Anda di halaman 1dari 23

(Menanamkan Kebiasaan Memilah Sampah Pada

Anak Usia Dini) Edukasi Pemilahan Sampah Pada


Masyarakat

Sampah masih menjadi masalah yang tak


kunjung usai di negeri ini. Berdasarkan data,
sebanyak 68 ton sampah telah dihasilkan Indonesia
pada tahun 2020, dengan penyumbang sampah
terbesar adalah sampah aktivitas rumah tangga.
Berbagai cara telah diterapkan, salah satunya yaitu
pemilahan sampah sesuai jenisnya.

Sistem pengolahan sampah berdasarkan


jenisnya telah diterapkan diberbagai negara maju.
Pemilahan telah menjadi solusi yang sangat
produktif dalam upaya penanganan sampah. Jika kita
melihat diberbagai negara maju, pemilahan sampah
sudah menjadi suatu aturan paten yang disahkan
oleh undang-undang. Artinya hal tersebut menjadi
salah satu prioritas, kebijakan utama di negara
tersebut. Sehingga dapat kita lihat bahwa jarang
sekali ditemukan sampah berserakan dijalan-jalan
dan tempat umum. Salah satu panutan yang dapat
kita ambil sebagai contoh adalah negara Jepang.
Pemilahan sampah telah ditanamkan dan
diberlakukan sejak puluhan tahun lamanya.
Kebiasaan serta kesadaran tinggi dalam hal memilah
dan membuang sampah pada jenisnya merupakan
akibat dari agresifnya edukasi serta kebijakan yang
diberlakukan terhadap sampah oleh pemerintah
jepang kepada masyarakatnya.

Kebiasaan pemilahan sampah pun telah mulai


diterapkan di tanah air sejak lama. Namun memang
pada hasilnya belum sepadan dan masih terkesan
sia-sia. Karena memang permasalahan sampah ini
belum sepenuhnya menjadi masalah yang
diutamakan oleh pemerintah. Kesannya, hal ini
hanya menjadi ide cemerlang yang digembar-
gemborkan pada awalnya saja. Masyarakat kita yang
masih kesulitan menerima hal baru yang terkesan
rumit, membuat hal ini sangat jauh dari
keberhasilan. Sampah masih menjadi masalah sosial
yang sangat genting.
Sampah akan semakin meningkat bila tidak
ada tindakan preventif dan pengelolaan yang baik.
Banyaknya proses yang dilakukan membuat
penimbunan sampah semakin tinggi, maka dari itu
diperlukan proses yang dapat mengolah sesuatu yang
tidak terpakai menjadi barang yang bermanfaat.
Guna mempermudah proses pengolahan sampah,
maka dibuatlah beberapa prinsip yang perlu
diterapkan. Berikut adalah prinsip-prinsip yang bisa
diterapkan dalam pengolahan sampah. Prinsip-
prinsip ini dikenal dengan nama 4M, yaitu:

1) Mengurangi (reduce), meminimalisasi


barang atau material yang kita
pergunakan;
2) Menggunakan kembali (reuse), memilah
barang-barang yang bisa dipakai kembali,
menghindari pemakaian barang-barang
yang sekali pakai;
3) Mendaur ulang (recycle), menggunakan
kembali barang-barang yang sudah tidak
berguna;
4) mengganti, meneliti barang yang kita
pakai sehari-hari dengan menganti
barang-barang yang hanya bisa
dipakai sekali dengan barang yang lebih
tahan lama.

Adapun sampah terbagi menjadi 3 jenis,


yaitu sampah organik, anorganik, dan B3 (Bahan
Berbayada dan Beracun). Setiap jenis sampah
memiliki karakter yang berbeda dan cara pengolahan
yang berbeda pula, antara lain:

1) Sampah organik yang berasal dari


makhluk hidup, baik manusia, hewan,
maupun tumbuhan. Sampah organik
sendiri dibagi menjadi sampah
organik basah, adalah sampah yang
mempunyai kandungan air cukup
tinggi. Contohnya kulit buah dan
sisa sayuran. Kemudian sampah
organik kering adalah bahan organic
lain yang kandungan airnya kecil.
Contoh sampah organik kering di
antaranya kertas, kayu atau ranting
pohon, dandedaunan kering.
2) Sampah anorganik adalah sampah
yang dihasilkan dari bahan-bahan non-
hayati, baik berupa produk sintetik
maupun hasil proses teknologi
pengolahan bahan tambang atau sumber
daya alam dan tidak dapat diuraikan
oleh alam, Contohnya: botol plastik,
tas plastik, kaleng.
3) Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun) adalah setiap limbah yang
mengandung bahan berbahaya atau
beracun karena sifat, konsentrasi dan
jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat merusak
lingkungan hidup atau membahayakan
kesehatan manusia.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia


No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah,
sampah B3 merupakan sampah spesifik yang
meliputi:

1) Sampah yang mengandung bahan berbahaya


dan beracun;
2) Sampah yang mengandung limbah B3;
3) Sampah yang timbul akibat bencana;
4) Bongkaran puing bangunan;
5) Sampah yang secara teknologi belum dapat
diolah; dan
6) Sampah yang timbul secara periodik

Banyak diyakini bahwa salah satu kunci


sukses pengolahan sampah adalah pemilahan.
Pemilahan sampah merupakan hal vital, terutama
dilakukan langsung dari sumbernya. Penerapan
pemilahan sampah dapat diterapkan kepada berbagai
jenis khalangan yang tak terbatas pada umur. Salah
satunya dapat kita tanamkan kebiasaan memilah
sampah sejak usia dini. Banyak anak usia sekolah
yang belum terbiasa dan memahami pemilahan
sampah secara tepat. Sehingga diperlukan edukasi
guna menciptakan pemahaman siswa terhadap
permasalahan sampah.
Pemahaman mengenai kewajiban untuk
menjaga lingkungan sekitar harus bermula dari diri
sendiri dengan melakukan hal-hal kecil. Edukasi
kepada siswa sekolah mengenai permasalahan
lingkungan akibat timbunan sampah diperlukan
untuk menumbuhkan kesadaran siswa agar mereka
lebih peduli dengan lingkungan sekitarnya.
Partisipasi aktif siswa dapat dilakukan dalam budaya
membuang sampah pada tempatnya. Namun
demikian, karena banyaknya kategori sampah yang
ada, perlu adanya edukasi kepada siswa tentang
jenis-jenis sampah, yaitu; sampah organik,
anorganik dan B3 (bahan berbahaya dan beracun)
dan penanganannya. Siswa harus disosialisasi untuk
meninggalkan cara lama yang hanya membuang
sampah begitu saja, tetapi juga memberikanedukasi
dan membiasakan siswa untuk memilah, memilih,
dan mengkategorisasi sampah sekaligus melakukan
pengembangan bank sampah sehingga memiliki nilai
ekonomi. Bila hal tersebut dilakukan, maka praktek
mengolah dan memanfaatkan sampah menjadi
langkah nyata dalam mengelola sampah. Kebiasaan
kecil tersebut nantinya akan ditularkan dalam
keluarga dan masyarakat sekitar yang
memungkinkan mengurangi masalah lingkungan
yang disebabkan oleh sampah.
Dengan begitu, dapat dilakukan pendidikan
kesehatan melalui metode simulasi terkait pemilahan
sampah ini. Metode simulasi sendiri bertujuan untuk
melatih siswa dalam memilah sampah yang mana
dapat diklasifikan secara sederhana menjadi sampah
organik dan anorganik, dimana siswa akan diberikan
gambaran keadaan sebenarnya dengan menerapkan
suatu aksi yang sifatnya berpura-pura.
Demikian, tujuan pengabdian kepada
masyarakat ini, yaitu sebagai wujud implementasi
pemilahan sampah melalui metode simulasi pada
anak usia sekolah di SD Negeri 3 Sindangjawa.
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan tepatnya
pada hari rabu, tanggal 16 bulan maret tahun 2022,
di SD Negeri 3 Sindangjawa. Penyuluhan mengenai
pemilahan sampah disampaikan oleh kelompok
mahasiswa yang sedang melaksakan kegiatan KKN
di desa Sindangjawa. Adapun materi pemilahan
sampah yang disampaikan kepada para siswa antara
lain, yaitu bahaya sampah terhadap lingkungan,
perbedaan sampah organik dan non organik, dan
pembagian jenis sampah.

Sebelum melaksanakan kegiatan, mahasiswa


sudah terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan
pihak sekolah, yaitu Kepala Sekolah SD Negeri 3
Sindangjawa untuk mengetahui kondisi sekolah dan
seberapa banyak anak-anak yang akan diikut
sertakan dalam kegiatan edukasi ini.
Kegiatan mulai dilaksanakan pada pukul
sembilan pagi, yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan anak-anak di lapangan sekolah.
Pertama-tama mahasiswa membuka kegiatan dengan
salam dan sapa ramah, serta memperkenalkan diri
masing-masing kepada para siswa. Kemudian
dilanjutkan dengan mengungkapkan beberapa
pertanyaan untuk menggali pengetahuan dasar
mengenai pemilahan dan pengelolaan sampah.
Setelah itu mahasiswa selangkah demi selangkah
memberikan pengenalan jenis sampah yang
diarahkan, terutama pada sampah yang ada di
lingkungan sekitar sekolah sebagai bahan
percontohannya. Para siswa diajak untuk mengenal
apa saja jenis dan kategori sampah yang ada di
lingkungan sekitar mereka. Materi disampaikan
secara lugas dan sederhana, yaitu tentang perbedaan
sampah organik yang merupakan sampah sisa
mahluk hidup yang mudah terurai secara alami,
dengan sampah non organik yang merupakan
sampah yang sulit terurai dan apabila tertimbun di
tanah dalam waktu lama maka akan menyebabkan
rusaknya lapisan tanah.
Anak-anak belajar mengenai perbedaan
sampah organik dan non organik, lalu mulai
mengumpulkan sampah-sampah yang berada di
sekitar mereka. Setelah pengumpulan sampah telah
dilakukan, setiap perwakilan kelas diminta maju ke
depan untuk membuang sampah yang telah
dikumpulkan, ke dalam tempat sampah yang sudah
dibedakan menjadi sampah organik dan non organik,
yang disediakan oleh mahasiswa. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kepedulian
anak-anak terhadap sampah juga menggugah
kesadaran diri mereka terhadap sampah.
Pada hasilnya, anak-anak cenderung
menyeleksi dedaunan kering dan ranting sebagai
sampah organik, kemudian sampah sedotan dan
plastik bekas makanan dan minuman sebagai
sampah non organik. Artinya, anak-anak secara tepat
telah berhasil membedakan jenis sampah sesuai
dengan edukasi yang telah diberikan.
Selanjutnya, anak-anak disuguhkan dengan
permainan yang telah dipersiapkan oleh mahasiswa.
Antusiasme dalam mengikuti kegiatan ini sangatlah
baik, siswa-siswi terlihat sangat gembira serta sangat
nyaman menikmati permainan dari awal hingga
akhir. Bagi siswa-siswi yang dapat menjawab
pertanyaan dan menyelesaikan tantangan yang
diberikan dengan baik, akan mendapatkan hadiah
sebagai wujud apresiasi terhadap keberanian dan
keinginan untuk belajar mereka yang kuat.
Setelah pembagian hadiah selesai, sebagai
kegiatan penutup, para siswa/i diminta untuk
melanjutkan kegiatan dengan mengumpulkan
sampah di area sekolah dari kelas satu hingga kelas
lima dalam membangun lingkungan yang bersih,
sehat, dan tertata rapi.

Dari kegiatan yang telah dilaksanakan di atas,


maka dapat disimpulkan diperlukannya pemahaman
bagi para siswa mengenai pentingnya membuang
sampah sesuai dengan kategorinya, yaitu:

1) Mengetahui jenis dan kategori sampah yang


sering mereka jumpai di lingkungan sekolah
maupun masyarakat;
2) Mengetahui bagaimana cara memilah
sampah berdasarkan kategorinya;
3) Mengetahui bagaimana cara pengolahan
sampah, agar memiliki nilai lebih;
4) menumbuhkan kesadaran pada diri siswa
mengenai pentingnya memelihara
lingkungan sekitar dimulai dari
membuang sampah pada tempatnya.

Berbagai hal dapat kita lakukan untuk mengelola


sampah dengan bijak sesuai jenisnya. Salah satunya
adalah pemanfaatan sampah organik menjadi pupuk
yang sudah sejak lama menjadi alternatif dalam
mengurangi masalah sampah. Kompos menjadi salah
satu jenis pupuk organik yang sering dibuat sebagai
upaya pemanfaatan sampah. Kompos sendiri
merupakan bahan organik seperti, dedaunan, kayu,
buah busuk, bunga, rerumputan, kotoran yang
berasal dari hewan dan lainnya, yang telah
mengalami proses pelapukan dan pembusukan.
Dalam membuat pupuk kompos, beberapa
permasalahan bisa terjadi seperti beberapa kendala
umum, yaitu munculnya belatung yang biasanya
disebabkan oleh bahan organik basah seperti susu,
daging, tulang dan lainnya. Sehingga kita perlu
menghidari bahan tertentu. Untuk lebih jelasnya,
perlu kita perhatikan jenis-jenis bahan yang boleh
dan tidak boleh kita jadikan komposter, yang
diklasifikasikan dalam tabel berikut ini:
Coklat Hijau Dilarang
- Dedaun - Dedaun - Daging-
an/ an/ daginga
rumput rumput n/
kering segar kulit/tul
- Serbuk - Berbaga ang dari
gergaji i jenis ikan/aya
- Limbah sayuran m
kertas - Buah- - Susu,
- Jerami buahan yoghurt
- Tangkai - Kulit keju,
sayuran/ telur dan
kulit - Teh/ produk
jagung kopi turunan
- Sekam - Pupuk susu
padi kendang lainnya
- Serutan (berasal - Kotoran
kayu dari ajing/ku
kotoran cing
hewan) - Tanama
an
berpeny
akit

Akibat proses pelapukan yang lembab dan basah,


mikroorganisme seperti bakteri yang mendukung
pembusukan tumbuh subur dalam bahan organik.
Proses ini merupakan hal yang sifatnya alamiah dari
alam dan membutuhkan jangka waktu yang cukup
panjang. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa
bahan khusus untuk mempercepat proses tersebut.
Maka, sebelum membuat pupuk kompos, kita harus
melakukang persiapan yang matang.
Berikut hal-hal penting yang perlu dipersiapkan
untuk membuat kompos, antara lain:
1. Wadah seperti tong atau bak ember
2. Sarung tangan
3. Sampah organik (berasal dari sampah rumah
tangga dan lainnya)
4. Air
5. Tanah
6. Arang sekam
7. Cairan pupuk
Adapun tahap-tahap dalam membuat pupuk kompos
dari sampah organik, antara lain sebagai berikut:
1. Persiapkan sampah organik yang akan
digunakan untuk membuat kompos. Sangat
disarankan agar dirumah, kita membiasakan
diri melakukan pemilahan dalam membuang
sampah, sehingga kita tidak kesulitan ketika
mengambil sampah organik yang
dibutuhkan.
2. Ambil wadah berukuran besar dengan
catatan harus memiliki penutup sehingga
dalam prosesnya pupuk tidak terkontaminasi
oleh zat-zat yang tidak diperlukan.
3. Kemudian kita masukan sampah organik dan
tanah yang sudah dipersiapkan kedalam
wadah secukupnya, sesuai dengan berapa
banyak sampah organik yang akan dikelola
menjadi pupuk.
4. Selanjutnya, masukan air pada permukaan
tanah secukupnya.
5. Masukan sampah organik yang sudah kita
campur dengan arang dan kapur untuk
pertanian kedalam wadah. Pastikan ketebalan
sampah dan tanah setara.
6. Siram kembali dengan air yang sudah
dicampur cairan pupuk secukupnya.
7. Masukan kembali tanah secukupnya kedalam
wadah. Tunggu sekitar dua sampai tiga
minggu. Selama proses menunggu, pastikan
wadah pupuk tidak terkontaminasi apapun,
seperti air hujan, hewan maupun sinar
matahari.
8. Setelah proses tunggu selesai, pupuk siap
digunakan untuk menyuburkan berbagai jenis
tanaman.
Setelah mengetahui cara memanfaatkan sampah
organik sebagai pupuk, lalu bagaimana cara untuk
mengelola dan memanfaatkan sampah plastik?
Berikut beberapa cara bijak yang bisa kita lakukan
untuk mengelola sampah plastik dengan tepat:
1. Mengumpulkan sampah untuk dijual ke bank
sampah. Sampah plastik seperti botol
minuman, plastik sisa makanan dirumah
dapat dikumpulkan dan dijual di bank
sampah. Dimana bank sampah bekerja
menyortir sampah plastik untuk kemudian
didaur ulang. Tidak hanya plastik, bahan
sampah yang terbuat dari alumunium dan
lainnya seperti kaleng atau botol kaca juga
bisa dikumpulkan. Selain terbebas dari
sampah, kita bisa menghasilkan uang yang
biasanya diberikan sesuai dengan jumlah
sampah yang dibawa. Bahkan di era yang
semakin maju ini, sudah mulai dibuat bank
sampah yang diterapkan secara online.
Dimana aplikasinya sudah bisa di download
di ponsel kita. Namun memang dalam
penerapannya masih terbatas hanya sejumlah
kota besar saja.
2. Kita dapat memanfaatkan sampah plastik
dirumah untuk membuat banyak hal. Seperti
kerajinan, berupa hiasan pot bunga, tas dan
lainnya. Saat ini sudah banyak desainer-
desainer lokal yang memanfaatkan sampah
untuk fashion dan kerajinan yang produknya
sudah di ekspor hinga ke luar negeri. Bahkan
sampah plastik pun dapat dibuat menjadi
genteng, pembangkit listrik, pembuatan
BBM sampai ke hal yang paling sederhana,
seperti menggunakan sampah botol plastik
sebagai alat penyiram tanaman, yaitu dengan
melubangi sekeliling botol yang kemudian
dapat kita kubur disisi samping tanaman.

Selain memanfaatkan limbah plastik secara bijak,


kita juga perlu meminimalisasi penggunaan plastik
dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah
dengan selalu membawa botol minum isi ulang
kemanapun kita pergi. Sehingga kita hanya perlu
mengisi ulang air untuk diminum, tidak memerlukan
plastik baru untuk dijadikan wadah minum.
Kemudian, kita juga bisa menghindari penggunaan
sedotan plastik. Sedotan plastik menjadi sampah
yang paling banyak ditemukan dilautan yang mana
sangat berbahaya untuk ikan. Singkatnya, selalu
berusaha untuk menghindari penggunaan plastik
dalam kehidupan sehari-hari. Selalu membawa tas
belanja kain ketika belanja maupun bepergian.
Beberapa tempat perbelanjaan pun sudah banyak
menyediakan tas non plastik dan menetapkan harga
untuk setiap kantong plastik yang digunakan untuk
menyimpan belanjaan.
Dengan ikut mengolah sampah plastik secara
bijak, kita dapat membantu meminimalisir
pencemaran plastik yang kian genting terhadap
lingkungan. Seperti yang kita ketahui, dibutuhkan
ratusan tahun agar plastik dapat terurai. Akibat dari
lamanya plastik terurai akhirnya akan sangat
merusak lingkungan. Selain menimbulkan bau,
sampah plastik juga dapat merusak tanah dan
kandungan air bersih yang sangat berdampak
terhadap kehidupan manusia dan hewan. Saat ini
banyak satwa-satwa liar yang kehilangan habitatnya
akibat pencemaran sampah. Sudah begitu banyak
lautan yang tercemar, ikan-ikan terjerat dan terbunuh
oleh sampah plastik, bahkan juga sampai memakan
sampah karena dikira sebagai makanannya. Hal ini
menjadi peringatan nyata, mungkin lambat laun
tidak hanya hewan saja yang punah, namun kita
manusia juga ikut terancam. Oleh karena itu,
masalah sampah sudah seharusnya menjadi prioritas
kita semua untuk diselesaikan dengan bijak.

Anda mungkin juga menyukai