Anda di halaman 1dari 11

Peran BUMDes dalam Pengelolaan Sampah dengan Incenerator dan Komposter

di Desa Sumbergondo, Kota Batu


Rafi Alfiansyah

Mahasiswa Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah
Malang, Jalan Raya Tlogomas No. 246 Malang

e-mail : rafialfiansyah.28.02@gmail.com

Abstrak

Masalah sampah menjadi sebuah isu yang begitu penting, karena memberikan dampak terhadap lingkungan, sehingga
perlu diperhatikan bagi seluruh elemen yaitu Pemerintah maupun rakyat. Desa Sumbergondo, Kota Batu pernah
menghadapi persoalan serius akan sampah. Volume sampah yang diproduksi tidak sebanding dengan sarana dan
prasana dalam pengelolaan sampah, sehingga sampah dibuang secara sembarangan dan menumpuk pada satu tempat
sehingga dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, kesehatan dan kenyamanan. Namun BUMDes, sekitar
tahun 2019 menciptakan alat peengelolaan sampah yaitu incenerator dan komposter dengan penggunaan Dana Desa.
Tujuan dilaksanakan penelitian ini (1) menjelaskan terkait peran BUMDes terkait manajemen sampah di Desa
Sumbergondo (2) memahami serta melihat akibat yang dirasakan warga Desa Sumbergondo sesudah ditemukan alat
incenerator dan komposter dalam pengelolaan sampah di Desa Sumbergondo. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Teknik untuk pengumpulan datanya mengunakan
observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil temuan penelitian berupa BUMDes memiliki peran penting dalam
suksesnya pengelolaan sampah di Desa Sumbergondo, melalui program bank sampah dan alat insinerator dan
komposter yang diciptakan BUMDes bisa mengatasi permasalahan sampah di desanya.

Kata Kunci: peran BUMDes, pengelolaan sampah, insinerator, komposter

Abstract

The problem of waste is an issue that is so important, because it has an impact on the environment, so it needs to be
paid attention to all elements, namely the Government and the people. Sumbergondo Village, Batu City once faced a
serious problem with waste. The volume of waste produced is not proportional to the facilities and infrastructure in
waste management, so waste is disposed of carelessly and piles up in one place so that it can have a negative impact on
the environment, health and comfort. However, BUMDes, around 2019 created a waste management tool, namely an
incinerator and composter using the Village Fund. The purpose of this research is (1) explaining the role of BUMDes
related to waste management in Sumbergondo Village (2) understanding and seeing the effects felt by residents of
Sumbergondo Village after finding incenerator and composter tools in waste management in Sumbergondo Village. The
research was conducted using a qualitative approach and descriptive research type. Techniques for collecting data
using observation, interviews and documentation. The results of the research findings in the form of BUMDes have an
important role in the success of waste management in Sumbergondo Village, through the Waste Bank program and the
incinerator and composter tools created by BUMDes that can overcome waste problems in their village.

Keywords: role of BUMDes, waste management, incenerator, composter

1. PENDAHULUAN Kesehatan Lingkungan karya


Muchammad Zamzami Elamin, dkk.
Sampah menjadi permasalahan
yang begitu penting, ketika populasi
manusia dan hewan mengalami
peningkatan yang dapat menghasilkan
limbah, selain itu dampak dari aktivitas “Permasalahan sampah meliputi 3
proses produksi & konsumsi, juga bagian yaitu pada bagian hilir, proses dan
berakibat pada kenaikan timbunan hulu. Pada bagian hilir, pembuangan
sampah. Bersumber pada hasil penelitian sampah yang terus meningkat. Pada
Mulasari (2012) di dalam Jurnal bagian proses, keterbatasaan sumber daya
baik dari masyarakat maupun pemerintah.
Pada bagian hulu, berupa kurang (service provider). Sebagai regulator
optimalnya sistem yang diterapkan pada pemerintah menetapkan kebijakan dan
pemrosesan akhir”(Elamin et al., 2018). strategi dalam pengelolaan sampah.
Sedangkan sebagai penyedia pelayanan
adalah sebuah bentuk upaya pemerintah
Tumpukan sampah pada tempat dalam memfasilitasi, mengembangkan
tertentu turut mempengaruhi tingginya dan melaksanakan pengurangan,
biaya. “Jika ditilik dari perspektif penangan dan pemanfaatan
lingkungan, sampah merupakan materi sampah”(Ariyanto & Wibowo, 2020).
‘mahal’ karena dapat menimbulkan
dampak lingkungan pada tingkat lokal,
regional maupun global. Dari sudut
pandang ekonomi, sampah merupakan
nilai benda yang telah hilang, yang
memiliki efek negatif terhadap umat Pada sisi lainya partisipasi
manusia (bisa berupa gangguan ataupun masyarakat juga dibutuhkan dalam
bau busuk) dan dibutuhkan biaya yang mengelola sampah, dalam partisipasi
tidak sedikit (untuk pengolahan maupun pemikiran ini. “Masyarakat menyalurkan
dalam penimbunannya dalam jangka ide pengelolaan sampah tidak hanya
panjang). Sampah juga merupakan dalam tahap perencanaan saja melainkan
masalah bagi generasi mendatang, karena juga tahap pelaksanaan dan evaluasi
adanya efek tunda dan biaya jangka program. Partisipasi tenaga dilihat dari
panjang” (Arief, 2013). masyarakat yang ikut serta dilapangan
Kurangnya perhatian masyarakat untuk membantu mulai dari
akan pentingnya dalam hal menjaga mengumpulkan, mengambil sampah
kelestarian lingkungan hidup hingga mengelola sampah. Selanjutnya
menimbulkan dampak negatif yaitu partisipasi keahlian atau ketrampilan
perilaku membuang sampah secara dilihat dari bentuk usaha guna untuk
sembarangan. Indonesia selalu mengalami mendorong aneka ragam usaha yang
kenaikan sampah per-harinya. Pada tahun dilakukan oleh masyarakat” (Sulistiyorini,
2019 jumlah sampah yang ada di Darwis, & Gutama, 2015).
Indonesia sebanyak 66-67 juta ton, Rakyat atau masyarakat tidak
kemudian pada tahun 2020 naik menjadi hanya ikut berpartisipasi dalam
67,8 juta ton. pengelolaan, melainkan harus ada tindak
Perihal tersebut menunjukkan lanjut berupa inovasi dan temuan baru
bahwa kurang efektif dalam hal tata dalam pengelolaan sampah, seperti di
kelola pemukiman dan tingginya laju Desa Sumbergondo, Badan Usaha Milik
peningkatan jumlah penduduk turut Desa berinovasi dalam pengelolaan
menjadi faktor meningkatnya sampah. sampah di desanya.
Selain itu sarana dan prasarana yang Desa Sumbergondo, Kecamatan
digunakan dalam manajemen sampah Bumiaji, Kota Batu sempat mengalami
serta pengetahuan masyarakat ketika persoalan serius akan sampah. Kapasitas
menjaga kebersihan dan kelestarian sampah yang dihasilkan tidak setara
lingkungan hidup juga menjadi indikator dengan sarana dan prasarana yang
dalam mengelola sampah. digunakan. Banyaknya industri dan UKM
Maka dari itu sangat diperlukan yang ada, serta petani sayur dan buah-
bentuk kerja sama antara Pemerintah buahan membuat volume sampah di Desa
dengan rakyat atau masyarakat dalam Sumbergondo cukup tinggi. Volume
mengelola sampah. Instansi Pemerintah presentase sampah terbesar berasal dari
dalam “pengelolaan sampah memiliki limbah sayuran dan buah-buahan.
peran sebagai regulator/pembuat Masyarakat lebih suka membuang sampah
kebijakan serta sebagai penyedia layanan di sungai, karena dirasa tidak ada solusi
untuk pengelolaan sampah. TPA dan dua deskriptif, karena peneliti ingin
kontainer yang digunakan tidak bisa mendiskripsikan dan menjelaskan sumber
menampung banyaknya volume sampah data yang diperoleh melalui informan
yang ada. Selain itu sampah menumpuk dalam wujud kalimat yang real dan sesuai
dan berjejeran di pingir jalan sepanjang hasil temuan lapangan. Terdapat dua jenis
50-100 meter yang ada di Desa data dalam penelitian ini yaitu data primer
Sumbergondo, sehingga menimbulkan dan sekunder. Sumber data primer
dampak negatif bagi lingkungan, diperoleh melalui pengamatan lokasi,
kesehatan serta kenyamanan. Namun pada wawancara dan dokumentasi di lapangan,
Januari 2019 BUMDes Sumbergondo sedangkan sumber data sekunder
yang diberi nama Rejeki Barokah diperoleh melalui studi kepustakaan.
menciptakan sebuah alat pembakar Teknik analisis data dilakukan dengan
sampah yang diberi nama insinerator dan cara mereduksi data atau memilah data
komposter dengan menggunakan yang ditemukan di lapangan, kemudian
pembiayaan dari dana desa. penyajian data dan penarikan suatu
kesimpulan.
Setelah alat ditemukan terdapat
beberapa aspek yang sekirannya harus di Lokasi Penelitian
perhatikan. Merujuk pada penelitian
Amurwaraharja (2003), dalam Jurnal Desa Sumbergondo terletak di
Teknik Lingkungan yang ditulis Risqi Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Provinsi
Mahyudi “ada empat aspek yang perlu Jawa Timur. Letak Desa Sumbergondo
dipertimbangkan yaitu aspek sosial, berada di sebelah utara Kota Batu, dengan
ekonomi, lingkungan, dan luas luas ± 573 Ha. Terdapat tiga Dusun
teknis”(Mahyudin, 2017). di Desa Sumbergondo yaitu Dusun
Sengonan, Dusun Tegalsari,dan Dusun
Segundu. Jumlah RT dan RW di Desa
Sumbergondo yaitu terdapat 17 RT dan 3
“Kriteria dari aspek sosial RW. Mayoritas Penduduk Desa
diantaranya penyerapan tenaga kerja, Sumbergondo bermata pencaharian
menumbuhkan lapangan usaha pada sebagai petani maupun buruh sayur mayur
sektor formal dan informal, penguatan dan buah. Jarak yang ditempuh dari
peran serta masyarakat. Aspek ekonomi kantor Kecamatan Bumiaji ke Desa
dapat dijabarkan menjadi tiga kriteria, Sumbergondo adalah 1,5 km atau 5 menit
yaitu investasi rendah, biaya operasional dengan jarak tempuh perjalanan
rendah, menghasilkan (PAD) yang tinggi. menggunakan kendaraan bermotor/mobil,
aspek lingkungan yaitu meminimalisir sedangkan jarak tempuh dari pusat Kota
pencemaran air, bau dan estetika Batu ke Desa Sumbergondo adalah 6 km
lingkungan”(Mahyudin, 2017). atau 20 menit.
Penelitian ini memiliki beberapa 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
tujuan diantaranya menjelaskan terkait
peran Badan Usaha Milik Desa dalam Peran BUMDes Rejeki Barokah dalam
memanajemen sampah di Desa Pengelolaan Sampah di Desa Sumbergondo,
Sumbergondo serta memahami sekaligus Kota Batu
melihat dampak yang dirasakan warga
Desa Sumbergondo sesudah ditemukan Peran menurut Soerjono Soekanto
alat insinerator dan komposter dalam (2002) adalah “aspek dinamis yang
pengelolaan sampah di Desa berupa tindakan atau perilaku yang
Sumbergondo. dilaksanakan oleh seseorang yang
menempati atau memangku suatu posisi
2. METODE PENELITIAN dan melaksanakan hak-hak dan kewajiban
sesuaian dengan kedudukannya”
Pada penelitian ini memakai (Soerjono Soekanto, 2002: 242).
pendekatan kualitatif. Terkait jenis
penelitian yang digunakan yaitu
BUMDes menurut Anom Surya “perubahan yang terjadi pada lembaga
Putra (2015) “merupakan salah satu kemasyarakatan di dalam suatu
bentuk kegiatan dalam hal peningkatan masyarakat yang mempengaruhi sistem
ekonomi desa yang dilaksanakan secara sosial, termasuk didalamnya nilai-nilai,
mandiri dan sukarelawan dengan cara sikap-sikap dan pola perilaku diantara
memobilisasi unit-unit usaha mikro yang kelompok dalam masyarakat” (Selo
penting bagi usaha kolektif di desa” Soemardjan, 1986: 303).
(Putra, 2015)
Maka dari itu penulis
Menurut Purnomo (2004) adapun mengunakan teori perubahan sosial,
tujuan pembentukan Badan Usaha Milik karena terdapat suatu perubahan sosial
Desa anatara lain: “meningkatkan peranan yang dilakukan oleh BUMDes dalam
masyarakat desa dalam mengelola mempengaruhi sistem sosial terkait
sumber-sumber pendapatan lain yang sah, pengelolaan sampah. BUMDes
menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi melakukan sebuah perubahan terkait nilai,
masyarakat desa, dalam unit-unit usaha sikap dan pola perilaku dalam mengelola
desa, menumbuhkembangkan usaha sampah di desanya dengan membuat dan
sektor informal untuk dapat menyerap merancang alat pengelola sampah,
tenaga kerja masyarakat di desa, dan kemudian merealisasikan program
meningkatkan kreatifitas berwirausaha terhadap warga.
desa dan masyarakat desa yang
berpenghasilan” (Purnomo, 2004: 17). Jenis dan Sumber Sampah

Menurut Sejati (2009) Dalam Undang- Undang No.18


pengelolaan sampah adalah “semua Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
kegiatan yang dilakukan untuk menangani jenis dan sumber sampah yang diatur
sampah sejak ditimbulkan sampai dengan adalah :
pembuangan akhir” (Sejati, 2009). 1. Sampah rumah tangga adalah sampah yang
BUMDes Rejeki Barokah Desa berasal dari kegiatan sehari-hari dan bersumber
Sumbergondo adalah salah satu BUMDes dari rumah atau tempat tinggal, yang memiliki
kreatif dan inovatif di Kota Batu. bentuk padat, semisal botol, plastik, kertas, dll.
BUMDes Rejeki Barokah ini dikenal oleh 2. Sampah organik atau basah yaitu jenis sampah
masyarakat karena program pengelolaan yang dihasilkan dari proses kegiatan mahluk
sampah. Dengan program yang dibuat dan hidup berupa daun, sisa dari sayuran dan buah-
dilaksanakan, BUMDes Rejeki Barokah buahan dan banyak muncul dari kegiatan
dapat mengelola sampah menjadi barang pertanian dan pedagang sayur dan buah.
yang lebih bernilai dan bisa dimanfaatkan.
BUMDes Rejeki Barokah memiliki 3. Sampah spesifik yaitu sampah sejenis rumah
peranan yang sangat penting dalam tangga yang di dalamnya terdapat bahan
merancang dan menciptakan alat untuk berbahaya dan beracun (B3), contoh baterai,
mengelola sampah secara mandiri dengan hair spray, pembersih kaca dan oven, dll.
menggunakan bantuan dana desa. Alat Sampah ini mengandung zat kimia sehingga
yang diciptakan antara lain insinerator perlu penangganan khusus, karena jika
dan komposter. Alat yang diciptakan berkontak langsung dengan lingkungan maka
memiliki fungsi tersendiri dalam dapat merusak lingkungan.
mengelola jenis sampah yang ada.
Jenis Sampah di Desa Sumbergondo
Implementasi Teori Perubahan Sosial Selo
1. Sampah rumah tangga yang tidak bisa diolah
Soemardjan
kembali
Pada penelitian ini yang menjadi 2. Sampah organik yang bisa dijadikan untuk
tolak ukur yaitu teori perubahan sosial pupuk daun dengan cara diolah ke dalam
dari tokoh sosiolog Indonesia yaitu Selo komposter
Soemardjan. Menurut Selo Soemarjan 3. Sampah rumah tangga yang memiliki nilai
(1986), perubahan sosial adalah ekonomi kemudian dikelola ke dalam Bank
Sampah. Seperti jenis sampah kertas, plastik,
botol dan bisa digunakkan untuk kegiatan
warga dan menambah ekonomi. Satu alat insinerator dapat
menampung sampah dengan jumlah
Teknik Pengangkutan Sampah kapasitas 600-800 kwintal. Secara
sederhana dapat digunakan untuk 600
BUMDes secara tekhnis
sampai 800 KK (Kartu Keluarga), 800
bertanggung jawab dalam pengangkutan
kepala keluarga terdiri sebanyak 4200
sampah, serta terdapat tong sampah
jiwa. Lokasi insinerator sengaja
berwarna hijau yang digunakan BUMDes
diletakkan di tenggah kebun bambu
untuk mengangkut sampah. Pengangkutan
supaya mengurangi kepulan asap yang
sampah dilakukan selama 1 minggu 2x
ditimbulkan.
untuk dibawa kedalam insinerator,
komposter dan bank sampah.
Teknik Pengelolaan Sampah dengan
Insinerator

Sumber: Dokumentasi pribadi penulis (2020)

Gambar 2. Proses Pembakaran Sampah Rumah tangga.

Teknis pembakaran sampah


rumah tangga melalui insinerator yaitu:
Sumber: Dokumentasi pribadi penulis (2020) memasukkan sampah ke dalam kotak
insinerator, sampah dibakar dan
Gambar 1. Alat Insinerator.
menyalakan cerobong filter yang berada
Menurut Dian Purwitasari, dkk di atas bangunan insinerator, asap dari
(2020) “insinerator merupakan teknologi pembakaran di kasih filter dengan cara di
alternatif yang menarik untuk mengolah semprot menggunakan pipa air, sehingga
sampah domestik melalui proses asapnya bisa berkurang, tidak berbau dan
pembakaran karena memiliki beberapa warnanya jadi cerah serta teknologi
keuntungan. Salah satunya yaitu bersifat ramah lingkungan, kemudian abu
insinerator mampu mengurangi volume dari hasil pembakaran sampah bisa
sampah yang terbakar sampai 80-95% dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk
sehingga dapat menjaga ketersediaan kering.
landfill” (Dewanti, Ma’rufatin, Oktivia, &
Proses pembakaran sampah
Pratama, 2020)
rumah tangga dengan incinerator yang
Alat ini diciptakan pada bulan tidak sempurna dapat berdampak
Januari 2019 oleh Karang Taruna dan terbentuknya dioksin. “Dioksin
BUMDes Desa Sumbergondo. Pembuatan merupakan senyawa yang mampu
alat insinerator menghabiskan biaya Rp. mengacaukan sistem hormon, yaitu
60.000.000 dengan menggunakan dana dengan cara bergabung dengan kaseptor
desa. Terdapat tiga alat insinerator yang hormon, sehingga mengubah fungsi dan
ada di Desa Sumbergondo. Alat mekanisme genetis dari sel, dan
insinerator dikhususkan untuk megelolah mengakibatkan pengaruh yang sangat
sampah rumah tangga yang tidak bisa luas, yaitu kanker, menurunkan daya
daur ulang atau dijadikan uang, dengan tahan tubuh, mengacaukan sistem saraf,
cara dibakar. keguguran kandungan, dan dapat
mengakibatkan cacat kelahiran.
Umumnya dioksin dihasilkan dari
pembakaran sampah yang merupakan
hasil samping produk pestisida,
pembakaran dari proses produksi baja
atau proses kimia suatu produk yang
menggunakan chlor sebagai pemutih
seperti kertas, plastik, bahan Tshirt dan
sebagainya”(Kodrat, 2013).

Sumber: Dokumentasi pribadi penulis (2020)


Selain itu berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Gambar 3. Tempat Komposter Anaerob.
Sumingkrat (2002) “Dioksin dapat masuk
ke dalam tubuh manusia melalui jalan Komposter Anaerob dibangun
inhalasi (terhirup). ingesti (termakan atau dengan tujuan untuk mengurangi
terminum). serta kontak kulit (dermal kebiasaan buruk petani dalam membuang
contact)”(Sumingkrat, 2002). sampah basah berupa sayuran dan buah.
Komposter dibangun dari batu bata, lalu
Terdapat berbagai cara untuk disemen dan pada bagian bawah dilapisi
memecah gas dioksin, salah satu cara batu koral. Terdapat empat wadah yang
yaitu pengaturan suhu pembakaran, dapat digunakan untuk menampung buah
seperti penelitian yang telah dilakukan dan sayur. Masing-masing ukurannya 3x2
oleh Kimberly Febrina “didalam meter dan tinggi 1,2 meter. Pembuatan
insinerator sampah dibakar dengan Komposter menghabiskan dana Rp.
temperatur tinggi (diatas 850°C) guna 33.000.000 dari BUMDes.
memecah gas dioksin akibat pembakaran
sampah yang mengandung klor. Untuk
menjamin pembakaran berlangsung diatas Komposter hanya dikhususkan
temperatur 850°C insenerator dilengkapi untuk sampah basah atau organik karena
dengan burner (biasanya menggunakan jika dicampur dengan sampah rumah
bahan bakar minyak) yang akan menyala tangga maka tidak akan menjadi belatung
apabila temperatur di dalam insenerator dan tidak jadi pupuk. Berbeda lagi ketika
kurang dari 850°C. Insinerator juga dicampur dengan plastik, sehingga lebih
dilengkapi dengan blower untuk lama dalam proses pembusukan yang bisa
menyuplai udara sekunder berkecepatan dijadikan pupuk.
tinggi yang menjamin cukupnya suplai
oksigen dan terjadinya mixing yang baik
sehingga proses pembakaran menjadi
optimal”(Kodrat, 2013).
Teknik Pengelolaan sampah dengan
Komposter Anaerob

S
umber: Dokumentasi pribadi penulis (2020)

Gambar 4. Hasil Fermentasi Sampah Organik menjadi


Pupuk Cair.

Tata cara kerja komposter yaitu:


sayuran dan buah-buahan yang busuk dan
tidak layak dijual ditaruh kedalam
komposter, setelah itu sayuran dan buah- dikhususkan untuk jenis sampah rumah
buahan yang ada di dalam komposter tangga yang masih bisa di daur ulang dan
dibiarkan selama 8 hari, setelah dibiarkan dimanfaatkan. Terdapat beberapa jenis
selama 8 hari, diambil pupuk cairnya sampah yang dapat dijual, antara lain :
dengan ketentuan campuran air 200
Tabel 1. Jenis barang yang bisa dijual
mililiter air dan pupuk cair sebanyak 25
liter. No Nama Jenis Barang Satuan Harga
Barang
Setelah adanya komposter 1. Plastik Plastik PP Putih & Kg Rp. 300 –
ada sablon, Kresek, Rp. 1.500
sampah basah atau organik berupa sisa Karung, PVC
sayur dan buah-buahan yang dibuang, 2. Bak Bak putih, warna, Kg Rp. 400 –
kemudian bisa diolah menjadi pupuk cair, campur dan printer, Rp. 3.000
Toples kaca, Aqua
sehingga dari bentuk sampah yang gelas dan botol.
sebelumnya tidak memiliki nilai guna bisa 3. Kertas Kardus, Kertas Kg Rp. 400 -
memiliki nilai guna dan nilai ekonomi. semen, HVS, CD, Rp. 3.000
Koran, Duplek,
Buku
Teknik Pengelolaan sampah dengan Bank 4. Botol kaca Botol bir, Botol biji Rp. 200 –
Sampah bensin, Coca cola, Rp.
drum, kecap, sirup 1B.000
Bank sampah adalah program 5. Besi Besi A & B, Kg Rp. 400 –
Omplong, Rp. 2.500
nasional dengan fokus kegiatan dalam Rongsok, Kawat
pengelolaan sampah rumah tangga dengan 6. Logam Tembaga, Kg Rp. 4.000
kategori masih bisa di daur ulang atau Kunigan, – Rp.
Alumunium A, B, 40.000
dimanfaatkan, dan dikelola secara C, Acu, Gagang
kolektif oleh masyarakat setempat. pintu
Sumber : Hasil Wawancara (diolah)
Berdasarkan Undang-undang
Nomor 18 tahun 2008 “mengamanatkan Teknis Pengelolaan melalui Bank
pengelolaan sampah dengan prinsip 3R Sampah antara lain:
(Reduce, Reuse, Recycle). Pemerintah
1. Menggunakan pick up atau tosa dari BUMDes,
mengajak masyarakat untuk mengurangi,
dengan kondisi sampah dalam keadaan kering.
menggunakan kembali dan mendaur ulang
sampah, maka pengelolaan sampah 2. Proses penimbangan sampah rumah tangga.
dengan pendekatan kumpul-angkut-buang
diganti dengan pemilahan-pengangkutan- 3. Pencatatan hasil yang diperoleh.
pengolahan-pemrosesan”. 4. Pencairan tabungan.
Maka dari itu dengan adanya
bank sampah, warga Desa Sumbergondo
bisa memanfaatkan sampah rumah tangga
untuk ditabung dan dijadikan uang.
Berdasarkaan hasil wawancara dengan
salah seorang pekerja di bank sampah,
Warsito, melalui sampah ternyata bisa
dibuat untuk membayar pajak. Tentu hal
tersebut bisa terjadi karena dalam satu
tahun, setidaknya bisa menghasilkan uang
kurang lebih Rp. 400. 000. Selain itu hasil
Sumber: Dokumentasi pribadi penulis (2020) sampah yang di setorkan ke bank sampah
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan warga.
Gambar 4. Bank Sampah BUMDes Rejeki Barokah Desa
Sumbergondo. Bentuk Partisipasi dan Dampak yang
Bank sampah ini dikelola secara dirasakan masyarakat
professional oleh BUMDes Rejeki Berdasarkan hasil wawancara
Barokah. Bank sampah hanya dengan Direktur BUMDes Rejeki
Barokah, Anditya Fitrawan Hampir 95 %
warga setuju terkait program yang 4. PENUTUP
dijalankan. Indikator bisa diterima dan
bentuk partisipasi yaitu warga ikut Kesimpulan
membayar iuran Rp. 10.000 per bulan dan Peran BUMDes Rejeki Barokah
dari iuran tersebut bisa dibuat untuk dalam merancang program dan
mengaji karyawan sehingga pengelolaan menciptakan alat untuk pengelolaan
sampah bisa berjalan dengan baik. Warga sampah di Desa Sumbergondo bisa
setuju karena masalah sampah yang menyelesaikan permasalahan sampah di
dibakar menggunakan insinerator tidak desa tersebut. Alat insinerator dapat
memberikan pengaruh sama sekali menanggulangi persoalan sampah rumah
terhadap lingkungan dari pada dibuang tangga yang tidak bisa diolah atau didaur
ditempat tanpa melewati proses ulang dengan cara di bakar.
pembakaran karena bau sampah yang
ditimbulkan menganggu kenyamanan Walaupun pembakaran sampah
ketika melewati jalan tersebut. menggunakan insinerator yang sudah
menggunakan cerobong dan filter pada
Dampak yang dirasakan masyarakat rangkaian alat insinerator yang dilengkapi
Secara pasti dampaknya terhadap alat penyemprot asap hasil pembakaran,
lingkungan, selama hampir kurun waktu 2 untuk mengetahui kualitas udara yang
tahun berjalan, mulai tahun 2018 sampai dihasilkan diperlukan pengambilan
2020. Lokasi bangunan insenerator contoh uji udara emisi cerobong dan
dahulunya merupakan titik-titik sampah menguji kualitas udaranya di
yang ada di Desa Sumbergondo yaitu di laboratorium, sehingga dapat dipastikan
Dusun Tegalsari dan Dusun Sengonan, asap yang keluar belum boleh disebut
merupakan tempat warga membuag aman, karena harus melewati pengujian di
sampah sepanjang 50-100 meter di pingir laboratorium ada baku mutu udara ambien
jalan dan sekarang bersih, selain itu : atau emisi yang harus dipenuhi dan tidak
menganggu pernapasan
1. Tidak terjadi penumpukan sampah di sudut
wilayah Desa Sumbergondo Komposter juga memiliki peran
2. Masyarakat dan tamu yang berkunjung ke dalam mengatasi sampah organik atau
Desa Sumbergondo tidak lagi mengeluhkan basah dengan cara difermentasi dan
terkait bau sampah yang menyengat. diambil cairannya yang kemudian bisa
3. Titik pembuangan sampah sembarangan di dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk daun
Desa Sumbergondo hilang. cair. Selain itu bank sampah berperan
4. Dari sisi usaha bisa mengangkat dalam mengelolah sampah rumah tangga
perekonomian warga, dengan pengelolaan sehingga masih bisa diolah kembali dan
sampah, BUMDes bisa mengelola 6 bernilai ekonomis.
karyawan diantaranya 4 orang untuk Melalui ketiga sistem pengelolaan
pengangkutan sampah dan 2 orang untuk sampah yang di kelola oleh BUMDes
pemilahan sampah atau bank sampah. Gaji maka permasalahan sampah di desa bisa
pengangkutan sampah Rp. 200.000 per-hari teratasi secara mandiri, secara kasat mata
dan bukan merupakan pekerjaan harian dan lingkungan menjadi lebih bersih, nyaman,
gaji per-bulan Rp. 2.000.000. tidak ada lagi penumpukan dan titik
5. Sampah bisa dibuat untuk membayar pajak, pembuangan sampah sembarangan.
karena dalam satu tahun, setidaknya bisa Disamping dapat mengangkat
menghasilkan uang kurang lebih Rp. 400. perekonomian warga.
000.
6. Desa bisa lebih dikenal lewat program Saran
sampah yang notabenenya sudah didatangi
Adapun saran dari penelitian ini antara lain :
seluruh Indonesia diantaranya Papua,
Sulawesi, Kalimantan dengan kegiatan study 1. Pada satu sisi pengendalian sampah dari segi
banding. jumlah dan estetika (bau) sudah bisa teratasi
namun dari segi lingkungan harus ada kajian Dewanti, D. P., Ma’rufatin, A., Oktivia, R., &
lebih lanjut yaitu pengukuan kualitas udara Pratama, R. A. (2020). Kebutuhan Karbon
pada emisi cerobong, dan saran suhu yang Aktif Untuk Pengurangan Dioksin Pada Gas
optimal agar pembakaran yang dilakukan Buang Cerobong Insinerator Pengolahan
sempurna dan asap yang keluar tidak Sampah Domestik. Jurnal Rekayasa
berbahaya. Gas buang dari proses Lingkungan, 13(1), 50–55.
pembakaran berpotensi mencemarkan https://doi.org/10.29122/jrl.v13i1.4292
lingkungan karena kandungan bahan beracun
seperti substansi dioksin. Dioksin dapat Elamin, M. Z., Ilmi, K. N., Tahrirah, T., Zarnuzi,
menimbulkan penyakit berbahaya yaitu Y. A., Suci, Y. C., Rahmawati, D. R., …
kanker. Nafisa, I. F. (2018). ANALISIS
2. Alangkah baiknya mengunakan insinerator PENGELOLAAN SAMPAH PADA
dengan jenis multiple chamber (ruang bakar MASYARAKAT DESA DISANAH
lebih dari satu), dimana ruang bakar pertama KECAMATAN SRESEH KABUPATEN
untuk membakar limbah sedangkan ruang SAMPANG. Jurnal Kesehatan Lingkungan,
bakar kedua untuk membakar gas buang yang 10(4), 368–375.
dihasilkan pada ruang bakar pertama agar https://doi.org/10.20473/jkl.v10i4.2018.368-
dapat terbakar sempurna. 375

UCAPAN TERIMAKASIH Kodrat, K. F. (2013). Evaluasi Sistem Pengananan


Limbah Padat Klinis dengan Insenerator di
Penulis menyadari bahwa dalam RS. H. Adam Malik Medan. Malikussaleh
penyelesaian jurnal ini tanpa adanya Industrial Engineering Journal, 2(2), 43–49.
bantuan dan dorongan dari orang lain
tidak dapat terwujud, sehingga dengan Kuncoro, Sejati. 2009. Pengolahan Sampah
ketulusan dan kerendahan hati penulis Terpadu. Yogyakarta: Kanisius.
mengucapkan terimakasih dan Mahyudin, R. P. (2017). KAJIAN
pennghargaan setinggi-tingginya kepada : PERMASALAHAN PENGELOLAAN
1. Bapak Nuryuwono, selaku Kepala Desa SAMPAH DAN DAMPAK
Sumbergondo yang sudah mengizinkan LINGKUNGAN DI TPA (TEMPAT
penulis untuk melakukan penelitian. PEMROSESAN AKHIR). Teknik
2. Bapak Anditya Fitrawan, selaku Direktur Lingkungan, 3(1), 66–74.
BUMDes Rejeki Barokah yang telah Purnomo. 2004. Pembangunan Bumdes dan
memberikan ilmu dan sumber data, berupa Pemberdayaan Masyarakat Desa. Lombok
informasi yang dibutuhkan penulis. Timur : Makalah BPMPD.
3. Bapak Warsito, selaku pekerja BUMDes
yang telah memberikan informasi guna Putra, A. S. (2015). BADAN USAHA MILIK
melengkapi data yang sudah diperoleh. DESA: SPIRIT USAHA KOLEKTIF DESA.
4. Bapak Ali, selaku TU jurusan yang telah In Buku 7. Retrieved from
membantu mahasiswa dalam memudahkan http://library1.nida.ac.th/termpaper6/sd/2554
pelaksanaan penelitian. /19755.pdf
Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu
DAFTAR PUSTAKA
Pengantar. Jakarta : Rajawali Press.
Arief, S. (2013). Pengelolaan Sampah Malang
Soemardjan, Selo. 1986. Perubahan Sosial di
Raya Menuju Pengelolaan Sampah Terpadu
Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada
Yang Berbasis Partisipasi Masyarakat.
University Press.
Jurnal Humanity, 9(1), 195–208.
Sulistiyorini, N. R., Darwis, R. S., & Gutama, A.
Ariyanto, D. B., & Wibowo, A. W. (2020).
S. (2015). Partisipasi Masyarakat Dalam
KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH
Pengelolaan Sampah Di Lingkungan
DI DAERAH UTAMA TUJUAN WISATA.
Margaluyu Kelurahan Cicurug. Share :
Kebijakan Publik, 11(2), 105–112.
Social Work Journal, 5(1), 71–80.
https://doi.org/10.24198/share.v5i1.13120
Sumingkrat, S. (2002). Terbentuknya Dioksin
Akibat Reaksi Kimia Pada Proses
Pembakaran Dan Dampaknya Bagi Manusia.
Buletin Penelitian, 24(1), 7–14.
https://doi.org/10.24817/jkk.v0i0.4745
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah.

Anda mungkin juga menyukai