Anda di halaman 1dari 4

LATAR BELAKANG

Pengelolaan sampah menjadi isu yang semakin mendesak untuk dibahas dalam konteks
pelestarian lingkungan. Pertumbuhan populasi manusia dan urbanisasi yang cepat telah
menyebabkan peningkatan volume sampah secara signifikan. Sampah yang tidak tertangani
dengan baik dapat memberikan dampak negatif terhadap ekosistem, kesehatan manusia, dan
kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan di Indonesia.

Beberapa faktor yang memperumit pengelolaan sampah melibatkan aspek sosial,


ekonomi, dan teknologi. Perubahan gaya hidup masyarakat modern cenderung meningkatkan
produksi sampah, sementara kurangnya kesadaran akan dampaknya memberikan tekanan
tambahan pada lingkungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mendalam terkait
pengelolaan sampah untuk mencari solusi yang berkelanjutan dan dapat diimplementasikan
dalam konteks masyarakat.

Salah satu tantangan utama dalam pengelolaan sampah adalah bagaimana Pemerintah
Kota (Pemkot) Bandung mendorong program Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan
sampah) diterapkan di setiap rukun warga (RW) di Kota Bandung. Saat ini di Kota Bandung
terdapat 1.568 RW.prinsip-prinsip ke dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan prinsip-prinsip
ini memerlukan perubahan perilaku masyarakat dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk
pemerintah, industri, dan lembaga pendidikan. Oleh karena itu, karya tulis ilmiah ini bertujuan
untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang peran dan pengaruh variabel
pengelolaan sampah terhadap keberlanjutan lingkungan Kota Bandung Khususnya Di
Kecamatan Cinambo yang merupakan kecamatan terkecil di kota Bandung dan tepatnya di
Kelurahan Cisaranten wetan .

Melalui kajian ini, diharapkan dapat ditemukan solusi-solusi inovatif dan implementatif
dalam mengelola sampah, mulai dari pengurangan produksi sampah, pemanfaatan kembali
barang-barang yang sudah tidak terpakai, hingga proses daur ulang yang efektif. Selain itu,
keterlibatan aktif masyarakat, edukasi lingkungan, dan kebijakan pemerintah yang mendukung
juga menjadi faktor penting dalam mencapai tujuan pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
RUMUSAN MASALAH

1. Sejauh Mana Kesadaran Masyarakat Terhadap Pengelolaan Sampah?

2. Bagaimana Program Kang Pisman dalam Pengelolaan Sampah di wilayah Kelurahan


Cisaranten wetan?

3. Peran Pemerintah dan Kebijakan dalam Pengelolaan Sampah


KAJIAN TEORI

Permasalahan sampah sering terjadi itu karena hati nurani yang buruk masyarakat dan
sistem yang buruk pengelolaan sampah di negara tersebut. Menurut tren pengelolaan limbah
padat Dunia menghasilkan 2,01 miliar ton sampah sering setiap tahun dan jumlahnya sekitar 33
% menanganinya dengan cara yang tidak aman lingkungan hidup (Bank Dunia, 2022).
Permasalahan ini cukup penting dan menjadi isu di berbagai daerah di Indonesia terutama di
daerah Kota Bandung.
Permasalahan seperti ini sering di temukan di negara berpendapatan rendah dengan
populasi penduduk yang cukup banyak, pengumpulan sampah tempat pembuangan akhir (TPA)
dan berkontribusi terhadap produksi sampah global setiap tahunnya di (Yang dkk., 2018). Angka
yang tinggi dari Sampah ini berasal dari efek amplifikasi populasi, tren urbanisasi dan
pembangunan perekonomian yang luar biasa tersedianya sistem pengelolaan sampah efektif
(Salvia dkk., 2021).
Permasalahan yang berkepanjangan di masyarakata ini juga menjadi tanggung jawab
Pemerintah. Kepala Bidang Penegakan Produk Hukum Daerah Satpol PP Kota Bandung Bagus
Wahyudiono menyebutkan, ada dua perda yang berkaitan dengan penanganan sampah di Kota
Bandung. Pertama, Perda nomor 9 tahun 2019 tentang tibumtranlinmas. Kedua, Perda nomor 9
tahun 2018 tentang pengelolaan sampah.
Isu ini juga dapat menggangu kesehatan dan keindahan lingkungan dan ini meruoakan
pencemaran yang digolongkan dalam degradasi lingkungan menurut ( Bintaro, 1991).
Pengelolaan limbah meliputi pengumpulan, pengangkutan, daur ulang, dan pembuangan.
Pakar pengelolaan sampah seperti Daniel Hoornweg dan Perinaz Bhada-Tata menekankan
pentingnya pengurangan sampah, daur ulang, dan pengelolaan yang efektif dalam mengurangi
dampaknya. Hoornweg, D. dan Bhada-Tata, P. (2012).
Permasalahan sampah membutuhkan keterlibatan yang sinergis dari pemerintah dan
masyarakat selaku aktor pengelola sampah. Terdapatnya intervensi pemerintah untuk
mewujudkan kawasan Bebas Sampah (KBS) (Laili Rahma Halimah, Sari Viciawati Machdum,
2023 : 1).
Manajemen pengolahan sampah padat perkotaan (SPP) merupakan masalah lingkungan
yang serius di negara berkembang (Wilson, dkk, 2006, Ahsan dkk., 2014; Thi dkk., 2015;
Sudaryanto dkk., 2010).
Pertumbuhan sampah padat perkotaan (SPP) di Kota Bandung terus meningkat baik
jumlah maupun variasinya. Karakteristik dan kuantitas SPP yang timbul dari kegiatan domesik,
komersial dan industri di wilayah tersebut tidak hanya sebagai akibat dari pertumbuhan
penduduk, peningkatan taraf hidup dan perkembangan teknologi, tetapi juga sebagai akibat dari
kelimpahan dan jenis sumber daya alam di wilayah tersebut (Das & Bhattacharyya, 2013,
Giannis dkk., 2012).
Manajemen persampahan perkotaan yang tidak memadai sehubungan dengan daur ulang
sampah padat, teknologi pengolahan, dan strategi pengelolaan menyebabkan kerugian ekonomi
dan menghadirkan ancaman terhadap kesehatan masyarakat dan sumber daya lingkungan (Sejati,
2009, Marliani, 2015). Seperti di negara berkembang lainnya, kurangnya investasi yang
memadai dan salah urus sumber daya keuangan di kawasan tetap menjadi hambatan utama untuk
meningkatkan infrastruktur persampahan (Dwiyanto, 2011).
Timbulan sampah yang terus meningkat berdampak negatif pada kesehatan, lingkungan,
dan sosial ekonomi. Faktor pendukung peningkatan timbulan sampah adalah pertumbuhan
penduduk, aktivitas perekonomian dan rendahnya kesadaran masyarakat. (Indartik, Elvida Yosefi
Suryandari, 2018).
Adanya timbulan sampah akan berdampak negatif pada kesehatan, lingkungan dan sosial
ekonomi. Pencemaran air tanah dan udara yang akibat keberadaan sampah menurunkan kualitas
lingkungan (Saribanon, 2007).
Secara luas, sampah yang tidak ditangani dengan baik akan berkonsekuensi pada
mahalnya biaya pengelolaan lingkungan serta kerugian secara ekonomi berupa terhambatnya
perkembangan sektor pariwisata, terhambatnya perkembangan otonomi daerah dan mengurangi
arus investor (Mulasari, Husodo, & Muhadjir, 2016).
Menurut Undang – Undang (UU) Nomor 18 Tahun 2008, pengelolaan sampah rumah
tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri dari pengurangan sampah dan
penanganan sampah. Pengurangan sampah merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum
timbulan sampah ada, sedangkan penanganan sampah setelah timbulan sampah terjadi.

Anda mungkin juga menyukai