tahun 2017 (1.79Kg/hari) sampai 2021 naik sekitar 3 kali lipat

hanya dalam waktu 3 tahun atau > 300%. Begitupun kenaikan jumlah sampah

perorangan dari tahun 2018 (0.23 Kg/Hari) sampai 2021 naik hampir 3 kali lipat

atau ± 300%. Hal ini sangat menghawatirkan bagi Kota Kendari yang memiliki

tingkat jumlah kenaikan penduduk cukup signifikan akan kebutuhan lahan untuk

tinggal dan bermukim. Kondisi tersebut juga akan membuat meningkatnya

timbulan sampah akibat meningkatnya konsumsi rumah tangga yang rutin terjadi

setiap harinya. Maka bukan tidak mungkin pada beberapa tahun ke depannya kota

Kendari akan mengalami lonjatan tumpukan sampah yang lebih besar (Yaqub et

al., 2022)
4

Pengelolaan sampah di Kota Kendari dilakukan pemerintah dengan

menyediakan bak sampah sebagai tempat penampungan sementara yang

kemudian diangkut oleh mobil petugas kebersihan untuk dibawa ke TPA.

Sepanjang tahun 2021, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kota

Kendari mencatat sebanyak 67 ribu ton sampah dihasilkan oleh masyarakat. Rata-

rata jumlah sampah yang diangkut ke Tempat Penampungan Akhir (TPA)

Puuwatu pada 2022 sebanyak 270 ton perhari. Dengan banyaknya sampah yang

dihasilkan tersebut mengakibatkan permasalahan lingkungan di sekitar Kelurahan

Benu-Benua.

Kelurahan Benu-Benua merupakan salah satu Kelurahan yang ada di Kota

Kendari dengan luas wilayah 1,64 km2, memiliki jumlah penduduk 2,768 jiwa dan

740 rumah tangga. Rata-rata kepadatan penduduk di wilayah ini adalah 1,688 jiwa

Kelurahan Benu-Benua terbagi atas 4 RW dan 11 RT (BPS, 2021). Dengan

kepadatan penduduk yang cukup banyak mengakibatkan peningkatan jumlah

sampah.

Oleh karena itu, berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka perlu

dilakukan penelitian tentang Strategi Pengelolaan Sampah di Kelurahan Benu-

Benua Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah dalam rencana penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Sistem Pengelolaan Sampah di Kelurahan Benu-benua

Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari?


5

2. Bagaimana Strategi Pengelohan Sampah di Kelurahan Benu-Benua

Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan yang ingin di capai dalam rencana penelitian ini adalah :

1. Untuk Mengetahui Sistem Pengelolaan Sampah di Kelurahan Benu-benua

Kecamatan Kendari Barat kota Kendari

2. Untuk Mengetahui Strategi Pengelohan Sampah di Kelurahan Benu-Benua

Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari.

Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi Mahasiswa Penelitian ini dapat memberikan informasi dan

mengembangkan ilmu selama menempuh studi di Jurusan Ilmu Lingkungan,

Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan, Universitas Halu Oleo, terutama

dalam mengetahui Strategi Pengelohan Sampah di Kelurahan Benu-Benua

Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari.

2. Bagi Pemerintah Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada

pemerintah terkait Strategi Pengelohan Sampah di Kelurahan Benu-Benua

Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari

3. Bagi Akademisi Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi

para peneliti selanjutnya yang penelitianya relevan dengan penelitian ini.

1.4. Kerangka Pikir

Kelurahan Benu-Benua merupakan salah satu Kelurahan yang ada di Kota

Kendari dengan luas wilayah 1,64 km2, memiliki jumlah penduduk 2,768 jiwa dan
6

740 rumah tangga. Setiap tahunnya jumlah penduduk di Kelurahan Benu-benua

terus bertambah sehingga meningkatkan pula jumlah sampah yang ada di

Kelurahan Benu-benua tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan sistem

pengelolaan sampah yang meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindahan,

pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir dengan menggunakan analisis

SWOT.

Gambar 1. Alur Kerangka Pikir Penelitian


7

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sampah

Sampah merupakan hasil dari aktivitas manusia keberadaannya tidak

dapat dihindari dan harus dikelola dengan baik karena pengelolaan sampah yang

tidak saniter dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan kondisi ini

mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup dan gangguan

pada kesehatan manusia. Salah satu dampak negatif pada sampah dapat timbul

mulai dari sumber sampah, dimana penghasil sampah tidak melakukan

penanganan sampah dengan baik. Hal ini dapat terjadi pada penghasil sampah

yang tidak mau menyediakan tempat sampah dirumahnya dan lebih suka

membuang sampah dengan seenaknya kesaluran air atau membakarnya sehingga

mencemari lingkungan sekitarnya kebiasaan membakar sampah bisa dikatakan

telah membudaya dalam kehidupan masyarakat indonesia (Zuriyani, 2021).

Sampah adalah material yang memiliki nilai yang kurang menguntungkan

baik secara ekonomi maupun lingkungan akhirnya dibuang. Kuantitas sampah

yang terdapat di lingkungan perkotaan setiap tahun terus meningkat seiring

dengan pertambahan jumlah penduduk serta kualitas kehidupan masyarakat itu

sendiri yang cenderung lebih konsumtif terdapat korelasi yang erat dalam

permasalahan sampah antara pola hidup dengan budaya masyarakat itu sendiri.

Pertambahan jumlah penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat

menimbulkan bertambahnya volume jenis dan karakteristik sampah yang semakin

beragam. Cara pandang masyarakat pada sampah seharusnya tidak lagi

memandang sampah sebagai hasil buangan yang tidak berguna sampah


8

seharusnya dipandang sebagai sesuatu yang mempunyai nilai guna dan manfaat

(Hendardi dan Nurmayadi, 2020).

Sampah tidak dapat lepas dari kehidupan manusia dimana ada manusia

pasti ada sampah seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk kegiatan

ekonomi dan perluasan daerah pemukiman mengakibatkan bertambah pula jumlah

sampah yang dihasilkan dari setiap penduduk, Rumah tangga, badan hukum atau

kegiatan usaha. Sampah menjadi masalah apabila tidak dikelola dengan baik

karena sampah mempengaruhi kesehatan masyarakat dan kebersihan serta

keindahan lingkungan (Nurmuhamad et al., 2016).

Sampah merupakan salah satu persoalan yang dihadapi oleh

masyarakat keberadaan sampah tidak diinginkan bila dihubungkan dengan faktor

kebersihan, kesehatan, kenyamanan dan keindahan (estetika). Tumpukan

onggokan sampah yang mengganggu kesehatan dan keindahan lingkungan

merupakan jenis pencemaran yang dapat digolongkan dalam degradasi lingkungan

yang bersifat sosial (Hasibuan, 2016).

Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik

dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar

tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut terlihat bahwa sampah merupakan

materi atau bahan sisa atau lebih (baik oleh manusia maupun alam) yang tidak

diperlukan tidak berguna tidak mempunyai nilai serta tidak berharga yang

akhirnya terbuang (dibuang) maupun ditolak yang merupakan materi atau bahan

yang dapat mengganggu bahkan membahayakan fungsi lingkungan (Kahfi, 2017).


9

Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengolahan sampah

dijelaskan bahwa sampah merupakan permasalahan nasional sehingga

pengolahannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir

agar memberikan manfaat secara ekonomi sehat bagi masyarakat dan aman bagi

lingkungan serta dapat mengubah perilaku masyarakat. Selain itu ada hal lain

yang penting untuk diperhatikan bahwa setiap orang berhak mendapatkan

pelayanan dan pengolahan sampah secara baik dan berwawasan lingkungan dari

pemerintah daerah dan pihak lain yang diberikan tanggung jawab untuk itu

dengan demikian permasalahan sampah yang terjadi di lokasi perumahan tidak

dapat dibiarkan tetapi harus dapat menyelesaikan masalah tersebut (Dobiki,

2018).

Sampah akan terus diproduksi dan tidak akan pernah berhenti selama

manusia tetap ada dapat dibayangkan bahwa jumlah sampah yang dihasilkan oleh

penghuni bumi ini akan semakin meningkat sampah sendiri merupakan salah satu

bentuk konsekuensi dari adanya aktivitas manusia dan volumenya berbanding

lurus dengan jumlah penduduk apabila tidak ditangani secara efektif dan efisien

eksistensi sampah di alam tentu akan berbalik menghancurkan kehidupan

sekitarnya, alam memang memiliki andil besar dalam pengolahan sampah secara

otomatis terutama pada sampah organik namun kerja keras alam dalam mengurai

sampah secara natural sangat tidak berimbang dibanding berjuta ton volume

sampah yang diproduksi setiap harinya (Yuriandala dan Putra, 2010).


10

2.2. Permasalahan Sampah

Salah satu permasalahan sampah yang di timbulkan dari sampah

adalah menurunya estetika di sekitar tempat pembuangan sampah sehingga

berpotensi menimbulkan konflik sosial dengan masyarakat yang ada di sekitarnya

penentangan yang di lakukan masyarakat sekitar pada umumnya berkenaan

dengan sebab yang membahayakan kesehatan, keselamatan dan bekurangnya

kenyamanan dan keterbatasan lahan khususnya untuk penempatan TPA

(Mahyudin, 2017).

Permasalah sampah karena kurangnya kesadaran masyarakat perilaku

yang tidak baik sering kali disebabkan karena tingkat pengetahuan dan sikap yang

kurang baik. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Mulasari (2014) yang

menyebutkan bahwa banyaknya TPS ilegal kemungkinan disebabkan karena

pengetahuan dan sikap masyarakat tentang lingkungan yang tidak baik

pengetahuan dan sikap yang tidak baik tersebut menyebabkan perilaku membuang

sampah yang tidak baik pula (Muhadjir et al., 2016).

Salah satu permasalahan sampah yang cukup rumit adalah

permasalahan sampah pasar sebab selain jumlahnya yang relatif banyak sampah

pasar juga mempunyai problematik tersendiri sampah di pasar merupakan

masalah yang besar sekali di mana-mana lebih-lebih di Indonesia karena sebagian

besar dari sampah pasar terdiri dari sampah basah sehingga selama pengumpulan

tumpukan-tumpukan ini merupakan sarang lalat, tikus, dan serangga menjadi

sumber pengotoran tanah air maupun udara dan dari segi estetika akan

menimbulkan bau serta pemandangan yang kurang menyenangkan. Dalam


11

pengelolaan sampah di pasar tersebut juga dipengaruhi oleh partisipasi pedagang.

Saat ini kita lihat masih kurang kesadaran dari pedagang untuk berperan aktif

dalam pelaksanaannya untuk itu perlu dilakukannya pendekatan yang lebih baik

agar dapat meningkatkan partisipasi (Sam dan Zulkarnain, 2009).

Permasalahan lingkungan merupakan isu ada sejak dahulu kala sampah

merupakan masalah lingkungan yang serius yang saat ini dihadapi mayoritas

masyarakat Indonesia bisa dikatakan setiap hari sampah di hasilkan oleh rumah

tangga, pertanian, dan peternakan baik itu sampah organik maupun anorganik

yang memprihatinkan sampah-sampah yang dihasilkan tersebut dibuang

sembarangan di berbagai tempat tidak disediakan tempat khusus dan efeknya akan

merusak lingkungan yang ada di sekitarnya (Wahid et al., 2019).

Sampah menjadi salah satu permasalahan yang cukup mendasar

kesadaran warga untuk mengolah sampah sangatlah kecil sehingga sampah

cenderung tidak mampu di tangani dengan baik pengelolaan sampah suatu kota

bertujuan untuk melayani sampah yang dihasilkan penduduk saat ini pengelolaan

persampahan menghadapi banyak tekanan terutama akibat semakin besarnya

sumber sampah dari penghasil sampah (Masrida, 2017).

2.3. Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah yang kurang baik sangat memberikan pengaruh

negatif bagi kesehatan manusia, lingkungan maupun bagi kesehatan sosial

ekonomi dan budaya masyarakat yaitu gangguan estetika (pemandangan dan bau-

bau yang tidak sedap), menjadi tempat berkembang biaknya vektor yang dapat

menjadi penularan penyakit demam berdarah dan secara langsung dapat


12

mencemari lingkungan. Tempat umum sebagai bagian dari lingkungan fisik, yang

dapat berpotensi menimbulkan penularan penyakit dan terjadinya kecelakaan.

Tempat-tempat umum yang dimaksud dapat berupa pasar, terminal bus, stasiun

kereta api dan-lain-lain.

Sampah selama ini dikelola dengan konsep umum seperti open

dumping (penimbunan terbuka), incinerator (di bakar), sanitary landfill (gali

tutup), ternyata tidak memberikan solusi yang baik apalagi jika pelaksanaannya

tidak disiplin pengelolaan sampah yang tidak benar akan menimbulkan

pencemaran lingkungan apabila sampah dibiarkan menumpuk merupakan tempat

yang baik bagi perkembangan lalat yang dapat berakibat pada kesehatan manusia

salah satu tempat umum yang menghasilkan sampah (Rahardjo, 2014).

Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia yang

menghasilkan buangan atau sampah, pengelolaan yang ada saat ini hanya

terbatas pada pengelolaan sampah secara konvensional yaitu hanya diangkut dari

tempat penghasil sampah ke TPS dan kemudian hanya dibuang begitu saja ke TPS

tanpa dilakukan pengeloaan terlebih dahalu, padahal dilakukan aturan prosedur

pengelolaan sampah yang harus dilakuakan yaitu pengumpulan sampah kemudian

didaur ulang dan dibuang ke tempat pembuangan sementara, kemudian DKPP

melakukan penggangkutan sampah yang akan dibuang di tempat pembungan

akhir (Jalaludin 2015)

Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan

masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber

daya dari sudut pandang kesehatan lingkungan pengelolaan sampah dipandang


13

baik jika sampah tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit

serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyebarluasnya suatu

penyakit syarat lainnya yang harus dipenuhi yaitu tidak mencemari udara air dan

tanah tidak menimbulkan bau (tidak mengganggu nilai estetis) tidak menimbulkan

kebakaran dan yang lainnya (Madani, 2011).

Sistem pengolahan sampah di Indonesia umumnya masih terbilang

tradisional ini seringkali akhirnya berubah menjadi praktek pembuangan sampah

secara sembarangan tanpa mengikuti ketentuan teknis di lokasi yang sudah

ditentukan. Sampah merupakan salah satu permasalahan yang patut untuk

diperhatikan. Sampah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari

kehidupan manusia, karena pada dasarnya semua manusia pasti menghasilkan

sampah. Sampah merupakan suatu buangan yang dihasilkan dari setiap aktivitas

manusia. Volume peningkatan sampah sebanding dengan meningkatnya tingkat

konsumsi manusia (Nagong, 2020).

2.4. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah sebuah metode perencanaan strategis untuk

mengevaluasi suatu bisnis usaha. Analisis ini melibatkan penentuan tujuan usaha.

Teori Analisis SWOT adalah sebuah teori yang digunakan untuk merencanakan

sesuatu hal yang dilakukan dengan SWOT. SWOT adalah sebuah singkatan dari,

S adalah Strength atau kekuatan, W adalah Weakness atau kelemahan, O adalah

Opportunity atau peluang, dan T adalah Threat atau ancaman. SWOT ini biasa
14

digunakan untuk menganalisa suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana

untuk melakukan suatu program kerja (Mudatsir, 2020).

Analisis SWOT (SWOT analysis) yakni mencakup upaya-upaya untuk

mengenali kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang menentukan kinerja

perusahaan. Informasi eksternal mengeni peluang dan ancaman dapat diperoleh

dari banyak sumber, termasuk pelanggan, dokumen pemerintah, pemasok,

kalangan perbankan, rekan diperusahaan lain. Banyak perusahaan menggunakan

jasa lembaga pemindaian untuk memperoleh keliping surat kabar, riset di internet,

dan analisis tren-tren domestik dan global yang relevan (Nisak 2013, 2). Menurut

David (2008, 8) semua organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam area

fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan yang sama kuatnya atau lemahnya dalam

semua area bisnis (Mashuri dan Dwi, 2020).

Matrik SWOT adalah sebuah alat yang bisa digunakan untuk menyusun

dan mengembangkan strategi. Faktor-faktor yang bisa digunakan untuk

pengembangan strategi meliputi kekuatan (strength), kelemahan (weakness),

peluang (opportunity), ancaman (threat). Matriks SWOT dapat menggambarkan

bagaimana peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal perusahaan

diantisipasi dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Maktriks SWOT

akan mempermudah merumuskan berbagai strategi. Pada dasarnya alternative

strategi yang diambil harus di arahkan pada usaha- usaha untuk menggunakan

kekuatan dan memperbaiki kelemahan, menanfaatkan peluang- peluang bisnis

serta mengatasi ancaman. Sehingga dari matriks SWOT tersebut akan


15

memperoleh empat kelompok alternative strategi yang disebut strategi SO,

strategi ST, strategi WO, dan strategi WT (Sulasih, 2019).

Dalam melakukan pembobotan dan pemberian nilai dalam setiap aspek

pada analisis faktor internal (Internal Factor Evaluation) dapat dilakukan dengan

tahapan kerja sebagai berikut:

a. Tentukan faktor- faktor penting dari kondisi internal suatu industry yang akan

diteliti, kelompokkan ke dalam kekuatan- kekuatan dan kelemahan- kelemahan.

Kolom bobot merupakan tingkat kepentingan tiap- tiap faktor, pembobotan 0,20

sangat penting, 0,15 penting, 0,10 cukup penting, 0,05 tidak penting dan jika

dijumlahkan akan bernilai1,00.

b. Rating merupakan nilai kondisi internal setiap organisasi. Nilai 4 untuk kondisi

sangat baik, nilai 3 untuk kondisi baik, nilai 2 untuk kondisi biasa saja, dan nilai 1

untuk kondisi buruk. Faktor- faktor bernilai 3 dan 4 hanya untuk kelompok

strengths, sedangkan bernilai 2 dan 1 untuk kelompok weaknesses.

c. Nilai tiap- tiap faktor merupakan hasil kali antara bobot dan rating. Jika seluruh

nilai dijumlahkan, maka dapat diketahui nilai IFE dari organisasi tersebut.

Jika telah menyelesaikan analisis faktor- faktor internal, hal yang sama juga

dilakukan untuk menganalisis faktor- faktor eksternal, dengan cara yang sama.

a. Tentukan faktor- faktor penting dari kondisi eksternal suatu industri yang akan

diteliti, kelompokkan ke dalam peluang- peluang dan ancaman- ancaman. Kolom

bobot merupakan tingkat kepentingan tiap- tiap faktor, pembobotan 0,20 sangat

penting, 0,15 penting, 0,10 cukup penting, 0,05 tidak penting dan jika

dijumlahkan akan bernilai1,00.


16

b. Rating merupakan nilai tanggap/antisipasi manajemen organisasi terhadap

kondisi lingkungan tersebut. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat

positif (peluang yang semakin besar diberi rating 4 tetapi jika peluangnya kecil

diberi rating 1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Jika

ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1, tetapi jika ancamannya sedikit nilai

ratingnya 4.

c. Nilai tiap- tiap faktor merupakan hasil kali antara bobot dan rating. Jika seluruh

nilai dijumlahkan, maka dapat diketahui nilai IFE dari organisasi tersebut.

Dengan menggunakan matrik diagram analisis SWOT maka dapat

digambarkan secara jelas mengenai ancaman dan peluang yang disesuaikan

dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Gambar 2. Diagram Analisis Swot

Kuadran 1 : merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan memiliki

peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi
17

yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan

pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).

Kuadran 2: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara

strategi diversifikasi (produk/pasar).

Kuadran 3: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain

pihak, ia menghadapi berbagai kendala/kelemahan internal. Fokus strategi

perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan

sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan

tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan Internal (Sulasih, 2019).

2.5. Penelitiam Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Ernawati et al., (2012) dengan judul

penelitian “Analisis Komposisi, Jumlah dan Pengembangan Strategi Pengelolaan

Sampah di Wilayah Pemerintah Kota Semarang Berbasis Analisis SWOT” yang

dapat disimpulkan bahwa asil SWOT pengelolaan sampah menyebutkan

pengolahan sampah di TPA dengan control landill, pengurangan sampah sejak

dari sumber belum optimal, pengelolaan sampah belum cost recovery, lemahnya

penegakan hukum, belum terintegrasi pengelolaan sampah, kesadaran masyarakat

dan kampanye kurang, pertambahan jumlah penduduk, ketersediaan sarana dan

prasarana persampahan, keberadaan lembaga pengelola sampah, keberadaan

peraturan sampah, pendanaan pengelolaan sampah dari APBD kota. Strategi


18

pengelolaan sampah Kota Semarang dengan pengurangan sampah secara bertahap

dan berkesinambungan, pertama pengurangan sampah dimulai dari sumber

dengan penerapan 3R skala rumah tangga berupa pemilahan sampah organik dan

anorganik dan komposting tingkat keluarga, penerapan 3R skala kawasan dengan

pengembangan TPST di setiap kelurahan, serta pemberdayaan masyarakat dan

lembaga pengelola secara terus-menerus untuk menjaga keberlanjutan. Kedua

pengurangan sampah skala kota dengan pengolahan sampah secara maksimal di

TPA dalam bentuk pemilahan barang bisa dipakai, komposting dan pembuatan

briket sampah, penimbunan sampah hanya diperuntukkan bagi residu sampah

yang sudah tidak dapat diolah lagi dengan sistem sanitary landfill.

Penelitian yang dilakukan oleh Arda et al., (2020) dengan judul penelitian

“Analisis SWOT dalam menentukan Strategi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Kota Medan” yang dapat disimpulkan bahwa kondisi eksisting sanitasi

persampahan Kota Medan saat ini adalah kesadaran dan pengetahuan masyarakat

tentang pengelolaan persampahan masih rendah, belum optimalnya manajemen

pengelolaan persampahan, belum efektifnya peran kelembagaan pengelolaan

persampahan, perda persampahan belum efektif dilaksanakan. Berdasarkan

analisa SWOT pengelolaan persampahan Kota Medan berada di kuadran keempat

yaitu strategi defensif. Posisi faktor internal dan eksternal sub-sektor persampahan

pada kuadran ini menunjukkan bahwa kelemahan dan ancaman lebih dominan

daripada kekuatan dan peluang. Adapun strategi yang dihasilkan antara lain:

mendorong penyediaan fasilitas pengangkutan sampah, optimalisasi

pengangkutan sampah, stimulus pengurangan sampah, penyediaan sarana TPS 3R,


19

meningkatkan kesadaran warga, optimalisasi pendanaan APBD, pembangunan

fisik TPA Sanitary Landfill, pengelolaan sampah berwawasan lingkungan.

Penelitian yang dilakukan oleh Winahyu et al., (2013) dengan judul

penelitian “Strategi Pengelolaan Sampah pada Tempat Pembuangan Akhir

Bantargerbang, Bekasi” yang dapat disimpulkan bahwa tempat Pembuangan

Akhir (TPA) Bantargebang merupakan aset milik Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta dan satu-satunya TPA bagi seluruh sampah dari DKI Jakarta. Semakin

meningkatnya volume sampah yang dibuang ke TPA tersebut akan

memperpendek usia pemanfaatannya. Kondisi ini diperparah dengan belum

diterapkannya SOP Sanitary Landfill. Penelitian ini ditujukan untuk mengevaluasi

kinerja pengelolaan sampah TPA Bantargebang dan menentukan strategi

pengelolaan TPA Bantargebang yang dapat digunakan oleh Pemerintah Provinsi

DKI Jakarta dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitik dengan

metode kualitatif. Sampel penelitian ini adalah para pakar di bidang

persampahan baik dari pihak pemerintah, pakar maupun masyarakat.

Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner, wawancara, observasi dan

dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis SWOT.

Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa optimalisasi pengelolaan

TPA Bantargebang dapat dicapai melalui empat alternatif strategi, yaitu:

peningkatan infrastruktur, yang melibatkan investor dalam pembangunan dan

pengoperasian TPA, mempromosikan partisipasi sosial, dan meningkatkan

kualitas sumberdaya manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prioritas


20

pilihan adalah mengembangkan dari investor dalam pembangunan dan

pengoperasian TPA dengan peran pemerintah yang besar dalam pengelolaannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Suhelpih dan Saragih (2020) dengan judul

penelitian “Analisa Pemasaran Bank Sampah Dengan Pendekatan Analisis SWOT

Studi Kasus Pada Bank Sampah Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar”

yang dapat disimpulkan bahwa kegiatan satrategi pemasaran dapat dilihat dari

aspek pemasarannya. Berdasarkan data yang ada maka strategi pemasaran sampah

anorganik ini diperlukan untuk menentukan kelangsungan bank sampah yang

akan di buka dengan melihat faktor internal dan faktor eksternalnya. Untuk

kedepannya agar dilakukan penelitian dengan hubungannya terhadap analisa

kelayakan usaha dan strategi marketing Mix.

Penelitian yang dilakukan oleh Ermawati et al., (2018) dengan judul

penelitian “Analisis Strategi Pengelolaan Sampah di Tiga Lokasi Wisata

Kabupaten Banyuwangi” yang dapat disimpulkan bahwa : 1.) Kondisi dan sebaran

sampah ditiga lokasi wisata yang terbanyak sampah anorganik yaitu plastik.

Sebaran sampah banyak terdapat di pinggiran pantai dan hutan mangrove yang

dikarenakan terbawa arus. Sebaran sampah yang lain terdapat di daerah parkir dan

warung yang dikarenakan kesadaran masyarakat dan wisatawan yang kurang

untuk membuang sampah pada tempatnya. 2.) Faktor faktor penyebab timbunan

sampah di 3 lokasi wisata adalah sampah rumah tangga yang dibuang di aliran

sungai sehingga terbawa arus laut, tempat sampah yang kurang memedai, dan

kurang ketepatan dalam menggunakan metode 3R. 3.) Beberapa strategi yang

dapat digunakan untuk pengelolaan sampah yaitu


21

STRATEGI S – O 1.) Mengoptimalkan sinergitas antara pemerintah dan

masyarakat, 2.) Meningkatkan keahlian masyarakat untuk mengolah sampah

dengan metode 3R. STRATEGI W – O 1.) mengoptimalkan peranan masyarakat

sekitar lokasi wisata guna mengatasi keterbatasan sarana prasarana yang kurang,

2.) Pemerintah daerah membuat hukum tertulis bagi masayrakat dan wisatawan

yang membuang sampah sembarangan 3.) Mengkoordinir hasil produksi olahan

sampah dengan memanfaatkan dukungan pemerintah. STRATEGI S – T 1.)

Memaksimalkan program pemerintah daerah dan regulasi sampah terkait visi dan

misi yang ingin dicapai untuk meningkatkan kesadaran dan dukungan dari

masyarakat dalam pengelolaan sampah. STRATEGI W – T Meningkatkan

kualitas Sumber daya manusia dalam upaya mengubah persepsi, sikap, dan

perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Penelitian yang dilakukan oleh Nining Sholikha (2019) dengan judul

penelitian “Strategi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Studi Kasus pada

Bank Sampah Harmoni Desa Pulosari Dusun Karangkidul” yang dapat

disimpulkan bahwa Kuantitas sampah yang dihasilkan setiap hari tinggi,

berbanding lurus dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 256 juta jiwa

pada tahun 2015. Bank sampah merupakan salah satu strategi yang bisa dilakukan

untuk pengelolaan sampah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menggambarkan manajemen bank sampah berbasis masyarakat serta untuk

mengidentifikasi keunggulan-keunggulannya. Teknik pengumpulan data

menggunakan wawancara mendalam, FGD, observasi dan studi dokumen.

Analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif. Hasil penelitian ini
22

menggambarkan bahwa perubahan manajemen pengelolaan sampah dari

pengelolaan berbasis project menjadi berbasis masyarakat membawa dampak

positif. Masyarakat cukup mampu mengeksplor potensi lokal, memperluas

jaringan dengan pihak luar, melakukan pengembangan pasar untuk mendorong

penjualan produk hasil pengolahan sampah serta memperluas jangkauan bank

sampah dengan membuka cabang atau menjadi konsultan pendirian bank sampah

di dusun lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Nur afrisa ariyanti (2022) dengan judul

penelitian” Manajemen Strategi Pengelolaan Sampah Dalam Mewujudkan Zero

Waste di Kabupaten Takalar” yang dapat disimpulkan bahwa Manajemen Strategi

yang digunakan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan dalam pengelolaan

sampah di Kabupaten Takalar adalah edukasi dan sosialisasi, dalam proses yang

diberikan sekarang ini terkait dengan pelayanan pengangkutan dan penjemputan

sampah sebagian sudah dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat meskipun

masih belum seluruhnya dapat terlayani dan belum adanya sebuah pengolahan

dalam pengelolaan sampah.

Penelitian yang dilakukan oleh Mandra et al, (2018) dengan judul

penelitian “ Kajian Strategi Pengelolaan Sampah” yang dapat disimpulkan bahwa

penanganan dan pengelolaan sampah tidak cukup didukung oleh teknologi, sarana

dan prasarana serta dana yang memadai, tetapi yang lebih penting adalah

partisipasi seluruh komponen masyarakat secara langsung atau tidak langsung,

baik secara kelompok maupun individu. Persoalan sampah bisa berkurang jika
23

pemerintah bersinergi dengan masyarakat serta memberikan porsi yang semakin

meningkat untuk berperan serta aktif dalam pengelolaan sampah.

Penelitian yang dilakukan oleh Prada (2020) dengan judul penelitian

“Strategi Pengelolaan Sampah Oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan

Kabupaten Sidoarjo” yang dapat disimpulkan bahwa kekuatan (Strength) yang

dimilki adalah SDM dan Sarpras, TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu),

dan partisipasi masyarakat. Kelemahannya (Weaknesses) adalah kesadaran

masyarakat masih kurang, sarpras yang kurang memadai, pendampingan kurang

merata, dan tidak semua TPST menggunaka system 3R. Peluangnya

(Oportunities) yang dimilki adalah adanya TPST dengan system 3R, pelatihan

daur ulang sampah, adanya pengaruh retribusi dengan PAD, partisipasi

masyarakat dalam mengelola sampah. Selain itu ancamanya (Threarts) adalah

menigkatnya tingkat hidup dan pertumbuhan masyarakat yang tidak disertai

dengan pengetahuan persampahan, sulitnya mendapatkan lahan TPA, kurangnya

loyalitas dan kinerja stakeholder. Kesimpulan dari penelitian ini merpakan strategi

yang disarankan untuk pengelolaan sampah yang ada di Kabupaten Sidoarjo

dengan cara memanfaatkan kekuatan SDM yang dimilki untuk memberikan

kesadaran kepada masyarakat serta memanfaatkan peluang untuk mengatasi

kelemahan yang ada yakni mewajibkan seluruh TPST untuk menggukana sistem

3R.

Penelitian yang dilakukan oleh Mahyudin (2014) dengan judul penelitian

“Strategi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan” yang dapat disimpulkan bahwa

keberlanjutan tidak akan bisa berjalan tanpa adanya kemauan dan kesadaran dari
24

masyarakat, selama ini indikator pemenuhan kebutuhan masyarakat dan

peningkatan standar ekonomi dan perkembangan kemajuan telah dijadikan dasar

alasan dalam meningkatnya jumlah sampah yang harus ditampung lingkungan.

Fokus pengelolaan sampah baru tertuju pada masalah teknis, dampak lingkungan,

ekonomi dan sosial. Tapi akar permasalahan utama yaitu permasalahan paradigma

dan pola pikir belum menjadi pertimbangan banyak pihak dalam mengelola

sampah.
25

III METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Benu-Benua Kecamatan

Kendari Barat Kota Kendari, Lokasi penelitian ini terletak pada koordinat antara

3° 56’30” LS dan 122° 33’48” BT. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan

Desember 2022 sampai dengan Bulan Februari 2023.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang memuat

pertanyaan terkait dengan objek yang akan diamati. Alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah alat perekam suara, kamera/sebagai alat dokumentasi dan alat

tulis menulis dan GPS

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah adalah

keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subjek yang ditetapkan oleh

peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulanya. Populasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kelurahan Benu-Benua

yang berjumlah 560 KK.

Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki karakteristik mirip

dengan populasi itu sendiri. Banyaknya sampel dalam penelitian ini ditentukan

dengan rumus Slovin dengan tingkat kepercayaan 90 % dan tingkat kesalahan

10%
26

𝑛= N =
1+ Ne2 …………………………. ( 1 )

n= 560
1+560(0,1)2

n= 560 = 560 = 560 = 85


1+ (560 x 0,01) 1 +5,6 6,6
Dimana :

n= Ukuran Sampel/ jumlah responden

N= Ukuran Populasi

e= Persentase kelonggaran ketidaksesuaian pengambilan sampel yang masih dapat

ditolelir (10% = 0,1)

Sedangkan untuk analisis SWOT maka akan dilakukan wawancara pakar

dengan jumlah responden sebanyak 5 (lima) orang yang diambil dari perwakilan

DLH, PU, RT, Lurah, dan Pengelolah Pasar.

3.4. Jenis dan Sumber Data

3.4.1. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan

data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk verbal

atau lisan bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif yang dimaksud dalam

penelitian ini yaitu data tentang pengelolaan sampah di Kelurahan Benu-Benua

yang diperoleh pengamatan secara langsung dan wawancara terhadap responden.

Sedangkan data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung

secara langsung yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan

bilangan atau berbentuk angka, yang dimaksud data kuantitatif dalam penelitian
27

ini yaitu data jumlah penduduk, jumlah sampah, dan jumlah kendaraan pemungut

sampah.

3.4.2. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua

yaitu:

1. Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung di lokasi

penelitian dengan melakukan wawancara kepada pihak yang terkait. Data

primer pada penelitian ini yaitu dengan melakukan wawancara kepada

masyarakat Kelurahan Benu-Benua dengan menggunakan kuesioner yang

telah disediakan.

2. Data sekunder adalah data yang telah diolah dan diperoleh dari pemerintah

setempat atau pihak yang terkait, seperti data mengenai gambaran umum

lokasi penelitian dan jumlah sampah. Sumber data sekunder berasal dari

instansi terkait yakni data dari kantor Kelurahan Benu-Benua, data jumlah

penduduk dan data dri BPS.

3.5. Variabel Penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah pengelolaan sampah

yaitu mengidentifikasi jenis dan sumber sampah yang dihasilkan dan proses

pengelolaan sampah di Kelurahan Benu-benua yang meliputi pewadahan,

pengumpulan, pengangkutan, pemindahan, pengolahan, dan pembuangan akhir.


28

3.6. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi lapangan

Pada tahap observasi lapangan diperoleh gambaran nyata mengenai

aktivitas pengelolaan sampah.

2. Melakukan wawancara.

Pada tahap wawancara diperoleh informasi mengenai kondisi yang

sebenarnya melalui wawancara langsung dengan responden menggunakan

pedoman kuesioner wawancara yang dimaksud yaitu wawancara

masyarakat yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh

data dan informasi dalam bentuk gambar yang dapat mendukung

penelitian. Pada tahap dokumentasi diperoleh gambaran lokasi penelitian

yang dijadikan sebagai data pendukung.

3.7. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan

diantaranya sebagai berikut:

1. Tahap persiapan yang meliputi :

a. Penentuan lokasi penelitian

b. Melakukan survey lapangan.

c. Penentuan sumber data yaitu populasi dan sampel penelitian.

d. Membuat kuesioner.
29

2. Tahap pelaksanaan yang meliputi :

a. Mempersiapkan alat dan bahan yang di gunakan untuk mempermudah

proses penelitian.

b. Melakukan wawancara terhadap masyarakat Benu-Benua untuk

mengumpulkan data.

c. Menganalisis data.

d. Menarik kesimpulan.

3.8. Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk menentukan sistem pengelolaan

sampah dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Menurut Bogdan dan Taylor (2010) Metode deskriptif kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang tepat diamati. Analisis deskriptif kualitatif

digunakan untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah di Kelurahan Benu-

Benua dengan melakukan observasi dan wawancara.

Sedangkan untuk menentukan alternatif strategi pengelolaan sampah

berkelanjutan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT digunakan untuk

mengidentifikasikan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pengelolaan

sampah secara terpadu. Membuat matriks SWOT untuk menganalisis lebih lanjut

strategi apa yang mungkin diambil dan dijadikan landasan dalam penetapan

perencanaan strategis. Identifikasi ini menggunakan matriks SWOT yang terdiri

dari 4 sel. Setiap sel akan menghasilkan strategi yaitu strategi SO, strategi ST,

strategi WO, dan strategi WT.


30

Analisis internal bertujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan

berbagai faktor yang menjadi kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness),

kajian internal pada hakekatnya merupakan analisis dan evaluasi atas kondisi,

kinerja dan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan strategi sektor

sanitasi. Sedangkan analisis eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi dan

menjelaskan berbagai faktor yang menjadi kesempatan/peluang (Opportunity) dan

tantangan/ ancaman (Threat).

Penentuan variabel dalam analisis SWOT (identifikasi faktor internal dan

eksternal. Bobot setiap faktor mulai dari 1 (sangat penting) sampai dengan 0

(tidak penting) disesuaikan dengan hasil pengumpulan data dan hasil wawancara.

Tentukan rating setiap faktor dari 5.0 (sangat bagus) - 1.0 (buruk) kemudian

disesuaikan dengan hasil wawancara, Bobot dan rating dikalikan. Buat score

tertimbang per faktor untuk menghasilkan total scoe.

3.9. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Sampah adalah sebuah bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi

oleh manusia atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu

kegiatan manusia dan dibuang

2. Permasalahan sampah adalah salah satu permasalahan lingkungan yang di

akibatkan ketidak pedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan

sehingga berdampak pada pencemaran yang menyengat dari tumpukan

tumpukan sampah organik dan anorganik.


31

3. Pengelolaan atau penanganan sampah ialah usaha untuk mengelola sampah

dengan tujuan untuk menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan

lingkungan untuk mencapai tujuan yaitu kota yang bersih, sehat, dan teratur.

4. Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara

mengumpulkannnya masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke

tempat pembuangan sementara/transfer depo atau langsung ke tempat

pembuangan akhir tanpa melalui proses pemindahan.

5. Teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan yang terdiri dari kegiatan

pewadahan sampai dengan pewadahan akhir sampah harus bersifat terpadu

dengan melakukan pemilahan sejak dari sumbernya.

6. Strategi sampah adalah salah satu strategi penerapan 3R (Reuse, Reduce,

Recycle) dalam pengeloaan sampah pada sumbernya di tingkat masyarakat

dengan pola insentif ekonomi.

7. SWOT adalah adalah suatu teknik perencanaan strategi yang bermanfaat

untuk mengevaluasi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), peluang

(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek.


32

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2017. Kecamatan Kendari Barat dalam Angka 2017.
Badan Pusat Statistik Kota Kendari.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2021. Kecamatan Kendari Barat dalam Angka 2021.
Badan Pusat Statistik Kota Kendari.

Angriani, N., dan A. Suyuti. 2017. Potensi energi listrik dari gas landfill TPA
Puwatu Kota Kendari. Jurnal Analisis. 6(2) : 193-198

Ariyanti, N.F. 2022. Manajemen strategi pengelolaan sampah dalam


mewujudakan zero waste di Kabupaten Takalar [skripsi]. Universitas
Muhammadiyah Makassar. Makassar.

Darmawan, Lahming, dan M.A.S. Mandra. 2018. Kajian strategi pengelolaan


sampah. UNM Environmental Journals. 1(3) : 86-90

Krisyanti, I. VOS, dan Prilianti, A. 2020. Pengaruh kampanye #pantangplastik


terhadap sikap ramah lingkungan (survei pada pengikut Instagram
@GreenpeaceID). Jurnal Komunika. 9(1)

Mashuri, M., dan Nurjannah, D. 2020. Analisis SWOT Sebagai Strategi


Meningkatkan Daya Saing. JPS (Jurnal Perbankan Syariah), 1(1), 97-112.

Mahyudin, R.P. 2014. Strategi pengelolaan sampah berkelanjutan. Jurnal Enviro


Scienteae. 10 : 33-40

Mahyudin, R.P. 2017. Kajian permasalahan pengelolaan sampah dan dampak


lingkungan di TPA (tempat pemrosesan akhir). Jurnal Teknik Lingkungan.
3(1) : 66-74

Marleni, Y., R. Mersyah, dan Brata, B. 2012. Strategi pengelolaan sampah rumah
tangga di Kelurahan Kota Medan Kecamatan Kota Manna Kabupaten
Bengkulu Selatan. Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. 1(1)

Mudatsir, M. 2020. Analisis Swot Dalam Menentukan Strategi Pemasaran Guna


Meningkatkan Daya Saing Pada Cafe Mr. Yess Coffee Di Kota Benteng
Selayar (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Makassar).

Nagong, A. 2020. Studi tentang pengelolaan sampah oleh dinas lingkungan hidup
Kota Samarinda berdasarkan peraturan daerah Kota Samarinda nomor 02
tahun 2011 tentang pengelolaan sampah. Jurnal Administractive Reform.
8(2)
33

Pradana, A.H.K. 2020. Strategi pengelolaan sampah oleh dinas lingkungan hidup
dan kebersihan Kabupaten Sidoarjo [skripsi]. Universitas Pembangungan
Nasional “Veteran”. Jawa Timur.

Pratama, R.A., dan I. M. Ihsan. 2017. Peluang Penguatan Bank Sampah untuk
Mengurangi Timbulan Sampah Perkotaan Studi Kasus: Bank Sampah
Malang. Jurnal Teknologi Lingkungan. 18 (1) : 112-119

Septiawan, I. 2018. Strategi Peningkatan Pengelolaan Persampahan di Kecamatan


Ngaliyan Kota Semarang. Economics Development Analysis Journal. 7(2).

Setyono, A.E., dan N. Sinaga. 2021. Zero waste Indonesia: peluang, tantangan,
dan optimalisasi waste to energy. Jurnal Teknik Energi. 17(2) : 116-124

Sholikhah, N., dan Jimo. 2019. Strategi pengelolaan sampah berbasis masyarakat
(studi kasus pada bank sampah harmoni Desa Pulosari Dusun Karangkidul).
Proceeding Seminar Nasional & Call For Papers.

Sudirman, F. A. dan Phradiansah, P. 2019. Tinjauan implementasi pembangunan


berkelanjutan: pengelolaan sampah kota kendari. Sospol: Jurnal Sosial
Politik, 5(2): 291-305.

Sulasih, S. 2019. Implementasi Matrik Efe, Matrik Ife, Matrik Swot Dan Qspm
Untuk Menentukan Alternatif Strategi Guna Meningkatkan Keunggulan
Kompetitif Bagi Usaha Produksi Kelompok Buruh Pembatik Di Keser
Notog Patikraja Banyumas. Jurnal E-Bis (Ekonomi-Bisnis), 3(1), 27-40.

Widya, C., N. Supriyani, R. Andianti, dan M. Zulkifli. 2021. Statistik Lingkungan


Hidup Indonesia 2021 Energi dan Lingkungan. Badan Pusat Statistik.

Yaqub, A., F. Baso, E. S. Jafar dan I. Iswandi. 2022. Fikih Lingkungan:


Revitalisasi Pengelolaan Sampah di Kota Kendari. Al-Izzah: Jurnal Hasil-
Hasil Penelitian, 111-121.
34

LAMPIRAN
35

1. Peta Lokasi Penelitian


36

2. Tempat Pembuangan Sampah Di Kelurahan Benua-Benua

Anda mungkin juga menyukai