USULAN PENELITIAN
OLEH :
Dicky Hardiansyah
NPM : 187310079
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh negara indonesia yang
adalah masalah sampah. Sampah dapat diartikan sebagai salah satu bentuk
aktifitas manusia. Sampah dianggap sebagai material sisa yang tidak lagi berguna.
konsumsi masyarakat akan berdampak pula pada sampah yang akan dihasilkan.
besar dan padat serta terus berkembang dengan pesat dan bisa melampaui jumlah
penduduk, tingkat kesejahteraan dan gaya hidup masyarakat yang bisa menjadikan
2021)
juta ton (Syafruddin, 2020). Tidak dapat dipungkiri bahwa sampah yang tidak
anorganik. Sampah organik adalah sampah yang dapat terurai atau membusuk
Sampah ini merupakan bagian yang terbesar dari sampah rumah tangga (+ 70%).
membusuk secara alamiah dan memerlukan waktu yang sangat lama sekali untuk
terurai, misalnya kertas, plastik, kayu-kayuan, kaca, kain, logam, dan lain-lain.
tahun 2020 mencapai 67,8 juta ton. Artinya setiap penduduk memproduksi
sekitar 0,68 kilogram sampah per hari. Angka tersebut meningkat dibanding
sampah sebesar sebesar 12% sampai 24% selama 10 sampai 20 tahun ke depan
atau meningkat sekitar 164.674 ton/hari. Pada tahun 2015 terdapat produksi
sekitar 198.544 ton/hari maka pada tahun 2025 diperkirakan akan terdapat
tingkat kepadatan yang tinggi dan jumlah konsentrasi sampah yang besar. Selain
itu cara masyarakat dalam mengelola sampah yang masih bertumpu pada
4
Disamping itu Masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang
tidak berguna dan tidak memiliki nilai sebagai sumber daya yang bisa
Sama hal nya dengan Kota Pekanbaru yang merupakan salah satu kota
dibelenggu oleh masalah sampah yang tak kunjung usai karena semakin
yang berserakan seakan menjadi hal yang lumrah di lihat di berbagai tempat
seperti di jalan dan juga pemukiman tanah kosong, bahkan terdapat juga
Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kota Pekanbaru 2021 meyebutkan bahwa sektor
cukup lama terjadi, permasalahan tersebut di akibat oleh beberapa hal diantaranya
yaitu mulai dari persoalan internal pemerintah Kota Pekanbaru terhadap pihak
penumpukan sampah yang terjadi di Kota Pekanbaru saat ini juga merupakan
akibat padatnya jumlah penduduk yang lebih dari 1,1 juta jiwa saat ini. Maka
dengan jumlah penduduk di Kota Pekanbaru yang begitu padat serta perubahan
Maka diperkirakan volume sampah yang dihasilkan adalah lebih dari 585.429
pembuangan sampah atau membakar sampah. Namun cara seperti ini kurang
pengolahannya dan daya dukung alam semakin menurun untuk dijadikan sebagau
tempat pembuangan sampah. Jumlah sampah juga terus bertambah dengan cepat,
Namun walau demikian saat ini masih banyak masyarakat yang kurang kesadaran
akan hal tersebut. Kondisi tersebut dibuktikan dengan tidak sedikitnya kota-kota
melalui pemberdayaan atau pembinaan dengan tujuan agar masyarakat tahu dan
memandang sampah sebagai hasil buangan yang tidak berguna namun sebagai
sesuatu yang mempunyai nilai guna dan manfaat. Heruma dalam (Riyadi, 2021).
Pekanbaru saat ini, maka perlu adanya peran Pemerintah Daerah dalam mengatasi
7
persoalan sampah yang terjadi. Namun walau demikian saat ini pengendalian
ini. Maka perlu dikelola secara professional yaitu mengacu pada Undang-Undang
Hidup Nomor 14 Tahun 2021 serta Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 8
2020)
dapat dilaksanakan oleh dinas-dinas terkait sebagai pihak satuan kerja yang turut
bertanggung jawab yang dibawahi oleh pemerintah daerah Kota Pekanbaru. Salah
Tugas dan Fungsi serta tata kerja Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota
Pengelolaan Sampah pada satuan kerja Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
Pada dasarnya untuk mencapai tujuan dari program atau kebijakan terkait
maupun daerah tersebut, maka tidak akan dapat berjalan secara optimal jika tidak
mampu mengatasi permasalahan sampah yang ada di Kota Pekanbaru saat ini.
pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga.
Pada Bank Sampah, maka aparat pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama
Akhir (TPA), maka berubah pada Pendekatan Reduse at source dan resource
Sehingga pada kondisi saat ini, salah satu alternatif yang dapat di lakukan
program bank sampah. Program bank sampah merupakan kegiatan yang bersifat
(Buswijaya, 2019).
secara bijak dan dapat mengurangi sampah yang diangkut ke Tempat Pembuangan
Akhir (TPA). Inovasi pengolahan sampah dengan program bank sampah menjadi
tercipta lingkungan hidup yang baik, bersih, dan sehat. Undang-undang tersebut
sendiri, karena pada dasarnya program bank sampah tersebut bertujuan untuk
Implementasi yang berjalan dengan baik dari program Bank Sampah tersebut
tentunya dapat menjadikan solusi untuk mencapai pemukiman yang bersih dan
nyaman bagi warganya sehingga dengan pola ini maka masyarakat tidak hanya
12
sampah tersebut, maka saat ini di Kota Pekanbaru telah berdiri beberapa bank
sampah unit maupun bank sampah induk, baik yang di Kelola oleh swadaya
Tahun 2022 menyebutkan, bahwa terdapat 5 unit bank sampah induk yang ada di
Kota Pekanbaru saat ini, diantaranya yaitu : Bank Sampah Induk Bukit Hijau
Berlian, Bank Sampah Induk Berlian Labuai, Bank Sampah Induk Dalang
Collection, Bank Sampah Induk Mitra Karya dan Bank Sampah Induk Hijau
Lestari. berikut merupakan lampiran data jumlah bank sampah induk di Kota
Pekanbaru :
13
Sampah
Nama Bank Sampah Masuk
No Lokasi Terkelola
Sampah (ton/thn)
(ton/thn)
Tahun 2020
1 Bukit Hijau Berlian Jl. Hr Soebrantas 24,00 23,46
2 Berlian Labuai Embun Pagi 0,00 0,00
3 Dalang Collection Jalan Gajah 12,00 11,67
4 Mitra Karya Jl. Bakti 18,00 18,00
Tahun 2021
1 Bukit Hijau Berlian Jl. Hr Soebrantas 106,98 0,00
2 Berlian Labuai Embun Pagi 91,16 0,00
3 Dalang Collection Jalan Gajah 6,00 4,97
4 Mitra Karya Jl. Bakti 0,00 0,00
5 Hijau Lestari Terus Jl.Rawamangun 66,13 0,00
Sumber : Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional, 2022
pada tahun 2020 terdapat 4 unit bank sampah induk dan selanjutnya pada tahun
2021 terdapat penambahan 1 unit bank sampah induk, sehingga pada tahun 2021 –
2022 terdapat 5 unit bank sampah induk di Kota Pekanbaru. Berdasarkan data
tersebut juga di ketahui bahwa secara keseluruhan, tidak semua bank sampah
tahun 2020 dan 2021, dimana pada tahun 2020 diketahui hanya Bank Sampah
Sedangkan pada tahun 2021 terjadi penurunan, dimana hanya Bank Sampah
Dalang Collection yang terlihat aktif dan terus menghasilkan jumlah sampah yang
terkelola yaitu sebanyak 4,97 ton pada tahun 2021dan bank sampah induk lainya
telah memiliki cabang bank unit yaitu sebanyak 74 unit bank sampah sekolah
tersebut tidak hanya berkontribusi dalam penanganan sampah namun juga dalam
35 pengrajin yang aktif setiap hari dalam memproduksi kerajinan tangan dari
limbah sampah serta dapat membantu masyarakat dari keluarga kurang mampu
(Nur’asia, 2020).
(OPD) yang dipublish oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota
Sampah Induk dan 109 Bank Sampah Unit yang dikelola dibawah binaan DLHK
Kota Pekanbaru, namun pada tahun 2021 terjadi penambahan bank sampah induk
yaitu Bank Sampah Hijau Lestari yang di resmikan oleh pemerintah Kota
Pekanbaru pada bulan September 2021. Sehingga saat ini terdapat 3 unit Bank
Sampah Induk yang berada dalam pengawasan atau dibawah binaan Dinas
15
2021).
Tabel 1.2 Jumlah Bank Sampah Induk di Bawah Binaan DLHK Kota
Pekanbaru :
Maka berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa bank sampai induk
yang dikelola oleh DLHK Kota Pekanbaru baru hanya tersebar pada 3 Kecamatan
bank sampah induk dibawah binaan DLHK Kota Pekanbaru serta bank sampah
induk yang kelola oleh swadaya masyarakat, maka terdapat perbedaan yang
kinerja kegiatan bank sampah induk tersebut, dimana bank sampah induk yang
kelola oleh masyarakat terlihat cendrung lebih aktif dan banyak mengahasilkan
sampah yang terkelola. Sedangkan bank sampah induk yang berada dibawah
binaan DLHK Kota Pekanbaru terlihat hanya menghasilkan jumlah sampah yang
terkelola pada tahun 2020 namun pada tahun 2021 jumlah tersebut cenrung
menurun bahkan tidak ada sama sekali. Sehingga berdasarkan kondisi tersebut
16
program Bank Sampah oleh Pemerintah Kota Pekanbaru serta Dinas Lingkungan
Hidup dan Kebersihan (DLHK) saat ini secara menyeluruh masih belum berjalan
pelaksanaan pengelolaan sampah melalui program Bank Sampah yang ada di Kota
lagi belum mengetahui keberadaan bank sampah. Faktor jarak bank sampah dari
rumah, tidak adanya alat pengangkutan sampah oleh pengelola, dan sikap
masyarakat yang kurang peduli dengan lingkungan, adalah beberapa kendala yang
masih terus terjadi di Kota Pekanbaru dapat diasumsikan bahwa tujuan dan target
belum tercapai dan terlaksana secara baik. Walau pada dasarnya kondisi
permasalahan timbunan sampah tersebut juga sebagai salah satu akibat dari
Kota Pekanbaru juga turut menjadi semakin meningkat. Dinas Kebersihan dan
Kota Pekanbaru bersumber dari sampah rumah tangga, pasar, daerah komersial,
menyebutkan bahwa timbulan sampah Kota Pekanbaru pada tahun 2019 adalah
sebesar 1.036,51 ton/hari dan 378,324 ton/tahun. Sedangkan pada tahun 2020
400.462 ton/tahun dengan jumlah timbunan dalam perhari yaitu sebanyak adalah
1.097 ton/hari.
jumlah penduduk sebanyak 1.045.039 jiwa. Salah satu kecamatan yang paling
kawasan pergudangan, kawasan pendidikan tinggi, pusat kegiatan olah raga dan
kompos, tps terpadu, bak sampah, bank sampah unit serta bank sampah induk
(Afriadi, 2019).
yang berada di bawah binaan DLHK Kota Pekanbaru. Maka berdasarkan hasil
observasi lapangan diketahui bahwa terdapat bank sampah induk yang di kelola
oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pekanbaru pada Kecamatan
Tampan tersebut yaitu bank sampah “Bukit Hijau Berlian”. Setelah pelaksanaan
induk tersebut berada di jalan HR. Soebrantas pada Kecamatan Binawidya yang
sebelumnya.
Bank sampah induk Bukit Hijau Berlian telah berdiri sejak tahun 2013 dan
data yang diperoleh maka diketahui sampai saat ini bank sampah induk Bukit
Hijau Berlian telah memiliki kurang lebih 100/nasabah, dimana para nasabah
tersebut merupakan masyarakat yang berada atau tinggal disekitar bank sampah
Bukit Hijau Berlian. Selanjutnya juga diketahui bahwa bank sampah Bukit Hijau
19
Berlian telah membina 17 Bank Sampah unit pada beberapa kelurahan sekitar
Namun berdasarkan kondisi yang terjadi saat ini menunjukan bahwa tidak
semua Bank sampah yang telah didirikan aktif mengelola Bank sampah, dari hasil
fakta yang terjadi terdapat temuan kondisi infrastruktur lingkungan seperti tempat
berat dan hilang. Beberapa tempat sampah dipenuhi oleh sampah yang ditumpuk
badan jalan.
melalui bank sampah masih belum memberikan hasil secara optimal. Sebagian
sampah di beberapa TPS masih sangat besar. Proses pemilahan sampahpun tidak
terjadi, hal ini terlihat dari penumpukan sampah dari berbagai jenis sampah, mulai
dari sampah plastik, logam, kaca, sisa sampah organik bahkan sampah B3.
20
sampah Bukit Hijau Berlian juga memiliki beberapa norma yang harus dipatuhi.
Bank sampah memiliki sistem sama seperti bank konvensional pada umumnya.
Sebagai bank, bank sampah juga memiliki sistem tabungan dimana para nasabah
yang menjualkan sampah uang nya akan masuk ke buku tabungan para nasabah.
harga jual sampah pada bank sampah induk Bukit Hijau Berlian cendrung lebih
juga menjelaskan bahwa pada dasarnya hadirnya Bank Sampah Bukit Hijau
Berlian adalah sesuatu yang sangat baik karena, hal program tersebut merupakan
langkah tepat yang dapat memberikan dampak positif baik dari segi sosial,
pelaksanaannya kontribusi yang dilakukan Bank Sampah Bukit Hijau Berlian saat
walau demikian pihak Pemerintah Kota Pekanbaru masih fokus hanya pada
Kota Pekanbaru saat ini masih manual. Para tenaga harian, sehari-hari keliling
21
dan dari sini, sampah selanjutnya akan dijual ke para penampung (Aprizal &
Mirfan, 2018).
proses dan regulasi. Secara umum terdapat 6 (enam) tahapan dalam sistem
pengelolaan sampah perkotaan yakni mulai dari sampah dihasilkan hingga menuju
ke TPA. Namun, jumlah sampah yang dihasilkan tidak sebanding dengan kinerja
adalah alokasi pendanaan yang minim, jumlah pekerja yang banyak namun tidak
memadai secara profesional, sarana prasarana yang terbatas dan sulitnya akses
2019).
menjelaskan, bahwa pengelolaan sampah bukan hanya perkara angkut dan buang
saja, sehingga diperlukan strategi dan sistem pengelolaan yang komprehensif serta
untuk melakukan pengelolaan sampah dari hulu dan ke hilir, pengelolaan sampai
dari hulu yaitu meliputi pengangkutan sampah dari sumber sampah, namun tidak
(dlhk.pekanbaru.go.id, 2021).
juga perlu adanya kegiatan pembinaan dan pengawasan oleh DLHK Kota
perilaku manusia. Partisipasi aktif warga menjadi hal yang penting untuk
lingkungan harus bermula dari diri individu dengan memulai dengan melakukan
(Asteria, 2016).
23
atau proses termal lainnya. Dalam Rencana Strategis tersebut juga menyebutkan
Peraturan Walikota (Perwako) Pekanbaru Nomor 154 Tahun 2018. Maka dalam
sampah yaitu Pengurangan dan Penanganan sampah Kota Pekanbaru 2018 - 2025.
diatas adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi timbulan sampah
bank sampah, dimana bank sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan
sampah yang dapat didaur ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai
dari, oleh dan untuk masyarakat dan dikelola menggunakan sistem seperti
perbankan. Maka usaha penting yang harus dilakukan oleh pihak pemerintah Kota
program bank sampah tersebut salah satunya adalah memperbanyak bank sampah
sampah, cara pemilahan sampah, cara pengolahan atau daur ulang dan cara
nasabah. Tahap evaluasi, rata-rata pengelola bank sampah unit, hanya melakukan
belum ada evaluasi yang dilakukan bersama nasabah. Tahap pengembangan, rata-
rata bank sampah unit hanya membahas mengenai ide pembuatan kerajinan daur
memiliki nilai lebih. Dengan membentuk kreasi baru dari sampah, bank sampah
25
merupakan salah satu bentuk gerakan ekonomi kreatif dan juga memiliki nilai
bank sampah merupakan salah satu jenis Usaha Mikro Kecil dan Menengah
tentang UMKM, yaitu menyebutkan bahwa UMKM adalah usaha produktif yang
dimiliki orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang bertujuan
2018).
terhadap kebersihan. Tetapi konsep bank sampah ini belum banyak diketahui
uraikan juga di ketahui bahwa terdapat 3 bank sampah induk yang di kelola oleh
pihak dinas lingkungan hidup dan kebersihan kota pekanbaru salah satu dari tiga
bank sampah tersebut adalah bank sampah Bukit Hijau Berlian yang kini berada
salah satu bank sampah yang sampah yang dikelola oleh dinas lingkungan hidup
Kota Pekanbaru (Studi Kasus Bank Sampah Induk Bukit Hijau Berlian)”.
B. Rumusan Masalah
27
Hijau Berlian oleh Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Kota Pekanbaru”.
C. Tujuan Penelitian
diantaranya yaitu :
Berlian.
Kebersihan Kota Pekanbaru (Studi Kasus Bank Sampah Induk Bukit Hijau
Berlian).
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara teorotis, hasil penelitian ini dilakukan agar dapat bermanfaat dalam
kesamaan.
28
Pagi Arengka).
(https://drive.google.com/file/d/1P6lnjeyieOSsMN2NX61IM5b9SHIGCYpq/vie)
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
datang.
BAB II
A. Studi Kepustakaan
1. Pemerintahan
Pemerintahan adalah suatu ilmu dan seni. Dikatakan sebagai seni karena
syarat-syaratnya yaitu dapat dipelajari, dan diajarkan, memiliki objek, baik objek
atau tertinggi. Pemerintahan dalam arti luas merupakan suatu yang lebih besar
dari pada suatu Kementrian yang diberi Tanggung Jawab Memelihara Perdamaian
pada suatu negara, sert dilengkapi dengan alat-alat kelengkapan negara. Manan
lainnya.
31
2) Pembangunan (Development)
3) Pemberdayaan (Empowering),
4) Pengaturan (Regulation)
dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan negara. namun tujuan utama
2) Menjamin keamanan negara dari segala kemungkinan serangan dari luar dan
lingkunganhidup.
keberadaanmereka.
2. Konsep Kebijakan
(Syahputra, 2021).
oleh seseorang actor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau
persoalan yang dihadapi. Dalam pernyataan lain yang di kemukakan oleh salah
satu ahli yaitu Thomas R Dye menyatakan bahwa kebijakan adalah apa saja yang
dipilih untuk tidak dilakukan maupun yang dilakukan oleh pemerintah. Dalam
pengertian ini maka pusat perhatian oleh kebijakan publik tidak hanya dilakukan
33
oleh pemerintah. Apa saja yang tidak dilakukan oleh pemerintah itulah yang
berkaitan yang diambil oleh seorang aktor politik atau sekelompok aktor
berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya
masih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari para aktor tesebut”.
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah atau negara yang ditujukan untuk
ada pada masyarakat. Kebijakan publik juga sebagai suatu program yang
tertentu. pada dasarnya kebijakan tersebut bisa berupa rangkaian tindakan yang
tertentu yang didasari pada kondisi ancaman dan peluang yang ada. Soetopo
3. Implementasi Kebijakan
pendekatan Bottom Down, namun pada dasarnya dua pendekatan ini bertitik-tolak
studi Implementasi. inti dari dua pendekatan ini adalah sejauh mana tindakan para
pelaksana sesuai dengan prosedur serta tujuan yang telah digariskan oleh pembuat
kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang. Namun dapat pula dalam
secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dengan berbagai cara untuk
Ripley (dalam Dharma, 2019) menyatakan bahwa terdapat tiga cara dominan
3) Kinerja dan dampak terwujudnya kinerja dan dampak yang dikehendaki (the
di identifikasi.
bahwa sampah adalah segala barang atau benda yang telah berubah baik warna
atau bentuk maupun ukuran akibat telah dipakai/dimanfaatkan atau segala benda,
barang/bahan yang tidak dapat digunakan dan atau dipelihara secara patut.banyak
masalah yang ditimbulkan oleh sampah seperti bau yang tidak sedap,sumber
hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat
organic bersifat dapat terurai atau tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan.
Sampah didefinisikan sebagai suatu benda yang tidak dapat dgunakan atau tidak
Tahun 2008) pada pasal 1 ayat 5 juga menyebutkan bahwa yang dimaksudkan
kegiatan pengelolaan sampah dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal 19 yaitu terdiri
yang efektif harus terdiri dari beberapa tahapan yang merupakan rantai dari
dukungan dari beberapa aspek yaitu pembiayaan, aspek peran serta masyarakat,
Pada Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 8 Tahun 2014 Pasal 13,
melalui program dan kegiatan serta anggaran, keterpaduan program, kegiatan dan
38
pengelolan sampah, yaitu mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai
lingkungan dan masyarakat sekitar. Hal tersebut selaras dengan pendapat yang di
kegunaan baru, dimana pandangan tersebut melihat sampah sebagai sumber daya
kepada sebuah aktivitas pngolaan sampah. Istilah ini muncul karena sistem
efektif, aman, sehat dan ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan pada bank
dan non organik yang membuat bank sampah lebih efektif, aman, sehat dan ramah
Dalam konsep bank sampah hal yang paling ditekankan adalah terkait
masyarakat terkait sampah yang memiliki nilai, sehingga mereka peduli untuk
sebagai barang yang bisa digunakan kembali dan bernilai ekonomis. Ratnah
Sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle), sebagai sarana edukasi,
Sirkular yang dibentuk dan dikelola oleh masyarakat, badan usaha, dan/atau
pemerintah daerah. Selanjutnya dalam peraturan tersebut pada pasal 1 nomor 7-8
desa/sebutan lainnya.
administratif kabupaten/kota.
terhadap penabung sampah yang dilakukan oleh teller bank sampah, dimana
tujuan dibangunnya bank sampah sebenarnya bukan bank sampah itu sendiri
sampah. Sehingga bank sampah tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus
terdapat tiga hal penting sebagai komponen utama terhadap implementasi program
bank sampah tersebut . Adapun tiga komponen utama tersebut diantaranya, yaitu :
Pada dasarnya cara kerja pada bank sampah umumnya hampir sama
seperti menabung uang pada perbankan umumnya, dimana setiap penabung akan
mendapat nomor rekening dan buku tabungan sampah, hanya yang disetor oleh
nasabah bukan uang namun adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis
nasabah tersebut memilih sampah kertas, plastik, kaleng/botol dari rumah dan
menabung sampah secara komunal yaitu, pihak nasabah terdiri sebagai kelompok
yang memilih sampah kertas, plastik, kaleng/botol dari rumah dan secara berkala
penarikan yaitu setiap sampah yang ditabung akan ditimbang dan dihargai sesuai
harga pasaran, dimana uang tersebut dapat langsung diambil penabung atau
dicatat dalam buku rekening yang dipersiapkan oleh BSI, namun baru dapat
diambil paling cepat dalam 3 (tiga) bulan. Maka dalam setiap buku rekening
42
tercantum kolom kredit, debit, dan balance yang mencatat setiap transaksi yang
individu atau masyarakat yang tidak berdaya atau pihak yang lemah. Ketidak
keras, ketekunan, dan aspek lainnya. Kelemahan dalam berbagai aspek tadi
2014).
indikator pemberdayaan maka paling tidak terdapatt empat hal, yaitu : merupakan
prioritas bagi kelompok lemah atau kurang beruntung, serta dilakukan melalui
pada masyarakat yang berfokus terhadap kebutuhan, potensi, serta keunikan dari
diantaranya yaitu :
1) Jumlah warga yang secara nyata tertarik untuk hadir dalam tiap kegiatan
yang dilaksanakan.
2) Frekuensi kehadiran tiap-tiap warga pada pelaksanaan tiap jenis kegiatan
3) Tingkat kemudahan penyelenggaraan program untuk memperoleh
persetujuan warga atas ide dikemukakan.
4) Adanya jumlah dan jenis ide yang dikemukakan oleh masyarakat
5) Meningkatnya kepedulian dan respon masyarakat terhadap program
pemberdayaan yang di laksanakan.
6) Berkurangnya permasalahan pada lingkungan masyarakat (sesuai tujuan
dari program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan).
7) Meningkatnya kemandirian masyarakat.
kreatif bertujuan untuk membantu masyarakat agar mampu untuk membuat usaha
sebagai modal sosial, serta mengubah pola pikir masyarakat untuk berdaya dan
diantaranya yaitu :
terlaksana jika pihak-pihak terkait telah mampu melalui tiga upaya ini,
dari gerakan untuk bisa memberdayakan masyarakat. Hal tersebut karena melalui
bank sampah, dapat menjadi salah satu solusi alternatif dalam memperbaiki
kualitas lingkungan masyarakat. disisi lain melalui program bank sampah ini juga
akan membangun kolaborasi yang saling mendukung antara masyarakat dan pihak
adanya keterlibatan masyarakat sebagai aktor yang dapat berperan aktif dalam
bank) dilihat sebagai inovasi yang tepat dalam mewujudkan pola perlindungan
lingkungan yang baik dan mulai digunakan pada berbagai daerah di Indonesia
Nugraha (dalam Aniq, 2019). Partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor
pendukung keberhasilan Bank Sampah, di lain pihak, juga dapat dikatakan bahwa
dapat menciptakan lingkungan bersih, sehat dan bebas dari sampah, mengurangi
membuat dan menjual hasil kerajinan daur ulang sampah dan pembuatan kompos
sampah melalui program bank sampah merupakan proses yang panjang dan
dalam mengelola sampah serta dapat menjaga kegiatan tetap terarah sesuai tujuan
B. Penelitian Terdahulu
C. Kerangka Pemikiran
rinci terkait variabel penelitian beserta indikator yang digunakan sebagai alat ukur
terhadap variabel tersebut. Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang
Hidup dan Kebersihan (Studi Kasus Bank Sampah Induk Kota Pekanbaru)”. Maka
dapat disimpulkan bahwa program bank sampah adalah sebagai salah satu
D. Konsep Operasional
petunjuk terkait bagaimana suatu variabel penelitian akan diukur. Pada dasarnya
merupakan uraian terkait konsep operasional yang digunakan dalam penelitian ini,
diantaranya yaitu :
sampah atau merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat antara lain yaitu
secara berencana, teratur dan terarah guna mencapai tujuan dan sasaran
lingkungan hidup.
E. Operasional Variabel
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
lebih menunjukan suatu penelitian yang bersifat melibatkan subjek yang ada di
lokasi dan bersifat eksplisit dalam suatu situasi yang sedang terjadi, maka dari itu
yang terjadi yaitu kejadian yang realistis terjadi dalam situasi sosial oleh
kelompok yang ikut telibat, bahasa yang formal atau santai dan juga intens
digunakan dalam penelitian kulitatif (Creswell, 2015). Oleh karna itu penelitian
ini tidak berupa angka-angka tetapi berwujud sebuah kumpulan kata-kata atau
Sampah Oleh Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan (Dlhk) Kota Pekanbaru
digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan deskriptif yaitu pendekatan yang
55
dengan kata lain, pengunaan kata bahasa berdasarkan siapa yang menuturkannya.
itu atau masa lampau. (Hutabarat, 2019). Pendekatan penelitian yang sedang
B. Lokasi Penelitian
hal tempat pembuangan sampah telah ditetapkan. Sehingga peneliti melihat belum
C. Informan Penelitian
1. Subjek Penelitian
2. Objek Penelitian
key informan dimana peneliti sudah memahami informasi awal tentang objek
tertentu.
1. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber
berkenaan dengan
2. Data Sekunder yaitu data yang diambil dari Seksi Penanganan Dan
b. Gambaran umum
57
1. Observasi
2. Wawancara
akan menerimanya sesuai dengan objek yang akan di teliti oleh penulis.
3. Dokumentasi
ingin diteliti.
Setelah data berhasil dikumpulkan melalui teknik pengumpulan data diatas, maka
peneliti akan mengelompokkan sesuai dengan jenis data. Kemudian data tersebut
akan diolah dan dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan menggambarkan dan
3 Perbaikan UP
Perbaikan
4 daftar
kuisioner
Pengurusan
rekomendasi
5
penelitian
(riset)
Penelitian
6
Lapangan
Penelitian
7 dan analisis
data
Penyusunan
laporan
8
Peneltian
(Skripsi)
Konsultasi
9 Perbaikan
Skripsi
10 Ujian Skripsi
11 Refisi dan
59
Pengesahan
skripsi
Penggandaan
serta
12
Penyerahan
skripsi
DAFTAR KEPUSTAKAAN
a. Buku-buku
Agus Purwanto, Erwan dan Dyah Ratih Sulistyastuti, 2012, Metode Penelitian
Kuantitatif, Untuk Admnisitrasi Publik, dan Masalah-masalah Sosial,
Gaya Media Jogyakarta
Edwards III George. 1980. Implementing Public Policy. Washington, D.C. Robert
L. Peabody
Ehrenberg, Ronald G., dan Smith, Robert S, 2003. Modern Labor Economics:
Theoryand Public Policy, Eight Edition. Pearson Education, Inc. New
York City.
Hanif, Nurcholis. 2005. Teori dan Praktik Pemerintahan dalam Otonomi Daerah.
Jakarta:Grasindo.
60
Manan, Bagir, 2001, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum
(PSH) Fakultas Hukum UII, Yogyakarta.
Pressman, J.L. and Wildavsky, 2012. Implementation. Barkley and Los Angeles:
University of California Press
Syafiie, Inu Kencana, 2005. Ilmu Pemerintatym (edisi revisi). Mondar Maju,
Bandung.
Van Meter, D.S. and Van Horn, C.E. 1975. The Policy Implementation Process :
A Conceptual framework.” Administration And Society. February
b. Dokumentasi :
Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 11 Tahun 2001 Tentang Penataan Dan
Pembinaan Pedagang Pedagang Kaki Lima