Jawaban
A. Sel Eritrosit
a. Tahapan hematopoiesis sel eritrosit
Eritropoiesis, pembentukan SDM, dimulai di sumsum tulang merah
dengan sel prekusor yang dinamai proeritroblas. Proeritroblas membelah
beberapa kalli , menghasilkan sel sel yang mulai membentuk hemoglobin.
Akhirnya, sel yang berada dekat dengan akhir rangkaian perkembangan
mengeluarkan nukleusnya dan menjadi retikulosit. Hilangnya nucleus dan
menjadi cekung, menghasilkan bentuk khas sel darah merah yang
bikonkaf. Retikulosit mempertahankan beberapa mitokondria, ribosom,
dan RE. mereka berpindah dari sumsum tulang merah ke dalam aliran
darah dengan menyelip diantara sel sel endotel kapiler darah.
Retikukulosit berkembang menjadi sel darah merah matang dalam 1-2 hari
setelah dilepaskan dari sumsum tulang merah.
Berikut tahap pembentukan dan penghancuran sel darah merah, dan daur ulang
komponen komponen hemoglobin.
1. Makrofag di limpa, hati, atau sumsum tulang akan memfagosit sel darah
merah yang pecah dan using.
2. Bagian globin dan heme dari hemoglobin dipisahkan.
3. Globin diuraikan menjadi asam amino, yang dapat dipakai Kembali untuk
pembentukan protein lain
4. Besi dikeluarkan dari bagian hem dalam bentuk Fe+3, yang berikatan
dengan protein plasma transferrin, suatu pengangkut Fe+3 dalam darah.
5. Di serat otot, hati, dan makrofag limpa dan hati, Fe+3 terlepas dari
transferrin dan melekat pada sebuah protein penyimpan besi yang disebut
ferritin.
6. Setelah dibebaskan dari tempat penyimpanan atau penyerapan di saluran
cerna, Fe+3 melekat Kembali ke transferrin.
7. Kompleks Fe+3 -trasferin lalu diangkut ke sumsum tulang merah, tempat
sel sel prekusor SDM menyerapnya melalui endositosis yang diperantarai
reseptor untuk digunakan dalam sintesis hemoglobin. Besi diperlukan
untuk bagian hem dari molekul hemoglobin, dan asam amino diperluka
untuk bagian globinnya. Vit B12 juga dibutuhkan untuk sintesis
hemoglobin.
8. Eritropoeiesis di sumsum tulag merah menyebabkan terbentuknya sel
darah merah, yang kemudian masuk ke dalam sirkulasi.
9. Ketika besi dikeluarkan dari hem, bagian non besi hem diubah menjadi
biliverdin, suatu pigmen hijau, lalu menjadi bilirubin, suatu pigmen
kuning-orange.
10. Bilirubin masuk ke darah dan diangkut ke hati.
11. Di dalam hati, bilirubin dibebaskan oleh sel sel hati ke dalam empedi,
yang mengalir ke usus halus dan kemudian usus besar.
12. Di usus besar, bakteri mengubah bilirubin menjadi urobilinogen.
13. Sebagain urobilinogen diserap Kembali ke dalam darah, diubah menjadi
pigmen kuning yang dinamai urobilin, dan di eksresikan dalam urin.
14. Sebagian besar urobilinogen dikeuarkan dalam feses dalam bentuk pigmen
coklatyang disebut stercobilin, yang menyebabkan tinja berwarna khas.
b. faktor-faktor yang mempengaruhi tahapan hematopoiesis sel eritrosit
- jumlah kapasitas darah yang mengangkut oksigen
- sistem umpan balik negative yang akan meningkatkan produksi SDM
- Hipoksia: merangsang ginjal untuk meningkakan pelepasan
eritropoietin
- Anemia: kurangnya besi, kurangnya asam amino tertentu, kurangnya
B12
- Neonates premature sering memperlihatkan anemia, karena kurangnya
produksi eritropoietin.
c. Kelainan-kelainan morfologi darah tepi sel eritrosit dihubungkan dengan arti
klinisnya (penyakitnya)
1) Kelainan ukuran/anisositosis dibagi menjadi 3
- anisositosis ringan : 1 – 2 variasi seperti: normosit dan
mikrosit
- anisositosis sedang : 2 – 3 variasi, misal : mikrosit,
normosit, makrosit
- anisositosis berat : 4 variasi/lebih seperti: mikrosit,
normosit, makrosit.
2) Kelainan warna
- Hipokromasi : sentral pucat melebar, misal
anulosit/sel cincin
- Hiperkromasi : sentral pucat sedikit atau tidak ada.
- Polikromasi : adanya variasi pewarnaan sel pada
lapangan pandang, dimana tampak bersamaan
normokrom dan
hiperkrom atau normokrom, sferosit atau
normokrom dan retikulosit (warna lebih
gelap).
1. Basophilic stippling: granula halus dan kasar keunguan pada sitoplasma sel
darah merah.