Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nyalah penulis
dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Tanggung Jawab Hukum Para Pihak
2. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp S(K), Direktur Program Pascasarjana
Universitas Udayana.
3. Prof. Dr. Putu Sudarma Sumadi, S.H., S.U., Ketua Program Studi Magister
4. Putu Arya Sumertha Yasa, S.H., M.H, Sekretaris Program Studi Magister
7. Tim Penguji Tesis, Dr.Ida Bagus Wyasa Putra, S.H,M.H, Dr.Putu Tuni
vi
M.H,LLM yang telah memberikan banyak pengarahan serta saran untuk
10. Mama Dewi, Abah Nazar, serta Adhan tersayang yang senantiasa
11. Lis, Bunga, Yogi, Gek Indah, Devi, Okta,Ibu Lily, Dewi dan seluruh
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang dipaparkan dalam tesis ini
memohon kritik dan saran dari para pembaca guna mewujudkan karya tulis
Penulis
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
RINGKASAN
bermula dari adanya peningkatan perdagangan global kearah yang lebih kompleks
dan terbuka, terutama dalam era globalisasi seperti saat ini, memacu peningkatan
aktivitas bisnis yang dilakukan antar pelaku usaha baik secara nasional maupun
yang mereka lakukan, hak dan kewajiban mereka tertuang dalam sebuah wadah
yang disebut dengan kontrak bisnis. Sebuah kontrak, baik nasional maupun
internasional selalu berawal dari sebuah tahapan yang disebut dengan tahapan
K.U.H Perdata sebagai sumber hukum kontrak hanya mengatur tentang ketentuan
kontraktual. Tidak terdapat pengaturan tentang prakontraktual.. Hal ini tentu saja
hukum ataukah hanya sebatas ikatan moral saja. Negosiasi dan MoU yang tidak
terwujud menjadi kontrak nyata menimbulkan kerugian karena tidak jarang dalam
proses tersebut salah satu pihak telah melakukan perbuatan hukum seperti
meminjam uang atau menjual saham mereka karena janji-janji yang diberikan
oleh mitra bisnis mereka. Dari hal tersebut dapat dirumuskan masalah terkait
x
internasional dan seperti apa tanggung jawab hukum para pihak apabila terjadi
berbedanya sistem hukum diantara para pihak. Perbedaan sistem hukum perdata
prakontraktual hanya mengikat para pihak secara moral, namun tetap harus
dilandasi oleh prinsip good faith and fair dealing. Sebab tahapan prakontraktual
dalam kontrak bisnis internasional belum memenuhi unsur syarat sahnya sebuah
kontrak. Tanggung jawab hukum para pihak pada kontrak bisnis internasional
alasan yang sah dan para pihak memiliki perilaku tidak adil, atau pelanggaran atas
itikad baik, maka pihak yang melakukan pembatalan bertanggung jawab atas
xi
permasalahan dimana bentuk tanggung jawab prakontraktual atas itikad buruk
hanya berupa pengembalian biaya yang telah dikeluarkan ketika negosiasi dengan
ganti rugi atas kehilangan kesempatan untuk melakukan kontrak dengan pihak
ketiga, akan tetapi tidak ada kewajiban untuk mengganti keuntungan yang
Statute of The International Institute For The Unification of Private Law (Statuta
jembatan bagi para pihak untuk dapat lebih teliti dalam memahami perbedaan
xii