Anda di halaman 1dari 25

PENANGANAN DAN PENGELOLAAN SAMPAH

DI MAN 3 HULU SUNGAI SELATAN

DISUSUN OLEH:
1. Ahmad Rifki
2. Desvyna Tri Yanitha
3. Ismawati
4. Meldawati
5. Muhammad Fajrin
6. Muhammad Rifky
7. Nor Mawaddah
8. RabiatulAdawiah
9. Sahlan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sampah sekarang menjadi salah satu permasalahan terbesar di
negara Indonesia. Sampah yang ada saat ini jumlahnya hari semakin
bertambah. (Suwenda, 2012:9) mengatakan bahwa setiap hari sampah
dihasilkan dari keluarga/rumah tangga, yang dari sisi kuantitas/jumlah
biasanya menempati posisi tertinggi, sampah rumah sakit dan sampah
industri yang sangata berbahaya, juga sampah dari tempat-tempat umum
misalnya terminal, pasar, tempat hiburan, sekolah, kantor dan lain lain.
Apabila dibiarakan begitu saja, maka akan terjadi bencana banjir dinegara
Indonesia. Bebagai upaya penanganan dan pengelolaan sampah gencar
dilakukan oleh pemerintah. Pengelolaan sampah ini bertujuan untuk
mengurangi sampah, selaras dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah
saat ini banyak sekolah yang menerapkan pendidikan karakter peduli
lingkungan dan peduli sosial kepada para siswanya.
Sampah terdiri dari dua jenis yaitu sampah organik dan sampah
anorganik. Kedua jenis sampah tersebut menurut UU Nomor 18 tahun
2008 tentang pengelolaan sampah, sampah telah menjadi permasalahan
nasional, sehingga perlu adanya pengelolaan agar tidak menimbulkan
dampak negatif bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Sampah yang
merupakan sisa aktivitas manusia setiap sering kali menjadi penyebab
kotornya lingkungan. Bersih atau kotornya lingkungan sangat dipengaruhi
oleh manusia dari lingkungan itu sendiri. Manusia sebagai makhluk berakal
mendapatkan tugas dari tuhan untuk melihara lingkungan menjadi bersih,
indah dan aman. Sucipto(2012:15) mengemukakan bahwa soialisasi terkait
kegiatan pengurangan dan penangan sampah telah banyak dilakukan,
yaitu dengan pelatihan pengelolaan sampah melalui sekolah, pemerintah,
daerah dan organisasi-organisasi berbasis lingkungan lainnya. Salah
satunya adalah melalui pembentukan bank sampah. Sebagian besar orang
yang berpendidikan termasuk anak sekolah sangat menunjukkan
kepedulian terhadap masalah sampah terutamanya di lingkungan sekitar.
Bank sampah merupakan tempat pengelolaan sampah yang
menerapkan sistem 3R dan penyetoran sejumlah sampah kebadan yang
dibentuk dan disepakati bersama masyarakat setempat untuk menampung
sampah yang memiliki nilai ekonomi, ditabung sampai pada jumlah dan
waktu tertentu, lalu ditukar dengan sejumlah uang.
Sekolah menjadi salah satu tempat yang sangat berperan dalam
menerapkan pendidikan karakter. Anak-anak yang sekolah sebagian besar
menghabiskan waktunya di Sekolah, sehingga apa yang didapatkan di
Sekolah akan mempengaruhi karakternya. Banyak kegiatan yang biasa
dikembangakan dalam rangka penerapan pendidikan karakter, terutama
karakter peduli lingkungan dan peduli sosial. Melalui pendidkan karakter
yang di implimentasikan melalui institusi pendidikan, diharapkan moralitas
anak bangsa bisa segera teratasi. Selain itu, diharapkan pada masa akan
datang telahir generasi bangsa dengan karakter yang baik serta peduli
lingkungan dan peduli sosial. Pada lembaga pendidikan, khususnya
pendidikan formal. Pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) mengajarkan
anak tentang nilai karakter, seperti kejujuran, kepedulian sosial, kepedulian
lingkungan, tolong menolong,demokratis,disiplin dan lainya. Salah satu
karakter yang tidak kalah penting untuk ditanamkan pada diri peserta didik
sejak dini ialah sikap peduli terhadap lingkungan dan peduli sosial.
Nilai karakter berupa dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam dan sekitarnya. Selain itu,
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan
masyarakat yang mebutuhkan. Lingkungan yang seharusnya dipami
sebagai faktor penting dalam membentuk karakter para siswa yang belajar
di MAN 3 Hulu Sungai Selatan. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah
yang memilki tujuan untuk menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah
sebagai tempat pembelajaran sekaligus membangun kesadaranwarga
sekolah untuk peduli terhadap lingkungan dan peduli sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana program pengelolaan sampah di MAN 3 HSS dalam
menanamkan kerakter peduli lingkungan dan peduli sosial?
2. Bagaimana proses pengelolaan sampah di MAN 3 HSS?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan pengelolaan sampah dalam rangka pembentukan
karakter peduli lingkungan di MAN 3 HSS.
2. Menganalisis pengelolaan sampah dalam rangka pembentukan karakter
peduli lingkungan di MAN 3 HSS.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini, yaitu:
1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dalam
menanamkan karakter peduli lingkungan dan peduli sosial di MAN 3 HSS
2. Sebagai bahan tambahan pengalaman dan pengatahuan berharga dalam
penelitian.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pengelolaan Sampah
Dalam Undang – Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah definisi sampah yaitu sisa kegiatan sehari-hari manusia atau
proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan menurut definisi World
Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan,
tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).
Dalam kamus Lingkungan Hidup (www.menlh.go.id) sampah memiliki
dua arti yaitu (1) bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga
untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian, barang
rusak atau bercacat dalam pembikinan (manufaktur), atau materi
berkelebihan atau ditolak atau buangan, dan (2) waste (sampah/limbah);
proses teratur dalam membuang bahan tak berguna atau tak diinginkan.
Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah.Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkatan,
pengolahan mendaur ulang sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada
material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya
dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan,
atau estetika, namun pengelolaan sampah tidak bisa diselesaikan hanya
oleh pemerintah dengan mengumpulkan, mengangkut dan membuang
sampah ke TPA saja tetapi juga harus dilakukan secara tersusun dan
terpadu agar prinsip-prinsip pengelolaan sampah memberikan manfaat
secara ekonomi, sehat bagi masyarakat dan aman bagi lingkungan, serta
dapat perilaku masyarakat yang masih memandang sampah sebagai
barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu
dimanfaatkan.
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (UUPS), yang dimaksud dengan sampah adalah
adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat. Sampah yang merupakan sisa dari kegiatan manusia
harus dikelola agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan
gangguan kesehatan. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang
sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan
dan penanganan sampah. Pengurangan sampah yang dimaksud dalam
UUPS meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang
sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Untuk dapat mewujudkan
kegiatan-kegiatan ini, masyarakat dan para pelaku usaha dalam
melaksanakan kegiatannya diharapkan dapat menggunakan bahan yang
menimbulkan sampah sedikit mungkin, dapat digunakan kembali, dapat
didaur ulang, dan mudah diurai oleh proses alam. Penanganan sampah
yang dimaksud dalam UUPS adalah kegiatan yang diawali dengan
pemilahan dalam bentuk pengelompokkan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan sifat sampah.
Langkah selanjutnya adalah pengumpulan dan pemindahan sampah
dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara, dan
pengangkutan sampah dari tempat penampungan sampah sementara
menuju ke tempat pemrosesan akhir. Kemudian sampah yang telah
terkumpul di tempat pemprosesan akhir dikelola dengan cara mengubah
karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah dan/atau diproses untuk
mengembalikan hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara
aman.
Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3
tahapan kegiatan, yakni pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan
akhir. Alfiandra (2009) menggambarkan secara sederhana tahapan-tahapan
dari proses kegiatan dalam pengelolaan sampah sebagai berikut.
a. Pengumpulan, diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat
asalnya sampai ke tempat pembuangan sementara sebelum menuju
tahapan berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana bantuan
berupa tong sampah, bak sampah, peti kemas sampah, gerobak
dorong, atau tempat pembuangan sementara. Untuk melakukan
pengumpulan, umumnya melibatkan sejumlah tenaga yang
mengumpulkan sampah setiap periode waktu tertentu;
b. Pengangkutan, yaitu mengangkut sampah dengan menggunakan
sarana bantuan berupa alat transportasi tertentu ke tempat
pembuangan akhir/pengolahan. Pada tahapan ini juga melibatkan
tenaga yang pada periode waktu tertentu mengangkut sampah dari
tempat pembuangan sementara ke tempat pembuangan akhir (TPA);
c. Pembuangan akhir, dimana sampah akan mengalami pemrosesan
baik secara fisik, kimia maupun biologis hingga tuntas penyelesaian
seluruh proses.
Departemen Pekerjaan Umum (2007) menjelaskan bahwa prinsip 3R
dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Prinsip pertama adalah reduce atau reduksi sampah, yaitu upaya
untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan
bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap
sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara
mengubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang
boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/efisien dan
hanya menghasilkan sedikit sampah;
b. Prinsip kedua adalah reuse yang berarti menggunakan kembali bahan
atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses
pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak balik, menggunakan
kembali botol bekas minuman untuk tempat air, dan lain-lain. Dengan
demikian reuse dapat memperpanjang usia penggunaan barang
melalui perawatan dan pemanfaatan kembali barang secara
langsung;
c. Prinsip ketiga adalah recycle yang berarti mendaur ulang suatu bahan
yang sudah tidak berguna menjadi bahan lain atau barang yang baru
setelah melalui proses pengolahan. Beberapa sampah dapat didaur
ulang secara langsung oleh masyarakat dengan menggunakan
teknologi dan alat yang sederhana, seperti mengolah sisa kain perca
menjadi selimut, kain lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah
dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos.
Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pengelolaan sampah merupakan kegiatan
bertahap yang pada dasarnya dilakukan untuk mengolah sampah
agar dapat diproses menjadi bentuk lain yang memberikan manfaat
dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Pengelolaan sampah yang
dimaksud pada penelitian ini adalah kegiatan pengelolaan sampah
yang dilakukan pada tingkat rumah tangga, berupa pengurangan
pemakaian bahan yang sulit terurai, pemilahan sampah, pemindahan
sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara,
pemanfaatan kembali sampah, serta kegiatan kebersihan seperti
gotong royong untuk kerja bakti di lingkungan tempat tinggal
B. Cara Pengelolaan Sampah
1. Pemilahan
Timbunan sampah yang terdiri dari sampah organik dan anorganik,
dipilah dilokasi sumber sampah oleh petugas kebersihan masing-masing
lokasi sampah. Pemilihan sampah yang dilakukan dikelompokan
menjadi 4(empat) kelompok sampah, yaitu sebagai berikut:
a. Sampah sisa makanan, sampah bahan makanan sisa dapur,
daun sisa pembungkus makanan, sisa buah-buahan kulit buah-
buahan,dikelompokan menjadi satu golongan sampah.
b. Sampah daun dan potongan rumput dari hasil tanam atau kebun
dikelompokan menjadi satu golongan sampah.
c. Sampah yang berupa plastik, kantong plastik, gelas dan botol
minuman kemasan, kaleng sisa minuman kemasan, kertas,
katon/duplek dan kertas lainnya dikelompokan menjadi satu
golongan sampah.
d. Sampah residu yang berupa label minuman kemasan, sachet
saos, tisu bekas pakai, tusuk gigi, pembalut wanita dikelompokan
menjadi satu golongan sampah.
2. Pewadahan
a. Golongan sampah sisa makanan dan lain lain sebagaimana
disebutkan dalam poin a diatas ditempakan dalam wadah ember.
b. Golongan sampah daun dan potongan rumput sebagaimana
disebutkan dalam poin b diatas ditempakan dalam wadah karung
plastik bagor.
c. Golongan sampah yang berupa plastik dan kertas sebagaimana
disebutkan dalam poin c diatas ditempakan dalam wadah karung
plastik bagor.
d. Golongan sampah residu sebagaimana disebutkan dalam poin d
diatas dimasukan dalam wadah kantong sampah plastik hitam.
3. Pengangkutan
Sampah dengan wadah ember, diangkut dengan kendaraan sampah
ke UPS setiap 2(dua) hari sekali dengan jadwal yang di
tentukan.sampah daun dan rumput yang telah yang telah di wadahi
dengan karung plastik (Bogor) di angkut ke UPS dengan kendaraan
sampah setiap hari. Kedua jenis sampah tersebut dua-duanya masuk ke
rumah kompos untuk di lakukan daur ulang berupa pengompasan.
Sampah residu yang telah di tempatkan dalam kantong plastik sampah
hitam(trash bag) dapat di angkut sesuai dengan menggunakan
kendraan sampah untuk di tampung sementara di UPS kemudian di
teruskan ke TPA kota depok. Sampah residu dapat di musnahkan
sendiri di UPS sehingga harus di kirim ke TPA (bekerjasama dengan
dinas kebersihan dan pertanaman kota Depok).
4. Pengolahan
Sesampainya di UPS, karung-karung sampah daun dan rumput dan
ember-ember sampah sisa makanan di masukkan ke dalam rumah
kompos untuk di lakukan daur ulang melalui proses pengomposan.
Sedangkan kantong plastik hitam yang berisi residu akan langsung
masuk kedalam kontainer untuk diteruskan ke TPA kota Depok.
Khusus untuk sampah plastik dan sampah plastik dan sampah kertas
hasil setoran dari petugas kebersihan unit-unit kerjas, di kumpulkan
menjadi satu oleh petugas bank sampah dan kemudian di setorkan ke
bank sampah kota Depok pada hari yang sama. Dengan demikian tidak
ada penumpukan sampah di bank sampah.
C. Pengetian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia secara sadar dan
terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik
guna membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu
yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Pendidikan karakter adalah sesuatu sistem pendidikan yang
bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta
didik yang didalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, seta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut.
Pendidikan karakter (character education) sangat erat hubungannya
dengan pendidikan moral dimana tujuannya adalah untuk membentuk
dan melatih kemampuan individu secara terus menerus guna
menyempurnakan diri menjadi kearah hidup yang lebih baik.
1. Fungsi pendidikan karakter:
Secara umum fungsi pendidikan ini adalah untuk membentuk
karakter seorang peserta didik sehingga menjadi pribadi yang bermoral,
berakhlak mulia, bertoleran, tangguh dan berperilaku baik.
Adapun beberapa fungsi pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengembangakan potensi dasar dalam diri manusia
sehingga menjadi individu yang berpikiran baik, berhati baik dan
berperilaku baik.
b. Untuk membangun dan memperkuat perilaku masyarakat
multikultur.
c. Untuk membangun dan meningkatkan peradaban bangsa yang
kompetitif dalam membangun hubungan internasional.
Pendidikan karakter seharusnya dilakukan sejak dini, yaitu sejak
masa kanak-kanak. Pendidikan ini biasanya dilakukan dilingkungan
keluarga, sekolah dan dilingkungan masyarakat,serta dengan
memanfaatkan berbagai media belajar.
D. Jenis-jenis dan Karakteristik
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dan melaksanakan ajaran agama
yang diaanutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun rukun dalam pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang di dasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat di percaya dalam perkataan, tindakan,dan
pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku etnis,
pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari diri nya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan pengaturan.
5. Kerja keras
Tindakan yang menenjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan penganturan
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah di miliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung ada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap , dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MAN 3 Hulu Sungai Selatan, lokasi
tepatnya di Jl. Tambak Bitin No.33, Desa Tambak Bitin, Kecamatan Daha
Utara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatatan.
B. Waktu Penelitian
Penelitian tentang pengelolaan samaph yang ada di MAN 3 Hulu
Sungai Selatan yang di lakukan pada bulan Januari sampah Maret 2022.
C. Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Afrizal
(2016: 13) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah metode
penelitian ilmu-ilmu sosial yang mengumpulkan dan menganalisis data
berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dari perbuatan-perbuatan
manusia serta penelitian tidak berusaha meghitung atau
mengkuantifikasikan data kualitatif yang telah diperoleh dan dengan
demikian tidak menganalisis angka-angka.
Menurut Denzin dan Lincon dalam Moleong (2013: 5) menyatakan
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah,
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan
dengan jalan melibatakan berbagai metode yang ada.
Menurut Creswell dalam Imam Gunawan (2013: 82) menyatakan
penelitian kualitatif adalah pendekatan untuk membangun pernyataan
pengetahuan perspektif-konstruksif (misalnya: orientasi terhadap politik,
isu, kolaborasi atau perubahan, atau keduanya).
Menurut Imam Gunawan (2013: 99) secara etimologis, didalam
penelitian kualitatif, proses penelitian merupakan sesuatu yang lebih
penting dibanding dengan hasil yang diperoleh.
Data kualitatif disajikan dalam bentuk narasi untuk mendeskripsikan
bagaimana proses pengelolaan sampah di MAN 3 Hulu Sungai Selatan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian
yang mengumpulkan dan menganalisis data dengan latar ilmiah serta
tidak berusaha menghitung data atau tidak menganalisis angka.
D. Sumber Data
Menurut Lofland dalam Moleong (2013: 157) “Sumber datautama
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya
adalah tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Sumber data akan
diambil dari dokumen, hasil wawancara, catatan lapangan dan hasil dari
observasi.
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung
dari subjek penelitian, dalam hal ini peneliti memperoleh data atau
informasi langsung dengan menggunakan instrumen-instrumen
yang telah ditetapkan. Data primer dikumpulkan oleh peneliti untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Pengumpulan data
primer merupakan bagian internal dari proses penelitian dan yang
seringkali dikumpulkan diperlukan untuk tujuan pengambilan
keputusan. Data primer dianggap lebih akurat, karena data ini
disajikan secara terperinci. Indriantoro dan Supomo dalam
Purhantara (2010: 79).
Pada penelitian ini jawaban data primer diperoleh dari hasil
wawancara di MAN 3 Hulu Sungai Selatan.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan data yang telah tersedia
dalam berbagai bentuk. Biasanya sumber data ini lebih banyak
sebagai data statistik atau data yang sudah diolah sedemikian
rupa sehingga siap digunakan dalam statistik biasanya tersedia
pada kantor-kantor pemerintahan, biro jasa data, perusahaan
swasta atau badan lain yang berhubungan dengan penggunaan
data. (Mohear, 2002: 113)
Data sekunder umumnya berupa bukti catatan atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang
dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Dalam penelitian ini
data sekunder didapat dari dokumentasi dan study kepustakaan
dengn bantuan media cetak dan media dengan penelitian ini.
Indrianto dan Supomo dalam (Purhantara, 2010:80) ada
beberapa yang perlu diperhatikan oleh peneliti yang berkaitan
dengan keakurasian data. Langkah yang perlu ditempuh peneliti
adalah:
a. Kemampuan data yang tersedia untuk menjawab masalah
atau pertanyaan (kesesuaian dengan pertanyaan
penelitian).
b. Kesesuaian antara periode waktu tersedianya data dengan
periode waktu yang diinginkan dalam penelitian.
c. Kesesuaian antara populasi data yang ada dengan
populasi yang menjadi perhatian peneliti.
d. Relevasi dan konsisten unit pengukur yang digunakan.
e. Biaya yang dipergunakan untuk mengumpukan data
sekunder.
f. Kemungkinan biasa yang ditimbulkan oleh data sekunder.
g. Dapat atau tidaknya dilakukan pengujian terhadap akurasi
pengumpilan data.
E. Teknik Pengambilan Data
Pengumpulan data merupakan suatu proses pengadaan data untuk
keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat
penting dalam metode ilmiah. Pada umumnya, data yang dikumpulkan
akan digunakan, kecuali untuk keperloan eksploratif, juga untuk menguji
hipotesis yang dirumuskan. (Moehar, 2002: 131) oleh karena itu data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui
wawancara terhadap para informan. Sedangkan data sekunder adalah
dokumen-dokumen perusahaan yang bisa dipublikasikan.
Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Untuk itu penulis
secara individu akan langsung terjun kelapangan dan berada di tengah-
tengah masyarakat guna memperoleh data dari informan. Yang menjadi
informan dalam penelitian ini adalah Rihanah, wakil bidang kesiswaan
juga tim monitoring Sekolah Ramah Anak MAN 3 Hulu Sungai Selatan.
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri
spesifik bila digunakan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan
kuesioner. Kalau wawancara dan kesioner selalu berkomunikasi dengan
orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-
objek alam yang lain. Sugiyono (2017: 145).
Observasi yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara
melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Dalam
hal ini fokus penelitian yang diteliti adalah seberapa ekspresif nya para
pelajar dengan adanya pengelolaan sampah. Untuk observasi yang
peneliti lakukan untuk memperoleh data tersebut dengan cara
pengamatan lanasung ke sekolah yang ingin diteliti.
2. Wawancara
Metode pengumpulan data dengan wawancara merupakan cara yang
banyak digunakan oleh peneliti, sehingga metode ini sangat populer.
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data, dimana
pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan
langsung subjek penelitian. Wawancara adalah proses percakapan
dengan maksud untuk mengkontroksi mengenai, orang, kejadian,
kegiatan motivasi, perasaan dan sebagainya yang dilakukan dua pihak
yaitu pewancara dan yang diwancarai.
Wawancara baik dengan terstruktur maupun tidak terstruktur, yaitu
wawancara yang dilakukan baik yang sudah menyiapkan pertanyaan
secara tersusun sesuai dengan masalah maupun pertanyaan yang
diajukan sesuai dengan alur pembicaraan. (Sugiono, 2011: 137)
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data
melalui wawancara diantaranya adalah:
a. Melakukan wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait dengan
penelitian ini. Pertanyaan wawancara didapatkan dari analisis
dokumen. Selain dari pertanyaan yang disiapkan, pertanyaan
juga bersifat fleksibel sesuai dengan alur pembicaraan.
b. Pelaksanaan wawancara dilakukan dengan menggunakan alat
perekam dan buku catatan alat perekam digunakan setelah
peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada informan.
c. Data yang didapatkan kemudian di analisis sesuai dengan teknik
analisis data.
Dalam proses pengumpulan data pada penelitian ini, peneliti
melakukan metode wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur
adalah sebuah pertanyaan yang dikemukakan, dan pewawancara sudah
menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang lengkap. Berikut merupakan
daftar pertanyaannya:
1. Apakah di sekolah MAN 3 Hulu Sungai Selatan ada program
pengelolaan sampah?
2. Apakah di sekolah MAN 3 Hulu Sungai Selatan memiliki TPA
khusus?
3. Pada hari apakah petugas pengelola sampah mengangkut sampah
yang sudah terkumpul di TPA MAN 3 Hulu Sungai Selatan?
4. Siapa petugas yang melakukan pengangkutan?
5. Setelah diangkut oleh petugas pengelola sampah maka proses lebih
lanjut sampah tersebut akan dibawa kemana?
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel adalah purposive
sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pada tujuan atau
pertimbangan tertentu (Husaini Usman dkk, 1995: 15).
G. Teknik Analisis Data
Menurut Moleong (2002: 103), analisis data adalah proses mengatur
urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan
satuan uraian dasar dengan demikian maka data-data yang lebih mudah
dibaca dan disimpulkan. Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79), data
adalah sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk
menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang
disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema
pada hipotesis. Jika dikaji, pada dasarnya definisi pertama lebih
menekankan pengorganisasian data sedangkan yang ke dua lebih
menekankan maksud dan tujuan analisis data. Teknik analisis yang
digunakan adalah teknik analisis data deskriptif, yaitu dengan cara
menghimpun data-data faktual dan mendiskripsikan. Data berasal dari
seluruh Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara serta dokumen-
dokumen melalui beberapa tahap. Setelah pengumpulan data,
pencatatan data, peneliti melakukan analisis interaksi yang terdiri dari
reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Analisis dari penelitian ini
berlangsung bersama dengan proses pengumpulan data, maupun
dilakukan setelah data data terkumpul.
1. Pengumpulan data Menggali informasi dan data dari berbagai sumber
atau responden. Yaitu dengan wawancara, observasi, analisis
dokumen dan foto-foto kegiatan yang ada.
2. Reduksi data dalam reduksi data, data yang diperoleh disortir karena
data dari hasil wawancara merupakan data yang memiliki sifat sangat
luas Informasinya. Bahkan masih mentah (Lexy J. Moleong 2002:
114). Dengan ini kita akan bisa memilih laporan hasil wawancara
yang lebih penting, jadi bila ada hasil laporan yang dirasa kurang
penting bisa dibuang. Langkah redukasi data melibatkan beberapa
tahap. Tahap pertama, melakukan editing, pengelompokkan, dan
meringkas data Tahap kedua, menyusun kode-kode dan catatan-
catatan mengenai berbagal hal berkaitan dengan data yang sedang
diteliti sehingga peneliti dapat menentukan tema-tema, kelompok-
kelompok, den pola-pola data. Pada tahap terakhir dari reduksi data
adalah menyusun rancangan konsep-konsep serta penjelasan-
penjelasan berkenaan dengan tema, pola, atau kelompok yang
bersangkutan.
3. Penyajian data Hasil dari pengorganisasian data yang di sajikan
secara sistematis dapat dibentuk dalam sebuah laporan. Bentuk
penyajian laporan berupa diskriptif analitik dan logis yang mengarah
pada kesimpulan. Dalam tahap ini peneliti dituntut untuk melakukan
penafsiran terhadap data dalam wawancara.
4. Penarikan Kesimpulan/Ventikasi. Penarikan kesimpulan menyangkut
intepretasi peneliti, yaitu pengembangan makna dari data yang
ditampilkan. Kesimpulan yang masih kaku senantiasa di verifikasi
selama penelitian berlangsung, sehingga diperoleh kesimpulan yang
kredibilitas dan objektifnya terjamin.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengelolaan Sampah
1. Pengertian Pengelolaan Sampah
Pengeloaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis,
menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah. Pengelolaan sampah adalah pengumpulan,
pengangkatan, pengolahan mendaur ulang sampah. Kalimat ini biasanya
mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia,
dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,
lingkungan, atau estetika, namun pengelolaan sampah tidak bisa
diselesaikan hanya oleh pemerintah dengan mengumpulkan, mengangkut
dan membuang sampah ke TPA saja tetapi juga harus dilakukan secara
tersusun dan terpadu agar prinsip-prinsip pengelolaan sampah
memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat dan aman
bagi lingkungan, serta dapat perilaku masyarakat yang masih memandang
sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber
daya yang perlu dimanfaatkan.
Menurut beberapa ahli definsi sampah sebagai berikut:
a. Menurut Kodoatic (2003), sampah merupakan limbah padat atau
setengah padat dari hasil kegiatan manusia, hewan atau tumbuhan
atau kegiataan perkotaan.
b. Menurut Azwar (1990) menerangkan dalam bukunya bahwa sampah
adalah segala sesuatu yang sudah tidak dipakai, dipergunakan,
disenangi sehingga harus dibuang.
c. Menurut SK SNI T-13-1990 F, sampah adalah limbah padat baik
yang terdiri dari zat organik maupun anorganik yang di kelola
dengan komponen-komponen subsistem yang saling
mendukung,berinteraksi dan berhubungan satu samalain.
d. Menurut Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Kemudian
yang dimaksud dengan sampah spesifik adalah sampah yang
karena sifat, konsentrasi, dan atau volumenya memerlukan
pengelolaan khusus. Pengelolaan sampah dimaksudkan adalah
kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan.
2. Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan
Terminologi pendidikan karakter menurut Marzuki, mulai dikenalkan
sejak tahun 1900-an. Thomas Lickona dianggap sebagai pengusungnya,
terutama ketika menulis buku yang berjudul Educating for Character: How
Our School Can Teach Respect and Responbility. Pendidikan karakter
menurut Lickona, mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui
kebaikan, mencintai kebaikan, dan melakukan kebaikan.
Menurut Kemendiknas, pendidikan karakter adalah pendidikan yang
menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada
peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan
dan mempraktikkan dalam kehidupannya, entah dalam keluarga, sebagai
anggota masyarakat dan warga negara. Secara praktis, pendidikan
karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai kebaikan kepada warga
sekolah atau kampus yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran
atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik
dalam berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, sesama manusia,
lingkungan, maupun nusa bangsa sehingga menjadi manusia paripurna
(insan kamil). Pendidikan karakter sendiri merupakan usaha untuk
mendidik anak agar mereka dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. 19 Jadi dalam
pengertian yang sederhana pendidikan karakter adalah hal positif apa saja
yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang
diajarkannya. Sedangkan Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan
yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi. Jadi, yang dimaksud dengan
pendidikan karakter peduli lingkungan yang dimaksud disini yaitu suatu
usaha untuk menumbuhkembangkan watak atau moral peserta didik agar
peduli terhadap lingkungan terutama lingkungan sekolah yang merupakan
tempat belajar bagi peserta didik dengan melalui berbagai kegiatan
pengelolaan sampah menjadi barang yang berharga dan bernilai ekonomis.
3. Jenis Jenis Sampah
a. Berdasarkan Sifat
Jenis jenis sampah berdasarkan sifatnya terbagi menjadi tiga
yakni sampah organik atau degradable, sampah anorganik atau
undegradable dan sampah beracun atau B3.
a) Organik (Degradable)
Sampah organik merupakan jenis sampah mudah membusuk
misal sisa makanan, sayuran, daun kering dan lainnya. Kelebihan
dari sampah ini dapat diolah sehingga dapat digunakan sebagai
pupuk kompos.
b) Anorganik (Undegradable)
Selanjutnya adalah jenis sampah anorganik yang merupakan
sampah tidak mudah membusuk, antara lain seperti plastik wadah,
kertas, botol, gelas minuman, kayu, pembungkus makanan, dan
masih banyak lagi. Sampah ini dapat Anda jadikan sampah
komersial atau sampah yang pada nantinya laku dijual guna
dijadikan produk lain. Dengan sampah ini Anda juga dapat
membuat suatu kerajinan tangan seperti tas yang menarik.
c) Beracun (B3)
Berikutnya adalah sampah B3 atau beracun, biasanya sampah
ini berasal dari limbah rumah sakit, limbah pabrik atau lainnya.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah, yang termasuk sampah B3 ialah
sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun.
Sampah B3 ini memiliki ciri lain yakni sampah yang belum dapat
diolah dengan cara teknologi dan timbul secara periodik.
b. Jenis Jenis Sampah Berdasarkan Bentuknya
Adapun jenis sampah yang terbagi berdasarkan dengan
bentuknya. Terdapat 2 jenis sampah jika dilihat berdasarkan
bentuknya yakni:
a) Padat
Sampah padat merupakan semua atau segala bahan buangan.
Terkecuali, urin, kotoran manusia dan juga sampah cair lainnya.
b) Cair
Selanjutnya ada sampah cair yang merupakan sebuah bahan
cairan yang sudah digunakan dan tak dibutuhkan kembali
kemudian dibuah ke tempat pembuangan.
c. Jenis Jenis Sampah Berdasarkan Sumbernya
Jenis jenis sampah berdasarkan sumbernya terbagi menjadi 6
bagian. Dilansir dari Liputan6.com, berikut adalah jenis-jenis sampah
berdasarkan sumbernya:
a) Sampah industri ialah sampah yang berasal dari daerah industri
yang terdiri dari sampah umum dan limbah berbahaya cair atau
padat.
b) Sampah konsumsi ialah sampah yang dihasilkan oleh manusia
dari proses penggunaan barang seperti kulit makanan dan sisa
makanan.
c) Sampah manusia ialah sampah hasil dari pencernaan manusia,
seperti feses dan urin.
d) Sampah pertambangan.
e) Sampah alam sampah yang diproduksi di kehidupan liar dan
melalui proses daur ulang alami, seperti daun-daun kering di
hutan yang terurai menjadi tanah.
f) Sampah nuklir ialah sampah yang dihasilkan dari fusi dan fisi
nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat
berbahaya bagi lingkungan hidup dan juga manusia.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengelolaan sampah di sekolah (studi
tentang pembentukan karakter peduli lingkungan di MAN 3 Hulu Sungai
Selatan) maka, penulis mengambil kesimpulan bahwa proses
pembentukan karakter peduli lingkungan pada siswa dapat dilakukan
dengan berbagai macam metode, antara lain:
Moral Knowing, berdasarkan background sekolah yang merupakan
rintisan sekolah adiwiyata, yaitu salah satu program yang
diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka
mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah
dalam upaya pelestarian lingkungan hidup, yang diharapkan seluruh
warga sekolah turut berpartisipasi di dalamnya agar siswa lebih kenal
dengan lingkungan. Untuk itu, sekolah secara resmi memasukkan
pembelajaran dengan basis pelestarian lingkungan hidup kedalam
kurikulum.
Tahapan ini cukup memberikan pengetahuan yang banyak terhadap
siswa tentang lingkungan, seperti pada: Mata pelajaran PLH, mata
pelajaran ini merupakan salah satu solusi untuk mengatasi krisis kualitas
lingkungan. Insert mata pelajaran, yaitu sekolah secara resmi
memasukkan pembelajaran dengan basis pelestarian lingkungan hidup.
Melalui metode ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan
kesadaran siswa terhadap lingkungan, melatih siswa untuk bisa
mengelola sampah dengan baik serta menyadarkan siswa akan
pentingnya peduli terhadap lingkungan.
Moral feeling, berasal dari arahan yang diberikan oleh kepala
sekolah melalui rapat dewan guru, beliau menghimbau agar semua
warga sekolah mulai dari kepala sekolah sendiri, guru, karyawan serta
tim pengendali sampah yang beranggotakan kelas 6 harus menunjukkan
rasa kecintaan mereka terhadap lingkungan, memberikan contoh yang
baik dalam menjaga lingkungan kepada siswa-siswinya dan juga adik
kelas. Mereka tidak serta merta menyuruh siswa dan adik kelas, tetapi
mereka diharuskan ikut terlibat dalam berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan pembentukan karakter peduli lingkungan pada siswa.
Melalui tahapan ini guru dapat memberikan nilai-nilai nyata pada
siswa seperti, senantiasa membuang sampah pada tempatnya sesuai
jenis sampah, memilah sampah, membuat karya dari sampah, serta
memberikan contoh yang baik dalam membersihkan lingkungan. Saat di
ruang kelas pun, guru hendaknya memberikan contoh yang baik, seperti
menghapus kembali papan yang telah digunakan, mengembalikan
tempat duduk seperti semula, tidak meninggalkan sampah dikelas
seperti sampah bekas kertas dan lainnya, membersihkan meja yang
digunakan. Yang terpenting dalam pelaksanaan tahapan ini ialah perlu
adanya kesesuaian antara perilaku pendidik dengan apa yang pendidik
tuntutkan kepada siwa-siswinya.
Moral Doing, Adanya perbuatan nyata yang merupakan proses
pembiasaan ini berasal dari kesepakatan antara kepala sekolah dan
para guru untuk memberikan program pada siswa terkait dengan
karakter peduli terhadap lingkungan. Tidak terlepas dari basis sekolah
yang merupakan rintisan sekolah adiwiyata, maka sudah semestinya
sekolah memiliki banyak program dalam menanamkan kepedulian
terhadap lingkungan. Tim pengendali sampah mempunyai peran yang
besar dalam membentuk berbagai program yang berkaitan dengan
pengelolaan sampah. Berdasarkan hasil diskusi antara kepala sekolah,
tim pengendali sampah, serta para guru maka dibentuklah berbagai
program pembiasaan bagi siswa.
Moral doing ini, merupakan proses pembentukan karakter yang
relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang
berulangulang, baik dilakukan bersama-sama maupun sendiri-sendiri.
Kegiatan pembiasaan di sekolah terdiri atas kegiatan rutin, kegiatan
spontan, dan kegiatan terprogram. Kegiatan rutin merupakan kegiatan
yang terus menerus dilakukan di sekolah, seperti kegiatan Jum’at
bersih, piket kelas, dan piket mengambil sampah di sekitar lingkungan
sekolah. kemudian kegiatan spontan adalah kegiatan yang dapat
dilakukan tanpa dibatasi oleh waktu, tempat, dan ruang, contoh:
membuang sampah bekas jajan pada tempatnya, memungut sampah
yang berserakan. Dan yang terakhir kegiatan terprogram. Kegiatan ini
dilaksanakan secara bertahap disesuaikan dengan jadwal yang telah
ditetapkan. Contoh: kegiatan class meeting (lomba membuat karya dari
limbah), peringatan hari-hari lingkungan, seperti ketika hari bebas
kendaraan. Melalui tahapan ini diharapkan siswa terbiasa untuk
membersihkan lingkungan, terbiasa hidup bersih, serta meningkatkan
kebersihan lingkungan sekolah.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, maka penulis hendak
memberikan saran kepada pihak-pihak yang terkait dengan hasil
penelitian ini guna perbaikan kualitas di masa yang akan datang. Saran-
saran tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Kepada Kepala Sekolah MAN 3 HSS hendaknya terus
mempertahankan segala usaha dan upaya yang telah dilakukan
dalam proses pengelolaan sampah dalam rangka pembentukan
karakter peduli lingkungan.
b. Kepada guru serta karyawan hendaknya lebih meningkatkan
pengawasan, lebih giat untuk memberikan pemahaman tentang
pentingnya menjaga lingkungan, dan lebih tegas lagi jika ada anak
yang tidak menjaga lingkungan, agar seluruh siswa dapat mencintai
lingkungan dengan baik
c. Kepada para siswa diharapkan mematuhi peraturan dan tata tertib
yang berlaku serta menampilkan sikap yang baik terhadap
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Yaumi, Muhammad. 2014. Pendidikan Karakter: landasan, pilar, dan


implementasi. Jakarta: Prenadamedia Group.

Zuriah, Nurul. 2008. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif
Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ardy Wiyani, Novan. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa.
Yogyakarta: Teras.

Dani Sucipto, Cecep. 2012. Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Dwiyatmo, Kus. 2007. Pencemaran Lingkungan dan Penanganannya.


Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama.

Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi.


Bandung: Alfabet.

Hadi, Amiril dan Haryanto. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung:


Pustaka Setia.

Kutha Ratna, Nyoman. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya Dan Ilmu
Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kesuma, Dharma dkk. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Lickona, Thomas. 2013. Educating For Character, Mendidik Untuk Membentuk


Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara

Salahudin, Anas dan Irwanto Alkrienciehis. 2013. Pendidikan karakter:


pendidikan berbasis agama & budaya bangsa. Bandung: Pustaka Setia.

Sumani, Muchlas dan Hariyanto. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Rosda Karya.

Anda mungkin juga menyukai