BAB I
PENDAHULUAN
1. Permasalahan
kurang sedap (Anshoriy dan Sudarsono, 2008: 71). Tumpukan sampah di pinggir-
pinggir jalan dan di sekitar permukiman warga, baik di wilayah perkotaan hingga
seperti ini sangat buruk bagi lingkungan dan mengakibatkan kerusakan lingkungan.
dapat dikatakan baik apabila kondisi lingkungannya juga baik, namun sebaliknya
jika lingkungan buruk maka akan mengurangi kualitas hidup manusia itu sendiri.
Kualitas hidup manusia itu adalah kondisi di mana manusia itu mempunyai kualitas
yang tinggi dalam hal sosial, budaya, dan menyelaraskan lingkungannya secara arif,
sehingga manusia yang dapat hidup selaras dengan lingkungannya serta tidak selalu
2004: 28).
2
yang konsumtif tidak memikirkan hal-hal yang dapat merusak lingkungan termasuk
dari barang-barang yang telah dikonsumsi. Sampah yang paling banyak dihasilkan
plastik ini merupakan sampah yang sulit untuk diuraikan. Sejati (2009: 15)
tidak dapat terdegradasi secara alami, sehingga apabila ditimbun di tanah ataupun
padahal adanya sampah sebenarnya tidak selalu menjadi masalah apabila dapat
dikelola sebaik mungkin sehingga dapat dihasilkan berbagai bentuk hasil olahan.
Ada berbagai macam sampah yang dapat diolah atau digunakan kembali,
tergantung kreativitas dari masing-masing orang. Hasil dari olahan sampah dapat
sampah di wilayah Indonesia hingga saat ini. Manik (2003: 226) menjelaskan
pemaparan tersebut yang dimaksud adalah bahwa setiap pelaku kegiatan harus
Pengelolaan lingkungan mempunyai prinsip bahwa sumber daya alam baik yang
dapat diperbaharui maupun tidak, selalu memperhatikan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup dan sosial budaya masyarakat, mencapai efisiensi secara
ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan bagi peningkatan
keberadaan bank sampah dapat dilihat pada suatu daerah yang mempunyai bank
sampah jauh lebih baik tingkat kebersihan dan kesehatannya daripada daerah yang
dari mulai anak-anak hingga orang tua semua ikut terlibat di dalamnya. Bank
sampah mengajak masyarakat dalam gerakan peduli lingkungan. Bank sampah ini
selayaknya bank pada umumnya yang memiliki teller dan nasabah. Sistem bank
sampah yang ditabung bukan uang melainkan sampah. Sampah di bank sampah ini
sampah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari pengumpulan sampah yang sudah
dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah atau ke tempat
pengepul sampah (Rozak, 2014: 16). Konsep Bank Sampah Gemah Ripah tidak
selalu menekankan pada unsur ekonomi melainkan pada unsur sosial, yaitu
sampah tidak lagi dilihat sebagai barang yang tidak bernilai. Muntazah (2015: 3)
berpendapat bahwa program bank sampah ini tidak terlepas dari pemberdayaan
Deep Ecology Arne Naess lebih disebut sebagai sebuah gerakan di antara orang-
orang yang mempunyai sikap dan keyakinan yang sama, mendukung suatu gaya
hidup yang selaras dengan alam, dan sama-sama memperjuangkan isu lingkungan
hidup dan politik. Suatu gerakan yang menuntut dan didasarkan pada perubahan
secara mendasar dan revolusioner yaitu perubahan cara pandang nilai, dan perilaku
atau gaya hidup. Deep Ecology tidak hanya memusatkan perhatian pada jangka
Penulis lebih memilih konsep etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess
karena sesuai dengan konsep pada bank sampah yang mendasarkan adanya suatu
perubahan paradigma, yaitu perubahan cara pandang nilai pada sampah, serta gaya
hidup bersih dan sehat dengan membiasakan diri untuk memilah-milah sampah.
Konsep pengelolaan sampah Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul yang
akan ditinjau dengan konsep Deep Ecology Arne Naess menjadi sangat sesuai.
Konsep pengelolaan sampah di Bank Sampah Gemah Ripah memiliki tujuan yang
lingkungan yang bersih dan sehat. Konsep Deep Ecology Arne Naess perlu untuk
suatu gerakan sosial peduli lingkungan. Analisis ini diharapkan dapat memberikan
pendidikan bagi masyarakat agar lebih peka terhadap kondisi lingkungan sekitar,
2. Rumusan Masalah
c. Apa analisis kritis konsep pengelolaan sampah pada Bank Sampah Gemah
Ripah dalam perspektif etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess dan
3. Keaslian Penelitian
ini berisi tentang sistem pengelolaan sampah rumah tangga mandiri (bank
sampah).
c. Abdul Rozak, 2014, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
ini berisi tentang pengelolaan sampah dengan sistem bank sampah yang
Bank Sampah Gemah Ripah Badegan Bantul DIY, tesis ini lebih
sehingga yang dibahas berkaitan dengan para pengelola bank sampah atau
e. Fitri Wulandari, 2014, Tesis Fakultas Teknik UGM, dengan judul: Evaluasi
Bank Sampah di Kota Makasar, tesis ini berisi tentang mengevaluasi adanya
g. Ahmad Nur Alam Sukrisna Putra, 2015, Skripsi Fakultas Geografi UGM,
ini berisi tentang pengelolaan sampah yang dimulai dari rumah tangganya
8
sendiri, dijelaskan pula mengenai apa saja bentuk pengelolaan sampah yang
Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta ditinjau dari Konsep Deep
Ecology Arne Naess. Sejauh pengamatan peneliti belum pernah ada penelitian
mengenai pengelolaan sampah di Bank Sampah Gemah Ripah yang dikaji dengan
etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess. Sehingga penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan keasliannya.
4. Manfaat Penelitian
lingkungan hidup.
dapat dijadikan sebagai salah satu literatur kajian pustaka bagi akademisi
Ilmu Filsafat.
B. Tujuan Penelitian
C. Tinjauan Pustaka
Bantul dan satu-satunya di dunia, peluncuran adanya bank sampah ini dilakukan
pada tanggal 5 Juni 2008 bertepatan dengan momentum Hari Lingkungan Hidup
Sedunia. Pencetus berdirinya bank sampah ini di pelopori oleh Bambang Suwerda
10
Bank sampah merupakan subdivisi atau kelompok kerja pengelolaan sampah dari
didapatkan dari para nasabah bank sampah yang telah menyetorkan sampah.
Sampah sebelum ditabung lebih dulu di pilah-pilah oleh setiap nasabah kemudian
Setiap sampah yang ditabung ke bank sampah harus dalam keadaan terpilah,
jenisnya dan apabila sampah yang ditabung tidak terpilah akan menurunkan nilai
sampah tersebut (Kautsar, 2011: 76). Setiap masyarakat atau nasabah di sekitar
wilayah berdirinya bank sampah sudah jelas bahwa selalu mempunyai kebiasaan
untuk memilah sampah. Nur (2015: 46) berpendapat bahwa kegiatan pemilahan
jenis sampah. Jenis sampah sendiri meliputi sampah anorganik yang berupa kertas,
kaca, besi, plastik, sedangkan sampah organik berupa daun, sisa makanan, dan sisa
bahan masakan.
Sampah yang paling banyak ditabung oleh nasabah berupa sampah anorganik
karena sampah organik yang berupa daun, sisa sayur atau sisa makanan diolah oleh
sebesar 24%, serta tidak ada masyarakat yang tidak memilah sampah. Pemaparan
sampah akan lebih peduli terhadap kondisi lingkungannya. Hal ini dapat
seperti DBD, diare, tifus dan lain-lain. Tingkat kesehatan sebelum dan sesudah
adanya bank sampah menurut Kautsar (2011: 88-89), sebelum ada bank sampah ada
lebih dari satu warga yang terkena DBD, setelah ada bank sampah sudah tidak ada
lagi kasus warga yang terkena DBD. Data tersebut jelas bahwa adanya bank sampah
sampah di bank sampah akan diberikan uang dengan nominal harga sampah. Alur
menabung di bank sampah menurut Putra (2015: 46), setelah anggota atau nasabah
memilah sampah di tingkat rumah tangga selanjutnya sampah hasil pilahan dibawa
pada tanggal 9 September 2016, bank sampah ini tidak selalu mengutamakan
keuntungan yang berupa uang karena sejak awal berdirinya gerakan ini hanya
12
merupakan swadaya masyarakat dan belum ada sistem bagi hasil di antara
pengelolanya. Bank sampah ini merupakan suatu gerakan sosial masyarakat yang
sudah wajar apabila ilmu yang dimiliki dapat diajarkan di masyarakat. Menurut
Rohmawati (2015: 72), pada awalnya penyampaian materi mengenai konsep bank
sampah dilakukan oleh Bambang Suwerda dan pengurus BKKLBM (Bengkel Kerja
karena berpotensi sebagai wadah dalam pengolahan sampah yang diharapkan dapat
Reduce dilakukan dengan cara efisiensi penggunaan sumber daya alam dan
contoh seperti dengan mengurangi konsumsi yang berbahan plastik atau saat
2. Reuse, yaitu mengunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi
3. Recycle, yaitu mendaur ulang sampah menjadi barang yang lain dengan
diberikan contoh misalnya, membuat daur ulang sampah plastik menjadi tas,
yang berupa 3R, pengolahan, hingga pada memanfaatkan sampah agar menjadi
lingkungan yang berupa pengelolaan sampah. Lingkungan hidup tidak terlepas dari
suatu moralitas atau perilaku terhadap lingkungan yang disebut sebagai etika
lingkungan. Etika dimengerti sebagai filsafat moral. Etika merupakan nilai dan
norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya, etika juga menyangkut ilmu tentang yang baik
dan buruk (K.Bertens, 2005: 4). Etika Lingkungan Hidup merupakan disiplin ilmu
yang berbicara mengenai norma dan kaidah moral yang mengatur perilaku manusia
manusia dalam kaitannya dengan lingkungan hidup. Ketiga teori ini mempunyai
cara pandang yang berbeda tentang manusia, alam, dan hubungan manusia dengan
alam (Keraf, 2010: 45). Salah satu teori etika lingkungan yang penting untuk
14
menghadapi krisis lingkungan sekarang ini adalah Ekosentrisme. Versi utama dari
Ekosentrisme adalah deep ecology yang pertama kali diperkenalkan oleh Arne
D. Landasan Teori
Deep Ecology adalah sebuah aliran filsafat yang didirikan oleh filsuf
Norwegia, Arne Naess di awal tahun 70-an. Aliran filsafat ini berkembang sangat
pesat dan sekarang menjadi terkenal. Paradigma Deep Ecology sebagai sebuah
filsafat baru berbeda dalam memandang dunia jika dibanding dengan aliran filsafat
Ekosentris (berpusat pada bumi/alam atau ekosfer). Paradigma baru ini dapat
dikatakan sebagai suatu pandangan dunia yang holistik. Dunia dipahami sebagai
terpisah-pisah. Hal itu juga dapat disebut sebagai suatu pandangan ekologis. Istilah
ekologis ini dipahami dalam arti luas, yakni kesadaran yang mendalam yang
individu dan masyarakat semuanya terlekat dalam dan bergantung secara mutlak
pada proses siklis alam (State of the world dalam Daru Purnomo, http://ris.uksw.edu
makhluk hidup lain dan lingkungan. Semua makhluk mempunyai nilai tersendiri
karena tidak mungkin hidup tanpa yang lain. Hal itu kadang-kadang disebut
semua makhluk hidup mempunyai nilai yang sama (Bertens, 2000: 324).
egalitarianism yakni sebuah gagasan yang percaya bahwa semua makhluk hidup
sama dan setara dalam memiliki nilai hak-haknya dan independen dari
kegunaannya bagi manusia. Deep Ecology sangat respek terhadap nilai intrinsik.
Deep Ecology lebih berusaha untuk melihat akar permasalahan kerusakan dan
kemudian mengatasinya secara lebih mendalam. Konsep deep ecology Arne Naess
terdiri dari delapan platform yang merupakan serangkaian pernyataan cukup umum
dan abstrak yang tampaknya diterima oleh semua pendukung gerakan deep ecology
(DE). Platform ini menyentuh semua masalah utama baik pribadi, sosial, politik,
ekonomi, dan filosofis berkaitan dengan lingkungan hidup (Keraf, 2010: 93-103).
atau terpisah dari alam. Ketiga, prinsip realisasi diri dengan mengembangkan
E. Metode Penelitian
1. Model Penelitian
penelitian tentang masalah aktual, diperkuat dengan studi pustaka, wawancara, dan
anggota masyarakat di sekitar lokasi Bank Sampah Gemah Ripah dan pengelola
bank sampah. Wawancara ini diharapkan mendapat data yang betul-betul valid.
Menurut Bakker dan Charris (1994: 107), penelitian model masalah aktual
merupakan refleksi filosofis tentang salah satu fenomena atau situasi aktual yang
2. Bahan Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif dan lebih menekankan pada segi kualitas
secara alamiah karena menyangkut pengertian, konsep, nilai serta ciri-ciri yang
melekat pada objek penelitian (Kaelan, 2005: 5). Penelitian ini menggunakan
pustaka yang memerlukan olahan uji kebermaknaan empiri lapangan dan penelitian
pustaka yang lebih menekankan olahan kebermaknaan secara filosofis dan teoretis.
17
Sumber data utama berupa pustaka dari berbagai macam sumber dan data
pendukung berupa wawancara dengan pengelola Bank Sampah Gemah Ripah. Data
lapangan terkait topik penelitian ini diambil di Dusun Badegan Bantul Yogyakarta
a. Sumber Primer :
sebagai berikut :
plastik : Sri.
18
b. Sumber Sekunder :
1) Robert Borrong, 2000, judul buku : Etika Bumi Baru, berisi mengenai
lingkungan.
4) Sonny Keraf, 2010, judul buku : Krisis dan Bencana Lingkungan Hidup
5) Sonny Keraf, 2010, judul buku : Etika Lingkungan Hidup, buku ini berisi
3. Jalan Penelitian
objek material maupun objek formal penelitian dan juga data hasil
penelitian.
objektif.
4. Analisis Data
Unsur-unsur metode yang relevan dalam analisis data adalah sebagai berikut
a. Verstehen
makna konsep Deep Ecology Arne Naess. Sehingga mendapat gambaran yang
b. Interpretasi
penelitian ini memahami makna dari konsep Deep Ecology Arne Naess yang
sebagai suatu gerakan sosial peduli lingkungan, sehingga dapat saling terkait
c. Induktif Aposteriori
d. Hermeneutika
lingkungan pada Bank Sampah Gemah Ripah. Sehingga makna tersebut dapat
Hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
G. Sistematika Penulisan
BAB I berupa pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah yang hendak dijawab dalam penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka
sebagai dasar dari landasan teori, metode penelitian yang digunakan, hasil yang
etika lingkungan ekosentrisme. Selain itu juga diuraikan tentang etika lingkungan
Deep Ecology Arne Naess, menguraikan delapan platform aksi Arne Naess.
BAB III berisi uraian mengenai latar belakang adanya Bank Sampah Gemah
sebelum dan sesudah adanya Bank Sampah, serta diuraikan tujuan dan manfaat
analisis kritis sehingga dapat disajikan hasil yang diharapkan penulis. Setelah itu
dijelaskan mengenai relevansi dari adanya Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan
masalah yang telah diteliti. Pada bab penutup ini terdiri dari kesimpulan dan saran