Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1. Permasalahan

Pencemaran merupakan sesuatu hal yang dapat merusak lingkungan. Jenis-

jenis pencemaran yang dapat digolongkan dalam degradasi lingkungan yang

bersifat sosial adalah kepadatan kendaraan, tumpukan sampah yang menganggu

kesehatan dan keindahan lingkungan sehingga menimbulkan pandangan yang

kurang sedap (Anshoriy dan Sudarsono, 2008: 71). Tumpukan sampah di pinggir-

pinggir jalan dan di sekitar permukiman warga, baik di wilayah perkotaan hingga

wilayah pedesaan masih sering terlihat di sekitar lingkungan masyarakat. Kondisi

seperti ini sangat buruk bagi lingkungan dan mengakibatkan kerusakan lingkungan.

Terjadinya kerusakan lingkungan berarti berkurangnya (rusaknya) daya

dukung alam yang selanjutnya akan mengurangi kualitas hidup manusia.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup manusia

dapat dikatakan baik apabila kondisi lingkungannya juga baik, namun sebaliknya

jika lingkungan buruk maka akan mengurangi kualitas hidup manusia itu sendiri.

Kualitas hidup manusia itu adalah kondisi di mana manusia itu mempunyai kualitas

yang tinggi dalam hal sosial, budaya, dan menyelaraskan lingkungannya secara arif,

sehingga manusia yang dapat hidup selaras dengan lingkungannya serta tidak selalu

memperlakukan lingkungan hanya untuk memenuhi kebutuhanya (Wardhana,

2004: 28).
2

Manusia pada dasarnya memiliki sifat konsumtif yaitu, mengkonsumsi

sebanyak-banyaknya barang yang diinginkan dan bukan yang dibutuhkan. Perilaku

tersebut apabila dilakukan secara terus menerus dapat menimbulkan banyak

sampah sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Manusia dalam kehidupannya

yang konsumtif tidak memikirkan hal-hal yang dapat merusak lingkungan termasuk

dari barang-barang yang telah dikonsumsi. Sampah yang paling banyak dihasilkan

dari perilaku konsumtif berupa sampah plastik dan sampah kertas.

Permasalahan semakin sulit untuk diatasi disebabkan karena semakin

banyaknya manusia yang menghasilkan sampah terutama sampah plastik. Sampah

plastik ini merupakan sampah yang sulit untuk diuraikan. Sejati (2009: 15)

menjelaskan bahwa sampah plastik tergolong sampah anorganik, sampah yang

tidak dapat terdegradasi secara alami, sehingga apabila ditimbun di tanah ataupun

dibakar menimbulkan pencemaran lingkungan.

Kesadaran setiap individu dalam kepedulian lingkungan itu tidaklah sama,

padahal adanya sampah sebenarnya tidak selalu menjadi masalah apabila dapat

dikelola sebaik mungkin sehingga dapat dihasilkan berbagai bentuk hasil olahan.

Ada berbagai macam sampah yang dapat diolah atau digunakan kembali,

tergantung kreativitas dari masing-masing orang. Hasil dari olahan sampah dapat

berupa kerajinan, pupuk kompos, pakan ternak, biogas, dan sebagainya.

Sampah merupakan permasalahan yang kompleks bagi negara Indonesia.

Setiap tahun pemerintah Indonesia sudah berupaya dalam melakukan berbagai

tindakan untuk mengatasi permasalahan sampah yang terjadi di setiap wilayah.

Tindakan tersebut masih saja dirasa belum dapat menyelesaikan permasalahan


3

sampah di wilayah Indonesia hingga saat ini. Manik (2003: 226) menjelaskan

bahwa pemrakarsa wajib melakukan pengelolaan lingkungan pada setiap tahap

kegiatannya sesuai dengan jenis dampak yang terjadi. Pengelolaan dilakukan

dengan pendekatan sosial ekonomi, kelembagaan, dan teknologi. Hal tersebut,

dapat diterapkan juga untuk mengatasi permasalahan tentang sampah. Berdasarkan

pemaparan tersebut yang dimaksud adalah bahwa setiap pelaku kegiatan harus

melakukan tanggung jawab sosial kepada masyarakat, biasanya jika pada

perusahaan harus memiliki Corporate Social Responsibility (CSR).

Pemerintah dalam melakukan penanganan mengenai permasalahan

lingkungan telah diatur dengan adanya peraturan tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup termuat dalam Undang-undang No. 32 tahun 2009.

Pengelolaan lingkungan mempunyai prinsip bahwa sumber daya alam baik yang

dapat diperbaharui maupun tidak, selalu memperhatikan daya dukung dan daya

tampung lingkungan hidup dan sosial budaya masyarakat, mencapai efisiensi secara

ekonomis dan ekologis (ekoefisiensi), dilakukan dengan teknologi ramah

lingkungan. Hal ini dilakukan dengan memberdayaan masyarakat pada kekuatan

ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat lokal (SLHD, 2008: VI-1).

Adanya sistem pengelolaan sampah berbasis bank di Kota Bantul merupakan

suatu upaya untuk mewujudkan kelesatarian lingkungan. Terkait dengan

keberadaan bank sampah dapat dilihat pada suatu daerah yang mempunyai bank

sampah jauh lebih baik tingkat kebersihan dan kesehatannya daripada daerah yang

belum mempunyai bank sampah ataupun sistem pengelolaan sampah lainnya.


4

Urgensi perlu diadakan penelitian mengenai konsep pengelolaan sampah di bank

sampah adalah adanya unsur memberdayakan masyarakat pada proses pelaksanaan,

dari mulai anak-anak hingga orang tua semua ikut terlibat di dalamnya. Bank

sampah mengajak masyarakat dalam gerakan peduli lingkungan. Bank sampah ini

sangat unik karena mengelola sampah dengan menggunakan sistem bank,

selayaknya bank pada umumnya yang memiliki teller dan nasabah. Sistem bank

sampah yang ditabung bukan uang melainkan sampah. Sampah di bank sampah ini

dapat dimanfaatkan dan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.

Bank sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengumpulkan

sampah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari pengumpulan sampah yang sudah

dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah atau ke tempat

pengepul sampah (Rozak, 2014: 16). Konsep Bank Sampah Gemah Ripah tidak

selalu menekankan pada unsur ekonomi melainkan pada unsur sosial, yaitu

mengenai suatu gerakan peduli lingkungan.

Penelitian ini mengkaji sistem pengelolaan sampah yang mengambil lokasi di

Bank Sampah Gemah Ripah di Dusun Badegan Bantul Yogyakarta, dengan

pertimbangan bahwa bank sampah ini adalah suatu program pengelolaan

lingkungan yang berbasis masyarakat dengan sistem pengolahan sampah sehingga

sampah tidak lagi dilihat sebagai barang yang tidak bernilai. Muntazah (2015: 3)

berpendapat bahwa program bank sampah ini tidak terlepas dari pemberdayaan

masyarakat. Bank Sampah Gemah Ripah dalam pelaksanaannya juga melibatkan

peran dari masyarakat.


5

Gerakan kepedulian lingkungan pada bank sampah hampir mirip dengan

Deep Ecology Arne Naess lebih disebut sebagai sebuah gerakan di antara orang-

orang yang mempunyai sikap dan keyakinan yang sama, mendukung suatu gaya

hidup yang selaras dengan alam, dan sama-sama memperjuangkan isu lingkungan

hidup dan politik. Suatu gerakan yang menuntut dan didasarkan pada perubahan

secara mendasar dan revolusioner yaitu perubahan cara pandang nilai, dan perilaku

atau gaya hidup. Deep Ecology tidak hanya memusatkan perhatian pada jangka

pendek melainkan jangka panjang (Keraf, 2010: 94).

Penulis lebih memilih konsep etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess

karena sesuai dengan konsep pada bank sampah yang mendasarkan adanya suatu

perubahan paradigma, yaitu perubahan cara pandang nilai pada sampah, serta gaya

hidup bersih dan sehat dengan membiasakan diri untuk memilah-milah sampah.

Konsep pengelolaan sampah Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul yang

akan ditinjau dengan konsep Deep Ecology Arne Naess menjadi sangat sesuai.

Konsep pengelolaan sampah di Bank Sampah Gemah Ripah memiliki tujuan yang

jelas, yaitu agar masyarakat mulai peduli lingkungan sehingga menciptakan

lingkungan yang bersih dan sehat. Konsep Deep Ecology Arne Naess perlu untuk

dijadikan pisau analisis dalam menyoroti konsep pengelolaan sampah Bank

Sampah Gemah Ripah, karena terdapat kesesuaian pemikiran yang merupakan

suatu gerakan sosial peduli lingkungan. Analisis ini diharapkan dapat memberikan

pendidikan bagi masyarakat agar lebih peka terhadap kondisi lingkungan sekitar,

dan mulai membudayakan perilaku peduli lingkungan.


6

2. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang peneliti rumuskan adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana konsep etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess ?

b. Bagaimana konsep pengelolaan sampah pada Bank Sampah Gemah Ripah

di Badegan Bantul Yogyakarta ?

c. Apa analisis kritis konsep pengelolaan sampah pada Bank Sampah Gemah

Ripah dalam perspektif etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess dan

bagaimana relevansinya sebagai gerakan peduli lingkungan berkelanjutan?

3. Keaslian Penelitian

a. Febry Kautsar, 2011, Tesis S2 Magister Perencanaan Kota dan Daerah

UGM, dengan judul : Pengelolaan Sampah di Bank Sampah Studi Kasus

Bank Sampah Gemah Ripah Pedukuhan Badegan Kabupaten Bantul,

tesisini berisi tentang menentukan faktor-faktor keberhasilan dalam

pengelolaan sampah pada Bank Sampah Gemah Ripah.

b. Ahmad Nur Alam S.P, 2015, Skripsi S1 Pembangunan Wilayah UGM,

dengan judul : Kajian Program Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Mandiri (Bank Sampah) Berbasis Masyarakat di Kota Yogyakarta, skripsi

ini berisi tentang sistem pengelolaan sampah rumah tangga mandiri (bank

sampah).

c. Abdul Rozak, 2014, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dengan judul : Peran Bank Sampah Warga Peduli

Lingkungan (WPL) Dalam Pemberdayaan Perekonomian Nasabah, skripsi


7

ini berisi tentang pengelolaan sampah dengan sistem bank sampah yang

lebih menekankan pada usaha meningkatkan ekonomi masyarakat.

d. Dhina Rohmawati, 2015, Tesis FISIPOL UGM, dengan judul :

Kewiralembagaan Dalam Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di

Bank Sampah Gemah Ripah Badegan Bantul DIY, tesis ini lebih

menitikberatkan pada sistem kelembagaan di bank sampah gemah ripah,

sehingga yang dibahas berkaitan dengan para pengelola bank sampah atau

pada sistem kepengurusan bank sampah.

e. Fitri Wulandari, 2014, Tesis Fakultas Teknik UGM, dengan judul: Evaluasi

Prospek Keberlanjutan Pengelolaan Sampah di Bank Sampah Studi Kasus

Bank Sampah di Kota Makasar, tesis ini berisi tentang mengevaluasi adanya

program bank sampah sebagai program yang berkelanjutan.

f. Shofiyatul Muntazah, 2015, Jurnal Hasil Penelitian Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Surabaya, dengan judul : Pengelolaan

Program Bank Sampah Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat di Bank

Sampah Bintang Mangrove Kelurahan Gunung Anyar Tambak Kecamatan

Gunung Anyar Surabaya, jurnal ini berisi mengenai adanya sistem

pemberdayaan masyarakat dalam program bank sampah di Surabaya.

g. Ahmad Nur Alam Sukrisna Putra, 2015, Skripsi Fakultas Geografi UGM,

dengan judul : Kajian Program Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Mandiri (Bank Sampah) Berbasis Masyarakat di Kota Yogyakarta, skripsi

ini berisi tentang pengelolaan sampah yang dimulai dari rumah tangganya
8

sendiri, dijelaskan pula mengenai apa saja bentuk pengelolaan sampah yang

dapat dilakukan di rumah.

Skripsi ini membahas mengenai Konsep Pengelolaan Sampah pada Bank

Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta ditinjau dari Konsep Deep

Ecology Arne Naess. Sejauh pengamatan peneliti belum pernah ada penelitian

mengenai pengelolaan sampah di Bank Sampah Gemah Ripah yang dikaji dengan

etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess. Sehingga penelitian ini dapat

dipertanggungjawabkan keasliannya.

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara langsung maupun

tidak langsung sebagai sumbangsih bagi perkembangan pengelolaan lingkungan

dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia serta bermanfaat bagi perkembangan

dunia pendidikan. Berikut manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini :

a. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dalam bidang pendidikan lingkungan. Selain itu diharapkan

dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga

lingkungan hidup.

b. Bagi Ilmu Filsafat

Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi akademis di dalam

perkembangan ilmu filsafat khususnya di bidang Etika Lingkungan dengan

pembahasan mengenai etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess. Serta


9

dapat dijadikan sebagai salah satu literatur kajian pustaka bagi akademisi

Ilmu Filsafat.

c. Bagi Negara Indonesia

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan bagi pemerintah

dan masyarakat Indonesia dalam menangani masalah sampah yang terjadi

di Indonesia dengan adanya gerakan peduli lingkungan salah satu contohnya

adalah Bank Sampah Gemah Ripahdi Badegan Bantul Yogyakarta.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan konsep etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess.

2. Mendeskripsikan konsep pengelolaan sampah pada Bank Sampah Gemah

Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta.

3. Mengkaji serta merefleksikan konsep Bank Sampah Gemah Ripah di

Badegan Bantul Yogyakarta dalam perspektif Konsep Deep Ecology Arne

Naess serta relevansinya.

C. Tinjauan Pustaka

Bank Sampah Gemah Ripah merupakan rintisan pertama kali di Kabupaten

Bantul dan satu-satunya di dunia, peluncuran adanya bank sampah ini dilakukan

pada tanggal 5 Juni 2008 bertepatan dengan momentum Hari Lingkungan Hidup

Sedunia. Pencetus berdirinya bank sampah ini di pelopori oleh Bambang Suwerda
10

yang juga seorang dosen kesehatan lingkungan di Poltekes Kemenkes Yogyakarta.

Bank sampah merupakan subdivisi atau kelompok kerja pengelolaan sampah dari

bengkel kerja kesehatan lingkungan (Kautsar, 2011: 65). Pengelolaan sampah di

sini menggunakan sistem bank yaitu menabung sampah. Sampah-sampah tersebut

didapatkan dari para nasabah bank sampah yang telah menyetorkan sampah.

Sampah sebelum ditabung lebih dulu di pilah-pilah oleh setiap nasabah kemudian

disetorkan ke bank sampah.

Setiap sampah yang ditabung ke bank sampah harus dalam keadaan terpilah,

hal tersebut dilakukan agar mempermudah pengepul menghargai sampah sesuai

jenisnya dan apabila sampah yang ditabung tidak terpilah akan menurunkan nilai

sampah tersebut (Kautsar, 2011: 76). Setiap masyarakat atau nasabah di sekitar

wilayah berdirinya bank sampah sudah jelas bahwa selalu mempunyai kebiasaan

untuk memilah sampah. Nur (2015: 46) berpendapat bahwa kegiatan pemilahan

sampah adalah kegiatan memisahkan atau mengelompokkan sampah sesuai dengan

jenis sampah. Jenis sampah sendiri meliputi sampah anorganik yang berupa kertas,

kaca, besi, plastik, sedangkan sampah organik berupa daun, sisa makanan, dan sisa

bahan masakan.

Sampah yang paling banyak ditabung oleh nasabah berupa sampah anorganik

karena sampah organik yang berupa daun, sisa sayur atau sisa makanan diolah oleh

wargannya sendiri untuk dijadikan kompos. Bank Sampah Gemah Ripah

melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam hal pengelolaan sampah karena

hampir semua warga di wilayah Badegan menjadi nasabah di bank sampah.


11

Berdasarkan data dari Kautsar (2011:79), masyarakat yang selalu memilah

sampah sebesar 76%, sedangkan masyarakat yang kadang-kadang memilah sampah

sebesar 24%, serta tidak ada masyarakat yang tidak memilah sampah. Pemaparan

tersebut membuktikan bahwa masyarakat yang daerahnya sudah mempunyai bank

sampah akan lebih peduli terhadap kondisi lingkungannya. Hal ini dapat

menurunkan tingkat penyakit di masyarakat yang disebabkan oleh adanya sampah

seperti DBD, diare, tifus dan lain-lain. Tingkat kesehatan sebelum dan sesudah

adanya bank sampah menurut Kautsar (2011: 88-89), sebelum ada bank sampah ada

lebih dari satu warga yang terkena DBD, setelah ada bank sampah sudah tidak ada

lagi kasus warga yang terkena DBD. Data tersebut jelas bahwa adanya bank sampah

sangat berdampak positif terhadap tingkat kesehatan masayarakat.

Bank sampah selain mempunyai dampak positif bagi kesehatan juga

berdampak positif bagi perekonomian nasabah. Nasabah yang sudah menyetorkan

sampah di bank sampah akan diberikan uang dengan nominal harga sampah. Alur

menabung di bank sampah menurut Putra (2015: 46), setelah anggota atau nasabah

memilah sampah di tingkat rumah tangga selanjutnya sampah hasil pilahan dibawa

ke bank sampah kemudian dilakukan penimbangan menurut jenis sampah, setelah

mengetahui nominal uang yang didapat akan dilakukan pemotongan biaya

operasional bank sampah yang besarnya ditentukan menurut kesepakatan nasabah.

Langkah terakhir nominal yang di dapat nasabah di catat di buku tabungan.

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan di Bank Sampah Gemah Ripah

pada tanggal 9 September 2016, bank sampah ini tidak selalu mengutamakan

keuntungan yang berupa uang karena sejak awal berdirinya gerakan ini hanya
12

merupakan swadaya masyarakat dan belum ada sistem bagi hasil di antara

pengelolanya. Bank sampah ini merupakan suatu gerakan sosial masyarakat yang

peduli lingkungan. Bambang yang berprofesi sebagai dosen kesehatan lingkungan

sudah wajar apabila ilmu yang dimiliki dapat diajarkan di masyarakat. Menurut

Rohmawati (2015: 72), pada awalnya penyampaian materi mengenai konsep bank

sampah dilakukan oleh Bambang Suwerda dan pengurus BKKLBM (Bengkel Kerja

Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat) dengan media sosialisasi

menggunakan lembaga-lembaga yang telah ada di Badegan seperti kelompok PKK

dan arisan bapak-bapak. Pengelolaan sampah dengan melibatkan ibu-ibu PKK

karena berpotensi sebagai wadah dalam pengolahan sampah yang diharapkan dapat

mengolah sampah menjadi barang yang bermanfaat. Setiap rumah tangga

melakukan pengelolaan sampah dengan penerapan 3R yaitu reduce, reuse, dan

recycle. 3R Menurut Wulandari (2014: 9) adalah :

1. Reduce, yaitu upaya untuk mengurangi timbunan sampah di lingkungan

sumber bahkan dapat dilakukan sejak dan sebelum sampah dihasilkan.

Reduce dilakukan dengan cara efisiensi penggunaan sumber daya alam dan

yang sedikit menghasilkan sampah. Tindakan tersebut dapat diberikan

contoh seperti dengan mengurangi konsumsi yang berbahan plastik atau saat

berbelanja dapat menggunakan kantong dari kain.

2. Reuse, yaitu mengunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi

sampah. Tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai pemanfaatan kembali

barang-barang yang sudah dipakai.


13

3. Recycle, yaitu mendaur ulang sampah menjadi barang yang lain dengan

menggunakan teknologi dan alat yang sederhana. Tindakan ini dapat

diberikan contoh misalnya, membuat daur ulang sampah plastik menjadi tas,

dompet, sendal dan sebagainya.

Berdasarkan pemaparan di atas terbukti bahwa pengelolaan sampah di bank

sampah telah melibatkan unsur pemberdayaan masyarakat serta edukasi mengenai

kebersihan lingkungan dengan mengutamakan pada gerakan peduli lingkungan

yang berupa 3R, pengolahan, hingga pada memanfaatkan sampah agar menjadi

bernilai yaitu dengan adanya sistem bank.

Bank sampah dapat dikatakan sebagai bentuk dari upaya pengelolaan

lingkungan yang berupa pengelolaan sampah. Lingkungan hidup tidak terlepas dari

suatu moralitas atau perilaku terhadap lingkungan yang disebut sebagai etika

lingkungan. Etika dimengerti sebagai filsafat moral. Etika merupakan nilai dan

norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok

dalam mengatur tingkah lakunya, etika juga menyangkut ilmu tentang yang baik

dan buruk (K.Bertens, 2005: 4). Etika Lingkungan Hidup merupakan disiplin ilmu

yang berbicara mengenai norma dan kaidah moral yang mengatur perilaku manusia

dalam berhubungan dengan alam (Keraf, 2010: 40).

Teori mengenai etika lingkungan hidup ada tiga yaitu Biosentrisme,

Antroposentrisme, dan Ekosentrisme, yang sekaligus menentukan pola perilaku

manusia dalam kaitannya dengan lingkungan hidup. Ketiga teori ini mempunyai

cara pandang yang berbeda tentang manusia, alam, dan hubungan manusia dengan

alam (Keraf, 2010: 45). Salah satu teori etika lingkungan yang penting untuk
14

menghadapi krisis lingkungan sekarang ini adalah Ekosentrisme. Versi utama dari

Ekosentrisme adalah deep ecology yang pertama kali diperkenalkan oleh Arne

Naess, filsuf Norwegia pada tahun 1973 (Widiyanastri, 2010: 12).

D. Landasan Teori

Deep Ecology adalah sebuah aliran filsafat yang didirikan oleh filsuf

Norwegia, Arne Naess di awal tahun 70-an. Aliran filsafat ini berkembang sangat

pesat dan sekarang menjadi terkenal. Paradigma Deep Ecology sebagai sebuah

filsafat baru berbeda dalam memandang dunia jika dibanding dengan aliran filsafat

sebelumnya, yaitu Ekologi ‘Dangkal’ (Shallow ecology). Paradigma lama, Ekologi

‘Dangkal’ didasarkan pada nilai-nilai Antroposentris (bepusat pada manusia),

sedangkan paradigma baru, yakni Ekologi ‘Dalam’ didasarkan pada nilai-nilai

Ekosentris (berpusat pada bumi/alam atau ekosfer). Paradigma baru ini dapat

dikatakan sebagai suatu pandangan dunia yang holistik. Dunia dipahami sebagai

suatu keseluruhan yang terpadu ketimbang suatu kumpulan bagian-bagian yang

terpisah-pisah. Hal itu juga dapat disebut sebagai suatu pandangan ekologis. Istilah

ekologis ini dipahami dalam arti luas, yakni kesadaran yang mendalam yang

mengakui ketergantungan fundamental semua fenomena dan fakta, sebagai

individu dan masyarakat semuanya terlekat dalam dan bergantung secara mutlak

pada proses siklis alam (State of the world dalam Daru Purnomo, http://ris.uksw.edu

diakses 8 Oktober 2016).

Deep Ecology sangat menekankan kesatuan alam. Semua makhluk hidup

termasuk manusia tercantum dalam alam menurut relasi-relasi tertentu. Setiap


15

makhluk hidup menjadi sebagaimana adanya karena interaksi dengan semua

makhluk hidup lain dan lingkungan. Semua makhluk mempunyai nilai tersendiri

karena tidak mungkin hidup tanpa yang lain. Hal itu kadang-kadang disebut

biospherical egalitarianism, yang tentu menjadi kontroversial bila dimaksud bahwa

semua makhluk hidup mempunyai nilai yang sama (Bertens, 2000: 324).

Menurut Naess, deep ecology mengusahakan gagasan biospheric

egalitarianism yakni sebuah gagasan yang percaya bahwa semua makhluk hidup

sama dan setara dalam memiliki nilai hak-haknya dan independen dari

kegunaannya bagi manusia. Deep Ecology sangat respek terhadap nilai intrinsik.

Secara nyata, ini ditunjukkan dengan sikap-sikap seperti tidak menyebabkan

kerusakan yang tidak perlu pada alam (Putra, 2011: 13).

Deep Ecology lebih berusaha untuk melihat akar permasalahan kerusakan dan

pencemaran lingkungan hidup secara lebih komprehensif dan holistik, untuk

kemudian mengatasinya secara lebih mendalam. Konsep deep ecology Arne Naess

terdiri dari delapan platform yang merupakan serangkaian pernyataan cukup umum

dan abstrak yang tampaknya diterima oleh semua pendukung gerakan deep ecology

(DE). Platform ini menyentuh semua masalah utama baik pribadi, sosial, politik,

ekonomi, dan filosofis berkaitan dengan lingkungan hidup (Keraf, 2010: 93-103).

Deep Ecology menganut beberapa prinsip mengenai gerakan lingkungan

hidup antara lain; pertama, biospheric egalitarianism in principle. Kedua, prinsip

non-antroposentrisme, yaitu manusia merupakan bagian dari alam, bukan di atas

atau terpisah dari alam. Ketiga, prinsip realisasi diri dengan mengembangkan

potensi diri. Keempat, pengakuan dan penghargaan terhadap keanekaragaman dan


16

kompleksitas ekologis dalam suatu hubungan simbiosis. Kelima, perlunya

perubahan dalam politik menuju ecopolitics (Keraf, 2010: 109).

E. Metode Penelitian

1. Model Penelitian

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

penelitian tentang masalah aktual, diperkuat dengan studi pustaka, wawancara, dan

observasi lapangan. Metode wawancara dilakukan oleh peneliti kepada beberapa

anggota masyarakat di sekitar lokasi Bank Sampah Gemah Ripah dan pengelola

bank sampah. Wawancara ini diharapkan mendapat data yang betul-betul valid.

Menurut Bakker dan Charris (1994: 107), penelitian model masalah aktual

merupakan refleksi filosofis tentang salah satu fenomena atau situasi aktual yang

merupakan masalah kontroversial dimasyarakat. Penelitian ini berusaha untuk

membahas masalah aktual pencemaran lingkungan dan sampah dengan adanya

pengelolaan sampah di Bank Sampah Gemah Ripah, kemudian digunakan sudut

pandang konsep etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess.

2. Bahan Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif dan lebih menekankan pada segi kualitas

secara alamiah karena menyangkut pengertian, konsep, nilai serta ciri-ciri yang

melekat pada objek penelitian (Kaelan, 2005: 5). Penelitian ini menggunakan

pustaka yang memerlukan olahan uji kebermaknaan empiri lapangan dan penelitian

pustaka yang lebih menekankan olahan kebermaknaan secara filosofis dan teoretis.
17

Sumber data utama berupa pustaka dari berbagai macam sumber dan data

pendukung berupa wawancara dengan pengelola Bank Sampah Gemah Ripah. Data

lapangan terkait topik penelitian ini diambil di Dusun Badegan Bantul Yogyakarta

sebagai lokasi berdirinya Bank Sampah Gemah Ripah. Bahan penelitian

kepustakaan dipetakan sebagai berikut :

a. Sumber Primer :

1) Febry Kautsar, 2011, dengan judul : Pengelolaan Sampah di Bank Sampah

Studi Kasus Bank Sampah Gemah Ripah Pedukuhan Badegan Kabupaten

Bantul, tesis ini memaparkan mengenai mekanisme kerja bank sampah

dengan menyajikan banyak data mengenai sampah dan data pemasok

sampah dari masyarakat.

2) Bambang Suwerda, 2012, dengan judul : Bank Sampah (Kajian Teori

Penerapan) Disertai Penerapan Bank Sampah “ Gemah Ripah” Dusun

Badegan Bantul, dalam buku ini dijelaskan mengenai konsep Bank

Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul.

3) Bambang Wintoko, 2013, dengan judul : Panduan Praktis Mendirikan

Bank Sampah, buku ini menjelaskan mengenai pemanfaatan sampah

menjadi rupiah yaitu dengan mendirikan bank sampah.

4) Informan yang menjadi narasumber dalam proses wawancara adalah

sebagai berikut :

a) Pengelola Bank Sampah Gemah Ripah sebagai teller bank : Hesti.

b) Pengelola Bank Sampah Gemah Ripah sebagai pengurus daur ulang

plastik : Sri.
18

b. Sumber Sekunder :

1) Robert Borrong, 2000, judul buku : Etika Bumi Baru, berisi mengenai

krisis lingkungan dan pencemaran serta teori-teori ekologi.

2) Karden Eddy Sontang Manik, 2003, judul buku : Pengelolaan Lingkungan

Hidup, berisi tentang permasalahan lingkungan hidup, sumber daya alam

dan tentang pendekatan pengelolaan lingkungan.

3) Otto Soemarwoto, 2004, judul buku : Ekologi, Lingkungan Hidup, dan

Pembangunan, berisi tentang penjelasan dan permasalahan yang ada di

lingkungan.

4) Sonny Keraf, 2010, judul buku : Krisis dan Bencana Lingkungan Hidup

Global, berisi tentang permasalahan krisis lingkungan secara global.

5) Sonny Keraf, 2010, judul buku : Etika Lingkungan Hidup, buku ini berisi

mengenai teori-teori lingkungan hidup dan juga membahas konsep etika

lingkungan Deep Ecology Arne Naess.

3. Jalan Penelitian

Jalan penelitian merupakan uraian tentang cara pelaksanaan penelitian dan

pengumpulan data. Berikut jalan penelitian yang akan dilakukan :

a. Inventarisasi dan kategorisasi, yaitu pengumpulan data kepustakaan

sebanyak mungkin dan penunjang lainnya yang berhubungan dengan

objek material maupun objek formal penelitian dan juga data hasil

penelitian di lapangan berupa wawancara.

b. Klasifikasi data, yaitu pengelompokkan data primer dan data sekunder.


19

c. Analisis sintesis, yaitu menganalisis data primer dan data sekunder,

kemudian mengesekusi atau mengeliminasi data yang tidak perlu, dan

mensintesiskan sesuai dengan gagasan dalam upaya memperkuat

penelitian.

d. Evaluasi kritis, yaitu melakukan analisis dan relevansi. Pengecekan

dilakukan setelah melalui beberapa tahap analisis sintesis, sehingga

menghasilkan pemaparan hasil penelitian yang kritis secara berimbang dan

objektif.

4. Analisis Data

Unsur-unsur metode yang relevan dalam analisis data adalah sebagai berikut

(Kaelan, 2005: 297) :

a. Verstehen

Tahap pengumpulan data yang dikumpulkan dan dipahami berdasarkan

karakteristik masing-masing. Penulis berusaha memahami makna penelitian

dari Bank Sampah Gemah Ripahdi Badegan Bantul Yogyakarta karateristiknya

sebagai pengelolaan sampah berbasis lingkungan hidup serta memahami

makna konsep Deep Ecology Arne Naess. Sehingga mendapat gambaran yang

jelas mengenai objek material dan formal.


20

b. Interpretasi

Analisis ini mewujudkan penangkapan makna dari data, pemahaman

interpretatif ke arah struktur filosofis yang sistematis. Sehingga dalam

penelitian ini memahami makna dari konsep Deep Ecology Arne Naess yang

sebagai suatu gerakan sosial peduli lingkungan, sehingga dapat saling terkait

dengan sistem Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta.

c. Induktif Aposteriori

Setelah pengumpulan data dilakukan reduksi dan display data, kemudian

dilakukan analisis dengan cara menyimpulkan data yang telah dikumpulkan,

untuk mewujudkan konstruksi teoritis (kejelasan konstruksi logis).

d. Hermeneutika

Penulis berusaha menangkap makna substansial, kemudian dilakukan dengan

penafsiran dari konsep Deep Ecology Arne Naess terhadap pengelolaan

lingkungan pada Bank Sampah Gemah Ripah. Sehingga makna tersebut dapat

diterapkan pada masa sekarang.

F. Hasil Yang Akan Dicapai

Hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan tentang konsep pengelolaan sampah pada Bank

Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan tentang etika lingkungan Deep Ecology Arne Naess.


21

3. Menganalisis konsep pengelolaan sampah Bank Sampah Gemah Ripah

di Badegan Bantul Yogyakarta ditinjau dari Konsep Deep Ecology Arne

Naess dan relevansinya.

G. Sistematika Penulisan

BAB I berupa pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah yang hendak dijawab dalam penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka

sebagai dasar dari landasan teori, metode penelitian yang digunakan, hasil yang

akan dicapai dan sistematika penulisan.

BAB II membahas tentang objek formal penelitian yaitu mendiskripsikan teori

etika lingkungan ekosentrisme. Selain itu juga diuraikan tentang etika lingkungan

Deep Ecology Arne Naess, menguraikan delapan platform aksi Arne Naess.

BAB III berisi uraian mengenai latar belakang adanya Bank Sampah Gemah

Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta, kemudian penjelasan tentang konsep

pengelolaan sampah di lokasi tersebut, uraian tentang kondisi lingkungan sekitar

sebelum dan sesudah adanya Bank Sampah, serta diuraikan tujuan dan manfaat

adanya Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan Bantul Yogyakarta.

BAB IV menguraikan hasil analisis atau pembahasan dari penelitian, dilakukan

analisis kritis sehingga dapat disajikan hasil yang diharapkan penulis. Setelah itu

dijelaskan mengenai relevansi dari adanya Bank Sampah Gemah Ripah di Badegan

Bantul Yogyakarta sebagai gerakan peduli lingkungan hidup yang berkelanjutan.


22

BAB V menyimpulkan hasil penelitian yang berisi jawaban dari rumusan

masalah yang telah diteliti. Pada bab penutup ini terdiri dari kesimpulan dan saran

yang terkait dengan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai